View
392
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
Peta Konsep
Pada tahun 628 M, sekitar 1400 Muslim berangkat ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji. Mereka mempersiapkan hewan kurban untuk dipersembahkan kepada kaum Quraisy. Kufar Quraisy menyiagakan pasukannya untuk menahan Muslim agar tidak masuk ke Mekkah. Pada waktu ini, bangsa Arab benar benar bersiaga terhadap kekuatan Islam yang sedang berkembang. Nabi MuhammadSAW mencoba agar tidak terjadi pertumpahan darah di Makkah, karena Makkah adalah tempat suci.
A Muhasabah !
Akhirnya kaum Muslim menyetujui langkah Nabi Muhammad SAW, bahwa jalur diplomasi lebih baik daripada berperang. Kejadian ini dituliskan pada surah Al-Fath : 4 :
Artinya : “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)”.
Ayat tersebut bermakna bahwa Allah SWT telah memberikan ketenangan bagi hati mereka agar iman mereka bisa bertambah.
Amatilah garis besar isi Perjanjian Hudaibiyah berikut! : "Dengan nama Tuhan. Ini perjanjian antara Muhammad (SAW) dan Suhail bin 'Amru, perwakilan Quraisy.Tidak ada peperangan dalam jangka waktu sepuluh tahun. Siapapun yang ingin mengikuti Muhammad (SAW),diperbolehkan secara bebas. Dan siapapun yang ingin mengikuti Quraisy, diperbolehkan secara bebas.Seorang pemuda, yang masih berayah atau berpenjaga, jika mengikuti Muhammad (SAW) tanpa izin, makaakan dikembalikan lagi ke ayahnya dan penjaganya. Bila seorang
mengikuti Quraisy, maka ia tidak akandikembalikan. Tahun ini Muhammad (SAW) akan kembali ke Madinah. Tapi tahun depan, mereka dapat masuk keMakkah, untuk melakukan tawaf disana selama tiga hari. Selama tiga hari itu, penduduk Quraisy akan mundurke bukit-bukit. Mereka haruslah tidak bersenjata saat memasuki Makkah"
1. ORANG-ORANG YASTRIB MASUK ISLAM
Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah SAW pada setiap musim haji mengunjungi
kemah-kemah jama’ah haji untuk menyampaikan dakwahnya. Aktivitas ini
mendapat respon sebagaimana ditunjukkan oleh Suwaid bin Shamit, seorang tokoh
suku Aus dari Yatsrib yang menyatakan tertarik pada ajakan Rasulullah SAW.
Selang beberapa lama setelah itu Iyaz bin Mu’adz seorang pemuda Khazroj juga
menyatakan keIslamannya ketika Rasulullah SAW menemui rombongan kabilah
Khazroj saat mereka datang ke Makkah. Aus dan Khazroj adalah dua kabilah Arab
BMengkaji Strategi Dakwah di Madinah
terkemuka di Yatsrib yang selalu bermusuhan. Mereka sedikit banyak sudah
memiliki pengertian tentang ketuhanan, wahyu, kenabian dan hari akhir.
Pada musim haji tahun ke
11 dari kenabian, beberapa
orang Khazroj, dua diantaranya
Bani Najron masuk Islam.
Sejak itu Rasulullah SAW
menjadi pembicaraan hangat
dari penduduk Yatsrib. Pada
musim haji tahun berikutnya
12 orang laki-laki dan seorang perempuan dari Yatsrib menemui Rasulullah SAW di
Aqobah. Mereka berikrar tidak menyekutukan Tuhan, tidak mencuri, tidak berzina,
tidak membunuh anak-anak, tidak menfitnah dan tidak mendurhakai Muhammad
SAW. Peristiwa ini dikenal dengan Baiah Al-Aqobah Al-Ula (Baiah Aqobah
pertama). Setelah itu Rasulullah SAW mengutus Mus’ab bin Umair untuk
mengajarkan Islam kepada penduduk Yatsrib. Setahun kemudian pada malam hari
seusai menunaikan ibadah haji terjadi Baiah Al-Aqobah Ats-Tsaniyah (Baiah
Aqobah kedua), dimana 73 orang laki-laki dan dua orang perempuan dari Yatsrib
bertemu dengan Rasulullah SAW, yang waktu itu di dampingi Abbas bin Abdul
Mutholib di Aqobah. 12 orang pemuka Aus dan Khazroj, masing-masing mewakili
yang ada dalam kabilahnya, mengucapkan sumpah setia akan membela Rasulullah
SAW walaupun jiwa dan harta taruhannya. Orang-orang Yatsrib itu masuk Islam
tampaknya termotivasi oleh keinginan melepaskan diri dari perbudakan orang-orang
Yahudi.
2. HIJRAH KE YATSRIB
Setelah Baiah Aqobah ke dua tindakan kekerasan terhadap kaum muslimin
makin meningkat, bahkan musyrikin Quraisy sepakat akan membunuh Rasulullah
SAW. Menghadapai kenyataan ini Rasulullah SAW menganjurkan kepada para
sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib. Kelompok orang lemah diperintahkan lebih
dulu karena merekalah yang paling banyak menderita penganiayaan dan paling
sedikit mendapatkan perlindungan. Rasulullah SAW sendiri baru meninggalkan
Makkah setelah seluruh kaum muslimin keluar dari Makkah kecuali Ali dan
keluarganya, berikut Abu Bakar dan keluarganya. Ketika akan berangkat Rasulullah
SAW meminta Ali untuk tidur di kamarnya untuk mengelabuhi musuh yang
berencana membunuhnya. Beliau berangkat ke gua Tsur, arah selatan Makkah
ditemani oleh Abu Bakar. Mereka bersembunyi di gua Tsur selama 3 malam. Tidak
ada yang tahu tentang keadaan dan tempat persembunyian mereka selain putera
puteri Abu Bakar sendiri, Abdullah, Aisyah dan Asma serta sahayanya Amir bin
Fuhairoh. Merekalah yang mengirimkan makanan setiap malam dan menyampaikan
kabar mengenai pergunjingan penduduk Makkah tentang Rasulullah SAW.
Pada malam ketiga mereka keluar dari persembunyiannya untuk melanjutkan
perjalanan menuju Yatsrib ditemani oleh Abdullah bin Abi Bakar dan Abdullah bin
Arqod seorang musyrik yang bertugas sebagai petunjuk jalan. Rombongan ini
bergerak ke arah barat menuju laut merah kemudian belok ke utara mengambil jalan
yang tidak biasa dilalui oleh kafilah-kafilah pada umumnya. Setelah mengarungi
padang pasir yang sangat luas dan amat panas akhirnya pada hari Senin, tanggal 8
Rabi’ul Awal tahun I Hijriyah, tibalah Nabi Muhammad SAW di Quba, sebuah
tempat kira-kira 10 km dari kota Yatsrib.
Selama 4 hari di Quba beliau menginap di rumah Kultsum bin Hadam, seorang
laki-laki tua yang rumahnya sering dijadikan pangkalan bagi orang-orang yang baru
datang ke Yatsrib. Sedangkan Abu Bakar menginap di rumah Hubaib bin Isaf.
Selam 4 hari istirahat, Nabi SAW mendirikan sebuah Masjid, yaitu masjid Quba.
Itulah masjid yang pertama kali didirikan dalam sejarah umat Islam. Rasulullah
SAW yang meletakkan batu pertama di kiblatnya, diikuti oleh Abu Bakar kemudian
diselesaikan oleh para sahabatnya. Tiga hari kemudian Ali bin Abi Thalib tiba di
Quba selama menempuh perjalanan selama 15 hari. Ia bergabung dengan Rasulullah
SAW tinggal di rumah Ibnu Hadam. Keesokan harinya jum’at 12 Rabiul Awal
bertepatan dengan 24 September 622 M rombongan muhajirin ini melanjutkan
perjalanan ke Yatsrib.
Kedatangan Rasulullah SAW disambut dengan hangat penuh kerinduan oleh
kaum Ansor. Begitu sampai di kota ini beliau melepas tali kekang unta yang
ditungganginya dan membiarkan unta itu berjalan sekehendaknya. Unta itu baru
berhenti di sebidang kebun yang di tumbuhi beberapa pohon kurma bersebelahan
denga rumah Abu Ayyub. Kebun ini milik dua anak yatim bersaudara yang di asuh
oleh Abu Ayyub bernama Sahl dan Suhail putera Rafi’ bin Umar. Atas permintaan
Muadz bin Ahro’, kebun ini di jual dan di atasnya di bangun masjid atas perintah
Rasuluulah SAW. Sejak kedatangan Rasulullah SAW Yatsrib berubah namanya
menjadi Kota Madinah atau Madinatur Rasul atau Madinatul Munawwaroh.
Setelah menetap di Madinah ini Rasulullah SAW barulah memulai rencana
mengatur siasat dan membentuk masyarakat Islam yang bebas dari tekanan dan
ancaman, mempertalikan hubungan kekeluargaan antara kaum Muhajirin dan Ansor,
mengadakan perjanjian saling membantu antara kaum muslimin dengan bukan
muslim, menyusun siasat, ekonomi, social serta dasar-dasar Daulah Islamiyah.
3. STRATEGI DAN SUBSTANSI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE
MADINAH
Pekerjaan besar yang dilakukan Rasulullah SAW dalam periode Madinah adalah
pembinaan terhadap masyarakat Islam yang baru terbentuk. Dasar-dasar kebudayaan
yang diletakkan oleh Rasulullah SAW itu pada umumnya merupakan sebuah nilai
dan norma yang mengatur manusia dan masyarakat dalam hal yang berkaitan
dengan peribadatan, social, ekonomi dan politik yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Sunnah.
a. Dalam membina
masyarakat Islam di Madinah strategi dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW
antara lain :
1) Mendirikan Masjid. Beliau dahulukan
mendirikan masjid sebelum bangunan-
bangunan lainnya selain kediaman
beliau sendiri, karena masjid
mempunyai potensi yang sangat vital
dalam menyatukan umat dan menyusun kekuatan mereka lahir dan batin
untuk membina masyarakat Islam atau daulah Islamiyah berlandaskan
semangat tauhid. Di masjid ini Rasulullah SAW mengobarkan semangat jihat
di jalan Allah SWT, sehingga kaum muslimin waktu itu belum begitu banyak
tetapi rela mengorbankan harta dan jiwa untuk kepentingan Islam. Di masjid
pula beliau senantiasa mengajarkan doktrin tauhid dan mengajarkan pokok-
pokok ajaran Islam kepada kaum muhajirin dan ansor. Dan di dalam masjid
pula kaum muslimin mengadakan sholat berjamaah, mengadakan
musyawarah untuk merundingkan masalah-masalah yang di hadapi.
2) Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Ansor. Kaum Muhajirin yang
jauh dari sanak saudara dan kampung halaman mereka, di pererat oleh beliau
dengan mempersaudarakan mereka dengan kaum Ansor karena kaum Ansor
telah menolong mereka dengan ikhlas dan tidak memperhitungkan
keuntungan yang bersifat materi, melainkan hanya karena mencari keridhaan
Allah SWT semata. Sebagai contoh Abu Bakar dipersaudarakn dengan Harits
bin Zaid, Ja’far bin Abi Thalib dengan Muadz bin Jabal, Umar bin Khattab
dengan Itbah bin Malik, begitu seterusnya tiap-tiap kaum Ansor
dipersaudaran dengan kaum Muhajirin. Dengan demikian kaum muhajirin
yang bertahun-tahun berpisah dengan keluarganya merasa tentram dan aman
melaksanakan syariat agamanya. Di tempat yang baru tersebut sebagian ada
yang hidup berniaga ada yang bertani seperti (Abu Bakar, Utsman dan Ali)
mengerjakan tanah kaum Ansor. Dengan ikatan teguh ini Nabi Muhammad
SAW dapat menyatukan dengan ikatan persaudaraan Islam yang kuat yang
terdiri dari berbagai macam suku dan kabilah ke dalam satu ikatan masyaraka
Islam yang kuat dengan semangat bergotong royong, senasib sepenanggunan.
Segolongan orang arab yang menyatakan masuk Islam dalam keadaan miskin
disediakan tempat tinggal dibagian masjid yang kemudian dikenal dengan
nama Ashab Shuffa. Keperluan hidup mereka dipikul bersama diantara
Muhajirin dan Ansor.
3) Perjanjian Perdamaian dengan kaum Yahudi. Guna menciptaka suasana
tentram di kota baru bagi Islam (Madinah), Nabi Muhammad SAW membuat
perjanjian persahabatan dan perdamaian dengan kaum Yahudi yang berdiam
di dalam dan di sekeliling kota Madinah. Inilah salah satu perjanjian yang
diperlihatkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai seorang ahli politikus
yang ulung yang belum pernah dilakukan oleh para nabi-nabi terdahulu.
Diantara isi perjanjian yang dibuat oleh Nabi SAW dengan kaum Yahudi
antara lain :
a) Bahwa kaum Yahudi hidup damai bersama-sama kaum muslimin; kedua
belah fihak bebas memeluk dan menjalankan agamanya masing-masing.
b) Kaum muslimin dan kaum Yahudi wajib tolong menolong untuk
melawan siapa saja yamg memerangi mereka. Orang Yahudi memikul
belanja mereka sendiri begitu pula kaum muslimin juga memikul belanja
mereka sendiri.
c) Kaum muslimin dan kaum yahudi wajib nasehat menasehati, tolong
menolong, melaksanakan kebajikan dan keutamaan.
d) Bahwa kota Madianah adalah kota suci yang wajib dihormati oleh
mereka yang terikat dengan perjanjian itu. Kalau terjadi perselisihan
antara kaum Yahudi dengan kaum Muslimin, maka urusannya hendaklah
diserahkan kepada Allah dan Rasullullah SAW.
e) Bahwa siapa saja yang tinggal di dalam atau di luar kota Madinah wajib
dilindungi keamanan dirinya, kecuali orang-orang yang zalim dan
bersalah, sebab Allah SWT menjadi pelindung orang-orang yang baik
dan berbakti.
Perjanjian politik yang dibuat oleh Nabi Muhammada SAW tersebut
telah menjamin kemerdekaan beragama dan menjamin kehormatan jiwa dan
harta dari golongan yang bukan Islam. Ini adalah merupakan peristiwa yang
baru dalam dunia politik dan peradaban manusia. Sebab waktu itu
diberbagai pelosok dunia masih terjadi perkosaan dan perampasan hak-hak
asasi manusia.
4) Meletakkkan dasar-dasar Politik, Ekonomi dan Sosial untuk
masyarakat Islam. Karena masyarakat Islam telah terwujud, maka
Rasulullah SAW menentukan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat Islam
yang baru terwujud itu, baik dalam bidang politik, ekonomi, social maupun
yang lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam periode perkembangan agama
Islam di Madinah inilah telah turun wahyu Allah SWT yang mengandung
perintah berzakat, berpuasa, dan hukum-hukum yang bertalian dengan
pelanggaran atau larangan, jinayat (pidana) dan lain-lain. Dengan
ditetapkannya dasar-dasar politik, ekonomi, social dan lainnya, maka
semakin teguhlah bentuk-bentuk masyarakat Islam, sehingga semakin hari
pengaruh agama Islam di kota Madinah semakin bertambah besar.
5) Memelihara dan mempertahankan masyarakat Islam. Jumlah orang-
orang yang mengakui kerasulan Muhammad SAW bertambah dengan amat
cepat, sehingga dalam waktu yang sangat singkat kekuatan Islam sudah mulai
diperhitungkan oleh orang-orang yang tidak menyukainya. Ada tiga kekuatan
yang secara nyata memusuhi agama baru ini yaitu : orang-orang Yahudi,
orang-orang munafik, dan orang-orang Quraiys dengan sekutunya.
a) Rongrongan Kaum Yahudi.
Orang Yahudi sejak sebelum masehi sudah hidup di Madinah, mereka
terdiri dari 3 suku yaitu Bani Qainuqa, Bani Quraidhah dan Bani Nadzir.
Mereka semua mempercayai akan kedatangan nabi akhir zaman
sebagaimana dijelaskan dalam kitab suci mereka. Akan tetapi ketika nabi
yang ditunggu-tunggu itu datang, mereka mengingkarinya karena
mereka menduga dan menghendaki bahwa nabi yang ditunggu-tunggu
itu berasal dari golongan mereka yaitu keturunan Israel. Apalagi setelah
bangsa Arab memeluk agama Islam mendahului mereka. Kekecewaan
mereka sudah tak bias disembunyikan lagi. Lihat Q.S. Al-Baqoroh : 89.
Mereka memang pernah mengikat perjanjian dengan kaum muslimin,
akan tetapi tidak dilandasi dengan ketulusan hati yang jujur dan mereka
mengira bahwa kaum muslimin adalah kelompok yang lemah yang tidak
akan mampu menghadapi kekuatan kafir Quraiys. Mereka terkejut ketika
Rasulullah SAW dan para pengikutnya berhasil memporak-porandakan
tentara Quraiys dalam perang Badar 17 Ramadhan 2 H.
b) Rongrongan orang-orang Munafik.
Keberadaan orang-orang munafik tidak bisa di abaikan begitu saja
sebagai ancaman yang sangat membahayakan. Pengaruh mereka
memang tidak begitu besar, namun apabila dibiarkan bisa menimbulkan
malapetaka yang merugikan perjuangan umat Islam. Sekalipun mereka
mengaku beriman kepada Rasulullah SAW, namun acap kali mereka
menghalang-halangi orang lain masuk Islam. Ketika Rasulullah SAW
bersiap menghadapi perang Uhud, kaum munafik keluar dari barisan
yang dipersiapkan atas hasutan Abdullah bin Ubai, pemimpin mereka.
Mereka juga mengadakan hubungan baik dengan kaum Yahudi dan
pernah menjanjikan bantuan kepada Bani Quraidhah sewaktu yang
disebut terakhir ini menghianati kaum muslimin.
c) Rongrongan kafir Quraisy dan sekutunya.
Sikap permusuhan kafir Quraiys terhadap Islam tidak berhenti dengan
kepindahan Rasulullah SAW dan para sahabatnya ke Madinah. Atas
sikap mereka itu Allah SWT menurunkan ayat yang mengizinkan umat
Islam mengangkat senjata untuk membela diri, karena mereka sungguh
dianiaya (biannahum dzulimu), lihat Q.S. Al-Ahzab : 39-40. Ini adalah
ayat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT mengenai perang. Ayat
ini menjadi alasan bagi Rasulullah SAW untuk membentuk pasukan
yang dipersiapkan untuk terjun ke medan pertempuan. Pasukan yang
pertama dibentuk adalah untuk berjaga-jaga menghadapi serangan dari
suku-suku Badui dan kafir Quraiys serta sekutunya. Orang yang boleh
diperangi adalah orang yang telah merampas hak, baik harta maupun
jiwa dan menghalangi untuk beriman kepada Allah SWT dan
melaksanakan ajarannya (lihat Q.S. Al-Baqoroh : 190-191).Perang
sebagai jawaban atas permusuhan kafir Qurisy terjadi pertama kali
dilembah Badar pada tanggal 17 Ramadhan 2 H. Dalam Al-Qur’an
peristiwa ini disebut dengan yaumul furqon, yakni hari pemisah antara
yang hak dan yang bathil. Kendatipun pasukan Islam jauh lebih kecil
(sekitar 300 orang) namun berhasil meraih kemenangan dari pasukan
kafir Quraiys yang jumlahnya sekitar 1000 orang. Hal ini membuat
orang-orang Yahudi geram dan kecewa. Mereka mulai menunjukkan
sikap tidak bersahabat dengan orang muslim dan berusaha menusuk dari
belakang. Sementara itu kafir Quraiys berusaha membalas kekalahan
dengan mempersiapkan 3000 pasukan dengan perbekalan dan
persenjataan yang lengkap berangkatlah menuju kota Madinah. Turut
ambil bagian dalam pasukan kafir ini adalah suku Arab Tihamah,
Kinanah, Bani Harist, Bani Haun dan Bani Musthaliq. Pada bulan
Sya’ban 3 H terjadilah perang Uhud, dalam peperangan ini kaum
muslimin menderita kekalahan akibat keluarnya sebagian pasukan
muslimin yang diprovokasi oleh orang munafik bernama Abdullah bin
Ubay sehingga kaum muslimin yang berjumlah 1000 orang tinggal
kurang lebih dua pertiganya. Dalam peperangan ini dari kaum muslimin
yang gugur sebagai syuhada 70 orang, termasuk paman Nabi SAW yang
bernama Hamzah bin Abdul Muthalib. Kesempatan ini membuat
kesempatan orang Yahudi bani Nadzir untuk menghancurkan kaum
muslimin. Mereka berusah membunuh Rasulullah SAW, namun gagal
sehingga mereka di usir dari Madinah. Pada bula syawal 5 H kurang
lebih 14.000 tentara kafir termasuk 4000 kafir Quraiys di bawah
pimpinan Abu Sofyan menyerbu Madinah. Menghadapi serbuan ini
Rasulullah SAW memilih bertahan di kota. Atas saran Salman Al-Farisi
kaum muslimin membuat parit-parit di setiap lorong untuk masuk ke
kota Madinah. Tidak ada pilihan lain bagi kafir untuk mengepung kota
Madinah. Akan tetapi setelah 25 hari pengepungan, perasaan jenuh mulai
muncul terutama pada kelompok-kelompok yang tidak mempunyai
kepentingan karena yang jelas punya kepentingan adalah kaum kafir dan
orang Yahudi. Pada saat yang sama seorang pemimpin Arab Nu’aim bin
Mas’ud menghadap Rasulullah SAW dan menyatakan masuk Islam.
Tepat pada saat yang menyulitkan kaum muslimin, datanglah badai
padang pasir yang mematikan disertai hujan lebat yang menyapu bersih
kemah dan perbekalan mereka (lihat Al-Ahzab : 9). Akhirnya terpaksa
mereka kembali dan menyelamatkan diri tanpa membawa apa-apa (lihat
Al-Ahzab : 25). Perang ini dikenal dengan nama perang Khandaq,
karena kaum muslimin menggunakan parit (khandaq) untuk pertahanan
mereka. Dikenal pula dengan sebutan perang Ahzab karena musuh yang
menyerang madinah terdiri dari berbagai golongan yang bersekutu (Al-
Ahzab). Dalam perang ini gugur 6 sahabat Rasululllah SAW termasuk
Sa’ad bin Muadz, mereka gugur sebagai syuhada. Demikian kaum
muslimin mempertahankan diri dan serangan yang dilakukan tetap tidak
keluar dari kerangka mempertahankan diri.
Fase perjuangan setelah Perang Ahzab. Pada bulan Dzulqo’dah 6 H
Rasulullah SAW beserta 10.000 orang sahabatnya berangkat ke Makkah
untuk menunaikan umroh dan haji. Mereka sudah mengenakan pakaian
ihrom sejak berangkat dan membawa hewan-hewan yang akan disembelih di
Mina agar tidak dicurigai oleh kaum Quraisy. Akan tetapi kafir Quraisy
tidak menghendaki kaum muslimin memasuki kota Makkah, karena apapun
alasannya berarti itu kemenangan bagi kaum muslimin. Oleh karena itu kafir
Quraiys mengirim pasukan di bawah pimpinan Khalid bin Walid untuk
menghadang kaum muslimin. Kaum muslimin dapat menghidari pertemuan
dengan pasukan Khalid bin Walid dengan menempuh jalan lain, sehingga
ketika masuk bulan haram mereka sudah sampai di Hudaibiyah, beberapa
mil dari kota Makkah.Rasulullah SAW bermusyawrah dengan para
sahabatnya kemudian mengutus Usman bin Affan untuk menemui kaum
kafir Quraisy guna menyampaikan maksud kedatangan mereka ke Makkah.
Akan tetapi Usman bin Affan malah di tahan oleh mereka dan muncul desas
desus bahwa Usman mau di bunuh. Rasulullah SAW dengan para
sahabatnya mengadakan sumpah setia untuk berperang sampai tercapai
kemenangan. Sumpah setia ini terkenal dengan nama Baiah Ar-Ridwan
(sumpah yang diridhai Allah SWT). Sumpah ini menggetarkan nyali kaum
musyrikin Quraiys sehingga Usman bin Affan dibebaskan dan mereka
mengutus Suhail bin Amr untuk mengadakan perjanjian dengan kaum
muslimin. Perjanjian inilah yang kemudian terkenal dengan nama
Perjanjian Hudaibiyah yang pokok-pokok isinya antara lain :
a) Segala permusuhan kedua belah fihak dihentikan selama 10 tahun.
b) Setiap orang Quraiys yang datang kepada kaum muslimin tanpa seijin
walinya harus di tolak dan dikembalikan.
c) Setiap orang Islam yang menyerahkan diri kepada fihak Quraiys tidak
akan dikembalikan.
d) Setiap kabilah yang ingin bersekutu dengan kaum Quraiys maupun
dengan kaum muslimin tidak boleh dihalang-halangi oleh salah satu
fihak.
e) Kaum muslimin tidak boleh memasuki kota Makkah pada tahun itu,
namun diberi kesempatan pada tahun berikutnya dengan syarat tidak
membawa senjata kecuali pedang dalam sarungnya dan tidak boleh
tinggal di Makkah lebih dari 3 hari.
Dalam peristiwa ini Rasulullah SAW menunjukkan kemampuannya
sebagai seorang politikus yang pandai berdeplomasi. Perjanjian ini
menunjukkan pengakuan Quraiys terhadap eksistensi kaum muslimin dan ini
berarti kemenangan bagi umat Islam. Sepintas lalu perjanjian tersebut
memang berat sebelah dan merugikan kaum muslimin. Akan tetapi selama
gencatan senjata banyak tokoh Qurays yang masuk Islam seperi Kholid bin
Walid, Amr bin Ash dan Usman bin Thalhah. Selama genjatan senjata
berlangsung, Rasulullah SAW mulai mendakwahkan Islam kepada kabilah-
kabilah Arab lainnya, dan mengirimkan surat kepada Kaisan Romawi, Kisra
Persia, Gubernur Yaman, Kaisan Habsyi, Gubernur Ghassaniah (Basro di
bawah kekuasaan Romawi) dan gubernur Mesir. Kisra dari Persia dengan
keangkuhannya merobek-robek surat dari Rasulullah SAW dan menghina
serta mengusir pembawanya. Dalam pada itu Harits bin Umar yang di utus
Rasulullah SAW kepada Gubernur Ghassaniyah di tolak dengan kasar dan
kemudian di bunuh. Penghinaan yang dilakukan Gubernur Ghassaniyah dan
pembunuhan atas Harits bin Umar memicu berkorbannya perang Mu’tah.
Dalam perang ini panglima muslim Zaid bin Haritsah gugur sebagai syahid.
Kepemimpinannya dilanjutkan oleh Abdullah bin Ruwahah namun iapun
gugur. Demikian pula Ja’far bin Abi Thalib yang menggantikan Abdullah
gugur di tangan tentara Romawi. Khalid bin Walid yang tampil
menggantikan Ja’far, dengan naluri seorang panglima berpengalaman
memberi komando kepada pasukannya supaya mundur dan kembali ke
Madinah. Ini terjadi pada tahun 8 H. Peristiwa ini menyadarkan kepada
kaum muslimin bahwa di utara ada musuh yang tidak bisa di remehkan. Pada
tahun ketika terjadi perang Mu’tah orang-orang Quraiys membantu sekutu
mereka Bani Bakar yang berselisih dengan Bani Khuza’ah (sekutu kaum
muslimin).
Tindakan ini berarti melanggar perjanjian Hudaibiyah. Menanggapi
sikap kaum Quraiys ini pada 10 Ramadhan 8 H, Rasulullah SAW memimpin
10.000 pasukan berangkat berangkat menuju Makkah. Ketika pasukan besar
itu berkemah di dekat kota Makkah, Abbas bin Abdul Muthalib datang
menyatakan keIslamannya, disusul Abu Sofyan pemimpin besar Quraiys
yang sudah kandas dengan ambisinya. Setelah Abu Sofyan menyerah,
Rasulullah SAW memerintahkan pasukannya untuk memasuki kota Makkah
lewat 4 penjuru. Dengan demikian Makkah jatuh ke tangan kaum muslimin
tanpa perlawanan sama sekali. Patung-patung dan berhala di sekeliling
Ka’bah mereka hancurkan kemudian mereka thawaf mengelilingi Ka’bah
dan kemudian turunlah QS. Al-Isro’ : 81. Peristiwa ini terjadi pada tanggal
20 Ramadhan 8 H. Inilah yng disebut dengan Fathul Makkah. Dengan
pembebasan kota Makkah bukan berarti musuh Islam sudah lenyap, kabilah-
kabilah di sekitar Makkah seperti Badui, kaum Masehi di Najran, dan
beberapa kabilah yang terdiri dari Hawazin, Tsaqif, Jusyam, Nasr, Sa’ad bin
Bakar dan Bani Hilal membentuk persekutuan baru untuk menyerang kaum
muslimin. 10.000 pasukan dari Madinah + 2.000 dari Makkah segera
disiapkan untuk menyerang para komplotan sebelum mereka menyerang.
Ketika pasukan kaum muslimin melewati jalan-jalan sempit di sela-sela
bukit Hunain pegunungan Tihamah tiba-tiba diserang dengan membabi buta
hingga membuat pasukan kaum muslimin sempat kocar kacir. Kemudian
Rasullullah SAW berdiri ditemani tidak kurang dari 100 sahabat termasuk
Abu Bakar, Umar, Ali dan Abbas memberikan komando untuk melakukan
serangan balik dan akhirnya musuh dapat taklukkan. Sisa-sisa musuh yang
kalah melarikan diri ke Thaif termasuk pemimpin mereka Malik bin Auf dan
bertahan di benteng kota yang terkenal sangat kuat. Kaum muslimin
mengepung benteng itu beberapa waktu lamanya namun tidak berhasil.
Akhirnya Rasulullah SAW kembali ke Ja’ronah dan tetap memblokir daerah
sekitarnya. Pada saat itulah kabilah Hawazin menyerah dan menyatakan
masuk Islam, begitu juga penduduk Thaif yang menderita akibat blokade
kaum muslimin juga menyatakan masuk Islam.
Pada bulan Rajab 9 H bertepatan dengan bulan oktober 630 M.
Rasulullah SAW mempersiapkan pasukan untuk menghadapi tentara
Romawi di utara. Karena medan yang dituju amat jauh dan musuh yang
dihadapi sangat kuat dan terlatih maka Rasulullah SAW membentuk pasukan
khusus yang dinamakan “Jaisyul Usroh”, (Laskar Saat Kesulitan) karena
pada waktu sedang terjadi musim panas dan di Madinah sedang musim
panen. Seluruh biaya perang di tanggung oleh beberapa sahabat yang kaya
seperti Abu Bakar mendermakanseluruh hartanya, Utsman mendermakan
300 unta dan uang 1000 dinar. Pasukan Romawi yang semula akan
menyerang tentara Islam, mundur kembali ke negerinya setelah melihat
betapa besar jumlah pasukan lawan yang dipimpin Rasulullah SAW dan
pahlawan-pahlawan padang pasir yang tak kenal mundur. Kaum muslimin
tidak mengejar mereka tetapi berkemah di Tabuk. Oleh karena itu peristiwa
itu dikenal dengan nama perang Tabuk.
Sesudah Islam mencapai kemenangan hampir diseluruh jazirah Arab
hanya kabilah-kabilah yang terpencar-pencar yang belum menganut Islam.
Ketika pemuka-pemuka kabilah itu mengetahui bahwa Makkah sudah di
kuasai oleh kaum muslimin, mereka menyadari tidak mungkin lagi ada
kekuatan yang mampu memerangi kaum muslimin. Oleh Karen itu, sejak
tahu 9 H (630/631 M) para utusan kabilah-kabilah Arab datang berbondong-
bondong menghadap Rasulullah SAW menyatakan masuk Islam. Mereka itu
antara lain Bani Tsaqif dari Thaif, Bani As’ad dari Najd, Bani Tamim disusul
kemudian oleh utusan dari Yaman dan sekitarnya pada tahu 10 H. Oleh
Karena itu tahun ini disebut tahun perutusan atau ‘Am Al-Wufud.
Demikianlah Islam telah merata diseluruh jazirah Arab setelah Rasulullah
SAW berjuang lebih dari 20 tahun. Bangsa Arab yang sebelumnya berpecah
belah dan selalu bermusuhan, kini bersatu di bawah seorang pemimpin dan
bernaung di bawah satu panji yaitu panji Islam.
Haji Wada’ dan Akhir Hayat Rasulullah SAW. Ketika para utusan
kabilah-kabilah Arab datang menghadap Nabi SAW untuk memeluk agama
Islam kemudian disusul turunnya surat An-Nasr yang menggambarkan
utusan-utusan itu serta menyuruh Nabi untuk memohonkan ampun untuk
mereka, maka terasalah beliau bahwa tugasnya hampir selesai. Kemudian
Rasulullah SAW bermaksud menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Pada
tanggal 25 Dzulqo’dah 10 H, beliau bersama-sama 100.000 sahabatnya
berangkat meninggalkan Madinah menuju Makkah. Pada tanggal 8
Dzulhijjah yang juga disebut hari tarwiyah Rasulullah SAW bersama
rombongan berangkat menuju Mina dan pada waktu fajar berikutnya mereka
berangkat ke Arofah. Tepat tengah hari di Arafah, beliau menyampaikan
pidato yang amat penting, yang ternyata merupakan pidato terakhir
dihadapan khalayak yang sangat banyak, sehingga pidato itupun dikenal
dengan Khutbah Al-Wada’i (pidato perpisahan). Beliau menyampaikan
amanah dari atas punggung unta dan meminta Rabi’ah bin Umayyah untuk
mengulang dengan keras setiap kalimat yang beliau ucapkan. Dan haji inilah
yang kemudian terkenal dengan haji Wada’.Kira-kira 3 bulan sesudah
mengerjakan haji wada’, Nabi SAW menderita demam selama beberapa hari,
kemudian menunjuk Abu Bakar untuk menggantikan beliau mengimami
shalat jama’ah. Pada tanggal 12 Rabi’ula Awwal 11 H (8 Juni 632 M),
Rasulullah SAW kembali ke hadirat Allah SWT dalam usia 63 tahun. Inna
lillahi wainna ilaihi ro’jiuun. Selama 23 tahun lamanya sejak diangkat
menjadi Rasul beliau berjuang tak mengenal lelah dan derita untuk
menegakkan agama Allah SWT yakni agama Islam.Rasulullah SAW telah
wafat, tak ada harta benda yang berarti yang beliau tinggalkan untuk
diwariskan kepada istri dan anak-anaknya, tetapi beliau meninggalkan dua
buah pusaka yang beliau wariskan kepada seluruh umat Islam, sebagaimana
sabdanya:
Artinya : “Kutinggalkan untuk kamu dua perkara (pusaka), yang kamu tak
akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang pada
keduanya yaitu kitab Allah dan sunnah rasulNya”. (HR. Muslim)
b. Adapun substansi dakwah
Rasulullah SAW di Madinah dapat dilihat dari perubahan yang di bawa oleh
Nabi Muhammad SAW meliputi segala segi dan bidang kehidupan antara lain :
1) At-Tauhid. Bangsa Arab di zaman jahiliyah, mereka menyembah
patung-patung, batu-batu berhala dan mereka menyembelih hewan-hewan
qurban dihadapan patung-patung untuk memulyakannya. Mereka tenggelam
dalam kemusyrikan dan hidupnya saling berpecah belah, saling membunuh
dan bermusuhan. Kemudian datanglah Rasulullah SAW membawa risalah
Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa tak ada Tuhan yang berhak di sembah
kecuali Allah SWT yang telah menciptakan seluruh isi alam ini. Kitab Al-
Qur’an benar-benar telah menghidupkan jiwa dan merubah kepercayaan
mereka, hingga mereka hanya menyebah satu Tuhan yaitu Allah SWT.
2) Al-Ikha’ (persaudaraan). Persaudaraan merupakan azas yang sangat
penting dalam masyarakat Islam yang diletakkan Rasulullah SAW. Bangsa
Arab yang sebelumnya lebih menonjolkan identitas kesukuannya, setelah
memilih Islam diganti dengan identitas baru yaitu ukhuwah islamiyah. Atas
dasar ini pula kaum muhajirin dan ansor dipersaudarakan sebagaimana telah
diceritakan di depan. Banyak sekali ayat-ayat dan hadits yang menjelaskan
tentang persaudaraan ini.
3) Al-Musyawwamah (persamaan). Rasulullah SAW dengan tegas
mengajarkan seluruh manusia adalah keturunan Adam yang diciptakan dari
tanah, seorang Arab tidak lebih mulia dari seorang ajam (bukan Arab)
demikian pula sebaliknya, orang yang paling mulia adalah orang yang
paling bertaqwa kepada Allah SWT (Al-Hujurot :13). Atas dasar inilah
setiap warga masyarakat memiliki hak kemerdekaan, kebebasan (al-
hurriyah). Dengan dasar ini Rasulullah SAW menganjurkan kepada para
sahabatnya untuk memerdekaan hamba-hamba sahaya yang dimilki oleh
bangsawan-bangsawan Quraiys.
4) At-Tasamuh (toleransi). Hal ini bisa kita lihat dalam piagam
Madinah, dimana umat islam siap berdampingan dengan kaum Yahudi atau
bangsa apapun di dunia atas dasar saling menghormati dengan pemeluk
agama lain (Al-Kafirun : 6) Karena terbukti orang Yahudi telah mengusik
keyakinan umat Islam dan berusaha mencelekai Rasulullah SAW, maka satu
persatu mereka di usir dari Madinah.
5) At-Tasyawur (musyawarah). Kendatipun Rasulullah SAW
mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dan terhormat dalam masyarakat,
acap kali beliau meminta pendapat para sahabat dalam menghadapi dan
menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan urusan-urusan
dunia dan sosial budaya. Manakala argumentasi para sahabat itu dianggap
benar, tidak jarang beliau mengikuti pendapat mereka. (lihar Ali Imron :159,
Asy-Syuro’ : 38)
6) At-Ta’awun (tolong menolong). Tolong menolong sesama muslim,
antara lain telah ditujukan dalam bentuk persaudaraan antara kaum
Muhajirin dan Ansar, juga saling membantu antara penduduk Madinah
dengan fihak lain. (lihat Al-Maidah : 21)
7) Al-‘Adalah (keadilan). Hal ini berkaitan erat dengan hak dan
kewajiban setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan
posisinya masing-masing. Di satu sisi seseorang memperoleh haknya,
sementara disisi lain ia berkewajiban memberikan hak orang lain kepada
yang berhak menerimanya. Prinsip ini berpedoman pada surat Al-Maidah : 8
dan An-Nisa : 58.
4. Meneladani Substansi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghayatan terhadap substansi dakwah
Rasulullah SAW pada periode Madinah antara lain sebagai berikut :
a. Mencintai Rasulullah SAW dengan konsisten dan berkomitmen melaksanakan Al
Quran dan Al-Hadist
b. Meneladani sunah nabi, seperti gemar menafkahkan harta di waktu lapang
maupun sempit, menahan amarah, dan memaafkan kesalahan orang lain serta
tolong-menolong.
c. Gemar membaca buku, termasuk buku sejarah, khususnya sejarah Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya.
d. Memelihara silaturahmi dan rukun sesama manusia, khususnya rukun sesama
muslim
e. Mengunjungi tanah suci Mekah dan Madinah untuk melihat atau napak tilas
perjuangan Nabi Muhammad SAW dengan menunaikan ibadah haji atau umrah.
f. Mempelajari dan memahami Al Quran dan Hadis serta mengaplikasikan pesan-
pesan yang terdapat di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari.
g. Senantiasa berjihad di jalan Allah dengan mengikuti petunjuk Al Quran, bersikap
sabar, dan tidak merusak.
h. Aktif atau ikut serta dalam acara kepanitiaan untuk memperingati hari-hari besar
Islam, seperti Maulid atau Isra Mikraj dan hari besar lainnya.
i. Merawat dan melestarikan tempat ibadah (masjid), yakni dengan membersihkan
dan mengisinya dengan kegiatan salat berjamaah, pengajian/diskusi, dan lain-lain
sehingga terwujud kehidupan yang Islami.
j. Menekuni dan mempelajarinya warisan Nabi Muhammad SAW yaitu Al Quran
dan sunahnya serta diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari
Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdullah telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim telah menceritakan kepada kami Al Awza'i berkata, telah menceritakan kepada saya Ibnu Syihab dari 'Atha' bin Yazid dari Abu Sa'id Al Khudriy radliallahu 'anhu bahwa ada seorang 'Arab Badui bertanya kepada Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam tentang ('amal) hijrah. Maka Beliau menjawab: "Janganlah begitu, sungguh hijrah itu 'amal yang berat. Apakah kamu memiliki unta yang wajib kamu keluarkan shadaqahnya?". Orang itu menjawab: "Ya, punya". Maka Beliau berkata,: "Maka amalkanlah sekalipun dari balik lautan, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan amalmu sedikitpun".
(MUSLIM - 121) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Umar al-Makki telah menceritakan kepada kami Marwan al-Fazari telah menceritakan kepada kami Abu Ya'fur dari al-Walid bin al-Aizar dari Abu Amru asy-Syaibani dari Abdullah bin Mas'ud dia berkata, "Saya bertanya, 'Wahai Nabi Allah, amal apakah yang paling dekat kepada surga? ' Beliau menjawab: 'Shalat pada waktunya.' Aku bertanya lagi, 'Dan apalagi wahai Nabi Allah? ' Beliau menjawab: 'Berbakti kepada kedua orang tua.' Aku bertanya lagi, 'Dan apa wahai Nabi Allah? ' Beliau menjawab: 'Jihad di jalan Allah'."
Diskusikan dengan temanmu!Bagaimana pendaptmu jika ada orang yang mengatas namakan Islam dan dengan dalih jihad mereka membawa pentungan,senjata api dan semacamnya, kemudian mereka merusak tempat-tempat maksiat, merusak tempat-tempat ibadah yang tidak sefaham bahkan sampai melakukan bom bunuh diri? Bagaimana jihad yang benar menurut menurut Islam? Bandingkan dengan jihad Rasulullah SAW dan umat Islam pada pereode peradaban Islam di Madinah?
C Uswah Khasanah
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah sampai dengan wafatnva Rasulullah SAW tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijrah. Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah antara lain dalam bidang ketauidan, persaudaraan, persamaan, toleransi, musyawarah, tolong-menolong, keadilan serta meletakkan dasar- dasar politik ekonomi dan sosial untuk masyarakat Islam. Hal ini diawali ketika Nabi tiba di Madinah, langkah pertama yang dilakukan bersama pengikut-pengikutnya adalah mendirikan masjid. Di masjid inilah Rasulullah SAW mengerjakan shalat berjamaah dengan para sahabatnya dan mengajarkan Al-Qur’an serta memberikan pengajaran dan mendidik kaum muslimin lainnya. Lebih dari itu Rasulullah SAW mengadakan pertemuan dan musyawarah dalam segala urusan baik politik ekonomi dakwah dan sebagainya juga dilaksanakan di Masjid.
Setelah membangun masjid langkah Rasulullah SAW berikutnya adalah membina Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan Islam dan menghilangkan bekas-bekas permusuhan antara suku dan kabilah, ditekankan bahwa sesama muslim adalah bersaudara, persaudaraan Islam tidak dibatasi oleh suku, kabilah, bangsa, warna kulit, apalagi golongan anshor dan muhajirin. Dari sinilah solidaritas Islam mendapatkan wajah ideal sehingga tidak didapati kesenjangan antara ajaran dengan praktek dalam masyarakat. Persaudaraan Islam bertambah kokoh dan kuat sehingga mampu mempersatukan kaum muslimin dalam satu kekuatan politik, ekonomi sosial maupun budaya.
I. Tes SikapBerilah tanda Centang (√) pada kolom tabel berikut yang sesuai dengan sikap anda dan jawablah dengan sejujur-jujurnyaKI.1
NO PERNYATAAN SIKAP SPIRITUALSetuju Kurang
SetujuTidak Setuju
D Rangkuman
E TAMRINAT
Skor 2 Skor 1 Skor 01. Langkah pertama Rasuluulah SAW
berdakwah di Madinah dengan membangung Masjid
2. Hijrah adalah merupakan salah satu strategi dakwah
3. Keberhasilan dakwah Rasulullah SAW di Madinah karena berhasil membangun kebersamaan
4. Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah mendapat dukungan dari kaum Muhajirin dan kaum Anshor
5. Peperangan antara kafir Quraisy dengan kaum musliminkarena mempertahan-kan ajaran Tauhid
6. Mempelajari dan memahami Al Quran dan Hadits adalah bentuk wujud kita mencintai Allah SWT dan Rasulullah SAW
KI.2
NO PERNYATAAN
SIKAP SOSIAL
Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju
Skor 2 Skor 1 Skor 01. Sebagai seorang muslim kita wajib
membudayakan nilai-nilai agama di sekolah
2. Gotong royong adalah prinsip seorang muslim walau berbeda keyakinan dan agama
3. Bila kita melihat teman bertengkar maka kita harus berusahan mendamaikannya
4. Menjaga tempat ibadah agama lain ketika mereka sedang beribadah adalah merupakan bentuk toleransi
5. Pada masa periode Rasulullah SAW di Madinah umat Islam, Yahudi dan Nasrani hidup secara damai dan saling membantu
II. Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) !1. Peristiwa hijrahnya kaum muslimin dari Makkah ke Madinah terjadi karena ….
A. Agama Islam tidak berkembang di kota MakkahB. Tindakan kekerasa musyrikin Quraiys terhadap kaum muslimin
Makkah C. Keinginan kaum muslimin MakkahD. Keinginan kaum muslimin MadinahE. Kota Yatsrib tempat yang aman bagi kaum muslimin
2. Setelah kaum muslimin hijrah ke Yatsrib baru kemudian Rasulullah SAW menyusul kemudian, untuk mengelabuhi musuh sebelum berangkat ke Madinah Rasul SAW bersembunyi di ….A. Gua Hiro’B. Gua TsurC. Rumah Ali bin Abi ThalibD. Jabal RahmahE. Rumah Abu Bakar
3. Setelah menempuh perjalanan jauh dan amat panas akhirnya Rasulullah SAW singgah di Quba sebelum kota Yatsrib pada hari senin, tanggal …..A. 8 Dzulhijjah tahun ke- 1 HB. 9 Dzulhijjah tahun ke- 1 HC. 10 Dzulhijjah tahun ke- 1 HD. 8 Rabu’ul awal tahun ke- 1 HE. 9 Rabu’ul awal tahun ke- 1 H
4. Masjid yang pertama kali didirikan oleh Rasulullah SAW pada waktu hijrah adalah ….A. Masjid NabawiB. Masjidil HaramC. Masjid QubaD. Masjidil AqsaE. Masjid Madinah
5. Kedatangan Rasulullah SAW disambut dengan hangat penuh kerinduan oleh kaum muslimin di Yatsrib, dan sejak kedatangan beliau kota Yatsrib berubah namanya menjadi ….A. Kota MadinahB. Madinatur RasulC. Madinah Al-MunawarohD. Madinatun NabiE. Semua jawaban benar
6. Dalam membina masyarakat Islam di Madinah usaha pertama yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah ….A. Mendirikan MasjidB. Mendirikan baitul maalC. Membangun rumahD. Menyusun strategi perangE. Membuat dasar-dasar pemerintahan
7. Untuk mempererat hubungan kaum Muhajirin dan Ansor maka Rasulullah SAW melakukan strategi …..A. memperluas wilayahB. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan AnsorC. Mendirikan tempat usaha
D. Mendirikan MadrasahE. Mendirikan monument persaudaraan
8. Guna menciptakan suasana tentram di kota Madinah, Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan dan perdamaina dengan kaum Yahudi yang kemudian di kenal dengan nama ….A. Haji Wada’B. Perjanjian HudaibiyahC. Piagam MadinahD. Piagam perdamaianE. Asbabun Nuzul
9. Tersebut di bawah ini adalah merupakan cirri-ciri ayat Al-Qur’an yang turun di Madinah :A. Berisi tentang TauhidB. Ayatnya pendek-pendekC. Dimulai dengan Ya-ayyuhannasD. Sebagian besar berisi tentang hubungan kemasyarakatanE. Mengajarkan tentang ke Esaan Allah
10.Orang-orang Yahudi di Madinah di usir oleh kaum muslimin pada waktu itu, karena ….A. mereka sedikit jumlahnyaB. mereka mengingkari perjanjianC. mereka tidak mempercayai Rasul SAWD. sebagian dari mereka orang-orang munafikE. tidak mau menyembah kepada Allah SWT
Recommended