View
3
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
6
BAB II
TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Tiaras dan Wijaya (2015) yang meneliti tentang
Pengaruh Likuiditas, Leverage, Manajemen Laba, Komisaris Independen Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak menggunakan industri
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2011 sebagai
populasi, hasil analisis regresi berganda menunjukan bahwa manjamen laba dan
ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
agresivitas pajak perusahaan. Sementara untuk likuiditas, leverage, dan proporsi
komisaris independen tidak menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat agresivitas pajak perusahaan.
Penelitian Ardyansah dan Zulaikha (2014) tentang Pengaruh Size,
Leverage, Profitability, Capital Intensity Ratio Dan Komisaris Independen
Terhadap Effective Tax Rate (ETR) menyatakan bahwa variabel size (ukuran
perusahaan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate
(ETR) dengan arah negatif. Hal ini berarti perusahaan besar cenderung memiliki
ETR yang lebih rendah. Variable leverage tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap effective tax rate (ETR). Variabel capital intensity ratio
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate (ETR).
Hasil penelitian Anita (2015) tentang Pengaruh Corporate Social
Responsibility, Leverage, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap
7
Agresivitas Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan Real Estate dan Property
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013) yaitu tidak terdapat
pengaruh antara corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak.
Tidak terdapat pengaruh antara leverage terhadap agresivitas pajak. Terdapat
pengaruh antara likuiditas terhadap agresivitas pajak. Hal ini mengindikasikan
bahwa perusahaan dengan likuiditas yang tinggi tidak enggan untuk
membayarkan seluruh kewajibannya termasuk membayar pajak sesuai dengan
aturan yang berlaku. Tidak terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap
agresivitas pajak.
Penelitian oleh Fadli (2016) tentang Pengaruh Likuiditas, Leverage,
Komisaris Independen, Manajemen Laba dan Kepemilikan Institusional
terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013) menyatakan
bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan,
Leverage berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak dan koefisien
regresi bernilai positif yang menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki
rasio leverage tinggi, maka perusahaan identik akan melakukan agresivitas
pajak. Komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak
perusahaan Manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak
perusahaan. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap
agresivitas pajak.
Hasil penelitian Indradi (2018) tentang Pengaruh Likuiditas, Capital
Intensity Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris Perusahan manufaktur Sub
8
Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2012-2016.)
menyatakan bahwa Likuiditas berpengaruh terhadap Agresivitas pajak, Capital
intensity tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Sedangkan secara
bersamaan Likuiditas dan Capital Intensity berpengaruh terhadap Agresivitas
Pajak.
Penelitian oleh Budianti, dll (2018) tentang Pengaruh Return On Asset
(Roa), Leverage (Der), Komisaris Independen Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Kasus Pada Perusahaan Bumn Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016) menyatakan bahwa Hasil
Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabel Return On Asset
(ROA), Leverage (DER), komisaris independen, dan ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Secara parsial Return On Asset (ROA),
Leverage (DER), komisaris independen, tidak berpengaruh terhadap agresivitas
sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.
Hasil penelitian oleh Suyanto dan Supramono (2012) tentang Likuiditas,
Leverage, Komisaris Independen, Dan Manajemen Laba Terhadap Agresivitas
Pajak Perusahaan menyatakan bahwa likuditas perusahaan manufaktur memiliki
pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan,
leverage perusahaan manufaktur berpengaruh positif dan signifikan terhadap
agresivitas pajak perusahaan, komisaris independen pada perusahaan
manufaktur berpengaruh negatif dan signifikan terhadap agresivitas pajak
perusahaan, dan manajemen laba pada perusahaan manufaktur berpengaruh
positif dan signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan.
9
Penelitian oleh Muzakki dan Darsono (2015) tentang Pengaruh
Corporate Social Responsibility Dan Capital Intensity Terhadap Penghindaran
Pajak menyatakan bahwa secara umum berdasarkan hasil uji statistik dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR)
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap penghindaran pajak. Begitu juga
Capital intensity berpengaruh negatif secara signifikan terhadap penghindaran
pajak.
Hasil penelitian oleh Mustika (2017) tentang Pengaruh Corporate Social
Responsibility, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Capital Intensity
Dan Kepemilikan Keluarga Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris Pada
Perusahaan Pertambangan Dan Pertanian Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2012-2014) menyatakan bahwa variabel corporate
social responsibility berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak, variabel
ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak,
variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak,
variabel leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak,
variabel capital intensity tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas
pajak, dan variabel kepemilikan keluarga berpengaruh signifikan terhadap
agresivitas pajak.
Penelitian oleh Nugraha dan Meiranto (2015) tentang Pengaruh
Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage
Dan Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris Pada
Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2012-2013)
10
menyatakan bahwa corporate social responsibility memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan, Ukuran perusahaan memiliki
pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan,
Profitabilitas memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
agresivitas perusahaan, leverage memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
agresivitas pajak perusahaan, capital intensity memiliki pengaruh negatif namun
tidak signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan.
Hasil penelitian dari Hartadinata dan Tjaraka (2013) tentang Analisis
Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Tax Aggressiveness Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2008-2010 menyatakan bahwa tinggi rasio tingkat
kepemilikan manajerial menunjukkan tingkat yang lebih rendah dari agresivitas
pajak, tinggi proporsi utang menunjukkan penurunan kebijakan pajak yang
agresif, dan perusahaan besar menunjukkan kurang agresif dalam kebijakan
perpajakan.
Penelitian oleh Susilowati dll, (2018) tentang Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Capital Intensity Ratio, Dan Komisaris
Independen Terhadap Effective Tax Rate (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2014-2016)
hasil analisis menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, capital intensity
ratio dan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap effective tax rate.
leverage dan profitabilitas berpengaruh terhadap effective tax rate
11
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya
yaitu penelitian Tiaras dan Wijaya (2015) yang meneliti tentang Pengaruh
Likuiditas, Leverage, Manajemen Laba, Komisaris Independen Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak menggunakan industri manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2011 sebagai populasi. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada variable
independen yang digunakan. Penelitian ini menggunakan sampel yang sama
yaitu perusahaan manufaktur akan tetapi dengan nilai ETR 1-100. Selain hal
tersebut penelitian ini muncul karena adanya perbedaan hasil dari setiap
penelitian. Hasil yang tidak konsisten tersebut menjadikan alasan untuk meneliti
kembali variable-variabel terkait.
2.2 Tinjauan Pustaka
1. Teori Stakeholder
Donaldson dan Preston (1995) dalam stakeholder theory mengatakan
bahwa kinerja sebuah organisasi dipengaruhi oleh semua stakeholder organisasi,
oleh karena itu merupakan tanggung jawab manajerial untuk memberikan
benefit kepada semua stakeholder yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi.
Stakeholder theory mengatakan bahwa perusahaan tidak beraktivitas hanya
untuk kepentingan pemilik saham, melainkan juga bagi semua stakeholder
lainnya (Pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah,
masyarakat, analis, dan pihak lain). Pemerintah sebagai regulator, merupakan
salah satu stakeholder perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus
memperhatikan kepentingan pemerintah. Salah satunya adalah dengan cara
12
mengikuti semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah, ketaatan membayar
pajak, dan tidak melakukan penghindaran pajak.
2. Leverage
Leverage menurut (Mardiyanto, 2018:248-249) dikaitkan dengan
manajemen keuangan , biaya tetap (yang berasal dari aktivitas operasi dan
keuangan) yang sanggup menghasilkan laba yang lebih besar. Sebaliknya
leverage berpotensi menimbulkan kerugian yang lebih besar bilamana tingkat
leverage operasi sudah relatif tinggi, perusahaan cenderung mengurangi tingkat
leverage keuanggan (mengurangi proporsi utangnya).Tingkat leverage
berhubungan dengan struktur modal dan proporsi utang dan ekuitas yang
ditetapkan perusahaan utuk mendanai investasinya.
Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang menggambarkan
hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset perusahaan.
Perusahaan yang menggunakan hutang akan menimbulkan adanya bunga yang
harus dibayar. Pada peraturan perpajakan, yaitu pasal 6 ayat 1 huruf angka 3 UU
nomor 36 tahun 2008 tentang PPh, bunga pinjaman merupakan biaya yang dapat
dikurangkan (deductible expense) terhadap penghasilan kena pajak. Menurut
(Kuriah, 2016) Beban bunga yang bersifat deductible akan menyebabkan laba
kena pajak perusahaan menjadi berkurang. Laba kena pajak yang berkurang
pada akhirnya akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan.
Dalam koreksi fiskal beban bunga diakui dengan melihat perbandingan antara
jumlah hutang bank dengan investasi deposito, apabila hutang bank lebih kecil
daripada investasi deposito maka beban bunga bank tidak diakui secara fiskal
13
karena hal tersebut merupakan salah satu cara perusahaan untuk melakukan
perencanaan pajak agar beban pajak yang dibayarkan lebih sedikit. Menurut
Hery (2015:190) menyatakan rasio leverage adalah “Rasio solvabilitas
atau leverage merupakan rasio yang digunakan untuk sejauh mana aset
perusahaan dibiayai dengan hutang. Dengan kata lain rasio leverage merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar beban hutang yang harus
ditanggung perusahaan dalam rangka pemenuhan aset. Dalam penelitian ini
leverage diproksikan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Menurut
Kasmir (2014:157) , Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara
membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh
ekuitas. Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjama (kreditor) dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik perusahaan.
Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk meng etahui setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang. Untuk menghitung Debt to Equity
Ratio (DER) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Leverage (DER) =
Total Hutang / Total Ekuitas.
3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan (aset)
yang dimiliki suatu perusahaan. Pengukuran perusahaan bertujuan untuk
membedakan secara kuantitatif antara perusahaan besar (large firm) dengan
perusahaan kecil (small firm) besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat
mempengaruhi kemampuan manajemen untuk mengoperasikan perusahaan
14
dengan berbagai situaisi dan kondisi yang dihadapinya. Semakin besar suatu
perusahaan tentu memiliki aktivitas operasi yang semakin tinggi. Perusahaan
yang besar tentunya juga mempunyai pengalaman yang lebih banyak dalam
menjalankan kegiatan operasinya, dan memiliki kematangan yang lebih dalam
strategi untuk kelangsungan operasinya, termasuk strategi penghematan pajak
(Dewi and Noviari 2017)
Ukuran perusahaan menjelaskan mengenai besar kecilnya suatu
perusahaan. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, perusahaan akan dituntut
untuk lebih transparansi mengenai informasi kondisi perusahaan. Perusahaan
yang lebih besar akan memiliki banyak pemegang saham yang berarti juga
memerlukan lebih banyak pengungkapan karena pengungkapan merupakan
tuntutan dari para pemegang saham dan para analis pasar modal.Ukuran
perusahaan besar dapat mencerminkan jika perusahaan tersebut telah mencapai
kemapanan dan mempunyai komitmen yang tinggi untuk terus memperbaiki
kinerjanya, sehingga banyak para investor yang ingin memiliki sahamnya dan
pasar akan mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan sahamnya (Kuriah
2016). Ukuran perusahaan diukur dengan Log Natural (Total Aset).
4. Capital Intensity
Capital Intensity merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan.
Keputusan tersebut ditetapkan oleh manajemen perusahaan untuk meningkatkan
profitabilitas perusahaan. Intensitas modal mencerminkan seberapa besar modal
yang dibutuhkan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Sumber dana atau
15
kenaikan modal dapat diperoleh dari penurunan aset tetap (dijual) atau
peningkatan jumlah aset tetap (pembelian) (Kuriah, 2016).
Capital Intensity didefinisikan sebagai rasio antara aset tetap seperti
peralatan, mesin dan berbagai properti terhadap total aset (Noor et al.,
2010:190). Capital intensity atau yang diartikan sebagai intensitas modal
merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan. Keputusan tersebut
ditetapkan oleh manajemen perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas
perusahaan. Capital intensity adalah jumlah modal perusahaan yang
diinvestasikan pada aktiva tetap perusahaan yang biasanya diukur dengan
menggunakan rasio aktiva tetap dibagi dengan penjualan. Capital intensity
mencerminkan seberapa besar modal yang dibutuhkan perusahaan untuk
menghasilkan pendapatan. Sumber dana atau kenaikan modal dapat diperoleh
dari penurunan aktiva tetap (dijual) atau peningkatan jumlah aktiva tetap.
Rasio ini menggambarkan seberapa besar aset perusahaan yang diinvestasikan
dalam bentuk aktiva tetap. Capital intensity diukur menggunkan rasio yaitu
total asset tetap / total asset x 100%.
5. Agresivitas Pajak
Suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi
pendapatan kena pajak melalui perencanaan pajak (tax planning) baik secara
legal yang dilakukan dengan penghindaran pajak (tax avoidance) maupun illegal
yang dilakukan dengan penggelapan pajak (tax evasion) disebut dengan
agresivitas pajak. Agresivitas pajak adalah sebuah tindakan yang bertujuan
untuk menurunkan beban pajak melalui perencanaan pajak dengan
16
menggunakan cara yang tergolong atau tidak tergolong pelanggaran pajak. (Toly
2014) mendefinisikan agresivitas pajak adalah strategi penghindaran pajak untuk
mengurangi atau menghilangkan beban pajak perusahaan dengan menggunakan
ketentuan yang diperbolehkan maupun memanfaatkan kelemahan hukum dalam
peraturan perpajakan atau melanggar ketentuan dengan menggunakan celah
yang masih di dalam grey area.
Tindakan agresivitas pajak, yang mana tindakan tersebut dilakukan
dengan cara meminimalisasi jumlah kena pajak yang didapat perusahaan,
merupakan hal yang sering terjadi pada perusahaan-perusahaan besar saat ini.
agresivitas pajak sebagai kegiatan perencanaan pajak (tax planning) semua
perusahaan yang terlibat dalam usaha mengurangi tingkat pajak yang efektif.
Tax Planning, adalah proses pengendalian tindakan agar terhindar dari
konsekwensi pengenaan pajak yang tidak dikehendaki.
Tindakan pajak agresif adalah tindakan yang dirancang atau
dimanipulasi untuk mengurangi laba fiscal melalui perencanaan pajak (tax
planning) yang tepat. Walaupun tindakan pajak yang diambil tidak menyalahi
peraturan yang ada, tetapi semakin perusahaan mengambil langkah
penghindaran pajak dengan memanfaatkan celah-celah dari peraturan yang ada
maka tindakan tersebut akan dinilai semakin agresif.Perusahaan yang memiliki
pendapatan tinggi cenderung menghadapi beban pajak yang rendah.Rendahnya
beban pajak dikarenakan perusahaan dengan pendapatan yang tinggi berhasil
memanfaatkan keuntungan dari adanya insentif pajak dan pengurang pajak yang
17
lain (Novia Bani Nugraha 2015). Agresivitas Pajak diukur menggunakan ETR
yaitu beban pajak penghasilan / pendapatan sebelum pajak.
6. Hubungan Leverage Dengan Agresivitas Pajak
Hubungan leverage dengan asgresivitas pajak yaitu ketika perusahaan
melakukan pendanaan melalui hutang bank maka akan timbul beban bunga bank
dalam laporan laba rugi perusahaan sehingga beban tersebut akan mengurangi
laba perusahaan, laba yang lebih sedikit tersebut akan menimbulkan
berkurangnya beban pajak yang akan dibayarkan perusahaan kepada
pemerintah. Dalam hal tersebut perusahaan memanfaatkan hutang bank sebagai
perencanaan pajaknya.
7. Hubungan Ukuran Perusahaan Dengan Agresivitas Pajak
Hubungan antara ukuran perusahaan dengan agresivitas pajak yaitu
besarnya ukuran perusahaan maka peluang perusahaan untuk mendapatkan
penghasilan semakin besar, hal tersebut akan mempengaruhi laba perusahaan
sehingga beban pajak yang dibayarkan oleh perusahaan akan senantiasa
mengikuti ukuran perusahaan tersebut.
8. Hubungan Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak
Hubungan antara capital intensity terhadap agresivitas pajak adalah ketika
perusahaan memiliki aset yang besar maka akan timbul beban penyusutan dan
amortisasi pada perusahaan, beban penyusutan dan amortisasi tersebut termasuk
dalam koreksi fiscal beda temporer yaitu perbedaan karena waktu dan metode
yang digunakan perusahaan. Maka ketika aset perusahaan besar semakin besar
18
pula beban penyusutan dan amortisasi yang dikeluarkan, beban tersebut akan
mempengaruhi laba perusahaan dilaporan laba rugi sehingga kemungkinan besar
perusahaan melakukan penghindaran pajak melalui beban penyusutan dan
amortisasi aset perusahaan.
2.3 PENGEMBANGAN HIPOTESIS
1. Pengaruh Leverage terhadap Agresivitas Pajak
Leverage menurut (Mardiyanto, 2018:248-249) dikaitkan dengan
manajemen keuangan , biaya tetap (yang berasal dari aktivitas operasi dan
keuangan) yang sanggup menghasilkan laba yang lebih besar. Sebaliknya
leverage berpotensi menimbulkan kerugian yang lebih besar bilamana
tingkat leverage operasi sudah relatif tinggi, perusahaan cenderung
mengurangi tingkat leverage keuanggan (mengurangi proporsi
utangnya).Tingkat leverage berhubungan dengan struktur modal dan
proporsi utang dan ekuitas yang ditetapkan perusahaan utuk mendanai
investasinya.
Menurut peneliti hubungan leverage dengan asgresivitas pajak yaitu
ketika perusahaan melakukan pendanaan melalui hutang bank maka akan
timbul beban bunga bank dalam laporan laba rugi perusahaan sehingga
beban tersebut akan mengurangi laba perusahaan, laba yang lebih sedikit
tersebut akan menimbulkan berkurangnya beban pajak yang akan
dibayarkan perusahaan kepada pemerintah. Dalam hal tersebut perusahaan
memanfaatkan hutang bank sebagai perencanaan pajaknya.
19
Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar beban hutang yang harus ditanggung perusahaan dalam
rangka pemenuhan asset. Rasio leverage yang semakin tinggi menunjukkan
bahwa perusahaan lebih memilih hutang dalam pemenuhan aset dan
pembiayaan perusahaan. Pada peraturan perpajakan, yaitu pasal 6 ayat 1
huruf a angka 3 UU No. 36 tahun 2008 tentang PPh, bunga pinjaman
merupakan biaya yang dapat dikurangkan (deductible expense) terhadap
penghasilan kena pajak. Beban bunga yang bersifat deductible expense akan
menyebabkan laba kena pajak perusahaan berkurang. Semakin besar hutang
maka bunga juga semakin besar dan semakin berkurang pula pajak yang
harus dibayarkan perusahaan. Tindakan perusahaan yang memilih
berhutang untuk mengurangi kewajiban pajaknya dapat disebutkan bahawa
perusahaan tersebut agresif terhadap pajak.
Tingkat financial leverage perusahaan dapat menggambarkan risiko
keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan karena leverage merupakan alat
untuk mengukur seberapa besar perusahaan bergantung pada kreditur dalam
membiayai asset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage
tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai
asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah,
berarti perusahaan tersebut lebih banyak membiayai asetnya dengan modal
sendiri (Anita,2015).
Suyanto (2012) menyatakan bahwa dengan menambah utang
perusahaan memperoleh insentif pajak yang besar sehingga dapat dikatakan
20
perusahaan tersebut agresif terhadap pajak. Adanya beban bunga yang
timbul akibat transaksi hutang bank juga dapat memperkecil laba
perusahaan sehingga beban pajak dari prosentase laba sebelum pajak
menurun dan perusahaan menjadikan hal tersebut sebagai salah satu cara
untuk memperkecil beban pajak yang akan dibayarkan kepada negara.
(Suyanto dan Supramono, 2012) menyatakan dalam penelitiannya bahwa
leverage perusahaan manufaktur berpengaruh positif dan signifikan
terhadap agresivitas pajak perusahaan, atau dengan kata lain adanya
pengaruh yang kuat antara leverage perusahaan terhadap tingkat agresivitas
pajak perusahaan, dimana semakin tinggi leverage maka semakin tinggi
agresivitas pajak perusahaan. Berdasarkan penelitian di atas maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
H1 : Leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Agresivitas Pajak
Ukuran perusahaan merupakan salah satu karakteristik
perusahaan yang sangat penting. Ukuran perusahaan merupakan suatu
pengukuran yang dikelompokkan berdasarkan besar kecilnya perusahaan
dan dapat menggambar kan aktivitas serta pendapatan perusahaan. Semakin
besar ukuran perusahaan maka semakin besar usaha yang dilakukan
perusahaan untuk menarik perhatian masyarakat. Semakin besar ukuran
perusahaan makan akan semakin disorot oleh stakeholder. Dengan
demikian, perusahaan harus bekerja lebih keras untuk memperoleh
legitimasi dari stakeholder sebagai langkah penyelarasan aktivitas
21
perusahaan dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat (Mustika
2017). Ukuran perusahaan dapat dilihat dari kemampuan finansial suatu
perusahaan. Perusahaan yang memiliki aktiva dengan jumlah yang besar
dapat disebut dengan perusahaan besar (Anita 2015).
Menurut peneliti hubungan antara ukuran perusahaan dengan
agresivitas pajak yaitu besarnya ukuran perusahaan maka peluang
perusahaan untuk mendapatkan penghasilan semakin besar, hal tersebut
akan mempengaruhi laba perusahaan sehingga beban pajak yang dibayarkan
oleh perusahaan akan senantiasa mengikuti ukuran perusahaan tersebut.
Besarnya ukuran perusahaan tidak menentukan berhasil tidaknya
perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan total asset yang dimilki
perusahaan tidak semua digunakan dalam menghasilkan laba perusahaan.
(Ardyansah dan Zulaikha, 2014) menyatakan dalam penelitiannya bahwa
adanya pengaruh negatif yang signifikan dari ukuran perusahaan terhadap
ETR dikarenakan perusahaan besar memiliki ruang lebih besar untuk
perencanaan pajak yang baik dan mengadopsi praktek akuntansi yang
efektif untuk menurunkan ETR perusahaan. Berdasarkan paparan dan hasil
penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
3. Pengaruh Capital Intensity terhadap Agresivitas Pajak
Liu dan Cao (2007) menyebutkan bahwa dengan adanya metode
penyusutan yang sesuai hukum, maka biaya depresiasi dapat dikurangkan
dari laba sebelum pajak. Dengan demikian semakin besar aset tetap dan
22
biaya penyusutan, perusahaan akan memiliki ETR yang lebih rendah.
Begitu pula perusahaan dengan aset tetap yang besar cenderung melakukan
perencanaan pajak sehingga mempunyai ETR yang rendah. Capital
intensity berkaitan dengan besarnya aset tetap yang dimiliki. Aset tetap
memiliki umur ekonomis yang akan menimbulkan beban penyusutan setiap
tahunnya. Beban penyusutan ini akan mengurangkan laba sehingga beban
pajak yang dibayarkan juga berkurang.
Perusahaan yang memiliki aset tetap yang besar cenderung akan melakukan
perencanaan pajak sehingga menghasilkan ETR yang lebih kecil.(Muzakki
dan Darsono, 2014) menyatakan bahwa dalam penelitiannya Capital
intensity berpengaruh positif terhadap effective tax rates juga dimungkinkan
karena sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur.
Dalam industri manufaktur aset tetap sangat berpengaruh terhadap
kapasitas produksi. Sehingga, semakin besar aset tetap perusahaan yang
dimiliki, maka semakin besar kapasitas produksinya. Hal ini akan
mengakibatkan meningkatnya penjualan karena produksi yang lebih
banyak. Meningkatnya penjualan berarti meningkatnya penghasilan yang
akan berimplikasi pada meningkatnya beban pajak yang harus dibayar
perusahaan.
Menurut peneliti hubungan antara capital intensity terhadap
agresivitas pajak adalah ketika perusahaan memiliki aset yang besar maka
akan timbul beban penyusutan dan amortisasi pada perusahaan, beban
penyusutan dan amortisasi tersebut termasuk dalam koreksi fiscal beda
23
temporer yaitu perbedaan karena waktu dan metode yang digunakan
perusahaan. Maka ketika aset perusahaan besar semakin besar pula beban
penyusutan dan amortisasi yang dikeluarkan, beban tersebut akan
mempengaruhi laba perusahaan dilaporan laba rugi sehingga kemungkinan
besar perusahaan melakukan penghindaran pajak melalui beban penyusutan
dan amortisasi aset perusahaan.
Berdasarkan paparan dan hasil penelitian tersebut, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Capital Intensity berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak
24
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Agresivitas Pajak
Leverage
Ukuran Perusahaan
Variabel Independen Variabel Dependen
H1
(-)
H2
(+)
Capital Intensity H3
(+)
Recommended