View
225
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS BAITUL MAAL
WAT TAMWIL (BMT) DENGAN MENGGUNAKAN DATA
ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DAN NILAI ISLAM
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Aulia Dara Oktaviani
NIM: 1112086000008
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H / 2017 M
i
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Aulia Dara Oktaviani
NIM : 1112086000008
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu
mengembangkan dan mempertanggung jawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan
sumber asli atau tanpa izin pemilikkarya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung
jawab atas karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata
memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini,
maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 20 Desember 2017
Aulia Dara Oktaviani
NIM. 1112086000008
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Aulia Dara Oktaviani
2. Nama Panggilan : Dara
3. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 04 Oktober 1994
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Alamat : Jl. Abdul Wahab No.52, Sawangan
Kota Depok
6. Status : Belum Menikah
7. Kewarganegaraan : Indonesia
8. Telepon : 081288393924
9. Email : drallibra@ymail.com
II. PENDIDIKAN
1. TK (1999-2000) : TK Ketilang Ciputat
2. SD (2000-2006) : SDN 01 Sawangan
3. SMP (2006-2009) : MTs. Islamiyah Yadair
4. SMA (2009-2012) : SMA AL-Hasra
5. S1 (2012-2017) : Universitas Syarif Hidayatullah
Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Marjuki Djoebair
Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 29 September 1961
Pekerjaan : Karyawan
2. Ibu : Mulyati
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 6 Desember 1963
Pekerjaan : Karyawati
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi dan efektifitas
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dengan metode Data Envelopment Analysis
(DEA) dan Nilai Islam selama periode 2014 sampai dengan 2016. Studi kasus
yang menjadi objek penelitian ini yaitu 3 Baitul Maal wat Tamwil Munawarah,
Baitul Maal wat Tamwil Mekar Da’wah dan Baitul Maal wat Tamwil UMJ
dengan metode pemilihan sampel yang dipilih dalam penelititan ini adalah
purposive sampling. Data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan yang
diterbitkan masing-masing BMT. Pengukuran tingkat efektifitas dalam penelitian
ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis dan Nilai Islam dengan
variabel input yang terdiri dari hak pihak ketiga, beban tenaga kerja, sedangkan
untuk variabel outputnya terdiri dari pendapatan pengelolaan dana dan pendapatan
operasional lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat efisiensi BMT Selama
periode penelitian yaitu 2014 – 2016 dengan metode Data Envelopment Analysis
(DEA) mengalami fluktuasi. Pada hasil analisis tingkat efektifitas dengan Nilai
Islam didapatkan hasil bahwa Nilai Islam mempengaruhi tingkat efektifitas BMT,
dengan tingkat efektifitas paling baik adalah BMT Munawarah.
Kata kunci : Efisiensi, Efektifitas, Baitul Maal Wa Tamwil Data Envelopment
Analysis (DEA), Nilai Islam
vii
ABSTRACT
This study aims to analyze the level of efficiency and effectiveness of Baitul
Maal Wa Tamwil (BMT) with Data Envelopment Analysis (DEA) and Islamic
Value during 2014 to 2016. Case study which became the object of this research
is 3 Baitul Maal wat Tamwil Munawarah, Baitul Maal wat Tamwil Mekar
Da’wah and Baitul Maal wat Tamwil UMJ with sample selection method chosen
in this research is purposive sampling. Secondary data is sourced from the
financial statements of every issue of Baitul maal wa tamwil. Measurement of
effectiveness level in this research using Data Envelopment Analysis and Islamic
Value with input variable consisting of third party rights, workload, while for
variable of output consist of fund management revenue and other operating
income.
The results of this study indicate that the efficiency level of BMT During the
study period 2014 - 2016 with the method of fluctuation Analysis of Envelopment
Analysis Data (DEA). In the results of effectiveness analysis with Islamic Values
obtained the result that the value of Islamic influence Effectiveness BMT, with the
best level of effectiveness is BMT Munawarah.
Keywords: Efficiency, Effectiveness, Data Envelopment Analysis (DEA), Islamic
Value, Baitul Maal Wa Tamwil
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
serta karunia-Nya yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS BAITUL MAAL
WAT TAMWIL DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS
DAN NILAI ISLAM” ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga selalu
tercurahkan atas baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan cahaya
dalam hidup penulis berupa cahaya Islam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan.Walaupun waktu, tenaga dan pikiran
telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki,
demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, penghargaan,
dukungan serta bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Untuk itu penulis sangat berterimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya yang
menjadikan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua saya, Ibu Siti dan Ayah Juki terima kasih untuk semua
kesabaran, keperdulian dan nasehat kecil sebagai dorongan saya agar
menyelesaikan skripsinya secepatnya. Semoga Allah masih
memberikan banyak waktu untuk saya membalas kasih sayang kalian.
3. Kepada tante saya tersayang, Aan Hanjani yang selalu menyemangati,
yang tidak putus mendoakan keponakanya untuk selalu bersabar dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada The Only Exception Ahmad Danu Nurakbar, yang selalu setia
menemani dalam susah dan senangku, selalu sabar dengan sikap dan
sifatku, menjadi tempat berbagi saling bertukar pikiran, masih hadir
hingga saat ini dan masih tetap jadi orang yang istimewa
ix
5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA., AK., CA selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
6. Bapak Yoghi Citra Pratama, SE, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Syariah, dan Ibu RR. Tini Anggraeni, ST, M.Siselaku Sekretaris
Jurusan Ekonomi Syariah yang telah tulus danikhlas memberikan
layanan kepada penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Bapak Dr. Ir H. Roikhan MA, MM sebagai penemu hahslm dan selaku
dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas bimbingan, motivasi dan
kesabarannya selama penulis menyusun skripsi.
8. Seluruh Dosen Jurusan Ekonomi Syariah danseluruh Karyawan dan
para staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terima kasih yang telah membantu kelancaran perkuliahan dan
membantu dalam mengurus berkas-berkaspenulils.
9. Seluruh Karyawan Baitul Maal Wa Tamwil di Wilayah Pamulang,
Ciputat dan Serpong Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan
izin penulis melakukan peneliti.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan, Lutfhiana Andini, Nina Astriana, Kurnia
Ayu, Nisrina Khairunisa, Iriane Sakinnah terima kasih untuk semua
pembelajaran kehidupan tawa canda suka dukanya, Semoga
persahabatan kita dapat terus terjalin dengan baik
11. Yang tersayang bisa disebut bagian keluarga yang lain ibu dan ayah,
Febriani Ramadhana perempuan yang selalu mau direpotin, yang selalu
sabar ngajarin saya untuk cepat menyelesaikan skripsi ini, selalu setia
dari senang maupun duka.
12. Para Pelatih Sanggar Trisna Manggala, Kak Anggi, Shinta, Nendi, Aqil
dan Rara yang selalu menghibur saat kelam dan selalu mengingatkan
penulis untuk tidak pernah nyerah dalam menyelesaikan skripsi ini.
x
13. Teman-teman Mahasiswa/I Jurusan Ekonomi Syariah angkatan 2012,
terima kasih untuk waktunya selama perkuliahan banyak peristiwa yang
menyenangkan, semoga pertemanan kita tetap terjalin baik.
14. Untuk mba rince yang udah kasih waktu dan tempat untuk segala waktu
kosongnya aku, makasih supportnya yaaa
Begitu panjang perjalanan untuk menempuh sebuah proses yang dinanti
untuk mendapatkan sebuah kebanggaan, lika-liku perjuangan, pengorbanan,
harapan dan semoga pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Aamiinn.
Jakarta, 10 Desember 2017
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ……………….…………………... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF…………........... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI …………………………. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH…………… iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................... v
ABSTRACT................................................................................................... vi
ABSTRAK ………….................................................................................... vii
KATA PENGANTAR …….......................................................................... viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. x
DAFTAR TABEL………............................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……............................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................... 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembaga Keuangan ……....................................................... 8
B. Lembaga Keuangan Syariah ………...................................... 9
C. Baitul Maal wat Tamwil......................................................... 11
D. Efisiensi ……………………………………………………. 23
xii
E. Efektifitas ………………………………………………….. 26
F. Nilai Islam ………………………………………… 28
G. Penelitian Terdahulu ………………………………………. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional....................... 33
B. Populasi dan Sampel............................................................. 35
C. Jenis dan Sumber Data ..................................................... 36
D. Metode Pengumpulan Data ................................................ 36
E. Metode Analisis ..………................................................... 37
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data...................................................................... 50
B. Analisis dan Pembahasan .................................................... 53
C. Kriteria Uji H…………………. ......................................... 62
D. Hasil Perhitungan Uji H dan Analisis ................................... 75
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan............................................................................. 85
B. Implikasi .......................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 90
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Variabel yang digunakan dalam penelitian ini....................... 32
Tabel 4.1 Variabel Input Hak Pihak Ketiga Atas Bagi Hasil……..……. 50
Tabel 4.2 Variabel Input Beban Tenaga Kerja ……..………................. 51
Tabel 4.3 Variabel Output Pendapatan Pengelolaan Dana .................. 52
Tabel 4.4 Variabel Output Pendapatan Operasioanl Lainnya …............ 52
Tabel 4.5 Tingkat Efisiensi Batil Maal Wa Tamwil Munawarah, Mekar
Da’wah dan UMJ ......... 54
Tabel 4.6 Tingkat Efisiensi Baitul Maal Wa Tamwil Munawarah 56
Tabel 4.7 Tingkat Efisiensi Baitul Maal Wa Tamwil Mekar Da’wah…. 58
Tabel 4.8 Tingkat Efisiensi Baitul Maal Wa Tamwil UMJ………….. 60
xiv
Tabel 4.9 Data Variabel Hak Pihak Ketiga Atas Bagi Hasil Tahun
2014-2016……………………..……………………….. 63
Tabel 4.10 Data Variabel Beban Tenaga Kerja Tahun 2014-2016
………………………………………………………………. 63
Tabel 4.11 Data Variabel Pendapatan Pengelolaan Dana Tahun 2014-
2016…………………………………………………….. 63
Tabel 4.12 Data Variabel Pendapatan Operasional Lainnya Tahun 2014-
2016 ………………………………………….. 64
Tabel 4.13 Hasil Besaran Laju Uji H Variabel Hak Pihak Ketiga Atas
Bagi Hasil ……………………………………………….. 64
Tabel 4.14 Hasil Besaran Laju Uji H Variabel Beban Tenaga Kerja…. 65
Tabel 4.15 Hasil Besaran Laju Uji H Variabel Pendapatan Pengelolaan
Dana…………………………………………………………. 66
Tabel 4.16 Hasil Besaran Laju Uji H Variabel Pendapatan Operasional
Lainnya………………………………………………............ 66
Tabel 4.17 Hasil Uji H Rata-Rata Laju………………………………….. 67
Tabel 4.18 Bobot Nilai …………………………………………………. 68
Tabel 4.19 Perhitungan Uji H Variabel Input Hak Pihak Ketiga atas
Bagi Hasil………………………………..………………. 69
Tabel 4.20 Perhitungan Uji H Variabel Input Beban Tenaga Kerja
………….. 70
Tabel 4.21 Perhitungan Uji H Variabel Output Pendapatan Pengelolaan
Dana ……………………………………………………… 72
Tabel 4.22 Perhitungan Uji H Variabel Output Pendapatan Operasional
Lainnya ……..……………………………………………… 73
Tabel 4.23 Efektifitas H pada Input 1 Baitul Maal Wa Tamwil
Munawarah………………………………………………. 76
Tabel 4.24 Efektifitas H pada Input 1 Baitul Maal Wa Tamwil Mekar 75
xv
Da’wah ……………………………………………………..
Tabel 4.25 Efektifitas H pada Input 1 Baitul Maal Wa Tamwil UMJ…... 76
Tabel 4.26 Efektifitas H pada Input 2 Baitul Maal Wa Tamwil
Munawarah…………………………………………………. 78
Tabel 4.27 Efektifitas H pada Input 2 Baitul Maal Wa Tamwil Mekar
Da’wah …………………………………………………….. 78
Tabel 4.28 Efektifitas H pada Input 2 Baitul Maal Wa Tamwil UMJ ... 79
Tabel 4.29 Efektifitas H pada Output 1 Baitul Maal Wa Tamwil
Munawarah………………………………………………. 80
Tabel 4.30 Efektifitas H pada Output 1 Baitul Maal Wa Tamwil Mekar
Da’wah …………………………………………………….. 80
Tabel 4.31 Efektifitas H pada Output 1 Baitul Maal Wa Tamwil
UMJ…... 81
Tabel 4.32 Efektifitas H pada Output 2 Baitul Maal Wa Tamwil
Munawarah………………………………………………. 82
Tabel 4.33 Efektifitas H pada Output 2 Baitul Maal Wa Tamwil Mekar
Da’wah …………………………………………………….. 82
Tabel 4.34 Efektifitas H pada Output 2 Baitul Maal Wa Tamwil UMJ .. 83
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Tingkat Efisiensi 3 Baitul Maal wat Tamwil 2014-2016 55
xvi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Laporan Laba Rugi BMT UMJ 2014 90
Lampiran 2 Laporan Laba Rugi BMT UMJ 2015 91
Lampiran 3 Laporan Laba Rugi BMT UMJ 2016 92
Lampiran 4 Hasil Olah Data DEAWIN BMT Mekar Da’wah 93
xvii
Lampiran 5 Hasil Olah Data DEAWIN BMT Munawarah 95
Lampiran 6 Hasil Olah Data DEAWIN BMT UMJ 97
Lampiran 7 Laporan Keuangan BMT Munawarah 99
Lampiran 8 Laporan Keuangan BMT Mekar Da’wah 100
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sektor keuangan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang memiliki
peranan penting dalam mendorong peningkatan perekonomian nasional dan
ekonomi masyarakat. Perkembangan dan kemajuan pada sektor keuangan, baik
bank maupun lembaga keuangan bukan bank perlu dipertahankan. Dalam aspek
kelembagaan, organisasi, regulasi (kebijakan), dan sumber daya manusia (SDM)
perlu adanya peningkatan dan perbaikan, khususnya pada lembaga keuangan
bukan bank. Di Indonesia banyak berkembang lembaga keuangan bukan bank
yang melakukan kegiatan usaha bidang keuangan yang banyak membantu kepada
masyarakat. Lembaga-lembaga tersebut perlu dikembangkan terutama secara
kelembagaan dan legalitasnya karena telah banyak membantu peningkatan
perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan
rendah.
Semakin berkembangnya perekonomian suatu Negara semakin meningkat
pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai
proyek pembangunan, namun dana pemerintah yang bersumber dari APBN sangat
terbatas, untuk menutupi kebutuhan tersebut, pemerintah menggandeng dan
mendorong pihak swasta untuk ikut serta berperan aktif dalam membiayai
pembangunan potensi ekonomi bangsa. Pihak swasta baik individual maupun
kelembagaan memiliki pendanaan terbatas untuk memenuhi operasional dan
2
pengembangan usahanya. Terbatasnya kemampuan financial lembaga Negara dan
swasta tersebut, maka perbankan nasional memegang peran penting dan strategis
dalam kaitanya dengan persediaan permodalan pengembangan sektor produktif.
Bank sebagai lembaga perantara jasa keuangan yang tugas pokoknya adalah
menghimpun dana dari masyarakat, diharapkan dengan dana tersebut dapat
memenuhi kebutuhan dan pembiayaan yang tidak disediakan dari lembaga yang
sebelumnya.
Perbankan sebagai lembaga keuangan utama dalam sistem keuangan dewasa
ini tidak hanya berperan sebagai lembaga perantara keuangan (financial
intermediary), namun juga sebagai industri penyedia jasa keuangan (fnansial
industry) dan instrument kebijakan moneter yang utama.
Perkembangan sistem keuangan syariah ditandai dengan didirikannya
berbagai lembaga keuangan syariah dan diterbitkannya berbagai instrument
keuangan berbasis syariah sekitar tahun 1960-an banyak cendikiawan muslim dari
Negara-negara islam sudah mulai melakukan pengkajian ulang atas penerapan
sistem hukum Eropa ke dalam industry keuangan dan sekaligus memperkenalkan
penerapan prinsip syariah islam dalam industry keuanganya. Sekarang sistem
keuangan syariah telah tersebar ke berbagai Negara, baik di Eropa, Amerika,
Timur Tengah, Afrika maupun kawasan Asian lainnya.
Menurut asep, pada 2013 ada sekitar 4500 BMT yang beroperasi di
Indonesia, dengan asset mencapai Rp. 8 Triliuin di Jawa Barat sendiri junlah
BMT yang beroperasi mencapai 291 dengan asset Rp. 900 Miliar
(Republika.co.id, 10 Maret 2015). Munculnya begitu banyak BMT di Indonesia
3
tidak didukung oleh faktor-faktor yang dapat mendukung suatu BMT untuk dapat
terus berkembang dan berjalan dengan baik. Fakta di lapangan menunjukan
banyak BMT yang tenggalam dan bubar disebabkan berbagai hal, antara lain
karena manajemen yang kurang professional, pengelola yang tidak amanah
memunculkan ketidakpercayaan masyarakat sehingga memicu penarikan dana
secara besar-besaran dan kesulitan modal (Santoso, 2003)
Selain kelemahan internal BMT yang telah disebut diatas, BMT juga
dihadapkan pada tantangan yang lebih berat. BMT tidak dapat lagi mengandakan
modal kepercayaannya pada sentimen masyarakat tentang isu-isu syariah, seperti
keharaman riba dan sistem bunga menjalankan sistem ekonomi berdasarkan
syariat islam (Sadrah dkk, 2004). Apalagi Bank Syariah dan BPRS-BPRS dengan
fasilitas dan permodalanya yang kuat semakin mempersempit ruang gerak BMT-
BMT. Oleh karena itu mau tidak mau BMT harus meningkatkan efisiensi
usahanya agar mampu bersaing dan bertahan hidup.
Efisiensi merupakan perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan
(input). Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada
merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi
dilakukan, lembaga keuangan dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan
tingkat output yang optimal dengan tingkat output yang ada atau dengan cara
mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu. Dengan
menganalisa alokasi input dan output, dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat
ketidakefisienan
4
Efektifitas merupakan ukuran tingkat pemenuhan output atau tujuan proses.
Semakin tinggi pencapaian target atau tujuan proses maka dikatakan proses
tersebut semakin efektif. Proses yang efektif ditandai dengan perbaikan proses
sehingga menjadi lebih baik dan lebih aman. Wujud dari efisiensi dan efektifitas
kerja pada umumnya tercermin pada tingkat produktivitas kerja, yaitu adanya
hasil yang dicapai sebanding dengan proses-proses kegiatan yang dilakukan,
dimana terdapat ratio antara output dengan input.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang penelitian dibuat pembatasan masalah,
pembatasan masalah dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan agar masalah yang akan diteliti tidak terlalu
meluas. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel Input yang digunakan adalah Hak Pihak Ketiga Atas Bagi
Hasil dan Beban Tenaga Kerja
b. Variabel Output yang digunakan adalah Pendapatan Pengelolaan Dana
dan Pendapatan Operasional Lainnya
c. Variabel Nilai Islam yang digunakan adalah Hak Pihak Ketiga Atas
Bagi Hasil, Beban Tenaga Kerja, Pendapatan Pengelolaan Dana, dan
Pendaptan Operasional Lainnya.
d. Periode yang digunakan adalah tahun 2014 sampai dengan 2016.
e. Objek penelitian adalah BMT Munawarah, BMT Mekar Da’wah dan
BMT UMJ
5
f. Tempat Penelitian adalah Ciputat, Pamulang, dan Serpong.
2. Rumusan Masalah
Dengan batasan masalah tersebut, hal ini akan menarik untuk dikaji
sehingga timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Bagaimana tingkat efisiensi BMT menggunakan Metode Data
Envelopment Analysis?
b. Bagaimana tingkat efektifitas BMT dengan Nilai Islam sebagai nilai
tambah ibadah berdasarkan Metode Hahslm?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tingkat efisiensi BMT dengan menggunakan metode Data
Envelopment Analysis
2. Mengetahui tingkat efektifitas BMT dengan Nilai Islam sebagai nilai
tambah ibadah berdasarkan Metode Hahslm
D. Manfaat Penelitian
Penellitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, di antaranya:
1. Bagi Akademis
a. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan nambah menambah wawasan penulis tentang
BMT dan metode analisis BMT dilihat dari faktor internal eksternal dan
religiusitas serta untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah. Selain itu, dalam
penelitian ini penulis mencoba menjelaskan teori Hahslm.
6
b. Manfaat Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pembanding dan
referensi bagi penelitian-penelitian di masa yang akan datang.
2. Manfaat Bagi Praktisi atau Operasional
Manfaat bagi otoritas BMT (Pemerintah, Bank Indonesia dan Koperasi
syariah lainnya) sangat menaruh perhatian terhadap terpeliharanya suatu sistem
bmt yang sehat, kuat, efisiensi dan efektif dalam rangka pembangunan ekonomi
dan kemakmuran masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan
oleh otoritas bmt untuk mengevaluasi tingkat efisiensi dan efektifitas. Selanjutnya
manfaat bagi perusahaan atau bmt, hasil penelitian ini diharapkan dijadikan bahan
referensi bagi manajeman bmt dalam rangka meningkatkan kinerja BMT yang di
pimpin mengambil langkah-langkah strategis dan mengeluarkan kebijakan
perusahaan.
3. Manfaat bagi masyarakat dalam hal ini nasabah
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran (awareness)
masyarakat pengguna jasa terhadap tingkat efisiensi dan efektifitas lembaga bmt
dan dapat dimanfaatkan sebagai acuan pemilihan penempatan dana. Dengan
demikian, mereka dapat memilih BMT yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
transaksinya serta berkinerja baik.
7
4. Manfaat Penelitian selanjutnya
Dapat menjadi rujukan atau tambahan pustaka dalam penelitian tugas akhir
dan juga diharapkan dapat memperbaiki kekurangan analisis tingkat efisiensi bmt
dengan menggunakan metode analisis BMT diihat dari faktor internal, eksternal
dan religiusitas.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembaga Keuangan
Menurut SK Menkeu RI No. 792 tahun 1990, lembaga keuangan
adalah semua badan yang kegiatanya bidang keuangan, melakukan
penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna
membiayai investasi perusahaan. Meski dalam peraturan tersebut lembaga
keuangan diutamakan untuk membiayai investasi perusahaan, namun tidak
berarti membatasi kegiatan pembiayain lembaga keuangan. Dalam
kenyataanya, kegiatan usaha lembaga keuangan bisa diperuntukan bagi
investasi perusahaan, kegiatan konsumsi, dan kegiatan kontribusi barang
dan jasa. Adapula menurut Dahlan Siamat, lembaga keuangan adalah badan
usaha yang kekayaanya terutama dalam bentuk asset keuangan atau tagihan
(clains) dibandingkan dengan asset nonfinansial atau asset riil.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa lembaga keuangan adalah
setiap perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan bidang
keuangan. Sesuai dengan sistem keuangan yang ada, maka dalam
operasionalnya lembaga keuangan dapat berbentuk lembaga keuangan
konvensional dan lembaga keuangan syariah secara esensial berbeda dengan
lembaga keuangan konvensional baik dalam tujuan, mekanisme, kekuasaan,
ruang lingkup serta tanggung jawab.
9
Lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan.
Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dana dari unit surplus
ekonomi, baik sektor usaha, lembaga pemerintah maupun individu (rumah
tangga) untuk penyediaan dana bagi unit ekonomi lain. Intermediasi
keuangan merupakan kegiatan pengalihan dana dari unit ekonomi surplus ke
unit ekonomi defisit. Lembaga intermediasi berperan sebagai intermediasi
denominasi, intermediasi risiko, intermediasi jatuh tempo, intermediasi
informasi dan intermediasi mata uang.
B. Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga keuangan syariah didirikan dengan tujuan mempromosikan
dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip islam, syariah dan tradisinya
ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis yang terkait.
Adapun yang dimaksud dengan prinsip syariah adalah prinsip hukum islam
dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetepan
fatwa dibidang syariah. Prinsip syariah yang dianut oleh lembaga keuangan
syariah dilandasai oleh nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan dan
keuniversalan. Sistem keuangan di Indonesia dilaksanakan dengan dual
system, yaitu konvensional dan syariah. Dari sisi pemenuhan prinsip syariah,
otoritas ada tangan Dewan Syariah Nasional MUI sedangkan secara
kelembagaan pada lembaga keuangan yang beroperasi sesuai syariah, Bank
Indonesia dan Departeman Keuangan melakukan pengawasan dari sisi
10
operasional. Disamping itu, untuk menengahi persengketaan yang terjadi
pada lembaga keuangan syariah ada Badan Arbitrase Syariah Nasional.
Selain itu sistem keuangan di indonesia dijalankan oleh dua jenis
lembaga keuangan, yaitu
a. Lembaga Keuangan Bank, yaitu lembaga keuangan yang memberikan
jas keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan
disamping menyalurkan dana atau memberikan pembiayaan/kredit
juga melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat luas dalam
bentuk simpanan. Lembaga keuangan bank secara operasional dibina
dan diawasi oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia.
Lembaga keuangan bank terdiri dari, yaitu Bank Umum Syariah dan
Bank Pembiayan Rakyat Syariah.
b. Lembaga Keuangan Non-bank, yaitu lembaga keuangan yang lebih
banyak jenisnya dari lembaga keuangan bank. Lembaga keuangan non
bank secara operasional dibina dan diawasi oleh Departeman
Keuangan yang dijalankan oleh Bapepam LK. Sedangkan pembinaan
dan pengawasan dari sisi pemenuhan prinsip-prinsip syariah dilakukan
oleh Dewan Syariah Nasional MUI. Lembaga Keuangan nonbank
terdiri dari, yaitu Pasar Modal (capital market), Pasar Uang (money
market), Perusahaan Asuransi, Dana Pensiun, Perusahaan Modal
Ventura, Lembaga Pembiayaan, Perusahan Penggadaian, dan
Lembaga Keuangan Syariah Mikro. Kemudian Lembaga keuangan
11
syariah mikro terdiri dari, yaitu Lembaga Pengelola Zakat (BAZ dan
LAZ), Lembaga Pengelola Wakaf dan Baitul Mal wat Tamwil (BMT).
C. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Di Indonesia sendiri setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI)
timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Operasio-
nalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, maka
muncul usaha untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan mikro, seperti BPR
Syariah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasional daerah.
Disamping itu kehidupan masyarakat yang hidup berkecukupan muncul
kekhawatiran akan timbulnya pengikisan akidah. Pengikisan akidah ini bukan
hanya dipengaruhi oleh aspek syiar islam tetapi juga dipengaruhi oleh lemahnya
ekonomi masyarakat. Oleh sebab itu peran BMT agar mampu lebih aktif dalam
memperbaiki kondisi tersebut.
Pada tahun 1970 Pemerintah mencanangkan program kredit bimbingan
misal atau intensifikasi yang melibatkan BRI melalui BRI Unit Desa sebagai
penyalur kredit mini dan midi. Namun karena terjadi kemacetan, sejak tahun 1984
penyaluran kredit dan tabunan baru yangbernama Kredit Umum dan Pedesaan
(Kupedes) dan Simpanan Pedesaan (Simpedas) yang bersifat komersial. Pada
masa itutelah ada beberapa lembaga keuangan mikro yang dibentuk oleh
pemerintah daerah, seperti Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP) di Jawa
Barat, Badan Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat
Kecil (KURK) di Jawa Timur, Lumbung Pitih Nagari (LPN) di Sumatera Barat
dan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali (Usman dkk, 2004)
12
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) termasuk ke dalam kelompok LKM non
formal dengan badanhukum koperasi. Sejarah berdirinya BMT di Indonesia
bermula oleh Aktivis Masjid Salman ITB Bandung yang mendirikan Koperasi
Jasa Keahlian Teknosa pada tahun 1980. Koperasi inilah yang kemudian menjadi
cikal bakal BMT yang berdiri pada tahun 1984 yang kemudian berkembang
semakin pesat oleh dukungan badan hukum usaha koperasi dan kesadaran
masyarakat akan sistem tabungan dan pinjaman yang terbebas dari adanya unsur
bunga.
Baitul mal wat tamwil adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya
berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-
usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi
pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan
menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, Baitul
Mal wat Tamwil juga bisa menerima titpan zakat, infak, sedekah, serta
menyalurkanya sesuai dengan peraturan dan amanatnya.
Pengembangan BMT sendiri merupakan hasil prakarsa dari Pusat Inkubasi
Bisnis Usaha Kecil dan Menengah (PINBUK) yang merupakan badan pekerja
yang dibentuk oleh Yayasan Inkubasi Usaha Kecil dan Menengah (YINBUK).
YINBUK sendiri dibentuk oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ketua
Umum Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan Direktur Utama
Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan akta notaries Leila Yudoparipurno,
SH.No 5 tanggal 13 Maret 1995.
13
Selain itu, kegiatan operasional BMT diawasi oleh Dewan Pengawas
Syariah (DPS). Fungsi utama DPS yaitu sebagai penasehat, pemberi saran,
pemberi fatwa kepada pengurus dan pengelola mengenai hal hal yang terkait
dengan syariah seperti penetapan produk (Ridwan, 2004). Dengan demikian
produk yang dikeluarkan oleh BMT harus mendapatakan persetujuan dari DPS
terlebih dahulu. Selain DPS berfungsi sebagai mediator antara BMT dengan
Dewan Syariah Nasional atau Dewan Pengawaas Syariah Propinsi. Menurut
AD/ART BMT pasal 15, BMT tunduk kepada keputusan-keputusan Dewan
Pengawas Syariah PINBUK pusat, Dewan pengurus Syariah PINBUK propinsi,
dan Dewan Pengawas Syariah PINBUK kabupaten/kota serta Dewan Pengawas
Syariah BMT.
Dewan Pengawas Syariah merupakan bagian Dewan Syariah Nasional
(DSN). Karenanya fatwa DSN menjadi bagian dari pengawasan syariah oleh DPS.
Dengan demikian yang paling berwenang dalam merumuskan fatwa mengenai
sistem keuangan syariah adalah DSN. Sedangkan DSN hanya berfungsi sebagai
pelaksanan atas fatwa tersebut.
Rifqi Muhammad dalam bukunya menyatakan sebenarnya Baitul Mal Wa
Tamwil itu konsep industri perbankan syariah yang menekankan adanya
kosentrasi usaha perbankan yang tidak hanya mengelola unit bisnis saja, namun
juga mengelola unit sosial yang meiliki fungsi intermediasy unit antara pihak yang
kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Dari paparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa Baitul Mal wat Tamwil merupakan lembaga mikro yang
bergerak dibidang penghimpunan dan penyaluran dana yang bertujuan untuk
14
membantu masyarakat kecil dalam hal mengembangkan usahanya maupun
manutupi kebutuhanya.
Pada dasarnya kegiatan Baitul Mal wat Tamwil terdiri atas dua lembaga
yaitu:
A. Baitul Maal
Baitul Maal merupakan lembaga keuangan pertama yang ada pada
zaman Rasulullah. Lembaga ini pertama kali hanya berfungsi untuk
menyimpan harta kekayaan Negara dari zakat, infak, shadaqoh dan pajak
dan harta rampasan perang. Selain itu baitul maal berorientasi sosial
keagamaan yang usaha utamanya menampung serta menyalurkan harta
masyarakat. Harta yang merupakan sumber pendapatan Negara di simpan di
masjid dalam waktu singkat untuk kemudian di distribusikan kepada
msyarakat hingga tidak tersisa sedikit pun. Dalam hal pendistribusian harta
Baitul Maal, sekalipun berada dalam kendali dan tanggung jawab, para
pejabat Baitul Maal tidak mempunyai wewenang dalam membuat suatu
keputusan terhadap harta baitul maal yang berupa zakat dan Ushr.
B. Baitul Tamwil
Baitul Tamwil merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan ataupun deposito dan
menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah melalui mekanisme yang lazim dalam dunia
perbankan.
Menurut Dewi (2007), kegiatan BMT meliputi:
15
a. Penghimpunan dana dari masyarakat/anggota dalam bentuk simpanan
pokok maupun sukarela.
b. Pemberian pembiayaan kegiatan usaha ekonomi kepada masyarakat
c. Menerima titipan dan mengelola pemanfaatan Zakat, Infak. Shadaqah
menurut ketentuan syariah.
1. Tujuan BMT
Tujuan didirikannya sebuah BMT adalah meningkatkan kualitas usaha
ekonomi untuk kesejahteraan angora pada khususnya dan measyarakat pada
umumnya serta mewujudkan kehidupan keluarga dan masyarakat disekitar BMT
yang selamat, damai dan sejahtera. Anggota BMT harus diberdayakan
(empowering) agar mampu mandiri. Pemberian pinjaman modal tersebut
diharapkan dapat digunakan dengan baik oleh naasabah untuk memajukan
usahahnya.
2. Sifat BMT
BMT memiliki sifat bisnis dan social. Sifat bisnis dimaksud agar
perngelolaan BMT dapat dijalankan secara profesional, sehingga mencapai
tingkat kinerja maksimal. Aspek bisnis BMT menjadi kunci sukses dalam
pengembangan BMT dalam bentuk hasil yang kompetitif kepada para
deposannya serta mampu meningkatkan kesejateraan para pengelola sejajar
dengan lembaga lainnya. Sedangkan aspek social BMT berorientasi pada
peningkatan kehidupan anggota yang tidak mungkin dijangkau dengan prinsip
bisnis.
16
3. Mekanisme Penghimpun Dana BMT
Jumlah dana yang dapat dihimpun melalui BMT sesungguhnya tidak batas.
Namun demikian, BMT harus mampu mengidentikasi berbagai sumber dana dan
mengemasnya ke dalam produk-produknya sehingga memilki nilai jual yang
layak. Sistem bagi hasil adalah pola pembiayaan keuntungan maupun kerugian
antara BMT dengan anggota penyimpan berdasarkan perhitungan yang
disepakati bersama. BMT biasanya berada di lingkungan masjid, Pondok
Pesantren, Majelis Taklim, pasar maupun dilingkungan pendidikan. Prinsip
simpanan di BMT akad wadi’ah dan mudharabah.
a. Prinsip Wadi’ah
Wadi’ah berarti titipan. Jadi prinsip simpanan wadi’ah merupakan
akad penitipan barang atau uang kepada BMT. Akad Wadi’ah ditinjau dari
boleh tidaknya penerima titipan untuk memanfaatkan titipan tersebut
dibedakan kedalam dua macam, yaitu:
1) Wadi’ah al-Amanah
Wadi’ah al-Amanah yaitu akad yang menyatakan bahwa penerima
titipan tidak boleh memanfaatkan barang yang dititipkan. Atas pengembang-
an produk ini, BMT dapat mensyaratkan adanya jasa (fee) kepada penitip
(muwadi’), sebagai imbalan atas pengaman, pemeliharaan dan administrasi-
nya
2) Wadiah ad Dhamanah
Wadiah ad Dhamanah yaitu akad yang menyatakan bahwa penerima
titipan boleh memanfaatkan barang yang dititipan dengan syarat, apabila
17
pemilik sewaktu-waktu ingin mengambil barangnya kembali, barang
tersebut harus dalam keadaan seperti semula
b. Prinsip Mudharabah
Prinsip mudharabah merupakan akad kerjasama modal dari pemilik
dana (shohibul maal) dengan pengelola dana (mudhorib ) atas dasar bagi
hasil. Berbagai sumber dana tersebut pada prinsip dikelompokan menjadi
tiga bagian: dana pihak pertama (modal/equity), dana pihak kedua
(pinjaman pihak luar) dan dana pihak ketiga (simpanan)
1) Dana Pihak Pertama (DP I)
Dana pihak pertama sangat diperlukan BMT terutama pada saat
pendirian. Dana ini dapat terus dikembangkan, seiring dengan
perkembangan BMT.
2) Simpanan Pokok Khusus (Modal Penyertaan)
Simpanan Pokok Khusus yaitu simpanan modal penyertaan, yang
dapat dimiliki oleh individu maupun lembaga dengan jumlah setiap
penyimpanan tidak harus sama, dan jumlah dana tidak mempengaruhi suatu
dalam rapat.
3) Simpanan Pokok
Simpanan pokok yang harus dibayar saat menjadi anggota BMT.
Besarnya simpanan pokok harus sama.
4) Simpanan Wajib
18
Simpanan ini menjadi sumber modal yang mengalir terus setiap
waktu. Besar kecilnya sangat tergantung pada kebutuhan permodalan dan
anggotanya. Besarya simpanan wajib setiap anggota sama (Ridwan, 2004).
5) Dana PIhak Kedua (DP II)
Dana ini bersumber dari pinjaman pihak luar. Dana ini bersifat tidak
terbatas. Dengan demikian, kemampuan BMT dalam menanamkan
kepercayaan pada calon investor akan sangat berpengaruh terhadap besarnya
DP II.
6) Dana Pihak Ketiga (DP III)
Dana ini merupakan dana suka rela atau tabungan dari para anggota
BMT. Jumlah dana dan sumber ini tidak terbatas. Dilihat dari cara
pengembalianya sumber dana ini dapat dibagi menjadi tabungan dan
deposito.
4. Prospek BMT
Dari usaha menumbuhkan BMT dari bawah, peran BMT dalam membangun
ekonomi rakyat banyak dan ekonomi Indonesia semakin jelas. Secara ringkas
tujuan dan dampak positif yang ditimbulkan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menyalurkan dana usaha untuk bisnis mikro dan kecil dengan sistem
bagi hasil dan jual beli serta dengan prosedur yang mudah dan cepat.
b. Membantu modal kerja dan modal investasi skala mikro sebagai upaya
peningkatan kualitas hidup rakyat banyak.
c. Tempat berlatih manajemen ekonomi syariah menjadi mediator antara
muzaki dan mustahik
19
d. Sangat mudah mendirikan karena tanpa modal besar, peralatan dan
kantor mewah.
e. Modal tenaga kerja keahlian kita rajut sebagai mozaik utuh sambil
diiringin do’a kepadanya.
5. Mekanisme Penyaluran Dana BMT
Kegiatan operasional yang tidak kalah penting dalam BMT adalah kegiatan
penyaluran dana/pembiayaan. Dalam kegiatan penyaluran dananya, secara garis
besarnya pembiayaan BMT dapat dibedakan menurut tujuan penggunaanya:
a. Jual Beli
Jual beli yaitu akad antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi
jual beli dimana objeknya adalah barang dan harga. Penerapan akad jual beli
ini dalam transaksi BMT tampak dalam produk pembiayaan murabahah,
salam, dan istishna. Adapun pengertian dari jenis-jenis pembiayaan tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Murabahah, yaitu jual beli barang sebesar harga pokok barang
ditambah margin keuntungan yang telah disepakati.
2) Salam, yaitu jual beli barang dengan pemesanan dengan syarat-syarat
tertentu dan pembayaraan tunai terlebih dahulu secara penuh.
3) Istishna, yaitu jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang telat disepakati
dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan.
20
b. Bagi hasil
Bagi hasil menurut terminologi asing (inggris) dikenal dengan Profit
sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba.
Secara definisi profit sharing diartikan, distribusi beberapa bagian laba pada
para pegawai dari suatu perusahaan. Lebih lanjut dikatakan, hal itu dapat
berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang
diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya atau dapat berbentuk pembayaran
mingguan atau bulanan. Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan
karakteristik umum dan landasan bagi operasional bank islam secara
keseluruhan.
Prinsip bagi hasil dalam simpanan/ tabungan tersebut menetapkan
tingkat keuntungan/pendapatan bagi tiap-tiap pihak. Pembagian keuntungan
dilakukan melalui tingkat perbandingan rasio, bukan ditetapkan dalam
jumlah yang pasti. Bagi Hasil adalah suatu sistem pengolahan dana dalam
perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik modal
(Shahibul Mal) dan pengelola (Mudharib). Proses penentuan tingkat bagi
hasil diperlukan kesepakatan kedua belah pihak, yang terungkap dalam
nisbah bagi hasil.
Implementasi dari akad bagi hasil dalam transaksi Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) inilah yang lebih dikenal di masyarakat karena memang
fungsinya sebagai pengganti bunga (Suhendi, 2004). Dalam prakteknya
BMT dapat menggunakan akad ini dalam hal sisi sekaligus, yaitu sisi
penghimpnan dana (funding) dan sisi penyaluran dana (lending). Penerapan
21
akad bagi hasil dalam bentuk penghimpunan dana melalui produk
simpanan, sedangkan dalam penyaluran dana adalah pada produk
pembiayaan Mudharabah dan pembiayaan Musyarakah. Adapun pengertian
dari jenis-jenis pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama atau dua pihak atau lebih,
pemilik pertama modal (shahibul maal) mempercayaan suatu modal
kepada pengelola (mudharib) dengan suatu akad atau perjanjian
keuntungan (Karim, 2004). Bentuk kerjasama ini berupa modal 100%
dari shahibul maal dengan keahlian dari mudharib.
2) Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah merupakan bentuk kerjasama yang melibatkan dua
pihak atau lebih yang masing-masing pihak memberikan kontibusi
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai kesepakatan (Antonio, 2001).
c. Sewa Menyewa
Sewa menyewa yaitu perjanjian yang objeknya merupakan manfaat atas
suatu barang atau pelayanan, sehingga bagi pihak yang menerima manfaat
berkewajiban membayar uang sewa/upah (ujrah) (Suhendi, 2004). BMT
menggunakan akad ini dalam produk penyalurandana berupa
d. Prinsip Jasa
Pembiayaan ini disebut jasa karena pada prinsipnya dasar akadnya adalah
ta’awun dan tabaru’i. Yakni akad yang tujuanya tolong menolong dalam hal
22
kebajikan. Adapun pengertian dari jenis-jenis pembiayaan tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Al Wakalah/ Wakil
Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian, maupun pemberian
mandate atau amanah. Dalam kontrak BMT, berarti BMT menerima
amanah dari investor yang akan menanamkan modalnya kepada
nasabah.
2) Kafalah/Garansi
Kafalah berarti jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak lain untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak yang
ditanggung.
3) Al Hawalah / Pengalihan Piutang
Al Hawalah berarti pengalihan hutang dari orang yang
berhutang kepada si penanggung.
4) Ar-Rahn / Gadai
Ar-Rahn menahan salah satu harta milik peminjam sebagai
jaminan atas pembiayaan yang diterimanya.
e. Pinjam-meminjam yang Bersifat Sosial
Dalam operasional BMT transaksi pinjam-meminjam ini dikenal dengan
nama pembiayaan qardh, yaitu pinjam-meminjam dana tanpa imbalan dengan
kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman sekaligus ataupun
dicicil dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Produk jasa
23
merupakan produk yang saat ini banyak dikembangkan oleh Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) termasuk BMT.
C. Efisiensi
Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan
benar atau dalam pandangan matematika didefinisikan sebagai perhitungan rasio
output (keluaran) dan atau input (masuk) atau jumlah keluaran yang dihasilkan
dari satu input yang digunakan. Suatu perusahaan dikatakan efisien apabila:
1. Menggunakan jumlah input yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan
jumlah unit input yang digunakan oleh perusahaan lain dengan
menghasilkan output yang sama.
2. Menggunakan jumlah unit input yang sama dapat menghasilkan jumlah
output yang lebih besar (Syafroedin dalam Muharram dan Purvitasari,
2000).
Ditinjau dari Teori Ekonomi, ada dua pengertian efisiensi yaitu efisiensi
teknik dan efisiensi ekonomi (Ghafur, 2007). Efisiensi ekonomi mempunyai
sudut pandang makro yang mempunyai jangkauan lebih luas dibandingkan
dengan efisiensi teknik yang bersudut pandang mikro. Pengukuran efisiensi
teknik cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional proses konversi
input menjadi output. Akibatnya usaha untuk meningkatkan efisiensi teknis
hanya memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan
pengendalian dan alokasi sumber daya yang optimal.
Suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) dikatakan efisien secara teknik
apabila menghasilkan output maksimal dengan sumber daya tertentu atau
24
memproduksi sejumlah tertentu output menggunakan sumber daya yang minimal.
Dalam efisiensi ekonomis, untuk proses produksi, produsen menghadapi kendala
besarnya harga input, sehingga harus dapat memaksimalkan penggunaan input
sesuai dengan anggaran yang tersedia yang juga harus mempertimbangkan
besarnya harga output.
Menurut Muharram dan Purvitasari (2007), pengukuran efisiensi dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu:
1. Pendekatan rasio
Pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan dengan cara
menghitung perbandingan output dengan input yang digunakan. Pendekatan
rasio akan dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila dapat memproduksi
jumlah output yang maksimal dengan input yang seminimal mungkin.
Efisiensi =
Chu-Fen Li (2007) melihat pendekatan rasio sebagai ”the most critical
limitation of the financial ratio is that they fail to consider the multiple
input-output...” Oleh karena itu pendekatan ini belum mampu menilai
kinerja lembaga keuangan secara menyeluruh.
2. Pendekatan regresi
Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan sebuah model
dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input
tertentu. Persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut:
Y = f (X ,X , X , X ,......................X n
Dimana Y = output, X = input
25
Pendekatan ini juga tidak dapat mengatasi kondisi banyak output,
karena hanya satu indicator output yang dapat ditampung dalam sebuah
persamaan regresi.
3. Pendekatan frontier
Pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu pendekatan frontier parametrik dan non parametrik. Pendekatan
parametrik dapat diukur dengan tes statistik parametrik seperti
menggunakan Stochastic Frontier Approach (SFA) dan Distribution Free
Approach (DFA). Pendekatan frontier non-parametrik diukur dengan tes
statistik non parametrik yaitu dengan menggunakan metode Data
Envelopment Analysis (DEA). Menurut Ghozali dan Castellan (2002), tes
parametrik adalah suatu tes yang modelnya mensyaratkan asumsi khusus
tentang distribusi populasi harus normal, sedangkan tes statistik non
parametrik adalah tes yang modelnya tidak mensyaratkan distribusi khusus
pada data. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode non-
parametrik DEA.
Menurut Allen N Berger dan Loretta Mester (1997) dalam Afnan
(2009), ada tiga pendekatan konsep dasar model efisiensi sector financial
yaitu cost efficiency, standard profit efficiency, dan alternative profit
efficiency. Cost efficiency mengukur tingkat biaya suatu bank dibandingkan
dengan best practiced bank’s cost yang menghasilkan output yang sama
dengan kondisi yang sama. Standard profit efficiency mengukur bagaimana
bank menghasilkan keuntungan yang maksimal dengan cenderung dengan
26
tingkat khusus dari harga input dan output. Sedangkan alternative profit
efficiency mengukur bagaimana bank mendapatkan pendapatan maksimum
dengan tingkat output dibanding dengan harga output.
D. Efektifitas
Efektifitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.
Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupunsasran seperti yang telah
ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat H.Emerson yang dikutip Soewarno
Handayaningrat S. (1994:16) yang menyatakan bahwa “Efektifitas adalah
pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”
Sedangkan Georgopolous dan Tannembaum (1985:50), mengemukakan:
“Efektifitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan
suatu organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi
juga mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata lain,
penilaian efektifitas harus berkaitan dengan masalah sasaran maupun tujuan.”
Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektifitas, dapat disimpulkan
bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana
target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa :“Efektifitas
adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan
waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin
tinggi efektifitasnya”.
27
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
intermediasi. Pendekatan ini digunakan karena mempertimbangkan fungsi Baitul
Maal Wa Tamwil sebagai financial intemediation yang menghimpun dana lalu
menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan. Meskipun tidak ada kesepakatan
umum dalam pendekatan yang digunakan serta dalam hal menentukan input
output, Berger dan Humprey (1997) dalam Muharram dan Purvitasari (2007)
menyatakan bahwa pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang lebih
tepat untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan sebagai financial
intermediation.
Dengan demikian pendekatan intermediasi yang digunakan dalam penelitian
ini mengasumsikan bahwa BMT bertujuan untuk memaksimalkan output untuk
mencapai efisiensi dalam fungsi intermediasi. Dalam pendekatan intermediasi,
BMT ditempatkan sebagai unit kegiatan ekonomi yang melakukan transformasi
berbagai bentuk dana yang dihimpun sebagai input kedalam berbagai bentuk
pembiayaan sebagai output serta mempunyai peran penting sebagai financial
intermediation yang menghimpun dana dari surplus unit dan menyalurkannya ke
deficit unit. Model yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan model
orientasi output (output-oriented model). Karena dalam pendekatan intermediasi,
fungsi intermediasi lembaga keuangan dalam hal ini BMT akan tercapai apabila
BMT mampu menghimpun dan menyalurkan dana dari surplus unit ke deficit unit
secara optimal. Oleh karena itu model yang digunakan dalam orientasi output
adalah dengan maksimalisasi output.
28
Pengukuran efisiensi dengan menggunakan metode DEA membutuhkan
adanya variabel input dan output. Menurut Purwantoro (2004) identifikasi
pengukuran perbandingan efisiensi kinerja merupakan langkah pertama dan
terpenting karena hasil evaluasi kinerja nantinya akan sangat bergantung pada
pemilihan variabel input output yang dipakai. Dalam pendekatan intermediasi,
variabel input ditransformasikan menjadi berbagai bentuk output yang dihasilkan
dari input-input yang ada sebelumnya.
E. Nilai Islam
Nilai islam pada hakikatnya dari prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran
tentang bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya di dunia ini,
yang satu prinsp dengan lainnya saling terkait membentuk satu kesatuan yang
utuh tidak dapat dipisahan. Nilai keislaman merupakan bagian dari nilai material
yang terwujud dalam kenyataan pengalaman rohani dan jasmani. Luasnya materi
ajaran agama islam secara kaffah haruslah dipahami oleh seorang mukmin yang
ingin mengamalkan ajaran islam, akan tetapi dari kesemuanya itu yang juga
penting untuk diketahui adalah pemahaman tentang nilai-nilai atau unsur yang
terkandung dalam agama islam. Ketaatan kepada kekuasaan Allah SWT yang
mutlak itu mengandung makna sebagai penyerahan diri secara total kepadanya.
Dan bila manusia telah bersikap menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah,
berarti ia telah berada dalam dimensi kehidupan yang dapat mensejahterakan
kehidupan didunia dan membahagaiakan kehidupan di akhirat.
Adapun nilai-nilai islam apabila ditinjiau dari sumbernya, maka dapat
digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
29
1) Nilai Ilahi
Nilai ilahi adalah nilai yang bersumber dari Al-Qur’an an hadits. Nilai
ilahi dalam aspek teologi (kaidah keimanan) tidak akan pernah mengalami
perubahan, dan tidak kecenderungan untuk berubah atau mengikuti selera
hawa nafsu manusia.
2) Nilai Insani
Nilai insani adalah nilai yang tumbuh dan berkembang atas
kesepakatan manusia. Nilai insani ini akan terus berkembang kearah yang
lebih maju dan lebih tinggi. Nilai ini bersumber dari ra’yu, adat istiadat dan
kenyataan alam. Perlu kita ketahui, sumber nlai-nilai yang tidak berasal dari
Al-Qur’an dan Hadits, dapat digunakan sepanjang tidak menyimpang atau
dapat menunjang sistem nilai yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits.
F. Penelitian Terdahulu
1. Luqman Harun Zulfidar (2012),
Penelitian ini mengukur tentang “Analisis Efisiensi Baitul Maal Wa Tamwil
di Kota Surakarta Tahun 2011 dengan Metode Data Envelopment Analysis
(DEA)” yang menggunakan modal, biaya sebagai varibael input, sedangkan
tenaga kerja, pendapatan, dan pembiayaan sebagai variabel output.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari BMT di Kota
Surakarta yang telah diteliti tidak semua mencapai efisiensi 100%. Dari 9
BMT yang diteliti terdapat 4 BMT yang sudah mencapai efisiensi 100%,
yaitu BMT At-Taubah, BMT Raharjo, BMT Sejahtera Banjarsari. Diketahui
pula jumlah BMT yang belum mencapai efisiensi 100% atau dapat
30
dikatakan inefisiensi terdapat 5 BMT, yaitu BMT Pedagang Pasar Surakarta
sebesar 37,69%, BMT Mawaddah Aisyiyah sebesar 90,47%, BMT Rindang
Rizky sebesar 66,49%, BMT Surya Buana sebesar 66,90%, dan BMT
Wanita Melati Harapan sebesar 97,46%. Sesuai hasil pengujian dengan
menggunkan One Sample T Test dalam menguji hipotesis, menunjukan
bahwa ternyata Ho diterima sedangkan Ha ditolak, sehingga dalam
penelitian ini secara keseluruhan BMT di Kota Surakarta pada Tahun 2011
belum memiliki skal efisiensi 100%.
2. Rifki Ali Akbar (2010)
Penelitian ini mengukur tentang “Analisis Efisiensi Baitul Maal Wa Tamwil
dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) studi pada BMT Bina
Ummat Sejahtera di Jawa Tengah pada Tahun 2009) yang menggunakan
simpanan, beban, dan pendapatan lain sebagai variabel input, sedangkan
pembiayaan dan kas sebagai variabel output. Metode Data Envelopment
Analysis (DEA) dapat digunakan untuk mengukur efisiensi relatif suatu Unit
Kegiatan Ekonomi (UKE) yang memiliki input-output yang sama, termasuk
didalamnya untuk membandingan efisiensi relative seluruh kantor cabang
suatu Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Perhitungan skor efisiensi seluruh
kantor cabang BMT BUS pada Tahun 2009 menunjukan terdapat 5 kantor
cabang yang efisiensi secara relatif terhadap seluruh kantor caang yang
lainnya. Kelima kantor cabang tersebut adalah Kantor Cabang Biora, Kantor
Cabang Purwodadi, Kantor Cabang Tawangharjo, Kantor Cabang
Nambuhan dan Kantor Cabang Kendal. Sedangkan 26 kantor cabang
31
lainnya mengalami inefisiensi. Nilai efisiensi relatif dengan metode Data
Envelopment Analysis (DEA) yang menggunakan asumsi variabel return to
scale (VRS) dengan menggunakan model orientasi maksimalisasi output
menghasilkan referensi kantor cabang yang efisien untuk dijadikan acuan
bagi kantor cabang yang inefisien. Kantor cabang yang dapat dijadikan
referensi adalah kantor cabang Biora, kantor cabang Purwodadi, kantor
cabang Tawangharjo, kantor cabang Nambuhan dan kantor cabang Kendal.
3. Vini Sapta Dini Eka Puti Noor (2013)
Penelitian ini mengukur tentang “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Syariah dan Bank Konvensional dengan Menggunakan Metode Data
Envelopment Analysis (DEA)” yang menggunakan jumlah aset tetap,
simpanan, dan beban operasional lainnya sebagai variabel input, sedangkan
kredit atau pembiayaan sebagai varibel output. Metode Data Envelopment
Analysis (DEA) dapat mengidentifikasi unit yang inefisien serta
memberikan acuan terhadap bank syariah dan bank konvensional agar bulan
atau tahun kedepan bisa bekerja lebih efisien dilihat dari acuan yang telah
dianalisa. Salah satu kelebihan metode DEA yaitu manajemen dapat
memfokuskan pada perbaikan kinerja selanjutnya. Implikasi bisnis bagi
bank syariah dan bank bank konvensional yaitu dapat memberi perhatian
lebih terhadap kinerja efisiensi dalam operasional perbankan. Berdasarkan
hasil analisis menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA), bahwa baik
bank konvensional dan bank syariah belum dapat mencapai efisiensi penuh.
Pencapain semua target variabel simpanan, beban operasional lainnya, asset
32
tetap dan pembiayaan/kredit memang sulit dilakukan namun paling tidak
manajemen dapat fokus pada beberapa variabel dan manajemen mengetahui
target ideal variabel tersebut. Sehingga manajemen bank dapat
meningkatkan efisiensinya. Peneliti serta pembaca diharapkan untuk dapat
melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan kinerja efisiensi pada bank-
bank yang ada baik menggunakan variabel yang sama ataupun berbeda.
Penggunakan variabel dalam penelitian dapat dirangkum seperti tercantum
dalam table 2.1 sebagai berikut:
Table 2.1
Variabel yang digunakan dalam peneltian ini
Variabel Input Variabel Output
Hak Pihak Ketiga
Beban Tenaga Kerja
Pendapatan Pengelolaan Dana
Pendapatan Operasional Lainnya
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Pengukuran efisiensi dengan menggunakan metode DEA dapat dilakukan
dengan cara, menentukan variabel-variabel input dan output. Selanjutnya
menentukan orientasi model, apakah bertujuan untuk meminimalkan input atau
memaksimalkan output. Hubungan variabel input dengan output apakah bersifat
Constant return to scale (CRS) merupakan aspek yang penting dalam teknik
DEA. Dalam penelitian ini menggunakan variabel input dan output sebagai
berikut:
a. Variabel Input dalam Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi. Proses transformasi
bentuk input menjadi output pada pendekatan ini, terkait dengan fungsi BMT
sebagai financial intermediation dimana berbagai input yang dimiliki sebagai
berikut :
1) Beban Tenaga Kerja
Beban tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi klasik yang
selalu dibutuhkan dalam semua jenis bidang usaha termasuk BMT, tenaga
kerja bahkan dianggap sebagai faktor produksi yang paling penting diantara
faktor-faktor produksi lainnya. Beban tenaga kerja merupakan usaha fisik
34
atau mental yang dkeluarkan karyawan untuk mengelola produk. Biaya
tenaga kerja atau beban personalia adalah harga yang dibebankan untuk
penggunaan biaya tenaga kerja manusia (Saepullah, 2013)
Dalam Islam terkait dengan tenaga kerja melihat hubungan majikan
dan pekerja dalam kedudukan yang setara dan saling membutuhkan.
Hubungan keduanya adalah mittra dalam bekerja, majikan adalah orang
yang memilki dana dan membutuhkan kerja manusia, sementara pekerja
adalah pemilik tenaga yang memerlukan dana, karenanya harus diatur agar
masing-masing dari keduanya menjalankan tugasnya dengan baik dan
mendapatkan bagianya secara benar.
2) Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil
Dana Syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi
dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lain dimana pihak
bank mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana tersebut
dengan pembagian hasil investasi sesuai kesepakatan. Hak pihak ketiga atas
bagi hasil tidak bisa dikelompokan sebagai beban (ketika untung) atau
pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil
merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas
investasi yang dilakukan bersama dengan entitas syariah. Sistem bagi hasil
koperasi dengan pemilik dana tabungan dan deposito menggunakan revenue
sharing, sedangkan bagi-hasil untuk pembiayaan pihak lain ditentukan
sesuai musyawarah yang ditetapkan dalam akad perjanjian.
35
b. Variabel Output dalam Penelitian
1) Pendapatan Pengelolaan Dana
Pendapatan baitul maal dapat diartikan sebagai kegiatan operasional
BMT yang menghimpun dana dari masyarakat untuk kepentingan
kesejahteraan umat.
2) Pendapatan Operasional Lainnya
Selain pendapatan operasional, juga terdapat pendapatan non-
operasional yaitu pendapatan yang timbul bukan dari kegiatan utama bmt
atau pendapatan. Pendapatan operasional lainnya juga mereflesikan
kemampuan BMT dalam memanfaatkan faktor-faktor inputnya dalam
menghasilkan pendapatan BMT.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini merupakan Tiga cabang BMT di Tangerang
Selatan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
sampling artinya pemilihan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan (judgement
sampling) yang berarti pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya
diperoleh dengan pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini diambil
berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
1. Kantor BMT yang telah berdiri sebelum tahun 2010
2. Kantor BMT yang telah mengeluarkan laporan keuangan pada tahun
2014, 2015 dan 2016
Berdasarkan kriteria diatas kantor cabang yang memenuhi untuk dijadikan
objek penelitian sebanyak.
36
C. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
Laporan Keuangan masing-masing cabang BMT Wilayah Tangerang Selatan
pada tahun 2014, 2015 dan 2016. Data sekunder yang dibutuhkan antara lain:
1. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tiap kantor cabang yang dimiliki BMT
Wilayah Tangerang Selatan yang diperoleh dari laporan keuangan pada
tahun 2014, 2015 dan 2016
2. Beban tenaga kerja yang diperoleh dari laporan laba/rugi dalam laporan
keuangan BMT Wilayah Tangerang Selatan yang bersangkutan selama
periode penelitian
3. Pendapatan pengelolaan dana yang diperoleh dari laporan laba/rugi dalam
laporan keuangan BMT Wilayah Tangerang Selatan yang bersangkutan
selama periode penelitian
4. Pendapatan operasional lain tiap kantor cabang yang dimiliki BMT Wilayah
Tangerang Selatan yang diperoleh dari laporan keuangan selama periode
penelitian
D. Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan metode dokumentasi, yaitu metode yang menghimpun informasi
dan data melalui studi pustaka dan eksplorasi literatur-literatur dan laporan
keuangan yang dibuat oleh BMT yang bersangkutan. Dari seluruh populasi
diambil sampel secara keseluruhan, namun karena keterbatasan yang dimiliki
maka penelitian ini tidak dapat mengambil keseluruhan sampel dari populasi
37
dikarenakan beberapa populasi menolak dijadikan sampel dalam penelitian ini,
maka jumlah sampel dalam penelitian ini hanya 3 Baitul Maal wat Tamwil, yaitu
BMT Munawarrah, BMT Mekar Dakwah dan BMT UMJ
E. Metode Analisis
Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah Data
Envelopment Analysis (DEA). Menurut Cooper, et al. (1999) melihat teknik
DEAsebagai “such as mathematical programming which can handle large
numbers ofvariables and constrains…” Dengan demikian metode DEA dapat
mengatasi keterbatasan metode rasio dan regresi yang tidak dapat menggunakan
banyak input dan output. Penelitian ini menggunakan asumsi VRS (Variabel
return toscale) sehingga semua unit yang diukur akan menghasilkan perubahan
pada berbagai tingkat output, selain itu memperhatikan bahwa suatu teknologi
dapat juga ke dalam kondisi VRS membuka kemungkinan bahwa skala produksi
mempengaruhi efisiensi. Ataupun asumsi Constant return to scale (CRS)
sehingga penambahan satu input akan diikuti oleh penambahan satu output.
Sebagai dasar pengukuran efisiensi perusahaan maka studi ini menggunakan
analisis DEA yaitu alat analisis yang didasari teknik programasi linear untuk
mengukur efisiensi relatif dari sekumpulan Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) yang
dapat diperbandingkan. Metode ini merupakan prosedur yang dirancang secara
khusus untuk mengukur efisiensi relatif yang menggunakan banyak input dan
banyak output, dimana penggabungan input dan output tersebut tidak mungkin
dilakukan. Efisiensi relatif UKE adalah efisiensi suatu UKE dibanding UKE lain
dalam sampel (Dendawijaya, 2001). Pada analisis yang menggunakan DEA,
38
setiap sektor dapat menentukan pembobotan masing-masing dan menjamin bahwa
pembobotan dipilih akan menghasilkan ukuran efisiensi yang terbaik.
1. Model DEA CCR (Charnes-Choper-Rhodes) dan Model DEA BCC
(Bankers-Charnes-Choper)
Model DEA CCR yang dibangun oleh Charnes, Choper, dan Rhodes dikenal
juga dengan nama CRS (Constant Retrun to Scale). Pada model ini diperkenalkan
suatu ukuran efisiensi untuk masing-masing Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) yang
merupakan rasio maksimum antara output yang terbobot dengan input yang
terbobot (Hadinata dan Manurung, 2006). Tiap-tiap bobot nilai yang digunakan
dalam rasio tersebut ditentukan dengan batasan bahwa rasio yang sama untuk
setiap UKE harus memiliki rasio yang kurang dari 1 atau sama dengan satu.
Model DEA BCC yang dikenal sebagai Variabel return to scale (VRS)
mengasumsikan bahwa setiap penambahan satu unit input tidak berarti diikuti
dengan penambahan satu unit output, penambahan outputnya bisa lebih besar
daripada satu atau kurang dari satu. Suatu proses produksi dikatakan efisien
apabila jika penggunaan sejumlah input tertentu dapat menghasilkan jumlah
output yang optimal atau untuk menghasilkan jumlah output tertentu digunakan
input yang minimal (Kurnia, 2004 ).
2. Formulasi DEA
Formulasi secara umum dengan menggunakan DEA adalah, misalnya akan
dilakukan perbandingan efisiensi dari sejumlah Unit Kegiatan Ekonomi
(UKE).Setiap UKE menggunakan m jenis input untuk menghasilkan s jenis
39
output.Misalnya Xij > 0 merupakan jumlah input i yang digunakan oleh UKE j,
dan misalkan Yrj > 0 merupakan jumlah output r yang dihasilkan oleh UKE j.
Variabel keputusan (decision variabel) dari kasus tersebut adalah bobot
yang harus diberikan pada setiap input dan output oleh UKE k. Vik adalah bobot
yang diberikan pada input i oleh unit kegiatan k dan Urk adalah bobot yang
diberikanpada output r oleh UKE k. Sehingga Vik dan Urk merupakan variabel
keputusan,yaitu variabel yang nilainya akan ditentukan melalui interaksi program
linear fraksional, satu formulasi program linear untuk setiap UKE dalam sampel.
Fungsi tujuan (objective function) dari setiap program linear fraksional tersebut
adalah rasio dari output tertimbang total (total weighted output) dari UKE k dibagi
dengan input tertimbang totalnya (Dendawijaya, 2001). Formulasi fungsi tujuan
tersebut adalah:
Memaksimumkan
Zk = ∑
∑
(1)
Kriteria universalitas mensyaratkan unit kegiatan ekonomi k untuk memiliki
bobot dengan batasan atau kendala bahwa tidak ada satu unit kegiatan ekonomi
lain yang akan memiliki efisiensi lebih besar 1 atau 100 %, jika unit kegiatan
ekonomi lain tersebut menggunakan bobot yang dipilih oleh unit kegiatan
ekonomi ksehingga formulasi selanjutnya adalah:
40
∑
∑
≤ 1 ; j = 1, ………… , n (2)
Program linear fraksional kemudian ditransformasikan ke dalam linear biasa
(ordinary linear program) dan metode simpleks untuk menyelesaikan-
nya.Transformasi tersebut adalah sebagai berikut:
Memaksimumkan
Zk = ∑ (3)
Dengan batasan atau kendala
.∑ - .∑
≤ 0 ; j = 1, ………… , n (4)
.∑ = 1 (5)
Urk ≥ 0 ; r = 1, ……………… , S
Vrk ≥ 0 ; i = 1, ……….……… , S
Rumus di atas mengasumsikan kedua teknologi Constant return to scale
dimana:
Yrk = Jumlah output r yang dihasilkan oleh sektor k
Xik = Jumlah input i yang diperlukan oleh sektor k
Yrj = Jumlah output r yang dihasilkan oleh sektor j
Xij = Jumlah input i yang diperlukan oleh sektor j
S = Jumlah sektor yang dianalisis
m = Jumlah input yang digunakan
Vik = Bobot tertimbang dari output r yang dihasilkan tiap sektor k
Zk = Nilai yang dioptimalkan sebagai indikator efisiensi relatif dari sektor k
41
Sedangkan program linear yang menunjukkan asumsi Variabel return to
scale (VRS) adalah:
DEA memaksimumkan Zk = .∑
Dengan batasan:
.∑ - ∑
≤ 0 ; j = 1, …………, n
.∑ = 1
Urk≥ 0 ; r = 1, …………, n
Vik≥ 0 ; r = 1, …………, n
U0 adalah penggal yang dapatbernilai positif ataupun negative.
Analisis DEA didesain secara spesifik untuk mengukur efisiensi relative
suatu unit produksi dalam kondisi terdapat banyak input maupun banyak output,
yang biasanya sulit disiasati secara sempurna oleh teknik analisis pengukuran
efisiensi lainnya. (Silkman, 1986; Nugroho, 1995; Ari Wibowo, 2004;
LendroKurniawan, 2005). Selama ini kita mengenal dua bentuk analisis yang
lazimdigunakan untuk mengukur efisiensi yaitu analisis rasio dan analisis regresi.
Analisis rasio mengukur efisiensi dengan cara memperbandingkan antara
input yang digunakan dengan output yang dihasilkan seperti digambarkan dalam
persamaan berikut:
Efisiensi =
Persamaan rasio akan menunjukkan tingkat efisiensi yang semakin besar,
bilamana terjadi kondisi dimana nilai input yang digunakan semakin kecil tetapi
output tetap. Atau sebaliknya, dengan nilai input tetap, semakin besar nilai output
42
yang dihasilkan. Kelemahan analisis rasio terlihat pada kondisi dimana terdapat
banyak input dan banyak output yang akan diperhitungkan, karena bila dilakukan
penghitungan secara serempak, maka berkonsekuensi menimbulkan banyak hasil
penghitungan. Sehingga seringkali interpretasi yang dilakukan menjadi tidak
tegas. (Silkman, 1986; Nugroho, 1995; Ari Wibowo, 2004; Lendro
Kurniawan,2005). Ketika dicoba melalui penghitungan indeks gabungan, maka
hasilnya cenderung menunjukkan informasi yang rinci.
Analisis yang kedua, yaitu Analisis Regresi. Analisis regresi menyusun
suatu model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input
tertentu, seperti digambarkan dalam persamaan sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, X3, …………, Xn)
Persamaan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat
digunakan untuk memprediksi tingkat output yang dihasilkan oleh sebuah unit
kegiatan ekonomi pada tingkat input tertentu. Unit Kegiatan Ekonomi yang
bersangkutan akan dinilai efisien bila mampu menghasilkan jumlah output lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah output hasil estimasi. Sebagaimana dalam
analisis rasio, analisis regresi juga tidak mampu mengatasi kondisi banyak output,
Karena hanya satu indikator output yang bisa ditampung dalam sebuah persamaan
regresi.
Bila dilaksanakan penggabungan banyak output dalam 1 indikator, maka
informasi yang dihasilkan menjadi tidak rinci lagi (Silkman, 1986; Nugroho,1995;
Ari Wibowo, 2004; Lendro Kurniawan, 2005).
43
Jadi, secara singkat, berbagai keunggulan dan kelemahan metode DEA
adalah:
1. Keunggulan DEA
a. Bisa menangani banyak input dan output
b. Tidak butuh asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan
output.
c. Unit Kegiatan Ekonomi dibandingakan secara langsung dengan
sesamanya.
d. Dapat membentuk garis frontier fungsi efisiensi terbaik atas variabel
input-output dari setiap sampelnya.
e. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.
2. Keterbatasan DEA
a. Bersifat simple specific
b. Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran bisa
berakibat fatal.
c. Hanya mengukur produktivitas relatif dari unit kegiatan ekonomi
bukan produktivitas absolut.
d. Uji hipótesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.
Dalam DEA, efisiensi dinyatakan dalam rasio antara total input dengan total
output tertimbang. Dimana setiap unit kegiatan ekonomi diasumsikan bebas
menentukan bobot untuk setiap variabel input maupun variable output yang ada,
asalkan mampu memenuhi dua kondisi yang disyaratkan yaitu (Silkman, 1986;
Nugroho, 1995; Ari Wibowo, 2004; Lendro Kurniawan, 2005).
44
1. Bobot tidak boleh negative
2. Bobot harus bersifat universal atau tidak menghasilkan indikator efisiensi
yang di atas normal atau lebih besar dari nilai 1, bilamana dipakai unit
kegiatan ekonomi yang lainnya.
Angka efisiensi yang diperoleh dengan model DEA memungkinkan untuk
mengidentifikasi unit kegiatan ekonomi yang penting diperhatikan dalam
kebijakan pengembangan kegiatan ekonomi yang dijalankan secara kurang
produktif. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, suatu perusahaan yang rasional akan
selalu berupaya untuk memaksimalkan keuntungan yang diperolehnya.
Sejalan dengan ini, perusahaan yang rasional akan selalu meningkatkan
kapasitas produksinya sampai diperoleh suatu nilai keseimbangan profit yang
maksimal dalam marginal revenue (sebagai fungsi output) masih melebihi
marginal cost (sebagai fungsi input). Sehingga perusahaan-perusahaan haruslah
sensitif terhadap isu yang berhubungan dengan “skala hasil” (yang umum disebut
dengan return toscale). Suatu perusahaan akan memiliki salah satu dari kondisi
return to scale, yaitu increasing return to scale (IRS), constant return to scale
(CRS) dan de creasing return to scale (DRS) (Erwinta Siswandi dan Wilson
Arafat, 2004).
Jika suatu perusahaan ada dalam kondisi IRS berarti penambahan 1% input
akan menambahkan lebih dari 1% output dan oleh karenanya perusahaan tersebut
pasti akan terus menambah kapasitas produksinya. Hal sama juga akan dilakukan
perusahaan untuk tetap menjaga hasil produksinya pada kondisi normal, apabila
perusahaan tersebut mencapai kondisi CRS. Kondisi ini berarti bahwa
45
penambahan 1% input akan menghasilkan penambahan 1% output dengan catatan
penambahan revenue masih melebihi incremental cost. Akhirnya, perusahaan
akan secara normal mulai menurunkan inputnya bilamana dari hasil penghitungan
berada pada kondisi DRS, yang berarti jika input ditambah 1%, maka output akan
kurang dari 1 persen.
Menurut Roland dan Terje (2000) dalam Erwinta Siswandi dan
WilsonArafat, (2004) bahwa model DEA mampu menyoroti suatu tingkat
efisiensi perusahaan relatif terhadap benchmark atas kompetitor atau pesaing.
Sebagaimana hal tersebut di atas, ahli ekonomi Sangat mudah mengidentifikasi
bahwa sebuah perusahaan yang berada dalam kondisi IRS selalu ingin
memperluas persaingan untuk meningkatkan posisinya dibandingkan posisi
perusahaan yang berada dalam kondisi CRS dan DRS. Kondisi tersebut dapat
diperoleh dengan cara sebagai berikut :
1. Kondisi IRS bilamana nilai ∑λ < 1dari model CCR dan jelas λ
tersebut adalah nilai hasil penghitungan dari DEA.
2. Kondisi CRS bilamana nilai efisiensi CCR = 1 atau ∑λ = 1 untuk
modelCCR.
3. Kondisi DRS bilamana nilai ∑λ > 1 dari model CCR.
Data Envelopment Analysis (DEA) memiliki beberapa nilai manajerial.
Pertama, DEA menghasilkan efisiensi untuk setiap UKE, relatif terhadap UKE
yang lain di dalam sampel. Angka efisiensi ini dapat dijadikan dasar oleh
manajemen untuk mengenali UKE yang paling membutuhkan perhatian dan
merencanakan tindakan perbaikan bagi UKE yang tidak/kurang efisien.
46
Kedua, jika suatu UKE kurang efisien (efisiensi<100%), maka DEA dapat
menunjukkan sejumlah UKE yang memiliki efisiensi sempurna (efficient
reference set, efisiensi=100%) dan seperangkat angka pengganda (multipliers)
yang dapat digunakan oleh manajemen untuk menyusun strategi perbaikan.
Informasi tersebut dapat dijadikan dasar bagi manajemen untuk membuat UKE
hipótesis yang menggunakan input yang lebih sedikit dan menghasilkan output
paling tidak sama atau lebih banyak dibandingkan UKE yang tidak efisien,
sehingga UKE hipótesis tersebut akan memiliki efisiensi yang sempurna jika
menggunakan bobot input dan bobot output dari UKE yang efisien. Pendekatan
tersebut memberi arah strategis bagi manajemen untuk meningkatkan efisiensi
relatif suatu UKE yang tidak efisien melalui pengenalan terhadap input yang
terlalu banyak digunakan serta output yang produksinya terlalu rendah
(Dendawijaya, 2001). Sehingga manajemen tidak hanya mengetahui UKE yang
tidak efisien, tetapi ia juga mengetahui seberapa besar tingkat input dan output
yang harus disesuaikan agar memiliki efisiensi yang lebih tinggi.
3. Uji H
Metodologi memiliki fleksibilitas dalam penetuan variable yang akan di uji.
Hal ini untuk memberikan ruang yang lebih luas bagi interpretasi dari hasil olah
data yang dilakukan. Secara procedural proses rekayasa metodologi H ini
dilakukan dari pengumpulan data dari obyek yang dijadikan sampel dalam
implementasi teori ini (Aziz, 2015)
47
1) Pertama, melakukan pendataan untuk memperoleh besaran dari obyek
yang akan ditinjau dalam nilai, harga, indeks, presentase atau nominal
yaitu dalam bentuk harga asli.
2) Kedua, meninjau laju besaran obyek yang akan dihitung dalam skala
persentase berupa selisih dari harga awal dengan harga berikutnya
atau perbedaan dari besaran pertama dengan besaran kedua dan
selanjutnya
3) Ketiga, membuat pola rata-rata dari obyek yang akan ditinjau dengan
perspektif teori ini dibandingkan dari obyek-obyek lain yang sejenis
atau meninjau posisi obyek yang dikomparasi dengan rata-rata obyek
yang sejenis.
4) Setelah memperoleh nominal, lahu dan rata-rata, selanjutnya
dibutuhkan data lain daro obyek yang sama berupa data yang berasal
intangible atau berkaitan dengan nilai religiusitas untuk didapatkan
besaran bobotnya dibandingkan dengan obyek lain. Cara melakukan
nilai bobot ini yaiitu:
Rumus
H = a.h
(SxLxM)
a = constant (rata-rata selisih x total )
h = straight (positif/negative)
S = variabel x1, x2, x3
L = asumsi 1
M = bobot (0,1 dan 0,2)
H = k+- (x*1*bobot)
48
a) Membuat rasio bobot berdasarkan data lain dari obyek yang
sama kemudian dibandingkan dengan bobot dari obyek lain
dengan data yang untuk diperoleh ranking atau urutan bobot
antara obyek utama dengan obyek pembanding.
b) Selain menggunakan sumber data dari obyek yang diteliti,
dikombinasikan dengan expert adjustment/ wawancara
terstruktur dengan pakar sains yang memiliki otoritas untuk
menilai bobot suatu obyek.
c) Kemudian melakukan perankingan obyek berdasarkan bobot
yang diperoleh dari berbagai sumber data tersebut, sehingga
urutan tersebut juga mempresentasikan besaran bobot dari obyek
yang diteliti tersebut.
5) Selanjutnya setelah diperoleh data nominal, laju, dan bobot maka
dilakukan penghitungan berupa perkalian dari data obyek tersebut
berupa : nominal x laju x bobot
6) Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan dari obyek yang diteliti
maka dilakukan matriks untuk memperoleh kategori hasil sesuai
format dalam hal ini obyek akan dikategorikan dalam formasi straight,
loads dan impact
a) Jika hasil positif adalah straight (jika minus adalah turn)
b) Jika hasil lebih besar dari 0,1 adalah load
c) Jika hasil lebih besar dari rata – rata nilai berarti impact
49
4. Kerangka Berpikir
Laporan Keuangan Baitul Maal wat Tamwil
Tahun 2014 - 2016
Baitul Maal Tamwil
1. Variabel Input
Hak Pihak Ketiga Atas Bagi Hasil
Beban Tenaga Kerja
2. Variable Output:
Pendapatan Pengelolaan Dana
Pendapatan Operasional lainnya
Tingkat Efektifitas
(Bobot Nilai Islam)
Kesimpulan
Saran
Tingkat Efisiensi
(Persentase DEA)
Interprtasi Efisiensi
DEA
Interpretasi Efektifitas
Nilai Islam
50
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Tiga BMT di Tangerang Selatan merupakan objek dari
penelitian ini, dimana sampel tersebut yaitu BMT Munawarah, BMT Mekar
Dakwah, dan BMT UMJ, sampel tersebut diambil karena telah menyediakan data
laporan keuangan selama periode tahun 2014-2016. Perhitungan efisiensi ke tiga
BMT tersebut dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA)
dan Nilai Islam, menggunakan dua variabel input dan dua variabel output yaitu :
hak pihak ketiga atas bagi hasil, beban tenaga kerja, pendapatan pengelolaan dana
dan pendapatan operasional lainnya.
Tabel 4.1
Variabel Input Hak Pihak Ketiga Atas Bagi Hasil BMT Munawarah, BMT
Mekar Dakwah, dan BMT UMJ
Tahun 2014-2016 (jutaan rupiah)
Tahun
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)
BMT Munawarah BMT Mekar Dakwah BMT UMJ
2014 1.245.509.585 14.900.867 11.184.964
2015 1.147.585.941 12.229.460 9.592.046
2016 1.071.489.464 28.009.557 22.378.985
Data diolah 2017
51
Tabel 4.1 menunjukan bahwa jumlah variabel input hak pihak ketiga atas
bagi hasil pada BMT Mekar Dakwah dan BMT UMJ mengalami penurunan pada
tahun 2015 namun kembali naik pada tahun 2015. Sedangkan pada jumlah
variabel input hak pihak ketiga atas bagi hasil BMT Munawarah mengalami
penurunan setiap tahun.
Tabel 4.2
Variabel Input Beban Tenaga Kerja BMT Munawarah, BMT Mekar
Dakwah dan BMT UMJ
Tahun 2014-2016 (jutaan rupiah)
Data diolah 2017
Tabel 4.2 menunjukan jumlah variabel input beban tenaga kerja BMT
Munawarah, BMT Mekar Dakwah dan BMT UMJ pada tahun 2014-2016 setiap
BMT terus mengalami kenaikan
Tabel 4.3
Variabel Output Pendapatan Pengelolaan dana BMT Munawarah, BMT
Mekar Dakwah dan BMT UMJ
Tahun 2014-2016(jutaan rupiah)
Tahun Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)
BMT Munawarah BMT Mekar
Dakwah
BMT UMJ
2014 1.508.372.767 127.937.000 220.295.300
2015 1.841.496.128 165.700.000 237.130.400
2016 1.881.881.879 208.800.000 321.379.998
52
Tahun Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)
BMT
Munawarah
BMT Mekar
Dakwah
BMT
UMJ
2014 4.072.776.689 303.880.591 517.159.865
2015 4.380.815.176 328.849.453 545.538.856
2016 4.408.211.648 441.920.776 643.081.158
Data diolah dengan 2017
Tabel 4.3 menunjukan jumlah variabel output pengelolaan dana BMT
Munawarah, BMT Mekar Dakwah dan BMT UMJ pada tahun 2014-2016 terus
mengalami peningkatan.
Tabel 4.4
Variabel Output Pendapatan Operasional Lainnya BMT Munawarah, BMT
Mekar Dakwah dan BMT UM
Tahun 2014-2016 (jutaan rupiah)
Tahun Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)
BMT
Muanwarah
BMT Mekar
Dakwah
BMT
UMJ
2014 338.341.677 196.615.234 54.859.782
2015 398.589.389 348.337.716 55.181.868
2016 342.764.888 310.539.582 60.873.183
Data diolah dengan 2017
Table 4. menunjukan bahwa jumlah variabel output pendapatan
operasional lainnya pada BMT Munawarah dan BMT Mekar Dakwah mengalami
penurunan pada tahun 2016. Sedangkan pada BMT UMJ terus mengalami
kenaikan sepanjang tahun 2014 – 2016.
53
B. Analisis dan Pembahasan
1. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi BMT menggunakan
Data Envelopment Analysis (DEA)
Perhitungan efisiensi pada BMT Munawarah, BMT Mekar Da’wah, dan
BMT UMJ dengan metode Data Envelopment Analysis ini menggunakan empat
variabel yaitu hak pihak ketiga atas bagi hasil dan beban tenaga kerja sebagai
variabel input, sedangkan pendapatan pengelolaan dana dan pendapatan
operasional lainnya sebagai variabel output. Perhitungan DEA dilakukan dengan
software DEAWIN.
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis dengan perhitungan efisiensi
menggunakan Data Envelopment Analysis pada penelitian ini yaitu apabila suatu
periode Baitul Maal Wa Tamwil dinyatakan sudah efisiensi jika bernilai 100%,
sedangkan dinyatakan inefisiensi bernilai antara 0% sampai 100%. Di samping itu
juga terdapat angka aktual dan angka target, angka aktual adalah angka input dan
output yang dimiliki sedangkan angka target adalah angka yang disarankan oleh
perhitungan DEA supaya input dan output tersebut menjadi efisiensi. Sedangkan
To Gain dan To Achieve adalah persentase dalam penambahan target agar
mencapai target yang dihasilkan oleh perhitungan DEA.
54
Tabel 4.5
Tingkat Efisiensi Baitul Maal Wa Tamwil Munawarah, Mekar Da’wah, UMJ
(dalam persentase)
Sumber : Data diolah DEAWIN
Berdasarkan data tabel 4.5 diatas, dapat dilihat tingkat efisiensi tiga Baitul
Maal Wa Tamwil, untuk BMT Munawarah pada tahun 2014-2016 telah efisiensi
100%, pada BMT Mekar Da’wah terdapat dua tahun yang mengalami efisiensi
100% yaitu pada tahun 2014-2015 , namun pada tahun 2016 mengalami
inefisiensi sebesar 8.52%. sedangkan pada BMT UMJ pada tahun 2014-2015 telah
mengalami efisiensi 100%, namun pada tahun 2016 merupakan inefisiensi
terbesar yaitu 14.76%.
Tingkat efisiensi untuk BMT Munawarah merupakan tingkat efisiensi yang
dianggap lebih baik dibanding dengan BMT lainnya, karena setiap tahun
mengalami tingkat efisiensi 100%, hal tersebut dipengaruhi jika kita melihat
masing-masing variabel, maka BMT Munawarah memiliki rata-rata tingkat
pertumbuhan tahun ke tahun (year of the year) yang besaranya tidak terlalu
berfluktuasi tajam dan baik
Baitul Maal Wa
Tamwil
Tahun
2014 2015 2016
Munawarah 100 100 100
Mekar Da’wah 100 100 91.48
UMJ 100 100 85.24
55
Gambar 4.1
Tingkat Efisiensi 3 Baitul Maal wat Tamwil
2014 – 2016 (dalam persen)
Data diolah 2017
Dari gambar 4.1 dapat terlihat bahwa rata-rata tingkat efisiensi masing-
masing BMT yaitu BMT Mekar Da’wah dan BMT UMJ mengalami masa
fluktuasi selama periode pengamatan. Berdasarkan gambar tersebut juga dapat
dilihat bahwa tingkat efisiensi terendah yaitu pada tingkat efisiensi sebesar 85.24
yang terjadi pada tahun 2016 pada BMT UMJ. Target Input dan Output Baitul
Maal Wa Tamwil
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisiensi metode Data Envelopment
Analysis (DEA) berasumsikan CRS (Constant Return to Scale) dengan
menggunakan software DEAWIN, dapat digambarkan pencapaian nilai
efisiensinya pada tiap-tiap tahun.
a. Target Input dan Output BMT Munawarah
75
80
85
90
95
100
105
2014 2015 2016
BMT Munawarah
BMT Mekar Da'wah
BMT UMJ
56
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisiensi metode Data
Envelopment Analysis (DEA) berasumsi CRS (Constant Return to Scale)
dengan menggunakan software DEAWIN, dapat digambarkan pencapaian
nilai efisiensinya pada tiap-tiap tahun.
Tabel 4.6
Tingkat Efisiensi BMT Munawarah
(dalam jutaan rupiah)
Variabel Tingkat
Efisiensi
Actual Target To
Gain
Achieved
2014 Hak Pihak
Ketigak Atas
Bagi Hasil
100%
1.245.509.585 11.245.509.585 0.0% 100.0%
Beban
Tenaga Kerja
1.508.372.767 1.508.372.767 0.0% 100.0%
Pendapatan
Pengelolaan
Dana
4.072.776.689 4.072.776.689 0.0% 100.0%
Pendapaatan
Operasioanl
Lainnya
338.341.677 338.341.677 0.0% 100.0%
2015 Hak Pihak
Ketiga Atas
Bagi Hasil
100%
1.147.585.941 1.147.585.941 0.0% 100.0%
Beban
Tenaga Kerja
1.841.496.128 1.841.496.128 0.0% 100.0%
Pendapatan
Pengeolaan
Dana
4.380.815.176 4.380.815.176 0.0% 100.0%
57
Pendapatan
Operasional
Lainnya
3.98.589.389 398.589.389 0.0% 100.0%
2016 Hak Pihak
Ketiga Atas
Bagi Hasil
100%
1.071.489.464 1.071.489.464 0.0% 100.0%
Beban
Tenaga Kerja
1.881.881.879 1.881.881.879 0.0% 100.0%
Pendapatan
Pengelolaan
Dana
4.408.211.648 4.408.211.648 0.0% 100.0%
Pendapatan
Operasional
Lainnya
342.764.888 342.764.888 0.0% 100.0%
Data diolah 2017
Pada tabel 4.6 memperlihatkan bahwa nilai aktual atau nilai pencapaian
sebenarnya oleh BMT Munawarah sama dengan nilai target atau nilai yang
seharusnya dicapai. Pada kolom to Gain atau persentase berapa persen nilai aktual
yang harusnya ditambahkan atau dikurangkan untuk mencapai target juga
menunjukan 0% yang berarti tidak ada nilai aktual yang harus ditambahkan
ataupun dikurangan untuk mencapai target. Begitu juga dengan kolom Achieved
atau pencapaian aktual terhadapat target adalah 100%, artinya BMT Munawarah
telah mencapai target efisiensinya.
b. Target Input dan Output BMT Mekar Dakwah
Berdasarkan perhitungan tingkat efisiensi pada BMT Mekar Da’wah
maka didapatkan hasil:
58
Tabel 4.7
Tingkat Efisiensi BMT Mekar Da’wah
(dalam jutaan rupiah)
Variabel Tingkat
Efisiensi
Actual Target To
Gain
Achieved
2014 Hak Pihak
Ketiga Atas
Bagi Hasil
100%
14.900.867 14.900.867 0.0% 100.0%
Beban
Tenaga Kerja
127.937.000 127.937.000 0.0% 100.0%
Pendapatan
Pengelolaan
Dana
303.880.591 303.880.591 0.0% 100.0%
Pendapatan
Operasioanl
Lainnya
196.615.234 196.615.234 0.0% 100.0%
2015 Hak Pihak
Ketiga Atas
Bagi Hasil
100%
12.229.460 12.229.460 0.0% 100.0%
Beban
Tenaga Kerja
165.700.000 165.700.000 0.0% 100.0%
Pendapatan
Pengeolaan
Dana
328.849.453 328.849.453 0.0% 100.0%
Pendapatan
Operasional
Lainnya
348.337.716 348.337.716 0.0% 100.0%
2016 Hak Pihak
Ketiga Atas
Bagi Hasil
28.009.557 20.962.484 25.2% 74.8%
59
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa BMT Mekar Da’wah
mengalami tingkat tingkat efisiensi 100% pada tahun 2014 dan 2015,
sedangkan tingkat efisiensi yang rendah pada tahun2016 BMT Mekar
Da’wah tingkat efisiensinya hanya sebesar 91.48%, dimana pada saat itu
BMT Mekar Da’wah dapat meningkatkan efisiensinya dengan cara
menetapkan target hak pihak ketiga atas bagi hasil menjadi 20.962.484 juta
rupiah atau mengurangi 25.2% dari 28.009.557 juta rupiah. Variabel beban
tenaga ditetapkan target 191.000.406 juta rupiah atau mengurangi 8.5% dari
208.800.000.
c. Target Input dan Output BMT UMJ
Berdasarkan perhitungan tingkat efisiensi pada BMT UMJ maka
didapatkan hasil :
Beban
Tenaga Kerja
91.48%
208.800.000 191.000.406 8.5% 91.5%
Pendapatan
Pengelolaan
Dana
441.920.776 441.920.776 0.0% 100.0%
Pendapatan
Operasional
Lainnya
310.539.582 310.539.582 0.0% 100.0%
60
Tabel 4.8
Tingkat Efisiensi BMT UMJ
(dalam jutaan rupiah)
Variabel Tingkat
Efisiensi
Actual Target To Gain Achieved
2014
Hak Pihak
Ketiga Atas
Bagi Hasil
100%
10.875.436 10.875.436 0.0% 100.0%
Beban Tenaga
Kerja
220.295.300 220295.300 0.0% 100.0%
Pendapatan
Pengelolaan
Dana
517.159.865 517.159.865 0.0% 100.0%
Pendapaatan
Operasioanl
Lainnya
54.859.782 54.859.782 0.0% 100.0%
2015 Hak Pihak
Ketiga Atas
Bagi Hasil
100%
11.092.337 11.092.337 0.0% 100.0%
Beban Tenaga
Kerja
237.130.400 237.130.400 0.0% 100.0%
Pendapatan
Pengeolaan
Dana
545.538.856 545.538.856 0.0% 100.0%
Pendapatan
Operasional
Lainnya
55.181.868 55.181.868 0.0% 100.0%
61
2016 Hak Pihak
Ketiga Atas
Bagi Hasil
86.16%
83.105.266 13.523.454 83.7% 16.3%
Beban Tenaga
Kerja
321.379.998 273.934.166 14.8% 85.2%
Pendapatan
Pengelolaan
Dana
643.081.158 643.081.158 0.0% 100.0%
Pendapatan
Operasional
Lainnya
60.873.183 68.217.382 12.1% 89.2%
Data diolah 2017
Berdasarkan Tabel 4.8 memperlihatkan bahwa BMT UMJ mengalami
tingkat efisiensi 100% pada tahun 2014-2015 dan yang terendah pada tahun 2016,
dimana pada saat itu BMT UMJ dapat meningkatkan efisiensinya dengan cara
menetapkan target hak pihak ketiga atas bagi hasil menjadi 13.523.454 jutaan
rupiah atau mengurangi 16,3% dari 83.105.266 jutaan rupiah. Variabel beban
tenaga kerja ditetapkan target 273.934.166 jutaan rupiah atau mengurangi 85,2%
dari 321.379.998 jutaan rupiah, sedangkan untuk variabel pendapatan operasional
lainnya ditetapkan target sebesar 68.217.382 jutaan rupiah atau meningkatkan
89,2% dari 60.873.183 jutaan rupiah.
62
2. Hasil perhitungan dan Analisis Tingkat Efektifitas Baitul Mal Wa
Tamwil dengan Nilai Islam
Perhitungan tingkat efektifitas menggunakan metode Nilai Islam dilakukan
pada Tiga BMT yaitu BMT Munawarah, BMT Mekar Da’wah, dan BMT UMJ
dengan dilakukan Uji H. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didapatkan
dari hasil perhitungan tingkat efektifitas dengan nilai islam dengan menggunakan
kriteria : (Aziz, 2015)
d. Jika hasil positif adalah straight (jika minus adalah turn)
e. Jika hasil diatas rata-rata adalah load
f. Jika hasil diatas dari rata-rata nilai berarti impact
C. Kriteria Uji H
Uji H dilakukan guna mendapatkan hasil perhitungan efektifitas dengan
metode Nilai Islam. Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam melakukan Uji
H : (Aziz, 2015)
1. Melakukan pendataan guna memperoleh besaran dari obyek yang diteliti
berupa nilai, indeks, persentase atau nominal dalam bentuk harga asli.
Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data asli laporan
keuangan pada variabel input 1 adalah hak pihak ketiga atas bagi hasil,
variabel input 2 adalah beban tenaga kerja, variabel output 1 adalah
pendapatan pengelolaan dana dan variabel output 2 adalah pendapatan
operasional lainnya masing-masing bmt.
63
Tabel 4.9
Data Variabel Hak Pihak Ketiga Atas Bagi Hasil
Tahun 2014-2016 (jutaan rupiah)
BMT
Munawarah
BMT Mekar
Da’wah
BMT
UMJ
2014 1.245.509.585 14.900.867 10.875.436
2015 1.147.585.941 12.229.460 11.092.337
2016 1.071.489.464 28.009.557 83.105.266
Tabel 4.10
Data Variabel Beban Tenaga Kerja
Tahun 2014-2016 (jutaan rupiah)
BMT
Munawarah
BMT
Mekar Da’wah
BMT
UMJ
2014 1.508.372.767 127.937.000 220.295.300
2015 1.841.496.128 165.700.000 237.130.400
2016 1.881.881.879 208.800.000 321.379.998
Tabel 4.11
Data Variabel Pendapatan Pengelolaan Dana
Tahun 2014-2016 (jutaan rupiah)
BMT
Munawarah
BMT
Mekar
Dakwah
BMT
UMJ
2014 4.072.776.689 303.880.591 517.159.865
2015 4.380.815.176 328.849.453 545.538.856
2016 4.408.211.648 441.920.776 643.081.158
64
Table 4.12
Data Variabel Pendapatan Operasional Lainnya
Tahun 2014-2016 (jutaan rupiah)
BMT
Munawarah
BMT
Mekar Dakwah
BMT
UMJ
2014 338.341.677 196.615.234 54.859.782
2015 398.589.389 348.337.716 55.181.868
2016 342.764.888 310.539.582 60.873.183
2. Meninjau laju besaran dari obyek yang diteliti dengan menghitung selisih
besaran pertama dengan besaran kedua dan selanjutnya. Dalam penelitian
ini selisih didapatkan berasal dari perhitungan:
atau
Perhitungan selisih untuk mendapatkan besaran laju objek, dilaksanakan
pada data asal, dimana dalam penelitian ini menggunakan data laporan
keuangan selama periode 2014 - 2016 pada masing-masing vairabel
penelitian. Maka didapatkan hasil:
Tabel 4.13
Hasil Besaran Laju Uji H
Variabel Input 1 Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil
Baitul Mal Wa
Tamwil
Laju 1 Laju 2
BMT Munawarah -0.078621349 -0.066310046
BMT Mekar Dakwah -0.179278629 1.290334733
BMT UMJ 0.01994412 6.492133173
65
Tabel tersebut merupakan tabel hasil perhitungan besaran laju pada
variabel hak pihak ketiga atas bagi hasil, dimana laju 1(-0.078621349)
merupakan hasil perhitungan data tahun 2015 (1.147.585.941) dikurang dengan
data tahun 2014 (1.245.509.585) lalu dibagi dengan data tahun 2014
(1.245.509.585) dan dimana laju 2 (-0.066310046) merupakan hasil perhitungan
data tahun 2016 (1.071.489.464) dikurangkan dengan data tahun 2015
(1.147.585.941) lalu dibagi dengan data tahun 2015 (9592046). Dan begitu
seterusnya untuk perhitungan BMT-BMT yang lain.
Tabel 4.14
Hasil Besaran Laju Uji H
Variabel Input 2 Beban Tenaga Kerja
Baitul Mal Wa Tamwil Laju 1 Laju 2
BMT Munawarah 0.220849493 0.021930945
BMT Mekar Dakwah 0.295168716 0.26010863
BMT UMJ 0.076420605 0.355288052
Tabel tersebut merupakan tabel hasil perhitungan besaran laju pada variabel beban
tenaga kerja, dimana laju 1 (0.220849493) merupakan hasil perhitungan data
tahun 2015 (1.841.496.128) dikurang dengan data tahun 2014 (1.508.372.767)
lalu dibagi dengan data tahun 2014 (1.508.372.767) dan dimana laju 2
(0.021930945) merupakan hasil perhitungan data tahun 2016 (1.881.881.879)
dikurangkan dengan data tahun 2015 (1.841.496.128) lalu dibagi dengan data
tahun 2015 (1.841.496.128).
66
Tabel 4.15
Hasil Besaran Laju Uji H
Variabel Pendapatan Pengelolaan Dana
Baitul Mal Wa
Tamwil
Laju 1 Laju 2
BMT Munawarah 0.075633532 9.063928716
BMT Mekar Dakwah 0.082166689 0.34383917
BMT UMJ 0.054874697 0.178799917
Tabel tersebut merupakan tabel hasil perhitungan besaran laju pada variabel
pendapatan pegelolaan dana, dimana laju 1 (0.054874697) merupakan hasil
perhitungan data tahun 2015 (545.538.856) dikurang dengan data tahun 2014
(517.159.865) lalu dibagi dengan data tahun 2014 (517.159.865), dan dimana laju
2 (0.178799917) merupakan hasil perhitungan data tahun 2016 (643.081.158)
dikurangkan dengan data tahun 2015 (545.538.856) lalu dibagi dengan data tahun
2015 (545.538.856).
Tabel 4.16
Hasil Besaran Laju Uji H
Variabel Pendapatan Operasional Lainnya
Baitul Mal Wa
Tamwil
Laju 1 Laju 2
BMT Munawarah 0.178067664 -0.140055161
BMT Mekar Dakwah 0.771672057 -0.108510024
BMT UMJ 0.005871077 0.103137411
Data diolah 2017
67
Tabel tersebut merupakan tabel hasil perhitungan besaran laju pada variabel
pendapatan operasional lainnya, dimana laju 1 (0.005871077) merupakan
hasil perhitungan data tahun 2015 (55.181.868) dikurang dengan data tahun
2014 (54.859.782) lalu dibagi dengan data tahun 2014 (54.859.782), dan
dimana laju 2 (0.103137411) merupakan hasil perhitungan data tahun 2016
(60.873.183) dikurangkan dengan data tahun 2015 (55.181.868) lalu dibagi
dengan data tahun 2015 (55.181.868).
3. Membuat pola rata-rata besaran obyek dikomparasikan dengan rata-rata
obyek sejenis lainnya. Perhitungan rata-rata laju objek dengan cara :
X laju =
Maka hasil perhitungan yang didapatkan adalah
Tabel 4.17
Hasil Uji H Rata-Rata Laju
X Rata-Rata
I1
X Rata-Rata
I2
X Rata-Rata
O1
X Rata-Rata
O2
-0,1675 -0,1726 0,0934 4,4260
0,0434 -0,0728 2,7418 0,0114
-0.2222 -0,1110 0,0852 0,1326
4. Setelah mendapatkan nominal, laju dan rata-rata laju, selanjutnya
dibutuhkan data lain yang berasal dari nilai religiusitas dalam bentuk
besaran bobot dibandingkan dengan obyek lain.
68
Tabel 4.18
Bobot Nilai Islam
Baitul Maal Wa Tamwil Bobot Nilai Islam
BMT Munawarah 0.80
BMT Mekar Dakwah 0.60
BMT UMJ 0.40
Data diolah 2017
Tabel tersebut memperlihatkan bobot nilai islam atau nilai religiusitas yang
didapatkan nilai religiusitas tersebut melalui perbandingan dan konfirmasi Nilai
Ibadah yang dilakukan oleh masing-masing BMT. Nilai Ibadah yang tertinggi
terdapat pada BMT Munawarah, hal ini disebabkan bahwa Baitul Maal Wa
Tamwil tersebut telah memuat peraturan menghentikan aktifitas selama 15 menit
pada waktu shalat dzuhur dan ashar, artinya BMT Munawarah mengutamakan
shalat tepat waktu sehingga mendapatkan nilai ibadah atau nilai islam yang tinggi
dibandingkan dengan BMT lainnya. Sedangkan bobot nilai BMT Mekar Dakwah
adalah sebesar 0.6. BMT UMJ adalah sebesar 0.4
5. Dilakukan perhitungan berupa perkalian dari obyek berupa:
Dimana :
Bobot = Nilai Religiusitas / Nilai Ibadah
Rata – rata laju = k1 + k2 + …….+kn
n
H = Bobot x Rata – Rata Laju x Nominal Last year
69
Nominal last year = X3 (X pada periode/tahun terakhir data laporan
keuangan)
Tabel 4.19
Perhitungan Uji H
Variabel Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil
BMT Bobot X
Rata2
X Last Nilai H ERROR RATA2
ERROR
TINGKAT
ERROR
BMT
Munawarah -0.8 -0,0724 1.071.489.464 62116 0.057972 0,583892
BMT
Mekar
Dakwah
-0.6 0,5555 28.009.557 -93360 -0,333316 -0.525919 0,192603
BMT UMJ -0.4 3,2560 83.105.266 -1082375 -1,302415 -0,776495
Tabel tersebut merupakan perhitungan Uji H yang dilakukan untuk BMT
Munawarah, BMT Mekar Dakwah, dan BMT UMJ dimana I1 adalah Input 1 yang
berarti variabel hak pihak ketiga atas bagi hasil. Penentuan bobot nilai islam
dalam variabel input, akan berbeda dengan output. Bobot nilai islam untuk input
akan dilakukan invers, hal tersbeut diasumsikan bahwa BMT akan dikatakan
efektifitas pada input jika menggunakan input dibawah rata-rata yang ditentukan,
berbeda dengan output, dimana BMT akan efektifitas dikatakan apabila
menghasilkan output diatas rata-rata. Bobot nilai untuk BMT Munawarah sebesar
-0,8 merupakan invers dari bobot nilai islam 0,8, bobot nilai islam BMT Mekar
Dakwah sebesar -0,6 merupakan invers dari bobot nilai islam 0,6, bobot nilai
islam BMT UMJ sebesar -0,4 merupakan invers dari bobot nilai islam 0,4.
70
Sedangkan X rata-rata (-0.072465698) merupakan hasil dari perhitungan
besaran laju 1 sampai dengan besaran laju 3 dibagi dengan jumlah seluruh besaran
laju. Tabel X Last (1.071.489.464)) merupakan nilai atau data variabel hak pihak
ketiga atas bagi hasil pada tahun 2016, dan nilai H (62.116.985) merupakan hasil
perhitungan bobot (-0,8) dikalikan dengan X rata-rata (-0,0724) dan X last
(1.071.489.464). Sedangkan Error (0,057972) merupakan hasil pembagian Nilai H
(62116985) dengan X last (1.071.489.464). Rata-rata error (-0,525919911)
merupakan nilai rata-rata seluruh eror, dimana seluruh nilai eror ditambahkan dan
bagi 3 (0,057972+ (-) 0,333316 +(-) 1,302415 : 3). Sedangkan tingkat eror
(0,583892) merupakan hasil dari perhitungan selisih antara rata-rata eror dengan
eror (0,057972 – (-) 0,525919).
Tabel 4.20
Perhitungan Uji H
Variabel Beban Tenaga Kerja
BMT Bobot X Rata2 X Last Nilai H ERROR RATA2
ERROR
TINGKAT
ERROR
BMT
Munawarah -0,8 0,121390 1.881.881.879 -31209 -0,097112 0,019566
BMT Mekar
Dakwah -0,6 0,277638 20.880.000 -313489 -0,166583 -0,116679 -0,049904
BMT UMJ -0,4 0,215854 321.379.998 -12028 -0,086341 -0,030337
Data diolah 2107
Tabel tersebut merupakan perhitungan Uji H yang dilakukan untuk BMT
Munawarah, BMT Mekar Dakwah dan BMT UMJ dimana I2 adalah Input 2 yang
berarti variabel beban tenaga kerja. Penentuan bobot nilai islam dalam variabel
71
input, akan berbeda dengan output. Bobot nilai Islam untuk input akan dilakukan
invers, hal tersebut diasumsikan bahwa BMT akan dikatakan efektiitas pada input
jika menggunakan input dibawah rata–rata yang ditentukan, berbeda dengan
output, dimana BMT akan efektifitas apabila menghasilkan output diatas rata–
rata. Bobot nilai untuk BMT Munawarah sebesar -0,8, bobot nilai BMT Mekar
Dakwah sebesar -0,6 dan untuk BMT UMJ sebesar -0,4. Sedangkan X rata-rata
(0,121390) merupakan hasil perhitungan dari besaran laju 1 sampai laju 2 dengan
jumlah seluruh besaran laju. Tabel X Last (1.881.881.879) merupakan nilai atau
data variabel beban tenaga kerja pada tahun 2016 dan nilai H (-31209) merupakan
hasil perhitungan bobot dikalikan dengan X rata-rata dan X last (-0,8 x 0,121390 x
1.881.881.879). Sedangkan Error (-0,097112) merupakan hasil dari pembagian
nilai H dengan X last (-31209 : 1.881.881.879). Rata-rata error (-0,116679)
merupakan nilai rata-rata seluruh error, dimana seluruh nilai ditambahkan dan
dibagi 3 (-0,097112 + (-)0,166583 + (-)0,086341 : 3). Dan untuk tingkat error
(0,019566) merupakan hasil dari nilai error dikurangkan dengan nilai rata-rata
error ((-)0,097112 – (-)0,0116679).
72
Tabel 4.21
Perhitungan Uji H
Variabel Pengelolaan Dana
BMT Bobot X Rata2 X Last Nilai H ERROR RATA2
ERROR
TINGKAT
ERROR
BMT
Munawarah 0.8 4,569781 44.088.211.648
1.61179 3,655824 2,379037
BMT Mekar
Da’wah 0.6 0,21300 441.920.776 56478 0,127801 1,276787 -1,148985
BMT UMJ 0.4 0,116837 643.081.158 30054 0,046734 -1,230005
Data diolah 2017
Tabel tersebut merupakan perhitungan Uji H yang dilakukan untuk BMT
Munawarah, BMT Mekar Da’wah, dan BMT UMJ dimana O1 adalah output yang
berati variabel pendapatan pengelolaan dana. Bobot nilai Islam untuk output
pedapatan pengelolaan dana yaitu BMT Munawarah sebesar 0,8 bobot nilai islam
BMT Mekar Dakwah sebesar 0,6 dan bobot nilai islam BMT UMJ bobot nilai
islam sebesar 0,4. Sedangkan X rata-rata (4,569781) merupakan hasil dari
perhitungan besaran laju 1 sampai dengan besaran laju 2 dibagi dengan jumlah
seluruh besaran laju. Tabel X last (44.088.211.648) merupakan nilai atau data
pada tahun terakhir yaitu 2016, dan nilai H (1,61179) merupakan hasil
perhitungan bobot dikalikan dengan X rata-rata dan X last (0,8 x 44.088.211.648).
Sedangkan Error (3,655824) merupakan nilai rata-rata seluruh eror, dimana
seluruh nilai eror ditambakan kemudian dibagi 3 (3,655824 + 0,127801 +
0,046734 : 3).
73
Tabel 4.22
Perhitungan Uji H
Variabel Pendapatan Operasional Lainnya
BMT Bobot X
Rata2 X Last Nilai H ERROR
RATA2
ERROR
TINGKAT
ERROR
BMT
Munawarah 0.8 0,01900 342.764.888 5211740 0,015205
-0,063446
BMT Mekar
Dakwah 0.6 0,33158 310.539.582 61781418 0,198994 0,07865 0,12029
BMT UMJ 0.4 0,05450 60.873.183 14508033 0,021801 -0,056850
Data diolah 2107
Tabel tersebut merupakan perhitungan Uji H yang dilakukan untuk BMT
Munawarah, BMT Mekar Dakwah, dan BMT UMJ dimana O2 adalah output 2
yang berarti variabel pendapatan operasional lainnya. Bobot nilai BMT
Munawarah sebesar 0,8, bobot nilai BMT Mekar Dakwah sebesar 0,6 dan bobot
nilai BMT UMJ sebesar 0,4. Sedangkan X rata-rata (0,05450) merupakan hasil
dari perhitungan besaran laju 1 dan laju 2 dibagi dengan jumlah seluruh besaran
laju. Tabel X last (60.873.183) merupakan nilai atau data variabel pendapatan
operasional lainnya pada tahun 2016, dan nilai H (14508033) merupakan hasil
perhitungan bobot dikalikan dengan X rata-rata dan X last (0,8 x 0,05450 x
60.873.183). Sedangkan Error (0,021801) merupakan hasil pembagian dari Nilai
H dengan X last (14508033 : 60.873.183). Rata-rata Error (0,07865) merupakan
seluruh nilai rata-rata seluruh eror, dimana seluruh nilai eror ditambahkan dan
dibagi 3 (0,015205 + 0,19894 + 0,0218081 : 3). Dan untuk perhitungan tingkat
74
error (-0,056850) merupakan hasil dari perhitungan selisih antara rata-rata error
dengan error (0,07865 – 0,021801).
6. Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan obyek yang diteliti maka dilakukan
matriks guna mendapatakan hasil dari Nilai Islam dan selanjutnya dilakukan
kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis. Dalam penelitian ini, menggunakan
data variable input dan variable output yang juga digunakan dalam analisis
efisiensi metode Data Envelopment Analisys terdiri dari hak pihak ketiga atas bagi
hasil, beban tenaga kerja, pendapatan pengelolaan dana dan pendapatan
operasional lainnya.
Tabel tersebut memperlihatkan bobot nilai islam atau nilai religiusitas yang
didapatkan nilai religiusitas tersebut melalui perbandingan dan konfirmasi Nilai
Ibadah yang dilakukan oleh masing-masing BMT. Nilai Ibadah yang tertinggi
terdapat pada BMT Munawarah, hal ini disebabkan bahwa Baitul Maal Wa
Tamwil tersebut telah memuat peraturan menghentikan aktifitas selama 15 menit
pada waktu shalat dzuhur dan ashar, artinya BMT Munawarah mengutamakan
shalat tepat waktu sehingga mendapatkan nilai ibadah atau nilai islam yang tinggi
dibandingkan dengan BMT lainnya. Sedangkan bobot nilai BMT Mekar Dakwah
adalah sebesar 0.6. BMT UMJ adalah sebesar 0.4
D. Hasil Perhitungan Uji H dn Analisis
Uji H dilakukan pada masing-masing variable yang digunakan pada
penelitian ini. Berdasarkan perhitungan Uji H yang dilakukan peneliti, maka
didapatkan hasil sebagai beikut:
1. Uji H pada Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil
75
Uji H yang dilakukan pada variable input hak pihak ketiga atas bagi hasil
didapatkan hasilnya:
Table 4.23
Efektifitas H pada Input 1 BMT Munawarah
Sumber : Data diolah 2017
Dimana nilai uji H1 adalah hasil straight dengan nilai postif karena
hasil berada diatas rata-rata matriks, H2 adalah hasil loads dengan nilai 0,58
karena memiliki selisih rata-rata matriks sebesar 0,58 dan H3 adalah hasil
impact dengan konklusi ada dampak karena memberikan kontribusi diatas
rata-rata.
Table 4.24
Efektifitas H pada Input 1 BMT Mekar Da’wah
Sumber: Data Diolah 2017
Dimana hasil Uji H1 adalah hasil straight dengan nilai positif
karena berada diatas rata-rata matriks, sedangkan H2 adalah hasil
loads dengan nilai 0,19 adalah memiliki selisih dengan rata-rata
BMT Munawarah (I1)
(H1) HASIL STRAIGHT (+)
(H2) HASIL LOADS 0,58
(H3) HASIL IMPACT IMPACT
BMT Mekar Da’wah (I1)
(H1) HASIL STRAIGHT (+)
(H2) HASIL LOADS 0,19
(H3) HASIL IMPACT IMPACT
76
matriks sebesar 0,19 dan H3 adalah impact dengan konklusi ada
dampak karena memberikan kontribusi diatas rata-rata.
Table 4.25
Efektifitas H pada Input 1 BMT UMJ
Sumber: Data diolah dengan 2017
Dimana hasil uji H1 adalah hasil straight dengan nilai negatif Karena
berada dibawah rata – rata matriks, sedangkan H2 adalah hasil loads
dengan nilai -0,7 adalah karena memiliki selisih dengan rata – rata matriks
sebesar -0,7 dan H3 adalah impact dengan konklusi tidak ada dampak
karena tidak memberikan kontribusi dibawah rata – rata.
Dari seluruh hasil Uji H pada variable input hak pihak ketiga atas bagi
hasil pada masing-masing bmt dapat diketahui bahwa BMT Munawarah,
dan BMT Mekar Dakwah memiliki dampak dalam kontribusi
pengembangan hak pihak ketiga atas bagi hasil, namun untuk BMT UMJ
tidak memiiki dampak karena tidak memiliki kontribusi diatas rata-rata.
Berdasarkan nilai islam artinya bahwa BMT Munawarah, dan BMT Mekar
Da’wah sudah efektif berdasarkan nilai islam, sedangkan BMT UMJ tidak
efektif berdasarkan nilai islam, tingkat efektif terbaik dimiliki oleh BMT
Munawarah, hal ini dikarenakan memiliki selisih paling besar dengan rata-
rata matriks sebesar, BMT Mekar Dakwah telah dapat mengoptimalkan
BMT UMJ (I1)
(H1) HASIL STRAIGHT (-)
(H2) HASIL LOADS -0,7
(H3) HASIL IMPACT NO IMPACT
77
penggunaan variable input hak pihak ketiga atas bagi hasil sehingga hasil
yang didapatkan postif, artinya BMT Mekar Da’wah tidak memberikan
beban yang melebihi rata-rata pada variable input bagi hasil kepada
deposan, sedangkan BMT UMJ tidak memiliki dampak dalam kontribusi
pengembangan hak pihak ketiga atas bagi hasil berdasarkan nilai islam yaitu
-0,7 artinya bahwa BMT UMJ kurang dapat mengoptimalkan penggunaan
variabel input hak pihak ketiga atas bagi hasil, dimana BMT Munawarah
memberikan beban yang besar terhadap perusahaan melalui bagi hasil
kepada deposan.
1) Uji H pada Beban Tenaga Kerja
Uji H selanjutnya dilakukan pada variabel input kedua yaitu beban
tenaga kerja, berdasarkan Uji H yang dilakukan pada masing – masing
BMT, maka didapatkan hasil :
Table 4.26
Efektifitas H pada Input 2 BMT Munawarah
Sumber: data diolah dengan 2017
Hasil tersebut menyatakan dimana H1 adalah hasil straight bernilai
positif, karena berada diatas rata–rata matriks, sedangkan H2 adalah hasil
loads bernilai 0,01 karena memiliki selisih dengan rata – rata matriks
sebesar 0,01 dan H3 adalah hasil impact dimana memberikan konklusi ada
BMT Munawarah (I2)
(H1) HASIL STRAIGHT (+)
(H2) HASIL LOADS 0,01
(H3) HASIL IMPACT IMPACT
78
dampak karena memberikan kontribusi diatas rata–rata.
Tabel 4.27
Efektifitas H pada Input 2 BMT Mekar Da’wah
Sumber: data diolah dengan 2017
Hasil tersebut menyatakan dimana H1 adalah hasil straight bernilai
negartif karena berada dibawah rata – rata, sedangkan H2 adalah hasil
loads bernilai -0,04 karena memiliki selisih dengan rata – rata matriks
sebesar -0,04 dan H3 adalah impact dengan konklusi tidak ada dampak
karena tidak memberikan kontribusi dibawah rata–rata
Tabel 4.28
Efektifitas H pada Input 2 BMT UMJ
BMT UMJ (I2)
(H1) HASIL STRAIGHT ( - )
(H2) HASIL LOADS -0,03
(H3) HASIL IMPACT NO IMPACT
Sumber: data diolah dengan 2017
Hasil tersebut menyatakan dimana H1 adalah hasil straight bernilai
negatif karena berada dibawah rata – rata matriks, sedangkan H2 adalah
hasil loads bernilai -0,03 karena memiliki selisih dengan rata – rata matriks
sebesar -0,03 dan H3 adalah impact dengan konklusi tidak ada dampak
BMT Mekar Da’wah (I2)
(H1) HASIL STRAIGHT (-)
(H2) HASIL LOADS -0.04
(H3) HASIL IMPACT NO IMPACT
79
karena tidak memberikan kontribusi dibawah rata – rata.
Dari seluruh hasil Uji H pada masing – masing BMT yang dilakukan
pada variabel input beban tenaga kerja, memberikan hasil bahwa terdapat
satu Baitul Mal wat Tamwil yang memiliki dampak terhadap
pengembangan variabel beban tenaga kerja yaitu BMT Munawarah.
Sedangkan untuk BMT Mekar Dakwah dan BMT UMJ tidak memiliki
dampak terhadap perkembangan variable beban tenaga kerja. Hal ini
menunjukkan bahwa BMT Mekar Dakwah dan BMT Munawarah telah
efektif dalam variabel beban tenaga kerja, artinya BMT-BMT tersebut telah
mengoptimalkan beban tenaga kerja sehingga tidak memberikan beban
melebihi rata – rata yang akan berpengaruh terhadap efektifitas.
2) Uji H pada Pendapatan Pengelolaan Dana
Uji H selanjutnya dilakukan pada variabel output satu yaitu
pendapatan pengelolaan dana, berdasarkan Uji H yang dilakukan pada
masing–masing Baitul Maal Wa Tamwil, maka didapatkan hasil :
Tabel 4.29
Efektifitas H pada Output 1 BMT Munawarah
BMT Munawarah (O1)
(H1) HASIL STRAIGHT (+)
(H2) HASIL LOADS 2
(H3) HASIL IMPACT IMPACT
Sumber: Data diolah 2017
Hasil tersebut menyatakan dimana H1 adalah hasil straight bernilai
positif karena berada diatas rata – rata matriks, sedangkan H2 adalah hasil
80
loads bernilai 2 karena memiliki selisih dengan rata-rata matriks sebesar 2
dan H3 adalah hasil impact dimana konklusi ada dampak karena
memberikan kontribusi diatas rata–rata.
Tabel 4.30
Efeftifitas H pada Output 1 BMT Mekar Da’wah
BMT Mekar Da’wah (O1)
(H1) HASIL STRAIGHT (-)
(H2) HASIL LOADS -1,1
(H3) HASIL IMPACT NO IMPACT
Data diolah 2017
Hasil tersebut menyatakan dimana H1 adalah hasil straight bernilai
negative karena berada dibawah rata – rata matriks, sedangkan H2 adalah
hasil loads bernilai -1,1 karena memiliki selisih dengan rata – rata matriks
sebesar -1,1 dan H3 adalah hasil impact dimana konklusi dampak karena
tidak memberikan kontribusi dibawah rata – rata.
Tabel 4.31
Efektifitasa H pada Output 1 BMT UMJ
BMT UMJ (O1)
(H1) HASIL STRAIGHT (-)
(H2) HASIL LOADS -1,2
(H3) HASIL IMPACT NO IMPACT
Sumber data diolah 2017
Hasil tersebut menyatakan dimana H1 adalah hasil straight bernilai
negatif karena berada dibawah rata – rata matriks, sedangkan H2 adalah
hasil loads bernilai -1,2 karena memiliki selisih dengan rata– rata matriks
81
sebesar -1,2 dan H3 adalah hasil impact dimana konklusi tidak ada dampak
karena tidak memberikan kontribusi dibawah rata – rata.
Dari seluruh hasil Uji H pada variabel output pendapatan
pengelolaan dana pada masing-masing BMT dapat diketahui bahwa hanya
BMT Munawarah yang memiliki dampak dalam kontribusi pengembangan
pendapatan pengelolaan dana berdasrkan nilai islam karena berada diatas
rata-rata matriks, sedangkan BMT Mekar Da’wah dan BMT UMJ tidak
memiliki dampak dalam kontribusi pengembangan variabel pendapatan
pengelolaan dana berdasarkan nilai islam atau belum efektif pada variabel
pendapatan pengelolaan dana.
2. Uji H pada Pendapatan Operasional Lainnya
Uji H selanjutnya dilakukan pada variabel output dua yaitu
pendapatan operasional lainnya, berdasarkan Uji H yang dilakukan pada
masing–masing Baitul Mal Wa Tamwil, maka didapatkan hasil :
Tabel 4.32
Efektifitas H pada Output 2 BMT Munawarah
BMT Muanwarah (O2)
(H1) HASIL STRAIGHT (-)
(H2) HASIL LOADS -0,06
(H3) HASIL IMPACT NO IMPACT
Sumber data diolah 2017
Hasil tersebut menyatakan dimana H1 adalah hasil straight bernilai
negatif karena berada dibawah rata – rata matriks, sedangkan H2 adalah
hasil loads bernilai -0,06 karena memiliki selisih dengan rata – rata matriks
82
sebesar -0,06 dan H3 adalah impact dengan konklusi tidak ada dampak
karena tidak memberikan kontribusi diatas rata – rata
Tabel 4.33
Efektifitas H pada Output 2 BMT Mekar Da’wah
BMT Mekar Da’wah (O2)
(H1) HASIL STRAIGHT (+)
(H2) HASIL LOADS 0,12
(H3) HASIL IMPACT IMPACT
Sumber : Data diolah 2017
Hasil tersebut menyatakan dimana H1 adalah hasil straight bernilai
positif karena berada diatas rata – rata matriks, sedangkan H2 adalah hasil
loads bernilai 0,12 karena memiliki selisih dengan rata – rata matriks
sebesar 0,12 dan H3 adalah hasil impact dimana konklusi ada dampak
karena memberikan kontribusi diatas rata – rata.
Tabel 4.34
Efektifitas H pada Output 2 BMT UMJ
BMT UMJ (O2)
(H1) HASIL STRAIGHT (-)
(H2) HASIL LOADS 0,05
(H3) HASIL IMPACT NO IMPACT
Sumber : Data diolah 2017
Hasil tersebut menyatakan dimana H1 adalah hasil straight bernilai
negatif karena berada dibawah rata – rata matriks, sedangkan H2 adalah
hasil loads bernilai -0,05 karena memiliki selisih dengan rata – rata matriks
sebesar -0,05 dan H3 adalah hasil impact dengan konklusi tidak ada
dampak karena tidak memberikan kontribusi diatas rata–rata. Berdasarkan
83
hasil Uji H pada variabel output kedua yaitu pendapatan operasional
lainnya pada masing – masing BMT, dapat dijelaskan bahwa BMT Mekar
Da’wah yang efiktif karena berdampak dalam kontribusi pengembangan
variabel pendapatan operasional lainya diatas rata-rata matriks.
Dari seluruh hasil Uji H pada variabel input maupun output pada
masing – masing bmt dapat diketahui bahwa BMT Munawarah memiliki
tingkat efektifitas yang baik dibandingkan dengan BMT lainnya, hal ini
sejalan dengan hasil pengukuran tingkat efektif dengan Data Envelopment
Analysis. Untuk BMT Mekar Da’wah belum efektif pada variabel beban
tenaga kerja dan variabel pendapatan operational lainnya . BMT UMJ belum
efektif padake empat variabel.
Berdasarkan hasil dari seluruh Uji H yang dilakukan pada masing–
masing variabel yang diteliti pada setiap BMT, maka dapat disimpulkan
bahwa nilai Islam (bobot nilai ibadah) akan mempengaruhi tingkat
efektifitas BMT, sehingga apabila sebuah BMT ingin meningkatkan
tingkat efektifitas BMT nya maka dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan bobot nilai Islam. Semakin baik nilai ibadah yang
didapatkan, maka bobot yang didapatkan semakin besar dan akan
mempengaruhi hasil perhitungan tingkat efektifitas BMT.
84
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Tingkat efisiensi pada BMT dengan menggunakan Data Envelopment
Analysis (DEA) pada BMT Munawarah selama periode penelitian yaitu
tahun 2014-2016, memperlihatkan bahwa nilai aktual atau nilai
pencapaian sebenarnya oleh BMT Munawarah sama dengan nilai target
atau nilai yang seharusnya dicapai. Pada kolom to Gain atau persentase
berapa persen nilai aktual yang harusnya ditambahkan atau dikurangkan
untuk mencapai target juga menunjukan 0% yang berarti tidak ada nilai
aktual yang harus ditambahkan ataupun dikurangkan untuk mencapai
target. Begitu juga dengan kolom Achieved ataupun pencapaian aktual
terhadap target adalah 100% artinya BMT Munawarah telah mencapai
target efisiensinya. Pada BMT Mekar Dakwah terlihat mengalami tingkat
efisiensi 100% pada tahun 2014 dan 2015, sedangkan mengalami
inefisiensi pada taun 2016 yaitu sebesar 91.48% untuk mengurangi
variabel hak pihak ketiga atas bagi hasil sebesar 25.2%. Dan pada BMT
UMJ mengalami tingkat efisiensi 100% pada tahun 2014-2015 dan yang
85
terendah pada tahun 2016 untuk mengurangi sebesar 83,7% variabel hak
pihak ketiga atas bagi hasil, untuk mengurangi variable beban tenaga
kerja 14,8% dan mengurangi variable pendapatan operasional lainnya
sebesar 12,1%.
2. Tingkat efektifitas BMT berdasarkan nilai islam, berdasarkan hasil Uji H
menunjukan bahwa dari ketiga BMT yang menjadi objek penelitian,
hanya BMT Munawarah memiliki efektifitas dan dapat memberikan
kontribusi terhadap perkembangan seluruh variabel baik input dan output,
sedangkan BMT Mekar Da’wah dan BMT UMJ pada beberapa variabel
berdasarkan Nilai Islam belum efektif, dengan demikian Nilai Islam dapat
mempengaruhi tingkat efiktifitas BMT, meningkatkan efefktifitas BMT
dengan meningkatkan bobot Nilai Ibadah atau Nilai Islam, semain besar
bobot Nilai Ibadah atau Nilai Islam yang didapatkan maka akan semakin
memberikan pengaruh terhadap tingkat efekektifitas tersebut pada
masing-maisng variabel.
B. Implikasi
1. Bagi manajeman bmt dapat meningkatkan kinerja keuangannya dengan
baik dengan menggunakan variabel-variabel yang sesuai dengan
penelitian ini, agar dapat meningkatkan efisiensinya. Peningkatan tingkat
efisiensi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan atau mengurangi
besaran input dan output masing-masing BMT
86
sesuai dengan target input atau target output berdasarkan hasil
perhitungan dalam penelitian ini disetiap tahunnya dan mempertahankan
target input dan target output yang telah 100% tercapai dengan baik.
2. Penelitian ini memberikan perspektif yang lain, bahwa tingkat efektifitas
Baitul Maal Wa Tamwil tidak hanya dapat dilihat dengan metode Data
Envelopment Analysis tetap juga dapat dilihat dari perspektif ibadah,
efektifitas dengan Nilai Islam akan semakin baik jika nilai-nilai islam
tidak hanya tertanam pada segi operasional BMT, tetapi nilai-nilai juga
dapat tertanam pada Sumber Daya Manusia (SDM) yang bekerja pada
BMT, sehingga BMT tidak hanya efektif dengan pengukuran pendekatan
konvensional namun juga melalui pendekatan syariah atau nilai islam.
3. Penelitian ini memiliki keterbatasan pada sampel yang terpilih, dan pada
beberapa variabel input dan output saja, disarankan pada penelitian
selanjutnya dapat menggunakan sampel lebih banyak lagi, dan
menambahkan variabel input dan variabel output yang belum terdapat
dalam penelitian ini.
87
DAFTAR PUSTAKA
Andri Soemitra, Bank Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009)
Aziz, Mochamad Roikhan. (2015). Islamic Economics Methodology. Journal of
Research Islamic Economics Culture (RIEC) Vol 1, No 1.
Aziz, Mochamad Roikhan. (2016). Islam dan Pengetahuan. Jakarta : Esa Alam
Aziz, Mochamad Roikhan. (2015). Hahslm Islamic Economics Methodology. Proceeding
ICOSEC : Developing Countries Readiness Toward Global. Universitas Negeri
Solo.
Aziz, Mochamad Roikhan. (2012). New Paradigm on Islamic Kafah in Islamic
Economics. Jurnal Signifikan, Vol 1 No 2.
Aziz, Mochamad Roikhan. (2010). New Paradigm on Sinlammim Kaffah in Islamic
Economics. Jurnal Signifikan, Vol 9 No 2.
Aziz, Mochamad Roikhan. “Teori H dalam Islam sebagai Wahyu dan Turats”. Jurnal
UIN Syarif Hidayatullah. 2015
Aziz, Mochamad Roikhan. (2008). The Root of Mathematics and Science is Level
Compared With Religious Thinking. Proceeding, UIN Syarif Hidyatullah.
Jakarta.
Chapra, M. Umer, Sistem Moneter Islam, (terj.Toward a Just Monetary System,
Jakarta: Gema InsaniPress, 2000)
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, hlm 5
Indra Darmawan, Pengantar Uang dan Perbankan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999)
hlm. 5-6
Iswardhono, Uang dan bank (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1999) hlm. 6-10
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008) hlm. 13
Laporan Keuangan Baitul Maal Wa Tamwil Munawarah, Pamulang Tahun 2014-
2016
88
Laporan Keuangan Baitul Maal Wa Tamwil Mekar Dakwah, Serpong Tahun 2014-
2016
Laporan Keuangan Baitul Maal Wa Tamwil UMJ, Ciputat Tahun 2014-2016
M. Ali hasan, Berbagai macam Transaksi dalam islam; Fiqih Muamalah, Jakarta:
Rajawali Pers, 2003)
M. Manullang, Ekonomi Moneter, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983) hlm. 18-24
M. Nadratuzzaman Hosen dan AM. Hasan Ali, Kamus Populer Keuangan dan
Ekonomi Islam, (Jakarta; Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES)
Martin, John D, dkk., Dasar-Dasar Manajeman Keuangan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1994)
Muchdarsyah Sinungan,Uang dan Bank, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) hlm. 6-9
Pinbuk Pusat, Pedoman dan Cara Pembentukan BMT Balai Usaha Mandiri Terpadu,
Jakarta, hlm 1
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi; Pengantar Teori, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004) hlm. 268-270
Simonangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, (Bogor Selatan,
Ghalia Indonesia, 2000)
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskriptif dan Ilustrasi
(Yogyakarta: Penerbit Ekonisia FE UI,2003)
Syarif Wijaya, Lembaga-lembaga Keuangan dan Bank (Yogyakarta:BPFE-
Yogyakarta, 2000) hlm. 6
Veithzal Rivai dkk, Bank dan Financial Institution Management, hlm 20
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
Recommended