View
226
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori – Teori Khusus
Sub bab ini berisi teori-teori pendukung dalam penulisan skripsi Sistem Informasi
Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas untuk Menghasilkan Laporan keuangan
partai politik.
2.1.1 Definisi Partai Politik dan Keuangan Partai Politik
Menurut Bab I, Pasal 1, Ayat (1), UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK, Partai
Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga
negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan
negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Menurut Bab I, Pasal 1, Ayat (5), UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK, Keuangan
Partai Politik adalah semua hak dan kewajiban Partai Politik yang dapat dinilai
dengan uang, berupa uang, atau barang serta segala bentuk kekayaan yang dimiliki
dan menjadi tanggung jawab partai politik.
11
2.1.2 Keuangan Partai Politik
Partai politik sebagai sebuah organisasi dengan aktivitas politik yang luas
memerlukan dukungan dana yang cukup. Tanpa dukungan dana yang memadai, sulit
diharapkan partai politik untuk dapat melaksanakan fungsinya secara efektif. Bab
XV, Pasal 34, ayat (1) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2
TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK, Undang-undang menentukan
keuangan partai politik bersumber dari :
1. Iuran anggota;
2. Sumbangan yang sah menurut hukum; dan
3. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara / Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
Selanjutnya pasal 35 Undang-undang menentukan batas maksimum
sumbangan dapat diterima oleh partai politik sebagai berikut :
1. Perseorangan bukan anggota Partai Politik, paling banyak senilai
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) per orang dalam waktu 1 (satu) tahun
anggaran; dan
2. Perusahaan dan/atau badan usaha, paling banyak senilai Rp4.000.000.000,00
(empat miliar rupiah) per perusahaan dan/atau badan usaha dalam waktu 1 (satu)
tahun anggaran.
Menurut Bab II, Pasal 7, Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor
676 tahun 2003 tentang Tata Administrasi Keuangan dan Sistem Akuntansi
Keuangan Partai Politik, Laporan keuangan tahunan partai politik, wajib diserahkan
kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah mendapat ijin dari Departemen
Keuangan serta yang tidak berafiliasi kepada salah satu partai politik dan peserta
12
pemilihan umum selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun buku yang
bersangkutan. Setelah itu, Kantor akuntan publik wajib menyelesaikan audit
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak diterimanya laporan. Kemudian, partai
politik menyerahkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada Komisi
Pemilihan Umum selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah diterimanya laporan
hasil audit dari kantor akuntan publik dan Kantor akuntan publik wajib menjelaskan
hasil auditnya kepada Komisi Pemilihan Umum.
2.1.3 Pelaporan Keuangan Partai Politik
2.1.3.1 Tujuan Pelaporan Keuangan
Tujuan Pelaporan Keuangan menurut KPU dan IAI (2003), antara lain:
(p. 10).
1. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya keuangan serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada partai politik.
2. Manajerial
Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan
pengelolaan keuangan partai serta memudahkan pengendalian yang efektif
seluruh aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih.
3. Transparansi
Menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi Komisi Pemilihan
Umum (KPU), pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak lain yang
memiliki kepentingan terhadap informasi keuangan partai politik, guna
memberdayakan keterbukaan politik pada publik.
13
2.1.3.2 Kriteria Laporan Keuangan
Menurut KPU dan IAI (2003), laporan keuangan harus disajikan
dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut: (p. 30).
1. Komparatif (Comparable)
Disajikan dengan menunjukkan perbandingan antara periode berjalan
dengan periode sebelumnya. Agar perbandingan bermanfaat, maka
informasi keuangan dari periode berjalan harus dilaporkan secara konsisten
dengan informasi pada periode terdahulu. Apabila terjadi perubahan
metode akuntansi, maka harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
2. Tepat waktu (Timeliness)
Agar informasi keuangan bermanfaat dan dapat memenuhi kewajiban
sebagaimana disyaratkan dalam undang-undang, maka laporan keuangan
diterbitkan tepat waktu setelah periode akuntansi berakhir.
3. Keandalan (Reliable)
Laporan keuangan harus menyajikan transaksi-transaksi atau kejadian-
kejadian yang penting sehingga informasi yang disajikan dapat diandalkan
dan pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan atas transaksi
dan kejadian yang penting berdasarkan kondisi keuangan yang
sesungguhnya.
4. Lengkap (Complete)
Laporan keuangan yang dihasilkan harus mencakup laporan posisi
keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan.
14
2.1.3.3 Pemakai Laporan Keuangan
Menurut KPU dan IAI (2003), Pemakai Laporan Keuangan Partai
Politik adalah pihak-pihak yang memiliki kepentingan akan informasi
keuangan partai politik, dan dibedakan menjadi dua, yaitu : (p. 10-11).
1. Pihak Internal, yaitu pihak pemakai informasi keuangan di dalam
organisasi partai politik. Yang termasuk pihak internal adalah :
a. Anggota Partai Politik, berkepentingan untuk mengetahui manajemen
penggunaan dana yang telah mereka berikan melalui iuran maupun
sumbangan, apakah telah digunakan sesuai dengan amanat partai dalam
rangka kepentingan nasional dan menggunakan informasi dalam
laporan keuangan untuk menilai kinerja kepengurusan partai.
b. Pengurus, dalam rangka pengelolaan sumber daya partai politik.
2. Pihak Eksternal, yaitu para pemakai informasi keuangan di luar organisasi
partai politik. Yang termasuk pihak eksternal adalah :
a. Komisi Pemilihan Umum, mempunyai kepentingan untuk menilai
ketaatan dan kepatuhan partai politik terhadap ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
b. Pemerintah (pemberi subsidi), mempunyai kepentingan atas subsidi
atau bantuan dari anggaran Negara yang diberikan pemerintah (pusat
maupun daerah) mengenai restriksi / pembatasan misalnya dalam hal
larangan bagi partai politik untuk menggunakan dana yang mereka
peroleh dari pemerintah untuk mendanai kegiatan kampanye pemilu.
c. Masyarakat, termasuk di dalamnya organisasi-organisasi non
pemerintah (LSM-Lembaga Swadaya Masyarakat) yang secara luas
15
berkeinginan untuk mengetahui sejauh manakah cara partai politik
mengelola keuangan, serta menilai apakah partai politik telah mampu
menerapkan prinsip good political party governance.
d. Penyumbang (donatur), memiliki kepentingan untuk menilai apakah
sumbangan yang telah diberikan digunakan sebagaimana mestinya
untuk kepentingan partai politik.
e. Pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan akan informasi dalam
laporan keuangan partai politik
2.1.4 Definisi, Fungsi, dan Format Laporan Keuangan
Menurut KPU dan IAI (2003), Laporan Keuangan adalah laporan
pertanggungjawaban partai politik dalam hal pengelolaan sumber daya keuangan
yang menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para
penyumbang, anggota partai politik, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya,
serta pihak lain yang berkepentingan (p. 11). Laporan Keuangan Partai Politik terdiri
dari : Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan
atas Laporan Keuangan.
2.1.4.1 Laporan Posisi Keuangan
Menurut KPU dan IAI (2003), Laporan Posisi Keuangan adalah laporan
yang menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih,
serta informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu
tertentu (p. 11-12). Informasi dalam Laporan Posisi Keuangan dapat digunakan
oleh para pemakai untuk menilai: (p. 12).
16
1. Kemampuan suatu partai politik untuk melakukan kegiatannya secara
berkelanjutan.
2. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya dan kebutuhan akan pendanaan eksternal.
Berikut ini adalah Format Laporan Posisi Keuangan: (p. 23-24).
PARTAI PO LITIK XYZ LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 Desember 20x0 dan 20x1
AKTIVA 20X1 20X0 Aktiva Lancar Kas dan setara kas XXX XXX Piutang Bunga XXX XXX Piutang Iuran XXX XXX Biaya dibayar di muka XXX XXX Investasi Lancar XXX XXX Perlengkapan XXX XXX Jumlah Aktiva Lancar XXX XXX Aktiva Tak Lancar Tanah XXX XXX Bangunan XXX XXX Kendaraan XXX XXX Peralatan XXX XXX Akumulasi Depresiasi XXX XXX Investasi jangka panjang XXX XXX Aktiva lain-lain XXX XXX Jumlah Aktiva Tak Lancar XXX XXX JUMLAH AKTIVA XXX XXX KEWAJIBAN DAN AKTIVA BERSIH
KEWAJIBAN
Kewajiban jangka pendek
Utang ke pihak ketiga XXX XXX
Penghasilan diterima di muka XXX XXX
Utang Bank XXX XXX
17
Utang Bunga XXX XXX
Utang Pajak XXX XXX
Bagian lancar dari utang jangka panjang XXX XXX
Kewajiban jangka pendek lain-lain XXX XXX
Jumlah kewajiban jangka pendek: XXX XXX
Kewajiban jangka panjang
Utang ke pihak ketiga XXX XXX
Utang Bank XXX XXX
Kewajiban jangka panjang lain-lain XXX XXX
Jumlah kewajiban jangka panjang: XXX XXX
Jumlah Kewajiban: XXX XXX
AKTIVA BERSIH
Tidak terikat XXX XXX
Terikat Temporer XXX XXX
Terikat Permanen XXX XXX
Jumlah aktiva bersih: XXX XXX
JUMLAH KEWAJIBAN DAN AKTIVA BERSIH: XXX XXX
2.1.4.2 Laporan Aktivitas
Menurut KPU dan IAI (2003), Laporan aktivitas adalah laporan yang
menyajikan perubahan aktiva bersih selama suatu periode. Laporan aktivitas
menyediakan informasi mengenai: (p. 18).
1. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat
aktiva bersih.
2. Hubungan antar transaksi dan peristiwa lain.
18
3. Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program
dan kegiatan.
Informasi dalam laporan aktivitas dapat digunakan oleh para
pemakainya untuk: (p. 18).
1. Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode
2. Menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan partai politik dalam
memperjuangkan kepentingan politiknya
3. Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja pengurus.
Berikut ini adalah format Laporan Aktivitas: (p. 24-25).
PARTAI PO LITIK XYZ
LAPORAN AKTIVITAS
Untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 20xx
( dalam jutaan rupiah )
Perubahan Aktiva Bersih Tidak Terikat
( A ) Penerimaan dan Penghasilan Iuran Anggota Rp XX
Sumbangan XX
Bantuan pemerintah XX
Penghasilan investasi XX
Penghasilan lain-lain XX
Jumlah Penerimaan dan Penghasilan Tidak Terikat XX
( B ) Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya Rp XX
Pemenuhan program pembatasan XX
19
Pemenuhan pembatasan perolehan aktiva tetap XX
Berakhirnya pembatasan waktu XX
Jumlah Aktiva yang telah Berakhir Pembatasannya Rp XX
( C ) Jumlah Penerimaan dan Penghasilan (C = A+B) Rp XX
Beban dan Kerugian:
( D ) Beban:
Kampanye Rp XX
Munas / Mukenas / KLB XX
Kaderisasi XX
Bakti Sosial XX
Penelitian dan pengembangan XX
Kegiatan lain-lain XX
Beban manajemen dan umum XX
Jumlah Beban Rp XX
( E ) Kerugian:
Kerugian investasi Rp XX Kerugian lain-lain XX ( F ) Jumlah beban dan kerugian (F = D + E) Rp XX
( G ) Kenaikan / Penurunan Aktiva Bersih Tdk Terikat (G = C-F )Rp XX
Perubahan Aktiva Bersih Terikat Temporer
Sumbangan Rp XX
Penghasilan investasi XX
Penghasilan lain-lain XX
Beban Manajemen dan Umum (XX)
Kerugian Lain-lain (XX)
Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya (XX)
( H ) Kenaikan / Penurunan Aktiva Bersih Terikat Temporer Rp XX
20
Perubahan Aktiva Bersih Terikat Permanen
Sumbangan Rp XX
Penghasilan Investasi XX
Penghasilan lain-lain XX
Beban Manajemen dan Umum (XX)
Kerugian lain-lain (XX)
( I ) Kenaikan / Penurunan Aktiva Bersih Terikat Permanen Rp XX
Kenaikan Aktiva Bersih ( G + H + I ) Rp XX
Aktiva Bersih Awal Tahun XX
Aktiva Bersih Akhir Tahun Rp XX
2.1.4.3 Laporan Arus Kas
Menurut KPU dan IAI (2003), Laporan arus kas adalah laporan yang
menyajikan arus kas menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan
selama periode tertentu (p. 20). Informasi dalam laporan arus kas berguna bagi
para pemakai laporan keuangan untuk: (p. 20).
1. Menilai kemampuan partai politik dalam menghasilkan kas dan setara kas
dan menilai kebutuhan partai politik untuk menggunakan arus kas tersebut.
2. Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan yang lain, dapat
memberikan informasi yang memungkinkan untuk mengevaluasi
perubahan dalam aktiva bersih partai politik, struktur keuangan ( likuiditas
dan solvabilitas ) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu
arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.
21
Berikut ini adalah format Laporan Arus Kas: (p. 25-27).
Metode Langsung
PARTAI PO LITIK XYZ
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 20X1
Aliran Kas dari Aktivitas Operasi
Penerimaan kas dari iuran anggota Rp XX.XXX,XX
Penerimaan kas dari sumbangan perorangan XX.XXX,XX
Penerimaan kas dari sumbangan badan / perusahaan XX.XXX,XX
Penerimaan kas dari sumbangan pemerintah XX.XXX,XX
Penerimaan kas dari bunga yang diterima XX.XXX,XX
Penerimaan kas lain-lain XX.XXX,XX
Pengeluaran kas untuk bunga yang dibayar (XX.XXX,XX)
Pengeluaran kas untuk pembayaran pengurus dan suplier (XX.XXX,XX)
Pengeluaran kas untuk kegiatan rutin partai (XX.XXX,XX)
Pelunasan utang lain-lain (XX.XXX,XX)
Kas bersih yang diterima ( digunakan ) untuk aktivitas operasiRp XX.XXX,XX
Aliran kas dari aktivitas investasi
Penerimaan kas dari penjualan aktiva tetap Rp XX.XXX,XX
Penerimaan kas dari penjualan investasi XX.XXX,XX
Pembayaran kas untuk pembelian aktiva tetap (XX.XXX,XX)
Pembayaran kas untuk pembelian investasi (XX.XXX,XX)
Kas Bersih yang diterima ( digunakan ) untuk aktivitas investasi XX.XXX,XX
Aliran kas dari aktivitas pendanaan
Penerimaan hasil dana abadi Rp XX.XXX,XX
Penerbitan utang jangka panjang XX.XXX,XX
22
Bunga berbatas untuk reinvestasi XX.XXX,XX
Pembayaran kewajiban jangka panjang (XX.XXX,XX)
Kas Bersih yang diterima ( digunakan ) untuk aktivitas pendanaanXX.XXX,XX
Kenaikan (Penurunan) bersih dalam kas dan setara kas Rp XX.XXX,XX
Kas dan setara kas pada awal tahun Rp XX.XXX,XX
Kas dan setara kas pada akhir tahun Rp XX.XXX,XX
Rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih menjadi
Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi:
Perubahan dalam aktiva bersih Rp XX.XXX,XX
Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih
Menjadi kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi:
Depresiasi Rp XX.XXX,XX
Kerugian akibat kebakaran XX.XXX,XX
Kenaikan Piutang bunga (XX.XXX,XX)
Penurunan biaya dibayar di muka XX.XXX,XX
Kenaikan dalam piutang lain-lain (XX.XXX,XX)
Kenaikan dalam utang XX.XXX,XX
Penurunan dalam penerimaan di muka (XX.XXX,XX)
Penurunan dalam utang lain-lain (XX.XXX,XX)
Sumbangan terikat untuk investasi jangka panjang (XX.XXX,XX)
Penghasilan bersih untuk investasi jangka panjang (XX.XXX,XX)
Kas Bersih diterima ( digunakan ) untuk aktivitas operasi Rp XX.XXX,XX
Data tambahan untuk aktivitas investasi dan pendanaan nonkas:
Peralatan yang diterima sebagai hibah Rp XX.XXX,XX
Pembebasan premi asuransi kematian, nilai kas yang diserahkan Rp XX.XXX,XX
23
2.1.4.4 Catatan Atas Laporan Keuangan
Menurut KPU dan IAI (2003), Catatan atas laporan keuangan adalah
penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam laporan posisi
keuangan, laporan aktivitas dan laporan arus kas serta informasi tambahan
lainnya yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan untuk
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Informasi yang
tercantum dalam catatan atas laporan keuangan berguna bagi pemakai untuk
mengetahui penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam laporan
posisi keuangan, laporan aktivitas dan laporan arus kas dan informasi lain yang
dipandang perlu dalam mengambil keputusan. (p. 21).
2.1.5 Sistem Informasi Akuntansi Partai Politik
2.1.5.1 Kerangka Umum Sistem Akuntansi Keuangan Partai Politik
Menurut KPU dan IAI (2003), Sistem akuntansi keuangan partai politik
merupakan suatu sistem dalam partai politik yang ada kaitannya dengan
keuangan. Sistem akuntansi merupakan salah satu diantara berbagai sistem
dalam partai politik yang digunakan pengurus dalam mengelola partai. Sistem
ini terdiri dari berbagai prosedur yang membentuk suatu bangunan sistem
akuntansi (p. 90). Beberapa jaringan fungsi yang membentuk sistem akuntansi
adalah: (p. 90-91).
24
1. Fungsi Operasi
Yaitu fungsi yang berinteraksi secara langsung terhadap kegiatan
transaksi. Dari fungsi ini, mekanisme dokumen sumber (faktur, kuitansi,
surat perjanjian, dan lain-lain) berasal. Interaksi transaksi dengan pihak-
pihak ketiga juga banyak dilakukan oleh fungsi ini.
2. Fungsi Bendahara
Bendahara merupakan fungsi yang melaksanakan penyimpanan kas
(kustodian) dan kepengurusan kas milik partai politik. Kas yang ada di
tangan maupun yang berada di berbagai rekening bank akan berada di
bawah kepengurusan bendahara. Bendahara harus membuat pembukuan
atas kas baik dari segi penerimaannya maupun pengeluarannya agar
diperoleh informasi yang andal untuk mendukung pembuatan keputusan
berkaitan dengan kas.
3. Fungsi Akuntansi (Pembukuan)
Suatu fungsi yang bertugas mencatat dan membukukan semua jenis
transaksi terkait uang dalam jurnal, register-register, buku besar, dan buku
pembantu yang akhirnya akan menyajikan semua transaksi dalam laporan
keuangan.
25
4. Fungsi Otorisasi
Adalah fungsi yang mempunyai wewenang untuk mengesahkan suatu
transaksi, fungsi ini ada di tangan hierarki pengurus tingkat tinggi. Fungsi
otorisasi juga harus menjalankan pengendalian atas semua transaksi dan
kegiatan yang mempunyai dampak keuangan terhadap partai politik. Hal
tersebut dilakukan agar laporan keuangan yang dihasilkan handal, aktiva
milik partai politik terjaga keamanannya, terlaksananya efisiensi, ekonomi
dan efektivitas operasi, serta mendorong dipatuhinya (compliance) terhadap
kebijakan dan peraturan eksternal (Undang-undang, peraturan pemerintah,
dan peraturan KPU) maupun peraturan internal yang ditetapkan oleh partai
politik.
Dokumen yang digunakan dalam sistem informasi akuntansi partai
politik, antara lain: (p. 91-92).
1. Formulir
Formulir merupakan dokumen yang menjadi media pencatatan
transaksi. Contoh dari formulir adalah bukti kas keluar, bukti kas masuk,
cek, bukti penerimaan non kas. Informasi yang tercantum dalam formulir
akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan pencatatan pada jurnal,
buku besar, dan buku pembantu.
26
2. Jurnal
Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk
mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data
lainnya. Informasi dari formulir akan dijadikan sebagai dasar untuk
mencatat dalam jurnal. Dalam jurnal ini, data keuangan untuk pertama
kalinya diklasifikasikan menurut penggolongan yang sesuai dengan
informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Dalam jurnal ini,
dilakukan kegiatan peringkasan data yang hasil peringkasannya (dalam
jumlah rupiah) lalu diposting ke rekening yang bersangkutan dalam buku
besar. Partai Politik membuat suatu jurnal umum (general journal) yang
menjadi media untuk menjurnal semua transaksi atau dapat juga membuat
specialized journal, yaitu suatu jurnal khusus untuk mencatat transaksi
yang frekuensi terjadinya sangat tinggi. Misalnya, jurnal penerimaan kas,
jurnal pengeluaran kas, dan jurnal pembelian.
3. Buku Besar
Buku besar terdiri dari akun-akun (rekening) yang digunakan untuk
meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal.
Buku-buku besar tersebut disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi
yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Buku besar dapat dipandang
sebagai wadah untuk menggolongkan data keuangan, di pihak lain dapat
dipandang pula sebagai sumber informasi keuangan untuk menyajikan
laporan keuangan.
27
4. Buku pembantu
Data-data keuangan di buku besar perlu diperinci dalam buku
pembantu. Buku pembantu ini terdiri dari sub-sub akun yang merinci akun-
akun di buku besar. Sebagai contoh, akun kas dan setara kas dalam buku
besar akan diperinci lagi sub-sub akunnya dalam buku kas di bendahara,
kas di bank, deposito dan sebagainya. Buku besar dan buku pembantu
merupakan catatan akuntansi akhir (books of final entry), yang berarti tidak
ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan
digolongkan dalam akun di buku besar dan di buku pembantu.
5. Laporan
Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang berupa
laporan posisi keuangan (neraca), laporan aktivitas (perubahan aktiva
bersih), laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
28
Berikut ini merupakan diagram alir (Flow Charts) sistem akuntansi
keuangan partai politik: (p. 89).
Gambar 2.1. Kerangka Umum Sistem Akuntansi Keuangan PARTAI POLITIK.
(Sumber : KPU dan IAI (2003, p. 89))
29
2.1.5.2 Penerimaan Kas
Menurut KPU dan IAI (2003), Kas (berupa uang tunai) diperoleh oleh
partai politik melalui kegiatan pengumpulan dana (fund raising) secara
insidental maupun secara regular atau tetap. Dalam kegiatan pengumpulan
dana yang bersifat insidental (berbentuk acara / kegiatan tertentu), bagian
bendahara kasir (pemegang uang) harus melakukan pencatatan awal atas uang
yang langsung dia terima. Bendahara dalam hal ini harus membuat bukti kas
masuk (BKM) kemudian mencatatnya dalam register kas dan copian kedua dari
bukti kas masuk disampaikan ke bagian akuntansi untuk dijurnal. Penerimaan
kas langsung harus dibuatkan rincian daftar penyumbang, yang nantinya
copiannya disampaikan juga ke bagian akuntansi. Untuk penerimaan kas
regular melalui penyetoran ke kas partai lewat sekretariat pengurus partai
(seperti yang ditunjukan pada gambar 2.2).
Untuk sumbangan yang tidak diketahui identitas penyumbangnya yang
biasanya pengumpulan dananya dimasukkan dalam kotak sumbangan, harus
dicatat pula dalam bukti penerimaan kas serta dicatat dalam sumbangan tidak
beridentitas. BKM dan daftar sumbangan tidak beridentitas dibuat rangkap dan
copiannya disampaikan ke bagian akuntansi. (p. 96).
Rincian tugas tiap-tiap bagian dalam rangka penerimaan kas langsung
adalah sebagai berikut: (p. 96-99).
30
1. Fungsi Sekretariat (Bagian Penerimaan)
Bagian penerimaan bertugas menerima semua surat yang masuk. Setiap
hari, fungsi ini membuat Daftar Penerimaan Kas Harian (DPKH), yang
berisi nama dan nominal penyumbang secara harian. Kemudian, membuat
BKM dan mengumpulkan cek. Setelah daftar penerimaan uang dan bukti
penerimaan uang dibuat, maka bukti tersebut didistribusikan kepada
bendahara beserta uang tunai dan cek yang diterima.
Secara rinci, tugas dari bagian penerimaan adalah sebagai berikut:
a. Menerima dan membuka surat masuk, memisahkan surat-surat yang
berkaitan dengan sumbangan dari surat lainnya.
b. Menerima dan menggandakan nota pemberitahuan dari bank, ketika ada
sumbangan dari simpatisan yang langsung masuk rekening bank milik
partai.
c. Mendistribusikan nota pemberitahuan ke fungsi bendahara dan fungsi
akuntansi.
d. Menggandakan bukti setor dari penyumbang, lalu didistribusikan ke
fungsi bendahara dan fungsi akuntansi.
e. Mengisi BKM. Data yang harus diisikan adalah asal kas (sumbangan /
pinjaman / iuran/ subsidi pemerintah), jumlah nominal kas, mencap
tanggal penerimaan ke BKM sementara. Kode di BKM adalah
prenumbered.
31
f. Melekatkan dengan klip, amplop yang berisi kas dan cek dengan bukti
penerimaan uang.
g. Melakukan verifikasi antara cek yang diterima dengan bukti
penerimaan uang mengenai nama penyumbang, jumlah, tanggal, dan
nomor cek.
h. Mengisi DPKH. Data yang diisikan berasal dari BKM.
i. Meneruskan cek dan BKM lembar kedua ke fungsi bendahara dan
meminta tanda tangan fungsi bendahara sebagai tanda penerimaan
cek/uang.
j. Meneruskan BKM lembar ketiga ke Fungsi Akuntansi untuk dijurnal.
k. Meneruskan BKM lembar pertama ke penyumbang atau pihak yang
memberikan dana.
2. Fungsi Bendahara
Bendahara bertugas menerima uang/cek dan bukti penerimaan uang
yang berasal dari surat masuk dan penyumbang langsung. Jika penyumbang
secara langsung menyetorkan sumbangannya ke bendahara, maka
bendahara harus membuat BKM. Setiap hari bendahara menyetorkan
semua uang yang diterima
Slip setoran dari bank kemudian didistribusikan ke fungsi akuntansi.
Berdasarkan data ini, maka fungsi akuntansi mencocokkan dengan BKM
yang dibuat berdasarkan surat masuk (penerimaan). Bukti penerimaan uang
dan bukti setor diberikan nomor urut (prenumbered). Secara detail uraian
tugas dari bendahara adalah sebagai berikut :
32
a. Menerima cek dan uang tunai dalam amplop dari bagian penerimaan
yang disertai BKM, melakukan verifikasi atas nama dan jumlah dalam
bukti penerimaan uang dengan masing-masing cek dan uang tunai.
b. Menerima uang tunai maupun cek langsung dari penyumbang (khusus
jika ada penyumbang yang langsung setor ke partai). Menerima juga
nota pemberitahuan dari bank akan adanya setoran dari penyumbang ke
kas partai dari bank.
c. Menyetorkan cek ke bank dan menyimpan serta menggandakan slip
setoran dari bank rangkap. Slip setor pertama yang telah divalidasi bank
disimpan fungsi bendahara, sementara slip setor kedua disampaikan ke
fungsi akuntansi.
d. Membuat BKM untuk uang tunai yang langsung disetor penyumbang
ke bendahara.
e. Melakukan verifikasi data-data antara jumlah uang dengan BKM dari
bagian penerimaan.
f. Mencatat ke register bank untuk uang tunai dan cek yang disetorkan ke
bank.
g. Menyimpan slip setor yang telah divalidasi bank.
3. Fungsi Akuntansi
Pada dasarnya bagian akuntansi melakukan pencatatan atas seluruh
transaksi yang berkaitan dengan penerimaan uang. Pencatatan itu meliputi
jurnal, posting, summarizing, dan reporting. Untuk memudahkan
pengendalian maka bagian akuntansi membuat subsidiary account untuk
33
keperluan pengendalian terhadap kas dan setara kas, yang terdiri dari : kas
bebas, rekening kas untuk investasi jangka panjang, kas untuk membeli
aktiva tetap, dan kas yang harus terbatasi oleh waktu. Selain itu, pencatatan
atas daftar sumbangan sangat mutlak untuk kebutuhan transparansi.
Pencatatan jurnal oleh bagian akuntansi menggunakan sistem batch
processing, yang artinya bahwa bagian akuntansi mengumpulkan lebih dulu
bukti-bukti transaksi secara periodik mingguan kemudian melakukan
penjurnalan di akhir minggu.
Fungsi akuntansi mempertahankan bukti-bukti transaksi yang
diperolehnya dari bagian lain dalam partai politik maupun bukti-bukti yang
diperolehnya langsung dari pihak eksternal.
Dokumen yang digunakan dalam sistem informasi akuntansi
penerimaan kas, antara lain: (p. 99).
a. Formulir, meliputi : Bukti Kas Masuk (BKM), Slip setor ke bank oleh
bendahara, Bukti setor penyumbang, dan Nota pemberitahuan bank atau
Rekening Koran bank.
b. Catatan / Register, meliputi : Register bank, Register kas, dan Daftar
Penerimaan Kas Harian (DPKH).
c. Buku dan Laporan, meliputi : Buku dan Jurnal Umum, Buku Besar Kas,
Daftar Sumbangan, dan Daftar Sumbangan Tidak Beridentitas.
34
Berikut ini adalah bagan alir (Flow Chart) dalam sistem penerimaan
kas partai politik: (p. 93-95).
Gambar 2.2 Prosedur Penerimaan Kas
(Sumber : KPU dan IAI (2003, p. 93))
35
Gambar 2.3 Prosedur Penerimaan Sumbangan melalui Bank (Jika ada Bukti Setor)
(Sumber : KPU dan IAI (2003, p. 94))
36
Gambar 2.4 Prosedur Penerimaan Sumbangan melalui Bank (Jika tidak ada Bukti Setor)
(Sumber : KPU dan IAI (2003, p. 95))
37
2.1.5.3 Pengeluaran Kas
Menurut KPU dan IAI (2003), Sistem dan prosedur pengeluaran kas
diawali dari Pengajuan Surat Permintaan Dana (SPD) sebanyak 2 (dua)
rangkap oleh fungsi operasi, yaitu bagian yang relevan dengan penggunaan
dana tersebut kepada bagian otorisasi untuk diteliti kelayakannya. Jika
pengajuan dana tersebut disetujui, bagian otorisasi menandatangani SPD
tersebut dan memberikannya ke bagian bendahara. Jika pengajuan dana
tersebut tidak disetujui, bagian otorisasi membuat pernyataan penolakan atas
SPD tersebut dan mengembalikannya ke bagian operasi.
Setelah menerima SPD yang telah diotorisasi, bendahara memverifikasi
kebenaran data dalam dokumen tersebut dan membuat Bukti Kas Keluar
(BKK) sebanyak 3 (tiga) rangkap. SPD lembar 1, BKK lembar 1 dan uang kas
diserahkan oleh bendahara ke fungsi operasi, BKK lembar 2 diserahkan ke
fungsi akuntansi, sedangkan SPD lembar 2 dan BKK lembar 3 diarsipkan
menurut tanggal.
Fungsi operasi mengarsipkan SPD lembar 1 dan BKK lembar 1
menurut tanggal. Fungsi operasi membelanjakan uang yang diterima dan
memberikan faktur-faktur pembeliannya ke fungsi akuntansi. Setelah
menerima BKK lembar 2, fungsi akuntansi membuat jurnal pengeluaran kas.
Faktur-faktur yang diterima dari fungsi operasi diteliti dan diperiksa
kesesuaiannya dengan BKK. Fungsi akuntansi kemudian mengarsipkan BKK
38
menurut tanggal dan faktur-faktur menurut nomor. (p. 100-101). Adapun
perincian tugas masing-masing fungsi adalah sebagai berikut: (p. 101-102).
1. Fungsi Operasi
a. Membuat Surat Permintaan Dana (SPD) sebanyak 2 rangkap
b. Mengajukan SPD ke bagian otorisasi.
c. Menerima uang dari bendahara dan membelanjakannya sesuai
anggaran.
d. Mengumpulkan faktur-faktur pembelian dan menyerahkannya ke fungsi
akuntansi.
e. Mengarsipkan SPD lembar 1 dan BKK lembar 1 dari bendahara
menurut tanggal.
f. Mengembalikan uang sisa kegiatan ke fungsi bendahara.
2. Fungsi Otorisasi
a. Menerima SPD dari bagian operasi dan meneliti kelayakannya.
b. Memberikan persetujuan/penolakan atas SPD yang diajukan
c. Memberikan SPD yang disetujui ke bendahara
d. Menandatangani cek (mengesahkan cek yang dikeluarkan bendahara).
3. Fungsi Bendahara
a. Menerima SPD yang telah disetujui dari fungsi otorisasi sebanyak 2
rangkap.
b. Memverifikasi kebenaran data dalam SPD.
39
c. Membuat BKK sebanyak 3 rangkap.
d. Menyerahkan SPD lembar1, BKK lembar 1, berikut uang ke bagian
operasi.
e. Menyerahkan BKK lembar 2 ke fungsi akuntansi.
f. Mengarsipkan SPD lembar 2 dan BKK lembar 3 menurut tanggal.
g. Menulis nilai nominal uang berdasarkan SPD dan menandatangani cek
lalu menyampaikannya ke fungsi otorisasi untuk ditandatangani lagi.
h. Menerima uang sisa kegiatan dan membuat BKM-nya untuk diteruskan
ke fungsi akuntansi untuk dijurnal.
4. Fungsi Akuntansi
a. Menerima BKK lembar 2 dari bendahara.
b. Membuat jurnal pengeluaran kas.
c. Menerima faktur-faktur pembelian dari fungsi operasi.
d. Memverifikasi dan membandingkan faktur-faktur tersebut dengan
BKK.
e. Mengarsipkan BKK menurut tanggal dan faktur-faktur menurut nomor.
Dokumen yang digunakan dalam sistem informasi akuntansi
pengeluaran kas, antara lain : Surat Permintaan Dana (SPD), Bukti Kas Keluar
(BKK), Jurnal Pengeluaran Kas (Buku Kas), Laporan Penggunaan Dana, Bukti
Kas Masuk (BKM).
40
Berikut ini merupakan bagan alir (Flow Chart) dari sistem informasi
akuntansi pengeluaran kas partai politik: (p. 100).
Gambar 2.5 Prosedur Pengeluaran Kas
(Sumber : KPU dan IAI (2003, p. 100))
41
2.2 Teori-Teori Dasar / Umum
Sub bab ini berisi teori-teori yang menjadi landasan dasar pembuatan skripsi sistem
informasi akuntansi dalam pelaporan keuangan partai politik dari sisi akuntansi dan
sistem informasi.
2.2.1 Konsep Sistem Informasi Akuntansi
Sebuah organisasi nirlaba (termasuk partai politik) memerlukan suatu sistem
yang baik dalam melakukan pengolahan data akuntansi guna mendapatkan informasi
yang handal dan reliable. Untuk memahami sistem informasi akuntansi maka akan
dibahas terlebih dahulu pengertian dan konsep dasar dari sistem informasi akuntansi.
2.2.1.1 Definisi Sistem
Terdapat beberapa definisi sistem yang berbeda antara satu penulis
dengan penulis yang lain. Berikut ini disajikan beberapa definisi sistem:
Romney dan Steinbart (2006) mendefinisikan sistem sebagai suatu
kumpulan dari dua atau lebih komponen yang saling ketergantungan dan
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. (p. 4).
Sedangkan menurut Gelinas, Sutton, Hutton (2005), sistem merupakan
suatu kumpulan dari elemen-elemen yang saling ketergantungan dan bersama-
sama menyelesaikan tujuan yang spesifik. (p. 13).
Dari pengertian – pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan sistem secara umum adalah sekelompok unsur yang
42
saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya dan berfungsi untuk
mencapai tujuan tertentu.
2.2.1.2 Definisi Informasi
Informasi harus dibedakan dari data. Menurut Wilkinson, Cerullo,
Raval, dan Wong-on-wing (2000), Data merupakan fakta-fakta mentah dan
gambaran bahkan simbol-simbol sebagai inputan dari sebuah sistem informasi.
Sedangkan informasi adalah pengetahuan yang berarti dan berguna bagi orang-
orang yang terlibat dalam sebuah sistem informasi. (p. 5-6).
Romney dan Steinbart (2006) mendefinisikan informasi sebagai data
yang telah diorganisasikan dan diproses untuk menyediakan arti bagi
pengguna.(p. 5).
Bodnar dan Hopwood (2006) mendefinisikan informasi sebagai berikut :
“Informasi merupakan suatu data yang diorganisasi yang dapat mendukung
ketepatan pengambilan keputusan. (p. 3).
Dari definisi – definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
data merupakan masukan (input) yang berupa fakta – fakta, atau keterangan –
keterangan yang belum bisa dipakai dan dimengerti oleh para pemakai
informasi sehingga belum dapat digunakan sebagai dasar dalam proses
pengambilan keputusan oleh manajemen. Sedangkan, Informasi merupakan
keluaran (output) dari suatu proses pengolahan data. Output ini biasanya sudah
tersusun dengan baik dan mempunyai arti bagi yang menerimanya, sehingga
43
dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh pihak
manajemen.
Menurut Romney dan Steinbart (2006), Informasi yang berguna
memiliki tujuh karakteristik, yaitu: (p. 6).
1. Relevan
Menambah pengetahuan atau nilai bagi para pembuat keputusan, dengan
cara mengurangi ketidakpastian, menaikkan kemampuan untuk
memprediksi, atau menegaskan/ membenarkan ekspektasi semula.
2. Dapat dipercaya
Bebas dari kesalahan atau bias dan secara akurat menggambarkan kejadian
atau aktivitas organisasi.
3. Lengkap
Tidak menghilangkan data penting yang dibutuhkan oleh para pemakai.
4. Tepat waktu
Disajikan pada saat yang tepat untuk mempengaruhi proses pembuatan
keputusan.
5. Mudah dipahami
Disajikan dalam format yang mudah dipahami.
6. Dapat diuji kebenarannya
Memungkinkan dua orang yang kompeten untuk menghasilkan informasi
yang sama secara independen.
7. Mudah diperoleh
Informasi yang diperlukan oleh para pemakai mudah didapat ketika
dibutuhkan dan memiliki format yang sesuai.
44
2.2.1.3 Definisi Sistem Informasi
Berdasarkan pendapat O’Brien (2003), sistem informasi dapat berupa
berbagai kombinasi dari orang-orang, perangkat keras (hardware), perangkat
lunak (software), jaringan komunikasi (communication networks), dan sumber-
sumber data (data resources) yang mengumpulkan, mentransformasikan, dan
menyebarluaskan informas i dalam sebuah organisasi. Orang bergantung pada
sistem informasi untuk saling berkomunikasi menggunakan berbagai macam
perangkat fisik (hardware), instruksi dan prosedur pemrosesan informasi
(software), saluran komunikasi (networks), dan penyimpanan data (data
resources). (p.7).
Menurut Turban, Rainer, Potter. (2000), suatu sistem informasi
mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis data, dan
menyebarluaskan informasi untuk suatu tujuan spesifik. Seperti berbagai
sistem lainnya, suatu sistem informasi memasukkan input (data, instruksi) dan
output (laporan, kalkulasi). Sistem informasi memproses input dan
menghasilkan output yang dikirimkan kepada pemakai atau kepada sistem lain.
Suatu mekanisme umpan balik (feedback) yang mengendalikan (control)
operasi dapat diikutsertakan. Seperti berbagai sistem lainnya, suatu sistem
informasi beroperasi di dalam suatu lingkungan (environment). (p. 15).
Menurut Hall (2001), sistem informasi adalah sebuah rangkaian
prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan
didistribusikan kepada pemakai. (p. 7).
45
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
merupakan kombinasi dari orang-orang, perangkat keras, perangkat lunak,
jaringan komunikasi dan sumber-sumber data yang saling berinteraksi
mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis data, dan
menyebarluaskan informasi untuk menghasilkan informasi yang relevan, tepat
waktu, dan akurat serta meliputi suatu mekanisme umpan balik (feedback)
dalam rangka mendukung pemecahan masalah dan pembuatan keputusan oleh
manajemen dan pengguna.
2.2.1.4 Definisi Akuntansi
Menurut Horngren, Harrison, Bamber (2002), akuntansi merupakan
sebuah sistem informasi yang mengukur aktivitas-aktivitas bisnis, kemudian
memproses informasi tersebut menjadi laporan-laporan, dan
mengkomunikasikan hasil-hasil tersebut kepada para pembuat keputusan.
(p. 5).
Kemudian, Wilkinson et al. (2000) berpendapat bahwa akuntansi
memiliki beberapa segi. Pertama, akuntansi mencakup (1) pencatatan data
ekonomi (koleksi data), (2) pemeliharaan data yang disimpan (manajemen
data), dan (3) presentasi informasi kuantitatif dalam istilah-istilah
keuangan/finansial (information generation). Kedua, akuntansi merupakan
“bahasa bisnis” yang menyediakan arti mengenai peristiwa-peristiwa utama
dari sebuah perusahaan bisnis yang dinyatakan dan diringkas. Terakhir,
akuntansi dapat dipandang sebagai suatu informasi keuangan yang diperlukan
46
untuk keseluruhan fungsi dari suatu entitas (seperti business firm). Informasi
keuangan utama tertentu, misalnya, merefleksikan hasil-hasil operasi selama
periode akuntansi dan status harta/aset dan modal/ekuitas pada akhir periode
akuntansi. Berbagai pemakai, beberapa dari mereka berada di dalam entitas dan
beberapa lainnya berada di luar entitas, menggunakan informasi ini untuk
tujuan-tujuan yang bervariasi. (p. 5).
Sedangkan menurut Romney dan Steinbart (2006), akuntansi
merupakan proses identifikasi, pengembangan, pengukuran, dan komunikasi.
(p. 7).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan
sistem informasi yang mencakup pencatatan data ekonomi, manajemen data,
serta presentasi informasi kuantitatif dalam istilah-istilah finansial yang
kemudian laporan-laporan tersebut diproses dan hasil-hasilnya
dikomunikasikan kepada berbagai pengguna untuk tujuan pembuatan
keputusan.
2.2.1.5 Definisi Sistem Informasi Akuntansi
Pengertian sistem informasi akuntansi dapat dilihat dari beberapa
definisi yang diberikan oleh para ahli dalam bidang ini.
Berdasarkan pendapat Jones dan Rama (2006), sistem informasi
akuntansi merupakan suatu subsistem dari Sistem Informasi Manajemen (SIM)
yang menyediakan informasi keuangan dan akuntansi sebagaimana informasi
47
lain yang diperoleh di dalam pemrosesan rutin dari transaksi-transaksi
akuntansi. (p. 13).
Menurut Horngren et al. (2002), sistem informasi akuntansi adalah
kombinasi dari personil, catatan-catatan, dan prosedur-prosedur yang
digunakan oleh suatu bisnis untuk menyediakan data keuangan. (p. 227).
Menurut Krismiaji (2005):
“Sistem Informasi Akuntansi adalah sebuah sistem yang memproses data dan
transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk merencanakan,
mengendalikan, dan mengoperasikan bisnis.” (p. 4).
Wilkinson et al. (2000). mendefinisikan sistem informasi akuntansi
sebagai sebuah struktur seragam dalam sebuah entitas, seperti lingkungan
bisnis, yang mempekerjakan sumber daya fisik dan komponen-komponen
lainnya untuk mentransformasikan data ekonomi menjadi informasi akuntansi,
dengan tujuan memuaskan kebutuhan informasi dari pihak-pihak yang
membutuhkan. (p. 7).
Menurut Romney dan Steinbart (2006), Sistem informasi akuntansi
adalah sebuah sistem yang mengumpulkan, merangkum, dan memproses data
untuk menghasilkan informasi bagi pembuat keputusan. (p. 6)
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
akuntansi merupakan kumpulan dari suatu aktivitas dan sumber daya yang
mempunyai tujuan yaitu menyediakan informasi keuangan yang relevan dalam
pengambilan keputusan, serta mempunyai fungsi untuk memastikan bahwa
data yang diproses menjadi informasi, dilakukan secara konsisten dari transaksi
48
organisasi. Kemudian informasi yang dihasilkan ditujukan untuk laporan pihak
intern / manajemen sebagai alat perencanaan dan pengendalian.
2.2.2 Komponen-komponen Sistem Informasi Akuntansi
Berdasarkan pendapat Romney dan Steinbart (2006), terdapat enam komponen
sistem informasi akuntansi (p. 6-7), yaitu:
1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem dan melakukan berbagai fungsi.
2. Prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi, baik manual maupun terotomatisasi,
yang terlibat dalam mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data mengenai
aktivitas-aktivitas organisasi.
3. Data mengenai organisasi dan proses-proses bisnisnya.
4. Perangkat lunak yang digunakan untuk memproses data organisasi.
5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, perangkat pendukung, dan
perangkat komunikasi jaringan yang digunakan untuk mengumpulkan,
menyimpan, memproses, serta mentransmisikan data dan informasi.
6. Pengukuran keamanan dan pengendalian internal yang mengamankan data dalam
sistem informasi akuntansi.
2.2.3 Fungsi dan Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2006), Sistem Informasi Akuntansi memiliki
tiga fungsi penting dalam organisasi, yaitu: (p. 7).
1. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas - aktivitas yang
dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas -
49
aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai aktivitas tersebut,
agar pihak internal dan pihak - pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau
ulang (review) hal - hal yang telah terjadi.
2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi pihak internal untuk
membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
3. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset – aset organisasi,
termasuk data organisasi, untuk memastikan bahwa data tersebut tersedia saat
dibutuhkan, akurat, dan handal.
Menurut AICPA yang dikutip oleh Romney (2006), SIA memiliki lima tujuan
utama, yaitu: (p. 219).
1. Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang valid.
2. Mengklasifikasi transaksi secara tepat.
3. Mencatat transaksi pada nilai moneter yang tepat.
4. Mencatat transaksi dalam periode akuntansi yang tepat.
5. Menampilkan secara tepat semua transaksi dan pengungkapan yang berkaitan
dalam laporan keuangan.
2.2.4 Pengendalian Intern
Pengendalian intern diperlukan oleh setiap organisasi untuk mencegah atau
menjaga terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti kesalahan-kesalahan atau
kecurangan-kecurangan dan dapat digunakan untuk mengawasi serta melakukan
tindakan koreksi jika terjadi kesalahan – kesalahan.
50
2.2.4.1 Pengertian Pengendalian Intern
Pengendalian Intern menurut Krismiaji (2005) adalah:
“Rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga atau
melindungi aktiva, menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya,
memperbaiki efisiensi, dan untuk mendorong ditaatinya kebijakan
manajemen.”(p. 218).
Boynton, Johnson, Kell (2001) mendefinisikan pengendalian intern
sebagai sebuah proses, yang dibuat oleh jajaran direksi, pihak manajemen, dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan, yang dibuat untuk menyediakan
pertanggungjawaban atas hal-hal berikut : keandalan laporan keuangan,
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, serta efektivitas dan
efisiensi operasi. (p. 325).
Berdasarkan pendapat Horngren et al. (2002, p. 267), pengendalian
internal merupakan rencana organisasi dan seluruh tindakan-tindakan yang
berhubungan yang diadopsi oleh suatu entitas untuk:
1. Mengamankan aset yang digunakan oleh suatu bisnis dalam operasi-
operasinya.
2. Mendorong kesetiaan terhadap kebijakan-kebijakan perusahaan.
3. Meningkatkan efisiensi operasional (memperoleh hasil terbaik pada biaya
terendah).
4. Memastikan catatan-catatan akuntansi yang akurat dan dapat diandalkan.
Sedangkan menurut Jones dan Rama (2006), pengendalian internal
(internal control) merupakan suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan
51
direksi entitas, manajemen, dan personil lain, yang dirancang untuk
menyediakan kepastian yang layak dengan memperhatikan pencapaian tujuan
dalam kategori-kategori berikut ini: efektivitas dan efisiensi operasi; keandalan
pelaporan keuangan; dan kepatuhan terhadap peraturan-peraturan dan hukum
yang dapat dipakai (applicable). (p. 103).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal
merupakan kebijakan, praktek, dan prosedur yang diterapkan oleh suatu entitas
untuk efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan
kepatuhan terhadap peraturan-peraturan dan hukum yang berlaku dari entitas
tersebut.
2.2.4.2 Komponen – Komponen Model Pengendalian Intern
Ada lima komponen model pengendalian intern yang dihasilkan oleh
Comitee of Sponsoring Organization (COSO) menurut Romney dan Steinbart
(2006), yaitu : (p. 196).
1. Lingkungan pengendalian (Control Environment)
Inti dari semua organisasi adalah orangnya, yaitu sifat masing-masing
individu, termasuk integritas, nilai etika, dan kemampuan, serta lingkungan
yang dapat beroperasi. Itu adalah alat yang mengendalikan organisasi dan
merupakan dasar dari segala sesuatu dalam organisasi.
2. Aktivitas pengendalian (Control Activities)
Merupakan pengidentifikasian dan analisa oleh entitas atas resiko-resiko
relevan untuk pencapaian tujuan-tujuannya, yang membentuk dasar untuk
menentukan bagaimana resiko sebaiknya dikelola.
52
3. Perhitungan risiko (Risk Assessment)
Merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu dalam menjamin
bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan.
4. Informasi dan komunikasi (Information and Communication)
Merupakan identifikasi, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam
suatu bentuk dan kerangka waktu yang memungkinkan orang-orang
mampu melaksanakan tanggung jawabnya.
5. Pemantauan (Monitoring)
Merupakan suatu proses untuk menilai kualitas kinerja pengendalian
internal pada suatu waktu. Suatu proses harus diawasi dan melakukan
perubahan bila diperlukan. Cara lainnya adalah sistem dapat bereaksi
dengan lebih dinamis, berubah sesuai dengan kondisi yang ada.
2.2.4.3 Tujuan Pengendalian Intern
Romney dan Steinbart (2006) menyatakan ada tujuh tujuan
pengendalian intern yang harus dicapai, yaitu: (p.192).
1. Mengamankan harta organisasi, termasuk mencegah atau mendeteksi hal-
hal seperti pencurian dan kerusakan.
2. Mengurus pencatatan dengan akurat yang menggambarkan harta organisasi.
3. Menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya
4. Menyediakan kepastian bahwa laporan keuangan disajikan sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.
5. Meningkatkan efisiensi operasional termasuk memastikan penerimaan dan
pengeluaran kas yang terjadi telah diotorisasi oleh pihak manajemen.
6. Meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan organisasi.
53
7. Mengikuti aturan-aturan hukum yang berlaku.
Berdasarkan pendapat Hall (2001), sistem pengendalian internal terdiri
dari kebijakan, praktek, dan prosedur yang digunakan oleh organisasi untuk
mencapai 4 (empat) tujuan umum, yaitu: (p. 138).
1. Untuk mengamankan aset organisasi.
2. Untuk menjamin keakuratan dan keandalan informasi dan catatan-catatan
akuntansi.
3. Untuk meningkatkan efisiensi operasi-operasi organisasi.
4. Untuk mengukur kepatuhan manajemen terhadap prosedur-prosedur dan
kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Wilkinson et al. (2000), kebijakan dan prosedur
sistem pengendalian internal digunakan untuk mempertahankan informasi yang
akurat dan operasi yang handal. Pengendalian internal dimaksudkan untuk
mencapai tujuan tertentu dari organisasi yang dikategorikan menjadi tiga,
yaitu: (p. 235).
1. Efektivitas dan efisiensi operasi.
2. Keandalan pelaporan keuangan.
3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
54
2.2.5 Konsep Analisis dan Perancangan
Menurut McLeod (2001), analisis sistem merupakan penelitian atas sistem
yang telah ada dengan tujuan merancang sistem baru atau diperbaharui. Di dalam
tahap analisis sistem, seorang sistem analis terus bekerja sama dengan manajer, dan
komite pengarah SIM yang terlibat dalam titik-titik penting. (p. 190).
2.2.6 Analisis Sistem
Analisis sistem bertanggung jawab atas pengembangan perancangan umum
dari aplikasi sistem. Analisis sistem bekerja dengan para pengguna untuk
mendefinisikan kebutuhan informasi spesifik mereka. Kemudian, kebutuhan ini
dikomunikasikan kepada fungsi perancangan sistem. Berikut ini akan diuraikan
mengenai pengertian analisis sistem oleh beberapa ahli serta tahapan-tahapan dalam
analisis sistem.
2.2.6.1 Pengertian Analis Sistem
Berdasarkan pendapat Bodnar dan Hopwood (2001), analisis sistem
merupakan suatu tahapan dari pengembangan sistem yang bertanggung jawab
untuk pengembangan perancangan umum dari aplikasi sistem komputer untuk
menyelesaikan masalah-masalah para pengguna. (p. 484) Analisis sistem
dimulai setelah perencanaan sistem mengidentifikasikan subsistem-subsistem
untuk pengembangan. Tujuan utamanya adalah pemahaman sistem dan
masalah-masalah yang ada, pendeskripsian kebutuhan-kebutuhan informasi,
dan pembangunan prioritas-prioritas untuk sistem bekerja lebih jauh. (p. 497)
55
Kemudian, Whitten, Bentley, Dittman (2004) berpendapat bahwa
analisis sistem merupakan pembelajaran dari sebuah problem domain bisnis
untuk merekomendasikan perbaikan-perbaikan dan menspesifikasikan
kebutuhan-kebutuhan bisnis dan prioritas-prioritas bagi suatu solusi. (p. 38).
Sedangkan menurut Romney dan Steinbart (2006), analisis sistem
merupakan suatu pendekatan sistematis dan teliti bagi pembuatan keputusan,
dikarakteristikan melalui definisi komprehensif dari alternatif-alternatif yang
tersedia dan analisis mendalam dari tiap alternatif sebagai suatu dasar untuk
pemilihan alternatif terbaik. (p. 792).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa analisis sistem merupakan
suatu tahapan dalam pengembangan sistem yang meliputi pembelajaran sistem
yang ada untuk merancang sistem baru yang lebih baik.
2.2.6.2 Tahapan Analisis Sistem
Berdasarkan pendapat Bodnar dan Hopwood (2001), tahapan dalam
analisis sistem adalah sebagai berikut (p. 500-504) :
1. Melakukan survei terhadap sistem yang sedang berjalan sekarang.
2. Mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan informasi.
3. Mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan sistem (system requirements).
4. Mengembangkan suatu laporan analisis sistem.
56
2.2.7 Perancangan Sistem
Perancangan sistem merupakan tahapan setelah analisis sistem. Berikut ini
akan diuraikan mengenai pengertian perancangan sistem oleh beberapa ahli serta
tahapan-tahapan dalam perancangan sistem.
2.2.7.1 Pengertian Perancangan Sistem
Berdasarkan pendapat Bodnar dan Hopwood (2001), perancangan
sistem merupakan suatu tahapan dari pengembangan sistem yang
memperhatikan formulasi dari spesifikasi-spesifikasi terperinci atas sistem
yang diusulkan. (p. 484).
Menurut Whitten et al. (2004), perancangan sistem merupakan
spesifikasi atau konstruksi dari suatu solusi yang berbasis komputer dan teknis
bagi kebutuhan-kebutuhan bisnis yang diidentifikasikan dalam analisis
sistem.(p. 39) (Catatan: Rancangan mengambil bentuk dari sebuah working
prototype.)
Sedangkan, Romney dan Steinbart (2006) berpendapat bahwa
perancangan sistem merupakan proses persiapan spesifikasi-spesifikasi
terperinci untuk pengembangan sistem informasi yang baru. (p. 792).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem
merupakan suatu tahapan dari pengembangan sistem yang meliputi proses
persiapan spesifikasi-spesifikasi secara terperinci atas sistem yang diusulkan.
57
2.2.7.2 Tahapan Perancangan Sistem
Berdasarkan pendapat Bodnar dan Hopwood (2001), tahapan dalam
perancangan sistem adalah sebagai berikut: (p. 511-515).
1. Mengevaluasi alternatif-alternatif perancangan.
2. Mempersiapkan spesifikasi-spesifikasi perancangan.
3. Mempersiapkan dan mengajukan spesifikasi-spesifikasi perancangan
sistem.
4. Perencanaan (blueprinting) proses kegiatan.
2.2.8 Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
Berdasarkan pendapat Mathiassen, Munk-Madsen, Nielsen, dan Stage (2000),
metode analisis dan perancangan berorientasi objek menggunakan objects dan
classes sebagai konsep utama dan membangun empat prinsip-prinsip umum bagi
analisis dan perancangan: pemodelan konteks sistem, penekanan pada pertimbangan-
pertimbangan arsitektural, penggunaan kembali pola-pola yang memperlihatkan ide-
ide perancangan yang dibangun dengan baik, dan penyesuaian metode terhadap
setiap situasi pengembangan. (p. 3-4).
Metode analisis dan percancangan berorientasi objek (OOA&D) meliputi
empat perspektif melalui empat aktivitas-aktivitas utama yang diperlihatkan pada
58
Gambar 2.6. Prioritas dan organisasi dari aktivitas-aktivitas utama OOA&D
bergantung pada situasi. (p. 14-15)
Gambar 2.6 Aktivitas Utama dan Hasil dari Analisis dan Perancangan Berorient asi Objek
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p. 15))
Notasi standar yang digunakan dalam OOA&D adalah UML (Unified
Modeling Language). UML hanya digunakan sebagai notasi dan bukan sebagai
metode dalam melakukan pemodelan (modeling). (p. 17).
Problem Domain Analysis
Architectural Design
Application Domain Analysis
Specifications of Architecture
Model
Specifications of
Components
Requirements for Use
Component Design
59
Berdasarkan pendapat Whitten et al. (2004), analisis dan perancangan
berorientasi objek merupakan sekumpulan perangkat dan teknik bagi pengembangan
sistem yang memanfaatkan teknologi-teknologi objek untuk membangun atau
mengkonstruksi sebuah sistem dan software-software yang bersangkutan.(p. 31).
2.2.8.1 Objects
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), Object merupakan
sebuah entitas dengan identitas, state, dan behavior. (p. 4).
Berdasarkan pendapat Whitten et al. (2004), object merupakan
enkapsulasi data (disebut properti) yang mendeskripsikan orang, tempat,
kejadian, atau benda yang mempunyai ciri tersendiri, dengan seluruh proses-
proses (disebut metode) yang memungkinkan untuk menggunakan atau
mengupdate data dan propertinya. (p. 109).
2.2.8.2 Prinsip-Prinsip Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), analisis dan
perancangan berorientasi objek membangun empat prinsip-prinsip analisis dan
perancangan yang umum sebagai berikut: (p. 6-12).
1. Pemodelan Konteks (Model the Context)
Konteks sistem dapat dilihat dari dua perspekif yang saling melengkapi
problem domain dan application domain. Kesuksesan sistem bergantung
pada seberapa baik problem domain dan application domain terhubung
secara bersama-sama ke dalam keseluruhan fungsi (functioning whole).
60
2. Penekanan Arsitektur (Emphasize the Architecture)
Analisis dan perancangan berorientasi objek menekankan arsitektur sistem
sebagai sebuah tantangan utama, memfokuskan pada kemudahan
pemahaman, fleksibilitas, dan kegunaan sebagai kualitas perancangan yang
penting. Terdapat tiga komponen arsitektur dasar: model component,
function component, dan interface component.
3. Penggunaan Kembali Pola-Pola (Reuse Patterns)
Pembangunan pada ide-ide yang telah dibuat dengan baik dan komponen-
komponen yang telah teruji (pretested) memperbaiki kualitas sistem dan
produktivitas proses pengembangan.
4. Penyesuaian Metode (Tailor the Method)
Analisis dan perancangan berorientasi objek disesuaikan terhadap proyek
dan organisasi yang merefleksikan empat perspektif sentral pada suatu
sistem dan konteksnya, yaitu isi (contents) informasi dari sistem,
bagaimana sistem akan digunakan, sistem sebagai keseluruhan, dan
komponen-komponen dari sistem. Perspektif-perspektif tersebut terhubung
dengan aktivitas-aktivitas utama dari analisis dan perancangan berorientasi
objek, yaitu problem domain analysis, application domain analysis,
architectural design, dan component design, secara berturut-turut.
61
2.2.9 System Definition
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), system definition merupakan
suatu deskripsi singkat dari sistem yang terkomputerisasi yang diperlihatkan dalam
bahasa natural. System definition seharusnya singkat dan tepat, dan berisikan
keputusan yang paling utama (fundamental) mengenai sistem. (p. 24).
Terdapat tiga subaktivitas yang harus dilakukan untuk membuat system
definition, yaitu usaha untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dari situasi,
membuat dan mengevaluasi ide-ide untuk perancangan sistem, dan diakhiri dengan
memformulasikan dan mengevaluasi system definition sesuai dengan situasi yang
ada. System definition dihasilkan melalui iterasi pada tiga subaktivitas tersebut.
(p. 25).
2.2.9.1 FACTOR Criterion
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), FACTOR criterion
terdiri dari 6 elemen sebagai berikut: (p. 39-40).
1. Functionality: Fungsi-fungsi sistem yang mendukung tugas-tugas
application domain.
2. Application domain: Bagian-bagian dari sebuah organisasi yang
mengelola, mengawasi, atau mengendalikan problem domain.
3. Conditions: Kondisi-kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan
digunakan.
4. Technology: Baik teknologi yang digunakan untuk mengembangkan
sistem dan teknologi dimana sistem akan berjalan.
62
5. Objects: Objek-objek utama di dalam problem domain.
6. Responsibility: Keseluruhan tanggung jawab sistem dalam hubungan
dengan konteksnya.
2.2.9.2 Rich Picture
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), rich picture merupakan
sebuah gambaran informal yang mempresentasikan pemahaman ilustrator dari
suatu situasi. (p. 26). Dengan demikian, dapat digunakan untuk memfasilitasi
komunikasi di antara pemakai dalam sistem dan mendapatkan sebuah
gambaran dari situasi dengan cepat.
2.2.10 Problem Domain Analysis
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), problem domain merupakan
bagian dari suatu konteks yang dikelola, diawasi, atau dikendalikan oleh sebuah
sistem. (p. 6).
Problem domain analysis memfokuskan pada pertanyaan inti mengenai
informasi apa yang seharusnya berhubungan dengan sistem. Tujuan dari problem
domain analysis adalah untuk mengidentifikasi dan memodelkan suatu problem
domain. Model sendiri didefinisikan sebagai suatu deskripsi dari kelas-kelas
(classes), objek-objek (objects), struktur-struktur (structures), dan perilaku
(behavior) dalam suatu problem domain. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam
problem domain analysis adalah memodelkan dunia nyata karena pemakai (users) di
masa depan akan melihatnya, mendapatkan sebuah gambaran terlebih dahulu dan
63
kemudian menyediakan rincian-rincian. Hasil dari problem domain analysis adalah
sebuah model yang bertalian secara logis (coherent) dari suatu problem domain.
(p. 45).
Problem domain analysis dibagi ke dalam tiga aktivitas sebagaimana
diperlihatkan pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.7. Pertama, memilih objects, classes, dan
events yang akan menjadi elemen dari model problem domain. Kemudian,
membangun model dengan memfokuskan pada hubungan struktural di antara classes
dan objects yang telah dipilih. Terakhir, memfokuskan pada dynamic properties dari
objects. (p. 46).
Aktivitas Isi Konsep Class Objek dan event mana yang merupakan
bagian dari problem domain Class, objek, dan event
Structure Bagaimana class dan objek saling berkaitan satu sama lain secara konseptual
Generalization, aggregation, association, dan cluster
Behaviour Properti dinamik mana yang dimiliki objek
Event trace, behavioural pattern, dan attribute
Tabel 2.1 Aktivitas dalam Analisa Problem Domain
(Sumber : Mathiassen at al. (2000, p. 45))
64
Gambar 2.7 Aktivitas-Aktivitas dalam Pemodelan Problem Domain
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p. 46))
2.2.10.1 Classes
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), Class merupakan
suatu deskripsi dari sekumpulan objek-objek yang berbagi struktur, pola
perilaku, dan atribut-atribut. (p. 53).
Sedangkan event merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang
terjadi seketika yang melibatkan satu atau lebih objek. (p. 51).
Untuk menjalankan aktivitas classes dapat dimulai dengan
mengidentifikasikan kandidat atau calon yang mungkin untuk classes dan
events dalam model Problem Domain. Setelah itu, evaluasi dan pilih secara
Behavior
Structure
System Definition
Model
Classes
65
kritis classes dan events yang benar-benar relevan dengan konteks sistem.
(p. 55).
Aktivitas classes menghasilkan suatu event table dengan classes
dan events yang berkaitan seperti terlihat pada Tabel 2.2. Dimensi horizontal
terdiri dari classes yang terpilih, dimensi vertikal terdiri dari events yang
terpilih, dan tanda cek mengindikasikan objects dari class yang terlibat dalam
event spesifik. Abstraksi, klasifikasi, dan seleksi merupakan tugas-tugas
utama dalam aktivitas class. Class merupakan kegiatan yang pertama
dilakukan di dalam problem domain analysis. (p. 49-50).
Class Events Customer Assistant Apprentice Appointment Plan
Reserved * * + * Cancelled * * + Treated * +
Employed + + Resigned + + Graduated +
Agreed * * * Tabel 2.2 Contoh Event Table untuk Sistem Hair Salon
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p. 100))
2.2.10.2 Structure
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), structure bertujuan
untuk mendeskripsikan hubungan struktural di antara classes dan objects
dalam problem domain. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam structure,
yaitu pembelajaran abstrak, hubungan statis di antara classes; pembelajaran
konkrit, hubungan dinamis di antara objects; pemodelan hanya hubungan-
66
hubungan struktural yang diperlukan. Hasil dari structure berupa sebuah
class diagram dengan classes dan structures. (p. 69).
Konsep structure menurut Mathiassen (2000) bisa dibagi menjadi:
1. Class Structures
Class structures memperlihatkan hubungan-hubungan konseptual yang
statis di antara classes, terdiri dari:
a. Generalization
Generalisasi merupakan suatu kelas yang umum (kelas super) yang
mendeskripsikan sebuah grup dari kelas-kelas khusus (subkelas).
Pada Gambar 2.8 memperlihatkan contoh dari struktur generalisasi.
Gambar 2.8 Contoh Generalization Structure
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p. 73))
b. Cluster
Cluster merupakan sekumpulan dari classes yang berhubungan. Pada
Gambar 2.9 memperlihatkan contoh cluster structure pada suatu
automobile register.
Passenger Car
Taxi Private Car
67
Gambar 2.9 Contoh Cluster Structure
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p. 75))
2. Object Structures
Object structures menangkap hubungan-hubungan yang dinamis di antara
objects dalam problem domain, terdiri dari:
a. Aggregation
Aggregation merupakan suatu objek superior (keseluruhan) yang
terdiri dari sejumlah objek-objek inferior (bagian-bagian). Pada
Gambar 2.10 memperlihatkan contoh dari struktur agregasi.
<<cluster>>
Cars
<<cluster>>
People
Car
Engine Passenger Car
Cylinder Taxi
Owner
Clerk
68
Gambar 2.10 Contoh Aggregation Structure
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p76))
Terdapat tiga tipe struktur agregasi, yaitu:
1) Whole-Part, dimana whole merupakan jumlah dari parts; jika
menambahkan atau menghilangkan salah satu part, berarti
mengubah keseluruhan secara mendasar (fundamental).
2) Container-Content, dimana whole merupakan wadah (container)
untuk parts; jika menambahkan atau menghilangkan salah satu
content, tidak akan mengubah properties dasar dari keseluruhan.
3) Union-Member, dimana whole merupakan sebuah gabungan
(union) dari members yang terorganisasi. Penambahan atau
pengurangan beberapa member tidak akan mengubah gabungan
Car
Body Engine Wheel
Cam Shaft Cylinder
1
1
1
1
1
4..*
1
2..*
1
1..*
69
secara mendasar. Terdapat batasan yang lebih rendah pada jumlah
members karena tidak mungkin sebuah union tanpa members.
b. Association
Association merupakan suatu hubungan yang berarti di antara
sejumlah objects. Pada Gambar 2.11 memperlihatkan contoh dari
struktur asosiasi. Struktur asosiasi tersebut menunjukkan bahwa car
dimiliki oleh satu atau lebih person dan satu person memiliki nol
(tidak memiliki) atau lebih banyak car. (p. 71-79).
Gambar 2.11 Contoh Association Structure
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p. 77)
Hasil akhir dari aktivitas structure ini adalah class diagram
dengan class dan struktur – strukturnya.
2.2.10.3 Behaviour
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), aktivitas behavior
adalah aktivitas terakhir dalam problem domain analysis, bertujuan untuk
memodelkan apa yang terjadi (perilaku dinamis) dari suatu problem domain
sistem sepanjang waktu. Tugas utama dalam aktivitas ini adalah
menggambarkan pola perilaku (behavioral pattern) dan attribute dari setiap
Car Person 0..* 1..*
70
class. Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah pola perilaku (behavioral pattern)
dengan attributes untuk setiap class dalam suatu class diagram, yang dikenal
dengan state chart diagram, dapat dilihat pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12 Contoh Statechart Diagram untuk Class Customer
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p. 90))
Event trace merupakan serangkaian events yang melibatkan sebuah
object yang spesifik. Behavioral pattern merupakan suatu deskripsi dari
event traces yang mungkin untuk seluruh objects dalam sebuah class.
Terdapat tiga notasi untuk behavioral pattern, yaitu:
1. Sequence: events muncul satu per satu secara berurutan. Notasinya: “+”.
2. Selection: pemilihan satu event dari sekumpulan event yang muncul.
Notasinya: “|”.
/ account opened
(date)
/ account closed
(date)
/ account withdrawn
(date, amount)
/ account deposited
(date, amount)
Open
71
3. Iteration: sebuah event muncul sebanyak nol atau berulang kali.
Notasinya: “*”.
Behavior dari sebuah class customer dapat dideskripsikan melalui
ekspresi yang teratur berikut ini:
/account opened + (/amount deposited | /amount withdrawn)* + /account
closed (p. 89-93).
Terdapat tiga bentuk behavior patterns dasar, yaitu:
1. The Stepwise Relation Pattern
The stepwise relation pattern digunakan ketika problem domain objects
tertentu terhubung pada elemen-elemen dari suatu hirarki dengan cara
bertahap atau berurutan.
2. The Stepwise Role Pattern
The stepwise role pattern mendeskripsikan interaksi di antara beberapa
objects dalam jangka waktu tertentu (over time), tetapi pola ini
memfokuskan pada dimensi horisontal pada suatu class diagram daripada
dimensi vertikal. Pola ini dapat digunakan untuk mendeskripsikan
bagaimana behavior keseluruhan berubah karena bagian-bagiannya
menjadi aktif.
3. The Composite Pattern
The composite pattern menawarkan suatu cara untuk mendeskripsikan
penciptaan dan penghancuran dari suatu hirarki menggunakan struktur
72
yang terperinci yang tidak diketahui pada saat pengembangan model.
(p. 102-105).
2.2.11 Application Domain Analysis
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), Application domain :
Organisasi yang mengadministrasi, memonitor, atau mengontrol sebuah problem
domain. (p. 6).
Tujuan dari application domain analysis adalah menentukan kebutuhan
fungsi ( functions) dan antarmuka (interfaces) sistem. Prinsip-prinsip yang digunakan
dalam application domain analysis adalah dengan menentukan application domain
dengan use cases dan mengkolaborasikan dengan para pemakai (users). (p. 115).
Aktivitas dari application domain analysis terdiri dari usage, functions, dan
interfaces sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan Gambar 2.13. (p. 117).
Kegiatan Isi Konsep
Usage Bagaimana sistem berinteraksi dengan user dan dengan sistem lain dalam konteks?
Use case dan actor
Functions Bagaimana kemampuan sistem dalam memproses informasi?
Function
Interface Apa kebutuhan atau persyaratan dari interface sistem yang ditargetkan?
Interface, user interface, dan system interface
Tabel 2.3 Aktivitas dalam Application Domain Analysis
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p. 117))
73
Gambar 2.13 Application Domain Analysis
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p117))
2.2.11.1 Usage
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), kegiatan use case
merupakan kegiatan pertama dalam analisis application domain. Tujuan dari
aktivitas usage adalah untuk menentukan bagaimana actors berinteraksi
dengan sebuah sistem. Actors merupakan sebuah abstraksi dari orang (users)
atau sistem-sistem lain yang berinteraksi dengan functions dari target system.
Use case merupakan sebuah pola atau abstraksi untuk berinteraksi dengan
sistem dan actors dalam application domain. Prinsip-prinsip yang digunakan
adalah dengan menentukan application domain dengan use cases,
mengevaluasi use case dalam kolaborasi dengan use cases, menilai
System Definition
Requirements
Usage
Functions
Interfaces
74
perubahan-perubahan sosial dalam application domain. Hasil dari aktivitas
usage ini adalah deskripsi dari seluruh use cases dan actors, yang
digambarkan dengan use case diagram pada Gambar 2.14 berikut.
Gambar 2.14 Use Case Diagram for The Automatic Payment System
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p122))
75
Use case dapat digambarkan dengan menggunakan spesifikasi use
case dimana use case dijelaskan secara singkat, namun jelas dan dapat
disertai dengan keterangan objek sistem yang terlibat dan function dari use
case tersebut atau dengan diagram state chart karena use case adalah sebuah
fenomena yang dinamik.
Cara untuk mengidentifikasi actor adalah dengan mengetahui
alasan actor menggunakan sistem. Masing-masing actor memiliki alasan
yang berbeda untuk menggunakan sistem. Cara lainnya, yaitu dengan melihat
peran dari actor seperti yang dinyatakan oleh use case ketika actor tersebut
terlibat. Masing-masing actor memiliki peran yang berbeda-beda. Setiap
actor akan berkorespondensi dengan kelas dalam problem domain yang
berbeda karena mereka memiliki pola behavioural objek yang berbeda-beda.
Actor dapat digambarkan dalam spesifikasi actor yang memiliki tiga bagian,
yaitu tujuan, karakteristik, dan contoh dari actor tersebut. Tujuan merupakan
peran dari actor dalam sistem target, sedangkan karakteristik
menggambarkan aspek-aspek yang penting dari actor.
Use case pattern yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan
menggambarkan use case terdiri dari:
1. The Procedural Pattern
The procedural use case pattern merupakan solusi umum untuk
memastikan bahwa seluruh peraturan-peraturan (rules) dijalankan
(observed).
76
2. The Material Pattern
The material use case sesuai untuk situasi-situasi ketika tidak terdapat
peraturan-peraturan bisnis yang mengatur usage. Pola ini merupakan
sebuah use case dengan sedikit general states, yang berarti bahwa
kebanyakan tindakan-tindakan dapat dilaksanakan. (p. 119-134).
Sequence diagram menjelaskan tentang interaksi di antara beberapa
objek dalam jangka waktu tertentu. Sequence diagram melengkapi class
diagram, yang menjelaskan situasi yang umum dan statis. Sebuah sequence
diagram dapat mengumpulkan rincian situasi yang kompleks dan dinamis
yang melibatkan beberapa dari kebanyakan object yang digeneralisasikan
dari class pada class diagram. (p. 340).
Berdasarkan pendapat Whitten et al. (2004), Sequence diagram
memperlihatkan bagaimana objek-objek saling berinteraksi selama jangka
waktu tertentu secara terperinci. (p. 687). Sequence diagram membantu
analis untuk mengidentifikasi rincian dari aktivitas yang dibutuhkan untuk
menjalankan fungsi dari sebuah use case.
2.2.11.2 Functions
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000, p. 137-141),
function merupakan suatu fasilitas untuk pembuatan sebuah model yang
berguna bagi actors. Tujuan dari aktivitas function adalah untuk menentukan
kemampuan pemrosesan informasi dari sebuah sistem. Prinsip-prinsip yang
digunakan adalah dengan mengidentifikasikan seluruh functions, hanya
77
menspesifikasikan functions yang kompleks, memeriksa (check) konsistensi
dengan use cases dan model. Function analysis terdiri dari tiga subaktivitas-
subaktivitas, yaitu menemukan functions, menspesifikasikan functions yang
kompleks, dan mengevaluasi secara kritis. Hasil dari aktivitas ini berupa
sebuah daftar yang lengkap dari functions dengan spesifikasi dari functions
yang kompleks. Daftar function harus lengkap, menyatakan kebutuhan
kolektif dari pelanggan dan aktor, serta harus konsisten dengan use case.
Terdapat empat tipe functions, yaitu:
1. Update functions
Diaktivasi oleh event dari problem domain dan menghasilkan suatu
perubahan dalam state dari model.
2. Signal functions
Diaktivasi oleh suatu perubahan pada state dari model dan menghasilkan
reaksi pada context; reaksi ini dapat berupa sebuah tampilan bagi actors
dalam application domain, atau sebuah intervensi petunjuk dalam
problem domain.
3. Read functions
Diaktivasi oleh kebutuhan akan informasi dalam suatu tugas kerja dari
actors dan menghasilkan sistem yang menampilkan bagian-bagian
relevan dari model.
4. Compute functions
Diaktivasi oleh kebutuhan akan informasi dalam suatu tugas kerja dari
actors dan terdiri dari perhitungan yang melibatkan informasi yang
78
disediakan oleh actors atau model; hasilnya berupa sebuah tampilan dari
hasil perhitungan.
Cara untuk mengidentifikasikan function adalah dengan melihat
deskripsi problem domain yang ditampilkan oleh class dan event, dan
melihat deskripsi application domain yang ditampilkan dalam use case.
Class dapat menyebabkan munculnya function read dan update. Event
memungkinkan munculnya kebutuhan terhadap function update. Sementara
use case dapat menyebabkan munculnya semua jenis function. Hasil akhir
dari kegiatan functions adalah list of functions dengan spesifikasi atas
complex functions. Contoh function list dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut :
Function Kompleksitas Tipe Make schedule Very complex Update Calculate schedule consequences Complex Signal Find working hours from previous period Medium Read Enter contents into schedule Complex Update Erase schedule Simple Update Query earlier schedules Medium Read Make appointment Medium Update Cancellation Simple Update Query possible appointments Complex Read Register treatment Simple Update Create customer Simple Update Query customer information Medium Read Employment Simple Update Retirement Simple Update Update apprentice information Simple Update
Tabel 2.4 Function List
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p145))
79
2.2.11.3 Interfaces
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), interface adalah
bagian ketiga dalam application domain yang merupakan suatu fasilitas yang
membuat sebuah model dan fungsi-fungsi dari sistem tersedia bagi actor.
Tujuannya adalah untuk menentukan interfaces dari suatu sistem. Interface
menghubungkan sistem dengan semua aktor yang berhubungan dalam
konteks. Kualitas user interface ditentukan oleh kegunaan (usability)
interface tersebut bagi pengguna. Hasil dari aktivitas interface adalah sebuah
deskripsi elemen-elemen user interface dan system interface yang lengkap
dan kelengkapan menunjukkan pemenuhan kebutuhan pengguna. Hasil ini
dilengkapi dengan sebuah diagram navigasi (navigation diagram) yang
menyediakan suatu ringkasan dari elemen-elemen user interface dan
perubahan di antara elemen-elemen tersebut. (p. 151).
Terdapat dua macam interface, yaitu:
1. User Interface
Menghubungkan manusia (human actor) dengan sistem. Dalam
merancang user interface dibutuhkan umpan balik (feedback) dari
pengguna. Terdapat empat user interface pattern, yaitu: menu selection
(diperlihatkan sebagai daftar pilihan pada user interface), form filling
(pola klasik untuk entri data), command language (dibutuhkan daya ingat
user untuk mengoperasikan sistem), dan direct manipulation
(memungkinkan manipulasi langsung dengan representasi objects).
80
2. System Interface
Menghubungkan sistem lain (system actor) dengan sistem yang sedang
dikembangkan. Sistem lain tersebut dapat berupa external devices
(misalnya sensor, switch, dll) dan sistem komputer yang kompleks
sehingga dibutuhkan suatu protokol komunikasi. Pada umumnya,
interface ini tidak digunakan untuk sistem administratif, tetapi lebih
sering digunakan untuk pengawasan dan pengendalian sistem. (p.154-
164).
Sebuah navigation diagram adalah sebuah jenis state chart diagram
yang spesial yang berfokus pada kedinamisan user interface secara
keseluruhan. Navigation diagram tidak terdapat di dalam UML. Sebuah
window merepresentasikan sebuah state dan state mempunyai nama dan
berisikan icon (sebuah window miniatur). State transition berkoresponden
pada sebuah switch di antara dua window. (p.344). Contoh Navigation
Diagram ditunjukkan dalam gambar 2.15
Gambar 2.15 Navigation Diagram
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p145))
81
2.2.12 Architectural Design
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000, p. 173), tujuan dari
architectural design adalah untuk menstrukturisasi sebuah sistem yang
terkomputerisasi. Prinsip-prinsip yang digunakan adalah mendefinisikan dan
memprioritaskan criteria, menjembatani criter ia dengan technical platform,
mengevaluasi perancangan sejak awal. Hasil yang diperoleh berupa struktur bagi
komponen-komponen dan proses-proses sistem. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan
dalam architectural design diperlihatkan pada Tabel 2.5 dan Gambar 2.16.
Aktivitas Isi Konsep
Criteria Apa kondisi dan kriteria untuk design? Criterion
Components Bagaimana sistem dibentuk menjadi komponen-komponen?
Component architecture dan komponen
Processes Bagaimana proses sistem didistribusikan dan dikoordinasikan?
Process architecture dan process
Tabel 2.5 Aktivitas dalam Architectural Design
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p176))
Gambar 2.16 Aktivitas-Aktivitas dalam Architectural Design (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p176))
Architectural Specification
Analysis
Document
Criteria
Component Architecture
Process Architecture
82
2.2.12.1 Criteria
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), tujuan dari criteria
adalah untuk mempersiapkan prioritas dari sebuah perancangan. Aktivitas ini
bertujuan untuk membuat perancangan (design). Hasil dari aktivitas ini
adalah sekumpulan criteria yang diprioritaskan. Suatu perancangan yang
baik harus memperhatikan criteria-criteria yang dapat dilihat pada Tabel 2.6.
(p. 178).
Sebuah perancangan yang baik memiliki tiga ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Tidak Memiliki Kelemahan Utama
Syarat ini menyebabkan adanya pendekatan pada evaluasi dari kualitas
berdasarkan review atau eksperimen dan membantu dalam menentukan
prioritas dari kriteria yang akan ditentukan dalam aktivitas perancangan.
2. Menyeimbangkan Beberapa Kriteria
Konflik yang sering terjadi antar kriteria menyebabkan penentuan kriteria
mana yang akan diutamakan dan bagaimana cara untuk
menyeimbangkannya dengan kriteria-kriteria yang lain bergantung pada
situasi sistem tertentu.
3. Usable, Flexible, dan Comprehensible
Kriteria-kriteria ini bersifat universal dan digunakan pada hampir setiap
proyek pengembangan sistem.
83
Hasil akhir dari aktivitas ini adalah kumpulan kriteria.
Beberapa kriteria umum yang digunakan dalam kegiatan desain yang
berorientasi objek adalah seperti ditunjukkan dalam tabel 2.6:
Criteria Ukuran dari Usable Kemampuan sistem untuk beradaptasi dengan konteks organisasi,
berhubungan dengan pekerjaan, dan teknis. Secure Tindakan pencegahan dalam menghadapi akses yang tidak
terotorisasi terhadap data dan fasilitas. Efficient Eksploitasi ekonomis dari fasilitas-fasilitas technical platform. Correct Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan. Reliable Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan dalam pengeksekusian atau
pelaksanaan fungsi. Maintainable Biaya untuk menemukan dan memperbaiki kerusakan-kerusakan
sistem. Testable Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang dibentuk dapat
melaksanakan fungsi yang diinginkan. Flexible Biaya untuk mengubah sistem yang dibentuk. Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan pemahaman terhadap
sistem. Reusable Kemungkinan atau potensi untuk menggunakan bagian sistem
pada sistem lain yang berhubungan. Portable Biaya untuk memindahkan sistem ke technical platform yang lain. Interoperable Biaya untuk menggabungkan system ke sistem yang lain.
Tabel 2.6 Kriteria-Kriteria Umum bagi Kualitas Software
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p178))
2.2.12.2 Component Architecture
Menurut Mathiassen, et al. ( 2000 ) component architecture adalah
sebuah struktur sistem yang terdiri dari komponen – komponen yang saling
berhubungan. Component adalah sebuah kumpulan bagian – bagian
program yang merupakan satu kesatuan dan memiliki tanggung jawab yang
telah didefinisikan dengan baik.
84
Terdapat beberapa pola umum yang dapat digunakan untuk
merancang suatu component architecture, yaitu:
1. The Layered Architecture Pattern
Arsitektur ini terdiri dari beberapa component yang dirancang sebagai
layers dan merupakan bentuk yang paling umum dalam software.
Rancangan dari setiap component menggambarkan tanggung jawabnya
masing-masing serta interface bagian atas maupun bagian bawah.
Interface bagian atas akan menggambarkan operasi yang tersedia untuk
layer di bawahnya. Pola ini diilustrasikan seperti pada Gambar 2.17
berikut.
Gambar 2.17 Layered Architecture Pattern (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p. 193)
<<component>>
Layeri+1
<<component>>
Layeri‐1
<<component>>
Layeri
Upwards Interface
Downwards Interface
85
2. The Generic Architecture Pattern
Pola ini digunakan untuk memperinci sistem dasar yang terdiri dari
interface, function, dan model components. Model komponen
mengandung model dari sistem object, yang dapat berupa layer yang
paling bawah, kemudian diikuti dengan layer sistem function, dan yang
paling atas merupakan component interface. Layer interface dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu user interface dan system interface. Pola ini
diilustrasikan seperti pada Gambar 2.18 berikut ini.
86
Gambar 2.18 Generic Architecture Pattern
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p. 196)
<<component>>
Interface
<<component>>
User Interface
<<component>>
System Interface
<<component>>
Technical Platform
<<component>>
UIS
<<component>>
DBS
<<component>>
NS
<<component>>
Function
<<component>>
Model
<<component>>
Technical Platform
87
<<component>>
Client1
<<component>>
Client2
<<component>>
Clientn
<<component>>
Server
3. The Client-Server Architecture Pattern
Pola ini awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah distribusi
sistem di antara beberapa processor yang tersebar secara geografis.
Komponen dari arsitektur sebuah server dan beberapa clients. Server
memiliki sekumpulan operasi yang tersedia bagi client. Server
bertanggung jawab untuk menyediakan hal-hal yang umum bagi client-
nya, seperti database atau sumber daya lain yang bisa digunakan
bersama. Server menyediakan operasi bagi client melalui suatu jaringan.
Client bertanggung jawab untuk menyediakan interface lokal bagi para
user. Pola ini diilustrasikan seperti pada Gambar 2.19 berikut ini. (p. 197)
Gambar 2.19 Client-Server Architecture Pattern
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p. 197))
88
Tabel 2.7 berikut memperlihatkan beberapa jenis distribusi dalam
arsitektur client-server berupa U (user), F (function), dan M (model).
Client Server Architecture U U + F + M Distributed Presentation U F + M Local Presentation U + F F + M Distributed Functionality U + F M Centralized Data U + F + M M Distributed Data
Tabel 2.7 Bentuk-Bentuk Distribusi pada Client-Server Architecture
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p. 200))
2.2.12.3 Process Architecture
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), arsitektur proses
adalah struktur dari eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses yang
saling tergantung. Untuk mengeksekusi atau menjalankan sebuah sistem
dibutuhkan processor. Sedangkan, external device adalah processor khusus
yang tidak dapat menjalankan program. Arsitektur proses harus dapat
memastikan bahwa sistem dapat dijalankan secara memuaskan dengan
menggunakan processor yang telah tersedia. Active object merupakan sebuah
objek yang telah ditugaskan atas suatu proses. Prinsip-prinsip yang
digunakan adalah fokus pada arsitektur tanpa adanya kemacetan
(bottlenecks), mendistribusikan components pada processors, dan
mengkoordinasikan sharing sumber daya dengan active objects. Hasil dari
aktivitas ini adalah deployment diagram yang menunjukkan processors
(equipment yang dapat mengeksekusi program) dengan program components
89
(sebuah modul fisik dari kode program) dan active objects yang ditugaskan.
(p. 209).
Objek-objek yang terlibat dalam sistem berorientasi objek yang
berjalan dapat dibagi menjadi dua, yaitu active object yang telah ditugaskan
sebuah proses dan aktif selama sistem dijalankan; dan program component
yang pasif selama eksekusi sistem, kecuali pada saat dipanggil sebagai
bagian dari eksekusi proses sampai eksekusi proses tersebut selesai
dijalankan. (p. 211-213).
Terdapat tiga pola distribusi dalam aktivitas perancangan process
architecture sebagai berikut:
1. The Centralized Pattern
Pada pola ini, semua data ditempatkan pada server dan client hanya
menangani user interface saja. Keseluruhan model dan semua fungsi
bergantung pada server, dan client hanya berperan seperti terminal. Pola
ini diilustrasikan seperti pada Gambar 2.20 berikut ini. (p. 215).
2. The Distributed Pattern
Pola ini merupakan kebalikan dari centralized pattern, yaitu semua data
didistribusikan kepada client dan server hanya diperlukan untuk
melakukan update model di antara clients. Pola ini diilustrasikan seperti
pada Gambar 2.21 berikut ini. (p. 217).
3. Decentralized pattern
90
Pola ini merupakan gabungan dari kedua pola sebelumnya. Pada pola ini,
client mengimplementasikan model yang lokal, sedangkan server akan
memakai model common (umum). Dengan kata lain, client memiliki
data-nya sendiri sehingga hanya data yang bersifat umum yang terdapat
pada server. Pola ini diilustrasikan seperti pada Gambar 2.22 berikut ini.
(p. 218).
91
Gambar 2.20 Deployment Diagram untuk Centralized Pattern
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p. 216))
: Client
User
Interface
System
Interface
: Server
User
Interface
System
Interface
Function
Model
More
Clients
92
Gambar 2.21 Deployment Diagram untuk Distributed Pattern
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p. 217))
: Client
: Server
System
Interface
More
Clients
User
Interface
System
Interface
Function
Model
93
Gambar 2.22 Deployment Diagram untuk Decentralized Pattern
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p. 219))
More
Clients
: Client
User
Interface
System
Interface
Function
Model
(Local)
: Server
User
Interface
System
Interface
Function
Model
(Common)
94
Deployment diagram menjelaskan tentang system configuration
dalam bentuk processor dan object yang di-attach pada processor. (p. 340).
2.2.13 Component Design
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000, p231), perancangan
komponen bertujuan untuk menentukan implementasi kebutuhan dalam sebuah
kerangka kerja arsitektural. Prinsip-prinsip yang digunakan adalah memperhatikan
arsitektur komponen dan mengadaptasi rancangan-rancangan komponen terhadap
kemungkinan-kemungkinan teknis. Hasil dari aktivitas ini adalah suatu deskripsi dari
komponen-komponen sistem. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam component
design diperlihatkan pada Tabel 2.8 dan Gambar 2.23.
Aktivitas Isi Konsep Model Component
Bagaimana suatu model digambarkan sebagai kelas dalam sebuah sistem?
Model component dan attribute
Function Component
Bagaimana function diimplementasikan? Function Component dan Operation
Connecting Component
Bagaimana komponen-komponen saling dihubungkan?
Component dan connection
Tabel 2.8 Aktivitas dalam Component Design
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p232)
95
Gambar 2.23 Component Design
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p232)
2.2.13.1 Model Component
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), model component
merupakan suatu bagian dari sistem yang mengimplementasikan problem
domain. Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk mengirimkan data sekarang
dan histories ke function, interface, dan terutama kepada pengguna (user) dan
sistem yang lain. Konsep utama dalam perancangan model component ini
adalah struktur. Hasil dari aktivitas ini berupa revisi class diagram seperti
yang ditunjukkan pada gambar 2.24 dari aktivitas analisis. Aktivitas revisi
biasanya terdiri dari aktivitas menambahkan class, atribut dan atau struktur
baru yang mewakili event. Bagi private event (event yang hanya melibatkan
satu object dari problem domain) yang terjadi secara berulang, maka event-
event tersebut direpresentasikan sebagai class baru; dihubungkan agregasi
Component Specification
Architectural Specifications
Design of Components
Design of Component Connections
96
dengan class asal. Kemudian, atribut-atribut event diintegrasikan ke dalam
class baru tersebut. (p. 235-236).
Revisi class dapat terjadi pada:
1. Generalization, jika terdapat dua class dengan atribut yang sama, maka
dapat dibentuk class baru (revised class).
2. Association, jika terdapat hubungan many-to-many.
3. Embedded Iterations, yang merupakan embedded di dalam state chart
diagram. Misalnya, jika sebuah class terdapat state chart diagram yang
mempunyai tiga iterated events sehingga dapat dibentuk tiga class di
dalam perancangan model. (p. 243-246).
-Creditapproval-Creditapprovaldate-Name
Customer
-Fromdate-Address
Customer Address-Accountnumber-Accountstate-Opendate-Closedate
Account
-Transtype-Date-Amount
Transaction
1
1..*
1
1..*
10..*
Gambar 2.24 Revised Class Diagram
(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p. 236))
97
2.2.13.2 Function Component
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), function component
adalah bagian sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional.
Tujuannya adalah agar user interface dan komponen-komponen sistem
lainnya dapat mengakses model, yang perancangannya untuk menentukan
implementasi functions. Function component merupakan penghubung antara
model dan usage. Hasil dari aktivitas ini adalah class diagram dengan
operations dan spesifikasi dari operations yang kompleks. Subaktivitas dari
function component menghasilkan kumpulan operasi yang dapat
mengimplementasikan fungsi sistem seperti ditentukan dalam analysis
problem domain dan function list. (p. 251-252).
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendesain functions
sebagai operations, yaitu mengidentifikasikan tipe utama dari functions
tersebut. Terdapat empat tipe functions, yaitu update, read, compute, dan
signal. (p. 255-260).
Patterns (pola) dapat membantu memilih functional design mana
yang dapat digunakan dari beberapa pilihan yang dapat membantu
merealisasikan functions sebagai kumpulan operations. Terdapat empat pola
sebagai berikut:
1. Model Class Placement
Pola ini menempatkan operation dalam model component class dan
berguna ketika sebuah operation mengakses hanya sebuah object tunggal
98
(single) atau struktur aggregation yang sederhana. Pola ini juga dapat
digunakan ketika beberapa object terlibat, namun hanya jika tanggung
jawab operation tersebut dapat dengan jelas ditempatkan pada salah satu
dari model class.
2. Function Class Placement
Pola ini digunakan ketika tanggung jawab operation tidak dapat dengan
jelas ditempatkan dalam model class. Sebaliknya, satu atau lebih
functional-component class dapat digambarkan dengan menempatkan
operation yang merealisasikan function.
3. Strategy
Pola ini digunakan untuk mendefinisikan sekumpulan operations yang
umum terenkapsulasi dan dapat dipertukarkan.
4. Active Function
Active signal function dapat direalisasikan sebagai operation yang secara
permanen aktif dan berkala memberikan sinyal kepada interface. Active
function ditempatkan sebagai active object dan performance-nya
tergantung dari keadaan (state) pada model component.
2.2.14 Internet
Menurut Andi (2003), Internet berasal dari kata interconnection networking
merupakan dua komputer atau lebih yang saling berhubungan membentuk jaringan
komputer hingga meliputi jutaan komputer di dunia yang saling berinteraksi dan
bertukar informasi. (p. 1).
99
2.2.14.1 WWW (World-Wide-Web)
Menurut Andi (2003), WWW adalah aplikasi paling menarik di
internet dan seperti e-mail, aplikasi ini sangat penting dan banyak sekali
digunakan. Dari WWW ini kita bisa mendapatkan informasi tidak hanya
berupa teks tetapi juga gambar maupun multimedia.
WWW juga merupakan suatu sistem yang menciptakan pertukaran
data di internet dengan mudah dan efisien, yang terdiri dari dua bagian utama
yaitu web server dan web browser. (p. 36).
2.2.14.2 Server dan Web Server
Menurut Nugroho (2004), secara global server dapat diartikan
sebagai pusat dan difungsikan sebagai ”pelayan” yang berguna untuk
pengiriman data dan / atau penerimaan data serta mengatur pengiriman dan
penerimaan data di antara komputer-komputer yang tersambung atau dengan
kata lain server berfungsi menyediakan pelayanan terhadap klien. (p5).
Sedangkan web server menurut Nugroho (2004) adalah sebuah
bentuk server yang khusus digunakan untuk menyimpan halaman website
atau homepage. Komputer dapat dikatakan sebagai web server jika komputer
tersebut memiliki suatu program server yang disebut Personal Web Server
(PWS). PWS ini difungsikan agar halaman web yang ada di dalam sebuah
komputer server dapat dipanggil oleh komputer klien.
2.2.14.3 Database
Menurut McLeod (2001, p258), database adalah suatu koleksi data
komputer yang terintegrasi, diorganisasikan, dan disimpan dengan suatu cara
yang memudahkan pengambilan kembali. Dua tujuan utama dari konsep
100
database adalah meminimumkan pengulangan data dan mencapai
independensi data. Pengulangan data (data redundancy) atau duplikasi data,
artinya data yang sama disimpan dalam beberapa file. Sedangkan
independensi data adalah kemampuan untuk membuat perubahan dalam
struktur data tanpa membuat perubahan pada program yang memproses data.
Independensi data dicapai dengan menempatkan spesifikasi data dalam table
dan kamus yang terpisah secara fisik dari program. Program mengacu pada
tabel untuk mengakses data. Perubahan pada struktur data hanya dilakukan
sekali, yaitu dalam tabel. Ketika perusahaan mengadopsi konsep database,
hirarki data menjadi:
1. Database
2. File
3. Catatan
4. Elemen Data
File-file tersendiri dapat tetap ada, mewakili komponen-komponen
utama dari database, namun organisasi fisik dari data tidak menghambat
pemakai. Tersedia berbagai cara untuk mengintegrasikan isi dari file-file
yang memiliki hubungan logis. Pemakai database dapat berupa orang atau
program aplikasi. Orang biasanya menggunakan database dari terminal dan
mengambil data dan informasi dengan menggunakan query language. Query
adalah permintaan informasi dari database, dan query language adalah
bahasa khusus yang user friendly yang memungkinkan computer menjawab
query.
101
2.2.14.4 Pengertian HTML
Menurut Hasyim (2003), Hypertext Markup Language merupakan
standar bahasa yang digunakan untuk menampilkan dokumen web. Yang bisa
dilakukan dengan HTML diantaranya yaitu : (p. 2).
1. Mengontrol tampilan dari web page dan contentnya.
2. Mempublikasikan dokumen secara online sehingga bisa diakses dari
seluruh dunia.
3. Membuat online form yang bisa digunakan untuk menangani pendaftaran
dan transaksi secara online.
4. Menambahkan objek-objek seperti image, audio, video dan juga java
applet dalam dokumen HTML.
2.2.14.5 Struktur Penulisan HTML
Menurut Hasyim (2003), dokumen HTML bisa dibagi menjadi tiga
bagian utama, yaitu : (p. 5-6).
1. HTML
Setiap dokumen HTML harus diawali dan ditutup dengan tag
HTML<HTML></HTML> tag HTML memberitahu browser bahwa
yang di dalam kedua tag tersebut adalah dokumen HTML.
2. HEAD
Bagian header dari dokumen HTML diapit oleh tag <HEAD></HEAD>.
Di dalam bagian ini biasanya dimuat tag TITLE yang menampilkan judul
dari halaman pada titlenya browser. Selain itu bookmark juga
menggunakan tag TITLE untuk memberi mark suatu website. Browser
menyimpan title sebagai bookmark dan juga untuk keperluan pencarian
102
(searching) biasanya title digunakan sebagai keyword. Header juga
memuat tag META yang biasanya digunakan untuk menentukan
informasi tertentu mengenai dokumen HTML. Anda bisa menentukan
author name, keywords, dan lainnya pada tag META. Contoh
<METAhttp-equif=”Expires” content=”Thursday, 26 February 2009
20:30:40 GMT”>. Tag tersebut akan menciptakan informasi HTTP
Headers sebagai berikut : Expires : Thursday, 26 February 2009 20:30:40
GMT. Sehingga jika dokumen di cached, HTTP akan tahu kapan
dokumen tersebut harus mengupdate pada cache.
3. BODY
Tag ini berfungsi untuk menampilkan isi dari dokumen HTML itu
sendiri, baik berupa text, image, link dan semua yang ditampilkan pada
halaman web.
Recommended