View
287
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 228
1770. PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PRODUK FLORIKULTURA
RAMAH LINGKUNGAN
1770.007. PEDOMAN-PEDOMAN
012. PENYUSUNAN/PENGGANDAAN
BUKU SOP BUDIDAYA HELICONIA
1. Latar Belakang
Heliconia sp. Merupakan salah satu jenis tanaman hias bunga potong tropis yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dan sangat prospektif dikembangkan secara komersial.
Bentuk yang sangat eksotik sebagai materi dalam rangkaian dan lebih tahan lama
dibanding jenis bunga potong lainnya. Seiring dengan meningkatnya intensitas budidaya
heliconia di berbagai daerah, pembinaan kepada para petani sangat diperlukan
terutama untuk peniongkatan produksi, produktivitas dan mutunya.
Pengembangan heliconia secara komersial membutuhkan Buku Pedoman Standar
Operasional Prosedur Budidaya sebagai pegangan petani untuk menghasilkan yang
berdaya saing sesuai permintaan pasar. Buku Standar Operasional Prosedur (SOP)
budidaya ini disusun sesuai prinsip-prinsip Good Agriculture Practices (GAP) yang
merupakan acuan dalam melaksanakan budidaya heliconia yang baik dan benar, untuk
memperoleh produk bermutu dan ramah lingkungan. Keberhasilan penerapan SOP
budidaya heliconia dapat dinilai dari peningkatan produktivitas, efisiensi produksi,
kesejahteraan produsen, keamanan lingkungan dan kesehatan pekerja secara
berkelanjutan. Dengan menerapkan SOP ini diharapkan petani akan mendapatkan nilai
tambah berupa peningkatan harga dan jaminan mutu yang memadai. Selain itu, petani
juga dapat melakukan pelacakan tahapan prosedur manakal terjadi tuntutan dari
konsumen.
Penerapan SOP merupakan salah satu bentuk pembinaan yang efektif kepada petani
guna peningkatan mutu produk. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah
menyusun Buku SOP Budidaya Heliconia pada tahun 2008. Pada tahun 2015 telah
dilakukan pembahasan SOP Budidaya Heliconia tersebut. Buku SOP Heliconia
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembinaan/penyuluhan dan
disosialisasikan kepada para pelaku usaha sebagai upaya peningkatan produksi dan
mutu produk, khususnya yang ada di sentra-sentra produksi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 229
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan pedoman-pedoman adalah :
Menyediakan buku pedoman dalam berbudidaya heliconia yang baik dan benar
sesuai kaidah GAP
2.2. Sasaran yang ingin dicapai adalah :
Tersedianya Buku SOP Heliconia sebagai acuan dalam melakukan budidaya
sesuai kaidah GAP
3. Masukan /Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 29.400.000,-
3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp. 24.575.000,-
3.3. Informasi teknis
4. Pelaksanaan Kegiatan
A. Pembahasan Buku SOP Budidaya Heliconia
Kegiatan pembahasan buku SOP heliconia dilaksanakan dalam bentuk:
1) Persiapan
- Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).
- Identifikasi dan koordinasi pengumpulan bahab pembahasan buku SOP
heliconia
2) Pelaksanaan
- Melakukan perjalanan dalam rangka pembahasan buku SOP heliconia
- Melakukan penyusunan buku SOP heliconia
- Melakukan pembahasan buku SOP heliconia dengan pelaku usaha/pakar
& instansi terkait.
- Memberikan honor kepada narasumber/pakar/praktisi.
- Mencetak buku SOP heliconia
5. Keluaran/Output
5.1. Buku
Tersedianya buku Informasi Teknis Tanaman Hias Berbunga Indah sebanyak 350
buku
Rencana Distribusi buku Informasi Teknis Tanaman Hias Berbunga Indah :
Diperta Propinsi Jawa Barat, Diperta Propinsi Jawa Tengah, Diperta Propinsi
Jawa Timur, Diperta Propinsi D.I Yogyakarta, Diperta Propinsi Banten, Diperta
Propinsi Kalimantan Barat, Diperta Propinsi Kalimantan Timur, Diperta Propinsi
Jambi, Diperta Provinsi Kepulauan Riau, Diperta Propinsi Sumatera Barat, Diperta
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 230
Propinsi Sumatera Utara, Diperta Propinsi Sumatera Selatan, Diperta Propinsi
Sulawesi Selatan, Diperta Propinsi Sulawesi Utara, Diperta Propinsi Sulawesi
Tenggara, Diperta Propinsi Bali, Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat, Diperta
Propinsi Nusa Tenggara Timur, Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur, Diperta
Propinsi Gorontalo, Asbindo, DPP PAI, Ikatan Arsitekstur Lansekap Indonesia,
Promosi/ Pameran, Lain-lain (Perorangan) + Arsip, Stake Holder/Instansi Terkait
5.2. Pertemuan
Pembahasan Buku SOP Heliconia
Kegiatan Pembahasan Buku SOP Heliconia pada tanggal 12 – 14 Februari
2015 di Bogor.
Heliconia merupakan komoditas florikultura tropis yang memiliki potensi untuk
dikembangkan di indonesia.
Pembahasan SOP Heliconia menjadi hal yang penting karena SOP
merupakan panduan untuk menerapkan GAP. Dengan menerapkan GAP,
seorang pelaku usaha dapat mengusulkan untuk meregistrasi lahan usaha ke
dinas pertanian kabupaten/kota. Dinas pertanian kabupaten/kota mengajukan
lahan yang akan diregistrasi tersebut ke dinas pertanian propinsi untuk
diverifikasi. Bagi pelaku usaha yang sudah diregistrasi lahan usahanya dapat
memperoleh fasilitas dan insentif usaha hortikultura sesuai peraturan
pemerintah no, 25 tahun 2014.
Persyaratan untuk mendapatkan registrasi lahan usaha antara lain: 1)
berusaha di bidang hortikultura, 2) memiliki mitra jual, 3) melakukan cara
budidaya yang baik dan benar / menerapkan SOP sesuai GAP, dan 4)
melakukan pencatatan pada kegiatan budidayanya.
Ruang lingkup SOP budidaya heliconia adalah : penetapan lokasi, penyiapan
lahan, perbanyakan tanaman, penanaman, pengairan, penyulaman,
penyiangan, pemupukan, pemeliharaan tanaman,, perlindungan tanaman,
panen dan pencatatan.
6. Hasil/Outcome
6.1. Meningkatnya pemahaman para petani dalam SOP Budidaya Heliconia sehingga
mau melakukan pencatatan secara baik dan benar.
6.2. Meningkatnya keterampilan petani heliconia dalam mengidentifikasi permasalahan
di lapangan dan mencari solusi melalui hasil pencatatan sebagai managemen
kontrolnya.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 231
6.3. Meningkatnya motivasi petani heliconia dalam menerapkan SOP heliconia agar
dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas heliconia sehingga berdaya saing di
pasar global.
7. Manfaat/Benefit
7.1. Berkembangnya usaha tani tanaman heliconia
7.2. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan para petani heliconia
8. Dampak/Inpact
Petani tanaman heliconia memiliki kompetensi dalam budidaya heliconia sesuai SOP
sehingga mampu berdaya saing di pasar domestik maupun global.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Buku SOP Budidaya Heliconia dapat dijadikan acuan dalam melakukan budidaya
budidaya heliconia sesuai kaidah GAP.
9.2. Ruang lingkup SOP budidaya heliconia adalah: Penetapan lokasi, penyiapan
lahan, perbanyakan tanaman, penanaman, pengairan, penyulaman,
penyianmgan, pemupukan, pemeliharaan tanaman, perlindungan tanaman, panen
dan pencatatan.
9.3. Hanya petani yang telah menerapkan SOP/GAP yang dapat melakukan registrasi
lahan usaha.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 232
BUKU KATALOG TANAMAN TROPIS
1. Latar Belakang
Indonesia yang negara tropis kaya dengan berbagai jenis tanaman hias, diantaranya
jenis pisang-pisangan atau pisang hias (Heliconia sp). Heliconia sp salah satu jenis
tanaman hias tropis yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan sangat prospektif
dikembangkan secara komersial. Bentuknya yang sangat eksotik sebagai materi dalam
rangkaian maupun dalam penataan taman. Heliconia sp banyak varietasnya dengan
bentuk dan warna bunganya yang eksotis. Di samping warna dominan merah, kuning,
jingga, pink, dan hijau, juga terdapat beragam warna kombinasi sangat atraktif.
Beberapa jenis Heliconia sp yang banyak disukai seperti Heliconia rostracta, Heliconia
pendula, Heliconia stricta, Heliconia wagneriana, Heliconia jacquinii, Heliconia
brasilliansis, Heliconia bihai. Karena sosok dan bunganya yang menawan, heliconia
banyak digunakan sebagai bunga potong atau materi rangkaian bunga dan dekorasi.
Selain itu, tanaman heliconia sering digunakan sebagai materi taman, baik
dikombinasikan, atau tanpa kombinasi dengan tanaman lain.
Dalam rangka penyediaan informasi mengenai jenis-jenis heliconia yang memiliki nilai
eksotik sebagai materi rangkaian bunga maupun materi taman, maka perlu menyusun
Katalog Tanaman Tropis (Seri Heliconia) sehingga dapat memberikan gambaran
kepada masyarakat mengenai pesona berbagai jenis Heliconia yang dapat
dikembangkan secara komersial untuk materi rangkaian maupun pertamanan.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Memberikan informasi kepada masyarakat jenis-jenis Heliconia yang memiliki nilai
komersial untuk materi rangkaian dekorasi dan pertamanan.
2.2. Sasaran
Tersedianya informasi mengenai jenis-jenis Heliconia bagi masyarakat.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 35.800.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebeasar Rp. 31.600.000,-
3.3. Informasi Teknologi
4. Pelaksanaan Kegiatan
Tahapan pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 233
4.1. Pertemuan Pembahasan dan Pencetakan Katalog Tanaman Tropis (Heliconia) di
dilaksanakan di Bogor, Jawa Barat pada 21-23 April 2015.
4.2. Peserta pertemuan terdiri lain petugas dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura, Direktorat Pemasaran Domestik Ditjen PPHP, BALITHI, UPTD Pasar
Bunga Rawa Belong, IPB, Asosiasi dan pelaku usaha heliconia dari Jawa Barat.
4.3. Pertemuan Pembahasan dan Pencetakan bentuk pemaparan serta diskusi
4.4. Perjalanan dilaksanakan sebanyak 40 OP ke Bogor.
4.5. Menyediakan konsumsi pertemuan Pembahasan Katalog Tanaman Tropis
(Heliconia)
4.6. Melaksanakan perjalanan Pembahasan Katalog Tanaman Tropis (Heliconia)
4.7. Penggantian transport pertemuan
5. Keluaran/Output
Tersedianya Buku Katalog Tanaman Tropis dalam memperkaya informasi mengenai
jenis-jenis Heliconia yang dapat dikembangkan secara komersial.
6. Hasil/Outcome
Terinformasikannya aneka jenis Heliconia kepada para stakeholders terkait.
7. Manfaat/Benefit
Bertambahnya informasi tentang aneka jenis Heliconia bagi para stakeholders terkait.
8. Dampak/Impact
Berkembangnya agribisnis Tanaman Hias Tropis (Heliconia).
9. Kesimpulan/Hasil
a. Format isi katalog heliconia berisi informasi tentang ketinggian tanaman, jumlah
seludang dan warna seludang. Untuk penjelasan warna seludang diterangkan
warna seludang serta warna seludang pada bagian bawah, bibir dan ujung.
Dijelaskan juga tentang bahwa tanaman Heliconia berbunga sepanjang tahun dan
persentase naungan juga memerlukan naungan
b. Di dalam katalog heliconia diklasifikasikan berdasarkan tipe rangkaian seludang,
yaitu tipe tegak besar, menjuntai dan lain-lain. Setelah penulisan dibagi
berdasarkan tipenya, di dalam penulisannya diurutkan berdasarkan awalan huruf
dari nama varitasnya.
c. Tanaman heliconia terpisah antara bunga dan batangnya, sehingga tidak
memerlukan perendaman air pada saat perlakuan pascapanennya. Heliconia
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 234
dengan tipe tegak memiliki shelf life atau ketahanan yang lebih lama dibandingkan
heliconia dengan tipe menjuntai. Heliconia sexy pink dengan tipe menjuntai,
merupakan salah satu jenis heliconia yang tahan lama. Sedangkan Heliconia
rostrata bersifat kurang tahan lama.
d. Kunjungan lapang dilakukan ke salah satu Kebun Heliconia yaitu PT. Mandiri Jaya
Flora. Kunjungan Lapang dilakukan untuk melengkapi bahan katalog heliconia,
khususnya foto/gambar.
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN POT DAN LANDSCAPE, INFORMASI TENTANG
TEKNOLOGI BUDIDAYA, JENIS-JENIS TANAMAN, SERTA MANFAAT/PENGGUNAAN
TANAMAN POT LANSEKAP DALAM BENTUK BUKU DAN POSTER, BUKU RENCANA
STRATEGIS DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN FLORIKULTURA TAHUN
2015 – 2019, PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN PENGEMBANGAN FLORIKULTURA
1. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian N0.61/Permentan/OT.140/10/2010, tanggal
14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Pertanian Menyatakan
Bahwa Direktorat Budidaya dan Pascapanen Tanaman Florikultura mempunyai Tugas
Pokok pelaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang budidaya dan pascapanen tanaman florikultura.
Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut, Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Tanaman Florikultura perlu menyiapkan pedoman-pedoman teknis yang
akan digunakan sebagai bahan acuan dalam pengembangan tanaman florikultura.
Untuk pelaksanaan kegiatan baik budidaya maupun penanganan pascapanen di lapang,
diperlukan suatu pedoman untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan kegiatan tersebut.
Oleh sebab itu diperlukan pedoman baik berupa buku, katalog, profil dan bentuk-bentuk
penyampaian lainnya.
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura mempunyai tugas meningkatkan
produksi, produktivitas dan mutu florikultura, salah satu upaya untuk mewujudkan hal
tersebut melalui penyiapan, penyusunan dan perbanyakan pedoman-pedoman teknis
maupun kelembagaan. Pedoman-pedoman tersebut akan digunakan sebagai bahan
pembinaan/penyuluh dan disosialisasikan kepada para pelaku usaha sebagai upaya
meningkatkan produksi dan mutu produk khususnya yang ada di sentra-sentra produksi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 235
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Menyediakan pedoman budidaya yang baik bagi pelaku usaha dalam rangka
meningkatkan produksi dan mutu tanaman pot dan lansekap
b. Menyediakan informasi tentang teknologi budidaya, jenis-jenis tanaman, serta
manfaat/penggunaan tanaman pot lansekap dalam bentuk buku dan poster
c. Menyediakan Buku Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura Tahun 2015 - 2019
d. Menyediakan petunjuk teknis kegiatan pengembangan florikultura
2.2. Sasaran
a. Tersedianya pedoman budidaya yang baik bagi para petani/pelaku usaha,
petugas dan masyarakat luas yang sedang dan akan mengembangkan
tanaman pot dan lansekap.
b. Tersedianya informasi tentang teknologi budidaya dalam rangka mendukung
penerapan GAP, jenis - jenis tanaman serta manfaat/ penggunaan tanaman
pot dan lansekap dalam bentuk buku dan poster
c. Tersedianya Buku Renstra Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura
Tahun 2015-2019 sebagai acuan dalam pengembangan florikultura
d. Tersedianya petunjuk teknis yang dapat digunakan oleh
pembina/petugas/penyuluh/kelompoktani/petani dalam memperlancar dan
mendukung pelaksanaan pengembangan kawasan florikultura.
3. Masukan /Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 184.480.000,-
3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp.180.680.000,-
3.3. Informasi teknis
4. Pelaksanaan Kegiatan
A. Pembuatan dan pencetakan poster tanaman hias dalam pot dan poster tanaman
lansekap seri penutup tanah.
B. Pembahasan Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan Pascapanen
Melati
Kegiatan ini dilaksanakan dalm bentuk:
1). Persiapan
- Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).
- Identifikasi dan koordinasi pengumpulan data.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 236
- Menyiapkan draft awal SOP Budidaya dan pascapanen Melati
2. Pelaksanaan
- Melakukan pembahasan draft buku Standar Operasional Prosedur (SOP)
Budidaya dan Pasca Panen Melati
- Melakukan perjalanan dinas dalam rangka pembahasan Standar
Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan Pasca Panen Melati
- Memberikan honor kepada narasumber/pakar/praktisi, dalam rangka
pembahasan buku Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan
Pasca Panen Melati
- Melaksanakan pencetakan buku Standar Operasional Prosedur (SOP)
Budidaya dan Pasca Panen Melati
C. Pembahasan Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura
tahun 2015-2019
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk :
1). Persiapan
- Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).
- Menyiapkan draft awal Renstra 2015 - 2019
2. Pelaksanaan
- Melakukan pembahasan Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura tahun 2015-2019
- Melakukan perjalanan dinas dalam rangka pembahasan Rencana
Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura tahun 2015-
2019
- Melaksanakan pencetakan buku Rencana Strategis Direktorat Budidaya
dan Pascapanen Florikultura tahun 2015-2019
D. Pembahasan Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk:
1). Persiapan
- Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).
- Menyiapkan draft awal Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap
2. Pelaksanaan
- Melakukan pembahasan Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan
Lansekap
- Melakukan perjalanan dinas dalam rangka pembahasan Teknik
Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 237
- Melaksanakan pencetakan buku Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan
Lansekap
E. Pembahasan Informasi Teknis Tanaman Hias Berdaun Indah
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk:
1). Persiapan
- Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).
- Menyiapkan draft awal informasi Teknis Tanaman Hias Berdaun Indah
2. Pelaksanaan
- Melakukan pembahasan Informasi Teknis Tanaman Hias Berdaun Indah
- Melakukan perjalanan dinas dalam rangka pembahasan Informasi Teknis
Tanaman Hias Berdaun Indah
- Melaksanakan pencetakan buku Informasi Teknis Tanaman Hias
Berdaun Indah
F. Pembahasan Petunjuk Teknis Florikultura 2016
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk:
1). Persiapan
- Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).
- Menyiapkan draft awal Petunjuk Teknis Florikultura 2016
2. Pelaksanaan
- Melakukan pembahasan Petunjuk Teknis Florikultura 2016
- Melakukan perjalanan dinas dalam rangka pembahasan Petunjuk Teknis
Florikultura 2016
5. Keluaran/Output
5.1. Poster Tanaman Hias Dalam Pot
- Tersedianya Poster Tanaman Hias Dalam Pot sebanyak 725 expl
- Tersedianya Poster Tanaman Hias Lansekap Seri Tanaman Penutup Tanah
berbunga Indah sebanyak 725 expl
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 238
Tabel 9. Rencana Distribusi Poster Tanaman Pot dan Lasekap
No. Diberikan Kepada Jumlah
1 Diperta Propinsi Jawa Barat 25
2 Diperta Propinsi Jawa Tengah 25
3 Diperta Propinsi Jawa Timur 25
4 Diperta Propinsi D.I Yogyakarta 25
5 Diperta Propinsi Banten 25
6 Diperta Propinsi Kalimantan Barat 15
7 Diperta Propinsi Kalimantan Timur 15
8 Diperta Propinsi Jambi 15
9 Diperta Provinsi Kepulauan Riau 25
10 Diperta Propinsi Sumatera Barat 25
11 Diperta Propinsi Sumatera Utara 25
12 Diperta Propinsi Sumatera Selatan 25
13 Diperta Propinsi Sulawesi Selatan 25
14 Diperta Propinsi Sulawesi Utara 10
15 Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara 10
16 Diperta Propinsi Bali 15
17 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat 10
18 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur 10
19 Diperta Propinsi Gorontalo 10
20 Diperta Propinsi Lampung 15
21 Asbindo 15
22 Ikatan Arsitekstur Lansekap Indonesia 10
23 Perguruan Tinggi (IPB) Faperta 10
24 Promosi/ Pameran 700
25 Lain-lain (Perorangan/Pelaku Usaha) 240
26 Stake Holder/Instansi Terkait 50
27 Arsip 50
Jumlah 1450
5.2. Buku
a. Tersedianya buku Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan
Pascapanen Melati sebanyak 300 buku
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 239
Tabel 10. Rencana Distribusi SOP Melati
No. Diberikan Kepada Jumlah
1 Diperta Propinsi Jawa Barat 10
2 Diperta Propinsi Jawa Tengah 30
3 Diperta Propinsi Jawa Timur 15
4 Diperta Propinsi D.I Yogyakarta 4
5 Diperta Propinsi Banten 2
6 Diperta Propinsi Kalimantan Selatan 2
7 Diperta Propinsi Kalimantan Timur 2
8 Diperta Propinsi Jambi 2
9 Diperta Provinsi Kepulauan Riau 2
10 Diperta Propinsi Sumatera Barat 2
11 Diperta Propinsi Sumatera Selatan 2
12 Diperta Propinsi Sulawesi Selatan 2
13 Diperta Propinsi Sulawesi Utara 2
14 Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara 2
15 Diperta Propinsi NTB 2
16 Promosi/ Pameran 100
17 Lain-lain (Perorangan, Pelaku Usaha) 84
18 Arsip 15
19 Tim Penyusun 20
Jumlah 300
b. Tersedianya buku Katalog Anggrek Spesies Indonesia yang Telah
Dibudidayakan (cetakan ke 2) sebanyak 500 buku
Tabel 11. Rencana Distribusi Pencetakan Ulang Katalog Anggrek Species
No. Diberikan Kepada Jumlah
1 Diperta Propinsi Jawa Barat 25
2 Diperta Propinsi Jawa Tengah 25
3 Diperta Propinsi Jawa Timur 25
4 Diperta Propinsi D.I Yogyakarta 15
5 Diperta Propinsi Banten 25
6 Diperta Propinsi Kalimantan Barat 5
7 Diperta Propinsi Kalimantan Timur 5
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 240
No. Diberikan Kepada Jumlah
8 Diperta Propinsi Jambi 5
9 Diperta Provinsi Kepulauan Riau 5
10 Diperta Propinsi Sumatera Barat 10
11 Diperta Propinsi Sumatera Utara 5
12 Diperta Propinsi Sumatera Selatan 5
13 Diperta Propinsi Sulawesi Selatan 5
14 Diperta Propinsi Sulawesi Utara 5
15 Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara 5
16 Diperta Propinsi Bali 5
17 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat 5
18 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur 5
19 Diperta Propinsi Gorontalo 5
21 DPP PAI 10
23 Promosi/ Pameran 125
24 Lain-lain (Perorangan, Pelaku Usaha) 150
26 Institut Pertanian Bogor 5
27 Arsip 20
Jumlah 500
c. Tersedianya buku Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura tahun 2015-2019 sebanyak 200 buku
Tabel 12. Rencana Distribusi Renstra Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura
No Diberikan Kepada Jumlah
1
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
NAD 4
2 Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 4
3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi
Sumatera Barat 10
4
Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi
Kepulauan Riau 3
5 Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau 4
6
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu 4
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 241
No Diberikan Kepada Jumlah
7
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Sumatera Selatan 5
8
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Lampung 5
9 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi 5
10 Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta 5
11 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 10
12
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Jawa Tengah 10
13 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Provinsi Banten 5
14 Dinas Pertanian Provinsi DI Yogyakarta 5
15 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 10
16 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali 5
17 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur 5
18
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan
Selatan 5
19 Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat 5
20 Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah 4
21 Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara 5
22
Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi
Tenggara 5
23
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Provinsi
Sulawesi Tengah 5
24
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Sulawesi Selatan 5
25 Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Barat 5
26 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo 5
27
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Nusa Tenggara
Barat 5
28
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Nusa Tenggara Timur 5
29
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi
Bangka Belitung 5
30
Dinas Pertanian Provinsi Maluku 5
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 242
No Diberikan Kepada Jumlah
31
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Maluku
Utara 5
32 Dinas Pertanian Provinsi Papua 5
33 Dinas Pertanian Provinsi Papua Barat 5
34 Arsip 10
35 Subdit Pascapanen Tanaman Pot dan Lansekap 4
36 Subdit Budidaya Daun dan Bunga Potong 4
37 Subdit Pascapanen Daun dan Bunga Potong 4
Jumlah 200
d. Tersedianya buku Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap
Sebanyak 400 buku
Tabel 13. Rencana Distribusi Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap
No. Diberikan Kepada Jumlah
1 Diperta Propinsi Jawa Barat 15
2 Diperta Propinsi Jawa Tengah 10
3 Diperta Propinsi Jawa Timur 10
4 Diperta Propinsi D.I Yogyakarta 10
5 Diperta Propinsi Banten 10
6 Diperta Propinsi Kalimantan Barat 5
7 Diperta Propinsi Kalimantan Timur 5
8 Diperta Propinsi Jambi 5
9 Diperta Provinsi Kepulauan Riau 5
10 Diperta Propinsi Sumatera Barat 10
11 Diperta Propinsi Sumatera Utara 5
12 Diperta Propinsi Sumatera Selatan 5
13 Diperta Propinsi Sulawesi Selatan 5
14 Diperta Propinsi Sulawesi Utara 5
15 Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara 5
16 Diperta Propinsi Bali 5
17 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat 5
18 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur 5
19 Diperta Propinsi Gorontalo 5
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 243
No. Diberikan Kepada Jumlah
20 Tim Penyusun 20
21 Ikatan Arsitekstur Lansekap Indonesia 5
22 Perguruan Tinggi (IPB) 5
23 Promosi/ Pameran 150
24 Lain-lain (Perorangan/Pelaku Usaha) 75
25 Arsip 15
Jumlah 400
e. Tersedianya Buku Informasi Teknis Tanaman Pot dan Lansekap (Seri
Tanaman Hias Berdaun Indah) sebanyak 250 buku
Tabel 14. Rencana Distribusi buku Informasi Teknis Tanaman Pot dan Lansekap ( Seri
Tanaman Hias Berdaun Indah)
No. Diberikan Kepada Jumlah
1 Diperta Propinsi Jawa Barat 10
2 Diperta Propinsi Jawa Tengah 10
3 Diperta Propinsi Jawa Timur 8
4 Diperta Propinsi D.I Yogyakarta 8
5 Diperta Propinsi Banten 6
6 Diperta Propinsi Kalimantan Barat 5
7 Diperta Propinsi Kalimantan Timur 4
8 Diperta Propinsi Jambi 4
9 Diperta Provinsi Kepulauan Riau 4
10 Diperta Propinsi Sumatera Barat 6
11 Diperta Propinsi Sumatera Utara 5
12 Diperta Propinsi Sumatera Selatan 4
13 Diperta Propinsi Sulawesi Selatan 3
14 Diperta Propinsi Sulawesi Utara 3
15 Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara 3
16 Diperta Propinsi Bali 5
17 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat 4
18 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur 4
19 Diperta Propinsi Gorontalo 4
20 Ikatan Arsitekstur Lansekap Indonesia 10
21 Perguruan Tinggi (IPB) 5
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 244
No. Diberikan Kepada Jumlah
22 Promosi/ Pameran 60
23 Lain-lain (Perorangan) + Arsip 50
24 Stake Holder/Instansi Terkait 25
Jumlah 250
f. Tersedianya Buku Informasi Teknis Budidaya Tanaman Pot Seri Pelindung
Sebanyak 200 buku (Cetakan ke 2)
Tabel 15. Rencana Distribusi Informasi Teknis Tanaman Pot dan Lansekap Seri
Tanaman Pelindung.
No. Diberikan Kepada Jumlah
1 Diperta Propinsi Jawa Barat 8
2 Diperta Propinsi Jawa Tengah 8
3 Diperta Propinsi Jawa Timur 8
4 Diperta Propinsi D.I Yogyakarta 8
5 Diperta Propinsi Banten 6
6 Diperta Propinsi Kalimantan Barat 3
7 Diperta Propinsi Kalimantan Timur 3
8 Diperta Propinsi Kalimantan Selatan 3
9 Diperta Propinsi Jambi 3
10 Diperta Propinsi Riau 3
11 Diperta Provinsi Kepulauan Riau 3
12 Diperta Propinsi Sumatera Barat 10
13 Diperta Propinsi Sumatera Utara 5
14 Diperta Propinsi Sumatera Selatan 5
15 Diperta Propinsi Sulawesi Selatan 3
16 Diperta Propinsi Sulawesi Utara 3
17 Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara 3
18 Diperta Propinsi Bali 5
19 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat 3
20 Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur 3
21 Diperta Propinsi Gorontalo 3
22 Diperta Propinsi Lampung 3
23 Diperta Provinsi Papua 3
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 245
No. Diberikan Kepada Jumlah
24 Asbindo 5
25 DPP PAI 5
26 Perguruan Tinggi (IPB) 5
27 Promosi/ Pameran 50
28 Lain-lain (Perorangan) + Arsip 30
Jumlah 200
5.3. Pertemuan
a. Pembahasan Buku Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan
Pasca panen Melati
Kegiatan Pembahasan buku SOP Melati dilaksanakan pada tanggal 8 -
10 April 2015 di Bogor.
Peserta dalam kegiatan ini sebanyak 23 orang terdiri atas Direktorat
Perlindungan Hortikultura, Direktorat Perbenihan Hortikultura, Balai
Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Perguruan Tinggi (Unsoed), Pelaku
Usaha melati dari Kabupaten Tegal, Pemalang, Batang, Pekalongan, PT
Alamanda dan Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura.
Materi dalam pembahasan buku SOP budidaya dan pascapanen melati
bersumber dari pelaku usaha melati, perguruan tinggi, instansi terkait dan
literatur.
Narasumber
Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Perguruan Tinggi (Unsoed), PT.
Alamanda, Pelaku Usaha melati dari Kabupaten Tegal, Pemalang,
Batang, Pekalongan,
b. Pembahasan buku Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura 2015- 2019
Kegiatan pembahasan Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura dilaksanakan di Bogor-Jawa Barat pada tanggal
9-11 Maret 2015.
Peserta dalam pembahasan Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura berjumlah 20 orang petugas Direktorat Budidaya
dan Pascapanen Florikultura.
Materi dalam pembahasan buku Renstra bersumber dari kebijakan-
kebijakan yang terkait dalam pembahasan buku Renstra bersumber dari
kebijakan – kebijakan yang terkait seperti UU No.13 tentang Hortikultura,
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 246
SIPP 2015 20145, Renstra Kementan, Blue Print Pembangunan
Hortikultura 2010 -2025, Renstra Hortikultura 2015 – 2019.
c. Pembahasan buku Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap
Kegiatan Pembahasan buku Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap
dilaksanakan pada tanggal 3 – 5 Juni 2015 di Bogor.
Peserta dalam kegiatan ini sebanyak 22 orang terdiri dari IPB, Balai
Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Pelaku Usaha Tanaman Pot dan
Lansekap serta dari Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura.
Materi dalam pembahasan teknik perbanyakan tanaman pot lansekap
bersumber dari pelaku usaha tanaman pot lansekap, perguruan tinggi,
instansi terkait, buku literatur dan informasi teknis lainnya
Narasumber
IPB, Balai Penelitian, Pelaku Usaha Kota Bogor, Pelaku Usaha Kota
Depok, Pelaku Usaha Kab. Cianjur , Pelaku Usaha Kota Tangerang
d. Pembahasan buku Informasi Teknis Tanaman Hias Berdaun Indah
Kegiatan Pembahasan buku informasi teknis tanaman pot dan lansekap
seri tanaman hias berdaun indah yang dilaksanakan pada tanggal 26 –
28 Agustus 2015 di Bogor.
Peserta dalam kegiatan ini sebanyak 20 orang dari IPB, Balai Penelitian
Tanaman Hias (Balithi), LIPI, Trisakti, Pelaku Usaha Tanaman Pot dan
Lansekap serta Petugas dari Direktorat Budidaya dan Pasca Panen
Florikultura
Materi dalam pembahasan buku tanaman hias berdaun indah bersumber
dari berbagai pustaka tentang jenis-jenis tanaman berdaun indah dalam
bentuk buku maupun informasi lainnya.
Narasumber
IPB, Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Trisakti, Praktisi Lansekap,
Pelaku Usaha Kota Bogor, Pelaku Usaha Kab Cianjur, Kebun Raya
Cibodas, Pelaku Usaha Depok.
e. Pembahasan buku Petunjuk Teknik Florikultura 2016
Kegiatan Pembahasan buku Petunjuk Teknik Florikultura 2016
dilaksanakan pada tanggal 19 – 21 November 2015 di Bogor.
Peserta dalam buku Petunjuk Teknik Florikultura 2016 Petugas dari
Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Materi dalam pembahasan buku Petunjuk Teknik Florikultura 2016
bersumber dari RKAKL/Draft POK Renja.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 247
5.4. Perjalanan
a. Perjalanan dalam rangka Pembahasan Buku Standar Operasional Prosedur
Budidaya dan Pasca panen Melati 20 OP dilaksanakan pada tanggal 8 - 10
April 2015 di Bogor.
b. Perjalanan dalam rangka Pembahasan Rencana Strategis Direktorat
Budidaya dan Pascapanen 22 OP dilaksanakan pada tanggal 9-11 Maret
2015 di Bogor
c. Perjalanan dalam rangka Pembahasan Buku Teknik Perbanyakan Tanaman
Pot dan Lansekap 25 OP dilaksanakan pada tanggal 3 – 5 Juni 2015 di
Bogor.
d. Perjalanan dalam rangka Pembasan Buku Informasi Teknis Tanaman Hias
Berdaun Indah 23 OP dilaksanakan pada tanggal 26 – 28 Agustus 2015 di
Bogor.
e. Perjalanan dalam rangka pembahasan buku Petunjuk Teknis Florikultura
2016 24 OP dilaksanakan pada tanggal 18 – 20 Nov 2015 di Bogor
6. Hasil/Outcome
Terdistribusikannya Poster Tanaman Hias Dalam Pot, Poster Tanaman Hias Lansekap
Seri Tanaman Penutup Tanah, Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan
Pascapanen Melati, Katalog Anggrek Spesies Indonesia yang Telah Dibudidayakan,
Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura tahun 2015-2019,
Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap, Informasi Teknis Tanaman Hias
Berdaun Indah dan Informasi Teknis Budidaya Tanaman Pot Seri Pelindung.
7. Manfaat/Benefit
Meningkatnya pengetahuan pelaku usaha, petugas dan masyarakat pada umumnya
tentang/cara berbudidaya dan penanganan pascapanen melati, teknik perbanyakan
tanaman pot dan lansekap, tanaman hias berdaun indah ada acuan tentang Renstra
Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura serta adanya acuan
pelaksanaan pengembangan florikultura baik di pusat maupun di daerah.
8. Dampak/Inpact
Berkembangnya agribisnis tanaman pot dan lansekap.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 248
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Buku Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan Pasca panen Melati
merupakan panduan bagi petugas, masyarakat umum, pelaku usaha, petugas
dinas pertanian, supaya lebih memahami cara berbudidaya yang baik dan
penanganan Pasca panen Melati
b. Buku Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap merupakan panduan
bagi pelaku usaha, petugas, hobiis, dan masyarakat umum agar lebih
memahami teknik -teknik perbanyakan tanaman pot lansekap .
c. Buku Katalog Anggrek Spesies Indonesia yang telah dibididayakan,
merupakan panduan bagi masyarakat umum, pelaku usaha, petugas dinas
pertanian
d. Buku Tanaman pohon pelindung dan tanaman hias berdaun indah merupakan
informasi tentang budidaya, taksonomi, agroklimat dan manfaat dari tanaman
tersebut.
e. Buku petunjuk teknis kegiatan florikultura 2016 dirancang sebagai acuan
untuk memberikan informasi terkait kegiatan peningkatan produksi dan mutu
florikultura baik dari segi budidaya maupun pascapanen. Dengan adanya
buku ini diharapkan dapat mempermudah pelaksanaan pengembangan
florikultura di daerah
f. Buku Renstra merupakan acuan untuk menyusun kebijakan, strategi, program
dan kegiatan pengembangan florikultura untuk tahun 2015-2019
9.2. Saran
a. Perlunya sosialisasi buku-buku tersebut kepada petugas, pelaku usaha dan
masyarakat umum lainnya.
b. Masih perlu dibuat berbagai jenis buku tanaman pot dan lansekap yang
sangat dibutuhkan pelaku usaha dan masyarakat luas untuk mendukung
pengembangan usaha flortikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 249
BUKU SOP PASCAPANEN DRACAENA (SERI DRACAENA SANDERIANA), BUKU
INFORMASI TEKNIS PASCAPANEN TANAMAN DAUN DAN BUNGA POTONG,
PENCETAKAN ULANG BUKU MERANGKAI BUNGA
1. Latar Belakang
Penanganan pascapanen produk florikultura sangat berperan dalam mengamankan
hasil produk dari sisi kehilangan hasil maupun mutu. Kegiatan pascapanen bertujuan
mempertahankan mutu produk segar agar tetap prima sampai ke tangan konsumen,
menekan kehilangan hasil baik kerusakan fisik maupun kimiawi, memperpanjang masa
display atau kesegaran dan meningkatkan nilai ekonomis produk tanaman. Kegiatan
pascapanen umumnya belum cukup baik dilakukan petani karena belum sepenuhnya
menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pascapanen khususnya untuk
produk florikultura.
Dalam rangka meningkatkan daya saing produk florikultura serta dalam melaksanakan
fungsi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura yang diantaranya adalah
menyusun standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, maka telah dilaksanakan
kegiatan pembahasan Buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana)
dan Buku Informasi Teknis Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga Potong. Buku SOP
Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) tersebut merupakan bahan acuan
teknis penanganan pascapanen Dracaena bagi petugas baik di tingkat pusat maupun
daerah sentra florikultura dan pelaku usaha florikultura sebagai upaya menekan
kehilangan hasil dan mempertahankan mutu produk. Buku tersebut berisi informasi
teknis penanganan pascapanen Dracaena sesuai standar Good Handling Practices
(GHP) Florikultura. Sedangkan Buku Informasi Teknis Pascapanen Tanaman Daun dan
Bunga Potong memberikan informasi tentang ragam bunga dan daun potong.
Pemanfaatan produk florikultura salah satunya dalam bentuk rangkaian bunga sebagai
sarana untuk mengungkapkan hubungan emosional dengan orang terdekat, sahabat,
atau keluarga. Produk florikultura yang telah dibentuk menjadi rangkaian bunga akan
memiliki nilai tambah dibanding produk florikultura yang belum dirangkai. Keterampilan
merangkai bunga merupakan salah satu bentuk kreatifitas untuk meningkatkan nilai
tambah dari produk florikultura. Pada tahun 2014 telah disusun Buku Merangkai Bunga
dan antusiasme masyarakat terhadap hadirnya buku tersebut tinggi. Pada tahun 2015
ini dilakukan pencetakan ulang Buku Merangkai Bunga untuk menyediakan informasi
mengenai tata cara merangkai bunga.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 250
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Menyediakan pedoman bagi petugas dan pelaku usaha florikultura dalam
penanganan pascapanen Dracaena.
b. Menyediakan informasi teknis mengenai ragam bunga dan daun potong serta
tata cara merangkai bunga.
c. Meningkatkan pemahaman petugas dan pelaku usaha florikultura tentang
penanganan pascapanen Dracaena, ragam bunga dan daun potong, serta
teknik-teknik dasar merangkai bunga.
d. Meningkatkan daya saing produk tanaman florikultura.
2.2. Sasaran
a. Tersedianya pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) Pascapanen
Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) sebagai bahan acuan teknis bagi
petugas dan pelaku usaha florikultura dalam penanganan pascapanen
Dracaena.
b. Tersedianya informasi mengenai ragam bunga dan daun potong serta tata
cara merangkai bunga.
c. Meningkatnya pemahaman petugas dan pelaku usaha florikultura dalam
penanganan pascapanen Dracaena, ragam bunga dan daun potong, serta
memahami teknik-teknik dasar merangkai bunga.
d. Daya saing produk tanaman florikultura meningkat.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 144.890.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 138.937.000,-
3.3. Informasi Teknologi : Data dan Informasi Teknis
3.4. SDM
4. Pelaksanaan Kegiatan
4.1. Melakukan perjalanan dinas dalam rangka Pengumpulan Informasi/Identifikasi
pedoman pascapanen tanaman daun dan bunga potong.
4.2. Melaksanakan Pencetakan Buku SOP Pascapanen Dracaena.
4.3. Melaksanakan Pencetakan Buku Informasi Teknis Pascapanen Tanaman Daun
dan Bunga Potong.
4.4. Melaksanakan Pencetakan Ulang Buku Merangkai Bunga
4.5. Memberikan honor kepada narasumber/pakar/praktisi
4.6. Memberikan honor kepada moderator
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 251
4.7. Melaksanakan pembayaran biaya paket meeting Pembahasan Buku SOP
Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana)
4.8. Melaksanakan pembayaran biaya paket meeting Buku Informasi Teknis
Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga Potong.
4.9. Melaksanakan perjalanan dinas dalam rangka Pembahasan Buku SOP
Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana).
4.10. Melaksanakan perjalanan dinas dalam rangka Pembahasan Buku Informasi
Teknis Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga Potong.
5. Keluaran/Output
5.1. Terlaksananya perjalanan dinas dalam rangka Identifikasi/Pengumpulan Informasi
Pedoman Pascapanen Daun dan Bunga Potong sebanyak 4 OP ke Bogor.
5.2. Terlaksananya Pencetakan Buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena
sanderiana)
a. Dicetak sebanyak 500 eksemplar
b. Didistribusikan ke Dinas Pertanian Propinsi dan kabupaten/Kota sentra
florikultura serta pelaku usaha florikultura.
5.3. Terlaksananya Pencetakan Buku Informasi Teknis Pascapanen Tanaman Daun
dan Bunga Potong
a. Dicetak sebanyak 200 eksemplar
b. Didistribusikan ke Dinas Pertanian Propinsi dan kabupaten/Kota sentra
florikultura serta pelaku usaha florikultura.
5.4. Terlaksananya Pencetakan Buku Merangkai Bunga
a. Dicetak sebanyak 300 eksemplar
b. Didistribusikan ke Dinas Pertanian Propinsi dan kabupaten/Kota sentra
florikultura serta pelaku usaha florikultura.
5.5. Terlaksananya pemberian honor kepada narasumber pakar/praktisi pada kegiatan
a. Pembahasan Buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana)
pada tanggal 12 – 14 Agustus 2015 di Bogor.
b. Pembahasan Buku Informasi Teknis Daun dan Bunga Potong (Seri Ragam
daun dan Bunga Potong) pada tanggal 27 – 29 April 2015 di Bogor.
5.6. Terlaksananya pemberian honor kepada moderator
a. Pembahasan Buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana)
pada tanggal 12 – 14 Agustus 2015 di Bogor.
b. Pembahasan Buku Informasi Teknis Daun dan Bunga Potong (Seri Ragam
daun dan Bunga Potong) pada tanggal 27 – 29 April 2015 di Bogor.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 252
5.7. Terlaksananya pembayaran biaya paket meeting Pembahasan Buku SOP
Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana)
a. Dilaksanakan pada tanggal 12 – 14 Agustus 2015.
b. Bertempat di Bogor, Jawa Barat.
c. Peserta pembahasan sebanyak 20 orang.
d. Peserta yang hadir berasal dari Petugas Dinas Pertanian Kabupaten serta
petani sentra florikultura khususnya Dracaena (Kabupaten Sukabumi,
Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Bogor), pelaku usaha Dracaena (CV.
Global Sakti Mandiri), Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI), Peneliti
dari Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Petugas Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura.
e. Materi yang dibahas draft buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena
sanderiana)
f. Narasumber :
1. Juang G Kartika, SP., M.Si (Institut Pertanian Bogor)
2. Ir. Dwi Amiarsi (Balai Besar Pengembangan dan Penelitian Pascapanen
Pertanian)
3. Ir. Debora Herlina A. MS (Balai Penelitian Tanaman Hias)
4. Taofik Wahidin (CV. Global Sakti Mandiri)
5. Ir. Tony Hartus, M.Si. (Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi)
g. Hasil :
1. Terbahasnya Draft Standar Operasional Prosedur (SOP) Pascapanen
Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) yang berisi tentang: 1)
Pendahuluan, 2) Penerimaan hasil panen, 3) Sortasi, 4)
Perompesan/trimming, 5) Pencucian, 6) Grading, 7) Perlakuan/Treatment
(Perendaman, Pengakaran, Pertunasan dan Perangkaian), 8)
Pengemasan, Pengawasan Mutu dan Pelabelan, 9)
Pengangkutan/Distribusi, 10) Pencatatan, 11) Kriteria Mutu Bahan Baku
Rangkaian Dracaena sanderiana dan 12) Formulir Pencatatan.
2. Buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana)
diharapkan dapat menjadi panduan bagi petani/produsen dalam
penanganan pascapanennya sehingga dapat mempertahankan mutu
Dracaena dan meningkatkan nilai ekonomi produk.
3. Hal yang harus diperhatikan serta adanya penambahan dan
pengurangan materi dalam pembahasan Buku SOP Pacapanen
Dracaena
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 253
- Penulisan huruf latin harus konsisten.
- Pada Bab Pendahuluan perlu ditambahkan beberapa kultivar
Dracaena yang sering digunakan dalam rangkaian bamboo rejeki.
- Penambahan perlakuan perendaman untuk menumbuhkan akar dan
daun serta menghilangkan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
- Penambahan kriteria batang Dracaena yang akan dirangkai, yaitu: a)
diameter batang 5 – 12 mm, b) panjang batang keras 30 – 200 cm, c)
daun tegak dengan kemiringan ± 45oC dari batang utama, d) ukuran
lebar daun 1,5 – 2 cm, dan e) umur tanaman untuk dipanen minimal
4 (empat) bulan.
- Penambahan istilah rangkaian Dracaena, yaitu rangkaian susun dan
rangkaian kepang.
- Penambahan aksesoris hiasan pada Bab Perlakuan/Treatment untuk
mempercantik rangkaian Dracaena, yaitu berupa pita emas, lonceng
kecil atau benda lainnya yang menarik.
- Penambahan tahap pengawasan mutu yang meliputi pengecekan
jumlah, kondisi media tanam, kondisi batang, dan kelengkapan
pelabelan rangkaian.
- Pengemasan Dracaena disesuaikan dengan ukuran produk.
- Tahapan penyimpanan dalam SOP Pascapanen Dracaena tidak
dilakukan karena setelah produk dirangkai langsung dikirim ke
Negara tujuan ekspor, sehingga tidak membutuhkan waktu yang
lama untuk penyimpanan.
5.8. Terlaksananya pembayaran biaya paket meeting Pembahasan Buku Informasi
Teknis Daun dan Bunga Potong (Seri ragam daun dan Bunga Potong)
a. Dilaksanakan pada tanggal 27 – 29 April 2015.
b. Bertempat di Bogor, Jawa Barat.
c. Pembahasan Buku Informasi Teknis Daun dan Bunga Potong dihadiri oleh 22
peserta.
d. Peserta berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Cianjur; Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sukabumi;
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor; Institut Pertanian Bogor
(IPB); Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi); UPTD Pasar Rawa Belong;
Forum Komunikasi Florikultura Indonesia (FKFI); Perangkai Bunga; petani
tanaman hias daun dan bunga potong dari Kabupaten Sukabumi, Kabupaten
Cianjur, Kabupaten Bogor serta staf Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 254
e. Materi yang dibahas : draft Buku Informasi Teknis Daun dan Bunga Potong
f. Narasumber :
- Dr. Dewi Sukma (Institut Pertanian Bogor)
- Ir. Debora Herlina Adriyani, MS (Balai Penelitian Tanaman Hias)
- Ir. Tony Hartus, M.Si (Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi)
- Jayanudin S, STP (Dinas Pertanian TPH Cianjur)
g. Hasil :
1. Buku Informasi Teknis Pascapanen Daun dan Bunga Potong seri Ragam
Daun dan Bunga Potong ini memuat informasi tentang berbagai jenis
daun dan bunga potong yang populer saat ini di pasaran. Informasi
tersebut mengenai klasifikasi, morfologi/deskripsi, habitat, budidaya dan
pascapanen (syarat tumbuh, cara perbanyakan, pemeliharaan, syarat
panen dan pascapanen), serta sebaran sentra produksi.
2. Beberapa bunga potong yang dibahas pada buku informasi teknis ini
antara lain krisan, mawar, gerbera, anyelir, anggrek, sedap malam, aster,
lili, gladiol, heliconia, hortensia, anthurium, celosia, snapdragon, calla lily,
tapeinochilos, zingiber spectabile, baby breath, caspia, dan statice.
Sedangkan daun potong yang dibahas pada buku informasi teknis ini
antara lain philodendron, dracaena, hanjuang, leatherleaf, ruskus,
asparagus, gardenia, palem, ivy, monstera, tifa, kadaka, sirih gading,
calathea, cyperus, pittosporum, dan silver dollar.
3. Pasar Bunga Rawa Belong merupakan pasar bunga terbesar di
Indonesia, namun belum dilengkapi dengan fasilitas yang memadai,
seperti cooling system, storage/packing house, sehingga transaksi jual
beli tanaman hias segar paling banyak berlangsung pada malam hari
untuk mempertahankan mutu produk.
4. Harga produk florikultura khususnya bunga potong di Pasar Bunga Rawa
Belong nilainya lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga jual dari
petani, karena produk dari petani untuk sampai ke pasar bunga harus
melalui beberapa pihak/tengkulak sehingga harga menjadi tinggi. Untuk
itu diperlukan roadmap bunga potong untuk mencari rantai Supply Chain
Management (SCM) yang terpendek sehingga margin dari petani sampai
ke konsumen tidak terlalu jauh.
5. Sedap malam yang banyak dipasarkan adalah varietas Roro Anteng dan
Dian Arum. Sejalan dengan permintaan pasar yang terus meningkat, di
Lampung terdapat varietas baru yang dihasilkan Bapak Wiyono, yaitu
Wonotirto dengan karakteristik jumlah kuntumnya lebih banyak.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 255
6. Pada kesempatan ini disosialisasikan juga tentang peraturan dan
perundang-undangan untuk petani/pelaku usaha yaitu :
a. Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang RI No. 19 Tahun
2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.
Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 67 pada Undang-Undang
tersebut, petani berhak mendapatkan kemudahan dalam mengakses
ilmu pengetahuan dan teknologi; kerjasama alih teknologi; dan
penyediaan fasilitas bagi Petani untuk mengakses ilmu pengetahuan,
teknologi, dan informasi. Penyediaan informasi sebagaimana
dimaksud berupa: (a) sarana produksi Pertanian; (b) harga
Komoditas Pertanian; (c) peluang dan tantangan pasar; (d) prakiraan
iklim, dan ledakan organisme pengganggu tumbuhan dan/atau
wabah penyakit hewan menular; (e) pendidikan, pelatihan, dan
penyuluhan; (f) pemberian subsidi dan bantuan modal; dan (g)
ketersediaan lahan Pertanian.
b. Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 2014 tentang Pemberian
Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura, Pasal 33 menyatakan
bahwa usaha hortikultura mikro dan kecil dapat diberikan fasilitas
apabila telah memiliki tanda pendataan, sedangkan untuk usaha
menengah dan besar harus telah memiliki ijin usaha dan sertifikat
yang berkaitan dengan bidang usahanya. Oleh karena itu, usaha
mikro dan kecil hendaknya sudah terdaftar di Dinas Pertanian
Kabupaten atau Kota sedangkan untuk pelaku usaha menengah
harus mempunyai ijin dari Bupati atau Walikota. Pelaku usaha yang
pemasarannya lintas kabupaten harus mempunyai ijin dari Gubernur.
Mengenai perizinan usaha budidaya hortikultura ini diatur dalam
Permentan No 70 Tahun 2014. Petani yang ingin mendapatkan
pendaftaran ijin usaha harus menerapkan GAP dan GHP, dengan
tanda pendataan/ijin usaha yang dimiliki maka petani akan
mendapatkan akses kemudahan informasi maupun fasilitasi dari
pemerintah.
5.9. Melaksanakan perjalanan dinas dalam rangka Pembahasan Buku SOP
Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) sebanyak 25 OP ke Bogor.
5.10. Melaksanakan perjalanan dinas dalam rangka Pembahasan Buku Informasi
Teknis Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga Potong sebanyak 25 OP ke
Bogor.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 256
6. Hasil/Outcome
Tersedianya buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana), Buku
Informasi Teknis Daun dan Bunga Potong, dan Buku Merangkai Bunga.
7. Manfaat/Benefit
Meningkatnya pengetahuan dan wawasan petugas, petani dan pelaku usaha tentang
florikultura khususnya ragam daun dan bunga potong, keterampilan dalam SOP
Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana), dan teknik-teknik dasar Merangkai
Bunga.
8. Dampak/Impact
Berkembangnya industri florikultura khususnya daun dan bunga potong, serta industri
kreatif berbasis florikultura di dalam negeri.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Upaya mempertahankan mutu produk florikultura salah satunya dapat
ditempuh dengan melaksanakan penanganan pascapanen yang baik sesuai
dengan GHP. Dengan disusunnya buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri
Dracaena sanderiana) diharapkan dapat menjadi panduan bagi pelaku usaha
dalam menjalankan bisnis Dracaena sanderiana.
b. Pengetahuan terhadap karakteristik tanaman sangat dibutuhkan dalam
penanganan budidaya dan pascapanen florikultura.
c. Merangkai bunga merupakan salah satu keterampilan yang membutuhkan
kreativitas seni. Dengan dicetak ulangnya Buku Merangkai Bunga dapat
menjadi referensi bagi pemula dalam mempelajari teknis-teknis merangkai
bunga.
9.2. Saran
a. Diperlukan informasi lebih lanjut terkait penanganan pascapanen tanaman
daun dan bunga potong.
b. Perlu dibuat Buku Merangkai Bunga untuk tingkat lanjut untuk lebih
meningkatkan keterampilan dalam merangkai bunga.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 257
BUKU PEMBUATAN TAMAN INDOOR
1. Latar Belakang
Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang mempunyai prospek
agribisnis yang cukup cerah di Indonesia. Industri florikultura menjadi salah satu
industri yang sedang berkembang di Indonesia dalam upaya peningkatan kesejahteraan
petani, memperluas lapangan pekerjaan, pariwisata dan menciptakan lingkungan yang
sehat dan nyaman. Florikultura adalah produk hortikultura yang dimanfaatkan sebagai
bahan estetika. Disatu sisi tanaman florikultura selain untuk keindahan juga mempunyai
manfaat bagi penawar polusi dan kelestarian lingkungan.
Peluang pasar tanaman hias baik dalam bentuk pot plant maupun bunga potong dan
daun potong, dewasa ini semakin luas baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar
luar negeri. Konsumen tanaman hias berbagai ragam peminatnya yaitu para hobies,
pedagang dan pengusaha toko bunga ataupun perangkai bunga, karena itu peluang
tersebut perlu dimanfaatkan oleh petani dan pelaku usaha tanaman hias untuk
meningkatkan pendapatannya. Dalam hal ini nursery adalah sebuah lokasi dimana
tanaman hias diperbanyak dan dikembangkan sehingga mempunyai nilai ekonomis,
yang dilakukan oleh petani.
Guna mendukung langkah kebijakan, baik pada level birokrasi maupun para praktisi
untuk mengembangkan usaha tanaman hias, perlu adanya edukasi kepada peminat
maupun masyarakat umum dalam pembuatan taman sebagai salah satu pemanfaatan
tanaman florikultura.
Penyediaan pedoman-pedoman untuk menditeksi secara lebih akurat kebutuhan
tanaman, akan sangat membantu upaya-upaya yang terkait dengan penentuan
kebijakan pengembangan agribisnis maupun keputusan pemilihan investasi yang
dilakukan oleh pelaku usaha. Sejalan dengan hal tersebut baik jenis informasi maupun
manajemen pengelolaan dan pembuatan taman, perlu dikembangkan sedemikian rupa
untuk berkembangnya industri tanaman hias.
Untuk itu Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura melakukan pembahasan
buku pembuatan taman indoor yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi berbagai
pihak dalam hal pengembangan florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 258
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah tercetaknya buku yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pembuatan taman indoor.
2.2. Sasaran
Sasaran kegiatan adalah meningkatkan pengetahuan petani mengenai
pembuatan taman indoor.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp 43.600.000,-
3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp.
3.3. Data dan informasi
3.4. SDM
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan adalah :
4.1. Belanja Barang Untuk Pesediaan Barang Konsumsi
Pencetakan Buku Pembuatan Taman Indoor
4.2. Belanja Jasa Profesi
Honor Narasumber/Pakar/Praktisi
4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
a. Biaya paket Meeting Pembahasan Buku Pembuatan Taman Indoor
b. Perjalanan dalam rangka pembahasan buku Pembuatan Taman Indoor
5. Keluaran/Output
Kegiatan pembahasan buku pembuatan taman indoor ini dilaksanakan pada tanggal 17-
19 April 2015 di PPMKP Ciawi-Bogor, Propinsi Jawa Barat. Peserta yang hadir pada
Pembahasan buku pembuatan taman indoor ini adalah Dr. Nizar Nasrullah (IPB),
Diniwati (pelaku usaha PT Eldadi), Ferbiansyah (Arsitek lansekap), Arsyad Khrisna
(Arsitek lansekap), Sutiyanto (Pelaku Usaha Tanaman Lanskap Dhagsinarga Art Stone),
Elon (Pelaku Usaha Tanaman Lanskap Dhagsinarga Art Stone), Filly Kamal (Pelaku
Usaha Tanaman Lanskap TAR) serta staf dari direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura. Jumlah pencetakan bukunya sebanyak 300 eksemplar.
Adapun hasil dari pertemuan pembahasan buku pembuatan taman indoor ini adalah
sebagai berikut :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 259
a. Penyusunan draft buku pembuatan taman indoor diharapkan dapat bermanfaat
sebagai referensi/panduan bagi petani dan pelaku usaha serta petugas dalam
mengembangkan produk tanaman florikultura untuk menjadi produk yang memiliki
nilai tambah yang berdaya saing, khusus yang bergerak dibidang pembuatan
taman, penyedia tanaman dan pemeliharaan taman.
b. Ruang lingkup yang dibahas pada buku pembuatan taman indoor mencakup
komponen taman indoor, teknis (desain, membuat dan memelihara), pengenalan
jenis tanaman taman indoor dan tipe-tipe taman indoor.
c. Buku pembuatan taman indoor ditulis secara lebih singkat, padat dan jelas,
sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh petani baik poktan maupun gapoktan
serta pelaku usaha florikultura lainnya. Walaupun begitu, pada hal-hal tertentu
dibutuhkan penjelasan yang lebih mendetail.
d. Draft buku pembuatan taman indoor dan outline (terlampir).
6. Hasil/Outcome
Meningkatnya pengetahuan mengenai teknik pembuatan Taman Indoor.
7. Manfaat/Benefit
Melalui teknik pembuatan Taman Indoor, nilai tambah dari tanaman florikultura dapat
ditingkatkan.
8. Dampak/Impact
Dengan dimanfaatkanya ruang untuk pembuatan Taman Indoor maka kelestarian
lingkungan terjaga.
9. Kesimpulan dan saran
9.1. Kesimpulan
Buku Pembuatan Taman Indoor dapat dijadikan sebagai guideline (pedoman)
yang dapat digunakan oleh petani dan pelaku usaha untuk meningkatkan
pengetahuan tentang teknik pembuatan taman dalam ruangan (Indoor Garden).
Manfat lainnya adalah sebagai acuan untuk pengembangan ekonomi kreatif
khususnya tanaman pot dan lanskap sehingga dengan adanya sentuhan seni,
akan memberi nilai tambah dari produk tersebut.
9.2. Saran
Buku pembuatan taman indoor disusun untuk membantu para petani dan pelaku
usaha tanaman lanskap dalam mengembangkan usaha florikultura. Buku ini berisi
tentang info pembuatan taman indoor mulai dari komponen taman indoor, teknis
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 260
(desain, membuat dan memelihara), pengenalan jenis tanaman taman indoor dan
tipe-tipe taman indoor, sehingga dapat memberikan gambaran mengenai usaha
florikultura kepada para peminatnya.
BUKU PEMBUATAN TAMAN OUTDOOR
1. Latar Belakang
Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang mempunyai prospek
agribisnis yang cukup cerah di Indonesia. Industri florikultura menjadi salah satu
industri yang sedang berkembang di Indonesia dalam upaya peningkatan kesejahteraan
petani, memperluas lapangan pekerjaan, pariwisata dan menciptakan lingkungan yang
sehat dan nyaman. Florikultura adalah produk hortikultura yang dimanfaatkan sebagai
bahan estetika. Disatu sisi tanaman florikultura selain untuk keindahan juga mempunyai
manfaat bagi penawar polusi dan kelestarian lingkungan.
Peluang pasar tanaman hias baik dalam bentuk pot plant maupun bunga potong dan
daun potong, dewasa ini semakin luas baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar
luar negeri. Konsumen tanaman hias berbagai ragam peminatnya yaitu para hobies,
pedagang dan pengusaha toko bunga ataupun perangkai bunga, karena itu peluang
tersebut perlu dimanfaatkan oleh petani dan pelaku usaha tanaman hias untuk
meningkatkan pendapatannya. Dalam hal ini nursery adalah sebuah lokasi dimana
tanaman hias diperbanyak dan dikembangkan sehingga mempunyai nilai ekonomis,
yang dilakukan oleh petani.
Guna mendukung langkah kebijakan, baik pada level birokrasi maupun para praktisi
untuk mengembangkan usaha tanaman hias, perlu adanya edukasi kepada peminat
maupun masyarakat umum dalam pembuatan taman sebagai salah satu pemanfaatan
tanaman florikultura.
Penyediaan pedoman-pedoman untuk menditeksi secara lebih akurat kebutuhan
tanaman, akan sangat mebantu upaya-upaya yang terkait dengan penentuan kebijakan
pengembangan agribisnis maupun keputusan pemilihan investasi yang dilakukan oleh
pelaku usaha. Sejalan dengan hal tersebut baik jenis informasi maupun manajemen
pengelolaan dan pembuatan taman, perlu dikembangkan sedemikian rupa untuk
berkembangnya industri tanaman hias.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 261
Untuk itu Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura melakukan pembahasan
buku pembuatan taman outdoor yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi berbagai
pihak dalam hal pengembangan florikultura.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah tercetaknya buku yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pembuatan taman Outdoor.
2.2. Sasaran
Sasaran kegiatan adalah meningkatkan pengetahuan petani mengenai
pembuatan taman Outdoor.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp 44.850.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp.
3.3. Data dan informasi
3.4. SDM
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan adalah :
4.1. Belanja Barang Untuk Pesediaan Barang Konsumsi
Pencetakan Buku Pembuatan Taman Outdoor
4.2. Belanja Jasa Profesi
Honor Narasumber/Pakar/Praktisi
4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
a. Biaya paket Meeting Pembahasan Buku Pembuatan Taman Outdoor
b. Perjalanan dalam rangka pembahasan buku Pembuatan Taman Outdoor
5. Keluaran/Output
Kegiatan Pembahasan buku pembuatan taman outdoor ini dilaksanakan pada tanggal
20-22 April 2015 di PPMKP Ciawi-Bogor, Propinsi Jawa Barat. Peserta yang hadir pada
Pembahasan buku pembuatan taman Outdoor ini adalah Dr. Nizar Nasrullah (IPB), Ir.
Iwan Ismaun (IALI), Ferbiansyah (Arsitek lansekap), Decky Suprapto (Arsitek lansekap),
Rojalih (Pelaku Usaha Tanaman Lanskap), Jaelani (Pelaku Usaha Tanaman Lanskap),
Marta Angela (Pelaku Usaha Tanaman Lanskap Cita Anggun Flora) dan Evi Sofyan
(Pelaku Usaha Tanaman Lanskap Pojok Hijau) serta staf dari direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura. Jumlah pencetakan bukunya sebanyak 250 eksemplar.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 262
Adapun hasil dari pertemuan pembahasan buku pembuatan taman outdoor ini adalah
sebagai berikut :
a. Penyusunan draft buku pembuatan taman outdoor diharapkan dapat bermanfaat
sebagai panduan praktis dalam membuat rancangan taman dengan menggunakan
sumberdaya lokal yang tersedia baik material maupun bangunannya agar taman
yang dibuat mudah dipelihara, estetis dengan menggunanakan material yang
tersedia.
b. Ruang lingkup yang dibahas pada buku pembuatan taman outdoor mencakup mulai
dari material taman yang akan dibuat, proses perancangan, pelaksanaan dan
pemeliharaan taman.
c. Buku pembuatan taman outdoor ditulis secara lebih singkat, padat dan jelas,
sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh petani baik poktan maupun gapoktan
serta pelaku usaha florikultura lainnya. Walaupun begitu, pada hal-hal tertentu
dibutuhkan penjelasan yang lebih mendetail.
d. Draft buku pembuatan taman outdoor dan outline (terlampir).
6. Hasil/Outcome
Meningkatnya pengetahuan mengenai teknik pembuatan Taman Outdoor.
7. Manfaat/Benefit
Melalui teknik pembuatan Taman Outdoor, nilai tambah dari tanaman florikultura dapat
ditingkatkan.
8. Dampak/Impact
Dengan dimanfaatkanya ruang untuk pembuatan Taman Outdoor maka kelestarian
lingkungan terjaga.
9. Kesimpulan dan saran
9.1. Kesimpulan
Buku Pembuatan Taman Outdoor dapat dijadikan sebagai guideline (pedoman)
yang dapat digunakan oleh petani dan pelaku usaha untuk meningkatkan
pengetahuan tentang teknik pembuatan taman. Manfat lainnya adalah sebagai
acuan untuk pengembangan ekonomi kreatif khususnya tanaman pot dan lanskap
sehingga dengan adanya sentuhan seni, akan memberi nilai tambah dari produk
tersebut.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 263
9.2. Saran
Buku pembuatan taman outdoor disusun untuk membantu para petani dan pelaku
usaha tanaman lanskap dalam mengembangkan usaha florikultura. Buku ini berisi
tentang info pembuatan taman outdoor mulai dari material taman yang akan
dibuat, proses perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan taman, sehingga
dapat memberikan gambaran mengenai usaha florikultura kepada para
peminatnya.
PEMBUATAN ROAD MAP KRISAN
1. Latar Belakang
Krisan (Dendrathema grandiflora Tzvelev syn. Chrysanthemum morifolium Ramat)
merupakan salah satu jenis tanaman hias bunga potong yang sangat populer dan
banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bunga potong krisan banyak dimanfaatkan
sebagai rangkaian untuk bahan dekorasi ruangan. Rangkaian bunga krisan banyak
digunakan untuk mendukung kesemarakan berbagai acara, di antaranya upacara adat
dan keagamaan, perkawinan, kelahiran, kematian maupun resepsi kenegaraan. Bunga
krisan lebih disukai oleh para florist untuk rangkaian bunga daripada jenis bunga
lainnya, karena bunga krisan mempunyai bentuk, tipe dan warna bunga yang lebih
beragam sehingga lebih mudah dikreasikan untuk berbagai keperluan. Dalam lima
tahun terakhir konsumsi bunga krisan di dalam negeri menempati peringkat pertama
dari semua jenis bunga yang diperdagangkan di pasar domestik. Seiring dengan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan bertambahnya kesadaran masyarakat
akan keindahan lingkungan, kebutuhan nasional akan bunga krisan makin meningkat.
Pada tahun 2011 lebih dari 400 juta bunga potong krisan telah dimanfaatkan oleh
konsumen untuk perangkaian bunga dan kebutuhan lainnya (Direktorat Jenderal
Hortikultura, 2012).
Produksi krisan sejak lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2011 produksi krisan di dalam negeri mencapai 305.867.882 tangkai lebih
tinggi dibandingkan tahun 2009 dan 2010 masing-masing mencapai 107.847.072
tangkai dan 185.232.970 tangkai.
Bunga krisan yang dihasilkan tersebut berasal dari 18 Kabupaten/Kota di wilayah
Indonesia, yaitu Tanah Karo, Pagar Alam, Lampung Barat, Cianjur, Bandung Barat,
Sukabumi, Semarang, Karanganyar, Wonosobo, Sleman, Pasuruan, Malang, Kota Batu,
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 264
Tabanan, Karangasem, Tomohon, Bantaeng, Dan Gowa. Dari volume produksi krisan
tersebut sebanyak 1.329.468 tangkai telah diekspor ke berbagai negara, seperti
Jepang, Hongkong, Timur Tengah, dan Amerika serikat. Luas area produksi krisan di
Indonesia mencapai 10.024.605 m2.
Pengembangan krisan membutuhkan strategi yang tepat agar memberi dampak luas
terhadap perekonomian nasional. Salah satu sarana yang diperlukan dalam
pengembangan krisan ialah perluasan areal yang dapat diarahkan di lahan-lahan
potensial seperti lahan kering yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan
pertanian pangan. Lahan yang tersedia untuk budidaya krisan masih luas. Di luar Jawa
terdapat 20,5 juta ha lahan kering yang dapat dikembangkan untuk usahatani krisan.
Selain melalu perluasan areal tanam, pengembangan krisan dapat dilakukan melalui
intensifikasi untuk peningkatan produktivitas, efisiensi produksi, dan mutu hasil. Di pihak
lain pengembangan krisan tidak hanya terpusat pada peningkatan produksi,
produktivitas dan mutu hasil melainkan juga penguatan kelembagaan petani,
peningkatan nilai tambah, perbaikan akses pasar, pengembangan unit usaha bersama,
perbaikan sistem permodalan, pengembangan infrastruktur, serta pengaturan tata niaga
dan insentif usaha. Hal ini diperlukan dalam rangka peningkatan daya saing komoditas
secara komprehensif.
Dari aspek teknis, pengembangan krisan membutuhkan dukungan inovasi teknologi
sebagai komponen pengungkit daya saing. Inovasi yang diperlukan secara mendasar
antara lain ialah varietas unggul baru, benih bermutu, teknologi budidaya yang efisien
dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu, teknologi panen dan pascapanen,
pemasaran dan pengembangan produk untuk meningkatkan nilai tambah.
Secara nasional pengembangan krisan memerlukan dukungan investasi pemerintah
maupun swasta. Investasi tersebut membutuhkan biaya yang cukup besar. Biaya
investasi mencakup perluasan areal tanam lahan kering dan infrastruktur, perbenihan,
penyuluhan, penelitian dan pengembangan, penyediaan sarana produksi, dan
pembangunan sarana dan jaringan jaringan pasar. Dalam rangka mendorong investasi
dari swasta, maka pemerintah perlu membuat berbagai kebijakan, antara lain
pengembangan insentif investasi, kelembagaan keuangan dan permodalan,
peningkatan dukungan teknologi yang siap diterapkan di lapangan, peningkatan kualitas
sumberdaya manusia, kelembagaan agribisnis, dukungan pemasaran, serta dukungan
peraturan dan perundangan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 265
Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1998 menyebabkan terhambatnya upaya
peningkatan produksi krisan. Penyediaan sarana agroinput, khususnya pupuk dan
pestisida yang dibutuhkan petani mulai terganggu akibat naiknya harga pupuk dan
pestisida, sehingga penggunaan sarana agroinput tersebut tidak sesuai dengan yang
direkomendasikan. Demikian pula benih bermutu juga tidak tersedia secara optimal,
kalaupun ada dipasaran harganya sangat tinggi sehingga tidak terjangkau petani.
Kondisi ini menyebabkan petani menggunakan benih yang diproduksinya sendiri
dengan kualitas yang di bawah standar mutu. Di sisi lain petani berada pada pihak
yang lemah dan tidak memiliki kemampuan mengakses harga, sehingga harga jual hasil
panen yang diperolehnya sangat rendah karena intervensi para tengkulak di luar
kemampuannya sendiri. Ketersediaan sumberdaya yang dimiliki petani sering
menyebabkan petani tidak mampu mengatasi masalah yang diinduksi oleh perubahan
lingkungan. Akibatnya produksi dan produktivitas usahatani krisan menjadi rendah.
Pengembangan usahatani krisan umumnya diarahkan untuk menghasilkan produk guna
memenuhi kebutuhan pangan keluarga serta pendapatan petani. Meskipun demikian
sebagian petani memproduksi krisan tidak untuk kebutuhan pangan keluarga semata,
tetapi juga menggunakannya untuk operasional usahatani. Sebagian besar petani
mengembangkan krisan untuk tujuan komersial skala ekonomis yang diikuti dengan tata
cara budidaya yang baik dan benar berbasis GAP serta penerapan prinsip good
handling practices guna peningkatan nilai tambah. Masalah lainnya yang terjadi
berkaitan dengan pengembangan usaha krisan adalah kurangnya tenaga kerja yang
tersedia mengingat krisan dianggap sebagai tanaman inferior di bawah padi. Hal ini
menyebabkan alokasi sumberdaya yang disediakan pemerintah sangat terbatas.
Pengembangan usaha krisan perlu diarahkan pada upaya peningkatan daya saing. Hal
ini sejalan dengan perubahan kondisi lingkungan strategis berupa berkembangnya blok
kerjasama ekonomi regional dan internasional yang menciptakan persaingan yang
semakin ketat.
Arahan tersebut terangkum dalam strategi dan program pengembangan yang
implementasinya melibatkan seluruh stakeholder secara sinergis. Implementasi tersebut
diarahkan secara bertahap dalam jabaran waktu tertentu dan dituangkan dalam
roadmap. Road map ini disusun sebagai pedoman dalam mensinergikan program dan
rencana aksi peningkatan daya saing. Secara spesifik, penyusunan road map ini
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 266
bertujuan untuk menyiapkan arah dan strategi kebijakan, program dan rencana
aksi,tahapan kegiatan mencapai kriteria daya saing komoditas krisan yang ditetapkan.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Menyiapkan kerangkan acuan dalam penyusunan roadmap pengembangan
komoditas krisan yang berdaya saing.
b. Membangun persepsi dan menetapkan langkah tindak yang sama di antara
tim penyusun dalam menyelesaikan roadmap pengembangan krisan sesuai
jadwal yang ditetapkan.
c. Menyiapkan acuan dasar bagi pengembangan komoditas krisan yang
berdaya saing dan berkelanjutan.
2.2 Sasaran
a. Tersedianya kerangka acuan dalam penyusunan roadmap pengembangan
komoditas krisan yang berdaya saing
b. Terbangunnya persepsi dan ditetapkannya tindak lanjut yang sama di antara
tim penyusun dalam menyelesaikan roadmap pengembangan krisan sesuai
jadwal yang ditetapkan
c. Tersedianya acuan dasar bagi pengembangan komoditas krisan yang
berdaya saing dan berkelanjutan.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran Rp. 84.966.000,-
3.2. Realisasi Keuangan : Rp. 84.500.000,-
3.3. Informasi Teknologi
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pembuatan road map krisan dilaksanakan dalam bentuk belanja jasa yang
terdiri dari (1) Identifikasi masalah, (2) Pembahasan materi dengan rapat koordinasi
melalui FGD, (3) Pengumpulan data, (4) Penyusunan Laporan Pendahuluan (outline)
Road Map Krisan dan (5) Pembahasan dan Finalisasi Road Map Krisan.
5. Keluaran/Output
Dihasilkannya road map krisan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 267
6. Hasil/Outcome
Tersedianya rancangan sistem usahatani krisan yang bernilai tinggi, sistem rantai pasok
terpadu yang berbasis kelembagaan, pemberdayaan kelembagaan petani, rancangan
industri agroinput dan jasa pendukung serta rancangan industri pascapanen bagi
peningkatan nilai tambah.
7. Manfaat/Benefit
Berkembangnya potensi sumberdaya berbasis produksi pada krisan dengan skala
industri.
8. Dampak/Impact
Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk krisan potong.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
1. Krisan merupakan komoditas florikultura yang berpotensi untuk
dikembangkan. Pasar krisan masih sangat terbuka dan terus berkembang
baik di pasar domestik maupun mancanegara.
2. Pengembangan krisan di Indonesia hampir mencapai luas areal 9,7 juta m2
(setara dengan 970 ha) dengan total produksi lebih dari 427,2 juta tangkai
dengan setara produksi utama adalah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Sulawesi Utara, dan Sumatera Utara.
3. Pengembangan krisan didukung oleh : (a) animo masyarakat untuk
mengembangkan krisan masih tinggi; (b) varietas unggul banyak tersedia
sebagai pilihan pasar; (c) Teknologi produksi tersedia dan sudah dikenal
masyarakat, dan (d) potensi pengaturan produksi agar dapat produksi
sepanjang tahun.
4. Pengembangan krisan menghadapi tantangan antara lain : (a) tuntutan
kualitas; tingan.
5. dari konsumen yang semakin tinggi; (b) wilayah yang sesuai untuk
membudidayakan krisan semakin terbatas; (c) ketersediaan bibit bermutu
terbatas; (d) serangan OPT dan dampak perubahan perubahan iklim yang
menurunkan produksi dan kualitas hasil, dan (e) semakin langka serta
mahalnya input pertanian.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 268
9.2. Saran
a. Pengembangan krisan perlu dilakukan secara terintegrasi mulai dari sektor
hulu (on farm) sampai sektor hilir (off farm) dan berkesinambungan yang
melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
b. Strategi pengembangan krisan dilakukan dengan arahan untuk peningkatan
produksi, peningkatan kualitas, dan pengembangan pasar baik untuk
memenuhi pasar domestik maupun pasar ekspor.
c. Strategi untuk meningkatkan produksi dan kualitas terdiri dari : (a) penyediaan
lahan usaha tani florikultura untuk pengembangan kawasan agribisnis
florikultura; (b) penyediaan varietas dan benih bermutu sesuai selera pasar
dan kondisi agroklimat wilayah pengembangan; (c) penyediaan sarana
prasarana pendukung untuk penerapan teknologi produksi; (d) Pembangunan
infrastruktur dasar (jalan, air, listrik, telekomunikasi, pelabuhan/bandara); (e)
penerapan norma GAP/GHP dalam porses produksi dan pascapanen; (f)
pemantapan sistem sertifikasi; (g) penyiapan skim pembiayaan; (h)penguatan
fungsi pendidikan dan penyuluhan, dan (i) peningkatan kualitas SDM.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 269
1770.012. PEMBINAAN PENGEMBANGAN TANAMAN FLORIKULTURA
012. PELAKSANAAN (PERTEMUAN, WORKSHOP, SOSIALISASI, PEMBINAAN)
TEMU KOORDINASI PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN FLORIKULTURA
1. Latar Belakang
Florikultura merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki potensi besar
untuk dikembangkan sebagai upaya penumbuhan perekonomian daerah dan nasional.
Dalam lima tahun terakhir banyak bermunculan pelaku usaha tanaman florikultura mulai
skala kecil sampai menengah, mengingat permintaan tanaman florikultura terus
meningkat baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. Dengan demikian tanaman
florikultura dapat diposisikan sebagai komoditas perdagangan yang penting di dalam
negeri maupun di pasar global.
Meskipun memiliki potensi besar, tetapi perkembangan usaha tanaman florikultura
masih berjalan relatif lambat. Hal ini terlihat dari skala usaha yang masih kecil,
peningkatan produksi yang relatif masih rendah, dan belum tertatanya sistem produksi
dan pasar. Berbagai upaya perlu dilakukan secara intensif dengan melibatkan seluruh
pihak terkait agar usaha/bisnis tanaman florikultura dapat memberikan kontribusi yang
lebih besar terhadap perekonomian nasional. Upaya yang dilakukan antara lain melalui
penumbuhan sentra-sentra tanaman florikultura baru dan mengutuhkan kawasan yang
sudah ada menuju skala industri melalui pengelolaan yang baik diharapkan tanaman
florikultura Indonesia mempunyai daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja,
pertumbuhan perekonomian, dan pembangunan sektor jasa di daerah.
Dalam rangka membangun industri florikultura yang berdaya saing perlu dilakukan
melalui penerapan teknologi dan perbaikan infrastruktur antara lain perbaikan sarana
prasarana produksi/budidaya dan pascapanen yang diperkuat dengan kelembagaan
yang mendukung dalam pengembangan kawaan dengan memanfaatkan potensi yang
ada. Sebagian besar usaha pengembangan florikultura masih terbatas pada skala
usaha kecil dan mengalami kendala dalam teknologi budidaya, dan pascapanen
sehingga belum dapat bersaing.
Sehubungan dengan itu perlu dilakukan pembinaan maupun bimbingan teknis dalam hal
teknologi serta sosialisasi regulasi. Pembinaan dan bimbingan teknis dilakukan melalui
koordinasi dengan para pemangku kepentigan, dalam upaya perbaikan system
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 270
produksi, peningkatan kapasitas pelaku, dan petugas lapang. Pola pembinaan dilakukan
dengan mengidentifikasi masalah teknologi yang ada di lapang kemudian dilakukan
pendampingan dan pembinaan dan sosialisasi. Dengan adanya pembinaan dan
bimbingan teknis diharapkan alih teknologi budidaya serta regulasi yang ada dapat
diterapkan dan berjalan dengan baik, yang pada akhirnya dapat menghasilkan produk
sesuai standar mutu dan usahanya dapat meningkat.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Meningkatkan pemahaman maupun kompetensi petani/pelaku usaha dan petugas
dalam menerapkan teknologi maupun penyampaian kebijakan yang mendukung
pengembangan florikultura.
2.2. Sasaran
Meningkatnya kemampuan pelaku usaha dan petugas pertanian dalam
pengembangan florikultura yang berdaya saing.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 91.950.000,-
3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp. 91.480.000,-
3.3. Sarana Penunjang
3.4. Informasi Teknis
3.5. SDM
4. Pelaksanaan Kegiatan
a. Persiapan
- Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, menghubungi dinas
terkait, dll).
b. Pelaksanaan
- Menyediakan ATK dan bahan komputer dalam rangka koordinasi florikultura.
- Membuat publikasi (spanduk) kegiatan koordinasi florikultura.
- Menyediakan sarana penunjang dalam rangka koordinasi florikultura.
- Penggandaan materi kegiatan koordinasi florikultura.
- Melakukan perjalanan dalam rangka pelaksanaan koordinasi florikultura.
- Melaksanakan kegiatan temu koordinasi pengembangan florikultura.
- Menyediakan akomodasi dan konsumsi kegiatan temu koordinasi
pengembangan florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 271
- Memberikan honor kepada narasumber/pakar/praktisi, Eselon II, Eselon III ke
bawah, dan Narasumber setingkat Eselon I.
- Melakukan perjalanan dalam rangka bimbingan teknis dan pengawalan
kawasan tanaman pot dan lansekap, melati, dan anggrek.
- Menyediakan konsumsi bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap,
melati, dan anggrek.
- Memberikan penggantian transport peserta bimbingan teknis kawasan tanaman
pot dan lansekap, melati, dan anggrek.
5. Keluaran/Output
012. Pelaksanaan (Pertemuan, Workshop, Sosialisasi, Pembinaan)
TEMU KOORDINASI FLORIKULTURA
Terfasilitasinya pelaksanaan temu koordinasi pengembangan florikultura.
a. Waktu dan Tempat
Kegiatan Temu Koordinasi Pengembangan Florikultura dilaksanakan pada tanggal
30 Maret-1 April 2015 di Wisma Industri, Cisarua-Bogor, Jawa Barat.
b. Peserta
Peserta koordinasi florikultura berjumlah 80 orang, terdiri dari Kabid Hortikultura
Provinsi dan Kabupaten/Kota penerima Tugas Pembantuan (TP) tahun anggaran
2015 dari 45 Kab/Kota, 22 Provinsi, serta petugas/panitia pusat Dit. Budidaya dan
Pascapanen Florikultura.
c. Materi
1) Arahan oleh Direktur Jenderal Hortikultura.
2) Capaian Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Florikultura Tahun
2014, Strategi Pelaksanaan 2015 dan Rancangan 2016.
3) Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Florikultura 2014.
4) Strategi Pelaksanaan Kegiatan 2015.
5) Prosedur Pengajuan e-proposal tahun 2016 dan Rambu-rambu Perencanaan
2016.
6) Penyusunan Rancangan Renja Tahun 2016.
7) Rancangan Awal Pra e-proposal Kegiatan 2016.
8) Rumusan Kegiatan 2015 dan Rancangan 2016.
d. Narasumber
Direktur Jenderal Hortikultura, Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura,
Kabag Perencanaan Setditjen Hortikultura, Kasubdit Budidaya Tanaman Pot dan
Lansekap dan Kasubdit Budidaya Daun dan Bunga Potong.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 272
e. Hasil Pertemuan
1) Arahan Direktur Jenderal Hortikultura
a) Dianjurkan supaya provinsi dan kabupaten/kota membuat Blue Print
rancangan kegiatan dan program dimana di dalam bisnis florikultura
tersebut harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh yang
dicerminkan adanya kebijakan yang dikeluarkan provinsi/kabupaten/kota.
Penyusunan Blue Print atau cetak biru harus dilakukan bersama-sama
dengan instansi serta stakeholder terkait seperti Litbang, LIPI, Perguruan
Tinggi, Pelaku usaha, ahli, dan instansi lainnya dengan menetapkan fokus
komoditas yang akan diprioritaskan lalu dimasukkan ke dalam e-proposal
2016.
b) Pasar tanaman hias di tingkat dunia berkisar 125 milyar USD dimana hal
ini melebihi devisa Indonesia yang berkisar antara 111-115 milyar USD.
Hal ini mengindikasikan bahwa nilai perdagangan florikultura dunia
sangatlah besar dimana hal ini menjadi peluang pasar bagi pelaku usaha
dalam negeri untuk dapat mengembangkan usahanya ke depan.
c) Pembangunan industri Florikultura harus dimulai dari sektor hilirnya
terlebih dahulu dengan mencari atau menciptakan pasar bagi produk
florikultura. Kemudian diikuti dengan pembenahan di sektor hulu yang
meliputi on farm dan off farm nya untuk memenuhi preferensi konsumen.
d) Pelaku usaha perlu melakukan kreatifitas dalam berpromosi sebagai
contoh penempatan outlet berpendingin dekat dengan cafe sebagai
meeting point, dekat lokasi Car Free Day sebagai tempat meeting point
bagi masyarakat
e) Fasilitasi pendanaan dari pemerintah untuk pengembangan florikultura
sangatlah kecil, tetapi fasilitasi tersebut dapat diprioritaskan antara lain:
- Pembuatan Cetak biru atau Blue Print
- Studi daya saing
- Promosi florikultura yang memerlukan kreatifitas
- Pilot model
- Penelitian bersama
- Membangun network
- Pelatihan keterampilan
2) Arahan Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura
a) Hasil evaluasi dijadikan acuan untuk perencanaan di tahun berikutnya.
Evaluasi tersebut tidak hanya perihal administrasi saja, akan tetapi
evaluasi kepada pelaku usaha harus dilakukan juga untuk mengetahui
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 273
perkembangan dan kemajuan dari program yang sedang dilaksanakan.
Untuk itu program harus terukur yang dapat dilihat dari peningkatan
pendapatan pelaku usaha tersebut.
b) Sampai saat ini, database florikultura masih belum tersedia. Hal ini
mungkin disebabkan karena preferensi konsumen cepat berubah
(tergantung trend) sehingga data sulit didapat atau keterbatasan jumlah
dan kompetensi petugas dalam menangani komoditas florikultura. Sebagai
contoh, heliconia turun sampai 41% secara nasional. Hal itu perlu diberikan
penjelasan yang bersifat objektif.
c) Salah satu cara untuk pengungkit pemasaran florikultura dengan model
Demand Driven antara lain outlet berpendingin di Kota Bandung dan
Semarang. Hal ini disebabkan kegiatan produksi banyak dilakukan di
Kabupaten sedangkan konsumennya sebagian besar berada di perkotaan.
Outlet berpendingin di Kota Semarang telah beroperasi meskipun belum
dilaksanakan lelang jasa untuk pengelolaan outlet tersebut dan dapat
dijadikan percontohan atau studi banding bagi kota yang akan
mengadakan outlet berpendingin.
d) Untuk kegiatan integrasi krisan, Cianjur akan dijadikan show window dan
dapat dijadikan model dalam penerapan budidaya, GAP, GHP, Registrasi
dan sebagainya bagi sentra-sentra krisan lainnya.
e) Terkait dengan kerjasama dalam penguatan nursery untuk mendukung
program P2KH dan Green City melalui fasilitasi pemberdayaan kampung
flori, Direktorat Florikultura telah merintis kerjasama dengan Direktorat
Perkotaan-PU. Sampai dengan tahun 2014, sudah terlaksana program
P2KH di 112 Kabupaten/Kota dimana ini merupakan peluang pasar bagi
pelaku usaha binaan florikultura. Namun pada tahun ini mengalami
stagnan yang disebabkan adanya perubahan struktur organisasi di
Kementerian PU.
3) Evaluasi Kegiatan Pengembangan Florikultura
a) Serapan pusat dan daerah untuk florikultura mencapai 91,18% yaitu
sebesar 39,6 milyar dengan perincian 96% merupakan serapan pusat dan
89,61% untuk realisasi daerah. Serapan terendah yaitu 74,78%
dikarenakan terhambatnya pelaksanaan kegiatan florikultura yang
disebabkan beberapa faktor.
b) Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan florikultura tahun 2014 di beberapa
daerah, ditemukan realisasi melebihi dari target yang ditetapkan. Hal
tersebut secara administrasi tidak menyalahi aturan, namun dari sisi RKP
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 274
menjadi tidak wajar. Oleh karena itu perlu dicari penyebabnya serta
kecermatan dalam perencanaan agar tidak terulang lagi di tahun
berikutnya. Disamping itu, bila akan mengajukan ralat POK harus
dikonsultasikan lebih dahulu terkait capaian RKP. Ralat tidak
diperuntukaan pemenuhan kebutuhan yang petani dapat memenuhi
secara swadaya.
c) Registrasi lahan usaha melampaui 100% yaitu 190 %. Hal ini karenakan
registrasi di Provinsi Jawa Timur tidak per kelompok tani, namun perpetani
sehingga yang teregistrasi sangat banyak. Perencanaan kedepan perlu
diputuskan registrasi per petani atau tetap per kelompok.
d) Realisasi sarana prasarana mencapai 183% karena terdapat revisi tanpa
sepengetahuan pusat. Terdapat daerah yang meralat sarana prasaranya
menjadi unit-unit yang lebih kecil. Sehingga, meskipun tidak merubah nilai
uangnya, namun hal tersebut dapat menimbulkan pertanyaan pada saat
pemeriksaan dan tidak semestinya semua kebutuhan petani dipenuhi, bila
petani dapat memenuhinya.
e) Setiap wilayah memiliki LO di tingkat pusat dan sangat terbuka bagi orang
daerah untuk koordinasi dan konsultasi.
f) DIPA dan POK harus dicermati sejak awal sehingga jika terdapat kegiatan
yang perlu dilakukan revisi atau ralat bisa dilakukan sedini mungkin dan
tidak menunggu mendekati waktu pelaksanaan.
f. Perjalanan
- Perjalanan dalam rangka pelaksanaan koordinasi florikultura dilaksanakan
sebanyak 20 OP ke Cisarua-Kab. Bogor, Jawa Barat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 275
BIMBINGAN TEKNIS KAWASAN TANAMAN POT DAN LANSEKAP, MELATI, DAN
ANGGREK
Terlaksananya bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap dilaksanakan 6 (enam)
kali, bimbingan teknis kawasan melati dilaksanakan 1 (satu) kali, dan bimbingan teknis
kawasan anggrek dilaksanakan 1 (satu) kali.
Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot Dan Lansekap 1 (Bandar Lampung)
a. Waktu dan Tempat
Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang pertama
dilaksanakan pada tanggal 22 April 2015 di Kota Bandar Lampung, Provinsi
Lampung.
b. Peserta
Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap
sebanyak 30 orang yang terdiri atas Petugas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan
Pelaku Usaha/Petani tanaman pot dan landscape di Provinsi Lampung.
c. Materi
Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah:
Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk tanaman pot dan
lansekap; dan sosialisasi regulasi yang terkait hortikultura, terutama yang berkaitan
dengan florikultura
d. Hasil Pertemuan
1) Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi sentra pengembangan
tanaman florikultura, khususnya tanaman pot lansekap. Pengembangan
tanaman pot dan lansekap di Provinsi Lampung terdapat di Kota Metro,
Pekalongan Lampung Timur, dan Kota Bandar Lampung. Selain tanaman pot
dan lansekap, di Provinsi Lampung juga mulai dikembangkan tanaman bunga
potong sedap malam di Kabupaten Tanggamus.
2) Sampai dengan saat ini di Provinsi Lampung belum ada lahan budidaya
tanaman florikultura yang sudah melakukan registrasi lahan usaha.
3) Registrasi lahan usaha ini diperlukan dalam rangka mempersiapkan pasar
bebas Asia Tenggara serta menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan
fasilitasi dan insentif usaha hortikultura yang merupakan:
- Usaha budidaya hortikultura mikro dan kecil (termasuk florikultura);
- Usaha hortikultura yang ramah lingkungan;
- Usaha hortikultura yang mengembangkan komoditas unggulan nasional
dan daerah;
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 276
- Usaha hortikultura organik;
- Usaha hortikultura yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan.
4) Bentuk fasilitasi dan insentif usaha hortikultura yang diberikan adalah:
- Kemudahan perizinan;
- Pemanfaatan lahan;
- Penjaminan;
- Akses permodalan;
- Pemasaran;
- Kemudahan kerjasama/ kemitraan.
5) Syarat untuk melakukan registrasi lahan usaha antara lain adalah :
- Sudah menerapkan kaidah GAP sesuai PP No. 25 tahun 2014;
- Sudah menerapkan prinsip PHT;
- Unit usaha sudah ada;
- Semua kegiatan sudah tercatat.
6) Kelompok tani yang akan melakukan registrasi usaha minimal lahan
budidayanya adalah 2.500 m2, dengan lahan boleh secara terpencar (tidak
dalam satu hamparan).
7) Pengembangan tanaman bunga potong sedap malam di Kabupaten
Tanggamus saat ini sudah ada satu varietas yang sudah dalam proses
pendaftaran ke Kementerian Pertanian yaitu sedap malam varietas Wonotirto.
Proses sudah sampai di PPTPP Kementerian Pertanian. Proses pendaftaran
varietas ini sempat mengalami kendala karena diperlukan uji DNA dengan
sedap malam jenis lain sebagai pembanding, tetapi uji ini sudah dilakukan di
laboratorium IPB Bogor dan hasilnya sudah diketahui bahwa varietas Wonotirto
ini berbeda dari varietas Roro Anteng dari Kabupaten Pasuruan.
8) Bapak Miyono saat ini sudah memproduksi sendiri bibit (bonggol) tanaman
sedap malam varietas Wonotirto, akan tetapi sampai saat ini Bapak Miyono
belum terdaftar sebagai penangkar benih, seharusnya pendaftaran penangkar
benih ini dilakukan ke BPSB Provinsi Lampung.
Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot Dan Lansekap Ke-2 (Karanganyar)
a. Waktu dan Tempat
Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang kedua
dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2015 di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa
Tengah.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 277
b. Peserta
Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap
sebanyak 20 orang yang terdiri atas Petugas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan
Pelaku Usaha/petani tanaman pot dan lansekap di Kabupaten Karanganyar.
c. Materi
Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah:
Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk kawasan tanaman
pot dan lansekap; sosialisasi GAP florikultura; dan sosialisasi regulasi yang terkait
hortikultura, terutama yang berkaitan dengan florikultura.
d. Hasil Pertemuan
1) Untuk pengelolaan produksi anggrek,perlu belajar kepada kelompok yang
sudah eksis, dan diupayakan dalam 1-2 hamparan yang dikelola bersama
kelompok.
2) Untuk produksi anggrek dari fasilitasi pengembangan kawasan dari APBN agar
dipilih petani yang benar-benar berpengalaman untuk budidaya anggrek.
3) Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu daerah yang potensial untuk
pengembangan tanaman florikultura, baik tanaman bunga potong, tanaman pot
dan lansekap serta anggrek.
4) Komoditas florikultura yang diusahakan petani di Kabupaten Karanganyar
terbagi di tiga wilayah dengan komoditas yang berbeda. Pengembangan krisan
terletak di Desa Nglebak, Kecamatan Tawangmangu dan di Kecamatan
Ngargoyoso. Pengembangan anggrek terletak di Kelurahan Bolong-Kecamatan
Karanganyar, sedangkan tanaman pot dan lansekap terletak di Desa Nglurah-
Kecamatan Tawangmangu.
5) Tawangmangu merupakan suatu daerah di wilayah Karanganyar yang
mempunyai potensi wisata dan hortikultura yang menjanjikan karena letaknya
yang berada di dataran tinggi. Salah satunya adalah pengembangan usaha
florikultura. Hal ini karena banyak terdapat hotel dan restoran di sekitar tempat
wisata dan semakin memasyarakatnya penggunaan bunga potong untuk
wedding party.
6) Kabupaten Karanganyar sudah mendapat fasilitasi dana bantuan untuk
pengembangan tanaman anggrek sejak tahun 2011. Untuk komoditas krisan
fasilitasi berupa screen house dan benih diperoleh pada tahun 2013,
sedangkan untuk kelompok tanaman pot dan lansekap baru mendapatkan
bantuan pada tahun 2015.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 278
7) Pelaku usaha tanaman pot dan lansekap di daerah ini umumnya belum
menerapkan GAP dalam melakukan usaha taninya. Oleh karena itu, sampai
saat ini belum ada lahan usaha yang diregistrasi.
8) Petani masih belum mempunyai pengetahuan tentang adanya Undang-undang
Hortikultura serta beberapa Permentan yang berhubungan erat dengan usaha
budidaya tanamannya. Salah satunya mengenai Registrasi Lahan Usaha.
9) Petani diharapkan dapat menerapakan cara berbudidaya yang baik seperti
telah diamanahkan di dalam Permentan No. 48 tahun 2013 tentang GAP
Florikultura dan Permentan No. 73 tahun 2013 tentang GHP hortikultura.
10) Bila petani sudah dapat berbudidaya yang baik, maka berbagai macam
kemudahan akan didapat seperti yang diamanahkan di dalam PP No. 25 tahun
2014 tentang Pemberian Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura.
11) Syarat untuk mendapatkan fasilitas dan insentif minimal sudah memiliki
registrasi lahan usaha. Disamping itu pelaku usaha harus memiliki tanda
daftar/ijin usaha hortikultura. Bagi pelaku usaha mikro (< 50 juta rupiah) dan
kecil (50 – 500 juta rupiah) harus memilki tanda daftar, sedangkan pelaku
usaha sedang (500 juta – 10 M rupiah) dan besar (> 10 M rupiah) harus
memiliki ijin seperti yang diatur di dalam Permentan No. 70 tahun 2014 tentang
pedoman Perijinan Usaha Hortikultura.
12) Permohonan registrasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) telah
memahami dan menerapkan GAP, b) telah memahami dan menerapkan prinsip
PHT, c) telah memiliki, memahami dan menerapkan SOP, dan d) telah
melakukan pencatatan.
13) Proses registrasi lahan dapat dilakukan kepada Dinas Pertanian Provinsi
melalui Dinas Pertanian Kabupaten, yang berlaku selama 2 tahun dan dapat
melakukan proses perpanjangan selama 2 tahun berikutnya setelah didahului
survailen baik secara berkala maupun sewaktu-waktu untuk mengetahui
komitmen dan kosistensi penerapan GAP pada lahan usahanya.
14) Petani membutuhkan pelatihan usaha inovasi kreatif seperti pembuatan papan
bunga dan dekorasi.
15) Pelaku usaha krisan di daerah ini masih mengalami kesulitan dalam
pemasaran karena selama ini baru bekerjasama dengan 1 (satu) floris.
16) Umumnya pelaku usaha tanaman pot dan lansekap masih berusaha sendiri-
sendiri belum bergabung dalam kelompok tani.
17) Kebutuhan tanaman masih banyak disuplay dari luar daerah yaitu dari Kota
Batu, Bandungan-Semarang, Cihideung-Bandung Barat. Para pelaku usaha
tanaman pot dan lansekap di Desa Nglurah-Kec. Tawangmangu lebih
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 279
berorientasi pada penjualan dari pada usaha produksi penjualan/pemasaran
tanaman pot dan lansekap ke berbagai kota di seluruh Indonesia.
18) Komoditas florikultura tidak diharuskan berlabel, tetapi penangkarnya cukup
terdaftar di BPSB.
Bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap ke-3 (Pontianak)
a. Waktu dan Tempat
Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang ketiga
dilaksanakan pada tanggal 11 Juni 2015 di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan
Barat.
b. Peserta
Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap
adalah sebanyak 30 orang yang terdiri dari petugas BPSBTPH, BPTPH, BPTP,
BBI, KCD, penyuluh pertanian, pelaku usaha tanaman pot dan lansekap serta
Petugas Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat, Kota Pontianak, Kabupaten
Kuburaya dan Kabupaten Mempawa.
c. Materi
Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah:
Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk kawasan tanaman
pot dan lansekap; sosialisasi GAP florikultura; dan sosialisasi regulasi yang terkait
hortikultura, terutama yang berkaitan dengan florikultura.
d. Hasil Pertemuan
1) Bimbingan Teknis di Kalimantan Barat ini untuk mengidentifikasi potensi serta
permasalahan di lapangan dalam pengembangan kawasan untuk tanaman pot
dan lansekap. Beberapa komoditas florikultura di Kalimantan Barat memiliki
potensi yang besar untuk dikembangkan usahanya. Hal yang umum terjadi di
tingkat petani yaitu keterbatasan modal dan juga akses pasar.
2) Di Kalimantan Barat, permasalahan yang terjadi yaitu minimnya jumlah petani
yang melakukan budidaya tanaman pot dan lansekap. Hanya sekitar 20% saja
jumlah petani yang ada, sedangkan sisanya 80% adalah pedagang.
3) Kalimantan Barat memiliki potensi untuk pengembangan tanaman lansekap,
yang sebelumnya lebih banyak terfokus hanya untuk komoditas anggrek.
Beberapa jenis tanaman lansekap andalan dari Kalbar yang dapat menjadi
komoditas utama meliputi bougenvile, nanas merah, dan palem merah. Untuk
komoditas bougenvile banyak dibudidayakan di Sungai Kunyit yang terletak di
dekat pantai, serta tanah yang berpasir menghasilkan bougenvile yang
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 280
berwarna cerah dan indah. Dalam sebulan mampu memproduksi 5-6 ribu
tanaman dan berpotensi untuk dikembangkan.
4) Tanaman pot dan lansekap Kalimantan Barat banyak diekspor ke Serawak,
Brunai, dan Malaysia Timur. Dalam sebulan sebanyak 5-6 kali pengiriman
dengan omset 50-60 juta per pengiriman oleh 4 orang eksportir tanaman.
Sedangkan untuk nanas merah baru dapat dipenuhi sebanyak 140 ribu
perbulan dari keseluruhan permintaan sebesar 400 ribu dari Jakarta, Bali,
Kediri, dan Malang. Untuk palem merah, permintaan mencapai 12 ribu namun
yang dapat dipenuhi hanya 2 ribu saja.
5) Kebutuhan tanaman pot dan lansekap di Kalimantan Barat sebanyak 20%
diambil dari pulau Jawa seperti tanaman anting putri, yasmin, cemara, sikas.
Setiap bulan harus mendatangkan 3-4 kontainer berbagai jenis tanaman hias
(uk. 40 feet) dengan modal 180-200 juta. Sedangkan tanaman lansekap yang
paling banyak permintaannya yaitu aneka palem, corimbosa, dan brokoli.
6) Di Kota Pontianak telah terbentuk asosiasi FORPENTA sejak tahun 2005
dengan anggota yang terdaftar sebanyak 74 orang anggota, dan 140 orang
belum menjadi angota. Namun beberapa tahun terahir ini FORPENTA vakum,
tidak melakukan kegiatan rutin. Sebagian besar anggota hanya memiliki modal
kecil, lahan terbatas dan tidak jelas jangka waktu penyewaannya. Pada
pedagang kecil, 80% tanaman didatangkan dari Pulau Jawa. Permasalahan
lain seperti: ketidakpastian lahan usaha, lemahnya dukungan pemerintah, serta
fasilitasi yang bisa didapatkan belum terinformasikan kepada mereka. Selain
itu, 40% anggotanya masih perlu penguatan usahanya sehingga dapat terjadi
kesetaraan dengan anggota lainnya yang sudah lebih mapan. Sulitnya
menemukan serta menumbuhkan petani tanaman lansekap menjadi kendala
utama dalam pengembangan florikultura di Kalbar.
7) Sejak tahun 2011, Kalimantan Barat melalui APBN telah difasilitasi untuk
pengembangan tanaman anggrek. Namun dalam perjalanannya kurang
berkembang secara signifikan karena pH air rendah ± 4-4,5 yang kurang
mendukung bagi pertumbuhan anggrek terutama dendrobium dan
phalaenopsis. Kecuali anggrek vanda yang cukup toleran untuk daerah pH
rendah khususnya di Pontianak dan sekitarnya. Mengingat Pontianak dan
sekitarnya cukup potensial untuk pengembangan tanaman pot dan lansekap,
terutama untuk pemasarannya maupun untuk produksinya maka mulai tahun
2015 fasilitasi diarahkan untuk pengembangan antara lain tanaman pot dan
lansekap luas 5.000 m2, sarana budidaya 2 unit dan sarana pascapanen 2
unit. Selain itu mendapatkan fasilitasi dalam rangka penguatan nursery. Namun
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 281
kelompok penerima fasilitasi tersebut belum ditentukan oleh Dinas Pertanian.
Dinas Pertanian Kalimantan Barat belum mengirimkan e-proposalnya untuk
tahun 2016 sehingga perlu dipantau khusus sampai e-proposal terkirim.
8) Dalam menghadapi MEA, registrasi lahan usaha diperlukan petani untuk
menghadapi persaingan usaha nanti. Untuk itu, perlu adanya kejelasan perihal
status lahan serta jangka waktu sewanya. Lahan yang teregistrasi juga
merupakan salah satu syarat bagi kelompok tani mendapatkan fasilitasi dan
insentif sebagaimana yang tercantum dalam PP No. 25 tahun 2015, pasal 50
tentang Usaha Hortikultura.
9) Untuk mengembangkan usaha tanaman pot dan lansekap, pelaku usaha
membutuhkan fasilitasi mesin pengolah kompos, pot atau plybag dan sarana
budidaya lainnya.
Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot Dan Lansekap Ke-4 (Padang)
a. Waktu dan Tempat
Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang keempat
dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2015 di Kota Padang, Provinsi Sumatera
Barat.
b. Peserta
Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap
sebanyak 30 orang yang terdiri dari petugas Dinas Pertanian Provinsi Sumatera
Barat, petugas Dinas Pertanian Kota Padang dan pelaku usaha tanaman pot dan
lansekap Kota Padang.
c. Materi
Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah:
Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk kawasan tanaman
pot dan lansekap; sosialisasi regulasi yang terkait hortikultura, terutama yang
berkaitan dengan florikultura; dan teknik perbanyakan tanaman pot dan lansekap.
d. Hasil Pertemuan
1) Bimbingan Teknis di Kota Padang ini untuk mengidentifikasi potensi serta
permasalahan di lapangan dan mengevaluasi kegiatan pengembangan
kawasan florikultura terutama tanaman pot dan lansekap.
2) Kota Padang adalah salah satu daerah sentra produksi tanaman pot dan
lansekap di Provinsi Sumatera Barat dan kini sudah memiliki kawasan
florikultura yang ditetapkan melalui di SK Gubernur yaitu daerah Lubuk
Minturun.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 282
3) Kota Padang sudah mendapat fasilitasi dana bantuan APBN untuk komoditas
tanaman hias raphis sejak tahun 2007,tetapi perkembangan untuk komoditas
ini kurang begitu baik dan saat ini pelaku usaha beralih usaha ke tanaman pot
dan lansekap. Tanaman raphis adalah bagian dari tanaman pot dan lansekap,
oleh karena itu tanaman yang sudah ada harus tetap dipelihara dan
dikembangkan.
4) Komoditas raphis yang semula ditujukan sebagai komoditas ekspor, namun
karena harga tidak menguntungkan pelaku usaha maka saat ini tanaman
dipasarkan di pasar lokal dan rental.
5) Pada tahun 2015, daerah ini mendapat fasilitasi bantuan APBN untuk
pengembangan tanaman pot dan lansekap. Bantuan berupa pengembangan
kawasan 5.000 m2, sarana prasarana budidaya (screen house, power sprayer,
irigasi), penguatan nursery dan sarana pacapanen 2 unit (motor roda 3).
Perkembangan bantuan untuk pengembangan kawasan masih proses kontrak,
rencananya di bulan September sudah SP2D, sarana budidaya screen house
fisik sudah jadi namun SP2D belum karena pembayaran ditangguhkan karena
barang tidak sesuai spek, penguatan nursery design dari PU sudah ada, power
sprayer barang sedang dipesan dan akhir agustus baru tersedia. Pengadaan
sarana pascapanen berupa motor roda 3 sudah dilaksanakan dan barang
sudah diterima kelompok tani penerima.
6) Beberapa jenis tanaman lansekap yang umumnya diusahakan antara lain
brokoli, sambang dara, bougenville, anthurium, pucuk merah, puring, taiwan
beauty, palem, dll.
7) Ketersediaan tanaman masih kurang, oleh karena itu kebutuhan tanaman pot
dan lansekap di Kota Padang masih banyak yang didatangkan dari Pulau
Jawa.
8) Pada saat musim kemarau beberapa pelaku usaha kesulitan mendapatkan air
karena sumber air dangkal, oleh karena itu mereka membutuhkan fasilitasi
pengairan berupa pompa air.
9) Jumlah kelompok tani yang mengusahakan tanaman hias bertambah, namun
ada beberapa kelompok tani yang pasang surut berusaha taninya, oleh karena
itu perlu pemberdayaan kelompok tani tanaman hias.
10) Di Kota Padang sudah ada champion pelaku usaha tanaman hias yaitu ibu
Upik yang bisa membantu sesama pelaku usaha untuk teknologi budidaya dan
memasarkan produknya, tetapi baru beberapa saja yang menjadi mitra untuk
bekerjasama.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 283
11) Pelaku usaha masih perlu informasi pengenalan jenis-jenis tanaman hias yang
permintaannya cukup cepat, banyak dan bagus serta stabil.
12) Pelaku usaha pernah ikut pelatihan design lansekap tingkat dasar dengan
narasumber dari IALI dan IPB dan ingin mengikuti pelatihan tingkat lanjut. Yang
berhak mengeluarkan sertifikat pelatihan adalah IALI, oleh karena itu perlu
koordinasi dengan pihak IALI.
13) Pelaku usaha pernah ikut pelatihan design lansekap tingkat dasar dan ingin
mengikuti pelatihan tingkat lanjut. Yang berhak mengeluarkan sertifikat
pelatihan adalah IALI, oleh karena itu perlu koordinasi dengan pihak IALI.
14) Untuk meningkatkan nilai jual, usaha tanaman hias membutuhkan kreatifitas,
oleh karena itu masih perlu peningkatan kualitas SDM pelaku usaha.
Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot Dan Lansekap Ke-5 (Padang Panjang)
a. Waktu dan Tempat
Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang kelima
dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2015 di Kota Padang Panjang, Provinsi
Sumatera Barat.
b. Peserta
Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap
sebanyak 30 orang yang terdiri dari petugas Dinas Pertanian Provinsi Sumatera
Barat, petugas Dinas Pertanian Kota Padang Panjang, petugas Dinas Pertanian
Kabupaten Solok, pelaku usaha tanaman pot dan lansekap Kota Padang Panjang
dan Kabupaten Solok.
c. Materi
Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah:
Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk kawasan tanaman
pot dan lansekap; sosialisasi regulasi yang terkait hortikultura, terutama yang
berkaitan dengan florikultura; dan teknik perbanyakan tanaman pot dan lansekap.
d. Hasil Pertemuan
1) Bimbingan Teknis di Kota Padang Panjang ini untuk mengidentifikasi potensi
serta permasalahan di lapangan dan mengevaluasi kegiatan pengembangan
kawasan florikultura terutama tanaman pot dan lansekap.
2) Kota Padang Panjang dan Kabupaten Solok adalah salah satu daerah sentra
produksi untuk tanaman florikultura termasuk tanaman pot dan lansekap di
Provinsi Sumatera Barat.
3) Kota Padang Panjang sudah mendapat fasilitasi dana bantuan APBN untuk
komoditas tanaman hias raphis sejak tahun 2007 namun perkembangan untuk
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 284
komoditas ini kurang begitu baik dan saat ini pelaku usaha beralih usaha ke
tanaman pot dan lansekap. Tanaman raphis adalah bagian dari tanaman pot
dan lansekap, oleh karena itu tanaman yang sudah ada harus tetap dipelihara
dan dikembangkan.
4) Komoditas raphis yang semula ditujukan sebagai komoditas ekspor, namun
karena harga tidak menguntungkan pelaku usaha maka saat ini tanaman
dipasarkan di pasar lokal dan rental.
5) Pada tahun 2015, Kota Padang Panjang mendapat fasilitasi bantuan APBN
untuk pengembangan tanaman pot dan lansekap. Bantuan berupa
pengembangan kawasan 2.800 m2, sarana prasarana budidaya berupa screen
house dan sarana pacapanen 1 unit berupa motor roda 3. Perkembangan
bantuan untuk pengembangan kawasan masih proses kontrak, rencananya di
bulan September sudah SP2D, sarana budidaya screen house fisik sudah jadi
namun SP2D belum karena pembayaran ditangguhkan karena barang tidak
sesuai spek. Pengadaan sarana pascapanen berupa motor roda 3 sudah
dilaksanakan dan barang sudah diterima kelompok tani penerima.
6) Beberapa jenis tanaman lansekap yang umumnya diusahakan antara lain
brokoli, sambang dara, soka, aglaonema, bougenville, anthurium, pucuk merah,
puring, taiwan beauty, palem, dll.
7) Ketersediaan tanaman masih kurang, oleh karena itu kebutuhan tanaman pot
dan lansekap di Kota Padang Panjang masih banyak yang didatangkan dari
pulau Jawa.
8) Pada saat musim kemarau pelaku usaha kesulitan mendapatkan air karena
sumber air dangkal, oleh karena itu mereka membutuhkan fasilitasi pengairan
berupa pompa air.
9) Keterbatasan lahan di Kota Padang Panjang untuk pengembangan tanaman
hias karena usaha tanaman dilakukan di sekitar kota dengan lahan yang
sangat terbatas.
10) Pelaku usaha masih perlu informasi pengenalan jenis-jenis tanaman hias yang
permintaannya cukup bagus dan stabil.
11) Kota Padang Panjang produksinya masih sangat terbatas, masih kecil-kecil dan
pemasaran masih terbatas yaitu hanya Kota Padang dan Kota Bukittinggi.
12) Beberapa pelaku usaha florikultura masih tergantung kepada bantuan
pemerintah dalam mengembangkan usahanya. Kemandirian usahanya sangat
lemah.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 285
13) Kota Padang Panjang sudah melakukan ekspor raphis 4 kali, saat ini produksi
siap ekspor sangat terbatas, pemasaran raphis kini hanya pasar dalam negeri
dan rental.
14) Pelaku usaha tanaman hias di Kabupaten Solok mengharapkan fasilitasi
pengembangan tanaman pot dan lansekap selain krisan.
15) Pelaku usaha krisan di Kabupaten Solok kesulitan mendapatkan saprodi untuk
usahataninya.
16) Untuk meningkatkan nilai jual, usaha tanaman hias membutuhkan kreatifitas,
oleh karena itu masih perlu peningkatan kualitas SDM pelaku usaha.
Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot Dan Lansekap Ke-6 (Bukittinggi)
a. Waktu dan Tempat
Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang keenam
dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2015 di Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera
Barat.
b. Peserta
Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap
sebanyak 40 orang yang terdiri dari petugas Dinas Pertanian Provinsi Sumatera
Barat, petugas Dinas Pertanian Kota Bukittinggi, petugas Dinas Pertanian
Kabupaten Agam, Dinas Pertanian Kota Payakumbuh, pelaku usaha tanaman pot
dan lansekap dari Kota Bukittinggi, Agam dan Payakumbuh.
c. Materi
Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah
Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk kawasan tanaman
pot dan lansekap; sosialisasi regulasi yang terkait hortikultura, terutama yang
berkaitan dengan florikultura; dan teknik perbanyakan tanaman pot dan lansekap.
d. Hasil Pertemuan
1) Bimbingan Teknis di Kota Bukittinggi ini untuk mengidentifikasi potensi serta
permasalahan di lapangan dan mengevaluasi kegiatan pengembangan
kawasan florikultura terutama tanaman pot dan lansekap.
2) Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh, dan Kabupaten Agam adalah salah satu
daerah sentra produksi untuk tanaman florikultura termasuk tanaman pot dan
lansekap di Provinsi Sumatera Barat.
3) Kota Bukittinggi dan Kota Payakumbuh sudah mendapat fasilitasi dana bantuan
APBN untuk komoditas tanaman hias raphis sejak tahun 2008, sedangkan
Kabupaten Agam mendapat fasilitasi mulai tahun 2010. Dengan berjalannya
waktu, perkembangan untuk komoditas ini kurang begitu baik dan saat ini
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 286
pelaku usaha beralih usaha ke tanaman pot dan lansekap. Tanaman raphis
adalah bagian dari tanaman pot dan lansekap, oleh karena itu tanaman yang
sudah ada harus tetap dipelihara dan dikembangkan.
4) Komoditas raphis yang semula ditujukan sebagai komoditas ekspor, tetapi
karena harga tidak menguntungkan pelaku usaha maka saat ini tanaman
dipasarkan di pasar lokal dan rental.
5) Pada tahun 2015, Kota Bukittinggi dan Kota Payakumbuh mendapat fasilitasi
bantuan APBN melalui TP Provinsi untuk pengembangan tanaman pot dan
lansekap. Bantuan berupa pengembangan kawasan masing-masing 5.000 m2,
sarana prasarana budidaya berupa screen house dan sarana pacapanen
berupa motor roda 3. Perkembangan bantuan untuk pengembangan kawasan
masih proses kontrak, rencananya di bulan September sudah SP2D, sarana
budidaya screen house fisik sudah jadi namun SP2D belum karena
pembayaran ditangguhkan karena barang tidak sesuai spek. Pengadaan
sarana pascapanen berupa motor roda 3 sudah dilaksanakan dan barang
sudah diterima kelompok tani penerima.
6) Kabupaten Agam mendapat fasilitas bantuan APBN berupa pengembangan
kawasan tanaman pot dan lansekap 5.000 m2, sarana pascapanen berupa
sungkup besar 1 unit dan sungkup mini 14 unit, SL GAP dan SL GHP masing-
masing 1 kelompok.
7) Beberapa jenis tanaman lansekap yang umumnya diusahakan antara lain
brokoli, sambang dara, soka, aglaonema, bougenville, anthurium, pucuk merah,
puring, taiwan beauty, palem, dll.
8) Ketersediaan tanaman masih kurang, oleh karena itu kebutuhan tanaman pot
dan lansekap di Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh dan Kabupaten Agam
masih banyak yang didatangkan dari Pulau Jawa.
9) Pada saat musim kemarau pelaku usaha kesulitan mendapatkan air karena
sumber air dangkal, oleh karena itu mereka membutuhkan fasilitasi pengairan
berupa pompa air.
10) Keterbatasan lahan untuk pengembangan tanaman hias karena usaha
tanaman dilakukan di sekitar kota dengan lahan yang sangat terbatas.
11) Pelaku usaha masih perlu informasi pengenalan jenis-jenis tanaman hias yang
permintaannya cukup bagus dan stabil.
12) Beberapa pelaku usaha florikultura masih tergantung kepada bantuan
pemerintah dalam mengembangkan usahanya. Kemandirian usahanya sangat
lemah.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 287
13) Untuk meningkatkan nilai jual, usaha tanaman hias membutuhkan kreatifitas,
oleh karena itu masih perlu peningkatan kualitas SDM pelaku usaha.
14) Tanaman hias menjadi tanaman unggulan di Kota Bukittinggi dan pada tahun
2015 salah satu kelompok tani menjadi KT terbaik se-Provinsi Sumatera Barat
yaitu KT Sansiflora.
Bimbingan Teknis Kawasan Melati (Pekalongan)
a. Waktu dan Tempat
Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan melati yang kedua dilaksanakan pada 21 Mei
2015 di Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah.
b. Peserta
Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Melati adalah sebanyak 30
orang yang terdiri atas Petugas Dinas Pertanian Kabupaten Tegal, Diperta
Pekalongan, Diperta Pemalang, Diperta Batang, dan Pelaku Usaha/petani dari 4
kabupaten sentra produksi melati
c. Materi
Materi dalam pertemuan bimtek melati adalah :
Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk tanaman melati;
dan sosialisasi regulasi yang terkait hortikultura, terutama yang berkaitan dengan
florikultura.
d. Hasil Pertemuan
1) Indonesia menempati posisi ke 3 (tiga) setelah Thailand dan India dalam
produksi melati di dunia. Tercatat hanya 20% melati Indonesia yang diekspor,
sedangkan sisanya untuk kebutuhan pasar domestik. Hal ini menunjukkan
besarnya peluang pasar dalam maupun luar negeri untuk melati Indonesia.
2) Jawa Tengah memberikan share terbesar terhadap produksi nasional yaitu
92,11% dengan luas lahan 1.500 ha. Adapun sentra produksi melati utama
terdapat di 4 Kabupaten yaitu Pemalang, Batang, Tegal, dan Pekalongan.
Sampai tahun 2014, Kabupaten Batang terus memberikan kontribusi produksi
dan luas panen terbesar di Indonesia.
3) Pendataan melati sangat mempengaruhi data florikultura nasional. Tidak
tercatat dan terekapnya data melati di beberapa sentra produksi oleh petugas
KCD mengakibatkan penurunan yang signifikan pada data produksi melati akan
berimplikasi terhadap data nasional. Hal ini dapat disebabkan tidak tercatat dan
terekapnya data melati di beberapa sentra produksi oleh petugas KCD. Antara
Direktorat teknis dan pencatat data kurang dapat berkoodinasi sehingga
megakibatkan fluktuatifnya data yang tersedia.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 288
4) Dalam rangka meningkatkan, paling tidak untuk mengimbangi alih fungsi lahan
melati dan menurunnya luas lahan melati akibat abrasi, pemerintah
memberikan fasilitasi melati sejak tahun 2016. Untuk tahun 2015 salah satunya
berupa pengembangan kawasan di 4 Kabupaten @ 10.000 m2. Meskipun
serapan anggaran masih cukup kecil, namun kegiatan pengembangan
kawasan di Kabupaten Tegal serta CPCL telah dilakukan. Untuk Kabupaten
Tegal, Pemalang dan Pekalongan masih dalam proses yang disesuaikan awal
musim hujan. Saat ini sedang dipersiapkan SL GAP dan GHP yang akan
dilaksanakan dalam waktu dekat di 4 Kabupaten.
5) Melati di Kabupaten Pemalang mengalami permasalahan serangan hama ulat
yang merusak tanaman belum ditemukan penanggulangannya secara efektif.
6) Melati setelah panen hanya dapat bertahan sehari sehingga perlu terobosan
untuk dapat mempertahankan kesegaran melati yang lebih lama. Selain itu,
modal petani melati sebagian besar sangat lemah berasal dari hutang ke
pengepul yang mengakibatkan petani melati semakin kurang berdaya,
sehingga harga tergantung pengepul melati.
7) Di Kabupaten Batang terjadi abrasi besar-besaran yang menggerus sekitar
250 ha di sentra melati pantura, baik di Kabupaten Tegal, Pemalang, Batang,
dan Pekalongan, sehingga diperlukan penanganan abrasi di Pantura 4
kabupaten sentra melati secara massal dan bertahap tiap tahun. Terutama
pemecah ombak, penanaman bakau, dan tanaman penahan abrasi lainnya
dengan melibatkan semua elemen masyarakat dan koordinasi dengan pihak
terkait seperti Badan Lingkungan Hidup.
8) Pabrik teh kini banyak menggunakan essence sebagai pengganti melati
sehingga harga melati menurun. Diharapkan kelebihan produksi melati belum
dapat dimanfaatkan untuk minyak atsiri dan perlu dicari untuk manfaat yang
lain.
9) Di Pekalongan sudah terbentuk asosiasi harum melati, tetapi di 3 kabupaten
sentra melati belum ada asosiasi melati sebagai upaya untuk mengatasi
berbagai masalah melati dan percepatan pengembangan industri melati di 4
kabupaten telah dibentuk Asosiasi Melati Pantura Indonesia (ASTIRA) dengan
Ketua Bapak Setiono dari Kabupaten Batang yang dapat menaungi 4
kabupaten sentra melati tersebut.
10) Dikarenakan banyaknya pabrik di Jabodetabek yang berpindah ke wilayah
Pantura menyebabkan adanya alih fungsi lahan dan alih profesi mengakibatkan
menurunnya luas lahan melati dan beralihnya tenaga kerja petik melati menjadi
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 289
pegawai pabrik. Selain itu harga input berupa tenaga kerja, pupuk, pestisida,
polybag, dan lain-lain juga merangkak naik.
11) Thailand sebagai negara produsen melati terbesar di dunia menerapkan sistem
budidaya yang cukup berbeda dengan di Indonesia. Salah satunya yaitu jarak
tanam yang tidak terlalu rapat antar tanaman, dengan biaya operasional dan
cara panen yang lebih efisien. Jarak tanam melati di Pantura sangat rapat 10-
20 tanaman/m2. Hal ini mengakibatkan sulitnya pemupukan, pengendalian
OPT, bunga hanya tumbuh pada satu permukaan, jumlah bunga yang dipanen
sedikit, dan ukuran diameter melati lebih kecil. Panen bunga melati tidak
dikendalikan, sehingga jumlah panen tidak sesuai permintaan pasar.
Adakalanya panen raya harga turun dan saat permintaan tinggi produksi turun.
12) Terkait dengan registrasi lahan melati, pada akhir tahun 2014 telah dilakukan
kunjungan ke Kabupaten Tegal. Namun, hampir seluruh lahan yang diusulkan
belum terdapat dokumen pencatatan. Sehingga provinsi belum dapat
mengeluarkan nomor registrasinya.
Bimbingan Teknis Kawasan Anggrek Dan Tanaman Florikultura Lainnya (Jambi)
a. Waktu dan Tempat
Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Anggrek, termasuk tanaman florikultura
lainnya dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2015 di Balai Benih Hortiultura
Mayang Kota Jambi, Provinsi Jambi.
b. Peserta
Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Anggrek dan Tanaman
Florikultura Lainnya terdiri atas: pelaku usaha tanaman florikultura, petani anggrek,
petugas Dinas Pertanian Provinsi Jambi, Kota Jambi, Kab Merangin dan Kab
Bungo.
c. Materi
Materi dalam pertemuan bimtek anggrek dan tanaman florikultura lainya adalah:
Penerapan teknologi budidaya, identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di
lapangan untuk pengembangan tanaman anggrek dan tanaman florikultura lainnya;
dan sosialisasi GAP florikultura.
d. Hasil Pertemuan
1) Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi yang mempunyai peluang
dalam pengembangan tanaman florikultura, khususnya tanaman anggrek dan
krisan. Pengembangan kawasan anggrek terdapat di Kota Jambi dan
mendapat bantuan dana APBN mulai tahun 2010, sedangkan di Kabupaten
Bungo mulai tahun 2015. Selain tanaman anggrek di Provinsi Jambi juga mulai
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 290
dikembangkan tanaman bunga potong krisan di Kabupaten Merangin yang
mulai dikembangkan pada tahun 2015.
2) Anggrek yang dikembangkan di Kota Jambi sampai saat ini masih skala kecil
dan jenis yang dikembangkan adalah anggrek tanah Vanda Douglas, James
Story, dan anggrek Dendrobium.
3) Sebagian besar petani yang mendapat bantuan masih tahap pemula seperti
Kelompok Wanita Tani Stingkin di Kecamatan Kota Baru, Kelurahan Bagan
Pete. Kondisi tanaman dilapangan kurang bagus baik untuk anggrek tanah
vanda douglas maupun james story serta anggrek dendrobiumnya. Hal ini
dikarenakan kurang perawatan, baik penyiraman dan pemupukan, sehingga
pertumbuhan terganggu juga karena kekurangan air di musim kemarau.
4) KWT Stingkin Kota Jambi sudah mendapat bantuan screen house yang
berukuran 8x6 m2 akan tetapi kondisi bangunan difloor semen sehingga
menyebabkan panas dan kurangnya kelembaban. Seharusnya pada bagian
bawah rak tanaman diisi dengan pot-pot yang berisi dengan tanaman daun
potong sehingga dapat menambah kadar kelembaban di dalam screen house.
5) Pada kelompok tani ini anggrek tanah ditanam di halaman pekarangan masing-
masing anggota KWT dengan luasan 10-15 m2 sehingga terlihat spot kecil-kecil
jauh dari target dan sasaran yang seharusnya minimal 50 m2. Meskipun sudah
mendapat pelatihan dari pelaku usaha maju namun kenyataan di lapang
kondisi tanaman perlu mendapat bimbingan intensif dari petugas dinas
pertanian, penyuluh ataupun BPTPH setempat karena pada tanaman anggrek
james story banyak terserang kutu putih. Petani sudah melakukan
penyemprotan insektisida seminggu 2 kali, tetapi sampai saat kunjungan
lapang kondisi tanaman belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Pada
waktu pertemuan pihak dinas pertanian kota Jambi sudah melakukan laporan
ke BPTPH untuk mendapatkan perlakuan/tindakan sesegera mungkin agar
tidak meluas pada tanaman lainnya.
6) Kelompok tani lainnya yang ada di Kota Jambi seperti kelompok tani
Phalaenopsis dan Gapoktan Florikultura setingkat lebih maju dibandingkan
kelompok pemula yang ada. Kelompok ini sudah melakukan mitra dengan
perkantoran-perkantoran, floris untuk mengembangkan usaha budidayanya.
Saat pertemuan disampaikan bahwa petani sangat membutuhan bantuan
instruktur/narasumber untuk pelatihan, baik budidaya maupun pascapanen
dalam rangka meningkatkan kapabilitasnya sehingga dapat menambah
wawasan serta nilai tambah hasil usahanya. Adapun bentuk pelatihan yang
diharapkan seperti teknonogi budidaya maju, merangkai bunga, lansekap,
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 291
usaha ekonomi kreatif dll. Selain itu petani ingin adanya fasilitasi bentuk
magang di pelaku usaha maju untuk meningkatkan kapasitasnya dalam usaha,
baik dari segi budidaya maupun manajemen usaha.
7) Perkembangan inisiasi kawasan krisan di Kabupaten Merangin berdasarkan
laporan petugas yang hadir selangkah lebih maju, Pada saat pertemuan
dilaporkan bantuan pengembangan kawasan sudah terealisasi tanam di 9
screen house dari 10 screen house hasil bantuan APBN 2015. Bahkan dari 9
screen house, 6 screen house hasil penanaman sudah melakukan panen raya
yang dilakukan oleh Bupati pada saat persiapan pawai pembangunan 17
Agustus 2015. Usulan untuk tahun 2016 Kabupaten Merangin ingin adanya
bantuan panel listrik tenaga surya, karena kondisi listrik disana sering terjadi
adanya pemadaman sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman krisan.
8) Dari segi budidaya petani relatif sudah dapat menguasai budidayanya, ke
depan yang perlu menjadi fokus perhatian adalah masalah pemasaran karena
pasar lokal belum begitu banyak menggunakan bunga potong hidup, apalagi
dari dana APBD Kab. Merangin juga ingin mengembangkan bunga gladiol dan
bunga potong lainnya serta mengembangkan kawasan agrowisata, maka
pemerintah daerah perlu membantu promosi diwilayahnya serta mencari
terobosan melalui event-event pameran sebanyak mungkin. Kemudian di sisi
transportasi pengiriman bunga potong dari Merangin dengan jarak yang cukup
jauh ke kota lainnya perlu mendapat perhatian serta dukungan fasilitasi mobil
berpendingin agar bunga terjaga kesegarannya. Untuk itu perhatian Bupati
serta pemerintah daerahnya yang cukup baik terhadap pengembangan
florikultura perlu direspon dan dimanfaatkan peluang yang ada semaksimal
mungkin.
9) Pengembangan kawasan Anggrek di Kabupaten Bungo berdasarkan laporan
petugas dan petaninya baru tahap persiapan rumah lindung dan pemesanan
bibit. Penerima bantuan dana APBN 2015 juga petani pemula yang mana perlu
mendapat bimbingan teknis, pendampingan dan pengawalan dari petugas.
Oleh karena itu harapan para petani kedepan perlu adanya bantuan fasilitasi
instruktur/narasumber pelaku maju serta magang di lokasi petani maju untuk
menambah wawasan usahanya.
10) Sampai dengan saat ini di Provinsi Jambi belum ada lahan budidaya tanaman
florikultura yang sudah melakukan registrasi lahan usaha. Oleh karena itu
sosialisasi regulasi tentang registrasi ini sangat penting maka perlu dilakukan.
11) Registrasi lahan usaha ini penting dan diperlukan untuk usaha skala ekonomis
yang lebih luas dalam rangka mempersiapkan pasar bebas ASEAN serta
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 292
menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan fasilitasi dan insentif usaha
hortikultura terutama untuk :
- Usaha budidaya hortikultura mikro dan kecil (termasuk florikultura);
- Usaha hortikultura yang ramah lingkungan;
- Usaha hortikultura yang mengembangkan komoditas unggulan nasional
dan daerah;
- Usaha hortikultura organik;
- Usaha hortikultura yang bergerak dibidang penelitian dan pengembangan.
12) Bentuk fasilitasi dan insentif usaha hortikultura yang diberikan adalah:
- Kemudahan perijinan;
- Pemanfaatan lahan;
- Penjaminan;
- Akses permodalan;
- Pemasaran;
- Kemudahan kerjasama/kemitraan.
13) Syarat untuk melakukan registrasi lahan usaha antara lain adalah :
- Sudah menerapkan kaidah GAP sesuai PP No. 25 tahun 2014;
- Sudah menerapkan prinsip PHT;
- Unit usaha sudah ada;
- Semua kegiatan sudah tercatat.
14) Kelompok tani yang akan melakukan registrasi usaha minimal lahan
budidayanya adalah 2.500 m2, dengan lahan boleh secara terpencar (tidak
dalam satu hamparan).
Perjalanan
1. Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap
ke Kota Bandar Lampung-Lampung sebanyak 4 OP.
2. Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap
ke Kabupaten Karanganyar-Jawa Tengah sebanyak 6 OP.
3. Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap
ke Kota Pontianak-Kalimantan Barat sebanyak 3 OP.
4. Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap
ke Sumatera Barat sebanyak 3 OP.
5. Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Melati ke Pekalongan
sebanyak 7 OP.
6. Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Anggrek dan Tanaman
Florikultura Lainnya ke Jambi sebanyak 3 OP.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 293
6. Hasil/Outcome
Meningkatnya kualitas pengelolaan usaha bidang budidaya dan kualitas penanganan
pascapanen tanaman florikultura.
7. Manfaat/Benefit
Meningkatnya pengetahuan petani, pelaku usaha, dan petugas dalam identifikasi dan
evaluasi masalah di lapangan serta mencari solusi yang tepat.
8. Dampak/Impact
Meningkatnya produksi, produktivitas, mutu dan usaha tanaman florikultura pada
kawasan sentra.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Di beberapa daerah terjadi penurunan PAGU anggaran dan jumlah komoditas
florikultura yang mendapat fasilitas APBN. Hal tersebut terkait dengan
kebijakan pimpinan bahwa setiap SKPD hanya diperbolehkan untuk
mengajukan maksimum 3 (tiga) komoditas utama.
b. Dalam pengembangan usaha florikultura dibutuhkan promosi dan kreatifitas
dari pelaku usahanya.
c. Setiap Provinsi/Kab/Kota disarankan untuk membuat blue print/cetak biru
rancangan kegiatan dan program pengembangan florikultura yang disusun
dengan stake holders serta instansi terkait.
d. Hasil evaluasi dari kegiatan di tahun berjalan harus dijadikan acuan untuk
perencanaan tahun berikutnya.
e. Dalam pengembangan usaha tanaman pot dan lansekap perlu kecermatan
dalam pemilihan jenis tanaman yang akan dikembangkan. Pemilihan tanaman
yang paling dibutuhkan dan disesuaikan dengan spesifik wilayah serta bernilai
ekonomi perlu dilakukan.
f. Pengajuan bantuan fasilitasi yang didanai oleh APBN harus kebutuhan yang
benar-benar diperlukan dan petani tidak sanggup untuk membelinya. Oleh
karena itu, kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh pelaku usaha secara
swadaya (contoh: gunting, sekop, ember, dll), tidak perlu difasilitasi oleh
pemerintah pada fasilitasi sarana budidaya.
g. Beberapa daerah masih mengalami kesulitan dalam memahami
pengembangan tanaman pot dan lansekap. Untuk itu diperlukan SOP
Tanaman Pot dan Lansekap sebagai bahan sosialisasi kepada masyarakat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 294
h. Belum tersosialisasinya kebijakan-kebijakan terkait usaha hortikultura kepada
pelaku usaha termasuk GAP florikultura dan registrasi lahan usaha, sehingga
pelaku usaha umumnya belum menerapkan GAP dalam usaha taninya
i. Beberapa permasalahan yang ditemui di kawasan pengembangan tanaman
pot dan lansekap :
1) Keterbatasan lahan usaha untuk budidaya tanaman hias menyebabkan
produksi/budidaya belum bisa berkembang.
2) Keterbatasan sarana pengairan mengakibatkan jika musim kemarau
ketersediaan air kurang.
3) Keterbatasan kompetensi dan kewirausahaan SDM pelaku usaha dalam
mengembangkan tanaman pot dan lansekap, termasuk dalam hal
pemasaran yang masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan setempat
atau daerah terdekat sehingga pelaku membutuhkan pelatihan kreatifitas
dan kemitraan untuk mengembangkan usahanya.
4) Beberapa kelompok tani mengalami masa vakum selama beberapa tahun
terakhir ini dan baru akan memulai lagi usahataninya, sebagian pelaku
usaha juga masih banyak yang bergerak sendiri-sendiri/belum tergabung
dalam kelompoktani.
5) Pelaku usaha di luar Pulau Jawa umumnya belum bisa memenuhi
permintaan konsumen karena masih banyak jenis tanaman pot dan
lansekap yang didatangkan dari pulau Jawa
6) Permintaan beberapa jenis tanaman hias tidak stabil, ada bulan-bulan
tertentu sepi dan bulan lainnya permintaan banyak.
7) Pelaku usaha krisan di Solok mengalami kesulitan dalam memperoleh
sarana produksi untuk usahanya, seperti bibit.
8) Perlu memperhatikan jarak dari kebun lahan usaha dengan pasar, karena
beberapa hambatan dalam pengembangan komoditas florikultura seperti
Raphis, salah satunya dikarenakan jauhnya jarak lahan usaha ke pasar
dan tidak tersedianya pelabuhan refer container.
9) Permasalahan yang secara khusus ada di Pontianak yaitu: a) Jumlah
petani sangatlah sedikit yang mengusahakan tanaman pot dan lansekap,
masyarakata setempat masih lebih tertarik ke usaha dagang tanaman
hias; b) Forpenta juga mengalami masa vakum selama beberapa tahun
terakhir ini dan nyaris tanpa kegiatan antara lain karena kurangnya
dukungan dan perhatian dari Pemda setempat terhadap pengembangan
tanaman pot dan lansekap; c) Kurang intensifnya hubungan antara
kelompok tani pot dan lansekap dengan Pemerintah daerah, sehingga
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 295
terjadi miss communication di antara mereka; d) Bougenvile dan nanas
merah dapat menjadi icon dari Kota Pontianak, namun belum ada
perhatian serius dari para pelaku usaha tanaman hias yang kurang
tertarik dalam budidaya dan mengembangkannya lebih besar lagi.
Padahal pasar dan kebutuhan baik dalam maupun luar negeri cukup
besar.
j. Beberapa permasalahan yang ditemui dalam pengembangan melati:
a. Harga yang rendah di tingkat petani saat panen raya perlu dijembatani
antara pedagang pengepul, pabrik dengan petani.
b. Keterbatasan air terutama saat musim kemarau untuk menyiram
tanaman, diperlukan membuat sumur artesis dengan kedalaman 120 m
dengan biaya minimal 20 juta rupiah.
c. Banyaknya lahan usaha yang terkena abrasi perlu perpindahan lokasi.
d. Terjadinya alih fungsi lahan melati menjadi pabrik mengakibatkan lahan
melati dan kesulitan mendapatkan tenaga kerja untuk usaha melati.
e. Ketahanan bunga melati sangat pendek, oleh karena itu diperlukan
pascapanen untuk menjaga kesegaran bunganya.
k. Beberapa permasalahan yang ditemui dalam pengembangan anggrek
dan tanaman florikultura lainnya :
1) Permasalahan utama di Jambi adalah keterbatasan SDM yang rata-
rata masih petani pemula. Kemampuan para petani/pengusaha
anggrek dalam teknologi budidaya anggrek masih sangat terbatas.
2) Lahan usaha petani anggrek umumnya kecil-kecil.
3) Kurangnya tanggung jawab petani untuk mengurus anggrek bantuan
pemerintah dari dana APBN.
4) Kekurangan/keterbatasan sumber pada saat musim kemarau,
pemeliharaan kurang intensif dan terdapat penanaman anggrek
Dendrobium yang kurang perawatan, baik penyiraman dan
pemupukan, sehingga pertumbuhan terganggu.
9.2. Saran dan Tindak Lanjut
a. Terkait kegiatan 2015 perlu pencermatan kembali POK terkait adanya
refocusing bila dipandang perlu dilakukan ralat POK dan setiap ralat POK
harus dikoordinasikan dengan Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura, agar tidak menyimpang dari sasaran output.
b. Melakukan persiapan CP/CL secara tepat dengan mempertimbangkan aspek
teknis dan administratif, serta manfaat bagi petani secara berkelanjutan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 296
c. Daerah mencermati kembali usulan kegiatan Kabupaten per Provinsi dan
usulkan melalui e-proposal dan provinsi agar melakukan verifikasi setiap
usulan e-proposal, bagi petugas pusat juga melakukan verifikasi.
d. Usulan kegiatan hendaknya lebih difokuskan pada kebutuhan riil petani dan
petani tidak mampu memenuhinya. Fasilitasi diprioritaskan pada kebutuhan
yang mendesak sebagai titik ungkit pengembangan florikultura.
e. Perlu pembentukan kelompok tani untuk menampung petani yang belum
masuk dalam kelompok tani untuk memudahkan pembinaan, dan diperkuat
kelembagaannya dengan sering melakukan pertemuan dan identifikasi
permasalahan.
f. Perlu membangun jejaring dengan pelaku tanaman pot dan lansekap di
Jabodetabek, PT. Benara dan kontraktor lansekap lainnya.
g. Perlunya pembinaan dan pendampingan yang intensif pada daerah-daerah
sentra produksi tanaman pot dan lansekap termasuk bunga potong agar
dapat lebih berkembang.
h. Sosialisasi dari Dinas ke petani tentang peraturan yang berlaku di dalam
pengembangan komoditas hortikultura termasuk florikultura untuk
meningkatkan kapabilitas petani, seperti: penerapan GAP, pengendalian OPT
ramah lingkungan, registrasi lahan, dan regulasi terkait usaha florikultura.
i. Perlunya fasilitasi:
1) Pelatihan produk ekonomi kreatif (rangkaian bunga, dekorasi, pembuatan
dan perawatan taman) untuk peningkatan kreatifitas diantara anggota
kelompok, karena semakin tinggi seni yang ditampilkan maka harga jual
tanaman meningkat (ekonomi kreatif).
2) Perlu fasilitasi kemitraan antara pelaku usaha dengan pihak hotel,
restauran, perkantoran, dll dalam memasarkan produk tanaman
florikultura.
3) Dukungan dana APBN dan APBD untuk mengembangkan kegiatan
kelompok tani
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 297
BIMBINGAN TEKNIS KAWASAN BUDIDAYA DAUN DAN BUNGA POTONG
1. Latar Belakang
Tanaman daun dan bunga potong merupakan salah satu komoditas florikultura yang
memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai upaya penumbuhan perekonomian
daerah dan nasional. Berkembangnya industri jasa dekorasi di berbagai wilayah di
Indonesia baik untuk acara pernikahan, acara keagamaan seperti natal, tahun baru,
lebaran dan tahun baru Cina, meningkatkan permintaan daun dan bunga potong untuk
materi dekorasi. Oleh karena itu, beberapa tahun terakhir jumlah pelaku usaha tanaman
daun dan bunga potong mulai skala kecil sampai menengah bertambah cukup banyak.
Permintaan produk ini terus meningkat baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor.
Dengan demikian, tanaman daun dan bunga potong dapat diposisikan sebagai
komoditas perdagangan yang penting di dalam negeri maupun pasar global.
Namun perkembangan usaha tanaman daun dan bunga potong masih berjalan relatif
lambat. Hal ini terlihat dari skala usaha yang masih kecil, peningkatan produksi yang
relatif masih rendah dan belum tertatanya sistem produksi dan pasar. Berbagai upaya
perlu dilakukan secara intensif dengan melibatkan seluruh pihak terkait agar usaha
atau bisnis tanaman daun dan bunga potong dapat memberikan kontribusi yang lebih
besar terhadap perekonomian nasional, dengan menumbuhkan sentra-sentra tanaman
florikultura baru dan pengutuhan kawasan yang sudah ada, menuju skala industri
melalui pengelolaan kebun yang baik, agar tanaman florikultura Indonesia mempunyai
daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja, pertumbuhan perekonomian dan
pembangunan sektor jasa di daerah
Salah satu upaya penting yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan teknologi
inovatif pada budidaya tanaman daun dan bunga potong agar tanaman florikultura
Indonesia mempunyai daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja, pertumbuhan
perekonomian dan pembangunan sektor jasa di daerah. Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura telah memfasilitasi kegiatan pengembangan kawasan tanaman
daun dan bunga potong di berbagai daerah sentra. Dalam rangka pendampingan
kawasan budidaya daun dan bunga potong telah diselenggarakan bimbingan teknis
kawasan budidaya daun dan bunga potong.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 298
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Melakukan bimbingan teknis kawasan budidaya tanaman daun dan bunga potong
di daerah sentra florikultura.
2.2. Sasaran
Terkoordinasinya bimbingan teknis kawasan budidaya tanaman daun dan bunga
potong di daerah sentra florikultura.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran Rp. 191.230.000,-
3.2. Realisasi Keuangan : Rp.191.215.944,-
3.3. Informasi Teknologi
4. Pelaksanaan Kegiatan
Tahapan pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut :
a. Menyediakan konsumsi bimbingan teknis kawasan budidaya daun dan bunga
potong
b. Melaksanakan perjalanan pengawalan dan pendampingan kawasan budidaya
daun dan bunga potong
c. Melakukan penggantian transport bimbingan kawasan budidaya daun dan bunga
potong.
5. Keluaran/Output
5.1. Pertemuan dalam rangka bimbingan teknis kawasan budidaya daun dan bunga
potong dilaksanakan di (1) Kabupaten Cianjur Jawa Barat, (2) Kabupaten
Tabanan, Bali, (3) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, (4) Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan (5) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, (6) Kabupaten Bandung
Barat, Jawa Barat dan (7) Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
5.2. Peserta pertemuan dalam bimbingan teknis adalah petani/kelompok tani/gapoktan
daun dan bunga potong, pejabat/petugas Dinas Pertanian Provinsi,
pejabat/petugas Dinas Pertanian kabupaten/kota, Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP), Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB), Balai Proteksi
Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH), PPL, Mantri Tani, KCD serta
Penyuluh/petugas BP3K.
5.3. Pertemuan dalam rangka bimbingan teknis kawasan budidaya daun dan bunga
potong dilaksanakan dalam bentuk pemaparan, mengidentifikasi permasalahan di
lapangan baik melalui tanya jawab serta kunjungan lapangan, agar diperoleh
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 299
solusi dan pemahaman yang sama dalam mendorong berkembangnya agribisnis
florikultura terutama daun dan bunga potong.
5.4. Perjalanan pengawalan dan pendampingan kawasan budidaya daun dan bunga
potong dilaksanakan sebanyak 58 OP ke Kabupaten Cianjur, Kabupaten
Sukabumi, Kabupaten Bandung dan Bandung Barat (Jawa Barat), Kabupaten
Sleman dan Kabupaten Kulonprogo (DIY), Kota Mataram (Nusa Tenggara Barat),
Kota Tomohon, (Sulawesi Utara), Kabupaten Gowa (Sulawesi Selatan),
Kabupaten Tabanan (Bali), dan Kabupaten Semarang (Jawa Tengah).
5.5. Hasil dari kegiatan bimbingan teknis maupun pengawalan dan pendampingan
yang dilakukan di beberapa sentra bunga dan daun potong adalah sebagai
berikut :
Tabel 16. Hasil dari kegiatan bimbingan teknis Budidaya Daun dan Bunga Potong
No Kab/Kota Peta Potensi dan Permasalahan Pemecahan untuk Tindak
Lanjut
1 Cianjur Potensi :
- Kompetensi sebagian petani
bagus
- Koperasi sudah terbentuk dan
mendapat pengawalan dari
Dinas Koperasi
- Potensi Lahan sangat luas
- Pasar dalam negeri sangat
tersedia
- Sudah ada penangkar benih
- Dekat dengan Balithi, UPBS,
dan BBH Pasir Banteng
Permasalahan :
- Petani masih belum bersedia
menjadi anggota Koperasi,
karena harus berkomitmen
dengan aturan Koperasi, yaitu
dapat memproduksi bunga
dengan kualitas baik.
- Pengaruh pengepul masih
mendominasi petani, terutama
yang tidak memiliki modal
usaha
- Cianjur dijadikan
sebagai Model
Pengembangan Bunga
dan Daun Potong yang
Berdaya Saing sebagai
rintisan untuk pasar
ekspor terutama untuk
krisan.
- Pendampingan intensif
baik dari Dinas Pertanian
Kabupaten, Dinas
Koperasi Kabupaten,
Balithi, Dinas Pertanian
Provinsi Jawa Barat
maupun Ditjen
Hortikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 300
2 Bandung Potensi :
- Sebagian petani memiliki
Kompetensi dalam
berbudidaya bunga dan daun
potong.
- Ada CD Farm yang telah
membina beberapa petani
plasma untuk menjadi mitra
nya.
- Pasar domestik masih terbuka
Permasalahan :
- Kelembagaan penangkar benih
belum dapat berkembang,
karena sebagian petani lebih
memilih menggunakan benih-
nya sendiri.
- Petani masih memasarkan
produknya masing-masing,
karena pembeli langsung
bertransaksi di lahan petani.
- Perlu dikembangkan
kemitraan inti plasma,
antara petani dengan CD
Farm, baik dalam transfer
teknologi, maupun akses
pasarnya.
- Perlu pendampingan
intensif dari Dinas
Pertanian Kabupaten,
Dinas Pertanian Provinsi
Jabar, maupun Ditjen
Hortikultura..
3 Bandung
Barat
Potensi :
- Berkembangnya asosiasi
yang dapat berperan aktif
mem-bantu anggota dalam
me-ningkatkan agribisnis
flori-kultura.
- Potensi pasar terutama untuk
Gerbera sangat baik.
Permasalahan :
- Beberapa petani masih
menggunakan benihnya
sendiri yang kualitasnya
kurang baik (terutama
krisan).
- Pasar bunga yang ada di
Kota Bandung masih terbatas
- Meningkatkan kapasitas
penangkar benih teru-
tama krisan agar dapat
melayani kebutuhan
peta-ni.
- Mendorong Pemda
Ban-dung agar
membangun
infrastruktur pasar
Bunga yang lebih
memadai.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 301
seperti Wastukencana, belum
ada pasar bunga sebesar
Rawa Belong.
4 Tabanan Potensi :
- Agroklimat sesuai untuk
pengembangan kawasan
bunga dan daun potong
- Potensi pasar cukup bagus
terutama kemitir (Tagetes)
untuk kebutuhan upacara
keagamaan.
Permasalahan :
- Benih masih tergantung dari
luar Bali seperti Malang dan
Pasuruan.
- Balai Benih belum mampu
menyediakan Benih Sumber
yang bagus.
- Peningkatan kapasitas
Balai Benih dalam
produksi Benih Sumber
- Penumbuhan penangkar
benih terutama krisan
agar mampu menye-
diakan kebutuhan kelom-
poktani.
5 Mataram Potensi :
- Tersedianya RTH sebagai
kawasan dalam
pengembangan florikultura
- Berkembangnya Industri
pariwi-sata di Mataram
merupakan peluang pasar bagi
florikultura
Permasalahan :
- Lansekap di RTH belum tertata
- Infrastruktur untuk saluran
irigasi maupun pembuangan
belum semua tersedia
- Perlu menata lanskap di
RTH agar berfungsi
sebagai agrowisata yang
berbasis agribisnis flori-
kultura.
- Perlu mempromosikan
RTH dengan menye-
lenggarakan event-event
tingkat Kota Mataram
maupun Provinsi NTB
yang mengundang kha-
layak di lingkungan RTH.
6 Gowa Potensi :
- Balai Benih Hortikultura sudah
mampu menghasilkan benih
krisan melalui kultur jaringan
- Lokasinya dekat dengan PT.
- Perlu ada sosialisasi
secara intensif oleh
BBH Bonto-Bonto
melalui kegiatan
jambore varietas
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 302
Bunga Indah Malino yang
dapat memberikan transfer
teknologi
- Ada pengawalan dari BPTP
Provinsi Sulawesi Selatan
Permasalahan :
- Pelaku belum banyak
mengenal produk BBH
- Kompetensi SDM sangat
terbatas
dengan mengundang
petani yang menjadi
pengguna benih dari
varietas tersebut.
- Dinas Pertanian Provinsi
Sulsel mengkoordinir
BBH, BPTP, Dinas
Pertanian Kab. Gowa,
dan petani dalam
membuat mapping
kebutuhan benih
- Peningkatan kompetensi
petani dapat dilakukan
melalui magang ke PT.
BIM yang difasilitasi
oleh Dinas Pertanian
Provinsi atau Dinas
Pertanian Kab. Gowa.
7 Sukabumi Potensi :
- Pencanangan Kecamatan
Sukaraja sebagai Kampung
Florikultura dengan dukungan
Pemda yang sangat besar.
- Kelembagaan Penangkar benih
krisan mulai berkembang.
- Potensi pasar masih terbuka
baik domestik maupun ekspor
Permasalahan :
- Adanya bencana angin puting
beliung yang merusakkan GH
krisan, dan petani memiliki
keterbatasan modal dalam
memperbaikinya.
- Keberadaan Asosiasi belum
dimanfaatkan sebagian besar
petani..
- Pengembangan
kampung flori perlu
mendapat dukungan dari
instansi terkait, terutama
Dinas PU dan Dinas
Pariwisata, terutama
dalam pengem-bangan
infrastruktur jalan dan
fasilitas agrowisata.
- Perlu adanya komitmen
dari petani dan pengurus
Asosiasi dalam menjalin
kerjasama agribisnis
yang saling
menguntungkan baik
untuk tujuan pasar
domestik maupun ekspor.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 303
8 Kulonprogo Potensi :
- Kelembagaan berperan aktif
membantu anggota dalam
mencarikan sumber benih,
mengatur pola tanam dan
akses pemasaran.
- Adanya fasilitas sarana packing
house dan gerobak motor
yang diterima kelompok tahun
2015 membantu dalam
mempermu-dah pengelolaan
pasca panen dan distribusi di
sekitar Kulonprogo.
- Pasar masih terbuka di kota-
kota lain di luar Jogja, seperti
Solo, Salatiga, Banyumas,
Semarang.
Permasalahan :
- Belum tersedianya mobil
berpendingin untuk dapat
menjangkau pasar yang lebih
jauh.
- Sumber benih masih ber-
gantung dari Kabupaten lain,
seperti Sleman, Semarang dan
Cipanas.
- Perluasan areal krisan
untuk dapat memenuhi
permintaan pasar dengan
tetap menjaga kualitas.
- Mengakses sumber pem-
biayaan dari lembaga
lainnya (CSR) untuk
pengadaan mobil berpen-
dingin agar akses pasar
lebih luas, jika areal
tanam sudah dapat
memenuhi permintaan
pasar.
9 Sleman Potensi :
- Agroklimat sesuai untuk
pengembangan krisan.
- Kelompoktani sudah memiliki
pengalaman dalam
berbudidaya krisan
Permasalahan :
- Kelembagaan belum berperan
dalam mendorong anggotanya
untuk melakukan budidaya
sesuai SOP, sehingga kualitas
- Perlu konsolidasi antara
Asosiasi, anggota dan
pembina di daerah.
- Perlu magang/studi ban-
ding ke Kabupaten lain
untuk memberikan moti-
vasi petani.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 304
kebun dan produksi kurang
baik.
- Pasar banyak yang beralih ke
Kulonprogo, karena kualitas
lebih bagus.
10 Semarang Potensi :
- Agribisnis krisan telah ber-
kembang dan telah memiliki
penangkar benih yang ber-
kompeten.
- Kemampuan sebagian kelom-
poktani untuk
mengembangkan komoditas
lain terutama gerbera karena
memiliki peluang pasar lebih
bagus dibanding krisan.
Permasalahan :
- Ada persaingan bisnis antara
kelompoktani satu dengan
lainnya.
- Kelembagaan petani belum
dapat berperan dalam mem-
bantu anggota untuk akses
pasar yang lebih luas terutama
krisan, sehingga seolah-olah
pasar krisan telah jenuh.
- Konsolidasi dalam pe-
ngembangan Kelemba-
gaan agar dapat lebih
berperan dalam mem-
bantu meningkatkan
agribisnis para anggo-
tanya.
- Mendorong Pemerintah
Provinsi dalam
membantu fasilitasi
kemitraan untuk
memperluas akses pasar.
Tomohon Potensi :
- Agribisnis bunga dan daun
potong terus berkembang
- Potensi pasar masih terbuka
- Memiliki sumberdaya genetik
yang dapat dikembangkan
secara lebih luas (krisan Kulo
dan Ririh)
- Infrastruktur untuk pengem-
bangan krisan telah tersedia
- Peningkatan kapasitas
pengelola laboratorium
kultura jaringan melalui
magang/studi banding
seperti ke BBH Pasir
Banteng Jabar.
- Penumbuhan penangkar
dan peningkatan kapasi-
tas penangkar.
- Konsolidasi dan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 305
(laboratorium kultur Jaringan,
GH untuk indukan,
pengakaran stek maupun
produksi bunga potong).
Permasalahan :
- Kapasitas SDM pelaksana
terutama untuk mengelola Lab
Kultur Jaringan masih
terbatas.
- Kapasitas penangkar untuk
menghasilkan benih yang
dapat memenuhi kebuthan
kelompok juga masih terbatas.
- Penyediaan Benih Sumber
Kulo dan Ririh masih terbatas.
pendam-pingan dalam
pelaksa-naan
pengelolaan Pusat
Pengembangan Agribis-
nis Bunga Potong di
Tomohon (Show
window).
6. Hasil/Outcome
Berkembangnya kawasan daun dan bunga potong di daerah sentra.
7. Manfaat/Benefit
Berkembangnya agribisnis tanaman daun dan bunga potong.
8. Dampak/Impact
Meningkatnya pendapatan petani daun dan bunga potong.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Beberapa permasalahan yang dibahas pada saat temu koordinasi antara lain
(1) Keterbatasan jumlah penangkar benih yang menyebabkan ketersediaan
benih bermutu di lapangan masih kurang, (2) Upaya asosiasi dalam
meningkatkan kualitas produk bunga potong, akan tetapi masih banyak
terkendala dengan sistem pasar yang belum berpihak kepada petani, seperti
sistem pembayaran yang tidak jelas, sehingga sangat menghambat bagi
keberlangsungan agribisnis florikultura, (3) Untuk wilayah luar Jawa, seperti
kota Tomohon, kebutuhan benih umumnya diperoleh dari penangkar benih di
Jawa Barat dan Jawa Timur, meskipun terdapat juga penangkar benih yang
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 306
merangkap sebagai produsen bunga potong dan (4) DI beberapa daerah
masih ditemukan pelaksanaan sekolah lapang belum dimanfaatkan sebaik-
baiknya untuk meningkatkan kemampuan petani dalam pengelolaan
kebunnya
b. Solusi yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah antara lain :
1. Perlu dilakukan penataan, segmentasi usaha yaitu petani penangkar dan
petani produsen bunga potong. Petani penangkar yang belum terdaftar
di BPSB agar segera didaftarkan, sehingga produksinya akan mendapat
pengawalan dari instansi terkait seperti BPSB.
2. Agar dilakukan mapping kebutuhan benih dan identifikasi kapasitas
masing-masing penangkar, sehingga akan diketahui jumlah kebutuhan
benih yang dapat dipenuhi oleh penangkar.
3. Untuk mengendalikan OPT, petani harus cermat dalam melakukan teknik
budidaya, dimulai dari tahap penyiapan lahan, penggunaan benih sampai
tahap pemeliharaan. Untuk mengatasi permasalahan OPT di lapangan,
petani dapat meminta bantuan kepada petugas pengawas OPT di tingkat
kecamatan.
4. Dukungan BPTPH dan BPTP untuk memberikan demplot penggunaan
Trichoderma ataupun agens hayati lainnya sangat diperlukan untuk
meningkatkan pemahaman petani mengenai pengendalian OPT sejak
awal.
5. Apabila potensi permintaan benih dari luar daerah cukup besar, maka
perlu upaya peningkatan kapasitas penangkar yang sudah ada maupun
penumbuhan penangkar baru untuk dapat memenuhi kebutuhan benih.
6. Pada saat kunjungan, petani khususnya yang berlokasi di kab Tabanan
dan Buleleng, Bali yang merupakan daerah wisata mengeluhkan
permintaan bunga potong yang menurun. Hal ini disebabkan permintaan
hotel akan bunga potong juga menurun, seiring dengan diterapkannya
kebijakan dari Menpan RB agar instansi pemerintah tidak mengadakan
rapat di hotel dan tidak mengirimkan karangan bunga. Bahkan terdapat
pengumpul yang membatalkan pembelian bunga potong di salah satu
petani krisan di Tabanan, meskipun sudah dilakukan pembayaran uang
muka.
7. Inisiatif dari dinas untuk mengadakan pertemuan konsolidasi dalam
mencarikan solusi dengan mengundang para decorator dan florist, serta
instansi terkait yang memiliki wewenang dalam pendampingan pasar,
seperti Direktorat Jenderal PPHP.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 307
8. Upaya memperkuat fungsi Asosiasi dalam membantu kelompok
memberikan pinjaman/ uang jaminan dalam pembelian produk bunga
potong oleh decorator/florist, sehingga tidak menghambat
keberlangsungan usaha petani.
9.2. Saran
a. Pendampingan intensif dan supervisi di lapangan dari Dinas Pertanian
provinsi, kabupaten/kota, BPTP, BPTPH, Bakorluh pada kelompok tani yang
berkomitmen untuk melaksanakan teknik budidaya sesuai SOP.
b. Dukungan instansi terkait seperti UPBS-Balithi, Badan SDM, BPSB, BBH,
BPTP, perguruan tinggi dalam mengatasi permasalahan benih
c. Diperlukan adanya pendampingan secara intensif dari petugas di lapangan
untuk dapat mengaplikasikan hasil sekolah lapang
d. Upaya penguatan kapabilitas Balai Benih maupun penangkar di setiap
wilayah sentra dalam memproduksi benih sebar
BIMBINGAN TEKNIS PASCAPANEN TANAMAN POT DAN LANSEKAP, MELATI
1. Latar Belakang
Usaha tanaman florikultura sempat mengalami masa booming beberapa tahun yang
lalu. Banyak pelaku usaha yang sukses meraih untung dari usaha tanaman florikultura
ini. Kepopuleran usaha tanaman florikultura juga dipicu dengan popularitas sejumlah
varietas tanaman florikultura tertentu yang bagi sebagian besar orang, khususnya kaum
pecinta tanaman florikultura dinilai mempunyai keberuntungan tersendiri serta memiliki
keelokan bentuk tanaman yang bercirikhaskan keunikan.
Usaha tanaman florikultura memang bukan jenis usaha baru di kalangan masyarakat,
terutama di kalangan hobies tanaman florikultura. Sebetulnya untuk memulai usaha
tanaman florikultura tidaklah sulit, yang di perlukan adalah ketelatenan, kesabaran dan
terus belajar baik itu dari pengalaman, sesama hobies ataupun dari buku dan internet.
Saat ini memang peluang usaha tanaman florikultura agak menurun, tapi bukan berarti
akan mati. Usaha tanaman florikultura ini akan terus berkembang mengikuti
perkembangan para pencinta tanaman florikultura. Masih banyak pelaku usaha di
bidang ini yang optimis dalam memandang potensi bisnis tanaman florikultura. Mereka
yakin pertumbuhan bisnis usaha tanaman florikultura dapat berkembang pesat dan
bukan tak mungkin mendekati masa masa kesuksesannya. Keoptimisan ini juga
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 308
dilandasi oleh semakin pesatnya pertumbuhan bisnis properti di tanah air.
Bertambahnya jumlah perumahan, apartemen, hotel dan perkantoran dianggap dapat
mendongkrak bisnis tanaman hias.
Gaya hidup eco-friendly dan isu global warming yang sudah menjadi tren saat ini turut
menjadi pemicu kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan asri yang indah
dipandang mata. Masyarakat semakin peduli pada keindahan lingkungan dan
penghijauan. Tidak salah kalau peluang usaha tanaman florikultura ini masih sangat
menjanjikan, baik bagi petani maupun bagi pelaku usaha tanaman florikultura.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk pengembangan industri lansekap dengan
membangun industri lansekap Indonesia yang berdaya saing.
2.2. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah untuk inisiasi tanaman lansekap yang dikelompokkan
melalui kebutuhan di setiap kawasan tanaman florikultura.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar 202.820.000,-
3.2. Data dan Informasi
3.3. Sumberdaya manusia
4. Pelaksanaan kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan adalah :
4.1. Belanja bahan
4.2. Konsumsi bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap, melati
4.3. Belanja perjalanan biasa
4.4. Perjalanan dalam rangka bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap,
melati
4.5. Belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota
4.6. Penggantian transport bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap,
melati
5. Keluaran/Output
Kegiatan pertemuan inisiasi melalui fasilitasi pertemuan bimbingan teknis pascapanen
tanaman pot dan lansekap, melati dilaksanakan di 5 lokasi sentra tanaman pot lanskap
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 309
dan melati yaitu: Kab. Bandung Barat, Kota Tangerang Selatan, Kota Batu, Kab.
Karanganyar dan Kab. Pekalongan.
Adapun hasil pertemuan bimbingan teknis pascapanen tanaman pot dan lansekap,
melati yaitu:
a. Kab. Bandung Barat
Bimtek dilaksanakan pada hari Senin-Rabu tanggal 23-25 Februari 2015 di Kab.
Cihideng Bandung Barat. Dihadiri oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Bandung Barat yang diwakili oleh Sekretaris Dinas dan Kepala Bidang
Hortikultura, Kepala Seksi Tanaman Hias perwakilan KCD dari kecamatan
Cihideung, Lembang, Ngrampah dan Parongpong serta Gapoktan/poktan tanaman
hias pot dan lanskap Kota dari wilayah Kecamatan Cihideung dan Lembang.
Adapun hasil pertemuan:
1) Petani yang tergabung dalam kelompok tani mengusahakan usaha budidaya
tanaman bunga potong dan pot lanskap, tetapi baru kelompok bunga potong
yang aktif turut serta kegiatan dan mendapatkan alokasi dana dari pusat.
Harapan pelaku usaha, akan ada juga sentuhan Pemerintah untuk tanaman pot
dan lanskap.
2) Sebagian besar petani menggunakan benih hasil introduksi karena lebih
diminati oleh konsumen. Namun mereka kesulitan juga untuk mendapatkan
benih yang berkualitas. Hal ini disebabkan karena : sedikitnya benih yang
beredar dipasar, kalaupun ada harganya cukup mahal. Untuk mengantisipasi
permintaan yang setiap hari bertambah, petani menggunakan benih produksi
sendiri, yang tidak jelas asal usulnya sehingga produksinyapun menjadi
rendah.
3) Adanya tren taman bunga plastik yang dapat mengganggu pasar tanaman pot
lanskap. Hal ini terjadi karena belum adanya PERDA yang mengatur
penggunaan bunga plastik ini dan bahaya yang ditimbulkan oleh bunga plastik.
Untuk itu perlu sosialisasi kepada masyarakat agar selalu menggunakan
tanaman hidup, manfaatnya untuk lingkungan dan kesehatan manusia.
4) Pengumpulan data/angka produksi tanaman hias yang belum bagus ditandai
oleh banyaknya produksi tanaman hias yang belum tercatat oleh KCD,
sementara Kabupaten Bandung Barat merupakan sentra pengembangan
tanaman hias. Kabupaten Bandung Barat tidak memilki KCD yang ada adalah
Koordinator penyuluh. Beberapa penyebab terjadinya pendataan yang kurang
bagus karena : Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman atau
lahan terbangun lainnya; Petani beralih usaha ke komoditas lain; Tidak semua
komoditas florikultura di lapangan dicacah oleh petugas seperti data
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 310
perusahaan belum tercacah; dan Pencacah belum mengenal aneka tanaman
florikultura; kurangnya tenaga KCD dimana mereka harus mencacah semua
jenis komoditas (pangan, hortikultura dan perkebunan).
5) Petani diharapkan dapat menerapakan cara berbudidaya yang baik seperti
telah diamanahkan di dalam Permentan no 48 tahun 2013 tentang GAP
Florikultura dan Permentan no 73 tahun 2013 tentang GHP hortikultura. Bila
petani sudah dapat berbudidaya yang baik, maka berbagai macam kemudahan
akan didapat seperti yang diamanahkan di dalam PP no 25 tahun 2014 tentang
Pemberian Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura. Syarat untuk mendapatkan
fasilitas dan insentif minimal sudah memiliki registrasi lahan usaha. Disamping
itu pelaku usaha harus memiliki tanda daftar/ijin usaha hortikultura. Bagi pelaku
usaha mikro (< 50 juta rupiah) dan kecil (50 juta – 500 juta) harus memilki
tanda daftar, sedangkan pelaku usaha sedang (500 juta – 10 M rupiah) dan
besar (> 10 M rupiah) harus memiliki ijin seperti yang diatur di dalam
Permentan 70 tahun 2014 tentang pedoman Perijinan Usaha Hortikultura.
6) Proses registrasi lahan dapat dilakukan kepada Dinas Pertanian Propinsi
melaui Dinas Pertanian Kabupaten, yang berlaku selama 2 tahun dan dapat
melakukan proses perpanjangan selama 2 tahun berikutnya setelah didahului
survailen baik secara berkala maupun sewaktu-waktu untuk mengetahui
komitmen dan kosistensi penerapan GAP pada lahan usahanya. Untuk
Kabupaten Bandung Barat, sudah dilakukan registrasi lahan usaha komoditas
mawar dan krisan, sedangkan untuk komoditas tanaman pot dan lanskap
belum dilakukan.
7) Adapun bantuan dari pemerintah melalui kegiatan PMD tahun 2007 berupa
screenhouse dan benih mawar yang hingga saat ini screenhouse masih berdiri
kokoh namun tanamannya membutuhkan peremajaan. Selain itu juga
mendapatkan bantuan screen house untuk tanaman krisan serta mobil
berpendingin, gerobak motor tahun 2013. Dalam pelaksanaannya, pengelolaan
mobil berpendingin saat ini sudah beroperasi tetapi belum dikelola secara
maksimal karena adanya kendala administrasi dari BMN menjadi BMD yaitu
mengenai pemanfaatan bersama melalui lelang jasa, sehingga menyebabkan
pengelola sebagai penggerak belum berjalan sebagaimana mestinya.
8) Dengan adanya keberadaan mobil berpendingin dapat mengurangi susut hasil
panen dari 40% menjadi hanya 30%, selain itu jumlah pengunjung juga
meningkat meskipun jumlah transkasi stagnan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 311
b. Kota Tangerang Selatan
Bimtek dilaksanakan pada hari Senin-Rabu tanggal 16-18 Maret 2015 di Kota
Tangerang Selatan. Dihadiri oleh Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kota
Tangerang Selatan yang diwakili oleh Kepala Bidang Pertanian dan Staf, penyuluh
pertanian serta poktan/pelaku usaha tanaman hias pot lanskap dan anggrek dari
kecamatan Serpong, Serpong Utara, Pamulang, Setu, Ciputat, Ciputat Timur,
Pondok Aren. Adapun hasil pertemuan:
1. Perlu peningkatan kreatifitas petani/pelaku usaha tanaman lansekap melalui
pelatihan-pelatihan tentang pembuatan taman, karena semakin meningkatnya
kreatifitas yang dimiliki maka dapat meningkatkan akses pada pelayanan serta
harga jual tanaman(ekonomi kreatif).
2. Permasalahan OPT pada tanaman anggrek berupa hama ulat bunga yang
menyerang tanaman anggrek pada saat musim penghujan. Serangan ulat
dilakukan dengan memakan bunga atau pucuk anggrek. Pada akhirnya bunga
akan menjadi busuk dan pertumbuhan tanaman anggrek terhambat. Penerapan
GAP dan GHP yang baik pada lahan usaha dapat menurunkan resiko hama
penyakit menyerang tanaman sehingga dapat meningkatkan hasil produksi
salah satunya melalui perbaikan sistem drainase di kebun dan adanya
pengguna tanaman yang baik.
3. Luas lahan pertanian semakin sempit dan pemasaran tanaman hias yang
masih sulit. Pembangunan pasar sentra untuk tanaman hias di kota Tangerang
Selatan sebagai tempat budidaya dan pemasaran. Terutama untuk bunga
potong dan daun potong.
4. Ketergantungan para petani/pelaku usaha anggrek akan benih anggrek impor
(dari Thailand) yang cenderung memberikan penawaran dengan harga yang
cukup mahal. terutama untuk beberapa jenis anggrek potong yang disukai
masyarakat. Dalam jangka pendek agar ada fasilitasi penurunan biaya impor
melalui perijinan yang simpel sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam
jangka menengah dan panjang agar diupayakan sistem perbenihan yang
memadai dengan mengembangkan kultur jaringan yang menghasilkan benih
anggrek yang berkualitas.
c. Kota Batu
Bimtek dilaksanakan pada hari Senin-Rabu tanggal 13-15 April 2015 di kota Batu.
Dihadiri oleh Dinas Pertanian, dan Kehutanan Kota Batu yang diwakili oleh Kepala
Bidang Hortikultura dan Koordinator Penyuluh Pertanian (KJF), Perwakilan PPL dan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 312
KCD serta gapoktan/poktan tanaman hias pot dan lansakp dari kecamatan Batu,
Bumiaji, dan Junrejo. Adapun hasil pertemuan:
1. Kota Batu yang merupakan salah satu sentra tanaman hias yang telah
mengembangkan berbagai jenis tanaman hias, terutama tanaman hias Mawar
dan Krisan. Kalau dilihat dari keadaan daerahnya, sangat cocok juga untuk
pengembangan tanaman hias pot dan lanskap yang merupakan jenis tanaman
hias yang memiliki prospek yang cukup cerah dalam pengembangannya di
samping pengembangan tanaman hias bunga potong dan daun potong.
2. Tanaman lanskap merupakan komoditas tanaman massal yang banyak
diusahakan oleh para petani tanaman hias untuk menyuplai kebutuhan
pembangunan taman di perkotaan (melalui Dinas Pertamanan) maupun para
lansekaper. Tanaman lanskap berperan dalam menjaga kelestarian
lingkungan. Disektor ekonomi dukungan industri florikultura berperan untuk
meningkatkan kesejahteraan petani, peningkatan kualitas daya saing dan
pemberdayaan pasar dalam dan luar negeri. Tanaman lanskap sendiri
merupakan tanaman hias dengan jumlah yang sangat banyak, terdiri dari
tanaman pohon, perdu, semak, penutup tanah (cover ground) dan berbagai
jenis rumput.
3. Petani diharapkan dapat menerapakan cara berbudidaya yang baik seperti
telah diamanahkan didalam Permentan no 48 tahun 2013 tentang GAP
Florikultura dan Permentan no 73 tahun 2013 tentang GHP hortikultura. Bila
petani sudah dapat berbudidaya yang baik, maka berbagai macam kemudahan
akan didapat seperti yang diamanahkan di dalam PP no 25 tahun 2014 tentang
Pemberian Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura. Syarat untuk mendapatkan
fasilitas dan insentif minimal sudah memiliki registrasi lahan usaha. Komoditas
florikultura tidak diharuskan berlabel tetapi penangkarnya cukup terdaftar di
BPSB. Disamping itu pelaku usaha harus memiliki tanda daftar/ijin usaha
hortikultura. Bagi pelaku usaha mikro (< 50 juta rupiah) dan kecil (50 juta – 500
juta) harus memilki tanda daftar, sedangkan pelaku usaha sedang (500 juta –
10 M rupiah) dan besar (> 10 M rupiah) harus memiliki ijin seperti yang diatur di
dalam Permentan 70 tahun 2014 tentang pedoman Perijinan Usaha
Hortikultura.
4. Proses registrasi lahan dapat dilakukan kepada Dinas Pertanian Propinsi
melaui Dinas Pertanian Kabupaten, yang berlaku selama 2 tahun dan dapat
melakukan proses perpanjangan selama 2 tahun berikutnya setelah didahului
survailen baik secara berkala maupun sewaktu-waktu untuk mengetahui
komitmen dan kosistensi penerapan GAP pada lahan usahanya.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 313
5. Proses pencacahan data tanaman agar lebih teliti agar tidak terjadi selisih data
di BPS dengan keadaan di lapangan yang jauh lebih tinggi.
6. Kelompok tani tanaman hias sudah mendapatkan bantuan baik dari pemerintah
daerah (APBD) maupun dari pusat (APBN). Pada tahun 2014 dari APBD
propinsi mendapatkan packing house bunga potong yang terletak di Desa
Sidomulyo, selain itu dari APBN mendapatkan bantuan berupa screen house
krisan di tahun 2012. Pada tahun 2014 Kelompok tani di Gunungsari Makmur
mendapatkan mobil berpendingin yang berkapasitas 12.000 tangkai bunga
mawar. Dengan adanya keberadaan mobil berpendingin dapat mengurangi
susut hasil panen sebesar 10-20% (daun yang gosong). Dalam
pelaksanaannya, pengelolaan mobil berpendingin dilakukan oleh gapoktan
yang terdiri dari 8 kelompok tani dan beranggotakan sebanyak 200 orang.
7. Gapoktan tanaman pot dan lanskap di Kota Batu membutuhkan SL GAP dan
SL GHP tanaman pot lanskap serta sarana dan prasarana dalam menunjang
usaha budidayanya.
d. Kab. Karanganyar
Bimtek dilaksanakan pada hari Rabu-Sabtu tanggal 13-16 Mei 2015 di Kab.
Karanganyar-Sleman. Dihadiri oleh Dinas Pertanian, Tanaman Pangan,
Perkebunan dan Kehutanan Kab. Karanganyar yang diwakili oleh Kepala Bidang
Tanaman Pangan dan Hortikultura dan staf. Perwakilan PPL Kecamatan
Tawangmangu, Mantri Tani Kecamatan Tawangmangu, POPT, Lurah dari Desa
Bolong serta KWT Sidomakmur, Taruna Tani Taman Sari II, KWT Manunggal
Usaha, Taruna Tani Makmur. Adapun hasil pertemuan:
1. Tawangmangu merupakan sentra produksi krisan, anggrek dan tanaman pot
lansekap. Seperti di desa Nglurah yang berada di Kecamatan Tawangmangu
Kab. Karanganyar, Jawa Tengah. Di desa ini terdapat angrowisata tanaman
hias. Agrowisata ini berawal dari usaha warga yang kebanyakan
membudidayakan dan berjualan tanaman hias di sepanjang jalan desa
Nglurah. Usaha masyarakat yang berjualan tanaman hias ini dimulai sejak
1997 dan kemudian berkembang menjadi desa wisata bunga pada 2001.
Karanganyar sendiri terdapat beberapa sentra yang menjadi pusat
pengembangan tanaman hias seperti Krisan berada pada dusun Krangean
Desa Nglebak Kecamatan Tawangmangu, Anggrek berada pada di desa
Bolong dan desa Karangpanden kec. Karanganyar, dan pot lansekap berada di
desa Nglurah.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 314
2. Selain sebagai petani tanaman hias masyarakat didesa ini juga bisa sebagai
dekorator. Jenis tanaman hias yang dibudidayakan diperkarangan masyarakat
baik yang masih tertanam di tanah, maupun yang sudah dikemas dengan
polybag atau pot seperti Anthurium, Aglaonema, Philodendron, Anggrek
spesies atau Anggrek gunung. Agave, Cemara, Philodendron Kobra, Palem,
Mawar, Euphorbia, Adenium dan masi banya lagi tanaman hias pot dan
lansekap.
3. Bantuan melalui alokasi dana APBN sudah didapatkan kelompok bunga potong
untuk komoditas krisan berupa screen house dan benih pada tahun 2013,
sedangkan kelompok tanaman lanskap mendaptkan bantuan pengembangan
anggrek pada tahun 2015.
4. Minimnya pengetahuan petani tentang regulasi/aturan-aturan yang melindungi
mereka dalam menghasilkan suatu produk, membuat petani tidak mempunyai
posisi tawar.
5. Petani diharapkan dapat menerapakan cara berbudidaya yang baik seperti
telah diamanahkan didalam Permentan no. 48 tahun 2013 tentang GAP
Florikultura dan Permentan no. 73 tahun 2013 tentang GHP hortikultura. Bila
petani sudah dapat berbudidaya yang baik, maka berbagai macam kemudahan
akan didapat seperti yang diamanahkan di dalam PP no. 25 tahun 2014
tentang Pemberian Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura. Syarat untuk
mendapatkan fasilitas dan insentif minimal sudah memiliki registrasi lahan
usaha. Komoditas florikultura tidak diharuskan berlabel tetapi penangkarnya
cukup terdaftar di BPSB. Disamping itu pelaku usaha harus memiliki tanda
daftar/ijin usaha hortikultura. Bagi pelaku usaha mikro (<50 juta rupiah) dan
kecil (50 juta – 500 juta) harus memilki tanda daftar, sedangkan pelaku usaha
sedang (500 juta – 10 M rupiah) dan besar (>10 M rupiah) harus memiliki ijin
seperti yang diatur di dalam Permentan 70 tahun 2014 tentang pedoman
Perijinan Usaha Hortikultura. Jika lahan usaha ada diantara dua wilayah antara
kabupaten/kota maka yang mengeluarkan tanda daftarnya adalah gubernur.
6. Permohonan registrasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) telah
memahami dan menerapkan GAP, b) telah memahami dan menerapkan prinsip
PHT, c) telah memiliki memahami dan menerapkan SOP, d) telah melakukan
pencatatan.
7. Proses registrasi lahan dilakukan oleh Dinas Pertanian Propinsi melalui Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota, yang berlaku selama 2 tahun dan dapat melakukan
proses perpanjangan selama 2 tahun berikutnya setelah didahului survailen
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 315
baik secara berkala maupun sewaktu-waktu untuk mengetahui komitmen dan
konsisten penerapan GAP pada lahan usahanya.
8. Komoditas florikultura tidak diharuskan berlabel tetapi penangkarnya cukup
terdaftar di BPSB.
e. Kab. Pekalongan
Bimtek dilaksanakan pada hari Rabu-Jumat tanggal 20-22 Mei 2015 di Kab.
Pekalongan. Dihadiri oleh Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pekalongan, Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal, Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Batang, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Pemalang, Perwakilan petugas KCD dari Kabupaten Pekalongan,
Tegal, Batang dan Pemalang, Perwakilan penyuluh dari Kabupaten Pekalongan,
Tegal, Batang dan Pemalang, Pelaku usaha tanaman melati dari Kabupaten
Pekalongan, Tegal, Batang dan Pemalang. Adapun hasil pertemuan:
1. Terbentuknya Asosiasi melati kawasan Pantura, yang terdiri dari gabungan
kelompok - kelompok tani yang ada di kab. Tegal, kab. Pemalang, kab.
Pekalongan dan kab. Batang. Asosiasi melati kawasan Pantura diharapkan
dapat menjadi corong para pelaku usaha melati dalam pengembangan dan
peningkatan produksi melati dalam rangka antisipasi era pasar bebas ekonomi
asia, dimana Indonesia menempati posisi ke 3 (tiga) setelah Thailand dan India
dalam produksi melati di dunia. Tercatat hanya 20% melati Indonesia yang
diekspor, sedangkan sisanya untuk kebutuhan pasar domestik. Hal ini
menunjukkan besarnya peluang pasar dalam maupun luar negeri untuk melati
Indonesia.
2. Jawa Tengah memberikan share terbesar terhadap produksi nasional yaitu
92.11% dengan luas lahan 1500 ha. Adapun sentra produksi melati terdapat di
4 Kabupaten yaitu Pemalang, Batang, Tegal dan Pekalongan. Sampai tahun
2014, Kabupaten Batang terus memberikan kontribusi produksi dan luas panen
terbesar di Propinsi Jawa Tengah.
3. Data melati sangat mempengaruhi data florikultura nasional. Adanya
penurunan yang signifikan pada data produksi melati akan berimplikasi
terhadap data nasional. Hal ini dapat disebabkan tidak tercatat dan terekapnya
data melati di beberapa sentra produksi oleh petugas KCD. Antara Direktorat
teknis dan pencatat data kurang dapat berkoodinasi sehingga megakibatkan
fluktuatifnya data yang tersedia.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 316
4. Fasilitasi melati di tahun 2015 salah satunya berupa pengembangan kawasan
di 4 Kabupaten @ 10 ribu m2. Meskipun serapan anggaran masih cukup kecil,
namun kegiatan pengembangan kawasan di Kabupaten Tegal serta CPCL
telah dilakukan. Saat ini sedang dipersiapkan SL GAP dan GHP yang akan
dilaksanakan dalam waktu dekat.
5. Selain melati, beberapa hal terkait program florikultura di Propinsi Jawa Tengah
dapat dilaporkan sebagai berikut :
- Dinas mengalami kesulitan untuk pengadaan tanaman pot dan lansekap
dikarenakan banyaknya komoditas dengan spesifikasi yang berbeda.
Sehingga diperlukan ketelitian dan kecermatan untuk memeriksa RUK
- Verifikasi kelompok untuk irigasi dan sarana pengairan telah selesai
dilaksanakan pada Maret 2015, namun verifikasi RUK baru selesai Mei ini.
- Melati di Pemalang mengalami permasalahan dengan hama ulat yang
merusak tanaman secara permanen. Perlu cara dan saran untuk
penanggulangannya.
- Melati setelah panen hanya dapat bertahan sehari sehingga perlu
terobosan untuk dapat mempertahankan kesegaran melati tersebut. Selain
itu, modal petani melati sebagian besar berasal dari hutang ke pengepul.
- Di Kab. Batang terjadi abrasi besar-besaran yang menggerus sekitar 250
ha di Pekalongan dan kurang dari 50% Kec. Batang yang terkena abrasi.
Sehingga diperlukan penanganan abrasi yang efektif seperti yang sudah
dilakukan oleh Mer-C dan koordinasi dengan pihak terkait seperti Badan
Lingkungan Hidup.
- Pabrik teh banyak menggunakan essence sebagai pengganti melati
sehingga harga melati sangat fluktuatif. Kelebihan produksi melati belum
dapat dimanfaatkan untuk minyak atsiri.
- Di Pekalongan sudah terbentuk asosiasi harum melati. namun diperlukan
inisiasi baru berupa asosiasi yang dapat menaungi 4 kabupaten sentra
melati tersebut.
6. Dikarenakan banyaknya pabrik yang berpindah ke wilayah Pantura
menyebabkan adanya alih fungsi lahan dan alih profesi. Selain itu harga input
berupa tenaga kerja, pupuk, pestisida, polybag dan lain-lain juga merangkak
naik.
7. Thailand sebagai Negara produsen melati terbesar di dunia menerapkan sistem
budidaya yang cukup berbeda dengan di Indonesia. Yang paling signifikan
yaitu jarak tanam yang tidak terlalu rapat antar tanaman.Teknik yang dilakukan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 317
oleh Thailand telah diduplikasi oleh petani di Maribaya, namun mengalami
kegagalan.
8. Terkait dengan registrasi lahan melati, pada akhir tahun 2014 telah dilakukan
kunjungan ke Tegal. Namun hampir seluruh lahan yang diusulkan belum
terdapat dokumen pencatatan. Sehingga propinsi belum dapat mengeluarkan
nomor registrasinya.
9. Telah terbentuk asosiasi melati yang mampu mewadahi aspirasi dari 4
Kabupaten di Jawa Tengah yaitu Asosiasi Melati Pantura Indonesia (ASTIRA)
yang diketuai oleh Bapak Setiyono
6. Hasil/Outcome
Berkembangnya industri tanaman lansekap Indonesia yang berdaya saing.
7. Manfaat/Benefit
Terciptanya kepedulian antar pelaku usaha/stakeholder dalam mengembangkan
tanaman pot dan lansekap, melati di seluruh Indonesia.
8. Dampak/Impact
Dengan adanya bimbingan teknis pascapanen tanaman pot dan lansekap, melati pada
tiap-tiap daerah sentra diharapkan akan berdampak pada terwujudnya peningkatan
daya saing dan kesejahteraan petani.
9. Kesimpulan dan saran
9.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat berupa:
1. Perlu peningkatan kreatifitas diantara anggota kelompok, karena semakin
tinggi seni yang ditampilkan maka harga jual tanaman meningkat (ekonomi
kreatif).
2. Pemilihan benih unggulan dari varietas tanaman yang tahan karat dan perlu
pengendalian OPT secara intensif terhadap tanaman yang terkena karat
daun.
3. Diperlukan sosialisasi dari Pusat ke Dinas pertanian daerah dan petani
tentang peraturan yang berlaku di dalam pengembangan komoditas
hortikultura untuk meningkatkan kapabilitas petani.
4. Penerapan GAP florikultura dan GHP hortikultura dapat memberi kemudahan
bagi petani untuk memperoleh fasilitasi dan insentif.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 318
9.2. Saran
Saran yang didapat berupa:
1. Perlu adanya segmentasi usaha diantara anggota kelompok tani agar
perputaran usaha lebih cepat dalam memanfaatkan peluang pasar yang ada,
dengan jalan melakukan produksi dengan jumlah yang cukup dan kontinu.
2. Memperkuat kelembagaan kelompok tani dengan sering melakukan
sosialisasi dan identifikasi permasalahan.
3. Perlu adanya pelatihan keterampilan mengenai SOP GAP, GHP untuk
petugas lapang di daerah.
PENGAWALAN TEKNOLOGI PASCAPANEN DAUN DAN BUNGA POTONG
1. Latar Belakang
Florikultura merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki potensi besar
untuk dikembangkan sebagai upaya penumbuhan perekonomian daerah dan nasional.
Pelaku usaha tanaman florikultura mengalami peningkatan mulai skala kecil sampai
menengah, mengingat permintaan tanaman florikultura terus meningkat baik untuk
kebutuhan domestik maupun ekspor. Dengan demikian tanaman florikultura dapat
diposisikan sebagai komoditas perdagangan yang penting di dalam negeri maupun di
pasar global.
Berbagai upaya telah dilakukan secara intensif dengan melibatkan seluruh pihak terkait
agar usaha/bisnis tanaman florikultura dapat memberikan kontribusi yang lebih besar
terhadap perekonomian nasional dengan menumbuhkan sentra - sentra tanaman
florikultura baru dan mengutuhkan kawasan yang sudah ada menuju skala industri
dengan pengelolaan lahan usaha yang baik agar tanaman florikultura Indonesia
mempunyai daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja, pertumbuhan
perekonomian dan pembangunan sektor jasa di daerah.
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura terus melakukan berbagai upaya
dalam pengembangan kawasan florikultura baik budidaya maupun pascapanen dengan
maksud untuk memperbaiki teknik budidaya dan penanganan pascapanen yang
dilakukan oleh pelaku usaha florikultura sehingga dapat meningkatkan produksi dan
meningkatkan mutu produk florikultura sesuai standar. Sehubungan dengan hal
tersebut, salah satu kegiatan dilakukan untuk menunjang upaya tersebut adalah melalui
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 319
kegiatan pertemuan pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen tanaman
daun dan bunga potong.
Pertemuan pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen tanaman daun dan
bunga potong telah dilaksanakan 9 kali di kabupaten/kota sentra tanaman daun dan
bunga potong yang ada di Pulau Jawa. Dari pertemuan pengawalan dan pendampingan
tersebut diharapkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi pelaku usaha
florikultura di lapangan dapat dicarikan solusinya sehingga industri florikultura dapat
lebih berkembang lagi.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Melakukan koordinasi dan pendampingan penerapan teknologi pascapanen
dalam pengembangan kawasan tanaman daun dan bunga potong.
b. Mengevaluasi pelaksanaan pengembangan kawasan tanaman daun dan
bunga potong.
c. Meningkatkan keterampilan pelaku usaha florikultura dalam penanganan
pascapanen daun dan bunga potong
2.2. Sasaran
a. Terkoordinasinya dan terdampinginya penerapan teknologi pascapanen di
daerah pengembangan kawasan tanaman daun dan bunga potong di
Sukabumi, Kab. Semarang, Kab. Kulonprogo, Kota Semarang, Kab.
Magelang, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur,Kab. Bandung, dan Kab. Bandung
Barat.
b. Terevaluasinya pelaksanaan pengembangan kawasan tanaman daun dan
bunga potong.
c. Meningkatnya keterampilan pelaku usaha florikultura dalam penanganan
pascapanen daun dan bunga potong di Kab. Sukabumi, Kab. Semarang, Kab.
Kulonprogo, Kota Semarang, Kab. Magelang, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur,
Kab. Bandung, dan Kab. Bandung Barat.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 170.000.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 169.991.000,-
3.3. Informasi Teknologi : Data dan Informasi Teknis
3.4. SDM
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 320
4. Pelaksanaan Kegiatan
4.1. Menyediakan konsumsi pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen
tanaman daun dan bunga potong.
4.2. Menyediakan materi pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen
tanaman daun dan bunga potong.
4.3. Melaksanakan perjalanan paket meeting dalam rangka Pengawalan Teknologi
Pascapanen Daun dan Bunga Potong
4.4. Melaksanakan perjalanan dinas biasa pengawalan dan pendampingan teknologi
pascapanen tanaman daun dan bunga potong.
5. Keluaran/Output
5.1. Terlaksananya penyediaan konsumsi dalam rangka Pengawalan Teknologi
Pascapanen Daun dan Bunga Potong sebanyak 9 kali di Kab. Sukabumi, Kab.
Semarang, Kab. Kulonprogo, Kota Semarang, Kab. Magelang, Kab. Sukabumi,
Kab. Cianjur, Kab. Bandung dan Kab. Bandung Barat.
5.2. Tersedianya materi dalam rangka Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan
Bunga Potong sebanyak 3 kali.
5.3. Terlaksananya perjalanan dinas dalam rangka Pengawalan Teknologi
Pascapanen Daun dan Bunga Potong sebanyak 40 OP masing-masing di Kab.
Sukabumi, Kab. Semarang, Kab. Kulonprogo, Kota Semarang, Kab. Magelang,
Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Bandung dan Kab. Bandung Barat.
5.4. Terlaksananya pertemuan Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga
Potong. Adapun kegiatan pertemuan yang telah dilaksanakan sbb :
A. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong (untuk
komoditas Dracaena Sanderiana) dilaksanakan pada tanggal 11 – 13
Pebruari 2015 di Sukabumi. Pertemuan dihadiri oleh 40 peserta yang terdiri
dari petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat; petugas
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sukabumi; Pengawas Benih
Tanaman (PBT) dari BPSB TPH Provinsi Jawa Barat; POPT dari BPTPH
Provinsi Jawa Barat; BPTP Provinsi Jawa Barat; Petugas Penyuluh Lapangan
(PPL); KCD Kabupaten Sukabumi; serta petani dracaena Kabupaten
Sukabumi dan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
Hasil :
1. Untuk tahun 2015 fasilitas bantuan dari Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura di Kabupaten Sukabumi akan difokuskan pada
komoditas krisan. Mengingat kebijakan dari pimpinan Direktorat Jenderal
Hortikultura bahwa setiap kabupaten/kota harus fokus pada 3 (tiga)
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 321
komoditi horti maka yang difasilitasi adalah manggis, sayur dataran tinggi,
dan krisan.
2. Benih dracaena di Kabupaten Sukabumi belum ada penangkar khusus
sehingga masih harus mengandalkan bibit dari Bunga Indah Farm dan
Ryan Karya. Kedepan diharapkan adanya pelatihan dan pembinaan
untuk petani penangkar dracaena, mengingat kebutuhan akan benih
dracaena sangat tinggi untuk Kabupaten Sukabumi.
3. Aspek OPT menjadi kendala dalam budidaya dracaena yaitu serangan
penyakit daun menjadi layu yang dikarenakan cendawan untuk
mengantisipasinya diperlukan paranet untuk perlindungan tanaman,
selain itu petugas POPT menyarankan untuk menggunakan agensia
hayati PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria).
4. Langkah-langkah penanganan pascapanen untuk komoditas dracaena
dilakukan di packing house meliputi penerimaan hasil panen, pencucian,
trimming, sortasi, grading, perangkaian, pengemasan, pelabelan,
penyimpanan, dan pengiriman.
5. Produk ekonomi kreatif dracaena ini untuk pasar lokal masih rendah,
sehingga harus ada upaya untuk meningkatkan. Pada saat ini 90%
diutamakan untuk ekspor antara lain ke Rusia, Arab Saudi, Uzbekistan,
Iran, Singapura, Azerbaijan, dan lain-lain.
6. Dalam rangka meningkatkan pasar ekspor dracaena maka diperlukan
inovasi untuk bentuk-bentuk rangkaian yang lebih menarik agar peluang
ekspor semakin luas.
7. Untuk rangkaian ekspor harus diperhatikan bahwa pertumbuhan
tunasnya harus sama antara batang satu dengan yang lain.
8. Dalam satu tahun, Gapoktan Alamanda dapat mengekspor rangkaian
dracaena sebanyak 3-4 container berukuran 40 feet bahkan dapat
mencapai 4-7 container. Dracaena bentuk curly diekspor dengan harga
jual $0,7 per rangkaian. Sebelum diekspor, pihak dari Badan Karantina
melakukan penyemprotan produk rangkaian dracaena di dalam gudang
milik Gapoktan Alamanda.
9. Pengemasan untuk ekspor menggunakan kardus stereofoam berukuran
75 x 40 x 30 cm dan biasanya dilengkapi dengan jelly, plastik, mulsa,
busa, atau kapas sebagai media yang melindungi rangkaian dracaena.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 322
B. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong (Untuk
komoditas krisan) dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2015 di kab.
Semarang. Pertemuan dihadiri oleh 40 peserta yang terdiri dari petugas Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah, petugas
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Semarang, BPTP
Prov. Jateng, BPSB TPH Prov. Jateng, BPTPH Prov. Jateng, Balai Benih
TPH Kabupaten Semarang, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), KCD
Kabupaten Semarang, dan petani tanaman daun dan bunga potong Kab.
Semarang dan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
Hasil :
1. Kecamatan Bandungan - Kabupaten Semarang merupakan salah satu
kawasan sentra hortikultura di Provinsi Jawa Tengah termasuk tanaman
florikultura. Komoditas forikultura yang banyak dikembangkan di
Kecamatan Bandungan antara lain ; krisan, leatherleaf, gerbera, gladiol,
sedap malam, phylodendron, mawar, serta aneka tanaman pot dan
landskap.
2. Komoditas florikultura yang paling banyak dikembangkan di kecamatan
Bandungan adalah krisan dengan luas tanaman krisan di kec.
Bandungan ± 50 ha. Pemasaran produk krisan dari daerah ini disamping
untuk pasar lokal juga meliputi ; Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan
Bali.
3. Pemerintah sudah memfasilitasi outlet berpendingin dengan solar cell
untuk meningkatkan pemasaran produk florikultura khususnya daun dan
bunga potong di Propinsi Jawa Tengah yang digunakan untuk
mendisplay dan atau menjual produk florikultura dengan menggunakan
sumber energi matahari (solar panel).
4. Tujuan dari diadakannya outlet berpendingin dengan solar cell adalah
untuk mendekatkan produk florikultura kepada konsumen dengan mutu
yang tinggi dan baik serta tersedia secara kontinu serta menyediakan
informasi tentang ketersediaan produknya.
5. Untuk meningkatkan daya saing produk usaha tani florikultura diharapkan
pelaku usaha dapat menerapkan GAP dan GHP yang merupakan salah
satu syarat untuk kebun atau lahan yang dapat diregistrasi.
6. Untuk mengatasi sulitnya mendapatkan benih bermutu khususnya untuk
benih krisan, sebaiknya didalam kelompok tani ada 1 atau 2 orang dari
anggota kelompok tersebut bergerak di bidang penangkaran benih untuk
mensupport kegiatan penyediaan benih bagi anggota kelompoknya.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 323
7. Penggunaan benih bermutu sangat penting, dimana mutu benih
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam budidaya
florikultura sehingga produk yang dihasilkan dapat berdaya saing
8. Disampaikan oleh Direktorat Perbenihan Hortikultura, bahwa untuk
permohonan bantuan benih termasuk benih florikultura agar diajukan
melalui proposal (E proposal) yang diketahui oleh Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota.
9. Direktorat Perbenihan Hortikultura akan mengadakan jambore varietas
krisan di Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada tahun ini. Dalam jambore
varietas tersebut akan ditampilkan varietas-varietas krisan Balithi
termasuk jenis-jenis yang baru.
10. Permasalahan dalam penangkaran benih khususnya untuk benih krisan
adalah sulitnya untuk mendapatkan benih sumber, hal ini merupakan
salah satu kendala kurang berkembangnya industri perbenihan krisan di
kecamatan bandungan.
11. Diinformasikan oleh petugas lapang POPT bahwa OPT yang banyak
menyerang krisan adalah penyakit karat dan lalat Liriomyza sp. yang sulit
untuk dikendalikan
12. Tenaga POPT dilapangan saat ini banyak yang sudah pensiun, disisi lain
penambahan tenaga POPT tidak ada, sehingga dikhawatirkan kedepan
pengamatan organisme pengganggu tanaman kurang optimal.
13. Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jawa Tengah
memiliki kegiatan pendampingan untuk tanaman krisan yaitu membuat
deplot uji adaptasi dan pengenalan varietas-varietas krisan terbaru dari
Balithi.
14. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa
Tengah untuk TA. 2015 ini akan memberikan bantuan benih anggrek
untuk kelompok tani Leatherleaf di dusun Bamdir, desa Losari,
Kecamatan Bandungan sebagai usaha tambahan bagi kelompok
tersebut.
15. Tanaman leatherleaf di desa Tolokan kecamatan Getasan daunnya
banyak terkena serangan jamur. Serangan jamur ini sulit dikendalikan
walaupun sudah menggunakan berbagai jenis fungisida. Selain itu rumah
lindungnya banyak yang rusak terkena angin kencang dan untuk
perbaikannya membutuhkan biaya yang besar.
16. Dinformasikan bahwa tanaman leatherleaf setelah berumur 3 – 4 tahun
bedengannya sudah dipenuhi oleh rimpang, sehingga mengurangi
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 324
produksi daunnya. Untuk mengatasi hal tersebut disarankan dilakukan
penjarangan dan rimpangnya dimanfaatkan untuk benih.
17. Cara pembuatan benihnya dapat mengacu kepada pedoman SOP
Perbenihan leatherleaf yang diterbitkan oleh Direktorat Perbenihan
Hortikultura.
18. Pemasaran produk leatherleaf dari sentra leatherleaf di Kabupaten
Semarang saat ini hanya untuk pasar domestik karena harganya lebih
baik dari pasar ekspor.
19. Tanaman Sedap Malam di Ambarawa saat ini makin berkurang
luasannya karena berbagai hal diantaranya banyak tanaman terkena
serangan OPT, munculnya sentra baru sebagai pesaing dan banyaknya
bunga sedap malam yang rusak pada saat distribusi, serta minimnya
bantuan dari pemerintah.
20. Mohon perbaikan fasilitas pasar Bandungan sebagai pasar bunga atau
produk hortikultura lainnya. Untuk hal tersebut Pemda Kabupaten
Semarang akan mengkajinya terlebih dahulu apakah akan dibangun
ditempat tersebut atau dipindahkan ketempat lain yang lebih baik.
21. Beberapa komoditas florikultura utama yang mempunyai nilai ekonomis di
Propinsi Jawa Tengah antara lain Melati, Sedap Malam, Anggrek dan
Leatherleaf fern.
22. Kunjungan lapang dilakukan ke beberapa pelaku usaha tanaman hias
daun dan bunga potong untuk melihat permasalahan langsung
dilapangan telah dilakukan kunjungan lapang ke pelaku usaha tanaman
hias antara lain:
Kelompok tani Aglonema
Kelompok tani Aglonema yang beralamat di Kecamatan Sumowono
– Kab. Semarang, merupakan kelompok tani yang mengusahakan
tanaman leatherleaf. Permasalahan budidaya yang ditemukan
dilapangan adalah banyaknya serangan jamur karat dan hal ini
sudah dilakukan pemberantasannya dengan fungisida tetapi belum
berhasil untuk disarankan untuk dikonsultasikan dengan POPT
setempat. Penanganan pasca panen sudah dilakukan secara
sederhana tetapi tidak diruang khusus untuk pascapanen.
Pelaku usaha Gerbera (Pak Irawan)
Lokasi usaha Gerbera berada di dusun Tegal Koto, desa Lanjen,
Kecamatan Sumowono – Kabupaten Semarang. Luas kebun gerbera
± 3.000 m2 dengan produksi 200 – 300 ikat perminggu, dimana 1
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 325
ikat berisi 10 tangkai dan dijual perikat seharga Rp. 15.000 ke pasar
lokal. Panen dilakukan 2 kali seminggu pada hari senin dan kamis
dan jenis gerbera yang ditanam adalah yang berwarna merah, pink
dan kuning. Permasalahan yang ditemukan di lapangan adalah
banyaknya serangan lalat Liriomyza Sp.
Kelompoktani Gemah Ripah
Kelompok tani Gemah Ripah adalah kelompok tani tanaman hias
krisan yang berlokasi di dusun Celepar, desa Duren, Kecamatan
Bandungan – Kabupaten Semarang. Krisan yang ditanam
kebanyakan jenis spray dari varietas Puspita Nusantara, Pasopati,
Dewi Ratih, White Fiji dll. Produksi krisan dipasarkan ke Semarang,
Yogjakarta, Solo dll. Adapun permasalahan yang ditemukan adalah
masih banyaknya serangan karat daun dan penanganan pascapanen
dilakukan secara sederhana di kebun.
C. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong
(Pengembangan Krisan) dilaksanakan tanggal 13 – 16 Mei 2015 di Kab.
Kulonprogo – Yogyakarta. Pertemuan dihadiri oleh 40 orang peserta yang
terdiri dari petugas Peserta dari kegiatan ini sebanyak 40 orang terdiri dari
petugas Dinas Pertanian Propinsi Yogyakarta, petugas Dinas Pertanian
Kabupaten Kulon Progo, petugas Balai Proteksi Tanaman Pertanian Provinsi
DIY, pengawas Benih Tanaman (PBT) dari BPSB Pertanian Provinsi DIY,
petugas Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPPTPH), Kepala Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Perikanan
dan Kehutanan (KP4K) Kabupaten Kulon Progo, Petugas Penyuluh Lapangan
(PPL) Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K)
Kabupaten Kulon Progo, Mantri Tani P3D TPH Kecamatan Samigaluh, POPT
Kecamatan Samigaluh, petani krisan Kabupaten Kulon Progo.
Hasil :
1. Kabupaten Kulon Progo terutama Kecamatan Samigaluh merupakan
daerah yang memiliki potensi yang besar untuk pengembangan tanaman
hias daun dan bunga potong, termasuk tanaman krisan.
2. Dalam rangka pengembangan krisan di Kabupaten Kulon Progo,
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah memfasilitasi
petani krisan yaitu gerobak motor dan meja pascapanen pada tahun
2014, dan pada tahun 2015 telah difasilitasi juga gerobak motor roda tiga
dan sarana prasarana pascapanen (packing house). Saat ini total luas
penanaman krisan di Kabupaten Kulon Progo seluas 5100m2.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 326
Sedangkan untuk budidaya, tahun ini pemerintah memfasilitasi
pengembangan kawasan krisan seluas 2500 m2.
3. Pengembangan krisan di Kabupaten Kulon Progo berdampak positif bagi
kehidupan masyarakatnya, antara lain pekarangan menjadi lebih asri,
peningkatan pemberdayaan masyarakat, serta peningkatan pendapatan
petani sehingga mampu mengurangi angka kemiskinan di Kabupaten
Kulon Progo.
4. Gapoktan Seruni Menoreh, petaninya mengharapkan adanya fasilitasi
mobil box berpendingin dari pemerintah untuk menjaga mutu krisannya
saat distribusi.
5. Penanganan pascapanen untuk komoditas krisan masih dilakukan di
rumah salah satu petani yang dijadikan bangsal pascapanen sementara
karena bangsal pascapanen baru akan diadakan pada tahun 2015 ini.
6. Di Kabupaten Kulon Progo belum ada penangkar khusus untuk benih
krisan sehingga masih harus mengandalkan bibit dari UPBS BPTP
Provinsi DIY.
7. Aspek OPT yang menjadi kendala dalam budidaya krisan di Kabupaten
Kulon Progo yaitu serangan OPT lalat Liriomyza sp. dan penyakit karat.
Serangan penyakit karat hanya kurang dari 5% dan dapat dikendalikan
dengan perompesan daun ketika sudah mulai terlihat adanya gejala.
8. Kelemahan dari petani pada umumnya adalah kurangnya pencatatan
dalam setiap pelaksanaan budidaya maupun pascapanen. Agar lahannya
dapat diregister, petani harus menerapkan GAP dan GHP dalam usaha
taninya agar dapat mempertahankan mutu produknya.
9. Gapoktan Seruni Menoreh saat ini membutuhkan chopper yang bisa
digunakan untuk mencacah sisa-sisa bagian tanaman yang tidak terjual
sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik.
10. Pada kegiatan ini juga telah dilaksanakan pelatihan dan demo merangkai
bunga yang diikuti oleh peserta dari Gapoktan Seruni Menoreh dengan
instruktur dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
D. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong dilaksanakan
tanggal 8 – 11 September 2015 di kota Semarang dan Kab. Magelang – Jawa
Tengah. Pertemuan di hadiri oleh 40 peserta yang terdiri dari masing-masing
kota Semarang dan kabupaten Magelang.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 327
Peserta yang hadir terdiri dari :
1. Peserta Kota Semarang sebanyak 40 orang terdiri dari :
Petugas Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, petugas Dinas
Pertanian Kota Semarang, Penyuluh Lapangan Kota Semarang, KCD
Kota Semarang, Petugas POPT Kota Semarang dan Petani Tanaman
Daun dan Bunga Potong Kota Semarang.
2. Peserta Kabupaten Magelang sebanyak 40 orang terdiri dari :
Petugas Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, petugas Dinas
Pertanian Kota Semarang, Penyuluh Lapangan Kabupaten Magelang,
KCD Kabupaten Magelang, Petugas POPT Kabupaten Magelang dan
Petani Tanaman Daun dan Bunga Potong Kabupaten Magelang.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan Kota Semarang :
1. Kedepan program pengembangan hortikultura dalam hal ini termasuk
untuk tanaman florikultura akan dilakukan dengan pola inti plasma sesuai
dengan arahan Dirjen Hortikultura.
2. Program pengembangan dengan pola intiplasma tersebut untuk tahap
awal ditujukan untuk beberapa komoditas unggulan, dimana untuk
tanaman hias direncanakan tanaman Dracaena, Melati, dan Krisan.
3. Penerapan GAP dan GHP merupakan juga salah satu syarat untuk
kebun-kebun atau lahan usaha yang dapat diregistrasi. Kedepan kebun-
kebun yang dapat difasilitasi bantuan dari pemerintah adalah kebun-
kebun yang sudah diregistrasi.
4. Program pengembangan florikultura di Propinsi Jawa Tengah antara lain
adalah ; pengembangan kawasan, bimbingan teknis, penguatan
perbenihan, budidaya berbasis SOP/GAP, registrasi, kemitraan
pemasaran, magang, dan inovasi teknologi.
5. Dalam rangka untuk meningkatkan pemasaran produk florikultura
khususnya daun dan bunga potong di Propinsi Jawa Tengah, Pemerintah
sudah memfasilitasi outlet berpendingin dengan solar cell. Pemanfaatan
dan pengelolaan outlet berpendingin saat ini masih dibawah Dinas
Pertanian Kota Semarang bekerjasama dengan pelaku usaha tanaman
hias (Ibu Yudit).
6. Tujuan dari diadakannya outlet berpendingin dengan solar cell adalah
untuk mendekatkan produk florikultura kepada konsumen dengan mutu
yang tinggi dan baik serta tersedia secara kontinu.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 328
7. Asosiasi Multiflora kota Semarang berminat untuk membantu mengelola
outlet berpendingin khususnya untuk tanaman pot dan landskap.
Pengelolaan outlet berpendingin dengan melibatkan semua stakeholder
tanaman hias dan diharapkan semua stakeholder tanaman hias
berkomitmen untuk dapat mengelola outlet tersebut secara optimal.
Hasil yang diperoleh dari Kegiatan Kabupaten Magelang :
1. Untuk mendukung penerapan GAP dan GHP maka Direktorat Budidaya
dan Pascapanen Florikultura telah membuat buku pedoman GAP dan
GHP untuk beberapa komoditas utama florikultura dan pelaksanaan
penerapannya dapat disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.
2. Penerapan GAP dan GHP merupakan juga salah satu syarat untuk
kebun-kebun atau lahan usaha yang dapat diregistrasi sebagai syarat
penerima fasilitasi bantuan pemerintah.
3. Program pengembangan florikultura di Propinsi Jawa Tengah antara lain
adalah ; pengembangan kawasan, bimbingan teknis, penguatan
perbenihan, budidaya berbasis SOP/GAP, registrasi, kemitraan
pemasaran, magang, dan inovasi teknologi.
4. Tujuan dari diadakannya outlet berpendingin dengan solar cell adalah
untuk mendekatkan produk florikultura kepada konsumen dengan mutu
yang tinggi dan baik serta tersedia secara kontinu. Outlet ini diharapkan
berfungsi sebagai outlet penjualan/show window untuk produk daun dan
bunga potong serta komoditas florikultura lainnya dari jenis tanaman pot
maupun lanskap.
5. Sehubungan dengan hal tersebut diatas diharapkan pelaku usaha
tanaman florikultura di kota Semarang dapat berkerjasama dengan
pengelola outlet berpendingin tersebut untuk memasarkan produk-produk
florikulturanya. Pemasarannya dapat dilakukan dengan cara mendisplay
sample produknya serta menyediakan informasi tentang ketersediaan
produknya.
6. Komoditas florikultura yang paling banyak dikembangkan di kota
Magelang adalah tanaman hias pot dan landskap. Pemasaran untuk
tanaman pot dan landskap kota Magelang sebagian besar untuk pasar
lokal dan sekitar Jawa Tegah.
7. Benih bermutu merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam
budidaya florikultura sehingga produk yang dihasilkan dapat berdaya
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 329
saing. Untuk itu penggunaan benih bermutu merupakan keharusan dalam
pelaksanaan budidaya tanaman florikultura.
8. Pengajuan permohonan bantuan benih termasuk benih florikultura untuk
pengembangan tanaman florikultura di daerah dapat diajukan melalui
proposal (E proposal) ke Kementerian Pertanian yang permohonan
bantuan benih tersebut harus diketahui dan melalui Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota.
E. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong (Untuk
komoditas Dracaena Sanderiana wilayah Kab. Sukabumi dan komoditas
krisan di wilayah Kab. Cianjur). Dilaksanakan tanggal 1 Oktober 2015 di
Sukabumi dan 2 Oktober 2015 di Cianjur. Pertemuan dihadiri oleh 40 peserta
di masing-masing Kabupaten.
a. Peserta yang hadir terdiri dari :
1. Kabupaten Sukabumi sebanyak 40 orang terdiri dari :
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sukabumi, BPSB TPH
Propinsi Jawa Barat, BP3K Kecamatan Sukabumi, BP3K
Kecamatan Sukaraja, Poktan Alamanda Sukabumi, Poktan Sari
Tani Jaya Sukabumi, Poktan Albino Langensari Sukabumi, Poktan
Itikurih Sukabumi, Asosiasi Florismi Sukabumi, Asosiasi Florikultura
Sukabumi, UMMI (Mahasiswa Magang) dan Direktorat Budidaya
dan Pascapanen Florikultura.
2. Kabupaten Cianjur sebanyak 40 orang dan terdiri dari :
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Cianjur, BPBTPH
Kabupaten Cianjur, BP4K Kabupaten Cianjur, PPL Desa Pakuon,
PPL Kecamatan Pacet, PPL Kecamatan Sukaresmi, Poktan
Rosalinda Ciwalet, Glori Farm-Pakuon, Poktan Seruni Citra Resmi-
Cianjur, Aulia Floris-Sindang Laya, Bunga Ester-Cikandana, Poktan
Delia Flower-Pakuon, Poktan Pasir Haur-Pakuon, Poktan. Raharja
Ciwalet, Poktan Puspitas Pelangi Pakuon, Nayla Floris- Pakuon,
Poktan Hijau Daun-Pakuon, Poktan Selawi Mukti-Pacet, Poktan
Mawar Bodas-Pacet, Reisa Florist-Pakuon, Poktan Mekar Tani-
Pakuon, Bana Muda Lestari-Cipendawa, Poktan Bunga Harapan-
Cikanere dan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 330
Hasil yang diperoleh dari Kegiatan Kab. Sukabumi :
1. Sukabumi memiliki potensi yang beragam untuk dikembangkan.
Salah satu potensi yang ada adalah tanaman hias. Kabupaten
Sukabumi merupakan salah satu pemasok utama tanaman hias ke
kawasan Jakarta dan sekitarnya.
2. Daerah penghasil tanaman hias adalah Kecamatan Sukabumi,
Sukaraja, Cidahu, dan Cicurug. Komoditas unggulan adalah
Draceana 5Ha, krisan 20Ha, sedap malam 5Ha, gladiol, dan garbera
3. Jumlah kelompoktani Hortikultura secara keseluruhan mencapai 250
kelompok dan yang menangani florikultura sebanyak +100 kelompok.
Salah satu kelompoktani andalan yang sudah sangat maju dan
sudah berhasil mengekspor dracaena dan tanaman hias lain adalah
Poktan Alamanda.
4. Kegiatan pengukuhan kawasan agribisnis horikultura berbasis
inovasi serta jambore varietas unggul tanaman hias telah
dilaksanakan di Kampung Pasirhalang, Desa Langensari,
Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, pada tanggal 9
september 2015 yang terpilih menjadi daerah pengembangan
tanaman hias khususnya krisan.
5. BPTP Jawa Barat berkiprah mendiseminasikan, memberikan
pelatihan, serta pendampingan teknologi tanaman hias, memberikan
layanan konsultasi pengembangan usaha florikultura serta klinik
agribisnis yang dilakukan secara kontinyu dan intensif, guna turut
mewujudkan pengembangan kawasan agribisnis tanaman hias di
kabupaten Sukabumi.
6. Melalui pengembangan managemen agribisnis yang dirancang
menggunakan teknologi dan inovasi hasil Badan Litbang Pertanian,
diharapkan dapat memberikan manfaat langsung terhadap kualitas
dan kuantitas produk tanaman hias. Sehingga mampu membangun
jaringan kerjasama dengan berbagai stake holder.
7. Untuk tahun 2015 fasilitas bantuan di Kabupaten Sukabumi akan
difokuskan pada komoditas krisan.
8. Pada pertemuan ini diinformasikan bahwa pada peraturan tentang
perbenihan, benih florikultura tidak diperlukan sertifikat, namun
hanya perlu didaftarkan saja ke Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Benih.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 331
9. Aspek OPT menjadi kendala dalam budidaya dracaena yaitu
serangan penyakit daun menjadi layu yang dikarenakan cendawan.
Petugas POPT menyarankan untuk menggunakan agensia hayati
PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). Petani bisa
mendapatkan agensia hayati tersebut di Laboratorium Bojong
Picung, Cianjur.
10. Dalam rangka meningkatkan pasar ekspor dracaena maka
diperlukan inovasi untuk bentuk-bentuk rangkaian yang lebih menarik
agar peluang ekspor semakin luas.
11. Kunjungan lapang di Gapoktan Alamanda, Sukabumi Tanggal 1
Oktober 2015. Beberapa hasil yang didapatkan dari kunjungan ini
antara lain :
Langkah-langkah penanganan pascapanen yang dilakukan oleh
Gapoktan Alamanda di packing house meliputi penerimaan hasil
panen, pencucian, trimming, sortasi, grading, perangkaian,
pengemasan, pelabelan, penyimpanan, dan pengiriman. Setelah
sortasi dan grading dilakukan pemotongan batang dracaena
sesuai dengan bentuk rangkaian yang akan dibuat dan
selanjutnya dirangkai. Kemudian dracaena direndam dalam
larutan perangsang akar/tunas selama 30 menit lalu dilakukan
persemaian di dalam rak selama + 2 minggu untuk
menumbuhkan tunas. Setelah tumbuh tunas dilakukan
penyemprotan dengan obat untuk menghambat pertumbuhan
daun. Selanjutnya rangkaian siap untuk dipindahkan ke dalam
pot yang berisi air, jelly atau cocopeat. Untuk rangkaian ekspor
harus diperhatikan bahwa pertumbuhan tunasnya harus sama
antara batang satu dengan yang lain.
Dalam satu tahun, Gapoktan Alamanda dapat mengekspor
rangkaian dracaena sebanyak 3-4 container berukuran 40 feet
bahkan dapat mencapai 4-7 container. Dracaena bentuk curly
diekspor dengan harga jual $0,7 per rangkaian. Sebelum
diekspor, pihak dari Badan Karantina melakukan penyemprotan
produk rangkaian dracaena di dalam gudang milik Gapoktan
Alamanda.
Pengemasan untuk ekspor menggunakan kardus stereofoam
berukuran 75 x 40 x 30 cm dan biasanya dilengkapi dengan jelly,
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 332
plastik, mulsa, busa, atau kapas sebagai media yang melindungi
rangkaian dracaena.
Hasil yang diperoleh dari Kegiatan Kab. Cianjur :
1. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu penghasil dan pemasok
tanaman hias ke Ibu Kota Jakarta dan kota lain di Indonesia
terutama tanaman hias daun potong , mawar dan krisan.
2. Pengembangan florikultura di Kabupaten Cianjur tersebar di 8
Kecamatan dari jumlah 32 yaitu; Kecamatan Sukaresmi, Cipanas,
Pacet, Cugenang, Warung Kondang, Gekbrong, Cibeber, dan
Kecamatan Cilaku. Komoditas yang dikembangkan di daerah
tersebut adalah bunga dan daun potong tanaman pot dan tanaman
taman.
3. Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Cianjur
menyampaikan banyak hal penting bagi para petani dan pelaku
usaha pada pertemuan ini antara lain :
Banyak sekali program dan konsep yang bagus dibuat oleh
Propinsi Jawa Barat termasuk untuk pengembangan tanaman
hias di wilayah Cianjur, tetapi konsep dan program di Jawa
Barat tersebut dicontoh dan banyak dilaksanakan di daerah lain
seperti di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera dan daerah lain
yang rata rata berhasil.
Sebagai daerah yang dekat dengan Jakarta kualitas
Sumberdaya Manusia (SDM) petani dan pelaku usaha
tanaman hias serta Sumberdaya Kelembagaan di Kabupaten
Cianjur yang harus ditingkatkan terlebih untuk menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asia. Agar tidak tertinggal dan mampu
bersaing dengan Negara lain.
Adanya sebuah inovasi pengembangan komoditas florikultura
diharapkan dapat menginisiasi tumbuhnya industri terkait di
sentra produksi.
4. Kunjungan lapang di Gapoktan Glori Farm, Cianjur Tanggal 2
Oktober 2015. Beberapa hasil yang didapatkan dari kunjungan ini
antara lain :
Langkah-langkah penanganan pascapanen yang dilakukan
oleh Gapoktan Glori Farm di packing house meliputi :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 333
a). Pengumpulan dan pembersihan bunga
Kegiatan pengumpulan dan pembersihan bunga dari
kotoran, serangga dan bunga yang sudah tua. Adapun
standar pengumpulan dan pembersihan bunga potong
yaitu: 1) mengumpulkan bunga setelah dipanen di kebun,
2) membersihkan bunga dari kotoran, dan 3)
menggunakan insektisida secara minimal.
b). Pemasarannya dilakukan melalui berbagai cara yaitu :
- Penjualan berdasarkan pesanan yang telah
berlangsung lama dimana transaksinya dilakukan
dengan saling percaya dan tidak terikat kontrak, hal ini
dilakukan berkaitan dengan alasan kuantitas dan
kontinuitas.
- Penjualan langsung atau pembeli langsung datang ke
petani.
- Penjualan ke Pasar Rawa Belong
- Untuk transportasi pengiriman bunga dan daun potong
yang dilakukan oleh petani di Cianjur rata rata
menggunakan mobil bak terbuka, dan ditumpuk
dengan alasan jarak dan waktu yang dekat dan tidak
memakan waktu yang lama sampai ke tujuan.
c). Penjualan bunga potong dari kelompok tani Glory farm
tersebut sudah meluas sampai keluar kota diantaranya;
Menado, Medan, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan
lain-lain.
F. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong, dilaksanakan
tanggal 23 – 24 November 2015 di Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Bandung Barat. Pertemuan dihadiri oleh 40 peserta di masing-masing
kabupaten yang terdiri dari : Petugas Dinas Pertanian Kabupaten Bandung,
POPT Pasir Jambu, POPT Cimaung dan pelaku usaha florikultura di
Kabupaten Bandung. Dan petugas Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat,
petugas Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Barat, petugas POPT
Propinsi Jawa Barat, BP3K Cisarua, BP3K Parongpong dan pelaku usaha
florikultura di Kabupaten Bandung Barat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 334
Hasil yang diperoleh dari Kabupaten Bandung
1. Beberapa daerah yang mempunyai potensi tinggi dalam pengembangan
tanaman florikultura yaitu di Kecamatan Cimaung, Cicalengka, Pasir
Jambu, dan Pengalengan. Adapun komoditas florikultura yang
dikembangkan adalah mawar, lili, gerbera, carnation.
2. Rata-rata dari petani yang hadir dalam pertemuan ini adalah petani
florikultura baru, namun mereka semangat untuk belajar dan
mengembangkan tanaman florikultura dalam usaha taninya.
3. Dengan bergabungnya petani ke dalam sebuah kelembagaan yang kuat
maka diharapkan petani mempunyai posisi tawar yang tinggi. Selain itu
dengan adanya kelembagaan diharapkan jalinan silaturahmi antar
anggota semakin kuat.
4. Untuk meningkatkan kualitas produk florikultura, petani di Kabupaten
Bandung diharapkan dalam melaksanakan usaha taninya dapat
menerapkan SOP Budidaya dan SOP Pascapanen Florikultura.
5. Perlunya bimbingan dari petugas Dinas Pertanian Kabupaten Bandung
kepada kelompok tani florikultura karena rata-rata masih pemula.
6. Pasar Induk Tematik untuk pemasaran tanaman florikultura rencananya
akan menempati lahan seluas 13 ha dan tempatnya strategis karena
dekat dengan jalan yang rencananya akan dibangun tol Seroja (Pasir
Koja – Soreang).
7. Guna mengatasi produksi krisan yang berlimpah pada bulan-bulan
tertentu maka petani harus bisa melihat peluang pemasaran setiap
bulannya untuk menetapkan jadwal penanaman, jumlah yang akan di
tanam serta jenis krisan yang diminati pasar.
8. Permasalahan yang dihadapi oleh petani di Kabupaten Bandung
diantaranya adalah:
- Keterbatasan benih yang berkualitas
- Petani belum terlalu memahami tentang teknologi budidaya dan
pascapanen florikultura, karena pada umumnya masih petani
pemula
- Pemasaran belum satu pintu, masing-masing petani menjual
produknya sendiri-sendiri sehingga antar petani pun harga jualnya
juga beragam.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 335
Hasil yang diperoleh dari Kabupaten Bandung Barat :
1. Beberapa daerah yang banyak mengembangkan tanaman florikultura
yaitu di Kecamatan Lembang, Parongpong dan Cisarua. Adapun
komoditas florikultura yang dikembangkan paling banyak adalah krisan
potong
2. Berdasarkan ATAP (Angka Tetap) 2014 dan angka ASEM (Angka
Sementara) 2015, nilai produksi florikultura di Kabupaten Bandung
Barat lebih kecil jika dibandingkan dengan Kabupaten Sukabumi dan
Cianjur, padahal jika dilihat dari produksi riil-nya di lapangan, nilai
produksi florikultura (sebagai contoh krisan) di Kabupaten Bandung
Barat lebih tinggi dibandingkan ke-dua kabupaten tersebut.
3. Pelaku usaha florikultura di Kabupaten Bandung Barat telah membentuk
koperasi dengan nama Koperasi Bunga Sajati Mandiri seperti halnya
koperasi yang sudah terbentuk di Kabupaten Cianjur guna memfasilitasi
pemasaran anggota kelompok taninya. Saat ini sedang dalam proses
pendaftaran badan hukum.
4. Petani di Kabupaten Barat sebanyak sepuluh orang telah mengikuti
SKKNI di BBPP, Lembang dan dinyatakan lulus semuanya. Petani yang
telah mendapatkan sertifikasi SKKNI diharapkan dapat melakukan
transfer teknologi budidaya florikultura.
5. Untuk meningkatkan kualitas produk florikultura, petani di Kabupaten
Bandung Barat diharapkan dalam melaksanakan usaha taninya dapat
menerapkan SOP Budidaya dan SOP Pascapanen Florikultura.
6. Kabupaten Bandung Barat dalam rangka mempromosikan produk
florikulturanya berencana akan turut berpartisipasi dalam Festival Bunga
dan Buah Nusantara (FBBN) 2015 yang diselenggarakan oleh Institut
Pertanian Bogor pada tanggal 27 – 30 November 2015 di Bogor.
7. Komoditas florikultura yang sedang menjadi tren dikembangkan di
Kabupaten Bandung Barat yaitu Mawar Resida (mawar dengan warna
ungu dan penanaman tidak menggunakan naungan), carnation,
gerbera, peacock, dan ruscus.
8. Permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani/gapoktan di
Kabupaten Bandung Barat, yaitu : tidak adanya kepastian harga dan
pasar, serta memahami persyaratan ekspor baik dari persyaratan
domestik maupun negara tujuan ekspor sehingga tidak terulang kasus
produk dikembalikan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 336
9. Ekspor ruscus dilakukan melalui kerjasama dengan buyer Cipanas
dengan daerah tujuan ekspor Korea. Pengiriman dilakukan satu bulan
sekali. Keunggulan ruscus adalah vase life nya lama hingga satu bulan
masih tetap segar.
10. Beberapa petani florikultura di Kabupaten Bandung Barat memasarkan
produknya ke bandar/tengkulak dengan harga yang berbeda tiap
bandar. Petani tidak bisa menetapkan harga secara mandiri. Untuk itu
dengan adanya koperasi yang sedang dalam proses perijinan pendirian,
diharapkan nantinya dapat menampung produk dari petani dengan
harga jual atas keputusan bersama anggota sehingga tidak merugikan
salah satu pihak.
6. Hasil/Outcome
Meningkatnya pemahaman petugas, petani dan pelaku usaha tentang Teknologi
Pascapanen Daun dan Bunga Potong.
7. Manfaat/Benefit
Petani/produsen/pelaku usaha florikultura mampu menerapkan teknologi pascapanen
tanaman hias daun dan bunga potong sehingga dapat meningkatkan kualitas produk
florikultura.
8. Dampak/Impact
Berkembangnya penggunaan dan penerapan teknologi pascapanen tanaman hias daun
dan bunga potong.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Upaya meningkatkan nilai produk florikultura khususnya tanaman hias daun dan
bunga potong agar mampu berdaya saing di pasar dalam negeri bahkan di luar
negeri salah satunya melalui penerapan standar operasional prosedur GHP
pascapanen dalam rangka pelaksanaan usaha tani florikultura agar dapat
meningkatkan produksi dan mempertahankan mutu, sehingga produk florikultura
yang dihasilkan berdaya saing.
9.2. Saran
a. Perlunya penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP), GHP pascapanen
dalam usaha tani florikultura agar dapat meningkatkan produksi dan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 337
mempertahankan mutu produk florikultura khususnya produk daun dan bunga
potong.
b. Perlunya sosialisasi, tata cara dan persyaratan ekspor produk florikultura agar
produk yang diekspor dapat diterima dan tidak ditolak oleh negara tujuan
ekspor.
c. Kelompok tani/Gapoktan agar membentuk koperasi sehingga diharapkan
nantinya dapat untuk memfasilitasi pemasaran sehingga dapat meningkatkan
produk dari petani, posisi tawar petani dalam menentukan harga jual produk
petani florikultura.
PEMBERDAYAAN SARANA PRASARANA PASCAPANEN TANAMAN DAUN DAN
BUNGA POTONG
1. Latar Belakang
Pemasaran daun dan bunga potong di Indonesia cenderung dilakukan pada malam hari
dengan tujuan untuk mengurangi terjadinya pelayuan akibat terik matahari. Agar bisa
dilakukan tidak hanya pada malam hari, dibutuhkan tempat pemasaran daun dan bunga
potong atau produk florikultura lainnya dengan sistem dan tempat yang baik sehingga
mutu produk tetap terjaga baik sampai ke konsumen. Sehubungan dengan itu,
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah membuat tempat pemasaran
produk florikultura yang disebut outlet berpendingin dengan solar cell sebagai sumber
energi listriknya yang berlokasi di Kota Bandung pada tahun 2013 dan di Kota
Semarang pada tahun 2014.
Outlet berpendingin dengan solar cell berfungsi sebagai outlet penjualan/show window
produk florikultura baik tanaman daun dan bunga potong maupun tanaman pot dan
lansekap. Dengan hadirnya outlet ini di tengah masyarakat perkotaan, diharapkan
produk florikultura dapat dengan mudah dijangkau oleh konsumen dengan ketersediaan
produk yang lebih variatif, kreatif, mutu yang tinggi serta kontinyu. Oleh karena itu, perlu
dilaksanakan pemberdayaan outlet berpendingin agar outlet tersebut dapat
dimanfaatkan secara optimal khususnya dalam menyediakan produk florikultura sesuai
selera pasar/konsumen. Pemberdayaan outlet berpendingin dapat dilakukan antara lain
melalui pengaturan pasokan produk florikultura, penataan display yang menarik, dan
menampilkan kreativitas/ekonomi kreatif dari produk florikultura, berupa rangkaian,
bunga kering dan lain-lain.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 338
Dalam rangka menjamin kontinyuitas ketersediaan produk, perlu dilakukan penataan
pasokan/supply produk florikultura dari daerah sentra produksi ke outlet. Untuk itu,
diadakan pertemuan kemitraan antara pengelola outlet berpendingin dengan
petani/poktan/gapoktan/Balai Benih Induk setempat baik dari sekitar outlet maupun dari
daerah sentra florikultura lainnya.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Melaksanakan Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan
Bunga Potong (outlet berpendingin dengan soalr cell) dengan melakukan
koordinasi pemanfaatan dan pengelolaan outlet berpendingin.
b. Menata rencana pasokan produk florikultura yang bermutu, variatif, kreatif dan
kontinyu, serta sesuai dengan selera pasar/konsumen dari daerah sentra
produksi ke outlet berpendingin.
2.2. Sasaran
a. Terkoordinasinya pemanfaatan dan outlet berpendingin secara efektif.
b. Tertatanya rencana pasokan produk florikultura yang bermutu, variatif, kreatif
dan kontinyu, serta sesuai dengan selera pasar/konsumen dari daerah sentra
produksi ke outlet berpendingin.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 56.388.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 56.180.000,-
3.3. Informasi Teknologi : Data dan Informasi Teknis
3.4. SDM
4. Pelaksanaan Kegiatan
4.1. Menyediakan konsumsi pemberdayaan sarana dan prasarana pascapanen daun
dan bunga potong
4.2. Memberikan honor kepada narasumber pakar/praktisi.
4.3. Memberikan honor kepada moderator.
4.4. Melaksanakan perjalanan dalam rangka pemberdayaan sarana prasarana
pascapanen daun dan bunga potong.
4.5. Memberikan penggantian transport pemberdayaan sarana dan prasarana
pascapanen daun dan bunga potong
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 339
5. Keluaran/Output
5.1. Terlaksananya penyediakan konsumsi sebanyak 2 (dua) kali dalam rangka
pemberdayaan sarana dan prasarana pascapanen daun dan bunga potong di
Bandung Barat dan Kota Semarang.
5.2. Tersedianya honor kepada narasumber pakar/praktisi pada kegiatan:
a. Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga Potong
(outlet berpendingin dengan solar cell) di Kota Semarang pada tanggal 8 –
11 September 2015.
b. Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga Potong
(outlet berpendingin dengan solar cell) di Bandung Barat pada tanggal 25
Nopember 2015.
5.3. Tersedianya honor kepada moderator pada kegiatan:
a. Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga Potong
(outlet berpendingin dengan solar cell) di Kota Semarang pada tanggal 8 –
11 September 2015.
b. Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga Potong
(outlet berpendingin dengan solar cell) di Bandung Barat pada tanggal 25
Nopember 2015.
5.4. Terlaksananya perjalanan dalam rangka pemberdayaan sarana prasarana
pascapanen daun dan bunga potong sebanyak 2 (dua) OP ke Kota Semarang dan
2 (dua) OP ke Bandung Barat.
5.5. Terlaksananya pemberikan penggantian transport kepada peserta kegiatan
pemberdayaan sarana dan prasarana pascapanen daun dan bunga potong di
Kota Semarang dan Bandung Barat.
Adapun kegiatan tersebut sebagai berikut:
1. Kegiatan di Kota Semarang
a. Dilaksanakan pada tanggal 8 – 11 September 2015
b. Bertempat di Kota Semarang, Jawa Tengah
c. Dihadiri oleh 30 orang peserta.
d. Kegiatan Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga
Potong (outlet berpendingin dengan soalr cell) dihadiri oleh 30 peserta antara
lain pelaku usaha florikultura di Kota Semarang dan sekitarnya, Petugas Dinas
Pertanian Kota Semarang, Petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi
Jawa Tengah dan Petugas Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 340
e. Materi :
- Sambutan Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang
- Potensi dan Produksi Tanaman Daun dan Bunga Potong di Propinsi Jawa
Tengah
- Optimalisasi Pemanfaatan Outlet Berpendingin dengan Solar Cell dalam
Meningkatkan Pemasaran Daun dan Bunga Potong
f. Narasumber :
- Ir. WP. Rusdiana, MP (Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang)
- Ir. Endang NW, MM (Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Kota Semarang)
- Ir. Sumantri (Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi
Jawa Tengah)
g. Hasil :
1. Outlet berpendingin dengan solar cell merupakan outlet penjualan/show
window produk florikultura baik tanaman daun dan bunga potong maupun
tanaman pot dan lansekap dengan menggunakan solar cell sebagai
pengganti energi listrik.
2. Guna mengoptimalkan keberadaan outlet berpendingin dalam
menyediakan produk florikultura sesuai selera pasar/konsumen maka perlu
dilakukan pemberdayaan outlet berpendingin, antara lain : melalui
pengaturan pasokan produk florikultura, penataan display yang menarik,
dan menampilkan kreativitas/ekonomi kreatif dari produk florikultura,
berupa rangkaian, bunga kering dan lain-lain.
3. Pengelolaan outlet berpendingin akan dilakukan oleh pihak ketiga melalui
kerjasama pemanfaatan dengan proses lelang. Hal ini mengacu pada
Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Junto PP No. 27 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
4. Beberapa kendala dalam pengembangan florikultura antara lain :
Keragaman mutu dan standar produk yang dihasilkan
Kesinambungan produksi terkait harga jual
Penerapan Standar Operasional Produksi (SOP) belum dilaksanakan
secara optimal
Kebijakan dan program yang masih banyak kendala dalam
mengimplementasikannya.
5. Program pengembangan florikultura di Propinsi Jawa Tengah antara lain
adalah; pengembangan kawasan, bimbingan teknis, penguatan
perbenihan, budidaya berbasis SOP/GAP, registrasi, kemitraan
pemasaran, magang, dan inovasi teknologi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 341
6. Beberapa komoditas florikultura utama yang mempunyai nilai ekonomis di
Propinsi Jawa Tengah antara lain :
Melati, adapun daerah sentra melati di Jawa Tengah adalah ; Kab.
Batang (Kec. Batang, Kendeman, Tulis, Subah, Bandar, dan Gringsing),
Kab. Pemalang (Kec. Ulujami, Petarukan), Kab. Pekalongan
(Wonokerto), dan Kab. Tegal (Kramat, Suradadi, Warureja)
Sedap Malam, daerah sentranya di Jawa Tengah adalah ; Kab.
Magelang (Grabag), Kab. Semarang (Ambarawa)
Anggrek, adapun daerah sentra anggrek di Jawa Tengah adalah ; Kota
Semarang (Kec. Gunung Pati, Mijen, Ngaliyan, Tugu, Candi Sari,
Gayamsari, Pedurungan, Geruk, Tembalang, Bayumanik, dan Gajah
Mungkur).
Leatherleaf fern, daerah sentra leatherleaf fern di Jawa Tengah adalah;
Kab. Magelang, Kab. Wonosobo, Kab, Semarang, dan Kab. Boyolali.
7. Tujuan dari penataan penataan Suplly Chain Management adalah
mengelola proses secara efisien dengan memperkirakan permintaan,
mengendalikan persediaan, meningkatkan jaringan hubungan bisnis dan
menerima respon atau status hubungan.
8. Beberapa manfaat dari penataan Suplly Chain Management adalah:
Pelaksanaan proses produk yang lebih cepat dan akurat
Pengurangan tingkat persediaan
Waktu yang lebih cepat untuk mencapai pasar/konsumen
Biaya transaksi dan bahan lain lebih rendah
Menjaga hubungan strategis antara pengusaha, pemasok dan
pengguna.
9. Dalam rangka untuk meningkatkan pemasaran produk florikultura
khususnya daun dan bunga potong di Propinsi Jawa Tengah, telah
dibangun outlet berpendingin dengan solar cell di Kota Semarang
menggunakan dana APBN 2014. Pemanfaatan dan pengelolaan outlet
berpendingin saat ini masih dilakukan Dinas Pertanian Kota Semarang
bekerjasama dengan pelaku usaha tanaman hias.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 342
2. Kegiatan di Kabupaten Bandung Barat
a. Dilaksanakan pada tanggal 25 Nopember 2015
b. Bertempat di Kabupaten Bandung Barat
c. Dihadiri oleh 30 orang peserta.
d. Kegiatan Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga
Potong (outlet berpendingin dengan soalr cell) dihadiri oleh 30 peserta antara
lain pelaku usaha florikultura di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten
Bandung, Petugas Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Barat dan
Kabupaten Bandung, Petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi
Jawa Barat, POPT Propinsi Jawa Barat, BP3 Cisarua, BP3 Parongpong dan
Petugas Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
e. Materi :
- Sambutan Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung Barat
- Potensi dan Produksi Tanaman Daun dan Bunga Potong di Propinsi
Jawa Barat
- Penanganan Pascapanen Daun dan Bunga Potong
f. Narasumber :
- Ir. Alit Rukmana mewakili Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Bandung Barat
- Adang, SP,MP mewakili Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat
- Ir. Diyosi Exva, M.Si. (Kasubdit Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga
Potong)
g. Hasil :
1. Outlet berpendingin dengan solar cell dibangun di daerah perkotaan yang
lokasinya strategis. Hadirnya outlet ini di tengah masyarakat perkotaan,
diharapkan produk florikultura dapat dengan mudah dijangkau oleh
konsumen dengan ketersediaan produk yang lebih variatif, kreatif, mutu
yang tinggi serta kontinyu. Saat ini telah dibangun dua outlet
berpendingin, yaitu di Kota Bandung pada tahun 2013 dan Kota
Semarang pada tahun 2014.
2. Dalam rangka menjamin kontinyuitas ketersediaan produk ke outlet
berpendingin, perlu dilakukan penataan pasokan/supply produk
florikultura dari daerah sentra produksi ke outlet. Untuk itu perlu adanya
kerjasama yang harmonis antara pemasok produk dengan pengelola
outlet berpendingin. Selain itu, perlu peran aktif dari pihak pemerintah
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 343
daerah terkait agar kerjasama kedua belah pihak tersebut dapat berjalan
dengan efektif.
3. Outlet berpendingin di Kota Bandung sampai saat ini belum beroperasi
secara optimal, hal ini karena beberapa hal yaitu diantaranya:
a. Kendala penetapan pengelola outlet berpendingin dimana
rencananya akan dilakukan oleh pihak ketiga melalui kerjasama
pemanfaatan dengan proses lelang. Hal ini mengacu pada Peraturan
Pemerintah (PP) No. 6 Junto PP No. 27 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
b. Lokasi outlet berpedingin tidak strategis karena jauh dari pusat
keramaian dan tidak ada lahan parkir yang luas. Walikota Bandung
berencana akan memindahkan lokasi outlet berpendingin ke Pasir
Langu sehingga fungsi dari outlet berpendingin dapat berjalan
sebagaimana mestinya.
4. Provinsi Jawa Barat merupakan pemasok utama sekitar 80% ke Pasar
Bunga Rawa Belong. Potensi pengembangan tanaman florikultura di
Provinsi Jawa Barat sangat tinggi. Daerah pengembangan florikultura di
wilayah Provinsi Jawa Barat antara lain Kabupaten Bandung, Kabupaten
Bandung Barat, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten
Bogor. Berdasarkan data BPS pada tahun 2014, produksi krisan di
Provinsi Jawa Barat tertinggi di antara komoditas lainnya yaitu mencapai
209.259.026 pohon.
5. Beberapa kendala dalam pengembangan florikultura di Provinsi Jawa
Barat antara lain :
Kemampuan dan keterampilan SDM yang berkualitas masih terbatas.
Teknologi yang memadai relatif belum tersedia
Pengetahuan petani mengenai informasi jenis tanaman florikultura
yang memiliki prospek untuk ekspor, mutu produk dan informasi
pasar masih lemah.
Skala usaha perorangan masih skala kecil.
Modal usaha dan bunga pinjaman cukup tinggi.
Biaya pengiriman keluar negeri masih sangat tinggi dan proses
legalisasi ekspor/impor memerlukan proses yang lama.
Kemampuan kelompok tani dalam merencanakan jaminan mutu
masih kurang.
6. Strategi yang dilakukan dalam pengembangan tanaman florikultura di
Provinsi Jawa Barat, yaitu:
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 344
Meningkatkan kualitas SDM.
Pemanfaatan SDA secara optimal dan berwawasan lingkungan.
Penerapan teknologi GAP dan lokal spesifik, tepat guna yang
berorientasi peningkatan produktivitas, efisiensi, mutu dan
keunggulan sesuai tuntutan pasar.
Perbaikan kelembagaan usaha dan sistem agribisnis melalui
pengembangan manajemen usaha.
Pemasyarakatan penggunaan benih unggul bermutu.
7. Hadirnya outlet berpendingin dapat memfasilitasi petani/pelaku usaha
florikultura dalam memberikan informasi terkini mengenai produk
florikultura yang dibutuhkan oleh konsumen secara cepat, informasi
harga, dan informasi lainnya terkait florikultura. Dengan adanya infomasi
yang tersedia secara berkala diharapkan dapat memberikan kemudahan
petani/pelaku usaha florikultura dalam mengakses pasar. Selain itu,
tujuan dari penataan rantai pasokan florikultura ke outlet dapat tercapai
yaitu efisiensi proses jual beli dengan memperkirakan permintaan,
mengendalikan persediaan, meningkatkan jaringan hubungan bisnis dan
menerima respon atau status hubungan.
8. Gapoktan Boemi Nursery yang berlokasi di Jl. Manoko No 11 RT 01 RW
03 Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat
yang diketuai oleh Bapak Deden Rachmat siap mendukung dalam
penyediaan produk florikultura ke Outlet Berpendingin. Kelompok tani
yang tergabung dalam gapoktan tersebut memproduksi berbagai macam
produk florikultura terutama krisan, gerbera dan peacock.
6. Hasil/Outcome
6.1. Keberadaan outlet berpendingin dengan solar cell dapat menjadi sarana penjualan
produk florikultura segar dan mudah dijangkau oleh masyarakat perkotaan.
6.2. Pelaku usaha florikultura dapat memanfaatkan outlet berpendingin sebagai sarana
promosi yang efektif.
7. Manfaat/Benefit
Petani/pelaku usaha maupun masyarakat konsumen dapat memanfaatkan keberadaan
outlet berpendingin secara efektif sehingga daya saing produk florikultur outlet
berpendingin meningkat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 345
8. Dampak/Impact
Berkembangnya tanaman florikultura di dalam negeri.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Sarana prasarana pascapanen daun dan bunga potong berupa outlet
berpendingin dengan solar cell merupakan salah satu sarana yang solutif dan
efektif dalam memasarkan produk-produk florikultura di daerah perkotaan.
9.2. Saran
a. Untuk lebih mengoptimalkan pengelolaan outlet berpedingin di Kota
Semarang akan dilakukan pertemuan dan rapat koordinasi dengan
melibatkan semua stakeholder tanaman hias (petani, pedagang, florist, event
organizer, dekorator dan petani) se-Propinsi Jawa Tengah khususnya
daekhususnya daerah sentra florikultura. Kegiatan ini akan difasilitasi oleh
Dinas Pertanian Kota Semarang.
b. Guna mengoptimalkan pemanfaatan outlet berpendingin di Kota Bandung
akan dilakukan pembahasan oleh pemerintah Kota Bandung dan pemerintah
pusat terkait rencana untuk memindahkan lokasi outlet berpendingin ke lokasi
yang lebih strategis.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 346
PENINGKATAN KAPASITAS KAMPUNG FLORI DALAM RANGKA PENGUATAN GREEN
CITY
1. Latar Belakang
Usaha tanaman hias dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian
nasional. Berbagai upaya pengembangan tanaman hias perlu dilakukan misalnya
melalui promosi dalam negeri, penguatan kelembagaan melalui kampung flori serta
melakukan upaya fasilitasi menciptakan kampung flori. Dalam rangka mewujudkan
kampung flori yang kuat, maka perlu melakukan survei tentang potensi daerah sentra
florikultura, profil pelaku usaha florikultura, dan rantai pasokan florikultura. Konsekuensi
logis dari kemajuan ekonomi dan pendidikan masyarakat adalah kesadaran akan
pentingnya mutu produk yang akan dibelinya.
Semenjak 3 tahun belakangan ini, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura-
Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Ditjen Penataan Ruang-Kementerian PU
yang memiliki Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dengan program Green City
dan Kampung Flori. Program tersebut membutuhkan banyak pasokan tanaman hias
yang melibatkan peran serta masyarakt dan pelaku usaha florikultura, baik grower,
suplier atau pedagang tanaman hias, kontraktor pertanaman/lansekap maupun
decorator. Keberadaan program ini merupakan peluang pasar lokal bagi pelaku usaha
tanaman hias. Sejak adanya perubahan struktur organisasi Kementerian PU, maka
tahun 2015 ini, kerjasama terhenti untuk sementara waktu sampai menunggu adanya
struktur organisasi yang membawahi program P2KH ini. Namun, Direktorat Budidaya
dan Pascapanen Florikultura tetap melaksanakan pembinaan sebagai upaya dukungan
terhadap peluang pasar tanaman hias.
Aspek budidaya dan pascapanen tanaman hias masih memerlukan penguatan
kelembagaan terutama dalam hal pendataan nursery (pedagang tanaman hias kecil-
kecil) melalui kegiatan koordinasi, pendataan tanaman, pelatihan dan pengelolaan
pascapanennya. Guna mendukung langkah kebijakan, baik pada level birokrasi maupun
praktisi maka pengembangan usaha tanaman hias, harus didukung dengan data dan
informasi yang berkualitas dan bersifat komprehensif. Untuk itu diperlukan upaya untuk
menata sistem pengumpulan dan pengukuran data yang diperlukan. Pada saat ini
kesulitan yang dihadapi adalah pendataan nursery yang berpotensi yang mau
bergabung dalam nursery terintegrasi (dalam kampung flori). Dengan adanya
konsorsium yaitu gabungan masyarakat/petani, peneliti, pengusaha dan pelayan publik
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 347
(MP3) maka konsorsium diharapkan mampu mengintegrasikan dan mencari opsi
pemecahan masalah secara bertahap agar diperoleh data yang lebih konkrit.
Lemahnya sistem informasi dalam menyediakan data secara lebih akurat disebabkan
oleh rendahnya mutu data atau informasi tanaman hias sehingga menyulitkan upaya-
upaya yang terkait dengan penentuan kebijakan pengembangan agribisnis maupun
keputusan pemilihan investasi yang dilakukan oleh swasta. Sejalan dengan hal tersebut
baik jenis informasi maupun manajemen pengelolaannya perlu dikelola sedemikian rupa
untuk berkembangnya industri tanaman hias.
Berdasarkan hal tersebut Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura perlu
melakukan workshop Pemberdayaan Kapasitas Kampung Flori dalam Rangka
Penguatan Green City yang dapat dijadikan acuan oleh berbagai pihak dalam hal
pengembangan florikultura di Indonesia.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Mengembangkan koordinasi antar stake holder melalui sistem informasi
tanaman hias.
b. Menggali potensi florikultura Indonesia agar dikenal dan disukai masyarakat
dalam negeri maupun luar negeri.
c. Memberdayakan nursery/kampung florikultura dan perbanyakan produk
florikultura
2.2. Sasaran
Dapat dilakukannya perbaikan sistim informasi untuk beberapa kawasan
Kampung Florikultura guna memenuhi perkembangan kebutuhan operasional
usaha tanaman hias dan kebutuhan informasi investasi usaha tanaman hias
jangka panjang.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp.84.900.000,-
3.2. Informasi
3.3. Sumberdaya Manusia
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan adalah :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 348
4.1. Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi
ATK dan Bahan komputer
4.2. Belanja Jasa Profesi
a. Honor Narasumber/pakar/praktisi
b. Honor narasumber eselon II
c. Honor narasumber eselon III kebawah
d. Honor Moderator
4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
a. Biaya paket meeting pemberdayaan kapasitas kampung flori dalam rangka
penguatan green city
b. Biaya perjalanan pemberdayaan kapasitas kampung flori dalam rangka
penguatan green city
5. Keluaran/Output
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Kampung Flori Dalam Rangka Penguatan Green City
ini dilaksanakan pada tanggal 9-11 September 2015 di Bahtera Hotel-Pelni Kabupaten
Bogor, Propinsi Jawa Barat. Peserta yang hadir dalam kegiatan ini adalah Petugas
Dinas Pertanian yang merupakan daerah sentra produksi florikultura dan kelompok tani
tanaman hias dari Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Tangerang, Kabupaten
Tangerang dan Kota Tangerang Selatan), serta staf dari Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura. Dengan narasumber dalam pertemuan ini adalah Rocky dari
Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR, Iwan Usmaun dari Universitas Trisakti, Nizar
Nasrullah dari Institut Pertanian Bogor, Arin N. Setiawan dari IALI PC Bogor, serta
petani yang bergerak di bidang florikultura dari Kota Tangerang dan Kabupaten Bogor.
Adapun hasil dari pertemuan Peningkatan Kapasitas Kampung Flori Dalam Rangka
Penguatan Green City ini adalah sebagai berikut :
1. “Kampung Flori” merupakan suatu kawasan dimana terdapat kelompok
masyarakat/petani yang menekuni usaha agribisnis tanaman hias secara
konsisten. Kampung flori merupakan konsep pemberdayaan pelaku usaha
kelompok tani/asosiasi dalam rangka pengembangan florikultura sebagai stock in
place penyedia elemen pengembangan Kota Hijau (Green City dan P2KH).
2. Kegiatan ini jika dijalankan dengan baik dan serius dapat memberdayakan petani
tanaman hias, karena peluang pasar tanaman hias baik tanaman hias daun,
bunga potong maupun anggrek sangat baik. Peluang pasar lokal dan internasional
masih terbuka lebar. Margin keuntungan tanaman hias cukup menjanjikan
dibandingkan komoditas pertanian lainnya.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 349
3. Sebagai implementasi dari program kampung flori dan penyediaan ruang terbuka
hijau minimal 30% pada setiap wilayah sesuai amanat UU No 26 Th 2007, maka
kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan di beberapa kota atau kabupaten di
Indonesia adalah program agrotechno park di Kabupaten Bogor, program 600
taman tematik di Kota Bandung, program Lorong Garden (Longgar) di Kota
Makassar dan program Hortipark di Kota Padang. Keberadaan taman bukan lagi
kebutuhan melainkan suatu keharusan.
4. Sebanyak 52.31% penduduk Indonesia ada di perkotaan. Isu perkotaan nasional
antara lain adalah penjalaran kota secara horizontal dan tidak terkendali, nilai
lahan yang makin tinggi, sumberdaya alam yang semakin terbatas, dan kualitas
Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang semakin menurun. Kegiatan Kampung Flori dan
Green City dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas RTH.
5. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pengembang, dan perkantoran,
maka kegiatan kampung flori juga bertujuan menyediakan tanaman hias untuk
mensuplai kebutuhan elemen tanaman dalam Program Pengembangan Kota Hijau
(P2KH) yang dilaksanakan oleh Kementerian PUPR yang sebelumnya bernama
Kementerian Pekerjaan Umum. Program ini dirintis sejak tahun 2011, dimana
pemberian bantuan bersifat volunteer tergantung keinginan Pemerintah
Kabupaten atau Kota, yang telah menyanggupi untuk mengalokasikan wilayahnya
≥ 30% RTH dalam RT/RW-nya. Ada beberapa persayaratan yang harus dipenuhi
oleh Kabupaten/Kota untuk mendapatkan program P2KH ini, antara lain mampu
menyusun rencana aksi dan memasukkan rencana aksi tersebut dalam rencana
pembangunan daerah.
6. Fokus pengembangan P2KH adalah Green Planning and Design, Green
Community, and Green Open Space. Kegiatan Green Community and Green
Open Space memerlukan elemen tanaman hias sehingga Program Kampung Flori
diperlukan untuk mendukung kegiatan tersebut.
7. Permasalahan program pembinaan budidaya dan pascapanen tanaman hias di
Kota Bandung adalah skala usaha kecil sehingga teknologi maju sulit diterapkan,
manajemen usaha belum optimal diterapkan, kualitas produk beragam sehingga
belum memenuhi standar saya saing rendah, ketersediaan prasarana usaha
minimal (seperti jalan dan pengairan), lahan tidak tersedia secara khusus untuk
usaha florikultura, kelembagaan usaha petani belum efektif, persaingan keras
dengan produk impor, dan efisiensi usaha masih rendah.
8. Prinsip dasar pembinaan pembudidayaan dan pascapanen tanaman hias di Kota
Bandung adalah (a) hemat lahan (vertical cultivation); (b) proses produksi yang
mudah, murah, dan ramah lingkungan; (c) komoditas bernilai ekonomi tinggi dan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 350
berdaya saing; (d) pemilihan komoditas yang sesuai dan produksi tinggi di
masing-masing kelompok; dan (e) dukungan inovasi teknologi maju.
9. Bentuk pembinaan dari pemerintan Kota Bandung kepada pelaku tanaman hias
adalah sosialisasi kepada pelaku tanaman hias, pelatihan teknis budidaya dan
pascapanen, pemberian bantuan berupa bibit, sarana-prasarana budidaya, dan
pascapanen, pemberia bimbingan dan bantuan, serta monitoring dan evaluasi
secara berkala dan kontinu.
10. Kelompok tani “Karang Mulya” di Kota Tangerang dan Kelompok tani “Bina Tani”
di Kabupaten Bogor merupakan salah satu contoh kelompok tani tanaman hias
yang sudah maju yang telah menjadikan tanaman hias menjadi sumber
pendapatan. Kedua kelompok tani ini dan juga kelompok tani tanaman hias
lainnya akan terus diberdayakan melalui program pengembangan Kampung Flori.
Diharapkan pemerintah daerah lain di Indonesia dapat menginisiasi kelompok-
kelompok tani tanaman hias di daerahnya masing-masing dan membinanya
sehingga kelompok tersebut dapat tumbuh mandiri dan dapat mencukupui
kebutuhan tanaman hias di daerahnya.
11. Kelompok tani “Bina Tani” bertempat di Desa Pengasinan Kecamatan Gunung
Sindur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Kelompok ini didirikan pada
tanggal 22 Desember 2006, dengan jumlah anggota saat ini 28 orang. Saat ini
kelompok tani Bina Tani sudah memiliki Koperasi KKT Bina Tani. Sarana dan
prasarana yang sudah dimiliki kelompok adalah mistroom, mobil pick up,
kendaraan roda 3 dan lain-lain. Pengalaman kelompok tani “Bina Tani” diharapkan
dapat memotivasi kelompok-kelompok tanaman hias yang sudah ada atau pelaku
tanaman hias lainnya untuk terus berusaha dengan tekun, mengingat bisnis
tanaman hias sangat menguntungkan.
12. Pengalaman kelompok tani “Karang Mulya” dan “Bina Tani” dalam usaha tanaman
hias yang dapat dicontoh atau ditiru oleh pelaku tanaman hias lainnya adalah
petani harus dapat fokus dan serius dalam berusaha dan harus mampu
menyediaan stok tanaman dalam jumlah yang cukup. Petani tidak perlu khawatir
produknya tidak laku dipasarkan, karena pembeli pasti akan datang apalagi jika
petani memiliki stok tanaman dalam jumlah yang banyak. Pembeli tanaman hias
taman biasanya mencari petani tanaman hias yang memiliki stok tanaman dalam
jumlah yang banyak.
13. Tanaman hias taman atau tanaman lanskap tidak hanya memiliki fungsi estetika
(keindahan), tapi juga fungsi ekologi (lingkungan). Oleh sebab itu, tanaman
lanskap dapat meningkatkan kualitas lingkungan, dimana suplainya berasal dari
kebun pembibitan/nursery. Pemanfaatan tanaman hias sangat diperlukan dalam
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 351
program pembangunan termasuk dalam program perbaikan kualitas lingkungan,
seperti penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) jalan, pembuatan taman kota,
penghijauan bantaran sungai, penghijauan jalan tol, pengurangan polutan,
peredam kebisingan, water treatment water (penyaringan air yang mengandung
logam berat) dan lain-lain.
14. Fungsi penataan RTH adalah memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi
pemakai jalan, meningkatkan kualitas lingkungan baik secara fisik maupun visual
di sekitar jalan, mengurangi dampak negatif kendaraan bermotor di jalan, dan
memberikan keindahan dan kenyamanan terhadap ingkungan sekitar jalan.
15. Tanaman taman (vegetasi) dapat memiliki fungsi penyerap polusi udara, pemecah
angin, peredam kebisingan, pembatas pandangan, dan peneduh.
16. Untuk memenuhi kebutuhan tanaman yang berkualitas dalam jumlah memadai
maka usaha tani tanaman hias sebaiknya dilakukan dengan metode segmentasi
usaha, sehingga seorang petani khusus mengerjakan segmen tertentu atau tidak
perlu mengerjakan semua proses produksi tanaman dari tahap awal sampai akhir.
Oleh sebab itu, pengaturan mangemen produksi sebaiknya dilakukan secara
berkelompok.
17. Konsep perbaikan bantaran sungai dapat dilakukan dengan metode
bioengineering yang merupakan rekayasa teknologi berkelanjutan dengan
memanfaatkan komponen biologi dan ekologi untuk memperbaiki struktur fisik
wilayah sungai. Metode bioengineering dilakukan dengan menumbuhkan atau
memasang tanaman tertentu yang cocok pada tebing sungai yang longsor.
Dengan adanya tanaman-tanaman tersebut maka longsoran tebing dapat
diperbaiki kembali dan dicegah secara berkelanjutan.
18. Kriteria tanaman sebagai elemen bioengineering adalah tahan terhadap kondisi
sungai yang tercemar, dapat menyerap/menetralisir zat-zat pencemar air, memiliki
struktur perakaran yang dapat memperbaiki konsistensi tanah, dan dapat
menambah kadar organik tanah. Zona perakaran di pinggir sungai secara hidraulik
dapat menahan gerusan atau erosi tebing sungai sekaligus sebagai pemecah
energy sungai. Jenis-jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai elemen
dalam metode bioengineering untuk penghijauan atau perbaikan bantaran sungai
antara lain bambu apus, bambu wulung, rumput vetiver (akar wangi), beringin,
bungur, dan sempur.
19. Metode perlindungan air tanah merupakan salah satu upaya untuk
mengkonservasi bantaran sungai sebagai lingkungan ekologis. Metode ini
dilakukan dengan menetapkan kawasan lindung di daerah bantaran sungai,
dimana di kawasan tersebut tidak boleh didirikan bangunan apapun dan hanya
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 352
dikhususkan sebagai daerah resapan air hujan. Pada areal tersebut ditanami
tanaman lokal dengan kriteria mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah.
Jenis tanaman yang dapat dipilih adalah beringin (Ficus elastica), manggis
(Garcinia mangostana), bungur (Lagerstroemia specioasa), dan sempur (Dillenia
indica).
20. Ruang terbuka hijau industri berfungsi untuk mereduksi polusi udara yang
ditimbulkan dari kegiatan industri (menahan partikel padat dari udara, menyerap
partikel timbal, dan menyerap debu semen), meredam kebisinganm memperbaiki
iklim mikro (dengan menurunkan suhu/udara panas), menyembunyikan view hiruk
pikuk kegiatan industri, menetralisir bau, penepis cahaya silau, memberikan
kenyamanan dan keindahan, dan tempat rekreasi melepas lelah.
21. Kriteria tanaman yang dapat dipakai untuk menyerap polutan adalah yang
memiliki stomata yang banyak dan mempunyai ketahanan tertentu terhadap
polutan tertentu. Jenis tanaman yang dapat menurunkan Timbal (Pb) di udara
dengan kemampuan sedang-tinggi adalah kerei paying, damar, mahoni, jamuju,
asam landi, dan johar, sedangkan yang yang memiliki kemampuan rendah (tidak
peka terhadap pencemaran udara) adalah daun kupu-kupu, kesumba, glodogan
tiang, keben, dan tanjung. Jenis tanaman yang memiliki kemampuan tinggi dalam
menyerap debu semen adalah mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah,
kerei paying, dan kayu hitam, sedangkan yang memiliki kemampuan rendah
dalam menyerap debu semen (agak peka) adalah duwet, medang lilin, dan
sempur.
22. Pohon dapat meredam kebisingan dengan cara mengabsorpsi gelombang suara
melalui daun, cabang dan ranting. Dedaunan tanaman dapat menyerap
kebisingan sampai 95%. Kriteria tanaman yang efektif menyerap kebisingan
adalah mempunyai tajuk yang tebal/rapat dan daun yang rindang. Contoh
tanaman adalah bambu jepang/krisik dan puspa.
23. Tanaman eceng gondok adalah tanaman berbatang masif (tidak mengandung
kayu) dapat menyerap unsur logam berat yang larut dalam air, seperti nitrogen
(52%), fosfat (55%) dan zat organik (67%). Tanaman ini juga dapat menyerap
timbunan logam berbahaya seperti Cr (9.4%), Cu (29%), dan Zn (26.7) serta dapat
dimanfaatkan sebagai sarana pengelola air limbah industri dengan membangun
kolam-kolam yang ditanami eceng gondok. Setiap 2 bulan tanaman eceng gondok
harus diremajakan, karena jika terlalu tua kemampuan menyerap polutan dapat
berkurang sehingga kualitas air yang disaring menjadi menurun.
24. Kegiatan pengembangan tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan kultivar
baru yang memiliki keunggulan baru dan mendapatkan teknik budidaya baru.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 353
Jenis-jenis tanaman yang perlu dikembangkan adalah tanaman yang merupakan
andalan untuk menunjang perekonomian daerah bersangkutan, seperti tanaman
penaung, conifer, palem, pohon, semak, tanaman penutup tanah, tanaman
berbunga, tanaman hias daun, rumput dan tanaman pot.
25. Karakter tanaman yang diinginkan yang harus dipenuhi pelaku tanaman hias
adalah:
(a) rumput, bertekstur halus, tahan pangkas, toleran naungan, dan toleran kering;
(b) warna-warna daun yang menarik dari pohon, semak, tanaman penutup tanah;
(c) ketahanan terhadap hama dan penyakit; dan (d) ketahanan terhadap
lingkungan yang tidak optimum.
26. Ruang lingkup pengembangan tanaman hias adalah (a) mengetahui karakter
tanaman yang ada dengan cara identifikasi sifat fisik, fungsi-fungsi, dan
persyaratan ekologis; (b) menambah keragaman dan pembentukan kultivar baru
dengan cara eksplorasi dan pemuliaan; (c) pengembangan teknik perbanyakan;
(d) pengembangan rekayasa lingkungan; dan (e) pengembangan teknik
pemeliharaan.
27. Kelompok tanaman (Famili) Gymnospermae yang dapat hidup pada daerah
dataran tinggi dan rendah adalah family Araucariaceae (seperti Agathis robusta,
Araucaria colomnaris, Araucaria angustifolia, dan Araucaria cunninghami),
Cycadeceae (seperti Cycas revulata dan Cycas rumpii), Casuarinaceae (seperti
Gymnostoma sumatranum dan Casuarina cunninghamiana), Cupressaceae
(seperti Cupressus cashmeriana, Cupresusus papuana, dan Callitris romboidea),
Gnetaceae, Pinaceae (seperti Pinus maritima dan Pinus mercusii),
Podocarpaceae (seperti Podocarpus cinensis dan Dacridium elatum), dan
Zamiaceae (seperti Dioon edule, Zamia furfurace, Macrozamia spiralis,
Enzephalartos villozus, dan Lapidozamia hopei).
6. Hasil/Outcome
Berkembangnya industri tanaman pot dan lansekap Indonesia yang berdaya saing
melalui peningkatan kapasitas kampung flori.
7. Manfaat/Benefit
Terciptanya kampung flori yang dapat berdaya saing dengan perluasan usaha dibidang
pembuatan taman disamping budidaya dan pemasaran tanaman pot dan lansekap.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 354
8. Dampak/Impact
Dengan peningkatan kapasitas kampung flori diharapkan akan berdampak pada
terwujudnya peningkatan daya saing dan kesejahteraan petani
9. Kesimpulan dan saran
9.1. Kesimpulan
a. Kegiatan koordinasi antara Direktorat budidaya dan pascapanen florikultura
Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, dinas-dinas pertanian
di daerah sentra produksi tanaman hias, Ditjen Cipta Karya Kementerian
PUPR, perguruan tinggi, IALI, kelompok tani tanaman hias, dan stake holder
lainnya sangat diperlukan dalam pelaksanaan program “Kampung Flori” serta
program-program lain di kabupaten/kota, yang terkait dengan program Green
City, seperti program 600 taman tematik di Kota Bandung, program Lorong
Garden (Longgar) di Kota Makassar, program Hortipark di Kota Padang, dan
lain-lain.
b. Keberadaan taman bukan lagi kebutuhan melainkan suatu keharusan sebagai
elemen Ruang Terbuka Hijau (RTH). Untuk memenuhi kebutuhan tanaman
hias yang semakin meningkat setiap tahunnya, maka diharapkan setiap
kabupaten/kota memberdayakan pelaku tanaman hias dengan program-
program yang dapat mendorong peningkatan produksi dan mutu tanaman
hias.
c. Jenis-jenis tanaman hias yang baru atau yang jarang digunakan sebagai
elemen taman perlu digali dan dikembangkan karena Indonesia memiliki
keragamanan jenis tanaman hias yang sangat besar. Tanaman hias adalah
komoditas seperti fashion, sehingga pelaku tanaman hias harus mampu
membuat trend-trend jenis tanaman hias baru.
d. Kegiatan pendampingan penguatan kelembagaan florikultura sangat perlu
dilakukan di kampung flori baik pada aspek manajemen usaha, sistem
informasi, penguasaan teknologi, maupun aspek peningkatan SDM para
anggota maupun pengurusnya.
e. Kegiatan pengembangan tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan
kultivar baru yang memiliki keunggulan baru dan mendapatkan teknik
budidaya baru. Jenis-jenis tanaman yang perlu dikembangkan adalah
tanaman yang merupakan andalan untuk menunjang perekonomian daerah
bersangkutan, seperti tanaman penaung, conifer, palem, pohon, semak,
tanaman penutup tanah, tanaman berbunga, tanaman hias daun, rumput dan
tanaman pot.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 355
f. Petani tanaman hias diharapkan dapat fokus dan serius dalam berusaha
karena bisnis tanamn hias memberikan margin keuntungan yang besar
dibandingkan tanaman pangan. Petani juga harus mampu menyediaan stok
tanaman dalam jumlah yang cukup dan tidak perlu khawatir produknya tidak
laku dipasarkan, karena pembeli pasti akan datang apalagi jika petani
memiliki stok tanaman dalam jumlah yang banyak.
g. Usaha tani tanaman hias sebaiknya dilakukan dengan metode segmentasi
usaha, sehingga seorang petani khusus mengerjakan segmen tertentu atau
tidak perlu mengerjakan semua proses produksi tanaman dari tahap awal
sampai akhir.
9.2. Saran
a. Diperlukan adanya koordinasi dan kolaborasi antar instansi terkait untuk
pengembangan kampung flori dalam rangka penguatan program Green City.
Untuk memenuhi kebutuhan tanaman hias yang semakin meningkat setiap
tahunnya, maka diharapkan setiap kabupaten/kota memberdayakan pelaku
tanaman hias dengan program-program yang dapat mendorong peningkatan
produksi dan mutu tanaman hias.
b. Diharapkan program pengembangan kampung flori dalam rangka penguatan
program Green City dapat dijadikan sebagai ajang para petani, pedagang dan
dekorator/lansekaper untuk membuka akses dengan para konsumen.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 356
UPAYA MENEKAN KEHILANGAN HASIL FLORIKULTURA MELALUI PEMBERDAYAAN
OUTLET
1. Latar Belakang
Tuntutan konsumen saat ini adalah mendapatkan produk florikultura yang bermutu
tinggi dan baik sampai di pengguna akhir. Salah satu upayanya adalah dengan
penanganan pascapanen yang baik dan perlakuan untuk mempertahankan mutu pada
saat distribusi dan pemajangan/display.
Dalam pemasaran, penataan produk di tempat display merupakan hal penting untuk
mempromosikan produk tersebut kepada konsumen maupun masyarakat luas. Tempat
display dibuat sedemikian rupa sehingga menarik perhatian para calon pembeli serta
sekaligus dapat berfungsi secara optimal dalam mempertahankan mutu dan kesegaran
produk sampai ke konsumen.
Pemasaran daun dan bunga potong di Indonesia cenderung dilakukan pada malam hari
untuk mengurangi terjadinya pelayuan akibat terik matahari. Agar pemasaran bisa
dilakukan tidak hanya pada malam hari, maka dibutuhkan tempat pemasaran untuk
daun dan bunga potong atau jenis florikultura lainnya dengan sistem yang lebih baik.
Dimana mutu produk dapat tetap terjaga dengan baik sesuai permintaan konsumen dan
produk florikultura tidak banyak yang terbuang akibat adanya kerusakan fisik karena
layu atau dalam proses distribusinya. Oleh karena itu, untuk menjaga agar mutu dan
kesegaran produk daun dan bunga potong tetap terjaga sampai di tangan konsumen,
dan mendekatkan produsen produk florikultura yang sebagian besar berada di
pedesaan dengan konsumennya yang banyak terdapat di daerah perkotaan, maka pada
TA 2013 dan 2014 Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah memfasilitasi
Outlet Berpendingin dengan solar sistem di Kota Bandung dan Kota Bandung.
Pada tahun 2015 Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura merencanakan
untuk melaksanakan kegiatan Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui
Pemberdayaan Outlet berpendingin dengan solar cell system. Kegiatan analisis ini
dilaksanakan dalam bentuk kajian terhadap dampak pemanfaatan outlet berpendingin
solar cell dalam menjaga dan mempertahankan mutu produk florikultura sehingga
produk florikultura tetap dalam kondisi segar hingga sampai di tangan konsumen, selain
itu kajian ini juga menganalisis kehilangan hasil akibat proses panen dan pascapanen
mulai dari petani di lahan usaha, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pasar
bunga dan florist / wedding organizer.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 357
Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan bekerjasama dengan pihak ketiga yang akan
melakukan analisis penurunan kehilangan hasil dan margin keuntungan di setiap
segmen pemasaran.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Melaksanakan analisis penurunan kehilangan hasil guna mengetahui dampak
pemanfaatan outlet dalam mengurangi kehilangan hasil produk florikultura.
2.2. Sasaran
a. Terlaksananya Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui
Pemberdayaan Outlet.
b. Menurunnya kehilangan hasil produk florikultura.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 145.000.000
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 144.500.000,-
3.3. Informasi Teknologi : Data dan Informasi teknis
3.4. Sarana Penunjang : SDM
4. Pelaksanaan Kegiatan
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui
Pemberdayaan Outlet adalah melaksanakan Upaya Menekan Kehilangan Hasil
Florikultura Melalui Pemberdayaan Outlet
5. Keluaran/Output
Terlaksananya Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui Pemberdayaan
Outlet
5.1. Kegiatan dilaksanakan pada bulan November 2015.
5.2. Kegiatan ini dilaksanakan di Bandung dan Semarang.
5.3. Kegiatan ini dilaksanakan melalui kerjasama antara Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura dengan Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor.
5.4. Narasumber pada kegiatan ini antara lain Dinas Pertanian Kota Bandung, Dinas
Pertanian Kota Semarang, Pengelola Outlet Solar Cell Berpendingin di Kota
Bandung dan Semarang, Gapoktan Sangkuriang.
5.5. Hasil Kegiatan Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui
Pemberdayaan Outlet antara lain :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 358
a. Pada tahun anggaran 2013 dan 2014, Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura telah memfasilitasi Outlet Berpendingin dengan Solar Cell di Kota
Bandung dan Kota Semarang agar mutu dan kesegaran produk daun dan
bunga potong tetap terjaga sampai di tangan konsumen serta mendekatkan
produsen florikultura yang sebagian besar berada di pedesaan dengan
konsumennya yang banyak di daerah perkotaan.
b. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura bekerjasama dengan Pusat
Kajian Hortikultura Tropika LPPM IPB melaksanakan studi upaya menekan
kehilangan hasil melalui pemberdayaan outlet berpendingin dengan solar cell
system. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk identifikasi masalah terhadap
dampak pemanfaatan outlet berpendingin solar cell dalam menjaga dan
mempertahankan mutu produk florikultura sehingga produk florikultura tetap
dalam kondisi segar hingga sampai di tangan konsumen. Selain itu juga
mengidentifikasi kehilangan hasil akibat proses panen dan pascapanen mulai
dari petani di lahan usaha, pedagang pengumpul, pedagang pengecer pasar
bunga dan florist/wedding organizer.
c. Pengumpulan data mengenai permasalahan produk florikultura dilakukan
dengan metode wawancara dengan petani bunga potong di daerah Bandung
Barat (lokasi outlet Bandung) dan pengumpulan data sekunder berdasarkan
hasil penelitian yang ditulis pada jurnal ilmiah, prosiding, skripsi, tesis maupun
disertasi yang terkait.
d. Terdapat beberapa permasalahan produk florikultura on farm antara lain
kondisi cuaca dan iklim yang tidak mendukung, kegiatan pemupukan yang
masih belum sesuai prosedur, fasilitas greenhouse yang masih kurang, serta
program pendampingan untuk petani yang masih kurang maksimal.
Permasalahan dalam perbenihan florikultura antara lain ketergantungan
pembelian benih ke luar negeri, serta kurangnya pengembangan varietas
untuk mengantisipasi perubahan selera masyarakat. Selain itu, Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) dan resistensinya terhadap pestisida juga
menjadi masalah dalam budidaya florikultura.
e. Sedangkan permasalahan off farm antara lain penanganan pascapanen yang
masih sederhana, rendahnya daya saing produk florikultura, kelembagaan
tani yang masih belum dapat sepenuhnya mengakomodir kepentingan petani,
kurangnya kemampuan petani dalam mengakses teknologi dan informasi,
serta tuntutan konsumen yang semakin tinggi terhadap kualitas produk.
f. Kehilangan hasil di tingkat petani dapat terjadi saat proses budidaya,
umumnya berkisar antara 10-30% disebabkan sebagian besar oleh serangan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 359
hama dan penyakit yang dipicu oleh perubahan iklim dan cuaca serta
kurangnya permintaan saat bunga siap panen.
g. Kehilangan hasil di tingkat pedagang pengumpul terkait dengan metode
pemanenan bunga dan daun potong saat tingkat petani. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kehilangan hasil di tingkat pedagang pengumpul yang
mendapat pasokan bunga dan daun potong langsung dari petani meliputi
kondisi bunga saat panen, waktu panen, cara panen, penanganan
pascapanen di tingkat petani, sarana dan prasarana serta waktu
pendistribusian produk.
h. Kehilangan hasil di tingkat pedagang pengecer dapat diantisipasi dengan
memperhatikan suhu ruangan penyimpanan dan tetap melakukan
perendaman pada batang bunga potong dengan nutrisi yang diperlukan.
Berdasarkan hasil analisis BPTP Jakarta (2013) kehilangan hasil atau tingkat
kerusakan bunga potong Krisan di pengumpul dan pedagang pengecer
sebesar 10-20%.
i. Kehilangan hasil di tingkat pasar bunga biasanya berdasarkan keragaan
bunga maupun daun potong yang dipajang. Bunga yang sudah cacat atau
rusak akibat gesekan umumnya tidak disukai oleh konsumen. Vase life juga
dapat mempengaruhi tingkat kesegaran bunga, karena bunga dan daun
potong yang sudah layu biasanya tidak disukai oleh konsumen. Selain itu
jumlah konsumen yang membeli bunga potong setiap harinya tidak menentu,
sehingga pada hari-hari biasa dimana pasokan bunga potong tinggi namun
permintaan konsumen yang rendah, menyebabkan bunga potong banyak
yang terbuang karena layu dan busuk.
j. Kehilangan hasil di tingkat florist/wedding organizer biasanya tidak terlalu
tinggi karena umumnya mereka membeli sesuai kebutuhan dan segera
menggunakan produk yang dibelinya. Walaupun demikian, panjangnya mata
rantai distribusi dan perdagangan dari petani pemasok dan bahan baku dapat
menyebabkan pasokan bahan baku tidak 100% berkualitas baik dan
memenuhi standar, akibatnya tidak semua bahan baku bisa terpakai dan
membutuhkan penyortiran ulang. Selain itu, apabila florist dan decorator tidak
dapat menangani bahan baku dengan baik tiap harinya maka dapat
mengakibatkan bahan baku menjadi busuk dan tidak dapat terpakai.
k. Analisis SWOT outlet berpendingin solar cell yang ada di Bandung dan
Semarang didasarkan pada kondisi riil yang diamati di lapangan dengan
mengacu pada kekuatan (Strengthness-S), kelemahan (Weakness-W),
peluang (Opportunities-O), dan ancaman (Thread-T).
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 360
l. Outlet berpendingin di Bandung berlokasi di jalan Tamansari Bandung, di
lingkungan kampus Institut Teknologi Bandung dengan konstruksi knock
down. Luas tanah lokasi outlet sekitar 400 m2, dan luas bangunan 90 m2,
sedangkan untuk luas cool room adalah 6 m x 3 m dengan suhu diatur
sehingga mencapai suhu 10-120C yang didukung dengan panel solar cell
seluas 120 m2 sebagai sumber energi untuk memasok listrik. Berdasarkan
pengamatan di lapangan dan hasil wawancara, keberadaan outlet ini belum
berfungsi sebagai mana mestinya.
m. Kekuatan outlet berpendingin dengan solar cell di Bandung adalah outlet
mempunyai ruang pendingin seluas 18 m2 dengan suhu yang bisa diatur 10-
120C dan adanya dukungan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kota Bandung untuk optimalisasi pemanfaatan outlet dan promosi.
Sedangkan kelemahan outlet ini antara lain:
- outlet didirikan di lahan milik Dinas Pertanaman sehingga berpeluang
memunculkan konflik kepentingan,
- lokasi outlet kurang strategis,
- outlet belum berbadan hukum,
- terbatasnya tempat parkir mobil untuk bongkar muat produk dan parkir
untuk pengunjung
- lokasi yang cukup berdekatan dengan pasar yang sudah ada sebelumnya
yaitu Pasar Bunga Wastu Kencana dengan produk dan kebutuhan
dekorasi yang lebih lengkap,
- penampakan luar outlet yang lebih terlihat seperti rumah yang tertutup
membuat konsumen tidak mudah mendatangi outlet,
- belum ada jaringan pemasaran yang pasti dari pengelola outlet karena
masih bersifat menunggu pembeli atau konsumen dating ke outlet,
- belum terlihat terobosan cara pemasaran yang dapat menarik pembeli ke
outlet.
n. Outlet berpendingin di Semarang berlokasi di tanah milik pemerintah kota
Semarang di Jalan Menteri Supeno. Outlet dikelola oleh salah satu
pengusaha tanaman hias di Kabupaten Semarang atas penunjukan oleh
Dinas Pertanian, karena belum ada asosiasi pedagang tanaman hias yang
siap mengelola.
o. Kekuatan outlet berpendingin dengan solar cell di Semarang antara lain
pengelola sementara mempunyai bisnis bunga yang cukup kuat dan bisnisnya
sudah berjalan, lokasi penempatan outlet cukup strategis, ada dukungan dari
pemerintah daerah, serta penataan outlet sudah cukup baik. Namun ada pula
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 361
kelemahannya antara lain outlet belum berbadan hukum dan dikelola di
bawah tangan secara perseorangan, pola kemitraan masih bersifat jual putus,
serta belum ada kepercayaan petani terhadap manajemen outlet.
p. Peluang outlet berpendingin dengan solar cell di Bandung dan Semarang
antara lain 1) kawasan Bandung barat dan Semarang merupakan sentra
produksi bunga dan daun potong, 2) pola kemitraan pengelola outlet dengan
petani pemasok dapat berupa pola dagang umum dimana petani pemasok
menitipkan bunga potong untuk dijual oleh pengelola outlet pada konsumen,
3) konsumen bunga di kota Bandung dan Semarang cukup besar karena
banyak hotel dan event. Sedangkan yang menjadi ancaman outlet
berpendingin solar cell di Bandung dan Semarang adalah 1) keberadaan
pasar bunga di dekat outlet Bandung yang mempunyai koleksi bunga dan
peralatan dekorasi yang dijual lebih lengkap, 2) berkembangnya florist dan
pasar bunga, serta 3) konsumen potensial seperti hotel cenderung
menggunakan bunga plastik untuk dekorasinya.
q. Sasaran umum yang akan dicapai melalui kegiatan upaya menekan
kehilangan hasil melalui pemberdayaan outlet berpendingin dengan solar cell
adalah untuk mengurangi tingkat kehilangan hasil produk florikultura dan
meningkatkan peran outlet dalam memfasilitasi pemasaran produk florikultura.
r. Optimalisasi outlet berpendingin dengan solar cell dapat dilakukan melalui
kegiatan berikut :
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi optimalisasi dan titik kritis
penyebab kehilangan hasil dalam rantai pemasaran produk florikultura
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi operasional outlet sebagai
landasan optimalisasi peran outlet
- Pengintegrasian sistem produksi dan pemasaran
- Promosi untuk meningkatkan pemasaran produk florikultura dalam bentuk
pameran, iklan layanan masyarakat baik di media cetak maupun media
elektronik, serta promosi dalam bentuk lainnya.
- Pengembangan kapasitas SDM dan manajemen pengelolaan outlet
berpendingin dengan solar cell
s. Pemberdayaan outlet berpendingin solar cell antara lain adalah dengan
pengaturan pasokan, penataan display yang menarik, penyediaan informasi
mengenai keberadaan dan pemanfaatan produk florikultura, survey
kebutuhan masyarakat dan menampilkan kreativitas atau ekonomi kreatif dari
produk florikultura seperti rangkaian bunga, bunga kering, dan lain-lain.
Pemberdayaan outlet tersebut harus melibatkan berbagai unsur stakeholders
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 362
dalam rantai pasok produk florikultura dari hulu hingga hilir. Keterkaitan antar
unsur dalam rantai pasok yang saling membutuhkan dan menguntungkan
sangat penting untuk menjaga keberlanjutan aktivitas outlet.
t. Dalam pengembangan outlet berpendingin yang berkelanjutan perlu
diperhatikan beberapa hal berikut :
- Ketersediaan fasilitas yang memadai seperti ruang penyimpanan dingin,
ruang display, dan area parkir.
- Terbentuknya sistem distribusi (SCM) yang menguntungkan seluruh
unsur yang terlibat.
- Adanya dukungan sistem distribusi dan logistic.
- Dukungan SDM yang memadai untuk pengelolaan (manajemen) outlet
baik untuk pengaturan pasokan maupun pelayanan pelanggan.
6. Hasil/Outcome
Tersedianya hasil Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui Pemberdayaan
Outlet.
7. Manfaat/Benefit
Menurunnya kehilangan hasil produk florikultura melalui pemberdayaan outlet
8. Dampak/Impact
Meningkatnya daya saing produksi tanaman florikultura
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Keberadaan Outlet Berpendingin dengan Solar Cell berpotensi untuk
mengurangi susut pascapanen bunga, namun masih ada beberapa
kelemahan.
b. Untuk outlet yang berada di Bandung, operasional outlet terkendala dengan
permasalahan seperti lokasi yang tidak strategis, terlalu dekat dengan pasar
bunga yang menawarkan aksesibilitas yang lebih baik dan variasi produk
yang lebih banyak. Sementara untuk outlet yang berada di Semarang,
pemanfaatan outlet tertolong oleh usaha personal yang telah berkembang
yang dilakukan oleh pengelola.
c. Dari sisi kelembagaan, legalitas pengelola outlet belum kuat karena hanya
dilakukan di bawah tangan. Outlet belum mempunyai badan hukum sehingga
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 363
operasionalnya tergantung dari pengelola yang merupakan pengusaha
bunga.
d. Dari sisi kemitraan, meskipun telah diupayakan untuk menjalin kemitraan
dengan petani bunga tetapi kemitraan belum berjalan sesuai dengan harapan
karena petani lebih condong pada sitem beli putus sehingga resiko
ditanggung oleh pihak pengelola.
9.2. Saran
a. Untuk menekan kehilangan hasil produk florikultura dapat dilakukan dengan
peningkatan sosialisasi praktek penanganan pascapanen yang baik kepada
aktor pelaku agribisnis bunga serta penyusunan SOP untuk setiap produk
bunga.
b. Untuk upaya pemberdayaan outlet perlu adanya terobosan sistem kemitraan
yang dapat menarik setiap petani bunga untuk bekerjasama dengan outlet,
pemanfaatan dukungan pemerintah daerah untuk lebih intensif
mempromosikan keberadaan outlet, legalisasi pengelola outlet untuk
memberikan kepastian pengelolaan, pengurusan badan hukum untuk outlet
dan jika dirasakan perlu, dilakukan pemindahan outlet ke lokasi yang lebih
strategis.
c. Untuk pengembangan usaha outlet dapat dilakukan peningkatan kerjasama
dengan stakeholder agribisnis bunga, pendekatan secara personal kepada
petani/pemasok bunga dan konsumen bunga seperti event organizer atau
hotel, dan perlu terobosan bisnis seperti usaha merangkai bunga dan
dekorasi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 364
013. PENINGKATAN KAPABILITAS PETUGAS/PETANI
APRESIASI PEMANDU LAPANG FLORIKULTURA
1. Latar Belakang
Usaha tanaman florikultura yang dilakukan petani saat ini masih bersifat konvensional
tanpa mengindahkan prinsip ekonomi. Akibatnya banyak kasus di lapangan
menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan tidak sesuai preferensi pasar maupun
konsumen.
Pada kasus lain petani tidak dapat menyediakan produk sejumlah yang dibutuhkan
pasar, sehingga petani mengalami kehilangan kesempatan mendapatkan peluang.
Kasus kerugian hasil juga banyak ditemukan, karena tidak memperhitungkan efisiensi
produksi. Mutu produksi sering kali tidak mendapatkan perhatian akibatnya pasokan
petani banyak yang ditolak.
Semua kasus tersebut merupakan cerminan kesalahan menajemen dalam usaha
budidaya tanaman hias/florikultura. Pengelolaan usaha seperti itu tidak dapat
dipertahankan. Karenanya sudah saatnya para petani melakukan reorientasi
pengelolaan usaha tanaman hias ke arah profesionalisme, yang mengacu pada
penerapan sistem budidaya yang baik dan benar (GAP) serta penanganan pascapanen
yang baik dan benar (GHP).
Dalam era globalisasi dimana persaingan semakin ketat, beberapa negara tujuan
ekspor mensyaratkan produk pertanian yang diimpornya memiliki sertifikat Good
Agricultural Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP). Prinsip budidaya dan
penanganan pascapanen yang baik sesuai GAP dan GHP perlu diterapkan oleh pelaku
usaha untuk menghasilkan produk florikultura yang bermutu dan berdaya saing serta
aman dan ramah lingkungan sehingga dapat diterima di pasar domestik dan
internasional.
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan petani/pelaku
usaha dalam menerapkan GAP dan GHP florikultura dapat dilakukan melalui
penyelenggaraan Sekolah Lapangan. Sekolah Lapangan (SL) GAP/GHP florikultura
adalah salah satu metode berlatih untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan
ketrampilan pelaku usaha dalam menerapkan prinsip-prinsip GAP atau GHP florikultura.
SL dipandu oleh petugas pemandu lapangan (PL) yang akan berperan sebagai
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 365
motivator, moderator dan fasilitator yang memfasilitasi proses belajar, membimbing
diskusi, serta membantu pelaku usaha memahami, menyadari dan menemukan
pemecahan masalahnya sendiri.
Kebutuhan pemandu lapang ini semakin kompleks karena tidak semua petugas
lapangan otomatis mampu menjadi pemandu lapang. Pemandu lapang memerlukan
pelatihan khusus sehingga mampu mendampingi petani/pelaku usaha secara optimal.
Agar pemandu lapang tingkat provinsi, kabupaten/kota dapat lebih kompeten dalam
teknik kepemanduan, maka diperlukan apresiasi pemandu lapang 1 dan 2 (PL 1 & PL
2) florikultura dengan harapan dapat meningkatkan kompetensi wawasan dan
keterampilan dalam kepemanduan SL GAP dan GHP. Untuk itu Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura telah menyelenggarakan kegiatan Apresiasi Pemandu Lapang
Florikultura.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Meningkatkan teknik kepemanduan pemandu lapang dan calon pemandu
lapang untuk melaksanakan SL GAP dan SL GHP tanaman florikultura.
b. Meningkatkan motivasi dan kompetensi pemandu lapang dalam memandu
pelaku usaha florikultura sehingga usaha florikulturanya berkembang.
c. Meningkatkan kemampuan pemandu lapang dalam menganalisis dan
memecahkan masalah yang ditemui di lapangan.
2.2. Sasaran
a. Meningkatnya teknik kepemanduan pemandu lapang dan calon pemandu
lapang untuk melaksanakan SL GAP dan SL GHP tanaman florikultura.
b. Meningkatnya motivasi dan kompetensi pemandu lapang dalam memandu
pelaku usaha florikultura sehingga usaha florikulturanya berkembang.
c. Meningkatnya kemampuan pemandu lapang dalam menganalisis dan
memecahkan masalah yang ditemui di lapangan.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 230.012.000,-
3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp. 227.748.969,-
3.3. Data dan informasi teknis
3.4. SDM
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 366
4. Pelaksanaan Kegiatan
Tahapan Kegiatan Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura adalah sebagai berikut :
4.1. Menyediakan sarana penunjang
4.2. Menyediakan publikasi (spanduk)
4.3. Melaksanakan penggandaan materi
4.4. Menyediakan ATK dan bahan komputer
4.5. Melaksanakan sewa kendaraan Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura
4.6. Memberikan honor narasumber/pakar/praktisi
4.7. Memberikan honor narasumber eselon II
4.8. Memberikan honor narasumber eselon III ke bawah
4.9. Memberikan honor moderator
4.10. Memberikan honor narasumber eselon 1
4.11. Melaksanakan pembayaran biaya paket meeting Apresiasi Pemandu Lapang
Florikultura
4.12. Melaksanakan perjalanan dalam rangka Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura
5. Keluaran/Output
5.1. Tersedianya sarana penunjang
5.2. Tersedianya publikasi (spanduk)
5.3. Terlaksananya penggandaan materi
5.4. Tersedianya ATK dan bahan komputer
5.5. Terlaksananya sewa kendaraan sebanyak 8 unit untuk kunjungan lapang pada
Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura.
5.6. Tersedianya honor narasumber/pakar/praktisi
5.7. Tersedianya honor narasumber eselon II
5.8. Tersedianya honor narasumber eselon III ke bawah
5.9. Tersedianya honor moderator
5.10. Tersedianya honor narasumber eselon 1
5.11. Terlaksananya meeting Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura
a. Dilaksanakan pada tanggal 26 – 29 Mei 2015.
b. Bertempat di Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat.
c. Peserta pertemuan sebanyak 104 orang.
Peserta yang hadir berasal dari :
- Pemandu Lapang Florikultura Provinsi sentra florikultura se-Indonesia
antara lain dari Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau,
Kepulauan Riau, Jambi, Lampung, Jawa Barat, DKI, Banten, Jawa
Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Kalimantan Timur, Sulawesi
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 367
Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan
Gorontalo.
- Pemandu Lapang Florikultura Kabupaten/Kota sentra florikultura se-
Indonesia, antara lain Kota Palembang, Bukittinggi, Tanah Datar, Solok,
Kampar, Kabupaten Bungo, Merangin, Kota Jambi, Bintan, Kota Batam,
Bogor, Sumedang, Cianjur, Sukabumi, Kota Bogor, Bandung, Bandung
Barat, Magelang, Pekalongan, Cilacap, Banyumas, Kulonprogo,
Semarang, Tegal, Wonosobo, Blitar, Kupang, Kendari, Kota Pontianak,
dan Kota Tarakan.
- Staf Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura
d. Materi yang dibahas pada pertemuan tersebut antara lain:
- Pengarahan dari Direktur Jenderal Hortikultura
- Pembekalan Pentingnya Tim Building dalam Pembangunan Pertanian
- Sosialisasi Regulasi yang terkait dengan Hortikultura (Florikultura)
- Peraturan Perbenihan Hortikultura
- Sosialisasi SNI Bidang Hortikultura
- Analisis Pemecahan Masalah (Problem-Couses-Solution)
- Kiat-Kiat Tumbuh dan Berkembang dalam Usaha (Memelihara Semangat
Entrepreuner)
- Pengalaman Wirausaha Petani Tanaman Daun dan Bunga Potong
- Capacity Building Pemandu Lapang Florikultura
e. Narasumber pada pertemuan tersebut adalah:
- Dr. Ir. Hasanuddin Ibrahim (Direktorat Jenderal Hortikultura)
- Tenaga Ahli Menteri Pertanian
- Dr. Ir. Ani Andayani, M.Agr. (Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura)
- Ir. Wiwi Sutiwi, MM (Direktorat Perbenihan Hortikultura)
- Dr. Wahyu Purbowasito Setyo Waskito (Pusat Perumusan Standar,
Badan Standardisasi Nasional)
- Ir. Asep Adinata, MP (Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang)
- Ir. Rizal Djafarer (Pelaku Usaha Florikultura)
- Mochamad Anas Anis (Gapoktan Alamanda, Sukabumi)
- Drs. A.G. Purwanto Edi (Motivator)
f. Hasil dan kesimpulan dari pertemuan tersebut antara lain adalah :
1. Industri florikultura di tingkat dunia merupakan industri yang cukup
prospektif dan bisa menghasilkan devisa hingga 125 miliar US$.
Sedangkan di Indonesia, industri florikultura memberikan kontribusi
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 368
devisa sebesar 11 miliar US$. Indonesia mempunyai peluang yang cukup
besar dalam industri florikultura di dunia, mengingat beberapa komoditi
florikultura mampu tumbuh dan berkembang baik di negeri ini. Saat ini
Indonesia merupakan grower terbesar benih saintpaulia di dunia.
2. Pemandu Lapang sebagai fasilitator petani dalam melancarkan,
memfasilitasi dan mendorong tumbuhnya industri florikultura di
wilayahnya masing-masing sehingga menjadi produk unggulan/kompetitif
perlu memiliki motivasi serta keterampilan dalam berkomunikasi,
identifikasi masalah dan analisis pemecahan masalah. Untuk itu
pemandu lapang harus selalu meningkatkan kapasitasnya yang
mencakup kompetensi dan karakter.
3. Peningkatan kompetensi dapat dilakukan dengan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan antara lain tentang teknis budidaya dan
pascapanen, regulasi yang berkaitan dengan pengembangan hortikultura,
kewirausahaan, kepemanduan, dan lain-lain. Pedoman maupun regulasi
yang harus dipahami diantaranya Pedoman GAP, GHP, SOP Budidaya
florikultura, SOP Pascapanen Florikultura Pedoman Sekolah Lapangan,
SNI, Pedoman Registrasi Kebun, Permentan no.70 tahun 2014 tentang
Perijinan Usaha Budidaya Hortikultura, Permentan no. 48 tahun 2013
tentang GAP Florikultura, Permentan 73 tahun 2014 tentang GHP,
Permentan no 38 tahun 2012 tentang Pendaftaran varietas, Permentan
no. 48 tahun 2012 tentang produksi, sertifikasi dan peredaran benih
hortikultura. Sedangkan peningkatan karakter yang dimaksud adalah
dengan berusaha menjadi pemandu yang memberikan pelayanan terbaik
kepada kelompok taninya.
4. Pemandu lapang harus mempunyai kemampuan dalam mengidentifikasi
suatu masalah dan segera menyelesaikan permasalah tersebut.
5. Beberapa permasalahan yang menyebabkan suatu kelompok tani tidak
dapat mandiri dalam mengembangkan usahanya antara lain :a) kelompok
tani terlalu mengandalkan bantuan dari pemerintah, b) kurangnya
pengetahuan petani terhadap budidaya, pascapanen dan pemasaran, c)
keterbatasan modal atau ketidakmampuan kelompok tani dalam
memberdayakan keuangan kelompok, serta d) kurangnya rasa antusias
petani untuk memajukan usahanya.
6. Kunci sukses supaya kelompok tani bisa mandiri dan berhasil antara lain
: a) kerjasama yang kuat antar anggota kelompok dan memahami tujuan
kelompok atau kebutuhan bersama, b) mengikuti pelatihan-pelatihan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 369
tentang budidaya, pascapanen, kelembagaan dan manajemen
pemasaran, c) setiap anggota kelompok tani mempunyai kemauan dan
semangat yang tinggi, serta d) mau menerima inovasi perkembangan
teknologi.
7. Salah satu pelaku usaha florikultura yang sukses memajukan usahanya
adalah Gapoktan Alamanda di Sukabumi. Gapoktan ini bergerak di
bidang budidaya dracaena dan memasarkannya dalam bentuk pot
maupun rangkaian ke pasar lokal maupun ekspor ke luar negeri seperti
Singapura, Korea, Canada, Rusia, Arab Saudi, Iran, Uzbekistan, dan
Azerbaizan. Gapoktan ini harus bersaing dengan negara produsen
dracaena lainnya antara lain China, Vietnam dan Thailand, sehingga
gapoktan ini terus mencari inovasi desain rangkaian agar produknya
tetap laku di pasar internasional.
8. Pada apresiasi ini, pemandu lapang melakukan kunjungan lapang ke
kebun mawar, gerbera, krisan dan tanaman pot dan lansekap di
Kecamatan Lembang dan Parongpong untuk mengobservasi beberapa
aspek yaitu perbenihan, teknik budidaya, penanganan pascapanen,
pemasaran, aspek kelembagaan dan kewirausahaan.
9. Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura telah dilakukan sebanyak
delapan kali pertemuan tingkat nasional, maka untuk ke depannya
diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan di tingkat propinsi atau
kabupaten untuk membangun jaringan antar petani florikultura di
wilayahnya masing-masing.
10. Permasalahan di daerah terkait dengan pemandu lapang, yaitu pemandu
lapang khusus florikultura di hampir sebagian besar daerah tidak ada,
biasanya pemandu lapang merangkap keseluruhan bidang hortikultura,
ataupun bidang pangan. Selain itu pemandu lapang yang menangani
florikultura sering berganti-ganti sehingga tidak ada estafet program dari
pemandu lapang sebelumnya dengan pemandu lapang yang baru.
5.12. Terlaksananya perjalanan dalam rangka Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura
sebanyak 20 OP ke Bandung Barat.
6. Hasil/Outcome
6.1. Terjadinya transfer teknis kepemanduan dan pengetahuan pengelolaan usaha
tanaman florikultura yang profesional dengan sistem budidaya dan penanganan
pascapanen yang baik dan benar.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 370
6.2. Petugas pemandu lapang memahami proses budidaya dan penanganan
pascapanen tanaman florikultura berdasarkan GAP dan GHP tanaman florikultura.
7. Manfaat/Benefit
Terlaksananya prinsip GAP pada Budidaya dan GHP pada penanganan pascapanen
tanaman florikultura.
8. Dampak/Impact
Berkembangnya industri florikultura berbasis penerapan GAP dan GHP dalam
menjalankan usaha taninya.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Pemandu lapang merupakan salah satu tonggak dalam keberhasilan
pengembangan florikultura di daerah kabupaten maupun kota. Pengetahuan
dan keterampilan pemandu lapang perlu ditingkatkan karena teknologi
pertanian dan permintaan/kebutuhan konsumen semakin berkembang.
b. Pemandu lapang yang telah mengikuti Apresiasi Pemandu Lapang
Florikultura diharapkan mampu mengedukasi, menggerakkan, dan
mendorong petani dalam mengembangkan usaha taninya, mampu mencetak
champion baru, menumbuhkan jiwa entrepreunership para champion, dan
membantu para petani atau pelaku usaha dalam membuka jaringan pasar.
9.2. Saran
a. Pemerintah daerah diharapkan dukungannya dalam pengembangan industri
florikultura di daerahnya masing-masing agar mampu berdaya saing.
b. Pemandu lapang perlu memiliki target agar kebun binaannya dapat diajukan
untuk diregistrasi.
c. Pergantian pemandu lapang sebaiknya dilakukan secara periodik minimal tiga
sampai empat tahun setelah melaksanakan tugasnya sebagai pemandu
lapang. Ketika tugas pemandu lapang akan digantikan ke pemandu lapang
yang baru, maka pemandu lapang yang lama harus memberikan progress
report sehingga terjadi keberlanjutan informasi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 371
014. PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN USAHA
APRESIASI TEKNOLOGI DAN DAYA SAING PRODUK FLORIKULTURA (SOP BUDIDAYA
KRISAN MULTIMEDIA)
1. Latar Belakang
Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev Syn. Chrysanthemum morifolium Ramat)
merupakan salah satu jenis tanaman hias penghasil bunga potong yang paling popular
dan banyak dibudidayakan petani dan pengusaha di Indonesia. Permintaan akan bunga
krisan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Pada era pasar global yang ditandai dengan meningkatnya persaingan bebas, para
produsen krisan di dalam negeri dituntut mampu menyediakan produk yang sesuai
dengan preferensi konsumen. Tuntutan konsumen tidak saja diarahkan pada
peningkatan mutu, tetapi juga proses produksi yang ramah lingkungan. Mengantisipasi
permintaan konsumen tersebut berbagai pihak telah mengenalkan prinsip budidaya
yang baik dan benar (Good Agriculture Practices = GAP) untuk menghasilkan produk
yang ramah lingkungan. Bahkan di banyak negara Eropa, GAP telah diterapkan pada
skala luas yang disertifikasi dan menjadi prasyarat bagi pemasaran di tingkat retail.
Di dalam penerapan GAP diperlukan standar operasional prosedur (SOP) yang menjadi
acuan dasar bagi pelaksanaan budidaya krisan di lapangan. Dengan mengacu panduan
SOP, produsen dapat membudidayakan krisan potong secara baik dan benar untuk
menghasilkan produk bermutu tinggi yang efisien dan ramah lingkungan. Dengan
demikian produsen akan mendapatkan berbagai keuntungan dari penerapan SOP
dalam bentuk: (1) peningkatan pendapatan, (2) jaminan pemasaran, (3) pelestarian
lingkungan produksi dan (4) jaminan keselamatan, keamanan dan kesehatan bagi para
pekerja.
Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura
telah membuat SOP Krisan potong dalam bentuk buku atau cetakan pada tahun 2012
dan sudah didistribusikan kepada pelaku usaha dan instansi yang terkait dalam
pengembangan krisan di Indonesia.
Meskipun pedoman tersebut telah didistribusikan, namun masih banyak petani dan
pelaku usaha krisan yang belum mampu menerapkannya. Oleh karena itu dengan
perkembangan teknologi multimedia, perlu membuat SOP budidaya Krisan Potong
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 372
dalam bentuk audio visual. SOP dalam bentuk audio visual ini diharapkan bisa lebih
komunikatif dalam menyampaikan tahapan-tahapan dalam melaksanakan budidaya
krisan potong yang baik dan benar, sehingga petani atau pelaku usaha lebih mudah
memahami dan menerapkannya.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Menyediakan pedoman SOP dalam bentuk audio visual agar lebih mudah
dipahami petani atau pelaku usaha.
b. Meningkatkan produksi krisan nasional yang berdaya saing untuk memenuhi
kebutuhan pasar domestik maupun global.
2.2 Sasaran
a. Tersedianya pedoman bagi pelaku usaha dalam melakukan budidaya krisan
potong yang baik dan benar dalam bentuk audio visual, sehingga lebih mudah
dipahami dan diaplikasikan di lapangan.
b. Meningkatnya produktivitas, produksi dan mutu hasil krisan potong nasional.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 193.298.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar 192.500.000,-
3.3. Informasi Teknologi
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan apresiasi teknologi dan daya saing produk florikultura dilaksanakan dalam
bentuk belanja jasa pembuatan film apresiasi teknologi dan daya saing pembuatan SOP
Budidaya Krisan multimedia yang terbagi menjadi tahap pra produksi, produksi dan
pasca produksi.
5. Keluaran/Output
Dihasilkannya CD SOP Budidaya Krisan multimedia sebagai panduan pelaku usaha
dalam melaksanakan teknik budidaya krisan.
6. Hasil/Outcome
Tersosialisasinya teknik budidaya krisan oleh pelaku usaha secara lebih luas dan
mudah.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 373
7. Manfaat/Benefit
Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk krisan potong.
8. Dampak/Impact
Meningkatnya pendapatan petani krisan.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. SOP Krisan multimedia merupakan SOP Krisan yang mencakup kegiatan (1)
penyiapan sarana dan prasarana produksi, (2) Proses produksi, (3) Panen
dan penanganan pascapanen, (4) Pencatatan dan (5) Registrasi lahan
usaha.
b. Dengan adanya SOP krisan yang tersedia dalam multimedia, diharapkan
para pelaku usaha dapat lebih mudah memahami teknik budidaya krisan
yang baik dan benar sesuai SOP dan mengaplikasikannya dalam teknik
berbudidaya krisan.
c. SOP krisan multimedia dalam bentuk CD diharapkan juga dapat menjadi
media promosi yang disebarluaskan pada saat kegiatan pameran maupun
bimbingan teknis.
9.2. Saran
a. Perbanyakan SOP Krisan multimedia dalam bentuk CD untuk
disebarluaskan ke banyak pelaku usaha
b. Pembuatan SOP Krisan multimedia dalam bahasa Inggris, sebagai media
promosi, publikasi untuk lebih meningkatkan daya saing produk florikultura
di pasar internasional.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 374
APRESIASI TEKNOLOGI DAN DAYA SAING PRODUK FLORIKULTURA (IFEX)
1. Latar Belakang
Dalam kurun waktu tahun terakhir ini industri florikultura berkembang di berbagai
wilayah Indonesia dengan berbagai jenis komoditas yang dikembangkan sepertibunga
potong, daun potongserta tanaman pot dan lanskap. Usaha tanaman hias yang
dilakukan petani saat ini umumnya masih bersifat tradisional dan belum sepenuhnya
menggunakan kaidah ekonomi dan teknologi.
engembangan usaha florikultura di Indonesia masih dicirikan oleh usaha pertanian skala
kecil dan dilakukan secara sendiri-sendiri, dipihak lain meskipun sudah banyak
asosiasi/gapoktan yang bergerak dalam bisnis tanaman florikultura namun keberadaan
asosiasinya belum banyak dirasakan bagi para anggotanya sehingga fungsi asosiasi
masih terbatas ke arah hobies, SDM pelaku usaha masih sangat kurang. Banyak kasus
di lapangan menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan petani tidak sesuai dengan
preferensi konsumen. Pada kasus lain petani tidak mampu menyediakan sejumlah
produk yang dibutuhkan pasar, akibatnya petani kehilangan peluang bisnis yang
sebenarnya sangat terbuka. Kasus kerugian hasil penjualan juga banyak ditemukan,
karena tidak memperhitungkan efisiensi produk dan mutu, yang mengakibatkan
lemahnya posisi tawar petani.
Produk tanaman florikultura yang dihasilkan harus mempunyai daya saing yang tinggi,
dicirikan dengan penyediaan produk dalam jumlah besar, mutu terjamin dan seragam,
harga bersaing, pasokan teratur dan berkesinambungan.
Dewasa ini tumbuh pelaku usaha baru yangmemulai dari skala usaha kecil, menengah
hingga besar. Dalam rangka menghasilkan produk tanaman florikultura yang berdaya
saing baik di pasar domestik maupun di tingkat internasional, dirasa perlu untuk
mempelajari teknik-teknik pengembangan florikultura. Untuk itu diperlukan peningkatan
kualitas SDM baik petugas maupun pelaku usaha tanaman florikiultura melalui
perbaikan manajemen usaha sehingga bisa meningkatkan daya saing usaha florikultura
di pasar domestik maupun tingkat internasional.
Oleh karena itu peningkatan daya saing florikultura, perlu terus ditingkatkan baik
kualitas maupun kuantitas produk sehingga mampu
bersaing.Mengikutipameran(ekshibisi) akan menambah wawasan petani/pelaku usaha
pertanian.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 375
Program peningkatan kapasitas yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian tidak hanya
di dalam negeri tetapi juga antar negara.
Kegiatan ini diharapkan memberi dampak positif bagi para peserta dalam hal
memperoleh perspektif yang lebih luas secara internasional, keterampilan teknis,
memperluas jaringan hubungan manusia, meningkatkan kemampuan bahasa asing,
meningkatkan etos kerja, dan implementasi yang lebih baik dari praktik manajemen
terbaik.
Berdasarkan hal tersebut, dalam rangka mengappresiasi pelaku usaha baik Sumber
Daya Manusia nya maupun teknologi dan peningkatan daya saing produk florikultura
Indonesia, Kementerian Pertanian telah mengirim pelaku usaha florikultura ke Jepang
untuk memenghadiri/mengikuti pameran The 12th International Flower Exhibition (IFEX)
2015. Indonesia telah ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan International Flower Expo
(IFEX) 2015 di Makuhari Messe di Jepang.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Mempromosikan produk hortikultura Indonesia khususnya florikultura yang
berbasis pada kekayaan alam dan keanekaragaman hayati serta
memilikiprospekuntukbisa di eksporke negara-negara mitra.
b. Mendorong pelaku usaha pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan
kualitas produk pertanian sesuai standar agar dapat meningkatkan ekspor
produk pertanian Indonesia ke pasar Internasional.
c. Meningkatkan daya saing industri tanaman hias melalui peningkatan
manajemen kompetensi pelaku usaha dalam perbaikan mutu produk,
kontinuitas pasokan, serta peningkatan kapasitas usaha.
2.2. Sasaran
Meningkatnya daya saing produk florikultra berbasis inovasi teknologi di pasar
domestik maupun tingkat internasional.
3. Masukan/input
3.1. Anggaran sebesar Rp.193.298.000
3.2. Sumber Daya Manusia (petani/pelaku usaha/kelompok tani/gapoktan, petugas,
3.3. pembina)
3.4. Materi, Sarana Pendukung
3.5. Data dan informasi, Rekomendasi Informasi Teknis
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 376
4. Pelaksanaan Kegiatan
Direktorat Jenderal Hortikultura telah ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan International
Flower Expo (IFEX) 2015di Makuhari Messe di Jepang. Kegiatan IFEX untuk tahun ini
adalah yang ke 12 dan Indonesia telah berpartisipasi sebanyak 4 (empat) kali yaitu
sejak tahun 2012, 2013, 2014 dan 2015.Kegiatan ini merupakankerjasama
Kementerian Pertanian dengan Atase Pertanian – KBRI di Tokyo Jepang.
Partisipasi PemerintahRepublik Indonesia pada The 12th International Flower EXPO
(IFEX) 2015 adalah dengan menampilkan tanaman hiassegar Indonesia seperti Krisan,
Heliconia, Costus, Rangkaian Draecena, Leatherleaf, Cordylene dan Anggrek.
5. Hasil/Outcome
Terlaksananya fasilitasi peningkatan daya saing tanaman florikultura di tingkat
internasional.
Hasil pelaksanaan dapat diuraikan sbb:
Ruang Lingkup kegiatan Apresiasi Teknologi Dan Daya Saing Produk
Florikultura
Peserta Ifex tahun ini diikuti oleh beberapa negara yaitu : Netherland, China, Equador,
India, Thailand, Sri Lanka, Kenya, Korea Selatan, Ethiophia, Taiwan, Prancis, Rusia,
Inggris, Swedia, Canada, Jerman, Jepang dan Indonesia.Disamping itu perusahaan
perusahaan pertanian local Jepang sebanyak 1.100 stand. Expo Centre ini memiliki
areal seluas 15 ha, selain pameran bunga (IFEX) terdapat 4 expo lainnya yang
bersamaan waktu penyelenggaraanya di Makuhari Messe , Chiba, Jepang yaitu:
1. The 2st Next Generation Agricultural EXPO Tokyo (AGRINEX);
2. The 5thInternational Agricultural Material and Technology EXPO Tokyo
(AGRITECH);
3. The 9th International Garden EXPO Tokyo yang menampilkan design
tamanbaiktaman indoor maupun outdoor (GARDEX, GARDEN EXPO);
4. The 5th International Hardware and Tools EXPO Tokyo (TOOLJAPAN).
Partisipasi dalam kegiatan IFEX 2015
- Partisipasi Indonesia pada12th International Flower EXPO-2015 ini, menempati 3
unit booth yang dibiayai oleh KBRI berukuran 9 m x 2,7 m dengan display materi
segar, desain booth, materi tanaman serta sarana pendukung pameran oleh
Direktorat Jenderal Hortikultura dengan icon “Bunga Potong Krisan”. Krisan
tersebutmerupakam produk PT. Bunga Indah Malino dari Gowa Sulawesi Selatan,
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 377
Kelompok tani Hijau Daun dari Cianjur Jawa Barat, Kelompok tani Sahabat Tani
dari Tomohon Sulawesi Utara dan Sekar Bumi Farm dari Gianyar Bali. Selain itu
display Heliconia, Cordylene dan costus merupakan produk Gapoktan Sekar Bumi
Farm dari Gianyar Bali, Angrek pot dari PT. EkaKarya dari Krawang Jawa Barat,
Leatherleaf dari PT. Darmawan Greenleaf Rumohra dari Sukabumi Jawa Barat dan
Dracaena dalam sajian design kreatif dari GapoktanAlamanda dari Sukabumi Jawa
Barat. Selain materi dan produk yang dipromosikan, ada 6 orang petani/pelaku
usaha yang turut serta menghadiri International Flower Expo ini dengan tujuan agar
petani/pelaku usaha tersebut dapat melihat langsung kualitas produk dari negara
lainnya dan juga bisa berkomunikasi langsung dengan peminat produk mereka
sendiri/calon buyer.
Rangkaian kegiatan Ifex dapat diuraikan sbb:
1. Senin, 12 Oktober 2015
Persiapan Expo, menuju Jepang (Haneda), loading bahan expo
florikultura dan sarana pendukung lainnya yang dibawa dari Indonesia.
Gambar 1 : Bahan/Materi dan Sarana Pendukung
Gambar 2 :Bahan/Materi dan Sarana Pendukung untuk desain dan display booth
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 378
(Check in Bandara Sukarno Hatta)
2. Selasa, 13 Oktober 2015
Penataan space, pengaturan penempatan/pemasangan bahan dan sarana
pada booth Indonesia (desain telah dipersiapkan dari Indonesia)
Gambar 3 : Pengerjaan Booth
Gambar 4 : Booth Indonesia
3. Rabu, 14 Oktober 2015
Pembukaan International Flower Exhibition (IFEX) 2015 dengan pengguntingan
pita bersama para wakil wakil dari peserta Exhibition dan diikuti banyak
pengunjung dan undangan serta diliput oleh berbagai media massa Jepang
dan Internasional.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 379
Gambar 5 :Pengguntingan pita secara bersama (Pembukaan IFEX)
4. Kamis - Jumat , 15 – 16 Oktober 2015
a. Pelayanan informasi dan promosi Florikultura Indonesia.
- Penjelasan kepada tamu/pengunjung yang mampir tentang informasi
dari produk dan pelaku usaha pada pameran, komunikasi peluang
bisnis antar pelaku usaha.
- Melakukan kontak bisnis, bisnis matching dan tindak lanjut
pengembangan bisnis antar pelaku usaha dan institusi yang hadir ke
booth Indonesia.
b. Menggali Informasi teknologi, membangun dan penjajakan kerjasama antar
peserta diberbagai stan pameran (benih, alsintan, sarana produksi,
ornament lainnya, dll)
Gambar 6 : Dengan para peminat/calon buyer
5. Jumat, 16 Oktober 2015
Penutupan pameran pada tanggal 16 Oktober jam 17.00 waktu Jepang, booth
sudah harus rapih dan bersih pada jam 18.00.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 380
Gambar 7 : Pembongkaran dan pembersihan booth.
6. Sabtu, 17 Oktober 2015
Berangkat dari Haneda kembali ke Jakarta
6 (enam) orang Petani/pelaku usaha florikultura yang berpartisipasi pada Ifex
2015 di Jepang.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 381
Gambar 8 : Para petani/pelaku usaha yang berangkat ke Jepang
Dari kiri ke kanan : 1. Jeffry Adry Hanny Jany Lasut, 2. Mamat Ahmat Ruhiat
3. Ketut Subagia 4. Siiti Mardiana Chalik Syam, 5. Abdul
Kadir dan 6. Ensi Pebreany Tjoe
Hasil Pameran
- Selama 3 (tiga) hari pameran berlangsung, ada sekitar empat ratusan pengunjung
yang mengunjungi stand Indonesia dari berbagai kalangan antara lain Flower
Trading, Floral Designer, Plantation Corporation, Flower Association, Produsen
Media Tanam, Garden Supplier, Fotograper dll. Pengunjung yang paling banyak
adalah importir, trader dan assosiasi bunga.
- Beberapa hal yang dapat dicatat selama pameran yaitu :
a. HD Flower
HD Flower berminat terhadap Krisan dari Bunga Indah Malino. Telah terjadi
kesepakatan antara Bunga Indah Malino dan HD Flower, mulai Februari 2016
dengan pengiriman awal Krisan sebanyak 6.000 tangkai/minggu dan kemudian
ditingkatkan menjadi 12.500 tangkai/minggu. Calon buyer HD Flower menilai
produk Krisan dari BIM cukup baik, packing dianggap sudah memenuhi
standar. Mereka meminta produk krisan yang dikirim dengan tingkat kemekaran
30 – 40 % dengan memberi catatan tanggal panen, ukuran box yang dapat
menampung 8 (delapan) ikat Krisan.
b. Pelaku usaha lainnya seperti: Impack, Agream Corporation, Greenwings Japan
K.K , Otani, Misato Flower Trading Company (Import cut flower) berminat juga
terhadap Krisan namun belum terjadi kesepakatan, masih melakukan
penjajagan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 382
c. Selain Krisan, pengunjung juga banyak berminat terhadap Leather Leaf Fern
produk dari PT Darmawan Greenleaf Rumohra, Dracaena dari Gapoktan
Alamanda Sukabumi dan Heliconia dari Gapoktan Sekar Bumi Farm Gianyar
Bali.
d. Pelaku usaha yang berpartisipasi ataupun yang tidak hadir langsung, dikemas
dalam brosur yang dilengkapi dengan alamat website atau contact address nya
dengan harapan akan ada kelanjutan yang dituangkan dalam kerjasama bisnis.
6. Manfaat/Benefit
6.1. Meningkatnya standardproduk florikultura untuk pasardomestic daninternasional.
6.2. Meningkatnya wawasan pelaku usaha dalam inovasi teknologi dan kreatifitas,
teknik promosi dan sistim pemasaran
7. Dampak/Impact
Meningkatnya ekspor tanaman produk florikultura.
8. Kesimpulan dan Saran
8.1. Kesimpulan :
1. Keikut sertaan Indonesia dalam pameran International Flower Expo (Ifex) 2015
dapat :
- meningkatkan image dan citra positif bangsa Indonesia di dunia
internasional.
- meningkatkan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Jepang.
- diharapkan dapatmembuka akses pasar bagi produk pertanian selain ke
Jepangjuga ke negara peserta lainnya untuk pasar internasional.
- dijadikan acuan bagi pelaku usaha Indonesia untuk dapat meningkatkan
standar mutu produk mereka agar dapat bersaing di pasar internasional.
2. Materi pameran negara peserta lainnya, inovasi teknologi dan kreatifitas, teknik
promosi dan sistim pemasaran pada saat Ifex 2015 ini menjadi benchmarking
bagi produsen dan pelaku usaha pertanian Indonesia dalam mengembangkan
industri pertanian yang tangguh dengan mengaplikasikan inovasi dan
mempelajari cara menjalin kerjasama dengan pelaku usaha di tingkat
internasional. Diharapkan Indonesia dapat meningkatkan volume dan nilai
ekspor produk pertanian Indonesia di manca negara.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 383
8.2. Saran :
a. Promosi produk pertanian agar dipadukan dengan paket wisata yang dapat
mendorong pengunjung pameran mengambil paket wisata ke Indonesia.
b. Partisipasi dari Kementerian Perdagangan dalam pameran selanjutnya dapat
meningkatkan forum bisnis.
c. Peningkatan kemampuan berbahasa asing infoguide perlu ditingkatkan
LAMPIRAN
Laporan dalam gambar beberapa kegiatan lain :
Gambar 9 : Booth Indonesia
Gambar 10 : Produk Indonesia
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 384
Gambar 11 : Suasana di booth Indonesia
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 385
Gambar 12 : Menjelang Penutupan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 386
Gambar 13 : Dengan calon buyer
Gambar 14 : Contoh Produk Negara Lain
Gambar 15: Booth dari Negara Lain
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 388
015. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
TEMU EVALUASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN FLORIKULTURA
1. Latar Belakang
Agribisnis florikultura beberapa tahun terakhir ini berkembang pesat untuk memenuhi
permintaan konsumen baik dipasar domestik maupun ekspor. Berbagai daerah yang
memiliki potensi untuk pengembangan florikultura mulai tertarik untuk mengembangkan
komoditas florikultura. Beberapa komoditas yang memiliki prospek ekonomi adalah
krisan, mawar, sedap malam, anggrek, heliconia, melati, leatherleaf, dracaena, raphis
dan tanaman lanskap lainnya. Beberapa komoditas tersebut dikembangkan untuk
memenuhi pasar domestik, seperti krisan, mawar, sedap malam, heliconia, anggrek,
sedangkan melati, leatherleaf dan dracaena dikembangkan untuk tujuan pasar ekspor,
antara lain ke Jepang, Korea, Singapura dan Malaysia. Pengembangan tanaman pot
dan lanskap ditujukan untuk memenuhi kebutuhan penataan kota dalam menciptakan
Kota Hijau (Green City).
Besarnya potensi dan prospek agribisnis florikultura, maka Direktorat Jenderal
Hortikultura telah mengalokasikan dana APBN 2015 melalui dana Tugas Pembantuan,
Dekonsentrasi, LM3 dan PMD untuk pengembangan florikultura di daerah sentra
produksi. Pengembangan florikultura bertujuan untuk meningkatkan produksi,
produktivitas dan mutu tanaman florikultura ramah lingkungan, maka untuk mencapai
tujuan tersebut, telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : Pengembangan
Kawasan, Sekolah Lapang (SL) GAP, SL GHP, Penyediaan Sarana Prasarana
Budidaya dan Pascapanen, serta registrasi lahan usaha. Dalam rangka melakukan
evaluasi kegiatan pengembangan florikultura di daerah, maka telah diselenggarakan
Temu Evaluasi Pengembangan Tanaman Florikultura.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Melakukan evaluasi pelaksanaan pengembangan florikultura tahun 2015
b. Menyusun kesepakatan dalam pengembangan florikultura tahun 2016
2.2. Sasaran
a. Terevaluasinya pelaksanaan pengembangan florikultura tahun 2015
b. Tersusunnya kesepakatan pengembangan florikultura tahun 2016
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 389
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 252.119.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 238.074.642,-
3.3. Informasi Teknologi
4. Pelaksanaan Kegiatan
4.1. Mengadakan sarana penunjang dalam rangka kegiatan temu evalusi
pengembangan florikultura
4.2. Mengadakan publikasi (spanduk) dalam rangka kegiatan temu evaluasi
pengembangan florikultura
4.3. Menggandakan materi untuk kegiatan temu evaluasi pengembangan florikultura
4.4. Menggandakan bahan laporan tahunan dan LAKIP
4.5. Melakukan pencetakan cover laporan tahunan dan LAKIP
4.6. Mengadakan ATK dan bahan komputer untuk kegitan monitoring, evaluasi dan
pelaporan
4.7. Membayarkan honor narasumber/pakar/praktisi, honor narasumber eselon II,
honor moderator dan honor narasumber setara eselon I
4.8. Melaksanakan perjalanan menghadiri undangan, monitoring dan evaluasi
4.9. Melaksanakan kegiatan temu evaluasi kegiatan pengembangan florikultura (biaya
paket meeting)
4.10. Melaksanakan perjalanan dalam rangka temu evaluasi kegiatan pengembangan
kawasan florikultura
4.11. Melaksanakan kegiatan pembahasan data statistik hortikultura dan undangan
lainnya
5. Keluaran/Output
Terlaksananya kegiatan temu evaluasi pengembangan florikultura.
6. Hasil/Outcome
Terlaporkannya, termonitoringnya dan terevaluasinya kegiatan pengembangan
florikultura.
7. Manfaat/Benefit
Berkembangnya agribisnis florikultura.
8. Dampak/Impact
Meningkatknya pendapatan para petani dan pelaku usaha di bidang florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 390
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Pada Tahun 2015, Pagu Anggaran untuk Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura sebesar Rp. 48.964.178.000 Dari Pagu tersebut
sejumlah Rp. 5.687.191.000 (11,62%) untuk Pusat dan sebesar Rp.
43.276.987.000 (88,38%) dialokasikan sebagai dana TP di 70
Kabupaten/Kota dan Dekonsentrasi di 23 provinsi.
b. Kegiatan yang dilaksanakan di kabupaten, sebagian besar dialokasikan
sebagai fasilitasi bantuan kepada kelompoktani dalam pengembangan
kawasan, penyediaan sarana budidaya maupun sarana pascapanen,
pelaksanaan Sekolah Lapang GAP dan GHP, peningkatan kapabilitas
petugas dan petani, pemberdayaan kelembagaan usaha, serta
pendampingan, yang ditujukan dalam peningkatan produksi dan produktivitas
produk florikultura ramah lingkungan.
c. Realisasi pelaksanaan kegiatan pengembangan florikultura sampai dengan 6
November 2015, baik Pusat dan daerah sebesar Rp. 29.687.042.169 (54,50
%). Serapan anggaran pada Satker di daerah dengan kategori baik >75%
(37,5%), cukup >50 -74% (14,06%) dan kurang <50 % (48,44%).
d. Masih kecilnya angka serapan untuk kegiatan florikultura antara lain
disebabkan antara lain oleh adanya pergantian pejabat pengelola kesatkeran
maupun lambatnya proses pengadaan di daerah.
e. Adanya reorganisasi di Ditjen Hortikultura, dimana Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura akan bergabung dengan Direktorat Budidaya
Tanaman Buah, maka Pagu Indikatif pada tahun 2016 untuk Florikultura
sebesar Rp. 9.185.000.000 dan alokasi di daerah sebesar Rp.
7.685.000.000. Sebagian dari dana tersebut merupakan dana SKR sebesar
Rp. 2.717.000.000 (termasuk pembinaan di provinsi) yang dialokasikan untuk
pengembangan bunga potong di Kota Tomohon.
f. Harapannya meskipun tidak ada lagi alokasi dana dari APBN untuk
pengembangan florikultura di daerah, hendaknya tetap ada pembinaan
minimal kepada para pelaku usaha agar mereka lebih mandiri dalam
mengakses sumber dana lainnya (dana CSR, KUR) dan sebagainya.
Meskipun daerah tidak mendapat alokasi anggaran pada tahun 2016, tetapi
pembinaan, pendampingan dan bimbingan kepada kelompok tani tetap
dilaksanakan.
g. Harapan lainnya pelaksanaan ke depan dapat lebih mempercepat proses
penyerapan anggaran kegiatan pengembangan hortikultura, sebagai contoh :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 391
1. Memahami DIPA dan pencermatan POK lebih awal;
2. Bila ada koreksi/revisi/ralat dikonsultasikan kepada yang berkompeten
dan segera ditindaklanjuti;
3. Apabila pengadaan melalui ULP daerah, maka segera lakukan
koordinasi internal untuk percepatannya;
4. Memahami regulasi terkait termasuk tentang BMN sehingga BAST baik
keproyekan maupun aset negara tepat waktu
h. Pada kegiatan temu evaluasi pengembangan florikultura tahun 2015,
menghadirkan juga Bapak Ir. Muhammad Gunung Soetopo sebagai
narasumber dari Sabila Farm yang memberikan motivasi dalam memberikan
success story dan pengalamannya dalam membangun industri hortikultura
yang kreatif dan inovatif.
i. Bapak Gunung Soetopo memberikan saran agar setiap petani yang berusaha
di bidang hortikultura harus memiliki tema dalam berusaha di bidang industri
hortikultura. Salah satu kunci kesuksesan Bapak Gunung Soetopo dalam
berusaha di bidang hortikultura adalah untuk memudahkan strategi
pemasaran, pencitraan serta merupakan usaha yang unik. Dengan
melakukan teknik pemasaran melalui penetapan segmentasi usaha, target
pasar dan posisi usahanya dengan usaha kompetitornya serta bauran
pemasaran yang baik, dapat dikembangkan suatu bisnis industri florikultura
yang berdaya saing.
j. Usaha hortikultura yang maju adalah usaha hortikultura yang memasukkan
unsur teknologi. Usaha florikultura diharapkan juga dapat memasukkan unsur
teknologi, sehingga dapat menghasilkan produk yang inovatif dan kreatif.
k. Untuk Pengelolaan persediaan yang dijual/diserahkan kepada Pemda atau
masyarakat berdasarkan pada PMK 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan
atas Permenkeu No. 156/PMK.07/2008 tentang Pengelolaan Dana
dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
l. Asset dapat diusulkan membuat penghapusan atau hibah (format ada di
Bagian Keuangan dan Perlengkapan) ke Ditjen Hortikultura.
Pemindahtanganan dan Penghapusan BMN dengan tahun perolehan di
bawah tahun 2011 mekanismenya dengan menggunakan Peraturan Menteri
Keuangan nomor : 104/PMK.06/2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.06/2011 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara yang berasal dari dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan sebelum tahun anggaran 2011
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 392
m. Daerah yang pernah mendapatkan alokasi bantuan dana tugas pembantuan
dan dekonsentrasi diharapkan dapat melakukan inventarisasi terhadap asset-
asset milik daerah serta melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap
asset-asset daerah.
n. Permintaan dari Biro Keuangan, diharapkan dapat membuat Laporan
Keuangan (LK) yang berisi juga daftar asset dapat disusun pada bulan
Oktober, November dan Desember.
o. Berita Acara Serah Terima (BAST) barang yang merupakan akun 526xxx,
baik dalam bentuk kegiatan pengembangan kawasan, sapras budidaya dan
pascapanen tetap harus dilaporkan. BAST barang bisa dibuat dalam satu
form, dengan lampiran rician kegiatan pengembangan kawasan, sapras
budidaya, sapras pascapanen sesuai akunnya. Asset-asset tersebut
dilaporkan oleh bidang teknis yang menangani (Bidang Hortikultura) kepada
petugas SIMAK BMN, segera setelah proses pengadaan selesai diadakan.
p. Daerah diharapkan juga melakukan input progress pelaksanaan kegiatan
untuk outputnya, sesuai PMK 249 tahun 2011 secara teratur setiap bulannya.
Progress pekerjaan juga diisi pada kolom keterangan. Realisasi fisik output
kegiatan florikultura per tanggal 7 November 2015 adalah sebagai berikut :
q. Data Rekapitulasi Propinsi Statistik Pertanian (RPSP) untuk SPH-TH (Statistik
Pertanian Hortikultura-Tanaman Hias) dilaporkan setiap triwulan seperti untuk
data biofarmaka (tanaman obat). Diharapkan setiap daerah dapat tertib dapat
melaporkan data RPSP ke Ditjen Hortikultura.
r. Diharapkan kerjasama, koordinasi dan komunikasi yang baik antara Bidang
Hortikultura (bidang teknis) dengan petugas monev untuk mengisi dan
melaporkan progress pelaksanaan kegiatan sesuai PMK 249 tahun 2011.
s. Dalam hal melaporkan progress pelaksanaan kegiatan melalui PMK 249
tahun 2011, terdapat (1) satker yang melaporkan progress pelaksanaan
kegiatan secara teratur dan lengkap (kolom keterangan diisi), (2) satker yang
sudah melaporkan kemajuan pelaksanaan, tetapi tidak dilaporkan secara
berkala, (3) satker yang tidak pernah melaporkan progress pelaksanaan
kegiatan.
t. Dalam rangka meningkatkan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan antar
bidang, dapat menggunakan forum SPI yang diselenggarakan secara bulanan
dan dihadiri oleh para pihak terkait di dalam instansi Dinas Pertanian
u. Beberapa feedback dari daerah mengenai fasilitasi APBN yang telah
diberikan selama ini melalui Dekon dan Tugas Pembantuan adalah sebagai
berikut :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 393
1. Fasilitasi tersebut sangat bermanfaat dalam pengembangan florikultura
di beberapa daerah sentra baik dalam fasilitasi kawasan, sarana
budidaya, sarana pascapanen, sekolah lapang dan magang, namun ada
beberapa strategi yang perlu dilakukan dalam mengatasi permasalahan
dalam pengembangan florikultura.
2. Pada umumnya permasalahan tersebut adalah : kualitas produksi krisan
masih rendah, produksi dracaena masih kurang, produk florikultura blm
bisa tampil, kapasitas SDM (petugas dan petani) masih kurang.
3. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, langkah-langkah yang telah
diambil oleh Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi adalah menetapkan
kawasan, harus muncul komoditas unggulan dengan memetakan
kawasan utama, yaitu Sukaraja, Sukabumi dan Cidahu, komoditas
unggulan : krisan, sedap malam dan dracaena. Leatherleaf juga
dikembangkan secara luas sekitar 70 ha, namun dikelola oleh
perusahaan.
4. Langkah-langkah operasional yang sudah dilakukan oleh Dinas
Pertanian Kabupaten Sukabumi adalah sebagai berikut :
a. Penguatan kelembagaan dengan pengembangan gapoktan dan
koperasi petani krisan;
b. Peningkatan kualitas kawasan, untuk krisan kira-kira seluas 30 ha
dengan 600 unit green house. Peningkatan kualitas dilakukan
dengan pengembangan sistem penangkaran benih yang dikelola
oleh Koperasi Petani Krisan;
c. Peningkatan kompetensi melalui pelaksanaan Sekolah Lapang,
dengan peningkatan efektivitas penyelenggaraan SL melalui
berkoordinasi dengan Bakorluh sebagai penyelenggara sesuai
tupoksinya, dengan fasilitasi dari Dinas Pertanian. Pelaksanaan
SL sebaiknya dapat diselesaikan pada Triwulan I untuk
mempercepat serapan;
d. meningkatkan kapasitas penyuluh dalam pemahaman mengenai
komoditas florikultura melalui pelatihan-pelatihan yang
diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Provinsi maupun instansi
lain. Dinas Kabupaten hanya memfasilitasi, karena jika yang
diberangkatkan petugas dinas, hasilnya kurang efektif untuk
ditularkan ke masyarakat;
e. Melakukan deseminasi pemanfaatan teknologi, seperti melalui
kegiatan jambore varietas dengan mengundang pelaku dan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 394
pengguna produk florikultura. Jambore Varietas akan
diselenggarakan setiap tahun, dan tahun 2016 akan diadakan bulan
Juli, diharapkan ada dukungan dari Ditjen Hortikultura, Balithi dan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang mengangkat
komoditas Lili.
f. Memiliki program inti dan plasma dengan pengembangan
dracaena. Perusahaan inti adalah eksportir, dan petani dracaena
menanam dan menjual produk dracaena yang telah dirangkai,
sehingga meningkatkan nilai jual petani; program inti plasma ini
bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat sekitar dengan melatih
mereka memiliki keahlian merangkai dracaena.;
g. Promosi sangat penting dan bekerja sama dengan asosiasi;
h. Pemberdayaan kelompoktani harus melalui pendekatan triangle
(petani-champion-peneliti).
5. Ada beberapa komoditas yang perlu didukung karena memiliki potensi
seperti anggrek, gladiol dan gerbera khususnya dalam penyediaan
benih terutama di Jawa Tengah. Kemudian untuk melati, fasilitasi yang
dibutuhkan adalah rumah pascapanen, karena pasarnya sudah cukup
luas baik untuk ekspor maupun untuk fabrikan.
9.2. Saran
a. Upaya-upaya yang telah dilakukan dapat dilanjutkan ke depan antara lain : a)
bimbingan teknis sekaligus melakukan monitoring dan evaluasi ke daerah
sentra florikultura; b) jajaran satker telah menyebarkan anggotanya untuk
mendukung kelancaran proses pengadaan; c) mengaktifkan LO Kawasan
untuk memonitor progress serapan.
b. Dalam pengembangan florikultura perlu adanya champion dimana seseorang
itu tidak punya kepentingan pribadi tapi berorentasi maju bersama. Hal
tersebut dapat berhasil apabila didukung dengan membangun kompetensi,
supporting berbagai pihak serta adanya fasilitasi baik dari pemerintah maupun
swasta.
c. Tidak mudah merubah pola pikir para generasi muda dalam mengembangkan
florikultura, dibutuhkan komitmen dan kontiunitas untuk membangun dan
membaca peluang pasar. Bisnis florikultura agar dibangun dengan
mengutamakan sebuah tema sebagai sasaran dan pencitraan sebuah usaha
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 395
016. PEMASYARAKATAN/PROMOSI
FESTIVAL HORTIKULTURA
1. Latar Belakang
Kegiatan pemasyarakatan merupakan ajang promosi termasuk produk hortikultura, yang
dimaksudkan untuk memasyarakatkan produk florikultura baik dari pengenalan jenis
tanaman, keindahan dalam bentuk rangkaian, bentuk tanaman serta manfaat bagi
keindahan lingkungan maupun nilai ekonominya/potensi bisnisnya kepada para
konsumen dan masyarakat luas. Dengan menyelenggarakan promosi, para produsen
dapat memamerkan produk unggulannya yang diharapkan dapat meningkatkan
permintaan pasar. Promosi yang efektif dilakukan secara inovatif untuk menarik
perhatian.
Bagi beberapa pelaku usaha, keuntungan optimal yang diperoleh dari mengikuti
promosi ini terkadang tidak diterima secara langsung pada saat ini. Promosi adalah
investasi jangka panjang yang dampaknya baru dapat dirasakan pada periode
mendatang. Bagi pebisnis pemula, tujuan utama mengikuti promosi adalah pengenalan
eksistensi kepada masyarakat luas sebagai langkah awal untuk menapak sukses di
kemudian hari.
Sesuai dengan program Kementerian Pertanian, kegiatan promosi hortikultura
khususnya tanaman florikultura akan dilakukan secara berkelanjutan. Melalui promosi,
transaksi antar pelaku usaha dapat diselenggarakan untuk peningkatan penjualan
produk tanaman florikultura. Hal ini akan mendorong motivasi pelaku usaha dalam
pengembangan budidaya tanaman florikultura.
Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura
berpartisipasi dalam penyelenggaraan Festival Hortikultura di Mataram NTB, Flona di
DKI Jakarta dan fasilitasi sewa stand bagi pelaku usaha dan asosiasi florikultura, dan
penyelenggaraan pertemuan (munas PAI). Kemudian pada Festival Hortikultura
berpartisipasi dalam fasilitasi kursus merangkai bunga, kursus desain, pembuatan dan
perawatan taman, kontak bisnis, bursa dan aneka lomba.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produk florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 396
b. Memasyarakatkan tanaman florikultura secara efektif dalam rangka
mendorong berkembangnya bisnis/usaha tanaman florikultura yang berdaya
saing.
2.2. Sasaran
a. Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap penggunaan produk florikultura
dalam memperbaiki lingkungan.
b. Berkembangnya industri florikultura.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 966.935.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 887.948.000,-
3.3. Bahan promosi/informasi
3.4. Materi promosi
3.5. SDM
4. Pelaksanaan Kegiatan
Tahapan pelaksanaan kegiatan pemasyarakatan/promosi adalah sebagai berikut :
4.1. Menyediakan konsumsi kursus dan pemasyarakatan florikultura
4.2. Melakukan penggandaan materi pemasyarakatan tanaman florikultura
4.3. Melakukan rapat koordinasi pemasyarakatan tanaman florikultura
4.4. Menyediakan sarana penunjang pemasyarakatan tanaman florikultura
4.5. Menyediakan materi pemasyarakatan tanaman florikultura
4.6. Menyediakan materi sosialisasi florikultura unggulan berdaya saing
4.7. Menyediakan materi dan sarana pendukung kursus
4.8. Melaksanakan inovasi model ekonomi kreatif berbasis florikultura
4.9. Menyediakan materi gerai florikultura
4.10. Menyediakan materi kursus merangkai bunga
4.11. Memberikan honor kepada penanggung jawab, ketua, sekretaris dan anggota
kegiatan festival hortikultura 2015
4.12. Menyediakan leaflet pemasyarakatan tanaman florikultura
4.13. Menyediakan biaya sewa stand
4.14. Menyediakan biaya sewa mobil dalam rangka festival hortikultura 2015
4.15. Memberikan honor kepada narasumber/pakar/praktisi, Esselon II, moderator,
infoguide
4.16. Melakukan perjalanan persiapan dan pelaksanaan Festival Hortikultura 2015
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 397
5. Keluaran/Output
5.1. Terlaksananya Fasilitasi Sewa Stand
Kegiatan flona merupakan ajang promosi dan bursa di DKI Jakarta yang
diselenggarakan tiap tahun. Flona sebagai ajang untuk memasyarakatkan dan
bursa produk florikultura kepada para konsumen dan masyarakat. Dengan
menyelenggarakan promosi dan bursa, para produsen dapat memamerkan dan
menjual produk unggulannya yang diharapkan dapat meningkatkan permintaan
pasar. Pameran dan bursa flona diselenggarakan pada tanggal 18 September–17
Oktober 2015 di Lapangan Banteng Jakarta dengan tema “Jakarta Bangun
Tumbuh dan Berkembang” diikuti lebih dari 150 stand flora fauna dari berbagai
daerah. Peserta didominasi pelaku usaha di sekitar Jabodetabek.
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura, Ditjen Hortikultura berpartisipasi
dalam penyewaan dua stand bursa yang diisi oleh Gapoktan Primatara,
Perhimpunan Florikultura Indonesia (PFI) dan Forum Arsitek Lansekap Indonesia
(FALI).
5.2. Terlaksananya Fasilitasi Konsumsi Pemasyarakatan Florikultura
Rapat Munas PAI diselenggarakan oleh DPP PAI bekerjasama dengan Direktorat
Budidaya Pascapanen Florikultura yang melibatkan para pengurus DPP, DPD dan
DPC PAI, narasumber serta pelaku usaha anggrek lainnya. Munas PAI dihadiri
oleh 17 Dewan Pengurus Daerah dan 62 Dewan Pengurus Cabang, DPP serta
anggota lainnya. Jumlah keseluruhan yang hadir ± 120 orang. Diadakan di Jakarta
pada tanggal 20 September 2015, di Jalan Senen Raya No.135, Jakarta Pusat.
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura antara lain berpartisipasi dalam
fasilitasi konsumsi dan pemberian honor narasumber.
a. Tujuan Munas :
1. Menentukan tata Tertib dan Perundangan
2. Mendengarkan Laporan DPD dan DPC
3. Laporan Kerja 2010-2015
4. Memilih Ketua Umum 2015-2020
b. Acara Munas meliputi :
1. Pembacaan Laporan DPC dan DPD
2. Sidang Komisi
3. Program Kerja 2015 - 2020
4. Revisi AD/ART
5. Rapat Pleno
6. Pemilihan Ketua Umum
7. Serah terima hasil Musyawarah Ketua terpilih
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 398
8. Serah terima dari ketua lama dan ketua baru
9. Pembacaan dan penyerahan hadiah lomba anggrek
10.Pembacaan dan penyerahan hadiah lomba stand daerah
Ketua sidang terpilih : Dr. Untung Santoso (DPP PAI Malang)
Laporan DPP PAI dibacakan oleh Ibu Ennie Satoto.
c. Hasil Munas PAI :
1. Kelembagaan dan Sekretariat :
1) Mengaktifkan DPD dan DPC yang tidak aktif, dengan surat edaran
dari DPP ke DPD dan DPC serta tembusan kepada pemerintah
setempat.
2) Membentuk PAI cabang daerah yang belum memiliki kelembagaan.
3) Meminta DPC untuk menyelenggarakan Musyawarah cabang dan
terjadwal
4) Musyawarah Daerah untuk DPD
5) Penempatan tenaga profesional untuk perangkat lunak dan data
update dalam teknologi informasi mengenai kegiatan kelembagaan
6) Menyelenggarakan rapat kerja internal DPC sesuai kebutuhan
7) Menyelenggarakan Munas setiap tahun dan Raparnas dan Rakornas
masing-masing 5 kali
8) Mendaftarkan fungsionaris PAI sebagai organisasi nasional dan
global
2. Agribisnis :
1) Penambahan koordinasi dengan Kadin untuk Pangsa Pasar dan juga
kaitannya dengan kebutuhan penelitian Mahasiswa baik S1, S2, dan
S3. sekaligus pengenalan dini untuk anak-anak mengenai dunia
peranggrekan.
2) Membuat studi kelayakan bersama dengan Koperasi (pertanyaan
status koperasi), juga anggrek selain Dendrobium
3) Bantuan bibit dengan dana dekonsentrasi, bersama kementrian
terkait.
4) Teknologi screen house dan instalasi irigasi
5) Pembinaan kepada petani dan pemerhati anggrek
6) Surat edaran untuk mengikuti pameran luar provinsi
3. Konservasi :
Pendataan daerah diperluas untuk penyelamatan plasma nutfah
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 399
4. Promosi dan Publikasi :
1) Diharapkan agenda diberikan berkala untuk dapat melakukan
koordinasi mengenai waktu pameran dan kegiatan serupa.
2) Diharapkan menyelenggarakan dress code minimal warna. (Support
untuk transportasi dan akomodasi)
3) Duta Anggrek Nasional
4) Surat tembusan untuk keperluan dan kemudahan karantina dan
BKSDA/PHKA
Dilaporkan juga, bahwa nilai Kas PAI kini telah mencapai 1 milyar
rupiah. Dan ini bisa sebagai modal kerja PAI periode 2015-2020.
Ketua PAI periode 2015 mengusulkan Rita Subowo sebagai ketua
DPP PAI 2015-2020. Beliau bukan orang baru di PAI, bahkan pernah
jadi ketua DPP PAI DKI dan ketua Yayasan Anggrek Indonesia.
Hasil pemilihan Ketua Umum Perhimpunan Anggrek periode 2015-
2020:
Berdasarkan Musyawarah dan pengajuan nama dari DPD dan DPC,
secara bulat memutuskan bahwa Ibu Rita Subowo sebagai Ketua
Umum terpilih Perhimpunan Anggrek Indonesia periode 2015-2020.
5. Tanggapan Akhir Sidang Pleno :
1) DPD PAI Papua melalui Bapak Lucky Silahoy mengusulkan
memasukkan Ibu Mufidah Jusuf Kalla sebagai penasehat atau dewan
pembina.
2) Terjadi pemahaman berbeda mengenai SK yang dibuat dari DPP ke
DPD dan ke DPC, namun Anggaran Dasar sudah cukup jelas
disampaikan.
3) Dari Papua mengusulkan agar DPP dapat membantu kemudahan
regulasi dan komunikasi dengan lembaga terkait agar DPD/DPC
dapat lebih mudah mengikuti pameran, lomba atau kegiatan di luar
kota, terutama berkaitan dengan pengurusan tanaman.
4) Diusulkan juga kejelasan untuk jadwal pameran yang
diselenggarakan oleh DPD/DPC serta DPP. Diharapkan kedepan
PAI lebih mandiri dalam menyelenggarakan suatu acara termasuk
Raparnas, Rakornas maupun MUNAS.
5) Website PAI diharapkan diupdate dengan kegiatan PAI baik di pusat
maupun daerah, dan diharapkan bisa menjadi sarana komunikasi
maupun informasi baik internal maupun eksternal.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 400
6. Program Kerja DPP PAI 2015-2020
Berdasarkan laporan pertanggungjawaban DPP PAI 2010-2015,
beberapa hal yang masih perlu ditindaklanjuti dalam program kerja DPP
PAI 2015-2020. Selanjutnya masukan dari DPC/DPD yang diajukan dam
Munas XII PAI 2015 juga dibahas dalam sidang kelompok dan dimasukan
sebagi program kerja DPP PAI 2015-2020.
1) Program Bidang Kelembagaan/Sekretariat
- Mengaktifkan kembali DPC dan DPD yang selama ini tidak
aktif, dengan surat edaran DPP.
- Membentuk PAI Cabang dan PAI Daerah di kawasan yang
belum ada PAI.
- Meminta DPD/DPC untuk menyelenggarakan Musyawarah
Cabang (Muscab) dan Musyawarah Daerah, sesuai dengan
ketentuan AD (agar dijadwalkan).
- Membentuk jaringan online antara DPP, DPD dan DPC,
terutama menyangkut agenda kegiatan.
- Menyelenggarakan Rapat Kerja Internal DPP secara rutin 1
kali/th.
- Menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional 1 kali/th selama
periode kepengurusan.
- Menyelenggarakan Rapat Paripurna Nasional 1 kali selama
periode kepengurusan.
- Menyelenggarakan MUNAS XIII PAI 2020 di Sulut/Papua.
- Mendaftarkan PAI/fungsionarisnya sebagai anggota organisasi
peranggrekan regional dan global.
2) Program Bidang Pengembangan Agribisnis Anggrek
- Menyusun perkiraan pangsa pasar anggrek nasional bersama
Direktorat Jenderal Hortikultura, Asosiasi Bunga Indonesia
(Asbindo), Perhimpunan Florikultura Indonesia (PFI), Pasar
Rawa Belong, Ikatan Perangkai Bunga Indonesia (IPBI), dan
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
- Membuat studi kelayakan budidaya anggrek dendrobium
bersama Koperasi Karyawan PAI (pusat/daerah).
- Menyusun masterplan sentra budidaya anggrek nasional.
- Pembinaan Pemerintah/Petani Anggrek
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 401
3) Program Bidang Konservasi
Bersama Kebun Raya Indonesia, Ditjen Pelestarian Hutan dan
Konservasi Alam (PHKA), Fakultas Kehutanan IPB, dan Balai
Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), melakukan :
- Menyusun rencana pendataan anggrek spesies di beberapa
kawasan misalnya Kalimantan, Papua dan NTT.
- Menyusun skala prioritas konservasi anggrek spesies yang
berstatus kritis dan terkikis.
- Membuat program konservasi dari beberapa spesies anggrek
yang berstatus paling kritis.
- Melakukan pendekatan dengan instansi terkait untuk
membahas permasalahan di sekitar Surat Angkut Tumbuhan
dan Satwa Liar Dalam Negeri (SATDN), Surat Angkut
Tumbuhan dan Satwa Liar Luar Negeri (SATLN) dan Surat
Convention on International Trade in Endangered Species of
Wild Fauna and Flora (CITES).
4) Program Bidang Promosi, Publikasi
- Mengaktifkan web yang sudah terbentuk, dengan merekrut
admin profesional, dan melibatkan DPC/DPD sebagai
kontributor.
- Mengatur agenda kegiatan DPC, DPD dan DPP.
- Menyelenggarakan event anggrek tingkat nasional di daerah,
dengan waktu bersamaan penyelenggaraan
Raparnas/Rakornas.
- Menjalin kerjasama dengan media massa cetak, elektronik dan
multi media.
- Mengirim utusan ke 22th WOC
5) Program Bidang Pendanaan
Menyelenggarakan fundraiising melalui kerjasama dengan Yayasan
Anggrek Indonesia, Koperasi Karyawan PAI, pencarian sponsor
dalam kegiatan peranggrekan.
5.3. Terlaksananya Festival Hortikultura
Festival hortikultura sebagai ajang promosi hortikultura yang diselenggarakan rutin
tiap tahun. Tahun 2015 diselenggarakan di Kota Mataram tanggal 10-14 Oktober
2015. Dalam Festival Hortikultura diramaikan berbagai kegiatan antara lain:
Pameran, Bursa, Kontak Bisnis, Seminar, Aneka Kursus, Aneka Lomba, Gelar
Teknologi, Karpet Bunga, Jambore Varietas. Dalam kepanitiaan Festival
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 402
Hortikultura dibagi menurut koordinator dari 5 unit kerja Eselon II di lingkup
Direktorat Jenderal Hortikultura, begitu juga dengan pembiayaannya. Beberapa
kegiatan dalam rangka mendukung Festival Hortikultura 2015 adalah :
5.3.1 Terlaksananya Rapat Koordinasi Pemasyarakatan Tanaman
Florikultura
1) Rapat koordinasi yang dilaksanakan pada tanggal 18 September
2015
Rapat dilaksanakan di Ruang Rapat Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura dengan pokok bahasan meliputi persiapan
pelaksanaan kegiatan festival hortikultura dan rapat dipimpin oleh Plh
Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
Beberapa hasil rapat adalah sebagai berikut:
a. Laporan persiapan dari masing-masing bidang :
- Bidang Karpet Bunga
Persiapan dari tahap desain sudah final, pengurukan dan
perataan tanah sedang proses di lapang. Penyiapan
tanaman sudah berjalan hampir 1 bulan di sekitar lokasi
pelaksana lapang, selanjutnya tanaman akan dipindahkan
ke lokasi penanaman sesuai desain sekitar 2 minggu
menjelang pembukaan. Di sekitar lokasi sebagai tempat
olahraga masyarakat umum, bila ditanami dari jauh hari
ditakutkan rusak oleh bola, sepeda, dll. Berdasarkan
laporan dari tim Ditjen Hortikultura yang melakukan monev
ke lapang, disarankan karpet bunga dilakukan monitor
lebih intensif dan masukan dari Bapak Dirjen menyarankan
ditambahkan jenis bunga lainnya agar lebih semarak dan
bernuansa meriah. Sedang dilakukan koordinasi dengan
petugas pelaksana dan penanggung jawab di lapang
terkait masukan tersebut, dengan tetap
mempertimbangkan kondisi agroklimat setempat. Karpet
bunga tidak mudah untuk dibuat permanen, pada karpet
bunga ditonjolkan tanaman berbunga yang umumnya satu
musim tanam (± 3 bulan). Penanggung jawab kegiatan
segera melakukan konsolidasi agar karpet bunga hadir di
festival hortikultura dengan semaksimal mungkin. Bila
dimungkinkan harus dilakukan pengawalan ke Lokasi
(NTB).
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 403
- Bidang Lomba
Bidang lomba jadwal sesuai dengan matrik yang sudah
ada di festival hortikultura dan khusus florikultura lomba
yang diadakan adalah lomba merangkai bunga.
Selanjutnya ada penambahan jenis lomba mutu horti
sesuai arahan Wapres. Sehubungan hal tersebut, lomba
yang ditambahkan meliputi lomba produk horti unggulan,
untuk flori krisan, anggrek dan sedap malam potong.
- Bidang Kursus
Untuk kursus yang terkait dengan Florikultura ada 2 jenis
kursus yaitu merangkai bunga, desain pembuatan dan
perawatan taman. Persiapan yang sudah dilakukan adalah
mengirim surat permohonan instruktur sudah dilakukan
yaitu Ir. Haniah Achsyid untuk merangkai bunga dan Drs.
Ketut Suarta untuk desain pembuatan dan perawatan
taman. Untuk kesiapan konsumsi sudah dipesan lewat
Dinas Kota Mataram, persiapan materi sudah dikirimkan
RAB dan list detail kebutuhan tanaman. Materi kursus
desain meliputi pengenalan dasar tanaman hias indoor dan
outdoor, elemen tanaman, kontur tanah, dekorasi taman
indoor dan outdoor, serta praktek mendekorasi atau
menata tanaman hias. Sedang untuk merangkai bunga
akan didemonstrasi 2 jenis rangkaian. Peserta antara lain
akan menggaet ibu-ibu PKK, Dharma Wanita dan
masyarakat umum.
- Bidang Pameran (Rumah Horti)
Dari hasil rapat dengan EO, desain rumah horti sudah ada
dengan nuansa rumah sasak yang diisi komoditas
hortikultura dibagian-bagian utama dan sekelilingnya.
Konsep florikultura, disekililing rumah horti akan dibuatkan
pagar dari tanaman heliconia. Selain itu akan ikut mengisi
pula jenis-jenis tanaman seperti sedap malam, dracaena,
leatherleaf, anggrek, krisan serta informasi teknis, poster
dan brosur/leaflet. Untuk kesiapan di lapang diharapkan
segera ada kejelasan terkait fasilitasi dan dukungan
penganggaran baik dari Humas/Dit. Flori untuk pemesanan
tanaman heliconia ke teman daerah di NTB. Segera dibuat
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 404
rancangan jenis, volume/jumlah tanaman yang dibawa
terkait pembagian tugas membawanya dan mengantisipasi
agar tidak overweight. Sebagai pelaksana pembuatan
rumah horti khususnya florikultura adalah Saudara Amir
Suprianto.
- Bidang Kontak Bisnis
Kontak bisnis kali ini akan didesain tidak dalam bentuk
pertemuan, namun dikemas dalam bentuk display poduk
dari buyer untuk ditawarkan ke supplier. Persiapan yang
dilakukan telah dibuat surat ke daerah agar pelaku usaha
selaku supplier diajak bersedia menyiapkan
produknya/brosur, name card untuk di display di hall
kontak bisnis dan diinfokan ke buyer atau masyarakat
umum/pengunjung yang berminat. Panitia juga
menyiapkan peralatan untuk promosi produk melalui
media elektronik seperti TV, DVD serta alat pendukung
lainnya. Disela-sela waktu luang untuk mengisi acara akan
dilakukan penyebaran informasi/motivasi yang dapat
menarik perhatian pengunjung. Kontak bisnis dilakukan
sepanjang hari dari tanggal 10-14 Oktober 2015 dari Pkl.
09.00-17.00. Sejauh ini sudah dilakukan konfirmasi
kebeberapa pelaku usaha Florikultura tentang kehadiran
dan kesanggupannya untuk berpartisipasi seperti:
Gapoktan Sekarbumi dan Duta Orchid dari Bali, Gapoktan
Alamanda Sukabumi, Gapoktan Krisan Cianjur, Ekakarya
Graha Flora Jakarta, Assosiasi Multi Flora Semarang,
Gapoktan Mekar Asri Mawar Batu, Gapoktan Melatio Jaya
Batang, CV Jali Nursery Tangerang.
b. Kesepakatan jadwal keberangkatan dan pulang serta pembagian
tugas
Sudah dilakukan pembookingan tiket keberangkatan dan pulang
sesuai jadwal dan tugas masing-masing. Hari Senin tiket akan
diissued, oleh karena itu semua yang akan bertugas dimohon
paling telat hari Senin sudah menginfokan jadwalnya.
c. Penangung jawab karpet bunga perlu berkoordinasi dengan
pelaksana di lapangan terutama terkait tambahan jenis tanaman
hias.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 405
d. Terkait materi rumah horti perlu koordinasi dengan bagian
Humas dan perlu segera merancang jenis tanaman hias dan
volume yang dibutuhkan.
e. Terkait kegiatan kontak bisnis perlu konfirmasi ulang kepada
pelaku usaha tentang kehadiran dan partisipasinya.
2) Rapat Koordinasi yang dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober
2015
Rapat dilaksanakan di Ruang Rapat Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura. Rapat dipimpin oleh Kasubdit Budidaya
Tanaman Pot dan Lansekap, dihadiri oleh para Kasubdit, Kasie
lingkup Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dan Staf Dit
Florikultura. Pokok bahasan meliputi laporan persiapan dari bidang
karpet bunga, lomba, kursus, dan kontak bisnis serta persiapan
lainnya.
Beberapa hasil rapat adalah sebagai berikut:
a. Laporan persiapan dari masing-masing bidang:
Bidang Karpet Bunga
Menindaklanjuti rapat sebelumnya, tim pelaksana kegiatan
karpet bunga sudah ke Mataram untuk mengecek ke
lapangan. Hasil pengecekan lahan disekitarnya sudah
ditanami oleh tanaman taiwan beauty, lili paris, lantana dan
sutra bombay, sedangkan yang design kendang beliq masih
kosong belum terisi tanaman karena rencananya akan diisi
oleh tanaman tagetes pada H-7 (tanggal 3 Oktober 2015)
dan tanaman mawar ditanam pada H-3 (tanggal 7 Oktober
2015). Tanaman tagetes dan mawar saat ini masih berada
di lahan usaha tani.
Sesuai arahan Pak Dirjen dimana perlu menambahkan jenis
tanaman supaya lebih semarak, diputuskan dengan
pelaksana dilapangan akan menambah tanaman mawar,
soka dan sutra bombay.
Keamanan dilokasi baru diberlakukan tanggal 1 Oktober
2015 dan taman ditutup untuk umum.
Perlu dicek/berkoordinasi dengan pelaksana di lapangan
untuk setiap perkembangannya dan untuk perkembangan
bisa dilaporkan melalui foto.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 406
Bidang Lomba
Jenis lomba komoditas ada tambahan menjadi 16 jenis
yaitu lomba buah 8 komoditas, sayuran 5 komoditas dan
florikultura 3 komoditas (krisan, sedap malam dan anggrek).
Penilaian lomba dilakukan pada tanggal 9 Oktober 2015.
Koordinator lomba minta tolong tim yang berangkat duluan
(tanggal 8 Oktober) untuk mengecek tempat lomba.
Leaflet lomba sudah jadi dan sudah didistribusikan
sebagian ke Dinas Pertanian Provinsi NTB dan Dinas
Pertanian Kota Mataram. sisanya akan dibawa dan
dibagikan sebelum kegiatan kursus dan lomba.
Piala untuk lomba disediakan dari EO namun tidak sesuai
dengan yang disepakati, alasannya karena waktu untuk
pembuatan piala terlalu singkat.
Bidang Kursus
Untuk kursus yang terkait dengan Florikultura ada 2 jenis
kursus yaitu merangkai bunga, desain pembuatan dan
perawatan taman. Untuk kesiapan instruktur/narasumber,
kesiapan pesanan konsumsi dan persiapan materi sudah di
konfirmasi ulang dan semuanya sudah siap.
Pelaksanaan kursus merangkai bunga tanggal 10 Oktober
2015, sedangkan kursus desain lansekap dan perawatan
taman pada tanggal 11 Oktober 2015.
Untuk kursus merangkai bunga ada tambahan instruktur
menjadi 2 orang, oleh karena itu kebutuhan honor untuk
narasumber kursus menjadi 3 orang.
Untuk penggandaan materi kursus direncanakan minta
tolong ke narasumber untuk memperbanyak dan biaya
penggandaannya kita ganti pada waktu pelaksanaan kursus.
Perlu disiapkan untuk kelengkapan administrasi seperti
daftar hadir peserta dan tanda terima honor narasumber.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 407
Bidang Kontak Bisnis
Kegiatan kontak bisnis dilaksanakan pada tanggal 10 – 14
Oktober dari Pkl. 09.00 s/d 17.00, semuanya anggarannya
difasilitasi oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura.
Sudah dikirimkan surat dari Ketua Umum Festival
Hortikultura kepada pelaku-pelaku usaha hortikultura yang
bergerak di bidang sayuran, tanaman obat, buah-buahan,
florikultura, benih dan perlindungan tanaman.
Beberapa pelaku usaha sudah dikonfirmasi dan
kemungkinan bisa hadir pada acara kontak bisnis.
Bidang kontak bisnis sudah menyiapkan deklarasi untuk
melakukan kesepakatan (MoU)
Untuk meramaikan kegiatan kontak bisnis ini akan diadakan
kursus gratis sepintas tentang kewirausahaan.
Calon suplayer dan buyer sudah dimuat di internet melalui
website agromart
b. Sarana penunjang berupa pengadaan pakaian kaos sudah jadi
dan sudah didistribusikan.
c. Terkait mobil sewaan sudah dikonfirmasi ulang ke rental dan
sewa dimulai dari tanggal 8 – 14 Oktober 2015. Untuk ketertiban
pemakaian mobil sewaan perlu dibuatkan jadwal
penggunaannya.
d. Terkait penginapan selama kegiatan festival hortikultura di Hotel
Lombok Garden sudah di konfirmasi ulang dan daftar nama yang
akan menginap sudah diserahkan ke pihak hotel.
e. Tiket keberangkatan dan pulang sudah dikonfirmasi ke semua
yang akan bertugas dan sudah di cetak.
5.3.2 Kursus
Kursus dalam rangka pelaksanaan Festival Hortikultura 2015 terdiri dari 2
kursus, yaitu kursus merangkai bunga serta kursus desain, pembuatan
dan perawatan taman. Kursus dilaksanakan di tenda pertemuan area
Festival Hortikultura yang berlokasi di Ruang Terbuka Hijau (RTH), Jl.
Tuan Guru Faesal, Pagutan Timur, Kota Mataram, Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Kursus merangkai bunga dilaksanakan pada Sabtu, 10
Oktober 2015, sedangkan kursus desain, pembuatan dan perawatan
taman dilaksanakan pada Minggu, 11 Oktober 2015.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 408
Narasumber untuk kursus merangkai bunga adalah Ir. Haniah Achsyid
dari Tim Penggerak PKK Kota Mataram dan Lalu Ismail yang berprofesi
sebagai florist. Narasumber untuk kursus desain, pembuatan dan
perawatan taman adalah Drs. I Ketut Suarta yang merupakan pelaku
usaha lansekap di kota Mataram. Peserta dari kursus antara lain adalah
Dharma Wanita, PKK, istri anggota Bhayangkara, mahasiswa, pelajar,
petugas Dinas Pertanian yang mengikuti pameran di Festival Hortikultura
2015 serta masyarakat umum. Peserta kursus merangkai bunga
sebanyak 37 orang dan peserta kursus desain, pembuatan dan
perawatan taman sebanyak 36 orang. Fasilitasi kursus dari Direktorat
Budidaya dan Pascapanen Florikultura antara lain dalam bentuk leafleat,
bahan kursus, honor narasumber dan konsumsi.
Hasil kegiatan kursus :
- Tema kursus merangkai bunga adalah rangkaian bunga tropis
dengan memanfaatkan bunga heliconia potong sebagai komponen
utama. Hal ini bertujuan untuk mempromosikan penggunaan bunga
tropis dalam rangkaian.
- Materi yang disampaikan pada kursus merangkai bunga adalah
tentang (1) bahan dan peralatan yang diperlukan dalam merangkai
bunga, (2) teknik merangkai bunga tingkat dasar yaitu bentuk
segitiga dan perahu, dan 3) petunjuk/tips-tips dalam merangkai
bunga, sesuai kondisi dan ketersediaan materi/bahan yang ada di
Kota Mataram.
- Kursus dilakukan dalam bentuk demo merangkai bunga oleh
narasumber dan praktek oleh para peserta yang terbagi dalam
kelompok. Hasil rangkaian para peserta diberi penghargaan berupa
predikat juara 1 sampai harapan 3 untuk memacu dan memberikan
penghargaan pada para peserta.
- Kursus desain, pembuatan dan perawatan taman merupakan kursus
yang memberikan pengetahuan tentang teknik desain, pembuatan
dan perawatan taman. Desain taman disesuaikan dengan lokasi
pembuatan taman, luas lokasi, tujuan dari pembuatan taman dan
lain-lain. Desain dan pembuatan yang disampaikan adalah kursus
untuk taman indoor dan outdoor.
- Pembuatan taman memperhatikan elemen softscape yang berupa
tanaman dan hardscape yang merupakan elemen penunjang seperti
batu, kayu, patung dan lain-lain. Jenis-jenis tanaman yang dipilih
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 409
dapat berupa tanaman pohon, perdu, bedding plant dan cover
ground. Teknik pembuatan taman menggunakan prinsip asimetris.
- Perawatan taman terdiri dari penyiraman, pemupukan,
pemangkasan, pemberantasan gulma, pengendalian hama dan
penyakit dan lain-lain.
- Setelah mendapatkan penjelasan dari narasumber kursus desain,
pembuatan dan perawatan taman, para peserta mempraktekkan
teknik pembuatan taman indoor untuk dekorasi dengan
menggunakan materi-materi tanaman hias yang telah disediakan.
Hasil rangkaian peserta diberi penghargaan berupa predikat juara,
dari juara 1 sampai juara 3, serta diberi masukan dan komentar oleh
narasumber.
5.3.3 Tersedianya Sarana Penunjang Pemasyarakatan Tanaman
Florikultura
Sarana penunjang pemasyarakatan tanaman florikultura yaitu berupa
pakaian kaos bermotif tanaman anggrek
5.3.4 Tersedianya Leafleat Pemasyarakatan Tanaman Florikultura
Leafleat pemasyarakatan tanaman florikultura yaitu berupa leaflet kursus
merangkai bunga serta kursus desain, pembuatan dan perawatan taman,
leafleat aneka lomba dalam rangka pemasyarakatan tanaman florikultura
sebanyak 2.000 expl.
Tabel 17. Rencana distribusi leaflet pemasyarakatan tanaman florikultura
yaitu :
No Diberikan Kepada Jumlah
1 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
NAD
50
2 Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 50
3 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi
Sumatera Barat
50
4 Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi
Kepulauan Riau
60
5 Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau 50
6 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu 50
7 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Sumatera Selatan
50
8 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Lampung
50
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 410
No Diberikan Kepada Jumlah
9 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi 50
10 Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta 60
11 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 60
12 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Jawa Tengah
60
13 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Provinsi Banten 60
14 Dinas Pertanian Provinsi DI Yogyakarta 60
15 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 60
16 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali 60
17 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur 50
18 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan
Selatan
50
19 Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat 50
20 Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah 50
21 Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara 50
22 Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi
Tenggara
50
23 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Provinsi
Sulawesi Tengah
50
24 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Sulawesi Selatan
50
25 Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Barat 50
26 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo 50
27 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Nusa Tenggara
Barat
100
28 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Nusa Tenggara Timur
50
29 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi
Bangka Belitung
50
30 Dinas Pertanian Provinsi Maluku 50
31 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Maluku Utara 50
32 Dinas Pertanian Provinsi Papua 50
33 Dinas Pertanian Provinsi Papua Barat 50
34 Perorangan/Pelaku Usaha 100
35 Instansi Terkait 50
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 411
No Diberikan Kepada Jumlah
36 Asbindo 50
37 Arsip 20
Jumlah 2000
5.3.5 Kontak Bisnis
Kontak Bisnis dilaksanakan pada tanggal 10–14 Oktober 2015 di Stand
B5, Pameran Festival Hortikultura di RTH Jl. Tuan Guru Faesal, Pagutan
Timur, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Fasilitasi yang
diberikan dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura antara
lain dalam bentuk honor narasumber dan moderator kontak bisnis yang
lain difasilitasi dari Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura.
1. Produk yang ditawarkan :
Produk yang ditawarkan adalah produk dari provinsi peserta
pameran. Produk yang ditawarkan didisplay di ruang kontak bisnis.
Produk tersebut merupakan produk unggulan masing-masing daerah
dan tidak semua produk ungulan dapat dipamerkan antara lain
karena alasan belum musim panen.
Produk yang ditawarkan meliputi buah, sayuran, tanaman obat,
florikultura dalam bentuk segar maupun olahan. Selain itu juga
ditawarkan benih sayuran, buah dan tanaman hias, serta sarana
tanam berupa Planter Bag. Produk yang ditawarkan tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Buah-buahan
1.1) Buah Segar
Buah Segar antara lain: Mangga Harum Manis, Mangga
Gedong Gincu, Mangga Podang, Mangga Bengkulu, Jeruk
Pamelo (Pangkep dan Magetan), Jeruk Gerga
Bengkulu,Jeruk Siam Pontianak, Jeruk Kalamnsi, Jeruk
Gunung Omeh, Nenas Lampung, Nenas Kubu Raya,
Nenas Bengkulu, Apel Manalagi, Apel Rome Beauty,
Golden Melon, Rock Melon, Buah Naga Merah (Kutai
Kartanegara, Kota Pontianak, Kapahyang), Buah Naga
Kuning (Jember), Pisang Kepok Kutim, Pisang Barangan
NTT, Jambu Kristal (Bogor dan Kota Semarang), Sawo
(Kab Kaur Bengkulu dan Sumedang), Blimbing (Depok dan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 412
Blitar), Alpukat (Kota Semarang, Depok, Markisa, Salak
Gula Pasir–Bali, dan Durian Lay (Kutai Kartanegara).
1.2) Buah Olahan
Buah Olahan antara lain: Juice Manggis (sumbar, Tabanan
Bali), Juice Blimbing, Juice Jambu Biji Merah, Juice Jeruk
Kalamansi, Juice Jeruk Bali, Juice Mangga, Juice Nenas,
juice Markisa, Nenas Kalengan, Kripik Pisang, Kripik
Nenas, Kripik Nangka, juice Jeruk Pamelo, dodol salak,
juice salak, dodol salak, dodol jahe, manisan salak, Sirop
Sawo.
2) Sayuran dan Tanaman Obat
2.1) Sayuran dan Tanaman Obat Segar
Sayuran: Bawang Merah Bima, Bawang Putih Bima, Cabe
Merah, Kaboca organik, Paria, Jagung Manis, Mentimun
Jepang, Tomat. Wortel, Kentang, Tanaman Obat Segar:
Jahe, Temu Lawak, Kencur, Lidah Buaya.
2.2) Sayuran dan Tanaman Obat Olahan
Juice Kecombrang, Juice Buah Buni, Juice Kunyit Asem,
Juice Lidah Buaya, serbuk kunyit, serbuk jahe.
3) Florikultura
Florikultura antara lain: Dracaena, Anggrek Pahalaenopsis,
Heliconia, Dracaena Tri Colour, Sambang Dara, Soka, Phylo,
Krisan Potong, Melati Tabur, Kumitir, Leatherleaf, Anthurium
Bunga.
4) Benih
PT. Namdhari Seeds Indonesia (benih: cabe, bunga kool,
paria, oyong, labu, tomat, kacang panjang)
PT. Benih Citra Asia: benih cabe keriting, cabe merah besar,
kacang panjang, kangkung, kool, tomat, terong, paria,
semangka, melon.
CV. Mulia Bintang: benih cabe keriting, cabe rawit merah,
jagung manis, kubis, tomat, sawi.
2. Peserta
2.1) Provinsi (Penyedia Sample Produk)
Daerah Provinsi yang menawarkan dan mendisplaykan produk
unggulan hortikulturanya sebanyak 17 Provinsi yaitu: Jawa
Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT,
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 413
Lampung, Riau, Sumbar, Kepri, Sulsel, Sultra, Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur.
2.2) Pelaku
Pelaku usaha yang hadir dan intensif melakukan diskusi dan
bertransaksi selama kontak bisnis dari tanggal 10-14 Oktober
2015 sekitar 120 orang yang meliputi: eksportir, suplayer
hypermart, pedagang antar provinsi, assosiasi, kelompok tani,
produsen benih, lanskaper, decorator dan calon investor
hortikultura. Selain itu berbagai pengunjung juga hadir untuk
melihat-lihat produk yang display produk pada kontak bisnis
sekitar 500 orang.
Teknis pelaksanaan dilakukan dengan menjelaskan produk
yang ditawarkan baik jenis, produktivitas, luas panen, waktu
panen, kemampuan suplay rata-rata perbulan dan keunggulan
masing-masing produk. Disisi lain, para calon buyer juga
menyampaikan propil usahanya dan keinginan permintaan
produk yang akan diminta. Kegiatan dipandu oleh moderator,
sehingga hidup suasananya dalam kontak bisnis.
Selain itu, disela-sela kontak bisnis pada setiap hari diadakan
seminar Kewirausahaan bagi para peserta kontak bisnis
maupun pengunjung. Materi yang disampaikan antara lain
karakter yang dibutuhkan seorang wirausahawan yang sukses
dan strategi usaha yang berdaya saing.
Pasca acara kontak bisnis di Kota Mataram, masing-masing
pelaku usaha dimasukkan pada grup WhatsApp untuk
meningkatkan hubungan bisnis mereka dengan jumlah
keanggotaan diperluas dari berbagai pelaku usaha besar dari
berbagai propinsi di Seluruh Indonesia.
2.3) Hasil :
Potensial transaksi bisnis produk hortikultura antara para
pelaku usaha yang potensial terus berlanjut dan berkembang
dengan transaksi minimal Rp. 15 milyar. Transaksi tersebut
antara lain:
PT. Manggis Elok (eksportir manggis nasional dan
supplayer 44 hypermart) berencana akan mengambil
produk buah manggis termasuk buah segar lainnya dari
pelaku usaha dari Nusa Tengara Barat (Manggis Lombok
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 414
Barat), Sumatera Barat (Manggis Pasaman), Jateng
(Manggis Purworejo), Lampung (Manggis Tanggamus),
Mangga Harumanis Lombok Timur, dan Provinsi Banten
(Melon). Sebagai tindaklanjut pihak perusahaan akan
mengunjungi lokasi/lapangan untuk memastikan potensi
ketersediaan produk, musim panen dan harga.
Terjadi transaksi bisnis tukar produksi yaitu pelaku usaha
Pisang Kepok dan Buah Naga dari Kutai Timur dengan
pelaku usaha dari Jawa Tengah; Pelaku usaha tanaman
heliconia dari Tabanan Bali dengan pelaku usaha dari
Jawa Tengah. Duta Orchids dengan pelaku usaha Jawa
Tengah. Pelaku usaha Jawa Tengah dengan suplayer
tanaman lansekap dari Tangerang-Banten. Suplayer melati
dari Jawa Tengah dengan decorator dari Kota Mataram.
Sebagai tindaklajut masing-masing pelaku usaha akan
saling komunikasi untuk memastikan kapan pengiriman
produk.
Telah terjadi jalinan bisnis antara produsen sekaligus
suplayer tanaman lansekap dari Tangerang Banten
dengan 4 orang pelaku usaha lanskaper dari kota
Mataram.
PT. Mitra Tani Agro Unggul berencana akan mengambil
produk buah dan sayuran seperti Bawang merah dari
Bima, Pisang mas Kirana dari Lumajang, Salak Gula Pasir
dari Karang asem, Manggis dari lombok Barat, Alpukat dari
Probolinggo dan Bagor, Pisang kepok dari Kutai Timur,
Cabe dari dari Lombok Timur, mangga podang dari Kediri,
dan mangga arumanis dari Probolinggo. Pihak perusahaan
dalam waktu dekat akan mengunjungi lokasi untuk
memastikan kapan panen, luas areal, dan harga bisa
masuk, serta standar mutu.
Telah terjadi jalinan bisnis antara suplayer buah dari
Lombok Timur dengan buyer dari Singapore yang meminta
manga harum manis 10 ton/ bulan dan melon 20 ton per
bulan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 415
Calon investor yang di Bali berencana mengembangkan
papaya California dan membutuhkan benih papaya
California untuk ditanam di Lombok Timur.
5.3.6 Bursa
1. Bursa produk hortikultura sebanyak 19 stand dan bursa produk
ekonomi kreatif dan lainya. Produk yang ditawarkan antara lain
anggrek dan tanaman hias lainnya, buah jambu tanpa biji dan aneka
buah lainnya, bawang, alat pertanian, benih sayur dan buah, serta
produk hortikultura olahan. Jumlah pengunjung lebih dari 3000 orang
selama bursa 10-14 Oktober 2015. Nilai transaksi yang terjadi dan
potensial akan terjadi setelah bursa bernilai lebih dari Rp. 1,5 milyar.
Sedangkan untuk potensi transaksi setelah bursa terjadi pada hasil
LIPI, Sekar Ulangun Orchid, Is Florist Orchid, Dira Nurseri Medan,
Kota Binjai dan peralatan pertanian.
2. Peserta bursa meliputi:
Stand Bursa Produk Hortikultura sebanyak 19 stand, ekonomi kreatif
18 stand, dan kuliner 15 stand selengkapnya pada lampiran :
Tabel 18. Stand Bursa Produk Hortikultura
NO NAMA PESERTA PRODUK
1 Dira Nurseri Anggrek dan Tanaman Hias
2 PT Agri Makmur Pertiwi Benih
3 CV Aura Seed Indonesia Benih
4 PT BISI Benih
5 Dinas Pertanian Kota Binjai Jambu Tanpa Biji
6 Kabupaten Bima Bawang
7 PT Takiron Alat Pertanian
8 PT Mulia Bintang Utama Benih
9 PT Takiron Alat Pertanian
10 Pak Komang Dharma Anggrek dan Tanaman Hias
11 Centra Anggrek Anggrek
12 Centra Anggrek Anggrek
13 Centra Anggrek Anggrek
14 Centra Anggrek Anggrek
15 Is Florist Orchid Anggrek dan Tanaman Hias
16 Is Florist Orchid Benih dan Tanaman Hortikultura
17 PT LIPI Benih dan Tanaman Hortikultura
18 Kabupaten Dompu Benih dan Hasil Pengolahan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 416
19 Fakultas Pertanian-Universitas Benih dan Tanaman Hortikultura
Mataram Hasil Pertanian (Mangga,
Melon)
3. Stand Bursa Produk Ekonomi Kreatif dan Lainnya
Bursa ekonomi kreatif berjumlah 18 peserta. Produk yang
ditawarkan antara lain songket,kaos Lombok, kerajinan gerabah,
kerajinan daun kering, mutiara, batu akik dan produk ekonomi
kreatif lainnya. Jumlah pengunjung di stand ekonomi kreatif lebih
dari 2000 orang. Nilai transaksi minimal sekitar Rp. 800 juta.
Tabel 19. Stand Bursa Ekonomi Kreatif adalah sebagai berikut:
NO PESERTA PRODUK
1 T&D Songket, Kaos Lombok
2 Adonis Mutiara
3 Aswa Mutiara Mutiara
4 Atun Mutiara Mutiara
5 Pakarin Mutiara Mutiara
6 Depi Mutiara Mutiara
7 Pak Muh. Saleh Mutiara
8 Pepot (Penujak Pottery) Kerajinan Gerabah
9 Lombok Natural Kerajinan Daun Kering
10 Buyung Mutiara Mutiara
11 BKKBN Pameran BKKBN
12 BKKBN Pameran BKKBN
13 Hj. Ahyar Mutiara
14 Rizki Mutiara Mutiara
15 Distro Topeng Topeng
16 Pak Hasan (Batu Akik) Batu Akik
17 Ibnu Mutiara Mutiara
18 Nenok Mutiara
4. Stand kuliner
Stand kuliner sebanyak 15 stand. Jumlah pengunjung sekitar 2000
orang selama penyelenggaraan pameran 10-14 Oktober 2015. Nilai
transaksi lebih dari Rp. 300 juta. Peserta Kuliner adalah sebagai
berikut:
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 417
Tabel 20. Stand Kuliner
NO PESERTA PRODUK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Ketahanan Pangan Provinsi
BPK Bu titi
Siti Rahmi
Liliyana
SMK 7
Kelurahan Lokasi
Kelurahan lokasi
Kelurahan lokasi
Kelurahan lokasi
Distanbanhud
Pak Jam
Bu yanti
Binaan Dinas Pertanian Kota
Binaan Dinas Pertanian Kota
Binaan Dinas Pertanian Kota
Makanan, Minuman
Minuman, makanan
Makanan Ringan, Minuman
Bakso Cinta
Makanan, minuman
Makanan khas Lombok
Makanan khas lombok
Makanan khas lombok
Makanan khas Lombok
Makanan Khas Jabar
Makanan khas Lombok, minuman
Masakan khas Padang
Masakan khas Lombok
Masakan khas Lombok
Masakan khas Lombok
5.3.6 Lomba
Sebagai rangkaian acara dalam menyemarakkan Festival Hortikultura
2015 di Mataram, telah diselenggarakan berbagai jenis lomba. Fasilitasi
yang diberikan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura antara
lain leafleat.
1. Lomba Produk Hortikultura Unggulan
Kategori yang dilombakan adalah Buah 8 kategori, Sayuran 5
Kategori dan Florikultura 3 Kategori. Dewan Juri berasal dari
berbagai kalangan yang memiliki kompetensi dalam penjurian
produk tersebut, yaitu :
1. Prof. Dr. Ir. Sobir, M.Si (Pusat Kajian Hortikultura Tropika, IPB)
2. Dr. Ir. Moh. Reza Tirtawinata (Yayasan Durian Nusantara)
3. Dr. Ir. Sukartono, M.Agr.Sc (Dekan Faperta Unram)
4. Nanda Bachtiar Assidiqi (Hypermart Kota Mataram)
5. Suci Puji Suryani (Trubus)
Lomba tersebut diselenggarakan tanggal 9 Oktober 2015, produk
yang dilombakan diserahkan panitia mulai jam 14.00-16.30 dan
penilaian dilakukan pada jam 16.30-18.00. Sistem penilaian adalah
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 418
dengan judging berdasarkan kriteria yang telah disepakati oleh
dewan Juri, dan setiap kategori berbeda. Pemenangnya adalah
sebagai berikut :
Tabel 21. Daftar Pemenang Lomba
NO PERINGKAT PEMENANG PRODUSEN
1 Produk Buah
Unggulan:
a. Jeruk Jeruk Soe Sinar Tun Bes Mekar,
Mollo Utara, TTS, NTT
b. Durian -
c. Mangga Mangga Gedong
Gincu
Karwita, Keltan Cigintung,
Sumedang
d. Manggis -
e. Melon Melon Honey
Globe
Hasan Ashari,
Karangsono, Kab Blitar
f. Salak Salak Nglumut
Agus Suryono, Gapoktan
Ngudi Luhur, Kec
Srumbung, Kab Magelang
g. Pisang Segar
(Meja)
Pisang
Barangan
Sipakatau, Kab Bone
Sulsel
h. Pisang untuk
olahan Pisang Agung
Nizar, Distan Prov
Sulawesi Tengah
2 Produk Sayuran
Unggulan
a. Bawang
Merah Super Philip
Keltan Doropica, Kec
Woha, Kab Bima
b. Bawang Putih Sangga
Sembalun
Keltan Solimbu, Kec
Lambitu, Bima
c. Cabe Rawit
Merah Lokal Pakisan
Subak Lanyahar, Kec
Kubu, Buleleng
d. Cabe Keriting
Merah Laba I
Keltan Karya Tunas Muda,
OKI, Sumsel
e. Wortel Lokal Sinjai Keltan Sejahtera, Tellu
Limpoe, Sinjai, Sulsel
3
Produk Florikultura
Unggulan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 419
a. Anggrek
Potong D. Earsakul
Ni Wayan Sri Laba,
Karangasem, Bali
b. Krisan Potong Krisan Kulo Indra Salam, Kakaskasen,
Tomohon
c. Sedap Malam Lokal Jumbo I Wayan Sujana, Kec
Marga, Tabanan
Kategori Durian dan Manggis tidak ada pesertanya dikarenakan
saat ini belum mulai panen untuk kedua jenis tersebut. Daerah
sentra yang memiliki jenis produk yang dilombakan belum
semuanya mendaftarkan produknya untuk dilombakan, karena
berbagai alasan antara lain : produk masih tertahan di Bandara
Mataram, petugas masih sibuk menata stand pameran sehingga
produk yang akan dilombakan belum sempat dibawa ke tempat
lomba.
2. Lomba Merangkai Bunga
Lomba merangkai bunga diselenggarakan bertujuan untuk
mendorong penggunaan materi flora terutama bunga potong khas
Indonesia dalam merangkai bunga dan dekorasi; mendorong
kreativitas para perangkai sebagai bagian dari profesi dan sebagai
peluang usaha dalam industri ekonomi kreatif; dan memberikan
edukasi kepada masyarakat umum mengenai seni profesi tersebut
dan pemanfaatan produk florikultura segar.
Lomba diselenggarakan tanggal 10 Oktober jam 14.00-16.00
dengan jumlah peserta 19 tim antara lain dari Dinas Pertanian
Provinsi dan Kabupaten dari beberapa daerah, Dharma Wanita,
pelajar SMK dan para floris di NTB.
Dewan Juri Lomba Merangkai Bunga adalah :
1. Anita Puspitawati, SE (Dharma Wanita Kemeterian Pertanian)
2. Mami Muthia (Dharma Wanita Provinsi NTB)
3. Ir. Haniah Achsyid (Tim Penggerak PKK Kota Mataram)
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 420
Tabel 22. Hasil pemenang lomba merangkai bunga adalah sbb:
NO PERINGKAT NAMA PEMENANG UTUSAN/INSTANSI
1 Juara I M. Agus D. Diperta DKI Jakarta
2 Juara II Ny. Ketut Windra DWP Provinsi NTB
3 Juara III Yudit Krismarsani Dispertan Provinsi Jateng
4 Juara Harapan I Janeke Polii Distanak Kota Tomohon
5 Juara Harapan II Dewi Murni Distanak Provinsi Riau
6 Juara Harapan III I Wayan Sujana Distan TPH Tabanan
3. Kontes Bonsai
Dalam rangka menyemarakkan Festival Hortikultura, maka Dinas
Pertanian Provinsi NTB bekerjasama dengan Asosiasi
menyelenggarakan Konten Bonsai.
Tabel 23. Hasil Kontes Bonsai sebagai berikut :
NO PERINGKAT JENIS PEMILIK
1 Juara I Santigi Bayu S
2 Juara II Santigi Galih R
3 Juara III Asam Pahrul Roji
4 Juara Harapan I Serut Burhanudin
5 Juara Harapan II Santigi Imam
6 Juara Harapan III Santigi Panwika
4. Kontes Adenium
Dalam rangka menyemarakkan Festival Hortikultura, maka Dinas
Pertanian Provinsi NTB bekerjasama dengan Asosiasi
menyelenggarakan Kontes Adenium
Tabel 24. Hasil Kontes Adenium sebagai berikut :
NO PERINGKAT NOMOR PESERTA PEMILIK
1 Juara I No. 51 Addit S
2 Juara II No. 12 Galih R
3 Juara III No. 10 Sudy AD
4 Juara Harapan I No. 50 Addit S
5 Juara Harapan II No. 16 Bagus Dd.
6 Juara Harapan III No. 14 Bayu R
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 421
5.3.8 Karpet Bunga
Pembuatan karpet bunga merupakan salah satu inovasi model ekonomi kreatif
pengenalan tanaman florikultura kepada masyarakat luas. Karpet bunga dapat
bersifat permanen maupun non permanen seperti halnya taman-taman yang
ada di luar ruangan (ourdoor) dan taman-taman di dalam ruangan (indoor).
Dalam hal pembuatan karpet bunga ini, sudah tentu membutuhkan jenis
tanaman lanskap yang beragamdan dalam jumlah yang banyak. Bila didesain
sedemikian rupa, maka akan memberi nilai tambah secara ekonomi dari
tanaman itu sendiri.
Hasil kegiatan :
- Inovasi Model Ekonomi Kreatif Florikultura merupakan salah satu model
pengenalan tanaman florikultura melalui pembuatan karpet bunga.
- Konsep Karpet Bunga yaitu dengan menanam tanaman bunga semusim di
hamparan yang diharapkan pertumbuhan bunganya seragam sehingga
menyerupai karpet.
- Karpet bunga ini digunakan untuk memeriahkan acara “Festival
Hortikultura” yang diadakan di Kota Mataram, NTB, sehingga desain yang
digunakan disesuaikan dengan seni/keadaan daerah setempat yaitu model
Gendang Belek yang merupakan ciri khas budaya Mataram. Ukuran karpet
bunga yang dibuat adalah 32,5 m x 5 cm.
- Jenis tanaman yang digunakan disesuaikan dengan desain yang sudah
dibuat, dan yang terutama bahwa semua tanaman yang dipakai
merupakan produk lokal daerah setempat. Jenis tanamannya yaitu Marie
Gold Kuning, Marie Gold Orange, Seribu Bintang Ungu, Bulu Ayam
Putih, Lantana Ungu, Bonsai Kuning, Bunga Pukul Sembilan, Mawar
dan Soka. Selain itu juga telah disiapkan sarana pendukung lainnya
berupa alat penyiram (Sprayer Elektrik).
- Marry Gold menjadi tanaman utama yang akan dipadupadankan atau
dikombinasi dengan tanaman lain dengan memperhatikan perpaduan
warna tanaman yang sudah ada di dalam desain sehingga menambah
keindahan karpet bunga.
5.3.9 Terlaksananya Sewa Mobil
Sewa mobil dalam rangka Festival Hortikultura 2015 yaitu sebanyak 10 unit.
6. Hasil/Outcome
Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap produk florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 422
7. Manfaat/Benefit
Meningkatnya permintaan dan usaha produk florikultura.
8. Dampak/Impact
Berkembangnya industri florikultura.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Kegiatan pemasyarakatan tanaman florikultura merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produk florikultura.
b. Dalam kegiatan Flona dan Fauna Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura berpartisipasi dalam penyewaan dua stand bursa yang diisi oleh
Gapoktan Primatara, Perhimpunan Florikultura Indonesia (PFI) dan Forum
Arsitek Lansekap Indonesia (FALI).
c. Dalam kegiatan Festival Hortikultura 2015 Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura antara lain sebagai koordinator aneka kursus, kontak
bisnis, bursa, aneka lomba dan karpet bunga.
d. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura antara lain memberikan
fasilitasi untuk kepanitiaan dan penyelenggaraan Festival Hortikultura berupa
sarana penunjang kaos, sewa kendaraan, leafleat, bahan penunjang kursus,
konsumsi kursus, honor narasumber dan moderator kursus serta kontak
bisnis, pengadaan karpet bunga.
e. Para peserta cukup antusias dalam mengikuti kegiatan kursus. Dengan
mengikuti kursus merangkai bunga serta desain, pembuatan dan perawatan
taman, para peserta diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam merangkai bunga serta dalam desain, pembuatan dan
perawatan taman. Selanjutnya, para peserta dapat mempraktekannya dimulai
dari lingkungan yang lebih sederhana seperti di rumah, sekolah, kantor dan
lain-lain.
f. Dalam kegiatan lomba diikuti oleh banyak peserta dari berbagai daerah.
Lomba produk unggulan hortikultura diselenggarakan untuk memperoleh
produk-produk unggulan yang dihasilkan oleh para pelaku di daerah sentra,
agar nantinya produk unggulan tersebut dapat dikembangkan secara lebih
luas.
g. Tema yang diangkat dalam lomba merangkai bunga adalah Pesona Bunga
Tropis. Hal tersebut bertujuan untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa
penggunaan bunga tropis utamanya heliconia, costus, calathea,
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 423
zingiberaceae dalam materi rangkaian sangatlah indah eksotik dan lebih
tahan lama.
h. Pada kegiatan Kontak Bisnis telah terjadi jalinan kerjasama bisnis antar
pelaku usaha dari berbagai daerah baik untuk kebutuhan mensuplay di
berbagai daerah di dalam negeri maupun untuk kebutuhan ekspor, bahkan
buyer Singapore hadir pada akhir menjelang penutupan.
i. Karpet bunga merupakan salah satu bentuk pengenalan bunga ke
masyarakat melalui Inovasi Model Ekonomi Kreatif Florikultura.
9.2 Saran
Untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produk florikultura maka
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura masih dipandang perlu untuk
tetap berpartisipasi aktif dalam kegiatan pameran yang merupakan wadah/ajang
untuk mendukung kegiatan promosi/pemasyarakatan produk florikultura.
Partisipasi/dukungan tersebut dapat dilakukan dengan lebih banyak mendisplay
produk-produk florikultura yang dihasilkan dari petani-petani binaan dan pelaku
usaha florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 424
1770. 994. LAYANAN PERKANTORAN
011. ADMINISTRASI KEGIATAN
SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI) I
1. Latar Belakang
Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang mempunyai prospek
agribisnis yang cukup cerah di Indonesia. Industri florikultura menjadi salah satu
industri yang sedang berkembang di Indonesia dalam upaya peningkatan kesejahteraan
petani, memperluas lapangan pekerjaan, pariwisata dan menciptakan lingkungan yang
sehat dan nyaman. Florikultura adalah produk hortikultura yang dimanfaatkan sebagai
bahan estetika. Disatu sisi tanaman florikultura selain untuk keindahan juga mempunyai
manfaat bagi penawar polusi dan kelestarian lingkungan.
Peluang pasar tanaman hias baik dalam bentuk pot plant maupun bunga potong dan
daun potong, dewasa ini semakin luas baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar
luar negeri. Konsumen tanaman hias berbagai ragam peminatnya yaitu para hobies,
pedagang dan pengusaha toko bunga ataupun perangkai bunga, karena itu peluang
tersebut perlu dimanfaatkan oleh petani dan pelaku usaha tanaman hias untuk
meningkatkan pendapatannya. Dalam hal ini nursery adalah sebuah lokasi dimana
tanaman hias diperbanyak dan dikembangkan sehingga mempunyai nilai ekonomis,
yang dilakukan oleh petani
Dalam rangka menindaklanjuti penerapan Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peraturan Menteri
Pertanian No.23/Permentan/OT.140/5/2009 tentang Pedoman Umum Sistem
Pengendalian Intern di Lingkup Kementerian Pertanian. Oleh karena itu diperlukan
untuk mempersiapkan kegiatan tersebut dilakukan pertemuan Evaluasi SPI Direktorat
Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Fasilitasi Evaluasi SPI I secara efektif dalam rangka menindaklanjuti penerapan
Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 425
2.2. Sasaran
Sasaran kegiatan Evaluasi SPI I Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura
dapat terlaksana secara tertip, lancer dan tepat waktu
3. Pelaksanaan Kegiatan
3.1. Waktu dan Tempat
Fasilitasi penyelenggaraan SPI I Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura
dilaksanakan pada tanggal 24 April 2015 di Cibubur – Depok.
3.2. Peserta
Pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan SPI I terdiri dari seluruh koordinator
pelaporan, kordinator perencanaan dan Kasubag TU lingkup Direktorat Jenderal
Hortikultura.
Hasil Pelaksanaan Kegiatan :
A. Rakor dan Evaluasi SPI bulan April 2015 Lingkup Ditjen Hortikultura, dilaksanakan
pada hari Jumat, tanggal 24 April 2015 di Taman Wiladatika, Depok, dihadiri oleh
Pejabat Eselon II, Anggota Satlak PI, Kasubbag. TU, Pejabat Pembuat Komitmen,
Bendahara dan Koordinator Pokja ULP Lingkup Ditjen Hortikultura, sebagai
pelaksana adalah Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
B. Agenda rapat adalah :
1. Evaluasi SPI Direktorat Jenderal Hortikultura;
2. Diskusi terkait Pengadaan, Permasalahan Kepegawaian tentang Pembayaran
Tunjangan Kinerja, Kesatkeran, PMD, APBN-P (Dukungan UPSUS PJK dan
Gerakan Tanam Cabai dan Bawang Merah Musim Kering/Kemarau);
3. Evaluasi SPI masing-masing Eselon II lingkup Ditjen Hortikultura;
4. Arahan Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura;
5. Review Evaluasi SPI.
C. Beberapa catatan penting hasil pertemuan adalah:
1. Realisasi anggaran satker pusat dan daerah tahun 2015 per tanggal 23 April
2015 adalah 3,0% (SPM) dan 2,87% (SP2D) dengan komposisi pusat 9,61%
(SPM) dan 8,84% (SP2D) dan daerah dana dekonsentrasi 4,02% serta Tugas
Pembantuan 0,90%;
2. Nilai tersebut masih jauh dari target serapan pada triwulan I sebesar 5%.
Walaupun demikian, nilai presentase tersebut masih lebih tinggi bila
dibandingkan serapan triwulan I pada tahun 2014 yaitu 1,9%. Target realisasi
pada triwulan kedua adalah 50%, pada triwulan ketiga 90% dan triwulan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 426
keempat 100%. Untuk itu perlu dilakukan percepatan pelaksanaan kegiatan
baik di pusat maupun di daerah;
3. Berdasarkan hasil sinkronisasi Angka Sementara Hortikultura terjadi kenaikan
produksi komoditas sayur sebesar 1,90%, buah 9,24%, tanaman obat
18,32%, bunga potong 8,59%, daun potong 23,93%, tanaman pot 9,57% dan
lansekap 25,01%;
4. Berdasarkan hasil pertemuan Monev di Makassar yang diselenggarakan oleh
Biro Perencanaan, mulai tahun 2015 Monev dilakukan baik pada indikator
output maupun outcome. Hal tersebut untuk mengevaluasi manfaat fasilitasi
dana APBN terhadap capaian kinerja. Koordinator Pelaporan diharapkan
dapat mengawal capaian output dan outcome daerah;
5. Perkembangan kegiatan pengadaan pada tahun 2015, pada umumnya masih
dalam tahap persiapan. Meskipun terdapat kegiatan yang mengalami gagal
lelang (tidak ada yang memasukkan), yaitu Fasilitasi Gerakan Pengendalian
OPT Hortikultura untuk pengadaan layanan perkantoran, saat ini sedang
dilaksanakan pelelangan ulang. Paket lelang Ditjen Hortikultura cukup
banyak, untuk itu agar dipisahkan paket mana yang akan dilaksanakan
melalui e-catalog/e-purchasing dan lelang, e-catalog/e-purchasing ditangani
oleh PPK. Pejabat Pengadaan agar segera ditetapkan untuk mendampingi
PPK, jika tidak ada pejabat pengadaan bisa dirangkap oleh Pokja ULP yang
sudah ada;
6. Dalam APBN-P 2015 Dukungan Manajemen mendapatkan alokasi anggaran
sebesar Rp11,216 Milyar dalam bentuk kegiatan mendukung UPSUS
Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai dan kegiatan Monitoring dan
Evaluasi APBNP (Gerakan Tanam Cabai dan Bawang) tahun 2015. Rincian
anggaran kegiatan UPSUS PJK dialokasikan untuk (1) pertemuan koordinasi,
(2) perjalanan koordinasi, pembinaan, pendampingan Upsus PJK, (3)
perjalanan koordinasi, monitoring dan evaluasi, (4) penyusunan laporan
Upsus dan (5) penggandaan laporan Upsus;
7. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan UPSUS, diusulkan perlu pendelegasian
wewenang dari pejabat pada staf termasuk staf satker dan operator untuk
mengikuti supervisi dan pendampingan UPSUS. Oleh karena itu, di dalam SK
Penugasan Direktur diharapkan dapat melibatkan staf satker dan operator
dalam supervisi dan pendampingan UPSUS. Diharapkan dalam
pelaksanaannya tidak hanya pengumpulan data data, tetapi juga dilakukan
analisis terhadap data tersebut;
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 427
8. Rapat koordinasi UPSUS di pusat dapat dilaksanakan dengan melibatkan
unit kerja terkait, dan disediakan alokasi dana konsumsi untuk
penyelenggaraan pertemuan koordinasi tersebut. Untuk penyediaan
konsumsi, dapat berkoordinasi dengan Bagian Umum;
9. Penanggungjawab UPSUS dapat melaksanakan rapat koordinasi di daerah
binaannya dengan mengundang pelaksana UPSUS terkait seperti Dinas
Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota, Bakorluh/Bapeluh, Dandim/Danramil dan
pihak terkait lainnya dengan menggunakan dana APBN-P. Hal tersebut telah
dilaksanakan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura selaku
penanggungjawab 6 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.
Pelaksanaan Rapat diselenggarakan oleh Kabid Hortikultura sebagai PPK
dan bekerjasama dengan Bidang Tanaman Pangan.
10. Mekanisme pengajuan kegiatan/perjalanan UPSUS :
a. Memo dari Direktur (Penanggung Jawab Provinsi/Kabupaten)
disampaikan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal maksimal 2 hari
sebelum tanggal perjalanan
b. Voucher akan diproses oleh Bagian Evaluasi dan Pelaporan
c. SPD dan penyelesaian kwitansi dilakukan oleh Eselon II masing-masing
d. Setelah kwitansi dan SPD selesai, akan diproses oleh Bagian Evaluasi
dan Pelaporan ke Satker;
e. Pengajuan perjalanan berikutnya dilampirkan laporan perjalanan yang
telah dilakukan sebelumnya.
11. Sasaran APBN-P Cabai terdapat kata-kata tercatatnya data produksi dan data
pendukung usaha budidaya cabai merah dan bawang merah secara periodik
dan akurat. Pengalaman dari temuan hasil pemeriksaan adalah kurang
jelasnya siapa yang menerima barang/fasilitasi bantuan serta kurang
optimalnya pemanfaatan fasilitasi bantuan. Dana diharapkan dapat
membantu penyediaan produk cabai merah di musim kering. Disarankan
untuk terus melakukan pengawalan CP/CL Cabe dan Bawang, memonitor
pemanfaatan dananya. Selain itu, pelaksanaan kegiatan agar
didokumentasikan serta BAST-nya harus jelas. Oleh karena itu, hal-hal di
atas agar menjadi perhatian bagi Tim Monitoring dan Evaluasi;.
12. Empat paket bantuan Cabai (Reguler Cabai, APBNP Cabai, Cluster BI, PMD
untuk Cabai), jangan terjadi tumpang tindih. Perlu kehati-hatian dalam
pelaksanaannya. Terutama karena keterbatasan kelompok tani dan jumlah
kelompok tani;
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 428
13. Karena keterlibatan dalam Tim bagi Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura serta Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah menyusul (left
behind), maka perlu ada penjelasan kepada tim dari kedua Direktorat tersebut
tentang APBN-P Cabai Merah dan Bawang Merah;
14. Temuan hasil Audit ASN tahun 2014 oleh Inspektorat Jenderal menunjukkan
terdapat 68 orang pegawai Ditjen Hortikultura yang melakukan pelanggaran
displin ringan sampai dengan sangat berat. Hal ini yang menyebabkan
ditundanya pembayaran Tunjangan Kinerja bulan April 2015 sampai hasil
audit ditindaklanjuti. Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura dan Kepala
Bagian Umum sudah berkoordinasi dengan Biro Organisasi dan Kepegawaian
agar pembayaran Tunjangan Kinerja tidak ditunda dengan menjamin bahwa
temuan hasil audit akan segera ditindaklanjuti. Sekretaris Direktorat Jenderal
Hortikultura akan menindaklanjuti hasil audit tersebut dengan menyampaikan
hasil kepada masing-masing Eselon II, kemudian Eselon II agar
menindaklanjuti kepada pegawai di unit kerja masing-masing. Masing-masing
Eselon II agar mengecek kembali rekap absensi, untuk menghindari
kesalahan rekapitulasi absensi. Untuk pelanggaran disiplin ringan dapat
ditindaklanjuti langsung oleh atasan langsungnya, pelanggaran disiplin
sedang ditindaklanjuti oleh Tim Etika Ditjen Hortikultura, sedangkan
pelanggaran berat akan dibahas oleh Tim Etika Kementerian Pertanian;
15. Asisten PPK diharapkan dapat mengajukan persekot pada H-2. Hingga saat
ini belum ada rancangan kas dari masing-masing penanggungjawab kegiatan.
Selanjutnya untuk perencanaan Kas agar disampaikan setiap bulan dan dapat
disusun berdasarkan dari ROK;
16. Mengingat banyaknya pengadaan benih, maka Direktorat Perbenihan agar
segera membuat voucher pengadaan. Dari Tim Audit Itjen, BPK, BPKP
mewajibkan pembuatan laporan perjalanan dinas. Laporan Perjalanan Dinas
yang belum dibuat agar segera dilengkapi dan disampaikan ke Satker;
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 429
SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI) II
1. Latar Belakang
Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang mempunyai prospek
agribisnis yang cukup cerah di Indonesia. Industri florikultura menjadi salah satu
industri yang sedang berkembang di Indonesia dalam upaya peningkatan kesejahteraan
petani, memperluas lapangan pekerjaan, pariwisata dan menciptakan lingkungan yang
sehat dan nyaman. Florikultura adalah produk hortikultura yang dimanfaatkan sebagai
bahan estetika. Disatu sisi tanaman florikultura selain untuk keindahan juga mempunyai
manfaat bagi penawar polusi dan kelestarian lingkungan.
Peluang pasar tanaman hias baik dalam bentuk pot plant maupun bunga potong dan
daun potong, dewasa ini semakin luas baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar
luar negeri. Konsumen tanaman hias berbagai ragam peminatnya yaitu para hobies,
pedagang dan pengusaha toko bunga ataupun perangkai bunga, karena itu peluang
tersebut perlu dimanfaatkan oleh petani dan pelaku usaha tanaman hias untuk
meningkatkan pendapatannya. Dalam hal ini nursery adalah sebuah lokasi dimana
tanaman hias diperbanyak dan dikembangkan sehingga mempunyai nilai ekonomis,
yang dilakukan oleh petani
Dalam rangka menindaklanjuti penerapan Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peraturan Menteri
Pertanian No.23/Permentan/OT.140/5/2009 tentang Pedoman Umum Sistem
Pengendalian Intern di Lingkup Kementerian Pertanian. Oleh karena itu diperlukan
untuk mempersiapkan kegiatan tersebut dilakukan pertemuan Evaluasi SPI Direktorat
Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Fasilitasi Evaluasi SPI II secara efektif dalam rangka menindaklanjuti penerapan
Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008.
2.2. Sasaran
Sasaran kegiatan Evaluasi SPI II Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura dapat terlaksana secara tertip, lancer dan tepat waktu
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 430
3. Pelaksanaan Kegiatan
a. Waktu dan Tempat
Fasilitasi penyelenggaraan SPI I Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura
dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2015 di Bogor.
b. Peserta
Pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan SPI I terdiri dari karyawan karyawati
lingkup Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
Tabel 25. Hasil Pelaksanaan Kegiatan SPI II :
PEMANTAUAN KEGIATAN PENGADAAN BARANG TA. 2015LINGKUP DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN FLORIKULTURA
NOVEMBER 2015
No Paket PengadaanAnggaran (Rp. 000 )
VolumeRealisasi Keterangan (progress
dan kendala)Volume Anggaran (Rp.)
1 Model PemanfaatanTanaman Florikultura di Perkantoran
145.000.000 1 kali 0 0 Penyusunan KAK, spesifikasi teknis dan draft SK tim teknis, merupakan hasil ralat
2 Upaya menekan kehilangan hasil florikultura melalui pemberdayaan outlet
145.000.000 1 kali
0 0 Penyusunan KAK, spesifikasi teknis dan draft SK tim teknis
3 Apresiasi teknologi dan daya saing produk florikultura
193.298.000,- 1 kali 193.298.000 193.298.000 Sudah dilaksanakan
4 Apresiasi teknologi dan daya saing produk florikultura
193.298.000,- 1 kali 0 0 - Dalam rangka IFEX 2015
- Sedang dalam proses pelaksanaan kegiatan, BAST tanggal 17 Oktober 2015
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 431
No Paket PengadaanAnggaran (Rp. 000 )
VolumeRealisasi Keterangan (progress
dan kendala)Volume Anggaran (Rp.)
5 Hyperlink Profil Pengembangan Florikultura
120.000.000 1 kali 0 0 Proses Ralat
6 Inovasi Model Ekonomi Kreatif Berbasis Florikultura
190.000.000 1 kali 0 0 Dalam rangkaFestival Hortikultura (Karpet Bunga). Sudah dilaksanakan. Sedang dalam proses penyelesaian dokumen (proses SPM)
7 Materi sosialisasi florikultura unggulan berdaya saing
145.000.000 2 kali 145.000.000 145.000.000 Sudah dilaksanakan bulan April 2015 dalam rangka Gajah Mada Agro Expo 2015
8 Pembuatan Road Map Krisan
84.966.000 1 kali 0 0 Sedang dalam proses pelaksanaan oleh pihak ketiga, akhir kontrak bulan November minggu ke 3
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN OKTOBER 2015
NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT
1 PeningkatanKapasitasKampung FloriDalam RangkaPenguatanGreen City
- Kampung Flori” merupakan suatu kawasan dimana terdapat kelompok masyarakat/petani yang menekuni usaha agribisnis tanaman hias secara konsisten. Kampung flori merupakan konsep pemberdayaan pelaku usaha kelompok tani/asosiasi dalam rangka pengembangan florikultura sebagai stock in place penyedia elemen pengembangan Kota Hijau (Green City dan P2KH).
- Selain untuk memenuhikebutuhan masyarakat, pengembang, dan perkantoran, maka kegiatan kampung florijuga bertujuan menyediakan
- Kegiatan koordinasi
antara Direktorat
Budidaya dan
Pascapanen Florikultura
dengan stakeholder
lainnya sangat diperlukan
dalam pelaksanaan
program “Kampung
Flori”
- Diharapkan setiap
kabupaten/kota
memberdayakan pelaku
usaha tanaman hias
dengan program-
program yang dapat
mendorong peningkatan
produksi dan mutu
tanaman hias
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 432
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN SEPTEMBER 2015
NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT
tanaman hias untuk mensuplaikebutuhan elemen tanamandalam Program PengembanganKota Hijau (P2KH) yang dilaksanakan oleh KementerianPUPR yang sebelumnyabernama KementerianPekerjaan Umum.
- Sebagai implementasi dariprogram kampung flori danpenyediaan ruang terbukahijau minimal 30% pada setiapwilayah sesuai amanat UU No 26 Th 2007 maka kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukandi beberapa kota ataukabupaten di Indonesia antara lain adalah program agrotechno park di KabupatenBogor, program 600 taman
- Kegiatan koordinasi
antara Direktorat
budidaya dan
pascapanen florikultura
dengan stake holder
lainnya sangat diperlukan
dalam pelaksanaan
program “Kampung
Flori”
- diharapkan setiap
kabupaten/kota
memberdayakan pelaku
tanaman hias dengan
program-program yang
dapat mendorong
peningkatan produksi
dan mutu tanaman hias
NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT
tematik di Kota Bandung,
program Lorong Garden
(Longgar) di Kota Makassar dan
program Hortipark di Kota
Padang. Keberadaan taman
bukan lagi kebutuhan
melainkan suatu keharusan.
- Fokus pengembangan P2KH
adalah Green Planning and
Design, Green Community, and
Green Open Space. Kegiatan
Green Community and Green
Open Space memerlukan
elemen tanaman hias sehingga
Program Kampung Flori
diperlukan untuk mendukung
kegiatan tersebut.
- Pelaku usaha tanamanhias harus mampumembuat trend-trendjenis tanaman hias baru.
- Kegiatan pendampinganpenguatan kelembagaanflorikultura sangat perludilakukan .
- Jenis-jenis tanaman yangperlu dikembangkanadalah tanaman yangmerupakan andalan untukmenunjang perekonomiandaerah .
- Petani tanaman hiasdiharapkan dapat fokusdan serius dalamberusaha karena bisnistanaman hiasmemberikan marginkeuntungan yang besar .
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 433
NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT
- Permasalahan program pembinaan
budidaya dan pascapanen tanaman
hias di Kota Bandung adalah skala
usaha kecil sehingga teknologi maju
sulit diterapkan, manajemen usaha
belum optimal diterapkan, kualitas
produk beragam sehingga belum
memenuhi standar saya saing
rendah, ketersediaan prasarana
usaha minimal.
NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT
2 Pemberdayaan
Sarana
Prasarana
Pascapanen
Daun dan
Bunga Potong
(Outlet
Berpendingin
Dengan Solar
Cell)
- Outlet berpendingin dengan solar cell
merupakan outlet penjualan/show
window produk florikultura baik
tanaman daun dan bunga potong
maupun tanaman pot dan lansekap
dengan menggunakan solar cell
sebagai pengganti energi listrik.
Fasilitasi outlet berpendingin ini
dilatarbelakangi oleh keterbatasan
pemasaran daun dan bunga potong
yang cenderung dilakukan pada
malam hari untuk mengurangi
terjadinya pelayuan akibat terik
matahari. Pemanfaatan energi solar
cell dimaksudkan agar tidak ada
ketergantungan dari sumber
listrik/PLN.
- Untuk lebihmengoptimalkanpengelolaan outletberpedingin di KotaSemarang akan dilakukanpertemuan dan rapatkoordinasi denganmelibatkan semuastakeholder tanaman hias(petani, pedagang, florist,event organizer,dekorator dan petani) se-Propinsi Jawa Tengahkhususnya daerah sentraflorikultura
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 434
NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT
- Guna mengoptimalkan keberadaanoutlet berpendingin dalammenyediakan produk florikulturasesuai selera pasar/konsumen makaperlu dilakukan pemberdayaan outletberpendingin, antara lain : melaluipengaturan pasokan produkflorikultura, penataan display yangmenarik, dan menampilkankreativitas/ekonomi kreatif dari produkflorikultura, berupa rangkaian, bungakering dan lain-lain.
- Pengelolaan outlet berpendingin akandilakukan oleh pihak ketiga melaluikerjasama pemanfaatan dengan proseslelang. Hal ini mengacu pada PeraturanPemerintah (PP) No. 6 Junto PP No. 27Tahun 2014 Tentang PengelolaanBarang Milik Negara/Daerah.
- Beberapa kendala dalampengembangan florikultura antara lain:
- Kegiatan ini akandifasilitasi oleh DinasPertanian Kota Semarang.Pertemuan tersebutdirencanakan akanmembahas tentangkesepakatan dalampengelolaan danpemanfaatan outletberpendingin sertamembentuk strukturorganisasi pelaksana danpenanggungjawab dalampengelolaan outletberpendingin dimaksud.
NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT
3 Pemasyarakata
n Florikultura
melalui
fasilitasi sewa
stand di
Pameran Flona
2015
- Pameran dan Bursa Flona tahun 2015diselenggarakan di Lapangan Bantengpada tanggal 18 September – 17Oktober 2015 dengan Tema JakartaBangun Tumbuh dan Berkembang.
- Direktorat Budidaya dan PascapanenFlorikultura, berkontribusi melaluisewa stand dengan ukuran 6 m x 6 msebanyak 2 unit untuk memfasilitasibursa tanaman hias para pelakuusaha/asosiasi tanaman hias yaituPerhimpunan Florikultura Indonesia(PFI), Gapoktan Primatara TamanAnggrek Ragunan dan ForumAristektur Lansekap Indonesia (FALI).
- Flona ini bersifat bursa, oleh karenaitu pelaku usaha yang bekerjasamamengisi stand menjual tanamannya dipameran tersebut.
- Menurut pelaku usaha/asosiasi yangdifasilitasi, mereka sangat terbantudan diharapkan tahun depan dapatdifasilitasi lagi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 435
NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT
4 Fasilitasi
konsumsi
kegiatan
Munas
Perhimpunan
Anggrek
Indonesia (PAI)
- Laporan pertanggung jawaban pengurusDPP PAI periode 2010-2015 diterima olehseluruh perwakilan DPD PAI yang hadir.
- DPP PAI periode 2010 – 2015, pada awalperiode tidak memiliki kas kegiatan (nol),namun pada saat penyerahan laporanpertanggung jawaban menyisakananggaran lebih dari 1 Milyar.
- Masing-masing DPD PAI akanmeningkatkan jumlah anggota danmeningkatkan kegiatan PAI daerah antaralain mendukung konservasi anggrekspecies, pelatihan budidaya anggrek.
- DPD PAI mendukung usulan mantanKetua Umum DPP PAI (2010-2015) agaribu Rita Subowo menjadi Ketua UmumDPP PAI periode 2015 – 2020.
- Ibu Rita Subowo terpilih menjadi KetuaUmum DPP PAI periode 2015 – 2020.
- Kelengkapan pengurus DPP PAI akandiputuskan pada Rapat perdana denganwaktu yang belum ditentukan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 436
NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT
- Kegiatan Temu Teknologi Perbenihan Anggrekdiselenggarakan pada tanggal 22 September 2015 diUniversitas Brawijaya Guess House Malang. Pesertapertemuan terdiri dari pelaku usaha anggrek, instansiterkait dan mahasiswa. Pertemuan dibuka secararesmi oleh Kasubdit Benih Florikultura.
- Beberapa hal yang perlu dicermati untukmemperoleh anggrek silangan baru yang berprospekpasar yaitu Ideotype, tanaman induk dan strategipenyilangan.
- Konsep Ideotipe tanaman anggrek Dendrobiumpotong adalah Warna bunga cerah, putih merahkuning bentuk ukuran bervariasi; Panjang tangkai ≥60 cm; Rajin berbunga (prod. ≥ 10 tangkai /th);Bentuk tanaman dengan internode agak rapat;tanaman kuat, tidak mudah rebah; tahan virus,penyakit; tahan cuaca ekstrim Jumlah kuntum > 16kuntum/tangkai bunga tebal Vase-life lama (6-8minggu); Daun pendek sudut daun > 45o – 60°; daunbawah tidak ternaungi
NO KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT
5 Menghadiri
undangan
Kegiatan
lomba anggrek
dan temu
teknologi
perbenihan
anggrek
- Lomba Anggrek Unggul Nasionaldiselenggarakan pada tanggal 21September 2015 di Malang. Kegiatan initerselenggara atas kerjasama DirektoratPerbenihan Hortikultura denganPerhimpunan Anggrek Indonesia (PAI)Malang Raya.
- Tujuan diadakannya lomba anggrekadalah untuk mencari anggrek unggulyang diharapkan laku di pasar dan akandiperbanyak secara massal.
- Lomba diikuti oleh 22 peserta yangberasal dari Malang, Depok dan Bandung
- Kriteria pemenang lomba anggrek dilihatdari mutu bunga, tekstur, produktivitas,kerajinan berbunga, kesehatan danmudah perawatannya.
- PT Eka Karya akanmemperbanyaktanaman pemenanghasil lomba yaitudendrobium Doctor SitiFadilah Supari yangmerupakan hasilsilangan PaK Wira.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 437
DATABASE PROFIL PENGEMBANGAN FLORIKULTURA
1. Latar Belakang
Pengembangan florikultura di Indonesia belum berjalan secara optimal baik dalam
kerangka mendukung pembangunan sosial-ekonomi secara umum maupun dalam
mendukung perbaikan kualitas lingkungan. Masih banyak sumberdaya genetik,
dukungan iklim tropis dengan keanekaragaman kondisi lingkungannya, SDM, inovasi
teknologi dengan sarana pendukungnya belum termanfaatkan secara optimal untuk
membangun industri florikultura yang berdaya saing. Disisi lain kebutuhan akan produk
florikultura baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun peluang ekspor cukup besar.
Kebutuhan untuk dalam negeri baik yang terkait dengan pengembangan pertamanan,
dekorasi, interior desain maupun untuk rangkaian, vas bunga serta bunga tabur belum
terpenuhi dengan baik, masih sering ditemui keluhan dari pengguna/ konsumen.
Dalam arti luas Industri Florikultura terkait erat dengan kegiatan/usaha seleksi atau
koleksi galur-galur harapan/tanaman unggulan, sistim perbenihan dan budidaya,
distribusi, pembuatan taman baik indoor maupun outdoor, interior desain dan rangkaian
bunga. Pada level nasional, masalah florikultura melibatkan beberapa intansi pembina
atau yang berkaitan dengan program kerjanya, mulai dari Kementerian Pertanian,
Kementerian PU dan Perumahan Rakyat, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
Pada Program Green City yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian dimulai sejak
tahun 2010, banyak melibatkan pelaku usaha florikultura untuk menyiapkan produk
florikultura yang continue, perlu disinergikan dengan Program Kota Hijau Kementerian
PU dan Perumahan Rakyat serta Kemeterian terkait lainnya, dengan menyesuaikan
perkembangan pembangunan Green City yang terjadi di masing-masing kota baik yang
dllakukan atas inisiatif/ pembiayaan dari Pemerintah, Swasta CSR (Corporate Sosial
Responsibility) maupun masyarakat secara umum. Diketaui bahwa, fokus kegiatan
Green City secara umum adalah a) membangun awareness/kepedulian dan tanggung
jawab semua pihak, b) membangun sinergi antar intansi pemerintah maupun swasta
terkait dan c) meningkatkan peran serta pelaku usaha florikultura khususnya dalam
mewujudkan nursery yang handal untuk berperan sebagai penyedia elemen taman/
display Green City serta d) membangun kemitraan usaha antara pengembang/
pelaksana tender pembangunan dan pemeliharaan taman/display dengan para pelaku
usaha florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 438
Dengan memperhatikan bahwa sangat dibutuhkannya tanaman florikultura, ditambah
lagi ekspor florikultura terbesar terjadi pada kelompok Cut flowers & Flower Buds for
ornamental dried, maka keberadaan data/informasi tentang ketersediaan daerah sentra
florikultura, jenis dan pelaku usaha florikultura menjadi hal yang sangat penting. Saat ini,
system pendataan tanaman florikultura masih sangat lemah.
Lemahnya sistem informasi untuk mendeteksi secara lebih akurat yang diakibatkan oleh
rendahnya mutu data/informasi akan sangat menyulitkan upaya-upaya yang terkait
dengan penentuan kebijakan pengembangan agribisnis maupun keputusan pemilihan
investasi yang dilakukan oleh swasta.
Guna menkonsolidasikan stakeholder terkait perlu adanya suatu jejaring komunikasi
sehingga ada kesepahaman/sinergi berbagai kegiatan yang mendorong industri
florikultura bisa tumbuh berdaya saing secara efektif. Komunikasi dan sinergi yang baik
tersebut sangat memerlukan dukungan sistem informasi yang memadai dalam sarana
komunikasi baik melalui internet yang terbuka untuk umum maupun intranet untuk
anggota stakeholder tertentu saja.
Selain itu, untuk menumbuhkembangkan agribisnis florikultura pada suatu kawasan
diperlukan suatu sistem informasi secara sistimatis. Masalah utama yang harus
didukung adalah (1) operasional usaha yang berjalan dan (2) investasi jangka
menengah dan jangka panjang. Sistem informasi sedemikian rupa dibangun melalui
penyediaan data dan informasi secara memadai, pengolahan data dan penyajian data
untuk selanjutnya dapat disampaikan kepada manajemen secara berjenjang, baik
institusi pemerintah maupun swasta.Untuk mendukung ini semua, Direktorat Budidaya
dan Pascapanen Florikultura membuat “Database Profil Pengembangan Florikultura”
yang ditampilkan dalam bentuk website.
Pengelompokan jenis dan sistem pengelolaannya data dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Operasional usaha yang berjalan melalui sistem databased.
- potensi produksi/penyediaan produk (kapasitas pasang)
- kemampuan memasarkan produk, Informasi untuk masing masing petani/
pedagang/pengusaha per jenis usaha, per segmen usaha, per wilayah sentra.
b. Investasi jangka menengah dan jangka panjang melalui data analisis.
- profil kawasan meliputi: dukungan SDM dan SDA, dukungan infrastruktur,
dukungan regulasi, fasilitasi pelayanan publik, dukungan sistem informasi,
dukungan permodalan, kelembagaan dan kemitraan usaha.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 439
- profil komoditi meliputi : prospek pasar, promosi, penguasaan inovasi teknologi
dan manajemen usaha serta sistem rantai pasokan/Supply Chain Management
(SCM) yang erat kaitannya dengan pengembangan agribisnis.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Membuat jejaring atau sistim informasi pengembangan florikultura di Indonesia
dan negara-negara mitra terkait dalam bentuk website yang bisa diakses oleh
umum iternet dan atau intra net yang dapat diakses oleh anggota/ mitra terkait.
2.2 Sasaran
Adanya jejaring informasi yang efektif bagi para pelaku usaha, intansi pembina
serta masyarakat umum dalam upaya pengembangan florikultura.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar 120.000.000,-
3.2. Data dan Informasi
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pembuatan database profil pengembangan florikultura dilaksanakan melalui
pihak ketiga atau konsultan sistem informasi melalui pemilihan langsung.
5. Keluaran/Output
Terfasilitasinya koordinasi penyediaan data base/informasi profil pengembangan
florikultura yang diharapkan dapat menjadi acuan berbagai pihak dalam pengembangan
tanaman florikultura.
6. Hasil dan Kesimpulan
6.1. Hasil
1. Database Profil Pengembangan Florikultura ditujukan untuk menjadi website
yang diakses masyarakat luas, namun untuk tahap pertama hanya berupa
intranet yang hanya diakses oleh Subdit/Bagian lingkup Direktorat Budidaya
dan Pascapanen Florikultura dan mitra kerja terkait seperti Sekditjen
Hortikultura dan Pusdatin Kementerian Pertanian.
2. Pengelompokan jenis dan sistem pengelolaannya data dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Operasional usaha yang berjalan melalui sistem databased.
- potensi produksi/penyediaan produk (kapasitas pasang)
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 440
- kemampuan memasarkan produk, Informasi untuk masing masing
petani/ pedagang/pengusaha per jenis usaha, per segmen usaha,
per wilayah sentra.
b. Investasi jangka menengah dan jangka panjang melalui data analisis.
- profil kawasan meliputi: dukungan SDM dan SDA, dukungan
infrastruktur, dukungan regulasi, fasilitasi pelayanan publik,
dukungan sistem informasi, dukungan permodalan, kelembagaan
dan kemitraan usaha.
- profil komoditi meliputi : prospek pasar, promosi, penguasaan inovasi
teknologi dan manajemen usaha serta sistem rantai pasokan/Supply
Chain Management (SCM) yang erat kaitannya dengan
pengembangan agribisnis.
3. Penggunaan server yaitu menggunakan domain di luar government co.id
untuk lebih mempermudah akses.
4. Keluaran Database berupa :
I. Beranda
1. Informasi Profil Direktorat Florikultura
- Sejarah berdirinya Florikultura mulai dari Direktorat Tanaman
Hias hingga menjadi Direktorat Florikultura (SK Permentan).
- Visi-misi dan tupoksi dalam bentuk tulisan biasa, tidak dilengkapi
bagan.
- Kebijakan
- Pejabat dan Struktur Organisasi dalam bentuk bagan, sekaligus
mencantumkan nama pejabat
2. Informasi dalam bentuk :
- Informasi Kegiatan/Berita
Kegiatan seperti acara pertemuan/temu lapang/pameran/
gerakan berupa berita dilengkapi dengan foto.
- Program Kegiatan
Berupa informasi tentang komoditas unggulan mulai dari
pengembangan kawasan, pengembangan sarana prasarana,
standarisasi mutu, registrasi lahan, sertifikasi GAP GHP serta
pengembangan promosi dan pemasaran.
- Peraturan Perundangan
Berupa uraian tentang ruang lingkup tujuan dan sasaran serta
keterlibatan peraturan tersebut dengan GAP, GHP, PP 25 tahun
2014, Permentan 70.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 441
- Aneka Informasi
Berupa informasi tentang hal yang berkaitan dengan kegiatan
florikultura seperti : merangkai bunga, taman in door dan out
door, pohon pelindung, display taman.
- Event dan galeri foto kegiatan
3. Profil Komoditas
Adalah uraian singkat yang menjelaskan potensi komoditas unggulan
tersebut mulai dari benih varietas unggul, areal panen dan produksi,
pelaku usaha, target pasar serta prospek investasi yang dilinkkan
dengan content buku komoditas yang dapat diupload. Adapun
komoditas yang ditampilkan adalah krisan, mawar, melati, anggrek,
dracaena
4. Daerah sentra florikultura
Berbentuk peta wilayah administrasi/tabel yang menjelaskan ring
area panen dan atau produksi dari komoditas unggulan seperti
krisan, mawar, anggrek, melati, dracaena untuk masing-masing
wilayah administrasi.
II. DATA BASE
Berupa sarana untuk menyimpan/memanage data menggunakan cms
(content management system)yang akan dilinkkan dengan peta
administrasi dan atau profil komoditas unggulan.
Ruang lingkup data dan informasi database meliputi :
1. Data produksi tahunan selama lima tahun terakhir per kabupaten
kota dan per propinsi dengan sumber dari BPS dengan variebel
satuan tangkai atau kilogram
2. Data luas panen selama lima tahun terakhir dengan variable meter
3. Data pelaku usaha per kabupaten/kota yang terbagi ke dalam :
a. perusahaan
b. gapoktan
c. poktan
d. asosiasi
dengan variable-variabel i) nama kelembagaan ; ii) alamat dan
kontak person ; iii) serta produk/jasa yang dihasilkan
4. Eksport-Import
Meliputi data-data volume dan atau nilai eksport import per kode HS
negara tujuan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 442
5. Pasar bunga
Merupakan data-data berupa volume dan atau nilai perdagangan
pada suatu pasar per minggu dan atau per bulan untuk jenis-jenis
tanaman yang dipasarkan
6. Pemasukan dan pengeluaran benih florikultura
Berupa data-data volume dan atau nilai eksport per varietas jenis
benih per Negara tujuan per bandara tujuan.
7. Data-data yang ditampilkan dapat diakses di alamat florikultura.com.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 443
1771. PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PRODUK SAYURAN DAN
TANAMAN OBAT RAMAH LINGKUNGAN
1771.007. PEDOMAN-PEDOMAN
1771.007.001. PEDOMAN-PEDOMAN
011 PENGUMPULAN DATA/KOORDINASI
PERJALANAN DALAM RANGKA IDENTIFIKASI, PENGUMPULAN DATA/BAHAN DAN
KOORDINASI PENINGKATAN MUTU TANAMAN OBAT DAN JAMUR
Perjalanan dalam rangka Identifikasi, Pengumpulan Data/Bahan dan Koordinasi Peningkatan
Mutu Tanaman Obat dan Jamur ke Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, Kabupaten
Bogor, Kota Bogor, Balikpapan, Tegal, Tasikmalaya, Cianjur, Boyolali, Palembang, Denpasar
dan Kabupaten Wonosobo.
PERJALANAN DALAM RANGKA PENGUMPULAN DATA/KOORDINASI KAWASAN
TANAMAN OBAT DAN JAMUR
Perjalanan dinas dalam rangka pengumpulan data / koordinasi kawasan tanaman obat dan
jamur dilaksanakan ke Sukoharjo, Wonogiri, Tasikmalaya, Ciamis, Sukabumi, Pontianak,
Semarang, Pandeglang dan Lebak.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 444
012 PENYUSUNAN/PENGGANDAAN
PENYUSUNAN MONOGRAFI BAWANG MERAH
1. Latar Belakang
Bawang merah adalah komoditas penting di Indonesia. Konsumsi bahan bumbu
tersebut sangat besar, karena digunakan setiap hari oleh semua rumah tangga dan
industri.
Daerah-daerah penghasil bawang merah tersebar di Indonesia. Beberapa wilayah
sentra penghasil bawang merah secara tetap dalam jumlah besar, dalam wilayah yang
sangat luas dan saling berdekatan telah ditetapkan sebagai kawasan sentra produksi
bawang merah, dengan arah tujuan pasar sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri
atau untuk tujuan ekspor.
Pengembangan bawang merah terus dilakukan guna memenuhi ketersediaan pasokan
kebutuhan pasar dalam negeri dan juga ekspor. Kekurangan bawang merah akan
mengakibatkan gejolak harga dan inflasi. Oleh karena itu perlu terus dilakukan
peningkatan produksi, pengaturan pola produksi bawang merah dan cabai merah di
daerah-daerah sentra produksi.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Menyusun informasi daerah sentra produksi, data produksi serta waktu panen
bawang merah khususnya di Kabupaten Brebes dan daerah sekitarnya.
2.2. Sasaran
Menyediakan informasi daerah sentra produksi, data produksi, waktu panen
bawang merah di sentra produksi Kab Brebes dan daerah sekitarnya.
3. Masukan/ Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 76.584.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 70.615.000,-
3.3. Data dan informasi tentang daerah sentra, potensi produksi, waktu panen, bawang
merah;
3.4. SDM (petugas pusat, daerah dan instansi terkait).
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 445
4.1. Berupa Honor narasumber non PNS dan PNS dalam penyusunan Monografi
Bawang Merah pada tanggal 19-21 Nopember 2015 di Bogor.
4.2. Berupa biaya perjalanan dalam rangka identifikasi informasi data monografi
bawang merah di Kab. Brebes dan daerah sekitarnya.
4.3. Berupa perjalanan, akomodasi dan konsumsi peserta dalam rangka pertemuan
penyusunan monografi bawang merah.
5. Keluaran/Output
5.1. Terlaksananya perjalanan dalam rangka identifikasi informasi data monografi di
Kab. Brebes dan daerah sekitarnya.
5.2. Terlaksananya kegiatan penyusunan buku Monografi Bawang Merah pada tanggal
19-21 Nopember 2015 di Bogor yang dihadiri peserta pusat, daerah dan instansi
terkait.
5.3. Tersusunnya Buku Monografi bawang merah di Kabupaten Brebes dan daerah
sekitarnya.
6. Hasil/Outcome
Tersedianya Buku Monografi Bawang Merah.
7. Manfaat/Benefit
Petugas, pelaku usaha mendapat informasi daerah sentra produksi, potensi produksi,
waktu panen bawang merah di daerah sentra terutama Kabupaten Brebes.
8. Dampak/Impact
Informasi yang tersedia dapat digunakan sebagai bahan monitoring ketersediaan
bawang merah di daerah sentra produksi.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Buku Monografi bawang merah dapat memberikan informasi dan pengetahuan
tentang potensi produksi dan waktu panen bawang merah di sentra produksi.
9.2. Saran
Perlunya sosialisasi mengenai informasi yang berkaitan dengan daerah sentra
produksi, produksi, waktu panen sebagai bahan monitoring ketersediaan bawang
merah di daerah sentra produksi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 446
PENYUSUNAN DAN PENCETAKAN REVISI SOP CABAI RAWIT MERAH
1. Latar Belakang
Sayuran merupakan komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pasar yang cukup
menarik. Produksi sayuran secara nasional selain ditujukan bagi pemenuhan
permintaan di dalam negeri juga berpotensi sebagai komoditas ekspor. Walaupun
komoditas sayuran dikategorikan sebagai komoditas yang cepat rusak, akan tetapi
komoditas ini mempunyai peran yang cukup berarti dalam perdagangan internasional.
Preferensi pasar menuntut adanya standard dan mutu produksi yang semakin ketat.
Oleh sebab itu dalam memasuki era perdagangan bebas, dituntut adanya persiapan
dan penyesuaian terhadap management produksi dan mutu untuk meningkatkan daya
saing di pasar global agar memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif.
Dengan demikian, informasi mengenai pengembangan sayuran yang meliputi daerah
sentra produksi, pelaku usaha, rantai pemasaran serta kelembagaan tani sangat
diperlukan dalam peningkatan mutu dan produktivitas.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tersedianya informasi mengenai standar operasional prosedur cabai merah bagi
petani/pelaku usaha maupun petugas daerah mengenai pengembangan agribisnis
cabai merah.
2.2. Sasaran
Standar operasional prosedur cabai merah yang tersedia akan dimanfaatkan oleh
petugas daerah serta pelaku usaha di daerah untuk menghasilkan produk sayuran
bermutu.
3. Masukan/Input
Masukan yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan ini adalah :
3.1. Anggaran sebesar Rp. 56.538.000,-
3.2. Realiasasi keuangan sebesar Rp. 54.451.300,-
3.3. Data dan Informasi mengenai teknologi budidaya cabai rawit merah di musim
kemarau, penggunaan rain shelter saat panen di musim hujan.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 447
4.1. Pencetakan buku revisi SOP Cabai Rawit Merah sebanyak 600 buku.
4.2. Pemberian honor narasumber non PNS dan PNS serta moderator dalam
penyusunan revisi SOP Cabai Rawit Merah.
4.3. Dukungan kegiatan dalam bentuk perjalanan, akomodasi dan konsumsi kegiatan
penyusunan Revisi SOP Cabai Rawit Merah.
5. Keluaran/Output
5.1. Tercetaknya buku revisi SOP Cabai Rawit Merah sebanyak 600 buku.
5.2. Terlaksananya kegiatan penyusunan Revisi SOP Cabai Rawit Merah.
6. Hasil/Outcome
Terdistribusi dan tersosialisasinya Buku Revisi SOP Cabai Rawit Merah.
7. Manfaat/Benefit
7.1. Petani/pelaku usaha berupaya menerapkan SOP dalam melakukan usaha
budidaya sayuran sesuai prinsip GAP.
7.2. Petugas/Petani/pelaku usaha di daerah sentra produksi sayuran dapat
membuat/menyusun SOP sesuai dengan kondisi di wilayah masing-masing.
8. Dampak/Impact
Meningkatnya produksi dan mutu sayuran yang memenuhi standar /preferensi
konsumen.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Buku Revisi SOP Cabai Rawit Merah memberikan informasi dan pengetahuan
petani/pelaku usaha dalam budidaya cabai sesuai prinsip GAP.
9.2. Saran
Perlunya sosialisasi dan peningkatan pemahaman bagi petani/pelaku usaha dan
petugas mengenai informasi dan pengetahuan budidaya sayuran cabai rawit
merah yang benar sesuai prinsip GAP.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 448
PENCETAKAN BUKU DAN LEAFLET MONOGRAFI BAWANG MERAH
1. Latar Belakang
Bawang merah adalah komoditas penting di Indonesia. Konsumsi bahan bumbu
tersebut sangat besar, karena digunakan setiap hari oleh semua rumah tangga dan
industri.
Daerah-daerah penghasil bawang merah banyak tersebar di Indonesia. Beberapa
wilayah sentra penghasil bawang merah secara tetap dalam jumlah besar, dalam
wilayah yang sangat luas dan saling berdekatan telah ditetapkan sebagai kawasan
sentra produksi bawang merah, dengan arah tujuan pasar sebagai pemenuhan
kebutuhan dalam negeri atau untuk tujuan ekspor.
Pengembangan bawang merah terus dilakukan guna memenuhi ketersediaan pasokan
kebutuhan pasar dalam negeri dan juga ekspor.
Kekurangan bawang merah akan mengakibatkan gejolak harga dan inflasi. Oleh karena
itu perlu terus dilakukan peningkatan produksi, pengaturan pola produksi bawang merah
dan cabai merah di daerah-daerah sentra produksi.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tersedianya informasi mengenai buku dan leafler bawang merah bagi
petani/pelaku usaha maupun petugas daerah mengenai pengembangan agribisnis
sayuran.
2.2. Sasaran
Petugas daerah serta pelaku usaha di daerah sentra mampu memahami dan
menerapkan standar dalam buku dan leaflet untuk menghasilkan produk sayuran
bermutu.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 21.000.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 20.900.000,-
3.3. Data dan informasi tentang daerah sentra, potensi produksi, waktu panen, bawang
merah;
3.4. SDM (petugas pusat, daerah dan instansi terkait).
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 449
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk penyediaan biaya pencetakan buku dan leaflet
monografi bawang merah.
5. Keluaran/Output
Tercetaknya buku dan leaflet monografi bawang merah masing-masing sebanyak 500
buku dan 1.400 lembar leaflet.
6. Hasil/Outcome
Terdistribusi dan tersosialisasinya Buku dan Leaflet Monografi Bawang Merah.
7. Manfaat/Benefit
Petugas, pelaku usaha mendapat informasi daerah sentra produksi, potensi produksi,
waktu panen bawang merah di daerah sentra.
8. Dampak/Impact
Informasi-informasi yang tersedia dapat digunakan sebagai bahan monitoring
ketersediaan bawang merah di daerah sentra produksi.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Buku dan leaflet Monografi bawang merah dapat memberikan informasi dan
pengetahuan petani/pelaku mendapat informasi daerah sentra produksi, potensi
produksi, waktu panen bawang merah di sentra produksi.
9.2. Saran
Perlunya sosialisasi mengenai informasi-informasi yang berkaitan dengan daerah
sentra produksi, produksi, waktu panen sebagai bahan monitoring ketersediaan
bawang merah di daerah sentra produksi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 450
PENYUSUNAN REVISI SNI SAYURAN
1. Latar Belakang
Dalam rangka mengantisipasi arus perdagangan bebas dan meningkatkan daya saing
produk hortikultura, seluruh produsen dan para pelaku usaha hortikultura khususnya
komoditas sayuran dituntut untuk dapat memenuhi standar mutu sesuai permintaaan
konsumen yang meliputi aspek mutu, keamanan pangan, kesehatan dan kelestarian
lingkungan. Diperlukan standar yang akan menjadi acuan produsen dan pelaku usaha
serta dapat digunakan sebagai acuan dalam pembinaan mutu produk. Dengan demikian
diharapkan petani dapat memproduksi sesuai dengan standar mutu yang dikehendaki
konsumen baik domestik maupun internasional.
Untuk subsektor hortikultura khususnya komoditi sayuran, standar SNI yang sudah ada
belum diberlakukan wajib karena pelaku usaha sayuran belum dapat memenuhi kriteria
yang ada. Di sisi lain terdapat pula komoditas sayuran yang belum terdapat SNInya.
Untuk itu diperlukan koordinasi dengan seluruh pihak yang memerlukan penerapan
standar ini.
Menindaklanjuti hal tersebut di atas perlu dilakukan penyusunan materi standar sayuran
untuk komoditas cabai merah, hal ini dilakukan agar standar yang kita miliki lebih
mengikuti perkembangan zaman ataupun kondisi sekarang dan digunakan sebagai
acuan untuk masuknya produk cabai dari negara lain.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan revisi atas SNI cabai yang sudah
ada dan disesuaikan dengan standar-standar yang masih berlaku saat ini.
2.2. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya draft revisi SNI cabai merah.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 24.450.000,-
3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp. 3.998.000,- .
3.3. Informasi Teknologi
3.4. Draft naskah untuk revisi SNI cabai.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 451
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan penyusunan Revisi SNI dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:
4.1. Belanja Bahan
Belanja bahan yang dibutuhkan untuk pengadaan konsumsi selama pertemuan
penyusunan Revisi SNI cabai.
4.2. Belanja Jasa Profesi
Belanja jasa profesi yang dibutuhkan untuk honor narasumber dan moderator
penyusunan Revisi SNI cabai.
5. Keluaran/Output
5.1. Tersedianya draf revisi SNI cabai sebagai hasil dari pertemuan pembahasan dan
penyusunan revisi SNI cabai pada hari Jumat tanggal 3 Juli 2015.
5.2. Konsinyasi/Penyusunan Penyusunan Revisi SNI Sayuran dilaksanakan di Ruang
Rapat Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat
Direktorat Jenderal Hortikultura, Jakarta.
5.3. Peserta berjumlah 14 orang yang terdiri dari narasumber yaitu Dr. Ahsol Hasyim
dari Balai Penelitian Sayuran Lembang dan Ir. Siti Pujiarti dari Direktorat
Standarisasi dan Mutu Direktorat Jenderal Hortikultura, serta petugas pusat dari
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
5.4. Draf RSNI cabai yang dihasilkan sudah diteruskan ke Direktorat Mutu dan
Standarisasi Dittjen PPHP untuk ditindaklanjuti.
6. Hasil/Outcome
Tersedianya draft Revisi SNI cabai sebagai bahan penyusunan standar oleh instansi
terkait.
7. Manfaat/Benefit
Revisi standar SNI cabai dapat diharmonisasikan.
8. Dampak/Impact
Daya saing produk sayuran dan tanaman obat dalam negeri meningkat sehingga
mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain dan ekspor meningkat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 452
PENYUSUNAN BUKU SAKU BUDIDAYA TANAMAN OBAT
1. Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan atau
digunakan sebagai tanaman obat. Kurang lebih 85% dari kebutuhan bahan baku obat
tradisional untuk IOT dan IKOT masih diperoleh dari penambangan hutan tanpa upaya
budidaya yang baik. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri bagi pengembangan
kemandirian bidang kesehatan pada masing-masing sentra produksi tanaman obat.
Untuk mengatasi permasalahan ini, kebijakan pengembangan tanaman obat diarahkan
agar sentra-sentra produksi tanaman obat meningkatkan produksi dan kualitasnya.
Terkait penambangan tanaman obat, pemerintah berusaha melindungi plasma nutfah
yang ada terhadap penggunaan yang tidak bertanggungjawab atau merugikan
masyarakat dan lingkungan hidup serta sedapat mungkin menurunkan kebutuhan
bahan baku obat dan penambangan yang tidak terkendali.
Banyaknya jenis tanaman obat yang ada di Indonesia menyebabkan banyak dari
tanaman tersebut tidak dikenali oleh masyarakat, hal ini mengakibatkan banyak
masyarakat yang tidak familiar menggunakan tanaman sebagai obat untuk pengobatan
atau kesehatan di tengah masyarakat dan banyak juga dari jenis tanaman obat ini yang
hampir dilupakan oleh masyarakat. Dalam upaya menginformasikan jenis, nama, fungsi
dan cara membudidayakan tanaman obat maka diperlukan menyusun dan mencetak
buku saku budidaya tanaman obat. Buku saku dimaksud mencakup cara budidaya, dan
lokasi dimana tanaman obat dapat dibudidayakan.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tersusunnya buku saku Budidaya Tanaman Obat.
2.2. Sasaran
Tersedianya informasi berbagai jenis, cara budidaya dan manfaat tanaman obat
bagi petani, pelaku usaha dan masyarakat.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 78. 579.000.-.
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 76.647.052,-.
3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang disajikan dalam buku saku
budidaya tanaman obat adalah teknologi berbudidaya berbagai ragam tanaman
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 453
obat baik yang dapat dibudidayakan oleh petani maupun yang masih ditambang
dari alam seperti pasak bumi. Informasi yang disajikan memberikan pencerahan
baru bagi petani, pelaku usaha atau masyarakat dalam memulai berbudidaya
tanaman obat. Informasi yang disajikan merupakan cara berbudidaya tanaman
obat yang baik dan ramah lingkungan.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Penyusunan Buku Saku Budidaya Tanaman Obat telah dilaksanakan dengan tahapan
pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :
4.1. Belanja Bahan
Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan penyusunan buku saku
budidaya tanaman obat, belanja bahan digunakan untuk a) sarana pendukung
satu kali berupa tas, flash disk dan seminar kit; b) Konsumsi penyusunan buku
saku sebanyak dua kali.
4.2. Belanja Jasa Profesi
Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan honor moderator saat
dilakukan penyusunan buku saku budidaya tanaman obat.
4.3. Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi
Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi digunakan untuk mencetak buku
saku budidaya tanaman obat.
4.4. Belanja Perjalanan Biasa
Belanja Perjalanan Biasa digunakan untuk mengumpulkan data/koordinasi dan
informasi kawasan tanaman obat dan jamur.
5. Keluaran/Output
5.1. Terlaksananya kegiatan Penyusunan Buku Saku Budidaya Tanaman Obat yang
dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 30 Maret 2015 dan 3 Juni
2015.
5.2. Tersusunnya Buku Saku Budidaya Tanaman Obat.
6. Hasil/Outcome
Tersedianya bahan informasi berupa Buku Saku Budidaya Tanaman Obat.
7. Manfaat/Benefit
Tersedianya Informasi budidaya tanaman obat berupa buku saku.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 454
8. Dampak/Impact
Tersebarnya informasi kepada petani, petugas dan pelaku usaha agribisnis sayuran dan
tanaman obat.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Tanaman Obat merupakan komoditas hortikultura yang memiliki keanekaragaman
dan potensi serta mempunyai nilai ekonomis yang tinggi namun pemanfaatannya
masih terbatas.
9.2. Saran
Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat dan pelaku usaha untuk
memperkenalkan dan meningkatkan minat dalam pemanfaatan tanaman obat.
PENCETAKAN ULANG SOP BUDIDAYA SAYURAN
1. Latar Belakang
Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pasar
yang cukup menarik. Produksi sayuran secara nasional selain ditujukan bagi
pemenuhan permintaan di dalam negeri juga berpotensi sebagai komoditas ekspor.
Walaupun komoditas sayuran dikategorikan sebagai komoditas yang cepat rusak, akan
tetapi komoditas ini mempunyai peran yang cukup berarti dalam perdagangan
internasional.
Preferensi pasar menuntut mutu produksi semakin ketat, sementara mutu produksi
sayuran sendiri belum memenuhi persyaratan tersebut. Oleh sebab itu memasuki era
perdagangan bebas, dimana persaingan semakin ketat, dituntut adanya persiapan dan
penyesuaian terhadap management produksi dan mutu untuk meningkatkan daya saing
di pasar global terutama produk sayuran dan tanaman obat yang memiliki keunggulan
komperatif dan kompetitif ditingkat dunia internasional.
Dengan demikian, dituntut adanya kesanggupan dari petani/produsen untuk melakukan
usaha produksi dengan teknik budidaya yang baik dan benar sesuai prinsip GAP yang
dijabarkan dalam bentuk panduan Standar Operasional Prosedur (SOP). Oleh karena
itu sebagai langkah awal perlu disusun panduan SOP untuk usaha budidaya tanaman
sayuran spesifik lokasi yang didalamnya diuraikan secara detail tentang cara
penanganan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan usaha budidaya mulai dari
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 455
pemilihan lokasi, benih, pemeliharaan tanaman, dan panen. Untuk selanjutnya SOP di
daerah sentra produksi sayuran tersebut perlu disosialisasikan untuk diterapkan oleh
petani sebagai panduan/acuan dalam melakukan usaha produksi sayuran sesuai prinsip
GAP.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1 Tujuan
Tersedianya informasi mengenai standar operasional prosedur sayuran yang lebih
baik dan akurat bagi petani/pelaku usaha maupun petugas daerah mengenai
pengembangan agribisnis sayuran.
2.2 Sasaran
Petugas daerah serta pelaku usaha di daerah sentra mampu memahami dan
menghasilkan produk sayuran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 24.990.000,- .
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 24.500.000,- .
3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang disajikan dalam cetak ulang buku-
buku sayuran adalah teknologi berbudidaya sayuran secara baik dan ramah
lingkungan.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Pencetakan ulang SOP Budidaya Sayuran sebanyak 1000 eksemplar. Selanjutnya
dilakukan pendistribusian kepada masyarakat, petugas, dan pelaku usaha melalui
berbagai kegiatan pertemuan maupun promosi.
5. Keluaran/Output
5.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada Bulan Februari 2015.
5.2. Pencetakan ulang buku berjumlah 1 judul buku yaitu SOP Budidaya Sayuran.
5.3. Pencetakan berjumlah 1.000 eksemplar.
6. Hasil/Outcome
Terdistribusi dan tersosialisasinya SOP Budidaya Sayuran.
7. Manfaat/Benefit
Petani/pelaku usaha dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam
menerapkan teknologi budidaya sayuran secara baik dan ramah lingkungan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 456
8. Dampak/Impact
Tersebarnya informasi kepada petani, petugas dan pelaku usaha agribisnis sayuran.
PENCETAKAN ULANG PEDOMAN TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN
TANAMAN OBAT, SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM, SOP
PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT (RIMPANG), PEDOMAN TEKNOLOGI
PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR, LEAFLET SOP PASCAPANEN TANAMAN OBAT
(RIMPANG) DAN PENCETAKAN PROFIL KELEMBAGAAN TANAMAN OBAT DAN
JAMUR, BUKU TEKNIS PASCAPANEN TANAMAN OBAT DAN JAMUR.
1. Latar Belakang
Komoditi hortikultura khususnya tanaman obat dan jamur setelah dipanen sampai
beberapa saat masih melakukan kegiatan metabolisme seperti proses respirasi dan
tranpirasi yang dapat mempengaruhi kondisi produk tersebut seperti keriput, layu atau
tidak segar, perubahan warna dan rasa, perubahan aroma dan bau asing atau
membusuk dan sebagainya. Penanganan pasca panen yang baik sangat dibutuhkan
karena akan menentukan kualitas dan kuantitas produk, dimana penanganannya harus
memperhatikan sifat-sifat dari komoditas secara spesifik dan dapat berbeda satu
dengan lainnya. Tingkat kehilangan hasil masih sangat tinggi, walaupun sampai saat ini
masih belum ada data yang pasti, namun diperkirakan berkisar antara 20% sampai
dengan 50%. Salah satu penyebabnya adalah karena penanganan pasca panen yang
dilakukan masih secara sederhana/tradisional.
Perbaikan sistem pengelolaan produk tanaman obat dan jamur dalam pengembangan
teknologi pemanenan dan penanganan pasca panen merupakan unsur-unsur yang
diperlukan untuk mencapai mutu produk yang baik. Dengan demikian, dituntut adanya
kesanggupan dari petani/produsen untuk melakukan usaha yang dapat
mempertahankan mutu dan keutuhan produk tanaman obat dan jamur segar agar tetap
prima sampai ke tangan konsumen dengan teknik penanganan pasca panen yang baik
melalui penerapan Good Handling Practises (GHP) yang dijabarkan dalam bentuk
panduan Standar Operasional Prosedur (SOP). Oleh karena itu sebagai langkah awal
perlu disusun panduan SOP untuk pasca panen tanaman obat dan jamur yang
didalamnya diuraikan secara detail tentang penanganan untuk masing-masing tahapan
pelaksanaan secara umum mulai dari pemanenan, penyortiran awal, pencucian, sortasi,
pengepakan atau pengemasan, dan penyimpanan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 457
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok yaitu meningkatkan mutu, daya saing dan
nilai tambah produk tanaman obat dan jamur maka Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat melakukan penyiapan, penyusunan dan
perbanyakan pedoman dibidang teknologi dan sarana pascapanen. Pedoman tersebut
akan digunakan sebagai bahan acuan pembinaan/penyuluhan dan sosialisasi kepada
para petugas, petani dan pelaku usaha dalam rangka peningkatan mutu, daya saing
dan nilai tambah produk tanaman obat dan jamur, khususnya di sentra-sentra produksi.
Sesuai dengan tugas pokok tersebut, maka perlu dilakukan penyusunan dan
penggandaan Leaflet SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang), Profil Kelembagaan
Tanaman Obat dan Jamur, Buku Teknis Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur dan
Pencetakan Ulang Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Obat, SOP
Pascapanen Penanganan Pascapanen Jamur Tiram, SOP Penanganan Pascapanen
Tanaman Obat (Rimpang), dan Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Jamur.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani/ petugas/ pelaku usaha
yang terkait dengan teknologi dan sarana pascapanen tanaman obat dan
jamur.
b. Memasyarakatkan/memperkenalkan jenis-jenis dan manfaat atau khasiat
tanaman obat sebagai pemenuhan obat keluarga.
c. Memasyarakatkan/memperkenalkan jenis-jenis dan manfaat jamur pangan
dalam rangka pemenuhan gizi keluarga.
2.2. Sasaran
Petani/ petugas/ pelaku usaha di daerah sentra tanaman obat dan jamur serta
masyarakat umum.
3. Masukan/ Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 185.324.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 137.128.000,-
3.3. Data dan informasi tentang teknologi dan kelembagaan pascapanen tanaman
obat dan jamur.
3.4. Sumber Daya Manusia (Petani/ Kelompok Tani, Pelaku Usaha dan Masyarakat
Umum).
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 458
4. Pelaksanaan Kegiatan
4.1. Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi
a. Pencetakan ulang Leaflet SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)
sebanyak 1.000 lembar.
b. Pencetakan ulang Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman
Obat sebanyak 750 buku.
c. Pencetakan ulang Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Jamur
sebanyak 830 buku.
d. Pencetakan ulang SOP Penanganan Pascapanen Jamur Tiram sebanyak 900
buku.
e. Pencetakan ulang SOP Penanganan Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang)
sebanyak 900 buku.
f. Pencetakan Profil Kelembagaan Tanaman Obat dan Jamur sebanyak 700
buku.
g. Pencetakan Buku Teknis Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur sebanyak
500 buku.
h. Sarana Pendukung Kegiatan Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
4.2. Belanja Perjalanan Biasa
a. Kompilasi Data dan Informasi Buku Teknis Pascapanen Tanaman Obat dan
Jamur sebanyak 7 OP.
b. Kompilasi Data dan Informasi Buku Profil Kelembagaan Tanaman Obat dan
Jamur sebanyak 8 OP.
5. Keluaran/Output
Tercetaknya Leaflet SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) sejumlah 1000
lembar, Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Obat sejumlah 750
buku, Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Jamur sejumlah 830 buku, SOP
Penanganan Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) sejumlah 900 buku, SOP
Penanganan Pascapanen Jamur Tiram sejumlah 900 buku, Profil Kelembagaan
Tanaman Obat dan Jamur sejumlah 700 buku dan Buku Teknis Pascapanen Tanaman
Obat dan Jamur sejumlah 500 buku.
6. Hasil/ Outcome
Terdistribusi dan tersosialisasinya buku dan leaflet tentang teknologi dan kelembagaan
pascapanen tanaman obat dan jamur.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 459
7. Manfaat/ Benefit
7.1. Petani/ pelaku usaha dapat menerapkan penanganan pascapanen tanaman
obat dan jamur sesuai prinsip GHP/SOP.
7.2. Petugas/ Petani/ Pelaku Usaha dapat memperoleh informasi terkini mengenai
teknologi penanganan pascapanen tanaman obat dan jamur, serta profil
kelembagaan tanaman obat dan jamur di sentra-sentra produksi.
7.3. Pengembangan kelembagaan usaha tanaman obat dan jamur dapat optimal.
8. Dampak/ Impact
Meningkatnya mutu dan daya saing produk tanaman obat dan jamur sesuai standar
/preferensi konsumen atau pasar
PENCETAKAN ULANG SOP BAWANG PUTIH
1. Latar Belakang
Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pasar
yang cukup menarik. Produksi sayuran secara nasional selain ditujukan bagi
pemenuhan permintaan di dalam negeri juga berpotensi sebagai komoditas ekspor.
Walaupun komoditas sayuran dikategorikan sebagai komoditas yang cepat rusak, akan
tetapi komoditas ini mempunyai peran yang cukup berarti dalam perdagangan
internasional.
Preferensi pasar menuntut mutu produksi semakin ketat, sementara mutu produksi
sayuran sendiri belum memenuhi persyaratan tersebut. Oleh sebab itu memasuki era
perdagangan bebas, dimana persaingan semakin ketat, dituntut adanya persiapan dan
penyesuaian terhadap management produksi dan mutu untuk meningkatkan daya saing
di pasar global terutama produk sayuran dan tanaman obat yang memiliki keunggulan
komperatif dan kompetitif ditingkat dunia internasional.
Dengan demikian, dituntut adanya kesanggupan dari petani/produsen untuk melakukan
usaha produksi dengan teknik budidaya yang baik dan benar sesuai prinsip GAP yang
dijabarkan dalam bentuk panduan Standar Operasional Prosedur (SOP). Oleh karena
itu sebagai langkah awal perlu disusun panduan SOP untuk usaha budidaya tanaman
sayuran spesifik lokasi yang didalamnya diuraikan secara detail tentang cara
penanganan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan usaha budidaya mulai dari
pemilihan lokasi, benih, pemeliharaan tanaman, dan panen. Untuk selanjutnya SOP di
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 460
daerah sentra produksi sayuran tersebut perlu disosialisasikan untuk diterapkan oleh
petani sebagai panduan/acuan dalam melakukan usaha produksi sayuran sesuai prinsip
GAP.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tersedianya informasi mengenai standar operasional prosedur sayuran
khususnya bawang putih yang lebih baik dan akurat bagi petani/pelaku usaha
maupun petugas daerah mengenai pengembangan agribisnis bawang putih.
2.2. Sasaran
Petugas daerah serta pelaku usaha di daerah sentra mampu memahami dan
menghasilkan bawang putih yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 21.000.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 20.500.000,-
3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang disajikan dalam cetak ulang buku-
buku sayuran adalah teknologi berbudidaya bawang putih secara baik dan ramah
lingkungan.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Pencetakan ulang SOP Budidaya Bawang Putih sebanyak 1000 eksemplar. Selanjutnya
dilakukan pendistribusian kepada masyarakat, petugas, dan pelaku usaha melalui
berbagai kegiatan pertemuan maupun promosi.
5. Keluaran/Output
5.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada tahun 2015.
5.2. Pencetakan ulang buku berjumlah 1 judul buku yaitu SOP Bawang Putih.
5.3. Pencetakan berjumlah 1000 eksemplar.
6. Hasil/Outcome
Terdistribusi dan tersosialisasinya SOP Bawang Putih.
7. Manfaat/Benefit
Petani/pelaku usaha dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam
menerapkan teknologi budidaya bawang putih secara baik dan ramah lingkungan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 461
8. Dampak/Impact
Tersebarnya informasi kepada petani, petugas dan pelaku usaha agribisnis bawang
putih.
PENCETAKAN ULANG SOP BAWANG MERAH
1. Latar Belakang
Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pasar
yang cukup menarik. Produksi sayuran secara nasional selain ditujukan bagi
pemenuhan permintaan di dalam negeri juga berpotensi sebagai komoditas ekspor.
Walaupun komoditas sayuran dikategorikan sebagai komoditas yang cepat rusak, akan
tetapi komoditas ini mempunyai peran yang cukup berarti dalam perdagangan
internasional.
Preferensi pasar menuntut mutu produksi semakin ketat, sementara mutu produksi
sayuran sendiri belum memenuhi persyaratan tersebut. Oleh sebab itu memasuki era
perdagangan bebas, dimana persaingan semakin ketat, dituntut adanya persiapan dan
penyesuaian terhadap management produksi dan mutu untuk meningkatkan daya saing
di pasar global terutama produk sayuran dan tanaman obat yang memiliki keunggulan
komperatif dan kompetitif ditingkat dunia internasional.
Dengan demikian, dituntut adanya kesanggupan dari petani/produsen untuk melakukan
usaha produksi dengan teknik budidaya yang baik dan benar sesuai prinsip GAP yang
dijabarkan dalam bentuk panduan Standar Operasional Prosedur (SOP). Oleh karena
itu sebagai langkah awal perlu disusun panduan SOP untuk usaha budidaya tanaman
sayuran spesifik lokasi yang didalamnya diuraikan secara detail tentang cara
penanganan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan usaha budidaya mulai dari
pemilihan lokasi, benih, pemeliharaan tanaman, dan panen. Untuk selanjutnya SOP di
daerah sentra produksi sayuran tersebut perlu disosialisasikan untuk diterapkan oleh
petani sebagai panduan/acuan dalam melakukan usaha produksi sayuran sesuai prinsip
GAP.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 462
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tersedianya informasi mengenai standar operasional prosedur sayuran yang lebih
baik dan akurat bagi petani/pelaku usaha maupun petugas daerah mengenai
pengembangan agribisnis sayuran.
2.2. Sasaran
Petugas daerah serta pelaku usaha di daerah sentra mampu memahami dan
menghasilkan produk sayuran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
3. Masukan/ Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 21.735.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 21.560.000,-
3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang disajikan dalam cetak ulang buku-
buku sayuran adalah teknologi berbudidaya bawang merah secara baik dan
ramah lingkungan.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Pencetakan ulang SOP Budidaya Bawang Merah sebanyak 770 eks. Selanjutnya
dilakukan pendistribusian kepada masyarakat, petugas, dan pelaku usaha melalui
berbagai kegiatan pertemuan maupun promosi.
5. Keluaran/Output
5.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada tahun 2015.
5.2. Pencetakan ulang buku berjumlah 1 judul buku yaitu SOP Bawang Merah.
5.3. Pencetakan berjumlah 770 eksemplar.
6. Hasil/Outcome
Terdistribusi dan tersosialisasinya SOP Bawang Merah.
7. Manfaat/Benefit
Petani/pelaku usaha dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam
menerapkan teknologi budidaya bawang merah secara baik dan ramah lingkungan.
8. Dampak/Impact
Tersebarnya informasi kepada petani, petugas dan pelaku usaha agribisnis bawang
merah.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 463
PERBANYAKAN BUKU SOP PASCAPANEN SAYURAN (7 JUDUL)
1. Latar Belakang
Produk sayuran merupakan komoditas yang perishable dan masih mengalami proses
hidup (fisiologis). Proses fisiologis tersebut mengakibatkan perubahan-perubahan yang
menjurus pada kerusakan/kehilangan hasil. Perubahan setelah panen dan pascapanen
tidak dapat dihentikan, namun dapat diperlambat sampai batas tertentu.
Untuk mengurangi kehilangan/kerusakan hasil, beberapa hal yang harus diperhatikan
adalah mengetahui faktor biologis dan lingkungan penyebab kerusakan, serta
menggunakan teknologi penanganan pascapanen yang benar, diantaranya
pengemasan dan penyimpanan yang tepat, sehingga akan memperlambat kebusukan
dan mempertahankan kesegaran produk sayuran pada tingkat paling optimal.
Penerapan Good Handling Practices (GHP) secara optimal dalam proses pascapanen
sayuran telah menjadi keharusan guna memenuhi permintaan konsumen domestik
maupun global akan produk sayuran bermutu dan aman konsumsi. Sebagai penjabaran
dari GHP Sayuran, telah disusun Standar Operasional Prosedur (SOP) Pascapanen
Sayuran yang bersifat spesifik komoditas, diantaranya adalah SOP Pascapanen Cabai
Merah, Bawang Merah, Kentang, Buncis, Tomat, Wortel dan Mentimun. Diperlukan
perbanyakan buku SOP Pascapanen sayuran, agar dapat dipedomani oleh para
petugas, petani dan pelaku usaha dalam menyusun SOP Pascapanen sayuran yang
spesifik lokasi.
Melalui penerapan GHP/SOP pascapanen sayuran diharapkan kehilangan/kerusakan
hasil dapat ditekan seminimal mungkin, mempertahankan mutu produk,
mempertahankan umur simpan, dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyediakan pedoman berupa buku SOP
Pascapanen Sayuran komoditas Cabai Merah, Bawang Merah, Kentang, Buncis,
Tomat, Wortel dan Mentimun, sebagai acuan bagi petugas/pelaku
usaha/gapoktan/asosiasi di sentra produksi sayuran.
2.2. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah penerapan SOP Pascapanen Sayuran oleh
petugas, petani dan pelaku usaha sayuran.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 464
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 150.000.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 147.180.000,-
3.3. Draft naskah SOP Pascapanen Sayuran yang telah disusun pada tahun-tahun
sebelumnya (SOP Pascapanen Cabai Merah, Bawang Merah, Kentang, Buncis,
Tomat, Wortel dan Mentimun)
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk belanja barang untuk persediaan barang
konsumsi. Perbanyakan buku SOP Pascapanen sayuran (Cabai Merah, Bawang Merah,
Kentang, Buncis, Tomat, Wortel dan Mentimun) pelaksanaannya melalui pihak ketiga
yaitu perusahaan yang mengerjakan di bidang percetakan dan telah memenuhi
persyaratan yang berlaku.
5. Keluaran/Output
5.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada Bulan April 2015.
5.2. Pencetakan ulang buku berjumlah tujuh judul buku yaitu SOP Pascapanen Cabai
Merah, Bawang Merah, Kentang, Buncis, Tomat, Wortel dan Mentimun.
5.3. Pencetakan SOP Pascapanen Cabai Merah 1.110 eksemplar, SOP Pascapanen
Bawang Merah 1.040 eksemplar, SOP Pascapanen Kentang 1.520 eksemplar,
SOP Pascapanen Buncis 1.520 eksemplar, SOP Pascapanen Tomat 1.310
eksemplar, SOP Pascapanen Wortel 1.425 eksemplar dan SOP Pascapanen
Mentimun 1.520 eksemplar.
6. Hasil/Outcome
Terdistribusi dan tersosialisasinya buku SOP Pascapanen sayuran (Cabai Merah,
Bawang Merah, Kentang, Buncis, Tomat, Wortel dan Mentimun) kepada petani dan
pelaku usaha sayuran.
7. Manfaat/Benefit
Petani / pelaku usaha dapat meningkatkan pengetahuan dan teknologi pascapanen
dalam melakukan penanganan pascapanen sayuran sesuai SOP Pascapanen Sayuran.
8. Dampak/Impact
Petani dapat melakukan penanganan pascapanen sayuran dengan baik sehingga dapat
mempertahankan mutu, menekan kehilangan hasil/kerusakan, dan memperpanjang
umur simpan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 465
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Buku SOP Pascapanen Sayuran memberikan informasi dan pengetahuan petani/
pelaku usaha dalam penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip GHP.
9.2. Saran
Perlunya sosialisasi dan peningkatan pemahaman bagi petani/ pelaku usaha dan
petugas mengenai informasi dan pengetahuan SOP Pascapanen Sayuran yang
benar sesuai prinsip GHP.
PENCETAKAN BUKU SAKU PASCAPANEN SAYURAN
1. Latar Belakang
Produk sayuran merupakan produk hortikultura yang mudah mengalami kerusakan
setelah dilakukan pemanenan. Kerusakan produk sayuran segar dapat terjadi secara
fisik, mekanis, enzimatis, dan mikrobiologis dalam waktu yang cepat dan dapat
menurunkan mutu produk sayuran tersebut. Mutu sayuran tidak dapat diperbaiki tetapi
dapat dipertahankan. Mutu sayuran yang baik dapat diperoleh bila pemanenan hasil
sayuran dilaksanakan pada waktu tingkat kemasakan yang tepat. Dalam rangka
pengembangan produk sayuran yang berdaya saing, bermutu baik, dan berorientasi
pasar maka penanganan pascapanen sayuran perlu menjadi prioritas dalam
peningkatan mutu produk.
Produk sayuran setelah panen masih melakukan aktivitas metabolisme sehingga bila
tidak ditangani dengan segera akan mengalami kerusakan fisik dan kimiawi. Sifat
sayuran yang mudah rusak (perishable) mengakibatkan tingginya susut pasca panen
serta terbatasnya masa simpan setelah pemanenan dan timbulnya serangan organisme
pengganggu yang dapat menurunkan mutu. Pascapanen sayuran merupakan kegiatan
usaha tani yang paling kritis, karena menyangkut susut baik bobot maupun mutu.
Diperkirakan jumlah kerusakan dapat mencapai 30 – 50% bila penanganan saat panen
kurang tepat.
Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan petugas, petani dan pelaku usaha
dalam penanganan pascapanen sayuran, diperlukan pedoman berupa Buku Saku
Pascapanen Sayuran yang berisi urgensi, teknologi dan panduan penanganan
pascapanen sayuran di lapangan. Dengan adanya buku saku tersebut, diharapkan
dapat membantu petugas, petani dan pelaku usaha yang bergerak di bidang sayuran
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 466
untuk dapat mengurangi kehilangan hasil, mempertahankan mutu dan meningkatkan
daya saing produk sayuran yang dihasilkan.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyediakan pedoman berupa Buku Saku
Pascapanen Sayuran sebagai acuan bagi pelaku usaha/gapoktan/asosiasi di
sentra produksi sayuran.
2.2. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah penerapan teknologi pascapanen sayuran oleh
petugas, petani dan pelaku usaha sayuran.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 50.000.000.
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 49.350.000,-
3.3. Informasi Teknologi yang disajikan adalah teknologi penanganan pascapanen
sayuran.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk belanja bahan untuk perbanyakan buku saku
pascapanen sayuran yang pelaksanaannya melalui pihak ketiga.
5. Keluaran/Output
Tersedianya buku Saku Pascapanen Sayuran sebanyak 2.100 eksemplar.
6. Hasil/Outcome
Terdistribusi dan tersosialisasinya prinsip penanganan pascapanen sayuran yang baik
kepada petani dan pelaku usaha sayuran.
7. Manfaat/Benefit
Petani / pelaku usaha dapat meningkatkan pengetahuan dan teknologi pascapanen
dalam melakukan penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip GHP.
8. Dampak/Impact
Petani dapat melakukan penanganan pascapanen sayuran dengan baik sehingga dapat
mempertahankan mutu, menekan kehilangan hasil/kerusakan, dan memperpanjang
umur simpan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 467
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Buku Saku Pascapanen Sayuran memberikan informasi dan pengetahuan petani/
pelaku usaha dalam penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip GHP.
9.2. Saran
Perlunya sosialisasi dan peningkatan pemahaman bagi petani/ pelaku usaha dan
petugas mengenai informasi dan pengetahuan pascapanen sayuran yang benar
sesuai prinsip GHP.
PERBANYAKAN BUKU TEKNOLOGI PASCAPANEN SAYURAN
1. Latar Belakang
Produk sayuran merupakan produk hortikultura yang mudah mengalami kerusakan
setelah dilakukan pemanenan. Kerusakan produk sayuran segar dapat terjadi secara
fisik, mekanis, enzimatis, dan mikrobiologis dalam waktu yang cepat dan dapat
menurunkan mutu produk sayuran tersebut. Mutu sayuran tidak dapat diperbaiki tetapi
dapat dipertahankan. Mutu sayuran yang baik dapat diperoleh bila pemanenan hasil
sayuran dilaksanakan pada waktu tingkat kemasakan yang tepat. Dalam rangka
pengembangan produk sayuran yang berdaya saing, bermutu baik, dan berorientasi
pasar maka penanganan pasca panen sayuran perlu menjadi prioritas dalam
peningkatan mutu produk.
Produk sayuran setelah panen masih melakukan aktivitas metabolisme sehingga bila
tidak ditangani dengan segera akan mengalami kerusakan fisik dan kimiawi. Sifat
sayuran yang mudah rusak (perishable) mengakibatkan tingginya susut pasca panen
serta terbatasnya masa simpan setelah pemanenan dan timbulnya serangan organisme
pengganggu yang dapat menurunkan mutu. Pasca panen sayuran merupakan kegiatan
usaha tani yang paling kritis, karena menyangkut susut baik bobot maupun mutu.
Diperkirakan jumlah kerusakan dapat mencapai 30 – 50% bila penanganan saat panen
kurang tepat.
Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan petugas, petani dan pelaku usaha
dalam penanganan pascapanen sayuran, diperlukan pedoman berupa Buku Teknologi
Pascapanen Sayuran yang berisi urgensi, teknologi dan panduan penanganan
pascapanen sayuran di lapangan. Dengan adanya buku teknologi tersebut, diharapkan
dapat membantu petugas, petani dan pelaku usaha yang bergerak di bidang sayuran
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 468
untuk dapat mengurangi kehilangan hasil, mempertahankan mutu dan meningkatkan
daya saing produk sayuran yang dihasilkan.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyediakan pedoman berupa Buku
Teknologi Pascapanen Sayuran sebagai acuan bagi pelaku
usaha/gapoktan/asosiasi di sentra produksi sayuran.
2.2. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah penerapan teknologi pascapanen sayuran oleh
petugas, petani dan pelaku usaha sayuran.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 35.000.000,-.
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 34.860.000,-.
3.3. Draft naskah Buku Teknologi Pascapanen Sayuran yang telah disusun pada tahun
sebelumnya.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk belanja barang untuk persediaan barang
konsumsi. Perbanyakan buku Teknologi Pascapanen Sayuran pelaksanaannya melalui
pihak ketiga yaitu perusahaan yang mengerjakan di bidang percetakan dan telah
memenuhi persyaratan yang berlaku.
5. Keluaran/Output
5.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada Bulan Juni 2015.
5.2. Pencetakan buku berjumlah 840 eksemplar.
6. Hasil/Outcome
Terdistribusi dan tersosialisasinya teknologi pascapanen sayuran yang baik kepada
petani dan pelaku usaha sayuran.
7. Manfaat/Benefit
Petani / pelaku usaha dapat meningkatkan pengetahuan dan teknologi pascapanen
dalam melakukan penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip GHP.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 469
8. Dampak/Impact
Petani dapat melakukan penanganan pascapanen sayuran dengan baik sehingga dapat
mempertahankan mutu, menekan kehilangan hasil/kerusakan, dan memperpanjang
umur simpan.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Buku Teknologi Pascapanen Sayuran memberikan informasi dan pengetahuan
petani/ pelaku usaha dalam penerapan teknologi pascapanen sayuran.
9.2. Saran
Perlunya sosialisasi dan peningkatan pemahaman bagi petani/ pelaku usaha dan
petugas mengenai informasi dan pengetahuan tentang teknologi pascapanen
sayuran yang benar sesuai prinsip GHP.
PEMBUATAN POSTER DAN LEAFLET PASCAPANEN SAYURAN
1. Latar Belakang
Produk sayuran merupakan komoditas yang perishable dan masih mengalami proses
hidup (fisiologis). Proses fisiologis tersebut mengakibatkan perubahan-perubahan yang
menjurus pada kerusakan/kehilangan hasil. Perubahan setelah panen dan pascapanen
tidak dapat dihentikan, namun dapat diperlambat sampai batas tertentu.
Untuk mengurangi kehilangan/kerusakan hasil, beberapa hal yang harus diperhatikan
adalah mengetahui faktor biologis dan lingkungan penyebab kerusakan, serta
menggunakan teknologi penanganan pascapanen yang benar, diantaranya
pengemasan dan penyimpanan yang tepat, sehingga akan memperlambat kebusukan
dan mempertahankan kesegaran produk sayuran pada tingkat paling optimal.
Oleh karena itu perlu di buatkan poster dan leaflet sebagai referensi bagi petani dan
pelaku usaha sayuran dalam penguasaan teknologi pascapanen sayuran sehingga
kehilangan/kerusakan hasil dapat ditekan seminimal mungkin, mempertahankan mutu
produk sayuran, mempertahankan umur simpan, dan pada akhirnya meningkatkan
pendapatan petani.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 470
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyediakan pedoman berupa poster dan
leaflet sebagai acuan bagi pelaku usaha/gapoktan/asosiasi di sentra produksi
sayuran.
2.2. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah penerapan teknologi pascapanen sayuran oleh
petugas, petani dan pelaku usaha sayuran.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran yang tersedia adalah sebesar Rp. 26.580.000,-.
3.2. Realisasi Keuangan dari hasil pembuatan poster dan leaflet Pascapanen Sayuran
adalah sebesar Rp. 25.700.000,-.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk belanja barang untuk persediaan barang
konsumsi. Pencetakan Poster dan Leaflet pascapanen sayuran pelaksanaannya melalui
pihak ketiga.
5. Keluaran/Output
5.1. Pembuatan poster dan leaflet dilaksanakan pada Bulan Juni 2015
5.2. Pencetakan poster dengan judul Penanganan Pascapanen Cabai sebanyak
1.800 eksemplar dan leaflet dengan judul SOP Pascapanen Tomat sebanyak
2.000 eksemplar dan SOP Pascapanen Kentang sebanyak 2.000 eksemplar.
6. Hasil/Outcome
Terdistribusi dan tersosialisasinya teknologi pascapanen sayuran yang baik kepada
petani dan pelaku usaha sayuran.
7. Manfaat/Benefit
Petani / pelaku usaha dapat meningkatkan pengetahuan dan teknologi pascapanen
dalam melakukan penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip GHP.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 471
8. Dampak/Impact
Petani dapat melakukan penanganan pascapanen sayuran dengan baik sehingga dapat
mempertahankan mutu, menekan kehilangan hasil/kerusakan, dan memperpanjang
umur simpan.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Poster dan Leaflet Pascapanen Sayuran memberikan informasi dan pengetahuan
petani/ pelaku usaha dalam penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip
GHP.
9.2. Saran
Perlunya sosialisasi dan peningkatan pemahaman bagi petani/ pelaku usaha dan
petugas mengenai informasi dan pengetahuan pascapanen sayuran yang benar
sesuai prinsip GHP.
PERBANYAKAN LEAFLET BUDIDAYA SAYURAN DALAM POT, BUKU KERJA JAMUR,
BUKU KERJA TANAMAN OBAT, BUKU SOP TANAMAN OBAT, BUKU SOP JAMUR DAN
PENCETAKAN BUKU PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN SAYURAN DAN TANAMAN
OBAT 2016
1. Latar Belakang
Penerapan teknis budidaya jamur dan tanaman obat yang baik melalui penerapan SOP
merupakan penjabaran dari pedoman GAP. Oleh karena itu sebagai langkah
selanjutnya dari pedoman GAP, dilakukan penggandaan/perbanyakan berbagai
informasi yang dibutuhkan oleh petani sebagai pelaku usaha. Adapun berbagai media
informasi yang perlu di perbanyak adalah leaflet budidaya sayuran dalam pot, buku
petunjuk teknis pengembangan sayuran dan tanaman obat 2016, buku kerja Jamur,
buku kerja Tanaman Obat, buku SOP Tanaman Obat, dan buku SOP Jamur. Pada buku
SOP dan buku kerja akan menguraikan secara detail tentang cara penanganan untuk
masing-masing tahapan pelaksanaan usaha budidaya mulai dari pemilihan lokasi,
benih, penyiapan lahan, pemeliharaan tanaman, panen dan pasca panen.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tersedianya berbagai informasi bagi pelaku usaha sayuran, jamur dan tanaman
obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 472
2.2. Sasaran
Tersebarnya berbagai informasi bagi pelaku usaha sayuran, jamur dan tanaman
obat.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran
Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan penggandaa/perbanyakan
pedoman-pedoman lainnya dibebankan kepada DIPA TA. 2015 Direktorat
Jenderal Hortikultura sebagai berikut:
a. Perbanyakan leaflet budidaya sayuran dalam pot sebesar Rp. 16.500.000,-
b. Pencetakan petunjuk teknis pengembangan sayuran dan tanaman obat
2016 sebesar Rp. 21.000.000,-
c. Perbanyakan buku kerja Jamur sebesar Rp. 8.750.000.-
d. Perbanyakan buku buku kerja tanaman obat sebesar Rp. 8.750.000.-
e. Perbanyakan buku SOP tanaman obat sebesar Rp. 41.250.000.-
f. Perbanyakan buku SOP Jamur sebesar Rp. 20.625.000.-
3.2. Realisasi Keuangan
Realisasi keuangan untuk pelaksanaan kegiatan penggandaa/perbanyakan
pedoman-pedoman lainnya dibebankan kepada DIPA TA. 2015 Direktorat
Jenderal Hortikultura sebagai berikut:
a. Perbanyakan leaflet budidaya sayuran dalam pot sebesar Rp. 16.000.000,-
b. Pencetakan petunjuk teknis pengembangan sayuran dan tanaman obat 2016
sebesar Rp. 21.000.000,-
c. Perbanyakan buku kerja Jamur sebesar Rp. 8.400.000.-
d. Perbanyakan buku buku kerja tanaman obat sebesar Rp. 8.525.000.-
e. Perbanyakan buku SOP tanaman obat sebesar Rp. 40.600.000.-
f. Perbanyakan buku SOP Jamur sebesar Rp. 20.250.000.-
3.3. Informasi Teknologi
Informasi teknologi yang disajikan dalam cetak ulang buku-buku sayuran, jamur
dan tanaman obat adalah teknologi berbudidaya sayuran dalam pot, jamur dan
tanaman obat secara baik dan ramah lingkungan.
4. Pelaksanaan Kegiatan
4.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada Bulan Agustus 2015.
4.2. Pencetakan ulang buku berjumlah enam judul buku yaitu Leaflet Budidaya
Sayuran Dalam Pot, Buku Petunjuk Teknis Pengembangan Sayuran Dan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 473
Tanaman Obat 2016, Buku Kerja Jamur, Buku Kerja Tanaman Obat, Buku SOP
Tanaman Obat, Dan Buku SOP Jamur.
5. Keluaran/ Output
Tercetaknya Leaflet Budidaya Sayuran Dalam Pot sebanyak 5.000 eksemplar, Petunjuk
Teknis Pengembangan Sayuran Dan Tanaman Obat 2016 sebanyak 300 eksemplar,
Buku Kerja Jamur sebanyak 700 eksemplar, Buku Kerja Tanaman Obat sebanyak 550
eksemplar, Buku SOP Tanaman Obat sebanyak 2.000 eksemplar dan Buku SOP Jamur
Merang sebanyak 900 eksemplar.
6. Hasil/Outcome
Terdistribusi dan tersosialisasinya Leaflet Budidaya Sayuran Dalam Pot, Buku Petunjuk
Teknis Pengembangan Sayuran Dan Tanaman Obat 2016, Buku Kerja Jamur, Buku
Kerja Tanaman Obat, Buku SOP Tanaman Obat dan Buku SOP Jamur.
7. Manfaat/Benefit
Petani/ pelaku usaha dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam
menerapkan teknologi budidaya sayuran dalam pot, pengembangan Tanaman Obat,
dan Jamur.
8. Dampak/Impact
Tersebarnya informasi kepada petani, petugas dan pelaku usaha agribisnis sayuran dan
tanaman obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 474
1771.007.002. PENYUSUNAN PEDOMAN (APBN-P)
012 PENYUSUNAN/PENGGANDAAN
PENYUSUNAN BUKU PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG
MERAH DI MUSIM KERING
1. Latar Belakang
Dalam rangka meminimalkan terjadinya gejolak harga cabai dan bawang merah yang
tinggi di beberapa provinsi di Indonesia serta pemerataan ketersediaan produknya
sepanjang tahun, Direktorat Jenderal Hortikultura menjalankan serangkaian strategi
peningkatan produksi dan produktivitas cabai dan bawang merah. Salah satunya
mendorong petani melakukan penanaman cabai dan bawang merah di musim
kering/kemarau, termasuk mendorong pengembangan benih di luar pulau Jawa.
Dalam upaya pemerataan produksi cabai dan bawang merah saat terjadi kekurangan
seperti saat musim hujan (panen Oktober-Maret), Direktorat Jenderal Hortikultura telah
mendapat alokasi dana APBN-P 2015. Lokasi kegiatan adalah pada kawasan yang
telah terbentuk dan pada daerah sentra pengembangan baru yang diharapkan dapat
menambah areal produksi dan pemerataan produksi bulanan melalui penerapan
teknologi budidaya dan pascapanen yang baik/ ter-standar.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Pedoman Teknis ini digunakan sebagai acuan bagi petugas pusat dan daerah
dalam melaksanakan kegiatan APBN-P 2015 untuk pengembangan cabai di
musim kering/kemarau dan bawang merah
2.2. Sasaran
Sasaran kegiatan ini agar kegiatan APBN-P 2015 terlaksana secara efektif dan
efisien di 30 Provinsi pada 197 kabupaten/kota.
3. Masukan/ Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 475.067.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 433.266.000,-
3.3. Data dan Informasi : Data dan informasi tentang teknis pelaksanaan, teknologi
budidaya cabai dan bawang merah di musim kering dan format pelaporan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 475
3.4. Sumber Daya Manusia : Sumber Daya Manusia (petugas pusat, daerah dan
instansi terkait).
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan :
4.1. Berupa biaya pengiriman surat/undangan/dokumen/pedoman teknis.
4.2. Berupa biaya konsumsi rapat pertemuan pelaksanaan dan penyusunan buku
pedoman teknis tanggal 8-10 April 2015 di Bogor dan pertemuan tim pelaksana
kegiatan pada tanggal 3-5 September di Bogor.
4.3. Berupa Honor Narasumber dan moderator dalam penyusunan buku pedoman
teknis pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.
4.4. Berupa perjalanan dalam rangka pendampingan finalisasi dokumen pelaksanaan
kegiatan dan koordinasi pelaporan kinerja pengembangan cabai dan bawang
merah di musim kering.
4.5. Berupa perjalanan pelaksanaan dan penyusunan buku pedoman teknis tanggal 8-
10 April di Bogor dan perjalanan pertemuan tim pelaksana kegiatan
pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.
5. Keluaran/Output
5.1. Terlaksananya pengiriman surat/undangan/dokumen/pedoman teknis.
5.2. Terlaksananya perjalanan dalam rangka pendampingan finalisasi dokumen
pelaksanaan kegiatan dan koordinasi pelaporan kinerja pengembangan cabai dan
bawang merah di musim kering.
5.3. Terlaksananya perjalanan pelaksanaan dan penyusunan buku pedoman teknis
tanggal 8-10 April 2015 di Bogor dan perjalanan pertemuan tim pelaksana
kegiatan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.
6. Hasil/Outcome
Tersedianya Buku Pedoman Teknis Pengembangan Cabai dan Bawang Merah di
Musim Kering.
7. Manfaat/Benefit
Petugas, petani mendapat informasi tentang teknis pelaksanaan, teknologi budidaya
cabai dan bawang merah di musim kering, dan format pelaporan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 476
8. Dampak/Impact
Informasi-informasi yang tersedia dapat digunakan sebagai bahan monitoring/evaluasi
keberhasilan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Buku Pedoman Teknis Pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering
dapat memberikan informasi dan pengetahuan petugas/petani/pelaku usaha
mendapat informasi tentang teknis pelaksanaan, teknologi budidaya cabai dan
bawang merah di musim kering meskipun masih ada kekurangannya.
9.2. Saran
Perlunya perbaikan baik isi dan susunan kata-kata terhadap buku pedoman teknis
tersebut sehingga lebih sempurna dan perlunya sosialisasi kepada petugas/pelaku
usaha/petani mengenai informasi-informasi yang berkaitan dengan teknis
pelaksanaan dan teknologi budidaya cabai dan bawang merah di musim kering.
PENYUSUNAN LAPORAN KEGIATAN PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG MERAH
DI MUSIM KERING
1. Latar Belakang
Dalam rangka meminimalkan terjadinya gejolak harga cabai dan bawang merah yang
tinggi di beberapa provinsi di Indonesia serta pemerataan ketersediaan produknya
sepanjang tahun, Direktorat Jenderal Hortikultura menjalankan serangkaian strategi
peningkatan produksi dan produktivitas cabai dan bawang merah. Salah
satunyamendorong petani melakukan penanaman cabai dan bawang merah di musim
kering/kemarau, termasuk mendorong pengembangan benih di luar pulau Jawa.
Dalam upaya pemerataan produksi cabai dan bawang merah saat terjadi kekurangan
seperti saat musim hujan (panen Oktober-Maret), Direktorat Jenderal Hortikultura telah
mendapat alokasi dana APBN-P 2015. Lokasi kegiatan adalah pada kawasan yang
telah terbentuk dan pada daerah sentra pengembangan baru yang diharapkan dapat
menambah areal produksi dan pemerataan produksi bulanan melalui penerapan
teknologi budidaya dan pascapanen yang baik/ ter-standar.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 477
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Laporan ini digunakan sebagai acuan bagi petugas pusat dan daerah dalam
mengevaluasi pelaksanaan kegiatan APBN-P 2015 untuk pengembangan cabai
dimusim kering/kemarau dan bawang merah
2.2. Sasaran
Sasarannya adalah kegiatan APBN-P 2015 terlaksana secara efektif dan efisien.
3. Masukan/ Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 138.054.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 75.250.000,-
3.3. Data dan Informasi : Data dan informasi tentang laporan pelaksanaan kegiatan
pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering dari seluruh
provinsi/kab/kota penerima APBN-P 2015.
3.4. Sumber Daya Manusia : Sumber Daya Manusia (petugas pusat, daerah dan
instansi terkait).
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut :
4.1. Berupa biaya akomodasi dan konsumsi penyusunan laporan kegiatan
pengembangan cabai dan bawang di musim kering.
4.2. Berupa perjalanan pelaksanaan penyusunan laporan kegiatan pengembangan
cabai dan bawang di musim kering pada tanggal 28-30 Desember 2015 di Bogor.
5. Keluaran/Output
Terlaksananya perjalanan pelaksanaan penyusunan laporan kegiatan pengembangan
cabai dan bawang di musim kering pada tanggal 28-30 Desember 2015 di Bogor.
6. Hasil/Outcome
Tersedianya Laporan Kegiatan Pengembangan Cabai dan Bawang Merah di Musim
Kering.
7. Manfaat/Benefit
Petugas pusat dan daerah mendapatkan informasi tentang perkembangan dan
kemajuan pelaksanaan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 478
8. Dampak / Impact
Informasi-informasi yang tersedia dapat digunakan sebagai bahan monitoring/evaluasi
keberhasilan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Laporan kegiatan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering dapat
memberikan informasi dan pengetahuan bagi petugas/petani/pelaku usaha antara
lain di daerah mana saja yang telah berhasil dalam penerapan teknologi budidaya
cabai dan bawang merah di musim kering.
9.2. Saran
Perlunya sosialisasi kepada petugas/pelaku usaha/petani mengenai informasi-
informasi yang berkaitan dengan perkembangan pelaksanaan dan penerapan
teknologi budidaya cabai dan bawang merah di musim kering.
1771. 012.001. PEMBINAAN PENGEMBANGAN TANAMAN SAYURAN DAN TANAMAN
OBAT
011 PERSIAPAN (IDENTIFIKASI/ KOORDINASI)
PERJALANAN DALAM RANGKA KOORDINASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN
KAWASAN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT
Perjalanan dinas dalam rangka koordinasi perencanaan pengembangan kawasan sayuran
dan tanaman obat ke Bogor, Palembang, Banjarmasin, Palangkaraya, Depok, Bandung, dan
Sumedang.
PERJALANAN MENGHADIRI RAPAT KOORDINASI
Perjalanan menghadiri rapat koordinasi/ undangan telah dilaksanakan ke Kementerian
Kesehatan dan Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian.
PERJALANAN MENGHADIRI PERTEMUAN
Perjalanan menghadiri pertemuan tidak digunakan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 479
PERJALANAN MENGHADIRI PERTEMUAN/KOORDINASI DALAM RANGKA
PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN JAMUR
Perjalanan menghadiri pertemuan/ koordinasi dalam rangka pengembangan tanaman obat
dan jamur telah dilaksanakan ke Kabupaten/ Kota Bogor.
012 PELAKSANAAN (PERTEMUAN, WORKSHOP, SOSIALISASI, PEMBINAAN)
APRESIASI TEKNOLOGI PASCAPANEN SAYURAN
1. Latar Belakang
Produk sayuran merupakan komoditas yang perishable dan masih mengalami proses
hidup (fisiologis) setelah panen. Proses fisiologis tersebut mengakibatkan perubahan-
perubahan yang menjurus pada kerusakan atau kehilangan hasil. Perubahan setelah
panen dan pascapanen tidak dapat dihentikan, namun dapat diperlambat sampai batas
tertentu. Untuk mengurangi kehilangan atau kerusakan hasil, beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah mengetahui faktor biologis dan lingkungan penyebab kerusakan,
serta menggunakan teknologi penanganan pascapanen yang benar, diantaranya
pengemasan dan penyimpanan yang tepat, sehingga akan memperlambat kebusukan
dan mempertahankan kesegaran produk pada tingkat paling optimal.
Guna mencapai hal tersebut, diperlukan upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan
dan perubahan pemahaman petugas dan pelaku usaha baik pusat maupun daerah
tentang penerapan prinsip teknologi pascapanen sayuran yang baik. Peningkatan
pengetahuan dan keterampilan tersebut akan dilaksanakan melalui apresiasi teknologi
pascapanen sayuran bagi petugas dan pelaku usaha sayuran khususnya yang
menangani / mengelola bangsal pascapanen (packing house). Melalui kegiatan tersebut
diharapkan penguasaan teknologi pascapanen sayuran oleh petugas dan pelaku usaha
meningkat, dapat disebarluaskan kepada pelaku usaha sayuran lainnya sehingga
kehilangan/kerusakan hasil dapat ditekan seminimal mungkin, mempertahankan mutu
produk sayuran, memperpanjang umur simpan, dan pada akhirnya meningkatkan
pendapatan pelaku usaha sayuran.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Melakukan transfer teknologi pascapanen sayuran dari para pakar dan peneliti di
bidang pascapanen sayuran kepada peserta kegiatan apresiasi teknologi sayuran.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 480
2.2. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah petugas, petani/pelaku usaha sayuran dapat
menerapkan penanganan pascapanen sayuran dengan baik.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 101.348.500-.
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 99.544.500,-.
3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi
pascapanen sayuran dan penanganan sayuran di bangsal pascapanen.
3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Apresiasi Teknologi
Pascapanen Sayuran diberikan sarana penunjang berupa jaket dan topi lapang
kepada para peserta.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Apresiasi Teknologi Pascapanen Sayuran dilaksanakan di BLPP Lembang,
Bandung Barat dengan rincian sebagai berikut:
4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang, dokumentasi dan
pelaporan kegiatan.
4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber, honor narasumber non
PNS dan honor moderator dalam rangka Apresiasi Teknologi Pascapanen
Sayuran.
4.3. Belanja Sewa digunakan untuk sewa kendaraan roda 6 untuk kunjungan lapang
pada kegiatan Apresiasi Teknologi Pascapanen Sayuran.
4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk biaya
perjalanan dan akomodasi peserta kegiatan Apresiasi Teknologi Pascapanen
Sayuran.
5. Keluaran/Output
5.1 Dilaksanakan tanggal 4 – 8 Agustus 2015.
5.2 Peserta berjumlah 45 orang yang terdiri dari narasumber, petugas pusat, instansi
terkait dan pelaku usaha. Narasumber dari Universitas Padjadjaran Bandung,
Balitsa, Gapoktan Mekar Tani Jaya, Lembang; peserta terdiri dari petugas dan
pelaku usaha yang menangani pascapanen sayuran dari 13 kota/kabupaten
sentra produksi sayuran yaitu Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Cianjur,
Garut, Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Sukabumi, Boyolali, Mataram, Pati,
Lampung Selatan, dan Kepahiang, serta petugas Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 481
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
a. Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman
Obat, yang disampaikan Kasubdit Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan
Umbi.
b. Teknologi Pascapanen Sayuran yang disampaikan oleh Prof. Dr. Carmencita
Tjahjadi, Pakar Teknologi Pascapanen.
c. Succes Story Gapoktan Mekar Tani Jaya yang disampaikan oleh Ir. Doyo
Mulyo Iskandar, ketua Gapoktan MTJ.
d. Penanganan Panen dan Pascapanen Sayuran yang disampaikan oleh Dr. Ali
Asgar, MS. peneliti Balai Penelitian Sayuran.
e. Capacity Building Kelompok tani sayuran oleh Ir. AG. Purwanto Edi,
motivator.
f. Standardisasi Mutu Pascapanen Sayuran dari tim Gapoktan Mekar Tani Jaya.
g. Kendala, Peluang, Struktur Biaya dan Penyebab Fluktuasi Harga Tanaman
Sayuran yang disampaikan oleh Ir. Doyo Mulyo Iskandar.
h. Praktek Penanganan Pascapanen Sayuran di Bangsal Pascapanen Sayuran
oleh Tim Gapoktan Mekar Tani Jaya.
6. Hasil/Outcome
Petugas pembina, petani dan pelaku usaha dari sentra poduksi tanaman sayuran
mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan dalam teknologi penanganan
pascapanen tanaman sayuran.
7. Manfaat/Benefit
Meningkatnya penerapan teknologi pascapanen sayuran di tingkat petani.
8. Dampak/Impact
Peningkatan mutu, daya saing dan aman konsumsi pada produk tanaman sayuran,
sehingga dapat menambah pendapatan dan kesejahteraan petani.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Kuantitas dan kualitas sayuran yang dihasilkan oleh petani ditunjang oleh
penanganan pascapanen sayuran dari lapangan hingga ke tangan konsumen.
Kehilangan pascapanen sayuran yang tinggi dapat dicegah dengan
penanganan pascapanen yang baik, sehingga kesejahteraan petani akan
meningkat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 482
b. Apresiasi Teknologi Pascapanen Sayuran sangat bermanfaat bagi peserta
sebagai wahana edukasi, saling tukar informasi dari pengalaman di antara
peserta khususnya dalam bidang pascapanen sayuran, sehingga kegiatan ini
masih perlu dilakukan pada tahun-tahun mendatang.
9.2. Saran
a. Pelaku usaha sayuran harus berusaha merubah kebiasaan penanganan
pascapanen dan tampilan produk yang kita jual, menjadi lebih baik lagi agar
mampu bersaing di pasaran. Selain itu, pelaku usaha harus mengarah ke
pasar yang lebih baik. Saat ini pasar di kita sangat luas, jangan membidik
dulu pasar luar negeri, untuk DKI dan Jabar, masih terbuka peluang. Banyak
daerah yang merupakan sentra sayuran tetapi masih dipasok daerah lain.
Berarti ada peluang untuk diisi oleh produk lokal.
b. Para pelaku usaha diharapkan terus berkoordinasi dengan Dinas Kabupaten
untuk memperoleh informasi program dari pemerintah yang dapat
memfasilitasi sarana prasarana yang dibutuhkan kelompoktani (packing
house, cold storage, alsintan, sarana budidaya, peningkatan SDM, dsb).
c. Untuk melanjutkan komunikasi dan membangun jejaring akan dibentuk group
melalui jejaring sosial bagi para peserta kegiatan
KONSOLIDASI PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN SAYURAN
1. Latar Belakang
Dalam membangun sistem agribisnis hortikultura, pemberdayaan kelembagaan usaha
perlu diperhatikan, karena tanpa didukung oleh kelembagaan usaha, maka pelaksanaan
kegiatan tidak akan berhasil. Kelembagaan usaha petani yang handal perlu memiliki
kemampuan untuk mengelola usahataninya secara mandiri dan professional sehingga
produk yang dihasilkan memiliki daya saing, baik di pasar lokal maupun ekspor.
Selama ini faktor kelembagaan agribisnis merupakan salah satu titik lemah, baik karena
kemampuan yang belum memadai, namun sering juga data dan informasi
keberadaannya tidak akurat.
Kelembagaan usaha dikembangkan seiring dengan semakin meningkatnya skala usaha
dan jejaring kerjasama antar pelaku usaha, oleh karena itu pemberdayaan
kelembagaan agribisnis merupakan faktor kegiatan untuk menciptakan kelembagaan
yang responsif, dinamis dan berkelanjutan. Pengembangan kemandirian pelaku usaha
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 483
menjadi prioritas untuk mempersiapkan para pelaku usaha sayuran dan tanaman obat
yang tangguh.
Melalui kegiatan Konsolidasi Pemberdayaan Kelembagaan Sayuran ini dapat
memfasilitasi pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan / PMD / Champion/ Assosiasi /
koperasi dan kelembagaan lainnya untuk dapat berkonsolidasi dalam pemberdayaan
kelembagaan yang kuat dan tangguh serta berperan sesuai fungsinya, sehingga dapat
di rasakan manfaatnya oleh anggota dalam berorganisasi sesuai fungsinya.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Memfasilitasi para pelaku usaha/kelompoktani/Gapoktan/Assosiasi/Koperasi
dalam mengkonsolidasikan kelembagaan yang kuat khususnya yang bergerak
dalam budidaya dan pascapanen sayuran.
2.2. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah petugas /pelaku usaha /kelompoktani / Gapoktan
/ Assosiasi /Koperasi dan kelembagaan lainnya yang bergerak dalam budidaya
dan pascapanen sayuran.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp 53.000.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 48.900.000,-
3.3. Informasi Teknologi : Referensi dan masukan dari berbagai pemangku
kepentingan, khususnya pengetahuan tentang pengelolaan kelembagaan sayuran
yang tepat.
3.4. Sarana Penunjang : Untuk menunjang terlaksananya kegiatan Konsolidasi
Pemberdayaan Kelembagaan Sayuran kepada narasumber dan seluruh peserta
diberikan sarana penunjang berupa tas untuk penunjang kegiatan.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Konsolidasi Pemberdayaan Kelembagaan Sayuran dilaksanakan di Hotel
Grand Cempaka, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, dengan rincian sebagai
berikut:
4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang.
4.2. Belanja Jasa Profesi dibutuhkan untuk honor narasumber dan honor moderator
4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota dibutuhkan untuk perjalanan
dalam rangka pelaksanaan kegiatan, serta akomodasi dan konsumsi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 484
5. Keluaran/Output
Terselenggaranya pertemuan Konsolidasi Pemberdayaan Kelembagaan Sayuran yang
melibatkan petugas, pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan / PMD / Champion/
Assosiasi / koperasi dan kelembagaan lainnya.
6. Hasil/Outcome
Hasil dari kegiatan ini adalah terbentuknya kelembagaan sayuran di sentra produksi
sayuran dan terfasilitasinya konsolidasi kelembagaan antara petugas, pelaku usaha /
kelompok tani / Gapoktan / PMD / Champion/ Assosiasi / koperasi dan kelembagaan
lainnya.
7. Manfaat/Benefit
Terjalinnya komunikasi dan konsolidasi yang solid antara petugas, pelaku usaha /
kelompok tani / Gapoktan / PMD / Champion/ Assosiasi / koperasi dan kelembagaan
lainnya di bidang agribisnis sayuran.
8. Dampak/Impact
Terwujudnya kelembagaan usaha sayuran yang tangguh.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Kelembagaan petani sangat penting keberadaannya agar usaha tani yang
dilakukan dapat berkembang secara lebih baik yang memungkinkan
meningkatnya pendapatan petani sehingga kesejahteraan petani turut
meningkat.
b. Kelembagaan petani/pelaku usaha yang kuat sangat dibutuhkan, agar petani
Indonesia mampu menghadapi Pasar Bebas ASEAN.
c. Perlu dilakukan penjajakan kerjasama antara sesama pelaku
usaha/kelompoktani/ gapoktan baik pada tingkat on farm maupun off farm
antar wilayah di Indonesia.
d. Usaha agribisnis kelompoktani/gapoktan perlu terus dikembangkan dengan
menginisiasi dibentuknya koperasi yang dapat memberikan tambahan
keuntungan bagi pelaku usaha.
9.2. Saran
a. Perlu pembinaan terhadap pelaku usaha oleh petugas dinas pertanian
setempat agar pelaku usaha dapat bekerjasama dalam sebuah wadah
kelembagaan berupa kelompoktani/gapoktan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 485
b. Perlu dorongan, dukungan dan pembinaan terhadap kelompoktani yang
sudah ada agar terus dapat mengembangkan kelembagaannya menjadi
sebuah badan usaha sehingga ke depannya mampu bersaing dalam Pasar
Bebas ASEAN. Hal ini dapat dilakukan salah satunya dengan cara sering
bertukar ilmu dan pengalaman kepada kelompoktani yang sudah lebih maju
dalam mengelola usaha kelompoktaninya.
c. Perlu dorongan kepada kelompoktani dan gapoktan untuk melakukan
kerjasama yang saling menguntungkan baik on farm maupun di off farm.
Dorongan yang dilakukan diawali dengan membentuk jejaring kelembagaan
dalam sebuah wadah (kelompok) media sosial yang dapat dapat saling
bertukar informasi terkait dengan agribisnis.
d. Perlu pembinaan kepada kelompoktani/gapoktan untuk mengembangkan
lebih lanjut usaha taninya dengan membentuk koperasi. Perlu upaya
menjembatani para pelaku usaha dengan Dinas Koperasi dan UMKM provinsi
dan kabupaten kota di wilayah masing-masing.
KONSOLIDASI KAWASAN AGRIBISNIS SAYURAN SUMATERA (KASS)
1. Latar Belakang
Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera merupakan forum yang dibentuk untuk
mendorong pertumbuhan agribisnis sayuran di wilayah Sumatera, mengingat geografis
Sumatera yang dekat dengan pasar seperti Singapura, Malaysia.
Adanya kerjasama Indonesia – Malaysia – Singapura (IMS – GT) merupakan peluang
pasar sayuran Indonesia terhadap provinsi-provinsi yang terletak di Kepulauan
Sumatera, karena letak geografis yang sangat memungkinkan sebagai pemasok utama.
Forum Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Riau dan Kepulauan Riau) diharapkan
dapat mengembangkan sayuran baik dari aspek peningkatan produksi, pascapanen,
pengangkutan dan pemasaran.
Untuk itu perlu adanya koordinasi antar provinsi di wilayah tersebut agar petugas
maupun pelaku usaha sayuran mampu merespon dan memanfaatkan kerjasama
ekonomi, meningkatkan produksi sayuran yang sesuai dengan agroklimat dan
permintaan pasar khususnya untuk mengisi peluang ekspor ke Singapura, mendorong
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 486
berkembangnya kawasan usaha sayuran yang berwawasan lingkungan, networking
serta mengembangkan sistem jaminan mutu dan kelembagaan sertifikasi.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memfasilitasi pertemuan antara petugas
dan pelaku agribisnis sayuran di wilayah Sumatera.
2.2. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini meningkatkan intensitas kerjasama yang telah terjalin di
antara para pelaku agribisnis sayuran di wilayah Sumatera untuk lebih
memantapkan jaringan agribisnis sayuran yang sudah ada.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp 163.984.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 77.334.100,-.
3.3. Informasi Teknologi : Referensi dan masukan dari berbagai pemangku
kepentingan, khususnya pengetahuan tentang Pengelolaan Panen, Pascapanen,
dan Packing house sayuran yang tepat sangat diperlukan agar dapat dihasilkan
produk sayuran yang bermutu tinggi, aman konsumsi serta kerusakan hasil yang
rendah.
3.4. Sarana Penunjang : Untuk menunjang terlaksananya kegiatan Konsolidasi
Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera (KASS) kepada narasumber dan seluruh
peserta diberikan sarana penunjang berupa tas untuk penunjang kegiatan.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Konsolidasi Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera (KASS) dilaksanakan di
Aceh dengan rincian sebagai berikut:
4.1. Belanja bahan pada kegiatan ini digunakan untuk pengadaan sarana penunjang.
4.2. Belanja jasa profesi digunakan untuk honor narasumber dan honor moderator.
4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk perjalanan
dalam rangka pelaksanaan kegiatan, serta akomodasi dan konsumsi.
5. Keluaran/Output
Terselenggaranya pertemuan Konsolidasi Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera
(KASS) yang melibatkan petugas, pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan dan forum
KASS di wilayah Sumatera.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 487
6. Hasil/Outcome
Hasil dari kegiatan ini adalah terfasilitasinya konsolidasi kelembagaan antara petugas,
pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan dan forum KASS di wilayah Sumatera dalam
meningkatkan agribisnis sayuran.
7. Manfaat/Benefit
Terjalinnya komunikasi dan konsolidasi yang solid antara petugas, pelaku usaha /
kelompok tani / Gapoktan dan forum KASS di wilayah Sumatera dalam meningkatkan
agribisnis sayuran.
8. Dampak/Impact
Meningkatnya pertumbuhan agribisnis sayuran di kawasan Sumatera, sehingga
mendorong peningkatan volume ekspor sayuran.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Kegiatan konsolidasi agribisnis sayuran Sumatera sangat penting guna
meningkatkan pengetahuan dan wawasan petugas dan pelaku usaha sayuran
dalam menyiapkan produk yang berkualitas dan memiliki daya saing produk
sayuran, khususnya di wilayah Sumatera yang memiliki lokasi strategis untuk
pasar ekspor.
b. Kegiatan ini juga menjadi ajang koordinasi dan konsolidasi forum kawasan
agribisnis sayuran Sumatera sebagai wadah kerjasama dan networking bisnis
bagi pelaku usaha sayuran dan pihak terkait lainnya.
c. Pada pertemuan ini, terjadi sharing pengalaman dari pelaku usaha yang telah
sukses dalam pemasaran produk sayuran baik pasar domestik maupun
ekspor, dan terjalin kontak bisnis antara pelaku usaha sayuran dalam
pemasaran produk sayuran.
9.2. Saran
Dibutuhkan kegiatan serupa di daerah lain untuk meningkatkan aplikasi
penanganan pascapanen sayuran di lapangan serta sebagai sarana komunikasi
antar pelaku usaha sayuran dan para stakeholder.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 488
KOORDINASI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN JAMUR MENDUKUNG POKJANAS
JAMINDO
1. Latar Belakang
Agribisnis hortikultura semakin menunjukkan prospek yang baik di Indonesia. Dengan
semakin terbukanya pangsa pasar untuk produk hortikultura dan fasilitas kemudahan
arus investasi untuk menembus berbagai wilayah/daerah sehingga komoditas
hortikultura khususnya sayuran terutama jamur dituntut semakin menunjukkan mutu,
harga yang bersaing serta kemudahan untuk mendapatkannya di pasaran (kontinuitas
produksi).
Tuntutan pasar terhadap jamur yang bermutu, aman konsumsi dan berdaya saing ini
perlu mendapa perhatian dari berbagai stakeholder yang terlibat dalam pengembangan
jamur tidak hanya dukungan dari Kementerian Pertanian Pusat dan Daerah tetapi juga
didukung oleh institusi penelitian dan pengembangan dari Kementerian dan Non
Kementerian seperti Menristek, LIPI, BPPT serta lembaga riset yang ada institusi
pendidikan tinggi baik berupa bimbingan, pembinaan, pendampingan, inovasi dan alih
teknologi terapan, fasilitasi sarana prasarana budidaya dan pascapanen, fasilitasi
kemitraan yang dapat memadukan kerjasama yang saling menguntungkan antara
petani dan pelaku usaha meupun koordinasi pengembangan usaha yang terarah pada
pengidentifikasian potensi jamur di Indonesia.
Saat ini kelembagaan di bidang agribisnis jamur berupa kelompok, asosiasi,
penghimpunan masyarakat, paguyuban, forum, dan lainnya terdapat dalam jumlah yang
banyak, namun sebagian besar keberadaannya masih kurang efektif dan produktif.
Kelembagaan yang didirikan belum berorientasi pada keuntungan bersama (profit)
tetapi masih bersifat kelembagaan tradisional dan kepentingan perorangan (personal).
Disamping itu kemitraan petani dengan pelaku usaha belum terjalin secara
berkelanjutan dan cenderung tidak berpihak pada petani.
Kondisi ironis yang terjadi perlu disikapi diantaranya dengan melakukan pertemuan
koordinasi pengembangan kelembagaan jamur untuk mendorong pengembangan
agribisnis jamur di Indonesia dan menciptakan iklim kemitraan yang tangguh.
Pertemuan ini rencananya akan dipadukan dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh
Kelompok Kerja Nasional Jamur Indonesia (POKJANAS JAMINDO) dalam bentuk
Seminar Internasional sehari.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 489
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Memfalisitasi koordinasi antara petugas, pelaku usaha dan unsur-unsur
kelembagaan jamur.
b. Menjembatani komunikasi dan mengalirnya hasil penelitian kepada
masyarakat pemerhati jamur.
2.2. Sasaran
Petugas, pelaku usaha, praktisi, peneliti, mahasiswa, dan masyarakat jamur
terkait pengembangan jamur.
3. Masukan/Output
3.1. Anggaran sebesar Rp. 80.300.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 77.783.100
3.3. Sumber Daya Manusia (Petugas, Petani, Pelaku Usaha).
3.4. Informasi tentang kelembagaan pengembangan jamur di wilayah Indonesia dan
negara pembudidaya jamur (Asia).
4. Pelaksanaan Kegiatan
4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang berupa seragam
batik dan goodie bag berisi sabun jamur, soto jamur instan, ballpoint, note book,
minuman jamur (bera lemon) sebanyak 73 buah.
4.2. Belanja Jasa Profesi dibutuhkan untuk honor narasumber dan honor moderator
4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota dibutuhkan untuk perjalanan
dalam rangka pelaksanaan kegiatan dan pertemuan kegiatan.
5. Keluaran/ Output
5.1. Kegiatan koordinasi pengembangan jamur mendukung Pokjanas Jamindo dalam
bentuk Seminar Internasional sehari, dilaksanakan di IICC (IPB International
Convention Center) Bogor, pada tanggal 10 Nopember 2015
5.2. Peserta yang hadir berjumlah 73 orang berasal dari Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Petugas Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Kabupaten/
Kota (Jawa Barat, Karawang, Indramayu, Bandung), Perguruan Tinggi (IPB, ITB,
UNPAD, UI, UNSOED, UNAS), BPPT, Pelaku Usaha (MAJI, APJI, Indo-
Evergreen, CV Asa Agro)
5.3. Narasumber berasal dari Jepang, Malaysia, dan Indonesia (IPB dan LIPI),
dengan rincian materi : The Development Mushroom in Malaysia (Mrs. Suhana
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 490
Safari); Recent research about mushroom cultivation technology in Japan
(Norihiro Shimomura); Role of Substrates on Mushroom Cultivation (Prof.m Lisdar
I Sudirman); Potency of wild edible mushroom as a food stuffin Indonesia (Dr.
Atiek Retnowati).
6. Hasil/Outcome
Terpadu dan terintegrasinya program dan kegiatan antara Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota serta institusi terkait lainnya dalam melaksanakan pengelolaan
pengembangan kawasan jamur di Indonesia.
7. Manfaat/Benefit
Meningkatnya produksi, produktivitas, mutu dan daya saing produk jamur.
8. Dampak/Impact
Berkembangnya kawasan jamur sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Untuk mengatasi permasalahan utama yang menjadi kendala dalam
pengembangan kelembagaan jamur, adalah dengan melakukan sinergi dan
koordinasi antara aspek penelitian, pengembangan dan pembinaan serta
kelembagaan yang belum terjalin dengan baik. Berbagai hasil dan inovasi
teknologi budidaya, pascapanen dan pengolahan belum terinformasikan ke
pelaku usaha jamur secara baik.
b. Permintaan jamur di Malaysia meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk. Permintaan yang lebih tinggi untuk semua kategori; produk
berbasis segar, kering, dan olahan berbahan baku jamur. Jamur tiram sangat
diminati oleh masyarakat luas, sedangkan shiitake dan jamur kancing banyak
digunakan oleh industry restoran makanan/perhotelan. Hal ini dapat dijadikan
peluang bagi petani jamur di Indonesia untuk meningkatkan jumlah produksi,
mutu dan kualitas jamur yang berkembang di Indonesia, seperti jamur tiram
dan kuping yang banyak di produksi.
c. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jepang ada 2 budidaya jamur yang
dihasilkan yaitu budidaya bibit jamur yang disemai dan di inokulasi di bagian
akar pohon pinus dan budidaya jamur shiitake dengan media kayu. Hal ini
dapat dijadikan referensi bagi petani di Indonesia bahwa budidaya jamur tidak
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 491
hanya dapat menggunakan serbuk kayu atau kompos, dapat juga
menggunakan bibit yang disemai dan media kayu.
9.2. Saran
a. Untuk meningkatan produksi dan mutu, perlu dilakukan pembinaan dan
penerapan GAP, GHP dan SOP serta SL-GAP dan SL-GHP bagi petani
secara intensif.
b. Penyebaran kawasan sentra produksi ke beberapa daerah baru potensial.
c. Penanganan produksi dalam skala luas dan fasilitasi bantuan sebagai
pengungkit/stimulant.
d. Pembinaan dan fasilitasi budidaya di tingkat poktan dan gapoktan serta
pascapanen pada gapoktan, pengelola bangsal pascapanen, asosiasi dan
koperasi.
e. Koordinasi dengan instansi terkait secara intensif dan peningkatan
kapabalitas SDM.
f. Penguatan akses permodalan (PUAP, PMD, CSR, dll).
SIMPOSIUM TEMULAWAK INTERNASIONAL KE 3
1. Latar Belakang
Upaya melestarikan dan meningkatkan pemanfaatan jamu di Indonesia telah menjadi
perhatian pemerintah. Pada tanggal 4 Maret 2008 dicanangkan Jamu Brand Indonesia
oleh berbagai pihak baik dari pelaku usaha, pemerintah, budayawan, sejarawan, media,
peneliti, dan akademisi melalui workshop yang diprakarsai dan difasilitasi oleh
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI (Kemenko Perekonomian). Pada
tanggal 27-28 Mei 2008, Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor bekerja sama
dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Masyarakat (Kemenko Kesra), Kementerian Pertanian
(Kementan), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI (BPOM), Universitas Yonsei Korea, Gabungan Pengusaha Jamu (GP
Jamu) dan Universitas Pakuan, telah mengadakan kegiatan The First International
Symposium on Temulawak di IPB International Convention Center (IICC), yang
pembukaannya dilakukan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono di Istana
Negara, bersamaan dengan Gelar Kebangkitan Jamu Indonesia.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 492
Sebagai tindak lanjut dari Simposium Temulawak Internasional ke-1 (2008) dan
Simposium Temulawak Internasional ke-2 (2011), telah diselenggarakan Simposium
Temulawak Internasional ke-3 pada tanggal 1-3 September 2015 di IPB International
Convention Centre (IICC) Bogor, yang bertemakan ”Harmonization of science,
technology, and culture of Temulawak and potential plants utilization to accelerate jamu
industrialization”. Simposium ini diselenggarakan atas kerjasama antara Pusat Studi
Biofaramka, Institut Pertanian Bogor dengan beberapa Kementerian terkait, antara lain
Kemenko Bidang Perekonomian RI; Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan RI; Kemenkes RI; Kementan RI; Kementerian Perindustrian; GP Jamu;
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI; dan Kemenperindag.
Selain seminar dan workshop, juga diselenggarakan pameran berupa hasil-hasil
penelitian jamu, dan pengobatan berbasis jamu, lomba penulisan artikel jamu di blog,
dan lomba penulisan artikel jamu untuk koran atau majalah ilmiah populer untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat umum serta memberikan kesadaran pada
masyarakat mengenai pentingnya Jamu Brand Indonesia. Kegiatan Workshop
Kemometrik dan Metabolomik diharapkan dapat menjadi pemicu untuk meningkatkan
pemahaman penggiat industri berbahan baku tumbuhan obat.
Dalam rangka mendukung Simposium Temulawak Internasional ke-3, Direktorat
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat turut berpartisipasi dan
berkontribusi dalam penyelenggaraan pameran produk tanaman obat dengan
melibatkan petani/pelaku usaha tanaman obat.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Mensosialisasikan kemajuan pengembangan industri berbahan baku
tumbuhan obat khususnya temulawak dan meningkatkan pemahaman serta
penggunaan jamu kepada masyarakat Indonesia dan juga masyarakat dunia.
b. Sebagai media pertemuan dan pertukaran informasi antara peneliti, pelaku
usaha dan stake holder lainnya.
c. Sebagai sarana sosialisasi dan identifikasi tingkat pemahaman masyarakat
umum mengenai jamu.
2.2. Sasaran
Praktisi Tanaman Obat, Akedemisi, Peneliti, Mahasiswa, Industri Jamu
Petani/Kelompoktani/Gapoktan dan Masyarakat Umum.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 493
3. Masukan/Output
3.1. Anggaran sebesar Rp. 59.000.000,- .
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 58.443.400,-.
3.3. Sumber Daya Manusia (Petugas, Petani, Pelaku Usaha).
3.4. Data/ Informasi tentang pengembangan industri berbahan baku tumbuhan obat
khususnya temulawak.
4. Pelaksanaan Kegiatan
4.1. Belanja Bahan
Sarana pendukung pameran dalam rangka pelaksanaan Simposium Temulawak
Internasional ke-3, berupa seragam panitia berjumlah 10 orang, bahan pameran
terdiri: tanaman obat 43 jenis, rimpang segar 10 jenis, simplisia daun dan rimpang
20 jenis, dan produk olahan berupa minuman instan 7 jenis.
4.2. Belanja Sewa
Sewa stand dalam rangka kerjasama mendukung Simposium Temulawak
Internasional ke-3berjumlah 2 unit.
4.3. Belanja Perjalanan Biasa
Perjalanan dalam rangka dukungan kerjasama pelaksanaan symposium
temulawak internasional ke-3 berjumlah 12 OP.
5. Keluaran/Output
5.1. Penyelenggaraan pameran tanaman obat dilaksanakan pada tanggal 1 - 3
September 2015, bertempat di Ballroom IPB International Convention Centre (IIC)
Bogor. Stand yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Hortikultura sebanyak 2
unit dengan ukuran 2 x 3 meter.
5.2. Stand pameran Ditjen Hortikultura diisi oleh petani dan pelaku usaha tanaman
obat yang berasal dari Gapoktan Kemuning Jaya, Kabupaten Sukabumi;
Kelompok Tani Mukti Cidolok, Sukabumi; Kelompoktani Sari Sehat Kab. Bogor;
Rumah Toga Lestari., Tangerang.
5.3. Bahan dan materi yang dipamerkan dalam stand Direktorat Jenderal Hortikultura
dalam kegiatan pameran, antara lain display tanaman obat; rimpang segar;
simplisia tanaman obat; produk kesehatan dan minuman welcome drink (secang
dan beras kencur, kunyit asam).
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 494
6. Hasil/Outcome
Terpadu dan terintegrasinya program dan kegiatan terkait tanaman obat terutama
temulawak antar instansi terkait tanaman obat (IPB, Pusat Studi Biofarmaka,
B2P2TOOT Tawangmangu, dan Pelaku usaha).
7. Manfaat/Benefit
Meningkatnya produksi, produktivitas, mutu dan daya saing tanaman obat.
8. Dampak/Impact
Berkembangnya kawasan tanaman obat di sektor hulu dan industri jamu di sektor hilir.
APRESIASI BUDIDAYA JAMUR
1. Latar Belakang
Keunggulan yang dimiliki Indonesia dalam pengembangan agribisnis jamur diantaranya
adalah ketersediaan daerah yang memiliki iklim kondusif untuk pertumbuhan jamur yang
mampu menghasilkan jamur dengan produktivitas dan kualitas yang tinggi, ketersediaan
bahan baku yang dapat digunakan sebagai media tumbuh jamur, tersedianya tenaga
kerja yang relatif banyak dan murah, potensi pasar domestik yang cukup besar karena
jumlah penduduk Indonesia besar banyak serta potensi pasar ekspor yang belum
tergarap secara optimal.
Di lain pihak kegiatan budidaya jamur ramah lingkungan masih kurang diperhatikan oleh
petani/pelaku usaha, karena lebih terfokus pada usaha budidaya untuk meningkatkan
produksi. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pemahaman dan pengetahuan
petani dalam penguasaan teknologi budidaya jamur sesuai GAP/SOP dan belum
memadainya dukungan sarana prasarana pascapanen yang dibutuhkan petani.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani terkait
dengan budidaya jamur yang baik, maka diperlukan adopsi teknologi. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan kegiatan Apresiasi Budidaya Jamur
kepada pelaku usaha yang telah menerapkan teknologi budidaya jamur yang baik dan
sudah memiliki sarana prasarana pascapanen yang memadai, sehingga diharapkan
petani dapat mengadopsi teknologi yang telah diperoleh selama kegiatan berlangsung
serta dapat mensosialisasikannya kepada petani/pelaku usaha serta pemangku
kepentingan di daerahnya masing-masing.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 495
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan apresiasi budidaya jamur adalah meningkatkan pengetahuan dan
wawasan petani tentang perbenihan dan budidaya jamur yang baik.
2.2. Sasaran
Petani dapat mengadopsi dan menerapkan teknologi budidaya jamur yang baik
sehingga tersedia jamur sesuai mutu dipersyaratkan pasar domestik dan pasar
internasional.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 118.983.000.-.
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 116.746.000.-
3.3. Informasi Teknologi : Referensi dan masukan dari berbagai pemangku
kepentingan, khususnya pengetahuan tentang pengembangan jamur yang tepat.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan Apresiasi Budidaya Jamur dilakukan oleh Direktorat Budidaya
dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
4.1. Belanja Bahan
Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan Apresiasi Budidaya Jamur
diberikan 1) sarana penunjang berupa tas dan kaos diberikan kepada narasumber
dan peserta; 2) sarana pendukung berupa sarana praktek untuk membuat kultur
jaringan benih jamur tiram dan merang yang dilakukan di ITB diantaranya benih
F1 dan F2 jamur merang dan jamur tiram, gabah, serbuk gergaji, alkohol 70% dan
lain-lain.
4.2. Belanja Sewa
Dilaksanakan untuk membayar sewa kendaraan saat melakukan kunjungan
lapang pada kegiatan Apresiasi Budidaya Jamur.
4.3. Belanja Jasa Profesi
Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan moderator kegiatan
Apresiasi Budidaya Jamur.
4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
Dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan berupa perjalanan pelaksanaan
Apresiasi Budidaya Jamur dan Akomodasi dan konsumsi saat pelaksanaan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 496
5. Keluaran/Output
5.1. Kegiatan Apresiasi Budidaya Jamur dilaksanakan selama 3 hari, mulai tanggal 18
– 20 Agustus 2015 dalam bentuk pertemuan di Bandung dan kunjungan lapang
dilakukan ke Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati – ITB Bandung. Narasumber
yang menyampaikan materi pada pertemuan ini adalah:
a. Ir. Muning Ekowati, M.Si dari Direktorat Perbenihan Hortikultura
b. Iwan Ruswandi, SP. dari BPSBTPH Provinsi Jawa Barat
c. Dr. I Nyoman P. Aryantha dari ITB Bandung
d. Dr. Meksy Dianawati, SP., M.Si. dari BPTP Provinsi Jawa Barat
5.2. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan Temu Teknologi Budidaya Tanaman
Obat adalah:
a. Kebijakan Pengembangan Perbenihan Jamur
b. Penilaian Proses Produksi Benih Jamur
c. Perbenihan Jamur
d. Pengembangan Budidaya Jamur Tiram dan Jamur Merang
e. Pada saat kunjungan lapang, dilakukan praktek pembuatan benih jamur
dalam upaya peningkatan kualitas benih untuk berbudidaya jamur yang baik
di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati-ITB dijelaskan oleh Bapak Tedy
Dermawan.
6. Hasil/Outcome
Tersosialisasinya inovasi teknologi budidaya kepada 45 orang petugas dan pelaku
usaha dalam upaya peningkatan produksi dan mutu jamur di sentra produksi jamur
Jawa Barat
7. Manfaat/Benefit
Petani dan pelaku usaha dapat memahami dan menerapkan teknologi budidaya jamur
dalam usaha agribisnisnya.
8. Dampak/Impact
Meningkatkan kualitas hasil budidaya jamur dan pendapatan pelaku usaha jamur.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Faktor keberhasilan dalam perbenihan jamur pangan adalah Varietas yang
unggul; Pengetahuan biologi jamur; Skill motorik (teknis) mikrobiologi; Sarana
dan prasarana; dan Standarisasi Proses.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 497
b. Dalam proses pembuatan benih jamur proses fermentasi dan sterilisasi
memegang factor utama dalam keberhasilan ataupun kegagalan pembenihan,
karenanya perlu sangat diperhatikan oleh petani yang berkeinginan menjadi
penangkar benih jamur.
c. Produksi jamur yang tinggi dapat diperoleh apabila bibit dan media yang
digunakan berkualitas, kondisi steril, dan syarat tumbuh yang dibutuhkan
jamur dipenuhi. Nutrisi diperlukan sebagai sumber karbon, nitrogen, vitamin,
dan mineral. Kebutuhan nutrisi tersebut dapat dipenuhi dari media tanam.
Lingkungan tumbuh yang berpengaruh terhadap jamur adalah suhu,
kelembaban udara, cahaya, pH, dan kandungan CO2 dan O2.
9.2. Saran
a. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk peningkatan industri perbenihan jamur
secara nasional melalui penguatan SDM perbenihan jamur (penangkar,
petani, asosiasi, pelaku bisnis, institusi pemerintah dan perguruan tinggi,
peneliti, laboran, teknisi lapangan, penyuluh dan pengawas benih) dan
sarana prasarana (laboratorium dan lapangan) serta permodalan;
b. Penguatan kelembagaan kelompok penangkar ditempuh melalui upaya
kemitraan dengan swasta yang sekaligus dapat berfungsi sebagai
penjaminan pasar terhadap produk benih bermutu yang dihasilkannya.
TEMU TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN OBAT
1. Latar Belakang
Peningkatan peran tanaman obat khususnya dan obat bahan alam umumnya,
memerlukan: 1) Dukungan dan kemauan politik yang cukup dari pemerintah untuk
menjadikan tanaman obat sebagai salah satu sumber kesejahteraan rakyat dan “prime
mover” perekonomian nasional; 2) Adanya program menyeluruh dan terpadu dari hulu
hingga hilir untuk pengembangan tanaman obat; 3) Koordinasi dan sinkronisasi program
dari instansi terkait serta keterlibatan swasta dan masyarakat; dan 4) Peraturan
perundang-undangan yang cukup kondusif bagi pengembangan tanaman obat.
Kebijakan pengembangan tanaman obat diimplementasikan melalui penerapan
pedoman budidaya yang baik (Good Agricultural Practices) yang selanjutnya diturunkan
menjadi SOP (Standard Operational Procedure) untuk masing-masing komoditas.
Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman obat di daerah sentra produksi
diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan bahan baku yang diperlukan oleh Industri
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 498
Obat Tradisional (IOT) dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), sehingga kebutuhan
bahan alam untuk industri dapat dipenuhi dari hasil budidaya bukan dari hasil
penambang di hutan. Salah satu kegiatan yang mendukung langkah strategis tersebut,
adalah temu teknologi budidaya tanaman obat yang dilakukan di sentra produksi
tanaman obat.
Upaya yang dilakukan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman
Obat untuk mendukung peningkatan kemampuan petani dalam berbudidaya tanaman
obat adalah melaksanakan temu teknologi budidaya tanaman obat di daerah sentra
produksi tanaman obat. Melalui temu teknologi ini petani dan pelaku usaha tanaman
obat diharapkan dapat ditingkatkan kemampuannya dalam berproduksi.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Menyebarluaskan informasi dan teknologi budidaya tanaman obat di sentra
produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun industri.
2.2. Sasaran
Penerapan teknologi budidaya tanaman obat secara optimal ditingkat pelaku
usaha atau petani tanaman obat, serta petugas pendamping daerah.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 117.353.000.-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 114.973.000.-
3.3. Informasi Teknologi : Tanaman obat yang dibudidayakan di Kalimantan Timur
masih bersifat tradisional, pengembangan tanaman obat yang ada adalah
rimpang-rimpangan dan dedaunan dari hutan. Pengembangan obat tradisional
dengan menggunakan tanaman obat yang berasal deri hutan merupakan upaya
yang dilakukan untuk memperkaya jenis tanaman obat yang ada di Kalimantan
Timur diantaranya pengembangan tanaman asli Kalimantan yaitu Tahongai.
3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Temu Teknologi Budidaya
Tanaman Obat diberikan sarana penunjang dan sarana pendukung kepada
narasumber dan peserta.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat dilakukan oleh
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, dengan rincian
kegiatan sebagai berikut :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 499
4.1. Belanja Bahan
Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan Temu Teknologi Budidaya
Tanaman Obat diberikan sarana penunjang berupa tas, kaos berkerah, topi
kepada narasumber dan peserta.
4.2. Belanja Sewa
Dilaksanakan untuk membayar sewa kendaraan saat melakukan kunjungan
lapang pada kegiatan Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat.
4.3. Belanja Jasa Profesi
Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan moderator kegiatan Temu
Teknologi Budidaya Tanaman Obat.
4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
Dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan berupa perjalanan pelaksanaan
Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat dan Akomodasi dan konsumsi saat
pelaksanaan.
5. Keluaran/Output
5.1. Kegiatan Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat dilaksanakan selama 3 hari,
mulai tanggal 03 - 05 Agustus 2015 dalam bentuk pertemuan di Kota Samarinda
dan kunjungan lapang ke Petani Tanaman Obat dan CV. Abihira Herba Center di
Kota Samarinda. Peserta pertemuan adalah petugas dan pelaku usaha dari
kabupaten/kota sentra tanaman obat di Provinsi Kalimantan Timur dengan jumlah
peserta sebanyak 35 orang. Narasumber pada pertemuan ini adalah Hera
Nurhayati, SP., MSc yang berasal dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat, Ir. H. Gunawan Wibisono M.Si. dari UPTD Pengawas dan Sertifikasi Benih
TPH, Ibu Faiza, S. Hut dari CV. Abihira Herba Centra dan Yossita Fiana, SP.,
M.Si. dari BPTP Provinsi Kalimantan Timur.
5.2. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan Temu Teknologi Budidaya Tanaman
Obat adalah:
a. Perkembangan Teknologi Budidaya Beberapa Tanaman Obat.
b. Teknologi Perbenihan Tanaman Obat (Biofarmaka) di Indonesia.
c. Budidaya Tanaman Obat Keluarga Ramah Lingkungan.
d. Profil dan proses pengolahan tanaman obat di CV. Abihira (saat kunjungan
lapang di CV. Abihira.
6. Hasil/Outcome
Tersosialisasinya inovasi teknologi budidaya tanaman obat dalam upaya peningkatan
produksi dan mutu.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 500
7. Manfaat/Benefit
Meningkatnya pengetahuan petugas/petani/pelaku usaha dalam melakukan budidaya
tanaman obat yang bermutu dan berdaya saing.
8. Dampak/Impact
Meningkatkan kualitas hasil tanaman obat dan pendapatan pelaku usaha tanaman obat.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Tanaman obat merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai
tinggi, memiliki potensi yang cukup tinggi, namun pengembangannya perlu
didukung oleh pengembangan industri pengolahan hasil agar meningkatkan
nilai tambah sehingga menarik minat petani untuk lebih mendalami
berbudidaya tanaman obat yang ramah lingkungan.
b. Petani tanaman obat di Kalimantan Timur masih berbudidaya tanaman obat
dengan cara tradisional karenanya pendampingan perlu dilakukan secara
berkelanjutan
c. Penggunaan benih unggul perlu ditekankan kepada petani sebagai dasar
menghasilkan produksi yang optimal.
9.2. Saran
a. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk peningkatan pengetahuan petani dalam
mengelola budidaya tanaman obat khususnya di luar Pulau Jawa, agar
produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produksi yang dihasilkan di
Pulau Jawa.
b. Perlunya dukungan dari berbagai stakeholders baik secara fisik dan
pendanaan untuk meningkatkan potensi wilayah dan mengembangkan
komoditi tanaman obat lokal agar dapat dikembangkan dan dimanfaatkan
sehingga memberikan nilai tambah bagi petani yang mengembangkannya.
c. Mengingat manfaat yang dirasakan oleh para peserta pertemuan, maka
kegiatan Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat perlu dilaksanakan secara
rutin setiap tahun, serta cakupan peserta diperluas ke daerah pengembangan
tanaman obat lainnya.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 501
TEMU TEKNOLOGI BUDIDAYA JAMUR
1. Latar Belakang
Jamur merupakan salah satu jenis komoditas sayuran eksotik yang mempunyai nilai
ekonomis cukup tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan dalam skala
komersial. Jamur membutuhkan penanganan yang spesifik dan keahlian khusus agar
dapat berkembang dengan baik. Jamur termasuk tumbuhan yang tidak berklorofil
sehingga tidak bisa mengolah bahan makanan sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan
hidup bagi pertumbuhan dan perkembangannya, jamur sangat tergantung pada bahan
organik yang diserap, yang terkandung pada media tanam. Ada beberapa jenis jamur
yang umum dibudidayakan oleh petani kita dan dikenal oleh masyarakat diantaranya
jamur shitake, jamur tiram (dari jenis jamur kayu), serta jamur kancing dan jamur
merang (dari jenis jamur kompos).
Penerapan teknologi budidaya jamur di setiap lokasi sangat berbeda tergantung dari
kebiasaan dan kemampuan petani, tetapi bagian terpenting dalam berbudidaya jamur
adalah penguasaan teknik dan metode pengaturan iklim mikro. Sementara itu kondisi
agribisnis jamur di Indonesia saat ini belum didukung dengan ketersediaan paket
teknologi budidaya yang siap terap serta masih terbatasnya kemampuan sumberdaya
manusia sehingga tidak semua petani jamur mampu memperoleh hasil yang maksimal
dalam berbudidaya jamur.
Dalam rangka mendukung peningkatan kemampuan petani dan pemantapan inovasi
teknologi berbudidaya jamur, maka Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan
Tanaman Obat melaksanakan temu teknologi budidaya jamur di daerah sentra produksi
jamur. Melalui temu teknologi ini petani dan pelaku usaha jamur diharapkan dapat
ditingkatkan kemampuannya dalam memproduksi jamur.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas dan petani/pelaku usaha
dalam melakukan budidaya jamur, serta menyebarluaskan teknologi
pengembangan dan budidaya jamur di daerah sentra produksi dan daerah
pengembangan baru.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 502
2.2. Sasaran
Pelaku usaha atau petani jamur yang berupaya keras untuk menerapkan teknologi
budidaya jamur. Serta petugas pendamping daerah dalam rangka menambah
informasi teknologi budidaya jamur.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 99.395.000.-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 98.675.000,-
3.3. Informasi Teknologi : Dalam budidaya jamur di wilayah Banten saat ini mulai
menggunakan polar. Polar yang digunakan sebagai substitusi sumber karbon
dalam budidaya jamur menggantikan dedakyang sudah mulai sulit di peroleh. Ciri
polar yang baik adalah polar beraroma roti karena polar adalah sisa pengolahan
gandum untuk roti.
3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Temu Teknologi Budidaya
Jamur diberikan sarana penunjang berupa tas, kaos kerah dan topi rimba kepada
narasumber dan peserta. Untuk sarana pendukung berupa bahan praktek
pembuatan baglog jamur, baglog jamur tiram, benih F2 jamur tiram dan plastik
terpal.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan Temu Teknologi Budidaya Jamur dilakukan oleh Direktorat
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, dengan rincian kegiatan
sebagai berikut :
4.1. Belanja Bahan
Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan Temu Teknologi Budidaya
Jamur diberikan a) sarana penunjang berupa tas, kaos kerah dan topi rimba
kepada narasumber dan peserta dan b) sarana pendukung berupa bahan praktek
pembuatan baglog jamur, baglog jamur tiram, benih F2 jamur tiram dan plastik
terpal.
4.2. Belanja Sewa
Dilaksanakan untuk membayar sewa kendaraan saat melakukan kunjungan
lapang pada kegiatan Temu Teknologi Budidaya Jamur.
4.3. Belanja Jasa Profesi
Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan moderator kegiatan Temu
Teknologi Budidaya Jamur.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 503
4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
Dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan berupa perjalanan pelaksanaan
Temu Teknologi Budidaya Jamur dan Akomodasi dan konsumsi saat
pelaksanaan.
5. Keluaran/Output
5.1. Kegiatan Temu Teknologi Budidaya Jamur dilaksanakan mulai tanggal 1 - 3 Juli
2015 dalam bentuk pertemuan di Cipayung, Kab. Bogor dan kunjungan lapang
dilaksanakan ke Kubung Jamur Gapoktan Kuntum Kenanga di Kota. Bogor.
Peserta pertemuan adalah petugas dan pelaku usaha dari kabupaten/kota sentra
agribisnis jamur di Provinsi Banten dan Jawa Barat dengan jumlah peserta
sebanyak 40 orang. Narasumber berasal dari LIPI, Pelaku Usaha dan Direktorat
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
5.2. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan Temu Teknologi Budidaya Jamur
adalah:
a. Perkembangan Teknologi Budidaya Jamur Merang
b. Perkembangan Teknologi Budidaya Jamur di Cina
c. Evaluasi Perkembangan Teknologi Perbenihan dan Budidaya Jamur di sentra
produksi
d. Sosialisasi GAP dan Roadmap Jamur 2015 – 2019
6. Hasil/Outcome
Tersosialisasinya inovasi teknologi budidaya dalam upaya peningkatan produksi dan
mutu jamur.
7. Manfaat/Benefit
Meningkatnya pengetahuan petugas/petani/pelaku usaha dalam melakukan budidaya
jamur.
8. Dampak/Impact
Meningkatkan kualitas hasil jamur dan pendapatan pelaku usaha jamur.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Jamur merupakan komoditas hortikultura yang bernilai tinggi, potensi yang
dimiliki oleh jamur sangat banyak dan beragam.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 504
b. Penggunaan polar digunakan sebagai ganti dedak untuk pencampuran media
tanam jamur, hasil jamur lebih baik hanya saja warna jamur agak hitam.
c. Perbanyakan benih sangat dianjurkan kembali ke plan jamur (F1) bukan
berasal dari sebanyak-banyaknya miselia dan tidak boleh menggunakan
miselium dari perbanyakan baglog karena tubuh buah merupakan bagian dari
fase vegetatif.
9.2. Saran
a. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk peningkatan industri perbenihan jamur
secara nasional melalui penguatan SDM perbenihan jamur (penangkar,
petani, asosiasi, pelaku bisnis, institusi pemerintah dan perguruan tinggi);
b. Perlu dilakukan pembinaan kepada petani jamur khususnya daerah
pengembangan baru berupa pelatihan baik untuk pembuatan media tanam,
perbenihan dan peningkatan kualiatas produk yang dihasilkan oleh petani;
c. Mengingat manfaat yang dirasakan oleh para peserta pertemuan, maka
kegiatan Temu Teknologi Budidaya Jamur perlu dilaksanakan secara rutin
setiap tahun, serta cakupan peserta diperluas ke daerah potensial lainnya.
PERTEMUAN KAWASAN PACAMAT
1. Latar Belakang
Komoditas Paprika, Cabai dan Tomat (Pacamat) merupakan sayuran yang digunakan
sebagai bahan/bumbu penyedap masakan, bahan industri makanan yang saat ini
berkembang pesat. Komoditas cabai merah merupakan komoditas sayuran yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi. Paprika, cabai dan tomat pada umumnya dikonsumsi
dalam bentuk segar dan olahan. Dengan demikian peluang pengembangan usaha
paprika, cabai dan tomat memiliki peluang pasar yang masih terbuka luas.
Dalam rangka memantapkan pengembangan usaha budidaya paprika, cabai dan tomat
adalah dengan pengembangan skala kawasan yang intensif dan terpadu, khusus di
Provinsi Jawa Barat yang meliputi Kabupaten Ciamis, Sumedang,
Bandung,Tasikmalaya, Bandung Barat, Kota Tasikmalaya dan Garut.
Dalam satu kawasan tersebut telah tersedia fasilitas seperti jalan, pasar dan industri
pengolahan yang didukung oleh konsolidasi kelembagaan pelayanan, seperti
pengadaan saprodi, penyuluhan, perkreditan dan pelayanan penunjang lainnya.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 505
Untuk mengoptimalkan potensi wilayah Kabupaten Ciamis, Sumedang,
Bandung,Tasikmalaya, Bandung Barat, Kota Tasikmalaya dan Garut sebagai kawasan
pengembangan paprika, cabai dan tomat, diperlukan penanganan secara terintegrasi
dan terpadu pada seluruh jaringan usaha mulai dari tahap budidaya sampai
pemasarannya.
Melalui pendekatan kawasan Pacamat tersebut, diharapkan dapat dicapai skala
maksimal pengusahaan yang menghasilkan produksi kontinyu sesuai dengan
kebutuhan pasar atau industri pengolahan.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Meningkatkan produksi serta mutu paprika, cabai dan tomat yang aman
konsumsi berbasis penerapan GAP/SOP.
b. Mendukung penerapan sistem pertanian maju dengan konsep ramah
lingkungan.
2.2. Sasaran
a. Peningkatan produksi dan produktivitas paprika, cabai dan tomat secara
ramah lingkungan.
b. Meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani melalui usaha budidaya
paprika, cabai dan tomat ramah lingkungan.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 134.487.000,-.
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 132.850.000,-
3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi tentang
perkembangan budidaya sayuran, kebijakan dan petunjuk pelaksanaan
pengembangan sayuran dan tanaman obat Tahun 2015.
3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Kawasan Pacamat diberikan
sarana penunjang berupa tas kepada para peserta.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Kawasan Makucibrete dilaksanakan di Bandung dengan rincian sebagai
berikut:
4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.
4.2. Belanja Sewa yang digunakan untuk sewa kendaraan roda empat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 506
4.3. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dan moderator dalam
rangka pelaksanaan pertemuan Kawasan Pacamat.
4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan
transport dan uang saku peserta pertemuan Kawasan Pacamat.
5. Keluaran/Output
5.1. Dilaksanakan tanggal 24-26 Agustus 2015.
5.2. Pertemuan dihadiri sebanyak 50 orang peserta yang terdiri dari narasumber,
peserta pusat dan daerah yang berasal dari petugas Dinas Pertanian Provinsi
Jawa Barat, Dinas Pertanian Kab. Ciamis, Tasikmalaya, Kota Tasik, Garut,
Bandung, Sumedang, Bandung Barat serta para pelaku usaha dan kelompok tani.
5.3. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
a. Kebijakan dan Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Budidaya dan
Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat serta Sosialisasi Program GTCK
APBN-P Tahun 2015, yang disampaikan Direktur Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat, Ir. Yanuardi, MM.
b. Evaluasi dan Rencana Kerja Pengembangan Kawasan PaCaMat dari setiap
Dinas Pertanian Kab/Kota di sentra Cabai.
c. Perwakilan PT. Wings Food.
6. Hasil/Outcome
Terintegrasinya antara pusat, provinsi, kabupaten/kota dalam melaksanakan
pengelolaan pengembangan kawasan sayuran (Paprika, Cabai dan Tomat).
7. Manfaat/Benefit
Meningkatkan produksi, mutu, daya saing produk paprika, cabai dan tomat di kawasan
ini.
8. Dampak/Impact
Dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat wilayah tersebut.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Dengan terintegrasi antara Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dalam
melaksanakan pengelolaan pengembangan kawasan PaCaMat (Garut,
Bandung, Bandung Barat, Ciamis, Sumedang, Tasikmalaya dan Kota
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 507
Tasikmalaya) diharapkan dapat meningkatkan produksi, mutu dan daya saing
produk paprika, cabai dan tomat di kawasan sentra tersebut.
b. Organisasi/asosiasi cabai perlu bekerja sama dalam rangka mendukung
pengembangan cabai dalam negeri, sehingga kesejahteraan para petani dan
pelaku usaha cabai dapat terwujud.
9.2. Saran
a. Supplier kadang harus membeli cabai dari pasar demi memenuhi kuota
sehingga supplyer ini dapat mengganggu sistem harga, sehingga perlu
adanya kerjasama yang baik antara petani dan supplier agak tidak terjadi
fluktuasi harga.
b. Indofood, PT Heinz ABC dan Wings sangat membutuhkan cabai jenis rawit
merah dan hijau yang kontinyu dan bermutu, hal ini merupakan peluang pasar
yang baik para petani cabai di wilayah sentra produksi.
c. Sebagian petani masih belum mau menerapkan sistem pertanian yang ramah
lingkungan, hal ini masih perlu adanya pendampingan dan pembinaan dari
dinas pertanian setempat maupun dari pusat agar komoditas yang dihasilkan
dapat berdaya saing dan aman konsumsi.
PERTEMUAN KAWASAN MAKUCIBRETE
1. Latar Belakang
Bawang merah merupakan salah satu sayuran umbi yang digunakan sebagai
bahan/bumbu penyedap masakan, bahan industri makanan yang saat ini berkembang
pesat dan juga sebagian digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Komoditas
bawang merah merupakan komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi
yang selama ini sebagian masih diimpor. Bawang merah pada umumnya dikonsumsi
dalam bentuk segar dan olahan. Dengan demikian peluang pengembangan usaha
bawang merah memiliki peluang pasar yang masih terbuka luas.
Untuk memantapkan pengembangan bawang merah, salah satunya adalah
memantapkan pengembangan bawang merah dalam skala kawasan yang intensif di
Kabupaten Majalengka, Kuningan, Cirebon, Brebes dan Tegal (Makucibrete).
Kelima wilayah tersebut merupakan kawasan yang disatukan oleh satu kesatuan
fasilitas dan infrastruktur ekonomi yang terpadu, seperti jalan, pasar dan industri
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 508
pengolahan yang didukung oleh konsolidasi kelembagaan pelayanan, seperti
pengadaan saprodi, penyuluhan, perkreditan dan pelayanan penunjang lainnya.
Dalam rangka mengoptimalkan potensi wilayah Kabupaten Majalengka, Kuningan,
Cirebon, Brebes dan Tegal sebagai kawasan pengembangan bawang merah,
diperlukan penanganan secara terintegrasi dan terpadu pada seluruh jaringan usaha
mulai dari tahap budidaya sampai pemasarannya.
Melalui pendekatan kawasan bawang merah tersebut, diharapkan dapat dicapai skala
maksimal pengusahaan yang menghasilkan produksi kontinyu sesuai dengan
kebutuhan pasar atau industri pengolahan.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Meningkatkan produksi serta mutu bawang merah yang aman konsumsi
berbasis penerapan GAP/SOP.
b. Mendukung penerapan sistem pertanian maju dengan konsep ramah
lingkungan.
2.2. Sasaran
a. Peningkatan produksi dan produktivitas bawang merah.
b. Mengembangkan usaha budidaya bawang merah secara ramah lingkungan.
c. Meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani melalui usaha budidaya
bawang merah ramah lingkungan.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 277.464.000,-.
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 266.700.000,-
3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi
tentang perkembangan budidaya sayuran, kebijakan dan petunjuk pelaksanaan
pengembangan sayuran dan tanaman obat Tahun 2015.
3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Kawasan Makucibrete
diberikan sarana penunjang berupa tas kepada para peserta.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Kawasan Makucibrete dilaksanakan di Majalengka dengan rincian sebagai
berikut:
4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 509
4.2. Belanja Sewa yang digunakan untuk sewa kendaraan roda empat.
4.3. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dan moderator dalam
rangka pelaksanaan pertemuan Kawasan Makucibrete.
4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan
transport dan uang saku peserta pertemuan Kawasan Makucibrete.
5. Keluaran/Output
5.1. Dilaksanakan tanggal 12-14 Agustus 2015.
5.2. Pertemuan dihadiri 50 orang peserta yang terdiri dari narasumber, peserta pusat
dan daerah yang berasal dari petugas Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Dinas
Pertanian Kab. Majalengka, Kuningan, Cirebon, Brebes dan Tegal serta para
pelaku usaha dan kelompok tani.
5.3. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
a. Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman
Obat Tahun 2015, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro,
SP.
b. Pengaruh dan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim Terhadap Bawang Merah
di Kawasan Sentra Bawang Merah (Balai Besar Sumber Daya Lingkungan).
c. Ketersediaan Bawang Merah pada Saat Musim Kemarau dan strategi
Pengembangannya, yang disampaikan tiap Dinas Pertanian Kab/Kota di
Kawasan sentra bawang merah.
6. Hasil/Outcome
Terintegrasinya antara pusat, provinsi, kabupaten/kota dalam melaksanakan
pengelolaan pengembangan kawasan sayuran (bawang merah).
7. Manfaat/Benefit
Meningkatkan produksi, mutu, daya saing produk bawang merah di kawasan ini.
8. Dampak/Impact
Dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat wilayah tersebut.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Mengharapkan perhatian pemerintah untuk margin harga, dimana diharapkan
peran BULOG tidak hanya pada saat harga tinggi, namun juga pada saat
harga rendah beserta fasilitasi kemitraan untuk industri pengolahan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 510
b. Ada beberapa varietas yang sudah mengalami penurunan produktivitas, maka
dari itu perlu dilakukan pemurnian benih, terutama varietas unggulan seperti
Bima Brebes
c. Ada varietas yang punya potensi untuk ekspor (contoh bentanis) untuk bisa
dikembangkan pada kawasan bawang merah yang telah dilakukan uji tanam
di Cirebon yang sudah dikunjungi oleh Direktur Perbenihan Hortikultura
d. Pengembangan kawasan di bulan off season (panen Februari-April) dapat
dilakukan untuk mendukung kemandirian pulau-pulau seperti lokasi
pengembangan di Sulawesi Selatan
e. Kebutuhan serapan untuk Industri Olahan mencapai 150rb ton/tahun, perlu
ditindaklanjuti mengenai data dan informasinya.
f. Secara umum, ketersediaan bawang merah pada kawasan Makucibrete pada
semester II sangat mencukupi dengan trend harga stabil pada bulan
November Desember, dan trend penurunan harga hanya terjadi sampai akhir
Agustus.
g. Pemerintah diharapkan lebih bisa menjembatani dan mempromosikan produk
pertanian, khususnya bawang merah di negara-negara tetangga.
h. Pengaruh El Nino berdampak terhadap pergeseran jatuhnya musim hujan dan
juga berpengaruh terhadap banyaknya serangan OPT.
i. Dengan terintegrasi antara Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dalam
melaksanakan pengelolaan pengembangan kawasan bawang merah
(Majalengka, Kuningan, Cirebon, Brebes dan Tegal) diharapkan dapat
meningkatkan produksi, mutu dan daya saing produk bawang merah di
kawasan sentra tersebut dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakatnya.
9.2. Saran
a. Adanya informasi berkelanjutan diantara pelaku usaha/champion/Asosiasi di
daerah ini , yang bisa saling sharing untuk memecahkan permasalahan yang
ada, mulai dari budidaya, pemasaran, ketersediaan bahan baku bawang
merah dan pengaturan pola produksi agar tidak terjadi panen raya bersama-
sama yang menyebabkan harga jatuh.
b. Semua pihak baik Pelaku Usaha/ Champion/ Asosiasi harus satu suara dan
bersatu dalam memberikan masukan, saran dan tindakan sebagai bahan
kebijakan pemerintah.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 511
EVALUASI DAN ANALISIS SISTEM PRODUKSI SAYURAN
1. Latar Belakang
Sayuran merupakan komoditas yang mempunyai prospek yang besar untuk
dikembangkan karena mutlak diperlukan untuk perbaikan kualitas hidup manusia.
Secara spesifik sayuran umumnya diperlukan setiap hari baik dalam bentuk segar
maupun olahan, Oleh karena itu penyediaan sayuran dalam bentuk segar setiap hari
sepanjang tahun perlu dirancang dengan baik.
Kebutuhan sayuran secara nasional sesungguhnya dapat dipenuhi dari produksi dalam
negeri, namun akibat pola tanam/pola produksi yang musiman ketersediaannya tidak
merata sepanjang tahun. Untuk mengantisipasi ketersediaan sayuran yang merata
sepanjang tahun dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, telah dilakukan upaya-
upaya peningkatan produksi sayuran berdasarkan keseimbangan “Supply – demand”.
Selama 8 tahun terakhir ini telah dilakukan pemantauan dan pengaturan pola produksi
secara bulanan, berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi ditambah 2 Provinsi
yaitu Provinsi Kepulauan Riau dan Nusa Tenggara Timur yang ada di daerah sentra
produksi. Dengan memperhatikan kajian produksi masing-masing daerah sentra
produksi dan kebutuhan sayuran secara nasional maka dapat disusun pola produksi
bulanan yang seimbang dengan permintaan.
Di samping itu dilakukan evaluasi dan analisis sistem produksi sayuran dari aspek
penerapan teknologi (GAP dan SOP), ketersediaan benih dan pupuk, PHT, iklim serta
musim tanam dan panen yang sudah berjalan.
Untuk mengawal pencapaian perencanaan pola produksi bulanan yang sudah
disepakati masing-masing daerah sentra produksi utama sayuran perlu dilakukan
evaluasi dan analisis bagaimana kesepakatan pengaturan pola tanam dan pola produksi
tersebut dijalankan/diterapkan.
Dalam analisis produksi perlu dianalisa mengenai wilayah sentra produksi, potensi
produksi, realisasi bulanan dan tahun. Perkiraan panen raya, penanganan pascapanen
dan distribusi produk, potensi kebutuhan panen raya serta panen per bulan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 512
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Mengevaluasi dan menganalisa penerapan teknologi, pola produksi, tingkat
kerberhasilan, informasi iklim dan kendala/masalah yang mungkin timbl di
lapangan.
b. Menerapkan budidaya yang baik dan benar dan penerapan teknologi yang
ramah lingkungan.
2.2. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dari pertemuan evaluasi dan analisis sistem
produksi sayuran ini adalah 23 provinsi penghasil utama sayuran di Indonesia
yang melaksanakan kegiatan peningkatan produksi sayuran.
3. Masukan/Input
3.1 Anggaran sebesar Rp. 171.796.000-.
3.2 Realisasi Keuangan sebesar Rp. 161.104.100,-
3.3 Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi
budidaya dengan tetes air di musim kering dan perkiraan iklim di daerah sentra
produksi.
3.4 Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Evaluasi dan Analisis
Sistem Produksi Sayuran diberikan sarana penunjang berupa jaket dan seminar
kit kepada para peserta.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Evaluasi dan Analisis Sistem Produksi Sayuran dilaksanakan di Balikpapan
dengan rincian sebagai berikut:
4.1 Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.
4.2 Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka Evaluasi
dan Analisis Sistem Produksi Sayuran.
4.3 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan
transport, uang saku dan akomodias peserta kegiatan Evaluasi dan Analisis
Sistem Produksi Sayuran.
5. Keluaran/Output
5.1 Dilaksanakan tanggal 10-13 Maret 2015.
5.2 Pertemuan dihadiri sebanyak 60 orang peserta yang terdiri dari narasumber,
peserta pusat dan daerah yang berasal dari petugas Dinas Pertanian Provinsi di
23 Provinsi sentra produksi, yaitu Dinas Pertanian Provinsi Aceh, Sumatera Utara,
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 513
Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Bali, NTB, Kalbar, Kalsel, Kalteng,
Kaltim, Sulut, Sulsel, Gorontalo, Kepri dan NTT.
5.3 Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
a. Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman
Obat serta Sosialisasi Program GTCK APBN-P Tahun 2015, yang
disampaikan Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman
Obat, Dr Ir Dwi Iswari, MSc.P
b. Perkiraan Iklim 2015 di Daerah Sentra Produksi dan Antisipasinya, oleh
perwakilan BMKG Pusat.
c. Teknologi Budidaya Sayuran untuk Pengaturan Ketersediaan Sepanjang
Tahun, yang disampaikn oleh Prof Dr Sobir dari Institut Pertanian Bogor.
6. Hasil/Outcome
Terciptanya keseimbangan supply-demand di Indonesia.
7. Manfaat/Benefit
Pasokan, stabilitas harga sayuran di tingkat produsen dan konsumen relatif stabil
sehingga menguntungkan petani maupun konsumen.
8. Dampak/Impact
Kesejahteraan dan pendapatan petani meningkat.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Kegiatan evaluasi dan analisis sistem produksi sayuran sangat penting untuk
tetap dilaksanakan, agar didapatkan data yang menggambarkan kondisi
ketersediaan dan kebutuhan produksi sayuran di masing-masing daerah
sepanjang tahun 2015.
b. Pentingnya koordinasi yang baik antara pusat dan daerah dalam pelaksanaan
kegiatan ini sehingga penerapan di lapangan akan tercapai.
9.2. Saran
a. Masing-masing daerah sentra produksi diminta mengetahui komposisi jenis
cabai yang ditanam di wilayahnya (cabai merah besar, cabai merah kriting,
cabai rawit merah dan cabai rawit hijau).
b. Mampu menganalisa penerapan teknologi, pola produksi, informasi iklim dan
kendala yang mungkin timbul di lapangan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 514
c. Menyebarluaskan penggunaan benih bawang merah biji (bawang tuk-tuk),
sebagai antisipasi langka dan tingginya harga benih umbi bawang merah.
Disamping itu petani disarankan untuk tetap memiliki persediaan benih untuk
penanaman dimusim tanam berikutnya.
d. Penerapan teknologi budidaya di musim kemarau untuk cabai dan teknologi
off season untuk bawang merah terutama di musim hujan sehingga bisa
memenuhi kebutuhan produksi sepanjang tahun.
e. Dalam penentuan evaluasi dan analisis sistem produksi sayuran agar
terkoordinasi dengan baik antara pusat, petugas daerah (kabupaten/kota,
kecamatan dan pelaku) untuk penerapan di lapangan.
WORKSHOP PASCAPANEN SAYURAN, TANAMAN OBAT DAN JAMUR
1. Latar Belakang
Produk sayuran dan tanaman obat merupakan komoditas yang perishable dan masih
mengalami proses hidup (fisiologis) setelah panen. Proses fisiologis tersebut
mengakibatkan perubahan-perubahan yang menyebabkan kerusakan atau kehilangan
hasil. Perubahan setelah panen dan pascapanen tidak dapat dihentikan, namun dapat
diperlambat sampai batas tertentu.
Untuk mengurangi kehilangan atau kerusakan hasil, beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah mengetahui faktor biologis dan lingkungan penyebab kerusakan,
serta menggunakan teknologi penanganan pascapanen yang benar, diantaranya
pengemasan dan penyimpanan yang tepat, sehingga akan memperlambat kebusukan
dan mempertahankan kesegaran produk pada tingkat paling optimal.
Guna mencapai hal tersebut, diperlukan upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan
dan perubahan pemahaman petugas dan pelaku usaha baik pusat maupun daerah
tentang penerapan prinsip teknologi pascapanen sayuran dan tanaman obat yang baik.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tersebut akan dilaksanakan melalui
Workshop Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat Dan Jamur bagi petugas dan pelaku
usaha sayuran, tanaman obat dan jamur khususnya yang menangani atau mengelola
bangsal pascapanen (packing house). Melalui kegiatan tersebut diharapkan
penguasaan teknologi pascapanen sayuran, tanaman obat dan jamur oleh petugas dan
pelaku usaha meningkat, dapat disebarluaskan kepada pelaku usaha lainnya sehingga
kehilangan/kerusakan hasil dapat ditekan seminimal mungkin, mempertahankan mutu
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 515
produk, memperpanjang umur simpan, dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan
pelaku usaha sayuran, tanaman obat dan jamur.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan transfer teknologi pascapanen
dari para pakar dan peneliti di bidang pascapanen sayuran, tanaman obat dan
jamur kepada peserta workshop.
2.2. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah petugas pembina lapangan, kelompok tani/Gapoktan
dan pelaku usaha yang menangani bangsal pascapanen sayuran, tanaman obat
dan jamur di daerah sentra produksi sayuran, tanaman obat dan jamur.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp.127.484.000,-.
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp.123.512.000,-
3.3. Informasi Teknologi : Referensi dan masukan dari berbagai pemangku
kepentingan, khususnya pengetahuan tentang pengelolaan pascapanen sayuran,
tanaman obat dan jamur yang tepat agar dapat dihasilkan produk sayuran,
tanaman obat dan jamur yang bermutu tinggi, aman konsumsi dan kerusakan
hasil yang rendah.
3.4. Sarana Penunjang : Untuk menunjang terlaksananya kegiatan Workshop
Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat dan Jamur kepada narasumber dan seluruh
peserta diberikan sarana penunjang berupa kaos dan topi lapangan untuk
penunjang kegiatan.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Workshop Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat dan Jamur dilaksanakan di
Hotel Kesambi Hijau Semarang, Provinsi Jawa Tengah, dengan rincian sebagai berikut:
4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang.
4.2. Belanja Jasa Profesi dibutuhkan untuk honor narasumber dan honor moderator.
4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota dibutuhkan untuk perjalanan
dalam rangka pelaksanaan kegiatan, serta akomodasi dan konsumsi.
5. Keluaran/Output
Terselenggaranya pertemuan Workshop Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat dan
Jamur yang melibatkan petugas, pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 516
6. Hasil/Outcome
Hasil dari kegiatan ini adalah terfasilitasinya transfer teknologi pascapanen dari para
pakar dan peneliti di bidang pascapanen sayuran, tanaman obat dan jamur kepada
peserta workshop.
7. Manfaat/Benefit
Terjalinnya komunikasi dan konsolidasi yang solid antara petugas pembina lapangan,
kelompok tani/ Gapoktan dan pelaku usaha yang menangani bangsal pascapanen
sayuran, tanaman obat dan jamur di daerah sentra produksi sayuran, tanaman obat dan
jamur.
8. Dampak/Impact
Daya saing produk sayuran dan tanaman obat dalam negeri meningkat sehingga
mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain dan ekspor meningkat.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Kegiatan Workshop Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat dan Jamur telah
dilaksanakan pada tanggal 28 Juli sampai dengan 1 Agustus 2015 di
Semarang, Provinsi Jawa Tengah yang dihadiri 50 orang petani atau pelaku
usaha yang berasal dari Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa
Barat. Kegiatan Workshop Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat dan Jamur
diisi dengan paparan materi dari narasumber, kunjungan lapang ke
perusahaan dan kelompok tani serta diskusi kelompok.
b. Mendorong para pelaku usaha packing house untuk terus meningkatkan
penerapan dalam penanganan panen, pascapanen sayuran dan tanaman
obat yang baik sehingga produk yang dihasilkan memiliki kualitas dan daya
saing tinggi, sehingga dapat memasuki pasar moderen dan ekspor.
c. Sebagai ajang tukar informasi sekaligus edukasi diantara peserta, dimana
peserta yang sudah menerapkan penanganan panen, pascapanen dengan
baik akan sharing pengalaman pada peserta yang lain.
d. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi peserta dan secara umum peserta
sangat antusias untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan dari sesama
peserta, narasumber dan hasil kunjungan di lapang.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 517
9.2. Saran
a. Pembinaan intensif dari petugas dan penyuluh pertanian kepada para pelaku
usaha yang menangani packing house khususnya transfer teknologi dan
pembinaan mitra usaha yang sangat menentukan keberhasilan dan tingkat
kesejahteraan petani.
b. Dukungan sarana yang diperlukan terutama bangsal pascapanen.
c. Peserta dapat menerapkan teknologi pascapanen dari yang belum
menerapkan menjadi dapat termotivasi untuk menerapkan secara bertahap.
SINKRONISASI DAN ANALISIS SISTEM PRODUKSI SAYURAN
1. Latar Belakang
Sayuran merupakan komoditas yang mempunyai prospek yang besar untuk
dikembangkan karena mutlak diperlukan untuk perbaikan kualitas hidup manusia.
Secara spesifik sayuran umumnya diperlukan setiap hari baik dalam bentuk segar
maupun olahan, Oleh karena itu penyediaan sayuran dalam bentuk segar setiap hari
sepanjang tahun perlu dirancang dengan baik.
Kebutuhan sayuran secara nasional sesungguhnya dapat dipenuhi dari produksi dalam
negeri, namun akibat pola tanam/pola produksi yang musiman ketersediaannya tidak
merata sepanjang tahun. Untuk mengantisipasi ketersediaan sayuran yang merata
sepanjang tahun dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, telah dilakukan upaya-
upaya peningkatan produksi sayuran berdasarkan keseimbangan “Supply – demand”.
Selama 8 tahun terakhir ini telah dilakukan pemantauan dan pengaturan pola produksi
secara bulanan, berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi ditambah 2 Provinsi
yaitu Provinsi Kepulauan Riau dan Nusa Tenggara Timur yang ada di daerah sentra
produksi. Dengan memperhatikan kajian produksi masing-masing daerah sentra
produksi dan kebutuhan sayuran secara nasional maka dapat disusun pola produksi
bulanan yang seimbang dengan permintaan.
Di samping itu dilakukan evaluasi dan analisis sistem produksi sayuran dari aspek
penerapan teknologi (GAP dan SOP), ketersediaan benih dan pupuk, PHT, iklim serta
musim tanam dan panen yang sudah berjalan.
Untuk mengawal pencapaian perencanaan pola produksi bulanan yang sudah
disepakati masing-masing daerah sentra produksi utama sayuran perlu dilakukan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 518
evaluasi dan analisis bagaimana kesepakatan pengaturan pola tanam dan pola produksi
tersebut dijalankan/diterapkan.
Dalam analisis produksi perlu dianalisa mengenai wilayah sentra produksi, potensi
produksi, realisasi bulanan dan tahun. Perkiraan panen raya, penanganan pascapanen
dan distribusi produk, potensi kebutuhan panen raya serta panen per bulan.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Mengsinkronisasikan dan menganalisa penerapan teknologi, pola produksi,
tingkat kerberhasilan, informasi iklim dan kendala/masalah yang mungkin
timbul di lapangan.
b. Menerapkan budidaya yang baik dan benar dan penerapan teknologi yang
ramah lingkungan.
2.2. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dari pertemuan Sinkronisasi dan Analisis sistem
produksi sayuran ini adalah 18 Provinsi penghasil utama sayuran di Indonesia
yang melaksanakan kegiatan peningkatan produksi sayuran.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 159.462.000-.
3.2. Realisasi Keuangan Realisasi keuangan kegiatan Sinkronisasi dan Analisis
Sistem Produksi Sayuran Rp. 155.358.600,-
3.3. Informasi Teknologi Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi budidaya
dengan tetes air di musim kering dan perkiraan iklim di daerah sentra produksi.
3.4. Sarana Penunjang Dalam pelaksanaan kegiatan Sinkronisasi dan Analisis Sistem
Produksi Sayuran diberikan sarana penunjang berupa tas dan seminar kit kepada
para peserta.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Sinkronisasi dan Analisis Sistem Produksi Sayuran dilaksanakan di
Yogyakarta dengan rincian sebagai berikut:
4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.
4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka
Sinkronisasi dan Analisis Sistem Produksi Sayuran.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 519
4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan
transport, uang saku dan akomodasi peserta kegiatan Sinkronisasi dan Analisis
Sistem Produksi Sayuran.
5. Keluaran/Output
5.1. Dilaksanakan tanggal 6-9 Oktober 2015.
5.2. Pertemuan dihadiri 40 orang peserta yang terdiri dari narasumber, peserta pusat
dan daerah yang berasal dari petugas Dinas Pertanian Provinsi di 18 Provinsi
sentra produksi, yaitu Dinas Pertanian Provinsi Riau, Sumatera Barat, Jambi,
Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, DIY, Bali, NTB, Kalbar, Kaltim, Sulut, Sulsel, Gorontalo, dan NTT.
5.3. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
a. Pengarahan Direktur Jenderal Hortikultura, Dr. Ir. Spudnik Sujono Kamino,
MM.
b. Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman
Obat, yang disampaikan Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan
Tanaman Obat, Ir. Yanuardi, MM.
c. Prediksi Musim Hujan dan Perkiraan Curah Hujan Oktober 2015 Sampai
Februari 2016” , oleh Evi Lutfiyati dari BMKG.
d. Strategi Penanaman Sayuran Utama Menghadapi Cuaca Ekstrim oleh Prof
Sobir dari IPB.
e. Pengendalian OPT Sayuran Utama Menghadapi Perubahan Iklim Ekstrim
oleh Ir. Suparjono BPTP DIY.
6. Hasil/Outcome
Terciptanya keseimbangan supply-demand di Indonesia.
7. Manfaat/Benefit
Pasokan, stabilitas harga sayuran di tingkat produsen dan konsumen relatif stabil
sehingga menguntungkan petani maupun konsumen.
8. Dampak/Impact
Kesejahteraan dan pendapatan petani meningkat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 520
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Kegiatan Sinkronisasi dan Analisis sistem produksi sayuran sangat penting
untuk tetap dilaksanakan, agar didapatkan data yang menggambarkan kondisi
ketersediaan dan kebutuhan produksi sayuran di masing-masing daerah
sepanjang tahun 2015 secara merata.
b. Pentingnya koordinasi yang baik antara pusat dan daerah dalam pelaksanaan
kegiatan ini sehingga penerapan di lapangan akan tercapai.
9.2. Saran
a. Mampu menganalisa penerapan teknologi, pola produksi, informasi iklim dan
kendala yang mungkin timbul di lapangan.
b. BMKG dan IPB dapat membuat sistem informasi yang dapat diakses terkait
iklim sehingga strategi setiap periode tanam harus di sesuaikan, terutama
terkait curah hujan.
c. Penerapan teknologi budidaya di musim kemarau untuk cabai dan teknologi
off season untuk bawang merah terutama di musim hujan sehingga bisa
memenuhi kebutuhan produksi sepanjang tahun.
d. Dalam penentuan sinkronisasi dan analisis sistem produksi sayuran agar
terkoordinasi dengan baik antara pusat, petugas daerah (kabupaten/kota,
kecamatan dan pelaku) untuk penerapan di lapangan.
e. Mampu melakukan pengolahan pascapanen sayuran khususnya cabai,
bawang merah, dan tomat sehingga pada saat panen raya komositas tersebut
tetap termanfaatkan dan tidak menjatuhkan harga.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 521
FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) PENGEMBANGAN JAMUR
1. Latar Belakang
Jamur merang merupakan salah satu komoditas sayuran yang dapat dikembangkan di
daerah dataran rendah yang berdekatan dengan areal sawah sebagai upaya
meningkatkan nilai tambah petani padi dan sayur dataran rendah dengan
memanfaatkan limbah jerami. Melimpahnya limbah jerami di daerah sentra produksi
padi di wilayah pantura seperti Kabupaten Karawang menjadi sumber usaha baru bagi
masyarakat setempat yang terbukti mampu meningkatkan pendapatan petani.
Usaha budidaya jamur merang tidak hanya menghasilkan produk jamur segar,
melainkan dapat berupa makanan jamur olahan dan media tanam habis pakai dapat
dimanfaatkan menjadi bahan dasar pupuk organik. Sehingga agribisnis jamur merang
dalam perkembangannya sampai sekarang menjadi usaha yang menguntungkan
melebihi usaha budidaya sayur ataupun padi, karena ditunjang dari segi pasar yang
masih terbuka lebar dan waktu tanam yang singkat. Untuk mempertahankan ataupun
meningkatkan potensi agribisnis jamur merang di wilayah Karawang, perlu lebih
menggiatkan penerapan prinsip GAP/GHP/SOP spesifik lokasi dan berorientasi pada
seritifikasi.
Potensi besar di wilayah sentra jamur merang perlu ditingkatkan agar benar-benar
menjadi daerah sentra utama jamur merang di Indonesia. Untuk mendukung
peningkatan potensi tersebut, serta menggali permasalahan dan solusinya dalam
pengembangan jamur perlu dilakukan pertemuan Focus Group Discussion (FGD)
Pengembangan Jamur di Karawang.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan FGD pengembangan jamur adalah melakukan pendampingan intensif,
monitoring dan evaluasi perkembangan agribisnis jamur merang di wilayah
Karawang.
2.2. Sasaran
Teridentifikasinya permasalahan dan solusi dalam pengembangan jamur merang
di Karawang.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 522
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 42.690.000.-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 38.740.000.-
3.3. Informasi Teknologi : Terbangunnya kelembagaan agribisnis jamur yang solid dan
profesional serta berdaya saing, akan mampu membangun pelaku usaha yang
profesional dan dapat menjadi “champion”. Champion yang terbentuk akan
memacu pengembangan kemitraan produsen dan pemasar yang memberikan nilai
tambah ke petani, serta mendorong investasi (pemerintah, swasta, CSR) di bidang
agribisnis jamur
4. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan FGD Pengembangan Jamur dilakukan oleh Direktorat Budidaya
dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, dengan rincian kegiatan sebagai
berikut :
4.1. Belanja Bahan
Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan FGD Pengembangan Jamur
diberikan 1) sarana penunjang berupa tas kepada narasumber dan peserta dan 2)
konsumsi saat pelaksanaan FGD berlangsung.
4.2. Belanja Jasa Profesi
Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan moderator kegiatan FGD
Pengembangan Jamur.
4.3. Belanja Perjalanan Dinas Biasa
Dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan berupa perjalanan koordinasi dalam
rangka pelaksanaan FGD Pengembangan Jamur di Kabupaten Karawang.
5. Keluaran/Output
5.1. Kegiatan FGD Pengembangan Jamur dilaksanakan pada tanggal 26 November
2015 di Aula Kantor BP4K Kabupaten Karawang. Peserta dan narasumer
Kegiatan FGD Pengembangan Jamur seluruhnya berjumlah 70 orang. Peserta
sebagian besar berasal dari Kelompok Tani Jamur Merang di Kabupaten
Karawang, petugas dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan
Peternakan Kabupaten Karawang, LIPI-Bogor dan Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
5.2. Narasumber yang mengisi FGD Pengembangan Jamur adalah :
a. Dr. Iwan Saskiawan yang berasal dari Lembagan Ilmu Pengetahuan
Indonesia, memaparkan materi tentang “Budidaya Jamur Merang”.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 523
b. Ir. Dessi Rahmaniar, Msi dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran
dan Tanaman Obat memaparkan materi tentang “Kebijakan Pengembangan
Jamur”.
c. Ir. Kadarisman, MP, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan
Peternakan Kabupaten Karawang memaparkan materi tentang “Kebijakan
Pengembangan Jamur di Karawang”.
d. Eka Putri JA, SP dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan
Peternakan Kabupaten Karawang, memaparkan materi “Profil Jamur Merang
di Karawang”.
6. Hasil/ Outcome
Teridentifikasi permasalahan dalam budidaya jamur serta rekomendasi kebijakan dan
kegiatan dalam pengembangan budidaya jamur.
7. Manfaat/Benefit
Meningkatnya kelembagaan pelaku usaha jamur dalam pengembangan budidaya jamur.
8. Dampak/Impact
Meningkatkan kualitas hasil jamur dan pendapatan pelaku usaha jamur.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Kegiatan FGD pengembangan jamur yang dilaksanakan di Kabupaten
Karawang merupakan wadah bagi pelaku usaha jamur merang, pakar dan
pemerintah (Pusat dan Kabupaten) untuk dapat menyampaikan ide, gagasan
dan permasalahan dalam pengembangan budidaya jamur merang. Dari
pertemuan tersebut diharapkan dapat dihasilkan berbagai macam solusi dan
tindak lanjut dalam upaya pengembangan jamur merang khususnya di
Kabupaten Karawang.
b. Kubung yang ada di petani sudah tidak memadai karena sudah banyak yang
rusak, pemakaian teknologi mesin panen padi (power treasure)
mengakibatkan jerami yang dihasilkan berupa jerami dengan tangkai yang
pendek sehingga mengurangi ketersediaan bahan baku jerami, kualitas bibit
yang tidak baik sehingga produksi menurun dan masih dikuasai oleh pembuat
bibit tunggal.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 524
9.2. Saran
Dari hasil FGD pengembangan jamur didapat beberapa hal yang kedepan perlu
mendapat perhatian bagi pelaku usaha jamur dan pemerintah dalam budidaya
jamur diantaranya adalah:
a. Perlunya memperhatikan peningkatan kualitas benih, sertifikasi penangkar,
kelembagaan penangkar dan perbaikan teknologi budidaya jamur.
b. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk peningkatan industri perbenihan jamur
secara nasional melalui penguatan SDM perbenihan jamur (penangkar,
petani, asosiasi, pelaku bisnis, institusi pemerintah dan perguruan tinggi).
c. Diharapkan Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Peternakan
Kabupaten Karawang dapat melakukan pertemuan selanjutnya guna
menajamkan dan mengeksplorasi kembali beberapa hal yang menjadi fokus
pembahasan dalam FGD pengembangan jamur.
PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN DI LOMBOK TIMUR, BANTUL, OKU
DAN PATI
1. Latar Belakang
Pelaksanaan kegiatan pengembangan sayuran dan tanaman obat tahun 2015
merupakan implementasi dari sub program peningkatan produksi, produktifitas, dan
mutu hasil sayuran dan tanaman obat secara berkelanjutan. Dukungan terhadap sub
program tersebut, terangkum dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut : pengembangan
kawasan sayuran, pengembangan kawasan tanaman obat, sekolah lapangan GAP,
pemberdayaan kelembagaan usaha, peningkatan kapabilitas petugas/petani, pedoman-
pedoman, registrasi lahan usaha, registrasi packing house/bangsal pascapanen, sarana
prasarana budidaya, sarana prasarana pascapanen, sekolah lapangan GHP,
pembinaan pengembangan produksi sayuran dan tanaman obat serta pembinaan
pengembangan pascapanen sayuran dan tanaman obat. Lokasi pengembangan
sayuran dan tanaman obat tahun 2015 tersebar di 32 provinsi dan 131 kabupaten/kota
yang diarahkan pada penerapan GAP, GHP, dan SOP yang spesifik lokasi dan
komoditas, sehingga terbentuk suatu kawasan atau kebun-kebun GAP teregistrasi yang
memenuhi standar pasar modern, dan akhirnya mengantarkan pelaku usaha/petani
menuju gerbang sertifikasi produk. Dalam rangka percepatan pelaksanaan program-
program pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat di seluruh lokasi
pengembangan, maka perlu dilakukan pertemuan berupa pertemuan pendampingan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 525
kawasan untuk lebih mengintensifkan pelaksanaan program di kawasan sentra dan
pengembangan.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini melakukan pendampingan kawasan pengembangan
sayuran dan tanaman obat dalam melaksanakan program Peningkatan Produksi,
Produktifitas, dan Mutu Produk Sayuran dan Tanaman Obat secara Berkelanjutan
TA. 2015.
2.2. Sasaran
Petugas dan pelaku usaha/petani yang mendapat alokasi anggaran program
Peningkatan Produksi, Produktifitas, dan Mutu Produk Sayuran dan Tanaman
Obat secara Berkelanjutan TA. 2015.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 158.291.100,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 158.291.100,-
3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi
budidaya berdasarkan GAP/SOP dan pengendalian hama terpadu yang perlu
dilakukan oleh petani di kawasan sayuran dan tanaman obat.
3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan
kawasan diberikan sarana penunjang berupa tas dan seminar kit kepada para
peserta.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow) dilaksanakan sebanyak
4 kali yaitu Lombok Timur, Bantul, Ogan Komering Ulu dan Pati dengan rincian sebagai
berikut:
4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.
4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka
Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow).
4.3. Belanja Perjalanan Biasa digunakan untuk perjalanan dalam rangka
Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow).
4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan
transport dan uang saku peserta kegiatan Pendampingan Pengembangan
Kawasan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 526
5. Keluaran/Output
5.1. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Lombok Timur
a. Dilaksanakan tanggal 1-3 Juli 2015.
b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah kunjungan lapangan ke
sentra Cabai di Kab. Lombok Timur.
c. Pertemuan dihadiri sebanyak 60 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat
dan daerah yang berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Provinsi NTB, Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Kab. Lombok Timur, penyuluh/petugas lapang
serta pengurus/anggota kelompok tani calon penerima Dana Tugas
Pembantuan Ta. 2015 di Kabupaten Lombok Timurl.
d. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka
pertemuan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten
Lombok Timur, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan oleh Kasie
Bimbingan Usaha. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemaparan materi
Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman
Obat Tahun Anggaran 2015, Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan
Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015 oleh Kasie Teknnlogi Subdit
Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Laporan Perkembangan
teknis dan keuangan pelaksananaan kegiatan 2015 dan evaluasi kegiatan
Tahun 2014 di Kabupaten Lombok Timur, pengembangan sayuran melalui
penerapan Indo-GAP, Pedoman penanganan pascapanen dan form chek list
penilaian pedoman penerapan buah dan sayuran yang baik oleh Kasie
Teknologi dan Bimbingan Usaha.
e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran
2015 yang disampaikan oleh Kasie Bimbingan Usaha, Ir. Sri Setiati
2) Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat
TA. 2015 yang disampaikan oleh Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro,
SP
3) Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan
2015 serta Evaluasi Kegiatan Tahun 2014 yang disampaikan Kepala
Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kab. Lombok Timur
4) Pengembangan Sayuran melalui Penerapan Indo-GAP, yang
disampaikan Kasie Bimbingan Usaha, Ir. Sri Setiati
5) Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman Yang
Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 527
6) Form Chek List Penilaian Pedoman Penerapan Buah dan Sayur Yang
Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.
5.2. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Bantul
a. Dilaksanakan tanggal 28-30 April 2015.
b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah kunjungan lapangan ke
sentra bawang merah di Kab. Bantul yang terkena banjir.
c. Pertemuan dihadiri 60 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat dan
daerah yang berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi DIY, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Bantul,
penyuluh/petugas lapang serta pengurus/anggota kelompok tani calon
penerima Dana Tugas Pembantuan Ta. 2015 di Kabupaten Bantul.
d. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka
pertemuan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Bantul,
dilanjutkan dengan pengarahan oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat. Setelah itu acara dilanjutkan dengan
pemaparan materi Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran 2015, Pedoman Teknis
Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015 oleh
Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Laporan
Perkembangan teknis dan keuangan pelaksananaan kegiatan 2015 dan
evaluasi kegiatan Tahun 2014 di Kabupaten Pati, pengembangan sayuran
melalui penerapan Indo-GAP, Pedoman penanganan pascapanen dan form
chek list penilaian pedoman penerapan buah dan sayuran yang baik oleh
Kasie Teknologi.
e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran
2015 yang disampaikan oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat, Dr. Dwi Iswari, MSc.P
2) Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat
TA. 2015 yang disampaikan oleh Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran
Buah, Daun dan Umbi, Ir. Yanuardi, MM
3) Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan
2015 serta Evaluasi Kegiatan Tahun 2014 yang disampaikan Kepala
Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kab. Bantul.
4) Pengembangan Sayuran melalui Penerapan Indo-GAP, yang
disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 528
5) Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman Yang
Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.
6) Form Chek List Penilaian Pedoman Penerapan Buah dan Sayur Yang
Baik, yang disampaikan Staf Teknis, Lili, S.TP.
5.3. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Ogan Komering Ulu
a. Dilaksanakan tanggal 27-29 Juli 2015.
b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah kunjungan lapangan ke
sentra sayuran (cabai) di Kab. Ogan Komering Uludimana saat kunjungan lagi
persiapan lahan dengan penggunaan mulsa untuk ditanami cabai keriting dan
cabai besar.
c. Pertemuan dihadiri sebanyak 60 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat
dan daerah yang berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten
Ogan Komering Ulu, penyuluh/petugas lapang serta pengurus/anggota
kelompok tani calon penerima Dana Tugas Pembantuan TA. 2015 di
Kabupaten Ogan Komering Ulu.
d. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekalgus membuka
pertemuan oleh Kabid Tanaman Pangan Kabupaten Ogan Komering Ulu,
dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan oleh Direktur Budidaya dan
Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat yang diwakili Kasie Teknologi
Subdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi. Setelah itu acara
dilanjutkan dengan pemaparan materi Kebijakan Pengembangan Budidaya
dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran 2015,
Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat
Tahun 2015 oleh Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan
Umbi, Laporan Perkembangan teknis dan keuangan pelaksananaan kegiatan
2015 dan evaluasi kegiatan Tahun 2014 di Kabupaten Ogan Komering Ulu,
pengembangan sayuran melalui penerapan Indo-GAP, Pedoman penanganan
pascapanen dan form chek list penilaian pedoman penerapan buah dan
sayuran yang baik oleh Kasie Teknologi dan Staf.
e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran
2015 yang disampaikan oleh Kasie Teknologi Subdit Budidaya Tanaman
Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Lukman Dani Saputro, SP
2) Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat
TA. 2015 yang disampaikan oleh Kasie Teknologi Subdit Budidaya
Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Lukman Dani Saputro, SP
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 529
3) Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan
2015 serta Evaluasi Kegiatan Tahun 2014 yang disampaikan Kepala
Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Ogan Komering Ulu.
4) Pengembangan Sayuran melalui Penerapan Indo-GAP, yang
disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.
5) Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman Yang
Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.
6) Form Chek List Penilaian Pedoman Penerapan Buah dan Sayur Yang
Baik, yang disampaikan salah satu staf, Lili S.TP.
5.4. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Pati
a. Dilaksanakan tanggal 15-17 April 2015.
b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah kunjungan lapangan ke
sentra bawang merah di Kab. Pati dimana pertanaman bawang merah saat
dikunjungi ada yang sudah panen, akan panen dan juga sudah mulai tanam
lagi. Varietas bawang merah dominan adalah Bauji dan Tajuk.
c. Pertemuan dihadiri sebanyak 60 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat
dan daerah yang berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Jawa Tengah, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Pati,
penyuluh/petugas lapang serta pengurus/anggota kelompok tani calon
penerima Dana Tugas Pembantuan TA. 2015 di Kabupaten Pati.
d. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekalgus membuka
pertemuan oleh Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Pati
mewakili Kepala Dinas, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan oleh Direktur
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat yang diwakili
Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi. Setelah itu
acara dilanjutkan dengan pemaparan materi Kebijakan Pengembangan
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran
2015, Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman
Obat Tahun 2015 oleh Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan
Umbi, Laporan Perkembangan teknis dan keuangan pelaksananaan kegiatan
2015 dan evaluasi kegiatan Tahun 2014 di Kabupaten Pati, pengembangan
sayuran melalui penerapan Indo-GAP, Pedoman penanganan pascapanen
dan form chek list penilaian pedoman penerapan buah dan sayuran yang baik
oleh Kasie Teknologi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 530
e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun
Anggaran 2015 yang disampaikan oleh Kasubdit Budidaya Tanaman
Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. Yanuardi, MM
2) Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat
TA. 2015 yang disampaikan oleh Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran
Buah, Daun dan Umbi, Ir. Yanuardi, MM
3) Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan
2015 serta Evaluasi Kegiatan Tahun 2014 yang disampaikan Kepala
Bidang Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kab. Pati.
4) Pengembangan Sayuran melalui Penerapan Indo-GAP, yang
disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.
5) Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman
Yang Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro,
SP.
6) Form Chek List Penilaian Pedoman Penerapan Buah dan Sayur Yang
Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.
6. Hasil/Outcome
Petugas pembina dan petani dari 4 (empat) wilayah yaitu Lombok Timur, Bantul, OKU
dan Pati sebagai kawasan pengembangan sayuran dan tanaman obat mendapatkan
tambahan pengetahuan dan ketrampilan penerapan dimulai dari penerapan budidaya
yang baik (GAP), penanganan pascapanen yang baik (GHP) dan penerapan registrasi
lahan usaha sayuran dan tanaman obat.
7. Manfaat/Benefit
Pengembangan sayuran dapat dilakukan oleh petani secara lebih baik, yang mengacu
pada penerapan GAP/GHP/SOP sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan
lingkungan, terutama dalam penggunaan pestisida.
8. Dampak/Impact
Produksi sayuran meningkat dengan mutu lebih baik sehingga menambah pendapatan
dan kesejahteraan petani dan kelestarian lingkungan tetap terjaga.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 531
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Secara umum telah dilakukan persiapan pelaksanaan kegiatan
pengembangan bawang merah melalui dana Tugas Pembantuan TA 2015,
diantaranya melalui pelaksanaan CP/CL, dan persiapan administrasi dan
teknis persyaratan pengadaan.
b. Perlu peningkatan dan perbaikan perilaku penggunaan pupuk organik dan
anorganik serta pestisida agar sesuai dengan petunjuk Indo-GAP, agar
produk yang dihasilkan aman konsumsi, bermutu dan lahan tetap terjaga
kesuburannya dan lingkungan tetap lestari.
c. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pertemuan pendampingan ini
berdampak terhadap percepatan penyerapan anggaran di daerah, karena
permasalahan yang dihadapi dapat segera diatasi melalui diskusi stakeholder
di daerah dibantu dengan pemikiran intensif oleh pusat. Daerah lebih intensif
berkoordinasi secara internal.
9.2. Saran
a. Perlu dilakukan sosialisasi baik oleh Dinas Pertanian setempat maupun pusat
kepada petani/kelompok tani/Gapoktan tentang penerapan budidaya yang
ramah lingkungan dengan memperbanyak penggunaan pupuk organik yang
telah dicampur agensia hayati, aplikasi pestisida melalui penerapan PHT,
agar produk yang dihasilkan aman konsumsi, bermutu dan lahan tetap terjaga
kesuburannya untuk mendukung produksi sayuran.
b. Kegiatan ini perlu terus dilakukan agar lebih banyak lagi petani/kelompok tani
yang wawasannya terbuka dan merubah paradigma yang selama ini
berdasarkan kebiasaan sehingga mau melakukan budidaya sayuran sesuai
penerapan GAP/SOP, GHP dan tatacara registrasi lahan usaha sayuran.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 532
PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN DI BIMA, KARANGANYAR, ACEH
BESAR DAN BREBES
1. Latar Belakang
Pelaksanaan kegiatan pengembangan sayuran dan tanaman obat tahun 2015
merupakan kelanjutan dari kegiatan tahun 2014 dengan berbagai penyesuaian dan
penajaman pada beberapa aspek. Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman
Obat Tahun 2015 terdiri dari beberapa output kegiatan yang meliputi Pengembangan
Kawasan Sayuran, Pengembangan Kawasan Tanaman Obat, Sekolah Lapang GAP
dan GHP, Pedoman-pedoman, Registrasi Lahan Usaha, Sarana Prasarana Budidaya,
Sarana Prasarana Pascapanen, dan Pembinaan Produksi dan Pascapanen Sayuran
dan Tanaman Obat. Seluruh kegiatan tersebut berazaskan program utama yaitu
peningkatan produksi dan produktivitas produk sayuran dan tanaman obat ramah
lingkungan.
Lokasi pengembangan sayuran dan tanaman obat tahun 2015 tersebar di 33 provinsi
yang diarahkan pada penerapan GAP, GHP, dan SOP yang spesifik lokasi dan
komoditas. Sehingga terbentuk suatu kawasan atau kebun-kebun GAP teregistrasi
sehingga pelaku usaha/petani dapat memenuhi standar pasar modern dan akhirnya
mengantarkan pelaku usaha/petani menuju gerbang sertifikasi produk.
Dalam rangka percepatan pelaksanaan program-program pengembangan kawasan
sayuran dan tanaman obat di seluruh lokasi pengembangan, maka perlu dilakukan
pertemuan pendampingan kawasan untuk lebih mengintensifkan pelaksanaan program
di kawasan sentra dan pengembangan.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan kegiatan ini, yaitu melakukan pendampingan kawasan pengembangan
sayuran dan tanaman obat dalam melaksanakan program Peningkatan Produksi
dan Produktifitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA.
2015.
2.2. Sasaran
Petugas dan pelaku usaha/petani yang mendapat alokasi anggaran program
Peningkatan Produksi dan Produktifitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat
Ramah Lingkungan TA. 2015.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 533
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 183.964.000.-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 182.114.800.-
3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi
budidaya berdasarkan GAP/SOP dan pengendalian hama terpadu yang perlu
dilakukan oleh petani di kawasan sayuran dan tanaman obat.
3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan
pengembangan kawasan di kabupaten Brebes, Karanganyar, Bima dan Aceh
Besar diberikan sarana penunjang berupa topi, dan seminar kit kepada
narasumber dan peserta.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan dilakukan oleh
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, dengan rincian
kegiatan sebagai berikut :
4.1. Belanja Bahan
Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan pendampingan pengembangan
kawasan di empat kabupaten yang telah ditentukan diberikan a) sarana penunjang
kepada narasumber dan peserta berupa topi dan seminar kit dan b) konsumsi
kepada peserta dan narasumber.
4.2. Belanja Jasa Profesi
Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber kegiatan pendampingan
pengembangan kawasan disetiap penyelenggaraan kegiatan.
4.3. Belanja Perjalanan Biasa
Dilaksanakan berupa perjalanan bagi peserta pusat dalam rangka menghadiri dan
melaksanakan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan sayuran dan
tanaman obat di Kabupaten Brebes, Karanganyar, Bima dan Aceh Besar.
4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
Dilaksanakan berupa bantuan transport dan uang saku bagi peserta daerah dalam
rangka menghadiri kegiatan pendampingan pengembangan kawasan di wilayah
setempat Kabupaten Brebes, Karanganyar, Bima dan Aceh Besar.
5. Keluaran/Output
5.1. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Brebes
a. Dilaksanakan tanggal 18 - 20 Maret 2015.
b. Rangkaian kegiatan meliputi pertemuan intensif di ruang rapat Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan hortikultura Kabupaten Brebes, dilanjutkan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 534
hari berikutnya untuk kunjungan lapang ke lahan usaha bawang merah dan
jahe tempat lokasi penerima bantuan hortikultura 2015.
c. Peserta pertemuan berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kabupaten Brebes; penyuluh dan petani penerima bantuan
barang pengembangan sayuran dan tanaman obat ta 2015 dengan jumlah
peserta sebanyak 60 orang.
d. Narasumber yang mengisi pertemuan yaitu Kepala Bidang Produksi dan
Perlindungan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
Brebes.
e. Materi yang disampaikan dalam pertemuan pendampingan pengembangan
kawasan di Kabupaten Brebes :
1) Pengarahan Kebijakan dan Program Pengembangan Sayuran dan
Tanaman Obat
2) Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat
TA. 2015
3) Pemaparan GAP Sayuran dan Tanaman Obat Serta Tata Cara Registrasi
Lahan Usaha Sayuran dan Tanaman Obat
4) Pemaparan persiapan pelaksanaan kegiatan pengembangan Kawasan
sayuran dan tanaman obat TA. 2015 dan Evaluasi Kegiatan TA. 2014 di
Kabupaten Brebes
5) Pemaparan Pengendalian OPT Ramah Lingkungan: Pemanfaatan
Agens Hayati Untuk Pengendalian OPT
6) Gambaran Kesiapan Perbenihan untuk Pelaksanaan Pengembangan
Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat di Kabupaten Brebes TA 2015.
5.2. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Karanganyar
a. Dilaksanakan tanggal 15 - 17 April 2015.
b. Rangkaian kegiatan meliputi kunjungan lapang untuk meninjau lokasi
penerima bantuan untuk komoditas bawang putih dan jahe. Dilanjutkan hari
berikutnya pertemuan pendampingan pengembangan kawasan dilaksanakan
di ruang rapat OISCA TC Karangpandan.
c. Peserta pertemuan berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan,
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Karanganyar, Mantri Tani, Penyuluh
dan Petani penerima bantuan pengembangan sayuran dan tanaman obat TA
2015 dengan jumlah peserta sebanyak 60 orang.
d. Narasumber yang mengisi pertemuan yaitu Kepala Bidang Tanaman Pangan
dan Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Karanganyar.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 535
e. Materi yang disampaikan dalam pertemuan pendampingan pengembangan
kawasan di Kabupaten Karanganyar :
1) Pengarahan Kebijakan dan Program Pengembangan Sayuran dan
Tanaman Obat.
2) Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat
TA. 2015.
3) Pemaparan GAP Sayuran dan Tanaman Obat serta Tata Cara Registrasi
Lahan Usaha Sayuran dan Tanaman Obat.
4) Pemaparan Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Kawasan
Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2015 dan Evaluasi Kegiatan TA. 2014 di
Kabupaten Karanganyar.
5) Pemaparan Pengendalian OPT Ramah Lingkungan : Pemanfaatan
Agens Hayati untuk Pengendalian OPT.
6) Gambaran Kesiapan Perbenihan untuk Pelaksanaan Pengembangan
Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat di Kabupaten Karanganyar TA.
2015.
5.3. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Aceh Besar
a. Dilaksanakan tanggal 23 - 25 April 2015.
b. Rangkaian kegiatan meliputi kegiatan pertemuan pendampingan
pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat dilaksanakan di BPP
Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar pada tanggal 23 April 2015,
dan kunjungan lapang dilakukan pada tanggal 24 April 2015 ke lahan usaha
sayuran dan tanaman obat yang mendapat fasilitasi kegiatan pengembangan
kawasan sayuran dan tanaman obat TA. 2015.
c. Materi yang disampaikan dalam pertemuan pendampingan pengembangan
kawasan di Kabupaten Aceh Besar:
1) Kebijakan dan Program Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat
disampaikan oleh Kasi Teknologi Budidaya Tanaman Obat dan Jamur
2) Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat
TA. 2015
3) Sosialisasi Pedoman Budidaya Sayuran dan Tanaman Obat yang Baik
serta Tata Cara Registrasi Lahan Usaha Sayuran dan Tanaman Obat
4) Rincian Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas
Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 di
Kabupaten Aceh Besar
5) Pemaparan Budidaya Bawang Merah dan Penangkaran Benih Bawang
Merah di Kab. Aceh Besar
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 536
6) Pemarapan Budidaya Jahe di Dataran Rendah dan Persiapan
Penangkaran Jahe
7) Budidaya Jamur Merang di Kec. Kuta Baro.
8) Pemaparan Pengendalian OPT Hortikultura Ramah Lingkungan.
5.4. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Bima
a. Dilaksanakan tanggal 6 – 8 Mei 2015.
b. Rangkaian kegiatan meliputi kegiatan pertemuan pendampingan
pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat dilaksanakan di Aula
BP4K pada tanggal 6 Mei 2015, kunjungan lapang dilakukan pada tanggal 7 -
8 Mei 2015 ke lahan usaha bawang merah dan bawang putih yang mendapat
fasilitasi kegiatan pengembangan kawasan sayuran TA. 2015.
c. Materi yang disampaikan dalam pertemuan pendampingan pengembangan
kawasan di Kabupaten Aceh Besar :
1) Laporan Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan TA. 2015 dan Evaluasi
Kegiatan 2014.
2) Kebijakan dan Program Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat.
3) Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat
TA. 2015.
4) Sosialisasi Pedoman Budidaya Sayuran dan Tanaman Obat yang Baik
serta Tata Cara Registrasi Lahan Usaha Sayuran dan Tanaman Obat.
5) Pengembangan Bawang Merah dan Bawang Putih di Kabupaten Bima.
6) Pemaparan Penangkaran Benih Bawang Putih di Kab. Bima.
7) Pemarapan Asosiasi Penangkaran Bawang Merah di Kab. Bima.
8) Pemaparan Penyiapan Agens Hayati dan Cara Pembuatannya.
6. Hasil/Outcome
Tersosialisasikannya berbagai pedoman-pedoman antara lain GAP, GHP, registrasi
lahan usaha sayuran dan tanaman obat, pemberdayaan kelembagaan usaha, sarana
prasarana budidaya dan pascapanen.
7. Manfaat/Benefit
Petugas bersama-sama dengan petani dapat menerapkan SOP, GAP dan GHP serta
melakukan registrasi lahan usaha sayuran dan tanaman obat.
8. Dampak/Impact
Petugas bersama-sama dengan petani dapat menerapkan SOP, GAP dan GHP serta
melakukan registrasi lahan usaha sayuran dan tanaman obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 537
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Brebes
1) Percepatan proses pengadaan barang agar bisa mengikuti musim tanam
yang berlaku, sehingga program kegiatan dapat berjalan dengan lebih
efektif dan efisien.
2) Melakukan pertanian ramah lingkungan terutama dalam hal pengendalian
OPT. Saat ini petani bawang merah sudah mulai beralih ke budidaya
ramah lingkungan untuk itu perlu pendampingan yang lebih intensif dari
petugas di kabupaten/kota dan Provinsi.
3) Pembinaan intensif dari aparat petugas dan penyuluh pertanian kepada
para petani/kelompok tani khususnya transfer teknologi, pembinaan
kelompok tani dan pembinaan mitra usaha dalam hal ini sangat
menentukan keberhasilan dan tingkat kesejahteraan petani.
b. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Karanganyar
1) Percepatan proses pengadaan barang agar bisa mengikuti musim tanam
yang berlaku, sehingga program kegiatan dapat berjalan efektif dan
efisien.
2) Melakukan pertanian ramah lingkungan terutama dalam hal pengendalian
OPT. Saat ini petani sudah mulai beralih ke budidaya ramah lingkungan
untuk itu perlu pendampingan yang lebih intensif dari petugas di
kabupaten/kota dan Provinsi.
3) Pembinaan intensif dari aparat petugas dan penyuluh pertanian kepada
para petani/kelompok tani khususnya transfer teknologi, pembinaan
kelompok tani dan pembinaan mitra usaha dalam hal ini sangat
menentukan keberhasilan dan tingkat kesejahteraan petani
4) Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kemitraan antara petani dan
pengusaha benih, pupuk dan pestisida dalam hal penyediaan dan
penyaluran sarana produksi serta pemasaran hasil pertanian, sehingga
petani dapat menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan.
5) Perlu di bangun sebuah jaringan informasi pasar yang dapat
menghubungkan petani, pasar dan produsen dalam pembangunan pasar
komoditi hortikultura.
c. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Aceh Besar
1) Percepatan proses pengadaan barang agar bisa mengikuti musim tanam
yang berlaku, sehingga program kegiatan dapat berjalan efektif dan
efisien.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 538
2) Pembinaan intensif dari aparat petugas dan penyuluh pertanian kepada
para petani/kelompok tani khususnya transfer teknologi, pembinaan
kelompok tani dan pembinaan mitra usaha dalam hal ini sangat
menentukan keberhasilan dan tingkat kesejahteraan petani.
3) Dalam rangka mewujudkan pertanian ramah lingkungan terutama dalam
hal pengendalian OPT. Diharapkan pembinaan dan bimbingan intensif
dari UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh untuk
sosialisasi dan mendampingi pengaplikasian biopestisida, agens hayati,
mikoriza, dan lainnya.
d. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Bima
1) Percepatan proses pengadaan barang agar bisa mengikuti musim tanam
yang berlaku, sehingga kegiatan dapat berjalan efektif dan efisien.
2) Pembinaan intensif dari petugas dinas pertanian setempat dan penyuluh
pertanian kepada para petani/kelompok tani khususnya transfer
teknologi, pembinaan kelompok tani dan pembinaan mitra usaha dalam
rangka mewujudkan keberhasilan dan kesejahteraan petani.
3) Dalam rangka mewujudkan pertanian ramah lingkungan terutama dalam
hal pengendalian OPT. Diharapkan pembinaan dan bimbingan intensif
dari UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Bima
untuk sosialisasi dan mendampingi pengaplikasian biopestisida, agens
hayati, mikoriza, dan lainnya.
9.2. Saran
a. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Brebes
1) Diharapkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Brebes dapat melakukan penyusunan SOP komoditas yang
spesifik lokasi, khususnya untuk komoditas bawang merah mengingat
kabupaten ini adalah sentra produksi bawang merah. SOP komoditas
merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan registrasi lahan
usaha.
2) Untuk mendukung pengembangan kawasan tanaman obat, diharapkan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes
mulai merintis pengembangan penangkar benih tanaman obat khususnya
dari jenis temu-temuan.
3) Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kemitraan antara petani dan
pengusaha benih, pupuk dan pestisida dalam hal penyediaan dan
penyaluran sarana produksi serta pemasaran hasil pertanian, sehingga
petani dapat menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 539
b. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Karanganyar
1) Diharapkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Karanganyar dapat melakukan penyusunan SOP
komoditas yang spesifik lokasi, khususnya untuk komoditas bawang putih
mengingat kabupaten ini adalah sentra produksi pengembangan bawang
putih. SOP komoditas merupakan salah satu syarat untuk dapat
melakukan registrasi lahan usaha.
2) Untuk mendukung pengembangan kawasan tanaman obat, diharapkan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
Karanganyar mulai merintis pengembangan penangkar benih tanaman
obat khususnya dari jenis temu-temuan.
3) Perlunya dilakukan upaya peningkatan produksi dan mutu serta
perbaikan mutu benih melalui sosialisasi penggunaan benih bersertifikat
dan pelatihan penangkaran benih bersertifikat.
4) Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kemitraan antara petani dan
pengusaha benih, pupuk dan pestisida dalam hal penyediaan dan
penyaluran sarana produksi serta pemasaran hasil pertanian, sehingga
petani dapat menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan.
5) Perlu di bangun sebuah jaringan informasi pasar yang dapat
menghubungkan petani, pasar dan produsen dalam pembangunan pasar
komoditi hortikultura.
c. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Aceh Besar
1) Diharapkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, dan Hortikultura
Kabupaten Aceh Besar dapat melakukan penyusunan SOP komoditas
yang spesifik lokasi (sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan
registrasi lahan usaha), khususnya untuk komoditas bawang merah,
cabai, dan jahe mengingat Kabupaten Aceh Besar merupakan sentra
pengembangan bawang merah cabai, dan jahe di luar P. Jawa.
2) Diharapkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Aceh Besar lebih mulai mengintensifkan kerjasama dengan
BPSB Provinsi Aceh atau BPSBTPH setempat untuk memberikan
pengarahan dan pelatihan kepada calon penangkar benih sayuran dan
tanaman obat untuk selanjutnya didaftarkan menjadi penangkar yang
bersertifikat. Hal ini mengingat, kebutuhan benih sayuran (bawang merah
dan cabai) dan tanaman obat (jahe) di Kab. Aceh Besar setiap tahunnya
semakin meningkat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 540
3) Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kemitraan antara petani dan
pengusaha benih, pupuk serta pestisida dalam hal penyediaan atau
penyaluran sarana produksi, sehingga petani dapat menekan biaya
produksi yang harus dikeluarkan.
4) Perlu dibangun sebuah jaringan informasi pasar yang dapat
menghubungkan petani dan pasar dalam pembangunan pasar komoditi
hortikultura. Sehingga perlu dilakukan penjadwalan tanam atau pola
tanam per kecamatan untuk menekan perubahan harga dan menjaga
pasokan produksi.
d. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Bima
1) Diharapkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, dan Hortikultura
Kabupaten Bima dapat melakukan penyusunan SOP komoditas yang
spesifik lokasi (sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan
registrasi lahan usaha), khususnya untuk komoditas bawang merah dan
bawang putih mengingat Kabupaten Bima merupakan sentra
pengembangan bawang merah dan bawang putih di luar P. Jawa.
2) Diharapkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Bima lebih mengintensifkan kerjasama dengan BPSB Provinsi
NTB atau BPSBTPH setempat untuk memberikan pengarahan dan
pelatihan kepada calon penangkar benih sayuran (bawang merah dan
bawang putih) untuk selanjutnya didaftarkan menjadi penangkar yang
bersertifikat. Hal ini mengingat, kebutuhan benih sayuran setiap tahunnya
semakin meningkat.
3) Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kemitraan antara petani dan
pengusaha benih, pupuk dan pestisida dalam hal penyediaan dan
penyaluran sarana produksi serta pemasaran hasil pertanian, sehingga
petani dapat menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan.
4) Perlu dibangun sebuah jaringan informasi pasar yang dapat
menghubungkan petani, pasar dan produsen dalam pembangunan pasar
komoditi hortikultura. Sebelumnya perlu dilakukan penjadwalan tanam
atau pola tanam per kecamatan untuk menekan perubahan harga dan
menjaga pasokan produksi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 541
PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN DI SIMALUNGUN, KEPAHIANG,
BULELENG DAN CIANJUR
1. Latar Belakang
Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015
merupakan implementasi dari sub program Peningkatan Produksi dan Produktivitas
Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan. Dukungan terhadap sub
program tersebut, terangkum dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Pengembangan
Kawasan Sayuran, Pengembangan Kawasan Tanaman Obat, Sekolah Lapangan GAP,
Pemberdayaan Kelembagaan Usaha, Peningkatan Kapabilitas Petugas/Petani,
Pedoman-Pedoman, Registrasi Lahan Usaha, Registrasi Packing House/Bangsal
Pascapanen, Sarana Prasarana Budidaya, Sarana Prasarana Pascapanen, Sekolah
Lapangan GHP, Pembinaan Pengembangan Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat
serta Pembinaan Pengembangan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
Mengingat begitu pentingnya kegiatan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman
Obat dalam menyokong pembangunan pertanian secara umum dan mendukung
pengembangan sayuran dan tanaman obat secara khusus, maka perlu dilakukan
kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow) di wilayah-wilayah yang
menjadi pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat, agar pengembangan
kawasan sayuran dan tanaman obat dapat dilaksanakan sesuai dengan indikator
kinerja, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Dalam rangka mengintensifkan dan melakukan percepatan pelaksanaan program-
program Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2015 di seluruh
lokasi, maka perlu dilakukan pendampingan berupa pertemuan Pendampingan
Pengembangan Kawasan.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Untuk melakukan pendampingan pelaksanaan program Peningkatan Produksi dan
Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 di
Kabupaten Simalungun, Kepahiang, Cianjur dan Buleleng.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 542
2.2. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah Petugas dan petani/pelaku usaha yang mendapat
alokasi anggaran program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk
Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 184.260.000,-.
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp.182.708.100,-
3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi
budidaya dan pengendalian hama terpadu yang perlu dilakukan oleh petani di
kawasan sayuran dan tanaman obat.
3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan
kawasan diberikan sarana penunjang berupa tas dan seminar kit kepada para
peserta.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow) dilaksanakan sebanyak
4 kali yaitu di Simalungun, Kepahiang, Cianjur dan Buleleng dengan rincian sebagai
berikut:
4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.
4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka
Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow).
4.3. Belanja Perjalanan Biasa digunakan untuk perjalanan dalam rangka
Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow).
4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan
transport dan uang saku peserta kegiatan Pendampingan Pengembangan
Kawasan.
5. Keluaran/Output
5.1. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Simalungun
a. Dilaksanakan tanggal 20-22 April 2015.
b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah kunjungan lapangan ke
lahan usaha sayuran milik kelompoktani Sila Maria di Desa Dolok Huluan
Kecamatan Raya dan Kelompoktani Dusnyur I di Desa Sondi Raya
Kecamatan Raya. Hari kedua dilakukan kunjungan ke Pasar Tradisional
Kabupaten Simalungun dan setelahnya dilanjutkan dengan Pertemuan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 543
Pendampingan Pengembangan Kawasan yang dilaksanakan di Aula Kantor
Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun.
c. Pertemuan dihadiri 60 orang peserta yang terdiri dari narasumber, petugas
Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun, petugas PPL dan POPT, serta
kelompok tani/Gapoktan calon penerima bantuan. Pertemuan ini dibuka oleh
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun (Ir. Jan Posman H. Purba)
yang dihadiri oleh Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun,
PPK Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun (Lamria Sitorus, SP), dan
petugas Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara (Amisani Br. Sembiring,
SP, MS).
d. Narasumber berasal dari UPT PTPH Sumatera Utara (Kaspar Simbolon, SP),
dan Darwis Sipayung, Ketua KTNA Kabupaten Simalungun dan petugas
pusat dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan
oleh Kasi Sarana Subdit Pascapanen Tanaman Sayuran Buah, Daun
dan Umbi, Ir. M. Tahir, MP.
2) Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan
Kegiatan 2015 dan Evaluasi Kegiatan 2014 oleh PPK Dinas
Pertanian Kabupaten Simalungun Lamria Sitorus, SP.
3) Gambaran Kesiapan kelompoktani yang disampaikan oleh Darwis
Sipayung, Ketua KTNA Kabupaten Simalungun.
4) Overview Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Sayuran dan
Tanaman Obat Tahun 2015 oleh Kasi Sarana Subdit Pascapanen
Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. M. Tahir, MP.
5) Teknik Pembuatan Agensia Hayati oleh Kaspar Simbolon, SP dari
UPT PTPH Sumatera Utara.
6) Perspektif Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat.
5.2. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Kepahiang
a. Dilaksanakan pada tanggal 4-6 Mei 2015.
b. Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Kepahiang
diawali dengan kunjungan lapangan ke lahan usaha sayuran milik
Kelompoktani Harapan Jaya, calon penerima bantuan APBN 2015. Hari
berikutnya dilakukan kunjungan lapangan ke pasar tradisional kabupaten dan
kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan pertemuan yang dilaksanakan di
Aula Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Kepahiang.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 544
c. Peserta berjumlah 60 orang yang terdiri dari Petugas Dinas Pertanian
Kabupaten Kepahiang, petugas PPL dan POPT, serta kelompok
tani/Gapoktan calon penerima bantuan. Kegiatan dihadiri oleh Kabid
Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Kepahiang dan petugas Dinas
Pertanian Provinsi Bengkulu (Nurul).
d. Narasumber yang hadir pada pertemuan adalah Budi, SP sebagai PPK Dinas
Pertanian Kabupaten Kepahiang, Petugas POPT Kepahiang (Muslimin), dan
Ketua Kelompoktani Maju Rejo (Seno) dari Desa Sidorejo Kecamatan
Kabawetan Kabupaten Kepahiang serta petugas pusat dari Direktorat
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh
Kasi Sarana Subdit Pascapanen Tanaman Sayuran Buah, Daun dan
Umbi, Ir. M. Tahir, MP.
2) Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan
2015 dan Evaluasi Kegiatan 2014 oleh PPK Dinas Pertanian Kabupaten
Kepahiang, Budi, SP.
3) Gambaran Usaha Tani Kelompoktani oleh Seno Ketua Kelompoktani
Maju Rejo yang berlokasi di Desa Sidorejo Kecamatan Kabawetan
Kabupaten Kepahiang.
4) Overview Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Sayuran dan
Tanaman Obat Tahun 2015 oleh Kasi Sarana Subdit Pascapanen
Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. M. Tahir, MP.
5) Teknik Pembuatan Agensia Hayati oleh Petugas POPT Kepahiang
(Muslimin)
6) Perspektif Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat.
5.3. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Buleleng
a. Dilaksanakan pada tanggal 15 – 17 April 2015.
b. Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Buleleng
dilaksanakan di Aula Kantor Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Buleleng.
c. Peserta berjumlah 60 orang yang terdiri dari Petugas Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Buleleng, petugas PPL dan POPT, serta kelompok
tani/Gapoktan calon penerima bantuan. Kegiatan dihadiri oleh Kepala Bidang
Hortikultura, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng.
d. Narasumber yang hadir pada pertemuan adalah Ir. Subudi sebagai Kepala
Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng,
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 545
petugas Laboratorium PHPTPH Kabupaten Buleleng (I Nyoman Arsa), dan
Petugas Informasi Lapang Kabupaten Buleleng (Ketut Astawa) serta petugas
pusat dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh
KaSubdit Pascapanen Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir.
Gabriella Susilowati, MP.
2) Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan
2015 dan Evaluasi Kegiatan 2014 oleh Kepala Bidang Hortikultura Dinas
Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng, Ir. Subudi.
3) Pengembangan Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Buleleng oleh
Ketut Astawa selaku Petugas Informasi Lapang Kabupaten Buleleng.
4) Overview Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Sayuran dan
Tanaman Obat Tahun 2015 oleh KaSubdit Pascapanen Tanaman
Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. Gabriella Susilowati, MP.
5) Teknik Pembuatan Agensia Hayati pada Cabai dan Bawang Merah oleh
Petugas Laboratorium PTPTPH (I Nyoman Arsa)
6) Perspektif Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat oleh
Kasi Teknologi Subdit Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Lilis
Suhaeti, SP.
5.4. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Cianjur
a. Dilaksanakan pada tanggal 3 – 5 Juni 2015.
b. Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Cianjur
dilaksanakan di Aula Kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kabupaten Cianjur.
c. Peserta berjumlah 60 orang yang terdiri dari Petugas Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, petugas PPL dan
POPT, serta kelompok tani/Gapoktan calon penerima bantuan. Kegiatan
dihadiri oleh Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan
dan Hortikultura.
d. Narasumber yang hadir pada pertemuan adalah PPK Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, petugas Laboratorium
PHPTPH Kabupaten Cianjur, dan perwakilan kelompoktani penerima
bantuan, serta petugas pusat dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 546
e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh
KaSubdit Pascapanen Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir.
Gabriella Susilowati, MP.
2) Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan
2015 dan Evaluasi Kegiatan 2014 oleh PPK Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur.
3) Overview Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Sayuran dan
Tanaman Obat Tahun 2015 oleh KaSubdit Pascapanen Tanaman
Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. Gabriella Susilowati, MP.
4) Teknik Pembuatan Agensia Hayati Untuk Komoditas Sayuran oleh
Petugas Laboratorium PTPTPH , Bapak Atang.
5) Kesiapan Petani sebagai Penerima Manfaat kegiatan Pengembangan
Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat di Kabupaten Cianjur, oleh Bapak
Sabar, Kelompoktani Gede Harepan, Gekbong.
6) Perspektif Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat oleh
Kasi Teknologi Subdit Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Lilis
Suhaeti, SP.
6. Hasil/Outcome
Terwujudnya pendampingan intensif berupa tatap muka dan koordinasi langsung antar
instansi di kawasan pengembangan sayuran dan tanaman obat di empat wilayah yaitu
Simalungun, Kepahiang, Buleleng dan Cianjur.
7. Manfaat/Benefit
Tersosialisasinya program dan langkah pengembangan kawasan di 4 wilayah yaitu
Simalungun, Kepahiang, Buleleng dan Cianjur. Tergalinya hambatan dan masalah,
serta dirumuskannya solusi dalam program pengembangan kawasan sayuran di daerah.
8. Dampak/Impact
Program pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat di wilayah Simalungun,
Kepahiang, Buleleng dan Cianjur dapat berjalan sesuai indikator kinerja, tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 547
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pertemuan pendampingan ini berdampak
terhadap percepatan penyerapan anggaran di daerah, karena permasalahan yang
dihadapi dapat segera diatasi melalui diskusi stakeholder di daerah dibantu
dengan pemikiran intensif oleh pusat. Daerah lebih intensif berkoordinasi secara
internal.
9.2. Saran
Dari pengalaman yang dilakukan pada tahun 2012-2015 yang telah memberikan
dampak positif bagi percepatan penyerapan anggaran dan pelaksanaan kegiatan
di Kabupaten/Kota, maka kegiatan serupa perlu untuk tetap dilaksanakan pada
tahun-tahun mendatang.
PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN DI TEGAL, TEMANGGUNG, MINAHASA
DAN PESISIR SELATAN
1. Latar Belakang
Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015
merupakan implementasi dari sub program Peningkatan Produksi dan Produktivitas
Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan. Dukungan terhadap sub
program tersebut, terangkum dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Pengembangan
Kawasan Sayuran, Pengembangan Kawasan Tanaman Obat, Sekolah Lapangan GAP,
Pemberdayaan Kelembagaan Usaha, Peningkatan Kapabilitas Petugas/Petani,
Pedoman-Pedoman, Registrasi Lahan Usaha, Registrasi Packing House/Bangsal
Pascapanen, Sarana Prasarana Budidaya, Sarana Prasarana Pascapanen, Sekolah
Lapangan GHP, Pembinaan Pengembangan Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat
serta Pembinaan Pengembangan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
Mengingat begitu pentingnya kegiatan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman
Obat dalam menyokong pembangunan pertanian secara umum dan mendukung
pengembangan sayuran dan tanaman obat secara khusus, maka perlu dilakukan
kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow) di wilayah-wilayah yang
menjadi pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat, agar pengembangan
kawasan sayuran dan tanaman obat dapat dilaksanakan sesuai dengan indikator
kinerja, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 548
Dalam rangka mengintensifkan dan melakukan percepatan pelaksanaan program-
program Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2015 di seluruh
lokasi, maka perlu dilakukan pendampingan berupa pertemuan Pendampingan
Pengembangan Kawasan.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Untuk melakukan pendampingan pelaksanaan program Peningkatan Produksi dan
Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 di
Kabupaten Tegal, Temanggung, Minahasa dan Pesisir Selatan.
2.2. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah Petugas dan petani/ pelaku usaha yang
mendapat alokasi anggaran program Peningkatan Produksi dan Produktivitas
Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 172.493.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 162.959.700,-
3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi
budidaya dan pengendalian hama terpadu yang perlu dilakukan oleh petani di
kawasan sayuran dan tanaman obat.
3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan
pengembangan kawasan diberikan sarana penunjang berupa tas dan seminar kit
untuk 60 orang di masing-masing lokasi diberikan kepada para peserta.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow) dilaksanakan sebanyak
4 kali yaitu di Tegal, Temanggung, Minahasa dan Pesisir Selatan dengan rincian
sebagai berikut:
4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.
4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka
Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow).
4.3. Belanja Perjalanan Biasa digunakan untuk perjalanan dalam rangka
Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow).
4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan
transport dan uang saku peserta kegiatan Pendampingan Pengembangan
Kawasan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 549
5. Keluaran/Output
5.1. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Tegal
a. Dilaksanakan tanggal 16 April 2015.
b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah koordinasi dengan Dinas
Pertanian Tegal untuk pelaksanaan kegiatan. Hari kedua pertemuan kegiatan
pendampingan pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat.
c. Pertemuan dihadiri 60 orang peserta yang terdiri dari petugas kabupaten,
penyuluh pertanian lapangan dan petani yang mendapat alokasi anggaran
program Peningkatan Produksi, Produktifitas, dan Mutu Produk Sayuran dan
Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015. Pertemuan ini dibuka oleh
Kepala Bidang Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal.
d. Narasumber berasal Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan
Tanaman Obat, Kepala Bidang Hortikultura dan PPK Kabupaten Tegal.
e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh
Kasubdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
2) Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk
Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 oleh Kasubdit
Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
3) Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran APBN-P 2015 Melalui
Gerakan Tanam Cabe dan Bawang Merah Musim Kemarau oleh Kepala
Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
4) Laporan Perkembangan Pelaksanaan (Teknis dan Keuangan) TA.2014
dan 2015 oleh PPK dan Kabid Hortikultura Kabupaten Tegal.
5) Gambaran Pengembangan Sayuran cabe merah, bawang merah, dan
bawang putih) oleh Ketua Gapoktan/ Champion/Pelaku Usaha.
5.2. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Temanggung
a. Dilaksanakan tanggal 6 Mei 2015.
b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah koordinasi dengan Dinas
Pertanian Temanggung untuk pelaksanaan kegiatan. Hari kedua Pertemuan
kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman
Obat.
c. Pertemuan dihadiri 60 orang peserta yang terdiri dari petugas kabupaten,
penyuluh pertanian lapangan, dan petani yang mendapat alokasi anggaran
program Peningkatan Produksi, Produktifitas, dan Mutu Produk Sayuran dan
Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015. Pertemuan ini dibuka oleh Ir.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 550
Sunardi, M.M. selaku Sekretaris Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Temanggung.
d. Narasumber berasal Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan
Tanaman Obat, Kepala Bidang Hortikultura, dan PPK Kabupaten
Temanggung.
e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh
Kepala Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
2) Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk
Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 oleh Kepala
Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
3) Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran APBN-P 2015 Melalui
Gerakan Tanam Cabe dan Bawang Merah Musim Kemarau oleh Kepala
Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
4) Laporan Perkembangan Pelaksanaan (Teknis dan Keuangan) TA.2014
dan 2015 oleh PPK dan Kabid Hortikultura, Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Kehutanan Kabupaten Temanggung.
5) Gambaran Pengembangan Sayuran cabe merah, bawang merah, dan
bawang putih) oleh Ketua Gapoktan/ Champion/Pelaku Usaha.
5.3. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Minahasa
a. Dilaksanakan tanggal 1 April 2015.
b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah koordinasi dengan Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Minahasa untuk
pelaksanaan kegiatan. Hari kedua Pertemuan kegiatan Pendampingan
Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat.
c. Pertemuan dihadiri 60 orang peserta yang terdiri dari petugas kabupaten,
penyuluh pertanian lapangan, dan petani yang mendapat alokasi anggaran
program Peningkatan Produksi, Produktifitas, dan Mutu Produk Sayuran dan
Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015. Pertemuan ini dibuka oleh Ir.
Revly Al Mambu selaku Kepala Dinas Pertanian Perkebunan, dan Kehutanan
Kabupaten Minahasa.
d. Narasumber berasal dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan
Tanaman Obat, Kepala Bidang Hortikultura dan PPK Kabupaten Minahasa.
e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh
Kasubdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 551
2) Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk
Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 oleh Kasubdit
Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
3) Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran APBN-P 2015 Melalui
Gerakan Tanam Cabe dan Bawang Merah Musim Kemarau oleh Kepala
Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
4) Laporan Perkembangan Pelaksanaan (Teknis dan Keuangan) TA.2014
dan 2015 oleh PPK dan Kabid Hortikultura Kabupaten Minahasa.
5) Gambaran Pengembangan Sayuran cabe merah, bawang merah, dan
bawang putih) oleh Ketua Gapoktan/ Champion/Pelaku Usaha.
5.4. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Pesisir Selatan
a. Dilaksanakan tanggal 29 April 2015.
b. Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah koordinasi dengan Dinas
Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan untuk
pelaksanaan kegiatan. Hari kedua Pertemuan kegiatan Pendampingan
Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat.
c. Pertemuan dihadiri sebanyak 60 orang peserta yang terdiri dari petugas
kabupaten, penyuluh pertanian lapangan, dan petani yang mendapat alokasi
anggaran program Peningkatan Produksi, Produktifitas, dan Mutu Produk
Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015. Pertemuan ini
dibuka oleh Ir. Widya Dari, M.Si. selaku Kepala Bidang Tanaman Pangan,
Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan.
d. Narasumber berasal dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan
Tanaman Obat, Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
dan PPK Kabupaten Pesisir Selatan.
e. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh
Kasubdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
2) Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk
Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 oleh Kasubdit
Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
3) Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran APBN-P 2015 Melalui
Gerakan Tanam Cabe dan Bawang Merah Musim Kemarau oleh Kepala
Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
4) Laporan Perkembangan Pelaksanaan (Teknis dan Keuangan) TA.2014
dan 2015 oleh PPK dan Kabid Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura Kabupaten Pesisir Selatan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 552
5) Gambaran Pengembangan Sayuran cabe merah, bawang merah, dan
bawang putih) oleh Ketua Gapoktan/ Champion/Pelaku Usaha.
6. Hasil/Outcome
Terwujudnya pendampingan intensif berupa tatap muka dan koordinasi langsung antar
instansi di kawasan pengembangan sayuran dan tanaman obat di empat wilayah yaitu
Tegal, Temanggung, Minahasa dan Pesisir Selatan.
7. Manfaat/Benefit
Tersosialisasinya program dan langkah pengembangan kawasan di 4 wilayah yaitu
Tegal, Temanggung, Minahasa dan Pesisir Selatan. Tergalinya hambatan dan masalah,
serta dirumuskannya solusi dalam program pengembangan kawasan sayuran di daerah.
8. Dampak/Impact
Program pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat di wilayah Tegal,
Temanggung, Minahasa dan Pesisir Selatan dapat berjalan sesuai indikator kinerja,
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Meningkatkan nilai tambah produk terutama pada saat panen raya untuk
dapat memperpanjang masa simpan produk melalui pembuatan produk
olahan bawang merah (bawang goreng) dan cabai merah (cabe kering dan
cabai bubuk).
b. Fasilitasi bantuan dari Pemerintah Pusat diharapkan dapat dimanfaatkan dan
dipergunakan sebaik baiknya oleh kelompoktani penerima manfaat sehingga
dapat meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan kelompok tani.
c. Upaya peningkatan mutu produk dan aman konsumsi serta berdaya saing
dilakukan dengan penerapan budidaya dan penanganan pascapanen yang
baik sesuai prinsip-prinsip GAP dan GHP.
9.2. Saran
a. Penguatan dan pemantapan kelembagaan kelompok tani sehingga dapat
mengurangi peran tengkulak dalam menentukan harga di tingkat petani.
b. Perlu dilakukan pembinaan dan pendampingan intensif oleh petugas dan
penyuluh pertanian kepada para petani/kelompok tani terkait penerapan
budidaya dan pascapanen yang baik sesuai dengan kaidah GAP dan GHP
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 553
sehingga produksi yang dihasilkan lebih tinggi, berkelanjutan dan bersifat
ramah lingkungan.
c. Melakukan pembinaan yang intensif dari aparat petugas dan penyuluh
pertanian kepada para petani/kelompok tani khususnya transfer teknologi
terkait budidaya dan pascapanen komoditas cabai merah dan bawang merah
memfasilitasi kerjasama kelompok tani dan mitra usaha dalam konteks
peningkatan kesejahteraan petani.
d. Pemerintah daerah baik Provinsi maupun Kabupaten dapat memberikan
dukungan/fasilitas dalam program pengembangan kawasan sayuran dan
tanaman obat.
PERJALANAN DALAM RANGKA BERBAGAI PEMBINAAN DAN BIMBINGAN
PEMBINAAN KELEMBAGAAN CABAI DAN BAWANG MERAH
Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan kelembagaan cabai dan bawang merah
bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: DIY, Garut, Cirebon,
Indramayu, Palembang, Bogor dan Cianjur.
BIMBINGAN REGISTRASI LAHAN USAHA SAYURAN
Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka bimbingan registrasi lahan usaha sayuran bagi
petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: Balikpapan-Kaltim, DIY,
Banten, Cianjur, Bogor, Bali, Bantul-DIY, Sukabumi, Cirebon, Ogan Komering Ulu, Subang
dan Bandung.
BIMBINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN INTENSIF SAYURAN
Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka bimbingan pengembangan kawasan intensif
sayuran bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: ke Cianjur,
Bogor, Banten, Garut, Semarang, Kuningan, Subang, Bandung, Makasar, dan Tasikmalaya.
BIMBINGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI SAYURAN
Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka bimbingan penerapan teknologi produksi sayuran
bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: Garut, Bandung,
Ciwidey-Bandung, Pati-Demak, Cirebon, Banten, Bogor, Lombok-NTB, Tangerang Selatan,
Cianjur, Palu-Sulteng, DIY, Kuningan, Majalengka, Ciawi, Purwakarta, Sukabumi, dan
Denpasar.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 554
PEMBINAAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SAYURAN
Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan penerapan teknologi budidaya sayuran
bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: Bogor, Palembang,
Indramayu, Banjarmasin-Tapin, Banjarmasin-Kalsel, Sukabumi, Malang, Purwakarta, Lombok
Timur, Subang, Pandeglang, dan Ciamis.
BIMBINGAN DAN PEMBINAAN PENERAPAN GAP/SOP BUDIDAYA SAYURAN
Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka bimbingan dan pembinaan penerapan GAP/SOP
budidaya sayuran bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain:
Bandung, Bogor, Pesisir Selatan-Padang, dan NTB.
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS SISTEM PRODUKSI SAYURAN
Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka identifikasi dan analisis sistem produksi sayuran di
daerah sentra produksi, antara lain: Pandeglang, NTB, Lombok Timur, Garut, Bogor,
Indramayu, Ciamis, Musi Rawas-Palembang, dan Lampung Selatan.
PENGUMPULAN DATA DAN IDENTIFIKASI
Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pengumpulan data dan identifikasi di daerah sentra
produksi, antara lain: Bandung, Cianjur, Bogor, Tasikmalaya, Kuningan dan Serang.
PEMBINAAN DAN BIMBINGAN PENERAPAN GHP SAYURAN
Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan dan bimbingan penerapan GHP
sayuran bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: Bogor,
Cianjur, Ciawi, Yogyakarta, Padang, Purwakarta, Bandung, Tapin, Cirebon, Sumedang,
Tegal, Indramayu, Solok, Sukabumi, Banten dan Garut.
PEMBINAAN BANGSAL DAN SARANA PASCAPANEN SAYURAN
Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan bangsal dan sarana pascapanen
sayuran bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: Cianjur,
Bogor, Gorontalo, Palembang, Yogyakarta, Cirebon, Kuningan, Majalengka, Kalimantan
Selatan, Medan, Sukabumi dan Indramayu.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 555
PEMBINAAN, PENDAMPINGAN DAN KOORDINASI PENANGANAN PASCAPANEN
TANAMAN OBAT DAN JAMUR
Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan, pendampingan dan koordinasi
penanganan pascapanen tanaman obat dan jamur di daerah sentra produksi antara lain :
Palembang, Banjarmasin, Bogor, Temanggung, Mataram, Malang, Surabaya, Aceh dan
Medan.
PEMBINAAN, PENDAMPINGAN KELEMBAGAAN TANAMAN OBAT DAN JAMUR
Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan, pendampingan kelembagaan tanaman
obat dan jamur di wilayah sentra, antara lain : Jambi, Medan, Karanganyar, Magelang,
Makassar, Pekalongan, Bogor dan Karawang.
PEMBINAAN, KOORDINASI DAN KONSULTASI KE INSTANSI TERKAIT DALAM
RANGKA MENDUKUNG PROGRAM NASIONAL KEMENTAN.
Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan, koordinasi dan konsultasi ke instansi
terkait dalam rangka mendukung program nasional Kementan, antara lain : Gorontalo dan
Makasar.
BIMBINGAN DAN MONITORING PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT DAN
JAMUR
Dilakukan perjalanan dalam rangka bimbingan dan monitoring penanganan pascapanen
tanaman obat dan jamur di daerah sentra, antara lain : Bogor, Medan, Sukoharjo, Sukabumi,
Tangerang, Depok dan Bandung.
PERJALANAN DALAM RANGKA KOORDINASI INSTANSI TERKAIT
Perjalanan dinas dalam rangka koordinasi dengan instansi terkait telah dilaksanakan ke
Bandung, Gorontalo, Bogor.
PEMBINAAN BIMBINGAN REGISTRASI LAHAN USAHA TANAMAN OBAT
Perjalanan dinas dalam rangka pembinaan bimbingan registrasi lahan usaha tanaman obat
telah dilaksanakan ke Purwakarta, Karanganyar, Batam, Lampung, Samarinda, Serang,
Bandung, Bogor, dan Tangerang.
PEMBINAAN PENDAMPINGAN PENERAPAN GAP TANAMAN OBAT
Perjalanan dinas dalam rangka pembinaan pendampingan penerapan GAP tanaman obat
telah dilaksanakan ke Karanganyar, Aceh Besar, Bima, Manado, Purworejo, Brebes, Kota
Tangerang, Sukabumi, Tegal, Garut, Ciamis, Bandung dan Bogor.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 556
PEMBINAAN KAWASAN TANAMAN OBAT DAN JAMUR
Perjalanan dinas dalam rangka pembinaan kawasan tanaman obat dan jamur telah
dilaksanakan ke Jawa Tengah, Palembang, Banjarmasin, Karawang, Kota Jambi, Cianjur,
Denpasar, Subang, Brebes, Bondowoso, Cirebon, Bandung, Tasikmalaya, Garut, Purwakarta,
Indramayu, Bogor, Pekalongan, Bandung Barat.
PERJALANAN DALAM RANGKA KOORDINASI PELAPORAN KINERJA DIREKTORAT
BPSTO
Perjalanan dinas dalam rangka koordinasi pelaporan kinerja direktorat BPSTO telah
dilaksanakan ke Bogor.
013 PENINGKATAN KAPABILITAS PETUGAS/PETANI
APRESIASI PENERAPAN GAP DAN GHP SAYURAN DAN TANAMAN OBAT
1. Latar Belakang
Penerapan budidaya dan pascapanen sayuran dan tanaman obat yang baik sesuai
GAP-SOP/GHP-SOP di tingkat petani dan pelaku usaha semakin penting untuk
dilaksanakan untuk menyongsong perdagangan bebas ASEAN di tahun 2015. Tujuan
utama penerapan GAP dan GHP sayuran dan tanaman obat sebagaimana tertuang
dalam Permentan 48/2009, Permentan 62/2010, dan Permentan 73/2013 adalah: 1).
meningkatkan produksi dan produktivitas, 2). menjaga mutu (kenampakan, tekstur, cita
rasa, nilai nutrisi, dan bahan aktif); 3). melindungi keamanan pangan, 4). mengurangi
susut dari saat panen sampai produk tersebut sampai di tingkat konsumen, dan 5).
diproses dengan ramah lingkungan. Guna mencapai hal tersebut, perlu upaya
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman petugas dan pelaku usaha
tentang GAP dan GHP sayuran dan tanaman obat melalui Apresiasi Penerapan GAP
dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman petugas tentang GAP
dan GHP sayuran dan tanaman obat dengan pendekatan partisipatif melalui
media pembelajaran langsung di lapangan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 557
2.2. Sasaran
Petugas pusat dan dinas pertanian propinsi yang mendapatkan dana alokasi
bantuan APBN Sayuran dan Tanaman Obat.
3. Masukan/ Input
3.1. Anggaran sebesar Rp.240.056.000,-
3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp.183.428.000,-
3.3. Sumber Daya Manusia (Petani/Kelompok Tani, dan Pelaku Usaha)
3.4. Data/ Informasi
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat
dilaksanakan di Malang, Provinsi Jawa Timur, dengan rincian sebagai berikut:
4.1. Belanja Bahan
Sarana penunjang Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman
Obat berupa tas dan seminar kits untuk 55 orang.
4.2. Honor Output Kegiatan
Honor panitia Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat
sebanyak 6 OK.
4.3 Belanja Sewa
Sewa Kendaraan dalam rangka Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran
dan Tanaman Obat banyak 3 unit.
4.4. Belanja Jasa Profesi
a. Narasumber Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman
Obat sebanyak 12 OJ.
b. Moderator Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat
sebanyak 3 OK.
4.5. Belanja Perjalanan Biasa
Perjalanan dalam rangka persiapan Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran
dan Tanaman Obat ke Kabupaten Malang.
4.6. Belanja Perjalanan Paket Meeting Luar Kota
a. Perjalanan dalam rangka pelaksanaan Apresiasi Penerapan GAP dan GHP
Sayuran dan Tanaman Obat disediakan untuk menghadiri pertemuan
sebanyak 55 orang yang berasal dari petugas propinsi dan panitia yang
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
b. Akomodasi dan Konsumsi Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan
Tanaman Obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 558
5. Keluaran/Output
Terselenggaranya kegiatan Apresiasi Pemandu Lapangan GAP dan GHP Sayuran dan
Tanaman Obat pada tanggal 11 – 14 Agustus 2015 di Universitas Brawijaya Guest
House, Jl. MT. Haryono No. 169, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur yang melibatkan
petugas dinas pertanian provinsi.
6. Hasil/Outcome
Petugas Dinas Provinsi memahami kaidah-kaidah GAP dan GHP Sayuran dan
Tanaman Obat dan dapat menjadi pemandu lapang di tingkat kabupaten.
7. Manfaat/Benefit
Petugas Dinas Provinsi dapat menerapkan kaidah-kaidah GAP dan GHP Sayuran dan
Tanaman Obat sesuai dengan lokasi daerah setempat.
8. Dampak/Impact
Meningkatnya mutu dan daya saing produk sayuran dan tanaman obat sesuai standar
GAP dan GHP sayuran dan tanaman obat sesuai permintaan pasar.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Sosialisasi penerapan budidaya yang baik melalui penerapan GAP dan GHP
Sayuran dan Tanaman Obat di tingkat petani masih perlu dilaksanakan dalam
rangka peningkatan kompetensi pelaku usaha sehingga menghasilkan produk
yang aman konsumsi, bermutu baik, ramah lingkungan dan berdaya saing.
b. Pelaku usaha tidak hanya ditargetkan untuk menghasilkan produksi melimpah
namun juga diharapkan agar produknya memiliki nilai tambah dan dapat
dijaga kemananan pangannya melalui pemberian sertifikat prima 3 pada
produk sayuran dan tanaman obat.
c. Beberapa hasil inovasi terkait teknologi pascapanen diharapkan dapat
diadopsi oleh petani/kelompoktani sehingga teknologi yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu, nilai tambah dan
daya saing produk.
d. Tatacara pemberian penomoran registrasi lahan usaha dan sertifikasi produk
pertanian perlu diatur keterkaitannya sehingga terjalin sinergisme program
dan kegiatan terkait peningkatan mutu produk hortikultura. Produk yang akan
disertifikasi disarankan harus dari lahan yang sudah teregistrasi untuk
menjamin kemananan pangan dari lahan hingga di tangan konsumen.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 559
e. Perlunya peningkatan simulasi singkat cheklist penilaian penerapan budidaya
sayur dan tanaman obat yang baik dalam rangka peningkatan keterampilan
dan kompetensi pelaku usaha sayuran dan tanaman obat.
9.2. Saran
a. Perlu dilakukan sosialisasi Permentan Nomor 48/Permentan/OT.140/10/2009
tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur yang Baik (GAP), Permentan
Nomor 57/Permentan/OT.140/9/2012 tentang Pedoman Budidaya Tanaman
Obat Yang Baik, Permentan 73 tahun 2013 tentang Pedoman
Panen,Pascapanen dan Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura, dan
Pedoman Registrasi Bangsal Pascapanen Hortikultura secara kontinyu,
kepada petugas dan pelaku usaha/petani sayuran dan tanaman obat.
b. Perlu diupayakan teknologi penanganan pascapanen yang aplikatif dan dapat
diadopsi petani sehingga inovasi yang ada dapat meningkatkan mutu, nilai
tambah dan daya saing produk sayuran dan tanaman obat.
015 MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
MONITORING DAN EVALUASI PASCAPANEN SAYURAN
Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka monitoring dan evaluasi pascapanen sayuran di
daerah sentra produksi, antara lain: ke Bandung, Cianjur, Bogor, Tasikmalaya, Kuningan dan
Serang.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 560
016 PEMASYARAKATAN/ PROMOSI
FESTIVAL HORTIKULTURA 2015
1. Latar Belakang
Festival Hortikultura merupakan event tahunan berskala nasional sebagai wadah
perhelatan promosi produk dan program hortikultura, dahulu dikenal dengan Pekan Flori
dan Flora Nasional (PF2N). Festival Hortikultura memiliki misi sebagai event nasional
yang memiliki citra nasional yang dikenal dan ditunggu-tunggu masyarakat luas baik
nasional maupun internasional, sekaligus sebagai ajang pertemuan bisnis hortikutura
yang secara langsung atau tidak langsung tercipta dari event ini.
Festival Hortikultura merupakan ajang untuk memperkenalkan produk hortikultura
nasional (tanaman buah, sayuran, hias dan tanaman obat) kepada masyarakat luas,
berupaya meningkatkan khasanah hortikultura bagi perkembangan industri pertanian,
mengembangkan pasar dan terciptanya relasi pasar antara seller dan buyer produk
hortikultura baik secara lokal, nasional maupun internasional.
Salah satu kegiatan yang akan dilakukan dalam pameran Festival Hortikultura adalah
Gerakan Makan Sayuran dan tanaman obat (Gema Sayuran), aneka lomba bertemakan
sayuran dan tanaman obat yang bertujuan memasyarakatkan konsumsi sayuran untuk
meningkatkan gizi keluarga kepada seluruh masyarakat mulai anak-anak hingga
dewasa. Dengan Gema Sayuran, dan lomba-lomba yang bertemakan sayuran dan
tanaman obat akan memperluas pandangan masyarakat terhadap komoditi sayuran dan
tanaman obat sebagai produk petani Indonesia dan membangun rasa bangga
mengkonsumsi produk pertanian Indonesia. Sehingga dapat mendorong dan menghela
peningkatan produksi sayuran dan tanaman obat serta pengembangan
keanekaragaman produk sayuran dan tanaman obat.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Promosi dan pameran produk sayuran dan tanaman obat.
b. Pertemuan seller dan buyer sayuran dan tanaman obat.
c. Terciptanya networking business yang berkelanjutan.
d. Peningkatan apresiasi atau citra hortikultura bagi masyarakat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 561
2.2. Sasaran
a. Meningkatnya konsumsi sayuran dan tanaman obat yang akan mendorong
peningkatan produksi sayuran dan tanaman obat.
b. Meningkatnya peran masyarakat dalam pengembangan potensi sayuran dan
tanaman obat.
c. Meningkatnya pengetahuan SDM tentang teknologi budidaya dan
pascapanen sayuran dan tanaman obat.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp 332.814.000,-.
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 329.813.800,-.
3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi dimaksud adalah teknologi budidaya
dan pascapanen sayuran dan tanaman obat.
3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Festival Hortikultura diberikan
sarana penunjang berupa seragam panitia, tas kain dan pin Festival Hortikultura
kepada peserta.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Partisipasi Festival Hortikultura dilaksanakan di Mataram, NTB dengan rincian
sebagai berikut:
4.1. Belanja bahan pada kegiatan partisipasi Festival Hortikultura digunakan untuk
pengadaan hadiah lomba, dokumentasi, konsumsi, pencetakan leaflet Festival
Hortikultura, sarana penunjang, paket Gerakan Makan Sayuran dan Tanaman
Obat, dan materi bahan pameran.
4.2. Belanja sewa digunakan untuk sewa kendaraan roda 4 dalam rangka partisipasi
Pameran Festival Hortikultura.
4.3. Belanja jasa profesi dibutuhkan untuk honor juri lomba dalam rangka partisipasi
pameran Festival Hortikultura.
4.4. Belanja perjalanan biasa dibutuhkan untuk perjalanan dalam rangka persiapan
dan pelaksanaan dalam rangka partisipasi Festival Hortikultura.
5. Keluaran/Output
5.1. Tercetak dan terdistribusinya 2.700 eksemplar leaflet Festival Hortikultura yang
terdiri dari leaflet Lomba Menggambar Sayuran dan Tanaman Obat, leaflet Lomba
Merangkai Sayuran dan Tanaman Obat dan leaflet Kursus Penanganan
Pascapanen Cabai.
5.2. Terlaksananya perjalanan dalam rangka persiapan Festival Hortikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 562
5.3. Terlaksananya perjalanan dalam rangka pelaksanaan Festival Hortikultura.
5.4. Terlaksananya kegiatan partisipasi dalam Festival Hortikultura pada tanggal 10 –
14 Oktober 2015, di Kota Mataram, NTB. Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Display Materi Pameran Sayuran dan Tanaman Obat di Stand Rumah Horti.
Materi pameran terdiri dari bahan segar, tanaman dalam pot dan tanaman
dalam rak vertikultur. Komoditi sayuran yang ditampilkan antara lain cabai
merah, cabai hijau, cabai rawit merah, cabai rawit hijau, bawang merah,
bawang putih, kentang, wortel, paprika, kabocha, radish, terung, kubis putih,
kubis merah, mentimun, tomat, kol bunga, kacang panjang, dan sayuran
lainnya. Selain sayuran segar, juga ditampilkan teknologi vertikultur dengan
sistem hidroponik: Deep Flow Technique (DFT) system, Nutrient Film
Technique (NFT) system, Wick System/model sumbu, dan vertical system.
Tanaman sayuran yang didisplay dalam pot dan rak vertikultur antara lain
selada, bayam, kangkung, selada merah, kubis, dan sawi.
b. Pembagian Paket Gerakan Makan Sayuran (GEMA Sayuran). Sebanyak 370
paket Gema Sayuran yang dikemas dalam tas kain dibagikan kepada peserta
dan pengunjung stand Rumah Horti pada tanggal 10 Oktober 2015.
c. Lomba Merangkai Sayuran dan Tanaman Obat. Lomba merangkai sayuran
dan tanaman obat dilaksanakan di tenda utama lokasi pameran Festival
Hortikultura pada tanggal 10 Oktober 2015. Dewan Juri Lomba Merangkai
Sayuran dan Tanaman Obat terdiri dari Ibu Rina Morena Chatab dari Dharma
Wanita Persatuan Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian; Dra. Hj. Yoya
Supriati dari Persatuan Perangkai Bunga Kota Mataram; dan Nurrahmaniah,
SP., M.Si dari PKK Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat. Adapun
pemenang lomba juara I , II, III, harapan I, II dan III berturut-turut sebagai
berikut: Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau; Dinas Pertanian
Provinsi Jambi; Hj. Nurhayati, Mataram; Dharma Wanita Persatuan Provinsi
NTB; PKK Provinsi NTB; dan Dinas Pertanian Provinsi DKI. Hadiah lomba
berupa Piala dan Piagam diserahkan oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat
d. Lomba Menggambar Sayuran dan Tanaman Obat dilaksanakan pada tanggal
11 Oktober 2015 di Tenda Lomba lokasi Pameran Festival Hortikultura, diikuti
oleh 98 peserta dari berbagai sekolah dasar di Kota Mataram. Dewan juri
lomba menggambar sayuran dan tanaman obat terdiri dari H. M. Tarfi
Abdullah (Dinas Pendidikan Provinsi NTB), Dra. Esti Ebhi Evolisa dan
Sataruddin Tacik (Penggiat Seni Budaya Sastra Kota Mataram). Pemenang
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 563
lomba menggambar sayuran dan tanaman obat, Juara I, II, III, Harapan I, II
dan III berturut-turut sebagai berikut: Fennie Arniaty, SDN 2 Cakranegara;
Amanda Shafira, SDIT Anak Sholeh; Marchellino NC., SDK Alletheia
Ampenan; Baiq Zahra Riza Aqilah, MIN Karangbaru; Dimas Wahyu Arya
Kusuma, SDN 1 Kekeri; dan Kayla Mahdiya, SDN 41 Mataram. Hadiah lomba
berupa Piala dan Piagam diserahkan oleh Ir. Gabriella Susilowati, MP., selaku
Kasubdit Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan Umbi.
6. Hasil/Outcome
Hasil dari kegiatan ini adalah pengembangan potensi sayuran dan tanaman obat,
tersebarnya informasi, teknologi dan produk yang menunjang peningkatan daya saing,
dan terciptanya ajang tukar menukar informasi dan promosi sayuran dan tanaman obat.
7. Manfaat/Benefit
Meningkatnya daya saing produk dan terjadinya transaksi langsung antara pelaku
usaha/petani dengan para pengusaha.
8. Dampak/Impact
Meningkatnya pendapatan pelaku usaha/petani.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Kegiatan pameran ini sangat penting untuk mempromosikan kemajuan bidang
hortikultura khususnya sayuran dan tanaman obat baik teknologi maupun produk-
produk unggulan nasional, sekaligus menghela peningkatan konsumsi sayuran
dan tanaman obat, dan menjadi ajang penyebaran informasi teknologi, khasiat,
manfaat serta pengembangan pasar antara sesama pelaku usaha sayuran dan
tanaman obat.
9.2. Saran
Diperlukan upaya untuk mengintensifkan kegiatan promosi konsumsi sayuran dan
tanaman obat pada berbagai event, menggalang kerjasama antar para pelaku
usaha dan pelaksana pameran/exhibisi hingga lebih banyak petani/pelaku usaha
yang berpartisipasi, serta meningkatkan bantuan dan fasilitasi untuk promosi dan
kampanye.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 564
GERAKAN MAKAN (GEMA) SAYURAN
1. Latar Belakang
Sayuran mengandung vitamin, mineral, serat, dan senyawa bioaktif lain yang diperlukan
oleh tubuh untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas dari serangan
penyakit. Meski demikian, tingkat konsumsi sayuran di Indonesia masih di bawah
standar kecukupan hidup sehat dari yang disarankan Depkes maupun FAO.
Krisis global yang berdampak pada penurunan daya beli masyarakat dunia, sehingga
mereka memperketat impor dan memproteksi produk dalam negerinya. Banyaknya
produk impor dan ada kecenderungan konsumen masyarakat Indonesia bangga
mengkonsumsi produk impor. Diperlukan upaya membangun citra dan rasa bangga
masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi produk pertanian /pangan Indonesia.
Untuk meningkatkan konsumsi sayuran, salah satu upaya yang dilakukan oleh
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat adalah kampanye
Gema Sayuran (Gerakan Makan Sayuran). Kegiatan ini bertujuan untuk
memasyarakatkan konsumsi sayuran sehingga status gizi masyarakat meningkat.
Selain itu, untuk membangun apresiasi dan cinta terhadap produk sayuran nusantara,
sehingga diharapkan mampu menghela produksi sayuran dan pengembangan
keanekaragaman produk sayuran.
Pelaksanaan Gerakan Makan Sayuran dilakukan melalui pemberian paket sayuran
kepada masyarakat umum, aneka lomba bertemakan sayuran dan tanaman obat yang
bertujuan memasyarakatkan konsumsi sayuran untuk meningkatkan gizi keluarga
kepada seluruh masyarakat mulai anak-anak hingga dewasa. Dengan Gema Sayuran,
dan lomba-lomba yang bertemakan sayuran dan tanaman obat akan memperluas
pandangan masyarakat terhadap komoditi sayuran dan tanaman obat sebagai produk
petani Indonesia dan membangun rasa bangga mengkonsumsi produk pertanian
Indonesia. Sehingga dapat mendorong dan menghela peningkatan produksi sayuran
dan tanaman obat serta pengembangan keanekaragaman produk sayuran dan tanaman
obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 565
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Memasyarakatkan konsumsi sayuran untuk meningkatkan gizi keluarga
melalui Gerakan Makan Sayuran kepada seluruh masyarakat mulai anak-
anak hingga dewasa.
b. Memperbaiki pandangan dan penghargaan masyarakat terhadap komoditas
sayuran produk petani Indonesia.
c. Membangun rasa bangga mengkonsumsi produk pertanian Indonesia.
d. Menghela peningkatan produksi sayuran.
2.2. Sasaran
a. Meningkatnya konsumsi sayuran masyarakat Indonesia mendekati standar
FAO.
b. Meningkatkan Citra, Apresiasi, dan Cinta (CAC) produksi hortikultura
Indonesia.
c. Meningkatnya produk sayuran.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp 160.183.000,-.
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 157.793.850,-
3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi dimaksud adalah teknologi budidaya
dan pascapanen sayuran dan tanaman obat
3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Gerakan Makan Sayuran
diberikan sarana penunjang berupa paket sayuran, tas kain, benih sayuran dan
pin Gema Sayuran kepada peserta.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Gerakan Makan (Gema) Sayuran dilaksanakan di Provinsi DIY dengan rincian
sebagai berikut:
4.1. Belanja Bahan
Belanja bahan pada kegiatan Gerakan Makan (Gema) Sayuran diperlukan untuk
pengadaan sarana penunjang, pencetakan stiker, pencetakan leaflet, hadiah
lomba, paket Gerakan Makan Sayuran dan Tanaman Obat, dan konsumsi.
4.2. Belanja Sewa
Belanja sewa dibutuhkan untuk sewa kendaraan roda 4 dan sewa sound system
dalam rangka Gerakan Makan (Gema) Sayuran.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 566
4.3. Belanja Jasa Profesi
Belanja jasa profesi dibutuhkan untuk honor moderator, honor narasumber, dan
honor juri lomba dalam rangka Gerakan Makan (Gema) Sayuran.
4.4. Belanja Perjalanan Biasa
Belanja perjalanan biasa dibutuhkan untuk perjalanan dalam rangka pelaksanaan
kegiatan Gerakan Makan (Gema) Sayuran.
5. Keluaran/Output
5.1. Tercetak dan terdistribusinya 7.500 lembar stiker Gema Sayuran, 2.100 eksemplar
leaflet Gema Sayuran, dan 2.400 eksemplar poster Gema Sayuran.
5.2. Terlaksananya perjalanan dalam rangka persiapan kegiatan Gerakan Makan
Sayuran.
5.3. Terlaksananya perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan Gerakan Makan
Sayuran
5.4. Terlaksananya Kegiatan Gerakan Makan Sayuran pada tanggal 27 November
2015, di Taman Pintar, Yogyakarta. Peserta yang menghadiri acara ini berasal
dari Dinas Pertanian Provinsi Yogyakarta, tim penggerak PKK Provinsi
Yogyakarta, Dharma Wanita, Kelompok Wanita Tani, masyarakat umum, dan
siswa-siswi sekolah di wilayah Yogyakarta. Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat melaksanakan rangkaian kegiatan sebagai berikut:
a. Lomba Menggambar Sayuran dan Tanaman Obat dilaksanakan di Exhibition
Hall, Taman Pintar, Yogyakarta. Tema lomba menggambar adalah “Aku Cinta
Sayuran Nusantara”. Lomba menggambar terbagi menjadi 2 kategori yaitu
tingkat siswa Sekolah Dasar (SD) dan tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Juri lomba menggambar sayuran berasal dari kalangan pendidik,
seniman dan pemerhati seni, yaitu Bodi Triyanto dan Rudiyanto dari Dinas
Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Bambang Heras dan Laksmi Shitaresmi
dari Sanggar Affandi DIY, serta Yuswantoro Adi dan Astuti Kusumo dari
Sanggar AFJ DIY. Lomba diselenggarakan selama 120 menit (pukul 09.00 –
11.00 WIB). Setelah lomba, dilakukan penjurian oleh dewan juri dan
pengumuman serta pembagian hadiah lomba kepada pemenang dengan
rincian sebagai berikut: Pemenang Lomba Menggambar Tingkat SD adalah
Dian Yahya Sulistyowati, SD Muh. Purwo, DIY, Chelsia Alvero Cahya P, SDN
Ngupasan DIY, Nathifa Nur Faizah, SD Muh. Purwo, DIY, Athaya Tsabita
Kirana, SD Muh. Purwo, DIY, M. Lintang Ramadhan, SDN Pujokosuman, DIY,
dan Dini Yahya Sulistyowati, SD Muh. Purwo, DIY. Pemenang Lomba
Menggambar Tingkat SMP adalah Buah Kasih K, SMPN 6 Yogyakarta, Fatwa
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 567
Dwioga Melanio, SMP TD Kumendaman, Andini Putri A., SMP BOPKRI 3
Yogyakarta, Belva Clianta, SMP Joanes Bosco, Ngambar Sari SMPN 2
Yogyakarta, dan Dieka Alivia, SMPN 16 Yogyakarta. Hadiah lomba berupa
Piala dan Piagam diserahkan oleh Lilis Suhaeti, SP. dan Ir. M. Tahir, MP.
selaku Kasie pada Subdit Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan Umbi,
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
b. Pada kegiatan ini dilaksanakan talkshow dengan tema “Peningkatan
Konsumsi Sayuran melalui Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan”.
Terdapat tiga narasumber yang menyampaikan materi pada talkshow ini
yaitu: Ir. Sasongko, M.Si., Kepala Dinas Pertanian Provinsi DIY, Ir. Mulyono
Nitisapto, MS., Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, dan
Endang Pamungkasiwi, M.Kes, Kasie Gizi Bidang Kesehatan Masyarakat,
Dinas Kesehatan Provinsi DIY. Acara talkshow dipandu oleh MC Prima
Handayani, penyiar RRI Kota Yogyakarta. Talkshow dihadiri oleh 100 peserta
yang terdiri dari ibu-ibu Tim Penggerak PKK di wilayah Provinsi DIY,
Kelompok Wanita Tani, petugas dinas, dan masyarakat umum. Pada
kesempatan ini, juga disampaikan arahan Direktur Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat yang diwakili oleh Kasubdit Pascapanen
Sayuran Buah, Daun dan Umbi mengenai program Gerakan Makan (GEMA)
Sayuran.
c. Pembagian Paket Gerakan Makan Sayuran (GEMA Sayuran). Paket GEMA
Sayuran diberikan kepada 260 orang masyarakat umum yang berisi paket
sayuran segar, leaflet GEMA Sayuran, benih sayuran dan pin GEMA sayuran
dalam kemasan tas kain GEMA Sayuran.
6. Hasil/Outcome
Hasil dari kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan dan wawasan masyarakat
umum tentang jenis dan manfaat konsumsi sayuran dan tanaman obat, sehingga
mendorong motivasi masyarakat untuk meningkatkan konsumsi sayuran dan tanaman
obat.
7. Manfaat/Benefit
Meningkatnya kebutuhan sayuran dan tanaman obat yang mendorong petani dan
meningkatan produksi sayuran dan tanaman obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 568
8. Dampak/Impact
Meningkatnya status gizi/kesehatan masyarakat dan meningkatnya pendapatan pelaku
usaha/petani sayuran dan tanaman obat.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Pelaksanaan kegiatan Gerakan Makan Sayuran ini diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi sayuran dalam
menciptakan hidup sehat yang akhirnya akan berdampak pada peningkatan
konsumsi sayuran.
b. Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi sayuran keluarga sebagai salah satu sumber pangan
untuk pemenuhan gizi keluarga dan menambah penghasilan keluarga
9.2. Saran
Perlu terus diadakan promosi/sosialisasi pemanfaatan lahan pekarangan dan
peningkatan konsumsi sayuran untuk meningkatkan minat masyarakat dalam
pemanfaatan potensi lahan pekarangan. Sosialisasi dan promosi perlu dilakukan
secara intensif bekerjasama dengan instansi dan pihak terkait lainnya seperti
Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, Eselon I lingkup Kementerian
Pertanian, PKK, BKKBN, Dharma Wanita, Pemerintah Daerah, dan lain-lain
dengan tujuan meningkatkan angka konsumsi sayuran per kapita per tahun yang
akan menghela peningkatan produksi sayuran.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 569
PARTISIPASI EVENT PROMOSI PENINGKATAN KONSUMSI SAYURAN DAN TANAMAN
OBAT
1. Latar Belakang
Sayuran mengandung vitamin, mineral, serat, dan senyawa bioaktif lain yang diperlukan
oleh tubuh untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas dari serangan
penyakit. Meski demikian, tingkat konsumsi sayuran di Indonesia masih di bawah
standar kecukupan hidup sehat dari yang disarankan Depkes maupun FAO.
Dalam rangka meningkatkan peran tanaman sayuran dan tanaman obat terhadap
pemenuhan gizi dan menjaga kesehatan masyarakat Indonesia, sosialisasi potensi dan
manfaat komoditas tersebut perlu terus digalakkan. Hal tersebut disebabkan masih
terbatasnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang kandungan gizi, serta, vitamin,
khasiat dan manfaat. Di samping kaya gizi, serat dan vitamin, sayuran dan tanaman
obat juga berperan dalam mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Promosi ini akan dilakukan melalui keikutsertaan dalam ajang-ajang pameran dan
promosi yang berkaitan dengan produk sayuran dan tanaman obat.
Dengan kegiatan ini diharapkan terjadi penyebaran informasi teknologi, khasiat, manfaat
dan pasar antara sesama pelaku usaha sayuran dan tanaman obat, pemecahan
permasalahan-permasalahan dan sharing pendapat yang dilakukan oleh petani dan
kelompok tani yang telah berhasil.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Meningkatkan peran komoditas tanaman sayuran dan tanaman obat sebagai
alternatif penumbuhan perekonomian Indonesia, terutama perekonomian
pedesaan.
b. Menjadi ajang tukar menukar informasi dan promosi baik bagi petani maupun
pelaku agribisnis tanaman sayuran dan tanaman obat yang prospektif.
2.2. Sasaran
a. Meningkatnya daya saing produk sayuran dan tanaman obat.
b. Meningkatnya peran masyarakat dalam pengembangan potensi tanaman
sayuran dan tanaman obat.
c. Meningkatnya pengetahuan SDM tentang teknologi budidaya sayuran dan
tanaman obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 570
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp 91.500.000,-.
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 59.760.000,-.
3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi dimaksud adalah teknologi budidaya
dan pascapanen sayuran dan tanaman obat.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Partisipasi Promosi Peningkatan Sayuran dan Tanaman Obat dilaksanakan
dalam bentuk keikutsertaan pada beberapa event pameran, yaitu Pameran Pangan
Nasional pada bulan Februari 2015 di JICC Jakarta dan Agrinex Expo pada bulan Maret
2015 di JICC Jakarta dengan rincian sebagai berikut:
Belanja Bahan
Belanja bahan pada kegiatan Partisipasi Promosi Peningkatan Sayuran dan Tanaman
Obat diperlukan untuk pengadaan dokumentasi promosi, paket Gerakan Makan
Sayuran dan Tanaman Obat, dan materi bahan promosi.
5. Keluaran/Output
Keluaran dari kegiatan ini adalah terselenggaranya Partisipasi Promosi Peningkatan
Sayuran dan Tanaman Obat sebagai berikut:
5.1. Kegiatan Partisipasi Pameran Pangan Nasional 2015 dilaksanakan pada tanggal
12 – 14 Februari 2015 di Assembly Hall, Jakarta Convention Center. Partisipasi
Pameran diselenggarakan dengan melibatkan jasa pihak ketiga untuk pengadaan
keragaan pameran berupa materi-materi display sayuran dan tanaman obat, dan
paket Gerakan Makan (GEMA) Sayuran dan Tanaman Obat. Dalam Pangan
Nasional 2015 Expo, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman
Obat berpartisipasi dalam bentuk penyediaan materi bahan sayuran dan tanaman
obat, mengisi stand Direktorat Jenderal Hortikultura terintegrasi pada pavilion
Kementerian Pertanian. Materi berupa sayuran dan tanaman obat yang didisplay
pada stand Direktorat Jenderal Hortikultura sesuai tema yaitu “Pangan Lestari”.
Direktorat Budidaya dan Pascapanan Sayuran dan Tanaman Obat menampilkan
konsep pertanian ramah lingkungan dan aman konsumsi melalui penerapan Good
Agriculture Practices dan Good Handling Practices (GAP dan GHP). Produk yang
ditampilkan adalah aneka ragam sayuran seperti aneka cabai, tomat, kentang,
kubis, terung, wortel, aneka rimpang dan lain-lain. Produk ditata pada stand
Direktorat Jenderal Hortikultura. Pembagian paket Gerakan Makan (GEMA)
Sayuran dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2015 kepada 265 orang
pengunjung dan peserta pameran. Penerima paket sayuran terdiri dari berbagai
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 571
unsur masyarakat, mulai dari ibu rumah tangga, karyawan swasta dan
pemerintah, mahasiswa, siswa sekolah dan masyarakat umum lainnya.
5.2. Kegiatan Partisipasi Pameran Agrinex Expo 2015 dilaksanakan pada tanggal 20 –
22 Maret 2015 di Assembly Hall, Jakarta International Convention Center.
Partisipasi Pameran diselenggarakan dengan melibatkan jasa pihak ketiga untuk
pengadaan keragaan pameran berupa materi-materi display sayuran dan tanaman
obat, dan paket Gerakan Makan (GEMA) Sayuran dan Tanaman Obat. Dalam
Agrinex Expo 2015, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman
Obat berpartisipasi dalam bentuk penyediaan materi bahan sayuran dan tanaman
obat, mengisi stand Direktorat Jenderal Hortikultura terintegrasi pada pavilion
Kementerian Pertanian. Materi berupa sayuran dan tanaman obat yang didisplay
pada stand Direktorat Jenderal Hortikultura sesuai tema yaitu “Kedaulatan Pangan
Indonesia”. Direktorat Budidaya dan Pascapanan Sayuran dan Tanaman Obat
menampilkan konsep pertanian ramah lingkungan dan aman konsumsi melalui
penerapan Good Agriculture Practices dan Good Handling Practices (GAP dan
GHP). Produk yang ditampilkan adalah aneka ragam sayuran seperti aneka cabai,
tomat, kentang, kubis, terung, wortel, aneka rimpang dan lain-lain. Produk ditata
pada stand Direktorat Jenderal Hortikultura, dengan tujuan untuk menampilkan
hasil-hasil dari kemajuan di bidang hortikultura khususnya sayuran dan tanaman
obat kepada pengunjung pameran. Pembagian paket GEMA Sayuran diberikan
kepada 265 orang pengunjung dan peserta pameran. Penerima paket sayuran
terdiri dari berbagai unsur masyarakat, mulai dari ibu rumah tangga, karyawan
swasta dan pemerintah, mahasiswa, siswa sekolah dan masyarakat umum
lainnya.
6. Hasil/Outcome
Pengembangan potensi tanaman sayuran dan tanaman obat, tersebarnya teknologi dan
produk yang menunjang peningkatan daya saing, dan terciptanya ajang tukar menukar
informasi dan promosi sayuran & tanaman obat
7. Manfaat/Benefit
Meningkatnya daya saing produk dan terjadinya transaksi langsung antara
produsen/petani dengan para pengusaha.
8. Dampak/Impact
Meningkatkan pendapatan petani.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 572
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Kegiatan pameran ini sangat penting untuk mempromosikan kemajuan di bidang
hortikultura khususnya sayuran dan tanaman obat sekaligus mendorong
peningkatan konsumsi sayuran dan tanaman obat, serta menjadi ajang
penyebaran informasi teknologi, khasiat, manfaat dan pengembangan pasar
antara sesama pelaku usaha sayuran dan tanaman obat
9.2. Saran
Diperlukan upaya untuk mengintensifkan kegiatan promosi konsumsi sayuran dan
tanaman obat pada berbagai event, menggalang kerjasama antar para pelaku
usaha dan pelaksana pameran/exhibisi hingga lebih banyak petani/pelaku usaha
yang berpartisipasi, serta meningkatkan bantuan dan fasilitasi untuk promosi dan
kampanye.
1771.012.002. PEMBINAAN PENGEMBANGAN KAWASAN SAYURAN (APBN-P)
011 PERSIAPAN (IDENTIFIKASI/KOORDINASI/DLL)
MENGHADIRI PERTEMUAN/ KOORDINASI/ KONSULTASI PENGEMBANGAN CABAI
DAN BAWANG DI MUSIM KERING
Perjalanan dinas dalam rangka menghadiri pertemuan koordinasi/konsultasi pengembangan
cabai dan bawang di musim kering telah dilaksanakan
ke Makasar, Batangkaluku-Gowa dan Bogor.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 573
012 PELAKSANAAN (PERTEMUAN, WORKSHOP, SOSIALISASI, PEMBINAAN)
KOORDINASI PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG WILAYAH BARAT
1. Latar Belakang
Tanaman cabai dan bawang merah merupakan komoditas sayuran yang tidak dapat
ditinggalkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sebagai bumbu masakan.
Cabai merupakan tumbuhan perdu dan diambil bagian buahnya yang mempunyai rasa
pedas karena mengandung zat capsaicin.
Cabai dan bawang merah memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar,
meskipun sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena
memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan fundamental pada cabai adalah
pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang
mengakibatkan harga jatuh, sehingga budidaya cabai dan bawan gperlu dilakukan
secara teratur sepanjang tahun agar ketersediaannya mencukupi sepanjang tahun.
Salah satu strategi pemenuhan kebutuhan cabai dan bawang merah dalam negeri dan
menekan gejolak inflasi nasional, yaitu melalui pengembangan kawasan aneka cabai
pada bulan bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi dengan
pengairan yang lebih intensif menggunakan sistem irigasi sederhana, penggunaan
plastik mulsa, penggunaan benih bermutu, pemanfaatan agensia hayati dan
penggunaan varietas toleran pada musim hujan.
Umumnya petani memiliki sumber air (sumur, embung, sungai, mata air, dll), tetapi tidak
memiliki pompa untuk mengambil dan menyalurkan air kelahan pertanaman. Oleh
karena itu perlu pemberian fasilitas irigasi sederhana untuk membantu petani
memelihara tanaman cabai dan bawang merah pada musim kering dan sarana produksi
lainnya agar petani tetap berproduksi sepanjang musim. Dengan demikian diharapkan
produksi cabai dan bawang merah dapat tersedia merata sepanjang tahun dan dapat
menjaga keseimbangan suply demand, mengurangi tingkat inflasi nasional.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Meningkatkan produksi aeka cabai dan bawang merah pada musim kemarau
untuk memenuhi kebutuhan dan pasokan dalam negeri.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 574
b. Pengembangan cabai merah seluas 940 ha di 99 kabupaten/kota dan
pengembangan cabai rawit seluas 632 ha di 96 kabupaten/kota di saat
kemarau
c. Pengembangaan bawang merah seluas 1.732 ha di 64 kabupaten/kota
d. Menekan gejolak harga aneka cabai dan bawang merah agar tidak terlalu
tinggi.
2.2. Sasaran
Provinsi, kabupaten/kota pelaksana kegiatan dapat mensinkronasikan sehingga
dapat berjalan dengan baik.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp 321.277.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 309.315.000,-
3.3. Informasi Teknologi yang disampaikan berupa teknologi budidaya cabai
3.4. dan bawang merah dengan penerapan PHT dan ramah lingkungan serta irigasi
tetes di musim kering.
3.5. Sarana Penunjang
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Pertemuan Koordinasi Pengembangan Cabai dan Bawang Wilayah Barat di
laksanakan di Bogor tanggal 11-14 Mei 2016, dengan rincian sebagai berikut:
4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.
4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka Koordinasi
Pengembangan Cabai dan Bawang di wilayah Barat.
4.3. Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota digunakan untuk bantuan uang saku
peserta yang hadir dalam pertemuan Koordinasi Pengembangan Cabai dan
Bawang Wilayah Barat.
5. Keluaran/Output
a. Dilaksanakan tanggal 11-14 Mei 2015.
b. Pertemuan dihadiri sebanyak 116 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat dan
daerah yang berasal dari 12 provinsi dan 17 kabupaten, yaitu: Provinsi Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung,
Bangka Belitung, jawa Barat, jawa Tengah, DIY, Banten serta Kabupaten
Lamongan, Gresik, Pacitan, Magetan, Trenggalek, Ngawi, Jombang, Madiun,
Nganjuk, Mojokerto, Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Pamekasan, Sampang,
Sumenep, Probolinggo.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 575
c. Acara diawali dengan sambutan selamat datang oleh Kabid Hortikultura Dinas
Pertanian Provinsi Jawa Barat mewakili Kepala Dinas, dilanjutkan dengan kegiatan
pengarahan sekaliguas membuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Hortikultura,
Pemaparan Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk, dan Dinas Pertanian Provinsi
Jawa Tengah, Pemaparan Inspektorat Jenderal dan Direktur Budidaya dan
Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah, Perbenihan dan Perlindungan Hortikultura serta Sekretaris
Direktorat Jenderal Hortikultura dll.
d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Pengembangan Kawasan Cabai dan Bawang Saat Musim Kering, yang
disampaikan Direktur Jenderal Hortikultura.
2) Persiapan pelaksanaan kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan oleh Dinas
Pertanian Kabupaten Nganjuk dan Provinsi Jawa Tengah.
3) Pendampingan/pengawalan Inspektorat Jenderal Untuk Pencapaian Target
Kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan Inspektur Jenderal Kementerian
Pertanian.
4) Pelaksanaan APBN-P Hortikultura 2015, yang disampaikan Direktur Budidaya
dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
5) Proses e-katalog pada proses Pengadaan Barang APBN-P 2015, yang
disampaikan perwakilan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah.
6) Dukungan Aspek Manajemen Pada Kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan
Sekretaris Dirketorat Jenderal Hortikultura.
7) Rambu-rambu Pelaksanaan Kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan
Direktur Perbenihan Hortikultura dan Direktur Perlindungan Hortikultura.
8) Pedoman Administrasi Keuangan dan Perlengkapan APBN-P 2015, yang
disampaikan Kabag Keungan dan Perlengkapan
6. Hasil/Outcome
Petugas dari lokasi kawasan pengembangan cabai dan bawang merah mendapatkan
tambahan pengetahuan tentang Pedoman Teknis Pengembangan Cabai dan Bawang
Saat Musim Kemarau.
7. Manfaat/Benefit
Pengembangan cabai dan bawang saat musim kemarau dapat dilaksanakan sesuai
rencana dan berhasil baik dengan mengacu pada Pedoman Teknis.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 576
8. Dampak/Impact
Produksi cabai dan bawang meningkat dengan mutu lebih baik terutama saat produksi
menurun di saat musim hujan.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Kegiatan APBN-P 2015 memerlukan upaya khusus, bukan safety palyer. Untuk itu
langkah-langkah yang harus segera dilakukan oleh Provinsi maupun kabupaten
agar segera dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsip pemanfaat dana
yang efisien, tertib dan taat aturan.
9.2. Saran
a. Bagi daerah yang hanya mendapatkan dana alokasi APBN-P 2015 untuk
komoditas cabai merah dan cabai rawit, maka kegiatan sudah bisa
dilaksanakan.
b. Daerah yang mendapatkan alokasi dana bawang merah, perlu dilakukan: 1)
menyiapkan surat permintaan persetujuan dari Dinas Pertanian
Provinsi/Kabupaten/Kota kepada Dirjen Horti untuk merevisi output kegiatan,
2) Dari pusat akan segera membalas surat persetujuan yang diminta daerah
pada tanggal 19 Mei 2015 dan selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2015 surat
tersebut harus sudah diterima oleh daerah.
KOORDINASI PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG WILAYAH TIMUR
1. Latar Belakang
Tanaman cabai dan bawang merah merupakan komoditas sayuran yang tidak dapat
ditinggalkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sebagai bumbu masakan.
Cabai merupakan tumbuhan perdu dan diambil bagian buahnya yang mempunyai rasa
pedas karena mengandung zat kapsaisin.
Cabai dan bawang merah memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar,
meskipun sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena
memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan fundamental pada cabai adalah
pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang
mengakibatkan harga jatuh, sehingga budidaya cabai dan bawan gperlu dilakukan
secara teratur sepanjang tahun agar ketersediaannya mencukupi sepanjang tahun.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 577
Salah satu strategi pemenuhan kebutuhan cabai dan bawang merah dalam negeri dan
menekan gejolak inflasi nasional, yaitu melalui pengembangan kawasan aneka cabai
pada bulan bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi dengan
pengairan yang lebih intensif menggunakan sistem irigasi sederhana, penggunaan
plastik mulsa, penggunaan benih bermutu, pemanfaatan agensia hayati dan
penggunaan varietas toleran pada musim hujan.
Umumnya petani memiliki sumber air (sumur, embung, sungai, mata air, dll), tetapi tidak
memiliki pompa untuk mengambil dan menyalurkan air kelahan pertanaman. Oleh
karena itu perlu pemberian fasilitas irigasi sederhana untuk membantu petani
memelihara tanaman cabai dan bawang merah pada musim kering dan sarana produksi
lainnya agar petani tetap berproduksi sepanjang musim. Dengan demikian diharapkan
produksi cabai dan bawang merah dapat tersedia merata sepanjang tahun dan dapat
menjaga keseimbangan suply demand, mengurangi tingkat inflasi nasional.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Meningkatkan produksi aeka cabai dan bawang merah pada musim kemarau
untuk memenuhi kebutuhan dan pasokan dalam negeri.
b. Pengembangan cabai merah seluas 940 ha di 99 kabupaten/kota dan
pengembangan cabai rawit seluas 632 ha di 96 kabupaten/kota di saat
kemarau
c. Pengembangaan bawang merah seluas 1.732 ha di 64 kabupaten/kota
d. Menekan gejolak harga aneka cabai dan bawang merah agar tidak terlalu
tinggi.
2.2. Sasaran
Provinsi, kabupaten/kota pelaksana kegiatan dapat mensinkronasikan sehingga
dapat berjalan dengan baik.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp 341.413.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 322.136.200,-
3.3. Informasi Teknologi yang disampaikan berupa teknologi budidaya cabai
3.4. dan bawang merah dengan penerapan PHT dan ramah lingkungan serta irigasi
tetes di musim kering.
3.5. Sarana Penunjang.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 578
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Pertemuan Koordinasi Pengembangan Cabai dan Bawang Wilayah Timur di
laksanakan di BBPP Batangkaluku Kab. Gowa tanggal 27-30 Mei 2016, dengan rincian
sebagai berikut:
4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.
4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka Koordinasi
Pengembangan Cabai dan Bawang di wilayah Timur.
4.3. Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota digunakan untuk bantuan uang saku
peserta yang hadir dalam pertemuan Koordinasi Pengembangan Cabai dan
Bawang Wilayah Timur.
5. Keluaran/Output
a. Dilaksanakan tanggal 27-30 Mei 2015.
b. Pertemuan dihadiri sebanyak 104 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat dan
daerah yang berasal dari 15 provinsi dan 2 kabupaten, yaitu: Provinsi Bali, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua,
Kabupaten Bima dan Tapin.
c. Acara diawali dengan laporan ketua pelaksana dilanjutkan sambutan selamat
datang oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura yang
diwakili Kabid Hortikultura, dilanjutkan dengan sambutan dan pembukaan secara
resmi oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat,
dlanjutkan pengarahan oleh Direktur Jenderal Hortikultura, Dukungan Manajemen
Pelaksanaan APBN-P 2015 oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura,
Pemaparan dari Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat, E-Katalog dan e-
Purchasing oleh LKPP, Penumbuhan/Penguatan Penangkar Benih Bawang Merah,
Rambu-rambu Gerakan Pengendalian OPT serta pengawalan dan pengawasan
kegiatan APBN-P 2015.
d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Pengembangan Kawasan Cabai dan Bawang Saat Musim Kering, yang
disampaikan Direktur Jenderal Hortikultura.
2) Dukungan Aspek Manajemen Pada Kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan
Sekretaris Dirketorat Jenderal Hortikultura.
3) Persiapan pelaksanaan kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan oleh Dinas
Pertanian Provinsi Kalimantan Barat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 579
4) E-katalog dan e-purchasing, yang disampaikan perwakilan Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
5) Penumbuhan/Penguatan Penangkar Benih Bawang Merah, yang disampaikan
Direktur Perbenihan Hortikultura.
6) Rambu-rambu Gerakan Pengendalian OPT, yang disampaikan Direktur
Perlindungan Hortikultura.
7) Pengawalan dan Pengawasan Kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan
Inspektur I , Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian.
8) Pedoman Administrasi Keuangan dan Perlengkapan APBN-P 2015, yang
disampaikan Kabag Keungan dan Perlengkapan
9) Pedoman Penggangaran dalam APBN-P 2015-Sosialisasi Pokok-pokok
Perubahan Revisi Anggaran TA 2015, yang disampaikan Kanwil Ditjen
Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Selaatan.
10) Pelaksanaan APBN-P Hortikultura 2015, yang disampaikan Direktur Budidaya
dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
6. Hasil/Outcome
Petugas dari lokasi kawasan pengembangan cabai dan bawang merah mendapatkan
tambahan pengetahuan tentang Pedoman Teknis Pengembangan Cabai dan Bawang
Saat Musim Kemarau.
7. Manfaat/Benefit
Pengembangan cabai dan bawang saat musim kemarau dapat dilaksanakan sesuai
rencana dan berhasil baik dengan mengacu pada Pedoman Teknis.
8. Dampak/Impact
Produksi cabai dan bawang meningkat dengan mutu lebih baik terutama saat produksi
menurun di saat musim hujan.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Kegiatan APBN-P 2015 memerlukan upaya khusus, bukan safety palyer. Untuk itu
langkah-langkah yang harus segera dilakukan oleh Provinsi maupun kabupaten
agar segera dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsip pemanfaat dana
yang efisien, tertib dan taat aturan serta dilakukan percepatan realisasi anggaran
untuk mengungkit penyerapan anggaran hortikulturra.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 580
9.2. Saran
a. Bagi daerah yang hanya mendapatkan dana alokasi APBN-P 2015 untuk
komoditas cabai merah dan cabai rawit, maka kegiatan sudah bisa
dilaksanakan dengan mengubah redaksi sarana irigasi sederhana menjadi
sarana irigasi hemat air.
b. Daerah yang mendapatkan alokasi dana bawang merah, perlu dilakukan: 1)
menyiapkan surat permintaan persetujuan dari Dinas Pertanian
Provinsi/Kabupaten/Kota kepada Dirjen Horti untuk merevisi output kegiatan,
2) Dari pusat akan segera membalas surat persetujuan yang diminta daerah
pada tanggal 19 Mei 2015 dan selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2015 surat
tersebut harus sudah diterima oleh daerah.
PERTEMUAN PENINGKATAN KAPABILITAS PETANI DAN PETUGAS DI 8 KABUPATEN/
KOTA (MEDAN, BANDUNG, SURABAYA, JAYAPURA, PALEMBANG, BALIKPAPAN,
BALI DAN MAKASSAR)
1. Latar Belakang
Cabai dan bawang merah memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar,
meskipun sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena
memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan fundamental pada cabai adalah
pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang
mengakibatkan harga jatuh, sementara bawang merah hanya dapat ditanam pada
musim-musim tertentu karena bergiliran tanam dengan padi dan tanaman pangan
lainnya.
Hal tersebut mengharuskan kita untuk membuat terobosan budidaya cabai sepanjang
tahun terutama pada musim kering, sementara bawang merah perlu penguatan
intensifikasi di sentra-sentra produksi di pulau Jawa dan pengembangan baru di luar
pulau Jawa.
Salah satu strategi pemenuhan kebutuhan cabai dan bawang merah dalam negeri dan
menekan gejolak inflasi nasional, yaitu melalui pengembangan kawasan aneka cabai
pada bulan bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi dengan
pengairan yang lebih intensif menggunakan sistem irigasi sederhana, penggunaan
plastik mulsa, penggunaan benih bermutu, pemanfaatan agensia hayati dan
penggunaan varietas toleran pada musim hujan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 581
Umumnya petani memiliki sumber air (sumur, embung, sungai, mata air, dll), tetapi tidak
memiliki pompa untuk mengambil dan menyalurkan air kelahan pertanaman. Oleh
karena itu perlu pemberian fasilitas irigasi sederhana untuk membantu petani
memelihara tanaman cabai dan bawang merah pada musim kering dan sarana produksi
lainnya agar petani tetap berproduksi sepanjang musim. Dengan demikian diharapkan
produksi cabai dan bawang merah dapat tersedia merata sepanjang tahun dan dapat
menjaga keseimbangan suply demand, mengurangi tingkat inflasi nasional.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Mensosialisasikan informasi teknologi budidaya cabai musim kering dan bawang
merah serta informasi lainnya yang berkaitan dalam mendukung pengembangan
kawasan tanaman sayuran APBN-P 2015.
2.2. Sasaran
Tersosialisasikannya informasi teknologi budidaya cabai dimusim kering dan
bawang merah serta informasi pendukung lainnya kepada para pelaksana
kegiatan pengembangan kawasan tanaman sayuran APBNP 2015.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 1.916.426.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 1.864.371.700,-
3.3. Informasi Teknologi yang disampaikan berupa teknologi budidaya cabai
3.4. dan bawang merah dengan penerapan PHT dan ramah lingkungan serta irigasi
tetes di musim kering.
3.5. Sarana Penunjang yang diberikan berupa tas dan flashdisk kepada seluruh
3.6. peserta.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petugas dan Petani APBN-P 2015
dilaksanakan sebanyak 8 kali yaitu di Medan, Bandung, Surabaya, Jayapura,
Palembang, Balikpapan, Bali Dan Makassar dengan rincian sebagai berikut:
4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.
4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka
Peningkatan Kapabilitas Petugas dan Petani untuk daerah penerima APBN-P
2015
4.3. Belanja Perjalanan Biasa digunakan untuk perjalanan dalam rangka Peningkatan
Kapabilitas Petugas dan Petani untuk daerah penerima APBN-P 2015.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 582
4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan
transport dan uang saku peserta Peningkatan Kapabilitas Petugas dan Petani
untuk daerah penerima APBN-P 2015
5. Keluaran/Output
5.1. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Medan
a. Dilaksanakan tanggal 15-17 September 2015.
b. Pertemuan dihadiri sebanyak 85 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat
dan daerah yang berasal dari petugas provinsi/Kab/Kota dan kelompok tani
yang mendapatkan dana tugas Pembantuan kegiatan pengembangan
kawasan sayuran APBN-P TA. 2015 melalui pengembangan cabai di musim
kering dan pengembangan bawang merah, yaitu: Dinas Pertanian Provinsi
Sumatera Utara, Petugas lapang Kab. Aceh Tengah, Aceh Besar, Langkat,
Simalungun, Asahan, Samosir, Solok Selatan, Solok, Tanah Datar, Pesisir
Selatan, Agam, Padang Pariaman, Limapuluh Kota, Siak, Rokan Hilir,
Pekanbaru, Bengkalis dan Kampar serta anggota kelompok tani penerima
APBN-P 2015 di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Sumatera Barat.
c. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka
pertemuan oleh Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara
mewakili Kepala Dinas, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan sekaliguas
membuka secara resmi oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan
Tanaman Obat Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemaparan materi mulai
dari aspek manajemen produksi, aspek manajemn pasar dan budidaya dan
pascapanen cabai dan bawang merah.
d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Tinjauan Aspek Manajemen Produksi Cabai dan Bawang Merah di
Sumatera Utara, yang disampaikan oleh perwakilan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
2) Budidaya Cabai dan Bawang Merah dengan Penerapan PHT dan Ramah
Lingkungan, yang disampaikan perwakilan Fakultas Pertanian Universitas
Andalas.
3) Dukungan Teknologi Budidaya dan Pascpanen Cabai dan Bawang
Merah, yang disampaikan Peneliti Cabai dan Bawang Merah dari Balai
Pengkajian dan Teknologi Pertanian Provinsi Sumatera Utara.
5.2. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di
Bandung
a. Dilaksanakan tanggal 21-23 September 2015.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 583
b. Pertemuan dihadiri sebanyak 140 orang peserta yang terdiri dari peserta
pusat dan daerah yang berasal dari petugas provinsi/Kab/Kota dan kelompok
tani yang mendapatkan dana tugas Pembantuan kegiatan pengembangan
kawasan sayuran APBN-P TA. 2015 melalui pengembangan cabai di musim
kering dan pengembangan bawang merah, yaitu: Dinas Pertanian Provinsi
Jawa Barat, petugas lapang Kab. Ciamis, Kota Tasik, Tasikmalaya, Garut,
Bandung, Bandung Barat, Cianjur, Sukabumi, Majalengka, Cirebon,
Indramayu, Bogor, Kuningan, Serang, Pandeglang, Lebak, Sragen,
Karanganyar, Wonogiri, Rembang, Grobogan, Kebumen, Purbalingga,
Banjarnegara, Tegal, Kota Salatiga, Semarang, Kota Semarang, Pati, Demak,
Magelang dan Temanggung serta anggota kelompok tani penerma APBN-P
2015 di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah Acara diawali dengan sambutan
selamat datang sekaligus membuka pertemuan oleh Sekretaris Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat mewakili Kepala Dinas,
dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan sekaligus membuka secara resmi
oleh Dr. Ir Yul Harry Bahar mewakili Direktur Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat. Setelah itu acara dilanjutkan dengan
pemaparan materi mulai dari aspek manajemen produksi, aspek manajemen
pasar serta budidaya dan pascapanen cabai dan bawang merah.
c. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kajian Penerapan Irigasi Tetes pada Tanaman Cabai dan Bawang
Merah, yang disampaikan oleh peneliti Balai Pengkajian dan Teknologi
Pertanian Provinsi Jawa Barat.
2) Aspek Manajemen Pasar Cabai dan Bawang Merah/Rantai Pasok dan
Pemanfaatan Teknologi Informasi, yang disampaikan perwakilan Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada.
3) Pengaturan Ketersediaan Sepanjang Tahun, yang disampaikan oleh Prof
Dr. Sobir dari Institut Pertanian Bogor.
5.3. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di
Surabaya
a. Dilaksanakan tanggal 14 – 16 September 2015.
b. Pertemuan dihadiri sebanyak 79 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat
dan daerah yang berasal dari petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Jawa Timur, petugas Kab/Kota dan kelompok tani yang
mendapatkan dana tugas Pembantuan kegiatan pengembangan kawasan
sayuran APBN-P TA. 2015 melalui pengembangan cabai di musim kering
dan pengembangan bawang merah, yaitu: Dinas Pertanian Kabupaten
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 584
Gresik, Banyuwangi, Situbondo, Nganjuk, Jombang, Lamongan, Sumenep,
Ngawi, Bondowoso, Trenggalek, Magetan, Pacitan, dan Probolinggo.
c. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka
pertemuan oleh Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Jawa Timur mewakili Kepala Dinas, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan
sekaligus membuka secara resmi oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemaparan
materi mulai dari aspek manajemen produksi, aspek manajemen pasar dan
budidaya dan pascapanen cabai dan bawang merah.
d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Pengelolaan Pola Produksi dan Penguatan Kelembagaan pada Bawang
Merah dan Cabai (Dr. Ir. M. Dawam Maghfoer, MS., Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya).
2) Tinjauan Aspek Manajemen Produksi dan Aspek Manajemen Pasar pada
Cabai dan Bawang Merah di Jawa Timur (Sujarwo, SP., MP., Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya).
3) Teknologi Unggulan Cabai dan Bawang Merah (Dr. Ir. Tri Sudaryono,
MS., Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian Provinsi Jawa Timur).
5.4. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di
Jayapura
a. Dilaksanakan tanggal 21-23 September 2015.
b. Pertemuan dihadiri sebanyak 40 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat
dan daerah yang berasal dari petugas provinsi/Kab/Kota dan kelompok tani
yang mendapatkan dana tugas Pembantuan kegiatan pengembangan
kawasan sayuran APBN-P TA. 2015 melalui pengembangan cabai di musim
kering dan pengembangan bawang merah, yaitu: Dinas Tanaman Pangan
dan Hortikultura Provinsi Papua, Kabupaten Jayapura, Biak Numfor,
Jayawijaya, Merauke, Manokwari, Sorong, Kota Sorong, Fakfak, Seram
Bagian Barat, Ternate, serta anggota kelompok tani penerma APBN-P 2015
di Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Selatan.
c. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka
pertemuan oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Papua, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan oleh Lilis Suhaeti, SP.
mewakili Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemaparan materi mulai dari aspek
manajemen produksi, aspek manajemen pasar serta budidaya dan
pascapanen cabai dan bawang merah.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 585
d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Aspek Manajemen Produksi dan Manajemen Pasar Cabai dan Bawang
Merah (Dr. Ir. Ihwan Tjoli, MP., Universitas Papua).
2) Tinjauan Aspek Budidaya dan Pascapanen Cabai dan Bawang Merah
(Dr. Ir. Martina Sri Lestari, MP. dan Arifudin Kasim, SP., Balai Pengkajian
dan Teknologi Pertanian Provinsi Papua).
5.5. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di
Palembang
a. Dilaksanakan selama 3 hari, mulai tanggal 21 - 23 September 2015.
b. Pertemuan dihadiri sebanyak 58 orang yang berasal dari petugas dan petani
dari Kabupaten Banyuasin; Musi Banyuasin; Lubuk Linggau; Musi Rawas;
Ogan Komering Ilir; Kaur; Kepahiang; Rejang Lebong; Lebong; Lampung
Selatan; Tanggamus; Lampung Barat; Pesawaran; Lampung Tengah, Bangka
Tengah; dan Bangka Barat, serta Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat.
c. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka
pertemuan oleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Sumatera Selatan yang disampaikan oleh Bapak Erwin Noorwibowo,
selaku Pelaksana Tugas (Plt) dilanjutkan dengan pengarahan Direktur
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat yang disampaikan
oleh Kasubdit Pascapanen Daun dan Bunga Potong Direktorat Florikultura.
d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Inovasi Teknologi Budidaya dan Pascapanen Cabai dan Bawang Merah.
2) Pola Produksi dan Budidaya Bawang Merah serta Cabai Merah di Musim
Kemarau.
3) Manajemen Pemasaran Cabai dan Bawang Merah.
5.6. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di
Balikpapan
a. Dilaksanakan di Asrama Haji Embarkasi Kota Balikpapan pada tanggal 16 –
18 September 2015.
b. Pertemuan dihadiri peserta berasal dari Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan
Timur, Dinas Pertanian Kabupaten Berau, Paser, Penajam Paser Utara, Kubu
Raya, Landak, Sanggau Penajam, Tanah Bumbu, Tanah Laut, Tapin,
Tabalong, Barito Utara, Kapuas, Kotawaringin Timur, Kota Baru, Banjar Baru
dan Kota Palangkaraya Penyuluh dan Petani Penerima APBN-P Hortikultura
TA 2015 dengan jumlah peserta sebanyak 50 orang. Narasumber yang
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 586
mengisi pertemuan berasal dari Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman,
Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian Provinsi Kalimantan Timur.
c. Pembukaan Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petugas dan Petani APBN-P
2015 dimulai dengan sambutan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Kalimantan Timur dalam hal ini di wakilkan oleh Kepala Bidang
Hortikultura, Bapak M Alimudin. dilanjutkan dengan pengarahan Direktur
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat yang dibacakan oleh
Kasubdit Budidaya Tanaman Obat dan Jamur.
d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Penjelasan kegiatan APBN-P 2015 dan sosialisasi GAP sayuran.
2) Sistem Perencanaan Produksi Pertanian dan Manajemen Pemasaran
Hasil Pertanian.
3) Budidaya Cabai dan Bawang Merah Secara Ramah Lingkungan Di
Musim Kering/Kemarau.
5.7. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Bali
a. Dilaksanakan tanggal 15-17 September 2015.
b. Pertemuan dihadiri sebanyak 40 orang peserta yang terdiri dari Petugas dan
Petani Penerima Bantuan APBN-P 2015 Propinsi Bali dan Nusa Tenggara
(Kabupaten Bangli, Tabanan, Buleleng, Propinsi NTT, Kabupaten Kupang,
Propinsi NTB, Kabupaten Bima, Kabupaten Lombok Timur).
c. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka
pertemuan oleh Ir. Komang Ardana, M.Si. (Sekretaris Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Bali) dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan dari
Kepala Sub Direktorat Dampak Iklim dan Persyaratan Teknis, Direktorat
Perlindungan Ditjen Hortikultura.
d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kesiapan Petani dan Petugas dalam rangka Pelaksanaan Kegiatan
APBN-P di Bali oleh Ir. Irwan Adam (Kasubdit Dampak dan Iklim,
Direktorat Perlindungan Ditjen Hortikultura).
2) Tinjauan Aspek Manajemen Produksi dan Aspek Manajemen Pasar pada
Cabai dan Bawang Merah di Jawa Timur oleh Prof. Dr. Ir. Dwi
Darmawan, M.P. (Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Udayana).
3) Budidaya dan Pascapanen Cabai dan Bawang Merah oleh Nyoman
Ngurah Arya, S.P. M.Agr. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi
Bali).
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 587
5.8. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di
Makassar
a. Dilaksanakan tanggal 21-23 September 2015.
b. Pertemuan dihadiri sebanyak 40 orang peserta yang terdiri dari Kepala Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan
(Kabupaten Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Gowa, Enrekang, Pinrang,
Luwu, Tana Toraja, Maros, Bone, Sinjai, Barru dan Sopeng), Kepala Dinas
Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara (Kabupaten Minahasa),
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah (Kabupaten Donggala,
Parigi Moutung,Palu, Sigi), dan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan
Provinsi Sulawesi Tenggara (Kabupaten Kolaka Utara, dan Kolaka Timur),
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo
(Kabupaten Pohuwato, Boalemo, Gorontalo, dan Kota Gorontalo).
c. Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka
pertemuan oleh Sekretaris Dinas Pertanian Propinsi Sulawesi Selatan
dilanjutkan dengan kegiatan Pengarahan oleh Ir. Cahyaniati, M.Si (Direktorat
Perlindungan).
d. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kesiapan Petani dan Petugas dalam rangka Pelaksanaan Kegiatan
APBN-P di Bali oleh Ir. Cahyaniati, M.Si. (Direktorat Perlindungan Ditjen
Hortikultura).
2) Tinjauan Aspek Manajemen Produksi dan Aspek Manajemen Pasar pada
Cabai dan Bawang Merah di Sulawesi Selatan oleh Dr. Ir. Darwis Ali,
M.P. (Universitas Hasanuddin).
3) Budidaya dan Pascapanen Cabai dan Bawang Merah oleh Ir. Nurjanani,
M.Si. (BPTP Provinsi Sulawesi Selatan).
6. Hasil/Outcome
Petugas dan petani dari lokasi kawasan pengembangan cabai dan bawang merah
mendapatkan tambahan pengetahuan dan ketrampilan penerapan dimulai dari
manajemen produksi, penerapan budidaya yang baik (GAP) dan penanganan
pascapanen yang baik (GHP).
7. Manfaat/Benefit
Pengembangan sayuran dapat dilakukan oleh petani secara lebih baik, yang mengacu
pada penerapan GAP/GHP/SOP sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan
lingkungan, terutama dalam penggunaan pestisida
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 588
8. Dampak/Impact
Produksi sayuran meningkat dengan mutu lebih baik sehingga menambah pendapatan
dan kesejahteraan petani dan kelestarian lingkungan tetap terjaga.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di
Medan dan Bandung
1) Semua jenis sayuran sama akan terserang penyakit tetapi yang lebih
rentan yakni di cabai (struktur daun yang berbulu, tebal dan besar seperti
di terong lebih tahan dalam serangan OPT dibandingkan dengan
tanaman yang memiliki struktur daun kecil, dan tipis seperti cabai).
2) Petani harus menjadi penentu kebijakan sehingga kedaulatan bisa
terwujud, diantaranya melalui 2 cara yaitu:
Pemerintah, harus melakukan kebijakan ekonomi yang berpihak
kepada petani yang bisa mendorong maju dan berkembangnya
usaha petani seperti: 1) menghindari harga jatuh agar harga tetap
stabil dengan melakukan pendampingan dan pembinaan untuk
proses kemitraan dengan perusahaan pengolahan/riteal sedangkan
keberlangsungannya diserahkan kepada petani/kelompok tani, 2)
kegiatan koordinasi pengaturan pola tanam dengan 23 provinsi
sentra stiap tahun, 3) menyelenggarakan operasi pasar di saat harga
naik dan turun, untuk menjaga keseimbangan supplay dan demand,
diantaranya dengan melakukan operasi pasar bekerjasama dengan
BULOG dimana produk petani dibeli Bulog, 4) menyusun harga
referensi sayuran (seperti cabai dan bawang merah) yang melibatkan
perguruan tinggi dan stakeholders, 5) fasilitasi informasi pasar (PIP)
baik di tingkat produsen, pasar dan konsumen.
Petani, adanya komitmen dan kreatifitas petani/kelompok tani
terhadap produknya dengan penerapan GAP/GHP, jangan selalu
mengandalkan bantuan pemerintah sehingga produk yang dihasilkan
memiliki keunggulan baik dari kualitas, kuantitas dan kontinuitas
yang bisa bersaing dengan produk luar negeri serta memiliki
kepentingan yang sama dan amanah dalam penguatan kelembagaan
sehingga memiliki posisi tawar yang kuat dalam melakukan
kemitraan dengan perusahaan pengolahan/riteal.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 589
3) Perlu peningkatan dan perbaikan perilaku penggunaan pupuk organik
dan anorganik serta pestisida agar sesuai dengan petunjuk Indo-GAP,
agar produk yang dihasilkan aman konsumsi, bermutu dan lahan tetap
terjaga kesuburannya dan lingkungan tetap lestari.
4) Pentingnya pengaturan pola produksi di setiap daerah agar produksi
terutama bawang merah dan cabai merata setiap bulan sepanjang tahun
sehingga tingkat inflasi bisa ditekan.
b. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di
Surabaya dan Jayapura
1) Pada aspek budidaya, sebagian besar petani cabai dan bawang merah
telah menerapkan teknologi budidaya yang baik untuk menghasilkan
produktivitas yang tinggi. Kecuali dalam hal pengendalian OPT secara
ramah lingkungan, petani harus lebih banyak memperoleh sosialisasi dan
pelatihan agar dapat menerapkan praktek pengendalian OPT ramah
lingkungan. Selain itu, petani harus lebih disupport dalam aspek
manajemen produksi, kelembagaan dan pemasaran.
2) Institusi Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian siap mendukung
keberhasilan program pengembangan cabai dan bawang merah di musim
kering/kemarau berupa bantuan pendampingan, technical assistance,
dan dukungan teknologi.
3) Untuk memenuhi ketersediaan cabai dan bawang merah setiap saat,
pemerintah telah melaunching berbagai program dan kebijakan. Program
pemerintah tersebut tidak akan berhasil tanpa dukungan dari semua
pihak terutama petani sebagai pelaku di lapangan. Petani yang terpilih
sebagai penerima bantuan APBN dan APBN-P harus berkomitmen untuk
menerapkan jadwal tanam sesuai yang telah dirancang, siap bermitra
dengan industri dan siap dibeli hasil panennya oleh BULOG pada saat
gejolak harga pasar terjadi.
c. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di
Palembang dan Balikpapan
1) Perguruan tinggi khususnya Fakultas Pertanian dapat melakukan
penelitian aplikasi teknologi budidaya hemat air khususnya komoditas
sayuran.
2) Ketersediaan benih bawang merah masih terbatas hal ini mengakibatkan
ongkos produksi jadi tinggi sehingga petani yang berbudidaya bawang
merah hanya petani yang bermodal besar. Beberapa varietas bawang
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 590
merah masih dalam uji lokasi oleh BPTP Kalimantan Timur agar dapat
dibudidayakan oleh petani.
3) Implementasi teknologi dalam budidaya bawang merah dapat dilakukan
dengan penggunaan VUB Sembrani, Maja dan Trisula (toleran curah
hujan tinggi); Pengembangan model perbenihan dengan biji botani/TSS
seperti VUB TSS Agrihorti 1 dan 2 yang dilepas pada tahun 2015; Instore
Drying; Pemasangan perangkap OPT; Pemasangan perangkap kuning
(trips, kutu daun, kutu kebul dan tungau); Pemasangan Feromon Sex
untuk hama ulat; Budidaya dalam rumah kasa untuk mengurangi
serangan OPT dengan tumpangsari dan tumpanggilir.
4) Salah satu langkah dalam pengembangan agribisnis cabai dan bawang
merah adalah dengan penerapan e-commerce yang diharapkan dapat
memberikan dampak positif bagi keberlangsungan usaha agribisnis.
d. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Bali
dan Makassar
1) Sosialisasi penerapan budidaya yang baik melalui penerapan GAP dan
GHP Sayuran dan Tanaman Obat di tingkat petani masih perlu
dilaksanakan dalam rangka peningkatan kompetensi pelaku usaha
sehingga menghasilkan produk yang aman konsumsi, bermutu baik,
ramah lingkungan dan berdaya saing.
2) Beberapa hasil inovasi terkait teknologi pascapanen diharapkan dapat
diadopsi oleh petani/ kelompoktani sehingga teknologi yang dihasilkan
dapat dimnafaatkan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu, nilai
tambah dan saya saing produk.
3) Perlu dukungan dari perguruan tinggi dan BPTP Provinsi dalam rangka
mendukung pelaksanaan kegiatan sehingga inovasi teknologi yang sudah
ada dapat disosialisasikan ke petani dan petugas lapang.
4) Perlu koordinasi persiapan pelaksanaan kegiatan antar dinas pertanian
provinsi dan dinas pertanian kabupaten terkait kesesuaian waktu bantuan
diterima petani dan waktu dan pola tanam petani sehingga jenis bantuan
yang diberikan pemerintah tepat waktu, tepat guna dan tepat sasaran.
9.2. Saran
a. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di
Medan dan Bandung
1) Perlu dilakukan sosialisasi baik oleh Dinas Pertanian setempat maupun
pusat kepada petani/kelompok tani/Gapoktan tentang penerapan
budidaya yang ramah lingkungan dengan memperbanyak penggunaan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 591
pupuk organik yang telah dicampur agensia hayati, aplikasi pestisida
melalui penerapan PHT, agar produk yang dihasilkan aman konsumsi,
bermutu dan lahan tetap terjaga kesuburannya untuk mendukung
produksi sayuran.
2) Mendorong penumbuhan dan penguatan penangkar-penangkar baru
dan swadaya yang bisa menghasilkan benih unggul lokal (seperti ada
benih lokal cabai jenis merah besar di Limapuluhkota yang bisa tumbuh
sampai 3 meter dengan buah yang cukup lebat) didorong untuk
diproses menjadi benih bersertifikat dengan tingkat kemurniannya yang
harus terus dijaga.
3) Kerjasama dengan BMKG agar semua orang mengetahuinya (adanya el
nino, anomali iklim dll) terutama yang bisa diakses petani. Diusulkan
untuk mengundang BMKG pada pertemuan-pertemuan tertentu di saat
penentuan pola tanam.
4) Hortikultura ke depan lebih fokus di lahan darat/marjinal, air yang
dikumpulkan/embung, tidak terganggu oleh pengembangan pangan
yang ada di sawah.
5) Data produksi sayuran yang sudah ada di pihak pusdatin atau dinas
agar segera disosialisasikan dan diberitahukan kepada petani secara
berkala agar petani mengetahui daerah mana saja yang lagi panen atau
over dan daerah mana saja yang defisit dalam pemenuhan produksi
sayuran terutama cabai dan bawang merah.
b. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di
Surabaya dan Jayapura
1) Petugas dan petani penerima manfaat bantuan APBN-P diharapkan
melanjutkan program kegiatan yang belum terselesaikan sesegera
mungkin sesuai target yang telah ditetapkan. Hasil pelaksanaan
kegiatan APBN-P agar selalu dimonitor, dievaluasi dan dilaporkan oleh
petugas Dinas ke Pusat.
2) Diperlukan sosialisasi baik oleh Dinas Pertanian setempat maupun
pusat kepada petani/kelompok tani/Gapoktan tentang penerapan
budidaya yang ramah lingkungan dengan memperbanyak penggunaan
pupuk organik yang telah dicampur agensia hayati, aplikasi pestisida
melalui penerapan PHT, agar produk yang dihasilkan aman konsumsi,
bermutu dan lahan tetap terjaga kesuburannya untuk mendukung
produksi sayuran.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 592
3) Diperlukan penumbuhan dan penguatan penangkar-penangkar baru
dan swadaya yang bisa menghasilkan benih unggul lokal didorong
untuk diproses menjadi benih bersertifikat dengan tingkat kemurniannya
yang harus terus dijaga.
c. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di
Palembang dan Balikpapan
1) Fakultas Pertanian (Faperta) dapat mempublikasikan dan melakukan
pembinaan secara intensif kepada petani bekerjasama dengan dinas
pertanian di masing-masing provinsi, kabupaten/kota. Perlu dibangun dan
ditingkatkan hubungan kerjasama antara petani, peneliti perguruan tinggi
dan dinas pertanian dalam hal transfer teknologi dan informasi budidaya
sehingga petani dapat mengaplikasikan teknologi baru dan sederhana
dalam meningkatkan produksi yang dihasilkan.
2) Dilakukan pendampingan dan pembinaan kepada petani yang berminat
menjadi petani penangkar benih, hal ini agar ketersediaan benih bawang
merah dapat di sediakan di lokasi pertanaman
3) Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kerjasama antara petani,
peneliti perguruan tinggi dan dinas pertanian dalam hal transfer teknologi
dan informasi budidaya sehingga petani dapat mengaplikasikan teknologi
baru dan sederhana dalam meningkatkan produksi. Mengingat manfaat
yang dirasakan oleh para peserta pertemuan, maka kegiatan ini perlu
dilaksanakan secara rutin setiap tahun, serta cakupan peserta diperluas
ke daerah potensial lainnya.
d. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Bali
dan Makassar
1) Perlu dilakukan sosialisasi Permentan Nomor 48/ Permentan/ OT.140/
10/2009 tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur yang Baik kepada
petugas dan pelaku usaha/petani sayuran khususnya kepada petani
bawang merah dan petani cabai yang masih kategori petani pemula
sehingga petani sebagai kelompok penerima bantuan dapat memahami
teknik budidaya yang benar dan dapat diterapkan di lokasi
pengembangan APBN-P.
2) Perlu dukungan petugas, khususnya penyuluh pertanian dalam rangka
pembinaan dan pendampingan pelaksanaan kegiatan APBN-P 2015
kepada para petani bawang merah dan cabai sehingga produksi dan
produktivitas yang dihasilkan optimal dan dapat meminimalkan terjadinya
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 593
gejolak harga cabai dan bawang merah yang cukup tinggi di beberapa
provinsi serta pemerataan ketersediaan pasokan sepanjang tahun.
PELAKSANAAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) ABPN-P
1. Latar Belakang
Cabai dan bawang merah memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar,
meskipun sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena
memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan fundamental pada cabai adalah
pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang
mengakibatkan harga jatuh, sementara bawang merah hanya dapat ditanam pada
musim-musim tertentu karena bergiliran tanam dengan padi dan tanaman pangan
lainnya.
Hal tersebut mengharuskan kita untuk membuat terobosan budidaya cabai sepanjang
tahun terutama pada musim kering, sementara bawang merah perlu penguatan
intensifikasi di sentra-sentra produksi di pulau Jawa dan pengembangan baru di luar
pulau Jawa.
Salah satu strategi pemenuhan kebutuhan cabai dan bawang merah dalam negeri dan
menekan gejolak inflasi nasional, yaitu melalui pengembangan kawasan aneka cabai
pada bulan bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi dengan
pengairan yang lebih intensif menggunakan sistem irigasi sederhana, penggunaan
plastik mulsa, penggunaan benih bermutu, pemanfaatan agensia hayati dan
penggunaan varietas toleran pada musim hujan.
Umumnya petani memiliki sumber air (sumur, embung, sungai, mata air, dll), tetapi tidak
memiliki pompa untuk mengambil dan menyalurkan air kelahan pertanaman. Oleh
karena itu perlu pemberian fasilitas irigasi sederhana untuk membantu petani
memelihara tanaman cabai dan bawang merah pada musim kering dan sarana produksi
lainnya agar petani tetap berproduksi sepanjang musim. Dengan demikian diharapkan
produksi cabai dan bawang merah dapat tersedia merata sepanjang tahun dan dapat
menjaga keseimbangan suply demand, mengurangi tingkat inflasi nasional.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 594
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Teridentifikasinya masalah dan solusi pemecahan dalam kegiatan pengembangan
kawasan tanaman sayuran APBN-P 2015 melalui pengembangan cabai dan
bawang merah di musim kering.
2.2. Sasaran
Terpecahkannya masalah yang timbul dalam kegiatan pengembangan kawasan
tanaman sayuran APBN-P 2015 melalui pengembangan cabai dan bawang merah
di musim kering.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp 108.442.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 108.442.000,-
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) APBN-P dilaksanakan di Bogor dengan rincian
sebagai berikut :
Belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota digunakan untuk akomodasi dan
konsumsi, serta perjalanan pelaksanaan pertemuan.
5. Keluaran/Output
5.1. Dilaksanakan tanggal 10-11 September 2015.
5.2. Pertemuan dihadiri sebanyak 40 orang yang terdiri dari tim pendamping, tim
pendukung, perguruan tinggi, dan petugas Provinsi/Kab/Kota yang mendapatkan
tugas pembantuan kegiatan pengembangan kawasan tanaman sayuran APBN-P
2015 melalui pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.
6. Hasil/Outcome
Meningkatnya pemahaman atau kesamaan persepsi para pelaksana Focus Group
Discussion Pengembangan kawasan tanaman sayuran APBN-P 2015 melalui
pengembangan cabai dan bawang di musim kering.
7. Manfaat/Benefit
Pelaksanaan kegiatan Focus Group Discussion Pengembangan kawasan tanaman
sayuran Tanaman Obat Berkelanjutan dapat berjalan efektif dan efisien.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 595
8. Dampak/Impact
Meningkatnya produksi, produktivitas, mutu, daya saing, nilai tambah dan pendapatan
petani sayuran khususnya cabai dan bawang merah.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Permasalahan budidaya dan pascapanen cabai dan bawang merah yang
secara umum dihadapi oleh masing-masing daerah adalah keterbatasan
benih, serangan OPT, petani belum memahami penggunaan irigasi tetes, PH
meter, dan rain shelter, Kesulitan pengadaan starter agens hayati, dan petani
belum memahami mekanisme pasar.
b. Solusi untuk mengatasi permasalahan terkait budidaya dan pascapanen cabai
dan bawang merah adalah peningkatan pendampingan petani oleh perguruan
tinggi dan instansi terkait lainnya, pembuatan manual penggunaan dan
pemeliharaan irigasi tetes, PH meter, rain shelter, Direktorat perlindungan
mengadakan kegiatan terkait agensia hayati, penguatan kelembagaan untuk
mengatur pola tanam, pembagian aliran air, penyemaian, dan pemasaran,
serta sosialisai peluang ekspor.
9.2. Saran
a. Petani akan memperbaiki tindakan budidaya cabai dan bawang terutama
dengan mengaplikasikan teknologi baru yaitu irigasi tetes, PH meter, dan rain
shelter.
b. Menanam tanaman jagung di tepi-tepi lahan sebagai border penghalang bagi
hama tanaman sehingga dapat melindungi tanaman dari serangan OPT.
c. Petani diminta untuk mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida anorganik
buatan. Petani belum disarankan untuk berbudidaya secara organik.
d. Perguruan tinggi dan instansi pemerintah terkait meningkatkan pendampingan
petani dalam pelaksanaan gerakan tanam cabai dan bawang di musim kering.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 596
KONSOLIDASI PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG MERAH DI MUSIM KERING
1. Latar Belakang
Cabai dan bawang merah memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar,
meski demikian sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena
memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan fundamental pada cabai adalah
pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang
mengakibatkan harga jatuh, sementara bawang merah hanya dapat ditanam pada
musim-musim tertentu karena bergiliran tanam dengan padi dan tanaman pangan
lainnya.
Hal tersebut mengharuskan kita untuk membuat terobosan budidaya cabai sepanjang
tahun terutama pada musim kering, sementara bawang merah perlu penguatan
intensifikasi di sentra-sentra produksi di Pulau Jawa dan pengembangan baru di luar
Pulau Jawa.
Salah satu strategi pemenuhan kebutuhan cabai dan bawang merah dalam negeri dan
menekan gejolak inflasi nasional, yaitu melalui pengembangan kawasan aneka cabai
pada bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi melalui
kegiatan pengembangan kawasan cabai dan bawang merah di musim kering/kemarau
melalui APBN-P 2015.
Pengembangan kawasan cabai dan bawang merah di musim kering/kemarau melalui
APBN-P 2015, dilaksanakan dalam bentuk pengembangan kawasan dengan komponen
Fasilitasi Bantuan Sarana Produksi, serta fasilitas pendukungnya berupa Sekolah
Lapang GAP, Sarana Prasarana Budidaya, dan Sarana Prasarana Pascapanen pada
daerah penerima dana Tugas Pembantuan APBN-P 2015 Provinsi maupun
Kabupaten/Kota. Untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas kegiatan terhadap
pencapaian tujuan kegiatan yang telah ditetapkan, perlu dilakukan pemantauan dan
evaluasi perkembangan kegiatan di daerah.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
a. Memantau progres pelaksanaan kegiatan pengembangan cabai dan bawang
merah di musim kering di daerah penerima bantuan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 597
b. Mengidentifikasi dan mencari solusi terhadap permasalahan dan kendala
yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan cabai dan
bawang merah di musim kering.
2.2. Sasaran
Petugas Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten penerima Kegiatan APBN-P
Tahun 2015, yang terdiri dari 28 Provinsi dan 91 Kabupaten.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp 1.163.727.000,-.
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 1.163.727.000,-.
3.3. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan ini diberikan sarana penunjang
berupa pointer kepada para peserta.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Pengembangan Cabai dan Bawang Merah di Musim Kering dilaksanakan di
Bandung dengan rincian sebagai berikut :
4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang.
4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dan moderator dalam
rangka Pengembangan Cabai dan Bawang Merah di Musim Kering.
4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk akomodasi
dan konsumsi serta perjalanan pelaksanaan Pengembangan Cabai dan Bawang
Merah.
5. Keluaran/Output
5.1. Dilaksanakan tanggal 1-4 Desember 2015
5.2. Pertemuan dihadiri sebanyak 150 orang yang terdiri dari narasumber yaitu
Direktur Jenderal Hortikultura, Inspektur Itjen Kementerian Pertanian, Direktur
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Dinas Pertanian
Situbondo, dan peserta daerah yang berasal dari 28 provinsi dan 91 Kabupaten
penerima program APBNP Pengembangan Cabai dan Bawang Merah Musim
Kering Tahun 2015.
6. Hasil/Outcome
Petugas dan petani dari lokasi kawasan pengembangan cabai dan bawang merah di
musim kering mendapatkan tambahan pengetahuan dan ketrampilan penerapan dimulai
dari manajemen produksi, penerapan budidaya yang baik (GAP) dan penanganan
pascapanen yang baik (GHP).
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 598
7. Manfaat/Benefit
Pengembangan sayuran dapat dilakukan oleh petani secara lebih baik, yang mengacu
pada penerapan GAP/GHP/SOP sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan
lingkungan, terutama dalam penggunaan pestisida.
8. Hasil/Outcome
Produksi sayuran meningkat dengan mutu lebih baik sehingga menambah pendapatan
dan kesejahteraan petani dan kelestarian lingkungan tetap terjaga.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Target pertemuan konsolidasi pengembangan cabai dan bawang merah di
musim kering berupa informasi dan laporan pelaksanaan fisik telah diperoleh,
meskipun masih terdapat data yang belum lengkap. Informasi tersebut akan
dirangkum sebagai bahan laporan kepada Dirjen Hortikultura.
b. Dalam perjalanan kegiatan APBN-P banyak dinamika yang terjadi dari sisi
aturan di tingkat pusat, maupun di daerah, telah banyak pertemuan yang
dilakukan dalam rangka koordinasi, konsolidasi, sinkronisasi untuk
memperlancar kegiatan APBN-P, semoga silaturahmi dan hubungan yang
baik dapat terus berjalan. Banyak pelajaran dan nilai positif yang dapat
diambil. Keberhasilan program sangat ditentukan oleh hubungan harmonis,
mulai dari pusat, daerah, tim teknis, PPK, ULP, penyuluh, kelompoktani dan
semua pihak. Dengan komunikasi yang baik, akan cepat menyelesaikan
permasalahan yang terjadi.
c. Kegiatan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering semata-
mata bertujuan untuk kesejahteraan petani. Sikap ikhlas, jujur, dan terbuka
akan menentukan keberhasilan program.
9.2. Saran
a. Dinas pertanian provinsi dan kabupaten diharapkan fokus membantu
melakukan pengawalan secara ketat penyelesaian administrasi tahun 2015
(tinggal 15 hari lagi). Untuk realisasi penanaman yang dilakukan di bulan
Januari tidak masalah, pihak Itjen akan membuatkan laporan/rekomendasi
secara tertulis.
b. Dinas pertanian provinsi dan kabupaten diharapkan melengkapi permintaan
Data Luas tanam dan produksi bulan November – Desember 2015 untuk
melengkapi data RIPH serta data pola tanam tahun 2016 yang dirinci per
kabupaten dan kecamatan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 599
c. Dinas pertanian provinsi dan kabupaten diharapkan menyusun dan
menyerahkan laporan tertulis pelaksanaan kegiatan pengembangan cabai
dan bawang merah di musim kering secara fisik mulai dari persiapan tanam,
panen, keberhasilan, hingga dokumentasi di lapangan.
d. Dinas pertanian provinsi dan kabupaten diharapkan mencermati RKAKL
Tahun 2016, dan apabila terdapat ketidaksesuaian komoditas atau
kabupaten, segera bersurat kepada Pusat. Serta menyusun Data CPCL dan
kesanggupan alokasi pengembangan sayuran tahun 2016.
e. Persiapan kegiatan di tahun 2016 (CPCL) agar diantisipasi dari sekarang,
dikoordinasikan dengan penyuluh dan sebagainya. Tahun 2016 terdapat
peluang pengangkatan petugas PPL dan THL, POPT dsb. Kinerja THL
(catatan luas tanam, luas panen, produksi, dll) menjadi catatan untuk
diprioritaskan untuk pengangkatan.
f. Dinas pertanian provinsi dan kabupaten diharapkan menjadwalkan jadwal
tanam untuk ketersediaan cabai dan bawang merah tahun 2016, selanjutnya
dipetakan di tiap provinsi dan kabupaten.
KONSOLIDASI PENYIAPAN PENYEDIAAN CABAI
1. Latar Belakang
Cabai memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar, meski demikian
sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena memiliki
elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan fundamental pada cabai adalah
pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang
mengakibatkan harga jatuh.
Hal tersebut mengharuskan kita untuk membuat terobosan budidaya cabai sepanjang
tahun terutama pada musim kering, sementara bawang merah perlu penguatan
intensifikasi di sentra-sentra produksi di Pulau Jawa dan pengembangan baru di luar
Pulau Jawa.
Berbagai strategi dilakukan pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan cabai
dan menekan gejolak inflasi nasional, antara lain melalui pengembangan kawasan
aneka cabai pada bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi,
sinkronisasi pola produksi sayuran dan penetapan angka sasaran meliputi produksi,
luas tanam, luas panen dan produktivitas.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 600
Hasil penetapan angka sasaran tersebut harus disosialisasikan secara terbuka kepada
seluruh pihak terkait termasuk pelaku usaha cabai agar dapat mensinergikan program
dan kegiatan yang dimiliki, sehingga mendukung penyediaan cabai yang stabil
sepanjang tahun, membantu kelancaran pengelolaan rantai pasokan yang baik, dan
menjaga keseimbangan supply – demand yang berimplikasi kepada kestabilan harga.
Hingga saat ini Pulau Jawa masih menjadi sentra produksi utama komoditas cabai.
Produksi cabai di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur mengalami
surplus dan mampu memenuhi kebutuhan cabai di daerah lain di luar Pulau Jawa.
Ketika terjadi penurunan produksi cabai di Pulau Jawa akan sangat mempengaruhi
kestabilan harga cabai di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Oleh karena itu, kontinuitas
pasokan cabai harus terjaga sepanjang tahun.
Produksi cabai juga sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim. Pelaku usaha harus memiliki
wawasan tentang iklim dan dampaknya bagi usahatani cabai dan kesiapan untuk
mengantisipasi dampak iklim tersebut agar produksi cabai tetap optimal dan merata.
Maksud dari kegiatan konsolidasi penyiapan penyediaan cabai 2016 adalah untuk
menjamin ketersediaan pasokan cabai dan stabilitas harga cabai pada tahun 2016.
2. Tujuan
2.1. Tujuan
a. Mensosialisasikan angka sasaran produksi cabai tahun 2016 kepada pelaku
usaha cabai.
b. Mengkonsolidasikan para pelaku usaha cabai khususnya di Pulau Jawa
sebagai sentra produksi utama untuk mendukung penyediaan cabai yang
stabil sepanjang tahun, membantu kelancaran pengelolaan rantai pasokan
yang baik, dan menjaga keseimbangan supply – demand yang berimplikasi
kepada kestabilan harga.
2.2. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah pelaku usaha dari asosiasi petani cabai di wilayah
Pulau Jawa
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar sebesar Rp 391.310.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 391.310.000,-
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 601
3.3. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan konsolidasi penyiapan
penyediaan cabai 2016 diberikan sarana penunjang berupa tas dan jaket kepada
para peserta
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan konsolidasi penyiapan penyediaan cabai 2016 dilaksanakan di Depok dengan
rincian sebagai berikut :
4.1. Belanja bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang
4.2. Belanja jasa profesi digunakan untuk membayar honor narasumber, honor
moderator, dan honor panitia
4.3. Belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota digunakan untuk akomodasi dan
konsumsi serta biaya perjalanan.
5. Keluaran/Output
5.1. Dilaksanakan tanggal 10-12 Desember 2015
5.2. Pertemuan dihadiri sebanyak 90 orang yang terdiri dari narasumber yaitu
Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktur Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Balai Penelitian Sayuran dan peserta
daerah yang berasal dari 3 provinsi dan 23 Kabupaten yaitu :
a. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat
b. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah
c. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur
d. Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka
e. Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan
f. Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon
g. Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang
h. Dinas Pertanian Kabupaten Garut
i. Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya
j. Dinas Pertanian Kota Tasikmalaya
k. Dinas Pertanian Kabupaten Bandung
l. Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Barat
m. Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis
n. Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur
o. Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi
p. Dinas Pertanian Kabupaten Purwakarta
q. Dinas Pertanian Kabupaten Brebes
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 602
r. Dinas Pertanian Kabupaten Demak
s. Dinas Pertanian Kabupaten Pati
t. Dinas Pertanian Kabupaten Kediri
u. Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk
v. Dinas Pertanian Kabupaten Sumenep
w. Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur
5.3. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut :
a. Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2016
b. Teknologi Budidaya dan Pascapanen Cabai
c. Update dan Monitoring Informasi Iklim dan Elnino 2015 -1016
d. Studi Kesesuaian Agroklimat
6. Hasil/Outcome
Petugas dan Petani dari lokasi kawasan cabai dan bawang merah mendapatkan
informasi tentang rencana dan pola produksi tahun 2016.
7. Manfaat/Benefit
Petani dapat berproduksi dengan lebih baik, yang mengacu pada pola produksi di
tingkat nasional dan provinsi.
8. Dampak/Impact
Tersedianya cabai dan bawang merah di sepanjang tahun 2016 sehingga dapat
mencukupi kebutuhan masyarakat.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Dinas Pertanian di daerah dan pelaku usaha melakukan manajemen pola
tanam sesuai dengan angka sasaran produksi dan pengaturan pola tanam di
tingkat nasional dan provinsi untuk mengamankan produksi sehingga angka
produksi surplus pada neraca aman yaitu >3% dari angka kebutuhan.
b. Stok bawang untuk akhir tahun 2015 (natal dan tahun baru) tidak perlu
dikhawatirkan karena beberapa petani masih menyimpan hasil panennya,
selain itu pada pertengahan dan akhir Desember banyak daerah yang panen
seperti Kabupaten Demak seluas 200 Ha dan Kabupaten Enrekang.
c. Kebijakan Kementan tidak merekomendasikan impor cabai dan bawang
merah melalui RPIH harus didukung oleh data ketersediaan di lapangan dan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 603
para pelaku usaha dan asosiasi bawang merah menyatakan bahwa pasokan
bawang merah untuk bulan Januari hingga Maret 2016 mendatang aman.
d. Strategi yang dapat digunakan untuk mengamankan stok cabai adalah
melakukan manajemen produksi, teknologi produksi, penanganan
pascapanen, dan sistem penyerapan kelebihan supply oleh pemerintah.
9.2. Saran
a. Melakukan Konsolidasi yang melibatkan Pusat, Dinas Daerah dan Pelaku
Usaha pada dua tingkat pelaksanaa anggaran dan tingkat implementasi
program.
b. Dinas pertanian melaksanakan pertemuan pola tanam pada tingkat provinsi
dan kabupaten/kota.
c. Dinas pertanian di daerah diharapkan sering berkomunikasi dengan pusat
dan lebih mencermati pedoman umum serta lembar kerja supaya
pelaksanaan kegiatan berjalan lancar dan realisasi anggaran dapat
dilaksanakan.
d. Pemerintah diharapkan bekerjasama dengan bulog untuk membantu petani
pada saat harga cabai jatuh.
PERTEMUAN PEMANTAPAN CPCL PENGEMBANGAN KAWASAN CABAI DAN
BAWANG MERAH 2016
1. Latar Belakang
Berbagai strategi dilakukan pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan cabai
dan bawang merah, antara lain melalui pengembangan kawasan aneka cabai pada
bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi dan penumbuhan/
pengembangan penangkar benih bawang merah serta peningkatan kapabilitas petani
dalam melakukan budidaya dan pascapanen cabai dan bawang merah khususnya calon
petani dan calon lokasi penerima bantuan pengembangan kawasan cabai dan bawang
merah TA 2016.
2. Tujuan
2.1. Tujuan
a. Mengkonsolidasikan program pengembangan cabai dan bawang merah pada
tahun 2016 kepada petugas dinas daerah dan pelaku usaha.
b. Mendapatkan jaminan dari pelaku usaha cabai dan bawang merah untuk
membantu menstabilkan harga cabai dan bawang merah 2016 melalui
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 604
penyediaan cabai yang stabil sepanjang tahun, membantu kelancaran
pengelolaan rantai pasokan yang baik, dan menjaga keseimbangan supply –
demand.
2.2. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah petugas dinas pertanian daerah dan pelaku usaha
cabai dan bawang merah calon penerima bantuan pengembangan kawasan cabai
dan bawang merah tahun 2016.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp 1.487.954.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 933.817.050,-
3.3. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan pemantapan CPCL
pegembangan kawasan cabai dan bawang merah diberikan sarana penunjang
berupa tas dan jaket kepada para peserta
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pemantapan CPCL pegembangan kawasan cabai dan bawang merah
dilaksanakan di Makassar dengan rincian sebagai berikut :
4.1. Belanja bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang
4.2. Belanja jasa profesi digunakan untuk membayar honor honor panitia
4.3. Belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota digunakan untuk akomodasi dan
konsumsi serta biaya perjalanan peserta.
5. Keluaran/Output
5.1. Dilaksanakan tanggal 17-19 Desember 2015
5.2. Pertemuan dihadiri sebanyak 136 orang yang terdiri dari peserta pusat dan daerah
baik provinsi/kabupaten/kota yang mendapatkan program APBN-P 2015 dari
Hortikultura.
5.3. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut :
a. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Tahun 2016
b. Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat 2016
c. Pengelolaan OPT Utama Bawang Merah
d. Upaya Pemantapan Ketersediaan Benih Bawang Merah 2016
6. Hasil/Outcome
Petugas dari lokasi kawasan cabai dan bawang merah mendapatkan informasi tentang
ketentuan CPCL pengembangan cabai dan bawang pada tahun 2016.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 605
7. Manfaat/Benefit
Petugas dapat mempercepat kegiatan pengembangan cabai dan bawang pada tahun
2016.
8. Dampak/Impact
Tersedianya produksi cabai dan bawang merah secara merata sepanjang tahun 2016
sehingga dapat mencukupi kebutuhan masyarakat.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Dinas Pertanian di daerah harus berupaya mengamankan pasokan cabai dan
bawang merah periode Oktober 2015 – Maret 2016, yang didasarkan pada
prognosa kebutuhan dan produksi.
b. Langkah pengamanan bawang merah dan cabai periode Oktober 2015 -
Maret 2016 adalah manajemen dan pengaturan pola tanam dengan membuat
komitmen antara Pusat dan Dinas Pertanian Kab/Kota sentra utama bawang
merah dan cabai, refocusing kegiatan dan optimasi anggaran melalui revisi
DIPA dalam bentuk bantuan benih cabai rawit merah kepada petani untuk
mengamankan pasokan Oktober-Maret. Untuk itu perlu dilakukan pengaturan
pola produksi untuk bawang merah dan cabai.
c. Untuk melindungi produk dalam negeri melalui hambatan teknis, salah
satunya dengan Sanitary and Phyto-sanitary (SPS). SPS bertujuan untuk
melindungi kehidupan manusia, kesehatan hewan, tanaman, dan lingkungan
dari resiko masuknya bahan pangan tidak aman konsumsi dan dari masuknya
OPTK.
d. Target yang akan dicapai pada tahun 2016 adalah ketersediaan benih
bawang merah di BBH sebanyak 1.836 ton; ketersediaan benih bawang
merah di Dinas Pertanian Kabupaten untuk substitusi impor sebanyak 1.300
ton.
9.2. Saran
a. Kegiatan perlindungan hortikultura pada tahun 2016 adalah penerapan PHT,
gerakan pengendalian OPT, klinik PHT, pengembangan laboratorium
pengamatan hama dan penyakit, adaptasi dan mitigasi iklim, sertifikasi
laboratorium pengamatan hama dan penyakit, serta pencetakan pedoman
pengedalian OPT bawang merah.
b. Penguatan kelembagaan melalui pemurnian bawang merah, pemasyarakatan
benih bermutu melalui pengadaan benih sumber dan benih sebar bawang
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 606
merah, serta penumbuhan/penguatan penangkar benih bawang merah dalam
rangka mendukung kawasan pengembangan bawang merah.
c. Kegiatan pendukung lainnya adalah pemurnian benih bawang merah yang
dilakukan di 32 provinsi dengan masing-masing provinsi seluas 1 ha,
pengenalan varietas di sentra peoduksi bawang merah melalui jambore
varietas, apresiasi teknologi untuk produsen benih bawang merah, serta
pendampingan teknologi melalui penyebaran penangkar senior ke sentra-
sentra baru.
PENDAMPINGAN/ PEMBINAAN/ MONITORING PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG
DI MUSIM KERING/ KEMARAU
Perjalanan dinas dalam rangka pendampingan pembinaan/monitoring pengembangan cabai
dan bawang di musim kering/kemarau yang telah dilaksanakan ke beberapa provinsi,
diantaranya: 1) Aceh, yaitu Banda Aceh, Aceh Tengah dan Aceh Besar, 2) Sumut, yaitu
Samosir, Medan dan Simalungun, 3) Sumbar, yaitu Padang, Agam, Tanah Datar, Pesisir
Selatan, Solok Selatan, Padang Pariaman, dan Limapuluh Kota, 4) Riau, yaitu Pekanbaru,
Bengkalis, 5) Sumsel, yaitu Palembang, Musi Banyuasin, Banyuasin, Lubuk Linggau, 6)
Bengkulu, yaitu Bengkulu, Rejang Lebong, Kepahiang dan Kaur, 7) Lampung, yaitu
Pesawaran, Bandar Lampung, Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Tengah dan
Lampung Barat, 8) Bangka Belitung, yaitu Bangka Belitung, Bangka Tengah dan Pangkal
Pinang, 9) DIY, yaitu Sleman, Bantul dan Kulon Progo, 10) Jatim, yaitu Surabaya, Sumenep,
Nganjuk, Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Lamongan, Jombang, Malang, Trenggalek,
Probolinggo, Kediri, Situbondo, Jember, Banyuwangi, 11) Banten, yaitu Serang, Kota
Tangerang, Lebak, Pandeglang, 12) Jabar, yaitu Bogor, Garut, Indramayu, Kuningan,
Majalengka, Tasikmalaya, Bandung Barat, Bandung, Sumedang, Kota Cirebon, Subang,
Cianjur, Ciamis dan Sukabumi, 13) Jateng, yaitu Sragen, Wonogiri, Banyumas, Karanganyar,
Semarang, Demak, Purbalingga, Banjarnegara, Blora, Temanggung, Cilacap, Kota
Semarang, Magelang, Wonosobo, Batang dan Grobogan, 14) Bali, yaitu Badung, Denpasar,
Bangli, Tabanan dan Buleleng, 15) NTB, yaitu Kota Mataram, Lombok Timur dan Bima, 16)
NTT, yaitu Kupang dan Timor Tengah Selatan, 17) Kalbar, yaitu Pontianak dan Sambas, 18)
Kalsel, yaitu Banjarmasin, Tapin, Tabalong, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Banjarbaru, 19)
Kaltim, yaitu Samarinda, Balikpapan dan Paser, 20) Kalteng, yaitu Palangkaraya, Kapuas,
Kota Waringin, 21) Sulteng, yaitu Kota Palu, Parigi Moutong dan Donggala, 22) Sulut, yaitu
Manado, Minahasa, Minsel dan Bolmong Timur, 23) Sulsel, yaitu Sinjai, Makassar, Barru,
Sopeng, Maros, Gowa, Enrekang, Bantaeng, Pinrang dan Jeneponto, 24) Sultra, yaitu Kolaka
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 607
Utara, Kendari, Konawe dan Kolaka Timur, 25) Gorontalo, yaitu Boalemo, Pahuwato, Kota
Gorontalo dan Bone Bolango, 26) Maluku, yaitu Maluku dan Seram Bagian Barat, 27) Papua,
yaitu Biak Numfor, Jayawijaya dan Merauke, 28) Papua Barat, yaitu Fakfak, Sorong, Kota
Sorong dan Manokwari, 29) Kaltara, yaitu Bulungan.
1771.019. SARANA PRASARANA BUDIDAYA
012 FASILITASI BANTUAN
FASILITASI MESIN APPO UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN PERKOTAAN
1. Latar Belakang
Luas lahan pekarangan secara nasional sekitar 10,3 juta ha atau sekitar 14% dari
keseluruhan luas lahan potensial untuk pertanian. Namun dewasa ini terjadi kegiatan
alih fungsi lahan pertanian dihampir seluruh wilayah Indonesia yang tidak dapat
dihindarkan, luas alih fungsi lahan tersebut mencapai 10.000 ha/tahun. Dan diramalkan
lahan persawahan di Pulau Jawa akan menurun menjadi sekitar 60% pada tahun 2025.
Sehingga sektor pertanian ke depan akan lebih mengandalkan kegiatan pemanfaatan
lahan pekarangan/karang kitri sebagai upaya cepat dan mudah dalam mengatasi
kerawanan pangan bagi masyarakat umum khususnya untuk daerah perkotaan,
diharapkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan menjadi salah satu sumber
potensial penyedia bahan pangan yang dapat meningkatkan nilai gizi dan nilai ekonomi
keluarga.
Sasaran kegiatan pengembangan pertanian perkotaan adalah berkembangnya
kelompok tani atau kelompok wanita tani yang membudidayakan sayuran di lahan
pekarangan perkotaan untuk meningkatkan produksi, memenuhi kebutuhan pasar lokal
dan meningkatkan ketahanan pangan keluarga. Kelompok penerima manfaat kegiatan
pengembangan pertanian perkotaan, diarahkan mampu membuat pupuk organik sendiri
dengan memanfaatkan limbah lingkungan dan limbah keluarga untuk itu fasilitasi
peralatan mesin yang diberikan berupa APPO (Alat Pengolah Pupuk Organik)
diharapkan dapat mendukung pengembangan kawasan sayuran perkotaan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 608
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Kegiatan pertanian perkotaan (urban farming) bertujuan memfasilitasi sarana
produksi budidaya sayuran dalam rangka mewujudkan kemandirian masyarakat
yang dimulai dari pemenuhan gizi keluarga di daerah penyangga Ibukota Jakarta
melalui kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan.
2.2. Sasaran
Target/sasaran kegiatan adalah kelompok wanita tani, kelompok tani atau
gabungan kelompok tani yang membudidayakan sayuran pada lahan pekarangan
di daerah perkotaan. Rencana lokasi kegiatan pengembangan pertanian
perkotaan tahun 2015 berlokasi di Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 140.000.000.-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 96.000.000.- terdapat efisiensi dalam pengadaan
barang sejumlah Rp. 44.000.000,-
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Fasilitasi Bantuan Kepada Petani telah dilaksanakan dengan Belanja
Peralatan dan Mesin untuk diserahkan kepada masyarakat pada tanggal 1 September
2015, berupa mesin Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO) sebanyak 4 unit.
5. Keluaran/Output
Fasilitasi bantuan kepada petani diberikan kepada KWT di Kabupaten Tangerang
Selatan Sebanyak 2 unit yaitu di KWT Kenanga I di Jl. Buntu Raya Gg. Masjid Suhada
Kelurahan Cirenndeu, Kecamatan Ciputat Timur sebanyak 1 unit dan KWT Mangga II di
Jl. Menjangan I Kelurahan Pondok Ranji, Kecamatan Ciputat Timur sebanyak 1 unit.
Untuk Kota Tangerang Selatan bantuan juga diberikan sebanyak 2 unit yaitu KWT
Kemuning di Jl. Gatot Subroto Kelurahan Gandasari, Kecamatan Jatiuwung, Kota
Tangerang sebanyak 2 unit. Fasilitasi ini diserahkan kepada masyarakat agar dapat
mengembangkan pertanian perkotaan.
6. Hasil/Outcome
Tersalurnya mesin APPO kepada Kelompok Wanita Tani di Tangerang Selatan dan
Kota Tangerang untuk pengembangan petanian perkotaan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 609
7. Manfaat/Benefit
Meningkatnya produksi sayuran khususnya cabai rawit merah di pekarangan.
8. Dampak/Impact
8.1. Pemenuhan gizi atau vitamin yang sehat dan segar bagi anggota keluarga dari
lahan pekarangan sendiri;
8.2. Peningkatan keterampilan anggota kelompok tani/kelompok wanita tani dalam
berbudidaya sayuran yang ramah lingkungan;
8.3. Peningkatan nilai estetika pekarangan rumah maupun lingkungan sekitar dalam
rangka mewujudkan lingkungan tempat tinggal yang asri dan nyaman;
9. Kesimpulan dan Saran
Dengan penyerahan mesin APPO petani perkotaan semakin mampu meningkatkan
produksi dan produktivitasnya sehingga mampu menjadi daerah penyangga masyarakat
kota dalam pemenuhan kebutuhan akan produk-produk pertanian khususnya sayur-
sayuran.
1771.020. SARANA PRASARANA PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT
012 FASILITASI BANTUAN
FASILITASI KENDARAAN RODA TIGA PENGEMBANGAN PERTANIAN PERKOTAAN
1. Latar Belakang
Pengembangan kawasan budidaya jamur pangan Indonesia sebagian besar
terkonsentrasi di Pulau Jawa. Dalam pengembangan usaha agribisnis di sentra produksi
tersebut, kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan usaha agribisnis jamur
pangan Indonesia adalah efisiensi dalam produksi dan pemasaran produk yang luas.
Kondisi tersebut menuntut pelaku usaha tani untuk meningkatkan efisiensi dan
produktifitas serta pemasaran hasil produknya.
Kapasitas produksi jamur tiram saat ini rata - rata telah mencapai ± 500 gram/baglog 1,2
kg dan jamur merang sebesar 5,2 kg/m2 yang tersebar di seluruh sentra produksi jamur.
Kapasitas produksi tersebut masih dapat ditingkatkan dengan dorongan teknologi mulai
dari perbenihan, budidaya sampai panen. Khusus untuk kegiatan panen dan pemasaran
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 610
fasilitasi alat transportasi sebagai penunjang usaha produksi diharapkan dapat
meningkatkan produktifitas dan nilai jual produk yang stabil.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Fasilitasi sarana pascapanen berupa kendaraan motor roda 3 di salah satu
kawasan pengembangan jamur bertujuan untuk meningkatkan pemasaran dan
pendapatan kelompok tani.
2.2. Sasaran
Sasaran kegiatan adalah kelompok tani yang mengembangkan budidaya jamur
pangan Indonesia, khususnya kelompok yang telah memiliki unit koperasi yang
berfungsi sebagai pengelolaan produksi.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 25.000.000.-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 24.940.000,-
3.3. Informasi Teknologi : Dalam upaya meningkatkan efisiensi dalam produksi dan
pemasaran produk yang dihasilkan oleh petani jamur, kelompok tani dituntut
memiliki berbagai sarana produuksi dan pascapanen yang mampu
mengefisienkan proses yang berlangsung. Untuk itu kendaraan roda 3 sangat
diperlukan oleh kelompok tani khususnya dalam mengangkut berbagai sarana
produksi ke lahan usaha dan mengangkut sisa media tanam keluar kumbung agar
tidak terjadi kontaminasi bagi kumbung yang ada dan produk yang dihasilkan.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Fasilitasi Bantuan Kepada Petani telah dilaksanakan dengan Belanja
Peralatan dan Mesin untuk diserahkan kepada masyarakat pada tanggal 15 Desember
2015, berupa kendaraan roda 3 sebanyak 1 unit.
5. Keluaran/Output
Failitasi bantuan kepada petani berupa kendaraan roda 3 diberikan kepada Kelompok
Tani Kosakata di Jl. Serpong Terrace Blok B6 No. 16 Buaran, Kota Tangerang Selatan
Provinsi Banten sebanyak 1 unit.
6. Hasil/Outcome
Tersalurnya Kendaraan roda 3 kepada Kelompok Tani di Kota Tangerang Selatan
untuk pengembangan budidaya jamur.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 611
7. Manfaat/Benefit
Meningkatnya produksi sayuran khususnya jamur tiram di Kota Tangerang Selatan.
8. Dampak/Impact
8.1. Meningkatnya produksi jamur tiram.
8.2. Meningkatnya efisiensi waktu dan tenaga dalam berbudidaya jamur tiram.
9. Kesimpulan dan Saran
Dengan penyerahan kendaraan roda 3 petani semakin mampu meningkatkan produksi
dan produktivitasnya sehingga mampu menjadi daerah penyangga masyarakat kota
dalam pemenuhan kebutuhan akan produk-produk pertanian khususnya sayur-sayuran.
1771.021. PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN SAYURAN
1771. 021.001. PENGEMBANGAN KAWASAN SAYURAN
011 IDENTIFIKASI/KOORDINASI
PERJALANAN DALAM RANGKA KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT DAN BI
Perjalanan dinas dalam rangka koordinasi dengan instansi terkait dan BI telah dilaksanakan
ke Ciamis, Bogor, Tasikmalaya dan Kupang.
PERJALANAN DALAM RANGKA PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN CLUSTER CABAI
(BI)
Perjalanan dinas dalam rangka pembinaan dan pendampingan cluster cabai (BI) telah
dilaksanakan ke Ciamis dan Pontianak.
PERJALANAN DALAM RANGKA IDENTIFIKASI CPCL PENGEMBANGAN PERTANIAN
PERKOTAAN
Perjalanan dinas dalam rangka identifikasi CP/CL pengembangan pertanian perkotaan telah
dilaksanakan ke Kota Bogor, Bogor, Tangerang Selatan, Tangerang, dan Bekasi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 612
012. FASILITASI BANTUAN KEPADA PETANI
FASILITASI SARANA VERTIKAL GARDEN
1. Latar Belakang
Hydroponik saat ini sudah dikenal masyarakat. Masyarakat mengembangkannya
sebagai hobi di lingkungan rumahnya maupun komersial dalam jumlah besar.
Hydroponik adalah cara budidaya tanpa menggunakan media tanah. Sebagai tempat
tumbuhnya tanaman digunakan netpot, rockwool, paralon, pot, dan lain-lain yang berisi
nutrisi. Keuntungan budidaya dengan sistim hydroponik tidak membutuhkan tanah yang
sulit didapat di daerah perkotaan sehingga cocok untuk budidaya di perkotaan. Dalam
kondisi halaman rumah terbatas masyarakat tetep dapat bertanam aneka sayuran tanpa
terkendala ketersediaan tanah dan dapat disusun secara bertingkat. Dan dapat
dijadikan hiasan halaman rumah atau perkantoran. Tanaman dapat terhindar dari
penyakit tular tanah. Produk lebih bersih tidak terkena kotoran tanah.
Namun untuk mengusahakan hidroponik perlu keterampilan dalam pengaturan pH,
konsentrasi nutrisi, dan lain-lain.
Untuk lebih mengenalkan teknologi ini kepada para petugas dan masyarakat maka akan
dibuat model budidaya sayuran secara hydroponik.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Membuat model percontohan sayuran hydroponik
2.2. Sasaran
Menyediakan sarana pembelajaran budidaya hydroponik bagi petugas dan
masyarakat.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp 100.000.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 98.165.100,-
3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi
budidaya hydroponik untuk budidaya tanaman sayuran dan tanaman obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 613
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan fasilitasi sarana vertikal garden dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:
Belanja barang untuk persediaan konsumsi berupa pembelian peralatan hydroponik,
diantaranya: vertikal garden tanaman obat, vertikal garden tanaman sayuran, irigasi
otomatis, rumah persemaian dan sarana.
5. Keluaran/Output
a. Dilaksanakan pada awal bulan Desember model percontohan hydroponic.
b. Bentuk kegiatan adalah pembuatan model percontohan hydroponic dengan panjang
paralon 4 m. di buat bertingkat, dan ditanami aneka sayuran daun. Model
hydroponik dirancang oleh tim BPTP DKI Jakarta. BPTP juga akan membantu
tenaga teknis untuk pemeliharaan pada tahap awal. Pelatihan singkat budidaya
organic bagi teknisi lapangan dilingkup Ditjen Hortikultura.
6. Hasil/Outcome
Terlaksanakannya penerapan teknologi budidaya hydroponic kepada petugas dan
masyarakat
7. Manfaat/Benefit
Tersosialisasikannya teknologi budidaya hydroponic kepada petugas dan masyarakat
8. Dampak/Impact
Diharapkan petugas dan masyarakat lebih mengenal dan dapat mengembangkan
teknologi budidaya hydroponik sebagai teknologi alternative memproduksi sayuran.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Pengadaan sarana tanaman hidroponik dapat dijadikan sosialisasi bagi para
pegawai Ditjen Hortikultura maupun masyarakat umum, karena peletakan
tanaman berada di halaman/taman Ditjen Hortikultura.
9.2. Saran
Dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan sarana tanaman hidroponik telah di
letakan di halaman/taman Ditjen Hortikultura hal ini bisa dijadikan contoh bagi
para pegawai Ditjen Hortikultura pada khususnya dan para tamu Ditjen
Hortikultura pada umumnya. Saat ini baru tanaman sayuran saja yang di tanam
secara hidroponik sehingga perlu dicoba juga untuk tanaman obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 614
015 PEMBINAAN/ PENDAMPINGAN/ PERTEMUAN/ SOSIALISASI
FGD, KOORDINASI DAN PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS CLUSTER CABAI (BI)
1. Latar Belakang
Cabai (Capsicum spp) merupakan salah satu komoditas sayuran yang tidak dapat di
tinggalkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari hari yang secara umum
dimanfaatkan sebagai penyedap masakan. Cabai memiliki nilai ekonomis tinggi dan
peluang pasar yang besar, sebagai bumbu konsumsi rumah tangga dan industri
pengolahan namun sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar,
karena memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi.
Berdasarkan data series inflasi nasional selama tahun 2010-2014, salah satu komoditas
yang menjadi sumber tekanan inflasi adalah cabai merah yang disebabkan
terganggunya pasokan/supply. Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian
RI bekerjasama dengan Bank Indonesia sebagai instansi yang salah satu tugasnya
selaku otoritas pengaturan dan pengawasan bank sehingga dapat mendorong fungsi
intermediasi perbankan dalam rangka meningkatkan akses fungsi pembiayaan bagi
sektor riil.
Kerjasama antara Kementerian Pertanian dan Bank Indonesia tersebut telah dituangkan
dalam MoU No.13/BI/DKBU/NK; 03/MOU/RC.110/M/3/2011 tanggal 16 Maret 2011
tentang Kerjasama Pengembangan Usaha di Sektor Pertanian yang ditandatangani oleh
Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Pertanian.
Pengembangan cluster cabai dilakukan melalui pendekatan terpadu dengan
mensinergikan sumberdaya semua pihak dalam rangka pengembangan cabai dan
mendorong peningkatan akses kepada sumber-sumber pembiayaan untuk usaha tani
cabai. Fasilitasi bantuan terhadap empat cluster percontohan cabai di wilayah yang
tingkat produksinya rendah dan harganya tinggi. Pada tahun 2015, bantuan
dialokasikan di empat wilayah yaitu Kota Kupang, Kota Pontianak, Ciamis dan Ternate.
Untuk mendukung fasilitasi tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan
Tanaman Obat melaksanakan kegiatan pembinaan, pendampingan, monitoring dan
evaluasi terhadap penerima bantuan, dan koordinasi dengan pihak Bank Indonesia.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 615
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendukung fasilitasi bantuan cluster
pengembangan cabai bekerjasama dengan Bank Indonesia
2.2. Sasaran
Petugas pembina lapangan, petani dan pelaku usaha cabai di empat wilayah yaitu
di Kota Kupang, Kota Pontianak, Ciamis dan Ternate, serta Bank Indonesia
khususnya yang menangani cluster cabai.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp 482.281.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 431.134.700,-
3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi
budidaya dan pascapanen, manajemen produksi dan rantai pasok, dan
manajemen pemasaran cabai.
3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Cluster Cabai
(BI) diberikan sarana penunjang berupa tas, jaket dan USB flash disk kepada
para peserta pertemuan koordinasi dan FGD Cluster Cabai (BI).
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Pengembangan Cluster Cabai (BI) dilaksanakan dengan rincian sebagai
berikut:
4.1. Belanja Bahan
Belanja bahan pada kegiatan Pengembangan Cluster Cabai (BI) digunakan untuk
pengadaan konsumsi FGD, konsumsi koordinasi cluster cabai, konsumsi
penyusunan junkis cluster cabai, penggandaan, sarana penunjang FGD cluster
cabai, sarana penunjang koordinasi cluster cabai, pelaporan dan dokumentasi
kegiatan cluster cabai, dan ATK kegiatan cluster cabai.
4.2. Belanja Jasa Profesi
Belanja jasa profesi digunakan untuk honor moderator dan narasumber
penyusunan juknis cluster cabai, honor moderator, narasumber dan narasumber
non PNS FGD cluster cabai, dan honor moderator dan narasumber koordinasi
cluster cabai.
4.3. Belanja Perjalanan Biasa
Belanja perjalanan ini digunakan untuk perjalanan dalam rangka koordinasi
dengan instansi terkait dan BI; perjalanan dalam rangka pembinaan dan
pendampingan cluster; perjalanan dalam rangka pelaksanaan FGD cluster cabai;
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 616
perjalanan dalam rangka koordinasi cluster cabai; perjalanan dalam rangka
penyusunan juknis cluster cabai; dan perjalanan dalam rangka monitoring dan
evaluasi cluster cabai
5. Keluaran/Output
5.1. Penyusunan Juknis Pengembangan Cluster Cabai (BI)
a. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2015 di Ruang Rapat
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Jakarta.
b. Penyusunan Juknis Pengembangan Cluster Cabai BI dihadiri oleh 12 orang
yang terdiri dari staf teknis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan
Tanaman Obat, peneliti dari Balai Penelitian Sayuran, dan pelaku usaha cabai
dari Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Sukabumi.
5.2. Pertemuan Koordinasi Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Kupang
a. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2015 di Aula Dinas Pertanian
dan Perkebunan Provinsi NTT.
b. Pertemuan dihadiri oleh 30 orang peserta yang terdiri dari Dinas Pertanian
dan Perkebunan Provinsi NTT, Dinas Pertanian Kabupaten Kupang, BI
Perwakilan Provinsi NTT, BPTP Provinsi NTT, BPTPH Provinsi NTT, BP3K
Kabupaten Kupang, Unwira Kupang, Poliuntani Kupang, dan Kelompoktani
calon penerima bantuan.
c. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kebijakan Pengembangan Cluster Cabai Terintegrasi BI oleh Direktur
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat
2) Kesiapan Dinas Pertanian Provinsi NTT dalam pelaksanaan Kegiatan
Pengembangan Cluster Cabai Terintegrasi BI
3) Program Pengembangan Klaster Cabai – BI oleh Departemen
Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM, BI Pusat
4) Dukungan BPTP Provinsi NTT terhadap Pengembangan Cluster Cabai BI
5) Dukungan Perguruan Tinggi terhadap Pengembangan Klaster Cabai BI
yang disampaikan oleh Dosen Poloitani Kupang, NTT
5.3. Pertemuan Koordinasi Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Ciamis
a. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 1 April 2015 di Aula Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis.
b. Pertemuan dihadiri oleh 30 orang peserta yang terdiri dari Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat,
Direktorat Perlindungan Ditjen Hortikultura, Asosiasi Cabai (AACI) Provinsi
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 617
Jawa Barat, THL POPT dan Kabupaten Ciamis, BP3K Kabupaten Ciamis,
UPTD – PP Kabupaten Ciamis dan Kelompoktani calon penerima bantuan.
c. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kebijakan Pengembangan Cluster Cabai Terintegrasi BI oleh Direktur
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat
2) Kesiapan Pelaksanaan Pengembangan Cluster Cabai BI di Kabupaten
Ciamis oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis
3) Program Pengembangan Klaster Cabai – BI oleh Departemen
Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM, BI Pusat
5.4. Pertemuan Koordinasi Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Pontianak
a. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 8 April 2015 di Aula Dinas Pertanian
Provinsi Kalimantan Barat.
b. Pertemuan dihadiri oleh 30 orang yang terdiri dari Dinas Pertanian Provinsi
Kalimantan Barat, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota
Pontianak, BPTP Provinsi Kalimantan Barat, BPSP Provinsi Kalimantan
Barat, BBHI Anjungan, BI Wilayah Provinsi Kalimantan Barat dan
Kelompoktani calon penerima bantuan.
c. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut:
1) Kebijakan Pengembangan Cluster Cabai Terintegrasi BI oleh Direktur
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat
2) Kesiapan Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat dalam pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Cluster Cabai Terintegrasi BI
3) Program Pengembangan Klaster Cabai – BI oleh Departemen
Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM, BI Pusat
4) Dukungan BPTP Provinsi Kalimantan Barat terhadap Pengembangan
Cluster Cabai BI
5.5. Pertemuan FGD Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Ternate
a. Pertemuan FGD dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2015 di Gedung BI
Perwakilan Provinsi Maluku Utara.
b. Pertemuan dihadiri oleh 50 orang peserta yang terdiri dari Dinas Pertanian
Provinsi Maluku Utara, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kota
Ternate, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Maluku Utara, BPSB TPH
Provinsi Maluku Utara, BPTPH/BPP Kota Ternate, BP4K Kota Ternate, BPTP
Provinsi Maluku Utara, Fakultas Pertanian, Universitas Khairun, Direktorat
Perlindungan Ditjen Hortikultura, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian,
Ditjen PPHP, Direktorat Pemasaran Domestik, Departemen Pengembangan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 618
Akses Usaha dan UMKM, BI Pusat, BI Perwakilan Provinsi Maluku Utara, BI
Kota Ternate, dan Kelompoktani calon penerima bantuan.
5.6. Pertemuan FGD Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Pontianak
a. Pertemuan FGD dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2015 di Gedung BI
Perwakilan Provinsi Kalimantan Barat.
b. Pertemuan dihadiri oleh 50 orang peserta yang terdiri dari Dinas Pertanian
Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota
Pontianak, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pontianak, Dinas
Koperasi Kota Pontianak, Departemen Pengembangan Akses Usaha dan
UMKM, BI Pusat, BI Perwakilan Provinsi Kalimantan Barat, BPTP Provinsi
Kalimantan Barat, BPSB Provinsi Kalimantan Barat, BBIH Provinsi
Kalimantan Barat, UPTD TPH Kota Pontianak, Fakultas Pertanian,
Universitas Tanjungpura, dan Kelompoktani calon penerima bantuan.
5.7. Pertemuan FGD Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Ciamis
a. Pertemuan FGD dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 2015 di Aula Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis.
b. Pertemuan dihadiri oleh 50 orang peserta yang terdiri dari Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Kabupaten Ciamis, Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kab.
Ciamis, BI Perwakilan Wilayah Kabupaten Ciamis, BPSB Provinsi Jawa Barat,
BPTPH Provinsi Jawa Barat, THL – POPT Kabupaten Ciamis, Penyuluh
Pertanian Kabupaten Ciamis, Asosiasi Cabai (AACI) Provinsi Jawa Barat,
Ditjen PPHP, Koperasi Tani dan Kelompoktani calon penerima bantuan.
5.8. Terlaksananya perjalanan dengan rincian sebagai berikut:
a. Perjalanan dalam rangka pelaksanaan pertemuan koordinasi cluster cabai
(BI).
b. Perjalanan dalam rangka pelaksanaan pertemuan FGD cluster cabai (BI).
6. Hasil/Outcome
Terwujudnya cluster cabai di wilayah yang produksinya sedikit dan harganya mahal
7. Manfaat/Benefit
Peningkatan produksi cabai untuk memenuhi kebutuhan di wilayah setempat
8. Dampak/Impact
Memenuhi pasokan cabai sehingga mengurangi angka inflasi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 619
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Kegiatan pendukung pengembangan cluster cabai (BI) berupa penyusunan
Petunjuk Teknis, pertemuan koordinasi dan FGD diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pengembangan cluster cabai (BI) di 4 lokasi
yaitu di Kabupaten Ciamis, Kota Pontianak, Kota Ternate dan Kabupaten Kupang.
Melalui pertemuan koordinasi, persiapan pelaksanaan dapat dilakukan lebih
matang dan permasalahan yang mungkin timbul dapat diantisipasi sejak dini.
Pertemuan FGD mampu menggali dukungan dan peran serta dari stakeholder
lainnya, karena keberhasilan program pengembangan cluster tidak hanya
ditentukan dari aspek budidaya, namun juga harus didukung oleh aspek
kelembagaan, manajemen dan suplly chain.
9.2. Saran
Program pengembangan cluster cabai perlu ditingkatkan dan disebarluaskan di
wilayah yang produksi cabainya masih tergantung pada pasokan dari daerah lain
atau harga cabainya mahal. Melalui pilot project pengembangan cluster cabai
yang menyeluruh mulai aspek budidaya, hingga manajemen, kelembagaan dan
pemasaran, diharapkan dapat ditiru oleh para pelaku usaha lainnya. Dengan
demikian ketersediaan dan kestabilan harga cabai dapat diwujudkan, sehingga
berimplikasi terhadap penurunan angka inflasi yang disebabkan oleh tingginya
harga cabai.
WORKSHOP PERTANIAN PERKOTAAN
1. Latar Belakang
Luas lahan pekarangan secara nasional ± 10,3 juta ha atau sekitar 14% dari
keseluruhan luas lahan potensial untuk pertanian. Namun dewasa ini terjadi alih fungsi
lahan pertanian dihampir seluruh wilayah Indonesia yang tidak dapat dihindarkan, luas
alih fungsi lahan tersebut mencapai 10.000 ha/tahun. Dan diramalkan lahan
persawahan di Pulau Jawa akan menurun menjadi sekitar 60% pada tahun 2025.
Sehingga sektor pertanian ke depan akan lebih mengandalkan kegiatan pemanfaatan
lahan pekarangan/karang kitri sebagai upaya cepat dan mudah dalam mengatasi
kerawanan pangan bagi masyarakat umum khususnya untuk daerah perkotaan,
diharapkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan menjadi salah satu sumber
potensial penyedia bahan pangan yang dapat meningkatkan nilai gizi dan nilai ekonomi
keluarga.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 620
Menyadari kondisi kerawanan pangan khususnya pemenuhan nilai gizi masyarakat di
daerah perkotaan, Direktorat Jenderal Hortikultura terus berupaya menggalakan
kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan perkotaan dan bersinergi dengan stakeholder
lainnya menuju kemandirian dan peningkatan pangan/gizi masyarakat perkotaan. Pada
tahun 2015, kegiatan pengembangan pertanian perkotaan menjadi salah satu motivasi
untuk kembali mendorong kemandirian pangan ataupun pemenuhan gizi masyarakat di
daerah penyangga Ibukota Jakarta.
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan Workshop Pertanian Perkotaan adalah melakukan sosialiasi dan
pengarahan dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengembangan pertanian
perkotaan yang efisien, dan dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.
2.2. Sasaran
Kelompok wanita tani yang mendapat fasilitasi kegiatan pengembangan pertanian
perkotaan TA. 2015 dan petugas Dinas Pertanian setempat.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 241.809.000.-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 214.458.500.-
3.3. Informasi Teknologi : Sektor pertanian ke depan akan lebih mengandalkan
kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya cepat dan mudah dalam
mengatasi kerawanan pangan bagi masyarakat umum khususnya untuk daerah
perkotaan, kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan menjadi salah satu sumber
potensial penyedia bahan pangan yang dapat meningkatkan nilai gizi dan nilai
ekonomi keluarga.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran di daerah perkotaan dilakukan dengan
berbagai Pelaksanaan kegiatan yaitu :
4.1. Identifikasi/Koordinasi
Untuk melakukan identifikasi kepada calon petani dan calon lahan maka
dilaksanakan perjalanan dalam rangka indentifikasi CPCL pengembangan
pertanian perkotaan sebanyak 18 OP ke Kota Bogor, Tangerang, Tangerang
Selatan, Bekasi dan Kabupaten Bogor.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 621
4.2. Fasilitasi Bantuan Kepada Petani
Dalam rangka mendukung Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran di
wilayah perkotaan maka Direktorat Jenderal Hortikultura menyerahkan bantuan
sarana produksi berupa bibit cabai merah, kangkung darat, bayam, terong ungu,
pupuk NPK, Agens Hayati, Polybag dan Pot yang telah diserahkan kepada KWT
Kemuning II pada tanggal 28 Juli 2015 di Kota Tangerang dan tanggal 7 Agustus
2015 diserahkan pada KWT Kenanga I dan KWT MAngga II di Kota Tanggerang
Selatan saat acara Workshop Pertanian Perkotaan berlangsung. Adapun Sarana
produksi yang diberikan adalah :
No Uraian Sarana Produksi Kelompok Wanita Tani
Kemuning II Kenanga I Mangga II
1. Benih
- Cabai Rawit Merah
- Kangkung Darat
- Bayam Hijau Hibrida
- Terong Ungu
40 scht/100gr
60 scht/kg
25 scht/500
gr
40 scht/5 gr
40 scht/100gr
60 scht/kg
25 scht/500
gr
40 scht/5 gr
80 scht/100gr
120 scht/kg
50 scht/500 gr
80 scht/5 gr
2. Pupuk NPK 15:15:15 810 Kg 810 Kg 1620 Kg
3. Agens Hayati 25 Kg 25 Kg 50 Kg
4. Polybag 200 Kg 200 Kg 400 Kg
5. Pot 250 Buah 250 Buah 500 Buah
4.3. Pembinaan/Pendampingan/Pertemuan/Sosialisasi
Workshop dilakukan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan
Tanaman Obat, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
a. Belanja Bahan
Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan Workshop Pertanian
Perkotaan diberikan 1) sarana penunjang berupa tas dan 2) konsumsi selama
kegiatan berlangsung kepada narasumber dan peserta
b. Honor Output Kegiatan
Dilaksanakan pemberian Honor kepada pendamping kelompok pertanian
perkotaan selama 8 bulan untuk 2 orang petugas.
c. Belanja Jasa Profesi
Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan moderator kegiatan
Apresiasi Budidaya Jamur
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 622
d. Belanja perjalanan Biasa
Dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan workshop pertanian perkotaan
berlangsung. Perjalanan pelaksanaan workshop pertanian perkotaan di dua
lokasi yaitu kota Tangerang dan Tangerang Selatan.
4.4. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Perjalanan dalam rangka monitoring dan evaluasi pengembangan pertanian
perkotaan ke Kota Tangerang dan Tangerang Selatan.
5. Keluaran/Output
5.1. Terlaksananya perjalanan Identifikasi/Koordinasi pengembangan kawasan
tanaman sayuran perkotaan ke Kota Bogor, Tangerang, Tangerang Selatan,
Bekasi dan Kabupaten Bogor.
5.2. Terlaksananya kegiatan Fasilitasi Bantuan Kepada Petani dengan penyaluran
sarana produksi kepada 2 KWT di kota Tangerang Selatan dan satu KWT di kota
Tangerang.
5.3. Terlaksananya Workshop Pertanian Perkotaan di kota Tangerang dan Tangerang
Selatan. Kegiatan Workshop dilakukan 2 kali yaitu :
a. Kegiatan Workshop Pertanian Perkotaan yang pertama dilaksanakan pada
hari Jumat tanggal 7 Agustus 2015 di Aula Kelurahan Pondok Ranji, Jl. WR
Supratman, Kelurahan Pondok Ranji, Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Peserta dan narasumer workshop
seluruhnya berjumlah 75 orang. Peserta sebagian besar berasal dari KWT
Kenanga I dan Mangga II, yang dilengkapi peserta yang berasal dari Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan dan Direktorat
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
Narasumber dan paparan materi yang mengisi workshop adalah :
1) S. Indah Setyani dari P4S Jati Mandiri Kota Adm Jakarta Selatan,
memaparkan materi: Budidaya Sayuran yang Ramah Lingkungan di
Lahan Pekarangan.
2) Nurjali dari P4S Tunas Mandiri Kota Depok memaparkan materi:
Pemanfaat Pupuk Organik dalam Budidaya Sayur Ramah Lingkungan.
3) Ir. Desmawati dari Direktorat Perlindungan Hortikultura, memaparkan
materi: Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada Tanaman Cabai.
b. Kegiatan Workshop Pertanian Perkotaan telah dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 28 Juli 2015 di Aula Komplek Asrama Yonif 203, Jl. Gatot Subroto
Kelurahan Gandasari, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang, Provinsi
Banten.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 623
Peserta dan narasumer workshop seluruhnya berjumlah 75 orang. Peserta
sebagian besar berasal dari KWT Kemuning, dan dilengkapi peserta yang
berasal dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Tangerang, Dinas
Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, dan Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
Narasumber yang mengisi workshop adalah :
1) S. Indah Setyani dari P4S Jati Mandiri Kota Adm Jakarta Selatan,
memaparkan materi: Budidaya Sayuran yang Ramah Lingkungan di
Lahan Pekarangan.
2) Nurjali dari P4S Tunas Mandiri Kota Depok, memaparkan materi:
Pemanfaat Pupuk Organik dalam Budidaya Sayur Ramah Lingkungan.
3) Heny Novriyanti, SP dari Direktorat Perlindungan Hortikultura,
memaparkan materi: Pengenalan dan Pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada Tanaman Cabai.
5.4. Terlaksananya perjalanan dalam rangka monitoring dan evaluasi serta
tersedainya laporan pengembangan pertanian perkotaan ke Kota Tangerang dan
Kota Tangerang Selatan.
6. Hasil/Outcome
Tersosialisasinya budidaya sayuran yang ramah lingkungan untuk penerapan di lahan
pekarangan dalam rangka pelaksanaan kegiatan pertanian perkotaan TA. 2015.
7. Manfaat/Benefit
Peningkatan pengetahuan anggota kelompok wanita tani dalam berbudidaya sayuran
yang ramah lingkungan di lahan pekarangan.
8. Dampak/Impact
Peningkatan pemanfaatan lahan pekarangan untuk pemenuhan gizi keluarga.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
a. Workshop Pertanian Perkotaan Di Kota Tangerang
1) Kegiatan Pertanian Perkotaan TA. 2015 di KWT Kemuning, Kelurahan
Gandasari, Kecamatan Jatiuwung merupakan kesempatan pertama bagi
kelompok mendapat fasilitasi sarana budidaya dan produksi dari
Direktorat Jenderal Hortikultura, namun anggota kelompok dibawah satu
komando Persit Kartika Candra Kirana bercita-cita untuk terus
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 624
mengembangkan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber gizi
keluarga.
2) Diharapkan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Tangerang
melalui petugas pendamping dapat membina anggota KWT Kemuning
sebagai penerima fasilitasi kegiatan pertanian perkotaan TA. 2015 untuk
wujudkan model pertanian perkotaan yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan.
b. Workshop Pertanian Perkotaan Di Kota Tangerang Selatan
1) Kegiatan Pertanian Perkotaan TA. 2015 di KWT Kenanga I dan Mangga
II yang berlokasi di Kecamatan Ciputat Timur merupakan kesempatan
pertama bagi kelompok mendapat fasilitasi sarana budidaya dan produksi
dari Direktorat Jenderal Hortikultura. Ketua dan anggota kelompok
bercita-cita untuk terus mengembangkan pemanfaatan lahan pekarangan
sebagai sumber gizi keluarga.
2) Diharapkan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang
Selatan melalui petugas pendamping dapat membina anggota KWT
Kenanga I dan Mangga II sebagai penerima fasilitasi kegiatan pertanian
perkotaan TA. 2015 untuk wujudkan model pertanian perkotaan yang
ramah lingkungan dan berkelanjutan.
9.2. Saran
a. Workshop Pertanian Perkotaan Di Kota Tangerang
Kegiatan pertanian perkotaan TA. 2015 di Kota Tangerang diharapkan dapat
berkelanjutan dan menjadi model pemanfaatan pekarangan bagi daerah
penyangga ibukota lainnya sebagai upaya pemenuhan gizi keluarga yang
mudah, murah, cepat, dan ramah lingkungan serta dapat berdaya saing.
b. Workshop Pertanian Perkotaan Di Kota Tangerang Selatan
Kegiatan pertanian perkotaan TA. 2015 di Kota Tangerang Selatan
diharapkan dapat berkelanjutan dan menjadi model pemanfaatan pekarangan
bagi daerah penyangga ibukota lainnya sebagai upaya pemenuhan gizi
keluarga yang mudah, murah, cepat, dan ramah lingkungan serta dapat
berdaya saing.
BIMBINGAN/ WORKSHOP PENGEMBANGAN PERTANIAN PERKOTAAN
Perjalanan dalam rangka bimbingan/ workshop pengembangan pertanian perkotaan telah
dilaksanakan ke Kota Tangerang Selatan dan Tangerang.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 625
016 MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
PERJALANAN DALAM RANGKA MONITORING DAN EVALUASI CLUSTER CABAI (BI)
Perjalanan dinas dalam rangka monitoring dan evaluasi cluster cabai (BI) telah dilaksanakan
ke Ternate dan Ciamis.
PERJALANAN DALAM RANGKA MONITORING PENGEMBANGAN PERTANIAN
PERKOTAAN
Perjalanan dalam rangka monitoring pengembangan pertanian perkotaan telah dilaksanakan
ke Kota Tangerang Selatan dan Tangerang.
1774.994. LAYANAN PERKANTORAN
1771.994.001 LAYANAN PERKANTORAN
011. ADMINISTRASI KEGIATAN
1. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada kebutuhan pegawai Direktorat
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat diperlukan dukungan
administrsi yang baik dan cukup memadai, sehingga diharapkan dengan segera dapat
menyelesaikan tugas-tugas yang diperintahkan sesuai dengan tupoksinya dan dapat
berjalan dengan lancar dan tepat waktu. Selain itu perlua adanya anggaran dan sarana
yang memadai serta prosedur tata kelola administrasi yang baik. Layanan perkantoran
diadakan dalam rangka memfasilitasi keperluan untuk mendukung kelancaran dan
keberhasilan pelaksanaan tugas sehari-hari bagi pejabat Eselon II, III, IV dan Staf
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat seperti penggandaan
dokumen, pengadaan tanaman bunga dalam pot untuk lingkungan kantor, cetak blanko,
konsumsi rapat koordinasi, ATK dan bahan komputer, pengadaan sarana kebersihan
dan jamuan tamu, langganan majalah/surat kabar, pertemuan dalam rangka evaluasi
SPI, perjalanan dalam rangka koordinasi/konsultasi, menghadiri undangan, perjalanan
dinas, pengadaan peralatan dan mesin dan sewa kendaraan roda 4 untuk operasional
kerja, dll.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 626
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan dan meningkatkan pelayanan yang
sebaik mungkin sehingga pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
Direktorat Budidaya dan Pascapananen Sayuran dan Tanaman Obat selama
tahun anggaran 2015 dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai yang
diharapkan.
2.2. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah untuk memberikan pelayanan yang semaksimal
mungkin kepada pejabat Eselon II, III, IV dan staf terutama dalam menyelesaikan
pekerjaan administrasi yang dilaksanakan Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 1.062.269.000,- yang dialokasikan untuk pengadaan
sarana kebersihan, keperluan rapat koordinasi, cetak blanko, ATK dan Bahan
Komputer, penggandaan dokumen, langganan majalah/surat kabar, pertemuan
dalam rangka evaluasi SPI, pengadaan tanaman bunga dalam pot untuk
lingkungan kantor, sewa kendaraan roda 4 untuk operasional, perjalanan
pembinaan oleh pimpinan, perjalanan pengawalan, perjalanan menghadiri
undangan dan pengadaan peralatan dan mesin
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 963.782.750 atau 90,73%.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan telah dilaksanakan dalam rangka layanana perkantoran untuk kegiatan
pengembangan sayuran dan tanaman obat berupa :
4.1. Melaksanakan kegiatan rapat koordinasi dengan pegawai intern maupun dengan
pegawai pihak-pihak yang terkait.
4.2. Melaksanakan pengadaan cetak blanko
4.3. Melaksanakan pengadaan ATK dan Bahan Komputer
4.4. Melakukan Penggandaan Dokumen
4.5. Melakukan sewa kendaraan roda 4 untuk operasional kedinasan
4.6. Melakukan pertemuan untuk evaluasi SPI
4.7. Melaksanakan pengadaan tanaman bunga dalam pot untuk lingkungan kantor
4.8. Melaksanakan pengadaan peralatan dan mesin
4.9. Melaksanakan perjalanan dinas ke daerah
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 627
5. Keluaran/Output
5.1. Terlaksananya semua kegiatan layanan perkantoran
5.2. Terlaksananya semua perjalanan dinas
5.3. Terlaksananya pemrosesan dokumen sebagai dukungan administrasi dan
tersedianya sarana kerja yang layak untuk dipergunakan sebagai penunjang
pengembangan sayuran dan tanaman obat dalam pelaksanaan tugas.
6. Hasil/Outcome
Terselenggaranya administrasi yang lebih baik dan tertib serta tersedianya sarana kerja
bagi karyawan/ti sehingga dalam melaksanakan tugas sehari-hari dapat terlaksana
dengan baik.
7. Manfaat/Benefit
Pelaksanaan tugas sehari-hari dalam mendukung kegiatan pengembangan tanaman
sayuran dan tanaman obat dapat berjalan dengan lancar, tertib, efektif dadn efisien
dalam melaksanakan tugas.
8. Dampak/Impact
Diharapkan produktivitas meningkat dan sebagian tugas pokok Direktorat dapat
diwujudkan dan dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Pelaksanaan kegiatan yang didukung oleh administrapanen si yang baik, rapi,
tertib akan menciptakan efektivitas dan efisiensi, khususnya pada Direktorat
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
9.2. Saran
Dalam pelaksanaan layanan perkantoran dalam rangka mendukung kegiatan
tupoksinya hendaknya dapat didukung dengan anggaran yang memadai.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 628
1771. 994.002 LAYANAN PERKANTORAN (APBN-P)
011 ADMINISTRASI KEGIATAN (APBN-P)
1. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada kebutuhan pegawai Direktorat
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat khususnya untuk kegiatan
APBN-P diperlukan dukungan modal peralatan dan mesin yang baik dan cukup
memadai, sehingga diharapkan dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu. Selain
itu perlua adanya anggaran dan sarana yang memadai serta prosedur tata kelola
administrasi yang baik
2. Tujuan dan Sasaran
2.1. Tujuan
Tujuan kegiatan pengadaan ini adalah untuk memberikan dan meningkatkan
pelayanan yang sebaik mungkin sehingga pelaksanaan kegiatan-kegiatan APBN-
P yang dilaksanakan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapananen Sayuran dan
Tanaman Obat selama tahun anggaran 2015 dapat berjalan dengan baik dan
lancar sesuai yang diharapkan.
2.2. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah untuk memberikan pelayanan yang maksimal dalam
menyelesaikan pekerjaan kegiatan APBN-P yang dilaksanakan Direktorat
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
3. Masukan/Input
3.1. Anggaran sebesar Rp. 718.780.000,-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 511.682.800 atau 71,19%.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan telah dilaksanakan dalam rangka layanan perkantoran untuk kegiatan APBN-P
dalam rangka pengembangan sayuran dan tanaman obat berupa :
Melaksanakan pengadaan peralatan dan mesin
5. Keluaran/Output
Terlaksananya kegiatan pengadaan peralatan dan mesin yang layak dan baik untuk
dipergunakan sebagai penunjang pengembangan sayuran dan tanaman obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 629
6. Hasil/Outcome
Terselenggaranya administrasi yang lebih baik dan tertib serta tersedianya sarana
peralatan dan mesin yang memadai.
7. Manfaat/Benefit
Pelaksanaan tugas sehari-hari dalam mendukung kegiatan pengembangan tanaman
sayuran dan tanaman obat dapat berjalan dengan lancar, tertib, efektif dadn efisien
dalam melaksanakan tugas.
8. Dampak/Impact
Diharapkan produktivitas meningkat dan sebagian tugas pokok Direktorat dapat
diwujudkan dan dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Pelaksanaan kegiatan yang didukung oleh administrapanen si yang baik, rapi,
tertib akan menciptakan efektivitas dan efisiensi, khususnya pada Direktorat
Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
9.2. Saran
Dalam pelaksanaan layanan perkantoran dalam rangka mendukung kegiatan
tupoksinya hendaknya dapat didukung dengan anggaran yang memadai.
Recommended