View
244
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Lahirnya Agama Hindu
Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan Hindu di India berkaitan dengan sistem
kepercayaan bangsa Arya yang masuk ke India pada 1500 SM. Kebudayaan Arya berkembang di
Lembah Sungai Indus India. Bangsa Arya mengembangkan system kepercayaan dan sistem
kemasyarakatan yang sesuai dengan tradisi yang dimilikinya. Sistem kepercayaan itu berupa
penyembahan terhadap banyak dewa yang dipimpin oleh golongan pendeta atau Brahmana.
Keyakinan bangsa Arya terhadap kepemimpinan kaum Brahmana dalam melakukan upacara ini
melahirkan kepercayaan terhadap Brahmanisme. Selanjutnya, golongan ini juga menulis ajaran
mereka dalam kitab-kitab suci yang menjadi standar pelaksanaan upacara-upacara keagamaan.
Kitab suci agama Hindu disebut Weda (Veda), artinya pengetahuan tentang agama. Sanusi Pane
dalam bukunya Sejarah Indonesia menjelaskan tentang Weda terdiri dari 4 buah kitab, yaitu:
Rigweda. Rigweda adalah kitab yang berisi tentang ajaran-ajaran Hindu. Rigweda merupakan kitab
yang tertua dan kemungkinan muncul pada waktu bangsa Arya masih berada di daerah Punjab.
Samaweda. Samaweda adalah kitab yang berisi nyanyian-nyanyian pujaan yang wajib dilakukan
ketika upacara agama.
Yajurweda. Yajurweda adalah kitab yang berisi dosa-doa yang dibacakan ketika diselenggarakan
upacara agama. Munculnya kitab ini diperkirakan ketika bangsa Arya mengusai daerah Gangga
Tengah.
Atharwaweda. Atharwaweda adalah kitab yang berisi doa-doa untuk menyembuhkan penyakit, doa
untuk memerangi raksasa. Doa-doa atau mantera pada kitab ini muncul setelah bangsa Arya
berhasil menguasai daerah Gangga Hilir.
Agama Hindu bersifat Politheisme, yaitu percaya terhadap banyak dewa yang masing-
masing dewa memiliki peranan dalam kehidupan masyarakat. Ada tiga dewa utama dalam agama
Hindu yang disebut Trimurti terdiri dari Dewa Brahma (dewa pencipta), Dewa Wisnu (dewa
pelindung), dan Dewa Siwa (dewa perusak). Sistem kemasyarakatan yang dikembangkan oleh
bangsa Arya adalah sistem kasta. Sistem kasta mengatur hubungan sosial bangsa Arya dengan
bangsa-bangsa yang ditaklukkannya. Sistem ini membedakan masyarakat berdasarkan fungsinya.
Golongan Brahmana (pendeta) menduduki golongan pertama. Kesatria (bangsawan, prajurit)
menduduki golongan kedua. Waisya (pedagang dan petani) menduduki golongan ketiga, sedangkan
Sudra (rakyat biasa) menduduki golongan terendah atau golongan keempat. Sistem kepercayaan
dan kasta menjadi dasar terbentuknya kepercayaan terhadap Hinduisme. Penggolongan seperti
inilah yang disebut caturwarna.
MASUKNYA KERAJAAN HINDU – BUDHA DI INDONESIA
Lahirnya Agama Buddha
Agama Buddha lahir sekitar abad ke-5 SM. Agama ini lahir sebagai reaksi terhadap agama
Hindu terutama karena keberadaan kasta. Pembawa agama Buddha adalah Sidharta Gautama (563-
486 SM), seorang putra dari Raja Suddhodana dari Kerajaan Kosala di Kapilawastu. Untuk
mencari pencerahan hidup, ia meninggalkan Istana Kapilawastu dan menuju ke tengah hutan di
Bodh Gaya. Ia bertapa di bawah pohon (semacam pohon beringin) dan akhirnya mendapatkan
bodhi, yaitu semacam penerangan atau kesadaran yang sempurna. Pohon itu kemudian dikenal
dengan pohon bodhi. Sejak saat itu, Sidharta Gautama dikenal sebagai Sang Buddha, artinya yang
disinari. Peristiwa ini terjadi pada tahun 531 SM. Usia Sidharta waktu itu kurang lebih 35 tahun.
Wejangan yang pertama disampaikan di Taman Rusa di Desa Sarnath.
Dalam ajaran Buddha manusia akan lahir berkali-kali (reinkarnasi). Hidup adalah samsara,
menderita, dan tidak menyenangkan. Menurut ajaran Buddha, hidup manusia adalah menderita,
disebabkan karena adanya tresna atau cinta, yaitu cinta (hasrat/nafsu) akan kehidupan. Penderitaan
dapat dihentikan, caranya adalah dengan menindas tresna melalui delapan jalan (astawida), yakni
pemandangan (ajaran) yang benar, niat atau sikap yang benar, perkataan yang benar, tingkah laku
yang benar, penghidupan (mata pencaharian) yang benar, usaha yang benar, perhatian yang benar,
dan semadi yang benar.[ki]
TEORI MASUKNYA HINDU DI INDONESIA
1. Teori BRAHMANA (J.C VAN LEUR)
Teori ini menyatakan bahwa yang berperan dalam proses masuknya kebudayaan
Hindu Budha ke Indonesia adalah Kaum Brahmana dengan alasan para Brahmana
datang ke Indonesia atas undangan para bangsa India yang ada di Indonesia untuk
menyebarkan dan mengajarkan agama Hindu karena hanya kaum Brahmana yang dapat
membaca kitab weda dan berwewenang tinggi untuk menyebarkan agama Hindu.
2. Teori KSATRIA (F.D.K. BOSCH)
Teori ini beranggapan bahwa, di Indonesia telah terjadi kolonisasi oleh orang India yang
kemudian daerah koloni tersebut menjadi pusat penyebaran budaya India
sehingga timbul gambaran bahwa orang-orang Indialah sebagai golongan penguasa
Indonesia dengan demikian yang berperan dalam proses masuknya kebudayaan
HINDU-BUDHA adalah golongan prajurit atau kaum ksatria.
3. Teori WAISYA (N.J.KROM)
Teori ini menyatakan bahwa kaum pedagang dari India
yang tergolong dalam kasta Waisya selain berdagang juga
membawa adat kebiasaan misalnya upacara keagamaan. Pada
umumnya mereka tinggal menetap di Nusantara dan selain itu
kemungkinan juga terjadi adanya perkawinan antara para
pedagang dengan wanita Indonesia, hal ini dianggap sebagai
saluran penyebaran pengaruh yang penting dalam teori ini
4. Teori SUDRA
Menyatakan bahwa agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia melalui Kasta Sudra.
Mereka datang ke Indonesia ingin merubah hidupnya karena mereka di India hanya
dijadikan sebagai budak.
5. Teori ARUS BALIK
Menyatakan bahwa orang Indonesia pergi ke India untuk belajar agama Hindu dan
kemudian kembali lagi ke Indonsia untuk menyebarkan agama tersebut.
6. Teori GABUNGAN
Para kaum Brahmana, ksatria, Waisya, dan Sudra berkumpul dalam satu kapal
untuk mencari daerah koloni yang dijadikan kekuasaan dan menyebarkan agama
Hindu.
KEGIATAN SISWA
Diskusikan bersama kelompokmu tentang permasalahan berikut :
Diantara teori-teori mengenai masuknya agama Hindu-Budha
ke Indonesia, manakah teori yang paling benar ? Jelaskan
pendapat kelompok anda berdasarkan alasan-alasan yang logis !
Laporkan hasil diskusi kelompok anda sebagai nilai tugas !
B. Interaksi Masyarakat Di Berbagai Daerah Dengan Tradisi Hindu-Budha.
Secara geografis Indonesia terletak dilintas jalur perdagangan internasional
melalui jalur laut yaitu India-Indonesia-Cina dan seterusnya karena adanya hubungan
dagang antara Indonesia dan India mengakibatkan masuknya pengaruh budaya India ke
Indonesia, baik pengaruh Hindu maupun Budha. Oleh karena itu pusat-pusat peradaban
Hindu-Budha banyak ditemukan di wilayah Indonesia yang menjadi bagian dari jalur
perdagangan kuno antara Cina dan India.
Pada awalnya jalur perdagangan antara India dan Cina melewati Selat Malaka
namun ada juga di antara mereka yang menyusuri sepanjang pantai Pulau Sumatra, Pantai
Utara Jawa, pantai Timur Kalimantan dan terus ke Cina. Kawasan yang dilalui jalur
perdagangan internasional seperti Sumatera, Jawa, Bali dan sebagian Kalimantan
mempunyai kegiatan perdagangan yang ramai sehingga mengakibatkan kebudayaan
Hindu-Budha yang tumbuh dengan subur kawasan tersebut.
Agama Budha diperkirakan masuk ke Indonesia sejak abad kedua masehi dengan
bukti ditemukannya patung dari perunggu di daerah Simpang Sulawesi Selatan, di
Jember Jawa Timur dan di Bukit Siguntang Sumatera Selatan. Ajaran agama Budha yag
masuk ke Indonesia adalah aliran Mahayana yang berkembang pada masa Kerajaan
Sriwijaya dan Mataram pada masa Dinasti Syailendra akan tetapi dalam
perkembangannya terjadi percampuran antara agama Hindu dan Budha, khususnya
di Jawa Timur tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa unsur budaya lama
masih dominan dalam masyarakat.
C. Perkembangan Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia.
1. Kerajaan Kutai
Kerajaa ini merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang terletak di
Muarakaman, tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Sumber-sumber sejarah
a) Berita Cina dari Dinasti Tang (618-908 M)
b) Arca Budha berlanggam seni arca Gandhara di Kota Bangun (Kutai)
c) Arca kehidupan, seperti arca Ganesha di Serawak
d) prasasti - prasasti
Tujuh buah prasasti yang disebut dengan Yupa yang berbentuk tiang yang
dipergunakan untuk mengikat hewan korban yang diparsembahkan oleh rakyat
Kutai kepada para dewa yang dipujanya. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa
dan berbahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut antara lain adalah silsilah raja
yang mengatakan bahwa Maharaja Kudungga mempunyai seorang putra bernama
Aswawarman yang disamakan dengan Dewa Ansuma (Dewa Matahari).
Aswawarman mempunyai tiga putra, salah seorang yang terkemuka adalah
Mulawarman.
Politik
Raja pertama Kerajaan Kutai adalah Raja Kudungga. Dengan masuknya pengaruh Hindu
di wilayahnya, Kudungga kemudian mengubah struktur pemerintahannya menjadi
pemerintahan kerajaan dan di perintah oleh seorang raja Setelah Raja Kudungga mangkat,
pemerintahan digantikan oleh putranya yang bernama Aswawarman. Kerajaan Kutai mengalami
masa Kejayaan pada saat pemerintahan berada pada tangan Raja Mulawarman yang tak lain adalah
putra dari Raja Aswawarwan. Raja Mulawarman adalah raja yang bijaksana, kuat, dan berkuasa.
Selain itu dia juga dapat menjalin hubungan yang baik dengan kaum Brahmana, dengan bukti
Raja Mulawarman yang memberikan sedekah 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana
Sosial
Berdasarkan prasasti Yupa di Kutai telah berkembang masyarakat yang
memiliki kebudayaan hasil perpaduan antara unsur budaya India dan budaya
lokal.
Hal ini dapat dilihat dari golongan masyarakat yang menguasai bahasa Sanskerta
dan dapat menulis huruf Pallawa, yaitu golongan Brahmana.
Golongan lainnya adalah golongan Ksatria yang terdiri dari kerabat Raja
Mulawarma. Selain ke dua golongan tersebut terdapat juga golongan lain yang
pada umumnya adalah rakyat Kutai purba yang masih memegang teguh agama
asli leluhur mereka.
Agama yang dianut oleh Raja Mulawarman adalah agama Hindu aliran
Syiwa, yang dapat diketahui dari salah satu prasasti Yupa yang menyebutkan
tempat dalam tanah yang sangat suci yang di beri nama Waprakeswara (tempat
suci untuk memuja Dewa Syiwa). Tempat ini selalu berhubungan dengan tiga
dewa utama yaitu Brahmana, Wisnu, dan Siwa.
Ekonomi
Kehidupan ekonomi Kerajaan Kutai diperkirakan sudah maju. Dengan bukti
adanya kesanggupan pihak kerajaan memberikan sedekah berupa 20.000 ekor sapi
kepada para Brahmana. Hal itu dapat juga menunjukkan bahwa mata pencaharian
sebagian masyarakat Kutai adalah berternak, serta mengingat letak Kutai yang
berada ditepi sungai Mahakam yang subur, masyarakat juga mempunyai kegiatan
perdagangan dan pertanian.
Modul Hindu Budha
2. Kerajaan Tarumanegara
Keajaan Hindu tertua kedua adalah Kerajaan Tarumanegara yang terletak di lembah
sungai Citarum, Jawa Barat.
Sumber-sumber sejarah
1. Prasasti-prasasti Tarumanegara
Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara ditulis dengan menggunakan
huruf pallawa dan berbahasa sanskerta, yaitu :
Prasasti Ciaruteun (Citarum)
Ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, Bogor. Pada prasasti ini hurufnya
terdiri dari empat baris berbentuk puisi India dan juga terdapat lukisan
laba-laba dan tapak kaki. Sebagian besar masyarakat meyakini bahwa
tapak itu sebagai tapak kaki Raja Purnawarman yang merupakan
penjelmaan kaki Dewa Wisnu.
Prasasti Kebun Kopi
Ditemukan di daerah perkebunan kopi, Kampung Muara Hilir,
Cibungbulang, Bogor. Pada prasasti ini terdapat tapak kaki gajah yang
disamakan dengan tapak kaki Gajah Airwata yang merupakan kendaraan
Dewa Wisnu
Prasasti Jambu (Koleangkak)
Ditemukan di bukit Koleangkak di daerah perkebunan jambu, sebelah barat
Bogor.
Prasasti Tugu
Prasasti Tugu ditemukan di desa Tugu, Cilincing, Jakarta. Prasasti ini
merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan prasasti
Purnawarman.
Prasasti Cidanghiang,
Ditemukan di tepi sungai Cidanghiang, Kecamatan Munjul, Banten
Selatan. Isi prasasti ini menyebutkan bahwa Raja Purnawarman adalah
seorang raja yang agung, pemberani, dan perwira
Prasasti Pasir Awi,
Modul Hindu Budha
Ditemukan di Pasir Awi, Bogor. Yang memuat tapak kaki namun prasati
ini belum bisa dibaca.
Prasasti Muara Cianten,
Ditemukan di Muara Cianten, Bogor, namun prasasti mengunakan huruf
ikal yang belum bisa di baca
2. Arca-arca peninggalan Kerajaan
Tarumanegara
Arca yang ditemukan diantaranya adalah Arca
Rajasi, yang berasal dari Jakarta, dua buah
patung Wisnu dan Cibuana.
3. Berita Cina
Antara lain adalah Catatan I-tsing (abad ke-7 M), berita dari Dinasti
Soul, berita dari Dinasti Tang, dan berita dari Fa-hsien.
Politik
Kerajaan Tarumanegara telah menjalin hubungan baik dengan negara-negara
lain hal ini dapat dilihat dari berita cina yang menyebutkan bahwa Kerajaan
Tarumanegara telah mengirimkan utusan ke negeri Cina. Kemajuan India di
bidang pemikiran agama menyebabkan unsur-unsur budaya India di ambil alih oleh
Kerajaan Tarumanegara, namun tindakan ini berhasil karena masyarakat
Tarumanegara mempunyai potensi yang sepadan dengan budaya India.
Modul Hindu Budha
Sosial
Raja yang pernah memerintah di Kerajaan Tarumanegara adalah Raja
Purnawarman, dia adalah raja besar yang telah memerintah dan meningkatkan
kehidupan rakyatnya Hal itu dapat dilihat dari prasasti Tugu yang menyebutkan
bahwa Raja Purnawarman telah memerintah penggalian Sungai Gomatti untuk
mencegah terjadinya banjir dan pemberian sedekah berupa 1000 ekor sapi
kepada para Brahmana.
Berdasarkan isi dari beberapa prasasti diperoleh gambaran bahwa Raja
Purnawarman menganut agama Hindu aliran Wisnu, namun rakyat Tarumanegara
masih sedikit yang memeluk agama Hindu-Budha karena menurut kesaksian Fa-
Hsien rakyat Tarumanegara menganut agama Budha serta kepercayaan Animisme
dan Dinamisme.
Ekonomi
Dilihat dari beberapa sumber-sumber prasasti dan berita asing terlihat bahwa
mata pencaharian penduduk Tarumanegara adalah beternak, berdagang, berburu,
dan berlayar. Berdasarkan prasasti Tugu dapat di perkirakan bahwa mata
pencaharian masyarakat Tarumanegara adalah bertani, karena dalam prasasti
disebutkan tentang adanya usaha untuk menggali sungai Gomatti dengan tujuan
untuk menanggulangi banjir dan mengairi sawah-sawah disekitarnya.
3. Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga atau Kerajaan Holing terletak di Salatiga, Jawa Tengah. Kerajaan
Kalingga diperkirakan berkembang sekitar abad ke-7 sampai abad ke-9 M.
Sumber-sumber sejarah
a. Berita Cina dari Dinasti Tang yang menyebutkan adanya Kerajaan Kalingga
yang berlokasi di Cho-po (Jawa).
b. Berita dari I-Tsing, seorang pendeta Budha dari Cina.
c. Prasasti Tuk Mas yang ditemukan di Desa Tuk Mas, dilereng Gunung
Merbabu.
Politik
Berdasarkan berita dari Cina dapat diketahui bahwa Kerajaan Kalingga
diperintah oleh seorang raja perempuan bernama Ratu Sima pemerintahannya
sangat keras namun adil dan bijaksana sehingga pada saat pemerintahannya
Kerajaan Kalingga mengalami kemajuan yang pesat
Modul Hindu Budha
Sosial
Pada masa kerajaan Kalingga pembangunan sudah mulai digalakkan
misalnya saja pembangunan benteng-benteng kayu dan rumah-rumah yang beratap daun
kelapa. Karena pemerintahan Ratu Sima yang yang adil dan bijaksana maka masyarakat
Kalinggapun dapat tertata rapi.
Melalui prasasti dan berita dari Cina dapat diketahui bahwa rakyat Kalingga
banyak yang menganut agama Hindu dengan bukti adanya prasasti Tuk Mas yang
melukiskan gambar Trisula, kapak, kendi, cakra yang melambangkan dewa agama Hindu.
Ekonomi
Masyarakat telah mengenal hubungan dagang dan telah terbentuk pasar. Di
pasar itu mereka melakukan hubungan dagang yang teratur.
Modul Hindu Budha
4. Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan ini terletak di lereng gunung Wukir dekat Muntilan, Magelang Jawa Tengah.
Sumber-sumber Sejarah
a. Prasasti Canggal yang dibuat pada masa pemerintahan Raja Sanjaya yang
berkaitan dengan pembuatan sebuah lingga (lambang dari Dewa
Siwa)
b. Prasasti Balitung yang dikeluarkan oleh Raja Diah Balitung.
c. Kitab Cerita Parahyangan yang menceritakan tentang ikhwal raja-raja dari
Dinasti Syailendra.
Politik
1. Raja Sanjaya
Prasasti Canggal menyebutkan tentang pendirian sebuah lingga di bukit Sthirangga,
oleh Raja Sanjaya. Menurut prasasti ini Jawa Dwipa yang kaya akan padi dan emas
mula-mula diperintah oleh Raja Sanna, setelah Raja Sanna meninggal ia digantikan
oleh Sanjaya anak dari saudara perempuan Raja Sanna yang bernama Sannaha. Sanjaya
berhasil menaklukkan daerah sekitar dan mampu mewujudkan kemakmuran bagi rakyatnya.
Pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, diduga muncul Dinasti Syailendra yang
beragama budha dan diperkirakan berhasil menggeser kedudukan Dinasti Sanjaya
sehingga Dinasti Sanjaya mengalihkan pemerintahannya ke Jawa Tengah bagian Utara
2. Dinasti Syailendra
Pada pertengahan abad ke-8, di Jawa Tengah terdapat beberapa prasasti yang berasal
dari Dinasti Syailendra yang telah membuka tabir tentang asal-usul Dinasti Syailendra.
Prasasti ini menyebutkan tentang nama seorang pejabat tinggi yang bernama Dapunta
Syailendra, sehingga dapat disimpulkan bahwa Dinasti Syailendra berasal dari Jawa
Tengah.Secara politis, Dinasti Syailendra tidak memberikan pengaruh yang besar bagi
perkembangan sejarah, tetapi meninggalkan karya seni bangun yang banyak dan
indah, misalnya : Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Candi Mendut.
Dinasti Syailendra mengalami penyatuan dengan Dinasti Sanjaya karena adanya
perkawinan politik antara Pramodhawardhani, anak dari Raja Samaratungga dari Dinasti
Syailendra dengan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya. Namun setelah Raja
Samaratungga wafat terjadi perebutan kekuasaan antara Rakai Pikatan dengan
Balaputradewa. Balaputradewa akhirnya terdesak dan pergi ke Sriwijaya dan menjadi
raja di sana. Akhirnya pemerintahan kembali ke tangan Dinasti Sanjaya.
Modul Hindu Budha
Pernikahan antara Rakai Pikatan dengan Pramodhawardhani ternyata dapat
menyatukan pemerintahan. Dipihak lain berkat kecakapan dan keuletan Rakai Pikatan
kebudayaan Hindu dapat di hidupkan kembali. Rakai Pikatan wafat ketika
pembangunan Candi Prambanan yang ia rencanakan belum terselesaikan. Diantara
raja-raja yang memerintah di Jawa Tengah, Raja Balitunglah yang paling dikenal
karena pada masa pemerintahannya keadaan di Jawa Tengah sangat aman dan tertib
3. Pemindahan Kekuasaan ke Jawa Timur
Gejala untuk memindahkan pusat pemeintahan ke daerah Jawa Timur mulai tampak
sejak Raja Tulodhong memerintah yakni pada tahun 919-927 M dengan berdasarkan
pertimbangan ekonomi sebagai berikut :
Adanya sungai-sungai besar yang memudahkan bagi lalu lintas
perdagangan.
Adanya dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan untuk menanam padi
secara besar-besaran.
Lokasi Jawa Timur berdekatan dengan jalur perdagangan utama waktu itu.
Sejak terjadi perpindahan pusat pemerintahan, Mataram diperintah oleh raja-raja
keturunan Dinasti Isana. Pengganti Empu Sindok adalah putrinya yang bernama Sri
Isanatunggawijaya yang kemudian menikah dengan Lokapala dan melahirkan
Makutawangsawardhana yang kemudian menggantikan ibunya sebagi raja di Medang. Yang
kemudian di gantikan oleh Dharmawangsa Teguh Ananta Wikramatunggadewa.
Berdasarkan berita dari Cina Raja Dharmawangsa melakukan serangan terhadap
kerajaan Sriwijaya untuk menguasai jalur lalu lintas perdagangan antara Cina dan India di
peraiaran Nusantara yang dikuasai oleh Sriwijaya. Pada tahun 1016 Kerajaan Dharmawangsa
diperkiraka mengalami keruntuhan akibat serangan Kerajaan Wurawari karena didukung oleh
Kerajaan Sriwijaya sebagai wujud balas dendam terhadap Dharmawangsa.
Sosial
Sumber dari berbagai prasasti menyebutkan adanya stratifikasi atau pelapisan sosial
berdasarkan pembagian kasta dan kedudukan seseorang di dalam masyarakat. Hubungan
antara raja dan rakyat secara langsung sulit terlaksana, sedangkan hubungan antara raja dan
para pejabat tnggi kerajan hanya terjadi secara formal. Jika diperhatikan nama-nama
penduduk desa di dalam berbagai prasasti, tampak bahwa sebagian besar di antara
mereka itu memakai nama Indonesia asli, hanya sebagian kecil saja penduduk desa
memakai nama dari bahasa sanskerta, hal itu menunjukkan bahwa pengaruh budaya India
Modul Hindu Budha
tidak terbatas pada golongan elite di pusat dan daerah, tetapi ada juga penduduk desa yang
dapat mengeyam pendidikan membaca kitab-kitab suci dan menulis.
Ekonomi
Masalah perekonomian mendapat perhatian besar pada zaman Balitung. Misalnya dalam
Prasasti Purworejo menyebutkan tentang pendirian suatu pusat perdagangan. Raja Tulodhong
juga sangat memperhatikan masalah ekonomi, buktinya dapat dilihat dari Prasasti Sukabumi
yang menyebutkan tentang waduk untuk mengatur air sungai Harinjing. Waduk itu dibuat untuk
kepentingan irigasi sawah dan mencegah terjadinya banjir
Modul Hindu Budha
5. Kerajaan Sriwijaya
Berdasarkan penemuan prasasti, letak Kerajaan Sriwijaya di tepi Sungai Musi, kota
Palembang, Sumatera.
Sumber-sumber Sejarah
Prasasti Kedukan Bukit di tepi Sungai Tatang, Palembang.
Prasasti Talang Tuwo, ditemukan di desa Gandus, sebelah barat kota
Palembang.
Prasasti Kota Kapur, ditemukan di Pulau Bangka.
Prasasti Telaga Batu berbentuk batu lempeng mendekati segi lima tidak
berangka tahun.
Prasasti Karang Brahi, ditemukan didaerah Jambi.
Prasasti Ligor, ditemukan di Tanah Genting Kra daerah Ligor.
Berita dari Cina, India dan Arab serta benda purbakala
Politik
Kerajaan Sriwijaya mencapai zaman keemasan pada abad ke-8 dan ke-9 ketika
diperintah oleh Raja Balaputradewa.
1) Faktor-faktor pendorong perkembangan Kerajaan Sriwijaya
a. Keberhasilan Kerajaan Sriwijaya menguasai perairan yang strategis
b. Semakin pesatnya perkembangan perdagangan yang dilakkan India dan Cina melalui
Selat Malaka membuat posisi Sriwijaya semakin penting
c. Keruntuhan Kerajaan Fu-Nan sehingga kerajaan Fu-Nan di Asia Tenggara digantikan
oleh Sriwijaya.
2) Faktor-faktor penyebab kemunduran Kerajaan Sriwijaya
a) Adanya serangan dari Jawa atas pimpinan Dharmawangsa
b) Adanya serangan dari Kerajaan Chola
c) Mundurnya perekonomian dan perdagangan Sriwijaya karena bandar-
bandar penting melepaskan diri dari Sriwijaya
d) Adanya serangan dari Kerajaan Majapahit
e) Muncunya kerajaan Samudra Pasai yang mengambil alih pengaruh Sriwijaya
Modul Hindu Budha
.
Sosial
Berdasarkan berita dari Cina diperkirakan bahwa Kerajaan Sriwijaya telah dikenal sebagai
pusat pendidikan agama Budha Mahayana. I-tsing menerangkan bahwa pendeta-pendeta Cina
datang ke Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta dan menyalin kitab-kitab agama Budha.
Tingginya kedudukan Sriwijaya sebagai pusat perkembangan agama Budha terlihat dari
datangnya pendeta Tantris yang bernama Wajrabodhi.
Ekonomi
Ramainya kegatan perdagangan India dengan Cina melalui Selat Malaka sangat
menguntungkan Sriwijaya. Para pedagang dari kedua bangsa tersebut
singgah di pelabuhan milik Sriwijaya, selain membayar bea masuk mereka juga
melakukan transaksi jual beli dengan pedagang Sriwijaya.
6. Kerajaan Singosari
Kerajaan Singosari didirikan oleh Ken Arok yang kemudian ia wafat pada tahun 1227
karena dibunuh oleh seseorang atas perintah Anusapati yang kemudian dicandikan di
daerah Kagenengan dalam bentuk perpaduan Syiwa Budha. Setelah berhasil membunuh
Ken Arok, Anusapati naik tahta namun lambat laut pembunuhan itu terdengar sampai pada
Panji Tohjaya yang kemudian membalas kematian ayahnya dengan cara membunuh Anusapati,
keberhasilan itu membuat Tohjaya naik tahta sebagai raja. Pemerintahannya hanya berlangsung
tidak lama karena pada tahun itu terjadi pemberontakan oleh Ranggawuni dan Mahisa
Cempaka yang menyebabkan Tohjaya mengungsi dan pemerintahan berada pada tangan
Ranggawuni. Pada tahun 1254 ia mengangkat anaknya Kertanegara sebagai putra mahkota
yang kemudian ia wafat pada tahun 1268. Didalam politik pemerintahan, Kertanegara membagi
menjadi dua macam, yaitu :
a. Politik dalam negeri
Ditujukan untuk melancarkan dan menstabilkan pemerintahan. Untuk
mencapai tujuan itu, Kertanegara melakukan berbagai tindakan, antara lain :
1. Memecat Mahapatih Raganatha karena dipandang kurang mendukung gagasan
raja dan menggantikannya dengan Kebo Tengah
2. Mengangkat Banyak Wide sebagai Bupati Sumenep
3. Mengangkat Jayakatwang sebagai raja kecil di Kediri untuk menghindari
Modul Hindu Budha
perselisihan
4. Mengambil Arharaja dan Raden Wijaya sebagai menantu
5. Memperkuat angkatan perang
6. Menumpas pemberontakan Bhayaraja dan Mahesa Rengkah
7. Mengangkat seorang kepala agama Budha dan Brahmana
b. Politik luar negeri
Tujuan Kertanegara dalam politik luar negerinya adalah :
1. Mempersatukan seluruh Nusantara yang dipimpin Kerajaan Singosari
2. Mengurangi pengaruh dari dua keajaan besar yang merupakan lawan-lawan politik
Ketanegara, yaitu Sriwijaya dan Cina Mongol
Kematian Kertanegara mengakibatkan Singosari dikuasai oleh Jayakatwang.
Sesuai dengan agamanya, Kertanegara didarmakan (dimakamkan) di Candi Jawi
sebagai Siwa-Budha, sebagai Wairocana-locana di Segala, dan Bairawa di Candi
Singosari.
Modul Hindu Budha
7. Kerajaan Majapahit
Lokasi Kerajaan ini adalah di Trowulan Mojokerto. Dalam sejarah Indonesia,
periode Majapahit merupakan periode yang paling mengesankan karena periode ini di
Nusantara terdapat suatu kerajaan besar yang disegani oleh mancanegara dan membawa
keharuman nama Indonesia sampai jauh ke luar wilayah Indonesia.
Sumber Sejarah
Prasasti Gunung Butak, Brumbung, Kudadu, Gajah Mada, dan Jiu.
Kitab Negarakertagama yang menceritakan tentang perjalanan Hayam
Wuruk ke Jawa Timur
Kitab Pararaton yang menceritakan tentang pemerintahan raja Singosari dan
Majapahit
Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama
Modul Hindu Budha
Politik
Setelah Kerajaan Singosari runtuh, Raden Wijaya berhasil menyelamtakan
diri dari kejaran pasukan Kediri. Atas nasihat Arya Wiraraja, Raden Wijaya menyerahkan
diri kepada Jayakatwang dan menghamba kepadanya. Setelahnya Raden Wijaya
kemudian menghimpun orang-orang Tumapel dan Madura menjadi pasukan untuk bersiap-
siap merebut kembali kekuasaan yang ada di tangan Jayakatwang, setelah selesai datanglah
bala tentara dari Cina-Mongol atas perintah Kubilai Khan untuk menghukum Kertanegara
yang telah menghina utusannya, namun mereka belum mengetahui bahwa Kertanegara sudah
meninggal. Akan tetapi mereka tidak percaya dan kemudian menyerbu Jayakatwang. Maka
kesempatan ini di ambil oleh Raden Wijaya untuk membalas dendam kepada Jayakatwang.
Dalam pertempuran itu tentara Kediri dapat dengan mudah di
taklukkan, Jayakatwang pun tertangkap dan dibunuh. Pada waktu tentara Tartar hendak
kembali ke pelabuhan, Raden Wijaya kembali menyerang. Dan setelah berhasil Raden
Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit.
1. Masa Pemerintahan Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309)
Menurut Prasasti Gunung Butak dan Kitab Pararaton, Raden
Wijaya memperistri anak Kertanegara, yaitu :
Dyah Dewi Tribhuwaneswari;
Dyah Dewi Narendraduhita;
Dyah Dewi Prajnaparamita Jayendradewi;
Dyah Dewi Gayatri.
Akan tetapi perkawinan itu lebih berlatar belakang agar tidak terjadi
perebutan kekuasaan di dalam anggota keturunan Kertanegara. Pada masa
pemerintahannya, Raden Wijaya lebih mengutamakan konsolidasi kekuatan dalam
kerajaan. Pada tahun 1309, Raden Wijaya wafat dan dimakamkan di Candi Simping
sebagai Syiwa, dan di Artahpura sebagai Dhyani Budha. Arca perwujudannya
berbentuk Harihara (Arca perwujudan Wisnu dan Syiwa dalam satu Arca).
2. Masa Pemerintahan Jayanegara (1309-1328 M)
Pemberontakan yang penting yang pernah terjadi salah satunya adalah pembarontakan
Kuti yang hampir membawa keruntuhan bagi Majapahit karena berhasil menduduki
ibukota Majapahit Jayanegara terpaksa melarikan diri ke desa Badader dan hanya diikuti
oleh sejumlah pasukan dengan pimpinan Gajah Mada. Berkat kecakapan Gajah Mada,
Modul Hindu Budha
pemberontakan akhirnya dapat ditumpas. Pada tahun 1328 M, Jayanegara meninggal
karena dibunuh oleh tabib kerajaan yang bernama Tanca, yang kemudian Tanca di bunuh
oleh Gajah Mada.
3. Masa pemerintahan Tribuwana Tungga Dewi
Pada masa pemerintahannya telah teerjadi pemberontakan yang dipimpin oleh
Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Akhirnya menteri pelaksana yang pada waktu itu
dalam keadaan sakit meminta bantuan kepada Gajah Mada. Setelah pemberontakan
dapat dipadamkan, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Mangkubumi
Majapahit dan mengungkapkan Sumpah Tan Amukti Palapa. Pada tahun 1350
Tribhuwana mengundurkan diri sebagai raja Karena ibunya meninggal, selanjutnya tahta
kerajaan diserahkan kepada putranya, Hayam Wuruk.
4. Masa Pemerintahan Hayam Wuruk.
Pada masa pemerintahannya Majapahit mengalami masa keemasan. Sebagai raja ia
berpandang luas dan tajam serta memberikan kebebasan sepenuhnya kepada Gajah Mada untuk
menjalankan pemerintahan karena ia mengetahui kecakapan yang dimiliki oleh Gajah Mada
dan mempunyai cita-cita yang sama yaitu untuk mempersatukan Nusantara. Pada tahun 1357
Raja Hayam Wuruk bermaksud meminang putri Sri Baduga yang bernama Dyah Pitaloka.
Lamaran itu diterima, bahkan Sri Baduga sendiri yang mengantarnya. Sesampai di Majapahit
Raja Pajajaran dan rombongannya berkemah di Bubat menanti Hayam Wuruk. Namun Gajah
Mada menghendaki agar Dyah Pitaloka sendiri yang diantar oleh Raja Pajajaran sebagai tanda
tanduk kerajaan Sunda. Maksud ini ditolak oleh Sri Baduga dan terjadilah pertempuran yang
akhirnya Sri Baduga terbunuh dan Dyah Pitaloka bunuh diri, peristiwa ini disebut dengan perang
bubat.
Setelah Gajah Mada wafat, Gajah Mungkuri diangkat sebagai pimpinan tunggal
eksekutif kerajaan. Setelahnya Hayam Wuruk meninggal dan di makamkan di Candi
Ngetos, Nganjuk.
5. Kemunduran Kerajaan Majapahit
Sebab-sebab kemuduran Kerajaan Majapahit dikarenakan oleh :
Terjadinya perang saudara yaitu perang Paregreg
Tidak ada pembentukan kader kepemimpinan
Banyak kerajaan bawahan yang melepaskan diri dan menjadi
negara bebas Masuk dan berkembangnya agama Islam di Jawa Timur. Kemunduran di
bidang perdagangan karena Majapahit tidak mampu melindungi pusat-pusat perdagangan
Modul Hindu Budha
.
Sosial
Tata masyarakat berdasarkan Hinduisme yaitu pembagian anggota
masyarakat kedalam empat kasta. Sistem perundang-undangan yang
mengatur hukum sudah ada dan orang yang terbukti bersalah melakukan
kejahatan harus dikenakan pidana mati.
Ekonomi
Berdasarkan berita dari Ma-Huan di Majapahit telah bermukim orang-
orang asing. Hal ini menunjukkan bahwa perdagangan di Majapahit sudah ramai.
Selain itu juga diperkuat adanya relief-relief di Candi Tigawangi dan Penataran
yang menggambarkan para pedagang dari desa sedang memikul hasil bumi.
Modul Hindu Budha
8. Kerajaan Sunda
Sumber Sejarah
Prasasti sang Hyang Tapak yang memunculkan nama Kerajaan Sunda,
ditemukan di Pancalikan dan Bantarmuncang, Sukabumi yang
menggunakan tulisan Huruf Kawi dan bahasa jawa Kuno.
Politik
Menurut kitab Carita Parahyangan, yang menjadi Raja Sunda di Kawali
setelah Perang Bubat adalah Rahyang Niskala Wastu Kencana, ketika di
angkat sebagai Raja, Wastu masih kecil sehingga pemerintahan sementara
di pegang oleh Hyang Bunisora.
Setelah berusia 23 tahun, Wastu memegang kekuasaan secara langsung.
Raja berikutnya adalah Tohaan yang kemudian di gantikan oleh Sang Ratu
Jayadewata.
Menurut berita Portugis pada tahun 1512 Raja Samiam dari Kerajaan
Sunda meminta bantuan kepada Portugis. Pada masa pemerintahannya Sunda
Kelapa, jatuh ke tangan pasukan Islam. Peristiwa ini menyebabkan
terputusnya hubungan antara Sunda dan Portugis. Akibatnya satu demi satu
pelabuhan Kerajaan Sunda jatuh ke tangan pasukan Islam. Pada masa
pemerintahan Raja Nusiya Mulya keadaan kerajaan semakin lemah sampai
akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan Islam.
Sosial
Berdasarkan sumber Sejarah memberikan keterangan adanya
kelompok-kelompok masyarakat berdasarkan fungsi yaitu :
o Kelompok masyarakat berdasarkan ekonomi, misalnya juru lukis, pande
mas
o Kelompok masyarakat yang bertugas sebagai alat negara, yaitu mantri,
prajurit
o Kelompok rohani dan cendekiawan yang terdiri dari memen, paraguna
Ekonomi
Kerajaan Sunda hidup dari hasil pertanian,terutama perladangan.
Selain itu bidang perdagangan juga sudah maju dengan didukung adanya
enam
KERAJAAN HINDU – BUDHA DI INDONESIA
Bandar sebagai tempat perdagang
KERAJAAN HINDU – BUDHA DI INDONESIA
[Type text]
Recommended