View
47
Download
12
Category
Preview:
DESCRIPTION
analisa jurnal
Citation preview
MAKALAH
ANALISA JURNAL KARDIOVASKULER
CHF (CONGESTIF HEART FAILURE) / GAGAL
JANTUNG KONGESTIF
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Cardiovaskuler
Oleh
ARGA NUR PRASETIAWAN
NIM. 201501104
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2016
BAB 1TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Congestive heart failure (CHF) adalah sindrom klinis yang kompleks
ditandai dengan disfungsi dari jantung kiri dan kanan, dan perubahan yang
dihasilkan dalam regulasi neurohormonal. Hal ini sering terjadi pada tahap
terminal penyakit jantung, yang terjadi setelah semua kapasitas cadangan
dan mekanisme kompensasi dari miokardium dan sirkulasi perifer telah
habis.Awalnya, sindrom ini digambarkan sebagai keadaan overload cairan
dengan bendungan paru yang disebabkan oleh gagal jantung. Akan tetapi,
sekarang dikenal dengan baik bahwa banyak pasien dengan gejala yang
dominan terjadi penurunan kapasitas fungsional karena toleransi latihan
yang buruk terkait dengan keterbatasan cadangan jantung (Crawford,M.
2012).
Gagal jantung sering disebut dengan gagal jantung kongestif adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.Istilah gagal
jantung kongestif sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan
kanan.
B. Etiologi
Ada beberapa etiologi / penyebab dari gagal jantung :
1. Kelainan Otot Jantung
Menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung
2. Aterosklerosis Koroner.
Menyebabkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
keotot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis ( akibat penumpukan asam
laktat)
3. Hipertensi Sistemik Atau Pulmonal
Meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrophi serabut otot jantung
4. Peradangan Dan Penyakit Miokardium Degeneratif
Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
5. Penyakit jantung lain
Gagal dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya
tidak secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang
biasanya terlibat mencangkup gangguan aliran darah melalui jantung,
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah.
6. Faktor Sisitemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal ginjal. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia dan
anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen sistemik ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
C. Anatomi Jantung
D. Patofisiologi
Fungsi jantung sebagai sebuah pompa diindikasikan oleh kemampuannya
untuk memenuhi suplai darah yang adekuat keseluruh bagian tubuh, baik
dalam keadaan istirahat maupun saat mengalami stress fisiologis
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung meliputi keadaan-
keadaan :
1. Prelood (bebab awal)
Jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan
tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
2. Kontraktilitas
Perubahan kekuatan kontriksi berkaitan dengan panjangnya regangan
serabut jantung.
3. Afterlood (beban akhir)
Besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa
darah melawan tekanan yang diperlukan oleh tekanan arteri.
Pada keadaan gagal jantung, bila salah satu / lebih dari keadaan diatas
terganggu, menyebabkan curah jantung menurun, meliputi keadaan yang
menyebabkan prelood meningkat contoh regurgitasi oarta, cacat septum
ventrikel.
Menyebabkan afterlood meningkat yaitu pada keadaan stenosis oarta
dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada
Infark miokardium dan kelainan otot jantung.
Adapun mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi
menurunnya kemampuan kontraktilitas jantung, sehingga darah yang
dipompa pada setiap kontriksi menurun dan menyebabkan penurunan
darah keseluruh tubuh.
Apabila suplai darah kurang keginjal akan mempengaruhi mekanisme
pelepasan renin-angiotensin dan akhirnya terbentuk angiotensin II
mengakibatkan terangsangnya sekresi aldosteron dan menyebabkan retensi
natrium dan air, perubahan tersebut meningkatkan cairan ektra-
intravaskuler sehingga terjadi ketidakseimbangan volume cairan dan
tekanan selanjutnya terjadi edema. Edema perifer terjadi akibat
penimbunan cairan dalam ruang interstial. Proses ini timbul masalah
seperti nokturia dimana berkurangnya vasokontriksi ginjal pada waktu
istirahat dan juga redistribusi cairan dan absorpsi pada waktu berbaring.
Gagal jantung berlanjut dapat menimbulkan asites, dimana asites dapat
menimbulkan gejala-gejala gastrointestinal seperti mual, muntah,
anoreksia.
Apabila suplai darah tidak lancar diparu-paru (darah tidak masuk
kejantung), menyebabkan penimbunan cairan diparu-paru yang dapat
menurunkan pertukaran O2 dan Co2 antara udara dan darah diparu-paru .
sehingga oksigenisasi arteri berkurang dan terjadi peningakatan CO2, yang
akan membentuk asam didalam tubuh. Situasi ini akan memberikan suatu
gejala sesak napas (dyspnea), ortopnea (dyspnea saat berbaring) terjadi
apabila aliran darah dari ektrimitas meningkatkan aliran balik vena
kejantung dan paru-paru.
Apabila terjadi pembesaran vena dihepar mengakibatkan hepatomegali
dan nyeri tekan pada kuadran kanan.Suplai darah yang kurang didaerah
otot dan kulit, menyebabkan kulit menjadi pucat dan dingin serta timbul
gejala letih, lemah, lesu (Brunner & Suddarth, 2002 ).
E. Manifestasi Klinis
Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler.
Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat
akibat turunnya curah jantung pada kegagalan jantung.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah.
Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan.
Kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi
jaringan, tetapi manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada
kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
a. Gagal jantung kiri, manifestasi klinisnya :
- Dispnea
- Ortopnea (kesulitan bernapas saat berbaring)
- Sianosis
- Kegelisahan dan kecemasan
- Mudah lelah
b. Gagal jantung kanan
- Edema ektrimitas bawah
- Peningkatan berat-badan
- Hepatomegali
- Asietas, Anoreksia dan mual, Nokturia
F. Komplikasi
a. Syok Kardigenik
b. Episode Tromboemboli karena penbentukan bekuan vena karena stasis
darah.
c. Efusi dan Tamponade Perikardium (Smeltzer & Bare, 2002)
G. Pemeriksaan Diaognostik
a. Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung,
oedema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF
b. EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung
dan iskemi (jika disebabkan AMI), Ekokardiogram
c. Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan
kadar natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari
adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah.
H. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah :
a. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
b. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan
preparat farmakologi, dan
c. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara
memberikan terapi antidiuretik, diit dan istirahat.
Terapi Farmakologis :
a. Glikosida jantung.
Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung.Efek yang dihasilkan : peningkatan
curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan
peningkatan diuresisidan mengurangi edema
b. Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui
ginjal.Penggunaan hrs hati – hati karena efek samping hiponatremia
dan hipokalemia
c. Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi
tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini
memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena
sehingga tekanan engisian ventrikel kiri dapat dituruinkan
Dukungan diet : Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau
menghilangkan edema.
Menurut prioritas penatalaksanaan terbagi atas 4 kategori :
1. Memperbaiki kontraksi miokard/perfusi sistemik:
Istirahat total/tirah baring dalam posisi semi fowler
Memberikan terapi Oksigen sesuai dengan kebutuhan
Memberikan terapi medik : digitalis untuk memperkuat kontraksi
otot jantung
2. Menurunkan volume cairan yang berlebihan
Memberikan terapi medik : diuretik untuk mengurangi cairan di
jaringan
Mencatat intake dan output
Menimbang berat badan
Restriksi garam/diet rendah garam
3. Mencegah terjadinya komplikasi
Mengatur jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai keadaan klien
Mencegah terjadinya immobilisasi akibat tirah baring
Merubah posisi tidur
Memperhatikan efek samping pemberian medika mentosa;
keracunan digitalis
Memeriksa atau memonitor EKG
4. Pengobatan pembedahan Komisurotomi
Hanya pada regurgitasi aorta akibat infeksi aorta, reparasi katup aorta
dapat dipertimbangkan. Sedangkan pada regurgitasi aorta akibat
penyakit lainnya umumnya harus diganti dengan katup
artifisial. Indikasi pada keluhan sesak napas yang tidak dapat diatasi
dengan pengobatan symptomatik. Bila ekhokardiografi menunjukkan
sistole ventrikel kiri 55 mm, atau fractional shortning 25%
dipertimbangkan untuk tindakan operasi sebelum timbul gagal
jantung.
5. Pendidikan kesehatan, menyangkut penyakit, prognosis, pemakaian
obat-obatan serta mencegah kekambuhan
Menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan prognosisnya
Menjelaskan tentang kegunaan obat-obat yang digunakan, serta
memberikan jadwal pemberian obat
Merubah gaya hidup/ kebiasaan yang salah : merokok, stress, kerja
berat, minum alkohol, makanan tinggi lemak dan kolesterol
Menjelaskan tentang tanda-tanda serta gejala yang menyokong
terjadinya gagal jantung, terutama yang berhubungan dengan
kelelahan, lekas capai, berdebar-debar, sesak napas, anoreksia,
keringat dingin
Menganjurkan untuk kontrol semua secara teratur walaupun tanpa
gejala
Memberikan dukungan mental; klien dapat menerima keadaan
dirinya secara nyata/realitas akan dirinya baik.
BAB II
JURNAL I
CHF (CONGESTIF HEART FAILURE) / GAGAL JANTUNG
KONGESTIF
I. LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki- Laki
Agama : Islam
Alamat : Sungai Mupua, Muaro Bungo
Mrs : 08-09-2013 Jam : 13.45
Pengkajian : 08-09-2013 Jam : 13.46
Diagnosa masuk : CHF + Hipertensi stage II
2. Pengkajian Primer
a. Airway
Pada jalan napas tidak paten. Terdapat sekret.
b. Breathing
RR : 26 kali/menit, tidak terdapat nafas cuping hidung, terdapat retraksi
otot interkosta, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, ada suara
ronkhi basah di basal paru kanan dan tidak terdapat wheezing.
c. Circulation
TD 140/90 mmHg, HR 110x/menit, capillary refill < 3 detik, kulit tidak
pucat, konjungtiva tidak anemis.
d. Disability
GCS : 12, reaksi pupil +/+,
e. Exposure
Tidak ada luka di bagian tubuh klien dari kepala sampai kaki, suhu 36,7
⁰C
3. Pengkajian sekunder
a. Riwayat penyakit sekarang
Alasan utama :
Kelauarga mengatakan bahwa kesadaran klien menurun ( tidur terus )
Keluhan utama :
2 minggu sebelum MRS klien mengatakan lemas, nafsu makan
menurun,batuk keluar dahak terutama malam hari. 2 hari kemudian
oleh anaknya dibawah ke RSUD Muaro Bungo.
b. Riwayat penyakit dahulu
Sekitar 5 tahun yang lalu klien menderita hipertensi dengan control
tidak teratur. Tidak ada riwayat DM, TBC.
c. Riwayat penyakit keluarga
Pada keluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, DM, paru
atau jantung.
d. Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
Keadaan penyakit sedang, kesadaran komposmentis, suara bicara
jelas, tekanan darah 140/90 mmHg, suhu tubuh 367◦C, pernapasan
26X/menit, nadi 110X/menit, reguler
b) Sistem integument
Tidak tampak pucat, permukaan kulit baik, tekstur baik, rambut
tipis dan bersih , tidak botak, perubahan warna kulit tidak ada,
warna rambut hitam campur putih.
c) Kepala
Normo cephalic, simetris, nyeri kepala tidak ada.
d) Muka
otot muka dan rahang kekuatan normal,Simetris, odema sianosis
tidak ada
e) Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (-), pupil
isokor sclera tidak ikterus (-), reflek cahaya positif. Tajam
penglihatan menurun.
f) Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas
normal, pendengaran menurun.
g) Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan
cuping hidung tidak ada.
h) Mulut dan faring
stomatitis (-), gigi banyak yang hilang, lidah merah muda,Bau
mulut kelainan lidah tidak ada.
i) Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, pembesaran vena jugularis
j) Thoraks
Paru :
Gerakan simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-),
perkusi resonan, rhonchi +/+ pada basal paru, wheezing -/-, vocal
fremitus kuat dan simitris.
k) Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas
kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi
dullness. Bunyi s1 dan s2 tunggal, gallop (-), mumur (-). capillary
refill 2 – 3 detik .
l) Abdomen
Bising usus +, tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada, perabaan
massa tidak ada, pembesaran hepar tidak ada.
m)Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembuluh
limfe tidak ada., tidak ada hemoroid.
n) Ekstremitas
Akral hangat, edema -/-, kekuatan 3/3, gerak yang tidak disadari -/-,
atropi -/-, capillary refill 3 detik.
o) Tulang belakang
Tidak ada lordosis, kifosis atau scoliosis.
e. Pemeriksaan penunjang
Hb : 10.5
Hematokrit : 31
Leukosit : 8.300
Trombosit : 156.000
Urien PH : 7.442
Ureum : 32
Kreatinin : 0,6
SGOT : 3
SGPT : 20
Na : 44
Kalium : 3.1
Cl : 0.5
AGD :
PCO2 : 38
PO2 : 136.7
HCO3 : 25,5
O2 Sat : 99.2
ECG
Hasil/kesan : irama sinus,axis normal,HR: 110, S (v1) + R (v6) >
35 mm,R/S (v1) < 1, Interval ST 0.12, ST elevasi tidak ada, ST
Depresi tidak ada, RBBB/LBBB tidak ada.
Kesimpulan hiperteropi ventrikel kanan.
f. Terapi Obat-obatan.
O2 : 2 liter/menit
Cefriaxon : 1 x 1 gram
Captopril : 1 x6.25 mg
KSR : 2x1
Lasix : 1 x 2 amp
Ascardia : 1x 80 mg
B. DIAGNOSA, INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN
No Data Kriteria evaluasi
Nursing Intervensi Implementasi Evaluasi
1 Infektifnyabersihan jalannafas b.dketidakmampuanmembersihkanjalan nafas.
S: Sesak nafas,klienmengatakantidak mampumengeluarkandahak.
O : suara ronchi+/+ pada basalparu, wheezing(-), sianosis (-),orthopnea (-),sputum(-),tekanandarah 120/80mmHg, suhutubuh 365◦C,pernapasan 24X/menit, nadi110X/menit,reguler.
Jalan nafaspaten, suaranafas bersih
Klien mampumengeluarkansputum secaraaktif.
Nilai AGDdalam batasnormal.
Sianosis (-),dispnea (-)
Tanda vitaldalam batasnormal.Kaji efektifitas terapi O2,
Kaji efektifitas terapi O2,
Auskultasi paru anterior dan posterior terhadap penurunan ventilasi dan suara tambahan.
Jelaskan kegunaan alat terapi O2.
Informasikan terhadap klien dan keluarga untuk tidak merokok dalam ruangan.
Intruksikan klien untuk batuk efektif , teknik nafas dalam, untuk meningkatka pengeluaran secret.
Menjelaskan tentang suara paru pada pasien.
Mengauskultasi suara paru :ronchi +/+ pada basal paru
Menginformasikan kepada keluarga untuk tidak merokok dalam ruangan.
Melatih nafas. Mengukur tanda
vital :TD 140/90 mmHg, suhu tubuh 36,7◦C, pernapasan 26 X/menit, nadi 110X/menit, regular
Memberikan O2 2lt/mnt.
Menyuntikan cefriaxon 1 gr iv.
S :Sesak nafasKlien
mengatakan tidak mampu mengeluarkan dahak.
O : Suara ronchi
+/+ pada basal paru,
wheezing (-), sianosis (-), orthopnea (-), sputum (-), tekanan darah
140/90 mmHg,
suhu tubuh 36.7◦C,
pernapasan 26 X/menit,
nadi 110X/menit, reguler.
A:Masalah belumTeratasi
Ajarkan pada klien dan keluarga tentang perubahan karakteristik sputum : warna, karakteristik.
Kolaboratif : Pemberian O2, Pemeriksaan AGD, Pemberian antibiotik
P :Lanjutkanintervensi semua
2 Intoleransiaktivitas reletedto penurunanasupan nutrisi.
S :pasien sesaknafas, tidakmampumelakukanaktivitassehari-hari
O :kekuatanotot masing2ekstrimitas 3tekanandarah140/90mmHg,suhu tubuh36,5◦C,pernapasan26 X/menit,nadi110X/menit,reguler.Hb : 10,5 g %
klien mampumendemontrasikan aktivitasdan self care.
Tanda vitaldalam batasnormal.
Keseimbanganantara aktivitasdan istirahat.
Kline mampumengidentifikasikan aktivitasyang sesuaikemampuannya.
Kaji respon emosional, social, dan spiritual
Evaluasi motivasi klien terhadap peningkatan aktivitas.
Tentukan penyebab kelelahan
Monitor respon kadiorespiratory terhadap aktivitas.
Monitor intake nutrisi.
Intruksikan teknik relaksasi selama aktivitas.
mengkaji responemosional klien.
Motivasi klienterhadapaktivitas baik.
Mengukur tandavital T : 140/90,HR : 110/mntreguler, RR26/mnt setelahaktivitas jalankeluar ruangan :
Intake ½piring/makan.
Mengajarkannafas panjang.
Menganjurkanmakan sedikitdemisedikit
Menjelaskantentangkegunaannutrisi.
S :pasien sesaknafas,tidaklelah, capek.
O :. kekuatan ototmasing2ekstrimitas 3.Mengukur tandavital T : 140/90,HR : 116/mntreguler, RR22/mnt
A :Masalah teratasiSebagian
P :LanjutkanIntervensi
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan kasus yang telah di bahas di atas, penatalaksanaan kasus pada
pasien dengan diagnosa CHF telah sesuai dengan apa yang di jelaskan pada teori.
Berdasarkan teori, ada 4 kategori penatalaksanaan pasien dengan CHF,
diantaranya yaitu Memperbaiki kontraksi miokard/perfusi sistemik, Menurunkan
volume cairan yang berlebihan, Mencegah terjadinya komplikasi, dan Pendidikan
kesehatan, menyangkut penyakit, prognosis, pemakaian obat-obatan
serta mencegah kekambuhan.
Pada pembahasan kasus dijelaskan tindakan yang dilakukan dalam
penanganan pasien dengan CHF, diantaranya adalah mengkaji efektifitas terapi
O2 yang telah diberikan, memberikan terapi obat – obatan yang telah di
instruksikan dokter, melakukan pemeriksaan auskultasi paru anterior dan
posterior terhadap penurunan ventilasi dan suara tambahan, kemudian
menjelaskan kepada keluarga kegunaan alat terapi O2. Tindakan yang dilakukan
sesuai dengan kategori pertama dalm teori penatalaksanaan pasien dengan CHF,
yaitu memperbaiki kontraksi miokard/perfusi sistemik.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penilaian prognosis pada penderita CHF masih menjadi suatu hal yang
sulit.Penilaian prognosis secara lengkap yaitu meliputi evaluasi status klinis,
penyebab, faktor komorbid, faktor biologi, hemodinamik, struktur, fungsi,
elektrik, dan neurohumoral.Penilaian prognosis yang telah dilakukan yaitu
pada gagal jantung akut dan gagal jantung kronik. Pada gagal jantung akut,
penderita yang dirawat di Rumah Sakit dan dalam periode yang singkat (3- 6
bulan) mortalitas dan readmisi telah dievaluasi sedangkan pada gagal jantung
kronik perawatan di Rumah Sakit dalam periode lama (> 1 tahun) dan re-
hospitalization telah dievaluasi
B. SARAN
Sehubungan dengan penulisan kasus ini, penulis memberikan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Bagi rumah sakit
Untuk menambah pengetahuan pasien dan keluarga diharapkan rumah
sakit memasang penkes tentang gagal jantung kongestif dan resiko
tinggi pengidap gagal jantung kongestif di tempat-tempat yang
strategis.
2. Bagi perawat
Adanya peningkatan dalam proses pengawasan, pemeriksaan serta
penggantian alat medis yang terpasang pada pasien - pasien yang
memang menggunakan alat medis dalam jangka waktu yang lama agar
tidak menimbulkan komplikasi baru pada pasien.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan institusi menyediakan lebih banyak lagi referensi mengenai
gagal jantung kongestif agar memudahkan mencari informasi dan
menyusun data yang diperoleh
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (2000). Buku saku: Diagnosa keperawatan. Jakarta. EGC.
Doenges, M.E, Moorhouse, M.F., & Geissler, A.C. (1999). Rencana asuhan
keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta. EGC.
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Vol
2. Jakarta:EGC
Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis, edisi VI, 1997, EGC Jakarta
Arif, Mansjoer . 2005 . Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 ed.3. Jakarta :
Media Aesculapius.
Brunner and Suddarth. 2001 . Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 ed.8
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, ed. 3. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Doengoes, E Marilynn . 2002 . Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
Joesoef, Andang, dr, SpJP. 2007. Gagal jantung. PJNHK. Ethical Digest,
No.29, Th IV. Terdapat dalam:
http://www.pjnhk.go.id/content/view/560/1/. (Diakses pada 01 Juli
2012).
Mariyono, H., 2007. Gagal Jantung. Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam,
FK Unud/ RSUP Sanglah, Denpasar. Volume 8 Nomor 3 Bulan
September 2007. Terdapat dalam
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/download/3853/2848&ei.
(Diakses pada 13 Juli 2013).
Mutaqqin, Arif . 2009 . Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi . Jakarta : Salemba Medika
Wilkinson, M. Judith . 2012 . Buku Saku Diagnosis Keperawatan . Jakarta :
Buku Kedokteran EGC
Recommended