View
250
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID
DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA
TAHUN 2000-2008
SKRIPSI
Oleh:
Agus Sudiro
K 5404012
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID
DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA
TAHUN 2000-2008
Oleh:
Agus Sudiro
K 5404012
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
ABSTRAK
Agus Sudiro. ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI
KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008. Skripsi,
surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret,
Juni 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan penggunaan
lahan untuk permukiman di kecamatan Jebres Kota Surakarta kurun waktu tahun
2000-2008, perkembangan pembangunan Masjid di kecamatan Jebres kota
Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008, distribusi spasial pembangunan masjid
di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008, pola persebaran Masjid di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008, dan hubungan antara
pembangunan masjid dengan perkembangan permukiman di Kecamatan Jebres
Kota Surakarta tahun 2000-2008
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode
deskriptif spasial. Penelitian ini bersifat penelitian populasi dengan jumlah
populasi sebanyak 157 masjid. Teknik pengumpulan data (1) dokumentasi, (2)
observasi / pengamatan langsung. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis
data sekunder, analisis peta, dan analisis parameter tetangga terdekat.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Rentan waktu tahun
2000-2008, luas lahan permukiman di Kecamatan Jebres mengalami
perkembangan yaitu dari 656,45 Ha pada tahun 2000, bertambah menjadi 659,09
Ha pada tahun 2008. Kelurahan yang mengalami perkembangan permukiman
hanyalah Kelurahan Mojosongo dari 315,90 Ha pada tahun 2000 menjadi 318,54
Ha pada tahun 2008. Sedangkan untuk Kelurahan-kelurahan lain di kecamatan
Jebres selama kurun waktu tersebut tidak mengalami perubahan penggunaan
lahan untuk permukiman atau stagnan, (2) kurun waktu 8 tahun terakhir jumlah
masjid mengalami penambahan yang cukup signifikan. Jumlah Masjid di
Kecamatan Jebres pada tahun 2000 sebanyak 118 buah pada tahun 2008
bertambah 39 buah menjadi 157 buah dengan rincian pembangunan masjid
terbanyak adalah di Kelurahan Mojosongo berjumlah 17 masjid, sedangkan
kelurahan yang paling sedikit pembangunan masjidnya adalah di Kelurahan Sewu,
Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan Tegalharjo yang masing-masing hanya
bertambah 1 buah masjid. (3) Persebaran masjid di Kecamatan Jebres Kota
Surakarta tahun 2008 mayoritas berada di bagian utara dan tengah kemudian
sedikit di bagian barat dan selatan. Bagian utara yaitu Kelurahan Mojosongo
sebanyak 69 masjid (43,94%), di bagian tengah yaitu Kelurahan Jebres 48 masjid
(30,57%). Bagian barat hanya berjumlah 10 buah atau (6,40%) yaitu 2 masjid
yang terdapat di Kelurahan Kepatihan Kulon, 2 masjid di Kelurahan Kepatihan
Wetan, 4 masjid di Kelurahan Tegalharjo, dan 2 masjid di Kelurahan
Purwodiningratan. Bagian selatan Kecamatan Jebres mempunyai 31 masjid (19,74
%), dengan rincian 13 masjid di Kelurahan Pucang sawit, 5 masjid di Kelurahan
Jagalan, 5 masjid di Kelurahan Sewu, 5 masjid di Kelurahan Gandekan,dan 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
masjid di Kelurahan Sudiroprajan. Persebaran masjid di Kecamatan Jebres
menunjukkan masjid-masjid banyak dibangun diantara permukiman penduduk,
dan berada di pingir jalan.(4) Pola persebaran masjid di Kecamatan Jebres tahun
2000 adalah mengelompok dengan nilai T = 0,81, demikian juga dengan pola
persebaran masjid di tahun 2008 masih mengelompok dengan nilai T= 0,78.
Masjid di Kecamatan Jebres mengelompok disekitar permukiman-permukiman
penduduk. (5) Pembangunan masjid yang ada di Kecamatan Jebres tidak
semuanya dipengaruhi oleh perkembangan permukiman. Sebanyak 8 buah masjid
atau 16,32% terpengaruhi oleh perkembangan permukiman, sedangkan masjid
yang tidak terpengaruhi oleh perkembangan permukiman sebanyak 41 buah atau
83,67%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
ABSTRACT
Agus Sudiro. A SPATIAL ANALYSIS ON MOSQUE DEVELOPMENT IN
JEBRES SUB DISTRICT OF SURAKARTA MUNICIPAL IN 2000-2008. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret
University, Juny 2011.
The objective of research is to find out the change of landuse into settlement in
Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2000-2008, the Mosque
development growth in Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2000-2008,
spatial distribution growth of Mosque in Jebres Sub District of Surakarta
Municipal in 2000-2008, spread pattern of Mosque in Jebres Sub District of
Surakarta Municipal in 2000-2008, and relation the growth of Mosque with
settlement expands in Jebres sub district of Surakarta municipal in 2000-2008 .
Based on the aims of the research, this research used descriptive spatial
methode. This research is charactered population research with total population of
mosque is 157. The technique of data collecting are (1)documentation, (2)
observation. The technique of data analysis are secondary data analysis, map
analysis, and nearest neighbour analysis.
Considering the result of research, it can be concluded: (1) in 2000-2008
period, the settlement land width in Jebres Sub District expands from 656,45 Ha
in 2000 to 659,09 Ha in 2008. The Kelurahan (political district administered by
the lurah) the settlement of which encounters expansion is only Kelurahan
Mojosongo from 315,90 Ha in 2000 to 318,54 Ha in 2008. Meanwhile others
Kelurahans in Jebres Sub District during that period does not change in their land
us for settlement or is stagnant, (2) in 8 last years the number of mosques
increases significantly. The number of mosques in Jebres Sub District in 2000 is
118 in 2008 it increases by 39 to 157 with the highest number of mosque
development is in Kelurahan Mojosongo of 17 mosques, while the kelurahan with
the smallest number of mosque development is Kelurahans Sewu, Kepatihan
Wetan, Tegalharjo each of which increases by only 1 mosques, (3) the majority
mosque spread in Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2008 is in the
north and centre, then a little in the west and south. The mosque spread in the
north, Kelurahan Mojosongo, is 69 (43.94%), in the center, Kelurahan Jebres, 48
(30.57%). In the west it is only 10 (6.40%): 2 in Kelurahan Kepatihan Kulon, 2 in
Kepatihan Wetan, 4 in Kelurahan Tegalharjo and 2 in Kelurahan
Purwodiningratan. In the south, Jebres Sub District has 31 mosques (19.74%)
including 13 mosques in Kelurahan Pucang Sawit, 5 in Kelurahan Jagalan, 5 in
Kelurahan Sewu, 5 in Kelurahan Gandekan, and 3 in Kelurahan Sudiroprajan. The
mosque distribution in Sub District Jebres shows that many mosques are built
amid the people settlement, and in the edge of road. (4) The mosque distribution
pattern in Sub District Jebres in 2000 is in groups with T value = 0.81, the mosque
distribution pattern in 2000 is still in groups with T value = 0.78. The mosque in
Sub District Jebres is in groups surround the people settlement. (5) The Mosques
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
building in Sub District Jebres do not all effected by settlement expands. The
number of 8 masques or 16,32 % effected by settlement expands, whereas the
number of 41 or 83,67 % mosque disinterestedly by settlement expands.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
MOTTO
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-
Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu."(QS. Al-Hadid:20)
"Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang
(pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak
tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun.
Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan
dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan)
memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah." (QS. Luqman:33)
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka" (QS. Al-Baqarah:201)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan kepada
Ayah Tercinta
Ibunda tersayang
Istriku Tercinta
Saudara-saudaraku
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu Wata „Ala Rabb semesta
Alam, Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi
besar Muhammad Sholallahu „alahi wassalam, keluarga, sahabat serta orang-
orang yang mengikuti petunjuknya sampai Yaumil Qiyamah.
Puji syukur Alhamdullilah dengan hati dan lisan peneliti panjatkan
kehadirat Allah Subhanahu Wata „Ala, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan
Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Dalam penulisan skripsi ini berbagai kesulitan, hambatan serta
kepayahan sering ditemui, akan tetapi Atas Izin Allah Subhanahu Wata„Ala
kemudian dengan bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat terselesaikan juga.
Untuk itu atas segala bentuk bantuannya disampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Geografi.
4. Bapak Dr. Moh. Gamal R, M.Si, sebagi Pembimbing I, Jazakumullah
Khairan terima kasih atas semua arahan dan bimbingannya.
5. Bapak Yasin Yusuf, S.Si, M.Si, sebagai Pembimbing II, terima kasih,
Jazakumullah Khairan atas arahan, dorongan dan semua bimbingannya.
6. Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Surakarta, Kepala Kantor
BAPPEDA,Kepala Kantor Departemen Agama Kota Surakarta (DEPAG),
Kepala Badan Pusat Statistik Kota Surakarta beserta para staf yang telah
membantu memberikan data sebagai bahan dalam penyusunan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
7. Keluargaku di Jawa dan Sumatra (Ibu dan bapakku baktiku untukmu), mas
danang, mas sugiyanto, mbak atik mbak yatun dan mbak sri ), terima
Kasih atas do‟a dan dukungannya, semoga keluarga kita dapat
dipertemukan kembali ke dalam surga-Nya kelak yang penuh dengan
kenikmatan. Amin. Keponakanku Dimas dan Thania semoga kalian
menjadi anak yang sholeh.
8. Istriku yang dengan setia dan tulus menemani dan membantuku dalam
kesusahan. Bersabarlah dan bertaqwalah sesungguhnya hidup ini hanyalah
ujian.
9. Teman- teman Geo ‟04 (Warsono, Nashir, Habib, Fajar Arip). Teman-
teman majelis taklim Masjid RS dr Moeardi (mas Hari, mas Tri, mas
Aswin, mas Agus) yang telah membantu dalam selama proses penelitian
dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas
dukungan serta bantuannya selama ini.
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya yang tidak dapat
disebutkan satu persatu semoga Allah Ta‟ala memberikan balasan
kebaikan dengan sebaik-baik balasan.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dari
penulisan skripsi ini maka dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik
dan saranya yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan. Semoga
karya tulis ini bermanfaat yang akhirnya menjadikan tambahan kebaikan di dunia
dan akherat. Amiin
Wassalamualikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Surakarta, Juni 2011
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. v
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... x
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii
DAFTAR PETA ............................................................................................... xix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xx
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Perubahan Penggunaan Lahan ...................................................... 11
a. Lahan ........................................................................................ 11
b. Penggunaan lahan..................................................................... 12
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perubahan Penggunaan
Lahan ....................................................................................... 13
2. Pengetian Permukiman................................................................... 14
3. Perubahan Penggunaa Lahan Untuk Permukiman ......................... 15
4. Pengertian Masjid .......................................................................... 18
5. Distribusi Spasial ........................................................................... 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
6. Pola Persebaran Masjid .................................................................. 23
7. Citra Ikonos ................................................................................... 26
B. Penelitian yang Releven ...................................................................... 28
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian .......................................................................... 34
2. Waktu Penelitian ........................................................................... 34
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................ 35
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 37
D. Populasi dan Sampel ............................................................................ 37
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Dokumentasi ..................................................................... 38
2. Observasi Lapangan ....................................................................... 38
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 39
1. Mengetahui Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman .. 39
2. Mengetahui Perkembangan Pembangunan Masjid ....................... 40
3. Mengetahui Distribusi Spasial masjid ......................................... 40
4. Mengetahui Pola Persebaran Pembangunan Masjid ..................... 40
5. Mengetahui Hubungan Antara pembangunan Masjid
dengan Perkembangan Permukiman ............................................. 42
G. Prosedur Penelitian
1. Penyusunan Poposal Penelitian ...................................................... 43
2. Tahap Persiapan Instrumen ............................................................ 43
3. Tahap Pengumpulan Data ............................................................. 43
4. Tahap Analisis Data ...................................................................... 44
5. Tahap Penulisan Laporan Penelitian ............................................. 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian ...................................... 45
2. Penggunaan Lahan.......................................................................... 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3. Kondisi Kependudukan dan Sosial Ekonomi
a. Jumlah dan Persebaran Penduduk .............................................. 49
b. Kepadatan Penduduk .................................................................. 50
c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ................... 52
d. Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut .................. 53
e. Fasilitas Kota .............................................................................. 55
B. Hasil dan Pembahasan
1. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman diKecamatan
Jebres .................................................................................................... 56
a. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000 ........................ 57
b. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2008 ........................ 60
c. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2008 ........................... 63
d. Perubahan Penggunaan Lahan Permukiman Tahun 2000-2008 ...... 65
1) Kelurahan yang Tidak Mengalami Perkembangan Per-
Mukiman ......................................................................................... 68
2) Kelurahan yang Mengalami Perkembangan Permukiman ............. 69
2. Perkembangan Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres ............... 75
3. Distribusi Spasial Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres ............ 77
a. Distribusi Masjid Tahun 2000 ....................................................... 77
b. Distribusi Masjid Tahun 2008 ........................................................ 80
c. Distribusi Masjid Tahun 2000-2008 .............................................. 83
4. Pola Persebaran Masjid di Kecamatan Jebres ...................................... 86
a. Pola Persebaran Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ............ 89
b. Pola Persebaran Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2008 ............ 91
5. Hubungan Antara Pembangunan Masjid Dengan Perkembangan
Permukiman 95
a. Faktor Jumlah Pemeluk Agama ....................................................... 98
b. Faktor Pendapatan Masyarakat Untuk Membangun Masjid ........... 103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 113
B. Implikasi ................................................................................................... 115
C. Saran ......................................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 117
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk di
Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 .............................................. 4
Tabel 2. Penelitian yang Relevan ................................................................... 29
Tabel 3. Data dan Jenis Data serta Sumber Data ........................................... 37
Tabel 4. Luas Kelurahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008..... 45
Tabel 5. Penggunaan lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan 2008........... 48
Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan Tahun
2008 ................................................................................................. 50
Tabel 7. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Kecamatan Jebres
Tahun 2000 dan Tahun 2008 ........................................................... 51
Tabel 8. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk ....................................... 52
Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tiap
Kelurahan di Kecamatan Jebres Tahun 2008 ................................. 53
Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Di Kecamatan
Jebres Tahun 2000-2008 .................................................................. 54
Tabel 11. Fasilitas Umum Kecamatan Jebres ................................................. 55
Tabel 12. Penggunaan Lahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ................... 57
Tabel 13. Penggunaan Lahan di Kecamatan Jebres Tahun 2008 .................... 60
Tabel 14. Perubahan Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun
2000-2008 ........................................................................................ 64
Tabel 15. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Kecamatan
Jebres Tahun 2000-2008 .................................................................. 65
Tabel 16. Luas Konversi Lahan Nonpermukiman Menjadi Permukiman
di Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 ...... 72
Tabel 17. Luas Penggunaan Lahan Terbangun dan Tak Terbangun
Menurut Kelurahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2008................... 73
Tabel 18. Distribusi Tempat Ibadah Masjid Dan Distribusi Pemeluk Agama
Islam Di Kecamatan Jebres ........................................................... 76
Tabel 19. Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000 .......................... 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Tabel 20. Distribusi Pembangunan Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008 .... 81
Tabel 21. Distribusi Pembangunan Masjid dan Persebaran Pemeluk Agama
Islam Tahun 2000-2008 Kecamatan Jebres Kota Surakarta ............ 84
Tabel.22. Jarak Terdekat Antar Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ..... 89
Tabel 23. Jarak Terdekat Antar Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2008 ..... 92
Tabel 24. Jarak Lokasi Pembangunan Masjid dengan Titik Perkembangan
Permukiman ..................................................................................... 95
Tabel 25. Perkembangan Pemeluk Agam Islam di kecamatan Jebres Tahun
2000-2008 ........................................................................................ 99
Tabel 26. Perkembangan Pemeluk Agam Islam di kecamatan Jebres Tahun
2000-2008 ....................................................................................... 101
Tabel 27. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
di Kecamatan Jebres Tahun 2000 .................................................... 105
Tabel 28. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
di Kecamatan Jebres Tahun 2000 .................................................... 107
Tabel 29. Distribusi Angka Ketergantungan dan Distribusi Pembangunan
Masjid di Kecamatan Tahun 2000-2008 ......................................... 111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
DAFTAR PETA
Peta 1. Administrasi Kecamatan Jebres ........................................................... 47
Peta 2. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2000 .... 59
Peta 3. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 .... 62
Peta 4. Penggunaan Perubahan Penggunaan Lahan Nonpermukiman-
permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2000-2008 67
Peta 5. Peruntukkan Lahan Untuk lahan Terbangun di Kelurahan
Mojosongo Tahun 2008 ....................................................................... 74
Peta 6. Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2000 ....... 79
Peta 7. Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ....... 82
Peta 8. Distribusi Petumbuhan Pembangunan Masjid Kecamatan Jebres
Tahun 2000-2008 ................................................................................. 85
Peta 9. Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000 ........................ 87
Peta 10. Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008 ...................... 88
Peta 11. Hubungan Pembagunan Masjid Dengan Perkembangan
Permukiman ......................................................................................... 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Continuum Nilai Nearest Neigbour Statistic T …………………… 25
Gambar 2. Kerangka Berpikir ……………………………………………....... 33
Gambar 3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Jebres ....................................... 58
Gambar .4.Penggunaan Lahan Tahun 2008 61
Gambar 5. Grafik Perbandingan Luas Wilayah Dengan Luas Permukiman ... 66
Gambar 6. Penggunaan Lahan Terbangun yang Dimanfaatkan Untuk
Perdagangan di Kelurahan Jebres .................................................................. 68
Gambar 7. Penggunaan Lahan Terbangun yang Dimanfaatkan Untuk
Perdagangan di Kelurahan Jebres ................................................... 68
Gambar 8. Penggunaan Lahan Tegalan di Kelurahan Mojosongo, Jebres ...... 71
Gambar 9. Perubahan Penggunaan Lahan Tegalan Menjadi Permukiman
di Kelurahan Mojosongo, Jebres .................................................... 71
Gambar 10. Distribusi Masjid Tahun 2000 ...................................................... 77
Gambar 11. Masjid Sowijayan Yang Terletak Diantara Permukiman Padat
Penduduk Di Kelurahan Sewu, Jebres .......................................... 82
Gambar 12. Masjid Miftahul Jannah di Kompleks Kantor POLSEK Jebres ... 82
Gambar 13. Masjid As Shodiq yang Teretak di Jalan Raya Urip-
Sumohardjo, Tegalharjo, Jebres .................................................... 83
Gambar 14. Grafik Jarak Lokasi Pembangunan Masjid dengan Titik
Perkembangan Permukiman ......................................................... 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Titik Absolut Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000
Lampiran 2. Titik Absolut Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008
Lampiran 3. Perijinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Meningkatnya jumlah pendududuk suatu wilayah akan mengakibatkan
semakin bertambahnya kebutuhan dan fasilitas masyarakat di wilayah itu sendiri
seperti: Permukiman, fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah, sekolah, kantor dan lain
sebagainya. Peningkatan kegiatan kebutuhan dan fasilitas tersebut akan
menyebabakan perkembangan wilayah.
Lahan sebagai salah satu komponen dalam ruang memegang peranan
sangat penting dalam aktifitas manusia. Manusia selalu mengadakan adaptasi
secara aktif terhadap lingkungan. Adaptasi dan aktifitas itu menyebabkan suatu
perubahan baik perubahan fisik, sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain.Untuk
menunjang aktifitas tersebut manusia membutuhkan lahan yang dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin. Lahan merupakan sumber daya alam yang
bersifat tetap, sedangkan yang akan mengalami perubahan adalah makluk hidup
yang ada di atasnya termasuk manusia.
Lahan secara kualitas dapat mengalami perubahan baik perubahan fisik
maupun perubahan non fisik. Perubahan penggunaan lahan adalah segala campur
tangan manusia baik secara siklis maupun permanen terhadap kumpulan suatu
sumber daya alam dan buatan yang secara keseluruhan disebut lahan dengan
tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik kebendaan atau spiritual maupun
keduanya (Malingreu,1997:7). Penggunaan lahan merupakan penggunaan
manusia atas lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan aktifitas manusia
tersebut dapat dilacak melalui lahan yang ada,misalkan lahan pasar mencerminkan
aktifitas ekonomi (Sutanto et.al.1981:1)
Pada dasarnya lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi
pembangunan, dan merupakan salah satu faktor utama bagi eksistensi manusia
sebagai makluk hidup, khususnya dalam usaha bermukim. Dikatakan demikian
karena hampir semua faktor pembangunan fisik dan kepentingan manusia sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
makluk hidup mutlak memerlukan lahan seperti sektor pertanian, pusat industri,
jalan raya, mendirikan bangunan rumah tempat tinggal yang layak huni atau
ditempati, lahan sebagai tempat untuk bermukim, tempat berdagang, tempat
rekreasi, tempat beribadah. Dari sisi permukiman terkait erat dengan bentuk ruang
tempart tinggal atau permukiman penduduk dengan segala fasilitasnya.
Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan lahan untuk manusia dan
meningkatnya aktifitas pembangunan di dalamnya, serta meningkatnya
pertambahan penduduk, kebutuhan terhadap lahan juga meningkat dengan pesat.
Hal ini memerlukan perhatian yang khusus secara nasional, mengingat
ketersediaan lahan dan luasan pada dasarnya tidak berubah. Dengan demikian
tidak menutup kemungkinan timbulnya permasalahan, yakni terjadi perluasan
permukiman dan bertambahnya areal untuk fasilitas permukiman yang berakibat
pada pengurangan lahan sebagai sumber pangan.
Bintarto (1977:92) mengemukakan bahwa “permukiman dapat
digambarkan sebagai suatu tempat atau daerah dimana pendududuk berkumpul
dan hidup bersama,dimana mereka membangun rumah-rumah, jalan-jalan dan
sebagainya untuk kepentingan mereka”. Sejalan dengan pendapat tersebut
Sumaatmadja (1981:191) menyatakan bahwa “Permukiman dapat diartikan
sebagai bagian dari permukaan bumi yang dihuni manusia dengan segala
prasarana dan sarana yang menunjang kehidupan penduduk, yang menjadi satu
kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan.
Kecamatan Jebres merupakan salah satu kecamatan diantara kecamatan
yang ada di wilayah Kota Surakarta. Kecamatan tersebut letaknya sangat strategis
yaitu berdekatan dengan pusat pemerintahan Kota Surakarta. Kecamatan Jebres
terdiri dari 11 kelurahan yaitu; Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan Kepatihan
Wetan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sewu,
Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Purwodiningratan,
Kelurahan Tegalharjo, Kelurahan Jebres dan kelurahan Mojosongo. Kecamatan
Jebres memiliki luas wilayah 12,58 km2. Di kecamatan ini terdapat fasilitas sosial
yang cukup penting di beberapa bidang yaitu di bidang kesehatan pusatnya adalah
RSUD DR. Moewardi dan Kantor Cabang PMI. Di bidang pendidikan tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
ditandai adanya UNS dan ISI Surakarta. Di bidang media informasi, kehadiran
kantor TATV di Mojosongo. Sementara di bidang perdagangan, terdapat Terminal
Petikemas KA Jebres dan wilayah pergudangan dan bongkar muat barang
Pedaringan. Dengan potensi yang dimiliki oeh Kecamatan Jebres tersebut
menyebabkan rentan terjadinya perubahan penggunaan lahan.
Perubahan Penggunaan lahan untuk permukiman di wilayah Kecamatan
Jebres tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Alamsyah dalam Zuroh (2006:3 ) faktor-faktor yang mempengaruhi
adanya perubahan penggunaan lahan yaitu: jarak suatu tempat kepusat kota,
tersediannya fasilitas seperti listrik, pasar dan bertambahnya jumlah penduduk
sehingga mendorong mereka untuk memiliki rumah”.
Rentang waktu antara tahun 2000 sampai tahun 2008 di wilayah
kecamatan Jebres diperkirakan akan mengalami perubahan penggunaan lahan
yang cukup berarti. Hal ini dikarenakan letak kecamatan yang strategis berada di
dekat pusat kota, tersedianya fasilitas seperti pasar atau pusat perbelanjaan,
terminal, stasiun kereta api, rumah sakit, hotel, kampus dan lain-lain. Hal yang
akan memicu masyarakat untuk datang ke Kecamatan Jebres adalah adanya daya
tarik kota seperti: dekatnya jarak dengan pusat kota, banyaknya lapangan kerja
yang cukup dan menjanjikan, adanya faktor kelengkapan fasilitas sosial, budaya,
ekonomi, pendidikan maupun yang lainnya. Dari faktor tersebut diatas muncul
adanya keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan, menyebabkan penduduk
sekitar tertarik untuk datang ke kota dengan harapan ingin memperbaiki
kehidupan mereka. Dengan adanya penambahan penduduk dari para pendatang ini
maka penduduk kota juga akan semakin bertambah.
Kecamatan Jebres terdiri dari 11 Kelurahan merupakan kecamatan terluas
ke 2 yang ada di wilayah Kota Surakarta. Kecamata Jebres pada tahun 2000
memiliki jumlah penduduk sebanyak 135.764 jiwa kemudian pada tahun 2008
mengalami pertumbuhan penduduk sebanyak 142.292 jiwa. Adanya peningkatan
jumlah penduduk ini akan mempengaruhi tingkat kepadatan penduduknya.
Pada tahun 2000 Kecamatan Jebres memiliki tingkat kepadatan penduduk sebesar
10.792 jiwa/Km2 kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi 11.310 Jiwa/
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Km2. Kepadatan penduduk tersebut dapat diketahui dengan cara membandingkan
luas wilayah secara keseluruhan dengan jumlah penduduk Data mengenai jumlah
penduduk dan tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Jebres disajikan dalam
tabel di bawah ini.
Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk di Kecamatan Jebres
Tahun 2000-2008
No
Kelurahan
Luas Wilayah
(Km²)
Jumlah
Penduduk (Jiwa)
Tingkat Kepadatan
(Jiwa/Km²)
Tahun Tahun
2000 2008 2000 2008
1 Kepatihan Kulon 0,18 3.115 2.930 17.305 17.235
2 Kepatihan Wetan 0,22 3.264 3.080 14.836 1.400
3 Sudiroprajan 0,23 4.934 5.014 21.452 21.800
4 Gandekan 0,35 9.594 9.513 27.411 27.180
5 Sewu 0,49 7.573 7.828 15.455 16.308
6 Pucang Sawit 1,27 12.392 14.084 9.757 11.089
7 Jagalan 0,65 13.643 12.220 20.989 18.800
8 Purwodiningratan 0,37 5.592 5.372 15.113 14.518
9 Tegalharjo 0,32 6.725 6.096 21.015 19.050
10 Jebres 3,17 30.273 32.461 9.549 10.240
11 Mojosongo 5,33 38.659 43.694 7.253 8.197
Jumlah 12,58 135.764 142.292 180.135 165.817
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000 dan 2008
Kepadatan penduduk yang semakin bertambah, mengakibatkan
kebutuhan lahan untuk bermukim juga semakin meningkat. Sehingga
diperkirakan akan semakin menambah penggunaan lahan yang ada khususnya
untuk usaha bermukim. Hubungan kepadatan penduduk dengan penggunaan
lahan dapat dikatakan memiliki hubungan tak langsung. Semakin tinggi angka
kepadatan penduduk di suatu daerah maka semakin cepat perubahan bentuk
penggunaan lahannya. Hal ini berdasar asumsi bahwa semakin tinggi angka
kepadatan penduduk suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan
lahan pada daerah tersebut sehingga perubahan bentuk penggunaan lahannya
semakin cepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pembangunan yang terjadi di Kota Surakarta dari tahun ke tahun telah
membawa perubahan yang besar pada penggunaan lahannya. Kodisi ekonomi
yang mengalami pasang surutpun tidak menghalangi masyarakat kota Surakarta
untuk terus membangun, baik pembangunan untuk diri sendiri maupun untuk
masyarakat umum. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 dan berbagai
kerusuhan yang menuntut adanya reformasi juga berdampak pada penggunaan
lahan. Pada perkembangan selanjutnya pada tahun 2001 pemerintah
mengeluarkan undang-undang otonomi daerah yang secara tidak langsung juga
memberikan pengaruh terhadap penggunaan lahan. Perlahan-lahan pembangunan
kembali dilaksanakan untuk mencapai stabilitas pembangunan nasional yang
terencana. Dari tahun 2000 hingga tahun 2008 selama kurun waktu delapan tahun
ini dimungkinkan perubahan penggunaan lahan khususnya perubahan
penggunaan lahan untuk permukiman akan meningkat dengan pesat. Pertumbuhan
permukiman yang terjadi di daerah perkotaan yang tidak disertai dengan
pemantauan dan perencanaan ruang yang baik akan berakibat pada ketidak
teraturan permukiman, sehingga akan membentuk suatu pola permukiman yang
berbeda-beda.
Disisi lain seiring dengan semakin berkembangnya permukiman,
permukiman sangat memerlukan sarana dan prasana atau fasilitas sosial yang
mendukung permukiman. Menurut Muta‟ali (2000: 14-15) “fasilitas sosial
meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, keagamaan, perekonomian, keamanan,
transportasi, komunikasi dan olah raga”.
Sejalan dengan bertambah dan menyebarnya pola permukiman, yang
ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi serta strata sosial ekonomi yang
heterogen, maka semakin bertambah pula kebutuhan manusia akan fungsi rumah
ibadah bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. Tidak bisa
tidak, pembangunan fasilitas rumah ibadah harus ditingkatkan sama halnya
dengan pembangunan fasilitas sosial yang lain seperti pasar, terminal, rumah
sakit, sekolahan, dan yang lainnya. Hal ini pasti disadari karena pada hakekatnya
manusia adalah makluk religius yang dalam fitrahnya mereka mengakui, tunduk
dan pasrah kepada Yang Maha Menciptakan dan Pengatur Alam Semesta ini dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
mutlak harus beribadah sebagai wujud penghambaan dirinya kepada Tuhan-Nya
Yang Maha Esa yaitu Allah Subhanahu Wata‟ala. Dalam hal ini, peneliti
memfokuskan bangunan tempat ibadah bagi Umat Islam yaitu masjid.
Banyak masjid yang telah didirikan oleh Umat Islam untuk memenuhi
kebutuhan, khususnya kebutuhan spiritual guna mendekatkan diri kepada Allah
Subhanahu Wata‟ala. Allah Subhanahu Wata‟ala sangat menghargai orang-orang
yang membangun masjid, hal ini sesuai sabda Rasulullah sholallahu „alaihi
wassalam: “Barangsiapa mendirikan karena Allah suatu Masjid, niscaya Allah
mendirikan untuknya seperti yang ia telah dirikan itu di Jannah (Syurga)”. (HR
Muslim).
Menurut Dewan Masjid Indonesia (DMI) Pusat hingga tahun 1998 telah
tercatat Masjid dan Mushalla di Indonesia tidak kurang dari 600.000 buah (Drs.
A. Yani, Panduan Memakmurkan Masjid). Dari data ini tentunya keberadaan
rumah ibadah masjid dan musholla akan selalu bertambah dari tahun ketahun.
Berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004 Jumlah Masjid di Indonesia
643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data tahun 1977 sebesar 392.044 buah,
(myquran.org, 24-12-2005). Diperkirakan, jumlah Masjid dan Mushala di
Indonesia saat ini antara 600.000 - 800.000 buah. Rumah ibadah tersebut berada
di tengah-tengah 182.083.594 jiwa umat Islam Indonesia. Perbandingan rumah
ibadah dengan jumlah umat tersebut rasanya cukup representative.
(http://www.immasjid.com/?pilih=lihat&id=249).
Sama halnya dengan kondisi kota-kota yang lain, kota Surakarta
merupakan kota yang kompleks terhadap berbagai macam komunitas sosial
kemasyarakatan. Beberapa faktor yang yang mendukung berkembangnya
pembangunan masjid di Kecamatan Jebres dapat disebutkan seperti faktor agama
yang dianut masyarakat. Agama Islam merupkan agama mayoritas yang paling
banyak dianut oleh penduduk di Kecamatan Jebres. Berdasarkan data yang lebih
dahulu didapat dari Badan Pusat Statistik Kota Surakarta (BPS) pada tahun 2000
jumlah penganut agama Islam sebanyak 90.573 jiwa kemudian pada tahun 2008
terjadi peningkatan jumlah pemeluk sebanyak 4.723 jiwa menjadi 95.296 jiwa.
Melihat dari data tersebut tentunya keberadaan rumah ibadah masjid akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
bertambah dari tahun ketahun, untuk mengimbangi jumlah pemeluk agama yang
terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan faktor agama mempengaruhi
keberadaan rumah ibadah. Apabila mayoritas agama yang dianut di suatu
masyarakat beragama Islam maka secara otomatis keberadaan rumah ibadah
masjid akan lebih banyak daripada rumah ibadah yang lain dan sebaliknya bila
agama mayoritas yang dianut di suatu masyarakat adalah non muslim maka sudah
barang tentu rumah ibadah non muslim tersebut akan lebih banyak hal ini
dikarenakan mereka yang non muslim tidak ada kebutuhan pada bangunan rumah
ibadah masjid tersebut.
Faktor kebutuhan akan rumah ibadah masjid dimungkinkan juga sebagai
salah satu pendorong berkembangnya pembangunan masjid. Hal ini dapat
diketahui atau ditandai dengan semakin banyaknya jumlah penduduk, banyaknya
pekerja perkantoran, banyaknya para pekerja pabrik, pelajar maupun mahasiswa,
dan umum dari luar daerah atau luar kota baik yang hanya singgah maupun
menetap. Hampir kita dapati disetiap gang masuk, perempatan jalan, instansi
perkantoran, rumah sakit, kantor polisi, terminal, stasiun, kampus, gedung
sekolah, pasar dan yang lainnya kita dapatkan bangunan masjid. Hampir dapat
dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ pasti ada masjid. Memang umat
Islam tidak bisa terlepas dari masjid. Disamping menjadi tempat beribadah,
masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman,
pusat dakwah dan lain sebagainya.
Menurut data yang telah didapat dari Departemen Agama Kota Surakarta
menyebutkan bahwa jumlah keseluruhan masjid yang ada di Kecamatan Jebres
pada akhir tahun 2000 sebanyak 118 masjid kemudian pada akhir tahun 2006
bertambah menjadi 140 masjid. Diperkirakan jumlah masjid tersebut akan terus
bertambah sampai pada akhir tahun 2008. Akan tetapi informasi mengenai
keberadaan distribusi masjid di Kecamatan Jebres tersebut belum diketahui
dengan jelas. Sehingga perlu mengetahui analisis distribusinya. Hal ini penting
diketahui oleh khalayak umum sebagai bagian dari rencana pembangunan masjid,
sudah cukup dengan jumlah masjid yang ada atau masih kurang sehingga
diperlukan pembangunan masjid di lokasi yang lain. Selanjutnya juga sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
informasi yang sangat berguna bagi orang-orang yang mengadakan perjalanan
apabila suatu waktu singgah ke masjid terdekat pada saat posisis tertentu. Selain
itu juga pentingnya distribusi spasial ini untuk mengetahui tingkat kebutuhan
masyarakat atas bangunan masjid kususnya Umat Islam, sehingga akan mudah
diketahui perbandingan jumlah masyarakat yang beragama Islam dengan
bangunan masjid yang telah didirikan, dan jangkauan atau jarak bangunan Masjid
terhadap penduduk sekitar/jamaah.
Berdasarkan hal tersebut diatas perlu adanya penelitian di Kecamatan
Jebres Kota Surakarta. Kecamatan tersebut dipilih karena memiliki mayarakat
yang mayoritas beragama Islam dengan populasi penduduk muslim paling banyak
no 2 setelah Kecamatan Banjarsari sehingga diperkirakan banyak masjid yang
didirikan pada areal permukiman-permukiman penduduk terutama pada areal
permukiman penduduk yang mengalami perkembangan permukiman. Diharapkan
bagi seluruh kaum Muslimin, keberadan masjid yang bertambah banyak akan
menambah banyak orang yang hatinya terkait dengan masjid, dan selalu
merindukan masjid. Jadi secara fisik selalu memikirkan bagaimana memelihara
dan memakmurkan masjid, dan secara mental selalu rindu untuk beribadah serta
menghadiri acara-acara di masjid. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut
diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS
SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA
SURAKARTA TAHUN 2000-2008”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di Kecamatan
Jebres Kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008?
2. Bagaimana perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres kurun
waktu tahun 2000-2008?
3. Bagaimana distribusi spasial pembangunan masjid di Kecamatan Jebres Kota
Surakarta tahun 2000-2008?
4. Bagaimana pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun
2000-2008?
5. Bagaimana hubungan antara pembangunan masjid dengan perkembangan
permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008
2. Untuk mengetahui perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres
kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008
3. Untuk mengetahui distribusi spasial pembangunan masjid di Kecamatan
Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008
4. Untuk mengetahui pola distribusi Masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta
tahun 2000-2008
5. Untuk mengetahui hubungan antara pembagunan masjid dengan
perkembangan permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-
2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis, yaitu memberikan sumbangan dalam bidang ilmu
Geografi terutama dalam bidang penginderaan jauh dan kartografi
sehingga dapat mengetahui luasan perubahan penggunaan lahan untuk
permukiman dan distribusi spasial pembangunan masjid serta acuan bagi
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis:
a. Sebagai salah satu informasi mengenai perubahan luasan penggunaan
lahan untuk permukiman di Kota Surakarta terutama di Kecamatan
Jebres.
b. Sebagai bahan untuk mengetahui tingkat kebutuhan masyarakat atas
pembangunan masjid terutama bagi Kaum Muslimin,sehingga akan
mudah diketahui perbandingan jumlah masyarakat beragama Islam
dengan masjid yang telah didirikan, dan untuk mengetahi pola
distribusi dan jarak masjid terhadap penduduk sekitar.
c. Hasil penelitian ini dapat dapat digunakan dalam pembelajaran
geografi di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs). Keterangan lebih
lanjut dapat dilihat pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran Geografi sebagai berikut:
No Kelas/
Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. XII/1 Mempraktekkan
ketrampilan dasar peta dan
pemetaan
a. Mendeskripsikan prinsip-prinsip
dasar peta dan pemetaan
b. Menganalisis lokasi industri dan
pertanian dengan pemanfaatan peta
2. VII/2 Memahami usaha manusia
dalam mengenali
perkembangan
lingkungannya
a. Mendeskripsikan kondisi geografis
dan penduduk di Kecamatan Jebres
b. Menggunakan peta penggunaan
lahan untuk mendapatkan
informasi mengenai penggunaan
lahan Kecamatan Jebres
c. Mendeskripsikan gejala-gejala
yang terjadi di atmosfer serta
dampaknya terhadap kehidupan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Perubahan Penggunaan Lahan
a. Lahan
Arsyad (1989:207) mendenifisikan lahan sebagai lingkungan fisik yang
terdiri dari iklim, relief, tanah, vegetasi, serta benda yang ada diatasnya sepanjang
benda tersebut berpengaruh terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya
adalah kegiatan manusia dimasa lalu dan masa sekarang, dalam hal inilah tanah
mengandung pengertian lahan.
Malingreau (1978:18) mendefinisikan lahan adalah “Suatu wilayah
tertentu yang ada di permukaan bumi khususnya benda yang menyusun biosfer
yang dianggap memiliki siklus yang berada diatasnya atau berada di bawah
wilayah tersebut, yang meliputi tanah, batuan induk, topografi, air, masyarakat,
dan binatang berikut akibat dari manusia dimasa sekarang atau dimasa yang akan
datang yang kesemuanya mempunyai pengaruh yang nyata terhadap penggunaan
lahan.”
Notoprawiro (1987: 25) menyatakan lahan adalah mintakat darat yang
merupakan kesatuan gejala atmosfer, biosfer, lithosfer, atau antroposfer yang
membentuk suatu kaeadaan yang berpengaruh penting atas penggunaan lahan
suatu wilayah.
Dengan demikian lahan adalah penjabaran yang lebih rinci dan lebih luas
yang merupakan satu kesatuan unsur-unsur yang berada di atasnya. Unsur utama
dari lahan adalah tanah tetapi bukan berarti hanya tanah saja, melainkan gabungan
dari beberapa unsur lain antara lain tanah, iklim, topografi, penggunaan lahan,
aktifitas manusia dan lain sebagainya. Satu kesatuan unsur inilah yang
mendatangkan keuntungan bagi manusia dalam pengolaan dan penggunaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
b. Penggunaan lahan
Penggunaan lahan merupakan fungsi lahan yang dapat digunakan sebagai
untuk memenuhi kebutuhannya. Lahan tersebut dapat digunakan sebagai lahan
pertanian, permukiman, lahan industri, lahan perdagangan, perkantoran, dan lain
sebagainya.
Malingreau (1977: 77) mendifinisikan lahan sebagai berikut: “pengunaan
lahan adalah segala campur tangan manusia baik secara siklis maupun permanen
terhadap kumpulan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang secara
keseluruan dapat disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik
kebendaan maupun spiritual ataupun keduanya.”
Penggunaan lahan di Indonesia selalu dimulai dari lahan yang lingkungan
fisisknya lebih baik. Setelah lahan dalam lingkungan baik di manfaatkan,
kemudian bergerak ke lahan marginal, Penggunaan lahan dimulai dari dataran
rendah ke arah pegunungan setelah terbentuk dari faktor kemiringan dan
ketinggian tempat yang hanya memungkinkan untuk hidup jenis tanaman tertentu,
maka akan beralih ke daerah pantai. Dari penjelasan diatas maka penggunaan
lahan merupakan pengertian yang bersifat dinamis, dimana perubahan
penggunaan lahan akan berpengaruh pada bidang lain ( Sandy,1995:45).
Penggunaan lahan merupakan penggunaan manusia atas lahan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, dan aktifitas manusia tersebut dapat dilacak
melalui lahan yang ada, misalkan lahan pasar mencerminkan aktifitas ekonomi
(Soetanto et all. 1981: 1).
Dari definisi penggunaan lahan tersebut manusia mempunyai peranan
yang sangat penting dalam menentukan bentuk penggunaan lahan. Manusia
memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia akan
lahan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk. Pertumbuhan
pernduduk yang tidak diimbangi dengan luas lahan yang tersedia akan
menyebabkan tumpang tindih kepentingan dan konflik kepemilikan lahan, hal ini
disebabkan karena lahan yang ada tidak mengalami pertambahan yang luas
(statis).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan
Faktor yang berpengaruh dalam perubahan penggunaan lahan disuatu
daerah dapat berupa faktor fisik dan faktor non-fisik. Faktor fisik meliputi
topografi, relief, ketinggian, kemampuan lahan dan aksebilitas, sedangkan untuk
yang non-fisik meliputi tekanan penduduk karena tingkat kepadatan, sebaran
maupun kegiatannya, dan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pembangunan.
Sutanto dalam Zuroh (2006:9) mengemukakan beberapa faktor fisik yang
diasumsikan cukup besar terhadap perubahan penggunaan lahan yaitu adanya
pengaruh:
1) Faktor jarak terhadap pusat kota
2) Faktor kutub/pusat kegiatan (pasar, kampus, terminal)
3) Sarana jalan
Sillalahi dalam Soeparmin (2002:190) menyebutkan faktor yang
mempengaruhi perubahan penggunaan lahan adalah faktor fisik, biologis, faktor
pertimbangan ekonomi, dan faktor kelembagaan. Faktor fisik dan biologi
berkaitan dengan lingkungan fisik, manusia menempati suatu daerah dengan
memperhatikan letak daerah tersebut dengan daerah lain, keadaan bahan
penunjang bagi menusia itu sendiri. Faktor fisik mencakup keadaan geologi,
tanah, air, iklim, tumbuh-tumbuhan. Faktor pertimbangan ekonomi seperti
keuntungan, keadaan pasar, dan transportasi. Faktor kelembagaan bercirikan oleh
hukum pertanahan yang berlaku di masyarakat, keadaan politik, keadaan social
maupun kepercayaan.
Yunus (1981: 16) mengemukakan bahwa “Perubahan penggunaan lahan
disebabkan oleh dua macam kekuatan yaitu:
a) Kekuatan Centrifugal, adalah bentuk kekuatan dari dalam yang
mengakibatkan perubahan bentuk penggunan lahan dari suatu kota yang
realisasinya berwujud gerakan penduduk dari dalam kota menuju kearah
keluar kota. Faktor-faktor yang mendorong gerakan penduduk dari dalam
antara lain keadaan di daerah pusat kota semakin padat, usaha untuk
memperbanyak penguasaan dan pemilikan tanah, sistem sewa tanah yang
semakin tinggi, makin banyak peraturan yang mengikat, pajak yang tinggi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
lingkungan yang tercemar. Faktor-faktor yang mempengaruhi dari daerah
belakang atau pinggiran adalah lingkungan yang masih terbuka dan
menyenangkan, harga lahan yang masih murah, sistem transportasi dan
komunikasi yang makin baik, serta keadaan lalu lintas yang kurang padat.
b) Kekuatan Centripetal, yaitu kekuatan-kekuatan yang mengakibatkan
perubahan tata guna lahan sebagai akibat dari gerakan pendududuk hyang
bersal dari luar kota memasuki wilayah perkotaan atau daerah bagian dalam
(inner zone). Faktor-faktor yang mendorong dari daerah belakang atau
pinggiran (peripheral zone) adalah kehidupan penduduknya masih tergantung
pada kota, kurangnya berbagai fasilitas dan pelayanan, letak ynag dekat
dengan kota. Faktor yang menarik dari dalam kota (inner zone) adalah makin
banyak jalan dan frekuensi angkutan yang makin tinggi, lapangan kerja yang
cukup tersedia dan bervariasi serta fasilitas-fasilitas social yang lengkap dan
memadai.
2. Pengertian Permukiman
Permukiman merupakan salah satu obyek kajian dalam georafi, dengan
menekankan pembahasannya pada aspek ruang, baik sempit maupun luas, dan erat
kaiannya dengan penduduk sebagai penghuni. Pengertian umum permukiman
adalah suatu tempat yang didiami oleh orang atau sekelompok seseorang untuk
menetap dalam jangka waktu yang lama. Permukiman merupakan suatu daerah
yang ditempati manusia untuk bertempat tinggal atau menetap. Dalam kawasan
ini perumahan selain juga fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan manusia seperti
jalan, sarana transportasi, dan sarana-saran lingkungan yang lain.
Yunus (1987: 3) mengemukakan pengertian permukiman sebagai suatu
bentukan artifisial maupun natural dengan segala kelengkapannya yang digunakan
oleh manusia, baik secara individual maupun maupun kelompok untuk bertempat
tinggal baik sementara maupun menetap dalan rangka menyelenggarakan
kehidupannya.
Menurut Undang- Undang No.4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Pemukiman dinyatakan bahwa Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan
yang berfungsi sebagai lingkungan satuan tempat tinggal atau lingkungan hunian
dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan
(www.asiamaya.com/undang-undang/uu_perumahan/uu_perumahan_babI.htm).
Istilah permukiman (settlement), seringkali dikacaukan dengan istilah
pemukiman. Namun kedua kata terjemahan dari settlement mempunyai kaitan
yang sangat erat yang mengacu kepada pengertian tempat tinggal atau tempat
kediaman manusia hanya saja sebenarnya dua istilah ini dapat dibedakan secara
tegas yaitu permukiman adalah tempat untuk bertempat tinggal, sedangkan
pemukiman adalah cara bermukim atau hal memukim atau tegasnya cara atau hal
menempati suatu tempat tinggal.
Menurut Purwodarminto (1966), dalam Yunus (1987: 5), secara etimologis
baik kata permukiman maupun kata pemukiman berasal dari kata mukim
sedangkan menurut Menurut Yunus (1987: 2), kata permukiman mempunyai
imbuhan per-an dan kata pemukiman mempunyai imbuhan pe-an. Kedua macam
jenis imbuhan ini mempunyai fungsi pembentukan kata benda. Diantara beberapa
arti yang dibentuk oleh imbuhan, per- an, ternyata yang paling tepat untuk kata
permukiman adalah tempat ber.... atau tempat bermukim untuk kata permukiman,
sedangkan arti imbuhan pe- an pada kata pemukiman mempunyai arti cara me...
atau hal me... dengan demikian jelaslah bahwa arti kata permukiman
seharusnyalah dibedakan dengan kata pemukiman dalam pemakaiannya.
3. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk permukiman.
Manusia dalam hidupnya memebutuhkan ruang untuk melangsungkan
segala aktivitasnya, sehingga lahan mempunyai peranan yang sangat penting.
Manusia dengan segala aktivitasnya memanfaatkan lahan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapat tentang lahan dikemukakan oleh
Arsyad (1989: 207):
Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief,
tanah, air,vegetasi, serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada
pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya juga hasil
kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang, seperti hasil reklamasi laut,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
pembersihan vegetasi, dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang
terisolasi”.
Sedangkan penggunaan lahan merupakan akibat dari segala tindakan
manusia pada lahan. Campur tangan manusia harus diupayakan seefektif mungkin
untuk menjaga kelestariannya. Arsyad ( 1989 : 207) mengemukakan bahwa
Penggunaan lahan merupakan setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia
terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan baik secara materiil maupun
spiritual.
Manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan bentuk
penggunaan lahan. Manusia dengan segala bentuk kebutuhannya memanfaatkan
lahan dengan tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan
lahan akan terus meningkat, sedangkan lahan di muka bumi sifatnya terbatas.
Jumlah penduduk yang semakin bertambah, mengakibatkan kebutuhan
permukiman juga semakin meningkat. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan
alih fungsi lahan, sehingga akan menyebabakan terjadinya perubahan penggunaan
lahan.
Secara umum faktor-faktor utama yang mendorong perubahan penggunaan
lahan adalah pertumbuhan penduduk, perkembangan kegiatan usaha, dan social
budaya masyarakat termasuk didalamnya adalah pembangunan. Sedangkan faktor
utama yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah jumlah penduduk
yang semakin meningkat. Tingginya angka kelahiran dan perpindahan penduduk
memeberikan pengaruh yang besar pada perubahan penggunaan lahan. Selain
akibat adanya pertumbuhan penduduk perubahan penggunaan lahan juga banyak
terjadi di daerah yang memiliki jaringan jalan yang baik. Perkembangan
permukiman di sepanjang jalan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
perkembangan permukiman yang berlokasi jauh dari jaringan jalan.
Perkembangan permukiman sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah
setempat. Hal ini mengingat bagaimanapun manusia memiliki pertimbangan
dalam memilih lokasi tempat tinggal, baik untuk berteduh, melindungi diri
ataupun kepentingan pribadi. Lokasi permukiman merupakan hal yang sangat
penting dalam pembangunan permukiman. Sebab lokasi yan sesuai akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
berpengaruh terhadap perkembangan permukiman dikemudian hari. Oleh karena
itu dalam menentukan lokasi permukiman hendaknya memperhatikan kondisi
ekologis dari daerah yang bersangkutan. Kondisi ekologis yang tepat akan
berpengaruh terhadap pola sebaran dari perkembangan permukiman.
Menurut Bintarto faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemekaran
atau perkembangan di bagi menjadi dua yaitu faktor dari dalam dan faktor dari
luar. Hal ini dikemukakan Bintarto (1977:61) sebagi berikut:
Pemekaran kota pada umumnya digerakkan oleh pengaruh dari dalam dan
pengaruh dari luar. Pengaruh dari dalam berupa rencana-rencana
pengembangan dari para perencana kota, desakan-desakan dari warga kota
berupa pelbagai daya tarik dari belakang kota atau hinterland kota. Apabila
kedua pengaruh itu bekerja pada saat yang sama, maka pemekaran kota
akan terjadi lebih cepat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkembangan
permukiman diantaranya adalah:
1. Faktor alam
Suatu permukiman umumnya akan berkembang apabila menempati
daerah yang relatif datar atau dengan ketinggian tertentu yang
memungkinkan kehidupan sehari-hari berlangsung dan tidak ada daerah-
daerah alami yang menghambat. Selain faktor alam topografi, faktor alam
lainnya adalah sumber-sumber alam yang dapat digunakan untuk
menunjang kehidupan manusia seperti tanah yang subur, sungai, atau
danau dan lain-lain.
2. Faktor letak
Letak satu daerah terhadap daerah lainnya dapat menimbulkan
hubungan yang menunjang perkembangan pemukiman yang berarti juga
menyebabkan daerah tersebut menjadi berkembang. Lebih lanjut bintarto
(1977: 62) mengatakan bahwa letak kota yang strategis, misalnya saja
letak dipersimpangan jalan, letak pertemuan dua aliran sungai, letak di
lemabah-lembah yang subur, di dataran aluvial akan membneri pengaruh
positif terhadap perkembangan kota.
3. Faktor transportasi dan lalu lintas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Jalur jalan pada suatu kota dan jalur penghubung kota dengan
daerah sekitar kota sangat berpengaruh dalam ikut meningkatkan arus
urbanisasi dan arus barang antar kota. Aksesibilitas kota menjadi semakin
besar, sehingga akan membuka terjadinya perkembangan pemukiman ke
berbagai arah. Daerah-daerah yang terletak pada fokus jalan lalu litas
darat, laut, maupun udara akan mengalami perkembangan yang cepat.
4. Faktor pertumbuhan penduduk
Penduduk merupakan faktor yang mempunyai peran yang sangat
besar dalam pertumbuhan dan perkembangan pemukiman. Faktor
penduduk dapat disebut faktor dinamis terjadinya perkembangan
pemukiman. Dalam hal ini Yunus (1981 : 3) mengemukakan bahwa
sehubungan dengan kuantitas penduduk perkotaan perlu disoroti dua hal
yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kota sendiri, yaitu
perkembangan penduduk yang disebabkan karena pendatang-pendatang.
Makin besar arus urbanisasi dan ditunjang dengan pertumbuhan
alami penduduk kota akan mengakibatkan jumlah penduduk kota akan
semakin membengkak sehingga memungkinkan penambahan fasilitas
penunjang yang berupa pembangunan fisik yang memerlukan lahan baru
yang tidak mungkin dibangun dipusat kota, tetapi dialihkan, kedaerah
pinggiran karena sehingga akan mengakibatkan munculnya permukiman-
permukiman baru.
5. Faktor ekonomi
Apabila suatu daerah perekonomiannya berkembang dengan baik,
maka orang tertarik untuk datang ke daerah tersebut untuk bekerja dan
akhirnya tinggal menetap di sana serta mendirikan rumah yang baru
sehingga akan menyebabkan permukiman-permukiman baru.
4. Pengertian Masjid
Kata masjid disebut sebanyak dua puluh delapan kali dalam Al-Qur‟an,
berasal dari kata sajada yang artinya tempat sujud. Dari segi bahasa kata tersebut
terambil dari akar kata sajada-sujud yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
penuh hormat dan takdzim. Secara terminologis diartikan sebagai tempat
beribadah umat Islam, khususnya dalam menegakkan shalat. Masjid sering
disebut Baitullah (rumah Allah Subhanahu Wata‟ala), yaitu bangunan yang
didirikan sebagai sarana mengabdi kepada Allah Subhanahu Wata‟ala. Secara
teknis sujud (sujudun) adalah meletakkan kening ke tanah. Secara maknawi, jika
kepada selain Allah Subhanahu Wata‟ala, sujud mengandung arti hormat kepada
sesuatu yang dipandang besar atau agung (ini tidak boleh dilakukan karena
mengandung arti kesyirikan).
http//luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Quraish/wawasan/masjid.html.
Adapun masjid (masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti
khusus. Masjid dalam arti umum adalah semua tempat yang digunakan untuk
sujud dinamakan masjid oleh karena itu sabda Nabi Muhammad sholallahu‟alaihi
wassalam, Allah Subhanahu Wata‟alamenjadikan bumi ini sebagai masjid.
Sedangkan masjid dalam artian khusus adalah tempat atau bangunan yang
dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama shalat berjamaah.
Pengertian ini kemudian mengerucut menjadi, masjid yang digunakan untuk
shalat Jum‟at disebut masji Jami‟. Karena shalat Jum‟at diikuti oleh banyak orang
maka masjid Jami‟ biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya digunakan
untuk shalat lima waktu, bisa di perkampungan, bisa juga di kantor atau di tempat
umum, dan biasanya tidak terlalu besar atau bahkan kecil sesuai dengan keperluan
disebut Musholla, yang artinya tempat sholat. Dalam Ensiklopedi Indonesia
dikatakan bahwa masjid dengan Musholla/langgar ataupun surau ada
perpedaannya, masjid seperti yang telah tertera di atas, sedangkan
Musholla/langgar ataupun surau merupakan tempat mengaji, tempat belajar
agama, dan tempat sembahyang bagi kaum Muslimin dengan luas lebih kecil dari
masjid. Pada zaman Nabi Muhammad sholallahu‟alaihi wassalam yang
dinamakan Musholla ialah tanah lapang tempat melakukan shalat Hari Raya.
Fungsi masjid adalah sebagai tempat melaksanakan shalat berjama‟ah.
Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat, namun shalat
bukanlah hannya tempat untuk melaksanakan shalat saja, sejarah telah
membuktikan multi fungsi peranan masjid. Bukan saja tempat shalat, tetapi juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
sebagai pusat pendidikan, pengajian keagamaan, dan fungsi-fungsi di bidang
sosial, politik, ekonomi, dan lain sebagainya.
Dalam perjalanan sejarahnya, pada waktu hijrah dari Mekah ke Madinah
ditemani shahabat beliau, Abu Bakar, Rasulullah sholallahu‟alaihi wassalam
melewati daerah Quba di sana beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa
kenabiannya, yaitu Masjid Quba (QS 9:108, At Taubah). Setelah di Madinah
Rasulullah sholallahu‟alaihi wassalam sholallahu‟alaihi wassalam juga
mendirikan Masjid, tempat umat Islam melaksanakan shalat berjama‟ah dan
melaksanakan aktivitas sosial lainnya. Pada perkembangannya disebut dengan
Masjid An- Nabawi. Ada tiga masjid besar yag memiliki keutamaan di antara
masjid-masjid yang lain bagi umat Islam, yaitu masjid Al-Haram, di Makkah
masjid al-Aqsha, di Palestina dan masjid An-Nabawi di Madinah.
Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid Sekolah,
Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Masjid didirikan untuk
memenuhi hajat umat, khususnya kebutuhan spiritual, guna mendekatkan diri
kepada Pencipta-nya. Tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah Subhanahu
Wata‟ala. Masjid menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan hidup dan
energi kehidupan umat.
Fungsi Masjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah
shalat berjamaah. Kalau kita perhatikan, shalat berjamaah adalah merupakan salah
satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan
fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran
Rasulullah shallallahu‟alaihi wa sallam tentang shalat berjamaah merupakan
perintah yang benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin. Sebagaimana Allah
subhanahu wata'ala berfirman, artinya, "Yang memakmurkan masjid-masjid Allah
ialah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian,
serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa
pun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan
termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. at-Taubah: 18).
Allah Subhanahu Wata‟ala telah memuliakan masjid beserta orang-orang
yang memakmurkannya dengan ketaatan. Dan Allah telah menjanjikan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
mereka pahala yang sangat besar. Allah Subhanahu Wata‟ala berfirman, artinya,
"Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk
dimuliakan dan disebut namaNya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu
petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual
beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan
zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan
menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah
memberikan Balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karuniaNya kepada
mereka. dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa
batas." (QS. an-Nur: 36-38)
5. Distribusi Spasial
Analisis spasial atau yang sering juga disebut analisis keruangan,
menurut Bintarto dan Hadisumarno (1991: 12) mempelajari perbedaan lokasi
mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Pada analisis keruangan
yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan
penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang
dirancangkan. Pada analisa keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang
terdiri dari data titik (point data) dan data bidang (areal data).
Pada hakekatnya analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitik-
beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction),
dan gerakan (movement). (Bintarto dan Hadisumarno, 1991: 74).
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka
analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang
dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola
(spatial pattern), dan proses (spatial processes). Ketiga hal tersebut termasuk
pendekatan keruangan yang ditekankan dalam studi pemukiman. Dalam konteks
fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur, pola dan proses.
Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang.
Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3)
kenampakan bidang (areal features). Pola (pattern) merupakan kekhasan
distribusi gejala tertentu di dalam ruang atau wilayah. Pola keruangan ditunjukkan
dengan mengamati gejala berdasarkan kenampakan point features, line features,
dan areal features. Pola keruangan titik adalah kekhasan distribusi titik-titik
(mencerminkan gejala geografi tertentu) dalam ruang yang diamati. (Yunus, 2007
: 52-53).
Analisis spasial dapat diketahui dengan menggunakan peta. Dalam
perkembangan teknologi perpetaan, pembuatan peta dipermudah dengan adanya
SIG yang dirancang untuk menganalisis dan mengolah data dalam jumlah besar
sehingga memudahkan dalam penuangan data tersebut ke base map yang
manghasilkan peta tematik. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta yang
dapat digunakan untuk menampilkan informasi-informasi tertentu. Peta-peta
tematik tersebut dapat dibuat dari peta-peta yang sudah ada sebelumnya, hanya
memanipulasi atribut-atributnya. Yousman (2004: 5)
SIG mempunyai kemampuan untuk menganalisis dan mengolah data
dengan volume yang besar. Pengetahuan mengenai bagaimana cara mengekstrak
data dan bagaimana menggunakannya merupakan kunci analisis dalam SIG.
Kemampuan analisis berdasarkan aspek spasial yang dapat dilakukan oleh SIG
menurut Yousman (2004: 16-17) antara lain :
a. Klasifikasi yaitu mengelompokkan data spasial menjadi data spasial yang
baru. Contohnya adalah mengklasifikasikan tata guna lahan untuk
pemukiman, pertanian, perkebunan ataupun hutan berdasarkan analisis data
kemiringan atau data ketinggian.
b. Overlay yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih data spasial
yang berbeda, misalnya menganalisis daerah rawan erosi dengan
mengoverlaykan data ketinggian, jenis tanah, dan kadar air.
c. Networking yaitu analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang terdiri dari
garis-garis dan titik-titik yang saling terhubung. Analisis ini sering dipakai
dalam berbagai bidang, misalnya sistem jaringan telepon, kabel listrik, pipa
minyak atau gas, air minum atau saluran pembuangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
d. Buffering yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga yang bisa
berbentuk lingkaran atau polygon yang melingkupi suatu objek sebagai
pusatnya, sehingga bisa diketahui berapa parameter objek dan luas
wilayahnya.
e. Analisis tiga dimensi ini sering digunakan untuk memudahkan pemahaman
karena data divisualisasikan dalam tiga dimensi. Contoh penggunaannya
adalah untuk menganalisis daerah yang terkena aliran lava.
Ada beberapa analisis yang dapat digunakan dalam SIG: 1) Penyuntingan untuk
pemutakhiran data.2) Interpolasi spasial.3) Tumpangsusun peta.4) Analisis
jaringan.5) Buffering.6) Klasifikasi.7) 3D analisis.8) Digital image processing.
(http/partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id/esensial peta.)
Disribusi spasial dalam penelitian ini berkaitan dengan informasi
mengenai lokasi atau posisi secara tepat masjid-masjid yang tersebar di kecamatan
Jebres. Tepat dalam artian bahwa data mengenai posisi masjid ditampilkan
dengan letak lintang dan letak bujur yang diketahui dengan menggunakan alat
GPS (Global Positioning System) dan selain itu diketahui juga letak atau posisi
masjid secara administratif. Hal ini sangat penting diupayakan sehingga data
persebaran ini bisa dijadikan pertimbangan untuk pembangunan masjid
selanjutnya.
6. Pola Distribusi Masjid
Pola persebaran / distribusi merupakan suatu sistem persebaran lokasi
yang disesuaikan dengan keruangan. Pada hakikatnya analisa keruangan adalah
analisa lokasi yang menitik beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak
(distance), kaitan (interaction) dan gerakan (movement) (Bintarto, 1982). Pola
persebaran yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi persebaran lokasi
masjid berdasarkan lokasi bangunannya.
Dalam penentuan pola persebaran masjid di daerah penelitian ditentukan
dengan menggunakan perhitungan "Analisa Tetangga Terdekat (Nearest Neigbour
Statistic T)" Bintarto, R dan Surastopo, (1982). Analisa seperti ini memerlukan
data tentang jarak antara satu lokasi dengan lokasi yang paling dekat yang pada
penelitian ini adalah jarak antara masjid yang satu dengan lokasi masjid yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
terdekat. Sehubungan dengan hal ini tiap lokasi dianggap sebagai sebuah titik
dalam ruang. Penggunaan analisa tetangga terdekat hanya bisa dilakukan di
bidang datar dengan mengabaikan relief yang ada, sehingga akan mempunyai
hasil yang berbeda jika dilakukan pengukuran langsung di lapangan. Dalam
menggunakan analisa tetangga-terdekat harus diperhatikan beberapa langkah
sebagai berikut:
a. Menentukan batas wilayah yang akan diselidiki
b. Mengubah pola penyebaran seperti yang terdapat dalam peta topografi
menjadi pola penyebaran titik
c. Memberikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah cara
menganalisanya
d. Mengukur jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan
titik yang lain yang merupakan tetangga terdekat.
e. Menghitung besar parameter tetangga terdekat (nearest-neigbour statistic)
T dengan menggunakan formula :
T = Ju
Jh
Keterangan :
T = indeks penyebaran tetangga-terdekat
Ju = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya
yang terdekat
Jh = jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola
random
Andaikata semua titik mempunyai persebaran random, maka Jh dapat
dihitung dengan rumus :
1
Jh=
2 √P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
P =
kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi dari jumlah titik yang ada (N)
dibagi dengan luas wilayah dalam Km2 (A), sehingga
A
N.
Parameter tetangga terdekat atau indeks penyebaran tetangga-terdekat
mengukur kadar kemiripan pola titik terhadap pola random. Untuk memperoleh Ju
digunakan cara dengan menjumlahkan semua jarak tetangga terdekat dan
kemudian dibagi dengan jumlah titik yang ada. Parameter tetangga-terdekat T
(Nearest Neigbour Statistic T) tersebut dapat ditunjukkan pula dengan rangkaian
kesatuan (continuum) untuk mempermudah pembandingan antar pola titik.
Menurut Bintarto, R dan Surastopo Hadisumarno (1982: 76), membagi
pola persebaran menjadi 3 jenis, yaitu :
1). Mengelompok, apabila indeks kumulatif parameter tetangga terdekatnya
(T) = 0 – 1. Atau dengan kata lain jika jarak antara lokasi yang satu
dengan lokasi lainnya berdekatan dan cenderung mengelompok pada
tempat-tempat tertentu.
2). Random (acak), apabila indeks kumulatif parameter tetangga
terdekatnya (T) = 1- 2,15. Atau dengan kata lain jika jarak antara lokasi
yang satu dengan yang lainnya tidak teratur.
3). Terpencar (seragam), apabila indeks kumulatif parameter tetangga
terdekatnya (T) = > 2,15. Atau dengan kata lain jika jarak antara satu
lokasi dengan lokasi yang lainnya relatif sama.
T = 0 T = 1.0 T = 2,15
Mengelompok Random Seragam
Seragam
Gambar 1. Continuum Nilai Nearest Neigbour Statistic T
● ● ●
● ●
● ● ●
● ●
●
● ●
●
●●
●
●●●
●●
● ● ●
● ● ●
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
7. Citra Ikonos
Ikonos adalah citra satelit penginderaan jauh resolusi tinggi. Satelit ikonos
diluncurkan tanggal 24 September 1999. Orbit Ikonos sinkron matahari
(sun=syncronous). Ikonos mengelilingi bumi 14 kali perhari atau setiap sembilan
puluh delapan menit. Ikonos merekam bumi pada saluran pankromatik
(gelombang sinar tampak) dengan resolusi spasial satu meter, dan multi spektral
dengan empat saluran (biru, hijau, merah, dan infra merah dekat) dengan resolusi
spasial empat meter. Kedua produk tersebut terekam pada rona 11-bit (2048
tingkat warna atau rona). Namun demikian keterbatasan warna yang digunakan
pada setiap komputer pengguna hanya sampai 8-bit tingkat warna (tingkatan
warna atau rona yaitu 0-255). Rekaman citra satelit Ikonos menggunakan saluran
atau panjang gelombang pankromatik (sinar tampak) dan saluran inframerah
pantulan (inframerah dekat). Kombinasi saluran menghasilkan warna palsu yang
dapat digunakan untuk identifikasi permukaan bumi secara rinci.
B. Penelitian Yang Relevan.
1. Judul : Distribusi Spasial Dan Arah Kiblat Masjid Di Kecamatan Laweyan
Dan Kecamatan Serengan Kota Surakarta Propinsi Jawa Tengah Tahun 2006.
Peneliti : Kunti Robikhah
Fakiultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
(2007)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1) Sebaran Masjid
2) Arah kiblat dan tingkat penyimpangan Masjid-masjid
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan arah kiblat Masjid-
masjid yang ada di kecamatan Laweyan dan kecamatan Serengan kota
Surakarta
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai yang bertujuan
mengumpulkan data mengenai obyek yang akan diteliti Survai dilakukan pada
Masjid-masjid di kecamatan Laweyan dan kecamatan Serengan. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data besar sudut arah kiblat Masjid dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
arah kiblat seharusnya, data lokasi Masjid, data penyimpangan arah kiblat, selain
itu didukung data lintang dan bujur Mekah dan tempat yang akan ditentukan arah
kiblatnya, nama Masjid, monografi masing-masing kecamatan, juga peta Rupa
Bumi Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan persebaran masjid-masjid di dua kecamatan
yaitu, Laweyan dengan jumlah Masjid 104 Masjid dan Serengan dengan 43
Masjid yang ditampilkan dalam peta Masjid-masjid di kecamatan Laweyan dan
kecamatan Serengan kota Surakarta. Arah kiblat Masjid umumnya tidak mengarah
tepat ke kiblat dan penyimpangan yang terjadi bervariasi mulai kurang dari 1°
sampai kurang dari 21° yang terbagi dalam 3 klasifikasi, yaitu kategori rendah
sebanyak 31 Masjid (53,5%) kategori sedang sebanyak 17 Masjid (29,3%)
kategori tinggi sebanyak 10 Masjid (17,2%. Kecenderungan penyimpangan
dengan perbandingan ke arah selatan 46 Masjid (79,3%) ke utara. Faktor yang
memepengaruhi besarnya penyimpangan antaralain karena faktor prndidikan
orang yang melakukan penentuan arah kiblat, faktor orientasi jalan karena adanya
penataan wilayah, juga faktor kepemelukan agama Islam yang dianut oleh
masyarakat yang berada di sekitar Masjid.
2. Judul: Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Perkembangan
Permukiman di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Periode 1994-
2004.
Peneliti: Endang Wahyuni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (2006)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pertumbuhan penduduk kecamatan Colomadu Periode 1994-2004
2. Perkembangan Permukiman Kecamatan Colomadu Periode 1994-2004
3. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk terhadap perkembangan permukiman di
kecamatan Colomadu Karangannyar periode 1994-2004
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini
merupakan penelitian populasi, dengan populasi seluruh desa yang ada di
kecamatan colomadu, yang meliputi 11 desa. Pengambilan sampel dilakukan
secara sensus, yakni meliputi tiap desa yang ada di kecamatan Colomadu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
menjadi unit analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
pencatatan dokumentasi dan observasi langsung serta analisis peta dengan
pendekatan keruangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :
1. Kecamatan Colomadu pada tahun 1994 penduduknya berjumlah 43.702 jiwa
dan pada tahun 2004 penduduknya meningkat mnjadi 53,41 jiwa, dengan
angka pertumbuhan penduduk yaitu mencapai 2,02% pertahun.
2. Perkembangan permukiman di kecamatan Colomadu pada tahun 1994 seluas
670,1 Ha. Dan pada tahun 2004 menjadi seluas 767,6 Ha, selama kurun waktu
10 tahun mengalami perkembangan seluas 27 Ha.
3. Pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap perkembangan lahan
permukiman. Dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat, maka
kebutuhan permukiman juga meningkat, sedangkan lahan untuk menyediakan
permukiman terbatas, sehingga perlu dilakukan alih fungsi lahan untuk
memenuhi kebutuhan permukiman.
Secara jelas penelitian-penelitian yang relevan dapat dilihat dalam tabel 1 berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
No Penulis Judul Penelitian Tujuan Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1
Kunti Robikhah
(2007)
Distribusi Spasial Dan
Arah Kiblat Masjid Di
Kecamatan Laweyan
Dan Kecamatan
Serengan Kota
Surakarta Propinsi Jawa
Tengah Tahun 2006.
Mengetahui sebaran
masjid
Menetahui arah kiblat
dan tingkat
penyimpangan
Masjid-masjid
Mengetahui faktor-
faktor yang
mempengaruhi
penyimpangan arah
kiblat masjid-masjid
yang ada di
kecamatan Laweyan
dan kecamatan
Serengan kota
Surakarta
Deskriptif
kualitataif
Persebaran Masjid-masjid di dua
kecamatan yaitu, Laweyan dengan
jumlah Masjid 104 Masjid dan
Serengan dengan 43 Masjid.
Arah kiblat Masjid umumnya tidak
mengarah tepat ke kiblat dan
penyimpangan yang terjadi
bervariasi mulai kurang dari 1°
sampai kurang dari 21° yang terbagi
dalam 3 klasifikasi, yaitu kategori
rendah sebanyak 31 Masjid
(53,5%) kategori sedang sebanyak
17 Masjid (29,3%) kategori tinggi
sebanyak 10 Masjid (17,2%.
Kecenderungan penyimpangan
dengan perbandingan ke arah
selatan 46 Masjid (79,3%) ke utara.
Faktor yang memepengaruhi
besarnya penyimpangan antara lain
adalah karena faktor pendidikan
orang yang melakukan penentuan
arah kiblat, faktor orientasi jalan
karena adanya penataan wilayah,
juga faktor kepemelukan agama
Islam yang dianut oleh masyarakat
yang berada di sekitar Masjid.
Tabel 2. Penelitian yang Releven
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
2.
Endang Wahyuni
(2006)
Pengaruh Pertumbuhan
Penduduk Terhadap
Perkembangan
Permukiman di
Kecamatan Colomadu
Kabupaten Karanganyar
Periode 1994-2004
Mengetahui
Pertumbuhan
penduduk kecamatan
Colomadu Periode
1994-2004
Mengetahui
Perkembangan
Permukiman
Kecamatan
Colomadu Periode
1994-2004
Mengetahui
Pengaruh
Pertumbuhan
Penduduk terhadap
perkembangan
permukiman di
kecamatan Colomadu
Karangannyar
periode 1994-2004
Deskriptif
Kualitatif
Kecamatan Colomadu pada tahun
1994 penduduknya berjumlah
43.702 jiwa dan pada tahun 2004
penduduknya meningkat mnjadi
53,41 jiwa, dengan angka
prtumbuhan penduduk yaitu
mencapai 2,02% pertahun.
Perkembangan permukiman di
kecamatan Colomadu pada tahun
1994 seluas 670,1 Ha. Dan pada
tahun 2004 menjadi seluas 767,6
Ha, selama kurun waktu 10 tahun
mengalami perkembangan seluas 27
Ha.
Pertumbuhan penduduk
berpengaruh terhadap
perkembangan lahan permukiman.
Dengan pertumbuhan penduduk
yang meningkat, maka kebutuhan
permukiman juga meningkat,
sedangkan lahan untuk
menyediakan permukiman terbatas,
sehingga perlu dilakukan alih fungsi
lahan untuk memenuhi kebutuhan
permukiman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
C. Kerangka Berpikir
Manusia Kota sebagai perwujudan geografis selalu mengalami perubahan
baik aspek fisik maupun non fisik dari waktu ke waktu. Proses perkembangan
perkotaan saat ini tidak terlepas dari 2 faktor yaitu faktor centripetal forces dan
faktor centrifugal forces. Dalam hal ini faktor centripetal forces merupakan
kekuatan-kekuatan yang menyebabkan terjadinya pergerakan penduduk dari luar
perkotaan menuju ke perkotaan, dampak yang ditimbulkan diantaranya:
terbentuknya kelompok masyarakat yang hidup dari sektor informal baik sah
maupun tidak, munculnya gejala ruralisasi di perkotaan dan berkurangnya tenaga
produktif dipedesaan. Centrifugal forces, merupakan kekuatan-kekuatan yang
menyebabkan terjadinya gerakan penduduk dan fungsi-fungsi perkotaan dari pusat
kota menuju ke bagian luar kota. Pada perkembangan selanjutnya kekuatan ini
akan terus menjalar secara alami ke bagian yuridis formal administratif menuju ke
daerah pinggiran kota.
Pertambahan penduduk alami kota ditambah dengan adanya migrasi
masuk baik yang bersifat menetap maupun sementara hal ini mengakibatkan
penduduk kota semakin bertambah padat. Kepadatan penduduk ini mengakibatkan
peningkatan kebutuhan berbagai fasilitas kehidupan yaitu kebutuhan akan lahan
untuk permukiman. Manusia dalam hidupnya membutuhkan ruang untuk
melangsungkan segala aktifitasnya, sehingga lahan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup materiil spirituil.
Peningkatan kebutuhan permukiman sebagai akibat pertumbuhan
penduduk yang terus meningkat sedangkan ruang di muka bumi bersifat tetap,
maka akan menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan. Seiring dengan
meningkatnya kebutuhan lahan untuk permukiman sedangkan luas lahan yang ada
di daerah penelitian tidak bertambah maka akan mendorong terjadinya perubahan
penggunaan lahan dari non permukiman ke permukiman. Perubahan penggunaan
lahan untuk permukiman di daerah penelitian diperkirakan akan terus mengalami
perkembangan selama masih tersedia lahan yang siap bangun. Pengamatan yang
dilakukan dengan menggunakan Peta Rupa Bumi lembar Surakarta skala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
1:25.000 lembar 1408-343 tahun 2001 dan menggunakan Citra Ikonos tahun
rekaman tahun 2008 maka akan diketahui perkembangan permukiman di daerah
penelitian selama kurun waktu 8 tahun. Disamping dengan peta RBI dan Citra
Ikonos juga dilakukan pengamatan langsung dilapangan guna melengkapi data
perkembangan permukiman di daerah penelitian.
Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan semakin luasnya areal
permukiman akan mengakibatkan bertambahnya kebutuhan penduduk akan sarana
dan prasarana. Pembangunan fisik maupun non fisik terus dilaksanakan untuk
mengimbangi kebutuhan penduduk yang terus meningkat. Salah satunya adalah
pembangunan fasilitas rumah ibadah guna memenuhi kebutuhan spiritual
masyarakat. Keberadaan Masjid sebagi sarana Ibadah bagi umat Islam di
Kecamatan Jebres belum diketahui keberadaannya. Pada fokus penelitian ini, akan
membahas mengenai pentingnya distribusi spasial bangunan masjid sehingga
dapat diketahui seberapa besar peningkatan pembangunan masjid, distribusi
pembangunan masjid, pola distribusi pembangunan masjid, serta hubungan antara
pembangunan masjid dengan perkembangan permukiman. Sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam hal pembangunan masjid selanjutnya
Penjelasan secara singkat dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gambar 2: Skema Kerangka Pemikiran
Untuk Mengetahui Pola Persebaran
Masjid
Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Tahun 200-2008
Pertumbuhan Penduduk
Centrifugal Forces Centripetal Forces
Peningkatan Kebutuhan Lahan
Untuk Permukiman
Perubahan Penggunaan Lahan
Untuk Permukiman
Perkembangan Permukiman
Pengamatan Dengan
Melakukan Survei Lapangan
Tahun 2009
Pengamatan Dengan Menggunakan
Peta RBI Tahun 2001 Dan Citra
Ikonos Tahun 2008
Kebutuhan Sarana
Ibadah (Masjid)
Pola Distribusi
Pembagunan Masjid
Kecamatan Jebtres Kota
Surakarta
Distribusi Pembangunan
Masjid Kecamatan Jebres
Kota Surakarta
Pertumbuhan
Pembangunan Masjid
Kecamatan Jebres
Kota Surakarta
Hubungan
Pembangunan
Masjid Dengan
Perkembangan
Permukiman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini tempat yang diambil untuk menggambarkan
kejadian yang sebenarnya dari obyek atau fenomena yang akan diteliti adalah di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta Propinsi Jawa Tengah. Adapun alasan
pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Jebres adalah:
a. Lokasi Kecamatan Jebres yang strategis terletak diantara jalur perkembangan
antara Kota Surakarta khususnya dengan Kabupaten Karanganyar maupun
daerah-daerah sekitar di exs Kareisidenan Surakarata menyebabkan rentan
adanya perubahan penggunaan lahan.
b. Kecamatan Jebres memiliki luas wilayah terbesar no 2 setelah Kecamatan
Banjarsari dan memiliki jumlah pemeluk Agama Islam terbesar no 2
sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai
perkembangan pembangunan masjid, distribusi pembangunan masjid, pola
distribusi pembangunan masjid, serta hubungan antara pembangunan masjid
dengan perkembangan permukiman di Kecamatan Jebres
2. Waktu Penelitian
Dalam melaksanan seluruh kegiatan dari tahap awal pengajuan proposal
hingga penarikan kesimpulan, peneliti membutuhkan waktu untuk
menyelesaikanya dengan rentang waktu sebagai berikut :
No Kegiatan
Waktu
Okt „08 Nov -
Des„08
Jan-
Peb '09
Mar-Apr
'09
Sep ‟10
–Mei
‟11
1 Tahap Persiapan √ √ √ √
2 Pengajuan Proposal √ √ √ √
3 Penyusunan Instrumen
Penelitian √ √ √ √
4 Pengumpulan Data √ √ √ √
5 Analisis Data √ √ √ √
6 Penulisan Laporan √ √ √ √
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Metode Penelitian adalah suatu strategi atau cara yang biasa digunakan
dalam usaha mengumpulkan data untuk menjawab persoalan yang dihadapi dalam
penelitian melalui langkah-langkah tertentu. Berdasarkan tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan metode penelitian
deskriptif spasial dan metode survai.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengarah pada
pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan
mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan
interpretasi atau analisis (Tika, 1997: 7).
Spasial adalah ciri khas dan identitas geografi yang berarti keruangan.
Pengertian kata spasial adalah mengacu kepada ruang suatu wilayah geografis tertentu.
Hadi (2009) mengemukakan bahwa tekanan utama geografi bukanlah pada substansi
melainkan pada sudut pandang spasial. Dalam menganalisis gejala dan permasalahan
suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method).
Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan
ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Pandangan spasial atas telaah substansi
tanah (soil) kemudian memunculkan Geografi tanah sebagai salah satu cabang
Geografi. Pandangan spasial atas telaah substansi tumbuh-tumbuhan kemudian
memunculkan fitografi sebagai salah satu cabang Geografi. Demikian pula halnya
dengan pandangan spasial atas telaah substansi ekonomi kemudian memunculkan
Geografi Ekonomi sebagai salah satu cabang Geografi dan seterusnya. Metode
pendekatan ini adalah yang disebut pendekatan keruangan. Pendekatan keruangan
merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi
ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang
dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial process)
(http://partosohadi staff.fkip.uns.ac.id/2009/05/47/).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakkan struktur,
pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan elemen-elemen pembentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
kenampakan titik (point features), kenampakan garis (line features) dan kenampakan
bidang (areal features).
Dari uraian diatas, metode deskriptif spasial dapat diartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan
obyek penelitian secara keruangan, dimana hasil akhir dari pengolahan data
spasial dalam penelitian ini adalah berupa peta. Sesuai dengan yang dikemukakan
Hadi (2009) bahwa produk akhir geografi adalah wilayah-wilayah (regions)
sebagai perwujudan dari persamaan dan perbedaan yang ada di muka bumi. Dari
pengwilayahan itulah kemudian dihasilkan dalil-dalil umum dalam bentuk model-
model spasial yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi atau rekomendasi.
Hasil pengwilayahan itu tidak bisa disajikan dengan jelas jika hanya dengan
uraian-uraian melainkan harus dengan peta. Peta tersebut adalah peta-peta
tematik yang dapat mempresentasikan satu tema atau multitema sebagai deskripsi,
analisis dan sintesis obyek atau fenomena spasial.
Hasil akhir pengolahan data pada penelitian ini adalah berupa peta. Peta yang
dihasilkan merupakan peta tematik yang dapat mempresentasikan satu tema atau
multitema sebagai deskripsi, analisis dan sintesis objek. Peta-peta tematik yang
dihasilkan dalam penelitian ini adalah:
1. Peta Perubahan Penggunaan Lahan Non Permukiman-Permukiman
2. Peta Distribusi Pembangunan Masjid Tahun 2000-2008
3. Peta Pola Distribusi Pembangunan Masjid Tahun 2000-2008
4. Peta Hubungan Antara Pembagunan Masjid dengan Perkembangan
Permukiman
Menurut Arikunto (1996: 93) bahwa metode survey adalah salah satu
cara pendekatan dalam penelitian yang pada umumnya digunakan untuk
mengelompokan data yang luas dan banyak. Metode survai dalam penelitian ini
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai objek yang diteliti. Survai
dilakukan di masjid-masjid di keseluruh kecamatan Jebres.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
C. Jenis Data Dan Sumber Data
Sumber data penelitian digolongkan menjadi dua, yaitu data primer dan
data sekunder. Dalam penelitian ini data yang digunakan meliputi data sekunder
dan data primer. “Data sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang atau instansi diluar diri peneliti sendiri, walaupun yang
dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli.”
“Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau
obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti.” Data primer
yang dibutuhkan adalah data titik koordinat masjid di Kecamatan Jebres diperoleh
melalui pengukuran dilapangan dengan menggunakan GPS (Global Positioning
System).
Tabel 3. Data dan Jenis Data serta Sumber Data
No Data Jenis Data Sumber
1 Peta Rupabumi Indonesia (RBI) lembar
1408-343 (sumber data)
Sekunder Bakosurtanal
2 Citra Ikonos daerah penelitian Sekunder Google Earth.com
2 Data lokasi masjid (koordinat) Primer Ploting GPS
3 Data nama dan alamat masjid Kecamatan
Jebres
Sekunder KUA Kecamatan
Jebres, DEPAG
4 Data monografi Kecamatan Jebres Sekunder BPS
5. Data Penggunaan Lahan Kecamatan
Jebres
Sekunder BPS
5 Data jumlah pemeluk agama sekunder BPS
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas
atau tidak terbatas (Tika, 1997: 32). Komarudin dalam Mardalis (2002: 53)
mengemukakan bahwa “populasi adalah semua individu yang menjadi sumber
pengambilan sampel”. Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
populasi adalah semua individu atau obyek yang menjadi sumber pengambilan
sampel yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Penelitian Analisis Distribusi Pembangunan Masjid Dan Perubahan
Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Di Kecamatan Jebres merupakan
penelitian populasi yang berarti seluruh populasi dijadikan sampel dalam
penelitian ini. Banyaknya populasi bergantung kepada banyaknya jumlah masjid
yang ada di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Jumlah populasi masjid yang ada
di Kecamatan Jebres Kota Surakarta ada 157 masjid.
Mardalis (2002: 55) berpendapat “ Sampel adalah sebagian dari seluruh
individu yang menjadi obyek penelitian”. sampel penelitian adalah Kelurahan
Mojosongo, karena pada kelurahan ini terjadi pemekaran permukiman
berdasarkan overlay peta Rupa Bumi Indonesia cetakan tahun 2001 dengan Citra
Ikonos hasil rekaman tahun 2008.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
legger, agenda dan sebagainya. Arikunto (1996). Teknik dokumentasi merupakan
teknik yang memberikan informasi secara tepat dan akurat untuk dipertanggung
jawabkan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengutip pada
sumber data yang tersedia.
Teknik Dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang letak
astronomis, luas daerah penelitian, data penggunaan lahan, data pertumbuhan
penduduk, data kepadatan penduduk, data jumlah pemeluk agama dan data
keadaan sosial ekonomi masyarakat diperoleh dari Badan Statistik Kota Surakarta.
Data nama masjid dan alamat masjid diperoleh dari Kantor Departemen Agama
Kota Surakarta.
2. Observasi lapangan
Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematik terhadap gejala
atau fenomena yang terjadi di lapangan. Observasi lapangan dilakukan untuk
mendapatkan data aktual dari lapangan seperti keadaan fisik daerah, lokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
perubahan penggunaan lahan untuk permukiman dan lokasi masing-masing
masjid di Kecamatan Jebres kota Surakarta. Data diperoleh dengan cara
pengambilan titik koordinat lokasinya dengan menggunakan Global Positioning
Sistem (GPS).
Berdasarkan hasil overlay peta penggunaan lahan dilakukan observasi
terhadap daerah-daerah yang terjadi perubahan penggunan lahan. Observasi
lapangan pada penelitian ini dilakukan dengan melihat langsung lokasi perubahan
penggunaan lahan dan keadaan fisik daerah penelitian. Observasi lapangan di
lakukan di Kelurahan Mojosongo dimana pada kelurahan ini yang mengalami
perubahan penggunaan lahan untuk permukiman.
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong,
1995). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data sekunder dan teknik analisis peta, teknik analisis data sekunder
dengan cara mentabulasi ke dalam bentuk tabel dan grafik maupun peta,
kemudian di uraikan secara deskriptif dalam bentuk kalimat. Proses analisis data
dimulai dengan:
1. Mengetahui Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman
Teknik menganalisis perubahan penggunaan lahan yang terdapat di
Kecamatan Jebres selama 8 tahun terakhir, dilakukan dengan langkah awal
pembuatan Peta Penggunaan Lahan tahun 2000 dan Peta Penggunaan Lahan tahun
2008 yang diperoleh dengan mengkompilasikan peta RBI dengan citra
ikonos/google earth daerah liputan Kecamatan Jebres hasil rekaman tahun 2008
menggunakan program R2V 4.0 dan Arc Vew 3.3 untuk mengetahui sebaran
penggunaan lahan, beserta luasannya. Kemudian untuk mengatahui sebaran
perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan menggunakan teknik overlay pada
peta penggunaan lahan tahun 2000 dengan peta penggunaan lahan tahun 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
hasil berupa peta perubahan penggunaan lahan non permukiman menjadi
permukiman di Kecamatan Jebres tahun 2000-2008. Kemudian dilakukan survei
lapangan untuk mencocokan dengan hasil yang didapat dari overlay tersebut.
Setelah diketahui persebaran permukiman baru kemudian dilakukan
analisis lebih lanjut dengan teknik analisis deskriptif yaitu mendiskripsikan
besarnya perubahan dengan menganalisis data sekunder luas penggunaan lahan
tahun 2000 dan tahun 2008 yang diperoleh dari kantor Badan Statistik Kota
Surakarta.
2. Mengetahui Perkembangan Pembangunan Masjid
Mengetahui perkembangan pembangunan masjid yaitu dengan
menganalisis data jumlah Masjid tahun 2000 dengan data pembangunan masjid
yang telah didirikan sampai tahun 2008 kemudian dilakukan pengecekan di
lapangan sehingga dapat diketahui perkembangan pembangunan Masjid
diKecamatan Jebres.
3. Mengetahui Distribusi Spasial masjid
Analisis distribusi spasial masjid digunakan untuk mengetahui sebaran
dari Masjid yang ada di Kecamatan di Jebres Kota Surakarta dengan
menggunakan analisis peta.
4. Mengetahui Pola Distribusi Pembangunan Masjid
Analisis deskripsi spasial dilakukan untuk mengetahui pola sebaran
pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres. Dalam penentuan pola distribusi
masjid di daerah penelitian ditentukan dengan menggunakan perhitungan "Analisa
Tetangga Terdekat (Nearest Neigbour Statistic T)". Analisa seperti ini
memerlukan data tentang jarak antara satu lokasi dengan lokasi yang paling dekat
yang pada penelitian ini adalah jarak antara lokasi masjid yang satu dengan lokasi
masjid yang terdekat. Sehubungan dengan hal ini tiap lokasi dianggap sebagai
sebuah titik dalam ruang. Penggunaan analisa tetangga terdekat hanya bisa
dilakukan di bidang datar dengan mengabaikan relief yang ada, sehingga akan
mempunyai hasil yang berbeda jika dilakukan pengukuran langsung di lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Dalam menggunakan analisa tetangga-terdekat harus diperhatikan beberapa
langkah sebagai berikut:
a. Menentukan batas wilayah yang akan diselidiki
b. Mengubah pola penyebaran seperti yang terdapat dalam peta topografi
menjadi pola penyebaran titik
c. Memberikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah cara
menganalisanya
d. Mengukur jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan
titik yang lain yang merupakan tetangga terdekat.
e. Menghitung besar parameter tetangga terdekat (nearest-neigbour statistic) T
dengan menggunakan formula :
T = Ju
Jh
Keterangan :
T = indeks penyebaran tetangga-terdekat
Ju = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya
yang terdekat
Jh = jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola
random
Andaikata semua titik mempunyai persebaran random, maka Jh dapat
dihitung dengan rumus :
1
Jh =
2 √P
P =
kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi dari jumlah titik yang ada
(N) dibagi dengan luas wilayah dalam Km2 (A), sehingga
A
N.
Setelah diketahui angka indek tetangga terdekat, maka angka indek
tersebut dimasukkan pada klasifikasi pola persebaran. Adapun Jenis pola
persebaran yang ditentukan adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
1). Mengelompok, apabila indeks kumulatif parameter tetangga terdekatnya
(T) = 0 – 1. Atau dengan kata lain jika jarak antara lokasi yang satu
dengan lokasi lainnya berdekatan dan cenderung mengelompok pada
tempat-tempat tertentu.
2). Random (acak), apabila indeks kumulatif parameter tetangga
terdekatnya (T) = 1- 2,15. Atau dengan kata lain jika jarak antara lokasi
yang satu dengan yang lainnya tidak teratur.
3). Terpencar (seragam), apabila indeks kumulatif parameter tetangga
terdekatnya (T) = > 2,15. Atau dengan kata lain jika jarak antara satu
lokasi dengan lokasi yang lainnya relatif sama.
5. Mengetahui Hubungan Antara Pembangunan Masjid Dengan
Perkembangan Permukiman
Untuk mengetahui hubungan antara pembangunan masjid dengan
perkembangan permukiman digunakan analisis buffer dengan bantuan SIG.
Jarak/radius yang digunakan dalam pengukuran adalah digunakan asumsi
ketersediaan seseorang untuk pergi secara jalan kaki dari titik perkembangan
permukiman ke lokasi masjid yang baru. Jarak yang diasumsikan untuk orang
bersedia berjalan kaki mengunjungi masjid adalah antara 0-500 meter dari lokasi
tempat tinggal. Dari hasil asumsi antara jarak permukiman dan masjid dengan
jalan kaki tersebut kemudian diambil kesimpulan bahwa jarak masjid yang berada
antara kurang dari (<500 meter) dari titik perkembangan permukiman
dimasukkan dalam kategori bahwa pembangunan masjid tersebut dipengaruhi
oleh perkembangan permukiman, sedangkan lokasi masjid yang terletak pada
jarak/radius lebih dari (>500 meter) dari titik perkembangan permukiman
dikategorikan bahwa pembangunan masjid tersebut tidak terpengaruhi oleh
perkembangan permukiman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan merupakan suatu tahapan yang dilakukan
penulis dari tahap pemilihan masalah penelitian hingga penulisan hasil penelitian.
Langkah- langkah yang dilakukan antara lain :
1. Penyusunan Proposal Penelitian
Pada tahapan pertama yang dilakukan sebelum melakukan penelitian
adalah menyusun proposal penelitian dengan pokok bahasan yang terdapat
didalamnya antara lain latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian. Bab selanjutnya berisi tentang landasan teori
yang dibagi menjadi dua yaitu landasan teori dan kerangka berfikir, dan pada bab
ketiga membahas tentang metodologi penelitian yang meliputi waktu dan tempat
penelitian, bentuk penelitian, populasi dan sampel penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
2. Tahap Persiapan Instrumen
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menyiapkan alat
penelitian diantaranya adalah Citra IKONOS/Google Earth liputan daerah
penelitian, GPS (Global Positioning System) dan data nama lokasi keberadaan
masjid. Data nama dan lokasi masjid tersebut selanjutnya digunakan untuk
pengecekan titik koordinat masjid di lapangan.
3. Tahap Pengumpulan Data
Setelah mempersiapkan intrumen yang akan digunakan dalam penelitian di
lapangan,pada tahap ini mulai dilakukan proses pengumpulan data baik yang
dilakukan dengan metode dokumentasi, maupun observasi lapangan. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi:
1. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Surakarta tahun 2000
2. Citra IKONOS daerah penelitian rekaman tahun 2008
3. Data jumlah penduduk, komposisi penduduk daerah penelitian tahun 2000
dan tahun 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
4. Data Komposisi penganut agama daerah penelitian tahun 2000 dan tahun
2008
5. Data nama dan alamat lokasi masjid daerah penelitian tahunn 2000 dan
tahun 2008
6. Data jumlah sarana dan prasarana ekonomi sosial daerah penelitian tahun
2008
4. Tahap Analisis data
Pada tahap ini, data dan informasi yang telah diperoleh dalam observasi,
baik data primer maupun data sekunder dilakukan pengolahan. Pengolahan data
yang dilakukan adalah:
a) Analisis perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di kecamatan Jebres
b) Analisis Distribusi perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres
c) Analisis distribusi spasial pembangunan masjid di Kecamatan Jebres
d) Analisis pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres
e) Analisis hubungan antara pembangunan masjid dengan perkembangan
permukiman di Kecamatan Jebres
5. Penulisan Laporan Penelitian
Langkah akhir yang dilakukan setelah semua tahap dilakukan adalah
penulisan dalam bentuk laporan penelitian sesuai dengan pedoman di dalam
penulisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Letak, Luas dan Batas
a. Letak
Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 1408-343 Surakarta,
secara astronomis Kecamatan Jebres terletak pada 7°31‟41” LS sampai 7°34‟37”
LS dan 110°49‟42” BT sampai 110°52‟08” BT. Secara administratif Kecamatan
Jebres termasuk dalam wilayah Kota Surakarta.
b. Luas
Luas daerah penelitian secara keseluruhan adalah 1258,18 Ha. Daerah
penelitian terdiri dari 11 Kelurahan. Luas masing-masing Kelurahan dapat dilihat
pada tabel 4
Tabel 4. Luas Kelurahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008
NO NAMA KELURAHAN Luas
Ha (%)
1 Kepatihan Kulon 17,50 1,390
2 Kepatihan Wetan 22,50 1,788
3 Sudiroprajan 23,00 1,828
4 Gandekan 35,00 2,781
5 Sewu 48,50 3,854
6 Pucang Sawit 127,00 10,093
7 Jagalan 65,00 5,166
8 Purwodiningratan 37,30 2,964
9 Tegalharjo 32,50 2,583
10 Jebres 317,00 25,195
11 Mojosongo 532,88 42,353
Jumlah 1258,18 100
Sumber : Monografi Kecamatan Jebres tahun 2008
c. Batas Administrasi
Kecamatan Jebres secara administratif berbatasan dengan:
a) Sebelah Utara : Kecamatan Gondangrejo
b) Sebelah Selatan : Kecamatan Mojolaban dan Kecamatan Pasar
Kliwon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
c) Sebelah Barat : Kecamatan Banjarsari
d) Sebelah Timur : Kecamatan Jaten
Untuk lebih jelasnya mengenai daerah administrasi Kecamatan Jebres dapat
dilihat pada peta 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
2. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan merupakan perwujudan dinamis dari aktifitas manusia
terhadap tanah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik material maupun
spiritual, yang selalu mengalami perubahan dari waktu kewaktu. Lahan yang
dimiliki oleh Kecamatan Jebres sebesar 1258,18 hektar. Penggunaan lahan yang
ada di Kecamatan Jebres disajikan pada tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan 2008
No Jenis Penggunan Lahan Tahun 2000 Tahun 2008
Ha % Ha %
1. Permukiman 656,45 52,17 659,09 52,38
2. Jasa 176,28 14,01 176,6 14,03
3. Perusahaan 87,00 6,915 83,56 6,64
4. Industri 25,38 2,02 24,95 1,98
5. Tanah kosong 18,09 1,43 24,53 1,95
6 Tegalan 96,07 7,63 91,32 7,26
7 Sawah 22,21 1,76 21,32 1,69
8 Kuburan 38,98 3,10 38,98 3,10
9 Lapangan Olah Raga 10,51 0,83 10,51 0,83
10 Taman Kota 22,60 1,79 22,60 1,79
11 Lain-lain 104,61 8,31 104,61 8,31
Jumlah 1258,18 100 1258,18 100
Sumber: Analisis Data Sekuder
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2000 penggunan
lahan terbesar adalah untuk permukiman sebesar 656,45 hektar (52,17%).
Penggunaan lahan terbesar kedua adalah untuk jasa sebesar 176,28 hektar
(14,01%). Sedangkan lahan seluas 10,51 hektar merupakan lahan tekecil yang
dimanfaatkan untuk lapangan olahraga atau hanya sekitar 0,83% .
Pada tahun 2008 lahan terbesar masih didominasi untuk lahan permukiman
yang terus meningkat luasannya dari tahun ketahun. Penggunaan lahan terluas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
adalah untuk permukiman sebesar 659,09 hektar (52,38%) kemudian jasa seluas
176,6 hektar (14,03%), lain-lain 104,61 (8,31%) dan tegalan 91,32 hektar (7,26%).
3. Kondisi Kependudukan dan Sosial Ekonomi
Untuk memberikan gambaran umum mengenai keadaan penduduk di
Kecamatan Jebres, berikut ini dikemukakan data mengenai jumlah dan persebaran
penduduk, kepadatan penduduk serta komposisi penduduk
a. Jumlah dan Persebaran Penduduk
Penduduk merupakan modal pembangunan suatu daerah, sehingga
pembangunan selalu dikaitkan dengan pertambahan jumlah penduduk dan kualitas
penduduk. Penduduk merupakan faktor yang mempunyai peran yang sangat besar
dalam pertumbuhan dan perkembangan permukiman. Kecamatan Jebres terdiri
dari 11 Kelurahan merupakan Kecamatan terluas ke 2 yang ada di wilayah Kota
Surakarta pada tahun 2000 memiliki jumlah penduduk 135.764 jiwa dengan
rincian 66.724 penduduk laki-laki dan 69.040 penduduk perempuan. Jumlah
penduduk pada tahun 2008 secara keseluruhan meningkat sebanyak 142.292 jiwa,
meliputi laki-laki sebanyak 70.446 dan penduduk perempuan sebanyak 71.826
jiwa. Kelurahan Mojosongo berpenduduk terbanyak yaitu 43.694 jiwa dengan
pembagian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 21.700 jiwa dan perempuan
sebanyak 21.994 jiwa. Penduduk paling sedikit di Kecamatan Jebres berada di
Kelurahan Kepatihan Kulon dengan jumlah penduduk seluruhnya 2.930 jiwa,
sebanyak 1.390 jiwa merupakan penduduk laki-laki dan sebanyak 1.540 jiwa
merupakan penduduk perempuan. Jumlah penduduk yang semakin bertambah,
mengakibatkan kebutuhan permukiman juga semakin meningkat. Data jumlah
penduduk Kecamatan Jebres yang disajikan per kelurahan ditunjukkan pada tabel
6 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 6. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan Tahun 2008
No Kelurahan
Penduduk Jumlah Penduduk
Laki-laki dan
Perempuan
Laki-laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Tahun
2000
Tahun
2008
Tahun
2000
Tahun
2008
Tahun
2000
Tahun
2008
1 Kepatihan Kulon 1.486 1.390 1.629 1.540 3.115 2.930
2 Kepatihan Wetan 1.634 1.574 1.630 1.506 3.264 3.080
3 Sudiroprajan 2.331 2.486 2.603 2.528 4.934 5.014
4 Gandekan 4.755 4.740 4.839 4.773 9.594 9.513
5 Sewu 3.829 3.941 3.744 3.887 7.573 7.828
6 Pucang Sawit 6.201 7.215 6.191 6.869 12.392 14.084
7 Jagalan 6.566 5.928 7.077 6.292 13.643 12.220
8 Purwodiningratan 2.634 2.533 2.958 289 5.592 5.372
9 Tegalharjo 3.251 3.008 3.474 3.088 6.725 6.096
10 Jebres 14.821 15.951 15.452 16510 30.273 32.461
11 Mojosongo 19.216 21.700 19.443 21.994 38.659 43.694
Jumlah 66.724 70.446 69.040 71.826 135.764 142.292
Sumber: Monografi Kecamatan Jebres tahun 2000, Surakarta Dalam Angka
Tahun 2008
b. Kepadatan Penduduk
Dalam perencanaan pembangunan yang dilakukan suatu daerah, data
kependudukan memegang peranan penting, semakin lengkap dan akurat data
kependudukan yang diperoleh semakin mudah dan tepat rencana pembangunan
tersebut. Kepadatan penduduk dapat diketahui dengan cara membandingkan luas
wilayah secara keseluruhan dengan jumlah penduduk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 7. Data Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Kecamatan Jebres Tahun
2000 dan Tahun 2008.
No
Kelurahan
Luas Wilayah
(Km²)
Jumlah
Penduduk (Jiwa)
Tingkat Kepadatan
(Jiwa/Km²)
Tahun Tahun
2000 2008 2000 2008
1 Kepatihan Kulon 0,18 3.115 2.930 17.305 17.235
2 Kepatihan Wetan 0,22 3.264 3.080 14.836 1.400
3 Sudiroprajan 0,23 4.934 5.014 21.452 21.800
4 Gandekan 0,35 9.594 9.513 27.411 27.180
5 Sewu 0,49 7.573 7.828 15.455 16.308
6 Pucang Sawit 1,27 12.392 14.084 9.757 11.089
7 Jagalan 0,65 13.643 12.220 20.989 18.800
8 Purwodiningratan 0,37 5.592 5.372 15.113 14.518
9 Tegalharjo 0,32 6.725 6.096 21.015 19.050
10 Jebres 3,17 30.273 32.461 9.549 10.240
11 Mojosongo 5,33 38.659 43.694 7.253 8.197
Jumlah 12,58 135.764 142.292 180.135
165.817
Sumber: Surakarta Dalam Angka tahun 2000 dan Surakarta Dalam Angka tahun
2008
Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat dihitung kepadatan penduduk di
Kecamatan Kecamatan Jebres sebagai berikut :
Kepadatan penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2000 :
258,12
764.135
Km = 10.792 Jiwa/Km
2
Kepadatan Penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2008 :
258,12
292.142
Km = 11.310 Jiwa/ Km
2
Mantra (1985: 35) mengklasifikasikan kepadatan penduduk aritmatik pada suatu
daerah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 8. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk
No Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) Keterangan
1
2
3
4
5
6
≤ 101
101 – 500
501 – 1000
1001 – 2000
2001 – 3000
≥ 3000
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi Sekali
Sumber : Mantra (1985:35)
Berdasarkan rumus dan perhitungan kepadatan penduduk di atas maka
dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan Jebres termasuk
dalam kriteria kepadatan penduduk kelompok 6 atau tinggi sekali. Semakin
tingginya tingkat kepadatan penduduk di daerah penelitian, diduga kuat berasal
dari laju pertumbuhan penduduk alami kota ditambah laju pertambahan penduduk
yang berasal dari para pendatang.
Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk paling
tinggi di Kecamatan Jebres Pada tahun 2000 adalah Kelurahan Gandekan dengan
tingkat kepadatan penduduk sebesar 27.411 jiwa/Km² sedangkan tingkat
kepadatan penduduk paling rendah adalah sebesar 7.253 jiwa/ Km² yaitu di
Kelurahan Mojosongo. Begitu juga pada tahun 2008 Kelurahan Gandekan masih
merupakan kelurahan yang memiliki jumlah kepadatan penduduk paling tinggi
dengan tingkat kepadatan 27.180 Jiwa/Km², dan kelurahan dengan kepadatan
paling rendah adalah Kelurahan Mojosongo dengan 8.197 jiwa/Km².
c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan merupakan
pengelompokan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, dalam arti penduduk
yang telah menamatkan kelas tertinggi sampai mendapatkan tanda tamat.
Komposisi ini digunakan untuk mengambarkan potensi penduduk yang ada di
suatu daerah. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan
Kecamatan Jebres dapat dilihat secara rinci pada tabel 9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tiap Kelurahan di
Kecamatan Jebres Tahun 2008
No Nama Kelurahan
Tingkat Pendidikan
Tmt
Akademi/
PT
Tmt
SLTA
Tmt
SLTP Tmt SD
Tdk Tmt
SD
Blm Tmt
SD
Tdk
Sklh Total
1 Kepatihan Kulon
368 776 463 167 29 311 550 2.760
2 Kepatihan Wetan
137 342 567 532 697 281 104 2.660
3 Sudiroprajan
105 783 1.142 110 343 672 1.221 4.376
4 Gandekan
439 1.133 1.502 2.105 609 295 1.205 7.288
5 Sewu
151 1.144 2.994 624 431 412 1.221 6.977
6 Pucang Sawit
260 2.200 1.900 2.900 1.941 2.019 503 11.731
7 Jagalan
187 1.305 3.086 3.552 487 1.793 519 10.929
8 Purwodiningratan
59 590 991 1.414 232 451 746 4.483
9 Tegalharjo
116 815 535 927 939 516 1.885 5.733
10 Jebres
1.484 4719 4297 4.659 4.610 5.325 5.336 30.430
11 Mojosongo
2.450 4648 5618 5.209 5.856 4.735 5.568 34.084
JUMLAH
5.756 18.455 23.095 22.199 16.182 16.810 18.858 121.451
Prosentase
4,73 15,19 19 18,27 13,32 13,84 15,52 100
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2008
Tingkat pendidikan di Kecamatan Jebres terbesar pada tingkat tamat
SLTP dengan jumlah 23.095 jiwa atau mencapai 19%, selanjutnya tingkat tamat
Sekolah Dasar (SD) 18,27%, tidak sekolah 15,52%, tamat SLTA 15,19%, belum
tamat SD 13,84%, tidak tamat SD 13,32%, dan yang terakhir tingkat tamat
Akademi/PT yaitu 4,73%.
d. Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut
Berkaitan dengan tema yang diambil, maka perlu diketahui komposisi
agama yang dianut. Komposisi agama yang dianut adalah pengelompokan
penduduk berdasarkan agama yang dianut. Komposisi ini digunakan sebagai
acuan dalam pembangunan masjid, secara umum dan lebih lanjut dapat pula
mengambarkan struktur dan sumberdaya penduduk yang ada di suatu daerah.
Kecamatan Jebres memiliki jumlah penduduk sebesar 135.764 jiwa pada
tahun 2000, pada tahun 2008 jumlah penduduk di kecamatan Jebres menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
142.292 jiwa. Agama Islam merupakan Agama yang paling banyak dianut oleh
penduduk yang tersebar pada 11 kelurahan di Kecamatan Jebres, dengan jumlah
penganut dari 90.573 jiwa meningkat menjadi 95.296 jiwa pada tahun 2008.
Kristen Katholik dan Kristen Protestan secara berurutan berada di bawah Agama
Islam dalam jumlah penganutnya yaitu 21.802 jiwa dan 22.518 . Agama Hindu
dengan jumlah penganutnya 872 jiwa pada tahun 2008 merupakan agama yang
paling sedikit dianut. Dari uraian penduduk menurut agama yang dianut diatas,
sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas berarti ketersediaan rumah ibadah
masjid sangatlah perlu ditingkatkan mengingat jumlah dan kepadatan penduduk
semakin bertambah. Komposisi penduduk menurut agama yang dianut dapat
dilihat lebih rinci pada tabel 10.
Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut Di Kecamatan
Jebres Tahun 2000-2008.
Kelurahan
Agama Yang Dianut
Islam
(jiwa)
Kristen
Katholik
(jiwa)
Kristen
Protestan
(jiwa)
Budha
(jiwa)
Hindu
(jiwa)
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2000 2008 2000 2008 2000 2008 2000 2008 2000 2008
Kepatihan Kulon
2.236 2.142 552 263 304 481 11 40 12 4
Kepatihan Wetan
1.886 1.797 614 595 579 561 101 67 84 60
Sudiroprajan
2.518 2.846 1.181 1.101 993 867 237 195 5 5
Gandekan
6.097 6.270 964 914 2.179 2013 270 316 84 -
Sewu
6.578 6.568 520 575 408 626 35 30 32 29
Pucang Sawit
8.448 9.768 2.130 2.290 1.528 1.752 175 170 111 104
Jagalan
10.392 8.940 1.849 1.825 1.218 1.257 146 144 38 54
Purwodiningratan
3.140 2.808 1.053 1.056 1.207 1.320 43 39 149 149
Tegalharjo
3.990 3.523 1.197 1.016 1.073 1.033 229 223 236 301
Jebres
21.573 23.300 4.296 4.624 4.111 4.231 149 148 144 158
Mojosongo
23.715 27.334 7029 7.543 7499 8.377 412 432 4 8
JUMLAH 90.573 95.296 21.385 21.802 21.009 22.518 1.808 1.804 899 872
Sumber: Surakarta Dalam Angka tahun 2000 dan 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
e. Fasilitas Kota
Ketersediaan Fasilitas kota sangatlah perlu karena dengan banyaknya
fasilitas yang tersedia akan semakin mempermudah pemenuhan kebutuhan
manusia ketersediaan fasilitas kota yang tersedia cukup banyak berarti sarana
prasarana daerah tersebut lengkap, sehingga kebutuhan hidup semakin mudah.
Berikut tabel 11 yang menjelaskan keberadaan fasilitas yang ada di Kecamatan
Jebres:
Tabel 11. Fasilitas Umum Kecamatan Jebres
Kelurahan
Fasilitas Umum
Hotel
/Losmen Pasar
Swal
ayan Toko Pabrik
Rumah
Sakit Kampus Stadion
Stasiun
KA
Kepatihan Kulon
50
Kepatihan Wetan
1 1 33 1
Sudiroprajan
1 216 1
Gandekan
121 2
Sewu
1 173 5
Pucang Sawit
2 336 9
Jagalan
328 4
Purwodiningratan
2 1 125 3
Tegalharjo
1 28 1 1
Jebres
1 1 753 6 1 2 1
Mojosongo
2 1 899 16 1 4
JUMLAH
5 8 2 3.662 48 3 6 1
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2008
Berdasarkan tabel 11 diatas, fasilitas kota yang terdapat di Kecamatan
Jebres secara keseluruhan yaitu sebanyak 3.735 fasilitas. Fasilitas yang banyak
tersedia adalah toko sebanyak 3.662 bangunan, dan pabrik sebanyak 48 bangunan.
Pasar tradisional sebanyak 8 bangunan, kampus sebanyak 6 bangunan, hotel atau
losmen sebanyak 5 bangunan. Rumah sakit sebanyak 3 bangunan, swalayan
sebanyak 2 bangunan, dan stasiun kereta api sebanyak 1 bangunan. Dengan
banyaknya jumlah fasilitas kota yang disediakan oleh pemerintah daerah Kota
Surakarta maka peduduk di Kecamatan jebres khususnya ataupun penduduk yang
berada diluar kota Surakarta akan semakin mudah dalam memenuhi kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
hidupnya. Semakin banyak penduduk dari luar kota bermukim dan menetap, maka
kebutuhan lahan untuk permukiman juga semakin meningkat.
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman di Kecamatan
Jebres
Penggunaan lahan di suatu daerah sangat terkait dengan aktifitas manusia
yang senantiasa berusaha memenuhi kebutuhannya dengan jalan memanfaatkan
lahan yang telah ada. Pemanfaatan lahan tersebut sangat beragan bergantung dari
kepentingan yang bersangkutan. Beragamnya kepentingan terhadap lahan dan
semakin tingginya nilai lahan menyebabkan terjadinya persaingan secara tidak
langsung dalam mmeperoleh lahan yang paling menguntungkan, baik dari segi
ekonomi maupun sosial. Adanya aktifitas dan prilaku-prilaku terhadap lahan
secara terus menerus tersebut menjadikan lahan bersifat dinamis, dalam arti lahan
akan selalu mengalami perubahan dari waktu kewaktu mengikuti perkembangan
kualitas kehidupan manusia sebagai penggunannya. Perubahan penggunaan lahan
tidak hanya disebabkan oleh adanya kepentingan pribadi setiap manusia terhadap
lahan untuk tujuan tertentu, namun juga merupakan dampak dari proses
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pelebaran jalan merupakan
salah satu contoh adanya usaha untuk meningkatkan aksebelitas dan kelancaran
distribusi kegiata yang ada dimana, pembangunan ini akan mengurangi luasan
lahan untuk bangunan yang ada.
Secara keseluruhan luas wilayah daerah penelitian yaitu 1.258,18 hektar
yang memiliki bentuk penggunaan lahan yang cukup bervariatif ada yang
termasuk dalam jenis penggunaan tanah perkotaan seperti perumahan/
permukiman, jasa, perusahaan, industri dan jenis penggunaan tanah pedesaan
yaitu lahan agraris seperti sawah maupun tegalan. Perubahan penggunaan lahan
yang menyebabkan adanya perubahan penggunaan lahan di kota di daerah
penelitian yaitu penggunaan lahan yang bersifat agraris maupun non agraris.
Berikut deskripsi data penggunaan lahan tahun 2000 dan tahun 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
a. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000
Pada tahun 2000 penggunaan lahan terbesar di Kecamatan Jebres adalah
untuk permukiman atau yang berupa rumah dan pekarangan seluas 652,52 Ha atau
52,17 % dari seluruh luas kecamaatan. Permukiman ini tersebar di 11 kelurahan
baik berupa perkampungan maupun kompleks perumahan. Penggunaan lahan
terbesar ke dua di Kecamatan jebres adalah untuk jasa seluas 176,28 hektar atau
sebesar 14,01 %, dari luas seluruh kecamatan.
Pada umumnya penggunaan lahan di sepuluh kelurahan di Kecamatan
Jebres telah didominasi oleh lahan terbangun, hanya kelurahan Mojosongo saja
yang masih mempunyai lahan tak terbangun yang digunakan untuk
pertanian/agraris yaitu lahan untuk tegalan seluas 96,97 hektar dan lahan
sawah 22,21 hektar. Untuk mengetahui secara lebih lanjut luas masing-masing
penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 dapat dilihat
pada tabel 12 dan peta 2:
Tabel 12. Penggunaan Lahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2000
No Pengunaan Lahan Luas
Hektar %
1. Permukiman 656,45 52,17
2. Jasa 176,28 14,01
3. Perusahaan 87,00 6,91
4. Industri 25,38 2,01
5. Tanah kosong 18,09 1,43
6. Tegalan 96,07 7,63
7. Sawah 22,21 1,76
8. Kuburan 38,98 3,09
9. Lapangan Olah Raga 10,51 0,83
10 Taman Kota 22,60 1,79
11. Lain-lain 104,61 8,31
Sumber: Data Sekunder Tahun 2000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Gambar 3. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000
0
100
200
300
400
500
600
700656.45
176.28
87
25.38 18.09
96.07
22.21 38.9810.51 22.6
104.61Ju
mla
h (
ha
)
Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan Tahun 2000Permukiman
Jasa
Perusahaan
Industri
Tanah kosong
Tegalan
Sawah
Kuburan
Lapangan Olah Raga
Taman Kota
Lain-lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
b. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2008
Penggunaan lahan (landuse) merupakan suatu bentuk intervensi atau
campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup
atau dapat dikatakan merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungannya.
Sebagai daerah yang cukup strategis dengan pusat Kota Surakarta secara
keseluruhan kondisi penggunaan lahan di Kecamatan Jebres lebih didominasi
untuk lahan terbangun.
Pada tahun 2008 penggunaan lahan terbesar masih didominasi oleh
permukiman. Luas permukiman yaitu sebesar 659,09 Hektar atau 52,38% dari
seluruh luas kecamatan. Penambahan luas permukiman ini terjadi tidak merata
pada kelurahan-kelurahan lain yang ada di Kecamatan Jebres. Pengguaan lahan
terkecil dimanfaatkan untuk lapangan olah raga seluas 10,51 hektar atau 0,83%
dari luas kecamatan.Untuk mengetahui secara lebih lanjut luas masing- masing
penggunaan lahannya, dapat di lihat pada Tabel 13, peta 3:
Tabel 13. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2008
No Pengunaan Lahan Luas
Hektar %
1. Permukiman 659,09 52,38
2. Jasa 176,6 14,03
3. Perusahaan 83,56 6,64
4. Industri 24,95 1,98
5. Tanah kosong 24,53 1,94
6. Tegalan 91,32 7,25
7. Sawah 21,32 1,69
8. Kuburan 38,98 3,09
9. Lapangan Olah Raga 10,51 0,83
10 Taman Kota 22,60 1,79
11. Lain-lain 104,61 8,31
Sumber: Data Sekunder Tahun 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Gambar 4. Penggunaan Lahan Tahun 2008
0
100
200
300
400
500
600
700659.09
176.6
83.5624.95 24.53
91.32
21.32 38.9810.51 22.6
104.61
Ju
mla
h (
ha
)
Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan Tahun 2008 Permukiman
Jasa
Perusahaan
Industri
Tanah kosong
Tegalan
Sawah
Kuburan
Lapangan Olah Raga
Taman Kota
Lain-lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
c. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2008
Alih fungsi lahan pada dasarnya merupakan suatu bentuk perubahan
lingkungan yang mengurangi resiko lingkungan dan memperbesar manfaat
lingkungan. Perubahan penggunaan lahan terjadi karena kebutuhan hampir
diseluruh yang semakin meningkat untuk pembangunan dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup manusia sedangkan lahan yang merupakan modal bersifat tetap,
akibatnya terjadi perbenturan antar kepentingan tersebut. Perubahan penggunaan
lahan yang dimaksudkan disini adalah pertambahan lahan dari satu sisi
penggunaan lahan ke penggunaan lahan lainya yang diikuti dengan
berkurangnya bentuk penggunaan lahan yang lain pada suatu waktu ke waktu
berikutnya.
Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Jebres dipicu
oleh semakin tingginya angka pertumbuhan penduduk alami kota ditambah dari
para pendatang. Semakin tinggi angka pertumbuhan penduduk maka semakin
tinggi pula tingkat kepadatan penduduknya. Hubungan kepadatan penduduk
dengan penggunaan lahan dapat dikatakan memiliki hubungan tak langsung.
Semakin tinggi angka kepadatan penduduk di suatu daerah maka semakin cepat
perubahan bentuk penggunaan lahannya. Hal ini berdasar asumsi bahwa semakin
tinggi angka kepadatan penduduk suatu daerah maka semakin tinggi pula
tingkat kebutuhan lahan pada daerah tersebut sehingga perubahan bentuk
penggunaan lahannya semakin cepat.
Selama jangka waktu 8 tahun yaitu dari tahun 2000-2008 Kecamatan
Jebres nampak terjadi peralihan fungsi lahan baik dalam bentuk maupun luasan.
Pertambahan penggunaan lahan tahun 2008 berupa lahan untuk permukiman,
tanah kosong, dan jasa. Penambahan penggunaan lahan terbesar adalah untuk
tanah kosong seluas 18,09 Ha menjadi 24,53 Ha. Pada saat penelitian dilakukan
tanah kosong tersebut masih berupa padang sabana, semak belukar karena
belum dimanfaatkan. Penambahan penggunaan lahan terbesar kedua adalah untuk
permukiman. Lahan permukiman yang semula seluas 656,45 hektar menjadi
659,09 hektar atau bertambah 2,64 hektar. Lahan yang di pergunakan untuk
bidang jasa juga mengalami penambahan luas areal sebesar 0,32 hektar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Lahan yang digunakan untuk pertanian oleh penduduk mengalami
pengurangan luas areal. Lahan tegalan yang semula seluas 96,07 hektar berkurang
4,75 hektar menjadi 91,32 hektar. Lahan sawah yang semula seluas 22,21 hektar
berkurang 0,89 hektar menjadi 21,32 hektar. Pengurangan luas juga terjadi pada
lahan yang digunakan untuk perusahaan dan industri. Lahan yang untuk
perusahaan berkurang 3,44 hektar dari 87 hektar menjadi 83,56 hektar. Lahan
untuk industri berkurang 0,43 hektar dari 25,38 menjadi 24,95 hektar.
Untuk lebih jelasnya masing- masing perubahan luas penggunaan
lahannya, dapat di lihat pada Tabel 14 berikut ini
Tabel 14. Perubahan Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000-
2008
No. Penggunaan Lahan
Luas (ha) Perubahan Luas
(Ha ) Tahun
2000
Tahun
2008
1. Permukiman 656,45 659,09
(+)2,64
2. Jasa 176,28 176,6
(+)0,32
3. Perusahaan 87,00 83,56
(-)3,44
4. Industri 25,38 24,95
(-)0,43
5. Tanah kosong 18,09 24,53
(+)6,44
6. Tegalan 96,07 91,32
(-)4,75
7. Sawah 22,21 21,32
(-)0,89
8. Kuburan 38,98 38,98
0
9. Lapangan Olah Raga 10,51 10,51
0
10 Taman Kota 22,60 22,60
0
11. Lain-lain 104,61 104,61
0
Sumber : Analisis Data Sekunder
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
d. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Tahun 2000-2008
Berdasarkan data dari Surakarta Dalam Angka pada tahun 2000
Kecamatan Jebres memiliki luas lahan permukiman sebesar 656,45 Ha yang
tersebar di seluruh kelurahan di Kecamatan Jebres. Kemudian pada tahun 2008
meningkat 2,64 hektar menjadi 659,09 hektar dari luas seluruh kecamatan.
Melihat perkembangan selama 8 tahun terakhir yaitu dari tahun 2000 hingga
tahun 2008, tidak semua Kelurahan di Kecamatan Jebres mengalami
perkembangan perluasan lahan untuk permukiman.
Ada beberapa kelurahan yang tidak mengalami perkembangan, dan ada
pula yang mengalami perkembangan. Perubahan penggunaan lahan terbesar
terjadi di Kelurahan mojosongo, namun demikian pada saat penelitian
berlangsung penulis menjumpai ada beberapa kelurahan yang mengalami
perubahan penggunaan lahan untuk permukiman. Akan tetapi perubahan tersebut
skalanya hanya kecil, dan cenderung terpencar-pencar sehingga pada saat
pembuatan peta penggunaan lahan, perubahan tersebut tergeneralisasi dengan
permukiman yang sudah ada sebelumnya.
Perkembangan permukiman terjadi pada kelurahan yang masih memiliki
lahan yang relative luas dan tingkat kepadatan penduduk yang masing kecil.
Sedangkan kelurahan yang tidak mengalami perkembangan adalah kelurahan
yang tingkat kepadatan penduduknya tinggi. Untuk lebih jelasnya tentang
perkembangan permukiman masing-masing kelurahan di Kecamatan Jebres
silahkan melihat tabel 15 dan peta 4 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Tabel 15. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Kecamatan Jebres
Tahun 2000-2008
No. Kelurahan Luas
Wilayah
Luas permukiman
(Ha) Perubahan Luas
(Ha ) Tahun
2000
Tahun
2008
1. Kepatihan Kulon
17,50 9.07 9,07 0
2. Kepatihan Wetan
22,50 4,70 4,70 0
3. Sudiroprajan
23,00 11,97 11,97 0
4. Gandekan
35,00 28,56 28,56 0
5. Sewu
48,50 29,79 29,79 0
6. Pucang Sawit
127,00 57,27 57,27 0
7. Jagalan
65,00 45,41 45,41 0
8. Purwodiningratan
37,30 17,75 17,75 0
9. Tegalharjo
32,50 21,14 21,14 0
10 Jebres
317,00 114,89 114,89 0
11. Mojosongo
532,88 315,90 318,54 (+)2,64
Sumber: Analisis data sekunder
Gambar 5. Grafik Perbandingan Luas Wilayah Dengan Luas Permukiman
0
100
200
300
400
500
600
Perbandingan Luas Wilayah Dengan Luas Permukiman
Luas Permukiman Tahun 2000 Luas Permukiman Tahun 2008 Luas Wilayah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Berikut akan dijelaskan deskripsi perubahan penggunaan lahan untuk
permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Untuk mempermudah dalam
pendeskripsian di masing-masing kelurahan maka dibagi dalam dua kelompok
perubahan. Kelompok yang pertama yaitu kelurahan yang tidak mengalami
perkembangan dan kelompok kedua yaitu kelurahan yang mengalami
perkembangan.
1) Kelurahan Yang Tidak Mengalami Perkembangan permukiman
Dilihat dari data Kecamatan Jebres dalam angka yang di peroleh dari
kantor badan statistik Surakarta, 10 kelurahan yang masuk dalam wilayah
administratif Kecamatan Jebres yaitu Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan
Kepatihan Wetan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Gandekan, Kelurahan
Sewu, Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Purwodiningratan,
Kelurahan Tegalharjo dan Kelurahan Jebres, praktis tidak ada penambahan luas
areal untuk permukiman. Kelurahan-kelurahan tersebut memiliki tingkat
kepadatan penduduk yang cukup tinggi.
Bahkan kelurahan Seperti Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan
Kepatihan Kulon, Sudiroprajan, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sewu,
Kelurahan Jagalan, dan Kelurahan Purwodingratan mempunyai intensitas
bangunan yang cukup padat. Dengan kepadatan penduduk yang tinggi berarti
kebutuhan lahan akan semakin meningkat. Namun keberadaan kepadatan
penduduk tersebut tidak didukung oleh tersedianya lahan yang cukup dan
memadai sehingga memungkinkan kelurahan tersebut diatas tidak ada perubahan
penggunaan lahan, yang terjadi hanyalah alih fungsi lahan.
Lahan yang tersedia beberapa kelurahan ini sudah banyak yang didominasi
oleh lahan yang terbangun. Bangunan-bangunan yang ada digunakan untuk
fasilitas pendidikan seperti (lahan untuk sekolahan, kampus), fasilitas
pemerintahan seperti (kantor instansi, kantor kelurahan, kantor kecamatan, dll),
fasilitas kesehatan seperti (rumah sakit, polyklinik, PUSKESMAS,dll) fasilitas
ekonomi seperti (BANK, pasar tradisional, super market atau pusat perbelanjaan)
dan juga untuk fasilitas perdagangan dan perusahaan. Akibatnya alih fungi lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
untuk permukiman semakin sempit. Terbukti selama kurun waktu 8 tahun terakhir
di 10 kelurahan ini tidak ada perkembangan.
Gambar 6,7. Penggunaan Lahan Terbangun yang Dimanfaatkan untuk
Perdagangan di Kelurahan Jebres
Dengan pesatnya laju pertumbuhan penduduk, semakin berkembangnya
kegiatan usaha, dan keberadaan budaya masyarakat yang semakin maju,
menyebabkan permintaan lahan untuk permukiman juga semakin meningkat
sedangkan lahan bersifat tetap. Kelurahan–kelurahan yang tersebut diatas sudah
tidak memiliki lahan yang tidak terbangun untuk dijadikan lahan untuk
permukiman, maka jika dipaksakan akan timbul masalah kependudukan sehingga
perlu dicarikan alternatif penyelesaian yaitu dengan menyediakan lahan
permukiman pada lahan-lahan yang masing kosong atau lahan yang belum
terbangun yaitu di daerah pinggiran.
2) Kelurahan Yang Mengalami Perkembangan permukiman
Salah satu kelurahan yang mengalami perkembangan permukiman yang
cukup pesat di Kecamatan Jebres selama kurun waktu 8 tahun terakhir adalah
Kelurahan Mojosongo. Kelurahan ini merupakan kelurahan yang paling luas di
Kecamatan Jebres yang letaknya berada paling utara dari batas Kecamatan. Luas
kelurahan ini sebesar 532,88 Ha atau 42,35% dari luas Kecamatan Jebres.
Kelurahan Mojosongo terletak diantara dua jalur perkembangan yaitu Kota
Surakarata, dan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Kelurahan Mojosongo mengalami perkembangan permukiman sebesar
2,64 Hektar. Pada tahun 2000 luas permukiman sebesar 315,90 Hektar kemudian
pada tahun 2008 bertambah luas menjadi 318,54 hektar. Perkembangan
permukiman di Kecamatan Mojosongo ini dapat dilihat dengan munculnya
permukimam-permukiman baru yaitu rumah-rumah tinggal penduduk khususnya
rumah tinggal penduduk dalam bentuk kawasan perumahan baik perumahan
mewah maupun sederhana yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitasnya yang
menunjang sebagai satu kesatuan yang utuh antara manusia dengan
lingkungannya.
Perkembangan permukiman tersebut berasal dari konversi lahan tegalan
dan sawah yang masing-masing berkurang 4,75 hektar dan 0,89 hektar.
Penggunaan Lahan tegalan di Kelurahan Mojosongo sebagai suatu lahan usaha
untuk pertanian, banyak dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk ditanami
tanaman palawija/tanaman pangan seperti ketela pohon, Jagung, kacang tanah,
kacang panjang dan sebagian lahannya juga di tanami tanaman perkebunan seperti
pohon jati, pohon sengon, pohon mauni dan sebagiannya ditumbuhi atau tertutup
oleh tumbuhan perdu atau nipah banyak tersebar di beberapa desa.
Alih fungsi lahan tegalan menjadi permukiman yang terjadi di Kelurahan
Mojosongo adalah terjadi secara langsung oleh pemilik lahan ataupun tidak
langsung oleh pihak lain yang sebelumnya diawali dengan transaksi jual beli
lahan tegalan (para pengembang dan pembeli individu). Proses alih fungsi lahan
tegalan pada umumnya berlangsung cepat karena terkait dengan upaya
pemenuhan kebutuhan sektor ekonomi lain yang menghasilkan surplus ekonomi
(landrent) jauh lebih tinggi (misalnya untuk pembangunan kawasan industri,
kawasan perumahan, kawasan pendidikan dan sebagainya) atau untuk pemenuhan
kebutuhan mendasar (prasarana umum yang diprogramkan pemerintah, atau untuk
lahan tempat tinggal pemilik lahan yang bersangkutan).
Alih fungsi lahan tegal untuk pembangunan kawasan pemukiman (real
estate), jalan raya, komplek perkantoran, fasilitas umum maupun fasilitas sosial
dan sebagainya mengakibatkan terbentuknya pola alih fungsi yang sistematis.
Lahan tegalan yang beralih fungsi pada umumnya mencakup suatu hamparan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Selama jangka waktu mulai tahun 2000 sampai 2008, perubahan atau alih fungsi
lahannya nampak sekali terjadinya peningkatan. Seluas 96,07 hektar lahan tegalan
pada tahun 2000 berkurang menjadi 91,32 hektar. Dimana terjadi pengurangan
seluas 4,75 hektar, angka ini menunjukan angka yang cukup tinggi.
Gambar 8: Penggunaan Lahan Tegalan di Kelurahan Mojosongo, Jebres
Gambar 9: Perubahan Penggunaan Lahan Tegalan Menjadi Permukiman di
Kelurahan Mojosongo, Jebres
Selain perubahan fungsi lahan menjadi permukiman berasal dari lahan
tegalan, lahan sawah yang terdapat di Kelurahan Mojosongo juga mengalami
perubahan fungsi menjadi permukiman. Lahan sawah yang dimanfaatkan tiap
tahun oleh penduduk untuk ditanamani padi maupun palawija sedikit demi sedikit
mengalami pengurangan luas areal. Seluas 22,21 hektar lahan sawah pada tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
2000 berkurang menjadi 21,32 hektar. Dimana terjadi pengurangan seluas 0,89
hektar. Untuk lebih jelasnya tentang konversi lahan nonpermukiman menjadi
permukiman yang terjadi di Kelurahan Mojosongo silahkan melihat tabel 16 di
bawah ini
Tabel 16. Luas Konversi Lahan Nonpermukiman Menjadi Permukiman di
Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008
No Jenis Penggunan
Lahan
Tahun
2000
Tahun
2008 Perubahan
Ha Ha Berkurang
(Ha)
Bertambah
(Ha)
1 Permukiman 315,90 318,54 - 2,64
2 Jasa 29,81 29,81 0 0
3 Perusahaan 3,65 3,65 0 0
4 Industri 1,30 1,30 0 0
5 Tanah Kosong 15,59 18,59 - 3,00
6 Tegalan 96,07 91,32 4,75 -
7 Sawah 22,21 21,32 0,89 -
8 Kuburan 9,55 9,55 0 0
9 Lapangan Olah Raga 2,00 2,00 0 0
10 Taman Kota 0,00 0,00 0 0
11 Lain-lain 36,80 36,80 0 0
Jumlah 532,88 532,88 5,64 5,64
Sumber: Analisis data sekunder
Oleh karena desakan dari daerah pusat kota yang semakin padat, sistem
sewa tanah yang semakin tinggi makin banyaknya peraturan yang mengikat, pajak
yang tinggi dan kualitas drainase yang kurang baik serta lingkungan yang semakin
tercemar mengakibatkan penduduk yang berada di pusat kota terdorong untuk
mencari alternatif lain dalam memenuhi kebutuhan permukiman. Letak Kelurahan
Mojosongo yang cukup stategis berada di daerah perbatasan antara Kota Surakarta
dan wilayah Kabupaten Karanganyar, kondisi lingkungan yang masih terbuka dan
menyenangkan, sistem transportasi yang makin baik, serta keadaan lalu lintas
yang kurang padat, dan lokasi permukiman yang tidak berada pada jalur yang
rawan banjir menjadikan kelurahan Mojosongo bisa menjadi alternatif suatu
kawasan yang siap bangun. Luas penggunaan lahan terbangun dan tak terbangun
di masing-masing kelurahan dapat di lihat tabel di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Tabel 17. Luas Penggunaan Lahan Terbangun dan Tak Terbangun Menurut
Kelurahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2008
No Kelurahan Luas
Lahan
Terbangun
(Ha)
%
Lahan Tak
Terbangun
(Ha)
%
1 Kepatihan Kulon 17,50 17,50 100,00 0,00 0,00
2 Kepatihan Wetan 22,50 22,50 100,00 0,00 0,00
3 Sudiroprajan 23,00 23,00 100,00 0,00 0,00
4 Gandekan 35,00 35,00 100,00 0,00 0,00
5 Sewu 48,50 47,30 97,52 1,20 2,47
6 Pucang Sawit 127,00 107,15 84,37 19,85 15,62
7 Jagalan 65,00 65,00 100,00 0,00 0,00
8 Purwodiningratan 37,30 35,82 96,03 1,48 3,96
9 Tegalharjo 32,50 32,50 100,00 0,00 0,00
10 Jebres 317,00 276,49 87,22 40,51 12,77
11 Mojosongo 532,88 383,53 71,97 149,35 28,02
Jumlah 1258,18 1045,79 83,11 212,39 16,88
Sumber: Analisis Data Sekunder
Dari tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa Kelurahan Mojosongo
masih memiliki lahan tak terbangun yang cukup luas yakni sebesar 149,35 hektar
yang dimanfaatkan untuk kegiatan agraris seperti sawah dan tegalan dan tanah
kosong. Selain lahannya yang masih tersedia cukup luas, di kelurahan ini harga
tanahnya relatif masih terjangkau dibandingkan dengan daerah yang berada di
pusat Kota Surakarta. Diharapkan dengan masih tersedianya lahan tak terbangun
tersebut Kelurahan Mojosongo kedepannya bisa dijadikan kawasan
pengembangan di berbagai bidang seperti; pendidikan, budaya, kesehatan,
perdagangan dan yang lainnya. Diharapkan penetapan prioritas-prioritas yang
tepat akan membuka lapangan kerja baru, meningkatkan kesejahteraan dan
akhirnya meningkatkan taraf hidup warga Jebres secara signifikan. Untuk lebih
jelasnya tentang wilayah peruntukan lahan terbangun di Kelurahan Mojosongo
tahun 2008 dapat dilihat pada peta 5 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
2. Perkembangan Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres
Meningkatnya jumlah penduduk dan semakin luasnya areal permukiman
suatu daerah mengakibatkan bertambahnya kebutuhan dan fasilitas sosial
masyarakat di daerah itu sendiri. Pembangunan berbagai fasilitas sosial sangat
perlu ditingkatkan guna menunjang kebutuhan masyarakat, salah satunya adalah
pembangunan fasilitas rumah ibadah guna memenuhi kebutuhan spiritual
masyarakat.
Agama tidak hanya berupa sistem kepercayaan belaka melainkan juga
harus dijadikan keyakinan kuat dan diwujudkan dalam bentuk pengamalan ibadah
yang nyata. Keberadaan tempat ibadah menggambarkan keberadaan persebaran
pemeluk agama. Keberadaan masjid sebagai sarana ibadah bagi umat Islam di
kecamatan Jebres selama kurun waktu 8 tahun terakhir mengalami penambahan
yang cukup signifikan. Pertumbuhan pembangunan masjid tersebut didukung
dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan jumlah pemeluk agama
Islam yang masing-masing tersebar di seluruh wilayah kecamatan Jebres. Untuk
memudahkan dalam analisis pertumbuhan masjid, maka dalam pembahasan ini di
bedakan menjadi dua kategori yaitu masjid dalam arti digunakan untuk didirikan
sholat Jum‟at yang disebut Masjid Jami‟ dan masjid yang tidak digunakan untuk
didirikan untuk Sholat Jum‟at yang dari segi ukuran lebih kecil dari Masjid Jami‟
yaitu yang disebut Musholla.
Berdasarkan data yang diambil dari Departemen Agama Kota Surakarta
dan survei lapangan, jumlah keseluruhan bangunan masjid dan musholla di
Kecamatan Jebres pada tahun 2000 berjumlah 118 buah, mewakili 90.573 jiwa
kaum Muslimin. Kemudian pada tahun 2008 terjadi peningkatan pembangunan
masjid dan musholla sebanyak 39 buah, sehingga jumlah keseluruhan masjid dan
musholla menjadi 157 buah, yang mewakili 95.296 jiwa kaum Muslimin yang
masing-masing tersebar di seluruh wilayah kecamatan Jebres.
Pada tahun 2000 jumlah bangunan Masjid Jami‟ yang paling banyak
adalah di Kelurahan Jebres sebanyak 40 masjid yang mewakili 21.573 jiwa umat
Islam. Kemudian disusul Kelurahan Mojosongo sebanyak 36 Masjid Jami‟ dan 11
musholla yang mewakili 22.486 jiwa Umat Islam. Sedangkan jumlah Masjid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
yang paling sedikit adalah di Kelurahan Kepatihan Wetan, yang hanya memiliki 1
Masjid Jami dan 1 musholla mewakili 1.797 jiwa Umat Islam .
Pada tahun 2008 Kelurahan Mojosongo yang memiliki wilayah paling luas
di Kecamatan Jebres yang berpotensi terus mengalami pertambahan penduduk
dan penambahan jumlah pemeluk Agama Islam terus mengadakan pembangunan
masjid dan musholla. Terhitung pada tahun 2008 pembangunan masjid dan
musholla di Kelurahan Mojosongo adalah paling banyak yaitu 17 masjid dan 5
musholla yang mewakili 27.334 jiwa Umat Islam. Kemudian kelurahan kedua
yang paling banyak melakukan pembangunan adalah Kelurahan Jebres. Sebanyak
8 masjid dibangun untuk 23.300 jiwa Umat Islam. Sedangkan Kelurahan yang
tidak mengalami penambahan masjid maupun musholla adalah Kelurahan
Kepatihan Kulon, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sudiroprajan dan Kelurahan
Purwodiningratan. Untuk mengetahui secara lebih lanjut distribusi perkembangan
masjid dan distribusi pemeluk agama Islam di masing-masing Kelurahan Jebres
dapat di lihat pada Tabel 18 dan peta 7:
Tabel 18. Distribusi Tempat Ibadah Masjid Dan Distribusi Pemeluk Agama Islam
Kecamatan Jebres
Kelurahan
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Jumlah Pemeluk
Agama Islam
(Jiwa)
Jumlah
Masjid
Jumlah
Musholla Jumlah
Masjid
dan
Mushola
Th 2000-
Th 2008
Tahun
2000
Tahun
2008
Tahun
2000
Tahun
2008
Tahun
2000
Pemban
gunan
Tahun
2000-
2008
Tahun
2000
Pemban
gunan
Tahun
2000-
2008
Kepatihan Kulon 3.115 2.930 2.236 2.142 1 - 1 - 2
Kepatihan Wetan 3.264 3.080 1.886 1.797 1 1 - - 2
Sudiroprajan 4.934 5.014 2.518 2.846 2 - 1 - 3
Gandekan 9.594 9.513 6.097 6.270 3 - 2 - 5
Sewu 7.573 7.828 6.578 6.568 4 1 5
Pucang Sawit 12.392 14.084 8.448 9.768 9 2 - 1 12
Jagalan 13.643 12.220 10.392 8.940 2 3 - - 5
Purwodiningratan 5.592 5.372 3.140 2.808 2 - - - 2
Tegalharjo 6.725 6.096 3.990 3.523 2 - 1 1 4
Jebres 30.273 32.461 21.573 23.300 40 8 - - 48
Mojosongo 38.659 43.694 23.715 27.334 36 17 11 5 69
Jumlah 135.764 142.292 90.573 95.296 102 32 16 7 157
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000-2008, Data Primer, dan Hasil
Perhitungan
Sampai Sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
3. Distribusi Spasial Pembangunan Masjid Di Kecamatan Jebres
Setelah mengetahui bagaimana perkembangan pembagunan masjid,
selanjutnya dalam pembahasan ini akan dijelaskan distribusi spasial masing-
masing masjid dan musholla yang tersebar pada masing-masing kelurahan.
Sebelum melakukan analisis terlebih dahulu akan dijelaskan teknik analisis yang
akan digunakan. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui persebaran masjid
yang ada di Kecamatan Jebres adalah analisis spasial dengan menggunakan peta.
Dalam penelitian ini peta digunakan sebagai media penyaji dalam menampilkan
lokasi distribusi masjid. Dalam penggambarannya di peta, masjid disimbolkan
menggunakan titik (point) yang berarti satu titik pada peta menunjukkan satu
masjid di permukaan bumi. Lokasi titik tersebut menggambarkan kedudukannya
secara absolut di permukaan bumi. Dalam menentukan lokasi titik di lapangan
penulis mengambil titik koordinat masjid-masjid dengan menggunakan alat
Global Positioning system (GPS). (Untuk lebih jelasnya mengenai nama dan letak
masjid secara absolut di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 dan 2008 dapat
dilihat pada lampiran 1 dan 2.)
Untuk membantu penyajian data persebaran masjid di Kecamatan Jebres
digunakan suatu sistem yang disebut Sistem Informasi Geografis (SIG) yang
mengolah data atribut berupa titik lokasi masjid yang kemudian dimasukkan ke
dalam peta dasar yang dikompilasi dari Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-
343. Penentuan jumlah titik masjid didasarkan pada jumlah keseluruhan populasi
masjid yang tersebar diseluruh di Kecamatan Jebres. Hasil akhir dari pengolahan
data yang dilakukan menggunakan SIG berupa peta Distrbusi Spasial masjid
Kecamatan Jebres. Peta Distribusi Masjid tersebut memuat informasi distribusi
spasial masjid tahun 2000 dan distribusi spasial pembangunan masjid tahun 2008.
a. Distribusi Masjid Tahun 2000
Jumlah keseluruhan masjid di kecamatan jebres sampai dengan tahun
2000 berdasarkan data dari Departemen Agama kota surakarta berjumlah 118
masjid, dengan rincian Masjid Jami‟ berjumlah 102 dan Musholla sebanyak 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
buah. Sesuai dengan Peta Distribusi Masjid tahun 2000 Jumlah masjid dari
masing-masing kelurahan yang ada di Kecamatan Jebres sangatlah bervariasi
mulai dari yang hanya memiliki 1 masjid sampai yang memiliki 40 masjid.
Distribusi masjid yang paling banyak terdapat di Kelurahan Jebres yaitu sebanyak
40 masjid atau 39,21% dari total masjid yang ada di Kecamatan Jebres.
Mojosongo memiliki jumlah masjid terbanyak nomor 2 sebanyak 36 masjid akan
tetapi mojosongo memiliki jumlah musholla yang lebih banyak yaitu 11 musholla.
Sedangkan kelurahan yang paling sedikit memiliki bangunan masjid adalah
kelurahan Kepatihan Wetan yang hanya memiliki 1 bangunan masjid.
Untuk lebih jelasnya distribusi masjid di Kecamatan Jebres pada tahun
2000 dapat dilihat pada tabel 19, peta 6.
Tabel 19. Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000.
No Nama Kelurahan Jumlah Masjid Jumlah Musholla
Masjid Persen Musholla Persen
1 Kepatihan Kulon 1 0,98 1 6,25
2 Kepatihan Wetan 1 0,98 0 0
3 Sudiroprajan 2 1,96 1 6,25
4 Gandekan 3 2,94 2 12,5
5 Sewu 4 3,92 0 0
6 Pucang Sawit 9 8,82 0 0
7 Jagalan 2 1,96 0 0
8 Purwodiningratan 2 1,96 0 0
9 Tegalharjo 2 1,96 1 6,25
10 Jebres 40 39,21 0 0
11 Mojosongo 36 35,29 11 68,75
Jumlah 102 100 16 100
Sumber: Data Primer dan Hasil Perhitungan
Gambar 10. Distribusi Masjid Tahun 2000
0
10
20
30
40
50Distribusi Masjid Tahun 2000
Musholla
Masjid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
b. Distribusi Masjid Tahun 2008
Sesuai dengan Peta Distribusi Masjid pada tahun 2008 dijelaskan bahwa,
pada Kecamatan Jebres keberadaan masjid lebih banyak/dominan pada bagian
utara dan tengah kemudian sedikit di bagian barat dan bagian selatan. Hal ini
dikarenakan luas wilayah dibagian utara lebih besar dibandingkan dengan yang di
barat dan selatan Kecamatan Jebres. Di bagian barat Kecamatan Jebres hanya
ditemukan 1 masjid dan 1 musholla yang terletak dikelurahan Kepatihan Kulon, 2
masjid di Kelurahan Kepatihan Wetan, 2 masjid di kelurahan purwodiningratan
dan 2 masjid di kelurahan Sudiroprajan. Di bagian selatan Kecamatan Jebres,
terdapat 3 masjid dan 3 musholla yag terletak di kelurahan Gandekan dan 4
masjid serta 1 musholla di kelurahan Sewu. Masjid-masjid yang berada di bagian
barat dan selatan keberadaannya kurang begitu terlihat. Padahal apabila
masyarakat ingin mengerjakan ibadah cenderung untuk memilih masjid yang
terdekat dengan lokasi tempat tinggal atau tempat bekerja. Di wilayah kelurahan
ini kapasitas bangunan yang digunakan untuk permukiman maupun pertokoan
sudah terlalu padat, sehingga hal ini perlu dicarikan solusi oleh pemerintah
setempat untuk mencarikan lokasi pendirian masjid. Selain kelurahan yang
tersebut diatas, Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo didapati persebaran
masjidnya telah merata. (Lihat peta 7. Peta Distribusi Masjid di Kecamatan
Jebres Tahun 2008)
Pada saat penelitian dilakukan, ada beberapa masjid yang belum tercantum
pada data yang didapat dari Departemen Agama Kota Surakarta (DEPAG).
Departemen Agama Kota Surakarta menulis data masjid di Kecamatan Jebres
hanya sampai pada tahun 2006. Jumlah masjid yang belum tercantum ada 14
masjid, sedangkan total jumlah masjid menurut data Departemen Agama Kota
Surakarta ( DEPAG) dan ditambah dengan data masjid yang belum tercantum
dalam data Departemen Agama Kota Surakarta (DEPAG) sebagai hasil survei
lapangan yang di sajikan dalam tabel 20, yaitu berjumlah 157 masjid..Untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai distribusi pembangunan masjid di Kecamatan
Jebres pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 20 berikut ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Tabel 20. Distribusi Pembangunan Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008
No Kelurahan Luas
Wilayah
(Ha)
Pembagunan
Masjid
Pembangunan
Musholla
1 Kepatihan Kulon 17,50 - -
2 Kepatihan Wetan 22,50 1 -
3 Sudiroprajan 23,00 - -
4 Gandekan 35,00 - -
5 Sewu 48,50 1
6 Pucang Sawit 127,00 2 1
7 Jagalan 65,00 3 -
8 Purwodiningratan 37,30 - -
9 Tegalharjo 32,50 - 1
10 Jebres 317,00 8 -
11 Mojosongo 532,88 17 5
Jumlah 1258,18 32 7
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2008, Data Primer dan Pengecekan di
Lapangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
c. Distribusi Pembangunan Masjid Tahun 2000-2008
Perkembangan masjid di Kecamatan Jebres selama kurun waktu 8 tahun
terakhir yaitu antara tahun 2000 sampai akhir tahun 2008 terjadi sangat pesat.
Sebanyak 39 masjid berhasil dibangun di kecamatan ini untuk kelengkapan sarana
ibadah pada areal-areal permukiman penduduk yang semakin meningkat.
Distribusi spasial masjid-masjid di Kecamatan Jebres menunjukkan bahwa
masjid-masjid banyak yang dibangun diantara permukiman penduduk, kompleks
perkantoran dan berada di pingir jalan sesuai dengan fungsi masjid yang
digunakan sebagai sarana ibadah untuk Umat Islam dan tempat segala aktifitas
dakwah islamiyah ataupun untuk kepentingan sosial kemasyarakatan lainnya.
Oleh karena itu, pada data penggunaan lahan poin masjid tidak disebutkan secara
jelas, bisa dikatakan bahwa data pengunaan lahan untuk masjid dimasukkan pada
data permukiman.
Gambar 11. Masjid Sowijayan yang terletak pada 07°34′24,0″ LS dan 110°50′43,3″
BT, berada diantara permukiman padat penduduk di Kelurahan Sewu, Jebres
Gambar 12. Masjid Miftahul Jannah terletak pada 07°33′35,4″ LS dan
110°50′27,5″ BT,berada di Kompleks Kantor POLSEK Jebres
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Keberadaan dan persebaran tempat ibadah menggambarkan
keberadaan persebaran pemeluk agama. Semakin banyak pemeluk suatu agama
maka semakin nampak pula persebaran tempat ibadah yang ada. Sesuai dengan
data persebaran masjid yang ada, masjid-masjid yang ada di Kelurahan
Mojosongo keberadaannya lebih banyak dibandingkan dengan masjid-masjid
yang ada di Kelurahan Jebres lainnya. Hal ini dikarenakan wilayah Kelurahan
Mojosongo lebih luas dengan persentase pemeluk Agama Islamnya lebih banyak
dibandingkan dengan kelurahan lainnya. perkembangan permukiman di kelurahan
ini juga sedikit banyak mempengaruhi pembangunan masjid dan musholla yang
ada. Terhitung pada tahun 2008 sebanyak 22 masjid dibangun yaitu dengan
rincian 17 bangunan untuk Masjid Jami‟ dan 5 bangunan untuk musholla.Untuk
lebih jelasnya distribusi pembangunan masjid dan persebaran pemeluk agama
dapat dilihat pada tabel 21 dan peta 8:
Tabel 21. Distribusi Pembangunan Masjid dan Persebaran Pemeluk Agama Islam
Tahun 2000-2008 Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Kelurahan
Jumlah Pemeluk
Islam
(Jiwa
Jumlah
Pemeluk Islam
(Jiwa)
Jumlah
Masjid Jumlah Musholla
Jumlah
Masjid
dan
Mushola
Tahun
2000-2008
Tahun
2000
Tahun
2008
Bertambah
(+)
Sampai
Tahun
2000
Pemban
gunan
Masjid
Tahun
2000-
2008
Sampai
Tahun
2000
Pemban
gunan
Mushola
Tahun
2000-
2008
Kepatihan Kulon 2.236 2.142 (-) 94 1 - 1 - 2
Kepatihan Wetan 1.886 1.797 (-) 89 1 1 - - 2
Sudiroprajan 2.518 2.846 (+) 328 2 - 1 - 3
Gandekan 6.097 6.270 (+) 173 3 - 2 - 5
Sewu 6.578 6.568 (-) 10 4 1 5
Pucang Sawit 8.448 9.768 (+) 1..320 9 2 - 1 12
Jagalan 10.392 8.940 (-) 1.452 2 3 - - 5
Purwodiningratan 3.140 2.808 (-) 332 2 - - - 2
Tegalharjo 3.990 3.523 (-) 467 2 - 1 1 4
Jebres 21.573 23.300 (+) 1.727 40 8 - - 48
Mojosongo 23.715 27.334 (+) 3.619 36 17 11 5 69
Jumlah 90.573 95.296 (+) 4.723 102 32 16 7 157
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000-2008, Data Primer dan
Pengecekan di Lapangan
Berkurang
(-)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
4. Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008
Setelah mengetahui bagaimana perkembangan pembangunan masjid
dan distribusi masjid, selanjutnya akan diketahui bagaimana pola distribusi masjid
tersebut. Dalam usaha mengetahui pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres
dengan menggunakan pendekatan kualitatif, maka pola distribusi masjid pada
penelitian ini digunakan analisis parameter tetangga terdekat (nearest neighbour
analysis). Sebagai dasar dalam perhitungan indek parameter tetangga terdekat
dalam penelitian ini adalah Peta Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres tahun
2000 dan Peta Pola Distribusi Masjid Kecamata Jebres tahun 2008, peta ini
merupakan hasil analisis antara Peta Distribusi Masjid Kecamatan Jebres dan
perhitungan parameter tetangga terdekat. Untuk lebih jelas mengenai Peta Pola
Distribusi Masjid Di Kecamatan Jebres dapat dilihat pada Peta 9 dan 10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
a. Pola Distribusi Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2000
Pada peta 8 Pola Distribusi Masjid Tahun 2000 skala 1 : 25000 terdapat
118 masjid atau titik (N=118) dengan luas daerah 12,58 Km² dengan jarak antar
titik masjid yang satu dengan yang lain adalah sebagai berikut :
Tabel 22. Jarak Terdekat Antar Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2000
No Titik (N) Jarak di
Peta(cm)
Jarak (Km)
Lokasi
1. 1-3 0.8 0.2 Kepatihan Kulon- Kep Wetan
2. 2-29 1.4 0.35 Kep. Kulon- Tegalharjo
3. 4-5 0.75 0.187 Gandekan
4. 6-10 1.00 0.25 Sudiroprajan- Gandekan
5. 7-8 1.00 0.25 Gandekan
6. 9-11 0.9 0.225 Gandekan
7. 12-14 1.2 0.3 Sewu
8. 13-15 1.1 0.275 Sewu
9. 16-23 1.9 0.475 Pucangsawit
10. 17-24 0.55 0.1375 Pucangsawit
11. 18-19 0.55 0.1375 Pucangsawit
12. 20-22 1.6 0.4 Pucangsawit
13. 21-70 1.8 0.45 Pucangsawit- Jebres
14. 25-37 1,1 0.275 Jagalan-Jebres
15. 26-33 1 0.25 Jagalan-Jebrs
16. 27-65 0,8 0.2 Purwodiningratan-Jebres
17. 28-32 1,1 0.275 Purwodingratan
18. 30-31 0,4 0.1 Tegalharjo
19. 34-36 0,85 0.2125 Jebres
20. 35-59 1,1 0.275 Jebres
21. 38-39 0,7 0.175 Jebres
22. 40-58 1,1 0.275 Jebres
23. 41-42 0,7 0.175 Jebres
24. 43-46 1,1 0.275 Jebres
25. 44-45 0,6 0.15 Jebres
26. 47-56 1,9 0.475 Jebres
27. 48-66 1,3 0.325 Jebres
28. 49-63 1,3 0.325 Jebres
29. 50-54 1,5 0.375 Jebres
30. 51-67 1,2 0.3 Jebres
31. 52-64 1,3 0.325 Jebres
32. 53-71 0,9 0.225 Jebres
33. 55-76 1,7 0.425 Jebres-Mojosongo
34. 57-109 1,3 0.325 Jebres-Mojosongo
35. 60-61 1,2 0.3 Jebres
36. 62-99 1,8 0.45 Jebres
37. 68-69 0,7 0,175 Jebres
38. 72-96 0,8 0.2 Mojosongo
39. 73-94 0,9 0.225 Mojosongo
40. 74-112 1 0.25 Mojosongo
41. 75-92 1,2 0.3 Mojosongo
42. 77-83 1,2 0.3 Mojosongo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
43. 78-108 0,5 0.125 Mojosongo
44. 79-116 0,8 0.2 Mojosongo
45. 80-111 0,8 0.2 Mojosongo
46. 81-98 0,7 0.175 Mojosongo
47. 82-103 0,7 0.175 Mojosongo
48. 84-88 1,8 0.45 Mojosongo
49. 85-100 0,7 0.175 Mojosongo
50. 86-93 1,4 0.35 Mojosongo
51. 87-97 1,2 0.3 Mojosongo
52. 89-104 1,8 0.45 Mojosongo
53. 90-107 0,7 0.175 Mojosongo
54. 91-115 1 0.25 Mojosongo
55. 95-102 0,9 0.225 Mojosongo
56. 101-110 0,4 0.1 Mojosongo
57. 105-106 2,7 0.675 Mojosongo
58. 113-114 0,8 0.2 Mojosongo
59 117-118 0,4 0.1 Mojosongo
Jumlah 49,05 ∑J =15,6625
Sumber: Data Primer, Analisis Peta, dan Hasil Perhitungan
Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik
terdekat di Kecamatan Jebres sebagai berikut :
a. Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik terdekat
di Kecamatan Jebres sebagai berikut :
N
JJu
118
66,15Ju
13,0Ju
Jadi jarak rata-rata yang di ukkur antara satu titik dengan titik terdekat di
Kecamatan Jebres adalah 0,13
b. Setelah Ju diketahui maka penghitungan selanjutnya adalah menghitung Jh,
untuk menghitung Jh harus diketahui nilai P terlebih dahulu. Nilai P dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
L
NP
58,12
118P ,
38,9P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Jadi P di Kelurahan Jebres adalah 9,38
c. Setelah diketahui nilai P maka dapat dihitung nilai Jh yang dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
PJh
2
1
38,92
1Jh
06,32
1
XJh
Jh = 0,16
Jh di Kelurahan Jebres adalah 0,16
d. Langkah terakhir setelah menghitung Ju dan Jh adalah menghitung T, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Jh
JuT
16,0
13,0T
81,0T
Diketahui nilai T di Kecamatan jebres adalah 0,81 ini berarti pola distribusi
masjid di Kecamatan jebres pada tahun 2000 adalah mengelompok (Cluster). Pola
mengelompok masjid di Kecamatan Jebres terlihat di sekitar pemukiman
penduduk.
b. Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008
Setelah mengetahui pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres tahun 2000,
selanjutnya akan diketahui pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres tahun 2008.
Pada tahun 2008 jumlah masjid di Kecamatan Jebres mengalami penambahan
sebanyak 39 buah masjid sehingga jumlah masjid di Kecamatan Jebres pada tahun
2008 menjadi 157 buah masjid (N=157). Dari peta Distribusi Masjid tahun 2008
skala 1:25.000 dapat dilihat distribusi masjid tersebut. Dengan luas areal 12,58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Km2 jarak antara masjid yang satu dengan masjid yang lainnya adalah sebagai
berikut:
Tabel 23. Jarak Terdekat Antar Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2008
No Titik (N) Jarak di Peta
(cm)
Jarak di Lapangan
(Km)
Lokasi
1. 1-3 0,8 0,2 Kepatihan kulon-Kep. Wetan
2. 2-157 0,7 0,175 Kepatihan kulon-Kep. Wetan
3. 4-5 0,7 0,175 Sudiroprajan
4. 6-9 1,1 0,275 Sudiroprajan-Gandekan
5. 7-10 0,7 0,175 Gandekan
6. 8-11 0,5 0,125 Gandekan
7. 12-13 1,5 0,375 Sewu
8. 14-144 0,8 0,2 Sewu
9. 15-119 0,7 0,175 Sewu-Jagalan
10. 16-156 1,6 0,4 Pucangsawit
11. 17-24 0,5 0,125 Pucangsawit
12. 18-19 0,5 0,125 Pucangsawit
13. 20-21 1,3 0,325 Pucangsawit
14. 22-23 2,0 0,5 Pucangsawit
15. 25-120 1,8 0,45 Jagalan
16. 26-121 0,6 0,15 Jagalan
17. 27-65 0,8 0,2 Purwodiningratan-Jagalan
18. 28-32 1,1 0,275 Purwodinigratan-Jebres
19. 29-153 1,4 0,35 Tegalharjo
20. 30-31 0,4 0,1 Tegalharjo
21. 33-34 0,9 0,225 Jebres
22. 35-146 0,9 0,225 Jebres
23. 36-37 0,6 0,15 Jebres
24. 38-39 0,8 0,2 Jebres
25. 40-147 0,6 0,15 Jebres
26. 41-148 0,6 0,15 Jebres
27. 42-46 0,7 0,175 Jebres
28. 43-149 1,3 0,325 Jebres
29. 44-45 0,6 0,15 Jebres
30. 47-68 1,1 0,275 Jebres
31. 48-66 1,2 0,3 Jebres
32. 49-51 0,8 0,2 Jebres
33. 50-63 1,0 0,25 Jebres
34. 52-64 0,7 0,175 Jebres
35. 53-71 1,8 0,45 Jebres
36. 54-67 1,0 0,25 Jebres
37. 55-56 1,2 0,3 Jebres
38. 57-109 1,2 0,3 Jebres-Mojosongo
39. 58-59 1,1 0,275 Jebres
40. 60-152 0,6 0,15 Jebres
41. 61-80 0,8 0,2 Jebres-Mojosongo
42. 62-122 0,6 0,15 Jebres-Mojosongo
43. 69-151 0,8 0,2 Jebres
44. 70-150 1,8 0,45 Jebres
45. 72-96 0,8 0,2 Mojosongo
46. 73-95 1,3 0,325 Mojosongo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
47. 74-89 1,0 0,25 Mojosongo
48. 75-92 1,2 0,3 Mojosongo
49. 76-124 1,2 0,3 Mojosongo
50. 77-140 0,6 0,15 Mojosongo
51. 78-108 0,5 0,125 Mojosongo
52. 79-114 1,0 0,25 Mojosongo
53. 81-98 0,8 0,2 Mojosongo
54. 82-94 1,0 0,25 Mojosongo
55. 83-123 0,3 0,075 Mojosongo
56. 84-126 0,9 0,225 Mojosongo
57. 85-134 1,0 0,25 Mojosongo
58. 86-93 1,4 0,35 Mojosongo
59. 87-97 1,3 0,325 Mojosongo
60. 88-130 0,4 0,1 Mojosongo
61. 90-107 0,7 0,175 Mojosongo
62. 91-143 0,3 0,075 Mojosongo
63. 99-118 1,9 0,475 Mojosongo
64. 100-135 1,0 0,25 Mojosongo
65. 101-110 0,4 0,1 Mojosongo
66. 102-113 0,4 0,1 Mojosongo
67. 103-106 1,5 0,375 Mojosongo
68. 104-131 0,4 0,1 Mojosongo
69. 105-145 0,9 0,225 Mojosongo-Jebres
70. 111-136 1,0 0,25 Mojosongo
71. 112-125 0,3 0,075 Mojosongo
72. 116-139 0,8 0,2 Mojosongo
73. 117-141 0,3 0,075 Mojosongo
74. 127-133 1,1 0,275 Mojosongo
75. 128-137 0,9 0,225 Mojosongo
76. 129-132 0,7 0,175 Mojosongo
77. 138-142 1,1 0,275 Mojosongo
78. 154-155 0,9 0,225 Pucangsawit
Jumlah 71,5 ∑ J 17,875
Sumber : Data Primer, Analisis Peta, dan Hasil Perhitungan
Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik
terdekat di Kecamatan Jebres sebagai berikut :
a. Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik terdekat
di Kecamatan Jebres sebagai berikut :
N
JJu
157
87,17Ju
11,0Ju
Jadi jarak rata-rata yang di ukur antara satu titik dengan titik terdekat di
Kecamatan Jebres adalah 0,11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
b. Setelah Ju diketahui maka penghitungan selanjutnya adalah menghitung Jh,
untuk menghitung Jh harus diketahui nilai P terlebih dahulu. Nilai P dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
L
NP
58,12
157P ,
48,12P
Jadi P di Kelurahan Jebres adalah 12,48
c. Setelah diketahui nilai P maka dapat dihitung nilai Jh yang dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
PJh
2
1
48,122
1Jh
53,32
1
XJh
Jh = 0,14
Jh di Kelurahan Jebres adalah 0,14
d. Langkah terakhir setelah menghitung Ju dan Jh adalah menghitung T, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Jh
JuT
14,0
11,0T
78,0T
Diketahui nilai T di Kecamatan jebres adalah 0,78 ini berarti pola distribusi
masjid di Kecamatan jebres pada tahun 2008 adalah mengelompok (Cluster). Pola
mengelompok masjid di Kecamatan Jebres terlihat di sekitar pemukiman
penduduk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
5. Hubungan Antara Pembagunan Masjid Dengan Perkembangan
Permukiman
Dalam usaha mengetahui hubungan antara pembangunan masjid dengan
perkembangan permukiman Kecamatan Jebres digunakan analisis kualitatif
dengan cara mengasumsikan jarak ketersediaan seseorang untuk pergi secara jalan
kaki dari titik perkembangan permukiman baru ke lokasi masjid yang baru. Jarak
yang diambil disini adalah jarak yang mungkin ditempuh oleh seseorang untuk ke
masjid baik itu untuk sholat berjamaah ataupun untuk kegiatan keislaman yang
lain dengan berjalan kaki. Dalam pengambilan datanya dikelompokkan menjadi
enam kelas yang masing-masing berjarak <100 meter, 101-200 meter, 201-300
meter, 301-400, 401-500 meter dan >500 meter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 24 dibawah ini.
Tabel 24. Jarak Lokasi Pembangunan Masjid dengan Titik Perkembangan
Permukiman
No
Jarak Masjid
Dengan Titik
Perkembangan
Permukiman
(m)
Terpengaruhi Presentase Tidak
Terpengaruhi Presentase
1. 0-100 - - - -
2. 100-200 - - - -
3. 200-300 3 6,12 - -
4. 300-400 1 2,04 - -
5. 400-500 4 8,16 - -
6. > 500 41 83,67
Jumlah 8 16,32 41 83,67
Sumber : Data Primer, Analisis Peta dan Hasil Perhitungan
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak ada masjid yang berjarak <
100 dan 100-200 meter dari titik perkembangan permukiman, sedangkan yang
berjarak 200-300 meter berjumlah 3 buah masjid atau 6,12%, yang berjarak 300-
400 meter berjumlah 1 buah masjid atau 2,04 %, yang berjarak 400-500 meter
berjumlah 4 buah masjid atau 8,16%, sementara yang berjarak > 500 meter
berjumlah 41 buah masjid atau 83,67%. Dari analisis diatas menunjukkan bahwa
masjid yang berjarak kurang dari 500 meter berjumlah 8 buah masjid atau
16,32%. Kedelapan buah masjid tersebut di bangun di kelurahan Mojosongo, ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
menunjukkan masjid-masjid tersebut di pengaruhi oleh perkembangan
permukiman baru di kelurahan ini karena jaraknya <500 meter. sementara masjid
yang berjarak >500 meter dari titik permukiman baru berjumlah 41 buah atau
83,67%, masjid-masjid ini dibangun pada area di luar radius >500 m atau dalam
kelompok masjid yang tidak terpengaruhi oleh adanya perkembangan
permukiman. Ke empat puluh satu masjid ini berada di kelurahan-kelurahan yang
tidak mengalami perkembangan permukiman yaitu terdapat di Kelurahan
Kepatihan Wetan 2 buah masjid, Kelurahan Sewu 1 buah masjid, Kelurahan
Jagalan 3 Buah Masjid, Kelurahan Jebres 9 buah masjid, kelurahan Pucang Sawit
1 buah masjid dan di kelurahan Mojosongo yang mengalami perkembangan
permukiman sendiri ada 15 buah masjid yang berada lebih dari 500 meter ( >500)
atau yang tidak terpengaruhi oleh pertumbuhan permukiman.
Gambar 14. Grafik Jarak Lokasi Pembangunan Masjid dengan Titik
Perkembangan Permukiman
Untuk lebih jelasnya mengenai jangkauan perkembangan permukiman dengan
pembangunan masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dapat dilihat pada peta
11.
0 03 1
4
41
-10
0
10
20
30
40
50
0-100 100-200 200-300 300-400 400-500 > 500
Jum
lah
mas
jid
Jarak (m)
Jarak Permukiman Dengan Masjid
Jarak Masjid dengan Permukiman Jumlah Masjid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Perkembangan pembangunan masjid dan musholla di kecamatan jebres
selama kurun waktu 8 tahun terakhir pada kenyataannya tidak semuanya
dipengaruhi oleh perkembangan permukiman. Selanjutnya dalam pembahasan ini
akan dibahas mengenai faktor-faktor yang diasumsikan mempengaruhi
perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
a) Faktor Jumlah Pemeluk Agama
Keberadaan dan persebaran tempat ibadah menggambarkan keberadaan
persebaran pemeluk agama. Semakin banyak pemeluk suatu agama maka semakin
nampak pula persebaran tempat ibadah yang ada. Berdasarkan tema penelitian
yang diambil maka perlu diketahui perkembangan jumlah pemeluk Agama Islam
di daerah penelitian. Perkembangan diambil mulai dari tahun 2000 sampai tahun
2008. Dari analisis perkembangan jumlah pemeluk tersebut kemudian di
hubungkan dengan perkembangan masjid di Kecamatan Jebres apakah
perkembangan jumlah pemeluk agama mempengaruhi pembangunan masjid
ataukah tidak mempengaruhi pembangunan masjid.
Dalam penentuan persebaran Jumlah pemeluk agama Islam berdasarkan
jumlah pemeluknya, belum ada teori yang menyatakan batasan tentang jumlah
pemeluk sehingga digunakan rumus umum dalam penentuan kelas dari distibusi
data yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
I =
Keterangan: I = Kelas Interval
Diketahui :
Kelas tertinggi = 27.334
Kelas Terendah = 1.797
Jumlah Kelas = 3
Kelas intervalnya adalah: 𝐼 =27.334 -1.797
3=
25.537
3= 8512,3
kelasjumlah
terendahkelas - tertinggikelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Dari perhitungan penentuan kelas interval di atas, maka pembagian kelas
Jumlah pemeluk Agama Islam di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 sampai
tahun 2008 dapat di lihat seperti berikut ini:
Sedikit, apabila jumlah penganut antara 1.797 – 8.512 jiwa
Sedang, yaitu apabila jumlah penganut antara 8.513 – 17.025 jiwa
Banyak, yaitu apabila jumlah penganut antara 17.026 – 25.538 jiwa
Dari rumus diatas dapat diketahui bahwa jumlah pemeluk Agama Islam
(Muslim) di daerah penelitian dibagi kedalam 3 kelas yaitu; sedikit, sedang dan
banyak. Hasil perhitungan jumlah pemeluk Agama Islam di masing-masing
kelurahan berdasarkan klasifikasi diatas dipresentasikan pada tabel 25.
Tabel 25. Perkembangan Pemeluk Agam Islam di kecamatan Jebres Tahun 2000-
2008
Kelurahan
Jumlah Pemeluk Agama Islam
(Jiwa)
Jumlah
Pemeluk
Agama Islam
(Jiwa) Tahun
2000-2008 Persentase
(%) Klasifikasi Tahun
2000
Tahun
2008
Bertambah
(+)
Jiwa (%) Jiwa (%)
Kepatihan Kulon 2.236 2,46 2.142 2,24 (-) 94 (-)1,99 Sedikit
Kepatihan Wetan 1.886 2,08 1.797 1,88 (-) 89 (-)1,88 Sedikit
Sudiroprajan 2.518 2,78 2.846 2,98 (+) 328 (+)6,94 Sedikit
Gandekan 6.097 6,73 6.270 6,57 (+) 173 (+)3,66 Sedikit
Sewu 6.578 7,26 6.568 6,89 (-) 10 (-)0,21 Sedikit
Pucang Sawit 8.448 9,32 9.768 10,25 (+) 1.320 (+)27,94 Sedang
Jagalan 10.392 11,47 8.940 9,38 (-) 1.452 (-)30,74 Sedang
Purwodiningratan 3.140 3,46 2.808 2,94 (-) 332 (-)7,02 Sedikit
Tegalharjo 3.990 4,40 3.523 3,69 (-) 467 (-)9,88 Sedikit
Jebres 21.573 23,81 23.300 24,45 (+) 1.727 (+)36,56 Banyak
Mojosongo 23.715 26,18 27.334 28,68 (+) 3.619 (+)76,62 Banyak
Jumlah 90.573 100 95.296 100 (+) 4.723 100 sedang
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000-2008
Berkurang
(-)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Berdasarkan data dalam tabel diatas jumlah keseluruhan pemeluk Agama
Islam di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 sebanyak 90.573 jiwa kemudian
sampai pada akhir tahun 2008 meningkat menjadi 95.296 jiwa dimana terjadi
peningkatan sebanyak 4.723. Dari 11 kelurahan yang ada di Kecamatan Jebres,
Kecamatan Mojosongo memiliki jumlah pemeluk agama Islam terbesar sebanyak
27.334 jiwa atau 28,68%, urutan ke 2 adalah Kelurahan Jebres sebanyak 23.300
jiwa atau 24,45%, urutan ke 3 adalah Kelurahan Pucang Sawit sebanyak 9.768
jiwa atau 10,25% sedangkan kelurahan dengan jumlah pemeluk agama Islam
terkecil adalah Kelurahan Kepatihan Wetan yang hanya berjumlah 1.797 jiwa atau
1,88%. Berdasarkan rumus dan perhitungan Jumlah pemeluk Agama islam di atas
maka dapat disimpulkan bahwa jumlah pemeluk Agama Islam rata-rata di
Kecamatan Jebres selama kurun waktu 8 tahun dari tahun 2000 sampai tahun
2008 termasuk kedalam kriteria jumlah pemeluk dengan klasifikasi sedang yaitu
dengan jumlah pemeluk sebesar 8.663 Jiwa sedangkan angka penambahan jumlah
pemeluk Agama Islam yang terjadi selama 8 tahun terakhir termasuk dalam
kriteria klasifikasi penambahan sedikit yaitu sebesar 4.723 jiwa.
Setelah mengetahui angka perkembangan pemeluk agama maka
selanjutnya akan diketahui angka perkembangan pembangunan masjid di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Kurun waktu tahun 2000 sampai tahun 2008
pembangunan masjid paling banyak terdapat di Kelurahan Mojosongo sebanyak
22 masjid dengan rincian 17 masjid Jami‟ dan 5 musholla untuk mengimbangi
jumlah pemeluk agama Islam yang meningkat sebanyak 3.619 jiwa. Kelurahan ke
dua yang melakukan pembangunan masjid terbanyak adalah Kelurahan Jebres
yang melakukan pembangunan masjid Jami‟ sebanyak 8 buah untuk mengimbangi
jumlah pemeluk agama Islam yang meningkat sebanyak 1.727 jiwa. Untuk lebih
jelasnya distribusi pembangunan masjid dan persebaran pemeluk agama Islam di
Kecamatan Jebres selama kurun waktu tahun 2000 sampai tahun 2008 dapat
dilihat pada tabel 26 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Tabel 26. Distribusi Pembangunan Masjid dan Persebaran Pemeluk Agama Islam
Tahun 2000-2008 Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Kelurahan
Jumlah Pemeluk
Islam
(Jiwa)
Jumlah
Pemeluk Islam
(Jiwa) tahun
2000-2008
Jumlah
Masjid Jumlah Musholla
Jumlah
Masjid
dan
Mushola
Tahun
2000-2008
Tahun
2000
Tahun
2008
Bertambah
(+)
Sampai
Tahun
2000
Pemban
gunan
Masjid
Tahun
2000-
2008
Sampai
Tahun
2000
Pemban
gunan
Mushola
Tahun
2000-
2008
Kepatihan Kulon 2.236 2.142 (-) 94 1 - 1 - 2
Kepatihan Wetan 1.886 1.797 (-) 89 1 1 - - 2
Sudiroprajan 2.518 2.846 (+) 328 2 - 1 - 3
Gandekan 6.097 6.270 (+) 173 3 - 2 - 5
Sewu 6.578 6.568 (-) 10 4 1 - - 5
Pucang Sawit 8.448 9.768 (+) 1..320 9 2 - 1 12
Jagalan 10.392 8.940 (-) 1.452 2 3 - - 5
Purwodiningratan 3.140 2.808 (-) 332 2 - - - 2
Tegalharjo 3.990 3.523 (-) 467 2 - 1 1 4
Jebres 21.573 23.300 (+) 1.727 40 8 - - 48
Mojosongo 23.715 27.334 (+) 3.619 36 17 11 5 69
Jumlah 90.573 95.296 (+) 4.723 102 32 16 7 157
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000-2008, Data Primer dan Pengecekan di lapangan
Berdasarkan tabel 25 diatas dapat dilakukan analisis perkembangan
pembangunan masjid dan musholla di kecamatan jebres selama kurun waktu 8
tahun terakhir yang pada kenyataannya tidak semua pembangunan masjid dan
musholla di kecamatan jebres dipengaruhi oleh jumlah pemeluk agama islam. Hal
ini dapat dilihat di beberapa kelurahan di Kecamatan Jebres. Kelurahan Jagalan
yang mengalami penurunan pemeluk agama islam sebesar 1.452 jiwa dapat
membangun 3 buah masjid. Kelurahan Tegalharjo mengalami penurunan
sebanyak 467 jiwa membangun 1 musholla, Kelurahan Kepatihan Wetan
mengalami penurunan 89 jiwa membangun 1 masjid, dan Kelurahan Sewu
mengalami penurunan 10 jiwa membangun 1 masjid. Sedangkan kelurahan yang
mengalami peningkatan jumlah pemeluk Agama Islam secara signifikan tetapi
Berkurang
(-)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
tidak melakukan pembangunan masjid adalah Kelurahan Sudiroprajan dan
Kelurahan Gandekan yang masing mengalami peningkatan sebanyak 328 jiwa dan
173 jiwa. Angka penambahan tersebut sebenarnya menunjukkan angka
penambahan yang signifikan, akan tetapi pada kenyataannya penambahan
penganut Agama Islam (Muslim) tersebut tidak dibarengi dengan pembangunan
masjid yang ada. Dengan demikian angka penambahan umat Muslim sebanyak
328 jiwa dan 173 jiwa tersebut apabila akan melakukan ibadah masih
mempergunakan masjid yang lama atau masjid yang telah ada. Sampai akhir
tahun 2008 bangunan masjid yang ada di Kelurahan Sudiroprajan sebanyak 3
masjid dengan jumlah umat Muslim sebanyak 2.846. Hal ini berarti setiap 1
bangunan masjid menampung kurang lebih jamaah sebanyak 949 jamaah. Dengan
demikian bila melihat perbandingan antara jumlah bangunan masjid dengan
jumlah umat Muslim yang ada di Kelurahan Sudiroprajan dirasakan kurang
representatif.
Penambahan jumlah pemeluk agama dengan tidak disertai pembangunan
masjid dapat di carikan solusi dengan menambah konsep pembangunan masjid
yaitu dengan melakukan penambahan fungsi sarana dan prasarana masjid
misalnya dengan melakukan renovasi bangunan masjid dengan cara meninggikan
bangunan atau menambah lantai menjadi 2 lantai, menambah lebar masjid atau
memperluas masjid, dan atau dengan memiringkan sof-sof masjid agar dapat
menampung lebih banyak jamaah masjid.
Gambar 16. Masjid Ar-Rahman yang
Mengalami Perluasan Lantai Masjid Terletak
Pada 07°32′41,1″ dan 110°50′50,5″ Terdapat
di Kampung Mertoudan Kelurahan Mojosongo
Gambar 15. Masjid Nur Hasanah yang
Mengalami Penambahan Lantai Masjid
Terletak pada 07°32′41,1″ dan 110°50′50,5
″terdapat di Kampung Gendingan, Jebres
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
b) Faktor Pendapatan Masyarakat
Faktor pendapatan masyarakat mempengaruhi pembangunan masjid hal
ini berdasarkan asumsi bahwa semakin tinggi pendapatan di suatu masyarakat
maka akan semakin cepat laju pembangunan yang terjadi masyarakat tersebut,
sebaliknya jika pendapatan masyarakat rendah maka semakin lambat pula
pembangunan yang terjadi di masyarakat tersebut. Pedapatan juga sering
dikaitkan dengan kondisi ekonomi. Semakin tinggi pendapatan suatu masyarakat
maka mencerminkan ekonomi masyarakat tersebut juga semakin kuat dan mantap.
Keadaan ekonomi yang mantap secara tidak langsung akan mencerminkan
kemampuan penyediaan fasilitas keluarga dan juga diharapkan mempunyai
sumbangsih terhadap penyediaan fasilitas sosial kemasyarakatan, seperti
kepeduliaan terhadap pembangunan sarana dan prasarana umum seperti jalan,
jembatan, sarana kebersihan, sarana keamanan, sarana peribadatan dan lain-lain.
Dalam usaha untuk mengetahui tingkat pendapatan masyarakat di Kecamatan
Jebres maka dilakukan pendekatan terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat pendapatan suatu masyarakat secara umum, faktor yang dimaksud adalah
Angka Beban Ketergantungan (Dependency Ratio)
Angka beban ketergantungan adalah angka yang menyatakan
perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif dengan banyaknya
orang orang yang termasuk usia produktif. Menurut Mantra, yang disebut
penduduk belum produktif atau tidak produktif adalah penduduk yang berusia 0-
14 tahun yag merupakan golongan anak-anak yang secara ekonomis masih
tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Sedangkan
penduduk yang produktif adalah yang berusia 15-64 tahun yang merupakan
golongan produktif untuk bekerja, dan untuk golongan tidak produktif adalah
yang berusia diatas 65 tahun yang dianggap sudah melewati masa pensiun. Dalam
ilmu kependudukan banyaknya golongan anak-anak dan golongan tua akan
mempengaruhi beben tanggungan golongan yang bekerja, dalam arti golongan
belum produktif dan tidak produktif merupakan tanggungan penduduk usia
produktif (yang bekerja).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Secara kasar angka ini dapat digunakan sebagai indikator ekonomi dari
suatu masyarakat, daerah atau suatu negara apakah tergolong maju atau
berkembang. Dependency Ratio merupakan indikator demografi yang cukup
penting. Semakin tingginya prosentase Dependency Ratio menunjukkan semakin
tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk untuk
membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan
persentase Dependency Ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin
rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai
penduduk ynag belum produktif dan tidak produktif lagi.
Dalam usaha untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pembangunan masjid di Kecamatan Jebres, faktor angka beban tanggungan
(Dependency Ratio) perlu diketahui hal ini berdasarkan asumsi secara umum
bahwa semakin kecil angka ketergantungan masyarakat, maka semakin ringan
pula beban tanggungan hidup yang ditanggung penduduk usia produktif untuk
membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Jika angka
tanggungannya sedikit maka tingkat pendapatan usia produktif akan meningkat
sehingga tingkat ekonominya juga semakin kuat. Bila dalam suatu masyarakat
tersebut memiliki ekonomi yang kuat maka semakin besar andil yang diharapkan
untuk melakukan sumbangan terutama dalam bentuk dana untuk pembangunan
masjid. Untuk menghitung angka ketergantungan/ Dependency Ratio digunakan
rumus:
Rasio Beban Ketergantungan:
%100)6415(
)65()140(X
Penduduk
pendudukPenduduk
Sebelum menghitung angka ketergantungan (Dependency Ratio) harus
diketahui lebih dahulu komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.
Untuk menjawab pertanyaan pengaruh angka ketergantungan (Dependency Ratio)
terhadap pembangunan masjid di Kecamatan Jebres selama kurun waktu tahun
2000-2008 maka dicari angka beban ketergantungan penduduk Kecamatan Jebres
tahun 2000 dan angka beban ketergantungan tahun 2008 sehingga akan diketahui
analisis perkembangan angka ketergantungan masyarakat selama kurun waktu 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
tahun tersebut. Berikut Tabel 27 distribusi penduduk Kecamatan Jebres pada
tahun 2000 yang dihitung per kelurahan berdasarkan kelompok umur dan jenis
kelamin.
Tabel 27. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan
Jebres Tahun 2000
Kelurahan Kelompok Umur 0-4 Kelompok Umur 5-9 Kelompok Umur10-14 Kelompok Umur 15-19
Laki-
laki
Perem
-puan
Jum-
lah
Laki-
laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Laki-
laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Laki
-laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Kepatihan Kulon 69 107 176 144 154 298 148 170 318 164 179 343
Kepatihan Wetan 122 134 256 191 176 367 226 218 444 194 187 381
Sudiroprajan 189 132 321 81 183 364 272 266 538 271 388 659
Gandekan 691 791 1.482 291 386 677 466 520 986 427 530 957
Sewu 281 284 565 254 255 509 246 260 506 405 404 809
Pucang Sawit 686 633 1319 623 624 1247 659 632 1291 640 691 1331
Jagalan 777 820 1597 787 759 1546 744 741 1485 745 741 1486
Purwodiningratan 565 604 1169 314 305 619 215 312 527 173 177 350
Tegalharjo 162 226 388 333 350 683 382 256 638 365 369 734
Jebres 3.815 3.755 7570 1528 1648 3176 1237 1395 2632 1519 1570 3089
Mojosongo 4.265 4.361 8626 1796 2005 3801 1668 1736 3404 1606 1709 3315
Kelurahan Kelompok Umur 20-24 Kelompok Umur 25-29 Kelompok Umur 30-39 Kelompok Umur 40-49
Laki-
laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Laki-
laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Laki-
laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Laki
-laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Kepatihan Kulon 167 181 348 180 184 364 183 202 385 189 186 375
Kepatihan Wetan 172 174 346 165 156 321 171 175 346 204 188 392
Sudiroprajan 243 297 540 244 299 543 218 245 463 274 338 612
Gandekan 469 535 1004 357 304 661 357 343 700 258 273 531
Sewu 406 376 782 438 361 799 427 432 859 428 433 861
Pucang Sawit 703 714 1417 719 686 1405 599 576 1175 608 584 1192
Jagalan 756 772 1528 706 781 1487 663 764 1427 452 580 1032
Purwodiningratan 229 290 519 231 274 505 207 349 556 243 235 478
Tegalharjo 315 351 666 353 308 661 286 358 644 327 299 628
Jebres 1789 1902 3691 1625 1536 3161 1256 1128 2384 1199 1168 2367
Mojosongo 1504 1720 3224 2043 1937 3980 1885 1990 3875 1499 1649 3148
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Kelurahan Kelompok Umur 50-59 Kelompok Umur 60+
Laki-
laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Laki-
laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Kepatihan Kulon 147 151 298 95 115 210
Kepatihan Wetan 140 144 284 49 78 127
Sudiroprajan 273 352 625 166 103 269
Gandekan 452 416 868 987 741 1728
Sewu 427 431 858 517 508 1025
Pucang Sawit 475 505 980 489 546 1035
Jagalan 379 376 755 557 743 1300
Purwodiningratan 219 208 427 238 204 442
Tegalharjo 297 362 659 431 595 1026
Jebres 443 910 1353 410 440 850
Mojosongo 1531 1348 2879 1419 988 2407
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000
Dari data dalam tabel diatas selanjutnya akan dihitung angka
ketergantungan tiap kelurahan di Kecamatan Jebres:
Kelurahan Kepatihan Kulon
42,47%100113.2
210792
X
Keluraha Kepatihan Wetan
68,57%100070.2
127067.1
X
Kelurahan Sudiroprajan
34,43%100442.3
269223.1
X
Kelurahan Gandekan
21,103%100721.4
728.1145.3
X
Kelurahan Sewu
43,52%100968.4
025.1580.1
X
Kelurahan Pucangsawit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
22,65%100500.7
035.1857.3
X
Kelurahan Jagalan
83,76%100715.7
300.1628.4
X
Kelurahan Purwodiningratan
24,97%100835.2
442315.2
X
Kelurahan Tegalharjo
54,68%100990.3
026.1709.1
X
Kelurahan Jebres
67,88%100045.16
850378.13
X
Kelurahan Mojosongo
31,89%100421.20
407.2831.15
X
Setelah mengetahui angka ketergantungan di masing-masing kelurahan di
Kecamatan Jebres pada tahun 2000 maka selanjutnya akan dihitung angka angka
ketergantungan di masing-masing kelurahan di Kecamatan Jebres pada tahun
2008 sehingga nantinya akan dapat dihitung perkembangannya. Berikut Tabel 28
distribusi penduduk Kecamatan Jebres pada tahun 2008 yang dihitung per
kelurahan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.
Tabel 28. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan
Jebres Tahun 2000
Kelurahan Kelompok Umur 0-4 Kelompok Umur 5-9 Kelompok Umur10-14 Kelompok Umur 15-19
Laki-
laki
Perem
-puan
Jum-
lah
Laki-
laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Laki-
laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Laki
-laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Kepatihan Kulon 74 96 170 70 94 164 126 140 266 132 142 274
Kepatihan Wetan 228 192 420 162 138 300 197 162 359 171 166 337
Sudiroprajan 315 323 638 162 176 338 321 248 569 311 380 691
Gandekan 1075 1150 2225 294 371 665 443 511 954 409 521 930
Sewu 314 537 851 312 322 634 298 350 648 458 419 877
Pucang Sawit 1332 1079 2411 683 702 1385 708 685 1393 687 737 1424
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Jagalan 651 640 1291 701 750 1451 746 803 1549 741 728 1469
Purwodiningratan 437 452 889 305 304 609 248 256 504 294 321 615
Tegalharjo 176 187 363 334 354 688 387 257 644 331 322 653
Jebres 1060 971 2031 2254 2375 4629 1697 1862 3559 1928 2013 3941
Mojosongo 4732 4878 9610 1990 2147 4137 1809 1871 3680 1837 1943 3780
Kelurahan Kelompok Umur 20-24 Kelompok Umur 25-29 Kelompok Umur 30-39 Kelompok Umur 40-49
Laki-
laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Laki-
laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Laki-
laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Laki
-laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Kepatihan Kulon 138 151 289 132 144 276 182 182 364 200 210 410
Kepatihan Wetan 172 142 314 157 115 272 123 235 358 178 165 343
Sudiroprajan 274 280 554 274 269 543 203 188 391 289 307 596
Gandekan 460 510 970 330 291 621 303 298 601 254 275 529
Sewu 480 488 968 348 293 641 471 417 888 448 417 865
Pucang Sawit 771 829 1600 817 735 1552 726 689 1415 686 586 1272
Jagalan 799 754 1553 629 743 1372 629 717 1346 421 553 974
Purwodiningratan 248 329 577 218 292 510 187 5 192 238 241 479
Tegalharjo 318 345 663 344 302 646 281 345 626 276 316 592
Jebres 2256 2374 4630 2166 2071 4237 1760 1561 3321 1563 1534 3097
Mojosongo 1765 2132 3897 2338 2297 4635 2434 2439 4873 1743 1866 3609
Kelurahan Kelompok Umur 50-59 Kelompok Umur 60+
Laki-
laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Laki-
laki
Perem-
puan
Jum-
lah
Kepatihan Kulon 174 210 384 162 171 333
Kepatihan Wetan 239 134 273 47 57 104
Sudiroprajan 272 304 576 65 53 118
Gandekan 396 355 751 776 491 1267
Sewu 431 357 788 381 287 668
Pucang Sawit 444 481 925 361 346 707
Jagalan 421 396 817 190 208 398
Purwodiningratan 201 221 422 150 148 298
Tegalharjo 332 368 700 229 292 521
Jebres 887 1298 2185 380 451 831
Mojosongo 1671 1518 3189 1381 903 2284
Sumber: Kecamatan Jebres Dalam Angka Tahun 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Dari data dalam tabel diatas selanjutnya akan dihitung angka
ketergantungan (Dependency Ratio) tiap kelurahan di Kecamatan Jebres:
Kepatihan Kulon
72,46%100997.1
333600
X
Keluraha Kepatihan Wetan
36,62%100897.1
104079.1
X
Kelurahan Sudiroprajan
62,49%100351.3
118545.1
X
Kelurahan Gandekan
67,70%100402.4
267.1844.1
X
Kelurahan Sewu
32,55%100027.5
668133.2
X
Kelurahan Pucangsawit
007,72%100188.8
707189.5
X
Kelurahan Jagalan
09,71%100486.7
398921.4
X
Kelurahan Purwodiningratan
28,82%100795.2
298002.2
X
Kelurahan Tegalharjo
59,56%100880.3
521675.1
X
Kelurahan Jebres
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
60,51%100441.21
831219.10
X
Kelurahan Mojosongo
31,82%100947.23
284.2427.17
X
Berdasarkan hasil perhitungan masing- masing angka ketergantungan
diatas, faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan
masjid di Kecamatan Jebres selama 8 tahun terakhir ditentukan dari besar
kecilnya angka ketergantungan masyarakat. Frekuensi penurunan angka
ketergantungan (Dependency Ratio) menunjukkan bahwa kemakmuran
masyarakat tersebut semakin meningkat sehingga faktor tersebut diperkirakan
menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan
pembangunan masjid.
Dari 11 kelurahan yang ada di Kecamatan Jebres, Kecamatan Mojosongo
memiliki prosentase angka ketergantungan paling besar yaitu 82,31. Ini artinya
setiap 100 jiwa penduduk usia produktif harus menanggung sebanyak 82 orang
tidak produktif. Urutan ke 2 yang memiliki angka ketergantungan paling besar di
Kelurahan Jebres adalah kelurahan purwodingratan sebesar 82,28 sedangkan
kelurahan dengan angka ketergantungan paling kecil adalah Kelurahan Kepatihan
kulon sebesar 46,72.
Kurun waktu tahun 2000 sampai tahun 2008 penambahan angka
ketergantungan paling besar terdapat di Kelurahan Pucangsawit sebesar 6,7.
Kelurahan ke dua yang mengalami penambahan angka ketergantungan paling
besar adalah Kelurahan Sudiroprajan sebesar 6,2. Sedangkan kelurahan yang
mengalami prosentase penurunan angka ketergantungan paling besar terdapat di
Kelurahan Jebres sebesar 37,07. Kelurahan ke dua yang mengalami prosentase
penurunan paling besar adalah Kelurahan Gandekan. Untuk lebih jelasnya
distribusi perkembangan angka ketergantungan dan distribusi pembangunan
masjid di Kecamatan Jebres tahun 2000 sampai tahun 2008. pada tabel 29 berikut
ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Tabel 29. Distribusi Angka Ketergantungan dan Distribusi Pembangunan Masjid
di Kecamatan Tahun 2000-2008
Kelurahan
Angka
Ketergantungan
(Dependency
Ratio)
Perkembangan
Angka
Ketergantungan
(Dependency
Ratio)
Pembangunan
Masjid
Tahun 2000-
2008
Pembangunan
Mushola
Tahun 2000-
2008
Jumlah
Pembangunan
Masjid
dan
Mushola
Tahun
2000-2008 Tahun
2000
Tahun
2008
Bertambah
(+)
Jumlah
(Buah)
Persen
(%)
Kepatihan Kulon 47,42 46,72 (-) 0,7 - - 0 0
Kepatihan Wetan 57,68 62,36 (+) 4,9 1 - 1 2,56
Sudiroprajan 43,34 49,62 (+) 6,2 - - 0 0
Gandekan 103,21 70,67 (-) 32,5 - - 0 0
Sewu 52,43 55,32 (+) 2,8 1 - 1 2,56
Pucang Sawit 65,22 72,007 (+) 6,7 2 1 3 7,69
Jagalan 76,83 71,09 (-) 5,4 3 - 3 7,69
Purwodiningratan 97,24 82,28 (-) 14,9 - - 0 0
Tegalharjo 68,54 56,59 (-) 11,9 - 1 1 2,56
Jebres 88,67 51,60 (-) 37,07 8 - 8 20,51
Mojosongo 89,31 82,31 (-) 7,0 17 5 17 43,58
Jumlah
32 7 39 100
Sumber: Analisis Data Sekunder
Berdasarkan tabel diatas dapat dilakukan analisis faktor yang
mempengaruhi perkembangan pembangunan masjid dan musholla terhadap angka
ketergantungan di kecamatan jebres selama kurun waktu 8 tahun terakhir yang
pada kenyataannya tidak semua pembangunan masjid dan musholla di kecamatan
jebres dipengaruhi oleh penurunan angka ketergantungan (Dependency Ratio).
Penurunan angka ketergantungan menunjukkan bahwa kemakmuran masyarakat
tersebut semakin meningkat sehingga faktor tersebut diperkirakan menjadi salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan masjid.
Kelurahan Pucangsawit yang mengalami peningkatan angka ketergantungan
sebesar 6,7 (atau dalam arti semakin meningkat angka ketergantungan berarti
beban tanggungan usia produktif semakin besar pula sehingga kemakmuran
masyarakat menurun) kenyataannya dapat membangun 2 buah masjid dan 1
Berkurang
(-)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
musholla. Kelurahan Kepatihan Wetan mengalami peningkatan angka
ketergantungan sebesar 4,9 membangun 1 masjid, dan Kelurahan Sewu
mengalami peningkatan 2,8 membangun 1 masjid. Penurunan angka
ketergantungan yang terjadi di beberapa kelurahan di Kecamatan Jebres dengan
tidak disertai pembangunan masjid bisa jadi ini menunjukkan kekurangsadaran
penduduk akan fungsi tempat ibadah utuk memenuhi kebutuhan spiritual atau bisa
jadi keanekaragaman kebutuhan yang harus dicukupi penduduk dengan
megalokasikan kebutuhan lain yang lebih penting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman di Kecamatan Jebres
Tahun 2000-2008
Rentan waktu antara tahun 2000-2008, luas lahan permukiman di Kecamatan
Jebres mengalami perkembangan yaitu dari 656,45 Ha pada tahun 2000,
bertambah menjadi 659,09 Ha pada tahun 2008 dengan luas perkembangan 2,64
Ha. Kelurahan yang mengalami perkembangan permukiman adalah Kelurahan
Mojosongo dari 315,90 Ha pada tahun 2000 menjadi 318,54 Ha pada tahun 2008.
Sedangkan untuk Kelurahan-kelurahan lain di kecamatan Jebres selama kurun
waktu tersebut tidak mengalami perubahan penggunaan lahan untuk permukiman
atau stagnan.
2. Pertumbuhan Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres antara tahun
2000-2008
Keberadaan masjid sebagai sarana ibadah bagi umat Islam di kecamatan
Jebres selama kurun waktu 8 tahun terakhir mengalami penambahan yang cukup
signifikan. Jumlah Masjid di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 adalah 118 buah
masjid, kelurahan yang memiliki masjid terbanyak adalah Kelurahan Mojosongo
yaitu 47 masjid, kemudian Kelurahan Jebres 40 masjid, Kelurahan Pucang Sawit
9 Masjid, Kelurahan Gandekan 5 masjid, Kelurahan Sewu 4 Masjid, Kelurahan
Tegalharjo 3 masjid, Kelurahan Sudiroprajan 3 masjid, Kelurahan Jagalan 2
masjid, Kelurahan Purwodiningratan 2 Masjid, Kelurahan Kepatihan Kulon 2
masjid, dan Kelurahan Kepatihan Wetan hanya mempunyai 1 masjid
Kemudian pada tahun 2008 terjadi peningkatan pembangunan masjid
sebanyak 39 buah. Kelurahan Mojosongo bertambah 16 buah masjid, Kelurahan
Jebres 8 masjid, Kelurahan Jagalan 3 buah, Kelurahan Pucang Sawit 3 buah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Kelurahan Sewu 1 buah, Kelurahan Kepatihan Wetan 1 buah, Kelurahan
Tegalharjo 1 buah masjid, sedangkan Kelurahan Purwodiningratan, Kelurahan
Kepatihan Kulon, Kelurahan Sudiroprajan, dan Kelurahan Gandekan, tidak
mengalami pertumbuhan pembangunan masjid. Sehingga jumlah keseluruhan
masjid di Kecamatan Jebres menjadi 157 buah.
3. Distribusi Spasial Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres Kota
Surakarta Tahun 2000-2008
Distribusi spasial masjid-masjid di Kecamatan Jebres menunjukkan masjid-
masjid banyak yang dibangun diantara permukiman penduduk, kompleks
perkantoran dan berada di pingir jalan sesuai dengan fungsi masjid yang
digunakan sebagai sarana ibadah untuk Umat Islam dan tempat segala aktifitas
dakwah islamiyah ataupun untuk kepentingan sosial kemasyarakatan. Keberadaan
Masjid di Kecamatan Jebres lebih banyak di bagian utara dan tengah kemudian
sedikit di bagian barat dan selatan. Bagian utara yaitu Kelurahan Mojosongo
sebanyak 69 masjid (43,94%), di bagian tengah yaitu Kelurahan Jebres 48 masjid
(30,57%). Bagian barat hanya berjumlah 10 buah atau (6,40%) yaitu 2 masjid
yang terdapat di Kelurahan Kepatihan Kulon, 2 masjid di Kelurahan Kepatihan
Wetan, 4 masjid di Kelurahan Tegalharjo, dan 2 masjid di Kelurahan
Purwodiningratan. Bagian selatan Kecamatan Jebres mempunyai 31 masjid (19,74
%), dengan rincian 13 masjid di Kelurahan Pucang sawit, 5 masjid di Kelurahan
Jagalan, 5 masjid di Kelurahan Sewu, 5 masjid di Kelurahan Gandekan,dan 3
masjid di Kelurahan Sudiroprajan.
4. Pola Distribusi Masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres tahun 2000 adalah mengelompok
dengan nilai T = 0,81, demikian juga dengan pola distribusi masjid di tahun 2008
masih mengelompok dengan nilai T= 0,78. Pola mengelompok masjid di
Kecamatan Jebres terlihat di sekitar pemukiman yang sedang berkembang dan
padat penduduknya seperti di bagian barat Kelurahan Mojosongo, dan juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
mengelompok di sekitar Kelurahan Jebres karena lokasi pemukiman yang dekat
dengan kampus UNS, ISI dan RSUD Dr. Moeardi.
5. Hubungan Antara Pembagunan Masjid Dengan Perkembangan
Permukiman
Pembangunan masjid yang ada di kelurahan Jebres tidak semuanya
dipengaruhi oleh perkembangan permukiman. Sebanyak 8 buah masjid atau
16,32% terpengaruhi oleh perkembangan permukiman, sedangkan masjid yang
tidak terpengaruhi oleh perkembangan permukiman sebanyak 41 buah atau
83,67%.
B. Implikasi
Dari kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka dapat dijelaskan
implikasinya sebagai berikut:
1) Dengan mengetahui perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di
Kecamatan Jebres, diharapkan dapat menjadi pertimbangan masyarakat
dalam hal .pemilihan lokasi untuk pembangunan kawasan perumahan
dengan memilih Kelurahan Mojosongo sebagai kawasan yang siap bangun
untuk peruntukan lahan permukiman.
2) Distribusi masjid penting diketahui sebagai informasi yang sangat
berguna bagi orang-orang yang mengadakan perjalanan apabila suatu
waktu ingin singgah ke masjid terdekat pada saat posisi tertentu.
3) Dari Pola distribusi masjid dapat diketahui tingkat kebutuhan masyarakat
akan bangunan masjid khususnya Umat Islam, sehingga akan mudah
diketahui perbandingan jumlah masyarakat yang beragama Islam dengan
bangunan masjid yang telah didirikan, dan jarak bangunan masjid terhadap
penduduk sekitar/jamaah. Sehinga dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk rencana pembangunan masjid selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
C. Saran
1. Pemerintah daerah diharapkan pemperhatikan dalam masalah penggunaan
lahan terutama penggunaan lahan untuk permukiman di Kelurahan yang
padat penduduk, seperti di Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan
Kepatihan Wetan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Gandekan,
Kelurahan Sewu, Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan
Purwodiningratan, dan Kelurahan Tegalharjo yaitu dengan menyediakan
lahan untuk permukiman atau perumahan-perumahan yang harganya dapat
di jangkau masyarakat.
2. Penggunaan alat Global Positioning System (GPS) untuk mengetahui
posisi koordinat masjid sebaiknya menggunakan GPS dengan tingkat
akurasi yang tinggi, karena berdasarkan hasil pengukuran di lapangan
terjadi pergeseran antar posisi masjid sebenarnya dengan posisi koordinat
masjid yang di plotkan di peta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek:
Jakarta. Rineka Cipta.
Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: Institut Pertanian
Bandung.
Bintarto, R. 1977. Suatu Pengantar Geografi Desa. Yogyakarta: LIP Spring.
Bintarto, R Dan Surastopo Hadi Sumarno. 1991. Metode Analisa Geografi.
Jakarta: LP3ES
Malinreau, JP.1977. A Proposed Land Cover / Land Use Classification and its
Use with Remote Sensing Data Indonesia dalam Journal of
Geography. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
.1978. Penggunaan Lahan Pedesaan Penafsiran Citra Untuk
Inventarisasi dan Analisis. Yogyakarta: PUSPICS-
BAKOSURTANAL.
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mardalis. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Moleong, Lexy. 1995. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: P.T Remaja
Rosdakarya.
Muta‟ali, Luthfi. 2000. Teknik Analisis Regional. Yogyakarta: Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada.
Notoprawiro, Tejoyuwono. 1987. Habitat Lahan Sebagai Kriteria Tata Ruang
Nasional Berwawasan Lingkungan. Yogyakarta: PPLH- Universitas
Gadjah Mada
Hadi, Partoso. 2011. Ketrampilan Spasial Dalam Pembelajaran Geografi.
http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id. Diakses tanggal 18 Mei 2011.
. 2011. Esensi Peta. http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id. Diakses
tanggal 18 Mei 2011
Sandy, I Made.1995. Tanah. Jakarta: INDOGRAPH BAKTI- FAKULTAS
MIPA- Universitas Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
Soeparmin, Yacop. 2002. Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian di Kelurahan
Karangasem Kota Surakarta 1991-2000. Tesis. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Sumaatmadja, Nursid. 1981. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa
Keruangan. Bandung: Alumni
Sutanto, Gunadi, Gunawan Totok. 1981. Penggunaan Foto Udara Untuk
Pembuatan Peta Penggunaan Lahan Kotamadya Yogyakarta Publikasi
No 3/1981. Yogyakarta: PUSPIC-BAKOSURTANAL.
Tika, Moch Pabundu. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Yousman, Yeyep. 2004. Sistem Informasi Geografi dengan Mapinfo
Profesional.Yogyakarta: ANDI
Yunus, Hadi Sabari. 1987. Geografi Permukiman dan Beberapa Permasalahan
Permukiman di Indonesia. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada.
.2007. Subject Matter dan Metoda Penelitian Geografi Permukiman
Kota. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Zuroh, Tegawati. 2006. Perubahan Penggunaan Lahan Wilayah Pesisir
Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo Tahun 1993-2005.
Skripsi. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.
http://www.immasjid.com/?pilih=lihat&id=249. diakses januari 2009.
http//luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Quraish/wawasan/masjid.html. diakses 14 juni
2011.
www.asiamaya.com/undang-undang/uu_perumahan/uu_perumahan_babI.htm.
diakses 17 mei 2011
Recommended