View
7
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.T DENGAN DIAGNOSA MEDIS
MALARIA DI RSUD PASARWAJO
KABUPATEN BUTON
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
OLEH:
IRMA RUSMIYANTI ASIS
P00320018136
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
T.A 2019
ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Irma Rusmiyanti Asis
Nim : P00320018136
Institusi Pendidikan : Poltekkes Kemenkes Kendari
Judul Studi Kasus : ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.T
DENGAN DIAGNOSA MEDIS MALARIA DI RSUD
PASARWAJO KABUPATEN BUTON
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
Kendari, 18 Juli 2019
Yang Membuat Pernyataan
Irma Rusmiyanti Asis
v
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Irma Rusmiyanti Asis
2. Tempat/Tanggal Lahir : Mawasangka, 3 November 1979
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Buton/Indonesia
6. Alamat : Kel. Watolo, Kec. Mawasangka
7. No. Telp/HP : 082193701567
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri 4 Mawasangka, Lulus tahun 1991
2. Sekolah menengah Pertama Negeri 1 Mawasangka, Lulus tahun
1994
3. Sekolah Perawat Kesehatan Pemda Buton, Lulus tahun 1997
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan. Periode 2016-
2019
vi
MOTTO
Rahasia kesuksesan adalah mengetahui yang orang lain tidak ketahui
Ada banyak jalan menuju keberhasilan, salah satunya adalah berpikir cerdas
Berpikir cerdas yang dimaksud adalah orang yang pandai membaca peluang dan berpikir unik. Daripada mati-matian berlomba dengan segelintir orang
untuk meraih hal yang sama, mending mencari sesuatu yang tidak diketahui orang lain
vii
ABSTRAK
Irma Rusmayanti Asis, NIM : P00320018136 “Asuhan Keperawatan Pada
Ny.T Dengan Diagnosa Medis Malaria Di RSUD Pasarwajo Kabupaten
Buton, Dibimbing oleh Ibu Fitri Wijayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Malaria adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria
(Anopheles) betina Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
dari genus plasmodium yang ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk
jenis anopheles betina, penyakit ini dapat menyerang segala ras, usia, dan jenis
kelamin (Irianto, 2011). Tujuan : untuk mengetahui asuhan keperawatan pada
Ny.T dengan diagnosa medis malaria. Hasil : Data diperoleh dari pengkajian
langsung, wawancara, serta melihat catatan rekam medik pasien, dimana pada saat
pengkajian didapatkan beberapa keluhan yang dikeluhkan klien mengenai malaria,
dimana diagnosa yang diangkat pada kasus ini adalah perubahan perfusi jatingan,
hipertermia, resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, nyeri
dan ketidaknyamanan, gangguan aktivitas, resiko penularan penyakit, Intervensi
dilakukan sesuai dengan teori yang ada yaitu menggunakan Nursing Outcomes
Classsification dan Nursing Intervention Classification, implementasi dilakukan
selama 3 hari, sehingga didapatkan semua masalah yang ada dapat teratasi pada
tanggal 21 dan 22 Maret 2019
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Malaria, Pasarwajo
Daftar Pustaka : 26 (2008-2018)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada
kita semua. Berkat ridho dari-Nya penulis dapat menyelesaikan pendidikan
progam studi D-III Keperawatan Di Poltekkes Kemenkes Kendari dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T DENGAN DIAGNOSA MEDIS
MALARIA DI RSUD PASARWAJO KABUPATEN BUTON”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari masih
banyak kesulitan dan hambatan, tetapi berkat bantuan dan bimbingan yang
berupa saran dan kritikan dari berbagai pihak penyusunan tugas akhir ini dapat
diselesaikan.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan dan penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada yang terhormat :
1. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Kepada Kantor Badan Riset Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara yang telah
memberikan izin penelitian kepada penulis
3. Direktur RSUD Pasarwajo yang telah memberikan izin penelitian
4. Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ketua Jurusan D-III
Keperawatan
ix
5. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep.,Sp.KMB selaku Sekretaris Jurusan D-III
Keperawatan
6. Kepada ibu Fitri Wijayati, S.Kep.,Ns.,M.kep sebagai pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menyusun Karya
Tulis ini.
7. Kepada ibu Hj. Sitti Rachmi Misbah, S.Kp.,M.Kes, bapak Muslimin L,
A.Kep.,S.Pd.,M.Si, Bapak Bapak Sahmad, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen
penguji I, penguji II, dan penguji III yang telah membimbing saya dan
memberikan masukan-masukan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
disusun dengan sebaik-baiknya
8. Semua dosen dan staf Program Studi D-III Keperawatan Poltekkes
Kemenkes kendari yag telah membantu dan memberikan bimbingan dengan
sabar serta ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama kuliah
Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis khususnya. Terima Kasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Kendari, 18 Juli 2019
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................... i
Halaman Persetujuan ........................................................................................... ii
Halaman Pengesahan ........................................................................................... iii
Keaslian Penelitian ............................................................................................... iv
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................... v
Halaman Motto .................................................................................................... vi
Abstrak ................................................................................................................. vii
Kata Pengantar .................................................................................................. viii
Daftar Isi ................................................................................................................. x
Daftar Lampiran ................................................................................................. xii
Daftar Tabel ........................................................................................................ xiii
Daftar Gambar ................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
C. Tujuan Studi Kasus ................................................................................... 6
D. Manfaat Studi Kasus ................................................................................. 7
E. Metode dan Teknik Penelitian .................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Malaria ............................................................................... 9
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ..................................................... 29
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ................................................................................................ 58
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 72
C. Intervensi Keperawatan .......................................................................... 72
xi
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ............................................. 79
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian .............................................................................................. 109
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................................... 112
C. Intervensi Keperawatan ........................................................................ 116
D. Implementasi Keperawatan .................................................................. 117
E. Evaluasi Keperawatan ........................................................................... 117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 119
B. Saran ....................................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 2 : Surat Keterangan Bebas Administrasi
Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Manifestasi klinis infeksi plasmodium
Tabel 2.2 Analisa Data
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan
Tabel 3.1 Data Penunjang
Tabel 3.2 Penatalaksanaan Medis
Tabel 3.3 Kebiasaan sehari-hari
Tabel 3.4 Analisa Data
Tabel 3.5 Intervensi Keperawatan
Tabel 3.6 Implementasi Keperawatan
Tabel 3.7 Evaluasi Keperawatan
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Morfologi stadium-stadium plasmodium vivax didalam darah.
Gambar 2.2 Limpa dan hati
Gambar 2.3 Tanda-tanda nyamuk malariabila hinggap/menggigit letak kepala
lebih rendah dibanding badannya (menungging).
Gambar 2.4 Sedian darah tepi sedian hapus tipis pada masing-masing parasit
plasmodium.
Gambar 2.5 Siklus hidup plasmodium penyebab malaria
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan
oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina Malaria adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium yang ditularkan pada
manusia melalui gigitan nyamuk jenis anopheles betina, penyakit ini dapat
menyerang segala ras, usia, dan jenis kelamin (Irianto, 2011). Menurut Safar
Rosdiana (2009) dikenal empat spesies dari genus plasmodium yang hidup
sebagai penyebab penyakit malaria pada manusia yaitu : Plasmodium
falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale.
Berbeda dengan penyakit-penyakit yang lain, malaria tidak dapat
disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala
penyakit. Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena parasit
dapat tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup (Sembel, 2009).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 41% populasi
dunia dapat terinfeksi malaria. Setiap tahun terdapat 300 – 500 juta penderita
mengalami penyakit serius dan sekurang-kurangnya 1-2,7 juta diantaranya
meninggal karena malaria (Sembel, 2009). Menurut WHO pula, Ini termasuk
banyak dari Afrika Sub-Sahara, Asia, dan Amerika Latin. Pada 2015, ada 214
juta kasus malaria di seluruh dunia. Malaria umumnya terkait dengan
kemiskinan dan memiliki efek negatif yang besar terhadap pembangunan
ekonomi. Di Afrika, malaria diperkirakan mengakibatkan kerugian yang besar
2
dalam setiap tahunnya karena menigkatnya biaya kesehatan, kehilangan
kemampuan untuk bekerja, dan efek negatif pada pariwisata. Situasi malaria di
Indonesia menunjukkan masih terdapat 10,7 juta penduduk yang tinggal di
daerah endemis menengah dan tinggi malaria. Daerah tersebut terutama
meliputi Papua, Papua Barat, dan NTT. Pada 2017, dari jumlah 514
kabupaten/kota di Indonesia, 266 (52%) di antaranya wilayah bebas malaria,
172 kabupaten/kota (33%) endemis rendah, 37 kabupaten/kota (7%) endemis
menengah, dan 39 kabupaten/kota (8%) endemis tinggi.
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung dapat menyebabkan
demam, anemia, splenomegali, dan dapat menurunkan produktivitas
kerja.Sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan daerah endemik
infeksi malaria, Indonesia bagian timur seperti Papua, Maluku, Nusa
Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan bahkan beberapa daerah di Sumatra
seperti Lampung, Bengkulu, Riau. Daerah di Jawa dan Bali pun walaupun
endemitas sudah sangat rendah, masih sering dijumpai letupan kasus malaria,
dan tentu saja hal ini disebabkan mudahnya transportasi untuk mobilisasi
penduduk, sehingga sering menyebabkan timbulnya malaria import
(Harijanto, 2011).
Tujuan pengendalian malaria didaerah-daerah yang endemik malaria
adalah menurunkan serendah-rendahnya dampak malaria terhadap kesehatan
masyarakat dengan menggunakan semua sumber daya yang tersedia.
Pengendalian dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan
3
mengendalikan nyamuk anopheles yang menjadi vektor penyakit. Seseorang
seharusnya menghindari dari gigitan nyamuk dengan menggunakan pakaian
lengkap (tangan dan kaki tertutup), tidur ditempat tidur yang memakai
kelambu, memakai obat penolak nyamuk, menghindari untuk mengunjungi
lokasi-lokasi yang rawan malaria. Pengendalian nyamuk secara kimia dapat
dilakukan dengan menggunakan insektisida, yaitu penyemprotan dalam rumah
dan sekitar rumah untuk membunuh nyamuk dewasa atau membunuh jentik-
jentik nyamuk dengan larvasida atau menebar ikan pemakan jentik nyamuk.
Pengendalian secara sanitasi yaitu membersihkan sarang-sarang pembiakan
nyamuk (Sembel, 2009).
Program eliminasi malaria di Indonesia tertuang dalam keputusan Menteri
Kesehatan RI No 293/MENKES/SK/IV/2009. Pelaksanaan pengendalian
malaria menuju eliminasi dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau
beberapa pulau sampai seluruh pulau tercakup guna terwujudnya masyarakat
yang hidup sehat yang terbebas dari penularan malaria sampai tahun 2030
(Kemenkes RI, 2011). Saat ini pemerintah Indonesia khususnya Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) sudah on the track dalam upaya eliminasi malaria pada
2030. Pada tahun 2016 jumlah kab/kota eliminasi malaria sebanyak 247 dari
target 245.
Pada 2017 pemerintah berhasil memperluas daerah eliminasi malaria yakni
266 kabupaten/kota dari target 265 kabupaten/kota. Sementara tahun ini
ditargetkan sebanyak 285 kabupaten/kota yang berhasil mencapai eliminasi,
dan 300 kabupaten/kota pada 2019. Selain itu, pemerintah pun menargetkan
tidak ada lagi daerah endemis tinggi malaria di 2020. Pada 2025 semua
4
kabupaten/kota mencapai eliminasi, 2027 semua provinsi mencapai eliminasi,
dan 2030 Indonesia mencapai eliminasi. Eliminasi malaria adalah upaya untuk
menghentikan penularan malaria setempat dalam satu wilayah geografi
tertentu. Maksudnya, kasus malaria masih ada namun bukan didapat di daerah
tersebut, dan bisa jadi masih ditemukan nyamuk penular malarianya, sehingga
tetap dibutuhkan kewaspadaan petugas kesehatan, pemerintah, dan masyarakat
untuk mencegah penularan kembali. (www.depkes.go.id,2018)
Annual Parasite Incidence (API) Nasional menunjukan penurunan dari
tahun 2008-2009 yaitu 2,47 per 1.000 penduduk menjadi 1,85 per 1.000
penduduk. Sesuai Target Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun
2010-2014 malaria merupakan salah satu penyakit yang ditargetkan untuk
menurunkan angka kesakitanya dari 2 menjadi 1 per 1.000 penduduk,
sehingga masih harus dilakukan upaya efektif untuk menurunkan angka
kesakitan 0,85 per 1.000 penduduk dalam waktu 4 tahun, agar target Rencana
Strategis Kesehatan tahun 2015 tercapai (Kemenkes RI, 2011).
Angka kesakitan penyakit malaria di ukur dengan menggunakan malaria
klinis dalam bentuk Angka Kesakitan Annual Parasite Incidence (API ),
artinya indikator ini menyatakan kesakitan berdasarkan gejala klinis bukan
berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Angka kesakitan malaria dalam
bentuk API di Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2017 sebanyak 1.069
dengan Angka Kesakitan per 1000 penduduk beresiko sebesar 0,41 ,sedikit
lebih rendah dibanding tahun 2016. Permasalahan yang ditemui dalam
pemberantasan penyakit malaria antara lain adalah kurangnya kegiatan yang
dilakukan dalam rangka penemuan penderita, sehingga nilai ABER (Anual
5
Blood Examination Rate) masih sangat rendah dan disisi lain nilai SPR ( Slide
Positive Rate) masih cukup tinggi. (Profil Dinkes Propinsi Sulawesi
Tenggara, 2017).
Berdasarkan data yang di peroleh dari data rekam medik RSUD Pasarwajo
Kabupaten Buton pada tahun 2018 jumlah kasus malaria 1.32 penderita,
Sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 1.35 penderita, di mana kasus malaria
menduduki peringkat ke 1 dari 10 penyakit terbesar di Puskesmas
Mawasangka pada tahun 2011.Dari data di atas terlihat adanya peningkatan
kasus malaria setiap tahunnya.Di Puskesmas Mawasangka pada tahun 2011
malaria merupakan penyakit dengan jumlah penderita terbanyak dimana kasus
malaria menduduki peringkat ke 1 dari 10 penyakit terbesar yang ada, tercatat
kasus malaria pada tahun 2018 sebanyak 300 penderita(Medical Record,
2018).
Di tinjau dari tingginya angka kejadian serta komplikasi yang dapat
ditimbulkan oleh penyakit malaria maka perawat mempunyai peranan penting
dalam memberikan pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan serta
pengalaman biologi, psikologi, sosiologi, spiritual yang komprehensif,
ditunjukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik sakit
maupun sehat yang meliputi peningkatan derajat kesehatan klien, pencegahan
penyakit, penyembuhan dan pemulihan kesehatan klien dan menggunakan
pendekatan proses keperawatan (Praptianingsih, 2006). Semua itu dapat di
berikan dalam bentuk asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan di laksanakan
mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi,
6
sampai evaluasi yang mana kita dapat memberikan bantuan kepada klien
dalam memenuhi kebutuhanya, mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut,
mengatasi respon penyakit yang di deritanya sehingga masalah klien dapat
dikurangi ataupun teratasi.
Berdasarkan uraian diatas maka Penulis berkeinginan, melakukan studi
kasus bagaimana menerapkan “Asuhan Keperawatan pada Ny. T dengan
Diagnosa Medis Malaria di Ruang Interna di RSUD Pasarwajo Kabupaten
Buton”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Asuhan Keperawatan pada Ny. T
dengan Diagnosa Medis Malaria di Ruang Interna di RSUD Pasarwajo
Kabupaten”.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan pada Ny. T dengan Diagnosa
Medis Malaria di Ruang Interna di RSUD Pasarwajo Kabupaten.
2. Tujuan Khusus
Penulis dapat :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. T dengan Diagnosa
Medis Malaria di Ruang Interna di RSUD Pasarwajo Kabupaten.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada Ny. T dengan Diagnosa
Medis Malaria di Ruang Interna di RSUD Pasarwajo Kabupaten.
7
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada Ny. T dengan
Diagnosa Medis Malaria di Ruang Interna di RSUD Pasarwajo
Kabupaten.
d. Melakukan implementasi tindakan keperawatan pada Ny. T dengan
Diagnosa Medis Malaria di Ruang Interna di RSUD Pasarwajo
Kabupaten.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. T dengan Diagnosa Medis
Malaria di Ruang Interna di RSUD Pasarwajo Kabupaten.
D. Manfaat Studi Kasus
Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Klien / Masyarakat
Dapat menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit dengan kasus Malaria dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas.
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai penambah wawasan dan pedoman bagi tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
penyakit Malaria dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
3. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam
mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus
tentang pelaksanaan pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien Malaria.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah metode
deskriptif dalam bentuk studi kasus pada keluarga Mengadakan pengamatan
8
dan melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan pasien hipertensi
pada keluarga Desa Lakandito Puskesmas Kabangka Kabupaten Muna.
Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Wawancara
Mengadakan tanya jawab dengan keluarga mengenai klien atau pasien
hipertensi. Wawancara dilakukan selama proses keperawatan
berlangsung.
2. Observasi
Mengadakan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara
langsung pada keluarga dengan pasien hipertensi pada keluarga Desa
Lakandito Puskesmas Kabangka Kabupaten Muna.
3. Studi Kepustakaan
Menggunakan dan mempelajari literatur medis maupun perawatan yang
menunjang sebagai landasan teoritis untuk menegakkan diagnosa dan
perencanaan keperawatan keluarga dengan pasien hipertensi.
4. Studi dokumentasi
Dokumentasi ini diambil dan dipelajari dari catatan medis dan catatan
perawatan untuk mendapatkan data mengenai asuhan keperawatan dan
pengobatan keluarga dengan pasien hipertensi.
5. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik terhadap keluarga dengan salah satu
anggota keluarga menderita hipertensi di Desa Lakandito Wilayah Kerja
Puskesmas Kabangka Kabupaten Muna.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Malaria
1. Pengertian
Malaria merupakan infeksi parasit pada sel darah merah yang
disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke
manusia melalui air liur nyamuk (Handayani wiwik, 2008).
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang di sebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukanya
bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa
demam, menggigil, anemia dan splenomegali (Harijanto, 2009).
Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang
disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan
oleh nyamuk Anopheles betina (Zulkoni Akhsin, 2009).
2. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1 : Morfologi stadium-stadium plasmodium vivax didalam
darah.
10
Darah merupakan komponen esensial makluk hidup yang berada
dalam ruang vascular, karena peranannya sebagai media komunikasi antar
sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya
membawa oksigen dari paru-paru kejaringan dan karbondioksida dari
jaringan keparu-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrient dari
saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan hormone dan materi-
materi pembekuan darah (Tarwoto, 2008).
a. Karakteristik darah (Tarwoto, 2008)
1) Warna
Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang
berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah vena
berwarna merah tua/gelap karena kurang oksigen dibanding
dengan darah arteri.
2) Viskositas
Viskositas darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu
sekitar 1.048 sampai 1.066.
3) pH
pH darah bersifat alkalin dengan pH 7.35 sampai 7.45 (netral
7.00).
4) Volume
Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB,
atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.
11
5) Komposisi
a) Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian
besar terdiri dari air (92%), 7% protein, 1% nutrien, hasil
metabolisme, gas pernapasan, enzim, hormon-hormon, faktor
pembekuan dan garam-garaman organic. Protein-protein
dalam plasma terdiri dari serum albumin (alpha-1 globulin,
alpha-2 globulin, beta globulin dan gamma globulin),
fibrinogen, protombine dan protein esensien untuk koagulasi.
Serum albumin dan gamma globulin sangat penting untuk
mempertahankan tekanan osmotik koloid, dan gamma
globulin juga mengandung antibody (immunoglobulin)
seperti IgM, IgG, IgA, IgD dan IgE untuk mempertahankan
tubuh terhadap mikroorganisme.
b) Sel-sel darah/ butir-butir darah (bagian padat) kira-kira 45%,
terdiri atas eritrositatau sel darah merah (SDM) atau red
blood cell (RBC), leukosit atau sel darah putih (SDP) atau
white blood cell (WBC), dan trombositplatelet. Sel darah
merah merupakan unsur terbanyak dari sel darah (44%)
sedangkan sel darah putih dan trombosit 1% . sel darah putih
terdiri dari basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit.
b. Struktur sel darah
1) Sel darah merah
Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter
sekitar 7,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian
12
tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang
sangat tipis sehingga sangat mudah terjadi diffusi oksigen,
karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel.
Sel darah merah matang mengandung 200-300 juta hemoglobin
(terdiri hem merupakan gabungan protoporfirin dengan besi dan
globin adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa
dan 2 rantai beta) dan enzim-enzim seperti G6PD (glucose 6 –
phosphate dehydogenase). Hemoglobin mengandung kira-kira
95% besi dan berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat
oksigen dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk kebutuhan
metabolisme. Kadar normal hemoglobin tergantung usia dan jenis
kelamin. Hemoglobin adalah protein berpigmen merah yang
terdapat dalam sel darah merah. Normalnya dalam darah pada
laki-laki 15,5g/dl dan pada wanita 14,0g/dl (Susan M
Hinchliff,1996). Rata-rata konsentrasi hemoglobin pada sel darah
merah 32g/dl.
2) Sel darah putih
Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit 5000-
10000 sel/mm3. Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu yang
bergranulosit dan yang agranulosit.
3) Trombosit
Trombosit merupakan sel tak berinti, berbentuk cakram dengan
diameter 2-5 um, berasal dari pertunasan sel raksasa berinti
banyak megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang. Pada
13
keadaan normal jumlah trombosit sekitar 150.000-300.000/mL
darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1-2 minggu atau kira-
kira 8 hari. Trombosit tersusun atas substansi fospolifid yang
penting dalam pembekuan dan juga menjaga keutuhan pembuluh
darah serta memperbaiki pembuluh darah kecil yang rusak.
Trombosit diproduksi di sumsum tulang kemudian sekitar 80%
beredar disirkulasi darah hanya 20% yang disimpan dalam limpa
sebagai cadangan.
c. Hemopoisis (hematopoisis)
Hemopoisis adalah proses pembentukan dan pematangan darah.
Organ-organ yang penting dalam hemopoisis adalah:
1) Limpa
Limpa berada dibawah diafragma sebelah kiri dari lambung.
Tersusun atas 3 tipe jaringan yaitu white pulp, red pulp dan
marginal pulp, yang semua berperan dalam keseimbangan
pembentukan dan pemecahan sel darah. Selama pembentukan
darah, limpa menghancurkan sel darah merah yang sudah tua
dengan cara memfagosit, membantu metabolisme besi dengan
cara memecah hemoglobin.
2) Hati
Hati merupakan organ sangat penting dalam eritropoisis, terutama
jika produksi sel darah merah dalam susum tulang tidak normal.
Hati merupakan tempat utama produksi dari faktor pembekuan
14
darah dan protrombin, menghasilkan empedu, mengaktifkan
vitamin k .
Gambar 2.2 Limpa dan hati
d. Fungsi darah
1) Transport internal
Darah membawa berbagai macam substansi untuk fungsi
metabolisme.
a) Respirasi. Gas oksigen dan karbondioksida dibawah oleh
hemoglobin dalam sel darah merah dan plasma, kemudian
terjadi pertukaran gas di paru-paru.
15
b) Nutrisi, nutrient/zat gizi diabsorpsi dari usus, kemudian
dibawa dalam plasma kehati dan jaringan-jaringan lain yang
digunakan untuk metabolisme.
c) Sekresi. Hasil metabolisme dibawa plasma kedunia luar
melalui ginjal.
d) Mempertahankan air, elektrolit dan keseimbangan asam basa
dan juga berperan dalam hemoestasis.
e) Regulasi metabolisme, hormon dan enzim atau keduanya
mempunyai efek dalam mengaktivitas metabolisme sel,
dibawa dalam plasma.
2) Proteksi tubuh terhadap bahaya mikroorganisme, yang merupakan
fungsi dari sel darah putih.
3) Proteksi terhadap cedera dan perdarahan
Proteksi terdahap respon peradangan local terhadapcedera
jaringan. Pencegahan perdarahanmerupakan fungsi dari trombosit
karena adanya faktor pembekuan, fibrinolitik yang ada dalam
plasma.
4) Mempertahankam temperatur tubuh
Darah membawa panas dan bersirkulasi keseluruh tubuh. Hasil
metabolisme juga menghasilkan energi dalam bentuk panas
(Tarwoto, 2008).
3. Etiologi
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, Plasmodium ini pada
manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami
16
pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual
terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina (Harijanto, 2009).
Genus Plasmodium merupakan penyebab penyakit malaria yang
mempunyai keunikan karena memiliki 2 hospes, yakni manusia sebagai
hospes intermediate dan nyamuk anopheles sebagai hospes definitif.
Genus plasmodium mempunyai 4 spesies penting dalam parasitologi
medik, yaitu : Plasmodium falcifarum (malaria tertiana maligna)
menyebabkan malaria tropika yang sering menyebabkan penyakit malaria
berat/malaria otak dengan kematian. Plasmodium vivax penyebab malaria
tertiana benigna. Plasmodium malariae penyebab malaria kuartana.
Plasmodium ovale (malaria tertiana ovale), jenis ini jarang sekali
dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat (Muslim, 2009).
Gambar 2.3: Tanda-tanda nyamuk malariabila hinggap/menggigit
letak kepala lebih rendah dibanding badannya (menungging).
Terdapat empat spesies parasit malaria pada manusia, yaitu
Plasmodium falcifarum, yang paling banyak menimbulkan kematian,
17
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae. Ciri
khas morfologi plasmodium pada hapusan darah adalah sebagai berikut :
Plasmodium falcifarum : gametosit berbentuk pisang; Plasmodium vivax :
trofozoit berbentuk amuboid dengan sel darah merah yang terinfeksi
membesar ukurannya; Plasmodium ovale : sel darah merah yang terinfeksi
bentuknya tidak teratur dan bergerigi; Plasmodium malariae : trofozoit
dewasa berbentuk pita (band-form) (Soedarto, 2009).
Gambar 2.4 Sedian darah tepi sedian hapus tipis pada masing-masing
parasit plasmodium.
18
Selain di tularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti
orang lain melalui bawaan lahir dari ibu ke anak, yang disebabkan karena
kelainan pada sawar plasenta yang menghalangi penularan infeksi vertikal.
Metode penularan lainya adalah melalui jarum suntik, yang banyak terjadi
pada pengguna narkoba suntik yang sering bertukar jarum secara tidak
steril. Model penularan infeksi yang terakhir adalah melalui tranfusi darah.
Disebutkan dalam literatur bahwa melalui metode ini, hanya akan terjadi
siklus eritrositer. Siklus hati tidak terjadi karena tidak melalui sporozoit
yang memerlukan siklus hati (Widoyono, 2008).
4. Manifestasi klinis
Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia
dan splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing
plasmodium (tabel 1). Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya
demam berupa : kelesuhan, malaise, sakit kepala, merasa dingin di
punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia (hilang nafsu
makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin.
Keluhan prodromal sering terjadi pada Plasmodium vivax dan ovale,
sedang pada plasmodium falcifarum dan malariae keluhan prodromal tidak
jelas bahkan gejala dapat mendadak.
Gejala yang klasik yaitu terjadinya trias malaria serangan paroksimal
secara berurutan : periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil,
penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada
saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk,
diikuti dengan meningkatnya temperatur, diikuti dengan periode panas :
19
penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa
jam, diikuti dengan keadaan berkeringat ; kemudian periode berkeringat :
penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita merasa
sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi plasmodium vivax,
pada plasmodium falcifarum menggigil dapat berlangsung berat ataupun
tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam pada plasmodium
falcifarum, 36 jam pada plasmodium vivax dan ovale, 60 jam pada
plasmodium malariae.
Tabel 2.1 Manifestasi klinis infeksi plasmodium
Plasmodium
Masa
inkubasi
(hari)
Tipe
panas
(jam)
Relaps Recru
densi Manifestasi klinis
Falcifarum 12 (9-14) 24,36,48 -
+ Gejala
gastrointestinal ,
hemolisis, anemia,
ikterus,
splenomegali,
hepatomegali,
hemoglobinuria,
algid malaria, gejala
serebral, edema
paru, hipoglikemia,
gangguan
kehamilan, kematian
Vivax 13(12-17) 48 + - Gejala
gastrointestinal,
gangguan
kehamilan, anemia,
splenomegali.
Ovale 17(16-18) 48 + - Gejala
gastrointestinal,
anemia,
splenomegali.
Malariae 28(18-40) 72 - + Gejala
20
gastrointestinal,
Sindroma nefrotik,
splenomegali,
anemia jarang
terjadi.
Keterangan :
Masa inkubasi : Masa antara masuknya sporozoit ke dalam tubuh
hospes sampai timbulnya gejala demam.
Relapse atau rechute : ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia
yang lebih lama dari waktu diantara serangan
periodik dari infeksi primer yaitu setelah periode
yang lama dari masa latent (sampai lima tahun),
biasanya karena infeksi tidak sembuh atau oleh
bentuk luar eritrosit (hati) pada malaria vivax atau
ovale (plasmodium berdiam dalam hati : hipnozoit).
Serangan primer : yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan
mulai terjadi serangan paroksimal yang terdiri dari
dingin/menggigil, panas dan berkeringat. Serangan
paroksimal ini dapat pendek atau panjang tergantung
dari perbanyakan parasit dan keadaan immunitas
penderita.
Periode latent : yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia
selama terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi
diantara dua keadaaan paroksimal.
21
Recrudescense : yaitu berulangnya gejala klinik dan parasitemia
dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan
primer. Recrudescense dapat terjadi berupa
berulangnya gejala klinik sesudah periode laten dari
serangan primer (Harijanto, 2009).
5) Patofisiologi
Gambar 2.5: Siklus hidup plasmodium penyebab malaria.
Parasit malaria dalam siklus hidupnya membutuhkan dua hospes.
Melalui aliran darah, nyamuk anopheles betina menginokulasi
sporozoit ke dalam tubuh manusia1. Sporozoit menginfeksi sel hati2,
berkembang biak menjadi skizon3. Lalu pecah dan mengeluarkan merozoit
(p. Vivax, dan p.ovale memiliki stadium dorman4. (hipnozoit) berdiam
dalam hati dan dapat kambuh kembali untuk menginvasi kembali dalam
darah beberapa minggu atau satu tahun kemudian) sesudah memperbanyak
22
diri dalam hati ini (exo-erythrocytic schizogony)A. Selanjutnya parasit
memasuki perkembang biakan secara aseksual dalam eritrosit (erythrocytic
schizogony)B. Merozoit mengifeksi sel darah merah4. Stadium ring,
trofozoit matur selanjutnya menjadi skizon, yang akan menghasilkan
merozoit5. Beberapa parasit berubah menjadi bentuk stadium sexual
erythrocytic (gametosit)6. Pada stadium parasit dalam darah muncul gejala
klinis penyakit ini. Gametosit, jantan (mikrogametosit) dan betina
(makrogametosit), masuk nyamuk dalam tubuh nyamuk anopheles melalui
darah yang terhisap7. Dalam tubuh nyamuk, parasit memperbanyak diri
dengan cara sporogonic cycleC. Di dalam tubuh nyamuk, mikrogamet
melakukan penetrasi ke makrogamet untuk menghailkan zigot8. Zigot
bergerak dan memanjang (ookinet)9. Keluar dari dinding lambung nyamuk
untuk berkembang menjadi ookista10. Ookista tumbuh, matang dan
mengeluarkan sporozoit11. Selanjutnya hidup berdiam dalam pada kelenjar
liur nyamuk. Sporozoit siap diinokulasikan ke tubuh manusia lainnya dan
kembali melangsungkan siklus hidupnya1 (Muslim, 2009).
6. Komplikasi
Menurut Widoyono (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada
penyakit malaria sebagai berikut :
a. Malaria serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan
kesadaran. Penilaian derajat kesadaran dilakukan bardasarkan Skala
Koma Glasgow (GCS, Glasgow Coma Scale). Pada orang dewasa
GCS ≤11, sedangkan pada anak berdasarkan Blantyre Coma Scale≤3,
23
atau koma >30 menit setelah serangan kejang yang tidak disebabkan
oleh penyakit lain.
b. Anemia berat (Hb <5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan
hitung parasit >10.000/uL. Bila anemia hipokromik mikrositik, harus
dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia, atau
hemoglobinopati lainnya.
c. Gagal ginjal akut (urin <400 mL/24 jam pada orang dewasa atau <1
mL/kgBB/jam pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dengan kreatinin
darah meningkat>3 mg%).
d. Edema paru atau acute respiratory distress syndrome (ARDS).
e. Hipoglikemia : gula darah <40 mg%.
f. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <70 mmHg, disertai
keringat dingin.
g. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau
disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
h. Kejang berulang >2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada
hipertermia.
i. Asidema (pH <7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
j. Hemoglobinuria makroskopik karena infeksi malaria akut (bukan
karena obat antimalaria pada seseorang dengan defisiensi Glukosa-6-
Posfat Dehidrogenase)(Widoyono, 2008).
24
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut
teknis pembuatannya dibagi menjadi preparat darah (SDr, sediaan
darah) tebal dan preparat darah tipis, untuk menentukan ada tidaknya
parasit malaria dalam darah. Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat
jenis plasmodium dan stadiumnya (P. falciparum, P. vivax, P.
malariae, P. ovale, tropozoit, skizon, dan gametosit) serta kepadatan
parasitnya.
Kepadatan parasit dapat dilihat melalui dua cara yaitu semi-
kuantitatif dan kuantitatif. Metode semi-kuantitatif adalah menghitung
parasit dalam LPB (lapang pandang besar) dengan rincian sebagai
berikut:
(-) : SDr negatife (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)
Penghitungan kepadatan parasit secara kuantitatif pada SDr
tebal adalah menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Pada SDr
tipis, penghitungan jumlah parasit per 1000 eritrosit.
b. Tes diagnostik cepat (RDT, rapid diagnostic test)
Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam darah
dengan cara imunokromatografi. Dibandingkan uji mikroskopis, tes
25
ini mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian dengan cepat dapat
diperoleh, tetapi lemah dalam hal spesifisitas dan sensitivitasnya.
c. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Dengan menggunakan pemeriksaan PCR spesifisitas dan
sensitivitasnya dapat ditingkatkan. Keunggulan tes ini walaupun
jumlah parasit yang dapat dideteksi sangat sedikit dapat
mengidentifikasi infeksi ringan dengan sangat tepat dan dapat
dipercaya. Hal ini penting untuk studi epidemiologi dan eksperimental
dan belum untuk pemeriksaan rutin.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum
penderita, meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,
jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan kimia darah (gula darah, SGOT, SGPT) serta
pemeriksaan rontgen dan USG untuk melihat apakah terjadi
pembesaran hati dan limpa dan pemeriksaan lainya sesuai indikasi
(Widoyono, 2008).
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pemantauan tanda-tanda vital (TD, nadi, pernafasan, dan suhu).
2) Cairan dan elektrolit
Pemberian cairan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan malaria, biasanya diberikan cairan 1500-2000 cc/hari
apalagi bila sudah terjadi malaria berat. Pemberian cairan yang
26
tidak adekuat akan menyebabkan timbulnya nekrosis tubuler akut.
Sebaliknya pemberian cairan yang berlebihan dapat menyebabkan
udema paru. Cairan yang biasa digunakan adalah dextrose 5%
untuk menghindari hipoglikemi khususnya pada pemberian kina.
Bila dapat diukur kadar elektrolit (natrium), dipertimbangkan
pemberian NaCl bila diperlukan.
3) Nutrisi
Pada pasien malaria makanan biasa atau makanan lunak.
Diit lunak yang diberikan mengandung protein, energy dan zat
gizi lainnya. Makanan yang diberikan dalam bentuk mudah
dicerna , rendah serat dan tidak mengandung bumbu yang tajam.
4) Eliminasi
Pada pasien malaria biasanya tidak mengalami gangguan
eliminasi tapi pada malaria berat terjadi gangguan eliminasi BAK
yaitu hemoglobinuria dan gangguan eliminasi BAB yaitu diare.
5) Aktifitas dan istirahat
Malaria biasa tidak perlu istirahat mutlak hanya aktivitas
yang dibatasi, mengatur posisi yang nyaman bagi pasien.
6) Bila terjadi anemia diberi tranfusi darah.
7) Memberikan kompres hangat pada pasien (hindari kompres
alcohol dan air es) dan bila pasien menggigil berikan selimut.
b. Penatalaksanaan non medis
1) Menggunakan kelambu pada waktu tidur.
2) Mengolesi tubuh dengan obat anti gigitan nyamuk.
27
3) Menggunakan pembasmi serangga.
4) Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Letak tempat
tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.
5) Mencegah penderita malaria dari gigitan nyamuk agar infeksi
tidak menyebar lebih jauh.
6) Membersihkan tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan
memberantas sarang nyamuk.
7) Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian
yang bergantungan serta genangan air.
8) Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obati anti atau
menebarkan ikan pemakan jentik.
9) Melestarikan hutan bakau sebagai habitat ikan di rawa-rawa
sepanjang pantai (Irianto, 2011)
c. Penatalaksanaan medis
Berdasarkan suseptibilitas (rentan) berbagai stadium parasit
malaria terhadap obat malaria, maka obat malaria dibagi lima
golongan, yaitu :
1) Skizontisida jaringan primer, proguanil, pirimetamindapat
membasmi parasit praeritrosit, sehingga mencegah masuknya
parasit ke dalam eritrosit; digunakan sebagai profilaksis kausal.
2) Skizontisida jaringan sekunder; primakuin dapat
membasmiparasit daur eksoeritrosit dan bentuk-bentuk jaringan
plasmodium vivax dan ovale dan digunakan untuk pengobatan
radikal infeksi ini bagi anti relaps.
28
3) Skizontisida darah; membasmi parasit yang berhubungan dengan
penyakit akut disertai gejala klinik. Skizontisida dapat mencapai
penyembuhan klinis suprasif bagi keempat spesies plasmodium.
Skizontisida darah juga membunuh bentuk eritrosit stadium
seksual plasmodium vivax, ovale dan malariae. Skizontisida
darah yang ampuh adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin,
sedangkan yang efeknya terbatas adalah proguanil dan
pirimetamin.
4) Gametositosida: menghancurkan semua stadium seksual,
termasuk stadium gametosit plasmodium falcifarum, juga
mempengaruhi perkembangan parasit malaria dalam nyamuk
Anopheles betina. Beberapa obat gametositosida bersifat
sporontosida. Primakuin adalah gametositosida untuk keempat
spesies, sedang kina, klorokuin, dan amodiakuin adalah
gametositosida untuk plasmodium vivax, ovale dan malariae.
5) Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam
darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk
Anopheles. Obat ini mencegah transmisi penyakit malaria dan
disebut juga obat anti sporogonik. Obat-obatan yang termasuk
dalam golongan ini ialah primakuin dan poquanil.
Obat-obat malaria yang terdaftar di Dit. Jen. Pom dan memenuhi
standar untuk program pemberantasan penyakit malaria Dep. Kes.
Adalah klorokuin, S-P, kina, primakuin dan beberapa antibiotika yang
beredar diindonesia. Obat baru halofantrin, artemisin (qinghaosu) dan
29
derivatnya: artemeter, artesunat, arte-ater, pironaridin, atovakuan,
yinghausu (arteflen) (Safar Rosdiana, 2009).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi
dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan
respons unik individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap
gangguan kesehatan yang dialami, baik, aktual, maupun potensial. Proses
keperawatan juga dapat diartikan sebagai pendekatan yang digunakan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga kebutuhan dasar
klien dapat teratasi. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap, yaitu :
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Deswani,
2009).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam asuhan keperawatan dan
landasan proses keperawatan. Oleh karena itu dibutuhkan pengkajian yang
cermat guna mengenal masalah klien sepertimengumpulkan semua
informasi yang bersangkutan dengan masa lalu dan saat ini, data objektif
dan subjektif dari klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau budaya.
Keberhasilan asuhan keperawatan sangat tergantung kecermatan dan
ketelitian dalam pengkajian (Deswani, 2009).
Pengkajian :
a. Identitas pasien
30
Terdiri dari: nama pasien, umur, pendidikan, agama, pekarjaan, alamat
serta penanggung jawab pasien. Biasanya malaria diderita oleh
seorang yang tinggal di daerah atau lingkungan endemic malaria.
b. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan klien saat masuk rumah sakit, keluhan saat dikaji :
demam yang hilang timbul, menurunnya nafsu makan, sakit
kepala,mual, muntah, lemah, menggigil, malaise, nyeri sendi dan
tulang, berkeringat.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Menggambarkan kesehatan pasien sebelumnya, apakah pasien
pernah mempunyai riwayat penyakit malaria atau meminum obat
malaria, apakah pernah bepergian dan bermalam didaerah
endemik.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Menggambarkan adakah anggota keluarga yang mengalami
penyakit malaria, riwayat penyakit genetik, dan congenital dalam
keluarga.
4) Riwayat kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Menggambarkan keluhan pasien berupa: mual, muntah terus
menerus, sering juga muntah darah.
31
b) Pola eliminasi
BAK : pada malaria berat warna air kencing menjadi seperti
teh, dan volume air kencing yang berkurang sampai tidak
keluar air kencing sama sekali.
BAB : Kemungkinan terjadinya berak darah.
c) Pola istirahat dan tidur
Pada umumnya didapat keluhan berupa adanya gangguan
istirahat dan tidur yang disebabkan oleh nyeri kepala, mual,
muntah dan demam menggigil.
d) Pola aktivitas
Pada umumnya penderita malaria terdapat kelemahan atau
kelelahan saat melakukan aktivitas dikarenakan pasien
mengalami mual, muntah dan nyeri kepala.
e) Personal hygiene
Pada umumnya personal hygiene pada penderita malaria
masih cukup baik dan bersih.
c. Pemeriksaan Fisik
(Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
1) Keadaan umum
Di kaji penampilan dan tingkat kesadaran. Terjadi gangguan
kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot
32
2) Tanda-tandavital
Pasien mengalami demam 37,50C - 400C, penurunan tekanan
darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi nafas
meningkat.
3) Pemeriksaan fisik
a) Pernapasan
Inspeksi : Frekuensi pernapasan meningkat, bentuk dada
simetris/tidak dan ada/tidak benjolan atau bekas
luka.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler.
Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris/tidak,
ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.
Perkusi : Resonan.
b) Pencernaan
Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, abdomen
simetris/tidak, ada/tidak luka operasi.
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan, ada/tidak
pembesaran hepar atau limfa.
Perkusi: Timpani
c) Penglihatan
Inspeksi : Konjungtiva palpebra pucat.
Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.
d) Pengecapan : Mulut terasa pahit
33
e) Pendengaran : Tidak ada gangguan pada pendengaran
f) Kardiovaskuler
Inspeksi : ada/tidak bekas operasi dan benjolan.
Palpasi : Ada/tidak nyeri tekan dan pembengkakan
jantung.
Perkusi : Redup pada bagian jantung.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal.
g) Perkemihan :volume air kencing berkurang, warna seperti
teh.
h) Reproduksi : Tidak ada masalah pada sistem reproduksi.
i) Moskuloskeletal : Terjadi kelemahan pada otot.
j) Intergument : Warna ikterik/ kekuningan / tampak pucat.
d. Riwayat Psikologis dan Spiritual
1) Psikologi
Menggambarkan tentang reaksi pasien terhadap penyakit yang di
alami, cemas dan harapan pasien mendapatkan dukungan dari
orang - orang terdekat pasien.
2) Spiritual
Kepercayaan yang di anut pasien, kebiasaan beribadah, dan
sejauh mana kepercayaan tersebut mempengaruhi kehidupan
pasien.
e. Pemeriksaan penunjang
1) USG : pada penderita malaria kronis terdapat pembesaran limpa
34
2) Rontgen : pada penderita malaria kronis terlihat pembesaran hati
dan limpa.
3) Laboratorium
a) Hitung leukosit darah rendah atau normal (n : 4.000-10.000
mm3)
b) Jumlah trombosit sering menurun terutama pada malaria
berat (n : 150.000-400.000 sel/mm3)
c) Laju endap darah sangat tinggi (>5-15 mm/jam)
d) Hemoglobin darah rendah (<10 gr/dl)
e) Plasmodium terlihat dalam sediaan, DDR (+).
35
Analisa data
Tabel 2.2 Analisa Data
No Data focus Masalah
1 Ds : Klien mengeluh kepala terasa pusing
Do :
TTV : Tensi darah hipotensi, nadi cepat
Terdapat sianosis
Akral dingin
Kulit pucat
Klien tampak gelisah
Hb dibawah normal
Conjungtiva anemis
Mukosa bibir tampak kering
Hasil pemeriksaan DDR (+)
Perubahan perfusi
jaringan
2 Ds : klien mengatakan bahwa klien tidak nafsu
makan dan perutnya mual,dan pernah muntah
>1x
Do :
Porsi makan yang dihabiskan terlihat
hanya 3 sendok makan
Keadaan umum tampak lemah
BB klien di bawah normal/biasanya
Tinggi badan tidak seimbang dengan BB
Klien tampak pucat
Mukosa bibir tampakk kering
Resiko
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
3 Ds : Klien mengatakan merasa mual, dan
muntah > 3x, tidak ada keinginan untuk minum.
Do :
Aktual/resiko tinggi
gangguan elektrolit
36
TTV : TD : hipotensi, nadi : takikardi,
suhu >380C.
Tugor kulit tidak elastis
Haluaran urin tidak adekuat
Intake dan output tidak seimbang
Membran mukosa kering
4 Ds : klien mengeluh tubuhnya terasa panas,
panas yang dirasakan hilang timbul.
Do :
Pada palpasi klien teraba panas
Suhu >370C
Hasil pemerikasaan DDR (+)
Klien tampak gelisah
Mukosa bibir tampak kering
Hipertermi
5 Ds : klien mengatakan tubuhnya terasa lemas
Do :
Klien tampak lemah
Aktivitas klien hanya ditempat tidur
Semua kebutuhan klien dibantu oleh
keluarga dan perawat
Kekuatan otot
<4444 <4444
<4444 <4444
Gangguan aktifitas
6 Ds : klien mengeluh tubuhnya terasa nyeri pada
persendian tulang dan juga otot, tubuh terasa
pegal-pegal.
Do :
Nyeri dan
ketidaknyamanan
37
Klien tampak meringis kesakitan
Klien tampak gelisah
Sakala nyeri (1-5)= <2
7 Ds : klien dan keluarga mengatakan tidak tahu
tentang apa penyakit malaria dan cara penularan
penyakit malaria.
Do :
Keluarga dan klien tidak menjawab ketika
ditanya tentang cara penularan penyakit
malaria dan hanya mengelengkan kepala.
Keluarga dan klien tidak mengetahui cara
pencegahan malaria.
Keluarga bertanya tentang apa penyakit
yang di derita keluarganya.
Resiko penularan
penyakit malaria.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakan
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir
kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam
medik, dan pemberi pelayanan kesehatan lain (Deswani, 2009).
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari
tanda dan gejala yang timbul menurut Muttaqin (2011) adalah :
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam
tubuh.
38
b. Aktual/resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia,
mual/muntah.
c. Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis
osmotik, diaforesis.
d. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme,
efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
e. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
f. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi
sistemik, mialgia, artralgia.
g. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan
pola hidup.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien, dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang
diharapkan (Deswani, 2009)
Terhadap perencanaan meliputi :
a. Menentukan proritas masalah
Menentukan prioritas masalah menurut maslow memberikan
kerangka kerja yang berguna dalam menentukan masalah prioritas,
dengan prioritas utama diberikan pada kebutuhan fisik diikuti oleh
kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah. Tahap prioritas masalah
39
menurut maslow adalah meliputi : kebutuhan fisiologi, kebutuhan
rasa aman dan kenyamanan, kebutuhan cinta dan mencintai,
kebutuhan harga diri, dman kebutuhan pencapaian tujuan pribadi
(Deswani, 2009)
Prioritas keperawatan untuk pasien dengan diagnosa malaria
dapat meliputi :
1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen
dan nutrient dalam tubuh.
2) Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan
diuresis osmotik, diaforesis.
3) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme,
efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
4) Aktual/resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia,
mual/muntah.
5) Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons
inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.
6) Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
7) Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan
dan pola hidup.
40
b. Menetapkan intervensi keperawatan
1) Menetapkan tujuan
Tujuan keperawatan ditulis berdasarkan pada standar
perawatan dan merupakan tujuan dalam mengatasi masalah klien.
2) Menetapkan kriteria hasil
Untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang di terapkan
pada standar, maka dibuatlah kriteria hasil. Kriteria hasil
ditegakkan untuk masing-masing masalah klien sesuai dengan
rencana tindakan yang disusun (Doengoes, 2000).
Adapun perencanaan keperawatan yang dapat diisusun pada
klien dengan malaria menurut Muttaqin (2011) ialah :
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan NOC NIC Rasional
1 Perubahan perfusi
jaringan
berhubungan dengan
penurunan
komponen
seluler yang di
perlukan untuk
pengiriman oksigen
dan nutrient dalam
tubuh.
Tujuan : setelah
dilakukan
perawatan dalam
waktu
4x24jamtidak
terjadipenurunan
tingkat kesadaran
dan dapat
mempertahankan
cardiac output
secara adekuat
guna
meningkatkan
perfusi jaringan.
1. Memeriksa
tanda-tanda
vital
2. Catat adanya
keluhan
pusing.
1. Memantau
perkembangan
tekanan darah
dan perubahan
pada tekanan
nadi. Hipotensi
akan berkembang
bersamaan
dengan kuman
yang menyerang
darah.
2. Keluhan pusing
merupakan
manifestasi
penurunan
41
Kriteria hasil :
Tanda-tanda
vital normal
Klien tidak
mengeluh
pusing
Klien tidak
gelisah
Tidak terdapat
sianosis
Kulit segar
Hemoglobin
normal
Akral hangat
Conjungtiva
ananemis
Mukosa bibir
tampak
lembab
Hasil
pemeriksaan
DDR (-)
3. Kurangi
aktivitas yang
merangsang
timbulnya
respons
valsava/aktivit
as.
4. Tingkatkan
tirah baring.
5. Observasi
perubahan
sensori dan
tingkat
kesadaran
pasien yang
menunjukan
penurunan
perfusi otak
(gelisah,
confuse/bingu
ng, apatis,
somnolen)
suplai darah ke
jaringan otak.
3. Respons
valsava akan
meningkatkan
beban jantung
sehingga akan
menurunkan
curah jantung
ke otak.
4. Menurunkan
beban kerja
miokard dan
konsumsi
oksigen,
memaksimalkan
efektifitas dari
perfusi jaringan.
5. Bukti aktual
terhadap
penurunan
aliran darah ke
jaringan
serebral adalah
adanya
perubahan
respons sensori
dan penurunan
tingkat
kesadaran pada
fase akut.
42
6. Kolaborasi
Pemberian
transfusi darah
PRC (packed
red cells).
Adanya
kegagalan harus
dilakukan
monitoring
ketat.
6. Jalur yang paten
penting untuk
pemenuhan lisis
darah sebagai
intervensi
kedaruratan
2 Aktual/risiko tinggi
gangguan elektrolit
berhubungan
dengan diuresis
osmotik, diaforesis.
Tujuan : setelah
dilakukan
perawatan dalam
waktu 4x24jam
tidak terjadi
hiponatremi dan
hipokalemi atau
kondisi
hiponatremi dan
hipokalemi.
Kriteria hasil :
TTV dalam
batas normal
Turgor kulit
elastis
Haluaran urin
adekuat
Intake dan
1. Ukur/ catat
haluaran urine
dan catat
intake-output
pasien.
2. Observasi
tanda–tanda
vital.
3. Palpasi
denyut nadi
perifer.
1. Penurunan
haluaran urin
akan
menyebabkan
hipovolemi.
2. Hipotensi,
takikardi atau
demam dapat
menunjukan
respon terhadap
atau efek
kehilangan
cairan
3. Denyut yang
lemah mudah
hilang dan dapat
menyebabkan
hipovolemi.
43
output seimbang
Membran
mukosa lembab
Klien tidak
mengeluh mual
dan muntah
4. Anjur klien
banyak
minum lebih
kurang 2000-
3000 cc/hari.
5. Observasi
turgor kulit
dan membran
mukosa
6. Kolaborasi
pemberian
cairan
parenteral.
7. Kolaborasi
untuk
pemberian
obat sesuai
indikasi
seperti
antipiretik,
antiemetik,
dan elektrolit.
4. Dengan banyak
minum dapat
menggantikan
cairan yang
hilang.
5. Menunjukan
kehilangan
cairan/
dehidrasi.
6. Mencegah
terjadinya
kekurangan
cairan dan
elektrolit serta
menggantikan
cairan tubuh
yang hilang.
7. Antipiretik:
mengontrol
demam,
menurunkan
kehilangan
cairan tidak
terlihat. Anti
emetik: untuk
mengurangi
mual dan
muntah.
Elektrolit:
menggantikan
elektrolit yang
hilang.
44
3 Hipertermi
berhubungan dengan
peningkatan
metabolisme,
dehidrasi,
efek langsung
sirkulasi kuman
pada hipotalamus.
Tujuan :Setelah
dilakukan
perawatan dalam
waktu
4x24jamterjadi
penurunan suhu
tubuh dan panas
tidak berulang.
Kriteria hasil :
Pada palpasi
tubuh teraba
tidak panas
Suhu tubuh
normal
Mukosa bibir
lembab
DDR (-)
Klien tidak
gelisah
Klien mampu
menjelaskan
kembali
pendidikan
kesehatan
yang
diberikan.
Klien mampu
termotivasi
untuk
1. Evaluasi TTV
pada setiap
pergantiann sif
atau setiap ada
keluhan dari
klien.
2. Anjurkan klien
untuk
memakaikan
pakaian yang
tipis dan dapat
menyerap
keringat.
3. Anjurkan
memberikan
selimut bila
menggigil.
1. Sebagai
pengawasan
terhadap adanya
perubahan
keadaan umum
klien sehingga
dapat dilakukan
penanganan dan
perawatan
secara cepat dan
tepat.
2. Dengan baju
yang tipis dan
menyerap
keringat
diharapkan klien
tidak gerah dan
panas tubuh
akan turun.
3. Pemberian
selimut
digunakan untuk
mengurangi
ketidak
nyamanan pada
saat demam dan
menggigil
sebagai respon
sekunder dari
hipertermi.
45
melaksanakan
penjelasan
yang telah
diberikan.
4. Beri kompres
dengan air
hangat -
hangat kuku
pada aksila,
lipat paha, dan
temporal bila
terjadi panas.
5. Berikan klien
banyak minum
2000-3000
cc/hari.
6. Kolaborasi
untuk
pemberian
cairan infus.
7. Kolaborasi
untuk
pemberian
antipiretik,
anti malaria,
dan antii
biotik.
4. Terjadi
vasodilatasi
pembuluh darah,
sehingga terjadi
penguapan
(evaporasi).
5. Dengan banyak
minum dapat
menggantikan
cairan yang
hilang.
6. Pemberian
cairan infus
dapat mencegah
terjadinya
kekurangan
cairan serta
untuk mengganti
cairang tubuh
yang hilang.
7. Anti piretik
dapat
merangsang
hipotalamus
untuk
menurunkan
suhu tubuh,
pemberian anti
malaria dapat
membunuh
46
8. Atur
lingkungan
yang
konduksif.
parasit/plasmodi
um penyebab
malaria,
antibiotik untuk
mengatasi
infeksi.
8. Kondisi ruang
kamar yang
tidak panas,
tidak bising, dan
sedikit
pengunjung
memberi
efektivitas
terhadap proses
penyembuhan.
4 Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
intake yang tidak
dekuat: anorexia,
mual/muntah.
Tujuan : Setelah
dilakukan
perawatan dalam
waktu 5x24jam
klien dapat
mempertahankan
kebutuhan nutrisi
yang adekuat.
Kriteria hasil :
Berat badan
klien
1. Kaji
pengetahuan
klien tentang
intake nutrisi.
1. Tingkat
pengetahuan
dipengaruhi
oleh kondisi
sosial ekonomi
klien. Perawat
mengunakan
pendekatan
yang sesuai
dengan kondisi
individu klien.
Dengan
47
normalseimban
g dengan tinggi
badan
Klien mampu
menghabiskan
porsi makan
yang disajikan
Keadaan umum
klien membaik
Mual, muntah
berkurang
Mukosa bibir
tampak lembab
2. Anjurkan klien
agar makan
makanan
dalam keadaan
hangat.
3. Anjurkan klien
untuk makan
makanan lunak
mengetahui
tingkat
pengetahuan
tersebut,
perawat dapat
lebih terarah
dalam
memberikan
pendidikan
yang sesuai
dengan
pengetahuan
klien secara
efisien dan
efektif.
2. Untuk
mengurangi
perasaan pahit
pada lidah.
3. Untuk
mengurangi
perasaan tegang
pada lambung
sehingga tidak
48
dalam porsi
kecil tapi
sering
4. Diskusikan
makanan yang
disukai klien
dan masukan
dalam diet
murni.
5. Kolaborasi
pemberian
obat anti
emetik.
6. Monitor
perkembangan
berat badan.
terjadi mual dan
muntah.
4. Dapat
meningkatkkan
masukan
makanan klien.
5. Anti emetik
dapat
mengurangi
mual dan
muntah.
6. Penimbangan
berat badan
dilakukan
sebagai evaluasi
terhadap
intervensi yang
diberikan.
5 Nyeri dan
ketidaknyamanan
berhubungan
Tujuan : Setelah
dilakukan
perawatan dalam
1. Jelaskan dan
bantu klien
dengan
1. Pendekatan
dengan
menggunakan
49
dengan respons
inflamasi
sistemik,
mialgia,
artralgia.
waktu
4x24jamterjadi
penurunan
keluhan nyeri dan
ketidaknyamanan.
Kriteria hasil :
Secara
subjektif
melaporkan
nyeri berkurang
atau dapat
diadaptasi
Skala nyeri 0-1
(1-4). Dapat
mengidentifika
si aktivitas
yang
meningkatkan
atau
menurunkan
nyeri
Klien tidak
gelisah
tindakan
pereda nyeri
nonfarmakolo
gi dan
noninvasif.
2. Istirahatkan
klien pada saat
nyeri muncul
3. Ajarkan teknik
relaksasi
pernafasan
dalam pada
saat nyeri
muncul.
relaksasi dan
nonfarmakologi
lainya telah
menunjukan
keefektifan
dalam
mengurangi
nyeri.
2. Istirahat secara
fisiologis akan
menurunkan
kebutuhan
oksigen yang
diperlukan untuk
memenuhi
kebutuhan
metabolisme
basal.
3. Meningkatkan
intake oksigen
sehingga akan
menurunkan
nyeri sekunder
dari iskemia
50
4. Manajemen
lingkungan,
Lingkungan
yang tenang,
batasi
pengunjung,
istirahatkan
klien.
5. Tingkatkan
spina.
4. Lingkungan
yang tenang
akan
menurunkan
stimulus nyeri
eksternal dan
pembatasan
pengunjung
akan membantu
meningkatkan
kondisi oksigen
ruangan yang
akan berkurang
apabila banyak
pengunjung
yang berada di
ruangan.
Istirahat
akan.menurunk
an kebutuhan
oksigen
jaringan perifer.
5. Pengetahuan
51
pengetahuan
tentang sebab-
sebab nyeri.
mengenai hal
yang akan di
rasakan
membantu
mengurangi
nyerinya dan
dapat
membantu
mengembangka
n kepatuhan
klien terhadap
rencana
terapeutik.
6 Gangguan aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan fisik.
Tujuan : Setelah
dilakukan
perawatan dalam
5x24jamklien
dapat melakukan
aktivitas sesuai
dengan
kemampuan.
Kriteria hasil :
Klien mampu
1. Observasi
respons klien
terhadap
aktivitas.
2. Awasi tanda –
tanda vital
selama dan
sesudah
1. Untuk
mengidentifikasi
indikasi
kemajuan atau
penyimpangan
dari hasil yang
diharapkan.
2. Agar
mengetahui
perubahan
kelemahan dan
52
melakukan
aktivitas sendiri
Badan klien
tidak lemah lagi
dan kekuatan
otot membaik
Tanda-tanda
vital dalam
batas normal
aktivitas.
3. Tingkatkan
tirah baring.
4. Atur posisi
pasien
senyaman
mungkin
5. Berikan
bantuan dalam
aktivitas
sehari-hari bila
perlu.
6. Libatkan
kekuatan pada
pasien.
3. Tirah baring
meningkatkan
istirahat dan
ketenangan klien
serta
menyediakan
energi yang
digunakan untuk
penyembuhan.
4. Agar klien bisa
beristirahat dan
memulihkan
kesehatan.
5. Membantu klien
bila perlu, untuk
meninggkatkan
kepercayaan diri
bila klien dapat
melakukan
aktivitas sendiri.
6. Membangun
hubungan yang
53
keluarga
dalam
pemenuhan
kebutuhan
klien.
kooperatif antara
perawat dan
keluaraga.
7 Resiko penularan
penyakit malaria
berhubungan dengan
kurang pengetahuan
tentang penyakit
malaria, kebersihan
lingkungan dan pola
hidup.
Tujuan : Setelah
dilakukan
perawatan dalam
waktu 3x24jam
penularan
penyakit malaria
tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Klien dan
keluarga dapat
menjelaskan
kembali apa
itu penyakit
malaria dan
cara penularan
penyakit
malaria.
1. Beri
penjelasan
tentang apa
itu penyakit
malaria, cara
penularan
penyakit
malaria dan
pencegahanya
2. Anjurkan
keluarga dan
klien untuk
memelihara
dan
meningkatkan
kebersihan
diri dan
lingkunganya.
1. Klien dan
keluarga dapat
menjelaskan
kembali dan
menentukan
pencegahan
penyakit
malaria secara
dini.
2. Dengan
lingkungan
yang bersih dan
nyaman
nyamuk tidak
akan
berkembang
biak.
54
Klien dan
Keluarga
dapat
menyebutkan
cara
pencegahan
malaria.
3. Anjurkan
klien dan
keluarga
untuk
membasmi
sarang
nyamuk atau
tempat
berkembang
biak nyamuk.
3. Akan mencegah
terjadi
penularan.
55
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama :Ny. T
Umur :46 Tahun
Jenis Kelamin :Perempuan
Pendidikan :SMA/FARMASI
Agama :Islam
Alamat :Lapodi
No. RM :568642
Ruangan : Ruang Interna
Tanggal masuk :17 maret 2019
Tanggal pengkajian :18 Maret 2019, pukul 10.00 WIB
Diagnosa medis : Malaria
Identitas Penanggung Jawab
Nama :Tn M
Umur :48 Tahun
Jenis Kelamin :Laki-laki
Pendidikan :SMA
Agama :Islam
Alamat :Lapodi
56
Hubungan dengan Keluarga : Suami
2. Keluhan utama
a. Riwayat kesehatan Sekarang
Klien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD Pasarwajo
Kabupaten Buton pada tanggal 17 Maret 2019 pukul 10.00
WITA dengan keluhan demam dirasakan sejak 1 minggu yang
lalu, keluhan menggigil baru dirasakan sejak kemarin (16
Maret 2019), merasa mual, muntah satu kali, tubuh terasa
panas, sering berkeringat, kepala pusing, seluruh tubuh
dirasakan sakit dan pegal-pegal. Tiga hari yang lalu klien
sudah minum obat yang di beli di warung yaitu paracetamol
guna menurunkan panas tetapi tidak ada perubahan. Tanda
tanda vital : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 86 x/menit, Pernafasan
: 22 x/menit, Suhu : 380C, Berat badan : 49 kg, Tinggi badan :
155 cm.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18/03/2019
pukul 10.00 WITA, keadaan umum klien masih tampak lemah,
mukosa bibir terlihat kering, conjungtiva anemis, klien
mengeluh terasa nyeri pada daerah persendian tulang dan juga
otot, skala nyeri 3 (1-5), tubuh terasa pegal-pegal, merasa
mual, nyeri pada uluh hati, lidah terasa pahit, tidak ada nafsu
makan, sakit kepala, panas pada tubuh sering dirasakan hilang
timbul dan sering berkeringat, keluhan menggigil sudah
berkurang tidak seperti pada saat pertama masuk. Klien juga
57
mengeluh bahwa hasil labornya haemoglobin rendah yaitu 7,5
gr/dl menurut saran dokter untuk tranfusi darah 3 kantong,
untuk menormalkan Hb. Klien tampak pucat, akral teraba
dingin, ekstremitas atas terpasang infus dan sedang dilakukan
transfusi. Tanda vital : TD :110/70 mmHg, Nadi : 90 X/menit,
Pernafasan : 22 x/menit, Suhu : 370C.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien pernah mengalami demam seperti
sekarang ini dengan diagnosa yang sama yaitu Malaria pada
dua tahun yang lalu dan dirawat selama 3 hari di ruang Ruang
Interna RSUD Pasarwajo Kabupaten Buton. Riwayat operasi
caesaria : 1 (satu) kali karena melahiran kembar pada tahun
2003.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga Ny. T terdapat keluarga yang pernah
mengalami penyakit malaria yaitu suaminya, anak pertama dan
anak kedua.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
58
Suhu : 370C
Pernapasan : 22 x/menit
Pemeriksaan head to toe :
a. Kepala :
1) Rambut :
Inspeksi : Distribusi rambut merata, warna rambut hitam,
kulit kepala terlihat bersih, terlihat banyak
rambut yang gugur pada bantal tempat tidur
klien.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
2) Mata :
Inspeksi : Fungsi penglihatan kurang klien menggunakan
kacamatan, letak simentris, sklera anikterik,
conjungtiva anemis, sekret tidak ada, pupil
isokor, reflek cahaya positif.
3) Telinga :
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pengeluaran cairan
serumen, tidak ada penumpukan serumen, tidak
ada gangguan pendengaran.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
4) Hidung :
Inspeksi : Bentuk simetris, klien mampu membedakan
bau-bauan,mukosa kering, benjolan tidak ada,
59
polip tidak ada, tidak ada tanda-tanda
peradangan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
5) Mulut :
Inspeksi : Mukosa bibir terlihat kering, lidah terlihat kotor,
tidak ada lesi, tidak ada stomatitis, lidah terasa
pahit, tidak ada karies.
b. Leher :
Inspeksi : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
c. Thorak
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada benjolanatau bekas luka
operasi, tidak ada alat bantu pernafasan.
Auskultasi : Irama jantung teratur, bunyi jantung 1 normal, bunyi
jantung II normal, bunyi nafas vesikuler, tidak ada
wheezing, tidak ada ronchi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Redup, resonan pada lapang paru.
d. Abdomen :
Inspeksi : Terlihat distensi, tidak ada benjolan, terdapat bekas
luka operasi.
Auskultasi : Bising usus 12 x/menit.
60
Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (+), tidak ada pembesaran
hepar atau limpa.
Perkusi : Timpani.
e. Ekstermitas :
Atas : Akral dingin, udema tidak ada, tangan kiri
terpasang infus dan sedang transfusi darah.
Bawah: Akral dingin, tidak ada varises, klien jarang
menggerakan kakinya karena masih merasa lemah.
Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah :
4444 4444
4444 4444
4. Data Psikologi :
Saat dikaji ekspresi wajah klien terlihat cemas terhadap
penyakit yang dialami, dan klien berharap cepat sembuh.
5. Data Sosial Ekonomi
Klien adalah seorang wanita karier yang bekerja di balai
POM dikarenakan klien sedang sakit perkerjaan klien jadi terganggu
dan klien tidak dapat masuk kerja.Klien mengatakan kebiasaan
sehari-hari klien sebelum tidur klien menggunakan obat seprot
nyamuk, klien tidur tidak menggunakan kelambu, klien mengatakan
pada ventilasi rumah tidak terpasang kawat kasa, klien juga tidak
memiliki kandang ternak, klien tinggal pada wilayah pemukiman
yang padat,tidak terdapat genangan air pada sekitar rumah klien,
namun hanya terdapat selokan didepan rumah namun telah ditutup
61
dengan semen dan hanya terbuka sedikit, klien mengatakan keadaan
sekitar lingkungan rumahnya kurang bersih karena klien sibuk
dengan pekerjaan dan mengurus anak-anaknya sehingga tidak terlalu
memperhatikan keadaan rumah.
6. Data Spiritual
Kepercayaan yang dianut klien adalah agama islam, klien
rajin beribadah sewaktu dirumah namun selama dirumah sakit klien
tidak melakukan ibadah seperti : sholat dikarenakan fisiknya lemah.
Bagi klien sakit yang dideritanya adalah cobaan yang diberikan oleh
ALLAH SWT dan pasti akan ada hikmahnya di kemudian hari.
7. Data penunjang : tanggal 17 Maret 2019, pukul 10.30 WITA.
Tabel 3.1 Data Penunjang
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi :
Hemaktokrit
Haemoglobin
Leokosit
Trombosit
L 23
L 7,5
H 17,4
320.000
%
Gr/dl
10^3/µl
Sel/mmµ3
40 – 54
12.0 – 16.0
4.0 – 10.0
150.000 – 400.000
Malaria/DDR :
Plasmodium
vivax
(+) Positif
(-) Negatif
Kimia klinik :
Ureum serum
Kreatinin serum
29.0
0.6
Mg/dl
Mg/dl
20 -40
0.5 -1.2
Glukosa sewaktu :
Glukosa sewaktu
H 167
Mg/dl
70 – 120
62
8. Penatalaksanaan Medis :
Tabel 3.2 Penatalaksanaan Medis
Terapi tanggal 17 /3/ 2019 Terapi tanggal 18/03/2019
Intra vena :
Infus RL 20 tts/menit
D5% 20 tts/menit
Ondan sentron 1 x 1
Ranitidin 2 x 1
Cefotaxime 2 x 1
Obat oral :
Paracetamol 3 x 1
Dexanta sirup 3 x 1
Neorodex 2 x 1
Vometa 3 x 1
Omeparazole 1 x 1
Malarex (4) – 4 – 2
Intra vena :
Infus RL 20 tts/menit
D5% 20 tts/menit
Transfusi 1 k
Pre transfusi :
6) NaCl
7) Dexamethasone
8) Dhipinehidramine
Cefotaxime 2 x 1
Obat oral :
Malarex (4) – (4) – 2
Dexanta sirup 3x1
Vometa 3x1
Neorodex 2 x 1
Omeparazole 1 x 1
Paracetamol 3 x 1
Terapi tanggal 19 /3/ 2019 Terapi tanggal 20/03/2019
Intra vena :
Infus RL 20 tts/menit
D5% 20 tts/menit
Transfusi 1 k
Pre transfusi :
9) NaCl
10) Dexamethasone
11) Dhipinehidramine
Cefotaxime 2 x 1
Obat oral :
Malarex (4) – (4) – (2)
Dexanta sirup 3x1
Vometa 3x1
Neorodex 2 x 1
Omeparazole 1 x 1
Paracetaamol 3 x 1
Intra vena :
Infus RL 20 tts/menit
D5% 20 tts/menit
Transfusi 1 k
Pre transfusi :
12) NaCl
13) Dexamethasone
14) Dhipinehidramine
Cefotaxime 2 x 1
Obat oral :
Clobazam untuk malam 1 x 1
Neorodex 2 x 1
Omeparazole 1 x 1
Donperidon 3 x 1
Dexanta sirup 3x1
Paracetamol 3x1
63
Terapi tanggal 21 /3/ 2019 Terapi tanggal 22 /3/ 2019
Intra vena :
Infus RL 20 tts/menit
D5% 20 tts/menit
Cefotaxime 2 x 1
Obat oral :
Clobazam 1 x 1
Neorodex 2 x 1
Omeparazole 1 x 1
Donperidon 3 x 1
Scopamin 3 x 1
Intra vena :
Infus RL 20 tts/menit
D5% 20 tts/menit
Cefotaxime 2 x 1
Obat oral :
Clobazam 1x1
Neorodex 2x1
Omeparazole 1x1
Donperidon 3x1
Scopamin 3x1
Paracetamol 3x1
9. Kebiasaan sehari – hari
Tabel 3.3 Kebiasaan sehari-hari
Kebiasaan Dirumah Dirumah sakit
Nutrisi :
A. Makan
- Pola makan
- Porsi
- Jenis makanan
- Pantangan
- Kesulitan
B. Minum
Jenis
Frekuensi
Kesulitan
3x sehari
1 porsi
Nasi, lauk, sayur, dan
buah
Tidak ada
Tidak ada
Air putih, sirup, dan teh
1750 cc – 2000 cc /hari
Tidak ada
3 x sehari
3 sendok makan
Bubur, nasi, buah, susu,
sayur
Makanan yg pedas
Mual, nyeri pada uluh
hati, lidah terasa pahit
Air putih, susu
1500 – 1750 cc / hari
Mual
Eliminasi :
Pola BAB
Konsistensi
Bau
Warna
1 x sehari
Lembek
Khas
Kuning
1x sehari
Lembek
Khas
Kuning
64
Kesulitan
Pola BAK
Frekuensi
Warna
Kesulitan
Tidak ada
4 – 5 x sehari
Kuning
Tidak ada
Tidak ada
3 -4 x sehari
Kuning
Tidak ada
Personal Hygiene
Mandi
2 x sehari
2x (dilap oleh ibu
dengan air hangat).
Istirahat / tidur :
Frekuensi
Kesulitan
6 – 8 jam / hari
Tidak ada
4-6 jam / hari
Tubuh sering terasa
panas ketika malam
hari, sering berkeringat,
nyeri pada sendi tulang
dan otot, tubuh terasa
pegal-pegal sehingga
tidur menjadi
terganggu.
Pola aktivitas Klien dapat melakukan
aktivitas sendiri seperti
mandi, makan dan
aktivitas lainya.
Klien mengatakan
tubuhnya lemah.
Aktivitas klien seperti
makan, minum,
personal hygiene dan
eliminasi dibantu oleh
keluarga dan perawat.
10. Status nutrisi
BB : 49 kg
TB : 155 cm
65
IMT : Indeks Masa Tubuh
IMT :
:
:
: 20.4 (Normal)
Ket : <20 : Underweight
20 -25 : Normal
25 – 30 : overweight
>30 : obesitas
BB Kg
TB2 (m)
49 kg
(1,55 m)2
49 kg
2.4025 m
66
Analisa Data
Tabel 3.4 Analisa Data
No Data focus Interprestasi data Masalah
1 Ds : Klien mengeluh
kepalanya terasa
pusing.
Do :
Keadaan umum :
Lemah
TTV :
Tensi darah : 110/70
mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 22
x/menit
Suhu : 370C
Akral dingin
Kulit pucat
Klien tambak gelisah
Hb : 7,5 Gr/dl
Conjungtiva anemis
Mukosa bibir tampak
kering
Hasil pemeriksaan
DDR (+)
Invasi parasit malaria
Jumlah skizon yang pecah
dalam sirkulasi
meningkat, penekanan
proses hematopoiesis, dan
peningkatan pembersihan
sel darah di limpa
Anemia dan hipovolemi
(penurunan aliran darah)
Plasmodim mencapai
jaringan serebral
Sumbatan kapiler
pembuluh darah otak
oedema serebri
anoksia otak
Penurunan perfusi
jaringan
Perubahan perfusi
jaringan
2 Ds : klien mengeluh
tubuhnya terasa
panas, panas yang
dirasakan hilang
timbul, dan paling
sering muncul ketika
malam hari.
Do :
Tubuh klien teraba
panas
Suhu 380C
Hasil pemerikasaan
DDR (+)
Klien tampak gelisah
Mukosa bibir tampak
kering
Invasi parasit malaria
Jumlah skizon yang pecah
dalam sirkulasi
meningkat, penekanan
proses hematopoiesis, dan
peningkatan pembersihan
sel darah di limpa
Respons imflamasi
sistemik
Peningkatan sirkulasi
endoktoksin pada
hipotalamus
Perubahan regulasi
temperatur
Hipertermi
67
Muncul demam
Hipertermi
3 Ds : Klien mengatakan
bahwa klien tidak
nafsu makan dan
perutnya terasa
mual,dan pernah
muntah 1x, lidah
terasa pahit dan uluh
hati terasa nyeri.
Do :
Porsi makan yang
dihabiskan terlihat
hanya 3 sendok makan
Keadaan umum
tampak lemah
BB : 49 kg
Tinggi badan : 155 cm
Klien tampak pucat
Mukosa bibir tampak
kering
Invasi parasit malaria
Jumlah skizon yang pecah
dalam sirkulasi
meningkat, penekanan
proses hematopoiesis, dan
peningkatan pembersihan
sel darah di limpa
Respon intestinal
P. mencapai sirkulasi
saluran cerna
Pelepasan serotonin 5HT3
ke dalam usus halus
Saraf vagus
menyampaikan
rangsangan ke CTZ,
syaraf eferen dan kortek
serebral
Pusat Muntah (Postrema
medula oblongata)
Mual, muntah, anoreksia
Intake nutrisi tidak
adekuat
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan
Resiko
ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
4 Ds : klien mengeluh
tubuhnya terasa nyeri
pada persendian danjuga
otot tubuh terasa pegal-
pegal.
Do :
Klien tampak meringis
kesakitan
Klien taampak gelisah
Skala nyeri 3 (1-5)
Invasi parasit malaria
Jumlah skizon yang pecah
dalam sirkulasi
meningkat, penekanan
proses hematopoiesis, dan
peningkatan pembersihan
sel darah di limpa
Respons imflamasi
Nyeri dan
ketidaknyamanan
68
sistemik
Mialgia, arthralgia
5 Ds : Klien mengatakan
tubuhnya terasa
lemas.
Do :
Klien tampak lemah
Aktivitas klien hanya
ditempat tidur
Semua kebutuhan klien
dibantu oleh keluarga
dan perawat
Kekuatan otot
4444 4444
4444 4444
Invasi parasit malaria
Jumlah skizon yang pecah
dalam sirkulasi
meningkat, penekanan
proses hematopoiesis, dan
peningkatan pembersihan
sel darah di limpa, intake
yang kurang
Anemia dan hipovolemi,
kekurangan energi
Respon muskuloskeletal
Kelemahan fisik umum,
malaise
Gangguan aktivitas
sehari-hari
Gangguan
aktifitas
6 Ds : Klien dan keluarga
mengatakan tidak
tahu tentang penyakit
malaria dan cara
penularan penyakit
malaria.
Do :
Keluarga dan klien
tidak menjawab ketika
ditanya tentang cara
penularan penyakit
malaria dan cara
pencegahanya,
keluarga dan klien
hanya mengelengkan
kepala.
Keluarga bertanya
tentang apa penyakit
yang di derita
keluarganya.
Invasi parasit malaria
Kurang informasi tentang
cara penularan penyakit
malaria
Resiko penularan
penyakit
Resiko penularan
penyakit malaria.
69
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam
tubuh.
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan
metabolisme,efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak dekuat : anorexia, mual/muntah.
4. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi
sistemik, mialgia, artralgia.
5. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
6. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola
hidup.
C. Intervensi Keperawatan
Tabel 3.5 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan kriteria
hasil
Intervensi Rasional
1 Perubahan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
penurunan
komponen
seluler yang
di perlukan
untuk
pengiriman
oksigen dan
nutrient
dalam tubuh.
Tujuan : setelah
dilakukan
perawatan dalam
waktu 4x24 jam
tidak
terjadipenurunan
tingkat kesadaran
dan dapat
mempertahankan
cardiac output
secara adekuat
guna meningkatkan
perfusi jaringan.
1. Memeriksa
tanda-tanda
vital.
2. Catat adanya
keluhan
pusing.
1. Memantau
perkembangan
tekanan darah
dan perubahan
pada tekanan
nadi. Hipotensi
akan berkembang
bersamaan
dengan kuman
yang menyerang
darah.
2. Keluhan pusing
merupakan
manifestasi
penurunan suplai
70
Kriteria hasil :
Tanda-tanda
vital normal
Klien tidak
mengeluh
pusing
Klien tidak
gelisah
Tidak terdapat
sianosis
Kulit segar
Hemoglobin
normal
Akral hangat
Conjungtiva
ananemis
Mukosa bibir
tampak lembab
Hasil
pemeriksaan
DDR (-)
3. Kurangi
aktivitas yang
merangsang
timbulnya
respons
valsava/
aktivitas.
4. Tingkatkan
tirah baring.
5. Observasi
perubahan
sensori dan
tingkat
kesadaran
pasien yang
menunjukan
penurunan
perfusi otak
(gelisah,
confuse/bingu
ng, apatis,
somnolen).
6. Kolaborasi
Pemberian
transfusi darah
PRC (packed
red cells).
darah ke jaringan
otak.
3. Respons valsava
akan
meningkatkan
beban jantung
sehingga akan
menurunkan
curah jantung ke
otak.
4. Menurunkan
beban kerja
miokard dan
konsumsi
oksigen,
memaksimalkan
efektifitas dari
perfusi jaringan.
5. Bukti aktual
terhadap
penurunan aliran
darah ke jaringan
serebral adalah
adanya perubahan
respons sensori
dan penurunan
tingkat kesadaran
pada fase akut.
Adanya
kegagalan harus
dilakukan
monitoring ketat.
6. Jalur yang paten
penting untuk
pemenuhan lisis
darah sebagai
intervensi
kedaruratan.
71
2 Hipertermi
berhubungan
dengan
peningkatan
metabolisme,
efek langsung
sirkulasi
kuman pada
hipotalamus.
Tujuan : Setelah
dilakukan
perawatan dalam
waktu 4x24
jamterjadi
penurunan suhu
tubuh dan panas
tidak berulang.
Kriteria hasil :
Pada palpasi
tubuh teraba
tidak panas
Suhu tubuh
normal
Mukosa bibir
lembab
DDR (-)
Klien tidak
gelisah
Klien mampu
menjelaskan
kembali
pendidikan
kesehatan yang
diberikan.
Klien mampu
termotivasi
untuk
melaksanakan
penjelasan yang
telah diberikan.
1. Evaluasi TTV
pada setiap
pergantian sif
atau setiap ada
keluhan dari
klien.
2. Anjurkan klien
untuk
memakaikan
pakaian yang
tipis dan dapat
menyerap
keringat.
3. Anjurkan
memberikan
selimut bila
menggigil.
4. Beri kompres
dengan air
hangat - hangat
kuku pada
aksila, lipat
paha, dan
temporal bila
terjadi panas.
5. Berikan klien
banyak minum
2000-3000
cc/hari.
6. Kolaborasi
untuk
pemberian
cairan infus.
1. Sebagai
pengawasan
terhadap adanya
perubahan
keadaan umum
klien sehingga
dapat dilakukan
penanganan dan
perawatan secara
cepat dan tepat.
2. Dengan baju
yang tipis dan
menyerap
keringat
diharapkan klien
tidak gerah dan
panas tubuh akan
turun.
3. Pemberian
selimut
digunakan untuk
mengurangi
ketidak
nyamanan pada
saat demam dan
menggigil
sebagai respon
sekunder dari
hipertermi.
4. Terjadi
vasodilatasi
pembuluh darah,
sehingga terjadi
penguapan
(evaporasi).
5. Dengan banyak
minum dapat
menggantikan
cairan yang
hilang.
6. Pemberian cairan
infus dapat
mencegah
terjadinya
kekurangan
cairan serta untuk
72
7. Kolaborasi
untuk
pemberian
antipiretik, anti
malaria, dan
anti biotik.
8. Atur
lingkungan
yang konduksif.
mengganti
cairang tubuh
yang hilang.
7. Anti piretik dapat
merangsang
hipotalamus
untuk
menurunkan suhu
tubuh, pemberian
anti malaria dapat
membunuh
parasit/plasmodiu
m penyebab
malaria,
antibiotik untuk
mengatasi
infeksi.
8. Kondisi ruang
kamar yang tidak
panas, tidak
bising, dan
sedikit
pengunjung
memberi
efektivitas
terhadap proses
penyembuhan.
3 Resiko
ketidakseimb
angan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan intake
yang tidak
dekuat:
anorexia,
mual/muntah.
Tujuan : Setelah
dilakukan
perawatan dalam
waktu 5x24 jam
kliendapat
mempertahankan
kebutuhan nutrisi
yang adekuat.
Kriteria hasil :
Berat badan klien
normal seimbang
dengan tinggi
badan
Klien mampu
menghabiskan
porsi makan
yang disajikan
Keadaan umum
klien membaik
1. Kaji
pengetahuan
klien tentang
intake nutrisi.
1. Tingkat
pengetahuan
dipengaruhi oleh
kondisi sosial
ekonomi klien.
Perawat
mengunakan
pendekatan yang
sesuai dengan
kondisi individu
klien. Dengan
mengetahui
tingkat
pengetahuan
tersebut, perawat
dapat lebih
terarah dalam
memberikan
pendidikan yang
sesuai dengan
73
Mual, muntah
berkurang
Mukosa bibir
tampak lembab
2. Anjurkan klien
agar makan
makanan dalam
keadaan hangat.
3. Anjurkan klien
untuk makan
makanan lunak
dalam porsi
kecil tapi sering
4. Diskusikan
makanan yang
disukai klien
dan masukan
dalam diet
murni.
5. Kolaborasi
pemberian obat
anti emetik
6. Monitor
perkembangan
berat badan.
pengetahuan
klien secara
efisien dan
efektif.
2. Untuk
mengurangi
perasaan pahit
pada lidah.
3. Untuk
mengurangi
perasaan tegang
pada lambung
sehingga tidak
terjadi mual dan
muntah.
4. Dapat
meningkatkkan
masukan
makanan klien.
5. Anti emetik dapat
mengurangi mual
dan muntah.
6. Penimbangan
berat badan
dilakukan sebagai
evaluasi terhadap
intervensi yang
diberikan.
4 Nyeri dan
ketidaknyam
anan
berhubungan
dengan
respons
inflamasi
sistemik,
mialgia,
artralgia.
Tujuan : Setelah
dilakukan
perawatan dalam
waktu 4x24 jam
terjadi penurunan
keluhan nyeri dan
ketidaknyamanan.
Kriteria hasil :
Secara subjektif
melaporkan nyeri
berkurang atau
dapat diadaptasi
Skala nyeri 0-1
(1-4). Dapat
mengidentifikasi
aktivitas yang
meningkatkan
1. Jelaskan dan
bantu klien
dengan
tindakan
pereda nyeri
nonfarmakolo
gi dan
noninvasif.
2. Istirahatkan
klien pada saat
nyeri muncul.
1. Pendekatan
dengan
menggunakan
relaksasi dan
nonfarmakologi
lainya telah
menunjukan
keefektifan dalam
mengurangi
nyeri.
2. Istirahat secara
fisiologis akan
menurunkan
kebutuhan
oksigen yang
diperlukan untuk
memenuhi
kebutuhan
74
atau menurunkan
nyeri
Klien tidak
gelisah
3. Ajarkan teknik
relaksasi
pernafasan
dalam pada
saat nyeri
muncul.
4. Manajemen
lingkungan,
Lingkungan
yang tenang,
batasi
pengunjung,
istirahatkan
klien.
5. Tingkatkan
pengetahuan
tentang sebab-
sebab nyeri.
metabolisme
basal.
3. Meningkatkan
intake oksigen
sehingga akan
menurunkan
nyeri sekunder
dari iskemia
spina.
4. Lingkungan yang
tenang akan
menurunkan
stimulus nyeri
eksternal dan
pembatasan
pengunjung akan
membantu
meningkatkan
kondisi oksigen
ruangan yang
akan berkurang
apabila banyak
pengunjung yang
berada di
ruangan. Istirahat
akanmenurunkan
kebutuhan
oksigen jaringan
perifer.
5. Pengetahuan
mengenai hal
yang akan di
rasakan
membantu
mengurangi
nyerinya dan
dapat membantu
mengembangkan
kepatuhan klien
terhadap rencana
terapeutik.
5 Gangguan
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
Tujuan : Setelah
dilakukan
perawatan dalam
5x24jam klien
dapat melakukan
1. Observasi
respons klien
terhadap
aktivitas.
1. Untuk
mengidentifikasi
indikasi
kemajuan atau
penyimpangan
75
fisik.
aktivitas sesuai
dengan
kemampuanya.
Kriteria hasil :
Klien mampu
melakukan
aktivitas sendiri
Badan klien tidak
lemah lagi dan
kekuatan otot
membaik
Tanda-tanda vital
dalam batas
normal
2. Awasi tanda –
tanda vital
selama dan
sesudah
aktivitas.
3. Tingkatkan
tirah baring.
4. Atur posisi
pasien
senyaman
mungkin
5. Berikan
bantuan dalam
aktivitas sehari-
hari bila perlu.
6. Libatkan
keluarga dalam
pemenuhan
kebutuhan
klien.
dari hasil yang
diharapkan.
2. Agar mengetahui
perubahan
kelemahan dan
kekuatan pada
pasien.
3. Tirah baring
meningkatkan
istirahat dan
ketenangan klien
serta menyediakan
energi yang
digunakan untuk
penyembuhan.
4. Agar klien bisa
beristirahat dan
memulihkan
kesehatan.
5. Membantu klien
bila perlu, untuk
meninggkatkan
kepercayaan diri
bila klien dapat
melakukan
aktivitas sendiri.
6. Membangun
hubungan yang
kooperatif antara
perawat dan
keluaraga.
6 Resiko
penularan
penyakit
malaria
berhubungan
dengan
kurang
pengetahuan
tentang
penyakit
malaria,
kebersihan
lingkungan
dan pola
Tujuan : Setelah
dilakukan
perawatan dalam
waktu 3x24
jampenularan
penyakit malaria
tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Klien dan
keluarga dapat
menjelaskan
kembali apa itu
penyakit malaria
1. Beri
penjelasan
tentang apa itu
penyakit
malaria, cara
penularan
penyakit
malaria dan
pencegahanya.
2. Anjurkan
keluarga dan
klien untuk
memelihara
dan
1. Klien dan
keluarga dapat
menjelaskan
kembali dan
menentukan
pencegahan
penyakit malaria
secara dini.
2. Dengan
lingkungan yang
bersih dan
nyaman nyamuk
tidak akan
76
hidup. dan cara
penularan
penyakit
malaria.
Klien dan
Keluarga dapat
menyebutkan
cara pencegahan
malaria.
meningkatkan
kebersihan diri
dan
lingkunganya.
3. Anjurkan klien
dan keluarga
untuk
membasmi
sarang nyamuk
atau tempat
berkembang
biak nyamuk.
berkembang biak.
3. Akan mencegah
terjadi penularan.
D. Implementasi Keperawatan
Tabel 3.6 Implementasi Keperawatan
N
o
Tanggal/
Jam
Diagnosa
keperawatan
Implementasi Respon hasil Paraf
1
18/03/2019
11.00
WITA
Perubahan
perfusi jaringan
berhubungan
dengan
penurunan
komponen
seluler yang di
perlukan untuk
pengiriman
oksigen dan
nutrient dalam
tubuh.
1. Memeriksa tanda-
tanda vital dan
menanyakan
keluhan klien.
2. Menanyakan
adanya keluhan
pusing.
3. Menyarankan
kepada klien untuk
mengurangi
aktivitas yang
merangsang
timbulnya respon
valsava/aktivitas.
1. TTV :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 37 0C
Klien mengatakan
tubuhnya sering
merasakan panas
dan berkeringat.
Malam tadi tubuh
klien terasa panas
klien menjadi susah
untuk tidur, seluruh
tubuh dirasakan
pegal-pegal dan
terasa nyeri pada
persendian dan otot
skala nyeri 3 (1-5).
2. Klien mengeluh
kepalanya terasa
pusing.
3. Klien mau
mendengarkan
anjuran perawat
dan klien hanya
beristirahat
ditempat tidur.
Irma R
77
4. Menganjurkan
klien untuk
meningkatkan tirah
baring.
5. Observasi
perubahan sensori
dan tingkat
kesadaran pasien
yang menunjukan
penurunan perfusi
otak (gelisah,
confuse/bingung,
apatis, somnolen).
6. Memantau tetesan
transfusi darah.
(Pemberian
transfusi darah
PRC (packed red
cells).
4. Klien mau
mendengarkan
anjuran perawat
dan klien tidur
dengan satu bantal.
5. Klien tampak
gelisah.
6. Transfusi darah
telah diberikan.
Pada pukul 10.00
WIB. Sebelum
tranfusi darah
terlebih dahulu
diberikan, NaCl,
dexamethasone,
Dhipinehidramine.
Dengan tetesan 30
gtt/menit. Transfusi
darah PRC habis
pukul 13.00 WIB
langsung ganti
dengan NaCL
dengan tetesan 20
gtt/menit.
2 18/03/2019
11.30
WITA
Hipertermi
berhubungan
dengan
peningkatan
metabolisme,
efek langsung
sirkulasi kuman
pada
hipotalamus.
1. Menganjurkan
klien untuk
menggunakan
pakaian yang tipis
dan dapat
menyerap keringat
bila tubuh terasa
panas.
2. Menganjurkan
klien untuk
menggunakan
selimut bila tiba-
tiba tubuh menjadi
1. Klien mengatakan
iya bila tubuhnya
terasa panas klien
akan menggunkan
pakaian yang tipis
dan menyerap
keringat.
2. Klien mengatakan
iya bila tubuh
kedinginan atau
menggigil klien
akan menggunakan
selimut.
Irma R
78
dingin dan
menggigil.
3. Menganjurkan
klien untuk
melakukan
kompres air hangat
bila tubuh terasa
panas.
4. Menganjurkan
klien untuk banyak
minum 2000-
3000cc/hari / 9
gelas/hari.
5. Melaksanakan
pemberian cairan
infus.
6. Melaksanakan
pemberian obat
antipiretik, anti
malaria, dan anti
biotik
3. Klien mengatakan
iya klien akan
melakukan kompres
dengan air hangat
bila tubuhnya nanti
terasa panas.
4. Klien mengatakan
iya klien akan
banyak-banyak
minum
5. Cairan infus telah
di berikan
berdasarkan terapi
yaitu RL dan D5%
dengan tetesan 20
gtt/menit.
6. Klien mengatakan
klien akan
meminum obatnya
tepat waktu sesuai
instruksi yang telah
diberikan obat klien
pada hari ini yaitu
malarex 4-(4)-2,
paracetamol 3x1,
cefotaxime 2x1.
3 18/03/2019
12.00
WITA
Resiko
ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan intake
yang tidak
dekuat:
anorexia,
mual/muntah.
1. Mengkaji
pengetahuan klien
tentang intake
nutrisi.
1. Klien mengatakan
makanan yang
sehat terdiri dari
empat sehat lima
sempurna, yang
mengandung
karbohidrat,
protein, lemak,
vitamin, mineral
dan air yang cukup.
Minum sebanyak 8
gelas/hari,makan
secara teratur
3x/hari. Klien
membeli makanan
tambahan yang
dibeli diluar seperti
Irma R
79
2. Menganjurkan
klien agar makan
makanan dalam
keadaan hangat.
3. Menganjurkan
klien untuk makan
makanan lunak
dalam porsi kecil
tapi sering.
4. Diskusikan
makanan yang
disukai klien dan
masukan dalam
diet murni.
5. Melaksanakan
pemberian obat
anti emetik.
buah,roti dan
khasiat sari kurma
(untuk
menyembuhkan
anemia) yang
dialami Ny. T.
2. Klien langsung
memakan makanan
yang telah diantar
oleh ahli gizi
(makan siang).
3. Klien terlihat hanya
menghabiskan 3
sendok makan.
mual (+), muntah (-
), lidah terasa pahit
nyeri pada uluh
hati.
4. Klien mengatakan
selera makan bubur
ayam. Dan sudah
diberikan oleh
keluarga namun
klien hanya makan
2 sendok. Dengan
alasan keluhan
yang sama lidah
terasa pahit, nyeri
pada uluh hati,
mual (+), muntah (-
).
5. Klien sudah
meminum obat
sesuai dengan
instruksi dokter.
Vometa 3x1 PO
untuk mengurangi
mual,omeparazole
untuk menghambat
produksi asam
lambung 1x1,
dexanta sirup 3x1
untuk menetralkan
asam lambung.
80
6. Memonitor
perkembangan
berat badan klien.
Neorodex sebagai
multivitamin B1,B6
dan B12 pemberian
2x1 PO.
6. Berat badan klien
49 kg.
4 18/03/2019
13.15
WITA
Nyeri dan
ketidaknyamana
n berhubungan
dengan respons
inflamasi
sistemik,
mialgia,
artralgia.
1. Menjelaskan dan
membantu klien
dengan tindakan
pereda nyeri
nonfarmakologi
dan noninvasif.
2. Mengajarkan
teknik manajemen
nyeri keperawatan,
dengan
menganjurkan
klien beristirahat
bila merasakan
nyeri, mengajarkan
teknik relaksasi
pernafasan dalam
pada saat nyeri
muncul, dan
mengatur
kenyamanan dan
lingkungan klien
seperti membatasi
pengunjung untuk
tidak terlalu ramai
demi kenyamanan
klien.
3. Meningkatkan
pengetahuan klien
tentang sebab-
sebab nyeri
mengapa Ny. T
bisa terasa sakit
pada sendi dan
tulang, dan juga
1. Klien mau untuk
melakukan saran
perawat dengan
meredakan nyeri
secara alami tanpa
dengan
menggunakan obat
pereda nyeri.
2. Klien mengerti dan
paham cara
meredakan nyeri
yaitu dengan
beristirahat saat
nyeri muncul,
menarik nafas
dalam pada saat
terasa nyeri, dan
mengatur
kenyamanan tubuh
dan lingkungan.
3. Ny. T mengerti
dengan apa
penyakit yang di
alaminya tubuhnya
terasa sakit dan
pegal-pegal
disebabkan parasit
malaria yang
terdapat dalam
Irma R
81
pada otot, seluruh
tubuh terasa pegal-
pegal itu semua
karena penyakit
yang Ny. T alami
yaitu malaria
keluhan tersebut
merupakan respon
dari proses
penyakit malaria.
tubuhnya sehingga
menimbulkan
gejala.
5
18/03/2019
13.30
WITA
Gangguan
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan fisik.
1. Mengobservasi
respons klien
terhadap aktivitas.
2. Mengawasi tanda-
tanda vital selama
dan sesudah
aktivitas.
3. Menganjurkan
klien untuk
meningkatkan tirah
baring.
4. Mengatur posisi
klien senyaman
mungkin.
5. Memberikan
1. Klien mengatakan
apabila dibawa
duduk/ berdiri
seperti ingin
kekamar mandi
kepala terasa
pusing. Jadi klien
hanya berbaring
ditempat tidur.
2. Klien mengatakan
apabila setelah di
bawa duduk atau
beraktivitas seperti
kekamar mandi
denyut jantung
berdebar-debar
cepat dan kuat.
Namun sebaliknya
bila di bawa tiduran
atau istirahat
denyut jantung
normal.
3. Klien mau
menerima saran
perawat klien tidur
untuk beristirahat.
4. Klien tidur dengan
satu bantal, dan
menggunakan
selimut.
5. Membantu klien
saat klien mau
Irma R
82
bantuan dalam
aktivitas sehari-
hari bila perlu.
6. Memberitahukan
keluarga untuk
membantu dalam
memenuhi
kebutuhan klien
dan memberikan
bantuan dalam
aktivitas klien.
kekamar mandi.
6. Keluarga menerima
saran perawat,
setiap kebutuhan
dan aktivitas klien
di bantu oleh
keluarga seperti
membantu
mengantar klien
untuk kekamar
mandi, membantu
untuk menyuapi
makanan,
membantu
memenuhi
kebutuhan
kebersihan tubuh
klien seperti
mengelap tubuh
klien.
1 19/03/2019
08.30
WITA
Hipertermi
berhubungan
dengan
peningkatan
metabolisme,
efek langsung
sirkulasi kuman
pada
hipotalamus.
1. Memeriksa tanda-
tanda vital dan
menanyakan
keluhan klien.
1. TTV :
TD : 110/70
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 380C
Mukosa bibir
tampak kering,
conjungtiva
anemis.
Klien mengeluh
malam tadi tidur
pukul 24.00
WITA dan
terbangun jam
03.00 WITA pagi
klien terbangun
karena tubuh
berkeringat
sampai baju klien
basah, sendi dan
otot terasa sakit
skalanyeri 3(1-5),
tubuh terassa
pegal dan tubuh
terasa panas, dan
Irma R
83
2. Menganjurkan
klien untuk
menggunakan
pakaian yang tipis
dan dapat
menyerap keringat.
3. Menganjurkan
klien untuk
menggunakan
selimut bila tubuh
tiba-tiba terasa
dingin/menggigil.
4. Menganjurkan
keluarga untuk
memberi kompres
air hangat pada
aksila, lipat paha,
dan temporal pada
klien agar panas
klien turun.
5. Menganjurkan
klien banyak
minum 2000-3000
cc/hari.
dianjurkan oleh
perawat untuk
melakukan
kompres air
hangat dan
meminum
paracetamol
namun panas
tubuh tidak
kunjung turun .
2. Klien mengganti
pakaian dengan
dibantu keluarga
menggunakan
pakaian yang tipis
dan menyerap
keringat.
3. Klien
mengangguk
tanda menyetujui
dan menerima
saran perawat bila
tubuh menggigil
gunakan selimut.
4. Keluarga ikut
berpartisipasi
dalam perawatan
klien dan
memberikan
kompres pada
daerah yang di
anjurkan.
5. Klien menerima
saran perawat dan
akan banyak
minum. Keluarga
meletakan air
minum yang
diisikan kedalam
botol dan
diletakan
disamping tubuh
klien. Bila
sewaktu-waktu
klien ingin minum
84
6. Melaksanakan
pemberian cairan
infus.
7. Melaksanakanpem
berian antipiretik,
anti malaria dan
anti biotik.
8. Mengatur
lingkungan yang
kondusif.
mudah untuk
dijangkau.
6. Cairan infus sudah
diberikan yaitu
RL dengan tetesan
20 gtt/menit.
7. Klien telah
melakukan minum
obat sesuai
dengan terapi
yang diberikan
yaitu meminum
paracetamol 3x1
sebagai anti
piretik PO,
malarex 4-4-(2)
PO sebagai anti
malaria,
cefotaxime vial IV
diberikan 2x1 oleh
perawat pada
pukul 18.00-06.00
sebagai anti
biotik.
8. Mengantikan
laken dan sarung
bantal klien,
menghidupkan
kipas angin,
membatasi
pengunjung. Dan
menganjurkan
keluarga untuk
mengganti
kompres dengan
yang hangat
kembali bila
sudah terasa
dingin.
2 19/03/2019
09.00
WITA
Nyeri dan
ketidaknyamana
n berhubungan
dengan respons
1. Menganjurkan
klien untuk
meredakan nyeri
pada sendi dan
1. Keluarga
langsung
memberikan
bantuan kepada
Irma R
85
inflamasi
sistemik,
mialgia,
artralgia.
otot, pegal-pegal
pada tubuh dengan
tindakan pereda
nyeri
nonfarmakologi
dengan melakukan
pemijatan/masase.
2. Menganjurkan
klien untuk
memperagakan
teknik manajemen
nyeri keperawatan
yang telah
diajarkan, untuk
beristirahat bila
nyeri muncul,
teknik relaksasi
pernafasan dalam.
klien dengan
melakukan
pemijatan pada
tubuh klien dan
kompres air
hangat masih
dilanjutkan.
2. Klien menerima
saran perawat dan
langsung
memperagakan.
3 19/03/2019
09.15
WITA
Resiko
ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan intake
yang tidak
dekuat:
anorexia,
mual/muntah.
2. Menganjurkan
klien untuk makan
makanan dalam
keadaan hangat.
3. Menganjurkan
klien untuk makan
makanan lunak
dalam porsi kecil
tapi sering.
4. Mendiskusikan
makanan yang
disukai klien dan
masukan dalam
diet murni.
5. Melaksanakan
pemberian obat
anti emetik.
2. Keluarga
langsung
memberikan klien
makan, menyuapi
klien.
3. Klien terlihat
hanya
menghabiskan 4
sendok makan,
klien mengeluh
merasa tidak enak
diperut, merasa
mual, lidah terasa
pahit, dan tersa
nyeri pada uluh
hati.
4. Klien mengatakan
tidak berselera
makan.
5. Klien telah
meminum obat
sesuai dengan
terapi yang di
berikan yaitu :
Irma R
86
vometa 3x1 untuk
mengurangi mual,
omeparazole 1x1
PO untuk
menghabat
produksi asam
lambung, dexanta
sirup 3x1 sebagai
penetral asam
lambung,
neorodex 2x1 PO
sebagai
multivitamin
B1,B6,B12.
4 19/03/2019
11.00
WITA
Gangguan
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan fisik.
1. Mengobservasi
respons klien
terhadap aktivitas.
2. Membantu klien
untuk
meningkatkan tirah
baring, untuk
memenuhi
kebutuhan istirahat
dan tidur klien.
3. Mengatur posisi
pasien senyaman
mungkin.
4. Memberikan
bantuan kepada
klien dalam
aktivitas sehari-
hari.
5. Memberitahu
keluarga untuk
membantu
memenuhi
keperluan dan
aktivitas klien.
1. Klien mengatakan
apabila diibawa
duduk ataupun
berdiri kepala
terasa pusing.
2. Klien mau
mendengarkan
saran perawat dan
klien tidur dengan
1 bantal.
3. Merapikan tempat
tidur klien,
menghidupkan
kipas angin.
4. Slalu mengontrol
keadaan klien dan
membantu klien
bila klien meminta
pertolongan.
5. Keluaga siap
membantu setiap
aktivitas klien.
Irma R
5 19/03/2019
12.00
Perubahan
perfusi jaringan
1. Memeriksa tanda-
tanda vital
1. TTV :
TD : 110/70
87
WITA
berhubungan
dengan
penurunan
komponen
seluler yang di
perlukan untuk
pengiriman
oksigen dan
nutrient dalam
tubuh.
kliendan
menanyakan
keluhan pasien.
2. Mencatat adanya
keluhan pusing.
3. Menganjurkan
klien untuk
banyak-banyak
beristirahat dan
kurangi aktivitas.
4. Menganjurkan
klien untuk
meningkatkan tirah
baring dan banyak-
banyak
beristirahat.
5. Mengobservasi
perubahan sensori
dan tingkat
kesadaran klien.
6. Melaksanakan
pemberian
transfusi darah
PRC.
mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 370C
Klien mengatakan
setelah dilakukan
kompres dan
meminum
paracetamol panas
pada tubuh
dirasakan turun.
2. Klien mengeluh
kepalanya terasa
pusing apalagi bila
dibawa berdiri atau
duduk.
3. Klien menerima
saran perawat dan
klien hanya
berbaring ditempat
tidur untuk
beristirahat.
4. Klien menerima
saran perawat klien
sangat ingin untuk
tidur namun susah
sekali.
5. Klien tampak
gelisah.
6. Transfusi darah
PRC telah di
berikan pada pukul
13.00 WIB,
sebelum di beri
transfusi terlebih
dahulu telah
diberikan NaCl,
dexamethasone,
Dhipinehidramine.
Dengan tetesan
transfusi 30
gtt/menit.
Irma R
88
Transfusi selesai
pukul 16.00 WITA
dan langsung
digantikan dengan
NaCL dengan 20
gtt/menit.
1 20/03/2019
08.30
WITA
Hipertermi
berhubungan
dengan
peningkatan
metabolisme,
efek langsung
sirkulasi kuman
pada
hipotalamus.
1. Memeriksa tanda-
tanda vital dan
menanyakan
keluhan klien.
2. Menganjurkan
klien bila tubuh
terasa panas dihari-
hari berikutnya
gunakan pakaian
yang tipis dan
menyerap keringat.
3. Menganjurkan
klien untuk bila
1. TTV:
TD : 110/70 Mmhg
Nadi : 90 X/Menit
RR : 20 X/Menit
Suhu : 370C
Klien mengeluh
malam tadi klien
susah untuk tidur
klien tidur jam 1
dan terbangun jam
3 dan tidak bisa
tidur lagi sampai
sekarang,
dikarenakan tubuh
klien terasa panas,
selalu berkeringat
hingga pakaian
yang klien gunakan
lembab. tubuh klien
dirasakan pegal-
pegal dan terasa
nyeri pada
persendian dan otot
skala nyeri 3 (1-5).
2. Klien setuju dengan
saran perawat, dan
klien mengatakan
malam tadi klien
telah menggunakan
pakaian yang tipis
dan menyerap
keringat namun
tetap juga tubuh
terasa panas dan
berkeringat hingga
pakaian menjadi
lembab.
3. Klien mengatakan
malam tadi telah
Irma R
89
tubuh terasa panas
lakukan kompres
dengan air hangat.
4. Menganjurkan
klien banyak
minum 2000-3000
cc/hari atau
sebanyak 9
gelas/hari.
5. Melaksanakan
pemberian cairan
infus.
6. Melaksanakan
pemberian obat
antipiretik, anti
malaria, dan
antibiotik.
7. Mengatur
lingkungan yang
konduksif.
dikompres dengan
menggunakan air
hangat. Setelah
beberapa jam
setelah
pengompresan
panas dirasakan
turun.
4. Klien mengatakan
iya klien akan
banyak-banyak
minum.
5. Infus yang
terpasang RL
dengan tetesan 20
gtt/menit.
6. Klien mengatakan
akan meminum
obat yang dii
berikan tepat waktu
dan rutin
paracetamol 3x1
PO sebagai anti
piretik, cefotaxime
vial IV 2x1
diberikan oleh
perawat pukul
06.00 dan 18.00
sebagai anti biotik.
clobazam 1x1
diminum sebelum
tidur malam nanti
sebagai obat
penenang agar bisa
tidur.
7. Merapikan tempat
tidur klien,
menghidupkan
kipas angin,
membatasi
pengunjung.
90
2 20/03/2019
09.00
WITA
Nyeri dan
ketidaknyamana
n berhubungan
dengan respons
inflamasi
sistemik,
mialgia,
artralgia.
1. Mebantu klien
dengan tindakan
pereda nyeri non
farmakologi dan
invansif seperti
melakukan
masase/pemijatan
pada seluruh tubuh
klien atau dengan
mengoleskan
minyak kayu putih
pada tubuh klien.
1. Klien dan kluarga
mengerti dengan
apa yang dikatakan
perawat keluarga
langsung
mengoleskan
minyak kayu putih
pada tubuh klien
dan klien meminta
untuk dilakukan
pengerikan. Dan
kluargapun
melakukan
permintaan klien.
Irma R
3 20/03/2019
09.30
WITA
Resiko
ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan intake
yang tidak
dekuat:
anorexia,
mual/muntah.
2. Menganjurkan
klien untuk makan
makanan dalam
keadaan hangat.
3. Menganjurkan
klien untuk makan
makanan lunak
dalam porsi kecil
tapi sering.
4. Diskusikan
makanan yang
disukai klien dan
masukan dalam
diet murni.
5. Melaksanakan
pemberian obat
antiemetik dan
multivitamin.
2. Keluarga langsung
memberikan klien
makan, klien makan
masih dibantu
disuapi oleh
keluarga.
3. Klien terlihat dapat
menghabiskan 6
sendok makan ¼
bagian dari
makanan yang
diberikan.
4. Klien mengatakan
klien selera bubur
kacang hijau, lalu
meminta keluarga
untuk membeli
bubur kacang hijau,
klien terlihat
menghabiskan 4
sendok bubur
kacang hijau, klien
mengeluh perutnya
terasa mual dan
terasa nyeri pada
uluh hati.
5. Klien meminum
obat rutin sesuai
dengan terapi yang
diberikan
omeparazole 1x1
Irma R
91
PO sebagai
penghambat
produksi asam
lambung, dexanta
sirup 3x1 PO
sebagai penetral
asam lambung,
domperidon 3x1
PO sebagai obat
anti emetik,
neorodex 2x1 PO
sebagai
multivitamin
B1,B6,B12.
4 20/03/2019
10.00
WITA
Gangguan
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan fisik.
1. Mengobservasi
respon klien
terhadap aktivitas.
2. Mengatur posisi
pasien senyaman
mungkin.
3. Memberikan
bantuan dalam
aktivitas sehari-
hari klien bila
perlu.
4. Menganjurkan
keluarga untuk
1. Klien mengatakan
klien sudah bisa
duduk apabila
duduk di atas
tempat tidur kepala
klien sudah tidak
merasa pusing lagi,
tapi klo dibawa
berjalan seperti ke
kamar mandi
kepala menjadi
pusing.
2. Meletakan bantal
sebagai sandaran
dibelakang tubuh
klien agar klien
dapat tahan lama
untuk duduk.
3. Klien mengatakan
senang
mendapatkan
bantuan dari
perawat setiap hal
yang dibutuhkan
dapat minta tolong
kepada perawat dan
merasa
diperhatikan.
4. eluarga bersedia
membantu setiap
aktivitas klien dan
Irma R
92
membatu setiap
aktivitas yang
dibutuhkan klien.
memenuhi
kebutuhanya.
5 20/03/2019
11.00
WITA
Perubahan
perfusi jaringan
berhubungan
dengan
penurunan
komponen
seluler yang di
perlukan untuk
pengiriman
oksigen dan
nutrient dalam
tubuh.
1. Memeriksa tanda-
tanda vital klien
dan keluhan klien.
2. Mencatat adanya
keluhan pusing.
3. Menganjurkan
klien untuk
mengurangi
aktivitas yang
merangsang
timbulnya respon
valsava/aktivitas.
4. Menganjurkan
klien untuk
meningkatkan tirah
baring.
5. Mengobservasi
perubahan sensori
dan tingkat
kesadaran klien.
6. Melaksanakan
1. TTV :
TD : 110/70
mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 370C
Klien mengatakan
tubuhnya sudah
merasa lebih
enakan, nyeri terasa
berkurang setelah
diberi minyak kayu
putih dan dikerik
skala nyeri 1 (1-5).
2. Klien mengatakan
apabila dibawa
duduk atau tidur
kepalanya tidak
terasa pusing
namun bila dibawa
berjalan atau berdiri
kepala terasa
pusing.
3. Klien menerima
saran dari perawat
klien mengatakan
akan beristirahat.
4. Klien mengatakan
klien ingin sekali
bisa tidur namun
sulit.
5. Klien tampak
gelisah.
6. Transfusi darah
telah di
berikanpada pukul
Irma R
93
pemberian PRC 12.00 WITA,
sebelum trasfusi
diberikan terlebih
dahulu diberikan
NaCl,
dexamethasone,
Dhipinehidramine.
Dengan tetesan
transfusi 30
gtt/menit.
Transfusi selesai
pukul 14.15 WITA
dan langsung
digantikan dengan
NaCL dengan 20
gtt/menit.
6 20/03/2019
13.00
WITA
Resiko
penularan
penyakit malaria
berhubungan
dengan kurang
pengetahuan
tentang penyakit
malaria,
kebersihan
lingkungan dan
pola hidup.
1. Memberikan
pendidikan
kesehatan tentang
apa itu malaria,
bagaimana cara
penularan malaria,
apa gejala malaria,
apa akibat penyakit
malaria dan
bagaimana
pencegahan
malaria. Media
yang digunakan
berupa leaflet.
1. Klien dan keluarga
mendengarkan
penjelasan perawat
tentang penyakit
yang dideritanya
dengan baikdan
mengangguk tanda
mengerti.Klien dan
kluarga juga
mengajukan
pertanyaaan apakah
penyakit malaria
menular melalui
semakan atau
seminum dengan
klien yang
menderita penyakit
malaria. Ketika
dievaluasi klien
dapat mengulang
kembali materi
yang telah
disampaikan.
Irma R
1 21/03/2019
09.00
WITA
Perubahan
perfusi jaringan
berhubungan
dengan
penurunan
komponen
seluler yang di
1. Memeriksa tanda-
tanda vital.
1. TTV :
TD : 110/70 mmHg
Nadi :80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 370C
Klien mengatakan
malam tadi setelah
Irma R
94
perlukan untuk
pengiriman
oksigen dan
nutrient dalam
tubuh.
2. Mencatat adanya
keluhan pusing.
3. Menganjurkan
klien untuk sedikit
beraktivitas atau
mengubah posisi
seperti duduk
jangan bebaring
terus.
4. Mengobservasi
perubahan sensori
dan tingkat
kesadaran klien.
meminum obat
clobazam sebelum
tidur klien bisa
tidur dengan
nyenyak dari jam
23.00- 05.00.
Tubuh klien masih
dirasakan sering
berkeringat namun
sudah tidak merasa
panas lagi. Dan
tubuh klien merasa
lebih enakan dan
tidak terasa sakit
lagi ataupun pegal-
pegal skala nyeri 0
(1-5).
2. Klien mengatakan
kepalanya sudah
tidak merasa pusing
lagi baik duduk
ataupun berdiri
namun apabila
berjalan ke kamar
mandi masih
diperlukan bantuan
karena tubuh klien
masih merasa
lemah.
3. Klien mau
mendengarkan
saran perawat dan
klien langsung
mengubah
posisinya dari tidur
menjadi duduk
dengan bantal
disandarkan
dibelakang tubuh.
4. Klien tampak
tenang namun
lemah
(composmentis).
5. Hasil labor klien
95
5. Memeriksa hasil
Labor
haemoglobin klien.
pada tanggal
21/03/2019 yaitu 9
gr/dl.
2 21/03/2019
09.30
WITA
Resiko
ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan intake
yang tidak
dekuat:
anorexia,
mual/muntah.
1. Menganjurkan
klien untuk makan
makanan dalam
keadaan hangat.
2. Menganjurkan
klien untuk makan
makanan lunak
dalam porsi kecil
tapi sering.
3. Diskusikan
makanan yang
disukai klien dan
masukan dalam
diet murni.
4. Melaksanakan
pemberian obat
anti emetik.
1. Klien langsung
memakan makanan
yang telah
disediakan oleh ahli
gizi.
2. Klien terlihat
menghabiskan ¾
makanan yang ada.
3. Klien mengatakan
klien selera makan
nasi dengan sayur
santan dan ikan
sambal,
keluargapun
memberikan
makanan yang
diinginkan klien,
klien terlihat dapat
mengahabiskan 6
sendok makan.
4. Klien mengatakan
akan meminum
obat yang diberika
tepat waktu dan
rutin obat yang
tersedia untuk hari
ini yaitu
omeparazole 1x1
PO sebagai
pengahambat
produksi asam
lambung,
donperidon 3x1 PO
sebagai anti emetik,
scopamin 3x1 PO
sebagai anti nyeri,
neorodex 2x1 PO
sebagai
multivitamin
B1,B6,B12,
Rina f
96
5. Monitor
perkembangan
berat badan.
cefotaxime vial IV
diberikan oleh
perawat 2x1 pada
pukul 06.00 WITA
dan 18.00 WITA
sebagai antibiotik
dan clobazam
diminum sebelum
tidur malam
nantisebagai obat
penenang.
5. Berat badan klien
tetap 49 kg.
3 21/03/2019
10.15
WITA
Gangguan
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan fisik.
1. Mengobservasi
respons klien
terhadap aktivitas.
1. Klien mengatakan
klo berjalan
seperti mau
kekamar mandi
masih diperlukan
bantuan walau
sudah tidak
merasa pusing lagi
ketika berjalan
namun tubuh
masih terasa
lemah .
Irma R
4 21/03/2019
11.00
WITA
Resiko
penularan
penyakit malaria
berhubungan
dengan kurang
pengetahuan
tentang penyakit
malaria,
kebersihan
lingkungan dan
pola hidup.
1. Mengingatkan
kembali kepada
klien dan keluarga
apa itu malaria,
bagaimana cara
penularan malaria,
apa gejala malaria,
apa akibat penyakit
malaria dan
bagaimana
pencegahan
malaria.
2. Menganjurkan
keluarga dan klien
untuk memelihara
dan meningkatkan
kebersihan diri dan
lingkungan, karena
dengan lingkungan
1. Klien
menyebutkan
malaria
disebabkan oleh
parasit
(plasmodium)
ditularkan
kemanusia
melalui gigitan
nyamuk. Gejala
malaria dapat
berupa menggigil,
tidak nafsu
makan, tubuh
terasa panas dan
dapat
mengakibatkan
anemia karena sel
darah merah
Irma R
97
yang nyaman
nyamuk tidak akan
berkembang biak.
3. Mengajurkan klien
untuk membasmi
sarang nyamuk
atau tempat
perkembangbiakan
nyamuk yang ada
disekitar rumah
pada saat pulang
nantiseperti
menimbun
genangan air,
jangan terlalu
banyak pakaian
yang
bergantungan.
hancur dirusak
oleh parasit. Cara
pencegahan
malaria dengan
menghindardari
gigitan nyamuk
seperti tidur
menggunakan
kelambu,
menggunakan
obat penolak
nyamuk,
menggunakan
pakaian tertutup
bila perlu,
memasang kawat
kasa pada
ventilasi dan
membersihkan
sarang nyamuk
atau lingkungan.
2. Keluarga dan
klien mengangguk
tanda menyetujui
saran perawat dan
keluarga pun
tampak
membersihkan
lingkungan sekitar
tempat tidur klien.
3. Klien mengatakan
iya ketika pulang
nanti klien dan
keluarga akan
menjaga
kesehatan dan
kebersihan
lingkungan
dengan lebih baik
lagi agar terhidar
dari penyakit
malaria atau
penyakit lainya.
1 22/03/2019 Perubahan 1. Memeriksa tanda- 1. TTV
98
08.30
WITA
perfusi jaringan
berhubungan
dengan
penurunan
komponen
seluler yang di
perlukan untuk
pengiriman
oksigen dan
nutrient dalam
tubuh.
tanda vital dan
menanyakan
keluhan klien.
TD :120/70
mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 370C
Klien mengatakan
tubuhnya sudah
merasa lebih baik
sudah tidak
merasapegal-pegal
lagi ataupun nyeri
pada sendi dan otot,
kepala sudah tidak
terasa pusing lagi.
Tubuh sudah tidak
terasa panas lagi
dan berkeringat
agak berkurang.
Malam tadi klien
nyenyak tidur klien
tidur dari jam 22.00
WITA-05.00WITA.
Irma R
2 22/03/2019
09.00
WITA
Resiko
ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan intake
yang tidak
dekuat:
anorexia,
mual/muntah.
1. Menganjurkan
klien untuk makan
makanan dalam
keadaan hangat.
2. Menganjurkan
klien untuk makan
makanan lunak
dalam porsi kecil
tapi sering.
3. Mendikusikan
makanan yang
disukai klien dan
masukan dalam
diet murni.
1. Klien langsung
memakan makanan
yang telah disediakan
oleh ahli gizi.
2. Klien tampak
menghabiskan
seluruh makanan
yang disajikan oleh
ahli gizi. Mual (-),
muntah (-)
3. Klien mengatakan
klien selera makan
bubur ayam, lalu
keluargapun pergi
membelikan bubur
ayam untuk klien
dan terlihat klien
dapat
menghabiskan
semua bubur ayam
yang dibeli. Klien
mengatakan
perutnya sudah
merasa enakan
sekarang sudah
Irma R
99
4. Melaksanakanpem
berian obat anti
emetik.
5. Memonitor
perkembangan
berat badan klien.
tidak ada rasa mual
ataupun nyeri pada
uluh hati.
4. Klien mengatakan
akan meminum
obat yang diberika
tepat waktu dan
rutin obat yang
tersedia untuk hari
ini yaitu
omeparazole 1x1
PO sebagai
pengahambat
produksi asam
lambung,
donperidon 3x1
PO sebagai anti
emetik, scopamin
3x1 PO sebagai
anti nyeri,
neorodex 2x1 PO
sebagai
multivitamin
B1,B6,B12,
cefotaxime vial IV
diberikan oleh
perawat 2x1 pada
pukul 06.00WITA
dan 18.00 WITA
sebagai antibiotik
dan clobazam
diminum sebelum
tidur malam nanti
sebagai obat
penenang.
5. Berat badan klien
49 kg, tinggi badan
155 cm.
3 22/03/2019
10.00
WITA
Gangguan
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan fisik.
1. Mengobservasi
respons klien
terhadap aktivitas.
1. Klien mengatakan
sudah bisa berjalan
kekamar mandi
sendiri tanpa
bantuan, makan
sendiri dan
mengganti pakaian
Irma R
100
sendiri. Klien
mengatakan tubuh
klien sudah merasa
lebih kuat dan tidak
lemah lagi seperti
kemarin. (Klien
hari ini sudah boleh
pulang oleh dokter
dan melakukan
perawatan dirumah/
rawat jalan. Karena
keadaan klien
sudah tampak
membaik).
4 22/03/2019
11.00
WITA
Resiko
penularan
penyakit malaria
berhubungan
dengan kurang
pengetahuan
tentang penyakit
malaria,
kebersihan
lingkungan dan
pola hidup.
1. Mengingatkan
kembali kepada
klien bila pulang
nanti diharapkan
dapat melakukan
pencegahan dari
gigitan nyamuk
seperti yang telah
diajarkan, menjaga
kebersihan diri dan
lingkungan dan
bila muncul tanda
dan gejala demam
diharapkan
keluarga dan klien
dapat menerapkan
cara penatalaksaan
seperti yang telah
diajarkan.
1. Klien dan keluarga
mengatakan iya bila
pulang kerumah
nanti klien dan
keluarga akan lebih
menjaga
kesehatanya agar
tidak mudah sakit.
Klien akan
melakukan saran
perawat akan
melakukan
pencegahan
terhadap penyakit
malaria dengan
menghindar dari
gigitan nyamuk dan
membrantas sarang
nyamuk dan lebih
menjaga kebersihan
lingkungan.
Keluarga
mengatakan
trimakasih telah
memberi
pengalaman dalam
merawat nanti
apabila dikemudian
hari ada yang sakit
insyaallah klien
akan menggunakan
cara-cara yang telah
diajarkan.
101
D. Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.7 Evaluasi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi Paraf
1 21/03/2019 Perubahan perfusi
jaringan berhubungan
dengan penurunan
komponen
seluler yang di
perlukan untuk
pengiriman oksigen
dan nutrient dalam
tubuh.
S : Klien mengatakan
sudah tidak merasakan
sakit kepala lagi.
O:
- TTV :
TD : 100/70
mmHg
Nadi : 80
x/menit
Pernafasan: 20
x/menit
Suhu : 370C
- Akral teraba hangat
- Kulit tampak segar
- Haemoglobin 9
Gr/dl
- Conjungtiva
ananemis
A : Masalah perubahan
perfusi jaringan
berhubungan dengan
penurunan komponen
seluler yang di
perlukan untuk
pengiriman oksigen
dan nutrient dalam
tubuh dapat teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
Irma R
2 21/03/2019 Hipertermia
berhubungan dengan
peningkatan
metabolisme,
efek langsung
sirkulasi kuman pada
hipotalamus.
S : Klien mengatakan
malam tadi setelah
meminum obat
clobazam sebelum tidur
klien bisa tidur dengan
nyenyak dari jam
23.00- 05.00. Tubuh
klien masih dirasakan
sering berkeringat
namun sudah tidak
merasa panas lagi.
O :
- TTV :
TD : 100/70
Irma R
102
mmHg
Nadi : 80
x/menit
Pernafasan: 20
x/menit
Suhu : 370C
- Pada palpasi tidak
panas lagi
- Mukosa bibir
terlihat lembab
A : Masalah hipertermi
berhubungan dengan
peningkatan
metabolisme, dehidrasi,
efek langsung sirkulasi
kuman pada
hipotalamus dapat
teratasi.
P : Intervensi dihentikan
3 22/03/2019 Resiko
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
intake yang tidak
dekuat ; anorexia,
mual/muntah.
S : Klien mengatakan
perutnya sudah merasa
enakan sekarang sudah
tidak ada rasa mual
ataupun nyeri pada
uluh hati.
O :
- Mual (-), Muntah (-)
- Keadaan umum
membaik
- Klien tampak
menghabiskan
seluruh makanan
yang disajikan oleh
ahli gizi.
- Berat badan : 49 kg
- Tinggi badan : 155
cm
A : Masalah resiko
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
intake yang tidak
dekuat ; anorexia,
Irma R
103
mual/muntah dapa
teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
4 21/03/2019 Nyeri dan
ketidaknyamanan
berhubungan dengan
respons inflamasi
sistemik, mialgia,
artralgia.
S : Klien mengatakan
tubuhnya sudah merasa
lebih enakan dan tidak
terasa sakit lagi
ataupun pegal-pegal,
skala nyeri 0 (1-5).
O :
- Keadaaan umum
klien tampak baik,
dan klien tampak
tenang.
- Klien tidak meringis
kesakitan lagi.
A : Masalah Nyeri dan
ketidaknyamanan
berhubungan dengan
respons inflamasi
sistemik, mialgia,
artralgia, diaforesis,
dapat teratasi.
P : Intervensi di hentikan.
Irma R
5 22/03/2019 Gangguan aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan fisik.
S : Klien mengatakan
sudah bisa berjalan
kekamar mandi sendiri
tanpa bantuan, makan
sendiri dan mengganti
pakaian sendiri. Klien
mengatakan tubuh
klien sudah merasa
lebih kuat dan tidak
lemah lagi seperti
kemarin.
O :
- Klien tampak dapat
melakukan
aktivitasnya sendiri
- Klien tampak lebih
segar dan tidak
terlihat lemah
- Kekuatan otot
Irma R
104
A : Masalah Gangguan
aktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik
dapat teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
6 22/03/2019 Resiko penularan
penyakit malaria
berhubungan dengan
kurang pengetahuan
tentang penyakit
malaria, kebersihan
lingkungan dan pola
hidup.
S : Klien dan keluarga
dapat menjelaskan
dengan bahasanya
sendiri tentang
penyakit malaria cara
penularan,
penatalaksanaan yang
dapat dilakukan dalam
mengatasi demam
malaria dan
pencegahan penyakit
malaria.
O :
- Klien dan keluarga
dapat menjelaskan
kembali cara-cara
penularan penyakit
malaria.
- Klien dan keluarga
dapat menjelaskan
kembali tentang
cara-cara
pencegahan
penyakit malaria.
A : Masalah Resiko
penularan penyakit
malaria berhubungan
dengan kurang
pengetahuan tentang
penyakit malaria,
kebersihan lingkungan
dan pola hidup dapat
teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
Irma R
105
Catatan perkembangan pulang :
Tanggal 22 Maret 2019 Ny. T atas order dan saran dari dokter sudah
diperbolehkan pulang untuk rawat jalan, keadaan umum membaik :
TTV : TD :120/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 370C
Obat yang diberikan omeparazole 1x1 PO, donperidon 3x1 PO, scopamin
3x1 PO, neorodex 2x1 PO, Paracetamol 3x1. Dan klien sudah tahu cara
meminum obat tersebut dirumah dan tujuan dari masing-masing obat
karena sudah dijelaskan cara pemberianya.
106
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. T dengan kasus
Malaria di Ruang Interna RSUD Pasarwajo Kabupaten Buton pada tahun 2019
yang dimulai dari tanggal 18/03/2019 sampai 22 Maret 2019 ditemukan beberapa
persamaan atau kesenjangan antar teori yang ada dengan data yang di dapatkan.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Dalam
mengumpulkan data ditemukan beberapa kesenjangan dan persamaan antara
lain : pada riwayat kesehatan sekarang, pada Ny. T ditemukan keluhan
Demam dirasakan sejak satu minggu yang lalu, tubuh menggigil merasa
kedinginan, merasa mual yang disertai dengan muntah,nyeri pada uluh hati,
lidah terasa pahit, tidak ada nafsu makan, kepala terasa pusing, tubuh terasa
panas, sering berkeringat, seluruh tubuh dirasakan sakit (nyeri pada
persendian dan juga otot) dan pegal-pegal,tubuh terasa lemah, dan klien
mengeluh hasil labor haemoglobinnya rendah yaitu 7,5 gr/dl. Keluhan yang
dialami oleh Ny. T tersebut sama dengan manifestasi klinis yang dapat
ditimbulkan oleh malaria pada tinjauan teoritis. Akan tetapi ada beberapa
gejala pada tinjauan teoritis yaitu pembesaran limpa (splenomegali) dan
pembesaran hepar(hepatomegali) pada kasus Ny. T tidak penulis temukan.
Menurut penulis hal ini disebabkan oleh malaria yang diderita Ny. T belum
terlalu berat sehingga belum terjadi komplikasi lebih lanjut dimana belum
terjadi kerusakan parenkim hati yang menyebabkan hepar dan limpa
terkompensasi.
107
Pada riwayat kesehatan dahulu Ny. T ditemukan bahwa Ny. T dua
tahun yang lalu pernah dirawat di RS selama tiga hari dengan alasan penyakit
yang sama yaitu malaria. Berdasarkan tinjauan toritis bahwa malaria
merupakan penyakit yang sewaktu-waktu dapat kambuh kembali di sebabkan
oleh parasit malaria yaitu plasmodium vivax dan ovale memiliki stadium
dormant (hipnozoit) berdiam dalam hati dan dapat kambuh kembali untuk
menginvasi kembali kedalam darah beberapa minggu atau 1 tahun kemudian,
ini sama dengan yang dialami oleh Ny. T yaitu penyakit malaria yang diderita
mengalami kekambuhan (Muslim, 2009).
Pada riwayat kesehatan keluarga terdapat keluarga Ny. T yang perna
mengalami penyakit malaria yaitu suaminya, anak pertama dan anak kedua.
Berdasarkan tinjauan teoritis menurut pendapat Handayani wiwik (2008)
bahwa malaria merupakan infeksi parasit pada sel darah merah yang
disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke
manusia melalui air liur nyamuk. Pada keluarga Ny. T sepertinya sudah
terjadi penularan penyakit malaria antar keluarga sehingga terdapat keluarga
selain Ny. T yang pernah mengalami penyakit malaria.
Pada pengkajian kebiasaan hidup sehari-hari Ny. T pada kebutuhan
nutrisi Ny. T selama dirumah sakit hanya makan 3sendok makan setiap
makan beda dengan selama dirumah sewaktu sehat klien dapat menghabiskan
1 porsi makan. Klien menemukan kesulitan saat makan yaitu perut terasa
mual, nyeri pada uluh hati, lidah terasa pahit. Pada kebutuhan istirahat dan
tidur Ny. T kurang dari kebutuhan yang seharusnya/ biasanya sebanyak 6-8
jam menjadi 4-6 jam hal tersebut dikarenakan tubuh Ny. T sering terasa
108
panas, sering berkeringat, terasa nyeri pada sendi tulang dan otot, tubuh terasa
pegal sehingga klien menjadi susah untuk tidur. Pada kebutuhan aktivitas
klien klien hanya berada ditempat tidur semua aktivitas klien di bantu oleh
keluarga di karenakan klien mengalami kelemahan fisik. Berdasarkan tanda
dan gejala menurut pendapat Harijanto (2009) bahwa manifestasi klinis pada
malaria serupa dengan yang dialami Ny. T yaitu merasa mual, muntah, tidak
nafsu makan,terasa lesuh/lemah, demam yang dirasakn hilang timbul, nyeri
pada sendi tulang dan otot, tubuh terasa pegal-pegal sehingga menyebabkan
terganggunya kebutuhan istirahat dan tidur Ny. T.
Berdasarkan data sosial ekonomi yang didapatkan pada pengkajian Ny.
T adalah seorang wanita karir yang bekerja di balai POM, dikarenakan klien
sedang sakit pekerjaan klien menjadi terganggu dan klien tidak dapat masuk
kerja. Benar menurut pendapat Harijanto (2011) bahwa malariamerupakan
salah satu masalah kesehatan yang dapat menurunkan produktivitas kerja.
Pada tinjauan kasus hasil laboratorium Ny. T ditemukan beberapa
persamaan pada tinjauan teoritis seperti leukosit darah tinggi : 17.400/mm3
(N = 4.000 – 10.000/mm3), Peningkatan jumlah leukosit ini (disebut
Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi, hemoglobin rendah (7,5
gr/dl) berdasarkan menurut pendapat zulkoni akhsin (2009) malaria dapat
menyebabkan anemia dikarenakan sel darah merah lisis akibat siklus hidup
parasit dan penghancuran sel darah merah baik yang terinfeksi maupun tidak
terinfeksi oleh limpa. Hemaktokrit rendah (23%) menunjukan
penurunanpersentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah.
109
Adapun kesenjangan yang ditemukan pada hasil laboratorium Ny. T
yaitu trombosit normal (320.000 sel/mm3) ini mengalami kesenjangan dengan
yang ada pada tinjauan teori yang seharusnya pada tinjauan teori jumlah
trombosit sering menurun (N = 150.000- 400.000 sel/mm3) menurut penulis
penyakit malaria yang diderita oleh Ny. T belum mengalami penghancuran
trombosit yang berlebihan sehingga tidak terjadi trombositopenia (jumlah
trombosit sering menurun terutama pada malaria berat).Pada pemeriksaan
ureum serum dan kreatinin serum pada Ny. T normal yaitu ureum serum 29.0
mg/dl (N= 20-40 mg/dl) dan kreatinin serum 0.6 mg/dl (N= 0.5-1.2 mg/dl),
ini menunjukan bahwa fungsi ginjal pada Ny. T masih baik dan Ny. T belum
mengalami komplikasi lebih lanjut dari penyakit malaria yang diderita, yang
mana menurut widoyono (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit
malaria adalah GGA (urin <400Ml/24jam, dengan kreatinin darah >3 Mg/dl).
Pada pemeriksaan glukosa sewaktu/BBS pada Ny. T tinggi yaitu 167 mg/dl
(N=70-120 mg/dl) ini menunjukan bahwa Ny. Thiperglikemia sedangkan
menurut widoyono (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada malaria adalah
Hipoglikemia gula darah <40mg/dl menurut penulis Ny. T tidak mengalami
hipoglikemia disebabkan penggunaan glukosa oleh parasit belum terlalu
banyak sehingga tidak terjadi insufiensi insulin sehingga tidak terjadi
hipoglikemia.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan penulis hanya menganalisa data yang
diperoleh dari pengkajian sebelum menegakan diagnosa keperawatan. Dalam
asuhan keperawatan secara teori penulis menemukan 7 diagnosa keperawatan
110
yang muncul pada pasien malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang
timbul menurut Muttaqin, 2011 adalah :
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam
tubuh.
2. Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis
osmotik, diaforesis.
3. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme,
efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
4. Aktual/resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia, mual/muntah.
5. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi
sistemik, mialgia, artralgia.
6. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
7. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola
hidup.
Sedangkan pada tinjauan kasus, penulis hanya menemukan 6 diagnosa
keperawatan yang terdiri dari :
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam
tubuh.
Penulis menegakkan diagnosa ini karena menemukan data bahwa klien
mengeluh kepalanya terasa pusing, akral teraba dingin, kulit pucat, klien
111
tampak gelisah, conjungtiva anemis, mukosa bibir tampak kering, Hb :
7,5 gr/dl, hasil pemeriksaan DDR (+), TTV : TD :110/70 mmHg, Nadi :
90 x/menit, pernafasan : 22 x/menit, suhu : 370C, yang bearti sel darah
merah lisis akibat siklus hidup parasit malaria yaitu plasmodium,
semakin banyak jumlah skizon yang pecah di dalam darah maka semakin
banyak jumlah merozoit yang keluar yang akan menyerang eritrosit baru
sehingga menyebabkan anemia (Zulkoni akhsin, 2009).
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme,
efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data bahwa klien mengeluh
tubuhnya terasa panas, suhu : 380C, pada palpasi tubuh terasa panas,
klien tampak gelisah, mukosa bibir tampak kering dan hasil pemeriksaan
DDR (+), yang berati sudah terdapat plasmodium dalam darah yang
menyebabkan peningkatan sirkulasi endoktoksin pada hipotalamus,
sehingga terjadi perubahan regulasi temperatur pada termoregulator yang
mengakibatkan peningkatan suhu tubuh (Muttaqin, 2011).
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia, mual/muntah.
Diagnosa ini ditegakakan berdasarkan data bahwa klien mengatakan
tidak nafsu makan dan perutnya terasa mual dan muntah 1x, porsi makan
yang dihabiskan terlihat hanya 3 sendok makan, keadaan umum tampak
lemah, klien tampak pucat, mukosa bibir tampak kering, BB :49 kg, TB
:155 cm, karena tidak terjadi penurunan berat badan yang signifikan, dan
berat badan klien masih berada dalam batas normal sesuai dengan umur
112
dan tinggi badan klien, penulis hanya mengangkat diagnosa ini sebagai
resiko.
Mual dan muntah yang disebabkan adaanya plasmodium yang mencapai
sirkulasi gastrointestinal bila tidak segera diatasi dapat mengakibatkan
penurunan berat badan karena intake nutrisi yang tidak adekuat secara
oral, sedangkan yang berada pada tubuh berkurang karena output melalui
muntah yang berlebihan (Muttaqin, 2011).
4. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi
sistemik, mialgia, artralgia, diaforesis.
Diagnosa ini penulis tegakkan karena efek dari respons inflamasi
sistemik parasit pada tubuh menyebabkan terasa pegal-pegal, dan nyeri
pada sendi tulang dan otot (Muttaqin, 2011).
5. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Diagnosa ini penulis tegakan karena efek dari proses penyakit pada
sistem muskuloskletal yang dikarenakan oleh anemia dan kurangnya
asupan nutrisi klien mengakibatkan kelemahan fisik sehingga klien
membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitasnya berdasarkan
tinjauan teoritis menurut Harijanto (2009) bahwa Keluhan prodromal
pada malaria salah satunya berupa kelesuhan.
6. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola
hidup.
Diagnosa ini ditegakkan karena keluarga mengatakan tidak mengetahui
tentang penyakit malaria, cara penularan maupun pencegahannya.
113
Kurangnya pengetahuan keluarga menyebabkan ia banyak bertanya
mengenai keadaan penyakit yang diderita.
Diagnosa resiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan
diuresis osmotik, diaforesis, tidak penulis angkat karena tidak ditemukan
tanda-tanda kekurangan cairan yang berat pada Ny. T seperti turgor kulit
klien masih baik, haluaran urine adekuat, terpasang infus RL dan D5% (1:1)
20 tt/ menit, klien masih mau minum sehingga defisit volume cairan tidak
terjadi.
Dari pengkajian keperawatan yang penulis lakukan penulis menemukan
diagnosa baru yang tidak ada pada tinjauan teori yaitu gangguan istirahat dan
tidur berhubungan dengan hipertermi dan nyeri pada sendi tulang dan otot,
namun diagnosa ini tidak penulis angkat karena menurut penulis klien tidak
dapat tidur disebabkan hipertermi. Sedangkan tujuan dari dilakukannya
tindakan keperawatan adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
mengatasi masalah yang menjadi prioritas agar masalah lain yang
ditimbulkan dapat teratasi (deswani, 2009). Jadi penulis mengangkat masalah
hipertermi dan gangguan rasa nyaman nyeriyang menjadi prioritas karena
dapat menimbulkan masalah lain pada klien yaitu kebutuhan istirahat dan
tidur menjadi terganggu
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang penulis susun pada studi kasus telah mengacu
pada asuhan keperawatan secara teoritis dengan disesuaikan pada prioritas
masalah keperawatan yang dirumuskan. Penulis membuat intervensi dan
prioritas waktu dengan menyesuaikan pada masalah keperawatan yang
114
ditemukan dan sesuai dengan kemampuan yang dipunyai oleh penulis untuk
menyelesaikan/ mengatasi masalah dengan memanfaatkan fasilitas yang ada.
Intervensi yang ada pada tinjauan teoritis menurut Muttaqin (2011) dapat
direncanakan pada kasus.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pengolahan data dan perwujudan dari rencana
tindakan keperawatan, meliputi tindakan yang telah direncanakan oleh
perawat dalam membantu klien. Dalam melakukan tindakan keperawatan
harus memperhatikan kenyamanan dan keadaan klien. Dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan pada Ny. T dengan penyakit malaria di ruang rawat
inap Ruang Interna RSUD Pasarwajo Kabupaten Buton, penulis melakukanya
selama lima hari perawatan dan yang dilakukan adalah sesuai dengan
perencanaan.
Pelaksanaan tindakan perawatan pada klien dapat dilakukan dengan
baik karena faktor yang mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
ini. Adapun faktor pendukung lain antara lain :
1. Adanya kerja sama dan kolaborasi antar tim kesehatan yang lain dan
yang paling mendukung adalah kerjasama antara penulis dan keluarga.
2. Karena adanya motivasi yang kuat dari keluarga untuk kesembuhan klien
sehingga keluarga selalu mendukung dan melaksanakan anjuran perawat.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan, yang
digunakan sebagai alat ukur berhasil atau tidaknya tindakan keperawatan
kepada klien, sesuai dengan diagnosa, tujuan dan kriteria hasil. Dari 6
115
diagnosa keperawatan yang telah disusun sesuai dengan masalah utama,
selama melakukan lima hari perawatan pada Ny. T dengan penyakit malaria
sejak tanggal 18/03/2019 sampai 22 Maret 2019 dapat dikatakan berhasil,
dimana hasil akhir dari evaluasi didapatkan bahwa semua masalah yang ada
dapat teratasi pada tanggal 21 dan 22 Maret 2019.
116
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari
genus plasmodium yang ditularkan pada manusia melaluit gigitan
nyamuk jenis anopheles betina, penyakit ini dapat menyerang segala ras,
usia, dan jenis kelamin. Dikenal empat spesies dari genus plasmodium
yang hidup sebagai penyebab penyakit malaria pada manusia yaitu :
Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,
Plasmodium ovale. Berbeda dengan penyakit-penyakit lain, malaria tidak
dapat disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-
gejala penyakit. Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena
parasit dapat tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup. Adapun tanda
dan gejala yang dapat di timbulkan oleh malaria berupademam periodik,
anemia dan splenomegali.
2. Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny. T dengan penyakit malaria,
penulis mendapatkan data-data pengkajian meliputi : identitas pasien,
riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik, data psikologi, data sosial
ekonomi, data spiritual, data penunjang, penatalaksanaan medis, dan
kebiasaan sehari-hari klien.
3. Setelah data-data tersebut terkumpul, penulis menganalisa data yang
telah ditemukan untuk menemukan masalah keperawatan klien,setelah itu
117
penulis menyusun diagnosa keperawatan untuk menunjang proses
keperawatan dan ditemukan enam diagnosa keperawatan pada Ny. T.
4. Berdasarkan diagnosa keperawatan, penulis menyusun intervensi yang
disesuaikan dengan tinjauan teori menurut Muttaqin (2011) dengan
mempertimbangkan prosedur kebijakan dan fasilitas diruangan rawat
inap tempat klien dirawat, serta disesuaikan juga dengan kemampuan
penulis dan keadaan klien.
5. Kemudian rencana-rencana tersebut penulis implementasikan pada klien
dan keluarga, sekaligus mengevaluasi setiap respon hasil atau kemajuan
klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
6. Pada evaluasi di semua tindakan keperawatan dikategorikan berhasil
karena dari enam diagnosa yang disusun sesuai masalah pada Ny. T
menunjukan bahwa semua masalah dapat teratasi dengan baik.
7. Analisa antara konsep teori dan kasus yang telah ditemukan pada Ny. T
yang tentunya terdapat beberapa kesenjangan dan persamaan yang
semuanya telah dibahas di bab pembahasan.
8. Dari proses keperawatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa pada Ny. T mengalami penyakit malaria, setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama lima hari penyakit malaria yang di
sebabkan oleh plasmodium vivax dan telah menyebabkan anemia pada
Ny. T dapat teratasi begitupun dengan gejala yang lain seperti hipertermi,
nyeri pada sendi tulang dan otot, tubuh terasa pegal-pegal, merasa mual
yang disertai muntah, tidak nafsu makan dan kelesuhan sudah tidak
dirasakan lagi.
118
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan alternatif
pemecahan masalah yang berupa saran-saran, yaitu untuk mencapai asuhan
keperawatan yang optimal.
1. RSUD Pasarwajo Kabupaten Buton
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas sebagai standar
praktek keperawatan yang berlaku dan dapat meningkatkan sarana dan
prasarana kesehatan yang ada di RSUD Pasarwajo Kabupaten Buton
untuk dapat menunjang pengobatan dan perawatan pada pasien dengan
penyakit malaria yang dirawat di RSUD Pasarwajo Kabupaten Buton dan
dapat meningkatkan sumber daya manusia dengan banyak mengadakan
pelatihan-pelatihan ataupun seminar mengenai masalah malaria sehingga
menambah ilmu dan wawasan para perawat.
2. Institusi pendidikan/Akademik
Kepada pihak akademik diharapkan dapat lebih memperluas dalam
pemberian materi tentang malaria dan dapat menambah buku-buku
tentang Malaria edisi terbaru sehingga peneliti selanjutnya tidak kesulitan
mencari untuk referensi.
3. Penulis selanjutnya
Diharapkan pada penulis selanjutnya yang berminat untuk meneliti
masalah ini lebih jauh dan mendalam hendaknya untuk meneliti masalah
ini dengan menggunakan tempat yang berbeda dengan teknik yang lain
sehingga diperoleh keragaman hasil penelitian yang berkaitan dengan
119
penyakit malaria seperti “Hubungan prilaku pencegahan malaria terhadap
kejadian malaria”. “Faktor faktor risiko yang mempengaruhi kejadian
malaria” dengan menggunakan metode penelitian observasional.
120
DAFTAR PUSTAKA
Sucipto, Cecep Dani. 2017. Manual Lengkap Malaria. Jakarta : EGC
Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta
: Kemenkes RI; 2014.
Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes
RI Dinkes Prov.Sultra. 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun
2016. Kendari
Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction
Robbins. 2007. Buku ajar : Patologi. Jakarta : EGC
Tarwoto et al. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Cetakan Pertama. Trans Info Media: Jakarta
Smeltzer, S. C. And Bare, B. G. 2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Sudart Edisi 8. Jakarta: EGC
Moorhead, sue et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5.
Singapore: Elsevies, Alih Bahasa Intansari Nurjannah & Roxsana Devi
Tumanggor
Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 3. Yogyakarta:
Medication Publishing
Budiono, Sumirah Budi Pertami. 2015. Konsep dasar Keperawatan. Jakarta :
Bumi Medika
121
Bulechek, Gloria M et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi
6. Singapore: Elsavier, Alih Bahasa Intansari Nurjannah & Roxsana Devi
Tumanggor.
122
123
124
125
126
Recommended