Upload
rifkiyunanda
View
173
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Tugas Makalah
Proses Fermentasi Dalam Pembuatan Oncom dan Pembuatan Cuka Dari Khamir
Kelompok Bioproses
Disusun oleh :
Ana Widiyaswari (3335 081650)
Faroukiyah Mustika (3335 081658)
Frans Romario P (3335 081660)
Jessica Kristin P (3335 081668)
Rifki Yunanda (3335 081690)
Teknik Kimia
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Cilegon – Banten
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
a. Oncom
Oncom adalah makanan asal Indonesia yang terutama populer di Jawa Barat.
Makanan ini adalah produk fermentasi yang dilakukan oleh beberapa jenis kapang, mirip
dengan pengolahan terhadap tempe. Perbedaaannya adalah bahwa pada oncom hasil olahan
dinyatakan siap diperdagangkan setelah kapang menghasilkan spora, sementara pada tempe
hasil olahan diperdagangkan sebelum kapang menghasilkan spora (baru dalam tahap hifa).
Ada dua jenis utama oncom, yaitu oncom merah dan oncom hitam. Oncom merah
didegradasi oleh kapang oncom Neurospora sitophila atau N. intermedia sedangkan oncom
hitam didegradasi oleh kapang tempe Rhizopus oligosporus dan/atau jenis-jenis Mucor.
Oncom adalah satu-satunya bahan makanan manusia yang diolah dengan melibatkan jenis
Neurospora.
Untuk mencegah meluasnya masalah kekurangan energi dan protein (KEP) di
masyarakat, perlu digalakkan pemakaian sumber-sumber protein nabati. Penggunaan protein
nabati dari kacang-kacangan (seperti tahu, tempe, dan oncom) telah terbukti ampuh untuk
mengatasi masalah KEP tersebut. Ampas tahu merupakan residu dari pengolahan kedelai
menjadi tahu. Bungkil kacang tanah adalah ampas yang berasal dari kacang tanah yang telah
diambil minyaknya dengan proses pemerasan mekanis atau proses ekstraksi. Walaupun kedua
bahan tersebut berupa limbah, tetapi ditinjau dari segi gizi sesungguhnya kedua bahan
tersebut merupakan bahan yang padat gizi, sehingga sangat disayangkan kalau dibuang atau
dijadikan pakan ternak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kacang Kedelai
Kedelai (kadang-kadang ditambah "kacang" di depan namanya) adalah salah satu
tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur
seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah
dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Kedelai putih diperkenalkan ke
Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan dengan Tiongkok,
sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang penduduk setempat. Kedelai merupakan
sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah
Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia
setelah 1910.
Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun Indonesia
harus mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelai. Ini terjadi karena kebutuhan Indonesia
yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya
selalu lebih rendah daripada di Jepang dan Cina. Pemuliaan serta domestikasi belum berhasil
sepenuhnya mengubah sifat fotosensitif kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak
fotosensitif kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih
cocok bagi Indonesia.
Kedelai merupakan tumbuhan serbaguna. Karena akarnya memiliki bintil pengikat
nitrogen bebas, kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga
tanamannya digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak.
Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai kaya protein dan lemak serta
beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Olahan biji dapat
dibuat menjadi
tahu (tofu),
bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya dibuat dari
kedelai hitam),
tempe
susu kedelai (baik bagi orang yang sensitif laktosa),
tepung kedelai,
minyak (dari sini dapat dibuat sabun, plastik, kosmetik, resin, tinta, krayon, pelarut,
dan biodiesel.
taosi
tauco
2.2 Nilai dan Mutu Gizi Pada Oncom
Oncom memiliki kandungan gizi yang relatif baik dan dapat menjadi sumber alternatif
asupan gizi yang baik karena harganya murah. Kandungan karbohidrat dan protein tercerna
cukup tinggi pada oncom dari bungkil kacang tanah. Selain itu, populasi kapang diketahui
dapat menekan produksi aflatoksin dari Aspergillus flavus yang telah mencemari substrat
(bungkil). Degradasi yang dilakukan oleh kapang menyebabkan beberapa oligosakarida
sederhana seperti sukrosa, rafinosa, dan stakhiosa menurun pesat kandungannya akibat
aktivitas enzim α-galaktosidase yang dihasilkan kapang (terutama N. sitophila). Hal ini baik
bagi pencernaan karena rafinosa dan stakhiosa bertanggung jawab atas gejala flatulensi yang
dapat muncul bila orang mengonsumsi biji kedelai atau kacang tanah.
Hal yang perlu disempurnakan agar daya terima masyarakat meningkat terhadap
oncom adalah yang menyangkut penampilan, bentuk, serta warnanya. Untuk lebih
meningkatkan daya terima oncom di masyarakat luas, perlu diperhatikan masalah sanitasi
bahan baku, peralatan pengolah, dan lingkungan, serta kebersihan pekerja yang menangani
proses pengolahan.
Dalam kaitan dengan aflatoksin, penggunaan kapang N. sitophila dalam proses
fermentasi bungkil kacang tanah dapat mengurangi kandungan aflatoksin sebesar 50 persen,
sedangkan penggunaan kapang Rh. oligosporus dapat mengurangi aflatoksin bungkil sebesar
60 persen. Aflatoksin dihasilkan pada kacang-kacangan dan biji-bijian yang sudah jelek
mutunya. Untuk mencegah terbentuknya aflatoksin, sangat dianjurkan menggunakan bahan
baku yang bermutu baik.
Banyak orang yang kurang menghargai oncom dibandingkan hasil olahan kacang-
kacangan yang lain, seperti tahu dan tempe. Pandangan negatif tersebut muncul karena
oncom terbuat dari ampas tahu atau bungkil kacang tanah.
Pandangan tersebut sangatlah keliru, karena sesungguhnya oncom memiliki nilai dan
mutu gizi yang baik akibat proses fermentasi. Dari kedua tabel tersebut diketahui bahwa
oncom bungkil kacang tanah memiliki protein, lemak dan padatan terlarut yang lebih tinggi
dibandingkan oncom ampas tahu.
Hal lain yang perlu disempurnakan agar daya terima masyarakat meningkat terhadap
oncom, adalah yang menyangkut penampilan, bentuk, serta warnanya. Untuk lebih
meningkatkan daya terima oncom di masyarakat luas, perlu diperhatikan masalah sanitasi
bahan baku, peralatan pengolah, dan lingkungan, serta higiene pekerja yang menangani
proses pengolahan.
Dengan adanya proses fermentasi, maka struktur kimia bahan-bahan yang tadinya
bersifat komplek, akan terurai menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana sehingga
lebih mudah dicerna dan dimanfaatkan oleh tubuh. Proses fermentasi oleh kapang juga akan
menghasilkan komponen flavor dan citarasa sehingga menjadi lebih disukai oleh konsumen.
Kadang terjadi kembung dan ingin buang gas setelah memakan kacang kedelai rebus.
Gejala tersebut sangat umum terjadi, akibat terbentuknya gas oleh proses fermentasi
oligosakarida yang terkandung di dalam kedelai yaitu raffinosa dan stakhiosa oleh aktivitas
mikroba di dalam perut.
Proses fermentasi oleh kapang Neurospora sitophila dan Rhizopus oligosporus juga
telah dibuktikan dapat mencegah terjadinya efek flatulensi (kembung perut). Selama proses
fermentasi oncom, kapang akan menghasilkan enzim alpha-galaktosidase yang dapat
menguraikan raffinosa dan stakhiosa kedelai sampai pada level yang sangat rendah, sehingga
tidak berdampak pada terbentuknya gas.
2.3 Kandungan Pada Oncom
Air 87.46%
lemak 0.92%
protein 4.37%
karbohidrat 3.05%
serat kasar 1.65%serta mengandung mineral seperti :
zat besi (Fe)
Kalium (K), dan
Natrium (Na)
Walaupun demikian perlu diketahui bahwa kandungan gizi pada oncom
tergantung pada bahan baku yang digunakan. Perbedaan kandungan gizi antara o n c o m
m e r a h d a n o n c o m h i t a m s a n g a t s i g n i f i k a n . M i s a l n y a o n c o m m e r a h
dengan bahan baku ampas tahu mengandung protein sebesar 4.9% , sedangkan oncom hitam
dengan bahan baku bungkil kacang mengandung protein sebesar 8.6%.
2 . 4 Ragi yang Digunakan Dalam Pembuatan Oncom
Ragi yang digunakan dalam pembuatan oncom merupakan ragi jenis campuran
fungi/mixed culture. Penggunaan ragi yang baik sangat penting sehingga akan dihasilkan
oncom dengan kualitas baik. Ragi mixed culture yang digunakan dalam fermentasi oncom
terdiri dari campuran kelompok mikroba Neurospora sitophila, Penicillium, Mucor d a n
Rhizopus. Jenis kapang yang berperan penting dalam pembuatan oncom adalah
Neurospora sitophila.
2.4.1. Neurospora sitophila
Neurospora sitophila (Neuron: saraf atau berurat loreng-loreng, spora, sitos:
makanan, dan philos: menyukai) merupakan salah satu spesies dari genus Neurospora yang
memiliki spora berbentuk seperti urat saraf berloreng-loreng. Neurospora sitophila sering
terdapat pada produk-produk bakteri dan menyebabkan kerusakan sehingga biasanya disebut
bakteri mold atau red bread-mold. Neurospora sitophila juga sering disebut jamur oncom.
Dalam proses frementasi Neurospora sitophila berkembangbiak dan menjadikan makanan
berwarna kuning-kemerahan.
Sebelumnya Neurospora sitophila dinamakan Monilia sitophila. Hal ini disebabkan oleh
belum diketahuinya alat perkembangbiakan dari Neurospora sitophila. Sebelum diketahui
alat perkembangbiakannya, jamur ini tergolong kelas Deuteromycetes. Nama ilmiahnya
adalah Monilia sitophila (monile : manik-manik kalung, sitos : makanan, philos : menyukai).
Setelah diketahui alat perkembangbiakannya, maka kapang ini digolongkan ke dalam kelas
Ascomycetes, lalu nama spesies ini diganti menjadi Neurospora sitophila. Hifa aerial
Neurospora sitophila yang membentuk sejumlah miselium dapat dikenali dengan mudah dari
sejumlah massa berwarna pink dan konidia oval yang terdapat pada rantai di conidiophores
yang bercabang. Jamur ini tidak menggandakan dirinya secara tidak terbatas dengan cara
aseksual.
Gambar Neurospora sitophila
BAB III
DESKRIPSI PROSES
3.1 Proses Pembuatan
a. Proses Pembuatan Oncom
Oncom merah umumnya dibuat dari ampas tahu, yaitu kedelai yang telah diambil
proteinnya dalam pembuatan tahu. Sedangkan oncom hitam umumnya dibuat dari bungkil
kacang tanah yang kadang kala dicampur ampas (onggok) singkong atau tepung singkong,
agar mempunyai tekstur yang lebih baik dan lebih lunak. Bahan baku lainnya yang
diperlukan dalam pembuatan oncom adalah kapang. Kapang oncom dapat mengeluarkan
enzim lipase dan protease yang aktif selama proses fermentasi dan memegang peranan
penting dalam penguraian pati menjadi gula, penguraian bahan-bahan dinding sel kacang, dan
penguraian lemak, serta pembentukan sedikit alkohol dan berbagai ester yang berbau sedap
dan harum. Protein juga terdegradasi namun tidak penuh dan berakibat meningkatnya daya
cerna.
Untuk pembuatan oncom dari bungkil kacang tanah, pertama-tama direndam dalam
air bersih selama 3-4 jam, setelah itu ditiriskan, diayak, dan kemudian dicampur dengan
tepung tapioka. Selanjutnya, campuran ini dikukus. Setelah masak, adonan diratakan di atas
tatakan dari bambu, dan ditaburi dengan ragi setelah dingin. Inkubasi dilakukan setelah
ditutup dengan daun pisang bersih dalam suhu ruang yang hangat (25-30 °C) dan kelembaban
tinggi, selama 2 sampai 3 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Sastraatmadja DD, Tomita F, Kasai T. 2002. Production of high-quality oncom, a traditional
Indonesian fermented food, by the inoculation with selected mold strains in the form
of pure culture and solid inoculum. J. Grad. Sch. Agr. Hokkaido Univ 70:111-127.
Wood BJB. (ed.) 1998. Microbiology of Fermented Foods Vol. 2. 2nd ed. Blackie Academic
and Professional. p. 498.
Nout. 2007. Colonizing fungus as a food provider. Dalam: Dijksterhuis J, Samson RA. (ed.).
Food mycology: a multifaceted approach to fungi and food. CRC Press. p. 341.
Fardiaz D, Markakis P. 1981. Oligosaccharides and protein efficiency ratio of oncom
(fermented peanut press cake). J. Food Sci. 46:1970—1971.
BUNGKIL KACANG TANAH
PERENDAMAN (3-4 JAM)
DITIRISKAN
PENGAYAKAN
PENCAMPURAN
TEPUNG TAPIOKA
PENGUKUSAN
PENDINGINAN ADONAN
INKUBASI (25-30 °C)RAGI