Upload
yasmin-alissa
View
412
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
TOTAL QUALITY MANAGEMENT
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Mutu
Oleh Kelompok 2:
Vika Ermita (072110101019)
Diah Puspitasari (072110101045)
Rhizal Eka Hardian (072110101065)
Andri Setyabudi (072110101075)
Sagita Widyastuti (072110101087)
Anggun Diah (072110101094)
Yasmin Alissa (072110101099)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2010
Total Quality Management (TQM)
TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha
dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.
TQM merupakan sistem manajemen yang berfokus pada orang/karyawan dan bertujuan untuk
terus-menerus meningkatkan niai yang diberikan pada pelanggan dengan biaya penciptaan
nilai yang lebih rendah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa TQM merupakan suatu
pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing
organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan
lingkungannya (Nasution, 2005).
a. Konsep TQM
TQM merupakan suatu manajemen yang berfokus pada semua orang/tenaga kerja,
bertujuan untuk terus menerus meningkatkan nilai yang diberikan bagi pelanggan dengan
biaya penciptaan nilai yang lebih rendah daripada nilai suatu produk.
Pada dasarnya konsep TQM mengandung tiga unsur:
1) Strategi Nilai Pelanggan
Nilai pelanggan adalah manfaat yang dapat diperoleh pelanggan atas penggunaan
barang/jasa yang dihasilkan perusahaan dan pengorbanan pelanggan untuk
memperolehnya. Strategi ini merupakan perencanaan bisnis untuk memberikan nilai bagi
pelanggan termasuk karakteristik produk, cara penyampaian, pelayanan dan sebagainya.
2) Sistem Organisasional
Sistem organisasional berfokus pada penyediaan nilai bagi pelanggan. Sistem ini
mencangkup tenaga kerja, arus informasi, dan pembuatan keputusan.
3) Perbaikan Kualitas Berkelanjutan.
Perbaikan kualitas diperlukan untuk menghadapi lingkungan eksternal yang selalu
berubah, terutama perubahan selera pelanggan. Konsep ini menuntut adanya komitmen
untuk melakukan pengujian kualitas produk secara kontinu. Dengan perbaikan kualitas
kontinu, akan dapat memuaskan pelanggan.
Penerapan TQM dalam proses produksi dilakukan pada setiap tahap dalam proses
produksi. Proses produksi terdiri dari tiga tahap, yaitu preproduction, production dan
postproduction. Dalam proses produksi TQM melalui tiga cara yaitu meniadakan atau
mengurangi penyimpangan proses produksi agar presentase kerusakan tidak ada atau kecil
dan kualitas produk makin baik dengan menggunakan metode statistical quality control;
menekankan pada preventive maintenance untuk mencegah kerusakan mesin dan mencegah
kesalahan dalam proses produksi; melalui employee self inspection sebagai salah satu unsur
dalam ”manajamen proses’ yang akan meningkatkan kesadaran karyawan untuk selalu
menjaga kualitas produk.
Agar sukses dalam menerapkan TQM, suatu organisasi harus berkonsentrasi pada 8
elemen kunci berikut:
1) Etika
Etika adalah disiplin yang terkait dengan kebaikan dan keburukan dalam berbagai situasi.
Ia merupakan dua sisi mata uang yang dilambangkan oleh etika organisasi dan etika
individu. Etika organisasi membentuk sebuah kode etik bisnis yang menguraikan
petunjuk bagi semua anggotanya dan harus melekat dalam pekerjaan sehari-hari mereka.
Sedangkan etika individu mencakup kebenaran dan kesalahan perseorangan.
2) Integritas (kejujuran)
integritas mencakup kejujuran, moral, nilai-nilai, keadilan, dan kesetiaan terhadap
kebenaran dan keikhlasan. Karakteristiknya adalah bahwa apa yang diharapkan oleh
pelanggan (internal/eksternal) dan apa yang memang layak untuk mereka terima. Lawan
dari integritas adalah sikap bermuka dua (munafik), dan TQM tidak akan dapat bekerja
dengan baik dalam suasana tersebut.
3) Kepercayaan
Kepercayaan adalah produk dari integritas dan prilaku yang beretika. Tanpa kepercayaan,
kerangka kerja dari TQM tidak dapat dibangun. Kepercayaan membantu perkembangan
partisipasi penuh dari semua anggota organisasi. Ia memperkenankan aktifitas pemberian
wewenang yang mendorong kebanggaan turut memiliki perusahaan dan juga komitmen.
Ia memberi peluang dilakukannya pengambilan keputusan pada semua level dalam
organisasi, mengembangkan penanganan resiko oleh tiap-tiap individu untuk perbaikan
berkelanjutan dan membantu dalam menjamin bahwa ukuran-ukuran yang digunakan
terpusat pada perbaikan proses dan tidak digunakan untuk melawan pendapat orang lain.
Kepercayaan adalah sifat dasar untuk menjamin kepuasan pelanggan. Jadi, kepercayaan
membangun lingkungan yang kooperatif (saling bekerjasama) sebagai dasar untuk TQM.
4) Pelatihan (training)
Training sangat penting artinya bagi karyawan organisasi agar bisa menjadi lebih
produktif. Disamping itu para Supervisor mesti bertanggungjawab dalam menerapkan
TQM di departemennya, termasuk mengajarkan filsafat dasar dari TQM kepada semua
bawahannya. Training yang biasanya dibutuhkan oleh para karyawan dalam mendukung
penerapan TQM antara lain; kemampuan interpersonal, kecakapan bekerjasama dalam
tim, penyelesaian masalah, pengambilan keputusan, analisa dan perbaikan kinerja
pengelolaan pekerjaan, ekonomi bisnis, dan keterampilan teknis. Pada saat penciptaan
dan pembentukan TQM, para karyawan hendaknya segera dilatih agar mereka dapat
menjadi karyawan yang efektif bagi perusahaan.
5) Kerja tim (team work)
Kerjasama tim juga merupakan sebuah elemen kunci dari TQM, yang menjadi alat bagi
organisasi dalam mencapai kesuksesan. Dengan menggunakan tim kerja, organisasi akan
dapat memperoleh penyelesaian yang cepat dan tepat terhadap semua masalah. Suatu tim
biasanya juga memberikan perbaikan-perbaikan permanen dalam proses dan operasi-
operasi. Dalam sebuah tim, orang-orang merasa lebih nyaman untuk mengajukan
masalah-masalah yang terjadi dan dapat dengan segera memperoleh bantuan dari pekerja-
pekerja lainnya berupa solusi-solusi yang akan digunakan untuk menanggulangi masalah-
masalah yang dihadapi. Secara umum terdapat tiga jenis tim yang diadopsi oleh
organisasi TQM:
6) Kepemimpinan (leadership)
Kepemimpinan mungkin merupakan hal yang paling penting dalam TQM. Ia muncul
pada semua tempat dalam organisasi. Kepemimpinan dalam TQM membutuhkan
manager-manager yang dapat memberikan pandangan atau visi yang dapat memberikan
ilham, membuat arahan strategis yang dapat dimengerti oleh semua orang dan
menanamkan nilai-nilai sebagai pedoman bagi bawahannya. Agar TQM bisa berhasil
diterapkan dalam organisasi, para supervisor juga harus secara sungguh-sungguh
memimpin bawahannya. Seorang supervisor harus mengerti TQM, percaya akan
kegunaannya dan kemudian menunjukkan kesungguhan dan kepercayaannya itu dalam
mempraktekkan TQM setiap hari. Para supervisor harus memastikan bahwa strategi,
filsafat dasar, nilai-nilai dan sasaran-sasaran mutu telah disampaikan kepada bawahannya
disepanjang organisasi untuk menghasilkan fokus, kejelasan dan arah dari TQM. Kunci
terpenting adalah bahwa TQM harus diperkenalkan dan dipimpin oleh manajemen
puncak. Komitmen dan keterlibatan personal dari manajemen puncak dibutuhkan dalam
rangka penciptaan dan penyebaran nilai-nilai dan sasaran-sasaran mutu yang jelas dan
bersesuaian dengan sasaran-sasaran dari perusahaan, serta penciptaan dan penyebaran
sistem yang terdefinisi dengan baik, metoda-metoda dan pengukur kinerja untuk
mengukur pencapaian sasaran-sasaran tersebut.
7) Penghargaan (recognition)
Komunikasi akan mengikat segala sesuatu secara bersama-sama. Dimulai dari pondasi
sampai ke atap dari suatu bangunan TQM, semua elemen diikat oleh campuran semen
pengikat berupa komunikasi. Ia bertindak sebagai sebuah mata rantai penghubung antara
semua elemen TQM. Komunikasi berarti sebuah pemahaman bersama terhadap satu atau
sekelompok ide-ide antara pengirim dan penerima informasi. TQM yang sukses menuntut
komunikasi dengan, dan/atau diantara, semua anggota organisasi, pemasok dan juga
pelanggan. Para Supervisor harus memelihara keterbukaan dari arus komunikasi dimana
seluruh karyawannya dapat mengirim dan menerima semua informasi tentang proses-
proses TQM. Adalah suatu hal yang vital bahwa komunikasi harus dirangkai dengan
penyampaian informasi yang benar bukan dengan informasi yang keliru. Supaya
komunikasi bisa menjadi sesuatu yang dapat dipercaya maka pesan yang disampaikan
harus jelas dan penerima informasi harus memiliki penafsiran yang sama dengan apa
yang dimaksud pengirimnya. Berdasarkan arahnya, komunikasi dapat dibedakan atas:
8) Komunikasi
Komunikasi jenis ini merupakan bentuk dominan dari komunikasi yang terjadi dalam
suatu organisasi. Metoda presentasi dan diskusi biasanya didasarkan pada jenis
komunikasi ini. Dengan cara ini pula para supervisor dapat memberikan penjelasan yang
baik tentang TQM kepada semua karyawannya.
b. Metode dan Teknik TQM
1) Metode TQM
2) Teknik TQM
Dalam proses peningkatan mutu, tentu saja kita akan selalu bertemu dengan
berbagai masalah. Untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah kita harus
mempunyai taktik. Taktik dan pendekatan untuk itu di antaranya adalah:
(a) Gugah Pikir (brainstorming)
Gugah pikir adalah suatu alat yang digunakan untuk memancing sejumlah gagasan
teritang isu dan masalah tertentu. Alat ini dapat digunakan untuk memperjelas atau
mengidentifikasi, dan menganalisis masalah. Namun alat ini tidak dapat digunakan
untuk mengevaluasi situasi, oleh karena itu alat ini dapat dipakai bersama-sama
dengan alat atau teknik lainnya.
(b) Jaringan Kerja Kemiripan (affinity network)
Jaringan kerja kemiripan ini sebetulnya dapat merupakan kelanjutan dari gugah pikir,
dimana gagasan yang sudah dikumpulkan melalui gugah pikir kemudian
dikelompokkan. Setelah dikelompokkan, kemudian diberi judul untuk setiap
kelompok, dan selanjutnya ditentukan hubungan antar kelompok yang ada dengan
menggunakan garis-garis penghubung
(c) Diagram Tulang Ikan (fishbone diagram)
Diagram ini disebut juga dengan diagram sebab akibat, gunanya untuk melihat
keterkaitan antar faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap masalah atau
hasil yang diinginkan.
(d) Analisis Keadaan Lapangan (force-field analysis)
Alat ini digunakan untuk mengidentifikasi dan mempelajari terwujudnya suatu
perubahan dari sebuah kondisi. Ringkasnya, dengan analisis keadaan lapangan ini,
kita harus menentukan situasi perubahan yang diinginkan, dan mengidentifikasi
faktor-faktor yang merupakan pendorong dan penghambat. Dan selanjutnya kita harus
berupaya memperbesar kekuatan pendorong tadi, dan pada saat yang sama kita
berusaha menetralisir kekuatan penghambat.
(e) Pendiagraman (process charting)
Pendiagraman merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui siapa
pelanggan, suatu lembaga, sehingga lembaga tersebut dapat mengidentifikasi sumber
daya yang dibutuhkan untuk memuaskan pelanggan tersebut.
(f) Diagram Arus (flowcharts)
Teknik ini adalah suatu pendekatan sistematis untuk memahami dan memperbaiki
suatu proses kerja ataupun untuk menyeragamkan pemahaman tentang bagaimana
suatu pekerjaan harus dilaksanakan.
(g) Analisis Pareto (Pareto analysis)
Sebagai alat untuk perbaikan mutu, analisis pareto digunakan untuk mengidentifikasi
kategori-kategori yang dianggap paling mungkin menjadi penyebab suatu masalah
atau mengidentifikasi kategori-kategori yang dianggap paling mungkin sebagai solusi
dari suatu masalah yang dihadapi.
(h) Pengukuran Kinerja (benchmarking)
Pengukuran kinerja maksudnya adalah membuat suatu standar mutu tertentu dan
membandingkannya dengan kinerja yang diperoleh sekarang. Biasanya yang dijadikan
sebagai standar mutu adalah kinerja dari pesaing kita yang dianggap terbaik.
(i) Pemetaan Arah Karir (career path-mapping)
Pemetaan arah karir adalah alat sederhana yang digunakan untuk mengidentifikasi
tahapan-tahapan penting ataupun, kendala-kendala yang cukup potensial dalam
perjalanan karir seseorang.
Pengunaan alat-alat atau teknik-teknik yang disebutkan di atas harus disesuaian
dengan masalah yang akan dipecahkan, karena tidak semua alat atau teknik ini sesuai
untuk setiap permasalahan. Selain itu, keberhasilan penggunaannya ditentukan oleh
keterampilan dan pemahaman penggunanya, baik pemahaman tentang alat atau teknik
yang digunakan maupun mengenai masalah itu sendiri (Siregar,Ridwan, 2004)
c. Pelaksanaan TQM
Jika perusahaan telah memutuskan untuk mengimplementasikan program TQM, maka
perencanaanya harus dilskukan oleh manajemen puncak dan diinformasikan kepada seluruh
karyawan. Pimpinan puncak harus menetapkan tujuan (goal). Yang harus dicapai dan
implementasi program TQM, seperti apa yang harus diubah? Apakah tujuannya ingin
memberdayakan karyawan? Apakah ingin meningkatkan loyalitas pelanggan? Tujuan yang
diterapkan secara jelas menunjukkan bahwa pimpinan mengetahui apa yana dicari dan ini
menjadi dasar untuk dapat mengorganisasikan program TQM mencapai tujuannya.
Agar implementasi program TQM berjalan sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan
persyaratan sebagai berikut :
1) Komitmen yang tinggi (dukungan penuh) dari manajemen puncak
2) Mengalokasikan waktu secara penuh untuk program TQM
3) Menyiapkan dana dan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas
4) Memilih koordinator (fasilitator) program TQM
5) Melakukan bechmarking pada perusahaan lain yang menerapkan TQM
6) Merumuskan nilai (value), visi (vision), dan misi (mision)
7) Mempersiapkan mental untuk menghadapi berbagai bentuk hambatan
8) Merencanakan investasi program TQM
9) Mengambil pelajaran dari kegagalan program TQM
Beberapa pakar kualitas telah mengemukakan cara mengimplementasikan TQM
berdasarkan pendekatan yang berbeda. Menurut Bhat dan Cozzalino (1993: 119), secara
mendasar ada dua pendekatan yang berbeda. Pertama adalah pendekatan secara radikal yang
dilakukan untuk memperbaiki metode bisnis dan kebiasaan yang tidak perlu dan menjadikan
perusahaan berubah drastis. Hasil penelitian terakhir mengindikasikan bahwa pendekatan
tersebut memboroskan waktu dan biaya untuk hal yang tidak perlu. Pendekatan lainnya
adalah secara inkremental dilakukan oleh perusahaan yang membangun kualitas secara
gradual dan bertahap. Sebagian besar implementasi TQM dewasa ini dilakukan secara
inkremental karena pada hakekatnya merupakan pendekatan proses menuju perubahan
budaya kualitas (Syarhan, 2009).
Secara garis besar proses implementasi TQM mencakup:
1) Manajemen puncak harus menjadikan TQM sebagai prioritas utama organisasi, visi yang
jelas dan dapat dicapai, menyusun tujuan yang agresif bagi organisasi dan setiap unit, dan
terpenting menunjukkan komitmen terhadap TQM melalui aktivitas mereka.
2) Budaya organisasi harus diubah sehingga setiap orang dan setiap proses menyertakan
konsep TQM. Organisasi harus diubah paradigmanya, focus pada konsumen, segala
sesuatu yang dikerjakan diselaraskan untuk memenuhi harapan konsumen.
3) Kelompok kecil dikembangkan pada keseluruhan organisasi untuk memahami kualitas,
identifikasi keinginan konsumen, dan mengukur kemajuan dan kualitas. Masing-masing
kelompok bertanggung jawab untuk mencapai tujuan mereka sebagai bagian dari tujuan
organisasi keseluruhan.
4) Perubahan dan perbaikan berkelanjutan harus diimplementasikan, dipantau, dan
disesuaikan atas dasar hasil analisis pengukuran. Sedangkan Goetsch dan Davis (dalam
Tjiptono dan Diana, 2001: 350) menjelaskan implementasi TQM yang lebih rinci dan
sistematis ke dalam tiga fase: fase persiapan, fase perencanaan, dan fase pelaksanaan.
Setiap fase terdiri atas beberapa langkah dengan waktu sesuai kebutuhan organisasi.
(Syarhan, 2009).
d. Kegagalan TQM
Keberhasilan TQM dalam berbagai bentuk implementasinya telah diakui oleh pelaku
bisnis di dunia maupun oleh para akademisi terkemuka, menunjukkan suatu bukti bahwa
TQM merupakan salah satu sistem manajemen kualitas yang dapat diandalkan untuk
meningkatkan daya saing sampai saat ini. Jepang sebagai contoh negara yang berhasil
memanfaatkan TQM walaupun Jepang bukan yang menemukan gaya TQM. Keberhasilan
Jepang tersebut tentu saja dilandasi oleh komitmen dan keterlibatan secara penuh dari seluruh
karyawan dalam penerapannya, tidak setengah-setengah dan bersifat kemanusiaan, yaitu
mengikutsertakan memberi inspirasi dan memberlakukan karyawan secara manusiawi dalam
mencapi kualitas. Memang diakui bahwa tidak semua perusahaan maupun organisasi yang
menerapkan TQM sekarang ini dapat bekerja dengan baik dan bahkan beberapa perusahaan
sama sekali tidak dapat menghasilkan perbaikan kinerja yang memadai, dengan kata lain
telah gagal dalam penerapannya. Kegagalan penerapan TQM ini telah membuat banyak
kritik yang dilontarkan orang terhadap TQM.
Kegagalan TQM dalam penerapannya tidaklah berarti TQM salah dalam konsep dan
telah kehilangan kegunaannya. Penerapan TQM yang menyimpang dari prinsip-prinsipnya
dan tidak lengkap, mengakibatkan perbaikan kualitas dan produktivitas lebih kecil jika
dibandingkan dengan keberhasilan perusahaan yang menerapkannya secara menyeluruh dan
sesuai dengan prinsip TQM. Untuk menghindari kegagalan dalam penerapan TQM,
perusahaan harus mendalami dan memahami bagaimana struktur program TQM harus dibuat
(Novania, Tanpa tahun).
DAFTAR PUSTAKA
Nasution.2005.Manajemen Mutu Terpadu.Jakarta:Galia Indonesia
Novania, Nurul Diena.Tanpa tahun.Total Quality Management.[serial online]
pksm.mercubuana.ac.id/new/.../92038-9-152986532990.doc [12 Oktober 2010]
Siregar,Ridwan. 2004. Manajemen Mutu. Program Studi Perpustakaan dan Informasi
Universitas Sumatera Utara
Syarhan, 2009. Aplikasi TQM pada Pelayanan Kesehatan CHJ Kab. Tasikmalaya. [serial
Online] http://inseparfoundation.wordpress.com/aplikasi-tqm-pada-pelayanan-
kesehatan-cjh-kab-tasikmalaya/ (12 Oktober 2010)
Zulfadlhli, 2005. Pengelolaan mutu Terpadu [serial online]
http://jonizulkarnain.jurnal.com/total-quality-manajemen/ (13 Oktober 2010)