View
242
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
APLIKASI BERBAGAI PROBIOTIK KOMERSIL Bacillus spp.
TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN
PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN
BANDENG (Chanos chanos)
JURNAL
Oleh :
NOVIA SURIANI
C1K103073
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS MATARAM
2018
Aplikasi Berbagai Probiotik Komersil Bacillus spp.Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup dan
Performa Pertumbuhan Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Novia Suriani1*)
, Nurliah1)
, Dewi Nur’aeni Setyowati 1)
.
1)Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Mataram, Jl. Pendidikan No. 37 Mataram, NTB
*Email korespondensi: noviasyah119@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis probiotik komersil Bacillus spp. yang
terbaik dalam menunjang kelangsungan hidup dan performa pertumbuhan benih ikan bandeng
(Chanos chanos). Penelitian ini dilaksanakan di Balai pengembangan Budidaya Perikanan Pantai
(BPBPP), Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan Rancangan
Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari lima perlakuan dan tiga ulangan sehingga menghasilkan
15 unit percobaan. Pemeliharaan dilakukan selama 45 hari. Parameter yang diamati adalah
pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik harian, rasio konversi pakan dan tingkat
kelangsungan hidup. Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan taraf
nyata 5%. Data parameter kualitas air dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan probiotik komersil I yang memiliki kandungan bakteri Bacillus spp,
Lactobacillus, Nitrobacter, Actinomycetes, Rhodopseudomonas, Aspergillus ovyzae, dan
Saccharomyces cerevisiae memberikan pengaruh nyata (p<0.05) terhadap performa
pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos) dan memberikan nilai tingkat kelangsungan hidup
tertinggi yaitu sebesar 80,00a% ± 6.67.
Kata Kunci : Chanos chanos, Probiotik Komersil Bacillus spp. Performa Pertumbuhan,
Kelangsungan Hidup.
PENDAHULUAN
Ikan bandeng merupakan salah satu komoditas budidaya yang berkembang di Indonesia.
Ikan bandeng diketahui bernilai ekonomis tinggi karena sangat berarti dalam pemenuhan gizi
pangan masyarakat serta dapat meningkatkan taraf hidup bagi pembudidaya. Bandeng sebagai
bahan pangan memiliki kandungan gizi yang lengkap dan penting untuk tubuh, antara lain
berupa protein, lemak, vitamin dan mineral (Pamijati, 2009 ; Halifuddin, 2015). Hasil produksi
budidaya bandeng tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, namun juga diekspor dalam bentuk
bandeng umpan, fillet dan kaleng. Hasil produksi tersebut tiap tahun mengalami peningkatan
seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Peningkatan produksi ikan bandeng dari tahun
2009-2013 yaitu sebesar 30,24 % dengan tingkat kenaikan sebesar 12,46 % di tahun 2010, 6,09
% di tahun 2011, 4,27 % di tahun 2012 dan 9,42 % di tahun 2013 (Data Statistik KKP, 2013).
Meskipun terbilang meningkat, namun jumlah tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan
bandeng konsumsi yang membutuhkan 6.000.000 ekor atau 12.000 ton/tahun (Kordi, 2010 ;
Spikadhara et al., 2012).
Budidaya ikan bandeng di Indonesia telah lama berkembang, karena teknologi
budidayanya relatif sederhana dan telah banyak dikuasai oleh pembudidaya. Ruchmana (2013)
menyatakan bahwa budidaya bandeng cukup mudah, aman dan tidak memerlukan biaya yang
tinggi serta tidak memerlukan teknologi tinggi dalam pengelolaannya. Budidaya bandeng di
Indonesia juga memiliki kendala, salah satunya adalah mahalnya harga pakan buatan (pellet)
ikan. Tingginya harga pakan buatan tersebut membuat pembudidaya ikan bandeng merasa bahwa
produksi yang mereka peroleh selama ini belum memberikan keuntungan yang maksimal. Hal ini
diduga dapat menjadi faktor penghambat bagi pembudidaya untuk memperluas usahanya. Hal ini
pula yang mendorong sebagian pembudidaya bandeng lebih memilih mengandalkan pakan alami
yang tersedia di lingkungan budidaya. Namun upaya ini ternyata belum efektif karena dapat
menyebabkan pertumbuhan yang lamban, sehingga akan berdampak pada rendahnya hasil
produksi.
Produksi bandeng dapat ditingkatkan pada kegiatan budidaya apabila pemberian dan
penggunaan pakan buatan yang berprotein tinggi dapat dioptimalkan. Pemberian pakan yang
optimal dapat dilakukan dengan penambahan probiotik pada pakan. Penambahan probiotik pada
pakan berguna untuk meningkatkan ketersediaan enzim amilase agar penggunaan protein sebagai
sumber energi dapat digantikan dengan memanfaatkan karbohidrat sebagai sumber energi bagi
ikan (Maharanis, 2015)
Probiotik merupakan makanan tambahan dalam bentuk mikroba hidup yang memberi
pengaruh menguntungkan bagi inang dengan meningkatkan keseimbangan mikroba dalam
saluran pencernaan (Fuller, 1992 ; Widanarni et al., 2012). Penggunaan probiotik secara
langsung dapat meningkatkan efektivitas mikroba yang pada akhirnya dapat meningkatkan
pertumbuhan (Haetami et al., 2008). Penggunaan probiotik menjadi solusi internal untuk
menghasilkan pertumbuhan dan efisiensi pakan yang optimal, mengurangi biaya produksi dan
pada akhirnya dapat mengurangi beban lingkungan karena akumulasi limbah di perairan (feses
dan sisa pakan). Beberapa studi melaporkan bahwa penambahan probiotik dapat meningkatkan
efisiensi dan retensi pakan pada ikan patin (Setiawati et al., 2013), kelangsungan hidup dan laju
pertumbuhan pada ikan nila (Rusdani et al., 2016) serta performa pertumbuhan pada ikan kerapu
bebek (Azhar, 2013).
Bakteri probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah probiotik komersil yang
sebagian besar mengandung Bacillus sp. Melihat hasil penelitian Maharanis (2015) yang
menyatakan pemberian probiotik Bacillus sp. dari bonggol pisang dapat meningkatkan performa
pertumbuhan terbaik pada ikan Bandeng dengan dosis 12 ml/kg pakan. Namun hasil penelitian
tersebut belum sepenuhnya menjawab keluhan pembudidaya, karena terlebih dahulu harus
mengekstrak bonggol pisang untuk memperoleh bakteri Bacillus sp. dan hal tersebut dirasa
cukup berat serta membutuhkan waktu yang lebih lama. Salah satu alternatif yang dapat
digunakan untuk dapat menggunakan bakteri Bacillus sp. sebagai probiotik adalah dengan
menggunakan probiotik komersil yang sebagian besar mengandung bakteri Bacillus sp.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang aplikasi berbagai probiotik
komersil Bacillus spp. terhadap kelangsungan hidup dan performa pertumbuhan ikan bandeng
(Chanos chanos). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis probiotik komersil
Bacillus spp.yang terbaik dalam menunjang kelangsungan hidup dan performa pertumbuhan
benih ikan bandeng (Chanos chanos )
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Kegiatan penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Mei sampai 20 Juni 2017 di Balai
pengembangan Budidaya Perikanan Pantai (BPBPP), Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok
Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan berupa container, pH meter, Termometer, Do meter,
Refraktometer, ammonia test kit, timbangan digital, selang kecil, aerasi dan kamera. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah benih ikan bandeng (chanos chanos), pellet jenis Kaio EP 4,
probiotik komersil dan air laut.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dan 3 ulangan,
dengan total unit percobaan sebanyak 15 unit percobaan. Perlakuan uji yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Tanpa penambahan probiotik (P0), Pakan + probiotik Komersil I 12 ml/kg
pakan (P1), Pakan + probiotik Komersil 2 12 ml/kg pakan (P2), Pakan + probiotik Komersil 3
12 ml/kg pakan(P3), Pakan + probiotik Komersil 4 12 ml/kg pakan (P4).
Prosedur Penelitian
Persiapan Media Pemeliharaan
Persiapan media pemeliharaan dimulai dengan membersihkan kontainer dengan detergen
kemudian dibilas dengan air bersih sampai aroma detergen benar-benar hilang. Jumlah kontainer
yang digunakan adalah 15 buah dengan kapasitas 40 liter. Kontainer diletakkan secara acak yaitu
dengan sistem lot (undi) lalu diberi tanda. Selanjutnya kontainer yang telah dicuci dengan bersih
diisi dengan air laut dan dipasang aerasi.
Persiapan Benih
Benih bandeng diperoleh dari pengepul di Cakranegara. Benih berasal dari Pulau Jawa
tepatnya di kota Banyuwangi. Ukuran benih yang digunakan adalah 0,5-1 cm sebanyak 300 ekor.
Benih dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi udara (oksigen) kemudian
diangkut ke lokasi penelitian dengan menggunakan sepeda motor. Sebelum ditebar, benih
diaklimatisasi terlebih dahulu selama beberapa menit sebelum dilepas ke wadah pemeliharaan.
Padat tebar yang digunakan adalah 15 ekor/m2.
Persiapan Pakan
Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah pellet jenis Kaio EP 4 dengan kadar
protein 30%. Sebelum diberikan ke ikan pakan terlebih dahulu disemprot dengan probiotik
sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Pakan disemprot 12 jam sebelum pemberian. Pakan
diberikan 15% dari biomassa ikan.
Persiapan Probiotik
Probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah probiotik komersial sebanyak
empat macam. Keempat probiotik ini akan ditambahkan ke pakan sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan pada setiap perlakuan.
Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati selama kegiatan penelitian terdiri dari parameter uji utama dan
parameter uji penunjang. Parameter uji utama terdiri dari laju pertumbuhan harian, pertumbuhan
panjangn mutlak, tingkat kelangsungan hidup dan konversi pakan. Sedangkan parameter uji
penunjang yaitu pH, suhu, dan oksigen terlarut. Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasannya.
Kelangsungan hidup
Tingkat kelulushidupan (Survival Rate) merupakan persentase kelulushidupan ikan
selama masa pemeliharaan yang dapat dihitung dengan rumus Zonneveld et al. (1991) ; Suminto
dan Chilmawati (2015) :
Keterangan :
SR = Tingkat kelulushidupan ikan (%)
No = Jumlah ikan yang hidup di awal (ekor)
Nt = Jumlah ikan yang hidup di akhir (ekor)
Rasio Konversi Pakan
Rasio konversi pakan (FCR) dapat dihitung menggunakan rumus Effendi (1997) ;
Rusdani et al. (2016) :
FC
Keterangan :
FCR = Feed Convertion Ratio
Pa = Berat total pakan yang diberikan (g)
Bt = Berat akhir ikan (g)
Bo = Berat awal ikan (g)
Bm = Berat ikan yang mati (g)
Pertumbuhan panjang mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak digunakan untuk menghitung pertambahan panjang ikan
selama pemeliharaan ikan dengan menggunakan rumus Zonneveld et al. (1991) ; Suminto dan
Chilmawati (2015) sebagai berikut:
Lm= TL1-TL0
Keterangan :
TL1 = panjang total pada akhir pemeliharaan (cm)
TLo = panjang total pada awal pemeliharaan (cm)
Lm = pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Laju Pertumbuhan Spesifik Harian
Perhitungan pertumbuhan bobot tubuh ikan berdasarkan rumus Effendie (1979) ; Agustin
et al. (2014) adalah sebagai berikut :
SGR
Keterangan :
SGR = Laju pertumbuhan harian (%)
Wt = Rerata bobot individu pada akhir masa pemeliharaan (g)
Wo = Rerata bobot individu pada awal masa pemeliharaan (g)
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)
Kualitas Air
Pengamatan kualitas air dilakukan tiap satu kali seminggu, pada pagi dan sore hari.
Adapun parameter kualitas air yang diamati adalah suhu air, kandungan oksigen terlarut (DO),
derajat keasaman (pH). Pengamatan suhu air dan pH menggunakan pH meter sedangkan
pengamatan DO menggunakan DO meter. Pengamatan amoniak dilakukan pada akhir
pemeliharaan menggunakan Amonia test kit
Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis menggunakan analisis sidik ragam atau
Analysis of Varians (ANOVA) pada taraf nyata 5%. Jika antara perlakuan menunjukkan
pengaruh yang berbeda nyata (signifikan) maka dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf nyata
yang sama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Mutlak dan Laju Pertumbuhan Spesifik
Pertumbuhan mutlak benih ikan bandeng selama 45 hari masa pemeliharaan berkisar
antara 2,0-3,0 cm. Hasil analisis sidik ragam atau analysis of varians (ANNOVA) pada taraf
nyata 5 % menunjukkan bahwa pemberian probiotik komersil yang berbeda berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan mutlak benih ikan bandeng. Hasil uji lanjut Duncan’s menunjukkan
bahwa pemberian probiotik komersil I (P1) menunjukkan nilai paling tinggi dan berbeda nyata
(P<0,05) dengan perlakuan lainnya. Sedangkan nilai pertumbuhan mutlak paling rendah terdapat
pada perlakuan tanpa pemberian probiotik (kontrol), namun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan dengan pemberian probiotik komersil II (P2) dan probiotik komersil III (P3). Nilai
tersebut ditampilkan pada Gambar 3.
Keterangan: perlakuan (Kontrol (P0); pakan+probiotik komersil I (P1); pakan+probiotik komersil II (P2);
pakan+probiotik komersil III (P3); pakan+probiotik komersil IV (P4). Superscipt (Notasi beda nyata dengan
uji Duncan 5%).
Gambar 3. Pertumbuhan mutlak
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap pertumbuhan mutlak lbenih
ikan bandeng diperoleh hasil bahwa semua perlakuan dengan penambahan probiotik
mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan karena
pada perlakuan dengan penambahan probiotik komersil terdapat kandungan yang berisi bakteri,
multivitamin, khamir dan fungi yang bersifat menguntungkan sehingga dapat membantu
pertumbuhan. Meskipun terlihat lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, namun
secara statistik hasil yang diperoleh perlakuan tanpa pemberian probiotik sama dengan hasil yang
diperoleh perlakuan dengan pemberian probiotik komersil,dalam hal ini adalah P2 dan P3.
c
a
bc bc b
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
P0 P1 P2 P3 P4
Pan
jan
g M
utl
ak (
cm)
Perlakuan
Panjang Mutlak
Namun dari semua perlakuan, perlakuan dengan pemberian probiotik komersil I cenderung
memberikan nilai paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Tingginya pertumbuhan mutlak pada perlakuan dengan pemberian probiotik komersil I
(Gambar 3) diduga karena kandungan probiotik pada perlakuan tersebut terdapat kandungan-
kandungan yang tidak terdapat pada probiotik lainnya. Adanya kandungan bakteri
Rhodopseudomonas yang dapat membentuk asam amino, asam nukleik, zat bioaktif dan gula
yang semuanya berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan (Kurnia, 2011) bakteri Nitribacter
yang dapat mencegah peningkatan ammonia di perairan (Arief et al., 2014) terakhir adalah
bakteri Actinomycetes yang dapat memperbaiki lingkungan perairan dan mampu menekan
pertumbuhan bakteri patogen di media pemeliharaan (Trisna et al., 2013). Selain bakteri tersebut
terdapat juga bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus sp. Bakteri Lactobacillus sp. ini yang akan
merubah karbohidrat menjadi asam yang akan menurunkan pH pada saluran pencernaan
sehingga menimbulkan suasana menjadi asam. Dalam keadaan asam maka pertumbuhan bakteri
patogen akan menjadi terhambat. Menurut Ahmadi et al. (2012), bahwa selain itu, terciptanya
kondisi asam juga akan meningkatkan sekresi enzim proteolitik dalam saluran pencernaan yang
akan merombak protein menjadi asam amino yang kemudian akan diserap oleh usus.
Kandungan khamir dan fungi juga terdapat dalam probiotik komersil 1 yaitu
Saccharomyces cerevisiae dan Aspergillus oryzae juga dapat membantu meningkatkan
pertumbuhan (Alshaikh et al., 2002 dalam Suryani, 2015). Li et al. (2004) dalam Suryani (2015)
menjelaskan mekanisme kerja dari Saccharomyces cerevisiae pada prinsipnya sama seperti
probiotik lainnya yakni secara fermentatif mensekresikan enzim α-galaktosidase dan β-
glukosidase menyerang ikatan senyawa sakarida untuk menguraikan senyawa oligosakarida
(vebraskosa, sciosa dan rafinosa) menjadi gula-gula sederhana (di dan mono sakarida) dan
kemungkinan melepaskan zat-zat nutrisi yang terikat oleh senyawa sakarida sehingga terbuka
bagi enzim pencernaan. S. cerevisiae merupakan faktor pertumbuhan bagi bakteri selulotik
karena dapat menyediakan nutrien yaitu vitamin, mineral dan asam amino untuk pertumbuhan
bakteri tersebut (Wina, 2000 dalam Suryani et al., 2015). S. cerevisiae juga mampu
memproduksi asam glutamat sehingga dapat meningkatkkan palatabilitas pada pakan, sehingga
meningkatkan konsumsi pakan dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan. Di sisi lain
Suryani et al. (2015) menjelaskan mekanisme kerja dari jamur Aspergillus oryzae yang banyak
menghasilkan berbagai macam jenis enzim diantaranya α-amilase, α-glaktosidase, glutaminase,
proteinase, dan β-glukosidase.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah ada Offer (1990) dan Newblod (1990) dalam
Suryani et al. (2015) mencoba menerangkan cara kerja probiotik jamur yakni peningkatan
pertumbuhan dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi pakan. Peningkatan konsumsi ini terjadi
akibat meningkatnya laju cerna dan meningkatnya laju alir protein mikroba. Peningkatan laju
pencernaan akan menyebabkan perbaikan pertumbuhan mikroorganisme, karena terpenuhinya
kebutuhan hidup minimal bagi perkembangbiakan mikroorganisme (Hobson dan Wallace, 1982
dalam Suryani et al., 2015). Penggunaan probiotik jamur menyebabkan peningkatan populasi
mikroorganisme dalam pakan sebagai akibat terjadinya perbaikan daya hidup mikroorganisme .
Sejalan dengan nilai pertumbuhan mutlak, nilai laju pertumbuhan spesifik pun setiap
perlakuan secara berkala mengalami kenaikan. Hasil penelitian dengan penambahan probiotik
komersil Bacillus spp. yang berbeda menunjukkan nilai laju pertumbuhan spesifik yang berbeda
secara signifikan (P<0,05). Hasil pengamatan terhadap nilai laju pertumbuhan spesifik dapat
dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Laju pertumbuhan spesifik
Perlakuan Laju pertumbuhan spesifik (%)
P0 1,21 ± 0,085c
P1 1,94 ± 0,040a
P2 1,58 ± 0,092b
P3 1,81 ± 0,074a
P4 1,78 ± 0,112a
Keterangan: perlakuan (Kontrol (P0); pakan+probiotik komersil I (P1); pakan+probiotik komersil II (P2);
pakan+probiotik komersil III (P3); pakan+probiotik komersil IV (P4). Superscipt (Notasi beda nyata
dengan uji Duncan 5%).
Laju pertumbuhan spesifik benih ikan bandeng selama 45 hari masa pemeliharaan
berkisar anatara 1,21-1,94%. Berdasarkan dari hasil uji lanjut Duncan’s, terdapat kecenderungan
bahwa pemberian probiotik komersil I (P1) menunjukkan nilai LPH yang tinggi yaitu 1,94 %.
Namun demikian hasil uji Duncan’s menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan lain kecuali kontrol dan perlakuan pemberian probiotik komersil II. Artinya, meskipun
P1 memiliki nilai LPH paling tinggi dibandingkan dengan tiga perlakuan penambahan probiotik,
namun secara statistik P3 dan P4 relatif sama dalam mempengaruhi LPH pada benih ikan
bandeng. Singkatnya, perlakuan dengan penambahan probiotik komersil I, probiotik komersil III
dan probiotik komersil IV memberikan pengaruh yang lebih baik dalam mempengaruhi laju
pertumbuhan spesifik pada benih ikan bandeng dibandingkan dengan perlakuan tanpa
penambahan probiotik (kontrol) dan perlakuan penambahan probiotik komersil II. Laju
pertumbuhan spesifik per minggu, ditampilkan dalam Gambar 4.
Keterangan: perlakuan (Kontrol (P0); pakan+probiotik komersil I (P1); pakan+probiotik komersil II (P2);
pakan+probiotik komersil III (P3); pakan+probiotik komersil IV (P4).
Tingkat kenaikan LPH pada setiap perlakuan menunjukkan pola yang sama kecuali pada
kontrol. Dari pola tersebut, terlihat pada minggu ke I sampai minggu ke III laju pertumbuhan
benih ikan bandeng pada setiap perlakuan masih relatif sama walaupun pada minggu ke III pada
P1 dan P4 telah terlihat pertumbuhan yang lebih tinggi. Pada pengamatan minggu ke V, terlihat
jelas perbedaan laju pertumbuhan antar perlakuan terutama pada P1 yang menunjukkan laju
pertumbuhan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P2, P3, P4 dan tanpa
pemberian probiotik. Tingginya nilai LPH pada P1 juga terlihat dari nilai LPH per minggu pada
perlakuan tersebut (lampiran). Pengamatan LPH pada minggu ke-1 menunjukkan bahwa P1
mempunyai nilai LPH tertinggi selama kegiatan penelitian, kemudian disusul oleh P4, P3=P2
dan P0. Pengamatan pada minggu ke-2 menunjukkan hasil bahwa P1 masih mempunyai nilai
LPH tertinggi yang kemudian disusul oleh P3, P2, P4 dan terakhir P0. Begitupun pada
pengamatan LPH minggu ke-3 dan ke-4, P1 menunjukkan nilai LPH tertinggi selama kegiatan
penelitian, kemudian disusul P4, P3=P2 dan P0 pada pengamatan minggu ke-3 dan P3, P4, P0
dan P2 pada pengamatan minggu ke-4. Nilai LPH per minggu selama kegiatan penelitian pada
semua perlakuan setiap minggu mengalami kenaikan. Namun jika dilihat dari grafik, nilai LPH
pada P1 memiliki pola kenaikan yang jelas atau dengan kata lain nilai LPH pada P1 setiap
minggu selalu mengalami kenaikan. Sama halnya dengan P1, empat perlakuan lainnya setiap
minggu juga mengalami kenaikan nilai LPH, namun tidak memiliki pola kenaikan yang jelas
seperti yang dialami oleh P1.
-1.000
-0.500
0.000
0.500
1.000
1.500
I II III IV V
Laju
pe
rtu
mb
uh
an s
pe
sifi
k (%
)
Minggu ke
P0
P1
P2
P3
P4
Cortez-Jacinto (2005) dalam Setiawati et al. (2008) menerangkan bahwa laju
pertumbuhan sangat erat kaitannya dengan pertambahan berat tubuh yang berasal dari pakan
yang dikonsumsi. Laju pertumbuhan harian berfungsi untuk menghitung persentase pertumbuhan
berat ikan. Tingginya pertumbuhan mutlak yang diperoleh dari pemberian probiotik komersil I
juga terlihat dari fenomena tingginya laju pertumbuhan harian (LPH) pada perlakuan tersebut
selama 45 hari masa pemeliharaan. Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa rata-rata
pertumbuhan harian ikan bandeng cenderung meningkat dengan perlakuan penambahan
probiotik komersial. Hal ini dapat dilihat secara jelas pada Gambar 4. Berdasarkan gambar 4
terlihat bahwa tiap perlakuan pada umumnya memiliki pola yang sama yaitu mengalami
peningkatan seiring bertambahnya umur pemeliharaan, namun demikian laju peningkatan
pertumbuhan yang dihasilkan oleh dengan pemberian probiotik komersil I relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Hal tersebut terjadi diduga pada perlakuan dengan penambahan probiotik terdapat
bakteri-bakteri menguntungkan yang selanjutnya bakteri tersebut didalam saluran pencernaan
ikan akan bekerja menurut perannya masing-masing dan akan saling bersinergi untuk mencapai
tugas umum dari bakteri probiotik yaitu menghasilkan enzim-enzim yang berfungsi untuk
mempercepat proses pencernaan ikan dan menekan atau mencegah proses berkembangnya
organisme patogen sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Irianto (2003) dalam Setiawati (2013) yang menjelaskan bahwa bakteri di dalam
saluran pencernaan ikan akan mensekresikan enzim-enzim pencernaan seperti protease dan
amilase. Pada penelitian ini bakteri yang memiliki kemampuan mensekresikan enzim protease
dan amilase adalah bakteri dari genus Bacillus sp. Adanya enzim protease dan amilase yang
dihasilkan oleh bakteri Bacillus sp. maka daya cerna ikan akan meningkat sehingga sari makanan
dapat dicerna oleh tubuh secara maksimal. Menurut Wardika et al. (2014), menyatakan bahwa
Bacillus sp. dapat meningkatkan daya absorpsi pakan melalui peningkatan kosentrasi protease
pada saluran pencernaan, memperbaiki pertumbuhan dan mengurangi jumlah bakteri patogen di
dalam saluran pencernaan ikan.
Adanya kandungan probiotik dalam pakan dapat menyebabkan tingginya aktivitas
bakteri pada saluran pencernaan dan perbedaan jumlah bakteri probiotik yang terkandung dalam
pakan komersil dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ikan. Menurut Mulyadi (2011) dalam
Ahmadi (2012) bahwa proporsi jumlah koloni bakteri probiotik dalam pakan menyebabkan
aktivitas bakteri probiotik dapat bekerja secara maksimal dalam pencernaan ikan, sehingga daya
cerna ikan menjadi lebih tinggi dalam menyerap sari-sari makanan dan menghasilkan
pertumbuhan yang lebih baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Arif et al. (2014) yang menerangkan
bahwa pemberian probiotik komersil yang berbeda pada pakan dapat meningkatkan laju
pertumbuhan dan efisiensi pakan terhadap ikan lele sangkuriang (Clarias sp.). Rizqi (2016)
menerangkan bahwa penggunaan probiotik cair yang terdiri dari konsorsium (campuran) bakteri
Bacillus sp., Nitrobacter, Actinomycetes dan Lactobacillus sp. mampu memberikan hasil terbaik
terhadap pertumbuhan dan efesiensi pakan lele dumbo (Clarias gariepinus).
Rasio Konversi Pakan
Perhitungan rasio konversi pakan dilakukan pada akhir pemeliharaan. Nilai rasio
konversi pakan padabenih ikan bandeng selama 45 hari masa pemeliharaan berkisar antara 0,12-
1,00. Hasil dari analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan
penambahan probiotik komersial Bacillus spp. yang berbeda memberikan pengaruh yang
signifikan (P<0.05) terhadap rasio konversi pakan benih ikan bandeng. Nilai FCR dapat dilihat
pada Gambar 5 berikut:
Keterangan: perlakuan (Kontrol (P0); pakan+probiotik komersil I (P1); pakan+probiotik
komersil II (P2); pakan+probiotik komersil III (P3); pakan+probiotik komersil IV (P4). Superscipt (Notasi
beda nyata dengan uji Duncan 5%).
Gambar 5. Rasio Konversi Pakan pada setiap perlakuan dengan pemberian probiotik
komersil Bacillus spp. yang berbeda.
H Hasil uji lanjut Duncan’s menunjukkan bahwa pemberian probiotik komersil I (P)
menghasilkan nilai konversi pakan terendah yaitu sebesar 0,12. Namun, hasil tersebut tidak
berbeda nyata dengan pemberian probitik komersil II (P2) dan pemberian probitik komersil III
(P3) tetapi berbeda nyata (P<0,05) terhadap P4 dan kontrol. Hal tersebut menjelaskan ada
a
b ab ab
a
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
P0 P1 P2 P3 P4
Nila
i FC
R
Perlakuan
kecenderungan bahwa perlakuan dengan penambahan probiotik pada pakan akan dapat membuat
ikan lebih optimal dalam memanfaatkan pakan yang diberikan.
Rasio konversi pakan merupakan banyaknya jumlah pakan yang diberikan selama 45 hari
masa pemeliharaan untuk menunjang pertumbuhan panjang dan berat benihikan bandeng.
Penjelasan konversi pakan disisi lain merupakan perhitungan seberapa banyak ikan mampu
merubah pakan menjadi daging ikan, dan konversi pakan tersebut sebagai acuan sampai sejauh
mana efesiensi usaha pembesaran ikan bandeng. Feed Convertion Ratio(FCR) dapat dihitung
dengan cara pakan yang diberikan dalam masa pemeliharaan dibagi dengan jumlah penambahan
bobot benih ikan bandeng. Pada penelitian ini pemberian pakan pada benih ikan bandeng
sebanyak 5% dari berat tubuh benih ikan bandeng. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari
yaitu pada pagi dan sore hari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penambahan probiotik
pada pakan berpengaruh terhadap konversi pakan (p<0.05) (Gambar 5).
Perbedaan nilai FCR dari setiap perlakuan memperlihatkan perbedaan berat benih ikan
bandeng. Efisiensi pakan akibat penggunaan probiotik komersil Bacillus spp. dapat dilihat dari
nilai konversi pakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Uktolseja (2008) dalam Handajani (2011),
menyatakan bahwa keefisienan penggunaan pakan menunjukkan nilai pakan yang dapat berubah
menjadi pertambahan berat pada ikan dan hal tersebut dapat dilihat dari beberapa faktor, salah
satunya adalah rasio konversi pakan. Semakin kecil nilai konversi pakan menunjukkan
pemanfaatan pakan dan peran probiotik semakin efisien didalam tubuh. Menurut Effendi
(1979)dalam Serdiati et al. (2011) bahwa semakin rendah angka konversi pakan, semakin sedikit
pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan. Artinya, semakin efisien pakan
tersebut diubah menjadi daging.
Berdasarkan hasil, dapat diketahui bahwa dengan penambahan probiotik komersil
Bacillus spp, ikan dapat memanfaatkan pakan yang diberikan secara optimal sehingga pakan
tersebut terserap dan diubah menjadi daging. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat
Mudjiman (2001) dalam Putri et al. (2012) bahwa semakin rendah nilai konversi pakan maka
semakin baik kualitas pakan dan semakin efisien ikan memanfaatkan pakan untuk pertumbuhan
dikarenakan pakan dapat dicerna secara optimal. Di sisi lain, perbedaan jumlah bakteri yang
terkandung dalam probiotik dapat mempengaruhi penyerapan nutrisi ikan karena semakin
banyak populasi bakteri yang ada dalam saluran pencernaan akan meningkatkan ketersediaan
nutrien yang siap diserap dalam saluran pencernaan melalui hidrolisis protein menjadi senyawa
yang lebih sederhana yaitu asam amino, sehingga metabolisme menjadi lebih mudah karena
penyerapan protein terbantu oleh adanya enzim protease. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Setiawati et al. (2013) bahwa enzim yang disekresikan jumlahnya meningkat sesuai dengan
jumlah probiotik yang ada dalam saluran pencernaan, yang pada akhirnya akan meningkatkan
jumlah pakan yang dicerna. Peningkatan daya cerna ini sama artinya dengan semakin tingginya
nutrien yang tersedia untuk diserap oleh tubuh.
Mulyadi (2011) menyatakan bahwa bakteri dalam saluran pencernaan akan beraktivitas
lebih cepat apabila ada mikroba yang masuk melalui pakan atau air yang menyebabkan
terjadinya perubahan keseimbangan bakteri yang sudah ada didalam usus dengan bakteri yang
masuk. Terjadinya keseimbangan antar bakteri tersebut menyebabkan bakteri probiotik bersifat
antagonis terhadap bakteri patogen, sehingga saluran pencernaan ikan lebih baik dalam mencerna
dan menyerap nutrisi pakan. Disamping itu, adanya aktivitas bakteri asam laktat yaitu
Lactobacillus sp. pada salah satu probiotik komersil dalam penelitian ini diduga mampu
meningkatkan penyerapan pada saluran pencernaan. Menurut Arief (2008) dalam Arief et al.
(2015) bahwa peranan bakteri asam laktat mampu mengubah karbohidrat menjadi asam laktat
yang dapat menurunkan pH, dengan demikian kondisi lingkungan pada saluran pencernaan
menjadi suasana asam, sehingga bakteri patogen yang berada pada saluran pencernaan dapat
tereliminasi dan proses penyerapan nutrisi dapat berjalan dengan baik tanpa terhalang oleh
bakteri patogen.
Berdasarkan uraian diatas, pada penelitian ini dapat dikatakan bahwa perlakuan dengan
penambahan probiotik pada pakan terbukti dapat membuat ikan lebih optimal dalam
memanfaatkan pakan yang diberikan. Hal tersebut terlihat dari rendahnya nilai FCR yang
dihasilkan pada ketiga perlakuan dengan penambahan probiotik komersil. Namun dari ketiga
perlakuan tersebut, pemberian probiotik komersil I menunjukkan nilai konversi pakan yang lebih
rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Tingkat Kelangsungan Hidup (%)
Perhitungan nilai kelangsungan hidup benih ikan bandeng dilakukan pada akhir masa
pemeliharaan. Nilai kelangsungan hidup benih ikan bandeng setelah dipelihara selam 45 hari
berkisar antara 44,44-80%. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa
penambahan probiotik komersial Bacillus spp. yang berbeda pada pakan memberikan pengaruh
yang berbeda secara signifikan (P<0.05) terhadap tingkat kelangsungan hidup benih ikan
bandeng. Persentase kelangsungan hidup benih ikan bandeng pada penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 6 berikut:
Keterangan: perlakuan (Kontrol (P0); pakan+probiotik komersil I (P1); pakan+probiotik komersil II (P2);
pakan+probiotik komersil III (P3); pakan+probiotik komersil IV (P4). Superscipt (Notasi beda nyata dengan
uji Duncan 5%).
Gambar 6. Tingkat kelangsungan hidup pada setiap perlakuan dengan pemberian probiotik
komersil Bacillus spp. yang berbeda.
Hasil uji lanjut Duncan’s menunjukkan bahwa pemberian probiotik komersil I cenderung
menunjukkan nilai sintasan yang tinggi yaitu 80%. Hasil tersebut berbeda nyata terhadap semua
perlakuan kecuali perlakuan pemberian probiotik komersil III (P3). Sedangkan kelangsungan
hidup terendah terdapat pada perlakuan kontrol (44,44%) dan berbeda nyata (P<0,05) terhadap
P1 dan P3 tetapi tidak berbeda nyata terhadap P2 dan P4. Namun dari hasil tersebut, dapat
dikatakan bahwa perlakuan dengan pemberian probiotik komersil cenderung memberikan hasil
yang lebih baik dalam menunjang tingkat kelangsungan hidup benih ikan bandeng.
Sintasan atau kelulushidupan (Survival Rate) merupakan perbandingan antara jumlah
organisme yang hidup pada akhir periode dengan jumlah organisme yang hidup pada awal
periode (Suminto et al., 2014). Secara logika, dalam kegiatan budidaya hasil produksi akan
semakin bagus jika tingkat mortalitas rendah atau sintasan tinggi sehingga keuntungan (profit)
meningkat.
Berdasarkan hasil pengamatan, secara keseluruhan kematian ikan terjadi pada minggu
awal pemeliharaan (sebelum diberikan perlakuan), dan kematian mulai berhenti pada saat mulai
diberi perlakuan penambahan probiotik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penambahan
probiotik komersil yang mengandung Bacillus spp. pada pakan akan berdampak baik terhadap
kelangsungan hidup ikan. Penambahan probiotik pada perlakuan diduga dapat meningkatkan
c
a
bc
ab
bc
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
P0 P1 P2 P3 P4
Tin
gkat
ke
lan
gsu
nga
n
Hid
up
(%
)
Perlakuan
SR(%)
kekebalan tubuh dan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup. Beberapa peneliti mendapatkan
bahwa penggunan probiotik dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dan daya tahan
tubuh ikan terhadap infeksi patogen (Iribarren et al., 2012 dalam Septiarini et al., 2012 dalam
Agustina et al., 2006dalam Noviana et al., 2014). Dengan demikian penggunaan pakan yang
diberi tambahan probiotik dapat meningkatkan pertumbuhan dan mengurangi tingkat kematian
yang disebabkan oleh patogen.
Pada penelitian ini, terlihat nilai kelangsungan hidup paling tinggi terdapat pada
perlakuan penambahan probiotik komersil I dengan nilai rata-rata nilai 80,00a±6,67. Secara
keseluruhan dari hasil pengamatan terlihat ada kecenderungan perlakuan tanpa pemberian
probiotik (kontrol) menghasilkan kelangsungan hidup yang lebih rendah dibandingkan perlakuan
dengan penambahan probiotik (Gambar 6).
Kualitas Air
Kegiatan pengukuran kualitas air dilakukan satu kali seminggu pada pagi dan sore hari.
Hasil pengukuran kualitas air media selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Data kualitas air media selama penelitian
Parameter Satuan Hasil Standar Mutu
Salinitas Ppt 32-34 15-30 (Maharanis, 2015)
pH - 7,5-8,0 6,5-7,5 (Maharanis, 2015)
DO mg/L 4,1-5,54 3,0-5,6 (Maharanis, 2015)
Suhu OC 28,9-30,3 27-31,0 (Maharanis, 2015)
Ammonia Ppm 0 <0,02 (Kusworo, 2004)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang terbatas ini, dapat disimpulkan bahwa
pemberian probiotik komersil pada pakan dapat memberikan pengaruh yang lebih baik bagi
pertumbuhan, rasio konversi pakan dan tingkat kelangsungan hidup pada benih ikan bandeng
jikan dibandingkan dengan kontrol. Namun dari hasil tersebut, terlihat probiotik komersil I yang
memiliki kandungan bakteri Bacillus spp., Lactobacillus, Nitrobacter, Actinomycetes,
Rhodopseudomonas, Aspergillus ovyzae, dan Saccharomyces cerevisiae merupakan probiotik
komersil yang lebih dominan dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan, yaitu mampu
meningkatkan pertumbuhan panjang mutlak, memberikan pengaruh yang relatif lebih baik pada
laju pertumbuhan harian, menghasilkan nilai rasio konversi pakan yang rendah serta
menghasilkan tingkat kelangsungan hidup tertinggi pada benih ikan bandeng (Chanos chanos).
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil dalam penelitian ini yaitu dianjurkan bagi para
pembudidaya ikan bandeng untuk menggunakan probiotik komersial yang mengandung bakteri
Bacillus spp., Lactobacillus, Nitrobacter, Actinomycetes, Rhodopseudomonas, Aspergillus
ovyzae, dan Saccharomyces cerevisiae dalam meningkatkan kelangsungan hidup dan
pertumbuhan benih ikan bandeng (Chanos-chanos) dalam kegiatan budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi H., Iskandar, N. Kurniawati. 2012. Pemberian Probiotik dalam Pakan terhadap
Pertumbuhan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) pada Pendederan II. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. Vol.3 No.4: ISSN:2088-3137
Arief M., N. Fitriani, S. Subekti. 2014. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda pada Pakan
Komersial terhadap Pertumbuhan & Efisiensi Pakan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias
sp.). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.Vol.6 No.1
Arief M., I. Puspitasari, R. Kusdarwati. 2010. Pengaruh Pemberian Beberapa Bakteri terhadap
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias sp). Jurnal Perikanan dan
Kelautan 2 (2); 193-198.
Aqil D.I. 2010. Pemanfaatan Plankton sebagai Sumber Makanan Ikan Bandeng (Chanos chanos)
di Waduk IR.H Juanda Jawa Barat.[Skripsi]. Jakarta: Program Studi Biologi Fakultas
Sains & Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Aslamsyah S. 2008. Pembelajaran Berbasis SCL pada Mata Kuliah Biokimia Nutrisi. UNHAS.
Makassar.
Azhar F. 2013. Pengaruh Pemberian Probiotik dan Prebiotik terhadap Performa Juvenil Ikan
Kerapu Bebek (Comileptes altivelis). Buletin Veteriner Udayana.Vol.6
No.1.ISSN:2085-2495.
Essa M.A., Sabry S El-S., Magda M EL-E., Said M.D., Neven A.E., Santosh P.L. 2010. Effect of
Different Dietary Probiotics on Growth, Feed Utilization and Digestive Enzymes
Activities of Nile Tilapia (Oreochromin niloticus). Journal of The Arabian
Aquaculture Society. Vol 5. No 2.
Farouq A. 2011. Aplikasi Probiotik, Prebiotik dan Sinbiotik dalam Pakan untuk Meningkatkan
Respon Imun dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang
Diinfeksi Streptocuccos agalactiae. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.Institut Pertanian Bogor.
Halifuddin, Y. Perwitasari, S. Budiarto. 2014. Analisis Kandungan Gizi dan Bau Lumpur Ikan
Bandeng (Chanos chanos) dari Dua Lokasi yang Berbeda. Jurnal Kelautan. Vol
7.No.1.ISSN: 1907-9931.
Halifuddin. 2015. Analisis Kandungan Gizi pada Ikan Bandeng (Chanos chanos) yang Berasal
dari Habitat yang Berbeda. Jurnal Kelautan. Vol 8. No 1. ISSN:1907-9931
Hanief M. R., Subandiyono, Pinandoyo. 2014. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan terhadap
Pertumbuhan & Kelulushidupan Benih Tawes (Pantius javanicus). Journal of
Aquaculture Management and Technology.Volume 3. No.4. Hal: 67-74
Hasim, Y. Koniyo, Juliana. 2015. Pemanfaatan Ampas Tahu pada Pembuatan Pakan Ikan
Bandeng (Chanos-chanos) untuk Meningkatkan Pendapat Masyarakat di Desa Ilo
Dulunga Kabupaten Gorontalo Utara. Laporan Akhir. KKS Lembaga Pengabdian
Masyarakat. Universitas Negeri Gorontalo.
Imanpoor and Z. Roohi. 2015. Influence of Primalac Probiotics on Growth Performance, Blood
Biochemical Parameters, Srvival and Stress Resistence in Caspian Roach (Rutilus-
rutilus) Fry. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Science. (4) (15) ISSN: 1303-
2712.
Jusadi D., E. Gandora, I. Mokoginta. 2004. Pengaruh Penambahan Probiotik Bacillus sp. pada
Pakan Komersil terhadap konversi Pakan dan Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius
hypophthalmus). Jurnal Akuakultur Indonesia 3 (1) ; 15-18.
Kordi, M.Ghufron. H. 2010. Budidaya Ikan Bandeng untuk Umpan. Akademia. Jakarta.
Kurniaji A. 2015. Peranan Bakteri Nitrobacter dalam Akuakultur. Tugas Mikrobiologi
Akuakultur. Sekolah Pascasarjana. IPB.
Kuswuro A.B. 2004. Pengelolaan Kualitas Air pada Pembesaran Bandeng. Departemen
Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal perikanan Dasar dan Menengah Kejuruan.
Jakarta.
Maharanis A.S. 2015. Pengaruh Pemberian Probiotik dengan Dosis yang Berbeda terhadap
Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos).[Skripsi]. Pekalongan: Program
Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, Universitas Pekalongan.
Mansyur A. dan A.M. Tangko. 2008. Probiotik. Pemanfaatan untuk Makanan Ikan Berkualitas
Rendah. Media Akuakultur. 2 (2); 145-149.
Mulyadi A.E. 2011. Pengaruh Pemberian Probiotik pada Pakan Komersil terhadap Laju
Pertumbuhan Benih Ikan Patin (Pangasius hypophthalamus). [Skripsi]. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNPAD: Jatinangor.
Muntalim F.M. 2014. Pengembangan Budidaya dan Teknologi Pengolahan Ikan Bandeng
(Chanos-chanos) di Kabupaten Lamongan guna Meningkatkan Nilai Tambah.Jurnal
Eksakta.Vol 2. No 1
Murtidjo B.A. 2002. Bandeng. Kansius: Yogyakarta.
Nayak S.K. 2010. Probiotics and Immunity: A Fish Perspective Review. Fish and Shelfish
Immunology 29:2-14
Praditia F.P. 2009. Pengaruh Pemberian Bakteri Probiotik Melalui Pakan terhadap Pertumbuhan
dan Kelangsungan Hidup Udang Windu (Panaeus monodon).[Skripsi]. Bogor.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Purnomowati I., Hidayat D., Saparinto C. 2007. Ragam Olahan Bandeng. Kansius. Yogyakarta.
Putra A.N. 2010. Kajian Probiotik, Prebiotik dan Sinbiotik untuk Meningkatkan Kinerja
Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). [Tesis]. Bogor. Sekolah Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor.
Ramadhani D.E. 2014. Aplikasi Berbagai Dosis Probiotik Bacillus NP5 melalui Pakan untuk
Pencegahan Infeksi A.hydrophila pada Ikan Mas (Cyprinus carpio).[Skripsi]. Bogor.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Instiut Pertanian Bogor.
Rizqi F. 2016. Pemanfaatan Probiotik cari pada Akuakultur sebagai Usaha Peningkatan
Produktivitas dan Efisiensi Pakan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). [Skripsi].
Fakultas Sains dan Teknologi. UNAIR: Surabaya.
Rostini I. 2007. Peranan Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus sp.) terhadap Masa Simpan Fillet
Nila Merah pada Suhu Rendah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Unpad.
Jatinangor.
Rubiana G. 2010. Analisis Kelayakan Pembesaran Ikan Bandeng dengan Keramba Jaring Apung
di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat.[Skripsi].
Bogor. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian
Bogor
Ruchmana A.D. 2013. Proses Pembelajaran Usaha Tambak Bandeng (Chanos chanos) di Desa
Ujungwatu Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara. [Skripsi]. Semarang. Fakultas
Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang
Rusdani M.M., S. Amir, S. Waspodo, Z. Abidin. 2016. Pengaruh Pemberian Probiotik Bacillus
sp.melalui Pakan terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Jurnal Biologi Tropis. Vol 16 (1) :34-40. ISSN: 1411-9587
.
Setiawati J.E., Tarsim Y.T., Adiputra, S.Hudaidah. 2013. Pengaruh Penambahan Probiotik pada
Pakan dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan, Kelulushidupan, Efisiensi Pakan
& Retensi Protein Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus). E-Journal Rekayasa &
Teknologi Budidaya Perairan. Vol.1 No.2. ISSN:2302-3600
Setiawati M.R., Sutajaya M.A., Suprayudi. 2008. Pengaruh Perbedaan Kadar Protein Pakan
terhadap Kinerja Pertumbuhan Fingerlings Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal
Akuakultur Indonesia, 7(2):171-178.
Suminto A., S. Wardika, A. Sudaryono. 2014. Pengaruh Bakteri Probiotik pada Pakan dengan
Dosis Berbeda terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan, Pertumbuhan, dan
Kelulushidupan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal of Aquaculture Management
and Technology. Vol. 3. No. 4: 9-17.
Spikadhara E.D.T., S. Subekti, M.A. Alamsyah. 2012. Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan
(Suplement Feed) dari Kombinasi Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) dan
Tepung Sprulina platensis terhadap Pertumbuhan dan Retensi Protein Benih Ikan
Bandeng. Journal of Marine and Coastal Science, 1(2).
Sudrajat A. 2008. Budidaya 23 Komoditas Laut Menguntungkan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tangko A.M., A. Mansyur, Reski. 2007. Penggunaan Probiotik pada Pakan Pembesaran Ikan
Bandeng dalam Keramba Jaring Apung di Laut. Jurnal Riset Akuakultur. 2(1):33-40
Recommended