Upload
canny-vernon
View
993
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Bagaimana organisasi non-profit mengumpulkan dana secara independen dan hanya bersumber dari donasi individual.
Citation preview
Jurnal Manajemen Volume 2, Nomor 1, April 2014
PENGARUH SOCIAL MARKETING CAMPAIGN TERHADAP PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENJADI
DONATUR GREENPEACE INDONESIA The Influence of Social Marketing Campaign to Decision Making Process To Become Greenpeace
Indonesia Donors
Canny Lestari, Vanessa Gaffar, SE., AK.,MBA “Penulis Penanggung
Jawab” Jurusan Manajemen, Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan
Indonesia
ABSTRAK
Perubahan sosial saat ini mendorong masyarakat Indonesia untuk berkumpul, menyatukan
aspirasi, dan menyuarakan sebuah ide dengan membentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Proses pengambilan keputusan untuk menjadi donatur sebuah LSM cenderung menurun karena LSM
belum secara maksimal menerapkan Social Marketing Campaign yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan organisasi non profit atau nirlaba memasarkan ide-idenya merubah perilaku individu atau sekelompok orang, juga dimaksudkan untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan calon
donatur.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling, populasi penelitian merupakan donatur Greenpeace Indonesia yang berjumlah 12.513. Teknik analisis menggunakan koefisien
korelasi pearson product moment, dan analisis regresi linier.
Dari koefisien korelasi sebesar 0,773 dengan taraf signifikansi 0<0,05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara social marketing campaign dengan proses pengambilan
keputusan. Hasil perhitungan korelasi didapat besarnya pengaruh social marketing campaign terhadap
proses pengambilan keputusan adalah sebesar 59,7% sedangkan 41,3% dipengaruhi oleh faktor lain.
Kata kunci: Social Marketing Campaign, Proses Pengambilan Keputusan
ABSTRACT
Social changes currently motivate the people of Indonesia to assembled, united the aspirations ,
and voiced a campaign with forming a Non Governmental Organization (NGO). Social Marketing
Campaign is intended to meet the needs of non-profit organization sells their ideas for changing the target audiences behavior, also intended to improve the decision-making process of prospective
donors.
The research type is a descriptive and verification research. The sampling technique used is
systematic random sampling, the research population is Greenpeace Indonesia donors amounting to 12,513. Analysis technic implemented by correlation coefficient of Pearson Product moment and
simple regression analysis.
From correlation coefficient 0.773 773 with signification degree 0<0,05 indicates that there is a strong relation between social marketing campaign with the decision-making process. The result
showed that the influence of the social marketing campaign to the decision-making process is by
59.7% while the remaining 41.3 % is influenced by other factors.
Keywords : Social Marketing Campaign , Decision Making Process
Canny Lestari, Pengaruh Social Marketing Campaign Terhadap Proses Pengambilan Keputusan Untuk Menjadi Donatur Greenpeace Indonesia
I. PENDAHULUAN
Beberapa tahun terakhir, Lembaga
Swadaya Masyarakat(LSM) mengalami
peningkatan yang signifikan. Perubahan
sosial yang kompleks berdampak pada
cara pandang dan perilaku masyarakat
Indonesia dalam menghadapi fenomena-
fenomena yang terjadi di lingkungan
kesehariannya.. Selain sebagai wadah
berkumpul dan berbagi informasi, LSM
menjadi sebuah life-style dimana anggota
di dalamnya dapat mengembangkan
minat sesuai bidangnya yaitu sosial,
pertanian, perdagangan, lingkungan
hidup, pendidikan, pariwisata, seni dan
budaya, dan lain sebagainya.
Di antara beberapa sektor yang
menjadi konsentrasi LSM, sektor
lingkungan hidup meningkat signifikan
beberapa tahun terakhir ini. Sejak 2009,
tren pertumbuhan LSM lingkungan hidup
terus meningkat. Setiap tahunnya jumlah
LSM konsentrasi lingkungan hidup
meningkat seperti pada Gambar 1.1
Meningkatnya kesadaran masyarakat
akan fenomena lingkungan hidup,
meningkatkan pula perkembangan
keterbukaan informasi tentang keadaan
lingkungan hidup yang sebenarnya
khususnya di Indonesia. Beberapa tahun
terakhir pengeksploitasi sumber daya
alam dan mineral di Indonesia sulit
dikendalikan dan menjadi sumber konflik
sosial yang berkepanjangan. Jika hal
tersebut terjadi secara terus menerus
tanpa pencegahan, beberapa dampak
buruk lainnya akan ternjadi seperti
longsor, banjir rob, terkontaminasinya
sumber air, dan lain sebagainya. Inilah
yang mendorong LSM sektor lingkungan
hidup semakin gencar mengampanyekan
penyelamatan lingkungan hidup. Tabel
1.1 menunjukkan daftar LSM sektor
lingkungan hidup yang beberapa tahun
terakhir aktif mengampanyekan
penyelamatan lingkungan hidup di
Indonesia.
Tabel 1.1
LSM Sektor Lingkungan di
Indonesia Sumber: Data Kesbangpol Indonesia,
September 2012
Greenpeace Indonesia yang terbentuk
secara resmi pada tahun 2006 di
Indonesia ini merupakan organisasi
kampanye lingkungan global independen
yang berpusat di Belanda dengan 41
kantor cabang di seluruh dunia. Donatur
merupakan unsur penting dalam sebuah
LSM karena organisasi nirlaba dituntut
untuk mampu mengumpulkan dana
secara mandiri, efektif, dan efisien. Untuk
menjaga independensinya, pendanaan
yang dilakukan Greenpeace Indonesia
ialah melalui pengumpulan donasi
individual atau perseorangan yang
dilakukan secara online, telemarketing,
dan bertatap muka langsung dengan juru
kampanye yang disebut Direct Dialogue
Campaign(DDC) Greenpeace Indonesia.
Berdasarkan data, donatur yang
bergabung dengan Greenpeace Indonesia
beberapa tahun terakhir cenderung
mengalami penurunan. Hal ini
No. Nama LSM
1. Greenpeace Indonesia
2.
World Wildlife Foundation (WWF)
Indonesia
3.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(WALHI)
4. Telapak Indonesia
Sumber: Data Kesbangpol Indonesia LSM Lingkungan, Oktober 2012
Gambar 1.1
Pertumbuhan LSM Lingkungan
Jurnal Manajemen Volume 2, Nomor 1, April 2014
menunjukkan Greenpeace Indonesia tidak
mampu menimbulkan keinginan yang
kuat pada masyarakat sehingga
masyarakat tidak mampu membentuk
motivasi untuk bergabung dalam
kampanye Greenpeace Indonesia.
Terbukti pada Gambar 1.2 jumlah
donatur Greenpeace Indonesia cenderung
menurun.
Sumber: Greenpeace Indonesia
Gambar 1.2
Jumlah Donatur Greenpeace
Indonesia
Penurunan jumlah donatur di atas
dikarenakan Greenpeace Indonesia belum
mampu secara maksimal menerapkan
kampanye dalam pemasaran sosial,
sehingga masyarakat tidak dapat
membentuk kesadaran untuk terlibat
secara materil menjadi donatur
Greenpeace Indonesia.
Social marketing campaign
memudahkan masyarakat untuk mengenal
dan memperdalam sebuah isu yang
menjadi permasalahan dan
mengumpulkan dukungan kampanye
berupa materil ataupun non-materil.
Kampanye dalam pemasaran sosial
merupakan komponen penting untuk
meningkatkan proses pengambilan
keputusan untuk mendukung kampanye
berupa materi atau disebut dengan donasi.
Berbagai bentuk social marketing
campaign dilakukan oleh Greenpeace
Indonesia dalam menyampaikan isu
kampanye dan menawarkan solusi untuk
meningkatkan kesadaran akan sebuah isu
dan mendorong perubahan perilaku, hal
ini sesuai dengan teori Kotler dan
Armstrong (2012: 229):
“Kampanye pemasaran sosial dapat
diartikan perancangan, penerapan,
dan pengendalian program seperti
pemasaran komersial namun
ditujukan untuk perubahan sosial
seperti perubahan perilaku seseorang
atau sekelompok masyarakat ke arah
tertentu sesuai dengan gerakan yang
dilaksanakan oleh pembuat
kampanye.”
Setiap interaksi dalam social
marketing campaign yang dilakukan
pelaksana kampanye haruslah
meyakinkan dan membangun sebuah
kepercayaan positif calon donatur
sehingga terjalin integrasi antara
keduanya dan penyampai kampanye
dapat melihat peluang adanya keputusan
menjadi donatur.
Berdasarkan hal tersebut, penulis
merasa perlu untuk meneliti lebih lanjut
uniknya social marketing campaign yang
dilakukan oleh Greenpeace Indonesia
khususnya oleh Direct Dialogue
Campaign(DDC) Greenpeace Indonesia
melalui judul: “Pengaruh Social
Marketing Campaign terhadap Proses
Pengambilan Keputusan Untuk
Menjadi Donatur Greenpeace
Indonesia (Survei pada Donatur
Greenpeace Indonesia)”
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan penulis untuk
mengetahui:
1. Gambaran penerapan Social
Marketing Campaign yang
dilakukan oleh Greenpeace
Indonesia menurut tanggapan
responden.
2. Gambaran tingkat Proses
Pengambilan Keputusan Untuk
Menjadi Donatur Greenpeace
Indonesia
6853169
11022
1649618918
1509612513
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Canny Lestari, Pengaruh Social Marketing Campaign Terhadap Proses Pengambilan Keputusan Untuk Menjadi Donatur Greenpeace Indonesia
3. Pengaruh Social Marketing
Campaign terhadap Proses
Pengambilan Keputusan Untuk
Menjadi Donatur Greenpeace
Indonesia..
II. KERANGKA TEORI
Perjalanan berkembangnya social
marketing pada dasarnya terjadi secara
paralel dengan berkembangnya
pemasaran komersial. Pada tahun 1952,
saat seorang sosiolog, G.D. Wiebe,
mempertanyakan “Apakah rasa
persaudaraan dapat dijual seperti
memasarkan sabun?” saat itulah pemasar
sosial secara efektif memikirkan metode
yang tepat untuk mempengaruhi perilaku
dan kebiasaan dalam lingkup non-profit
atau secara sukarela. Kotler dan Levy
(1969) dan Kotler dan Zaltman (1971)
mengimplementasikan perencanaan
pemasaran sosial pada lingkup keluarga
pada tahun 1960an. Perkembangan
pemasaran sosial meningkat signifikan
karena didukung juga oleh penerbitan
buku pemasaran sosial, buku pemasaran
nonprofit, ditemukannya jurnal Social
Marketing Quarterly pada 1994,
konferensi dengan pembahasan
pemasaran sosial pada 1997, pendirian
Social Marketing Centers berikut
pelatihannya di Skotlandia, Canada, dan
Polandia pada 1997, diresmikannya The
Social Marketing Institute pada 1999,
serta maraknya iklan pemasaran sosial
yang inovatif (Andreasen, 2009:6).
Kotler dan Zaltman mendefinisikan
social marketing adalah cara
mempengaruhi perubahan perilaku yang
terfokus pada memperbaiki kesehatan,
menanggulangi kecelakaan, melindungi
lingkungan hidup, kebijakan, kurikulum
pendidikan, organisasi non-pemerintah,
dan bisnis. Social marketing adalah
sebagai desain, implementasi, dan
pengendalian program untuk
memengaruhi penerimaan ide-ide sosial
dan melibatkan pertimbangan dari
perencanaan produk, harga, komunikasi,
distribusi, dan riset pemasaran (Kotler
dan Zaltman, 1971:3-5).
Dalam buku Principles and Practice
of Social Marketing: An International
Perspective, Rob Donovan & Nadine
Henley (2010:5):
“social marketing is the application of
the concept and tools of commercial
marketing to the achievement of socially
desirable goals” (Pemasaran sosial
merupakan aplikasi dari konsep dan alat
pemasaran komersial untuk mencapai
tujuan sosial yang diinginkan).
Dalam membuat program social
marketing, pemasar hendaknya mengerti
secara jelas tentang perilaku apa yang
diinginkan masyarakat untuk diterapkan.
Diperlukan adanya spesifikasi terhadap
audiens dengan memilih kelompok yang
sesuai dengan program social marketing.
Juga pembuat kebijakan, media
profesional, karyawan, jenis-jenis
kelompok ini memerlukan jenis
komunikasi dan strategi social marketing
yang berbeda.
Target audiens merupakan konsumen
potensial yang dianggap dapat
menerapkan produk yang ditawarkan
social marketing. Kampanye social
marketing yang baik adalah melibatkan
partisipasi dan ajakan melampaui hanya
melihat dan mendengarkan pesan.
(Weinreich, 2011:8).
Untuk mengembangkan strategi
social marketing yang komprehensif
dalam organisasi non-profit
menggunakan pesan dalam kampanye
sebagai penyampaian ide dan visi misi
organisasinya. Kampanye pemasaran
sosial terfokus untuk menularkan perilaku
secara sukarela termasuk memberikan
ketepatan manfaat kepada target
audience.
Pemasaran sosial dapat berhasil jika
terdapat program yang didesain untuk
mengomunikasikan dan menyampaikan
nilai-nilai spesifik melalui prinsip-prinsip
dan teknik pemasaran sosial, hal ini
disebut sosial marketing
Jurnal Manajemen Volume 2, Nomor 1, April 2014
campaign(kampanye pemasaran sosial).
Dalam mendesain program social
marketing campaign, harus terdapat
beberapa faktor-faktor strategi yang
beragam untuk menciptakan sebuah
pendekatan yang mempertemukan target
audiens dengan kebutuhannya, seperti
beberapa definisi menurut ahli antara lain
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3
Beberapa Definisi Social Marketing
Campaign Menurut Para Ahli
No Sumber Pengertian
1. Donovan
dan
Henley
(2010:32)
Social Marketing
Campaign pada
umumnya
dikategorikan menurut
apakah hal tersebut
menarik dan
menjadikannya
motivasi yang positif
untuk merubah
perilaku seseorang.
2. Lee and
Kotler
(2010:37)
Social marketing
campaign is a
program design that
communicate and
deliver value with
marketing principles
and techniques which
will benefit themselves
and/or the society
3. Kotler dan
Keller
(2012:638)
Social marketing
campaigns may try to
change people’s
cognitions, values,
actions, or behaviors.
4. Nagy
(2013)
Social Marketing
Campaign tries to
change people’s
behavior for the
benefit of the
consumer, or of
society as a whole.
Sumber: Berbagai literatur
Menurut Wilbur (2010:4), strategi
kampanye pemasaran sosial terdiri dari
beberapa komponen dasar seperti
exchange, positioning, behaviours or
actions, audience, messages yang akan
mengajak target audiens untuk mengubah
perilaku sebelumnya dan membentuk
hubungan dengan komunitas yang
menjadi sumber perubahan perilakunya.
Exchange (Pertukaran)
Pertukaran dimana manfaat yang
ditawarkan oleh kampanye dapat
diterima dengan jelas oleh
audience jika mereka menerapkan
kampanye yang ditawarkan.
Positioning (Penempatan)
Kampanye yang direncanakan
merupakan kampanye yang akan
mampu bersaing dengan perilaku
yang sudah ada sebelumnya,
mampu, pemasar sosial lain, dan
terhadap pesan yang ditawarkan
pemasaran komersil.
Behavior or Action (Perilaku atau
Tindakan)
Tetapkan kampanye yang
KISS(Keep It Simple and
Singular), dengan cara
memberikan satu langkah praktek
yang mempu audience terapkan
saat itu juga.
Audience
Pesan kampanye yang
disampaikan haruslah sesuai
dengan karakteristik target
audiens karena pesan yang
disampaikan belum tentu
dirasakan sesuai dengan
karateristik individu tersebut.
Message (Pesan)
Pesan dalam kampanye
pemasaran sosial sebaiknya
dikemas dengan efektif, yaitu
mampu menarik perhatian
audiens, memberikan arti yang
berkelanjutan pada kehidupan
sehari-hari audiens, dan isi pesan
tetap sederhana.
Canny Lestari, Pengaruh Social Marketing Campaign Terhadap Proses Pengambilan Keputusan Untuk Menjadi Donatur Greenpeace Indonesia
Bentuk aktivitas Social Marketing
Campaign menurut Andreasen dan
Kotler (2009:182-183) terdapat lima
tahap aktivitas Social Marketing
Campaign:
1. Menciptakan kesadaran dan
ketertarikan (create awareness
and interest)
Adalah upaya menarik perhatian
dan memastikan target audiens
memahami pesan yang
disampaikan. Pesan yang dibawa
bersifat fleksibel atau umum
sehingga seluruh target audiens
baik itu perempuan atau laki-laki,
berada di kota ataupun desa,
bergaya bahasa dan bicara dialek
lokal atau kekinian, dan tidak
jarang menemukan target audiens
yang tidak mempunyai akses
informasi dari televisi dan radio.
Memastikan pesan yang
disampaikan telah dipahami oleh
target audiens merupakan alat
ukur sebuah keberhasilan awal
sebuah kampanye
2. Mengubah kerangka pemikiran
dan perilaku (change attitudes
and conditions)
Sebuah proses membangun niat
bersikap atau kerangka pemikiran
audiens yang positif terhadap
pesan yang disampaikan. Pesan
yang disampaikan mampu
membuat penerima
mengembangkan sikap positif
atau kerangka berpikir positif
tentang perilaku yang ditawarkan.
Dengan pemasaran sosial yang
efektif, penerima mungkin akan
berpikir, "Mungkin lebih baik
untuk saya menerapkan perilaku
ini”. Ada atau tidaknya
pengembangan sikap atau
kerangka pemikiran tersebut bisa
terlihat dari sejauh mana
organisasi mengetahui dan
menguasai masalah yang ingin
diselesaikannya sehingga
organisasi mampu mendiskusikan
masalahnya dengan target audiens
secara lebih luas dan jelas.
3. Mendorong membentuk keinginan
kuat mewujudkan perubahan
perilaku (motivate people to want
to change their behavior)
Mendorong seseorang untuk
berkeinginan mengubah perilaku
mereka tidak sekedar meyakinkan
bahwa pesan yang disampaikan
adalah “ide yang baik”, tetapi
pemasar sosial harus mampu
mendorong target audiens untuk
berpikir pada tahap “aku akan
melakukannya”.
4. Memberdayakan agar niat
menjadi tindakan nyata
(empowering people to act)
Upaya memberdayakan seseorang
untuk mampu mengubah niatnya
menjadi sebuah tindakan nyata.
Pemasar sosial yang meinginkan
target audiensnya melakukan hal
ini tentu perlu berusaha untuk
menimbulkan keyakinan terhadap
perubahan perilaku kampanyenya.
Keyakinan target audiens untuk
merasa perlu merubah
perilakunya. Pada level yang
sangat efektif, pemasar sosial
mampu memberdayakan seorang
target audiens untuk segera
melakukan perubahan perilaku.
5. Penguatan (prevent backsliding)
Seringkali, sebuah tindakan yang
sudah dilakukan seorang target
audiens harus diikuti oleh
penguatan dengan pemberian
beberapa keuntungan karena telah
bertindak bersama, sehingga
tindakan yang diinginkan akan
terus terulang.
Namun, pada penelitian ini hanya
dipakai 4 variabel yang merupakan 4
tahap awal saja, create awareness and
interest, change attitudes and
conditions, motivate people to want to
Jurnal Manajemen Volume 2, Nomor 1, April 2014
change their behavior, empowering
people to act.
Kampanye yang dilakukan oleh
organisasi non-profit dirancang dan
disampaikan untuk menginspirasi
audiens target untuk bertindak.
Kampanye dapat melibatkan banyak
aktivitas yang berbeda namun memiliki
dasar yang sama yaitu membuat
kampanye yang menarik perhatian,
terlihat berbeda, dan meyakinkan
audiens target bahwa solusi yang
terkandung di dalam isi pesan kampanye
adalah solusi yang lebih baik
dibandingkan dengan perilaku yang
dilakukannya saat ini.
Menurut Nagy Jenette (2013),
kampanye pemasaran sosial mungkin
akan membuat penerima pesan berfikir
bahwa jalan yang ditawarkan bukanlah
jalan yang terbaik, tetapi dengan
kampanye yang meyakinkan, itu akan
membantu penerima untuk akhirnya bisa
merubah perilakunya.
Organisasi sosial yang mendukung
kegiatan sosial untuk merubah perilaku
mampu dengan mudah mengikat
masyarakat untuk menggalang dana
secara langsung dan efektif dengan cara
yang bertanggungjawab sosial pula.
(Emmi Lathinen, 2010).
Jika organisasi dapat
mengimplementasikan Social Marketing
Campaign dengan baik dalam setiap
mengampanyekan ide dan gagasannya,
mengakibatkan keyakinan dan motivasi
pada konsumen menjadi bertambah
karena diberikan informasi yang
melebihi harapan. Setelah konsumen
merasa yakin dan termotivasi pada
sebuah kampanye ide ataupun gagasan
sebuah organisasi, mereka akan merasa
wajib dalam mendengarkan apa yang
sales sampaikan sehingga dalam kondisi
inilah keputusan konsumen akan
terbentuk.
Dalam Lembaga Swadaya
Masyarakat / organisasi non-profit
persaingan memang tidak datang dari
organisasi sejenis tetapi terlebih kepada
pengaruh dari dalam diri target audiens
sendiri apakah solusi yang ditawarkan
pemasar sosial sesuai dengan yang ia
butuhkan saat itu dan seberapa besar
pengaruh solusi tersebut terhadap
kehidupannya di masa depan. Follows
dan Jobbers (2000) dalam Subhani M
(2012:426).
Maka dalam mengambil keputusan
pun mereka lebih memilih produk-
produk yang mendukung keberlanjutan
organisasi dan lingkungan hidup. Produk
pilihan konsumen berdasar pada
gabungan karakteristik produk yang
memenuhi kebutuhan dasarnya
berdasarkan dimensi nilai, biaya dan
kepuasan (Kotler, 2012:27). Fitur-fitur
produk nya terdiri dari fitur inti yang
bermanfaat dasar yang dibutuhkan
konsumen dan fitur-fitur sampingan
yang menyediakan elemen-elemen
tambahan serta manfaat penting untuk
menambah nilai dan keuntungan.
Canny Lestari, Pengaruh Social Marketing Campaign Terhadap Proses Pengambilan Keputusan Untuk Menjadi Donatur Greenpeace Indonesia
GAMBAR 2.6
KERANGKA PEMIKIRAN SOCIAL MARKETING CAMPAIGN SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN
III. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel yang akan diteliti antara lain
variabel X yaitu Social Marketing
Campaign sebagai variabel bebas yang
terdiri dari 4 indikator yaitu create
awareness and interest, change attitude
and conditions, motivate people to want to
change their behavior, dan empowering
people to act, serta variabel Y yaitu Proses
Pengambilan Keputusan Konsumen
sebagai variabel terikat yang dari terdiri
dari 4 indikator yaitu pengenalan masalah,
pencarian informasi, evaluasian alternatif,
keputusan pembelian, dan perilaku pasca
pembelian.
Penelitian ini dilakukan pada donatur
Greenpeace Indonesia sebagai objek yang
dijadikan responden untuk mengetahui
gambaran penerapan social marketing
campaign yang dilaksanakan Greenpeace
Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dan verifikatif. Pengumpulan
data di lapangan menggunakan metode
explanatory survey yaitu metode survei
yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan sebab akibat antara variabel-
variabel yang diteliti. Survei dilakukan
kepada donatur Greenpeace Indonesia baik
yang baru maupun yang sudah lama turut
berdonasi serta peneliti melakukan
wawancara kepada sampel responden agar
mampu memperoleh fakta yang relevan
mengenai hubungan sebab akibat dan
hipotesis.
Dalam penelitian ini yang menjadi
sumber data primer adalah kuisioner yang
Jurnal Manajemen Volume 2, Nomor 1, April 2014
disebarkan kepada sejumlah responden
yang merupakan donatur Greenpeace
Indonesia. Sedangkan untuk data sekunder
selain dilakukan studi kepustakaan,
peneliti menjadikan informasi yang ada
dalam jurnal maupun internet sebagai
bahan pendukung penelitian ini.
Populasi dalam penelitian ini adalah
donatur Greenpeace Indonesia pada 2012
sebanyak 12.513. Sampel yang diambil
dari populasi sebanyak 100 orang
menggunakan teknik systematic random
sampling dengan menggunakan skala
pengukuran ordinal. Uji validitas
menggunakan korelasi product moment
sedangkan uji reliabilitas dengan
Cronbach’s Alpha. Analisis data yang
digunakan adalah uji regresi linier
sederhana dengan aplikasi SPSS 22.0.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan analisis
regresi linier sederhana untuk menguji
pengaruh dan hubungan Social Marketing
Campaign terhadap Proses Pengambilan
Keputusan dengan menggunakan SPSS
22.0.
Tabel 4.21
Output Korelasi
Correlations
Proses_Pengambilan_Keputu
san
Social_Marketing_Ca
mpaign
Pearson
Correlation
Proses_Pengambilan_Keputu
san 1.000 .773
Social_Marketing_Campaign
.773 1.000
Sig. (1-tailed)
Proses_Pengambilan_Keputusan
. .000
Social_Marketing_Campaign
.000 .
N Proses_Pengambilan_Keputusan
100 100
Social_Marketing_Campaign
100 100
Sumber: Output Pengolahan Data SPSS 22.0,
Oktober 2013
Berdasarkan hasil pengolahan data
pada Tabel 4.21 didapat hasil koefisien
korelasi sebesar 0,773 dengan signifikasi
sebesar 0,000 pada pengujian terhadap 100
responden. Berdasarkan nilai interpretasi
nilai korelasi, maka nilai korelasi 0,773
berada pada interval 0,600-0,799 yang
termasuk ke dalam tingkat hubungan yang
kuat. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada
hubungan yang kuat antara Social
Marketing Campaign dengan Proses
Pengambilan Keputusan Konsumen.
Untuk menguji ada tidaknya pengaruh
dari variabel bebas terhadap variabel
terikat, dilakukan pengujian regresi
sederhana. Berdasarkan hasil, pengujian
tersebut dapat diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.24
Output Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std.
Error Beta
1 (Constant) 8.683 3.047 2.850 .005
Social_
Marketing_
Campaign
1.261 .105 .773 12.056 .000
a. Dependent Variable: Proses_ Pengambilan_
Keputusan
Sumber: Output Pengolahan Data SPSS 22.0,
Oktober 2013
Berdasarkan pengolahan data secara
regresi linier sederhana pada Tabel 4.24,
maka didapat hasil regresinya sebesar nilai
a=8.683 dan b=1.261 yang dapat ditulis ke
dalam persamaan regresi:
Y = 8.683+ 1.261X
Pada persamaan tersebut nilai a
konstanta adalah 8.683, hal tersebut dapat
diartikan bahwa nilai Social Marketing
Campaign diasumsikan 0 maka Proses
Pengambilan Keputusan Konsumen adalah
8.683, koefisien regresi pada variable
Social Marketing Campaign 1.261 artinya
setiap perubahan satu satuan perilaku
Social Marketing Campaign, maka nilai
Canny Lestari, Pengaruh Social Marketing Campaign Terhadap Proses Pengambilan Keputusan Untuk Menjadi Donatur Greenpeace Indonesia
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
berubah sebesar 1.261.
Tabel 4.23
Output Pengaruh Social Marketing
Campaign Terhadap Proses
Pengambilan Keputusan Konsumen
Model Summaryb
Model R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .773a .597 .593 6.04266
a. Predictors: (Constant), Social_Marketing_Campaign
b. Dependent Variable: Proses_Pengambilan_Keputusan
Sumber: Output Pengolahan Data SPSS 22.0,
Oktober 2013
Berdasarkan Tabel 4.23, nilai R-square
atau koefisien determinasi adalah 0.597.
Angka ini mempunyai arti nilai R-square
berkisar antara angka 0 sampai 1, nilai R-
square yang mendekati angka 1
menunjukkan bahwa model yang
dirumuskan untuk menjelaskan proses
pengambilan keputusan konsumen sangat
baik. Tabel di atas juga menunjukkan
bahwa Social Marketing Campaign
mempunyai kontribusi terhadap Proses
Pengambilan Keputusan Konsumen
sebesar 59.7%, sedangkan sisanya yaitu
100%-59.7%= 41.3% dipengaruhi oleh
faktro-faktor lain.
Tabel 4.25
Nilai Signifikansi Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.683 3.047 2.850 .005
Social_Mark
eting_
Campaign
1.261 .105 .773 12.056 .000
a. Dependent Variable: Proses_ Pengambilan_ Keputusan
Sumber: Output Pengolahan Data SPSS 22.0,
Oktober 2013
Selanjutnya untuk menguji hipotesis
secara parsial dapat dilakukan melalui uji t
hitung diperoleh 12.056 untuk Social
Marketing Campaign. Untuk α = 0,05 dan
derajat kebebasan = n-2 = 98 diperoleh t
tabel sebesar 1,66. Dengan
membandingkan besarnya t hitung dan t
tabel diperoleh keputusan sebagai berikut:
Besarnya t hitung Social Marketing
Campaign sebesar 12.056 lebih besar dari t
tabel sebesar 1.66. Dengan demikian H0
ditolak dan H1 diterima. Dengan
ditolaknya H0 jadi hipotesis didalam
penelitian ini yaitu:
• Terdapat pengaruh positif antara
Social Marketing Campaign terhadap
Proses Pengambilan Keputusan
Konsumen menjadi Donatur
Greenpeace Indonesia.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan
pembahasan hasil penelitian, maka dapat
diambil kesimpulan terkait dengan
penelitian ini, yaitu:
1. Gambaran penerapan Social
Marketing Campaign Greenpeace
Indonesia meliputi Create Awareness
and Interest, Change Attitude and
Conditions, Motivate People To Want
To Change Their Behavior, dan
Empowering People To Act menurut
tanggapan responden Greenpeace
Indonesia berada pada kategori tinggi.
Indikator Social Marketing Campaign
yang paling tinggi adalah create
awareness and interests khususnya
kemampuan DDC Greenpeace
Indonesia dalam menimbulkan minat
mendengarkan donatur, hal tersebut
dapat secara langsung memudahkan
responden atau donatur
mengidentifikasi Social Marketing
Campaign. Sedangkan indikator yang
paling rendah adalah empowering
people to act yaitu kemampuan DDC
Greenpeace Indonesia dalam
meyakinkan donatur untuk merubah
perilakunya, hal tersebut tidak dapat
mewakilkan gambaran solusi yang
ditawarkan Greenpeace Indonesia.
2. Gambaran tingkat Proses
Pengambilan Keputusan menjadi
donatur Greenpeace Indonesia dinilai
tinggi. Untuk indikator yang
mendapat perolehan nilai tertinggi
Jurnal Manajemen Volume 2, Nomor 1, April 2014
adalah keputusan pembelian yaitu
keputusan donatur untuk berdonasi di
Greenpeace Indonesia berdasarkan
kepercayaan terhadap Greenpeace
Indonesia yang tinggi. Untuk
indikator yang memiliki perolehan
paling rendah adalah evaluasi
alternatif pada kualitas penyampaian
kampanye Greenpeace Indonesia yang
belum dapat dikatakan baik.
3. Terdapat pengaruh antara Social
Marketing Campaign terhadap Proses
Pengambilan Keputusan Donatur yang
menunjukkan strong relation yang
terdiri dari indikator create awareness
and interest, change attitude and
conditions, motivate people to want to
change their behavior, dan
empowering people to act.
DAFTAR PUSTAKA
Andreasen, Alan. R dan Kotler, Philip.
(2009). Strategic Marketing For
Non-Profit Organizations 6th
ed.
Upper Saddle River, NJ: Prentice
Hall.
Donovan, Rob dan Nadine Henley. 2010.
Principles and Practice of Social
Marketing: An International
Perspective. Australia: IP
Communication.
French, Jeff dan Blair-Stevens, Clive.
(2007). Improving Lives Together.
City of Westminster.
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 2012.
Principles of Marketing. New
Jersey: Pearson Education Inc.
Kotler, Philip dan Kelvin Lane, Keller.
2012. Marketing Management 14th
ed. New Jersey: Pearson
Education Inc.
Jurnal
Lathinen, Emmi. 2010. Social Marketing:
Doing Well by Doing Good.
SAGE Publication. P34
Lee, Nancy dan Kotler, Philip. 2008.
Social Marketing: Influencing
Behaviors for Good. SAGE
Publication. P49-58
Nedra Kline Weinreich. 2011. Hands-On
Social Marketing: A Step-by-Step
Guide to Designing Change for
Good 2nd
. SAGE Publications. P
4-18
Wilbur, Jack. 2010. Getting Yout Feet We
with Social Marketing. Utah
Department. P4-16
Sumber Internet
American Marketing Association. (2010).
AMA Definition of Marketing
Retrieved. [online]. Tersedia:
http://www.marketingpower.com/
mg-
dictionary.php?SearchFor=marketi
ng&Searched=1 . [15 Mei 2013]
Greenpeace Indonesia. (2012). Tentang
Greenpeace Indonesia. [online].
Tersedia:
http://greenpeace.org/seasia/id/abo
ut . [7 Oktober 2013]
Nagy, Jenette. (2013). Chapter 45. Social
Marketing of Successful
Components of the Initiative.
[online]. Tersedia:
http://ctb.ku.edu/en/node/1432 . [7
Juli 2013]
Showcase of Fundrising Innovation and
Inspiration. (2010). Greenpeace
International: The Reinvention Of
Face-to-face Fundrising. [online].
Tersedia:
http://www.sofii.org/node/226 . [8
Oktober 2013]
Weyler, Rex. (2004). Greenpeace History:
Chronology, the founding of
Greenpeace”.[online].Tersedia:htt
p://rexweyler.com/greenpeace/gre
enpeace-history/ . [7 Oktober
2013]
Canny Lestari, Pengaruh Social Marketing Campaign Terhadap Proses Pengambilan Keputusan Untuk Menjadi Donatur Greenpeace Indonesia