View
6
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Minat Beli
Minat beli konsumen adalah sebuah perilaku konsumen dimana
konsumen mempunyai keinginan dalam membeli atau memilih suatu
produk, berdasarkan pengalaman dalam memilih, menggunakan dan
mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk (Kotler dan
Keller, 2003: 206). Bila manfaat mengkonsumsi produk yang dirasakan
lebih besar dibandingkan pengorbanan untuk mendapatkannya, maka
dorongan untuk membelinya semakin tinggi. Sebaliknya bila manfaatnya
lebih kecil dibandingkan pengorbanannya maka biasanya pembeli akan
menolak untuk membeli dan pada umumnya beralih mengevaluasi produk
lain yang sejenis.
Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses
pemikiran yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini menciptakan
suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu
keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen
harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada
didalam benaknya itu. Menurut Keller (1998), minat konsumen adalah
seberapa besar kemungkinan konsumen membeli suatu merk atau seberapa
10
besar kemungkinan konsumen untuk berpindah dari satu merk ke merk
lainnya.
a) Faktor-Faktor Minat Beli Konsumen
Beberapa faktor yang membentuk minat beli konsumen
(Kotler,2005:101) :
1) Perbedaan pekerjaan, artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan
seseorang dapat diperkirakan minat terhadap tingkat pekerjaan
yang ingin dicapainya, aktivitas yang dilakukan penggunaan waktu
senggangnya dan lain-lain.
2) Perbedaan sosial ekonomi, artinya seseorang yang mempunyai
sosial ekonomi tinggi akan lebih mudah mencapai apa yang
diinginkan daripada yang mempunyai sosial ekonomi rendah.
3) Perbedaan hobi atau kegemaran, artinya bagaimana seseorang
menggunakan waktu senggangnya.
4) Perbedaan jenis kelamin, artinya minat wanita akan berbeda
dengan dengan minat pria, misalnya dalam pola belanja.
5) Perbedaan usia, artinya usia anak- anak, remaja, dewasa dan orang
tua akan berbeda minatnya terhadap suatu barang, aktivitas benda,
dan seseorang.
Bisa diambil kesimpulan pengertian minat beli adalah sikap
kecendrungan perilaku konsumen untuk membeli suatu produk yang
dalam proses pembeliannya dari mencari informasi produk hingga
11
tindakan berhubungan dengan pembelian dipengaruhi sebagai faktor,
dan bisa diukur tingkat kecendrungan untuk membeli.
b) Indikator-Indikator Minat Beli Konsumen
Menurut Ferdinand (2002:129), minat beli dapat
diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut:
1) Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk
membeli produk.
2) Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk
mereferensikan produk kepada orang lain.
3) Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku
seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut,
Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan
produk preferensinya.
4) Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang
yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya
dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari
produk tersebut.
Berdasarkan diatas dapat ditarik kesimpulan minat beli
konsumen terjadi sebelum konsumen mengambil keputusan untuk
membeli. Konsumen sebelumnya melakukan evaluasi terlebih dahulu
terhadap produk atau jasa yang akan digunakan, melihat dari sisi
manfaat atas produk atau jasa tersebut apakah benar- benar sesuai
dengan manfaat yang dibutuhkan oleh konsumen. Jika produk
12
memiliki manfaat sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen,
sehingga muncullah minat konsumen untuk membeli.
2. Gaya Hidup (lifestyle)
Menurut Kotler dan Keller (2009:175), gaya hidup adalah pola
hidup seseorang di dunia yang tercermin dalam kegiatan, minat dan
pendapat. Menurut Mowen (2002:282), gaya hidup adalah menunjukkan
bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan
bagaimana mengalokasikan waktu. Konsep gaya hidup diatas sangat
umum dan luas, oleh karena itu konstruk gaya hidup perlu difokuskan pada
gaya hidup tertentu yakni gaya hidup teknologi. Gaya hidup secara luas
sebagai cara hidup yang diidentifikasi oleh bagaimana orang
menghabiskan waktu mereka (aktivitas) apa yang dianggap penting dalam
lingkungannya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang diri
mereka sendiri dan dunia sekitarnya (pendapat).
Gaya hidup suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat
lainnya, bahkan dari masa ke masa gaya hidup suatu individu dan
kelompok masyarakat. mendefinisikan gaya hidup atau lifestyle adalah
pola kehidupan seseorang untuk memahami kekuatan-kekuatan ini kita
harus mengukur dimensi AIO utama konsumen aktivitas (pekerjaan, hobi,
belanja, olahraga, kegiatan social), minat (makanan, mode, keluarga,
rekreasi), pendapat (mengenai diri mereka sendiri, masalah-masalah sosial,
bisnis, produk).
13
1) Dimensi Gaya Hidup
a) Aktifitas, dimensi meliputi apa yang dilakukan konsumen dalam
menghabiskan waktunya. dimensi ini berkaitan dengan values yang
dianut oleh seseorang seperti motives, values dan preferences
inventory.
b) Interest, dimensi minat meliputi bagaimana konsumen memilih
sesuatu yang dianggap penting (preferensi dan prioritas) baginya
dan hal ini berkaitan dengan motivasi.
c) Opinions, dimensi opini merupakan pandangan dan perasaan
konsumen terhadap dirinya atau orang lain serta terhadap dunia
sekitarnya yang dapat dihubungkan dengan persepsi. Persepsi
disini meliputi proses dari individu mengatur dan
menginterpretasikans kesan-kesan yang ditangkap oleh sensori
mereka yang memunculkan dampak pada nilai, pengalaman,
pendidikan, dan lainnya.
2) Indikator- Indikator Gaya Hidup
Menurut Danziger dalam Widjaja (2009:43) terdapat empat
indikator yang menjadi motif keputusan pembelian berdasarkan
lifestyle:
a. Utilitarian purchases ( pembelian produk bermanfaat)
Konsumen membelanjakan produk ini, dalam kondisi tidak
sangat mendesak membutuhkan, tetapi memberikan keyakinan
14
bahwa produk/jasa yang dibelinya akan meningkatkan kehidupan
yanglebih baik atau lebih mudah.
b. Indulgences (kesukaan/ memanjakan diri)
Individu mencoba untuk hidup menikmati sedikit kemewahan
tanpa banyak menambah pengorbanan dari pengeluarannya.
Gratifikasi dari produk/jasa ini terletak pada faktor emosional.
c. Lifetyle luxuries (gaya hidup mewah )
Lifestyle luxuries menawarkan manfaat dan kegunaan bagi
konsumen berupa meningkatkan prestige, image dan superior quality
dari sebuah merk. Dalam hal ini, peranan merk menjadi gratifikasi
konsumen untuk membeli produk atau jasa.
d. Aspirational luxuries (hasrat kemewahan)
Seiring dengan indulgences, aspiration luxuries akan
memuaskan konsumen dari aspek kebutuhan emosionalnya. Melalui
pembelian konsumen dapat mengekspresikan dirinya sistem nilai
minat dan hasratnya. Kepuasan muncul dari emosi lebih besar
daripada kepuasan pemenuhan kebutuhan praktis atau fungsional.
B. Kualitas Produk
Kualitas produk adalah kemampuan suatu barang untuk memberikan
hasil atau kinerja yang sesuai dari apa yang diinginkan konsumen sehingga
produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan pemakainya (Kotler, 2003: 84).
Kualitas yang baik dari suatu produk akan mengahsilkan kepuasan konsumen.
Suatu produk dapat dikatakan berkualitas apabila produk tersebut dapat
15
memenuhi keinginan dan kebutuhan sesuai dengan yang diharapkan atau
melebihi apa yang diinginkan konsumen.
Menurut Amstrong (2001:346), produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau
dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Secara
konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu
yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui
pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan
kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula
didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen
melalui hasil produksinya. Produk dipandang penting oleh konsumen dan
dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Konsumen seringkali menilai kualitas dari sebuah produk berdasarkan
berbagai keadaan penelitian yang berhubungan dengan produk tersebut,
penilaian tersebut dapat didasarkan pada keadaan luar produk itu seperti harga
dan merk, serta penilaian lainnya mengenai karakteristik spesifik produk itu
sendiri. Kotler & Amstrong mengatakan definisi ini merupakan pengertian
kualitas yang merupakan kemampuan suatu produk untuk melakukan suatu
produk untuk melakukan fungsi- fungsinya, kemampuan itu meliputi daya
tahan, kehandalan, ketelitian yang dihasilkan, kemudian dioperasikan dan
diperbaiki, dan atribut lain yang berharga pada produk secara keseluruhan.
16
1) Dimensi Kualitas Produk
Menurut Tjiptono (2001:25) apabila perusahaan ingin
mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus
mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk
membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk
pesaing. Berikut dimensi kualitas produk :
a) Kinerja (performance), kinerja merupakan karakteristik atau fungsi
utama suatu produk, manfaat atau khasiat utama produk yang kita beli.
Biasanya menjadi pertimbangan pertama kita dalam membeli suatu
produk.
b) Daya Tahan (durability), yang berarti berapa lama atau umur produk
yang bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti.
Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka
semakin besar pula daya tahan produk.
c) Kehandalan (reliability), adalah peluang suatu produk bebas dari
kegagalan saat menjalankan fungsinya.
d) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification), yaitu
sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi
spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada
produk.
e) Fitur (features), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan
konsumen terhadap produk.
17
f) Kemampuan memperbaiki (serviceability), sesuai dengan maknanya,
disini kualitas produk ditentukan atas dasar kemampuan diperbaiki:
mudah, cepat, dan kompeten. Produk yang mampu diperbaiki tentu
kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang tidak atau
sulit diperbaiki.
g) Keindahan (aesthetics), berhubungan dengan bagaimana penampilan
produk bisa dilihat dari tanpak rasa, bau, dan bentuk dari produk.
h) Kesan Kualitas (perceived quality), sering dibilang merupakan hasil
dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung
karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau
kekuarangan informasi atas produk yang bersangkutan. Jadi, persepsi
konsumen terhadap produk didapat dari harga, merk, periklanan,
reputasi, dan Negara asal.
2) Merk
1) Pengertian merk
Merk merupakan nama, istilah, tanda, simbol/ lambang/ logo,
desain,warna, gerak, atau kombinasi atribut- atribut produk lainnya yang
diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi yang
membedakannya dengan produk pesaing. Pada dasarnya merek juga
merupakan janji produsen untuk secara kosisten menyampaikan
serangkaian ciri- ciri/ fitur, manfaat, dan layanan tertentu kepada para
konsumen. Merk yang baik juga menyampaikan jaminan tambahan
berupa jaminan kualitas.
18
Kotler (2002: 460) mengatakan, merk adalah nama, istilah, tanda,
simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal – hal tersebut, yang
dimaksud untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau
kelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing. Itu
adalah perasaan terdalam seseorang karena akhirnya merek didefinisikan
oleh individu, bukan oleh perusahaan, pangsa pasar atau yang disebut
publik.
2) Brand Trust (kepercayaan merk)
Kepercayaan merk didefinisikan sebagai persepsi akan
kehandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada pengalaman
atau terpenuhinya harapan akan kinerja produk. Keyakinan konsumen
tersebut sangat perlu dijaga oleh perusahaan agar perusahaan dapat
bersaing dengan perusahaan lain yang memproduksi produk yang sama
(Ferrinadewi 2008:147). Perusahaan harus mampu menciptakan suatu
ciri khas terhadap produk yang mereka tawarkan agar calon pembeli
potensial dapat tertarik untuk membelinya. Kepercayaan pelanggan pada
merek (brand trust) didefinisikan sebagai keinginan pelanggan untuk
bersandar pada sebuah merk dengan resiko-resiko yang dihadapi karena
ekspektasi terhadap merk itu akan menyebabkan hasil yang positif, kesediaan
seseorang untuk menggantungkan dirinya pada suatu merk dan risikonya
karena adanya harapan bahwa merk itu akan memberikan hasil yang positif.
(Lau da Lee 2009:92)
19
Kepercayaan bersumber dari harapan konsumen akan
terpenuhinya janji yang diberikan oleh merk. Ketika harapan mereka
tidak terpenuhi maka kepercayaan merk akan berkurang bahkan hilang.
Akan tetapi, jika harapan tersebut dapat dipenuhi oleh perusahaan maka
konsumen akan terus percaya terhadap merk tersebut
(Ferrinadewi,2008:153) mengemukakan, terdapat tiga aktivitas yang
dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menumbuhkan kepercayaan
konsumen yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
a) Achieving result harapan konsumen tidak lain adalah janji
konsumen yang harus dipenuhi bila ingin mendapatkan
kepercayaan konsumen.
b) Acting with integrity bertindak dengan integritas berarti adanya
konsistensi antara ucapan dan tindakan dalam setiap situasi.
Adanya integritas merupakan faktor kunci bagi salah satu pihak
untuk percaya akan ketulusan dan pihak lain.
c) Demonstrate concern, kemampuan perusahaan untuk menunjukkan
perhatiannya kepada konsumen dalam bentuk menunjukkan sikap
pengertian konsumen jika menghadapi masalah dengan produk,
akan menumbuhkan kepercayaan dengan merk.
Kepercayaan pada merk dapat diwujudkan apabila sebuah
produk telah memenuhi harapan dan kebutuhan konsumen, dimana
mereka akan puas terhadap produk tersebut. Kepercayaan akan timbul
apabila konsumen telah merasakan kepuasan karena telah
20
mengkonsumsi atau menggunakan produk dengan merk tertentu.
Konsumen yang merasa nyaman dan percaya karena sebuah produk,
tidak akan mudah meninggalkan atau mengganti produk tersebut dengan
produk merk lain. Oleh karena itu merk juga berperan penting untuk
menjadi identitas produk tersebut. Suatu merk harus dapat memberikan
kepercayaan terhadap konsumen bahwa merk tersebut benar-benar dapat
dipercaya.
3) Indikator Kepercayaan Merk
Menurut Mowen (2002:312) ada dua indikator variabel yang
membentuk kepercayaan merk (Brand trust).
a) Brand Reliability
Brand reliability adalah kehandalan merk yang bersumber
pada keyakinan konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi
nilai yang dijanjikan atau dengan kata lain persepsi bahwa merk
tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan.
Brand trust merupakan hal yang esensial bagi terciptanya
kepercayaan terhadap merk, karena kemampuan merk memenuhi
nilai yang dijanjikannya akan membuat konsumen menaruh rasa
yakin akan mendapatkan apa yang dibutuhkan dalam hal ini
kebutuhan keluar dari perasaan terancamnya.
b) Brand Intentions
Brand Intentions atau minat pada merk mencerminkan
keyakinan konsumen bahwa merk tersebut mampu mengutamakan
21
kepentingan konsumen ketika masalah dalam konsumsi produk
muncul secara tidak terduga. Oleh karena itu, intentionality berkaitan
dengan kepercayaan bahwa merk akan tertarik pada apa yang
dibutuhkan konsumen dan tidak akan mengambil keuntungan dari
ketidaktahuan konsumen.
C. Kerangka Pikir, Perumusan Hipotesis dan Penelitian Terdahulu
Kerangka pikir merupakan konseptual mengenai bagaimana suatu
teori berhubungan antara berbagai faktor yang telah diidentifikasi penting
terhadap masalah penelitian. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah
dipaparkan maka konsep yang akan dikembangkan dalam penelitian ini yaitu
menggambarkan pengaruh gaya hidup, brand trust, dan kualitas produk
terhadap minat beli konsumen. Maka model konsep pada penelitian ini
disajikan dalam gambar 1.2 sebagai berikut :
Gambar 1.2 Kerangka Pikir
22
Kerangka pikir diatas menjelaskan bahwa variabel gaya hidup, variabel
brand trust dan kualitas produk berpengaruh terhadap minat beli konsumen,
karena ketika konsumen puas atau cocok pada produk tersebut maka konsumen
akan membelinya. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
secara detail diuraikan sebagai berikut:
1. Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Minat Beli Konsumen.
Penelitian yang dilakukan oleh Bramantyo (2013) menyatakan
bahwa gaya hidup secara parsial maupun simultan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap minat beli Honda Vario Techno 125 PGM – F1, berarti
semakin tinggi gaya hidup konsumen akan semakin tinggi pula minat beli
konsumen Honda Vario Techno 125 PGM – F1. Hal ini dikarenakan
tingginya gaya hidup pada kalangan remaja terutama mahasiswa.
Dian (2013) menyatakan bahwa gaya hidup mempengaruhi minat
beli BlackBerry Curve 9300. Hal ini dikarenakan gaya hidup masyarakat
Indonesia sekarang terutama para pengguna internet sangat bergantung pada
telepon pintar yang mampu menunjang aktivitas sehari-hari dan gaya hidup
mereka untuk itulah penggunaan BlackBerry sangat digemari masyarakat.
Danziger (2004) variabel lifestyle yang mempengaruhi nilai konsumen
(customer value) terhadap apartemen di Semarang : gaya hidup praktis, gaya
hidup mewah , investasi dan prestige. Dari uraian diatas maka dapat diambil
hipotesis sebagai berikut:
H1 : Variabel Lifestyle (gaya hidup) berpengaruh positif terhadap minat
beli konsumen.
23
2. Pengaruh Brand Trust Terhadap Minat Beli konsumen
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prescilia, Pamasang dan
Asnawati (2013) dapat dismpulkan bahwa iklan, brand trust, dan brand
image secara parsial dan simultan mempunyai pengaruh yang signifikan dan
positif terhadap variabel dependen minat beli konsumen Smartfren 4G
WiMax di kota Balikpapan. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Desi dan Rahayu (2011), yang menemukan bahwa
Variabel kepercayaan merek mempengaruhi minat pembelian dengan hasil
semuanya menunjukkannilai positif dan taraf signifikansi di bawah 5% yaitu
0.00. Kepercayaan konsumen terhadap merek jelas mempengaruhi minat
pembelian, karena konsumen memiliki sikap yang lebih waspada terhadap
merk yang belum dikenal. Prabowo (2014), menemukan bahwa brand trust
berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli konsumen Smartphone
Asus di Kota Malang. Hal ini menunjukkan citra merk yang dibentuk dari
produk oleh perusahaan mampu memberikan presepsi yang baik kepada
konsumennya, sehingga dapat menjaga dan mengelola hubungan dengan
konsumen untuk dapat mempercayai produknya tersebut. Arista (2011),
menyatakan bahwa variabel brand trust secara parsial maupun simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen Telkom
Speedy di Kota Semarang. Dari uraian diatas maka dapat diambil hipotesis
sebagai berikut :
H2 : Variabel Brand Trust (kepercayaan merk) berpengaruh positif terhadap
minat beli konsumen.
24
3. Pengaruh Product quality Terhadap Minat Beli Konsumen.
Berdasarkan kajian teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya serta
tujuan penelitian maka hipotesis yang dihasilkan adalah sebagai berikut. Hasil
penelitian Bachriansyah (2011) menunjukan bahwa kualitas produk berpengaruh
secara simultan dan parsial terhadap minat beli konsumen pada produk ponsel
Nokia. Hal yang serupa terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh Rahardjo
(2012) yang menjelaskan bahwa kualitas produk berpengaruh secara simultan
dan parsial terhadap minat beli konsumen Laptop merk Acer, dalam hal ini minat
beli konsumen akan membuat konsumen cenderung untuk berkeinginan membeli
produk tersebut.
Sundalagi (2014) menyatakan bahwa kualitas produk secara parsial
dan simultan berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen pada Pizza
Hut Manado. Kualitas produk yang terjaga dengan sendirinya dapat
digunakan sebagai dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan secara
maksimal. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Bayu dan Ni nyoman
(2014) memperlihatkan bahwa variabel kualitas produk memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap minat beli produk handphone Samsung
Galaxy di Kota Denpasar. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas
produk adalah salah satu dari berbagai faktor yang mempengaruhi minat
beli. Dari uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
H3 : Variabel Product quality (kualitas produk) berpengaruh positif
terhadap minat beli konsumen.
25
Pada Hakikatnya seseorang membeli barang atau jasa untuk
memuaskan kebutuhan atau keinginan seseorang membeli barang bukan
hanya fisik semata, melainkan manfaat yang ditimbulkan oleh barang atau
jasa yang dibeli. Maka dari itu pengusaha dituntut untuk selalu kreatif,
dinamis, dan berpikiran luas. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas
produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen
sehingga penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika suatu
produk dibuat sesuai dengan dimensi kualitas, bahkan diperkuat dengan
periklanan dan harga yang ditawarkan maka akan mempengauhi minat
konsumen untuk membeli.
Recommended