11
Wisma Perdamaian (Semarang) Sejarang bangunan: Bangunan ini dirancang oleh Nicolaas Harting yang menjadi Gubernur pantai Utara Jawa, pada tahun 1754. Hingga tahun 1761 difungsikan sebagai Gauvernenur van JAva’s Noord-Oostkust. Dan sempat diebut sebagai De Vredestein atau istana Perdamaian. Juga pernah sebagai tempat tinggal residen Semarang. Saat itu lapangan di depan De Vredestein ini masih dinamakan Wilhelmina Plein. Di Gedung ini Rafels pernah singgah dan berdansa dengan istri pertamanya Olivia Marianna. Pada tahun 1978, bangunan ini digunakan oleh APDN. Pada tahun 1980 digunakan untuk Kantor Sosial dengan terakhir untuk Kantor Kanwil Pariwisata Jawa Tengah tahun 1994. Sekarang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas Gubernur Jawa Tengah, menggantikan Puri Gedeh. Tampilan bangunan ini banyak mengalami perubahan. Hingga pertengahan abad ke 19, masih berupa bangunan tunggal 2 lantai yang berarsitektur jklasik dan disirikan dengan adanya pilar pilar rangkap dengan kapitel berornamen dan bermotif bunga. Pada masa ini, diduga terdapat courtyard/ portico. Cornice dengan ornamen berupa moudling/list yang terdapat pada seluruh tepi dinding, baik pada pertemuan dengan atap maupun pada garis lantai 2. Menjelang abad ke 20, ditambahkan serambi bangunan di samping kanan dan kiri, serta atap diubah menjadi limasan penuh. Diduga pada saat itu courtyard 1

Wisma Perdamaian kota semarang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Wisma Perdamaian kota semarang

Citation preview

Wisma Perdamaian (Semarang)

Sejarang bangunan: Bangunan ini dirancang oleh Nicolaas Harting yang menjadi Gubernur pantai Utara Jawa, pada tahun 1754. Hingga tahun 1761 difungsikan sebagai Gauvernenur van JAvas Noord-Oostkust. Dan sempat diebut sebagai De Vredestein atau istana Perdamaian. Juga pernah sebagai tempat tinggal residen Semarang. Saat itu lapangan di depan De Vredestein ini masih dinamakan Wilhelmina Plein. Di Gedung ini Rafels pernah singgah dan berdansa dengan istri pertamanya Olivia Marianna. Pada tahun 1978, bangunan ini digunakan oleh APDN. Pada tahun 1980 digunakan untuk Kantor Sosial dengan terakhir untuk Kantor Kanwil Pariwisata Jawa Tengah tahun 1994. Sekarang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas Gubernur Jawa Tengah, menggantikan Puri Gedeh.Tampilan bangunan ini banyak mengalami perubahan. Hingga pertengahan abad ke 19, masih berupa bangunan tunggal 2 lantai yang berarsitektur jklasik dan disirikan dengan adanya pilar pilar rangkap dengan kapitel berornamen dan bermotif bunga. Pada masa ini, diduga terdapat courtyard/ portico. Cornice dengan ornamen berupa moudling/list yang terdapat pada seluruh tepi dinding, baik pada pertemuan dengan atap maupun pada garis lantai 2. Menjelang abad ke 20, ditambahkan serambi bangunan di samping kanan dan kiri, serta atap diubah menjadi limasan penuh. Diduga pada saat itu courtyard ditutup. Pada tahun 1940-an, ditambah serambi beratap pada bagian depan bangunan, serambi ini sekaligus sebagai balkon pada lantai duanya. Pada awal abad ke -20, bangunan samping dibongkar, kemudian ditambahkan tritisan/ luifel gantung dengan rangka besi yang berpenutup seng. Tahun 1970-an ditambahkan lagi bangunan 2 lantai di bagian belakang dari kiri bangunan induk, yang kemudian digunakan untuk APDN. Renovasi terakhir dilakukan pada tahun 1978, dengan mengganti luifel gantung menjadi plat dan konsol beton dengan banyak ornamen ukiran; serta mengganti daun pintu dan jendela dengan bahan baru; termasuk pula membuat tangga layang pada ruang depan. [Sumber: www.semarang.go.id]Lawang Sewu Semarang

Semarang- Lawang Sewu merupakan sebuah bangunan kuno peninggalan jaman belanda yang dibangun pada 1904. Semula gedung ini untuk kantor pusat perusahaan kereta api (trem) penjajah Belanda atau Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS). Gedung tiga lantai bergaya art deco (1850-1940) ini karya arsitek Belanda ternama, Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag.Lawang Sewuterletak di sisi timurTugu Muda Semarang, atau di sudut jalan Pandanaran dan jalan Pemuda. Disebut Lawang Sewu (Seribu Pintu), ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu.

Bangunan utama Lawang Sewu berupa tiga lantai bangunan yang memiliki dua sayap membentang ke bagian kanan dan kiri bagian. Jika pengunjung memasukkan bangunan utama, mereka akan menemukan tangga besar ke lantai dua. Di antara tangga ada kaca besar menunjukkan gambar dua wanita muda Belanda yang terbuat dari gelas. Semua struktur bangunan, pintu dan jendela mengadaptasi gaya arsitektur Belanda. Dengan segala keeksotisan dan keindahannya Lawang Sewu ini merupakan salah satu tempat yang indah untukPre Wedding.Lawang Sewu Pasca Pemugaran:Setelah cukup lama lawang sewu seperti tak terurus, akhirnya Lawang Sewu dilakukan pemugaran yang memakan waktu cukup lama, akhirnya selesai pada akhir Juni 2011 dan kembali dibuka untuk umum setelah pada tanggal 5 Juli 2011 diresmikan oleh Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono dan dilanjutkan dengan event Pameran Kriya Unggulan Nusantara yang menampilkan produk produk tradisional dari seluruh Nusantara.Berapakan sebenarnya jumlah pintu dari Lawang Sewu?Seperti Kepulauan Seribu yang jumlah pulau yang sebenarnya tak sampai 1.000, karena tercatat hanya 342 buah bulau saja. Sebutan Sewu [Jawa: Seribu], merupakan penggambaran sedemikian banyaknya jumlah pintunya. Menurut guide lawang sewu, jumlah lubang pintunya terhitung sebanyak 429 buah, dengan daun pintu lebih dari 1.200 (sebagian pintu dengan 2 daun pintu, dan sebagian dengan menggunakan 4 daun pintu, yang terdiri dari 2 daun pintu jenis ayun [dengan engsel], ditambah 2 daun pintu lagi jenis sliding door/pintu geser).Sejarah Lawang Sewu:Sejarah gedung ini tak lepas darisejarah perkeretaapiandi indonesia karena dibangun sebagai Het Hoofdkantoor Van de Nederlandsch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) yaitu kantor pusat NIS, perusahaan kereta api swasta di masa pemerintahan Hindia belanda yang pertama kali membangun jalur kereta api di Indonesia menghubungkan Semarang dengan Vorstenlanden (Surakarta dan Yogyakarta) dengan jalur pertamanya Jalur Semarang Temanggung 1867.Awalnya administrasi NIS diselenggarakan di Stasiun Semarang NIS. Pertumbuhan jaringan yang pesat diikuti bertambahnya kebutuhan ruang kerja sehingga diputuskan membangun kantor administrasi di lokasi baru. Pilihan jatuh pada lahan di pinggir kota dekat kediaman Residen Hindia Belanda, di ujung selatan Bodjongweg Semarang. Direksi NOS menyerahkan perencanaan gedung ini kepada Prof Jacob F Klinkhamer dan B.J Ouendag, arsitek dari Amsterdam Belanda.Pelaksanaan pambangunan dimulai 27 Februari 1904 dan selesai 1907. Kondisi tanah di jalan harus mengalami perbaikan terlebih dahulu dengan penggalian sedalam 4 meter dan diganti dengan lapisan vulkanis. Bangunan pertama yang dikerjakan adalah rumah penjaga dan bangunan percetakan, dilanjutkan dengan bangunan utama. Setelah dipergunakan beberapa tahun, perluasan kantor dilaksanakan dengan membuat bangunan tambahan pada tahun 1916 1918.Pada tahun 1873 rel kereta api pertama di Hindia Belanda selesai dibangun. Jalan itu dibangun oleh Nederlandsch Indische Spoorweg maatschappij (NIS), suatu perusahaan swasta yang mendapat konsesi dari pemerintah kolonial untuk menghubungkan daerah pertanian yang subur di Jawa Tengah dengan kota pelabuhan Semarang (Durrant, 1972). Stasiun di Semarang yang berada di tambaksari tidak jauh dari pelabuhan.Pada peralihan abad ke-20 NIS membangun stasiun stasiun baru yang besar. Pada tahun 1914 stasiun Tambaksari digantikan olehStasiun Tawang. Sebelumnya pada tahun 1908 selesai dibangun pula kantor pusat NIS yang baru, bangunan itu berada di ujung jalan Bodjong, di Wilhelmina Plein berseberangan dengan kediaman gubernur.Kantor pusat NIS yang baru itu adalah bangunan besar 2 lantai berbentuk L yang dirancang oleh J.F Klinkhamer dan Ouendag dalam gaya Renaissance Revival (Sudrajat,1991). Menurut Sudrajat pembangunan kantor pusat NIS di Semarang adalah tipikal 2 dasawarsa awal abad 20 ketika diperkenalkan politik etis, ketika itu Muncul kebutuhan yang cukup besar untuk mendirikan bangunan bangunan publik dan perumahan, akibat perluasan daerah jajahan, desentralisasi administrasi kolonial dan pertumbuhan usaha swasta.Penduduk Semarang memberinya nama Lawang Sewu (pintu seribu), mengacu pada pintu pintunya yang sangat banyak, yan gmerupakan usaha para arsiteknya untuk membangun gedung kantor modern yang sesuai dengan iklim tropis Semarang. Semua bahan bangunan didatangkan dari Eropa kecuali batu bata, batu alam dan kayu jati.Pada saat yang bersamaan Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) berusaha mengambil alih kereta api, pertempuran pecah antara pemuda dan tentara Jepang, belasan pemuda terbunuh di gedung ini, 5 diantara mereka dimakamkan di halaman (tetapi pada tahun 1975 jenazah mereka dipindah keTaman Makam Pahlawan). Di depan Lawang Sewu berdiri monumen untuk memperingati mereka yang gugur diPertempuran Lima Hari.Sesaat setelah kemerdekaan Lawang Sewu digunakan Kantor Perusahaan Kereta Api, kemudian militer mengambil alih gedung ini, tetapi sekarang telah kembali ke tangan PT KAI.

PURI GEDEH SEMARANG

Alamat : Jl Gajah Mungkur (Jl Gubernur Budiono) No 8 Semarang.Nomor Telepon (024) 8311151, 8311152Pemilik : Pemerintah DaerahFungsi : Rumah Dinas Gubernur Jateng.

Puri Gedeh merupakan Rumah DinasGubernur Jawa Tengah, rumah yang masuk dalam daftar bangunan kuno di Kota Semarang ini sebelumnya rumah ini dimiliki oleh keluarga Liem. Gubernur yang benar benar menempati Puri Gedeh ini pertama kali adalah Gubernur Soepardjo Roestam, diikuti oleh gubernur selanjutnya. Lokasinya di sebelah barat Taman Gajah Mungkur.Arsiteknya adalah Liem Bwan Tjie ( 1850-1950 )

Tak banyak yang tahu, bahwa Kota Semarang pernah melahirkan arsitek ternama bernama Liem Bwan Tjie. Dia adalah salah seorang pelopor arsitektur modern di Indonesia. Ratusan karya arsitekturnya banyak tersebar di Indonesia. Karyakaryanya pun disejajarkan dengan karya-karya arsitek Belanda ternama yang dianggap luar biasa di HindiaBelanda pada masa 1850-1950, seperti Maclaine Pont, Hulswit, Fermont dan Cuijpers, GmelichMeiling, Aalbers. Siapa Liem Bwan Tjie? Pria berkacamata ini terlahir pada tahun 1891 di Semarang sebagai anak kelima. Ayahnya, Liem Tjing Swie, adalah seorang pedagang tekstil di kawasan Gang Warung. Liem Bwan Tjie adalah orang Indonesia pertama yang belajar di Sekolah Tinggi Teknik di Delft, Belanda. Dia juga pernah mengenyam pendidikan di Technische Hoogeschool di Delft pada 1920 dan Ecole des Beaux Arts, sekolah seni dan arsitektur di Eropa paling bergengsi pada waktu itu.

Awal karirnya di Semarang yang dimulai tahun 1929, Liem Bwan Tjie banyak membangun rumah atau vila orang-orang kaya di HindiaBelanda pada masa itu. Yang paling terkenal adalah vila milik keluarga Dr Ir Han Tiauw Tjong di Jl Tumpang yang menyerupai kapal, dan kantor pusat konglomerat Oei Tiong Ham di Jl Kepodang dan Jl Sendowo Kota Lama yang dibangun pada 1930.

Kantor dagang Oei Tiong Ham Concern yang sekarang menjadi kan tor Rajawali Nusindo, diakui banyak kalangan sebagai arsitektur cerdas.Meski dari luar nampak konvensional, memiliki bentuk tidak rumit, namun ketika masuk ke dalam banyakditemukanpemecahandesain yang unik. Bangunan ini menerapkan gaya Art Modern yang merupakan gaya populer pada paruh pertama abad ini.

Iklim Tropis Karya lain yang memperlihatkan hijaunya arsitektur rancangan Liem Bwan Tjie diantaranya rumah tinggal Poeda Pajoeng dan rumah tinggal di kawasan Peloran milik Sih Tiauw Hien, Pabrik Kopi Margorejo, perumahan Pabrik Kopi Margorejo, vila Oei Tjong Hauw (putra Oei Tiong Ham) di Kopeng, rumah Tan Tjong Le di Ungaran, vila Kwik Tjien Gwan di Tawangmangu, rumah R Van Duinen di Kopeng, dan Puri Gedeh (rumah dinas Gubernur Jateng).

Bangunan umum yang dipercayakan padanya diantaranya Gemeente Zwembad atau kolam renang Stadion di Jl Ki Mangunsarkoro, Rumah Makan Grand yang dulu pernah menjadi kampus Fakultas Teknik Undip Jl MT Haryono, gedung bioskop Grand atau Gelora, dan gedung bioskop Lux atau Murni.

Dalam tiap rancangannya, Liem Bwan Tjie selalu menempatkan faktor iklim tropis sebagai salah satu pertimbangan penting. Hujan dan sinar matahari langsung tak pernah dibiarkannya membuat penghuni bangunan merasa tidak nyaman.

Ruang di dalam pun harus nyaman dan cukup terang, misalnya dengan membuat jendela-jendela lebar yang dapat mengendalikan aliran udara.

Sumber : Suara Merdeka, Foto : Berbagai Sumber.

2