Upload
hieronimus-zonnwells
View
389
Download
5
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
Ensiklopedia Kerajaan Majapahit
Disusun oleh
HIERONIMUS ZONNWELLS
Ibukota : Majapahit, Wilwatikta (Trowulan) Bahasa : Jawa Kuno, Sanskerta Agama : Siwa-Buddha (Hindu dan Buddha),
Kejawen, Animisme Pemerintahan : Monarki Raja : - 1295-1309 Kertarajasa Jayawardhana
- 1478-1498 Girindrawardhana Sejarah : - Penobatan Raden Wijaya
- Invasi Demak 1527 Mata uang : Koin emas dan perak, kepeng (koin
perunggu yang diimpor dari Tiongkok)
Majapahit
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur,
Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
Kerajaan Majapahit
Sil – Silah Rajaan Majapahit
Nama Raja Gelar Tahun Raden Wijaya Kertarajasa Jayawardhana 1293 - 1309 Kalagamet Sri Jayanagara 1309 - 1328 Sri Gitarja Tribhuwana Wijayatunggadewi 1328 - 1350 Hayam Wuruk Sri Rajasanagara 1350 - 1389 Wikramawardhana 1389 - 1429 Suhita Dyah Ayu Kencana Wungu 1429 - 1447 Kertawijaya Brawijaya I 1447 - 1451 Rajasawardhana Brawijaya II 1451 - 1453 Purwawisesa Brawijaya III 1456 - 1466 Bhre Pandansalas Brawijaya IV 1466 - 1468 Bhre Kertabumi Brawijaya V 1468 - 1478 Girindrawardhana Brawijaya VI 1478 - 1498 Patih Udara 1498 - 1518
Raja – Raja Majapahit
Prasasti Kudadu : Menceritakan pengalaman Raja Wijaya
selama menjadi Raja .
Gapura Bajang Batu : gapura ini berfungsi sebagai pintu masuk bagi banguna
suci untuk memperingati Wafatnya Raja
Prasasti Yang Pada Zaman Kerajaan Majapahit
Kitab Pararaton : Menceritakan tentang raja
– raja Singasari dan Majapahit . Kitab Negarakertagama : Menceritakan tentang perjalan
Hayam Wuruk ke Jawa Timur . Kidung Harsawijaya : Menceritakan tentang Raden
Wijaya ketika menghadapi musuh dari kediri. Prasasti Butak : Prasasti mengenai
peristiwa runtuhnya Kerajaan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya untuk mendirika Kerajaan Majapahit .
Sumber Sejarah
Kehidupan sosial masa Kerajaan Majapahit aman, tentram, damai . Dalam kitab Negarakertagama disebutkan bahwa Hayam Wuruk melakukan perjalana keliling daerah – daerah untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dan kesejahtraan rakyatnya. . Perlindungan terhadap rakyat sangat diperhatikan. Demikian peradilan, dilaksanakan secara ketat .
Kehidupan Sosial
Kerajaan Majapahit amat sangatlah makmur . Kemakmuran
Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas rempah-rempah Maluku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit .
Kehidupan Ekonomi
Hasil budaya Majapahit dapat dibedakan sebagai berikut : Candi, banyak candi peninggalan Majapahit, seperti Candi Penataran
( Belitar ), Candi Tikus . Kesusastraan, Zaman Majapahit bidang sastra sangat berkembang . Hasilnya
dapat dibagi menjadi Zaman Majapahit Awal dan Majapahit Akhir .
Candi Tikus . Candi ini terletak di kompleks Trowulan, sekitar 13 km di sebelah tenggara kota Mojokerto. Dari
jalan raya Mojokerto-Jombang, di perempatan Trowulan, membelok ke timur, melewati Kolam
Segaran dan Candi Bajangratu yang terletak di sebelah kiri jalan. Candi Tikus juga terletak di sisi kiri jalan, sekitar 600 m dari Candi
Bajangratu.
Kehidupan Budaya
Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan
birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya . Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi.
Struktur Pemerintahan
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan,
dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi.
- Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
- Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
- Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
- Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.
Sistem Aparat Birokrasi
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan
kelanjutan Singhasari, terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur dan bagian tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang disebut Paduka Bhattara yang bergelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini adalah gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.
Pembagian Wilayah
Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:
Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre
(pangeran atau bangsawan) Watek: dikelola oleh wiyasa, Kuwu: dikelola oleh lurah, Wanua: dikelola oleh thani, Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.
Hayam Wuruk adalah raja keempat Kerajaan Majapahit yang memerintah
tahun 1350-1389, bergelar Maharaja Sri Rajasanagara. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Majapahit mencapai zaman kejayaannya
Hayam Wuruk
Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk, Majapahit menaklukkan Kerajaan
Pasai dan Aru (kemudian bernama Deli, dekat Medan sekarang). Majapahit juga menghancurkan Palembang, sisa-sisa pertahanan Kerajaan Sriwijaya (1377).
Dengan bantuan Mahapatih Gajah Mada, ia menaklukkan Logajah, Gurun Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, Seram, Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwuk, Mengkasar, Buton, Banggawi, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon, Wanin, Seran, Timor, dan Dompo. Hanya sayang, akibat kesalahan langkahnya terutama dalam "Peristiwa Bubat", Gajah Mada dinonaktifkan sebagai patih pada tahun 1357. Namun diangkat lagi jadi patih tahun 1359.
Masa pemerintahan Hayam Wuruk
Masa kekuasaan : Majapahit: 1350–1389 Dinobatkan : 1350 Nama lengkap : Maharaja Sri Rajasanagara Gelar : Rajasanagara Tempat lahir : Majapahit Tempat wafat : Majapahit Pendahulu : Tribhuwana Wijayatunggadewi Pengganti :Wikramawardhana Ratu : Sri Sudewi (Paduka Sori) Pasangan : Selir ? (Ibunda Wirabhumi) Dinasti : Wangsa Rajasa Ayah : Cakradhara Ibu : Tribhuwana Wijayatunggadewi
Hayam Wuruk
Mahapatih Gajah Mada
Masa jabatan : k.1334 – k.1359 Penguasa monarki : Tribhuwana
Wijayatunggadewi, Hayam Wuruk
Didahului oleh : Arya Tadah (Mpu Krewes)
Digantikan oleh : 6 mahamantri agun
Gajah Mada
Gajah Mada (wafat k. 1364) adalah seorang panglima perang dan tokoh yang sangat berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit. Menurut berbagai sumber mitologi, kitab, dan prasasti dari zaman Jawa Kuno, ia memulai kariernya tahun 1313, dan semakin menanjak setelah peristiwa pemberontakan Ra Kuti pada masa pemerintahan Sri Jayanagara, yang mengangkatnya sebagai Patih. Ia menjadi Mahapatih (Menteri Besar) pada masa Ratu Tribhuwanatunggadewi, dan kemudian sebagai Amangkubhumi (Perdana Menteri) yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya.
Walaupun ada sejumlah pendapat yang meragukan sumpahnya, Gajah Mada memang
hampir berhasil menaklukkan Nusantara. Dimulai dengan penaklukan ke daerah Swarnnabhumi (Sumatera) tahun 1339, pulau Bintan, Tumasik (sekarang Singapura), Semenanjung Malaya, kemudian pada tahun 1343 bersama dengan Arya Damar menaklukan Bedahulu (di Bali) dan kemudian penaklukan Lombok, dan sejumlah negeri di Kalimantan seperti Kapuas, Katingan, Sampit, Kotalingga (Tanjunglingga), Kotawaringin, Sambas, Lawai, Kendawangan, Landak, Samadang, Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Saludung, Sulu, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjungkutei, dan Malano.
Pada zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389) yang menggantikan Tribhuwanatunggadewi, Gajah Mada terus melakukan penaklukan ke wilayah timur seperti Logajah, Gurun, Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, Seram, Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwu, Buton, Banggai, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon, Wanin, Seran, Timor, dan Dompo.
Invansi
Dalam Kidung Sunda diceritakan bahwa Perang Bubat (1357) bermula saat Prabu Hayam Wuruk
mulai melakukan langkah-langkah diplomasi dengan hendak menikahi Dyah Pitaloka Citraresmi putri Sunda sebagai permaisuri. Lamaran Prabu Hayam Wuruk diterima pihak Kerajaan Sunda, dan rombongan besar Kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk melangsungkan pernikahan agung itu. Gajah Mada yang menginginkan Sunda takluk, memaksa menginginkan Dyah Pitaloka sebagai persembahan pengakuan kekuasaan Majapahit. Akibat penolakan pihak Sunda mengenai hal ini, terjadilah pertempuran tidak seimbang antara pasukan Majapahit dan rombongan Sunda di Bubat; yang saat itu menjadi tempat penginapan rombongan Sunda. Dyah Pitaloka bunuh diri setelah ayah dan seluruh rombongannya gugur dalam pertempuran. Akibat peristiwa itu langkah-langkah diplomasi Hayam Wuruk gagal dan Gajah Mada dinonaktifkan dari jabatannya karena dipandang lebih menginginkan pencapaiannya dengan jalan melakukan invasi militer padahal hal ini tidak boleh dilakukan.
Dalam Nagarakretagama diceritakan hal yang sedikit berbeda. Dikatakan bahwa Hayam Wuruk sangat menghargai Gajah Mada sebagai Mahamantri Agung yang wira, bijaksana, serta setia berbakti kepada negara. Sang raja menganugerahkan dukuh "Madakaripura" yang berpemandangan indah di Tongas, Probolinggo, kepada Gajah Mada. Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa pada 1359, Gajah Mada diangkat kembali sebagai patih; hanya saja ia memerintah dari Madakaripura.
Perang Bubat
Ketika pengangkatannya sebagai patih Amangkubhumi pada tahun 1258 Saka (1336 M)
Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang berisi bahwa ia akan menikmati palapa atau rempah-rempah (yang diartikan kenikmatan duniawi) bila telah berhasil menaklukkan Nusantara. Sebagaimana tercatat dalam kitab Pararaton dalam teks Jawa Pertengahan yang berbunyi sebagai berikut
“ Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa ”
bila dialih-bahasakan mempunyai arti :
“ Beliau, Gajah Mada sebagai patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa, Gajah Mada berkata bahwa bila telah mengalahkan (menguasai) Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa
”
Sumpah Palapa
Surya Majapahit (Matahari Majapahit)
adalah lambang yang kerap ditemukan di reruntuhan bangunan yang berasal dari masa Majapahit. Lambang ini mengambil bentuk Matahari bersudut delapan dengan bagian lingkaran di tengah menampilkan dewa-dewa Hindu. lambang ini membentuk diagram kosmologi yang disinari jurai Matahari khas "Surya Majapahit”, atau lingkaran Matahari dengan bentuk jurai sinar yang khas. Karena begitu populernya lambang Matahari ini pada masa Majapahit, para ahli arkeologi menduga bahwa lambang ini berfungsi sebagai lambang negara Majapahit.
Surya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit
berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.
Runtunya Kejayaan Majapahit
Thank’s