View
1.695
Download
92
Category
Preview:
Citation preview
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 1/23
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini berbagai bentuk sediaan obat dapat dijumpai dipasaran.
Diantaranya adalah sediaan injeksi yang termasuk sediaan steril. Produk steril
adalah sediaan teraseptis dalam bentuk terbagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan unik
diantara bentuk sediaan obat terbagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui
kulit atau membran mukosa ke bagian dalam tubuh. Dan kemudian langsungmenuju reseptor.
Sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari
komponen toksik serta harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi dan luar
biasa. Dalam injeksi intravena memberikan beberapa keuntungan antara lain
efek terapi lebih cepat didapat., dapat memastikan obat sampai pada tempat
yang diinginkan, cocok unyuk keadaan darurat, untuk obat – obat yang rusak
oleh cairan lambung
Sediaan injeksi merupakan sediaan yang sangat penting bagi dunia
kesehatan. Karena pada keadaan sakit yang dianggap kronis, pemberian obat
minum sudah tidak maksimal lagi , sehingga perlu dan sangat penting untuk
di berikan sediaan injeksi, karena akan sangat membantu untuk mempercepat
mengurangi rasa sakit pada pasien, sebab sediaan injeksi bekerja secara cepat,
dimana obat langsung masuk ke dalam pembuluh darah dan akan bekerja
secara optimal pada bagian yang sakit. Sediaan injeksi merupakan salah satu
contoh sediaan steril , jadi keamanan dan kebersihan sediaan juga telah di uji.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa memahami pengertian sediaan steril,
2. Mahasiswa mengetahui penegertian sediaan injeksi atau parenteral,
3. Mahasiswa mengetahui rute pemberian sediaan parenteral.
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 2/23
2
4. Mahasiswa dapat mengetahui keuntungan sediaan parenteral
5. Mahasiswa dapat mengetahui kerugian sediaan parenteral
1.3 Manfaat
1. Mampu menerapkan cara membuat sediaan injeksi yang baik dan benar
untuk meminimalisir kesalahan pada sediaan injeksi.
2. Mampu mengetahui kelarutan obat yang tepat dalam pembuatan injeksi.
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 3/23
3
BAB II
ISI
2.1 Sejarah
Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan
melalui beberapa rute pemberian yaitu intravena, intraspinal, intramuskuler,
subkutis dan intradermal. Apabila injeksi diberikan melalui rute
intramuscular, seluruh obat akan berada di tempat itu. Dari tempat suntikan
itu obat akan masuk ke pembuluh darah di sekitarnya secara difusi pasif, baru
masuk ke dalam sirkulasi. Cara ini sesuai utnuk bahan obat , baik yang
bersifat lipofilik maupun yang hidrofilik. Kedua bahan obat itu dapat
diterima dalam jaringan otot baik secara fisis maupun secara kimia. Ahkan
bentuk sediaan larutan, suspensi, atau emulsi juga dapat diterima lewat
intramskuler, begitu juga pembawanya bukan hanya air melainkan yang non
air juga dapat. Hanya saja apabila berupa larutan air harus diperhatikan pH
larutan tersebut.
Istilah parenteral berasal dari kata Yunani para dan enteron yang berari
disamping atau lain dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara
menyuntikkan obat di bawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau
membrane mukosa. Karena rute ini disekitar daerah pertahanan yang sangat
tinggi dari tubuh, yaitu kulit dan selaput/membrane mukosa, maka
kemurniaan yang sangat tinggi dari sediaan harus diperhatikan. Yang
dimaksud dengan kemurnian yang tinggi itu antara lain harus steril.
Obat suntik hingga volume 100 ml disebut sediaan parenteral volume
kecil sedangkan apabila lebih dari itu disebut sediaan parenteral volume besar,
yang biasa diberikan secara intravena.
Produk parenteral, selain diusahakan harus steril juga tidak boleh
mengandung partikel yang memberikan reaksi pada pemberian juga
diusahakan tidak mengandung bahan pirogenik. Bebas dari mikroba (steril)
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 4/23
4
dapat dilakukan dengan cara sterilisasi dengan pemanasan pada wadah akhir,
namun harus diingat bahwa ada bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan.
Untuk itu dapat dilakukan teknik aseptic.
Larutan yang mengandung bakteri gram positif-negatif dapat saja
memberikan reaksi demam atau pirogenik walaupun larutan injeksi tersebut
steril. Reaksi demam atau pirogen ini disebabkan oleh adanya fragmen
dinding sel bakteri yang disebut ―endotoksin‖. Adanya endotoksin yang
ditandai dengan reaksi demam itu merupakan pertanda bahwa selama proses
produksi terjadi kontaminasi mikroba pada produk. Oleh sebab itu dalam
proses produksi sediaan parenteral diisyaratkan hal-hal sebagai berikut:
1. Personil yang bekerja pada bagian produk steril harus memiliki moral dan etik
professional yang tinggi.
2. Setiap personil mendapat latihan tentang sediaan steril secara lengkap.
3. Memiliki teknik spesialisasi untuk memproduksi sediaan steril.
4. Bahan yang digunakan harus bermutu tinggi.
5. Kestabilan dan kemanjuran produk harus terjamin.
6. Program pengontrolan (quality control) harus baik untuk memastikan mutu
produk dan harus memenuhi keabsahan prosedur produksi.
2.3 Pengertian
Injeksi atau parenteral (FI) adalah sediaan streil berupa larutan, emulsi
atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih
dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan
ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lender injeksi. Injeksi dibuat
dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke
dalam sejumlah pelarut dan disisipkan dalam wadah takaran tunggal atau
ganda.
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 5/23
5
2.4 Rute Pemberian
Rute pemberian sedian parenteral atau injeksi dimuat dalam beberapa pustaka,
antara lain Farmakope Indonesia, Formularium Nasional kedua pustaka
tersebut di dalam antara kurung dan lain sebagainya. Pengetahuan tentang rute
pemebrian ini bukan dimaksudkan agar dapat menyuntikkan dengan benar,
tetapi untuk farmasis lebih ditekankan pada persyaratan produk ditinjau secara
farmasis
Persyaratan farmasetik yang dimaksud antara lain pemilihan wadah
dengan ukuran yang tepat, penentuan pH, pemilihan bahan pengawet dan
penetapan tonisitas. Untuk jelasnya dapat diikuti uraian masing-masing rute
pemberian injeksi.
1. Pemberian Subkutis (Subkutan)
Lapisan ini letaknya persis dibawah kulit, yaitu lapisan lemak (lipoid)
yang dapat digunakan untuk pemberian obat antara lain vaksin, insulin,
skopolamin, dan epinefrin atau obat lainnya. Injeksi subkutis biasanya
diberikan dengan volume samapi 2 ml (PTM membatasi tak boleh lebih dari 1
ml) jarum suntik yang digunakan yang panjangnya samapi ½ sampai 1 inci (1inchi = 2,35 cm)
Cara formulasinya harus hati-hati untuk meyakinkan bahwa sediaan
(produk) mendekati kondisi faal dalam hal pH dan isotonis. FN (1978)
mensyaratkan larutannya isotoni dan dapat ditambahkan bahan vasokontriktor
seperti Epinefrin untuk molekulisasi obat (efek obat)
Cara pemberian subkutis lebih lambat apabila dibandingkan cara
intramuskuler atau intravena. Namun apabila cara intravena volume besar
tidak dimungkinkan cara ini seringkali digunakan untuk pemberian elektrolit
atau larutan infuse i.v sejenisnya. Cara ini disebut hipodermoklisis, dalam hal
ini vena sulit ditemukan. Karena pasti terjadi iritasi maka pemberiannya harus
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 6/23
6
hati-hati. Cara ini dapat dimanfaatkan untuk pemberian dalam jumlah 250 ml
sampai 1 liter.
2. Pemberian intramuskuler
Intramuskuler artinya diantara jaringan otot. Cara ini keceparan
absorbsinya terhitung nomor 2 sesudah intravena. Jarum suntik ditusukkan
langsung pada serabut otot yang letaknya dibawah lapisan subkutis.
Penyuntikan dapat di pinggul, lengan bagian atas. Volume injeksi 1 samapi 3
ml dengan batas sampai 10 ml (PTM — volume injeksi tetap dijaga kecil,
biasanya tidak lebih dari 2 ml, jarum suntik digunakan 1 samai 1 ½ inci.
Problem klinik yang biasa terjadi adalah kerusakan otot atau syaraf, terutama
apabila ada kesalahan dalam teknik pemberian (ini penting bagi praktisi yang
berhak menyuntik). Yang perlu diperhatikan bagi Farmasis anatara lain
bentuk sediaan yang dapat diberikan intramuskuler, yaitu bentuk larutan
emulsi tipe m/a atau a/m, suspensi dalam minyak atau suspensi baru dari
puder steril. Pemberian intramuskuler memberikan efek ―depot‖ (lepas
lambat), puncak konsentrasi dalam darah dicapai setelah 1-2 jam. Faktor yang
mempengaruhi pelepasan obat dari jaringan otot (im) anatar lain : rheologi
produk, konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa, bahan
pembawa, volume injeksi, tonisitas produk dan bentuk fisik dari produk.
Persyaratan pH sebaiknya diperhatikan, karena masalah iritasi, tetapi dapat
dibuat pH antara 3-5 kalau bentuk suspensi ukuran partikel kurang dari 50
mikron.
3. Pemberian intravena
Penyuntikan langsung ke dalam pembuluh darah vena untuk
mendapatkan efek segera. Dari segi kefarmasian injeksi IV ini boleh dikata
merupakan pilihan untuk injeksi yang bila diberikan secara intrakutan atau
intramuskuler mengiritasi karena pH dan tonisitas terlalu jauh dari kondisi
fisiologis. Kelemahan cara ini adalah karena kerjanya cepat, maka pemberian
antidotum mungkin terlambat. Volume pemberian dapat dimulai Dari 1 ml
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 7/23
7
hingga 100 ml, bahkan untuk infus dapat lebih besar dari 100 ml. Kecepatan
penyuntikan samapi 5 ml diberikan 1 ml/10 detik, sedangkan untuk di atas 5
ml kecepatannya 1 ml/20 detik. Intravena hanya terbatas untuk pemberian
larutan air, kalau merupakan bentuk emulsi harus memenuhi ukuran partikel
tertentu. Kalau dapay diusahakan pH dan tonisitas sesuai dengan keadaan
fisiologis.
4. Pemberian intrathekal-intraspinal
Penyuntikan langsung ke dalam cairan serebrospinal pada beberapa
temapt. Cara ini berbeda dengan cara spinal anastesi. Kedua pemberian ini
mensyaratkan sediaan dengan kemurniaannya yang sangat tinggi, karena
dearah ini ada barier (sawar) darah sehingga daerahnya tertutup.
Sediaan intraspinal anastesi biasanya dibuat hiperbarik yaitu cairannya
mempunyai tekanan barik lebih tinggi dari tekanan barometer. Cairan sediaan
akan bergerak turun karena gravitasi, oleh sebab itu harus pada posisi pasien
tegak.
5. Intraperitoneal
Penyuntikan langsung ke dalam rongga perut, dimana obat secara cepat
diabsorbsi. Sediaan intraperitoneal dapat juga diberikan secara intraspinal,
im,sc, dan intradermal
6. Intradermal
Capa penyuntikan melalui lapisan kulit superficial, tetapi volume pemberian
lebih kecil dan sc, absorbsinya sangat lambat sehingga onset yang dapat
dicapai sangat lambat.
7. Intratekal
Digunakan khusus untuk bahan obat yang akan berefek pada cairan
serebrospinal. Digunakan untuk infeksi ssp seperti meningitis, juga untuk
anestesi spinal. Intratekal umumnya diinjeksikan secara langsung pada lumbar
spinal atau ventrikel sehingga sediaan dapat berpenetrasi masuk ke dalam
daerah yang berkenaan langsung pada SSP.
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 8/23
8
2.5 Keuntungan dan kerugian
Keuntungan
Respon fisiologis obat dicapai, jika diperlukan sehingga merupakan
pertimbangan khusus untuk pasien jantung, asma, shcok, pingsan.
Terapi parenteral menemukan obat-obatan yang bukan hanya efektif melalui
mulut atau dirusak oleh saluran cerna seperti insulin, hormon dan antibiotik.
Obat-obatan yang tidak kooperatif menimbulkan mual, muntah atau pasien
tidak sadar harus diberikan IV
Bila diinginkan terapi parenteral memberikan kesempatan kepada dokter
utnuk mengontrol obat tersebut sehingga pasien harus kembali utnuk
pengobatan selanjutnya.
Dapat memberikan efek local seperti pada pembedahan gigi dan anestesi
Dalam kasus dimana diinginkan efek obat diperpanjang, bentuk steroid yang
berefek lambat secara intraartikular dan golongan penisilin yang berefek lama jika diberiakn secara i.m
Juga merupakan cara pemberian yang sangat baik untuk cairan-cairan dan
untuk keseimbangan elektrolit.
Bila bahan makanan tidak dapat diberikan melalu mulut maka total nutrisi
dapat diberikan secara parenteral
Kerugian
Sediaan parenteral mempunyai dosis yang harus ditentukan lebih teliti waktu
dan cara pemberian harus diberikan oleh tenaga yang sudah terlatih.
Bila obat diberikan secara parenteral maka sulit dikembalikan efek
fisiologisnya
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 9/23
9
Sediaan parenteral merupakan sediaan mahal karena preparasi dan pembuatan
secara khusus seperti menggnakan kemasan yang khusus dengan dosis yang
sudah diatur sesuai kebutuhan
Terapi parenteral akan menimbulkan komplikasi dari beberapa penyakit
seperti infeksi jamur, bakteri sehingga interaksinya tidak bisa dikendalikan
Kemajuan dalam manufaktur atau pabrikasi atau kemasan
menimbulkan beberapa masalah dalam sterilitas, partikulasi, pirogenitas,
sterilisasi dll.
2.6 Formulasi
Sediaan parenteral volume kecil biasanya diperlakukan sebagai larutan
volume kecil dalam vial atau ampul, dengan bentuk sediaan dan sistem
pengemasan yang bermacam-macam.
2.6.1 Cairan
SVP biasanya merupakan larutan air. Beberapa produk
diperdagangkan berupa larutan minyak, atau menggunakan pelarut campur
yang terdiri atas campuran air dan kosolven tercampur air (umumnya pelarut
organik).
2.6.1.1 Larutan air
Aqua pro injectionem merupakan pelarut pilihan untuk pelarut sediaan
parenteral volume kecil, dibuat secara destilasi atau teknologi reverse-osmosis
(RO) (USP), sedangkan menurut FE hanya dibuat secara destilasi.
Pirogen adalah hasil sampingan metabolisme pertumbuhan mikroba
yang tidak dapat dirusak dengan cara sterilisasi konvensional.
Larutan air dibuat dengan cara penyaringan produk ke dalam kemasan
dan sterilisasi terminal produk jadi. Untuk obat yang secara fisika atau kimia
tidak tahan temperatur tinggi dan sterilisasi terminal, obat dilarutkan dalam air
untuk injeksi steril (farmakope), kemudian disaring secara aseptik dan
diisikan ke dalam kemasan akhir.
2.6.1.2 Pelarut Nonair
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 10/23
10
Beberapa sediaan parenteral volume kecil menggunakan pelarut
minyak. Minyak yang digunakan selalu minyak nabati (sesamie, olif ataubiji
kapas) karena keamanan, kemurnian relatif, dan biokompatibilitasnya.
Persyaratan minyak untuk injeksi (USP) harus memenuhi :
1. Uji parafin padat (ukuran kejernihan minyak
2. Bilangan penyabunan antara 185-200
3. Bilangan iodium antara 79-128
4. Pengujian zat tidak tersabunkan
5. Asam lemak bebas
Pembuatan injeksi pearut minyak :
1. Dilakukan sterilisasi secara terpisah antara minyak dan sediaan
2. Pelarut minyak disterilkan melalui oven, panas dan kering
3. Bahan obat disterilkan secara panas kering atau gas, seperti etilen oksida
4. Obat steril dan pelarut steril dicampurkan secara aseptik
Sterilisasi terminal tidak dapat dilakukan untuk injeksi dengan pelarut
atau pembawa minyak karena ketidakadaan kelembaban daam produk yang
diperlukan untuk menghasilkan uap air di bawah tekanan, untuk
menghancurka mikroba organisme.
2.6.1.3 Kosolven
Sejumlah sediaan parenteral volume kecil menggunakan sistem
kosolven. Kosolven digunakan untuk meningkatkan kearutan obat dalam air
dan meminimalkan atau mencegah penguraian obat oeh air.
Prinsip kerja kosolven adalah menurunkan konstanta dielektrik air
sehingga meningkatkan kelarutan zat yang sukar arut daam air. Produk yang
mengandung kosoven dapat disterilkan mengguanakan autoklaf atau secara
aseptik melalui penyaringan, bergantung pada stabilitas obat.
Masalah utama penggunaan kosolven daan injeksi adalah potensi
terjadinya lisis sel darah merah apabila diberikan secara i.v. oleh karena itu,
penambahan kosolven ke dalam formulasi injeksi harus diteliti betul
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 11/23
11
keamanan dan efek toksikologinya, disamping kemungkinan terjadinya
kristalisasi.
2.6.2 Suspensi
Pada suspensi parenteral, bahan aktf obat disuspensikan dalam
pembawa cair, baik dalam bentuk siap guna maupun sebagai suspensi untuk
direkonstitusi.
Tabel suspensi sediaan parenteral volume kecil
Produk Manufaktur Bahan pensuspensi
Aristocort Lederle Propilen glikol 4000
Bicillin C-R WyethLesitin, CMC
(karboksimetilselulosa)
Decadron L-A Merck CMC
(karboksimetilselulosa)
Depo-Medrol Upjohn PEG 3350(polietilenglikol)
Duracillin Lilly Garam pokain
Hydeltra - TBA Merck Garam tebulat
NPH – Insulin Lilly, Novo Protamin
Obat diformulasi dalam bentuk suspensi karena kelarutan dalam air
terbatas atau karena diperlukan untuk memperpanjang pelepasan sistem
penghantaran obat. Produk suspensi dibuat dengan mencampur pembawa
steril dan serbuk steril secara aseptis atau dengan cara lain dimana larutan
obat tidak larut dalam larutan, dan obat mengendap keluar dari larutan.
2.7 Masalah Besar dari Suspensi Sediaan parenterla Volume Kecil
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 12/23
12
1. Resuspendabilitas obat dalam pembawa yang memungkinkan pengisian
produk secara homogen ke dalam kemasan dan dosis yang homogen.
2. ‖Caking ‖ atau sedimentasi obat menghasilkan produk yang secara fisik
tidak stabil, dan
3. Siringeabilitas (kemampuan untuk mengeluarkan dosis yang homogen
dari vial ke dalam alat suntik) dan injektabilitas (kemampuan
mengeluarkan produk melalui jarum pada jaringan pasien).
2.8 Komponen Formulasi
Larutan SVP mengandung air, bahan aktif, dan 3-5 bahan tidak aktif
(eksipien). Padatan svp mengandung bahan aktif dan 1-2 bahan tidak aktif.
Diperlukan kehati-hatian dalam memilih bahan tidak aktif (eksipien), selain
pertimbangan keamanan. Contoh : hanya terdapat 8 pengawet mikroba yang
dapat diterima untuk svp.
2.8.1 Pelarut
Yang paling luas digunakan adalah air untuk injeksi (farmakope). Air
untuk injeksi steril digunakan untuk rekonstitusi padatan svp sebelum
digunakan. Air bakteriostatik untuk injeksi digunakan sebagai pembawa untuk
rekonstitusi produk takaran ganda. Bakteriostatik yang biasa digunakan
adalah benzil alkohol. Minyak sesami dan minyak biji kapas digunakan
sebagai pembawa zat tidak larut dalam air, seperti kortikosteroid dan beberapa
vitamin.
2.8.2 Pensolubilitasi
Pensolubilitasi untuk obat yang kelarutannya dalam air terbatas,
meliputi bahan-bahan berikut (dengan mekanisme peningkatan kelarutan air
yang berbeda) :
a. Kosolven
Gliserin
PEG 300 dan 400
Propilenglikol
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 13/23
13
Etonol
b. zat aktif permukaan
Polisorbat 80; 0,1%-0,5%
Pluronik 68; 0,05%-0,25%
c. Zat pengomplek
Beta-siklodekstrin
Polivinil pirolidon (PVP)
2.8.3 Pengawet antimikroba
Pengawet antimikroba dalam SVP (Tabel 9.2).
Tabel 9.2 Pengawet yang digunakan dalam SVP.
BahanRentang
konsentrasi (%)Produk
Fenol 0,065-0,500Humulin N, Zantak, Tensilon, Tagamet,
Fenergan, Imferon.
m. Kresol 0,160-0,300Humulin N, Humulin R, Humatrope,
Demerol
Metilparaben 0,050-0,180 Dekadron, Elavil, ProstigminPropilparaben 0,011-0,035 Garamycin, Prolixin, Bicillin
Klorobutanol 0,500-0,550 Epitrate, Bentyl, Dopram
Benzil alkohol 0,750-2,000Valium, Protropin, Geopen, Compazine,
Pronestyl, Cleocin
Benzalkonium
Klorida0,010-0,025 Sebagian besar produk ophtalmik
Timerosal 0,0075-0,01 Neosporin, Rhogam, Wydase
2.8.4 Dapar
Sistem dapar yang biasa digunakan dalam SVP (lihat Tabel 9.3).
Tabel 9.3 Sistem dapar yang digunakan dalam SVP.
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 14/23
14
pH Sistem dapar Konsentrasi (%)
3,5-5,7 Asam asetat-asetat 1-2
2,5-6,0 Asam sitrat-sitrat 1-5
6,0-8,2 Asam fosfat- fosfat 0,8-2
8,2-10,2 Asam glutamat-glutamat 1-2
2.8.5 Antioksidan
Antioksidan yang biasa digunakan dalam SVP dapat dilihat pada Tabel 9.4.
Tabel 9.4 Antioksidan yang biasa digunakan dalam SVP.
Antioksidan Rantang konsentrasi (%)
Larut air
Garam asam belerang
Na-bisulfit 0,05-1,0
Na-sulfit 0,01-0,2
Na-metabisulfit 0,025-0,1
Na-tiosulfat 0,1-0,5
Na-formalemo sulfoksilat 0,05-0,15
Isomer asam askorbat
L dan D asam askorbat 0,02-1,0
Turunan tiol
Asetilsistein 0,1-0,5
Sistein 0,1-0,5
Tiogliserol 0,1-0,5
As tioglikolat As tiolaktatTiourea
Ditio tretol 0,001-0,05
Glutation
Larut minyak
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 15/23
15
Propilgalat 0,05-0,1
BHA 0,005-0,02
BHT 0,005-0,02
Askorbil palmitat 0,01-0,02
Asam norhidroguaiaretik 0,01-0,05
Α tokoferol 9 0,05-0,075
2.8.6 Penstabil protein
Protein dan peptida terapeutik penting dalam formulasi SVP, sangat
reaktif dengan air, komponen formulasi lain, komponen kemasan, dan udara
dalam kemasan. Selain itu, protein dan peptida sangat peka terhadap
perubahan kondisi lingkungan, seperti temperatur, pH, cahaya, kelembaban
dan perlakuan mekanik selama proses. Reaksi penguraian berlangsung, baik
secara fisika maupun kimia.
Protein akan membentuk agregat pada temperatur berlebihan (panas
dan dingin) atau karena pengocokan dan penanganan. Agregasi protein tidak
hanya secara potensial mempengaruhi potensi kimia, tapi juga penampilanfisik dan kualitasnya.
Beberapa komponen digunakan untuk meminimalkan penguraian
protein dalam svp. Penstabil yang menonjol adalah serum albumin, asam
amino, seperti glisin, lisin, dan glutamin; surfaktan terutama polaxamer 188
(pluronik 68) dan polisorbat 80, alkohol polihidrat, seperti sorbitol, gliserol,
dan polietilen glikol; karbohidrat, seperti sukrosa, laktosa, dan maltosa;
antioksidan, agen penghelat, pvp, pva, dekstran, dan gelatin.
2.8.7 Pengatur tonisitas
Bermacam bahan digunakan untuk mengtur tonisitas SVP. Bahan yang
biasa digunakan adalah elektrolit, seperti NaCL dan garam natrium lain, serta
nonelektrolit, seperti gliserin dan laktosa. Biasanya formulator SVP pertama
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 16/23
16
memperhatikan konsentrasi obat dan komponen formulasi lain yang
diperlukan untuk kelarutan, stabilitas atau tujuan spesifik lainnya. Begitu hal
ini telah tercapai, dilakukan pengukuran osmolaritas. Jika hipotonik, maka
ditambahkan agen pengatur tonisitas, jika formulasi hipertonik dan dalam
keadaan hipertonik yang tidak dapat diterima untuk tujuan pemberian, maka
formulasiperlu diencerkan atau bahan penambah dikurangi.
2.8.8 komponen lain
a. Pembentuk massa (bulking agents) digunakan dalam sediaan proses kering-
beku untuk meningkatkan kandungan padat setelah melewati proses liofilisasi.
Krio dan lioprotektan digunakan dalam sediaan kering beku, terutama untuk
protein yang peka terhadap proses pembekuan dan pengeringan. Bahan ini
menstabilisasi dan mencegah penguraian protein selama proses kering-beku
dan penyimpanan.
b. Zat pensuspensi menjaga supaya zat tersuspensi dalam pelarut sesudah
pengocokan dan diresuspensi. Zat pengemulsi menurunkan tegangan
antarmuka sehingga memungkinkan pencampuran minyak dan pelarut air
dalam formulasi.
c. Agen semisolida
Bahan semisolida membantu dispersibilitas dari obat dalam salap mata dan
berfungsi pula sebagai basis salap.
Contoh dari bahan tersebut:
1. Pembentuk masa untuk sediaan kering-beku
Manitol, laktosa
Sukrosa
Dekstran
2. Zat pensuspensi
CMCNa
Gelatin
Sorbitol
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 17/23
17
3. Krio dan lioprotektan
Sukrosa
PVP
Metilselulose
Gelatin
4. Basis salap okulenta
Vaselin
2.9 Karakteristik dasar SVP
1. Sterilitas
2. Bebas pirogen
3. Bebas dari partikel partikulat
4. Stabilitas
Stabilitas fisika dan kimia
5. Isotonisitas
SVP harus isotonis dengan darah, air mata, dan cairan biologi dalam
otot, jaringan, dan cairan spinal, dimana produk disuntikan.
Kemasan berbentuk:
1. Gelas
2. Karet
3. Plastik
2.10 Panduan dalam Memformulasi Sediaan Injeksi
Hal berikut perlu diperhatikan dalam mempersiapkan pembuatan
sediaan parentral.
1. Penggunaa nama generik
Bila lebih dari satu BA dalam formulasi, komponen ditulis dalam urutan
bjad. Bila terdapat bermacam BA, seperti formulasi B-kompleks, maka
komponen secara keseluruhan ditulis dibawah kategori generik, misal vitamin
B-komplek. Individual vitamin diurut sesuai dengan nama pertama. Sebagai
contoh, vitamin C ditulis sebagai asam askorbat, vitamin E sebagai alfa
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 18/23
18
tokoferol, dan vitamin D sebagai retinol. Formulasi Veteriner didentifikasi
dan didaftarkan terpisah dari formulasi untuk manusia. Sebagai contoh:
vitamin B kompleks Veteriner berbeda dengan vitamin B kompleks jika tanpa
indikasi untuk tujuan manusia
2. Penimbangan material
Penimbangan material berbentuk presentasi tabular, skala, dan kualitas
material yang digunakan. Skala (penimbangan) biasanya dipresentasikan
sebagai kualitas per millimeter (perlu diperhatikan mengenai perbedaan skala:
produk liofilisasi spesifikasinya dapat per vial dan dalam kasus kemasan
premik farmasi spesifikasinya per 50 ml, misalnya).
Penimbangan bahan secara multipel sering ditemukan pada produk yang
sama; yang dapat tampil sama atau hanya berbeda dalam kadar saja. Hanya
adakalanya dibutuhkan eksipien atau metode pembuatan yang sama atau
berbeda sehingga sering ada perbedaan formulasi, tetapi semuanya sangat
berguna.
3. Arahan Manufaktur
Arahan manufactur meliputi metodologi manufakturing produk secara
bertahap (step by step) pada skala komersial. Untuk menghindari kelebihan
(kesalahan) atau untuk menghemat ruang untuk setiap tipe produk harus ada
instruksi secara rinci mengenai ampul, vial, infus, volume besar, obat tetes
(drops), sedian nasal, atau obat tetes mata,. Ada tahap yang sama dan ada pula
yang berbeda pada masaing-masing bentuk sediaan.
Walaupun pembuatan sediaan berlangsung beberapa tahap, prosedur
sterilisasi setiap bentuk sediaan, sperti penggunaan filter membran berukuran
0,22 µm, prosedur pemindahan ke dalam tangki antaraa, sterilisasi penyaring,
pengujian penyaring menurut cara gelembung (bubble), autoklaving, atau
sterilisasi panas adalah sama untuk kebanyakan sediaan. Jika diperlukan
tindakan pengamanan zat beracun, zat yang sangat peka (misalterhadap udara
dan cahaya), atau zat yang memerulkan penanganan khusus, maka pada
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 19/23
19
paragraf pertama harus ada peringatan tertulis sebelum melakukan tahap
manufaktur. Manufaktur harus memahami betul ketentuan tentang cGMP.
Menurut ketentuan cGMP, harus ada rekaman rinci dari semua tahapan
proses ini. Dalam dokumen proses harus ada tanda tangan perihal kesesuaian
semua pengamatan, termasuk nama operator, waktu mulai proses dan waktu
akhir proses, seta pengamatan yang dilakukan. Sebaliknya rekaman ini juga
diparaf oleh supervisior yang bertanggung jawab.
Cara pembuatan obat yang baik adalah melakukan kualifikasi kualitas
air pada tahap awal operasi manufaktur. Contoh kualifikasi proses misalnya
dengan mengukur pH dan konduktifitas bukanlah merupakan indikator
sterilitas. Dalam beberapa hal, direkomendasikan untuk mengalirkan gas
Nitrogen dalam waktu cukup lama, dan lamanya tergantung pada kapisitas
tangki preparatif, pada umumnya minimal 20 menit. Disarankan tangki
berpenutup sehingga tertutup dan dapat mempertahankan kadar Nitrogen
dalam larutan. Perhatikan pula temperatur tangki preparasi. Jika dinyatakan
pada suhu kamar, maka definisi suhu kamar harus diliihat dan diacu dari
Farmakope.
Dalam kebanyakan hal, medium formulasi adalah air untuk injeksi
(derajat farmakope). Pengalaman menunjukkan bahwa air sering merupakan
sumber kontaminasi logam berat yang berasala dari kikisan pipa (dari baja
tahan karat yang mengandung metal angat reaktif). Perlu diperhatikan bahwa
air destilasi sangat korosif. Walaupun biasanya tidak memacu pertumbuhan
bakteri, air mampu membawa bakteri. Formulasi dapat secara spesifik
memerlukan air destilasi yang mendidih segar (freshly boilled distilled water),
atau dengan spesifikasi yang sama bertujuan untuk menjamin bahwa tidak ada
residu atau endotoksin yang terbentuk selama penyimpanan.
Tahap filtrasi merupakan tahap kritis, dan harus berhati-hati sekali,
tidak hanya dalam pemilihan filter yang tepat (berdasarkan sifat dielektrik dari
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 20/23
20
sediaan), tetapi juga dalam melakukan validasi penggunaan suatu filter,
terutama jika filter tidak diganti pada setiap siklus operasi.
Pengujian gelembung (bubble point) sebelum dan sesudah pengisian
perlu dilakukan selama penggunaan filter. Daya retentif dan filter juga
merupakan hal yang penting, dan sebagian ditentukan oleh sifat produk
(seperti viskositas, polaritas, dan sebagainya). Akan tetapi prefiltrasi dengan
filter berukuran 0,45µm sangat direkomendasikan, diikuti penyaringan dengan
filter berukuran 0,22 µm(untuk sterilisasi). Apakah suatu produk akan
disterilisasi secara terminal atau tidak. Sasaran utama selam proses adalah
untuk mengurangi kadar endotoksin dalam produk.
Formulator mempunyai beberapa opsi pilihan dalam menggunakan filter
untuk produksi sediaan steril. Panduan untuk produk yang diisikan secara
aseptik memerlukan persyaratan validasi filter, dan kebutuhan untuk
mengembangkan validasi dari sistem tidak boleh diabaikan. Rangkain filter
disterilkan sebelum digunakan dalam otoklaf, dan tidak boleh terdapat (ada)
pelanggaran dalam penggunaan rangkain unit filter. Kompatibilitas antara
produk dan pipa yang digunakan untuk transfer yang sering merupakan hal
yanh penting. Dalam beberapa hal digunakan tabung spesifik seperti “Tygon”.
Pengemas secara keseluruhan, sperti vial, ampul, penutup karet, dan
penyegel aluminium, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
produk. Integrasi kesatuan ini diperlukan untuk menjamin tidak adanya
kontaminasi dari sumber eksternal dan tidak ada pelepasan bahan kimia dari
bahan pengemas ke dalam produk.
Untuk produk steril, pada pengujian selama proses produk, mendapat
perlakukan yang sangat berlebihan (keras), dengan alasan pertama tidaklah
mungkin menyelamatkan suatu bets begitu sudah dikemas. Kedua, produk
mengalami pengujian visual 100% (yang sekarang dilakukan secara
automatik) dan karena itu disyratkan untuk melakukan validasi dari prosedur
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 21/23
21
pengujian, walaupun hal tidak dinyatakan dalam farmakope dan buku teks
lain.
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 22/23
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan isi makalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Produk steril adalah sediaan teraseptis dalam bentuk terbagi yang bebas
dari mikroorganisme hidup.
2. Injeksi atau parenteral (FI) adalah sediaan streil berupa larutan, emulsi
atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan
terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lender
injeksi.
3. Sediaan parenteral ini diberikan melalui beberapa rute pemberian yaitu
intravena, intraspinal, intramuskuler, subkutis, intraperitonial dan
intradermal.
4. Keuntungan sediaan parenteral yaitu :
Respon fisiologis obat dicapai, jika diperlukan sehingga
merupakan pertimbangan khusus untuk pasien jantung, asma,shcok, pingsan.
Terapi parenteral menemukan obat-obatan yang bukan hanya
efektif melalui mulut atau dirusak oleh saluran cerna seperti
insulin, hormon dan antibiotik.
Obat-obatan yang tidak kooperatif menimbulkan mual, muntah
atau pasien tidak sadar harus diberikan IV
5. Kerugian sediaan parenteral yaitu :
Sediaan parenteral mempunyai dosis yang harus ditentukan lebih
teliti waktu dan cara pemberian harus diberikan oleh tenaga yang
sudah terlatih.
7/16/2019 BAB II Sediaan Parenteral Volume Kecil
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-sediaan-parenteral-volume-kecil 23/23
23
Bila obat diberikan secara parenteral maka sulit dikembalikan efek
fisiologisnya.
3.2 Saran
Saran kami, sebaiknya pengetahuan tentang sediaan parenteral / injeksi
lebih banyak diberikan kepada para mahasiswa farmasi, agar para mahasiswa
dapat lebih memahami obat – obat yang diberikan melalui injeksi.
Recommended