View
235
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Bahasa, Teks, dan Wacana
Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem lambang bunyi
yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa adalah alat komunikasi
verbal. Bahasa berperan penting dalam menyusun pernyataan-pernyataan yang
digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu. Oleh karena itu, tanpa bahasa berarti
tak ada berita, cerita, maupun ilmu.
Bahasa dapat diwujudkan ke dalam teks. Halliday dan Hassan (1976: 1)
mengemukakan pendapatnya mengenai teks yaitu dapat berbentuk lisan maupun
tulisan, prosa atau puisi, dialog atau monolog. Teks merupakan deretan kalimat,
kata, dan sebagainya yang membentuk ujaran dan juga merupakan bentuk bahasa
tertulis seperti naskah (Kridalaksana, 2001: 212). Teks merupakan realisasi dari
sebuah wacana.
Wacana dipadankan dengan istilah le discours dalam bahasa Prancis. Le
discours dalam Dictionnaire de Linguistique (Dubois, 2002:150) diartikan sebagai
“une unité égale ou supérieure à la phrase ; il est constitué par une suite formant
un message ayant un commencement et une clôture”. Wacana adalah kesatuan
yang tatarannya lebih tinggi atau sama dengan kalimat, terdiri atas rangkaian yang
membentuk pesan, memiliki awal dan akhir. Senada dengan pendapat Dubois,
Kridalaksana (2001: 231) menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa
terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau
9
terbesar. Wacana ini direalisasikan ke dalam bentuk karangan yang utuh (novel,
buku, seri ensiklopedia, dsb.). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa wacana adalah segala pernyataan lisan atau tulis yang direalisasikan ke
dalam teks dan membentuk makna yang serasi diantara kalimat-kalimatnya.
Wacana dilihat dari media penyampaiannya dibagi menjadi dua jenis,
yaitu wacana lisan dan wacana tulisan (Tarigan, 1993: 52-55). Wacana lisan
(spoken discourse) adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media
lisan. Sang penerima harus menyimak atau mendengarkan penutur untuk
menerima, memahami, atau menikmati wacana yang disampaikannya. Wacana
lisan banyak ditemui dalam acara-acara di televisi, radio, khotbah, pidato,
deklamasi, dan sebagainya. Di sisi lain, wacana tulis (written discourse)
merupakan wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis. Untuk
menerima, memahami, atau menikmati wacana tulis maka sang penerima harus
membacanya. Wacana tulis terdapat dalam artikel, makalah, surat kabar, berita
online, dan lain-lain.
Wacana berita merupakan bentuk bahasa yang memiliki ciri struktur berita
yang berisi suatu peristiwa dan dipublikasikan melalui surat kabar. Wacana dalam
berita sering dikaitkan dengan politik karena penggunaan bahasanya dipengaruhi
oleh ideologi dan kekuasaan dari kelompok dominan. Kelompok tersebut
menggunakan ideologinya untuk mendapatkan kekuasaan dengan cara membujuk
dan membuat keyakinan-keyakinan yang ingin ditanamkan kepada kelompok lain
atau masyarakat. Ideologi tersebut disampaikan melalui bahasa yang dipakai
untuk mempengaruhi atau mengubah ideologi seseorang sehingga dapat
10
mempengaruhi pola pikirnya bahkan dapat mengendalikan pikirannya. Hal ini
dapat dibuktikan melalui bahasa yang dipakai oleh seseorang yang berpikiran
negatif tentang peristiwa tertentu dapat mengubah pemahaman orang lain tentang
peristiwa tersebut sehingga pola pikir orang tersebut dapat menjadi negatif. Begitu
pula seseorang dapat mengubah pola pikir negatif orang lain menjadi positif
melalui bahasa.
B. Berita dalam Media Massa
Media massa merupakan hasil produksi dari teknologi modern sebagai
saluran dalam komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan sebuah proses
dimana pesan yang diproduksi secara massal disebarkan kepada penerima pesan
siapapun,dimanapun, dan kapanpun. Penerima pesan dapat dari semua kalangan
tanpa memandang umur, jenis kelamin, domisili, dan lain-lain. Media massa
memiliki berbagai macam bentuk, baik media elektronik (televisi, radio, dan
internet), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, maupun film. Oleh
karena itu, media massa dapat dinikmati audience tanpa batasan hambatan ruang
dan waktu karena media massa merupakan alat-alat dalam komunikasi yang dapat
menyebarkan pesan dengan cepat kepada audience yang luas.
Media massa adalah salah satu cara yang paling banyak digunakan untuk
mengakses informasi di sekitar kita. Media massa memiliki peranan besar dalam
membuat dan menentukan makna dari kejadian-kejadian yang terjadi di dunia
dengan bahasa yang dipakainya. Penggunaan bahasa dalam media berfungsi untuk
memaparkan kejadian-kejadian atau berita-berita yang dianggap pantas untuk
dimuat atau ditayangkan. Institusi media juga mempunyai andil untuk
11
menentukan kejadian atau berita mana yang dapat masuk atau tidak di dalam
koran atau televisi.
Berita merupakan bentuk pelaporan surat kabar tentang peristiwa tindakan,
pernyataan, atau masalah yang menarik perhatian orang yang muncul dalam
interaksi sosial (Assegaf, 1982: 21-37). Media berita merupakan salah satu dari
media massa yang penyajiannya terfokus pada informasi berita terbaru yang
disampaikan kepada publik. Tebba (2005: 152) menyatakan bahwa berita bersifat
ideologis, politis, dan bisnis. Oleh karena itu, sebuah wacana berita tidak dapat
dipahami sebagai sesuatu yang netral dan berlangsung secara alamiah.
C. Analisis Wacana Kritis
Stubs (1983: 1) mengatakan, analisis wacana merupakan suatu kajian
yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik
dalam bentuk lisan maupun tulisan. Di samping itu, bagi Brown dan Yule (1983:
1) analisis wacana adalah investigasi terhadap penggunaan bahasa pada suatu teks
yang dianggap sebagai komunikasi verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi
yang menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa analisis wacana merupakan kajian yang digunakan untuk
menginvestigasi penggunaan bahasa pada suatu wacana baik dalam bentuk lisan
maupun tulisan.
Mohammad A.S. Hikam dalam Yudi Latif dan Idi Subandy Ibrahim (1996:
78-86) membagi tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana.
Pertama, pandangan positivisme-empiris memisahkan antara pemikiran dan
realitas. Seseorang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang
12
mendasari pernyataan dalam sebuah wacana. Titik perhatian berdasarkan pada
sintaksis dan semantik dalam suatu pernyataan. Oleh karena itu, analisis wacana
dimaksudkan untuk menggambarkan tata urutan kalimat, bahasa, dan pengertian
bersama. Pandangan kedua, konstruktivisme, bahasa yang digunakan seseorang
memiliki tujuan tertentu dan subjek memiliki kemampuan untuk mengontrol
maksud tertentu dalam wacana. Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan
sebagai suatu analisis untuk mengurai maksud dan makna tertentu dalam suatu
wacana. Ketiga, pandangan kritis. Bahasa dianggap terlibat dalam hubungan
kekuasaan terutama dalam membentuk subjek dan berbagai tindakan representasi
yang terdapat dalam masyarakat. Individu dapat dipengaruhi oleh kekuatan sosial
yang ada di masyarakat yang menjadikan individu sebagai subjek yang tidak
netral. Oleh karena itu, analisis wacana menekankan pada kekuatan yang terjadi
pada proses produksi dan reproduksi makna. Jadi, analisis wacana menurut
pandangan kritis dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses
bahasa seperti perspektif yang mesti dipakai, batasan-batasan yang diperkenankan
menjadi wacana, dan topik yang dibicarakan.
Menurut Fairclough (2001: 125), analisis wacana yang menggunakan
pendekatan kritis memperlihatkan adanya keterkaitan antara kekuasaan dan
ideologi di dalam sebuah wacana. Bagi Badara (2012: 26) analisis wacana kritis
adalah suatu pengkajian secara mendalam yang berusaha mengungkap kegiatan,
pandangan, dan identitas, berdasarkan bahasa yang digunakan dalam wacana.
Senada dengan Fairclough dan Badara, Richards dan Schmidt (2002: 161)
mengemukakan bahwa dalam analisis wacana kritis, wacana digunakan untuk
13
menunjukkan tidak hanya jenis pembicaraan tetapi juga makna dan nilai-nilai
yang terkandung di dalam pembicaraan. Dari beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa analisis wacana kritis merupakan upaya dalam melihat bahasa
di dalam sebuah wacana yang menjadi faktor penting untuk pengungkapan
ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat.
Analisis wacana kritis mempunyai karakteristik penting seperti yang
disarikan oleh Eriyanto dari Van Dijk, Fairclough, dan Wodak (2012: 7-14)
sebagai berikut:
1. Tindakan
Wacana dipandang sebagai bentuk interaksi dan dipahami sebagai sebuah
tindakan. Seseorang berbicara, menulis, dan menggunakan bahasa bukan untuk
dirinya sendiri, melainkan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain.
Oleh karena itu, menimbulkan beberapa konsekuensi dalam memandang sebuah
wacana. Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan dan
mengandung maksud tertentu baik besar maupun kecil. Kedua, wacana dipahami
bukan sebagai sesuatu yang di luar kendali, namun diekspresikan secara sadar dan
terkontrol.
2. Konteks
Wacana diproduksi, dimengerti, dan dianalisis secara kritis dengan
mempertimbangkan konteks. Konteks tidak hanya sesuatu yang dilisankan, tetapi
juga kejadian-kejadian nonverbal lain, yaitu keseluruhan wacana. Konteks wacana
dalam gagasan Sumarlam (2003: 47) merupakan aspek-aspek internal wacana dan
segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana. Di samping itu,
14
Halliday dan Hassan (1994: 6) berpendapat bahwa konteks berperan sebagai
jembatan antara teks dan situasi tempat teks terjadi. Konteks mendahului teks
karena situasi ada lebih dahulu dari wacana yang berhubungan dengan situasi
tersebut.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan konteks yang lebih terperinci
yaitu komponen tutur SPEAKING (situation, partisipants, ends, acts, key,
instrument, norms, dan genre) yang dikemukakan oleh Dell Hymes (1989: 62).
Situation (S) yang terdiri atas setting dan scene, yang bersifat fisik dan meliputi
tempat atau waktu terjadinya tuturan. Partisipant (P) yaitu mencakup penutur,
petutur, pengirim dan penerima. End (E), meliputi maksud atau tujuan dan hasil.
Hasil berupa tanggapan atas suatu pertuturan. Act sequence (A), terdiri atas bentuk
pesan dan isi pesan. Key (K), mengacu pada nada, cara, atau semangat
penyampaian pesan. Instrument (I), menunjuk pada jalur bahasa yang digunakan
dalam pembicaraan seperti lisan, tulisan. Selanjutnya, norm (N) mengacu pada
aturan-aturan atau norma interaksi dan interpretasi. Norma interaksi merupakan
norma yang terjadi dalam cara menyampaikan pertanyaan, interupsi, pernyataan,
perintah dalam percakapan. Norma interpretasi, yakni penafsiran norma oleh
partisipan dalam tuturan. Genre (G) mencakup jenis bentuk penyampaian pesan
seperti pidato, doa, surat, iklan, dan sebagainya.
Di bawah ini adalah contoh komponen tutur SPEAKING.
(2) Côte-d'Or: ils forçaient des enfants à se frapper entre eux
Six jeunes hommes d'une vingtaine d'années ont été interpellés mardi
pour avoir forcé des jeunes enfants de 9 et 10 ans à se frapper entre
eux, à Quetigny, en Côte-d'Or, rapporte le Bien Public.
Trois des suspects ont été mis en examen pour provocation de mineur
de moins de 15 ans à commettre des violences, violences sans
15
incapacité sur mineur de 15 ans et port d’arme. Une information
judiciaire est ouverte.
Les gendarmes ont été mis sur leur piste après plusieurs semaines
d'enquête, alors que des bruits couraient qu'un groupe de jeunes
hommes terrorisait des enfants, tirant sur eux avec des pistolets à
billes, et le forçant à combattre entre eux. Trois victimes ont été
identifiées, et deux ont porté plainte, selon le quotidien.
(http://www.bfmtv.com/societe/cote-dor-forcaient-enfants-a-se-
frapper-entre-eux-646546.html)
(Côte-d'Or: mereka memaksa anak-anak untuk memukul mereka
Enam pemuda dua puluhan tahun telah ditangkap pada hari Selasa
karena telah memaksa anak-anak yang berusia 9 dan 10 tahun untuk
memukul mereka di Quetigny, Côte-dOr, kata Bien Public.
Tiga tersangka telah didakwa atas hasutan kepada anak-anak di bawah
umur 15 tahun untuk melakukan kekerasan, kekerasan hak pada anak
di bawah umur 15 tahun dan membawa senjata. Sebuah investigasi
kriminal dibuka.
Para polisi telah berada di jejak mereka setelah beberapa minggu
penyelidikan, sementara rumor adalah sekelompok pemuda meneror
anak-anak, menembak mereka dengan pistol bola dan memaksanya
untuk melawan mereka. Tiga korban telah diidentifikasi, dan
keduanya telah mengeluh, menurut surat kabar itu.)
Pada contoh (2) dapat diketahui situation-nya di Quetigny, Côte-dOr.
Partisipant yang terdapat pada contoh (2) di atas yaitu six jeunnes hommes d’une
vingtaine d’années (enam pemuda dua puluhan tahun), des jeunes enfants de 9 et
10 ans (anak-anak yang berumur 9 dan 10 tahun), dan les gendarmes (para polisi).
End dari wacana di atas adalah penangkapan enam pemuda yang meneror anak-
anak dan membawa senjata.
Act sequence didahului dengan mendeskripsikan peristiwa dari umum ke
khusus. Dimulai dari peristiwa yang sedang terjadi yaitu telah ditangkapnya
pelaku yang telah memaksa anak-anak untuk memukul. Kemudian, paragrafnya
dikembangkan dengan investigasi yang menghasilkan identifikasi korban. Key
dari contoh (2) dapat diketahui bahwa adanya dukungan atas aksi atau tindakan
dari para polisi dalam menangkap para pelaku. Instrument bahasanya berbentuk
16
tulisan berbahasa Prancis. Selanjutnya, norm pada contoh (2) yaitu
mendeskripsikan tindakan penangkapan pelaku teror terhadap anak-anak di bawah
umur yang dilakukan oleh para polisi. Genre wacananya berupa berita.
3. Histori
Wacana diproduksi dalam konteks tertentu ketika wacana ditempatkan
dalam konteks sosial tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan
konteks yang menyertainya. Untuk dapat mengerti suatu teks, adapun aspek
penting yang diperhatikan yaitu dengan menempatkan wacana tersebut dalam
konteks historis tertentu.
4. Kekuasaan
Aspek kekuasaan perlu pula untuk dikritisi untuk mengamati hal-hal yang
tersembunyi karena wacana yang muncul dalam bentuk teks maupun percakapan
merupakan bentuk pertarungan kekuasaan dan bukan sebagai sesuatu yang
alamiah, wajar, dan netral. Kekuasaan berperan sebagai suatu kontrol untuk
mengontrol seseorang atau kelompok lain melalui wacana. Kontrol tersebut tidak
selalu dalam bentuk fisik dan langsung, tetapi dapat berbentuk psikis atau mental
yang tersirat pada kosakata atau konteks dalam suatu wacana.
5. Ideologi
Ideologi dipersepsikan sebagai suatu pandangan dunia (worldview) yang
menyatakan nilai kelompok sosial tertentu untuk membela dan memajukan
kepentingan-kepentingan mereka. Di sisi lain, ideologi dilihat sebagai suatu
kesadaran palsu, yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan dengan cara
memutarbalikkan pemahaman orang mengenai realitas sosial. Wujud dari suatu
17
ideologi dapat dilihat melalui teks, percakapan, dan lainnya. Oleh karena itu,
dalam menganalisis suatu wacana harus dilihat konteks terutama ideologi yang
berperan dalam membentuk wacana.
D. Perspektif Pemberitaan
Perspektif menurut Kridalaksana (2001: 171) adalah pandangan yang
diambil pengamat pada suatu tertentu. Perspektif atau sudut pandang penulis
dapat dipengaruhi oleh ideologi dan praktik sosial tertentu. Oleh karena itu,
penulis atau wartawan dianggap sebagai pihak tidak netral dalam mengolah dan
memproduksi bahasa di dalam pernyataannya. Tidak sedikit wacana berita yang
bersifat provokatif dan merugikan pihak lain sehingga perlu mengkaji tulisan
lebih dalam untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa agar
mengetahui dan memahami makna yang terkandung di dalamnya.
Perspektif pemberitaan (Suroso, 2002: 17) adalah sudut pandang yang
didasari oleh latar belakang nilai-nilai keyakinan, pengetahuan, dan pandangan
hidup jurnalis (wartawan) dalam melihat, memproses, membuat, dan melaporkan
suatu peristiwa dalam interaksi sosial yang dikemas dalam wujud berita. Adapun
perspektif pemberitaan dalam surat kabar menurut Suroso (2002:167-179), yaitu:
1. Perspektif Pro Masyarakat
Perspektif pro masyarakat adalah sudut pandang yang didasari oleh nilai
keyakinan, ide-ide, dan pandangan yang mendukung masyarakat dalam melihat
dan melaporkan suatu peristiwa. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
18
(3) Tidak ada pertanggungjawaban politik dari pemerintah
BJ.Habibie terhadap kekerasan politik, diantaranya kasus 13-15
Mei 1998 dan tidak ditindaklanjutinya rekomendasi Tim Gabungan
Pencari Fakta (TGPF) yang dibentuk oleh pemerintah yaitu adanya
kerusuhan politik dan kasus kekerasan terhadap wanita serta tidak
adanya kemauan yang sungguh-sungguh untuk menyelesaikan
berbagai kasus yang ada selama ini, termasuk kasus Soeharto,
Trisakti, dan kerusuhan Mei 1998. (Kompas, Jumat 14 Mei 1999 via
Suroso (2002: 168))
Kutipan (3) dapat dilihat bahwa sikap wartawan dan surat kabar yang
mencerminkan perspektif pro masyarakat. Wartawan memutuskan menggunakan
kalimat “tidak ada pertanggungjawaban politik BJ.Habibie terhadap
kekerasan politik” tentunya bukan tanpa alasan. Dari topik yang dikembangkan
dalam paragraf pertama terlihat bahwa wartawan memilih untuk mendukung
masyarakat yang diwakili oleh berbagai elemen anti pemerintah yang menolak
dan tidak mendukung Habibie karena aparatnya tidak mampu memutuskan kasus-
kasus kekerasan pelanggaran HAM.
Berikut contoh kutipan penggunaan perspektif pro masyarakat dalam
bahasa Prancis.
(4) Syrie: 100 morts dans l'attentat de mardi
Au moins 100 personnes, dont près de 80 civils, ont été tuées dans le
double attentat à la voiture piégée revendiqué par des jihadistes et qui
a frappé mardi un quartier pro-régime à Homs, troisième ville de Syrie,
selon une ONG.[....]
(http://www.lefigaro.fr/flash-actu/2014/04/30/97001-
20140430FILWWW00148-syrie-100-morts-dans-l-attentat-de-
marhier.php)
Suriah: 100 orang tewas dalam serangan pada hari Selasa
Setidaknya 100 orang, termasuk sekitar 80 warga sipil tewas dalam
pemboman ganda di mobil yang diklaim milik jihadis dan memukul
pro-rezim di Homs, lingkungan kota terbesar ketiga Suriah pada hari
Selasa, menurut sebuah ONG. [...]
19
Dalam wacana (4) di atas disebutkan bahwa au moins 100 personnes,
dont près de 80 civils, ont été tuées (setidaknya 100 orang, termasuk sekitar 80
warga sipil tewas) menunjukkan bentuk keprihatinan akan kematian korban yang
merupakan warga Suriah itu sendiri. Hal ini menandakan bahwa wartawan
memihak pada korban perang yaitu masyarakat Suriah. Jadi, pada kalimat (5)
mengandung perspektif pro masyarakat.
2. Perspektif Pro Pemerintah
Perspektif pro pemerintah merupakan sudut pandang yang didasari oleh
nilai keyakinan, ide-ide, dan pandangan yang mendukung pemerintah.
Keberpihakan pers pada pemerintah dengan mengadvokasi kepentingan pejabat
pemerintah baik yang ada di lembaga eksekutif, yudikatif, dan militer.
(5) Tragedi Trisakti masih merupakan misteri dan belum bisa disimpulkan
siapa yang memberondongkan tembakan ke sekitar kampus yang
menyebabkan gugurnya empat mahasiswa Trisakti. Sebelum uji
balistik ke Kanada telah dilakukan uji balistik di Pindad, ITB, dan
Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri dengan
kesimpulan berbeda. Uji balistik di ITB menyimpulkan senjata yang
digunakan jenis stayer dab SS-1. Sedangkan di Puslabfor Polri senjata
yang digunakan adalah SS-1 dan M-16 A2. Senjata stayer biasa
digunakan oleh Unit Rreaksi Cepat (URC) atau Brimod (brigadir
mobil), SS-1 digunakan Gegana (brimob) dan M-16 digunakan
Kopassus dan lembaga Abri.
Pihak militer yang sedang bertugas di lapangan bersikeras tidak
memakai peluru tajam dan beberapa aparat UC mengaku menembak
ke Pos Jaga Usakti. Itupun peluru karet.
(Republika, Jumat 14 Mei 1999 via Suroso (2002: 171))
Wartawan memutuskan menggunakan satuan linguistik “sebelum uji
balistik ke Kanada” untuk pengungkapan tragedi di Trisakti yang
memperlihatkan adanya sikap positif kepada pemerintah yang mempunyai niat
baik untuk menyelidiki kasus penembakan empat mahasiswa Trisakti setelah
20
pemerintah memperoleh bukti uji balistik di Kanada. Fokus perhatian dari contoh
(5) adalah sumber-sumber yang berasal dari pemerintah seperti Pindad dan
Puslabfor Mabes Polri. Hal ini berarti, wartawan mendukung sikap pemerintah
melalui aparat penyelidiknya (Puslabfor) Mabes Polri dan Pindad.
Berikut contoh wacana berita yang menggunakan perspektif pro
pemerintah dalam bahasa Prancis.
(6) Gironde: Un gendarme renversé par un véhicule, le chauffard en fuite
Le conducteur d'un véhicule en fuite était activement recherché après
avoir renversé dans la nuit de samedi à dimanche à Saint-André-de-
Cubzac, en Gironde, au nord de Bordeaux, un gendarme qui a été
blessé et transporté à l'hôpital, a-t-on appris auprès de la gendarmerie.
L'accident s'est produit vers 1H10, lors d'un contrôle routier classique.
Le conducteur du véhicule, "activement recherché", a refusé de
s'arrêter, percutant un gendarme de la Brigade motorisée de Saint-
André-de-Cubzac.[...]
(http://www.bfmtv.com/societe/gironde-un-gendarme-renverse-un-
vehicule-chauffard-fuite-767519.html)
Gironde: Seorang polisi tertabrak kendaraan, sopir yang ngawur
melarikan diri
Pengemudi kendaraan yang melarikan diri di Sabtu malam dicari
dengan giat pada hari Minggu setelah menabrak di Saint-André-de-
Cubzac, Gironde, utara Bordeaux, seorang polisi yang terluka dan
dibawa ke rumah sakit, setelah mendengar berita menurut polisi.
Kecelakaan terjadi pukul 1.10, ketika patroli. Pengemudi kendaraan,
“giat dicari”, menolak berhenti, menabrak polisi dari Brigade bermotor
dari Saint-André-de-Cubzac.[...]
Dari contoh (6) dapat diketahui bahwa fokus dari wacana di atas berasal
dari pemerintahan yaitu un gendarme (polisi) yang menjadi korban tabrak lari.
Wartawan memarjinalkan le conducteur d'un véhicule (pengemudi kendaraan)
dengan kalimat le conducteur d'un véhicule en fuite était activement recherché
après avoir renversé (pengemudi kendaraan yang melarikan diri dicari dengan
giat setelah menabrak). Kalimat tersebut menunjukkan bahwa pengemudi
kendaraan menjadi buron karena menabrak seorang polisi dan tidak mau
21
bertanggung jawab atas perbuatannya. Oleh karena itu, dalam wacana di atas
wartawan berpihak pada polisi yang menjadi korban tabrak lari. Jadi, kalimat (7)
di atas mengandung perspektif pro pemerintah.
3. Perspektif Netral
Perspektif netral ialah sudut pandang yang didasari oleh sikap jurnalis
dalam memberitakan atau menginformasikan suatu wacana yang ditulisnya
dengan netral terhadap semua pihak yang terlibat dalam wacana, yakni
masyarakat satu dan masyarakat yang lainnya. Berikut contoh penggunaan
perspektif netral dalam bahasa Indonesia (Suroso, 2002: 34)
(7) Presiden BJ.Habibie menegaskan kemenangan maupun kekalahan
merupakan hal yang wajar, alamiah, dan tak terpisahkan dalam
pemilihan umum (Pemilu). Yang kalah harus bisa menerima dengan
lapang dada dan berjiwa besar. Sebaliknya, bagi yang menang,
diharapkan tidak sampai pongah, dan melupakan behwa Indonesia
merupakan keluarga besar.
(Kompas, Senin 7 Juni 1999 via Suroso (2002: 174-175))
Dari teks (7) mencerminkan bahwa wartawan bersikap netral. Wartawan
tidak memvonis partai tertentu lebih baik dari partai lain. Hal tersebut dapat
ditunjukkan pada kalimat “Presiden BJ.Habibie menegaskan kemenangan
maupun kekalahan merupakan hal yang wajar, alamiah, dan tak
terpisahkan dalam pemilihan umum (Pemilu)”. Dalam pemilu, semua orang
memiliki hak yang sama dan tanpa paksaan untuk menentukan pilihan sesuai
dengan aspirasi yang mungkin terwakili oleh wakil pemilih di partai tertentu.
Partai-partai yang berkompetisi pun memiliki peluang yang sama untuk menang
dan kalah.
22
Berikut contoh penggunaan perspektif netral dalam bahasa Prancis.
(8) Ecosse : les pour et les contre l'indépendance font jeu égal dans un
nouveau sondage
Dimanche, le sondage qui a donné pour la première fois le «oui» à
l'indépendance écossaise gagnant a fait planer pour de bon le spectre
d'une sécession qui semblait jusqu'alors improbable. Deux jours plus
tard, mardi 9 septembre, un nouveau sondage confirme la poussée des
indépendantistes, et place « oui » et « non » au coude-à-coude : le
premier recueillerait 38 % des voix, le second 39 %, tandis que 23 %
des sondés ne se proncent pas. [...]
(http://www.lemonde.fr/europe/article/2014/09/09/ecosse-les-pour-et-
les-contre-l-independance-font-jeu-egal-dans-un-nouveau-sondage_
4484118_3214.html)
Skotlandia: pro dan kontra kemerdekaan sama kuatnya dalam sebuah
angket baru
Minggu, angket yang diberikan untuk pertama kalinya “persetujuan”
pada Kemerdekaan Skotlandia yang memenangkan kemerdekaan
melayangkan bayanganp dari adanya pemisahan diri yang sebenarnya
tidak mungkin sampai saat ini. Dua hari kemudian, selasa 9
September, angket baru menguatkan desakan orang-orang yang
menghendaki untuk merdeka, dan menempatkan “ya” dan “tidak”
berdampingan: yang pertama mendapat 38% suara, yang kedua
39%, sedangkan 23% diduga tidak menyatakan. [...]
Pemakaian kosakata les pour et les contres (pro dan kontra) pada judul
menunjukkan bahwa adanya dua pihak yang berlawanan. Pada kalimat le premier
recueillerait 38 % des voix, le second 39 %, tandis que 23 % des sondés ne se
proncent pas (yang pertama mendapat 38% suara, yang kedua 39%, sedangkan
23% diduga tidak menyatakan), wartawan berusaha untuk melaporkan suatu
peristiwa secara netral dengan menyajikan persentase dari pihak pro, kontra,
maupun golput. Sikap wartawan yang menyajikan tulisan yang tidak
mencerminkan sikap mendukung ataupun tidak mendukung terhadap peristiwa
yang terjadi di Skotlandia tersebut. Oleh karena itu, wacana tersebut
memperlihatkan perspektif netral.
23
4. Perspektif Pro Lain
Perspektif pro lain didasari sikap wartawan yang pro dengan golongan atau
kelompok tertentu selain pemerintah dan masyarakat (rakyat) dalam melihat dan
melaporkan suatu peristiwa dalam wacana. Berikut adalah contoh dari perspektif
pro lain.
(9) Empat tokoh partai kemarin bertemu untuk membicarakan apa
yang oleh deklarator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Abdurrahman Wahid (Gusdur) sebagai “buah simalakama
Mega”. Keempat tokoh itu adalah Gusdur, Ketua PAN Amien Rais,
Presiden Partai Keadilan Nniurmahmudi Ismail, dan Ketua PPP
Hamzah Haz.
[...] “Kalau Megawati terpilih menjadi presiden, gerakan Islam tak
akan mau menerimanya. Tetapi kalau Megawati terpilih keadaan juga
belum tentu baik. Ini buah simalakama. Makanya kami berkonsultasi
mencari jalan keluar, kata Gus Dur seusai bertemu Hamzah haz di
kantor Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU).
[...] Sedangkan Hamzah Haz menegaskan bahwa partainya sudah
terikat fatwa ulama yang melarang wanita menjadi presiden.”Kalau
Megawati terpilih, PPP tidak akan bersedia diajak dalam
pemerintahannya, katanya.
(Republika, Minggu, 27 Juni 1999 via Suroso (2002: 174-175))
Dari teks (9) di atas diketahui bahwa wartawan pro terhadap partai yang
berbasis massa Islam yaitu PKB, PAN, dan Partai Keadilan. Kalimat “Empat
tokoh partai kemarin bertemu untuk membicarakan apa yang oleh
deklarator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdurrahman Wahid
(Gusdur) sebagai “buah simalakama Mega”.” menunjukkan bahwa wartawan
memarjinalkan Mega. Wartawan juga hanya melihat dari golongan tertentu yaitu
partai berbasis massa Islam dan tidak melihat lagi bahwa Megawati memiliki
peluang untuk menjadi presiden. Padahal Megawati dan partainya telah berhasil
memenangkan Pemilu walaupun tidak secara mutlak.
Berikut contoh penggunaan perspektif pro lain dalam bahasa Prancis.
24
(10) Belgique :Une mère au chômage noie ses deux enfants
Elle confesse avoir "réfléchi à cet acte depuis trois ans". Une mère de
famille au chômage de la région de Namur, en Belgique, a avoué
lundi avoir noyé ce week-end ses deux fils de 2 et 6 ans dans une
baignoire en raison de ses difficultés financières, a indiqué le parquet.
"Elle était angoissée par une situation financière difficile. C'est la
seule solution qu'elle ait trouvée pour que ses enfants ne soient pas
malheureux quand ils seraient adultes, a-t-elle dit", a expliqué le
procureur de Namur, Philippe Dulieu, cité par l'agence Belga.[...]
(http://www.bfmtv.com/societe/belgique-une-mere-chomage-noie-
deux-enfants-768309.html)
Belgia: Seorang ibu pengangguran menenggelamkan kedua anaknya
Dia mengakui “telah memikirkan perbuatannya sejak tiga tahun
lamanya”. Seorang ibu yang pengangguran dari keluarga di daerah
Namur, di Belgia, pada hari Senin mengakui telah menenggelamkan
dua anak laki-lakinya yang berumur dua dan enam tahun ke dalam bak
mandi pada akhir pekan dikarenakan kesulitan finansialnya, kata
Dewan magistratur pengadilan.
“Dia dicemaskan oleh keadaan finansial yang sulit. Itulah satu-satunya
solusi yang ia temukan agar anak-anaknya tidak sengsara ketika
mereka dewasa nanti, katanya.”, jelas jaksa dari Namur, Philippe
Dulieu, dikutip oleh kantor Belga. [...]
Dalam contoh (10) di atas, wartawan memarjinalkan une mère (seorang
ibu) dengan menunjukkan hubungan relasi di antara partisipan. Wacana di atas
menekankan pada pemikiran yang salah dari seorang ibu atas perbuatannya
kepada anak-anaknya. Hal tersebut ditunjukkan pada kalimat “Elle était angoissée
par une situation financière difficile. C'est la seule solution qu'elle ait trouvée
pour que ses enfants ne soient pas malheureux quand ils seraient adultes” (Dia
dicemaskan oleh keadaan finansial yang sulit. Itulah satu-satunya solusi yang ia
temukan agar anak-anaknya tidak sengsara ketika mereka dewasa nanti). Oleh
karena itu, dalam wacana di atas tersirat bahwa wartawan bersimpati atas
peristiwa yang terjadi pada korban yaitu ses deux fils de 2 et 6 ans (anak-anaknya
yang berumur 2 dan 6 tahun). Jadi, contoh tersebut mengandung perspektif pro
anak.
25
E. Bentuk Ekspresi Bahasa
Bentuk ekspresi bahasa merupakan istilah yang mengacu pada struktur
bahasa, unsur-unsur bahasa atau pembentuk bahasa, seperti leksikon (kosakata),
sintaksis, tindak tutur, dan gaya bahasa. Penggunaan bahasa dalam perspektif
suatu ideologi dipengaruhi oleh pemilihan bentuk ekspresi linguistik, seperti
pemakaian kosakata, sistem ketransitifan, transformasi sintaksis: pasivasi dan
struktur nominalisasi, modalitas, tindak tutur, metafora, dan struktur informasi
(Fowler, 1996: 68-90). Namun, bentuk ekspresi yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah kosakata dan modalitas.
1. Kosakata
Kata atau kosakata, kalimat, dan proposisi merupakan pilihan linguistik
yang mencerminkan ideologi tertentu. Hal ini berarti, dalam pemakaian kosakata
atau kata, kalimat, dan struktur atau bentuk kalimat oleh penulis atau wartawan
tidak hanya dipandang sebagai persoalan tata bahasa atau linguistik, tetapi juga
sebagai ekspresi dari ideologinya. Karena pemakaian kosakata yang berbeda akan
menghasilkan realitas yang berbeda pula ketika diterima oleh khalayak.
Kosakata mempunyai peran pada suatu pemberitaan di media yang
diungkapkan oleh Fowler, dkk. (1979, 8) sebagai berikut.
a. Kosakata: membuat klasifikasi
Pada dasarnya bahasa menyediakan klasifikasi. Realitas yang kompleks
membuat seseorang memberikan penyederhanaan dan abstraksi mengenai realitas
dari suatu peristiwa. Klasifikasi menyediakan tempat untuk mengontrol informasi
dan pengalaman. Klasifikasi tersebut bermakna peristiwa yang seharusnya dilihat
26
dari sisi yang satu bukan yang lain. Sistem klasifikasi ini berbeda antara satu
orang dengan orang lain karena setiap orang mempunyai pengalaman budaya,
sosial, dan politik yang berbeda. Berikut ini contoh kosakata: membuat klasifikasi
mengenai peristiwa yang terjadi di Timor Timur yang diberikan oleh Eriyanto
(2012: 135).
(11) Tabel 1: Klasifikasi Kata Tindakan Interfet
Klasifikasi (Anti-Interfet) Klasifikasi (Pro-Interfet)
Masalah dalam negeri Masalah internasional
Intervensi, konspirasi internasional Bantuan kemanusiaan
Menambah kekerasan Menghentikan kekerasan
Nasionalisme Hak asasi manusia, hukum internasional,
nilai kemanusiaan
Interfet (International Force for East Timor) adalah pasukan penjaga
perdamaian multinasional yang dibentuk untuk mengatasi krisis kemanusiaan dan
situasi keamanan di Timor Timur. Kata “Interfet” telah memberi klasifikasi
bahwa peristiwa yang terjadi di Timor Timur adalah masalah internasional.
Diperjelas dengan pemakaian kosakata “intervensi” yang memberikan makna
pada masalah Timor Timur sebagai masalah internasional, bukan masalah
Indonesia saja. Kosakata “intervensi” juga membatasi pandangan khalayak
pembaca atas pengklasifikasian persoalan tersebut hanya semata sebagai
persoalan kehadiran pasukan asing di Timor Timur. Hal ini dapat dilihat pada
tabel 1 di atas yang tidak terdapat fakta tentang tindakan kekerasan dan kerusuhan
yang tengah terjadi. Dari klasifikasi kosakata dalam tabel di atas dapat dipahami
bahwa wartawan ingin mengarahkan pandangan khalayak pembaca pada
kehadiran pasukan interfet di Timor Timur.
27
Berikut adalah kata kunci dari kosakata yang membuat klasifikasi dalam
bahasa Prancis mengenai tindakan yang dilakukan oleh Mourad Fares di Prancis1.
(12) Tabel 2: Klasifikasi Kata Tindakan Mourad Fares
Klasifikasi Anti-Mourad Fares Klasifikasi Pro-Mourad Fares
Principaux recruteurs de Français
(perekrut utama Prancis)
Aucun élément ne permet de
soupçonner Mourad Fares d'avoir
voulu rentrer en France pour y
mener une action terroriste.
(Tidak ada bukti untuk menduga
Mourad Fares ingin pergi ke
Prancis untuk melakukan
tindakan teroris)
Se faisant le propagandiste du jihad
en Syrie et appelant les musulmans
français à le rejoindre
(membuat propaganda jihad di Suriah
dan menyerukan Muslim Perancis
untuk bergabung dengannya)
Fuir l'Etat islamique (EI)
(menghindari negara Islam (EI))
Pemakaian kosakata “recruteurs” yang bermakna perekrut
mengklasifikasikan pada tindakan Mourad Fares di Prancis. Dengan memberi
kosakata tersebut untuk mendeskripsikan Mourad Fares, wartawan telah
membentuk klasifikasi dan realitas bahwa Moured Fares adalah seseorang yang
tidak baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya rasa tidak suka (anti) pada
Mourad Fares. Klasifikasi pada pemakaian kosakata tersebut memperlihatkan
bahwa teks mengacu pada tindakan yang dilakukan oleh Mourad Fares.
1 sumber: http://www.sudouest.fr/2014/09/12/soupconne-de-recruter-des-jihadistes -en-france-il-
est-arrete-en-turquie-1669472-4803.php
28
b. Kosakata: membatasi pandangan
Bahasa membatasi pembaca untuk memahami sesuatu seperti apa yang
dikatakan oleh penulis bukan yang lain. Pemilihan kosakata yang dipakai penulis
berpengaruh terhadap pemahaman dan penafsiran pembaca dari suatu peristiwa.
Hal ini dikarenakan pembaca tidak mengalami atau mengikuti suatu peristiwa
secara langsung. Oleh karena itu, ketika khalayak membaca suatu berita, akan
dihubungkan pada suatu realitas tertentu.
Peristiwa yang sama dibahasakan oleh media massa yang berbeda dapat
menghasilkan judul berita yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dalam buku
Eriyanto (2012: 137) mengenai kasus Tobelo, Galela, dan Jailolo (Maluku) yang
bermula pada 26 Desember 1999 dari tiga media yang berbeda yaitu Republika,
Kompas, dan Suara Pembaruan, sebagai berikut.
(13) Tabel 3: Kosakata: Membatasi Pandangan
Kosakata Perang (dari Republika) Kosakata Penghalusan (dari Kompas
dan Suara Pembaruan)
Perang, pembunuhan, pembantaian,
pembasmian, pertempuran,
pembumihangusan, pembersihan
Tragedi, insiden, kasus, masalah
Perang antara Islam Kristen,
pertempuran laskar Islam dan Kristen,
pembantaian pasukan Kristen terhadap
mujahidin Islam
Kerusuhan berbau SARA, konflik
berbau SARA, pertikaian bernuansa
SARA, pertikaian antaragama
Dalam tabel di atas dapat dilihat perbedaan antara Republika dengan
Kompas dan Suara Pembaruan dalam menggambarkan peristiwa yang terjadi di
Tobelo, Galela, dan Jailolo (Maluku). Republika menyebut peristiwa tersebut
sebagai “pembantaian”. Pembantaian yang dimaksud adalah pembantaian yang
dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, Kompas dan Suara pembaruan menyebut
29
peristiwa tersebut sebagai “konflik” dan “pertikaian”. Pemakaian kosakata yang
berbeda ini dapat menimbulkan pemaknaan dan pandangan tertentu terhadap
peristiwa tersebut.
Berikut adalah contoh kosakata: membuat pandangan dalam bahasa
Prancis.
(14) Judul I: Des parents réclament l'arrêt des soins pour leur bébé
prématuré. (lemonde.fr)
(Orang tua meminta dengan sangat penghentian perawatan
untuk bayi prematur mereka)
Judul II: Un couple demande l'arrêt de la réanimation de son bébé.
(lefigaro.fr)
(Pasangan meminta penghentian kesadaran anaknya.)
Judul I menggunakan kosakata l'arrêt des soins (penghentian pengobatan).
Kosakata tersebut bermakna halus dibandingkan dengan kosakata l'arrêt de la
réanimation (menghentikan penyadarannya) pada judul II. Hal ini menyebabkan
bahwa kedua kosakata tersebut memberi pandangan pada khalayak bagaimana
peristiwa tersebut dipahami.
c. Kosakata: pertarungan wacana
Dalam suatu pemberitaan, setiap pihak mempunyai pendapat masing-
masing atas suatu masalah. Setiap pihak berusaha pendapatnya dianggap paling
benar dan lebih menentukan dalam mempengaruhi opini publik. Dalam upaya
memenangkan opini publik tersebut, masing-masing pihak berusaha memaksakan
agar kosakata yang mereka pakai lebih diterima oleh publik. Hal ini dapat dilihat
dalam tabel berikut yang memuat beberapa kosakata tentang masalah Aceh dalam
buku Eriyanto (2012:141).
30
(15) Tabel 4: Pertarungan Wacana Masalah di Aceh
Peristiwa Versi militer Versi GAM
Kreung Geukuh Militer terpaksa melakukan
penembakan karena massa
yang telah diprovokasi GAM
hendak menyerang Detasemen
Rudal 001. Akibat bentrok
antara massa dan militer, 31
orang tewas.
Tidak ada kontak senjata
dalam peristiwa tersebut.
Militer secara
membabibuta melakukan
penembakan kepada
massa. Akibatnya,
sebanyak 31 masyarakat
tewas.
Pulo Rungkem Kelompok tak dikenal, yang
diidentifikasi sebagai GAM,
secara membabibuta
menyerang dan
melemparkan granat ke
Detasemen Rudal 001.
Pelemparan granat itu
dilakukan sendiri oleh
militer untuk
mengalihkan perhatian
masyarakat dari kasus
Kreung Geukuh.
Terbukti tidak ada
kerusakan serius. [...]
Dalam tabel 4 di atas dapat diketahui adanya pertarungan wacana antara
dua pihak yaitu TNI dan GAM. Masing-masing pihak mempunyai gambaran yang
berbeda mengenai kasus yang terjadi di Kreung Geukuh dan Pulo Rungkem
(Aceh). Gambaran mereka berbeda baik dari terjadinya konflik, penyebab, situasi,
dan proses konflik, korban maupun pelaku. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4
dalam peristiwa di Pulo Rungkem menyebutkan bahwa menurut versi militer
terjadi serangan dan pelemparan granat yang dilakukan oleh GAM secara
membabi buta. Di sisi lain, versi GAM menyebutkan bahwa pelemparan
granat dilakukan oleh pihak militer sendiri. Perbedaan-perbedaan tersebut
memperlihatkan pertarungan wacana.
31
Berikut adalah contoh dari pertarungan wacana dalam bahasa Prancis
mengenai pelarangan memakai cadar di ruang publik di Prancis2:
(16) Tabel 5: Pertarungan Wacana Masalah Pemakaian Cadar
Les Juristes (Para Ahli Hukum) Les Universitaires (Para Akademisi)
Le législateur est seul compétent pour
réglementer l'exercice d'une liberté
publique, en l'occurrence le droit de
se vêtir librement.
(Legislatif memiliki yurisdiksi
eksklusif untuk mengatur pelaksanaan
kebebasan sipil, yaitu hak untuk
berpakaian bebas.)
La liberté individuelle peut être
limitée au nom du respect de la
pudeur d'autrui. C'est à ce titre que le
naturisme est interdit dans les rues.
(Kebebasan individu dapat dibatasi
atas nama menghormati kesopanan
orang lain. Hal tersebut adalah
naturisme yang tidak diperbolehkan di
jalan-jalan.)
Dari tabel (5) dapat diketahui bahwa ada dua pendapat yang berbeda dari
dua pihak, yaitu les juristes dan les universitaires mengenai pemakaian cadar di
ruang publik. Menurut les juristes, pemakaian cadar merupakan une liberté
publique, en l’occurence le droit de se vêtir librement (kebebasan sipil yaitu hak
untuk berpakaian bebas). Di sisi lain, les universitaires berpendapat bahwa
pemakaian cadar yang merupakan la liberté individuelle peut être limitée au nom
du respect de la pudeur d'autrui (kebebasan individu tersebut dapat dibatasi
untuk menghormati kesopanan orang lain). Pendapat-pendapat tersebut
merupakan pertarungan wacana untuk mempengaruhi cara pandang publik
terhadap masalah tersebut. Masing-masing pihak berusaha agar pendapat mereka
lebih diterima oleh publik.
2sumber: http://www.lefigaro.fr/actualite-france/2010/01/25/01016-20100125ARTFIG00505-
burqa -les-juristes-conseillent-la-voie-legislative-.php?cmtpage=0#comments-
20100125ARTFIG00505
32
d. Kosakata: marginalisasi
Pemilihan kata, kosakata, kalimat, atau klausa dalam penulisan
pemberitaan oleh wartawan atau jurnalis dipandang bukan sebagai sesuatu yang
netral tetapi membawa implikasi atau nilai ideologis tertentu. Ideologi yang
tersirat pada suatu pemberitaan merupakan upaya untuk membentuk pendapat
umum, meneguhkan, dan membenarkan pihak sendiri dan mengucilkan pihak lain.
Hal ini dapat dilihat bagaimana mendeskripsikan partisipan dan bagaimana
peristiwa digambarkan yang berpengaruh terhadap pemaknaan ketika diterima
oleh khalayak. Misalnya pada berita mengenai pemerkosaan yang digambarkan
pada tabel berikut dalam buku Eriyanto (2012: 150).
(17) Tabel 6: Marginalisasi pada Tindakan Pemerkosaan
Aktor
(Korban)
Keterangan Aktor
(Korban) Peristiwa
Aktor
(Pelaku)
Keterangan Aktor
(Pelaku)
Gadis Cantik Diperkosa Pemuda Pengangguran
Seorang
wanita
Yang bekerja di
bar
Digagahi Pemuda Yang sedang
mabuk
Gadis kecil Yang masih
ingusan
Dinodai Pemuda Dari keluarga
broken home [...]
Pemakaian kosakata yang berbeda dalam memberitakan peristiwa
pemerkosaan dapat dilihat pada tabel 6 di atas. Pemilihan kosakata baik dari
korban (wanita), pelaku (pemuda) maupun dari peristiwa pemerkosaan yang
dipakai bukan hanya persoalan teknis kebahasaan semata, tetapi sangat berkaitan
dengan ideologi. Ideologi tersebut dapat dilihat dari bagaimana wartawan
mempresentasikan pemuda dan wanita dalam teks. Dengan menyebut wanita
“bekerja di bar”, secara tidak langsung wartawan mengasosiasikan wanita
tersebut bukan wanita baik-baik sehingga tidak aneh jika diperkosa.
33
Pemakaian kosakata tersebut secara tidak langsung menyudutkan wanita sebagai
korban pemerkosaan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya merginalisasi terhadap
wanita sebagai korban.
Berikut adalah contoh kosakata yang membuat marginalisasi yang diambil
dari wacana berita mengenai pembunuhan3.
(18) Tabel 7: Marginalisasi pada Tindakan Pembunuhan
Aktor
(Pelaku) Keterangan (Pelaku) Peristiwa
Aktor
(Korban)
Keterangan
(Korban)
Le mari
(suami)
37 ans (37 tahun),
Visiblement sous
l’emprise de l’alcool
et très excité (dengan
jelas di bawah
pengaruh alkohol dan
sangat lupa diri)
Coups de
couteau
(menusuk
dengan pisau)
Son épouse
(isterinya)
40 ans (40
tahun)
Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa wartawan memberi keterangan
visiblement sous l’emprise de l’alcool et très excité pada pelaku. Keterangan
tersebut mengasosiasikan bahwa peristiwa penusukan yang terjadi pada sang isteri
disebabkan oleh suami yang tengah mabuk. Hal ini menyudutkan suami yang
tidak bisa mengontrol emosi dan jiwanya. Oleh karena itu, keterangan di atas
menunjukkan adanya marginalisasi terhadap le mari (suami).
Pilihan kosakata dalam suatu wacana menandai secara sosial dan ideologis
bidang pengalaman yang berbeda dari penulisnya. Perspektif pemberitaan dapat
dilihat melalui pilihan kosakata berdasarkan nilai eksperiensial, nilai relasional,
dan nilai ekspresif (Fairclough, 2001: 93-99).
3 sumber: http://www.bfmtv.com/societe/un-homme-garde-a-vue-meurtre-a-coups- couteau-
epouse-647172.html
34
1) Nilai Eksperiensial
Nilai ekperiensial berkaitan dengan isi, pengetahuan dan keyakinan yang
dibawakan dengan kata-kata tertentu dari pembuat teks (dalam hal ini wartawan).
Terjadinya pilihan-pilihan kata yang beragam berdasarkan pengalaman wartawan.
Pilihan kata tersebut dapat berupa kosakata atau sinonim atas kata-kata tersebut
untuk mempresentasikan suatu realitas di dunia alam maupun di dunia sosial.
Contoh :
(19) Just 23 vital steps to success
How to claim your heritage of constant, radiant health
How to increase your vocabulary
How to boost your powers of concentration
How to develop your memory
How to cultivate positive emotions
How to develop an attractive voice and clear speech [...]
(Twenty-Three Steps to Success and Achevement, R.Lumsden (1984)
dalam Fairclough (2001: 95))
Hanya 23 langkah penting menuju sukses
Bagaimana mempertahankan kesehatan Anda
Bagaimana menambah kosakata Anda
Bagaimana menajamkan kekuatan berkonsentrasi Anda.
Bagaimana mengasah ingatan Anda
Bagaimana menghasilkan emosi positif
Bagaimana mengeluarkan suara yang menarik dan tutur yang jelas [...]
Wacana di atas melibatkan banyak kata yang berdekatan dengan sinonim
yaitu verba increase, boost, develop, cultivate. Daftar di atas tidak hanya sebuah
kumpulan langkah menuju sukses. Namun, sebuah skema yang menggambarkan
dimensi psikis dari seseorang yang tengah melakukan pengembangan diri antara
lain: (kekuatan) berkonsentrasi, ingatan, emosi (positif), horison mental, (kuasa)
berpikir, imajinasi. Dari skema tersebut dapat diketahui adanya pengetahuan
35
penulis dalam melakukan pengembangan diri seperti yang sudah tertera sehingga
dapat mengungkapkan bagaimana menjadi orang yang sukses.
Berikut contoh penggunaan nilai eksperiensial dalam bahasa Prancis.
(20) A l'arrivée des policiers et des pompiers, l'enfant a été retrouvé
inanimé, très grièvement blessé.
(http://www.leparisien.fr/toulouse-31000/toulouse-un-pere-arrete-
apres-la-mort-de-son-fils-de-4-ans-25-11-2013-3348335.php)
Setelah kedatangan polisi dan petugas pemadam kebakaran, anak itu
ditemukan tak sadarkan diri, terluka parah.
Penggunaan pilihan kata a été retrouvé inanimé, très grièvement blessé
(ditemukan tak sadarkan diri, terluka parah) menunjukkan pengetahuan wartawan
dalam memberitakan suatu peristiwa yang terjadi. Wartawan dapat memberitakan
keadaan sang anak yang tak sadarkan diri dan terluka parah pastinya atas
pengetahuannya di lapangan pada saat meliput berita tersebut.
2) Nilai Relasional
Nilai relasional berkaitan dengan interaksi dan hubungan sosial. Sebuah
tanda atau isyarat yang menunjukkan hubungan sosial yang dipresentasikan pada
wacana. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan antarpenguasa, penguasa
dengan rakyat, ataupun hubungan antara pemimpin dengan bawahannya, dan
sebagainya. Contoh :
(21) Q : Mr.Ehrlichman, prior to the luncheon recess you stated that in
your opinion, the entry into the Ellsberg psychiatrist’s office was
legal because of national security reasons. I think that was your
testimony?
(New York Times, 1973: 512 dalam Fairclough (2001: 98))
Q : Tuan Eberlichman, menjelang istirahat makan siang Anda
menyatakan dalam pendapat Anda bahwa memasuki kantor
psikiatris Elliberg adalah tindakan legal karena alasan keamanan
nasional. Saya kira itu adalah pembelaan Anda?
36
Fairclough (2001: 98) mengatakan bahwa struktur formal yang tergambar
dalam percakapan tersebut membutuhkan formalitas yang terlihat dalam
kosakatanya. Keformalitas tersebut bertujuan untuk menghormati status dan
kedudukan partisipan. Oleh karena itu, pada penggalan percakapan tersebut
terdapat nilai relasional.
Berikut contoh penggunaan nilai relasional dalam bahasa Prancis.
(22) Les policiers sont restés sur les lieux lundi jusqu'en fin de matinée,
fouillant l'appartement du père au premier niveau de l'immeuble
"l'Arbousier",....
(http://www.bfmtv.com/societe/toulouse-un-pere-arrete-apres-mort-
fils-4-ans-653686.html)
Polisi tetap tinggal di TKP sampai menjelang tengah hari,
menggeledah apartemen sang ayah di lantai 1 apartemen
"l'Arbousier",....
Kalimat (22) di atas menunjukkan bahwa les policiers (polisi) lebih
berkuasa dibandingkan dengan le père (sang ayah). Pihak kepolisian dapat
memeriksa tempat kejadian perkara (TKP). Pilihan kata tersebut menunjukkan
adanya nilai relasional yang menandakan hubungan sosial antarpartisipan.
Sementara itu, terdapat pula kata fouillant (menggeledah) yang menunjukkan
kekuasaan. Pilihan kata-kata tersebut secara langsung mencerminkan perspektif
pemberitaan karena terlihat bahwa wartawan mendukung salah satu partisipan.
3) Nilai Ekspresif
Nilai ekspresif berkaitan dengan pemilihan atau evaluasi tentang sesuatu
atau peristiwa yang dicerminkan oleh kata tersebut. Fungsi ekspresif adalah untuk
memberikan (mengungkapkan) gambaran, maksud, gagasan, dan perasaan.
Perasaan sering dikaitkan dengan rasa yang dialami oleh hati. Rasa dalam hati
menurut Suwadji, dkk (1995, 132-165) terdiri dari rasa marah, susah, takut,
37
senang atau gembira, kecewa, enak dalam hati, enggan, heran, kasih sayang, dan
rasa frustasi. Rasa marah dapat ditunjukkan dengan leksem marah, marah sekali,
sirik hati, mendongkol, jengkel, marah dalam hati. Rasa susah dapat berupa
leksem susah, susah sekali, sedih, bingung, menyadari kemalangannya, selalu
bersedih. Rasa takut terdiri dari leksem takut, agak takut, khawatir, jera, gamang,
malu, enggan. Rasa senang atau gembira ditunjukkan dengan leksem senang,
gembira, puas, lega, bangga, girang hati. Rasa kecewa meliputi leksem kecewa,
menyesal. Rasa enak dalam hati dapat berupa leksem tenteram, tidak merasa takut
dan khawatir, tidak mempunyai perasaan sedih, tenang, tidak gelisah, kerasan.
Rasa enggan ditunjukkan dengan leksem enggan, tidak sudi, segan, tidak
bernafsu, malas. Rasa heran meliputi leksem heran dan heran sekali. Rasa kasih
sayang dapat ditunjukkan dengan leksem cinta, kasih, sayang, senang (kepada).
Rasa frustasi terdiri dari leksem putus asa, frustasi, hilang semangatnya, berserah,
tidak bersemangat lagi.
Berikut adalah contoh penggunaan nilai ekspresif:
(23) LEFT .... AFTER
A FASHION
Fashion is propaganda in clothing-it tells you about who people are,
what they want to be and their politics. The fashion industry is in
constant flux, pumping out new images: street fashions meet haut
couture-offspring-high street fashion. With personal politics and style
high on the left’s political agenda should fashion consciousness be part
of political consciousness, or is it just an excuse for consumerism?
What’s radical about a radical look?
Left Unlimited is proud to present the first ever left fashion show. They
very latest designers from college will present their work, followed by
some of the old favourites.: Ken Living stone’s flares and Safari jacket;
the trot skyite flat top; the workerist donkey jacket and badges; ageing
Marxism Today, Euro-chic, and much more.[...]
(Left Unlimited, 1986 dalam Fairclough (2001: 99))
38
SAYAP KIRI.... TENTANG
SEBUAH MODE “Mode merupakan propaganda dalam berpakaian. Mode mencerminkan
siapa orang-orang itu, ingin menjadi apa mereka dan politiknya. Industri
mode berada dalam perubahan terus menerus yang konstan,
menghadirkan citra baru: dari mode jalanan hasil modiste-beranak cucu
menjadi-mode kelas atas. Dengan adanya politik personal dan gaya
berkelas pada agenda politik sayap kiri akankah kesadaran bermode
menjadi bagian dari kesadaran berpolitik, atau itu hanya alasan demi
konsumerisme? Apa yang salah dengan penampilan yang radikal?
Sayap kiri yang tidak terbatas (Left Unlimited) dengan bangga
mempersembahkan pertunjukkan mode yang pertama bagi sayap kiri.
Perancang-perancang baru dari sekolah mode akan menampilkan
karyanya dengan mengikutsertakan favorit lama: jaket tahan api Ken
Living stone dan jaket safari; jaket pekerja, dan lencana; dimuat dalam
Marxism Today, Eurochic, dan banyak lagi. [...]”
Wacana (23) di atas memperlihatkan bahwa penulis memberikan evaluasi
dengan cara menggambarkan mode masa kini. Penulis menggunakan kosakata
yang mengandung persuasif dalam penggambaran kesadaran bermode. Kata
proud (bangga) yang dipakai oleh penulis untuk menunjukkan sebuah nilai rasa
senang terhadap mode yang ditunjukkan oleh sayap kiri (Left Unlimited).
Berikut contoh penggunaan nilai ekspresif dalam bahasa Prancis.
(24) Plusieurs voisins, alarmés par les cris de l'enfant alors que son père
n'était pas encore passé à l'acte, ont alerté les policiers.
(http://www.bfmtv.com/societe/toulouse-un-pere-arrete-apres-mort-
fils-4-ans-653686.html)
Beberapa tetangga memberitahu polisi karena merasa khawatir
dengan teriakan sang anak yang ayahnya belum datang
menghampirinya.
Nilai ekspresif ditunjukkan dari pemilihan kata alarmés (khawatir) dalam
pemberitaan (24) di atas. Kata tersebut menunjukkan adanya rasa takut dari para
tetangga di sekitar tempat kejadian. Hal ini menunjukkan nilai ekspresif yang
lebih kepada nilai rasa.
39
Fairclough (2001: 94) telah menyimpulkan, nilai-nilai aspek formal dalam
perspektif pemberitaan ke dalam tabel berikut:
Tabel 8: Aspek-Aspek Formal: Nilai-Nilai Eksperiensial, Relasional,
Ekspersif.
Dimensi makna Nilai-nilai Efek-efek struktural
Isi
Hubungan
Subyek
Eksperiensial
Relasional
Ekspresif
Pengetahuan/keyakinan
Hubungan sosial
Identitas sosial
2. Modalitas
Menurut Alwi (2001: 751) modalitas merupakan cara pembicara
menyatakan sikap terhadap suatu situasi dalam suatu komunikasi pribadi. Di
samping itu, Fowler (1979: 85) juga berpendapat bahwa modalitas dapat diartikan
sebagai komentar atau sikap yang berasal dari teks, baik secara eksplisit atau
implisit yang diberikan oleh penulis. Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa
penulis dapat memasukkan komentar atau opininya ke dalam tulisannya. Oleh
karena itu, pemilihan modalitas dapat mengarah pada suatu perspektif.
Modalitas berbeda dengan modus. Modus merupakan kategori gramatikal
sedangkan modalitas termasuk kategori semantis. Namun, konsep-konsep
semantis pada modalitas dapat diwujudkan melalui modus. Modalitas dalam
bahasa Prancis menurut Gosselin (2010: 309-370) terdiri dari modalitas aletik,
epistemik, apresiatif, aksiologik, bulik, dan modalitas deontik.
40
a. Modalitas Aletik (La Modalité Aléthique)
Modalitas aletik berkaitan dengan kebenaran objektif. Dapat diartikan
bahwa modalitas aletik pada dasarnya dimaksudkan untuk menandakan suatu
penilaian deskriptif (dimana fakta sudah ada sebelumnya dan memiliki penjelasan
atasnya), yang mengacu pada realitas. Modalitas ini juga menyatakan suatu
pernyataan mengenai suatu kemungkinan (possibilité) atau ketidakmungkinan
(impossibilité), sesuatu yang akan terjadi (nécessité) maupun kapasitas (capacité).
Modalitas ini ditandai dengan konstruksi impersonel seperti il est
probable/heureux/souhaitable/nécessaire que..., kata keterangan seperti
nécessairement tous, quantificateurs seperti certains, aucun. Selain itu, modalitas
aletik juga dapat diungkapkan melalui kosakata table, inoxydable, nécessité,
possibilité, capacité, sporadicité, dan sebagainya. Contoh :
(25) L'autopsie de la victime sera effectuée mercredi à l'Institut médico-
légal de Montpellier afin, a ajouté le parquet de Narbonne, de
"préciser les circonstances du décès du jeune homme".
(http://www.bfmtv.com/societe/un-pere-tue-fils-23-ans-jouait-
lordinateur-759891.html)
Otopsi korban akan dilaksanakan pada hari Rabu di l'Institut
médico-légal di Montpellier untuk menjelaskan penyebab kematian
pemuda itu, tambah jaksa.
Satuan lingual sera effectuée berasal dari konjugasi effectuer pada kala le
futur passif. Sera merupakan bentuk kala le futur dari être , digunakan untuk
menyatakan sebuah tindakan yang akan dilakukan. Di sisi lain, effectuée
berbentuk participe passé mempunyai makna faire (Robert, 1993: 809) yang
berarti melakukan. Oleh karena itu, sera effectuée digunakan wartawan untuk
menunjukkan suatu kemungkinan atas tindakan yang dilakukan untuk
41
menjelaskan kematian korban. Jadi, sera effectuée dalam kalimat (25) termasuk
ke dalam modalitas aletik.
b. Modalitas Epistemik (La Modalité Épistémique)
Modalitas epistemik menggambarkan suatu kebenaran subjektif. Modalitas
ini juga pada dasarnya berupa penilaian deskriptif yang tidak mengacu pada
realita di luar subjek yang melihatnya tetapi mengacu pada evaluasi subjektif dari
suatu realita. Melalui modalitas epistemik, penutur dapat mengungkapkan suatu
kepercayaan (croyance), kepastian (certitude), keraguan (doute), dan pengetahuan
(savoir) terhadap realitas yang dimaksud. Dalam bahasa Prancis, modalitas
epistemik dapat dipaparkan dengan penggunaan coverbes modaux seperti devoir
dan pouvoir (dalam konteks epistemik) atau juga dengan penggunaan kata
keterangan seperti probablement, sûrement, certainement, peut-être. Selain itu
juga sering ditandai dengan éspérer, craindre, regretter, sembler, délibérément,
exprès, décider de, se résigner à.., perifrasa verba être censé, tenter de..., dan
penggunaan metapredikat seperti je croyais que, Pierre sait que, il doute que dan
konstruksi impersonal seperti il est vraisembable/probable/douteux que, il (me)
semble que, dan sebagainya. Contoh :
(26) Le père, qui selon ce voisin vivait dans cette résidence depuis au
moins deux ans, semblait “normal” et n’était pas asocial.
(http://www.leparisien.fr/toulouse-31000/toulouse-un-pere-arrete-
apres-la-mort-de-son-fils-de-4-ans-25-11-2013-3348335.php)
Menurut tetangga, ayahnya terlihat normal dan tidak asosial selama
tinggal di rumah itu kurang lebih dua tahun.
Satuan lingual semblait menjadi penanda modalitas epistemik. Semblait
berasal dari konjugasi sembler pada kala l’imparfait. Sembler yang mempunyai
makna avoir l’air (Robert, 1993: 2.317) yang berarti kelihatan seperti. Sembler
42
menunjukkan adanya kesan atau pandangan dari tetangga (le voisin) atas sikap
dari sang ayah yang terlihat normal. Selain itu, kata selon (Robert, 1976: 1.631)
yang bermakna d’après (menurut) juga menunjukkan suatu subjektivitas. Oleh
karena itu, semblait dan selon dalam kalimat (26) termasuk ke dalam modalitas
epistemik.
c. Modalitas Apresiatif (La modalité Apréciative)
Modalitas apresiatif berkaitan dengan penilaian subjektif berupa
kesenangan (plaisir), kebahagiaan (bonheur), dan ketidakbahagiaan (malheur).
Modalitas tersebut dapat dipaparkan dengan penggunaan verba apprécier,
détester, raffoler de dan konstruksi adjectival seperti bon, agrèable, desagrèable,
mauvais, bon/mouvais pour... Selain itu, dapat melalui kosakata seperti utile,
salutaire, néfaiste, indispensable, savoureux, juste, immoral, coupable, plaisir,
souffrance, bonheur, se promener, s’amuser, divertissant, fête, cadeau, ennui;
kata sifat seperti généreux, réussir à/échouer à risquer de..., adverb appréciatif
seperti heureusement, malhereusement, dommage (que); locutions prépositives
seperti par chance, par malheur; interjeksi seperti ouf!, chouette!, hélas!, zut!,
selain itu se rejouir que/de, regretter que/de, se féliciter que/de, être déçu que/de,
être heureux/satisfait que/de, il est heureux/regrettable que, dan sebagainya.
Contoh :
(27) Selon les gendarmes, des membres de leurs familles respectives
inquiets de ne pas les voir au travail lundi matin.
(http://www.bfmtv.com/societe/trois-jeunes-morts-un-accident-route-
decouverts-famille-755127.html)
Menurut keterangan polisi, para anggota keluarga merasa cemas
tidak melihatnya di tempat kerjanya pada hari Senin pagi.
43
Satuan lingual inquiets menjadi pananda modalitas apresiatif. Hal tersebut
ditunjukkan dengan makna dari inquiets yaitu qui ne peut trouver le repos, la
tranquillité (Robert, 1993: 1.323) yang berarti “yang tidak dapat menemukan
ketenangan”. Dari makna tersebut menunjukkan sebuah penilaian subjektif yang
mengandung sebuah ketidakbahagiaan (malheur) dari para anggota keluarga
korban. Selain itu, kata selon (Robert, 1976: 1.631) yang bermakna d’après
(menurut) juga menunjukkan sudut pandang subjektif. Oleh karena itu, inquiets
dan selon termasuk ke dalam modalitas apresiatif.
d. Modalitas Aksiologik (La Modalité Axiologique)
Modalitas aksiologik berkaitan dengan konvensi sosial yang dapat berupa
nilai moral, ideologi, agama, hukum, dan lain-lain yang berorientasi pada tindakan
seperti perilaku terpuji atau tak terpuji bahkan situasi yang dikendalikan oleh
seseorang. Modalitas aksiologik dapat dipaparkan dengan périphrases verbales
seperti avoir le courage de.., avoir le culot de..., kostruksi impersonnal seperti il
est juste que/de.... Selain itu, dapat berupa kosakata seperti le bien, le mal,
louable, courageux, lâche, généreux, récompense, punir, punition,dan lain-lain.
Contoh:
(28) C'est une punition un peu spéciale dont a été victime le petit Lucas.
(http://www.bfmtv.com/societe/un-eleve-cm1-victime-dune-punition-
humiliante-547148.html)
Ini adalah hukuman sedikit khusus yang diderita oleh Lucas kecil.
Satuan lingual une punition menjadi pananda modalitas aksiologik. Hal
tersebut ditunjukkan dengan makna dari punition yaitu action de punir (Robert,
1993: 1.425) yang berarti “tindakan untuk menghukum”. Kata une punition
44
tersebut menunjukkan sanksi hukum atas tindakan yang dilakukan oleh Lucas.
Oleh karena itu, une punition termasuk ke dalam modalitas aksiologik.
e. Modalitas Bulik (La Modalité Bulique)
Modalitas bulik digunakan untuk mengekspresikan keinginan (volonté),
kemauan (désir), pengharapan (souhait), dan kebencian (aversion). Modalitas
bulik dapat dipaparkan melalui verba désirer, souhaiter, volonter, coverbes seperti
essayer de, périphrases verbales seperti renoncer à, kata keterangan être tenté de,
je veux que, je demande que, actions typiquement intentionnelles se promener, lire
un livre, dan lain-lain. Contoh:
(29) Abdelhakim Dekhar, un homme en colère.
(http://www.bfmtv.com/societe/portrait-abdelhakim-dekhar-un-
homme-colere-651270.html)
Abdelhakim Dekhar, pria yang sedang marah.
Satuan lingual en colère menjadi pananda modalitas bulik. Hal tersebut
ditunjukkan dengan makna dari en colère yaitu se fâcher (Robert, 1993: 452)
yang berarti “menjadi marah”. Kata en colère menunjukkan sebuah kebencian
(aversion) dari Abdelhakim Dekhar. Oleh karena itu, en colère termasuk ke dalam
modalitas bulik.
f. Modalitas Deontik (La Modalité Déonthique)
Modalitas deontik disebut juga dengan modalitas izin karena dibentuk oleh
perihal yang berkenaan dengan keharusan (obligation), larangan (interdiction),
dan perizinan (permission). Modalitas deontik „izin‟ dapat diungkapkan melalui
coverbes modaux seperti devoir dan pouvoir, périphrases verbales seperti être
dans l’obligation de, avoir le droit de, kostruksi impersonal seperti il est
obligatoire/permis que, verbes illocutoires directifs seperti je vous
45
permets/interdis de, kosakata berupa consigne, droit, obligation, interdire, dan
lain-lain. Contoh:
(30) Pour Valls, les Roms doivent rester dans leur pays.4
Bagi Valls, Roma harus tinggal di negara mereka.
Satuan lingual doivent menjadi pananda modalitas bulik. Hal tersebut
ditunjukkan dengan makna dari doivent yang berasal dari verba devoir. Devoir
mempunyai makna être dans l’obligation de (faire quelque chose) (Robert, 1993:
711) yang berarti dipaksa untuk melakukan sesuatu. Dari makna tersebut dapat
diketahui bahwa adanya suatu keharusan (obligation) yang dilakukan oleh bangsa
Roma. Oleh karena itu, doivent termasuk ke dalam modalitas bulik.
F. BFM TV
BFM TV adalah saluran televisi swasta di Prancis yang merupakan anak
perusahaan NextRadioTV, secara resmi diluncurkan pada tanggal 28 November
2005. BFM TV menayangkan berbagai macam informasi sepanjang harinya yang
secara aktual. i>Télé, anak perusahaan dari Chanel+ yang terlebih dahulu
diluncurkan pada tanggal 4 November 1999 menjadi saingan utama dari BFM TV.
Kedua televisi tersebut mempunyai kesamaan misi yaitu menghadirkan informasi
kepada khalayak umum. Namun, berdasarkan hasil riset jumlah penonton
terhadap BFM TV dan i>Télé yang diberikan oleh l’Institut Médiamétrie, sebuah
perusahaan riset pemasaran, akhirnya pada tahun 2008 menetapkan BFM TV
menjadi saluran informasi pertama di Prancis. Apresiasi tersebut menginspirasi
BFM TV untuk mengganti slogannya dari tahun 2005-2007 dengan « La nouvelle
4 Sumber: http://video-streaming.orange.fr/actu-politique/zapping-de-13h-de-bfmtv-24-09-pour-
valls-les-roms-doivent-rester-dans-leur-pays-deuil-national-au-kenya-ask-fm-preoccupe-
VID00000018asD.html
46
chaîne de l'info », kemudian 2007-2010 berganti « Priorité au direct », dan yang
terakhir pada tahun 2011 berganti menjadi « Première chaîne d'info de France»
Televisi swasta ini juga mengemas informasi atau berita dalam situsnya, yakni
www.bfmtv.com yang menyajikan berita politique, société, international,
economie, sport (politik, sosial, berita internasional, ekonomi, olahraga), dan lain-
lain. Berikut ini adalah gambar tampilan bfmtv.com pada halaman depan (gambar
1).
Gambar 1: Tampilan Halaman Depan pada bfmtv.com
G. Penelitian yang Relevan
Ajeng Udayani (2011) telah melakukan penelitian yang membahas tentang
analisis wacana kritis dengan judul “Analisis Wacana Kritis Berita Hukum dan
Kriminal pada Situs Metrotvnews”. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk
mendeskripsikan perspektif berita kriminal dan hukum; (2) mendeskripsikan
bentuk ekspresi bahasa wacana berita hukum dan kriminal pada situs
47
Metrotvnews yang meliputi pemakaian kosakata, modalitas, dan metafora. Dari
penelitian yang dilakukan Udayani tersebut ditemukan bahwa dalam wacana
berita hukum dan kriminal pada situs Metrotvnews memiliki perspektif yang
meliputi perspektif pro masyarakat, perspektif pro pemerintah, perspektif netral,
dan perspektif pro yang lain.
Namun, kecenderungan pemberitaan dalam situs Metrotvnews lebih
banyak mengarah kepada perspektif pro masyarakat dan netral. Hal ini
menunjukkan bahwa pers mendukung salah satu pihak, tetapi seharusnya pers
bersikap netral dalam memberitakan suatu peristiwa. Selain itu, Udayani
menemukan beberapa ekspresi bahasa pada wacana berita dalam situs yang ia
teliti yaitu kosakata, modalitas, dan metafora yang digunakan untuk mewakili
pandangan, nilai-nilai, ide, dan keyakinan wartawan pada situs metrotvnews yang
dapat menentukan perspektif pemberitaan.
Selain itu, penelitian yang dilakukan Suroso, M.Pd. yang berjudul Bahasa
Perspektif Jurnalistik Perspektif Berita Utama Politik Surat Kabar Indonesia pada
Awal Era Reformasi (1999), bertujuan untuk mendeskripsikan ihwal pemberitaan
surak kabar Indonesia pada awal era reformasi dan bentuk manifestasinya dalam
bahasa, yaitu (1) jenis perspektif pemberitaannya, (2) manifestasi perspektif
pemberitaan di dalam strategi penyajian informasi dalam teks berita surat kabar
pada awal era reformasi, (3) manifestasi perspektif pemberitaan di dalam bentuk-
bentuk ekspresi bahasa dalam teks berita surat kabar pada awal era reformasi. Dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa perspektif pemberitaan surat kabar
Indonesia pada awal era reformasi adalah (a) perspektif pro masyarakat, (b)
48
perspektif pro pemerintah, (c) perspektif netral, (d) perspektif pro yang lain. Surat
kabar Suara Pembaruan dan Kompas menggunakan perspektif pro masyarakat
dan netral karena secara institusi tidak berhubungan dengan pemerintah.
Sementara surat kabar Republika dan Media Indonesia menggunakan
perspektif pro masyarakat, pro pemerintah, netral, dan pro yang lain, karena
memiliki hubungan ideologis dan budaya pemerintah BJ.Habibie. Di samping itu,
ditemukan manifestasi perspektif pemberitaan surat kabar Indonesia yang
diklasifikasikan ke dalam dua hal yaitu wujud strategi penyajian informasi yang
berupa judul berita, tema berita, struktur tema berita, dan penahapan berita; dan
wujud bentuk-bentuk ekspresi bahasa yang meliputi kosakata, metafora,
modalitas, struktur informasi, struktur nominalisasi, tindak tutur, dan
ketransitifan.
Penelitian ini juga akan meneliti mengenai perspektif pemberitaan yang
merupakan teori dari hasil penelitian Suroso (2002) dan bentuk ekspresi bahasa
pada suatu berita. Adapun perbedaan dengan penelitian yang relevan di atas yaitu
pada fokus penelitiannya. Bentuk ekspresi bahasa pada penelitian yang dilakukan
oleh Udayani terfokus pada kosakata, modalitas, dan metafora dalam bahasa
Indonesia untuk mewakili pandangan, nilai-nilai, ide, dan keyakinan wartawan.
Sedangkan penelitian ini terfokus pada bentuk ekspresi bahasa yang meliputi
kosakata dan modalitas dalam bahasa Prancis saja. Penelitian Udayani dilakukan
terhadap situs metrotvnews yang berbahasa Indonesia. Sedangkan penelitian ini
dilakukan terhadap situs www.bfmtv.com dalam bahasa Prancis.
Recommended