View
14
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
ARTIKEL PENELITIAN
MEDIA PEMBELAJARAN SENI TARI
BERBASIS MEDIA NON PROYEKSI DUA DIMENSI DAN TIGA DIMENSI
SEBAGAI SUMBER KREATIVITAS SISWA SEKOLAH DASAR
DI SDN SUKATALI SUMEDANG
Oleh. E, DJ. Rosala, Agus Budiman, Agus Supriyatna,
ABSTRAK
Pengembangan media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi merupakan salah
satu program riset di dalam membantu peningkatan kualitas pembelajaran seni tari di
Sekolah Dasar khususnya di kelas IV SDN Sukatali Sumedang. Penelitian ini, berangkat dari
fenomena bahwa penggunaan media pembelajaran yang dilakukan oleh guru dirasakan
belum mencapai hasil yang optimal, antara lain guru kurang memahami penggunaan media
yang dijadikan sebagai alat bantu untuk mempertinggi tingkat keberhasilan pembelajaran.
Atas dasar itu, penelitian ini merupakan salah satu upaya penggalian potensi siswa sekaligus
dalam memotivasi siswa ke arah pengembangan kemampuan kreatifnya.
A. PENDAHULUAN
Pengembangan media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi merupakan
salah satu program riset di dalam membantu peeningkatan kualitas pembelajaran seni tari
di Sekolah Dasar khususnya di kelas IV SDN Sukatali Sumedang.
Kendala di lapangan, penggunaan media pembelajaran masih kurang
diperhatikan dan guru cenderung mengajar hanya berdasarkan pada materi teks dengan
tanpa memberikan contoh konkret, baik secara konteks maupun makna dari pembelajaran.
Hal demikian dapat berakibat kurangnya motivasi siswa dalam mengembangkan
kreativitas pembelajaran seni tari. Di samping itu, persoalan yang dipandang perlu untuk
dikaji ulang berkaitan dengan masalah metodologi pembelajaran yang didasarkan atas
tujuan,materi,metode,media,dan evaluasi. Atas dasar itu, pengembangan media
pembelajaran seni tari berbasis nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi dapat dijadikan
sebagai sumber kreativitas siswa di sekolah.
Mengingat kedudukan seni tari sebagai media pendidikan, maka dalam proses
pembelajaran idealnya diarahkan pada suatu pengembangan pengalaman seni peserta
didik ke arah kreatif (kreativitas) bukan sebagai performance, (penari profesional). Oleh
2
karena itu, pengajar (guru seni tari) mesti lebih berhati-hati di dalam memilih bahan
materi dan unsur metodologi pembelajaran lainnya agar para siswa memahami tari
sebagai suatu cara tersendiri bagi pengungkapan kembali nilai-nilai estetis yang dijumpai
dalam kenyataan. Fenomena ini sebagaimana dikatakan Tjetjep Rohendi Rohidi
(2000:23) bahwa “Pendidikan melalui seni (pendidikan seni tari), diidealkan mempunyai
peran kunci dalam pengembangan kreativitas peserta didik. Sifat-sifat yang melekat pada
pendidikan seni antara lain : imajinasi, sensibilitas, dan kebebasan, memberi peluang bagi
terciptanya proses pengembangan kreativitas. Peran pendidikan seni baik secara ideal
maupun faktual dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan kreativitas”.
Semua siswa pada dasarnya, memiliki potensi kreatif yang harus dikembangkan
agar mampu hidup penuh gairah dan produktif dalam melaksanakan tugasnya. Kesadaran
akan kemampuan kreativitas ini harus dibangun dan digali untuk memacu keberhasilan
siswa dalam kerangka yang lebih panjang demi menyongsong masa depan, yaitu
meningkatkan sumber daya manusia yang potensial guna memasuki abad 21. Fenomena
ini mesti dimaknai oleh pengajar seni tari sebagai salah satu upaya penggalian potensi
siswa sekaligus dalam membantu siswa ke arah pengembangan kemampuan kreatifnya.
Proses pendidikan semacam ini harus mampu digunakan untuk “menciptakan individu
yang lebih baik, membantu individu tumbuh, dan berkembang lebih besar, lebih tinggi,
lebih bijaksana, lebih perspektif dan lebih kreatif dalam semua aspek kehidupann”
(Maslow dalam Nurisisto, 2000 : 21)
Dalam mengantisipasi kondisi di atas, perlu berinovasi dalam menciptakan dan
mengembangkan media pembelajaran seni tari yang dapat dijadikan sebagai alat bantu
pendidik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Media pembelajaran
yang dikembangkan hendaknya mampu membantu menciptakan pembelajaran bermakna
bagi siswa dan relevan dengan kondisi perkembangan ilmu dewasa ini. Klasifikasi media
pembelajaran dapat dikategorikan yakni media yang diproyeksikan dan tidak
diproyeksikan (non proyeksi). Media yang diproyeksikan penekanannya pada unsur-unsur
teknologi canggih seperti projected media, video pembelajaran, kaset dan lain sejenisnya.
Kategori kedua, media non proyeksi penekanannya lebih mengarah pada pemangfaatan
media yang kurang berkaitan dengan persoalan teknologi. Karakteristiknya, dapat dibagi
ke dalam dua bagian yakni media dua dimensi dan tiga dimensi. Media pembelajaran non
proyeksi dua dimensi contohnya seperti gambar, photo, lukisan dan lain sejenisnya,
3
sedangkan media non proyeksi tiga dimensi terdiri dari patung, robot, dan lain
sebagainya.
Atas dasar latar belakang masalah di atas, kami memiliki pemikiran inovasi
dalam mengembangkan media pembelajaran seni tari berbasis media non proyeksi dua
dimensi dan tiga dimensi sebagai salah satu alternatif untuk menjembatani persoalan atau
kesulitan para pengajar seni dalam memilih dan menentukan media pembelajaran yang
mampu menstimulus kompetensi kreatif siswa. Kami telah mempelajari dan menganalisis
kurikulum baru (KTSP) yang menuntut adanya kreativitas dan produktivitas guru di
dalam mengembangkan media dan model-model pembelajaran yang berorentasi pada
perubahan siswa secara kognitif, afektif dan psikomotorik (student center).
B. PERMASALAHAN
Kenyataan di lapangan, komponen media kadangkala kurang diperhatikan oleh
para pengajar seni tari di sekolah. Oleh karena, pada umumnya mereka lebih cenderung
mengajar dengan materi dan metodologi yang memiliki sifat konvensional.
Kecenderungan yang terjadi mereka hanya mengajarkan teks materi, tanpa mengindahkan
konteks dan makna dari pembelajaran. Tujuan yang ingin dicapai hanya kecerdasan
secara motorik, tanpa mempertimbangkan aspek lainnya seperti kecerdasan emosional,
intelektual (estetik, etika, nilai dan makna pembelajaran yang dilaksanakan). Salah satu
faktor yang yang menyebabkan kondisi pembelajaran seni tari tersebut adalah peranan
media kurang memiliki kontribusi di dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Padahal komponen media sangat berperan aktif di dalam menghidupkan
suasana pembelajaran yang dinamis dan produktif. Di samping itu, melalui media yang
dipersiapkan secara matang akan mampu menumbuhkembangkan potensi kreatif yang
dimiliki anak sehingga kebiasaan berfikir kreatif akan lebih mudah menggiring
perkembangan prilaku siswa kearah yang lebih matang.
Atas dasar dari permasalah di atas, perlu diteliti dan dikembangkan mengenai
media pembelajaran khususnya dalam pembelajaran seni tari. Adapun masalah yang
diangkat adalah pengembangan media pembelajaran seni tari berbasis media non proyeksi
dua dimensi dan tiga dimensi sebagai sumber kreativitas siswa pada tingkat sekolah
dasar.
Agar masalah-masalah penelitian yang akan diungkap lebih terfokus dan terarah,
maka akan dibatasi ke dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
4
1. Bagaimana proses pembelajaran seni tari melalui stimulus media pembelajaran non
proyeksi dua dimensi dan tiga dimensi ?
2. Bagaimana hasil pengembangan media non proyeksi dua dimensi dan tiga dimensi
terhadap kegiatan kreativitas siswa dalam pembelajaran seni tari ?
Melalui rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Memperoleh data mengenai tentang proses pembelajaran seni tari melalui stimulus
media pembelajaran non proyeksi dua dimensi dan tiga dimensi.
2. Mendeskripsikan hasil pengembangan media non proyeksi dua dimensi dan tiga
dimensi terhadap kegiatan kreativitas siswa dalam pembelajaran seni tari?
C. KERANGKA TEORETIK
1. Hakekat Pendidikan Seni Tari Pada Tingkat Sekolah Dasar
Pendidikan seni di sekolah dasar merupakan bidang pelajaran yang berfungsi
memberikan landasan estetis, etis dan filosofis, termasuk di dalamnya bidang pelajaran
seni tari. Kepekaan berfikir, imajinasi dan perwujudkan sikap kreatifnya lebih banyak
dikembangkan oleh potensi sensor motorik di dalam menangkap stimulus dari
lingkungannya. Kecenderungan proses pembelajaran yang nampak adalah siswa lebih
banyak bermain, meniru dan merespons benda atau perbuatan yang ditangkapnya melalui
potensi indrawinya. Peluang dalam menggali sikap-sikap kreatif dari siswa akan lebih
banyak kesempatan dari sumber-sumber pembelajaran yang berangkat dari kemampuan
siswa masing-masing. Dalam hal ini Sal Murgianto (1993 : 27) mengungkapkan bahwa
“Nilai tari dalam dunia pendidikan menurut hemat kami, bukan terletak pada latihan
kemahiran dan keterampilan gerak semata-mata tetapi lebih pada kemungkinannya untuk
memperkembangkan daya ekspreasi anak.
Tari sebagai suatu pengalaman kreatif menurut Alma Hawkin (2003) bahwa “Tari
adalah ekspresi manusia yang paling dasar dan paling tua. Melalui tubuhnya, manusia
memikirkan dan merasakan ketegangan dan ritme-ritme alam sekitarnya, dan selanjutnya
menggunakan tubuh sebagai instrument, ia mengekspresikan respons-respons perasaan
kepada alam sekitar. Melalui struktur persepsi-persepsi perasaannya ia menciptakan tari.
Melalui tarinya ia dapat berhubungan dengan sesamanya dan dunianya. Motivasi
ekspresi seperti itu, menyebabkan perkembangan tari sebagai seni. Tari sebagai karya
seni dapat digambarkan sebagai ekspresi perasaan dalam diri manusia yang dirubah oleh
imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak”.
5
Aktivitas kreatif menggabungkan pengetahuan kita akan suatu peristiwa yang
merangsang dengan pengetahuan hubungan kita terhadapya. Hal ini merupakan
identifikasi diri dengan pengalaman sebagai pusat usaha yang sangat kreatif.
Penelitian ke dalam alam tari menghasilkan suatu filosofi yang didasarkan pada
keyakinan yang fundamental dalam kapasitas-kapasitas artistik sifat dasar manusia serta
dalam nilai-nilai ungkap melalui aktivitas kreatif yang hebat dari seni. Dari filosofi ini
harus disusun suatu teori yang akan merupakan suatu tanda tujuan-tujuan dimana tari
akan menyelesaikan sebaik mungkin sebagaimana rumusan prinsip-prinsip pokok yang
mendasarinya. Satu contoh rumusan tersebut desakan terhadap dimana tari dialami
sebagai suatu sarana akspresi yang cukup memadai,sehingga jika gerakan-gerakan alam
intelektual, emosional spiritual dikoordinasikan dengan aktivitas-aktivitas gerak tubuh,
akan menghasilkan ungkapan hidup yang dinamis (Doubler, 1985 : 17).
Apabila dikaji lebih lanjut bahwa pola pembelajaran yang ditawarkan oleh Alma
Hawkin lebih potensial di dalam mengembangkan suatu pembelajaran yang dianggap
bermakna bagi siswa (meaning full). Berdasarkan pandangan para pakar di atas, dapat
kita maknai secara mendalam bahwa perkembangan dan pertumbuhan seseorang banyak
dipengaruhi oleh stimulus yang diterima dari sekelilingnya. Pemahaman ini dijadikan
sebagai landasan teori sekaligus titik tolak konsep kami di dalam mengembangkan media
pembelajaran seni tari berbasis media non proyeksi dua dimensi dan tiga dimensi sebagai
upaya meningkatkan kompetensi kreatif siswa dan sumber kreativitas dalam
pembelajaran.
Pada dasarnya kedudukan media dalam pembelajaran adalah salah satu aspek
penting pembelajaran yang mampu menstimulus siswa dalam mengikuti pembelajaran,
termasuk dalam pembelajaran seni tari. Di samping itu, suasana pembelajaran menjadi
lebih bergairah dan menarik perhatian siswa sehingga mampu menumbuhkan motivasi
belajar yang tinggi. Nana Sujana (2005) mengungkapkan bahwa “penggunaan media
pengajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran”. Artinya melalui
pemangfaatan media pembelajaran secara optimal yang didesain menarik, maka akan
membantu pengajar di dalam mencapai hasil pembelajaran yang memiliki standar
kualitas. Pemahaman ini yang akan dikedepankan kami sebagai titik tolak di dalam
mengembangkan media pembelajaran sebagai bagaian dari komponen yang dibutuhkan
pada saat proses pembelajaran seni tari berlangsung sehingga pola pembelajaran menjadi
lebih bervariatif dan menarik bagi siswa.
6
2.Kerangka Konseptual
Pengembangan Media Pembelajaran Seni Tari
Berangkat dari gambar di atas, kami mencoba membuat kerangka konseptual
dalam memproposionalkan setiap komponen yang mendukung dalam pembelajaran seni
tari. Melalui gambar di atas pula, kami mencoba menjelaskan bahwa media merupakan
salah satu bagian penting dari komponen PBM yang turutserta mendukung keberhasilan
pembelajaran yang dilaksanakan.
Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang
dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara
pendidik dengan peserta didik (Heinich, dkk,1996). Media pembelajaran berperan sebagai
perantara dalam pembelajaran yang dilakukan oleh antara pendidik dengan peserta didik.
Heinich, Molenda, & Russel mengemukakan klasifikasi media yang dapat digunakan
dalam kegiatan pembelajaran yaitu (1) Media yang tidak diproyeksikan, (2) Media yang
diproyeksikan (projected media), (3) Media audio, (4) Media video dan film, (5)
Komputer, dan (6) Multimedia berbasis komputer.
Media yang tidak diproyeksikan terdiri dari beberapa jenis yaitu : benda nyata
(realita), replika dan model, kit multimedia, simulator, bahan cetakan (printed materials),
foto, gambar, chart, poster dan grafik. Berdasarkan bentuknya, jenis media ini dapat
PBM Seni Tari Media
Pembejaran Non Proyeksi
Tujuan
Komponen PBM
Standar Kompentensi
Kreatif Siswa
Sistem Evaluasi
7
diklasifikasikan ke dalam media dua dimensi dan media tiga dimensi. Bahan cetakan
seperti gambar, chart, poster, foto dan grafik tergolong sebagai media dua dimensi.
Sedangkan realia, replika, model, dan simulator dapat digolongkan sebagai media tiga
dimensi. Setiap jenis media mempunyai karakteristik yang spesifik jika digunakan dalam
aktivitas pembelajaran. Media dua dimensi dapat berbentuk gambar yang
mempersentasikan suatu objek dan prosedur yang dapat dipelajari untuk menguasai suatu
pengetahuan dan keterampilan tertentu. Dari uraian di atas, terkait dengan kepentingan
penelitian yang akan dilaksanakan, media pembelajaran yang akan dikembangkan adalah
media non proyeksi dua dimensi dan tiga dimensi dengan objek dan tematis yang
berbeda. Di bawah ini adalah penjelasan klasifikasi media non proyeksi yang akan
dikembangkan sebagai berikut :
Klasifikasi Media Non Proyeksi Yang Akan Dikembangkan
D. Konsep Belajar dan Proses Kreatif Pembelajaran Seni Tari
1. Konsep Belajar
Berbicara mengenai teori belajar tidak akan lepas dari persoalan pendidikan
sebagai bagian intergral dari proses belajar yang menjadi salah satu bagian aktivitas
manusia. Secara umum, banyak para pakar yang memaknai pendidikan sebagai suatu
upaya seseorang yang dilakukan dalam keadaan sadar untuk menumbuhkembangkan
Dua Dimensi
Media
Pembejaran Non Proyeksi
Tiga Dimensi
Contohnya :
Gambar, Lukisan, Photo Dll
Contohnya :
Patung, Robot, Tanaman
(Bunga), boneka Dll
8
segala kemampuan yang dimilikinya melalui suatu proses yang disebut kegiatan
pengajaran. Pada hakekatnya terkandung dua konsep kependidikan yang berkaitan dengan
lainnya, yaitu belajar ( learning ) dan pembelajaran ( intruction ). Konsep belajar berakar
pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Menurut
Gage (1984 : 47) mengungkapkan sebagai berikut.
Belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah prilakunya
sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E Garret berpendapat bahwa
belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui
latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan
cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.
Apabila memperhatikan pendapat di atas, bahwa esensi dari belajar adalah
perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara
terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi
apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatanya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi
itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi. Pada tataran implementasinya konsep
pembelajaran lebih terlihat pada proses interaksi edukatif dari kedua belah pihak yakni
peserta didik dan pengajar (guru) yang ditunjang oleh komponen-komponen pengajaran
lainnya.
Dalam pandangan yang masih selaras belajar merupakan aktivitas pribadi dan
bersama. Pengalaman individual merupakan salah satu sumber pengetahuan yang amat
penting. Aktivitas diri merupakan dasar dari semua proses pembelajaran.Peserta didik
belajar dengan cara kegiatan, mengalami sendiri dan dengan mengadakan percobaan-
percobaan. Oleh karena itu, mestinya program kegiatan dan mata pelajaran disusun
sesuai dengan minat, kematangan dan kemampuan peserta didik. Dalam hal ini Sanjaya
(2006:100) menegaskan sebagai berikut.
Selanjutnya ada, yang mendefinisikan; ‘’belajar adalah berubah’’. Dalam hal ini
yang di maksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan
membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar.Perubahan tidak
hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk
kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian
diri.
Bertitik tolak dari berbagai pandangan sejumlah ahli tersebut mengenai belajar,
meskipun di antara mereka para ahli tersebut ada perbedaan mengenai belajar, namun
baik secara eksplisit maupun implisit di antara mereka terdapat kesamaan maknanya,
9
yaitu definisi manapun konsep belajar itu selalu menunjukan kepada suatu proses
perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.
Pembelajaran pada hakekatnya merupakan upaya untuk membelajarkan seseorang
atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode dan
pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Menurut Rogers dalam
knouwles (1979 : 59) mengungkapkan sebagai berikut.
kegiatan belajar bertujuan mengantarkan individu untuk menjadi pribadi atau
menemukan jati dirinya. Dalam hal belajar atau pendidikan merupakan proces of
becoming a person. Bukan proses pembentukan atau proses of being shaped yaitu
proses pengendalian dan manipulasi untuk sesuai dengan orang lain; atau kalau
meminjam istilah Maslow(1966) belajar merupakan proses untuk mencapai
aktualisasi diri. ( self Actualization ).
Apabila memperhatikan dari pendapat di atas, tujuan pembelajaran yang
diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
pendidik, salah satu diantaranya yang menurut penulis penting adalah metodologi
mengajar. Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari
pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya.
2. Proses Kreatif Dalam Pembelajaran Seni Tari
Dalam dunia pendidikan istilah kreativitas selalu menjadi persoalan yang
senantiasa diperbicangkan, diperdebatkan, dan dikembangkan. Tetapi, dalam realitas
sehari-haripun istilah kreativitas sebetulnya sering di dengar dan diperbincangkan serta
bukanlah suatu hal yang asing untuk dimaknai baik di lingkungan masyarakat umum,
keluarga maupun di lingkungan pendidikan. Esensi dari kreativitas pada umumnya selalu
dimaknai sebagai suatu kemampuan seseorang dalam mencipta sesuatu yang dianggap
baru pada saat itu. Pernyataan tersebut sejalan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2001 : 723) bahwa istilah kreativitas mempunyai pengertian “kemampuan seseorang
untuk menciptakan sesuatu”. Akbar (2001:4) mengemukakan tiga pengertian kreativitas
sebagai berikut.
a. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data,
informasi atau unsur-unsur yang ada.
b. Kreativitas (berfikir kreatif atau berfikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan
data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap
10
suatu masalah dimana penekanannya adalah pada kualitas, ketepatgunaan, dan
keragaman jawaban.
c. Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas) dan orisional dalam berfikir,
serta kemampuan untuk mengelaborasikan (mengembangkan, memperkaya dan
memerinci) suatu gagasan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka kreativitas merupakan salah satu
bidang kajian yang menarik namun cukup rumit untuk dimaknai secara mendalam,
sehingga menimbulkan berbagai perbedaan pandangan, definisi kreativitas, karakteristik
dan korelasi. Kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam menemukan cara-cara
baru, melahirkan ide-ide/gagasan baru/membuat kombinasi baru untuk memberikan
banyak alternatif jawaban terhadap penyelesaian suatu masalah melalui proses berfikir
yaitu kelancaran, keluwesan, orisional, kemampuan mengelaborasikan (mengembangkan,
memperkaya, memerinci) suatu gagasan serta membuat penilaian-penilaian yang logis
dengan menggunakan daya fantasi dan imajinasi. Dalam hal Suriadi (1997:7)
mengungkapkan bahwa kreativitas juga merupakan suatu proses yang diawali dengan
permulaan ide-ide/ gagasan baru dari individu dan mencapai puncaknya saat dia
menghasilkan sesuatu yang nyata seperti suatu cara yang baru dan mengatasi hubungan-
hubungan sosial/perasaan negatif.
Lebih jauh Guiford dalam Supriadi (1994:7) mengungkapkan ciri-ciri kemampuan
berpikir kreatif sebagai berikut.
Ada lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif, yaitu kelancaran
(fluency), keluwesan (flexcibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration),
dan perumusan kembali (redefinition). Dari dari kelima poin tersebut dapat
dijelaskan, yaitu kelancaran adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan, keluwesan adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam
pemecahan atau pendekatan terhadap masalah, keaslian adalah kemampuan untuk
menguraikan sesuatu secara terinci, redefinition adalah kemampuan untuk meninjau
persoalan berdasarkan perspektif berbeda dengan apa yang sudah diketahui banyak
orang.
Dari pandangan di atas, menunjukan bahwa kreativitas adalah kemampuan
orsinalitas dalam berfikir serta kemampuan dalam mengelaborasi (mengembangkan,
memperkaya, memerinci) suatu gagasan. Kreativitas merupakan suatu kemampuan
berpikir divergen (kelancaran, fleksibilitas, orsinalitas, dan elaboratif) yang didampingi
sikap-sikap kreatif (rasa ingin tahu yang tinggi, keberanian, tertantang oleh kemajemukan
11
Tindakan Refleksi Perencanaan
dan imajinatif) dan produk kreatif (kebaruan, kepraktisan, kemanfaatan) dalam kegiatan
belajar.
E. PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian dapat dipaparkan ke dalam beberapa
tahapan, seperti gambar disain pembelajaran berikut ini.
Gambar dua dimensi Gambar tiga dimensi
Desain Siklus Pembelajaran
Siklus 1
- Penggalian kreativitas siswa melalui pengenalan
media pembelajaran dua
dimensi melalui gambar
kegiatan tematis petani.
Refleksi 1
Refleksi 1
- Penggalian kreativitas siswa melalui pengenalan
media pembelajaran tiga
dimenasi melalui boneka
binatang : Kelinci, Kera
dan Harimau.
Refleksi 2
Siklus 2
12
Dari gambar di atas, maka dalam hal ini desain pembelajaran seni tari berbasis
media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi yang diimplementasikan peneliti pada
siswa kelas IV di SDN Sukatali terbagi ke dalam beberapa tahapan pembelajarannya.
Adapun tahapan pembelajaran peneliti urutkan sebagai berikut.
1. Penjelasan tentang tema pembelajaran.
2. Pengenalan media
3. Proses Pengamatan Objek
4. Proses Analisis
5. Proses Penafsiran
6. Proses Pengejewantahkan
7. Proses Pemaknaan
Dari pembagian di atas, peneliti bagi kembali sesuai dengan jumlah pertemuan
yang diperlukan selama penelitian dilakukan. Pada pelaksanaannya jumlah pertemuan
yang diperlukan untuk mengimplemtasikan desain pembelajaran seni tari berbasis media
nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi melalui metode kreatif hanya terbagai ke
dalam dua bagian inti pertemuan. Pada pertemuan kesatu materi pembelajaran lebih
diarahkan pada desain pembelajaran dengan menggunakan media nonproyeksi dua
dimensi. Sedangkan Pada inti pertemuan kedua lebih ditekankan pada pengujian desain
pembelajaran dengan menggunakan media tiga dimensi.
1. Proses Penerapan Pengembangan Media Pembelajaran Seni Tari Berbasis
Media Non Proyeksi Dua Dimensi dan Tiga Dimensi
Pada saat pelaksanaan penerapan materi terhadap siswa kelas IV di SDN
Sukatali Sumedang, waktu yang dibutuhkan peneliti untuk menyelesaikan penelitian
dibutuhkan selama kurang lebih 1 bulan. Mulai dari adaptasi peserta didik (objek
penelitian) sampai pada tahapan evaluasi hasil penelitian. Lamanya waktu yang
diperlukan ini sangat erat kaitannya dengan persoalan kebutuhan desain pembelajaran
yang akan diimplementasikan.
Telah dijelaskan dibagian sebelumnya bahwa jumlah pertemuan dalam
penerapan materi penelitian ini terbagi ke dalam dua bagian inti pertemuan. Akan tetapi
pada pelaksanaannya terbagi lagi ke dalam beberapa pertemuan sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Hal ini berkaitan dengan masalah pembelajaran tuntas yang dilaksanakan
peneliti. Materi yang diberikan bersifat pleksibel tetapi tetap sesuai rencana program
13
penelitian yang telah diagendakan sebelumnya. Pembagian ini disesuaikan dengan
kebutuhan penyelesaian program penelitian. Adapun secara jelas gambaran proses
penerapan desain pembelajaran seni tari berbasis media noproyeksi dua dimensi dan tiga
dimensi sebagai sumber kreativitas siswa kelas IV di sekolah dasar negeri Sukatali
Sumedang, diuraikan sebagai berikut.
a. Analisis Kegiatan Pembelajaran Siklus I
Mengamati peristiwa pembelajaran menggunakan media nonproyeksi dua
dimensi yang diwakili melalui media gambar, ternyata banyak sekali aktivitas siswa yang
unik, menarik dan kreatif. Hal ini dapat dilihat bahwa pembelajaran dapat menghidupkan
suasana pembelajaran sehingga para siswa termotivasi terus untuk mengikuti
pembelajaran; memberikan banyak ruang bergerak anak untuk mengaktualisasikan segala
peristiwa emosionalnya melalui bahasa gerak yang dieksplorasinya; mendewasakan anak
untuk berpikir kritis sehingga dapat membantu meningkatkan kecerdasan berpikir anak
terhadap suatu persoalan yang dihadapinya; memberikan pengalaman bermakna melalui
kegiatan kreativitas yang dilakukan oleh masing-maisng siswa sehingga pembelajaran
menjadi lebih bermakna bagi perkembangan psikologisnya.
Pendekatan pembelajaran tidak hanya dilakukan secara ceramah dan diskusi
saja, tetapi didekati pula dengan kegiatan praktek yang dilakukan siswa sebagai bentuk
implementasi hasil dari analisis mereka. Para siswa distimulus untuk berani tampil ke
depan untuk mempraktekan apa yang mereka bicarakan tadi.
b. Analisis Pembelajaran Siklus II
Dilihat peristiwa pembelajaran pada siklus II, suasana pembelajaran lebih hidup
dan proaktif antara interaksi siswa dan guru. Hal ini dapat dilihat dari antusias siswa di
dalam mengikuti pembelajaran, misalnya siswa yang cenderung aktif mengikuti
pembelajaran dengan memberanikan diri untuk tampil ke depan di dalam memperagakan
beberapa gerak tari kelinci,kera dan harimau sesuai dengan interpretasi dan eksplorasinya
sendiri. Pada saat penampilannyapun, perhatian siswa lainnya terlihat lebih apresiatif,
bersemangat dan tertarik untuk melihat jalannya sajian pertunjukan temannya.
Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari upaya guru di dalam memotivasi dan
menstimulus siswa agar berani untuk mengungkapkan pendapatnya dan berani
mempertanggungjawabkan pendapatnya dengan ditindaklanjuti untuk tampil di depan
14
teman-temanya. Peristiwa ini tidaklah mudah untuk dilakukan, oleh karena secara
personal aplikan belum mengetahui setiap latarbelakang peserta didik. Akan tetapi
melalui media yang ditawarkan dan upaya guru di dalam menstimulus siswa ternyata
mampu melahirkan interaksi pembelajaran seperti yang diharapkan. Konkritnya anak
berani mengemukakan pendapat dari tema yang disampaikan guru, anak mampu
mengeksplorasi gerak, anak berani tampil ke depan merupakan beberapa hal penting dari
pembelajaran yang dilakukan anak dan dianggap bermakna bagi perkembangannya.
Pada tahapan akhir merupakan tahapan evaluasi atau pemaknaan dari
pembelajaran yang dilakukan, dengan indikator pengamatan terhadap kemampuan siswa
dalam menganalisis unsur-unsur penting, menginterpretasi dan mengeksplorasi gerak-
gerak kreatif dari tema, berargumentasi, keberanian tampil dan memperagakan gerak.
Apabila peneliti prosentasekan bahwa kemampuan kreatif siswa setelah mengikuti
pembelajaran seni tari berbasis media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi sekitar
25 % siswa mengalami perkembangan yang cukup signifikan baik sekali, 40 %
mengalami perkembangan yang baik, dan yang terakhir sekitar 35 % mengalami
perkembangan yang wajar atau cukup.
Untuk lebih jelasnya peneliti membuat sebuah tabel data evaluasi, dari hasil
penerapan media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi dalam pembelajaran seni tari,
sebagai berikut.
No Nama Siswa
Kriteria Penilaian
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3
C B BS C B BS C B BS
1 Andrian √ √ √ 2 Angga Mulyana √ √ √
3 Ari Irawan √ √ √
4 Astri Kurnia √ √ √
5 Cecep Dimas √ √ √
6 Desi Rohaeni √ √ √
7 Dewi Yulianti √ √ √
8 Didin Hedriawan √ √ √
9 Eri Nugraha √ √ √ 10 Fahmi Agustian √ √ √
11 Ferra Kusmayanti √ √ √
12 Fitri Kurniati √ √ √
13 Hendra Hermawan √ √ √ 14 Hari Widodo √ √ √
15
15 Indah Julianti √ √ √
16 Ira Rosdiani √ √ √
17 Iman Darmawan √ √ √ 18 Lala Kholilah √ √ √
19 Muhammad Ilham √ √ √ 20 Muchlis Ardian √ √ √
21 Nengrum Rahmawati √ √ √
22 Nova Ferdiani √ √ √
23 Putri Silviana √ √ √
24 Rida Astiani √ √ √
25 Rika Daniar √ √ √
26 Ronni Maulana √ √ √ 27 Rohman Hakim √ √ √ 28 Sely Martini √ √ √
29 Satriadi √ √ √
30 Tedi Purnama √ √ √
31 Yoga Mahendra √ √ √ 32 Yudi Setiawan √ √ √
Tabel 1
Data evaluasi hasil penerapan media pembelajaran seni tari
berbasis media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi
sebagai sumber kreativitas siswa di SDN Sukatali Sumedang
Keterangan :
1. BS : Baik Sekali 2. B : Baik 3. C : Cukup
Tabel di atas merupakan data hasil penelitian penerapan media pembelajaran tari
berbasis media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi sebagai sumber kreativitas
siswa di SDN Sukatali-Sumedang. Data tersebut merupakan hasil pengamatan peneliti
selama proses penerapan sampai akhir. Seperti telah dijelaskan diawal bahwa sebagai
acuan penilaian, peneliti membagi indikator pencapaian hasil ke dalam 3 wilayah
pengamatan yakni :
1. Pengamatan terhadap kemampuan siswa di dalam menganalisis unsur-unsur penting
dari media yang disajikan.
2. Pengamatan terhadap kemampuan siswa di dalam menginterpretasikan dan
mengeksplorasi gerak-gerak kreatif dari tema yang disajikan melalui media.
3. Pengamatan terhadap kemampuan siswa di dalam berargumentasi, keberanian untuk
tampil di depan kelas dalam memperagakan gerak dari hasil diskusinya
16
Dari ketiga indikator dari target pencapaian hasil pembelajaran tersebut merupakan
gambaran dari tiga ranah pencapaian hasil yakni ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Pengamatan lebih peneliti tekankan pada proses pembelajaran.
Apabila memperhatikan dari data tabel di atas, hasil pencapaian pembelajaran
untuk indikator 1 menunjukan hasil yang sesuai harapan. Hal ini didasarkan dari
prosentase penilaian bahwa data nilai hasil belajar siswa menunjukan hasil maksimal.
Target utama dari indikator satu yakni siswa memiliki kemampuan di dalam menganalisis
unsur-unsur penting dari media yang disajikan, ternyata dapat tercapai dengan baik.
Siswa yang jumlah keseluruhanya 32 orang hampir mayoritas memiliki kemampuan di
dalam menganalisi unsur-unsur penting media yang disajikan aplikan sebagai tahapan
awal dalam mengembangkan gagasan kreatif siswa menurut kemampuan apresiatif
masing-masing terhadap media yang disajikan. Meskipun, target pencapaian dari
pembelajaran ini siswa hanya diharapkan mampu menganalisis bagian-bagian penting
dari media yang disajikan, akan tetapi hal ini menjadi tahapan penting untuk dimaknai
secara mendalam sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan kecerdasan anak di
dalam mengembangkan kemampuan analisis dan sikap kritisnya.
Analisis hasil pembelajaran untuk indikator kedua, dari data tabel di atas
menunjukan bahwa hasil pencapaian pembelajaran untuk indikator 2 menunjukan hasil
yang baik pula. Hal ini dapat dilihat dari prosesntase penilaian yang telah dijelaskan pada
tabel nilai keseluruhan (lihat tabel 1), data nilai hasil belajar siswa menunjukan
kemampuan siswa di dalam menginterpretasikan dan mengeksplorasi gerak-gerak kreatif
melalui stimulus media yang disajikan aplikan menunjukan hasil yang optimal. Artinya
data tersebut menunjukan hasil pembelajaran yang sesuai dengan target atau tujuan yang
telah direncanakan. Dari keseluruhan siswa, ternyata sebagian besar memiliki
kemampuan di dalam menginterpretasikan dan mengeksplorasi gerak-gerak kreatif
berdasarkan tema yang dibagun melalui media yang disajikan aplikan. Target pencapaian
dari indikator amat penting dan memiliki bobot yang lebih, karena indikator ini
merupakan kekuatan utama dari bidang ilmu yang dikembangkan yakni seni tari dengan
bahasa gerak tubuh menjadi media utamanya. Hal menarik dari pembelajaran indikator 2
ini adalah keragaman potensi kreatif siswa di dalam menonjolkan kemampuan daya
apresiatifnya terhadap media yang diamati dan dianalisinya melalui bahasa gerak
berdasarkan kemampuannya sendiri di dalam menginterpretasikannya. Masing-masing
17
siswa memiliki kemampuan dalam mengembangkan pertimbangan estetisnya yang
diaktualisasikan melalui bahasa gerak.
Analisis selanjutnya adalah hasil pembelajaran untuk indikator pencapaian ketiga.
Masih berdasarkan dari data tabel nilai keseluruhan yang diuraikan pada tabel 1, data
hasil pencapaian pembelajaran untuk indikator 3 menunjukan hasil yang baik pula. Hal
ini dapat dilihat dari prosentase penilaian yang telah dijelaskan pada tabel nilai
keseluruhan (lihat tabel 1), data nilai hasil belajar siswa menunjukan hasil pembelajaran
yang sesuai dengan target atau tujuan yang telah direncanakan. Adapun target atau tujuan
utama dari indikator ketiga yakni siswa memiliki kemampuan di dalam mengemukakan
pendapatnya (berargumen), memiliki keberanian untuk tampil di depan kelas dalam
memperagakan gerak dari hasil eksplorasinya. Analisis ini dikemukakan, karena
mayoritas dari siswa memiliki kemampuan dalam mengemukakan pendapatnya melalui
stimulus yang disajikan. Selain itu, para siswa juga ternyata memiliki keberanian tampil
di depan kelas untuk memperagakan beberapa gerak kreatif yang diciptakanya sendiri
menurut kemampuannya masing-masing.
F. KESIMPULAN
Hasil penelitian yang dilakukan dengan mengembangkan media pembelajaran seni
tari berbasis media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi sebagai sumber kreativitas
siswa dalam pembelajaran yang dilakukan. Ternyata mampu menciptakan interaksi
pembelajaran yang aktif, dinamis, dan menarik. Siswa tidak lagi dijadikan sebagai objek
pendengar atau pengikut perintah guru, akan tetapi lebih menekankan bagaimana siswa
mampu menganalisis, menginterpretasikan, mengeksplorasi, menyelesaikan sesuatu
persoalan sendiri dan memberi makna sendiri dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan. Selain itu, dapat mempertanggungjawabkan argument yang disampaikannya di
depan teman-temannya merupakan salah satu peristiwa sebagai dampak positif dari hasil
penerapan media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi dalam pembelajaran seni tari.
Dari hasil pengolahan data secara keseluruhan menunjukan bahwa penerapan
pengembangan media pembelajaran seni tari berbasis media nonproyeksi dua dimensi dan
tiga dimensi diamati cukup efektif dan mampu dijadikan sebagai sumber kreativitas
siswa.
Sebagai saran dari peneliti saat ini bukan berarti sudah menuntaskan pengembangan
dan peningkatan mutu pengajaran di sekolah khususnya dalam bidang pembelajaran seni
18
tari. Oleh karena, hasil dari program penelitian yang telah dilakukan masih banyak
kekurangan dan kelemahan yang perlu diperbaiki serta ditindaklanjuti bagi calon peneliti
selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin menyampaikan saran-saran yang
bersifat membangun pada pihak-pihak yang terkait. Bagi sekolah memberikan peluang
dan memotivasi lagi pada guru kesenian khususnya guru seni tari untuk mengembangkan
media pembelajaran seni tari yang lebih mengarah pada pengembangan potensi kreatif
siswa. Bagi peneliti berikutnya,peneliti mengharapkan adanya tindak lanjut dari para
calon peneliti lainnya di dalam melihat peluang lebih banyak lagi sebagai upaya turut
mengembangkan ilmu dan pengetahuan khususnya masalah pembelajaran seni tari di
sekolah. Bagi UPI maupun instansi terkait, penelitian ini diharapkan mendapat dukungan
dan perhatian serius terhadap produktivitas hasil-hasil riset baik secara kuantitas maupun
kualitas.
G. DAFTAR BACAAN
Alma M. Hawkins, (1964), Creating Through Dance, Los Angeles : Prentice-Hall
Amin, M. (1980).”Peranan Kreativitas Dalam Pendidikan”dalam Jurnal Analisis Pendidikan
(1980)Relevansi Pendidikan. Depdikbud
Dahlan, D.M. (1990).Model-model Mengajar Bandung : CV. Diponegoro
Hamalik,Oemar.(2001).Proses Belajar Mengajar.Jakarta:PT Bumi aksara
Hassoubah Zaenal. I, (2007), Mengasah Pikiran Kreatif Dan Kritif, Bandung : Nuansa
Mahmud (2006), Pengantar Ilmu Psikologi Mutahir, Gramedia : Bandung.
Mahendra,A.,dkk.(1998).Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung : IKIP Bandung
Press (IBP).
Poerwanti Endang.(2005). Perkembangan Peserta Didik, Malang : Universitas Muhamad
Malang.
Porwanto. M. Ngalim, (3003), Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Rusliana,Iyus.(1990).Pendidikan Seni Tari.Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Rusyan, Tabrani. (1989). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung:
Remadja Karya CV.
Sagala S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alphabeta.
Sanjaya Wina.(2006). Strategi dan Metoda Pembelajaran, Aplay Aproach
Universitas Pendidikan Indonesia.
Silbermen (2006) Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktive Bandung : Nusa Media.
Suyanto Slamet.(2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Hikayat.
Margaret Doubler (1985). Dance A. Creative Art Eksprience, London : The University of
Wisconsin.
Walgito Bimo (2004). Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : Andi
Recommended