View
38
Download
14
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS KINERJA SALURAN TRANSMISI SERAT OPTIK
JALUR LABUHAN MARINGGAI – BANDAR LAMPUNG
PADA PT. PGAS TELEKOMUNIKASI NUSANTARA
REGIONAL OFFICE LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
MUHAMMAD TAUFIQ ROBBANI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2019
ABSTRACT
PERFOMANCE ANALYSIS OF OPTICAL FIBER TRANSMISSION LINE
LABUHAN MARINGGAI – BANDAR LAMPUNG IN PT. PGAS
TELEKOMUNIKASI NUSANTARA REGIONAL OFFICE LAMPUNG
By
MUHAMMAD TAUFIQ ROBBANI
Internet service providers in Indonesia have switched copper cable infrastructure
with optical fiber media which has many advantages in the operation and data
capacity that can be transmitted. Attenuation value measured using OTDR, OPM,
and OLS. The results obtained from the measurement are compared with the
calculation value of the optical link power budget. There were 3 times downtime in
the optical fiber transmission lines during the study so that the attenuation value
changed. Attenuation values of main core from NMS are 38,3;37,8;32,4;33,2 and
34,1;34,2;34,9;36,1 dB. Attenuation values of backup core from OTDR are
36,2;36,7;34,5;35,5 and 34,8;34,9;37,5;39,1 dB. Attenuation values of backup core
from OPM are 30,64;30,88;31,25;33,24 and 33,12;33,28;35,93;39,01 dB.
Attenuation value from optical link power budget analysis is 45,2 dB. Attenuation
threshold from Transmission system is 37,1 dB. Transmit optical power from
transmission system is 12 dBm. Receive optical power values of main core from
NMS are -29,3;-28,8;-23,4;-24,2 and -25,1;-25,2;-25,9;-27,1 dBm. Receive optical
power values of backup core from OTDR are -27,28;-27,71;-25,59;-26,52 and -
25,87;-25,94;-28,51;-30,19 dBm. Receive optical power values of backup core
from OPM are -21,64;-21,88;-22,25;-24,24 and -24,12;-24,28;-26,93;-30,01 dBm.
Receive optical power value from optical link power budget analysis is -36,28 dBm.
Power sensitivity threshold from Transmission system is 28 dBm. From 3 times
downtime occurred, availability value in February was 99.6% with maintainability
time of 2.5 hours for 1 time downtime. In July availability value was 98.8% and the
average maintainability time was 4.1 hours for 2 times downtime.
Keywords : Optical Link Power Budget, Attenuation, receive optical power,
availability, maintainability
ABSTRAK
ANALISIS KINERJA SALURAN TRANSMISI SERAT OPTIK JALUR
LABUHAN MARINGGAI – BANDAR LAMPUNG PADA PT. PGAS
TELEKOMUNIKASI NUSANTARA REGIONAL OFFICE LAMPUNG
Oleh
MUHAMMAD TAUFIQ ROBBANI
Penyedia layanan internet di Indonesia telah mengalihkan infrastruktur kabel
tembaga dengan media serat optik yang memiliki banyak kelebihan dalam
pengoperasian dan kapasitas data yang dapat ditransmisikan. Proses pengambilan
data menggunakan alat ukur OTDR, OPM, dan OLS. Hasil yang didapat dari
pengukuran dibandingkan dengan nilai perhitungan optical link power budget.
Terdapat 3 kali gangguan pada jalur transmisi serat optik selama penelitian
dilakukan sehingga nilai atenuasi yang didapat berubah. Pantauan aplikasi NMS
nilai atenuasi pada main core 38,3;37,8;32,4;33,2 dan 34,1;34,2;34,9;36,1 dB.
Pengukuran nilai atenuasi OTDR pada backup core 36,2;36,7;34,5;35,5 dan
34,8;34,9;37,5;39,1 dB. Pengukuran nilai atenuasi OPM pada backup core
30,64;30,88;31,25;33,24 dan 33,12;33,28;35,93;39,01 dB. Perhitungan nilai
atenuasi menggunakan analisis optical link power budget sebesar 45,2 dB. Treshold
nilai atenuasi pada sistem transmisi yang ditentukan sebesar 37,1 dB. Nilai transmit
optical power sebesar 12 dBm yang ditentukan oleh sistem transmisi. Pantauan
aplikasi NMS nilai receive optical power pada main core -29,3;-28,8;-23,4;-24,2
dan -25,1;-25,2;-25,9;-27,1 dBm. Pengukuran nilai receive optical power OTDR
pada backup core -27,28;-27,71;-25,59;-26,52 dan -25,87;-25,94;-28,51;-30,19
dBm. Pengukuran nilai receive optical power OPM pada backup core -21,64;-
21,88;-22,25;-24,24 dan -24,12;-24,28;-26,93;-30,01 dBm. Perhitungan nilai
receive optical power menggunakan analisis optical link power budget -36,28 dBm.
Nilai power sensitivity yang ditentukan oleh perangkat transmisi -28 dBm. Dari 3
kali gangguan selama waktu pengambilan data,nilai availability pada Februari
sebesar 99,6% dengan waktu maintainability 2,5 jam untuk 1 kali downtime. Pada
bulan Juli nilai availability 98,8% dan rata-rata waktu maintainability 4,1 jam untuk
2 kali downtime.
Kata Kunci : Optical Link Power Budget, Atenuasi, Receive Optical Power,
Availability, Maintainability
ANALISIS KINERJA SALURAN TRANSMISI SERAT OPTIK
JALUR LABUHAN MARINGGAI – BANDAR LAMPUNG
PADA PT. PGAS TELEKOMUNIKASI NUSANTARA
REGIONAL OFFICE LAMPUNG
Oleh
MUHAMMAD TAUFIQ ROBBANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2019
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah dilakukan orang lain dan sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini
sebagaimana yang disebutkan dalam daftar pustaka. Selain itu saya menyatakan
pula bahwa skripsi ini dibuat oleh saya sendiri.
Apabila pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia dikenai sangsi sesuai
dengan hukum yang berlaku.
Bandar Lampung, 27 Desember 2019
Muhammad Taufiq Robbani
NPM. 1215031045
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Provinsi Lampung pada
tanggal 3 April 1994. Penulis merupakan anak pertama dari 2
bersaudara dengan ayah bernama Amperawan Dahrum dan ibu
bernama Sitti Yuliasih.
Riwayat pendidikan lulus Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Beringin Raya pada
tahun 2006, lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 14 Bandar
Lampung pada tahun 2009, lulus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di SMK
Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2012 dan diterima di Jurusan Teknik Elektro
Universitas Lampung (Unila) pada tahun 2012.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa
Teknik Elektro (Himatro) Fakultas Teknik Periode 2013-2014 sebagai anggota
Departemen Informasi dan Komunikasi. Pada periode tahun 2014-2015 penulis
menjadi anggota Divisi Pengabdian Masyarakat di Himatro. Penulis pernah
melakukan Kerja Praktik (KP) selama kurang lebih 1 bulan (28 Juli s.d 28 Agustus
2016) di UPT TIK Universitas Lampung dengan mengambil judul “Manajemen
Web Hosting Menggunakan Control Panel Virtualmin pada UPT TIK Universitas
Lampung”.
IMAN sebelum ADAB,
ADAB sebelum ILMU,
ILMU sebelum AMAL.
only the paranoid
survive.
SANWACANA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tak lupa penulis
sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu dinantikan syafa’atnya di
Yaumul Qiyamah kelak.
Skripsi dengan judul “ANALISIS KINERJA SALURAN TRANSMISI SERAT
OPTIK JALUR LABUHAN MARINGGAI – BANDAR LAMPUNG PADA
PT. PGAS TELEKOMUNIKASI NUSANTARA REGIONAL OFFICE
LAMPUNG” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung.
Selama menjalani perkuliahan dan penelitian, penulis banyak mendapatkan bantuan
moril, materil, bimbingan serta nasihat dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani maupun rohani sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua Orang Tua penulis yang senantiasa memberikan doa, dukungan cinta
dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Karomani, M.Si selaku Rektor Universitas Lampung.
4. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik.
5. Bapak Khairudin, S.T., M.Sc., Ph.D.Eng. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro.
6. Ibu Herlinawati, S.T., M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro.
7. Bapak Dr. Ing. Ardian Ulvan, S.T., M.Sc. selaku Pembimbing Utama atas
kesediaannya meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan
kritik serta semangat dalam penyelesain skripsi ini.
8. Bapak Ing. Heri Dian Septama, S.T.selaku Pembimbing pendamping atas
kesediaannya meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan
kritik serta semangat dalam penyelesain skripsi ini.
9. Ibu Dr. Ing. Melvi, S.T., M.T. selaku Penguji utama atas kesediaanya
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik serta
semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Ibu Dr. Eng. Endah Komalasari, S.T., M.T. selaku selaku pembimbing
akademik yang telah memberikan motivasi dan nasehat.
11. Seluruh staff admin Jurusan Teknik Elektro Mbk ning, Mbk Stevi yang banyak
membantu penulis dalam memfasilitasi kegiatan administrasi.
12. Bapak M. Komarudin, S.T., M.T., Bapak Gigih Forda Nama, S.T, M.T.I,
Bapak Dr. Eng. Lukmanul Hakim, S.T., M.Sc., Mas Hendri Susanto S.T, dan
seluruh staff yang telah mengizinkan dan memberikan fasilitas, nasihat dan
semangat kepada penulis selama melakukan magang di UPT. TIK Universitas
Lampung.
13. Teman-teman Legendary Magang Puskom, Hanafi, Izzis, Bambang, Nyoman,
Sony, Halim, Adnan dan Surya yang telah berbagi canda dan tawa, saling
memberi semangat dan bantuannya saat mengerjakan tugas akhir ini.
14. Saudara-saudara seperjuangan Elektro ELANG12 yang luar biasa solid sampai
akhir, terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang telah dibangun
selama ini.
15. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (HIMATRO) yang telah
memberikan warna-warni kehidupan baru di dunia kampus.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membatu
serta mendukung dari awal kuliah sampai dengan selesai.
Semoga kebaikan, kemurahan hati dan bantuan yang telah diberikan semua
pihak mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu masukan serta saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Bandar Lampung,
Penulis,
Muhammad Taufiq Robbani
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ......................................................................................... 4
1.3 Manfaat Penulisan ....................................................................................... 4
1.4 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
1.5 Batasan Masalah .......................................................................................... 5
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 7
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................. 7
2.2 Jalur Serat Optik Labuhan Maringgai - Bandar Lampung .......................... 9
2.3 Struktur Kabel Serat Optik .......................................................................... 11
2.3.1 Jenis Kabel Serat Optik ...................................................................... 11
2.3.2 Duct Cable atau Kabel Tanam ............................................................ 12
2.3.3 Aerial cable atau Kabel Udara ............................................................ 12
ii
2.4 Prinsip Perambatan Cahaya dalam Serat Optik ........................................... 13
2.5 Atenuasi (Pelemahan Sinyal) ...................................................................... 13
2.6 Terminasi Serat Optik ................................................................................. 14
2.6.1 Connector ........................................................................................... 14
2.6.2 Protection Sleeves ............................................................................... 15
2.6.3 Joint Closure dan Optical Termination Box ....................................... 15
2.6.4 Fusion Splicer ..................................................................................... 15
2.7 Pengukuran Serat Optik .............................................................................. 16
2.7.1 Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) .................................... 16
2.7.2 Optical Light Source (OLS) dan Optical Power Meter (OPM) ......... 17
2.8 Optical Link Power Budget ......................................................................... 18
2.9 Jenis Gangguan Pada Saluran Transmisi..................................................... 19
2.10 Analisis Kinerja Operasional dan Pemeliharaan ....................................... 20
2.10.1 Perhitungan Availability ................................................................... 20
2.10.2 Perhitungan Maintainability ............................................................. 21
III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 22
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 22
3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian ......................................................................... 22
3.3 Alat Dan Bahan .......................................................................................... 22
3.4 Metode Kerja ............................................................................................... 23
3.4.1 Studi Literatur ..................................................................................... 23
3.4.2 Diagram Alir Penelitian ...................................................................... 23
3.4.3 Skenario Penelitian ............................................................................. 24
3.4.4 Variabel Penelitian.............................................................................. 25
iii
3.4.5 Pengambilan Data ............................................................................... 25
3.4.6 Penulisan Laporan .............................................................................. 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 27
4.1 Pengambilan Data Nilai Total Atenuasi End-To-End ................................. 27
4.1.1 Nilai total Atenuasi pada Main Core pada aplikasi NMS .................. 27
4.1.2 Nilai Total Atenuasi Hasil Pengukuran OTDR pada Backup Core .... 30
4.2 Pengambilan Data Nilai Receive Optical Power ......................................... 32
4.2.1 Hasil Pengukuran Nilai Receive Optical Power pada Backup Core .. 33
4.3 Perhitungan Optical Link Power Budget ..................................................... 35
4.3.1 Perhitungan Nilai Total Atenuasi ....................................................... 35
4.3.2 Perbandingan Nilai Total Atenuasi ..................................................... 36
4.3.3 Perhitungan Nilai Receive Optical Power .......................................... 37
4.3.4 Perbandingan Nilai Receive Optical Power ....................................... 37
4.4 Analisis Kinerja Operasional dan Pemeliharaan ......................................... 39
4.4.1 Pengambilan Data Availability ........................................................... 39
4.4.2 Pengambilan Data Maintainability ..................................................... 41
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 43
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 43
5.2 Saran ............................................................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 46
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jalur Serat Optik ................................................................................ 9
Gambar 2.2 Jalur Kabel Bandar Lampung – Labuhan Maringgai ........................ 10
Gambar 2.3 Struktur Kabel Serat Optik ................................................................ 11
Gambar 2.4 Kabel Tanam atau Underground Cable ............................................ 12
Gambar 2.5 Kabel Udara atau Aerial Cable ......................................................... 12
Gambar 2.6 Total Internal Reflection ................................................................... 13
Gambar 2.7 Jenis Connector Kabel Serat Optik ................................................... 14
Gambar 2.8 Komponen Protection Sleeves .......................................................... 15
Gambar 2.9 Komponen Joint Closure dan Optical Termination Box ................... 15
Gambar 2.10 Komponen Fusion Splicer, Cleaver dan Stripper ........................... 16
Gambar 2.11 Perangkat OTDR EXFO dan Tampilan Hasil Pengukuran ............. 17
Gambar 2.12 Perangkat OLS dan OPM dan Tampilan Hasil Pengukuran ........... 18
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................... 23
Gambar 3.2 Skenario Pengukuran OTDR ............................................................. 24
Gambar 3.3 Skenario Pengukuran OLS dan OPM................................................ 24
Gambar 4.1 Nilai Atenuasi Sisi Bandar Lampung pada aplikasi NMS ................ 28
Gambar 4.2 Nilai Atenuasi Sisi Labuhan Maringgai pada aplikasi NMS ............ 28
Gambar 4.3 Nilai Ambang Batas Atenuasi pada aplikasi NMS ........................... 28
Gambar 4.4 Hasil Pengukuran OTDR Backup Core 1 ......................................... 30
v
Gambar 4.5 Hasil Pengukuran OTDR Backup Core 2 ......................................... 31
Gambar 4.6 Hasil Pengukuran OPM dan OLS Backup Core 1 ............................ 33
Gambar 4.7 Hasil Pengukuran OPM dan OLS Backup Core 1 ............................ 33
Gambar 4.8 Perbandingan Nilai Total Atenuasi ................................................... 36
Gambar 4.9 Perbandingan Nilai Receive Optical Power ...................................... 38
Gambar 4.10 Nilai Availability ............................................................................. 40
Gambar 4.11 Nilai Maintainability ....................................................................... 42
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Gangguan Saluran Transmisi ....................................................... 19
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................... 22
Tabel 4.1 Perubahan Nilai Atenuasi Main Core ................................................... 29
Tabel 4.2 Perubahan Nilai Atenuasi Backup Core................................................ 32
Tabel 4.3 Perubahan Nilai Receive Optical Power .............................................. 34
Tabel 4.4 Perhitungan Nilai Total Atenuasi .......................................................... 35
Tabel 4.5 Perbandingan Nilai Total Atenuasi ....................................................... 36
Tabel 4.6 Perhitungan Nilai Receive Optical Power ............................................ 37
Tabel 4.7 Perbandingan Nilai Receive Optical Power .......................................... 38
Tabel 4.8 Kejadian Downtime Januari - Juli ......................................................... 39
Tabel 4.9 Pengambilan Data Availability.............................................................. 40
Tabel 4.10 Pengambilan Data Maintainability ..................................................... 41
vii
DAFTAR SINGKATAN
DWDM : Dense Wavelength Division Multiplexing
OTDR : Optical Time Domain Reflectometer
OPM : Optical Power Meter
OLS : Optical Light Source
POP : Point of Presence
CCSI : Communication Cable Systems Indonesia
ITU : International Telecommunication Union
OTB : Optical Termination Box
MTTR : Mean Time To Repair
NMS : Network Monitoring System
NOC : Network Operation Center
BLP : Bandar Lampung
LBM : Labuhan Maringgai
dB : Decibel
dBm : Decibel-miliwatt
SLA : Service Level Agreement
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemudahan dalam mengakses informasi digital meningkat pesat, didukung dengan
semakin majunya infrastruktur jaringan internet yang ada di Indonesia. Penyedia
layanan jaringan internet terus berupaya meningkatkan pelayanan yang lebihbaik
seiring meningkatnya kebutuhan akan koneksi internet dan informasi digital.
Hasil survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
atau APJII pada tahun 2018 menunjukkan penetrasi pengguna internet Indonesia
mencapai 64,8% dari total populasi penduduk Indonesia yang diperkirakan
berjumlah 264,16 juta jiwa. Pertumbuhan pengguna internet Indonesia meningkat
menjadi 171,17 juta jiwa pada tahun 2018 dibandingkan tahun 2017 yang berjumlah
143,26 juta jiwa [1].
Pertumbuhan pengguna internet yang terus bertambah disebabkan hampir semua
orang memiliki perangkat smartphone dan semakin tinggi permintaan terhadap
layanan akses internet yang handal dan cepat. Jangkauan layanan akses internet
yang semakin merata memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan
pengguna internet dan meningkatkan permintaan terhadap kapasitas jaringan
2
internet yang semakin besar setiap tahunnya. Meningkatnya kebutuhan kapasitas
jaringan internet membuat penyedia layanan internet dan konektivitas jaringan
harus lebih meningkatkan kinerja dari infrastruktur jaringan dan saluran transmisi
yang dimilikinya. Teknologi yang mendukung sistem komunikasi tidak bergerak
dan juga komunikasi seluler telah mengalami perubahan dalam beberapa tahun
terakhir. Dari yang sebelumnya menggunakan radio transmisi dan kabel tembaga,
hampir seluruh infrastruktur jaringan telah beralih menggunakan serat optik sebagai
media saluran transmisi yang digunakan pada sistem transmisi dan distribusi setiap
penyedia layanan internet.
Penggunaan media serat optik dalam sistem komunikasi meningkatkan kapasitas
transmisi data pada jaringan utama penyedia layanan internet. Kapasitas transmisi
data pada kabel tembaga yang terbatas hingga gigabit per detik dan membutuhkan
lebih banyak penguatan daya untuk mentransmisikan data menjadi alasan utama
penyedia layanan internet beralih menggunakan kabel serat optik dimana kapasitas
transmisi data yang mampu dilewatkan hingga terabit per detik dan mampu
mentransmisikan data pada jarak yang sangat jauh hingga ratusan kilometer tanpa
membutuhkan penguatan daya setiap jarak tertentu.
Kinerja saluran transmisi pada jaringan komunikasi serat optik menjadi faktor
penting yang mendukung tersedianya layanan yang baik dan maksimal. Dalam
pengoperasian sistem transmisi jaringan komunikasi serat optik sering menemukan
beberapa hambatan dan gangguan yang disebabkan oleh kegagalan sistem, terjadi
gangguan pada fisik infrastruktur kabel serat optik baik oleh fenomena alam
3
maupun kesalahan pihak ketiga. Peningkatan kinerja kegiatan operasional dan
pemeliharaan saluran transmisi dapat terwujud setelah dilakukannya analisis
berdasarkan parameter availability dan maintainability yang umum digunakan
dalam kajian mengenai manajemen operasional suatu kegiatan produksi pada
perusahaan penyedia layanan dan jasa.
Prosedur pengoperasian sistem transmisi komunikasi serat optik yang
menggunakan teknologi Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) pada
penyedia konektivitas jaringan dan penyedia layanan internet memiliki standar
pengoperasian yang cukup ketat. Perangkat sistem transmisi serat optik yang
digunakan memiliki spesifikasi nilai kebutuhan daya yang telah ditentukan
berdasarkan kapasitas transmisi perangkat yang digunakan. Selain itu penggunaan
media kabel serat optik pada saluran transmisi juga memiliki spesifikasi yang telah
ditentukan oleh pabrikan. Perhitungan kebutuhan daya yang diperlukan pada sistem
transmisi memiliki ambang batas tertentu berdasarkan jenis media kabel yang
digunakan, panjang saluran transmisi yang tersambung, dan banyaknya titik
penyambungan yang telah dilakukan sepanjang jalur saluran transmisi. Oleh karena
itu penelitian yang akan dilakukan memiliki batasan analisis pada penilaian kinerja
saluran transmisi serat optik pada jalur Labuhan Maringgai – Bandar Lampung pada
perusahaan penyedia konektivitas jaringan PT. PGAS Telekomunikasi Nusantara
Regional Office Lampung.
4
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan tugas akhir ini memiliki beberapa tujuan diantaranya :
1. Melakukan analisis terhadap kinerja saluran transmisi serat optik.
2. Melakukan analisis terhadap prosedur operasional dan pemeliharaan
saluran transmisi serat optik.
3. Mendapatkan data pengukuran nilai kebutuhan daya pada saluran transmisi
serat optik.
4. Mendapatkan data penilaian kinerja operasional dan pemeliharaan saluran
transmisi serat optik.
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat tercapai dalam penulisan ini adalah :
1. Mendapatkan informasi seputar permasalahan yang sering terjadi pada
saluran transmisi serat optik.
2. Menghasilkan sebuah kajian untuk meningkatkan kinerja operasional dan
pemeliharaan saluran transmisi serat optik.
3. Menghasilkan data referensi dalam perencanaan dan pengembangan
infrastruktur saluran transmisi serat optik.
5
1.4 Rumusan Masalah
Permasalahan yang dibahas pada penulisan skripsi ini adalah :
1. Bagaimana menganalisis kinerja operasional dan pemeliharaan pada saluran
transmisi serat optik.
2. Bagaimana menentukan parameter penilaian untuk meningkatkan kinerja
pengoperasian dan pemeliharaan saluran transmisi serat optik.
3. Bagaimana mendapatkan data referensi untuk mendukung perencanaan dan
pengembangan infrastruktur saluran transmisi serat optik kedepannya.
1.5 Batasan Masalah
Pada penulisan tugas akhir ini pembahasan dibatasi pada :
1. Penelitian dilakukan berdasarkan data operasional dan pemeliharaan
saluran transmisi jalur Labuhan Maringgai – Bandar Lampung.
2. Analisis pada saluran transmisi serat optik dilakukan dengan
membandingkan hasil pengukuran menggunakan Optical Time Domain
Reflectometer (OTDR), Optical Power Meter (OPM) dan Optical
Lightsource (OLS) dan perhitungan optical link power budget .
3. Penilaian kinerja operasional dan pemeliharaan saluran transmisi didapat
berdasarkan perhitungan persentase pada parameter availability dan
maintainability.
4. Penelitian dilakukan hanya pada saluran transmisi serat optik yang
menggunakan jenis media kabel serat optik tanam dan udara.
6
1.6 Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Memuat bagian latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, rumusan
masalah, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Memuat tinjauan literatur dari beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penulisan skripsi dan menjelaskan landasan teori yang digunakan dalam penelitian.
BAB III. METODE PENELITIAN
Menjelaskan pemilihan metode penelitian yang akan digunakan meliputi waktu,
tempat, alat dan bahan, dan tahapan yang dilalui dalam penelitian.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Memaparkan data dan informasi yang telah didapat serta pembahasan hasil
penelitian yang telah dilakukan.
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
Memuat simpulan dan saran penulis berdasarkan penelitian yang dilakukan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Endy Kusuma Wadhana dengan judul “Analisa
Redaman Serat Optik Terhadap Kinerja Sistem Komunikasi Serat Optik
Menggunakan Metode Optical Link Power Budget” [2], berisi tentang pengukuran
nilai atenuasi menggunakan perangkat OTDR jenis JDSU MTS-8000 dan perangkat
Network Monitoring System pada jalur Rungkut – Gempol milik PT. Telkom
Indonesia - Jatim, divisi Arnet Surabaya Timur. Hasil penelitian menunjukan
analisis nilai total atenuasi dan receive optical power berdasarkan hasil perhitungan
metode link power budget dengan pengukuran dimana hasil yang didapat cukup
mendekati nilai batas yang ditetapkan oleh ITU-T dikarenakan perbedaan jenis
spesifikasi kabel yang digunakan pada jalur transmisi.
Penelitian yang dilakukan oleh Tio Hanif Yanuary dan Lita Lidyawati dengan judul
“Analisis Link Budget Penyambungan Serat Optik Menggunakan Optical Time
Domain Reflectometer AQ7275” [3], berisi tentang pengukuran nilai total atenuasi
menggunakan OTDR jenis Yokogawa AQ7275 pada kabel serat optik sepanjang
64,402 kilometer. Hasil penelitian menunjukan analisis nilai total atenuasi
berdasarkan pengukuran OTDR dan perhitungan metode link power budget dimana
hasil yang didapat telah melebihi nilai batas total atenuasi yang ditetapkan oleh
8
ITU-T dikarenakan terdapat sambungan yang kurang baik dan titik putus
disepanjang jalur.
Penelitian yang dilakukan oleh Intan Rizkyani Sarah dengan judul “Analisis
Gangguan Jaringan Transport DWDM Untuk Meningkatkan Availability” [4],
berisi tentang analisis jenis dan banyaknya frekuensi ganguan pada jalur transmisi
di Wilayah Usaha Telekomunikasi Jawa Barat Bagian Tengah (Witel Jabar Tengah)
milik PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Hasil penelitian menunjukkan terjadi 38
kali gangguan dalam kurun waktu Januari 2014-Maret 2016 dengan nilai
availability masih dibawah standar yang ditentukan oleh perusahaan dikarenakan
jarak lokasi titik putus jauh dan jenis gangguan yang dihadapi cukup rumit.
Penelitian yang dilakukan oleh Salathiella Ayuning Putri dengan judul “Analisis
Penyebab Gangguan Transmisi Sistem Komunikasi Serat Optik Untuk Link
DWDM Bandung – Cianjur PT Telkom Tbk” [5], berisi tentang analisis penyebab
gangguan berdasarkan perhitungan metode link power budget, receive optical
power dan analisis jenis dan banyaknya frekuensi gangguan pada jalur Bandung –
Cianjur milik PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Hasil penelitian menunjukkan
nilai total atenuasi serta receive optical power pada satu inti serat optik saja.
Analisis nilai kinerja maintainability, availability dan reliability yang dilakukan
masih terdapat kekurangan dalam kurun waktu September 2014 – Agustus 2015.
9
2.2 Jalur Serat Optik Labuhan Maringgai - Bandar Lampung
Jalur serat optik merupakan sebuah sambungan yang menggunakan kabel serat
optik sebagai media transmisinya. Didalamnya tersambung dengan sepasang
perangkat yang berfungsi sebagai pengirim dan penerima sinyal. Setiap kali sinyal
dikirim dari titik awal menuju titik akhir melalui media kabel serat optik, maka kita
telah menggunakan jalur serat optik. Jalur serat optik digunakan sebgai pengirim
dan penerima sinyal dalam sebuah sistem komunikasi serat optik.
Jalur serat optik, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1 terdiri dari empat komponen
dasar yaitu :
1. Transmitter untuk mengubah sinyal elektrik menjadi energi cahaya dan
mengirim energi cahaya melalui serat optik.
2. Receiver untuk menangkap energi cahaya pada serat optik dan
mengubahnya kembali menjadi sinyal elektrik.
3. Kabel serat optik yang membawa energi cahaya.
4. Konektor yang menyambungkan serat optik ke Transmitter dan Receiver.
Gambar 2.1 Jalur Serat Optik [6].
Pada penelitian ini jalur kabel serat optik yang akan dinalisa merupakan jalur
transmisi Segmen Labuhan Maringgai - Bandar Lampung yang dioperasikan oleh
PT. PGAS Telekomunikasi Nusantara (PGASCOM) Regional Office Lampung.
10
Jalur kabel yang terbentang sepanjang 126 kilometer dari POP PGASCOM di Jalan
Sam Ratulangi Bandar Lampung sampai di Stasiun Gas Labuhan Maringgai di Jalan
Raya Sriminosari Lampung Timur. Pada jalur kabel yang terpasang terdapat 74 titik
sambungan disepanjang jalur kabel seperti yang tertera pada Gambar 2.2 dibawah.
Kabel Udara yang terpasang dari POP PGASCOM hingga titik sambungan J55
yang terpasang di area Simpang Sidomulyo Lampung Selatan sepanjang 53 km dan
Kabel Tanam yang terpasang dari titik sambungan J55 hingga Stasiun Gas Labuhan
Maringgai sepanjang 73 km.
Gambar 2.2 Jalur Kabel Bandar Lampung – Labuhan Maringgai
11
2.3 Struktur Kabel Serat Optik
Struktur kabel serat optik memiliki beberapa bagian seperti Gambar 2.3 yaitu :
A. Core atau inti serat optik yang memiliki diameter dengan ukuran 2 µm – 125 µm
B. Cladding yang melapisi bagian core dan memiliki perbedaan indek bias dengan
inti serat optik.
C. Coating yang terbuat dari bahan plastik berwarna untuk memudahkan
manajemen pemasangan kabel serat optik.
D. Strengthening atau penguat yang terbuat dari serat kain tidak mudah putus yang
menjaga ketahanan kabel serat optik saat ditarik atau digulung.
E. Cable Jacket merupakan lapisan terluar kabel yang terbuat dari bahan PVC.
Gambar 2.3 Struktur Kabel Serat Optik
2.3.1 Jenis Kabel Serat Optik
Jenis kabel serat optik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kabel outdoor
dari CCSI dengan dua jenis kabel tanam dan udara masing-masing memiliki 24 core
atau inti serat optik yang terbagi kedalam 4 tube dengan warna yang berbeda dan
memiliki standar ITU-T G.652.D dengan tipe singlemode yang meliliki nilai
atenuasi maksimal 0.40dB/Km untuk panjang gelombang 1310nm dan 0.35dB/Km
untuk panjang gelombang 1550nm.
12
2.3.2 Duct Cable atau Kabel Tanam
Jenis kabel fiber optik untuk keperluan instalasi bawah tanah ataupun ditanam
langsung kedalam tanah seperti Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Kabel Tanam atau Underground Cable
2.3.3 Aerial cable atau Kabel Udara
Jenis kabel fiber optik untuk instalasi di atas tiang yang memiliki tambahan kawat
untuk menguatkan pemasangan diatas tiang seperti Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Kabel Udara atau Aerial Cable
13
2.4 Prinsip Perambatan Cahaya dalam Serat Optik
Cahaya dapat merambat di dalam core sepanjang serat optik jika terjadi pemantulan
sempurna. Kondisi ini disebut Total Internal Reflection (TIR).
Syarat terjadi pemantulan sempurna seperti Gambar 2.6 yaitu :
- Cahaya merambat pada dua media yang berbeda kerapatannya, artinya core dan
cladding harus memiliki indek bias berbeda.
- Indek bias core harus lebih besar dari cladding dan dibuat sedemikian rupa
sehingga menghasilkan sudut kritis yang memungkinkan sinar pada core tidak
dibelokkan / diteruskan ke cladding namun dipantulkan keseluruhan di dalam core.
- Sinar yang mengalami pemantulan sempurna karena memiliki sudut datang lebih
besar dari sudut kritis.
Gambar 2.6 Total Internal Reflection
2.5 Atenuasi (Pelemahan Sinyal)
Dalam perjalanan dari transmitter sampai kepada receiver sepanjang kabel serat
optik, sinyal dalam bentuk energi cahaya mengalami pelemahan (atenuasi).
Atenuasi pada serat optik menunjukkan besaran kerugian power dari sinyal yang
dipancarkan oleh transmitter dengan yang diterima oleh receiver. Besar atenuasi
berpengaruh pada seberapa jauhnya sinyal cahaya dapat merambat sepanjang serat
14
optik sebelum nantinya terlalu lemah dan tidak bisa dideteksi oleh receiver,
perangkat receiver memiliki rentang pendeteksian nilai redaman yang biasa disebut
span loss high untuk atenuasi tinggi dan span loss low untuk atenuasi rendah.
Atenuasi disebabkan oleh banyak hal, baik bahan penyusun serat optik ataupun
gangguan dari luar. Pada penelitian ini ditemukan penyebab atenuasi yang
diakibatkan oleh bending atau pelengkungan kabel dan scattering yang disebabkan
kurang baiknya proses penyambungan kabel.
2.6 Terminasi Serat Optik
Terminasi fiber optik adalah koneksi fisik antara dua unit serat optik dilakukan
dengan menyambung kedua titik ujung kabel menggunakan perangkat Fusion
Splicer dan beberapa komponen pendukung seperti :
2.6.1 Connector
Terminasi menggunakan connector digunakan untuk penyambungan yang bersifat
sementara, atau terminasi cross connect fisik pada box terminasi distribusi serat
optik seperti Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Jenis Connector Kabel Serat Optik
15
2.6.2 Protection Sleeves
Komponen Protection Sleeves digunakan pada saat terminasi menggunakan Fusion
Splicer. Protection Sleeves merupakan komponen yang berbentuk pipa plastik yang
memiliki tambahan kawat untuk menjaga titik sambungan kabel dari gesekan atau
pergerakan kabel seperti Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Komponen Protection Sleeves
2.6.3 Joint Closure dan Optical Termination Box
Komponen Joint Closure dan Optical Termination Box merupakan unit
pembungkus sambungan kabel yang terbuat dari PVC untuk Dome dan Inline
Closure serta dari bahan Metal untuk Optical Termination Box seperti Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Komponen Joint Closure dan Optical Termination Box
2.6.4 Fusion Splicer
Terminasi dengan penyambungan kedua ujung serat optik secara permanen.
Terminasi ini menggunakan metode instalasi khusus untuk mendapatkan hasil
sambungan dengan rugi-rugi sangat kecil dan terlindung secara fisik dari kotoran,
air ataupun kerusakan fisik. Splicing kabel serat optik dilakukan sesuai dengan
panjang gulungan kabel sebanyak 1 roll atau setiap 2 km. Pada penelitian ini jenis
16
splicing yang digunakan adalah metode Fusion Splicing dengan unit Fitel S179
dengan cleaver atau pemotong core kabel dan stripper untuk pengupas bagian
cladding pada core.
Fusion Splice dilakukan dengan “melelehkan” dan menyambung dua ujung fiber
optik menggunakan alat Fusion Splicer seperti Gambar 2.10. Fusion splice
biasanya digunakan untuk menyambung serat optik Single Mode pada longhaul
outside plant.
Gambar 2.10 Komponen Fusion Splicer, Cleaver dan Stripper
2.7 Pengukuran Serat Optik
Pengukuran kualitas kabel serat optik umumnya menggunakan perangkat alat ukur
Optical Time Domain Reflectometer (OTDR), Optical Power Meter (OPM) dan
Optical Lightsource (OLS).
2.7.1. Optical Time Domain Reflectometer (OTDR)
OTDR dipakai untuk mendapatkan gambaran visual dari kualitas kabel serat optik
sepanjang jalur transmisi yang ditampilkan dalam bentuk visual grafis. OTDR
bekerja menggunakan scattering dalam kabel serat optik. OTDR mengirimkan
17
laser berkekuatan tinggi kedalam serat optik disepanjang jalur, sinar akan
dipantulkan kembali ke sumber (OTDR) jika terdapat kabel bending, splice,
connector atau jika terjadi kabel putus.
Parameter yang dapat diukur dengan OTDR seperti Gambar 2.11 adalah :
- Span / Jarak
Pengukuran jarak atau panjang dari kabel serat optik dari ujung satu ke terminasi
ujung lainnya atau lokasi titik putus jika terdapat loss pada jalur.
- Attenuation Loss / pelemahan
Pengukuran nilai total Attenuation Loss yang terjadi akibat splice,bending dan
connector disepanjang jalur transmisi kabel serat optik.
- Reflection, yaitu besar refleksi (return loss) dari suatu event atau kejadian yang
diakibatkan bending, splice, connector atau jika terjadi kabel putus.
Gambar 2.11 Perangkat OTDR EXFO dan Tampilan Hasil Pengukuran
2.7.2. Optical Light Source (OLS) dan Optical Power Meter (OPM)
OLS dan OPM seperti Gambar 2.12 merupakan sepasang perangkat yang
digunakan untuk mendapatkan nilai total atenuasi atau loss dengan menjumlahkan
nilai Receive Optical Power pada OPM dengan nilai Transmit Optical Power pada
OLS.
18
Gambar 2.12 Perangkat OLS dan OPM dan Tampilan Hasil Pengukuran [7].
2.8 Optical Link Power Budget
Analisis Optical Link Power Budget merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kinerja dari saluran transmisi serat optik yang akan digunakan
oleh sistem transmisi. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan data nilai
kebutuhan daya yang diterima oleh sistem sesuai dengan batas standar yang
ditentukan dan masih dibawah tingkat sensitivitas daya dari perangkat penerima
sinyal. Tahap pertama adalah menemukan nilai total atenuasi atau redaman yang
terjadi di sepanjang saluran transmisi dengan persamaan (1) :
∑ 𝐿𝑜𝑠𝑠 = 𝛼. 𝐿 + 𝛼𝑆. 𝑥 + 𝛼𝐶.y (1)
Keterangan :
∑ Loss = Total Atenuasi atau Redaman yang terjadi di sepanjang jalur transmisi
α = Redaman Koefisien kabel serat optik berdasarkan standar ITU-T (dB/km)
L = Panjang atau Jarak dari Kabel serat optik yang digunakan (km)
αS = Splicing Attenuation atau Redaman Penyambungan (dB)
x = Jumlah Titik Penyambungan yang terdapat di sepanjang jalur transmisi
αC = Connector Attenuation atau Redaman Konektor (dB)
y = Jumlah Konektor yang terdapat di sepanjang jalur transmisi [8].
19
Tahap selanjutnya adalah menentukan nilai Receive Optical Power yang
dibutuhkan oleh sistem transmisi dengan persamaan (2) :
𝑃𝑟𝑥 = 𝑃𝑡𝑥 − ( Σ 𝐿𝑜𝑠𝑠 + 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛) (2)
Keterangan :
Ρrx = Receive Optical Power atau nilai daya yang diterima perangkat (dBm)
Ρtx = Transmit Optical Power atau nilai daya yang dipancarkan perangkat (dBm)
∑ Loss = Total Atenuasi atau Redaman yang terjadi di sepanjang jalur transmisi
Margin = Nilai toleransi dari Atenuasi atau Redaman yang ditentukan sebagai
kompensasi pada saluran transmisi (dB) [9].
Tahap selanjutnya membandingkan hasil perhitungan Receive Optical Power pada
persamaan (2) dengan nilai Power Sensitivity yang terdapat pada perangkat
penerima. Jika nilai Receive Optical Power masih dibawah nilai dari Power
Sensitivity maka kinerja saluran transmisi masih dalam kondisi baik dan layak
digunakan.
2.9 Jenis Gangguan Pada Saluran Transmisi
Jenis gangguan yang terjadi pada saluran transmisi dapat dilihat pada tabel 2.1
berikut ini.
Tabel 2.1 Jenis Gangguan Saluran Transmisi
No Jenis
Gangguan
Penyebab
Gangguan Penyelesaian
1
Pekerjaan atau
aktivitas oleh
pihak ketiga
Proyek
pembangunan
jalan layang,
jembatan,
penggalian dan
pemotongan
pohon tua.
- Melakukan Patroli lapangan sebelum
dan pada saat aktivitas pengerjaan
dilakukan.
- Melakukan kordinasi dengan pihak
penganggung jawab proyek dan ketua
lingkungan setempat.
- Memindahkan lokasi kabel tanam atau
udara ketempat yang aman dari aktivitas
alat berat.
20
2 Fenomena
Alam
Pohon tumbang,
tanah
longsor,gempa
bumi.
- Melakukan penarikan kabel proteksi
melalui area yang tidak terdampak oleh
bencana alam
3 Perusakan
fasilitas
Pemotongan
kabel oleh pihak
yang tidak
bertanggung
jawab
- Melakukan Patroli lapangan
disepanjang jalur saluran transmisi.
- Melakukan kordinasi dengan pihak
keamanan dan ketua lingkungan
setempat.
4
Peringatan Span
Loss High
(SLH)
Terjadi bending
pada kabel atau
putus sambungan
kabel
- Melakukan pengukuran menggunakan
OTDR dan menentukan titik lokasi
bending atau kabel putus.
- Melakukan penyambungan ulang pada
titik bending atau kabel putus.
2.10 Analisis Kinerja Operasional dan Pemeliharaan
Analisis Kinerja Operasional dan Pemeliharaan dilakukan menggunakan analisis
Realibility, Availability dan Maintainability, merupakan parameter yang sangat
penting untuk menilai kinerja pada operasional d an pemeliharaan pada suatu sistem
atau peralatan yang digunakan.
2.10.1 Perhitungan Availability
Availability adalah persentase waktu operasional pada saat saluran transmisi
beroperasi dengan normal setiap bulannya. Untuk penghitungan Availability,
dilakukan dengan membandingkan total Service Time dengan Monthly Time dalam
satuan jam atau Hours, sehingga didapat nilai Monthly Performance atau persentase
Availability setiap bulannya menggunakan persamaan (4) :
𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 = 𝑆𝑒𝑟𝑣𝑖𝑐𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒
𝑀𝑜𝑛𝑡ℎ𝑙𝑦 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑥 100% (3)
Keterangan :
Availability = adalah nilai persentase ketersediaan layanan berdasarkan waktu
operasional saluran transmisi setiap bulannya.
21
Service Time = Waktu Operasional yang berlangusng setiap bulannya.
Monthly Time = Jumlah jam kerja setiap bulannya dalam satuan jam atau Hours.
2.10.2 Perhitungan Maintainability
Maintainability adalah waktu perbaikan yang dilakukan ketika terjadi kegagalan
operasional pada saluran transmisi. Perhitungan Maintainability dilakukan dengan
membandingkan total Downtime dengan frekuensi terjadinya Downtime dalam
satuan jam atau Hours, sehingga didapat nilai Mean Time To Repair setiap
bulannya.
𝑀𝑇𝑇𝑅 = 𝐷𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒
𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝐹𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒𝑠 (4)
Keterangan :
MTTR = Mean Time To Repair adalah waktu perbaikan yang dibutuhkan pada saat
terjadinya kegagalan operasional dalam satuan jam atau Hours.
Downtime = Waktu kegagalan operasional yang berlangsung setiap bulannya.
Number of failures = Frekuensi terjadinya Downtime setiap bulannya [10].
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Pengerjaan Skripsi dilaksanakan pada waktu dan tempat sebagai berikut :
Waktu : Januari 2019 – Desember 2019
Tempat : Kantor PT. PGAS Telekomunikasi Nusantara Regional Office Lampung
3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Uraian Kegiatan
Januari-
Juni
2019
Juli 2019
Agustus –
November
2019
Desember
2019
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Pustaka dan Literatur
2 Pengambilan Data
3 Seminar Usul
4 Analisis Data
5 Seminar Hasil
6 Revisi Laporan
7 Uji Komprehensif
3.3 Alat Dan Bahan
Alat dan bahan dalam pengerjaan skripsi ini yaitu sebagai berikut :
1. Satu Unit Personal Computer
2. Satu Unit Optical Time Domain Reflectometer (OTDR)
3. Satu Unit Optical Power Meter (OPM)
23
4. Satu Unit Optical Lightsource (OLS)
5. Software Microsoft Excel 2019
3.4 Metode Kerja
3.4.1 Studi Literatur
Untuk mendukung penelitian ini dibutuhkan studi literatur antara lain :
a. Prosedur operasional dan pemeliharaan pada saluran transmisi serat optik
b. Prosedur pengukuran menggunakan alat ukur OTDR, OPM dan OLS.
c. Perhitungan nilai kebutuhan daya pada saluran transmisi serat optik.
d. Perhitungan nilai availability, dan maintainability kegiatan operasional dan
pemeliharaan saluran transmisi serat optik.
3.4.2 Diagram Alir Penelitian
Tahapan penelitian yang dilakukan ditampilkan pada gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
24
3.4.3 Skenario Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan skenario seperti gambar 3.2 dan 3.3 berikut.
Gambar 3.2 Skenario Pengukuran OTDR
Pengukuran nilai total atenuasi end-to-end redaman dilakukan menggunakan
perangkat OTDR yang tersambung dengan OTB di POP Bandar Lampung pada
core idle yang akan diukur. Kemudian nilai total atenuasi end-to-end tersebut akan
dibandingkan dengan nilai ambang batas atenuasi atau threshold yang telah
ditentukan oleh perangkat transmisi DWDM. Jika nilai hasil pengukuran masih
dibawah nilai ambang batas maka core tersebut layak dipakai sebagai jalur
transmisi serat optik yang akan melewatkan trafik transmisi DWDM.
OTB OTB
POP
BANDAR
LAMPUNG
POP
LABUHAN
MARINGGAI
OLS OPM
Gambar 3.3 Skenario Pengukuran OLS dan OPM
Pengukuran nilai optical power yang diterima dilakukan menggunakan perangkat
OLS yang tersambung dengan OTB di POP Labuhan Maringgai mengirimkan
OTB OTBOTDR
POP
BANDAR
LAMPUNG
POP
LABUHAN
MARINGGAI
25
optical power yang diterima oleh OPM yang tersambung dengan OTB di POP
Bandar Lampung pada core idle yang akan diukur. Kemudian nilai receive optical
power tersebut dibandingkan dengan nilai hasil perhitungan menggunakan analisis
optical link power budget. Jika nilai receive optical power yang diterima masih
dibawah nilai ambang batas receiver sensitivity yang telah ditentukan oleh sistem,
maka core tersebut layak dipakai sebagai jalur transmisi serat optik yang akan
melewatkan trafik transmisi DWDM.
3.4.4 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah sebagai berikut.
A. Nilai transmit power, receive power, dan total atenuasi atau redaman yang
dilakukan menggunakan alat ukur dan analisis Optical Link Power Budget.
B. Nilai kinerja operasional dan pemeliharaan saluran transmisi serat optik
menggunakan analisis Availability, dan Maintainability.
3.4.5 Pengambilan Data
A. Pengambilan data nilai total atenuasi end-to-end dilakukan menggunakan
perangkat OTDR yang tersambung dengan OTB di sisi POP Bandar
Lampung.
B. Pengambilan data nilai Receive Optical Power menggunakan perangkat
OPM yang tersambung end-to-end pada OTB POP Bandar Lampung dengan
perangkat OLS yang mengirim Transmit Optical Power pada OTB POP
Labuhan Maringgai.
26
C. Pengambilan data perbandingan berdasarkan perhitungan nilai total atenuasi
dan nilai kebutuhan daya dilakukan menggunakan analisis perhitungan
Optical Link Power Budget.
D. Pengambilan data Availability dilakukan dengan membandingkan total
Service Time dengan Monthly Time dalam satuan jam atau Hours, sehingga
didapat nilai Monthly Performance atau persentase Availability setiap
bulannya.
E. Pengambilan data Maintainability dilakukan dengan membandingkan total
Downtime dengan frekuensi terjadinya Downtime dalam satuan jam atau
Hours, sehingga didapat nilai Mean Time To Repair setiap bulannya.
3.4.6 Penulisan Laporan
Tahap penulisan laporan dilakukan berdasarkan analisis perbandingan data hasil
pengukuran dan data hasil perhitungan nilai kebutuhan daya pada saluran transmisi
serat optik. Setelah dilakukan penilaian terhadap kinerja operasional dan
pemeliharaan saluran transmisi serat optik, maka akan diambil kesimpulan dan
saran dari penelitian yang telah dilakukan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai Total Atenuasi atau Loss pada saluran transmisi serat optik dapat
diketahui dengan menggunakan perhitungan, pengukuran OTDR, OLS-
OPM dan melalui aplikasi NMS.
2. Hasil pengukuran OTDR, OLS-OPM dan melalui aplikasi NMS
menunjukkan nilai atenuasi pada main core masih berada dibawah nilai
threshold yang ditentukan dan layak dioperasikan pada sistem transmisi
DWDM.
3. Pada backup core terdapat beberapa kejadian pelemahan sinyal yang
disebabkan gangguan fisik akibat aktivitas pihak ketiga sehingga
memerlukan pencarian titik gangguan untuk perbaikan.
4. Hasil pengamatan pada kinerja operasional dan pemeliharaan yang
menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan hanya terjadi tiga kali
gangguan atau downtime pada rentang waktu Januari hingga Juli tahun
2019.
28
5. Hasil analisis Optical Link Power Budget menunjukkan Nilai Receive
Optical Power pada main core masih dibawah nilai power sensitivity yang
ditentukan pada sistem transmisi DWDM.
6. Pada backup core nilai Receive Optical Power yang didapat melebihi nilai
power sensitivity yang ditentukan pada sistem transmisi DWDM sehingga
memerlukan memerlukan pencarian titik gangguan untuk perbaikan.
7. Downtime sebanyak tiga kali pada periode Januari – Juli terjadi pada
infrastruktur Kabel Udara yang terbentang sepanjang 53 kilometer dari POP
Bandar Lampung.
8. Selama Februari terdapat satu kali gangguan dengan persentasi nilai
availability sebesar 99,6% yang berada diatas SLA sebesar 99,5%.
9. Selama Juli terdapat dua kali gangguan dengan persentasi nilai availability
sebesar 98,8% yang berada dibawah SLA sebesar 99,5%.
10. Nilai Maintainability atau waktu lama perbaikan pada bulan Februari
dibutuhkan waktu selama 2,5 jam.
11. Waktu lama perbaikan pada bulan Juli dibutuhkan waktu selama 4,1 jam
setiap kali terjadi gangguan pada jalur kabel serat optik.
12. Terdapat 74 titik sambungan pada kabel serat optik dengan panjang kabel
126 kilometer dan tidak terdapat perangkat penguat sinyal menyebabkan
nilai atenuasi atau loss yang cukup tinggi hingga mendekati nilai threshold
yang ditentukan.
13. Melihat nilai atenuasi yang terukur sudah mendekati treshold yang
ditentukan pada main core dan telah melewati treshold pada backup
core,dapat disimpulkan kualitas saluran transmisi kurang baik.
29
5.2 Saran
Beradasarkan pengamatan yang dilakukan selama penelitan didapatkan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan penyambungan ulang dibeberapa titik sambungan pada
backup core yang memiliki nilai total atenuasi melebihi threshold yang
ditentukan oleh sistem.
2. Nilai atenuasi rata-rata pada core yang memiliki selisih cukup sedikit
dengan threshold dapat diperbaiki dengan memasang perangkat penguat
sinyal atau amplifier baik dengan jenis passive amplifier seperti Erbium
Doped Fiber Amplifier (EDFA), maupun active amplifier seperti
Semiconductor Optical Amplifier (SOA) dan penambahan modul Raman
Fiber Amplifier (RFA) pada perangkat transmisi DWDM.
3. Perlu dilakukan pemeriksaan besar sudut lengkungan kabel pada setiap
perpindahan jalur dan jalan berbelok yang dilewati jalur kabel serat optik.
4. Dari tiga kali downtime yang terjadi pada jalur kabel udara, perlu dicari dan
dipetakan potensi gangguan yang terdapat di sepanjang jalur kabel serat
optik Labuhan Maringgai – Bandar Lampung.
5. Melihat hasil analisis kinerja operasional dan pemeliharaan jalur transmisi
kabel serat optik Labuhan Maringgai – Bandar Lampung, pembangunan
jalur proteksi yang memiliki rute berbeda dengan jalur utama sudah sangat
dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Asosiasi Pengusaha Jasa Internet Indonesia, "Laporan Survei Penetrasi &
Profil Perilaku Pengguna Internet Indonesia survei 2018," APJII, Jakarta,
2019.
[2] E. K. Wadhana, "Analisa Redaman Serat Optik Terhadap Kinerja Sistem
Komunikasi Serat Optik Menggunakan Metode Optical Link Power Budget,"
[Online]. Available: http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12664-
Paper.pdf. [Accessed 25 July 2019].
[3] T. H. Yanuary and L. Lidyawati, "Analisis Link Budget Penyambungan
Serat Optik Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer AQ7275,"
Jurnal Teknik Elektro, vol. 10, no. 1, pp. 36-40, 2018.
[4] I. R. Sarah, "Analisis Gangguan Jaringan Transport DWDM Untuk
Meningkatkan Availability," [Online]. Available:
https://repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/140371/jurnal_eproc/a
nalisis-gangguan-jaringan-transport-dwdm-untuk-meningkatkan-
availabilitas.pdf. [Accessed 25 July 2019].
[5] S. A. Putri, "Analisis Penyebab Gangguan Transmisi Sistem Komunikasi
Serat Optik Untuk Link DWDM Bandung – Cianjur PT Telkom Tbk," in e-
Proceeding of Engineering, Bandung, 2015.
[6] A. Oliviero and B. Woodward, Cabling The Complete Guide to Copper and
Fiber-Optic Networking, Fourth Edition, Canada: Willey Publishing, 2009.
[7] PGASCOM, "Program Pendidikan Operator Pengenalan Sistem Komunikasi
Fiber Optik," Jakarta, 2017.
[8] ITU-T, "G.652 : Characteristics of a single-mode optical fibre and cable,"
2016. [Online]. Available: https://www.itu.int/rec/T-REC-G.652-201611-
I/en.
ii
[9] G. Kaiser, Optical Fiber Communication, Second Edition, New York:
McGraw-hill, Inc, 1991.
[10
]
W. E. Forsthoffer, Forsthoffer's Rotating Equipment Handbooks Vol 5:
Reliability Optimization through Component Condition and Root Cause
Analysis, Elsevier Science & Technology Books, 2005.
Recommended