View
228
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
10
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Motivasi Kerja Guru
2.1.1 Konsep Motivasi
Pada dasarnya motivasi merupakan turunan dari kata ‘motive’ yang berasal
dari bahasa Latin ‘movere’ yang berarti to move ‘bergerak’. Para ahli berpendapat
bahwa tingkah laku manusia didorong oleh motif-motif tertentu. Motif sering di
definisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas yang dimulai dari
dorongan diri sendiri dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Maslow (Mulyasa
2002:120) mendefinisikan, motivasi sebagai tenaga pendorong dari dalam yang
menyebabkan orang untuk melakukan sesuatu atau berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya. Mangkunegoro dalam (Muhamad, 2010:23), berpendapat bahwa
motivasi adalah kondisi yang menggerakkan seseorang agar mampu mencapai
tujuan.
Motivasi pada dasarnya mengandung tiga komponen yaitu: menggerakkan,
mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia. Menggerakkan berarti
menimbulkan kekuatan pada diri individu, mengarahkan berarti menyalurkan
perilaku dan menopang maksudnya menjaga perilaku lingkungan sekitar.
Sedangkan Hamalik (2003:158) berpandangan bahwa motivasi merupakan suatu
perubahan energi dari dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Gage dan
Berliner dalam (Sri Esti, 2008:329) menyamakan motivasi seperti mesin
(intensitas) dan kemudi (direction) sebuah mobil. Intensitas dan arah sangat sulit
untuk dipisahkan, intensiatss dari motivasi yang digunakan untuk satu kegiatan
11
mungkin tergantung pada besarnya intensitas itu dari pada direction. Motivasi
dalam arti kognitif, motivasi diasumsikan sebagai aktivitas dalam menentukan
kerangka dasar tujuan dan perilaku dirinya untuk mencapai tujuan tertentu. Dari
berbagai pandangan tentang motivasi, motivasi selalu dikaitkan dengan keinginan,
tujuan, dorongan, kebutuhan, motif, insentif dan dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah perubahan energi pada setiap individu yang menyebabkan
timbulnya reaksi seseorang untuk melakukan sesuatu guna memenuhi
kebutuhannya.
Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik faktor yang datang dari dalam maupun yang datang dari lingkungan
sekitar dimana individu berada. Dari faktor-faktor yang berkaitan dengan
keberhasilan suatu organisasi atau lembaga, faktor motivasi merupakan suatu
faktor yang cukup dominan dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain kearah
efektivitas kerja individu. Ditinjau dari perilaku manusia, menyatakan bahwa
motivasi merupakan konsep inti yang digunakan oleh para ahli hubungan manusia
(human relation) dalam menjelaskan perilaku manusia. Menurut para ahli
tersebut, istilah motivasi dan perilaku itu saling berkaitan, karena perilaku
manusia itu muncul sebagai akibat dari motivasi. Namun, dalam hal ini harus
diakui bahwa motivasi hanya merupakan salah satu kelas determinan yang paling
penting dari perilaku.
Motivasi dan perilaku itu berhubungan melalui kebutuhan dan keinginan
(hasrat). Kebutuhan menciptakan tekanan (tension) yang dimodifikasi oleh
budaya atau situasi seseorang sehingga menyebabkan keinginan (hasrat) tertentu.
12
Keinginan ini dimaknai dengan insentif positif dan negatif untuk menghasilkan
respon atau tindakan tertentu. Hamalik (2003:161) menyebutkan tiga fungsi
motivasi yaitu;
(1) Mendorong timbulnya kelakuan atas suatu
perbuatan, tanpa adanya motivasi maka tidak akan
timbul suatu perbuatan.
(2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya
motivasi mengarahkan perbuatan kepencapaian
tujuan yang diinginkan.
(3) Motivasi berfungsi sebagai pengerak, artinya
motivasi berfungsi seperti mesin, besar kecilnya
motivasi akan mempenagruhi cepat atau
lambatnya pekerjaan.
Dalam kaitannya dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru motivasi
mempunyai peranan yaitu; motivasi dapat mempengaruhi tingkat berhasil atau
tidaknya sebuah pembelajaran. Suatu pembelajaran yang berlandasakan motivasi
pada dasaranya merupakan pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan,
dorongan, motif dan minat yang ada pada guru. Pembelajaran yang bermotivasi
memerlukan sebuah kreativitas dan imajinatif dengan tujuan memelihara dan
membangkitkan motivasi, dan guru yang memiliki motivasi akan menerapkan
disiplin dalam kelas yang baik demi kemajuan siswanya.
Bedasarakan pengertian dan analisis tentang motivasi yang telah dijelaskan,
pada pokoknya motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan
ekstrinsik (Hamalik, 2003:162). Motivasi intrinsik adalah motivasi yang
mendorong seseorang untuk berprestasi dan bersumber dari dalam diri individu
tersebut, yang lebih dikenal dengan motivasional. Selanjutnya dikemukakan
Herzberg dalam (Rezky, 2012:19) yang tergolong sebagai faktor motivasional
diantaranya; keberhasilan, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, dan
13
pengembangan. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber
dari luar dan mempengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang yang
lebih dikenal dengan teori hygne factor. Herzberg dalam (Rezky, 2012:21) juga
mengemukakan faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik diantranya;
kebijakan dan administrasi, supervisi, hubungan antar pribadi, kondisi kerja, dan
gaji. Dari berbagai pandangan tentang fungsi motivasi, kaitannya dengan
pembelajaran dan jenis motivasi dapat disimpulkan motivasi intrinsik dan
ekstrinsik berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan penggerak untuk
menentukan tingkat berhasil atau gagalnya suatu pembelajaran dengan
memperhatikan tingkat kreativitas dan imajinatif guru.
2.1.2 Pengertian Guru
Guru merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran, baik dijalur
formal maupun informal. Dalam setiap upaya peningkatan mutu pendidikan, tidak
dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru. Faktor
sosial dan budaya di Indonesia telah memposisikan guru sedemikian rupa
sehingga guru di Indonesia memiliki peran ganda. Guru sebagai pendidik yang
harus bisa mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada siswa tetapi guru juga
harus bisa menjaga moral siswanya. Seringkali guru dianggap sebagai orang tua
kedua, setelah orang tua siswa dalam proses pendidikan global.
Dalam konteks bahasa jawa guru sering dikonotasikan “digugu lan ditiru”
(menjadi panutan utama). Selanjutnya menurut Undang-Undang RI No. 14 tahun
2005 tentang guru dan dosen pasal (1) ayat (1) menyatakan bahwa, guru adalah
14
pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Guru adalah profesi bagi seseorang yang memiliki latar belakang
pendidikan keguruan yang memadai, (Aan Hasanah, 2012:23). Mengacu pada
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 42 ayat (1) bahwa pendidik
harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Dari pasal diatas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan tenaga pendidik
yang professional artinya, pekerjaan ini membutuhkan keahlian khusus. Menurut
Imam Wahyudi (2012:100) profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Kemudian Surya, dkk
dalam (Aan Hasanah, 2012:17 ) membagi profesional kedalam dua makna;
Pertama, mengacu pada sebuatan tentang orang yang menyandang suatu profesi.
Kedua, mengacu pada sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan
unjuk kerja sesuai dengan profesinya. Penyandangan dan penampilan profresional
mendapat pengakuan, baik formal (pemerintah atau organisasi profesi) dan
informal (masyarakat dan pengguna jasa profesi). Dikutip dari Hamalik
(2003:118) yang menytakan bahwa pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang
15
professional maka ada syarat yang harus dipenuhi agar menjadi seorang guru yang
professional diantaranya;
(1) Harus memiliki bakat sebagai guru, (2) Harus memiliki
keahlian sebagai guru, (3) Memiliki kepribadian yang baik
dan terintegrasi, (4) Memiliki mental yang sehat, (5)
Berbadan sehat, (6) Memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang luas, (7) Guru adalah manuasia yang berjiwa pancasilais
dan (8) Guru adalah seorang warga Negara yang baik.
Sebenarnya syarat untuk menjadi guru bila dicermati lebih dalam hanya ada
dua, yaitu kualifikasi akademik minimum (ijazah D4/S1) dan penguasaan
kompetensi minimal sebagai guru yang dibuktikan dengan sertifikat pendidik
merupakan bukti formal dari pemenuhan dua syarat tersebut, (Imam Wahyudi,
2012:101). Hal ini sejalan dengan Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen pasal (1) ayat (12) yang menyebutkan bahwa sertifikat pendidik
merupakan bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan
dosen sebagai tenaga professional. Jika guru sudah memenuhi syarat-syarat diatas,
baru dapat dikatakan sebagai guru profesional. Menurut Hamalik (2003:118),
guru yang profesional harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan pengajaran
serta ilmu-ilmu lainnya serta telah mendapatkan pendidikan khusus sebagai guru.
Guru professional tidak boleh terombang-ambing oleh selera masyarakat
karena tugasnya adalah membantu dan membuat siswa belajar (to help the others
learn), terlepas dari persoalan apakah mereka suka atau tidak suka. Menurut Aan
Hasanah, (2012:33) kerakteristik profesional guru adalah mempunyai komitmen
pada siswa dan proses belajarnya, menguasai secara mendalam bahan belajar serta
cara pembelajarannya, bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa, mampu
berfikir sistematis tentang apa yang dilakukan dan dapat belajar dari pengalaman,
16
dan menjadi partisipan aktif masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
Sedangkan menurut Glickman dalam (Imam Wahyudi, 2012:101), menegaskan
bahwa seseorang akan bekerja secara professional bilamana orang tersebut
memiliki kemampuan (ability) dan motivasi (motivation), seorang guru dapat
dikatakan professional bilamana memiliki kemampuan yang tinggi. Dari beberapa
pendapat diatas guru profesional adalah guru yang mampu menguasai dirinya
sendiri, menguasi seluk beluk pendidikan atau ilmu-ilmu lainnya, dapat berfikir
sistematis dan memiliki motivasi yang tinggi untuk membantu dan membuat
siswa belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
2.1.3 Motivasi Kerja Guru
Guru merupakan orang yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian
keberhasilan proses pembelajaran karena guru secara langsung bersinggungan
dengan siswa. Guru merupakan sumber daya manusia yang menjadi perencana,
pelaku dan penentu tercapainya tujuan pendidikan. Untuk itu dalam menunjang
kegiatan guru diperlukan iklim sekolah yang kondusif dan hubungan yang baik
antar unsur-unsur yang ada di sekolah antara lain kepala sekolah, guru, tenaga
administrasi dan siswa. Serta hubungan baik antar unsur-unsur yang ada di luar
sekolah seperti dengan orang tua murid atau masyarakat.
Menurut Herzberg dalam (David Alexio, 2011:14) menyatakan bahwa
motivasi kerja adalah suatu dorongan untuk menentukan perilaku seseorang dalam
melakukan pekerjaannya. Motivasi kerja merupakan suatu kekuatan energetik
yang dimiliki seseorang untuk menunjukkan perilaku terkait pekerjaan dan
17
menetukan bentuk, arah serta intensitas. Motivasi juga bukan merupakan hal yang
mudah dilakukan, karena terkadang seorang pimpinan sulit untuk mengetahui
kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) yang diperlukan oleh seorang bawahan
dalam menyelesaikan pekerjaannya. Motivasi bukan timbul dari dalam diri
manusia saja melainkan juga dari kekuatan-kekuatan lingkungan yang
mempengaruhi individu untuk melakukan sesuatu berdasarkan tujuan tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya untuk dicapai. Dorongan tersebut dapat berdampak
positif maupun negatif bagi individu kalau tidak diarahkan, baik oleh diri sendiri
maupun orang lain yang juga mengetahui potensi-potensi yang dimiliki oleh
individu tertentu. Hubungan motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru dapat
dilihat dari peran guru dalam menjalankan tugasnya secara optimal salah satunya
dapat dilihat dari motivasi atau kemauan guru dalam melakukan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Daryanto (2013:212), mendefinisiakan
pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru
yang dilaksanakan sesuai kebutuhan, secara bertahap, berkelanjutan untuk
meningkatkan profesionalitas guru. Dikutip dari Permeneg PAN dan RB No. 16
Tahun 2009, unsur-unsur kegiatan dalam pengembangan keprofesian
berkelanjutan meliputi :
a. Pengembangan diri, merupakan upaya untuk
meningkatkan profesionalisme diri agar memiliki
kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan atau kebijakan pendidikan nasional serta
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau
seni. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan
melalui diklat fungsional dan atau kegiatan kolektif
guru untuk meningkatkan kompetensi dan atau
keprofesian guru. Kegiatan kolektif guru diantaranya;
Lokakarya atau kegiatan bersama (KKG, MGMP,
18
MGBK, KKKS, dan MKKS) yang bertujuan untuk
menyusun dan mengembangkan kurikulum,
pembelajaran, penilaian dan media pembelajaran,
keikutsertaan pada kegiatan ilmiah, dan kegiatan
kolektif lain yang sesuai dengan tugas dan kewajiban
guru. Banyak sekali materi yang dipelajari dan manfaat
yang dapat diambil dalam diklat fungsional maupun
kegiatan kolektif guru. Bagi guru yang telah mengikuti
diklat fungsional dan atau kegiatan kolektif
berkewajiban mendiseminasikan kepada rekan guru
lainnya minimal sekolah masing-masing, sebagai
bentuk kepedulian dalam peningkatan kualitas
pendidikan. Guru yang semacam ini akan mendapat
penghargaan berupa angka kredit sesuai peranannya
sebagai nara sumber.
b. Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah
dipublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk
kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses
pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia
pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah mencakup
dua kelompok : Pertama, pada forum ilmiah artinya
guru bertindak sebagai nara sumber dalam lokakarya,
koloqium baik yang diselenggarakan tingkat sekolah,
kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun
internasional. Kedua, publikasi ilmiah berupa hasil
penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan formal.
Publikasi ini dapat berupa karya tulis penelitian,
penelitian tindakan kelas, tulisan ilmiah popular, dan
artikel ilmiah bidang pendidikan. Karya ilmiah ini harus
sudah dijurnalkan minimal sudah diseminarkan tingkat
sekolah.
c. Karya inovatif merupakan karya yang berfisat
pengembangan, modifikasi atau penemuan baru sebagai
kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses
pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia
pendidikan, sains/teknologi, dan seni. Karya inovatif
dapat berupa penemuan teknologi tepat guna, penemuan
dan penciptaan karya seni, membuat atau memodifikasi
alat peraga/media pembelajaran pada tingkat provinsi
maupun nasional.
Kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) yang mencakup
ketiga unsur tersebut harus dilaksanakan secara berkelanjutan, agar guru selalu
menjaga dan meningkatkan keprofesoinalismenya dan tidak hanya sekedar
19
pemenuhan angka kredit. Walaupun angka kredit guru telah memenuhi untuk
persyaratan kenaikan pangkat dan jabatan fungsional, guru harus tetap wajib
melakukan kegiatan pengembangan keprofesian.
Sebagai seorang guru professional, guru harus mempunyai motivasi yang
baik dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Motivasi yang baik dapat diartikan
dengan timbulnya keinginan dan kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan
tugas-tugas mengajar tanpa adanya unsur-unsur lain yang mengakibatkan guru
menjadi terpaksa melaksanakan tugas mengajarnya, misalnya takut kepada
pimpinan, ingin mendapat perhatian dan lain sebagainya. Apabila motivasi
semacam ini muncul, maka harus dicari solusinya seperti yang disinggung teori
Maslow (Sri Esti, 2008:345), kebutuhan paling rendah harus dipuaskan sebelum
orang mencoba memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Satu konsep yang
diperkenalkan Maslow dikutip dari (Sri Esti, 2008:345) yaitu :
Perbedaan antara deficiency needs dan growth needs.
Deficiency needs (rasa aman, cinta dan harga diri) adalah
menyangkut fisik dan psikis, kebutuhan ini harus dipuaskan
kemudian motivasi untuk kebutuhan ini akan hilang.
Sebaliknya, growth needs seperti (kebutuhan ingin tahu dan
mengerti, kebutuhan untuk keindahan dan kebutuhan
aktualisasi diri) yang tidak pernah dipuaskan seluruhnya.
20
Kebutuhan – kebutuhan yang memotivasi tingkah laku seseorang dibagi Maslow
kedalam tujuh kategori yang dapat digambarkan :
Gambar 2.1
Hierarki Kebutuhan Maslow
Dari gambar 2.1 dapat dijelaskan tujuh hierarki kebutuhan manusia yang
dapat memotivasi tingkah laku, harus dipenuhi dimulai dari :
a. Kebutuhan Fisiologis, merupakan kebutuhan yang paling rendah dan harus
dipenuhi terlebih dahulu. Secara definitif kebutuhan fisiologis adalah
kebutuhan jasmani manusia, misalnya kebutuhan akan makan, minum, tidur,
istirahat dan kesehatan.
b. Kebutuhan akan Keamanan, manusia membutuhkan ketentraman jiwa,
kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungan, misalnya kebutuhan akan
pakaian, tempat tinggal, dan perlindungan atas tindakan sewenang-wenang.
c. Kebutuhan akan Kebersamaan dan Cinta, manusia dalam hidup
membutuhkan kasih sayang dari orang tua, saudara dan teman-teman yang
lain. Disamping itu manusia akan merasa bahagia apabila dapat membantu
dan memberikan cinta kasih pada orang lain pula.
21
d. Kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan ini terdiri dari dua bagian. Pertama
adalah penghormatan atau harga diri sendiri seperti percaya akan kemampuan
diri sendiri dan yakin dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Bagian kedua
adalah penghargaan dari orang lain yang membuat manusia menjadi lebih
optimis dalam bersosialisasi.
e. Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti, merupakan kebutuhan untuk
memuaskan rasa ingin tahu, mendapatkan pengetahuan, informasi, dan untuk
mengerti sesuatu.
f. Kebutuhan estetika dan keindahan, merupakan kebutuhan yang
dimanifestasikan sebagai kebutuhan akan keteraturan, keseimbangan, dan
kelengkapan dari suatu tindakan.
g. Kebutuhan aktulisasi diri (Self-Actulization), kebutuhan ini merupakan
kebutuhan yang paling tinggi dan akan muncul jika kebutuhan sebelumnya
atau dibawahnya sudah terpenuhi dengan baik.
Tujuh kategori diatas merupakan suatu tingkat kebutuhan yang sifatnya
kaku, tetapi dalam kegiatan sehari-hari mungkin guru dapat menemukan
pengecualian. Hal ini dikarenakan tingkah laku tidak dibangkitkan oleh satu
penyebab, melainkan beberapa penyebab. Teori Maslow ini sangat berguna bagi
dunia pendidikan, guru dapat menganalisis perubahan tingkah laku pada dirinya
dan digunakan untuk memotivasi dirinya sendiri untuk meningkatkan
profesionalitasnya dalam bekerja di dunia pendidikan.
Kemudian secara umum dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru
mempersoalkan bagaimana caranya gairah kerja guru meningkat, agar guru mau
22
bekerja keras dengan menyumbangkan segenap kemampuan, pikiran,
keterampilan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Para guru sebenarnya
mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi tersebut akan dilepaskan
atau digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi
serta peluang yang tersedia.
2.1.4 Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik Guru
Motivasi tidak timbul dari dalam diri manusia saja tetapi motivasi yang
berasal dari lingkungan sekitar juga mempengaruhi walaupun tidak terlalu
dominan. Sumadi dalam (Muhamad, 2010:25), menyatakan bahwa motivasi kerja
guru yang paling berhasil adalah pengarahan diri sendiri (faktor intrinsik),
maksudnya motivasi ini tercakup dalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan
siswa dan guru. Seorang guru harus memiliki motivasi diri yang kuat tanpa
banyak rangsangan eksternal, walaupun faktor eksternal juga mempengaruhi.
Motivasi diri merupakan panggilan jiwa, keikhlasan tanpa embel-embel, kesiapan
mental yang tulus, afeksi nuraniah, aktualisasi potensi alami, dan rangsangan
internal yang muncul dari dalam diri guru untuk mengemban tugas pokok dan
fungsi secara kreatif, efisien dan kontinu. Motivasi intrinsik/diri merupakan
sebuah alasan personal yang mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu,
perilaku yang dilakukan dapat berupa tujuan, harapan untuk hidup dan cita-cita
yang ingin dicapai. Geen dalam Wikipedia (2007), mengemukakan bahwa
motivasi merujuk pada inisiasi, arah, intensitas, dan presistensi perilaku manusia.
23
Sebuah motivasi yang berasal dari diri sering disebut sebagai motivasi
murni, dikatakan murni karena merupakan fenomena kejiwaan atau panggilan
jiwa, bahkan ada yang menyebutnya keterampilan jiwa. Indra Kusumah dalam
(Danim, 2012:119), berpendapat bahwa diantara jiwa sang juara sejati ialah
menyadari sumber motivasi yang sangat kuat serta menjadi modal utama baginya
dalam menciptakan keajaiban. Motivasi hadir dengan didasari kesadaran yang
menyeluruh atas eksistensi diri dan tujuan hidup untuk menjadi manusia lebih dari
adanya. Dalam konteks ini motivasi intrinsik/diri dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu berbasis pada kesenangan dan kewajiban. Motivasi diri yang
berbasis kesenangan merujuk pada apa yang dikerjakan oleh guru memang
menjadi bagian dari hidupnya, terlepas dari ada atau tidaknya manfaat ekonomi
sosial. Sedangkan motivasi berbasis kewajiban merujuk pada apa yang dikerjakan
dan dipikirkan oleh guru sebagai mana harus dikerjakan, apakah karena tugas
pokok dan fungsi utama atau diapandu oleh kebiasaan baiknya dalam mengemban
tugas.
Memiliki motivasi intrinsik/diri yang baik dan dapat mempertahankannya
secara kontinu akan menjadikan seorang guru yang luar biasa. Guru luar biasalah
yang mampu untuk mencapai prestasi yang luar biasa pula. Guru yang luar biasa
akan mempercayai hal yang tidak mungkin, kemudian mereka melihat menjadi
sebuah kemungkinan yang dapat dicapai. Dikutip dari Danim (2012:121) motivasi
intrinsik/diri guru setidaknya terdiri dari enam unsur yaitu;
(1) Tujuan yang dicapai dalam proses pembelajaran, (2)
Obsesi pribadi untuk mencapai tujuan, (3) kemauan tiada
henti untuk mewujudkan cita-cita dan harapan tingkat tinggi,
(4) Ketiadaan putus asa dalam mencapai tujuan, (5) Spirit
24
untuk mengambangkan strategi pembelajaran yang
diperlukan oleh guru untuk mencapai tujuan, (6) Aneka
proses kreatif, inovasi, dan alternatif yang dijalankan untuk
mencapai tujuan pembelajaran terbaik.
Seorang guru yang memiliki motivasi tinggi ditandai, apabila guru selalu
sadar bahwa antara tujuan dirinya dengan tujuan sekolah tidak berbeda, kalaupun
berbeda tidak terlalu senjang. Guru seperti ini selalu sadar bahwa sekolah
membutuhkan dia dan dia membutuhkan sekolah sebagai wahana bekerja untuk
hidup. Bekerja disekolah merupakan panggilan jiwa bukan sebuah keterpaksaan,
tanpa mengingkari maksud yang ingin dicapai seperti gaji, aktualisasi diri, atau
rekreasi. Ukuran capaian kerja guru yang memiliki motivasi interinsik/diri tinggi
adalah seberapa besar sumbangsih dalam mengubah perilaku siswanya.
Walaupun pengaruhnya kecil, motivasi ekstrinsik juga berperan. Hamalik
(2003:163), mengatakan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar
situasi belajar, seperti angka, ijazah, tingkatan hadiah, persaingan yang bersifat
negatif ialah sarcasm, ridicule, dan hukuman. Motivasi ektrinsik tetap diperlukan
guru dalam pekerjaan mereka yaitu mengajar. Dalam kaitannya dengan guru,
motivasi ekstrinsik dapat dibagi menjadi tiga yaitu; (1) Hubungan antar pribadi,
menunjukkan hubungan antara perseorangan dengan atasan (kepala sekolah), dan
antara perseorangan dengan teman sejwatnya dalam bekerja, dengan
menumbuhkan motivasi ekstrinsik yang baik maka secara bersama-sama rasa
senang dan semangat dalam bekerja akan meningkat. (2) Kondisi lingkungan
sekolah dimana kita bekerja, dengan lingkungan sekolah yang nyaman, orang-
orang yang baik di lingkungan sekitar kita, siswa yang ramah dan sopan akan
menumbuhkan rasa nyaman dan aman pada diri kita disekolah, hal ini secara
25
bersama-sama akan menumbuhkan motivasi positif guru dalam pembelajaran. (3)
Gaji, pada dasarnya menjadi seorang guru merupakan panggilan jiwa yang tidak
menomosatukan gaji. Tetapi dengan gaji/kesejahteraan yang baik diharapkan guru
akan meningkatkan kualitas mengajarnya.
Sesungguhnya sangat sulit untuk menentukan mana yang lebih baik, antara
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Memang yang dikehendaki setiap
individu adalah motivasi intrinsik dari guru akan tetapi motivasi ini tidak mudah
begitu saja muncul. Disisi lain motivasi ekstrinsik juga perlu ada demi muncul
atau menumbuhkembangkan motivasi intrinsik yang ada dalam diri guru.
Sebaiknya motivasi intrinsik dan ekstrinsik harus berjalan beririrngan guna
menjaga dan meningkatkan motivasi yang ada dalam diri guru sehingga tujuan
guru akan tercapai secara optimal yang akan berdampak pada kemajuan
pendidikan.
2.1.5 Pengukuran Motivasi Guru
Faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong seseorang yang
sifatnya intrinsik, bersumber pada diri seseorang atau faktor yang kehadirannya
menimbulkan kepuasan kerja dan meningkatkan hasil kerja individu. Faktor-
faktor motivasional ini dapat diukur untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat
motivasi seseorang. Demikian juga dengan gotivasi guru, harus selalu diukur dan
dipantau agar terjaga dan diharapkan dapat meningkat dari hari ke hari,
memunculkan dampak positif bagi pembelajaran disekolah sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subyek pengajar dapat tercapai. Menurut Herzberg yang dikutip
26
dalam (David Alexio, 2011:17) mengatakan bahwa hal yang perlu diukur dalam
motivasi kerja guru meliputi :
(1) Prestasi (achievement) artinya guru memperoleh
kesempatan untuk mencapai hasil yang baik atau
berprestasi. Setiap individu memiliki cadangan
energi potensial, bagaimana energi itu dilepaskan
tergantung pada kekuatan dan dorongan motivasi
seseorang serta peluang yang tersedia.
Kemampuan guru untuk berprestasi mendorong
guru untuk kreatif dan mengerahkan kemampuan
yang dimiliki untuk mencapai prestasi yang
optimal demi kemajuan pendidikan.
(2)Tanggung jawab (responsibility) adalah kesiapan
menerima kewajiban atau tugas-tugas dibidang
pekerjaan. Guru yang benar-benar memahami
profesinya akan bertanggung jawab menerima
tugas dan ditanganinya dengan baik. guru yang
memiliki tanggung jawab tingi akan bertanggung
jawab pada kegiatan pembelajaran yang baik
sehingga menghasilkan output yang diharapkan.
(3) Kemajuan (advancement) adalah peningkatan
kecakapan serta keberkesanan dalam menjalankan
kewajiban pekerjaannya. Guru yang memiliki
motivasi kerja yang baik, selalu berusaha untuk
meningkatkan kemampuan dirinya dalam
melaksanakan tugasnya sehingga kemajuan dalam
diri guru dapat terlihat dan sebaliknya.
(4) Pekerjaan itu sendiri (the work it self) adalah
tingkat kebergantungan bagaimana seseorang
memaknai suatu pekerjaannya. Guru yang
mencintai pekerjaannya sebagai tenaga pendidik
pasti akan memiliki motivasi yang tinggi sehingga
dapat dipastikan akan menghasilkan pekerjaan
yang optimal. Sebaliknya, guru yang mengajar
tidak sesuai dengan keahliannya dan ditambah
dengan kurangnya keterampilan akan mengurangi
motivasi kerjanya sehingga hasil kerja kurang
optimal.
(5) Kemungkinan berkembang (the possibility of
growth) adalah konsekuensi perilaku dimasa lalu
yang akan mempengaruhi tindakan dimasa datang
dalam proses pembelajaran. Dengan banyaknya
pemberian tugas dan tanggung jawab pada guru
dalam kegiatan pembelajaran, guru akan semakin
27
berusaha untuk melaksanakan tugas yang
diberikan dengan baik dan akan memperoleh
konsekuensi yang baik pula dalam proses
pembelajaran sehingga dapat membuat guru
memperoleh kesempatan kenaikan pangkat atau
jabatan.
2.2 Keikutsertaan dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran
2.2.1 Konsep Musyawarah Guru Mata Pelajaran
Mengembangkan sumber daya manusia pendidik memanglah bukan
merupakan sebuah hal yang mudah, kususnya untuk meningkatkan profesionalime
guru. Pegembangan professional guru merupakan usaha untuk mempersiapkan
guru agar memiliki berbagai wawasan, keterampilan, pengetahuan dan
memberikan rasa percaya diri untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagai tenaga pengajar profesional. Berdasarkan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 20 ayat (b)
mengamantakan bahwa dalam rangka melaksanakan tugas keprofesiannya, guru
berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni. Pernyataan undang-undang tersebut pada intinya
memprasyaratkan guru untuk memiliki kualifikasi akademik minimal S-1,
kompetensi sebagai agen pembelajaran, dan sertifikat pendidik.
Dengan adanya UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal
20 ayat (b), diharapkan akan memberikan kesempatan pengembangan
professionalisme guru dengan bebrapa media yaitu melalui musyawarah guru
mata pelajaran (MGMP) dan pelatihan guru. Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) merupakan suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru mata
28
pelajaran yang berada pada suatu wilayah kabupaten, kota, kecamatan dan gugus
sekolah. MGMP merupakan organisasi non struktural yang mandiri, berasaskan
kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hierarki dengan lembaga lain
(www.disdik-bogor.com). Melalui kegiatan MGMP guru dituntut untuk
memunculkan ide-ide kreatif demi melakukan inovasi suatu metode pembelajaran
sehingga guru dapat memecahkan masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
MGMP akan berhasil dalam memberdayakan diri bila dipengaruhi oleh etos kerja
segenap pengurus, anggota, dan guru mata pelajaran sejenis dalam membangun
semangat kebersamaan dan persaudaraan dalam sebuah wadah yang memiliki
karakter dan jatidiri, kemampuan membangun jaringan dengan unit terkait, serta
kesanggupan untuk tetap terhindar dari berbagai godaan dan kepentingan. MGMP
harus mampu mendinamiskan gerak dalam mentransformasikan dirinya (MGMP)
secara utuh dan total ke dalam hiruk-pikuk dunia pendidikan yang semakin rumit,
kompleks, dan penuh tantangan demi pendidikan yang lebih baik.
2.2.2 Dasar Hukum dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Untuk mengoptimalkan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) yang nantinya diharapkan dapat diperhitungkan ekuivalensinya dengan
satuan kredit semester (SKS) bagi guru yang mengambil pendidikan S-1 atau
pemberian angka kepada guru untuk mengajukan kepangkatan. Berdasarkan hal
tersebut pelaksanaan kegiatan MGMP harus direvitalisasi agar kegiatan lebih
terstruktur. Agar kegiatan MGMP dapat berjalan sesuai yang diharapkan dan tidak
melenceng sehingga dapat diakui, maka terdapat beberapa dasar hukum yaitu ;
29
1. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional
2. UU RI No. 14 tentang Guru dan Dosen
3. PP RI No. 19 tentang Sistem Pendidikan Nasional
4. PP RI No. 38 tentang Pembagian kewenangan pusat dan daerah
5. PP RI No. 74 tentang Guru
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akdemik dan Kompetansi Guru
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2007 tentang Standar
8. Pengelolaan Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58
Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Program Sarjana (S1) Kependidikan
bagi Guru dalam Jabatan.
Undang – undang ini digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan
MGMP agar sesuai dengan tujuan yaitu meningkatkan mutu pendidikan.
2.2.3 Tujuan dan Manfaat Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Revitalisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang ada di
Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru. Dikutip dari Prosedur
Operasional Standar KKG dan MGMP (2009:4) yang disusun oleh Dinas
Pendidikan bagian Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
tersusunlah tujuan dari kegiatan MGMP diantarnya;
(1) Dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan guru
dalam berbagai hal mulai dari penyusunan dan
pengembangan silabus, penyususnan rencana program
pembelajaran (RPP) yang digunakan guru sebagai acuan
untuk kegiatan pembelajaran, menyusun bahan ajar yang
berbasis teknologi informasi dan komunikasi, membahas
30
materi esensial yang sulit dipahami oleh siswa,
pengembangan metode/strategi/pendekatan/media
pembelajaran, menentukan sumber belajar, secara
bersama-sama menentukan ketuntasan minimal dengan
memperhatikan kemampuan siswa disekolah masing-
masing, menyusun dan membuat soal tes untuk berbgai
kebutuhan, menganalisis hasil belajar siswa, kemudian
menyusun program dan pengayaan ynag digunakan siswa
untuk memperbaiki nilai, dan membahas bergaia masalah
yang dihadapi guru dalam pembelajaran kemudian
mencari solusinya.
(2) Dalam kegiatan MGMP diharapakan diantara guru
dapat saling berbagi pegalaman / sharing untuk
memberikan bantuan dan memberikan umpan balik.
(3) Guru yang mengikuti MGMP diharapakan adanya
peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan dan sikap
dengan mengadopsi pendekatan pembelajaran yang
inovatif sehingga di dalam kelas tidak terjadi
pembelajaran yang monoton.
(4) Memberdayakan dan membantu guru dalam
melaksanakan tugas-tugas guru disekolah dalam
rangka meningkatkan pembelajaran disekolah dalam
rangka meningkatkan pembelajaran sesuai dengan
standar.
(5) Mengubah budaya kerja menjadi lebih kreatif dan
inovatif yang berdampak pada terciptanya motivasi
tinggi diikiuti dengan pengembangan profesionalisme
guru dalam upaya menjamin mutu pendidikan.
(6) Meningkatkan mutu proses pendidikan dan
pembelajran yang tercermin dari meningkatnya hasil
belajar siswa dalam rangka mewujudkan pelayanan
pendidikan yang berkualitas.
(7) meningkatkan kesadaran guru terhadap permasalahan
di dalam kelas yang selama ini tidak disadari oleh guru
dan tidak terdokumentasi dengan baik sehingga
dibutuhkan solusi yang tepat.
Kemudian dikutip dari Prosedur Operasional Standar pelaksanaan MGMP
dan KKG (2009: 9) menyebutkan manfaat MGMP dapat dibagi menjadi lima
yaitu ;
(1) Manfaat bagi siswa, siswa berpeluang mendapatkan
pengajaran yang kreatif, inovatif, aktif, efektif dan
menyenangkan sehinggga dalam melakukan kegaiatan
31
pembelajaran siswa tidak merasa bosan dan akan tertarik
dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
yang baik tersebut diharapakan akan mempengaruhi
motivasi siswa sehingga berdampak pada hasil belajar
yang meningkat.
(2)Manfaat bagi guru yang mengikuti program MGMP,
meningkatnya kompetensi guru ditandai dengan
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang aktif,
inovatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) sehingga
guru tidak bosan dalam menyampaikan materi dan siswa
tidak bosan dalam menerima pelajaran yang disampaikan,
dengan meningkatnya kompetensi guru secara langsung
dokumen-dokumen portofolio akan terkumpul untuk
proses sertifikasi, kenaikan pangkat, kenaikan jabatan
fungsional guru, dan adanya pengakuan belajar.
(3)Manfaat bagi sekolah yang tenaga pendidiknya mengikuti
MGMP, sekolah memiliki guru yang professional
sehingga mampu meningkatkan mutu pembelajaran
disekolah, dan akan memberikan kemudahan dalam
pengelolaan keikutsertaan guru dalam pelatihan MGMP
dan pelatihan pendidikan dengan meminimalkan dampak
negatif akibat guru sering meninggalkan tugas mengajar
karena keikutsertaannya dalam pelatihan.
(4) Manfaat bagi program MGMP itu sendiri, terwujudnya
program MGMP sebagai wadah komunikasi, pembinaan
dan peningkatan profesi dan karier guru yang terpercaya.
(5) Manfaat MGMP bagi pemerintah, tersedianya model
pembinaan organisasi profesi guru yang professional
untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan adanya
manfaat positif dari kegiatan MGMP diharapkan guru
akan semakin rajin mengikuti MGMP sehingga manfaat
dari kegiatan dapat didapat.
2.2.4 Pemantauan dan Evaluasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP)
Pelaksanaan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
sebaiknya disertai dengan adanya pemantauan dan evaluasi, dengan adanya kedua
hal ini diharapkan kegaiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dapat
dipertanggungjawabkan dan diakui oleh pihak-pihak terkait. Pemantauan dan
evaluasi merupakan gambaran aktivitas MGMP dalam manajemen dan
32
pelaksanaan kegiatan secara konsisten. Pentingnya pemantauan dan evaluasi
kegaitan MGMP, agar dimasa mendatang tidak tergantung pada pemerintah
melainkan tergantung pada stakeholder yaitu guru, kepala sekolah, pengawas
sekolah dan pihak lain yang berkepentingan tentang mutu penyelenggaraan mutu
MGMP.
Agar MGMP terjamin kualitasnya maka harus dijalankan sesuai dengan
Prosedur Operasional Standar pelaksanaan MGMP dan KKG (2009:28), faktor-
faktor yang masuk dalam pemantauan dan evaluasi meliputi ;
(1) Input artinya pemantauan dan evaluasi dimulai dari proses
input yang mencakup komponen organisasi, program kegiatan
dan sumber daya manusia. (2) Proses artinya pemantauan dan
evaluasi kegiatan MGMP mencakup keterlaksanaan kegiatan
sesuai yang telah ditetapkan dalam input dan komponen yang
dipantau meliputi persiapan dan pelaksanaan MGMP. (3)
Output artinya hasli dari kegiatan MGMP diharapakan sesuai
dengan program kerja yang telah disusun.
2.3 Pelatihan
2.3.1 Pengertian Pelatihan Guru
Guru seharusnya secara bertahap mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) harus direspon para guru secara positif dengan
menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang tersedia. Peningkatan
kompetensi guru dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja sekolah melalui kinerja
mengajar guru agar dapat mencapai tujuan secara optimal, efektif dan efisien.
Kompetensi guru akan menentukan mutu lulusan suatu pendidikan, hal ini terjadi
karena siswa secara langsung belajar dengan guru, dengan kata lain guru menjadi
ujung tombak pendidikan. Kompetensi guru harus ditingkatkan hari demi hari,
33
salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pelatihan bagi
guru. Pelatihan atau magang dalam bahasa Inggris training memiliki arti proses
melatih kegiatan atau pekerjaan. Seyfarth (2002;121), pelatihan professional
diartikan sebagai beberapa aktivitas atau proses yang diselenggarakan untuk
meningkatkan keterampilan sikap, pemahaman, atau perbuatan dalam tugas saat
ini atau masa depan. Mulyasa (2007:43), fungsi pembinaan dan pengembangan
pegawai merupakan fungsi pengelolaan personel yang ,mutlak perlu, untuk
memperbaiki, menjaga, dan meningkatkan kinerja pegawai.
Pelatihan guru merupakan sebuah kegiatan yang memberikan kesempatan
kepada guru untuk mendapatkan pengatahuan, keterampilan, dan sikap baru yang
mengubah perilakunya, yang akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa,
(Musfah, 2011:61). Menurut Armstrong, (2004:191), pelatihan guru bermanfaat
untuk membantu guru mengembangkan keterampilan dan tingkat kemampuan
guru. Kemudian dikutip dari Bernadus (2005:29) menyatakan bahwa pelaksanaan
pelatihan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu :
1. Sisi intrinsik, yaitu pengambangan kemampuan dasar yang
dilakukan karena kesadaran dan kemauan yang muncul
dari dalam diri sendiri.
2. Sisi ekstrinsik, pengembangan dan kemampuan dasar
karena dorongan yang muncul dari luar yang memberikan
peluang atau kesempatan agar seorang guru dapat
meningkatkan kompetensianya.
Penyelenggaraan pelatihan juga harus dilakukan secara professional dengan
cara merencanakan secara matang setiap pelatihan, mulai dari pemilihan materi,
waktu, tempat, metode, hingga kualitas instruktur. Pelatihan juga harus sesuai
dengan kebutuhan guru dan waktu yang tepat ditengah kesibukan guru mengajar
34
agar sebuah pelatihan bagi guru menjadi bermanfaat dan bermakna, jangan sampai
dengan adanya pelatihan guru mengganggu kegiatan pemebelajaran disekolah
seperti mengorbankan siswa sehingga berdampak pada penurunan hasil atau mutu
pendididkan. Kemudian guru harus mengikuti pelatihan secara berkesinambungan
sehingga informasi yang diterima merupakan informasi terbaru dan dapat segera
diaplikasikan disekolah dimana guru mengajar sehingga manfaat dari sebuah
pelatihan guru dapat segera dirasakan oleh siswa, guru itu sendiri, dan lembaga
yang menaunginya. Dengan demikian melalui pelatihan yang relevan dengan
profesi guru akan mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya sebagai seorang tenaga pendidik.
2.3.2 Jenis Pelatihan Guru
Semakin berkembangnya dunia pendidikan, semakin besar juga peran guru
dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di rumah
dengan aneka pendidikan. Peran guru sangatlah penting dalam dunia pendidikan
karena guru berhadapan langsung dengan siswa. Guru harus mempunyai bekal
dalam memberikan pembelajaran di sekolah. Pembekalan untuk guru dan para
pengajar tidak hanya di dapat dari sekolah atau dari tempat mereka menyelesaikan
studi saja, tetapi pembekalan dapat di dapatkan dari lingkungan, seminar,
lokakarya, bedah buku dan pelatihan. Seminar, bedah buku, pelatihan, dan
lokakarya merupakan beberapa sumber pembelajaran bagi guru untuk memberi
nilai tambah pada kegiatan pembelajaran di sekolah dengan tujuan untuk
35
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan guru dalam pembelajaran sesuai
dengan tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada saat ini bahkan pemerintah menganjurkan agar para guru maupun
pengajar mengembangkan diri untuk ikut serta mengikuti berbagai pelatihan,
seminar maupun lokakarya. Pemerintah juga berupaya agar para guru dapat
meningkatkan profesionalitas pendidikan, dan pengetahuan secara mandiri
maupun bersama. Beberapa tahun terakhir ini guna meningkatkan mutu
pendidikan dengan mengadakan pelatihan, seminar, lokakarya dan bedah buka,
pemerintah tidak bekerja sendiri. Pemerintah mulai mengandeng lembaga-
lembaga swadya masyarakat yang bergerak dibidang pendidikan untuk bergabung
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
2.3.4 Manfaat Pelatihan Guru
Pelatihan guru yang diberikan dan dilakukan kepada atau oleh guru akan
memberikan manfaat serta kemudahan bagi guru dalam menjalakan tugasnya.
Pelatihan guru akan membawa guru kearah yang lebih baik dalam menyelesaikan
tugas guru di dunia pendidikan pada umumnya dan sekolah pada khususnya.
Menurut Siagian yang dikutip dalam (repository.upi.edu) membagi manfaat
pelatihan menurut subyeknya sebagai berikut:
1. Bagi sekolah manfaat pelatihan yaitu;
a. Peningkatan produktifitas kerja sekolah secara
keseluruhan
b. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan
bawahan
c. Terjadinya proses pengambilan keputusan yang cepat
d. Terciptanya semangat kerja seluruh tenaga kerja
dengan komitmen organisasional yang tinggi
36
e. Mendorong keterbukaan manajemen melalui
penerapan gaya manjerial yang partisipatif
f. Memperlancar gaya komunikasi yang efektif
g. Penyelesaian konflik secara fungsional
2. Bagi guru manfaat pelatihan yaitu;
a. Membantu guru membuat keputusan yang lebih baik
b. Meningkatkan kemampuan para guru menyelesaikan
berbagai masalah yang dihadapi
c. Terjadinya internalisasi dan operasionalisasi faktor-
faktor motivasi
d. Timbulnya dorongan dalam diri guru untuk terus
meningkatkan kemampuan kerja
e. Peningkatan kemampuan guru untuk menangani
stress, frustasi, dan konflik dalam diri guru yang pada
gilirannya memperbesar rasa percaya diri sendiri
f. Tersedianya informasi tentang berbagai program yang
dapat dimanfaatkan oleh para guru dalam rangka
pertumbuhan masing-masing secara teknikal dan
inetelektual
g. Meningkatkan kepuasan kerja
h. Semakin besarnya pengakuan atas kemampuan
seseorang
i. Makin besarnya tekad guru untuk mandiri
j. Mengurangi ketakutan menghadapi tugas-tugas
dimasa depan
Walaupun banyak manfaat yang didapat dari sebuah proses pelatihan tetapi
tidak semua dari manfaat akan dapat dicapai dengan satu kali pelatihan. Pelatihan
bagi guru harusnya dilakukan secara berkelanjutan sehingga manfaat-manfaat
yang telah diurakan diatas dapat segera dirasakan dan merubah atau meningkatkan
mutu pendidikan yang akan berdampak pada out put yang baik.
37
2.4 Kinerja Mengajar
2.4.1 Konsep Kinerja
Kinerja berasal dalam bahasa inggris berarti job performance atau actual
performance yang secara harfiah dapat diartikan sebagai prestasi kerja atau
prestasi yang sesungguhnya dicapai seseorang. Kinerja selalu dihubungkan
dengan keberhasilan, kesuksesan dan prestasi dalam melakukan sesuatu. Kinerja
dapat diartikan sebagai sesuatu yang dicapai atau diperlihatkan atau kemampuan
kerja. Organisasi pemerintah atau non pemerintah selalu menggunakan konsep
kinerja untuk mengukur keberhasilan atau prestasi didalam suatu organisasi.
Dalam setiap pekerjaan yang dilakukan seseorang baik di instansi pemerintah
maupun non pemerintah, bila tidak mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan
perlu adanya perhatian khusus yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi dan
untuk kinerja yang sudah baik, harus dipertahankan dan ditingkatkan agar selalu
mendapat apresiasi dan prestasi. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Nawawi
(2000:240), yang berpendapat bahwa kinerja sering dikaitkan dengan keberhasilan
atau kesuksesan dalam bekerja yang berarti prestasi harus dipertahankan, sehingga
kegagalan dan ketidakberhasilan harus diperbaiki.
Lebih lanjut lagi Uno dalam (Muhamad, 2010:15) berpandangan bahwa
kinerja merupakan hasil interaksi atau berfungsinya unsur-unsur motivasi,
kemampuan dan persepsi pada diri seseorang. Berdasarkan beberapa pengertian
yang telah disebutkan, dengan demikian kinerja dapat dijelaskan sebagai suatu
wujud keberhasilan atau prestasi yang dicapai oleh seseorang atau organisasi
sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan melalui unsur motivasi, kemampuan,
persepsi tentang bidang profesi atau pekerjaan yang dimiliki.
38
2.4.2 Kinerja Mengajar Guru
Kinerja mengajar guru dapat terlefleksi dalam tugasnya sebagai seorang
pengajar dan sebagai seorang administrator kegiatan pembelajaran, dengan kata
lain kinerja seorang guru dapat terlihat dari proses perencanaan, pelaksaaan dan
kegiatan terakhir yang dilaksanakan oleh guru adalah evaluasi. Telah dirumuskan
dalam Lokakarya Pendidikan Nasional yang dikutip dalam (Muhamad, 2010:16)
yang meliputi :
(1) Merencanakan kegiatan pembelajaran yang terdiri dari :
(a) Merencanakan bahan pembelajaran
(b) Merencanakan pengelolaan kegiatan penbelajaran
(c) Merencanakan pengelolaan kelas
(d) Merencanakan media dan sumber belajar
(e) Menentukan teknik evaluasi dan membuat perangkat
pembelajaran
(2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang meliputi :
(a) Membuka kegiatan pembelajaran
(b) Mengelola kegiatan inti
(c) Mengorganisasi waktu, siswa dan fasilitas belajar
(d) Melaksanakan penilaian proses dan hasil pembelajaran
(3) Mengevaluasi kegiatan pembelajaran terdiri dari :
(a) Melaksanakan evaluasi dalam proses pembelajaran
(b) Membuat kisi-kisi untuk penyusunan soal dalam rangka
evaluasi pembelajaran
(c) Melaksanakan hasil pembelajaran dan analisis hasil
evaluasi pembelajaran
Sementara itu Soedjiarto dalam (Rahardja, 2004:23) menyatakan ada tiga
kemampuan guru yang dituntut dalam proses belajar mengajar, yaitu :
(1)Merencanakan program belajar mengajar artinya
perencanaan pembelajaran dibuat oleh guru sebagai
pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.
(2) Melaksanakan atau memimpin proses belajar mengajar
merupakan dasar terjadinya suatu pebelajaran artinya
ada interaksi anatar guru dengan siswa, siswa dengan
teman sejawatnya dan antara siswa dengan media atau
39
sumber belajar yang diguanakan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan.
(3) Menilai kemajuan proses belajar mengajar artinya
menafsirkan dan memanfaatkan hasil penilaian
kemajuan belajar mengajar dan informasi lainnya untuk
menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan proses
belajar mengajar.
Berdasarkan uraian tentang kinerja mengajar guru, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan dalam pelaksanaan pembelajaran dimulai dari kemampuan
membuat perencanaan kegiatan belajar mengajar, kemampuan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar, dan kemampuan mengevaluasi kegiatan belajar
mengajar serta mengadakan tindak lanjut guna menyempurnakan perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
2.4.3 Standar Kerja Guru
Untuk mengetahui kinerja seseorang terlebih dahulu perlu ditetapkan
standar kinerjanya. Yuliati Eko Atmojo (2009:17) menyatakan standar kinerja
merupakan kriteria perbandingan antara apa yang telah dikerjakan dengan apa
yang diharapakan sesuai dengan pekerjaan yang dibebankan kepada seseorang.
Standar kinerja merupakan salah satu ukuran yang dapat dijadikan
pertangungjawaban terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Penetapan standar kinerja akan berbeda pada setiap profesi. Furtwengler
(Yuliati Eko Atmojo, 2009:18) mengatakan bahwa ada beberapa aspek yang dapat
dijadikan standar kinerja antara lain; kecepatan, kualitas, layanan, nilai,
keterampilan interpersonal, mental untuk sukses, terbuka untuk berubah,
kreatifitas keterampilan bekomunikasi, inisiatif, perencaan dan organisasi.
40
Sedangkan berdasarkan Kepmendiknas dan kebudayaan RI No. 025/0/1995 yang
dimaksud dengan standar prestasi kerja guru adalah kegiatan minimal yang wajib
dilakukan guru dalam proses belajar mengajar atau bimbingan.
Guru profesional dalam menjalankan tugasnya harus memiliki kompetensi.
Danim (2012:29) mendefinisikan kompetensi merupakan kemampuan seseorang
yang melipiti pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang diwujudkan dalam hasil
kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Kompetensi juga dapat
diartikan sebagai spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
dimiliki seseorang serta penerapannya dalam pekerjaan, sesuai dengan standar
kinerja yang dibutuhkan oleh masyarakat dan dunia kerja. Bila dikaitkan dengan
masalah keguruan kompetensi memiliki tiga taksonomi standar yang mencakup
standar isi, standar proses, dan standar penampilan.
Selanjutnya dikutip dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,
guru dikatakan professional bila memiliki empat kompetensi guru yaitu;
1. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif
dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia. Dalam kompetensi kepribadian guru
professional harus memiliki (a) Kepribadian yang mantap
dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma sosial,
bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma, (b) Kepribadian yang
dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak
sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru, (c)
Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan
masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir
dan bertindak, (d) Kepribadian yang berwibawa meliputi
memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta
didik dan memiliki perilaku yangh disegani, (e) Berakhlak
mulia dan dapat menjadi teladan meliputi bertindak sesuai
41
dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong)
dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
2. Kompetensi paedagogik adalah kemampuan pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. Dalam kompetensi kepribadian guru
professional harus dapat (a) Memahami peserta didik secara
mendalam yang meliputi memahami peserta didik dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif,
prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar
awal peserta didik, (b) Merancang pembelajaran, termasuk
memahami landasan pendidikan untuk kepentingan
pembelajaran yang meliputi memahami landasan
pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran,
menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik
peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi
ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih, (c) Melaksanakan pembelajaran yang
meliputi menata latar ( setting) pembelajaran dan
melaksanakan pembelajaran yang kondusif, (d) Merancang
dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi
merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses
dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai
metode, menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar
untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery
level), dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran
untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara
umum, (e) Mengembangkan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensinya meliputi
memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai
potensi akademik, dan memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi non akademik.
3. Kompetensi professional adalah penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup
penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta
penguasaan terhadap struktur dan metodologi
keilmuannya. Dalam kompetensi professional, guru
professional harus dapat (a) Menguasai substansi keilmuan
yang terkait dengan bidang studi yang meliputi memahami
materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami
struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau
koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep
antar nmata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-
42
konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari, (b)
Menguasai struktur dan metode keilmuan yang meliputi
menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis
untuk membperdalam pengetahuandan materi bidang studi.
4. Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar. Dalam kompetensi sosial, guru harus
dapat (a) Bersikap inkulif, bertindak obyektif, serta tidak
diskriminatif kerena pertimbangan jenis kelamin, negara,
ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial
keluarga. (b) Dapat berkomunikasi secara efektif, empatik,
dan santun dengan sesama pendidik, tenaga pendidikan,
orang tua dan masyarakat. (c) Dapat beradaptasi ditempat
bertugas diseluruh wilayah RI yang memiliki keragaman
sosial budaya dan (d) Dapat berkomunikasi dengan lisan
maupun tulisan.
Berdasarkan uraian tersebut maka standar kinerja guru merupakan sebuah
standar prestasi kerja yang dicapai guru dilihat dari indikator-indikator
kepribadian, paedagogik, professional, dan sosial. Hal ini sejalan dengan pendapat
Mangkunegara (Imam Wahyudi, 2012:103) kinerja adalah kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksankan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2.5 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian Muhamad (2010:73) yang meneliti Hubungan
Motivasi Kerja dengan Kinerja Mengajar Guru SD di Kecamatan Kedungjati
Kabupaten Grobogan menemukan bahwa terdapat hubungan antara motivasi kerja
dengan kinerja mengajar guru dengan nilai r sebesar (r = 0,551).
Bernadus Taek (2005:46) yang meneliti pengaruh kompetensi dan motivasi
guru terhadap prestasi belajar siswa SD di Kabupaten Timor Tengah Selatan,
43
menemukan terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja mengajar
dengan nilai r sebesar sebasar (r = 0,441).
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Susiyanto (2005:85) yang meneliti
Hubungan Etos Kerja, Jenjang Pendidikan, Partisipasi dalam Penataran dan KKG
dengan Kemampuan Mengajar Guru SD di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga,
menemukan terdapat hubungan antara partisipasi dalam penataran dan KKG
dengan kemampuan mengajar guru dengan nilai r sebesar (r = 0,202).
Bernadus Na`antonis (2005:59) yang meneliti hubungan antara
keikutsertaan guru dalam MGMP, pelatihan, dan latar belakang pendidilan dengan
kinerja mengajar guru SMK Kristen Soe Kab. Timor Tengah Selatan,
menemukan terdapat hubungan antara pelatihan guru dengan kinerja mengajar (r
= 0,447) dengan probabilitas 0,002 < 0,05.
44
2.6 Kerangka Berpikir
Model Penelitian yang dapat di bangun dari uraian terdahulu, dapat
digambarkan dalam kerangka berpikir hubungan motivasi (X1), keikutsertaan
dalam MGMP (X2), dan pelatihan (X3) dengan kinerja mengajar (Y) sebagai
berikut :
Keterangan :
: Hubungan sebab akibat
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir
2.7 Hipotesis Penelitian
Sugiyono (2011:64) mengatakan hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Sesuai dengan
pernyataan diatas hipotesis empirik dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam
4 (empat) bagian antara lain :
1. Terdapat hubungan antara motivasi dengan kinerja mengajar dikalangan
guru SMA Negeri se-kota Salatiga.
Motivasi (X1)
Kinerja Mengajar (Y) Keikutsertaan
dalam MGMP (X2)
Pelatihan (X3)
45
2. Terdapat hubungan antara keikutsertaan dalam musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP) dengan kinerja mengajar dikalangan guru SMA Negeri
se- kota Salatiga.
3. Terdapat hubungan antara pelatihan dengan kinerja mengajar dikalangan
guru SMA Negeri se- kota Salatiga.
4. Terdapat hubungan antara motivasi, keikutsertaan dalam musyawarah guru
mata pelajaran (MGMP), dan pelatihan secara simultan dengan kinerja
mengajar dikalangan guru di SMA Negeri se- kota Salatiga.
46
Recommended