Upload
firlanarahmania
View
76
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
total quality management
Citation preview
Manajemen Kualitas dan Alat-alat Kualitas Untuk Meningkatkan Proses
I. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali orang membicarakan masalah
kualitas, misalnya mengenai kualitas barang atau jasa yang dikonsumsi oleh
konsumen. Kualitas di dalam manajemen operasional merupakan salah satu
prioritas alat yang digunakan oleh organisasi untuk meningkatkan daya saing
perusahaan sehingga perlu mendapat perhatian bagi pengelola perusahaan.
Paper ini terdiri atas dua bagian; Pertama, mengenai manajemen mutu dan
alat-alat kualitas untuk meningkatkan proses. Kedua, mengenai ringkasan jurnal
yang berkaitan dengan mutu dan alat-alat yang digunakan untuk mengukur mutu.
II. Manajemen Mutu
A. Quality Gurus
Quality gurus adalah sekelompok orang yang terindifikasi telah memberikan
sumbangan yang berarti untuk perbaikan pada barang dan pelayanan. Selama
beberapa tahun ada beberapa orang yang telah memberikan sumbangan yang
berarti terhadap perubahan kualitas.
1. Walter A. Shewhart
Walter A. Shewhart adalah seorang ahli statistik di Bell Laboratories yang
mempelajari proses-proses industri. Dia mengembangkan suatu sistem
yang memperbolehkan para pekerja untuk menentukan apakah variabilitas
dari suatu proses benar-benar random atau bias menyebabkan terjadinya
sesuatu hal. Jika suatu proses hanya memperlihatkan variasi random,
proses tersebut dianggap “terkontrol”. Jika suatu proses tersebut bukan
merupakan variasi random, maka penyebab untuk variasi tersebut telah
diidentifikasikan dan ditujukan kedalam golongan proses yang harus
dikembalikan ke kondisi yang “terkontrol”.
Model PDCA Shewhart
2. W. Edwards Deming
Statistical Process Control (SPC) merupakan dasar dari pendekatan Deming
untuk kualitas. SPC adalah suatu metode, seperti diagram control, yang
menunjukkan pergeseran dalam suatu proses yang akan mungkin
berperanan penting untuk proses-proses produksi dan atau pelayanan yang
tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan. Deming menegaskan
pentingnya pendekatan organisasi secara keseluruhan untuk pengelolaan
kualitas. Salah satu dari kontribusi utama Deming difokuskan pada
penyangkalan terhadap buah pemikiran yang keliru bahwa biaya lebih
berperan dalam membuat kualitas suatu produk menjadi lebih baik. Ketika
suatu produk dibuat sebagaimana mestinya untuk yang pertama kali,
penghematan-penghematan substansial akan bertambah dari penghapusan
biaya-biaya yang tidak perlu berkaitan dengan ketenagakerjaan. Untuk
pengerjaan kembali dan pemeliharaan serta biaya untuk pembongkaran
bahan baku yang tidak diperlukan.
Program utama Deming untuk memperbaiki kualitas adalah sebagai
berikut :
- Selalu menciptakan kegunaan untuk perbaikan produk dan layanan
- Memakai filosofi baru
Act Plan
Check Do
- Menghentikan ketergantungan terhadap inspeksi masyarakat
- Mengakhiri praktek penghargaan bisnis hanya dari label harga saja
- Melakukan perbaikan yang berkesinambungan pada sistem produksi
- Melakukan pelatihan
- Menumbuhkan sifat kepemimpinan
- Menghilangkan ketakutan dan memunculkan optimisme
- Memaparkan masalah-masalah dan hambatan-hambatan pada karyawan
- Menghilangkan slogan, target, dan keterbatasan
- Menghilangkan kuota numerik
- Menghilangkan hambatan untuk memunculkan kebanggaan pribadi
- Membuat program yang cermat dan pelatihan serta pembinaan
- Mengambil langkah untuk menyelesaikan program
3. Joseph M. Juran
Seperti halnya Deming, Juran juga memberikan penekanan pada
pentingnya memproduksi produk-produk yang berkualitas, tetapi dia lebih
berfokus pada pembelajaran konsep kualitas dan aplikasinya untuk level
pabrik. Juran mengembangkan suatu pendekatan pada kualitas yang fokus
utamanya adalah :
- Perencanaan kualitas
- Kontrol kualitas
- Perbaikan kualitas
Juran mendefinisikan kualitas suatu produk sebagai kemampuan untuk
digunakan (fitness for use) yang dilihat dari sisi pelanggan. Lebih jauh dia
juga mendefinisikan kemampuan tersebut sebagai susunan dari 5 komponen
sebagai berikut :
- Kualitas desain
- Kualitas pemenuhan kebutuhan
- Ketersediaan
- Keamanan
- Bidang kegunaan
Dalam mengevaluasi kemampuan tersebut, Juran mempertimbangkan
siklus hidup secara keseluruhan dari produk. Pendekatan Juran tentang
kualitas berkaitan dengan biaya. Dia membagi biaya dari suatu kualitas
menjadi 3 kategori utama, yaitu :
- Biaya pencegahan
- Biaya deteksi atau penilaian
- Biaya kegagalan
4. Arman Feigenbaum
Arman Feigenbaum memunculkan konsep “Total Quality Control”.
Konsep tersebut memiliki ide bahwa kualitas adalah tanggung jawab dari
setiap orang didalam organisasi. Dia menekankan pada komunikasi antar
departemen, terutama terhadap kontrol desain produksi, termasuk
pengendalian bahan baku dan produksi. Seperti Juran, Feigenbaum
berprinsip pada kemampuan dari kerangka cost-of-quality dan memberikan
penekanan pada pengukuran yang akurat dan hati-hati serta pelaporan dan
biaya kualitas.
5. Philip Crosby
Berbeda dengan Deming dan Juran, dimana keduanya adalah seorang ahli
statistic, Crosby adalah seorang teknisi dan memulai karirnya di bidang
manufaktur. Filosofi Crosby mirip dengan Deming bahwa organisasi dapat
menurunkan biaya keseluruhannya secara total melalui perbaikan kualitas
proses-prosesnya. Crosby memperkirakan biaya dari penyediaan produk
dan jasa berkualitas rendah adalah sama besarnya dengan 25% dari
pendapatan untuk perusahaan manufaktur dan 40% dari pengeluaran
operasional untuk jasa. Crosby juga menegaskan bahwa perusahaan-
perusahaan yang sukses dalam menerapkan program-program kualitas
dapat mengharapkan penurunan biaya kualitas proses-prosesnya kurang
dari 2,5% dari penjualannya.
6. Genichi Taguchi
Genichi Taguchi memberikan kontribusi penting terhadap perbaikan
filosofi manajemen kualitas dan pengembangan alat-alat kualitas. Taguchi
menggunakan pendekatan teknikal untuk mendesain kualitas, berfokus pada
desain eksperimen untuk memperbaiki hasil dan kinerja kualitas produk.
Dia menyatakan bahwa konsep Juran tentang kegagalan eksternal perlu
diperhatikan lebih lanjut dengan memasukkan tidak saja biaya perusahaan
karena pengiriman produk yang cacat, tetapi juga biaya perusahaan yang
menerimanya, konsumen yang membeli dan menggunakannya, dan
seterusnya.
7. Kaoru Ishikawa
Kaoru Ishikawa adalah anak dari pendiri dan pimpinan pertama Japanese
Union of Scientists and Engineers. Dia mengembangkan banyak alat guna
pemecahan permasalahan terhadap manajemen kualitas, di antaranya
diagram sebab dan akibat, atau diagram “fishbone”. Ishikawa menyatakan
bahwa mempraktekkan kontrol kualitas berarti mengembangkan,
mendesain, memproduksi, dan melayani sebuah produk berkualitas dimana
paling ekonomis, paling bermanfaat dan selalu memuaskan bagi konsumen.
B. Definisi Kualitas
Selama bertahun-tahun setelah Perang Dunia II, kualitas secara primer
dipandang sebagai fungsi yang defensif. Penekanan kualitas hanya pada
kontrol kualitas (quality control), yaitu mengurangi jumlah keluhan konsumen
yang mereka terima. Terdapat penekanan yang besar terhadap
mengidentifikasi kualitas buruk melalui inspeksi, bukannya mencegah kualitas
buruk. Identifikasi dari hasil berupa produk yang buruk untuk diperbaiki
(rework) atau dibuang, sebagai sampah, akan menimbulkan suatu biaya,
sehingga mendukung persepsi bahwa kualitas yang lebih baik memerlukan
biaya yang lebih mahal.
Dimensi dari kualitas barang mencakup :
1. Kualitas Barang
David Garvin mengidentifikasi delapan dimensi kualitas dengan melihat
pada barang, meliputi :
Kinerja
Kinerja merupakan ukuran karakteristik operasi primer dari sebuah
produk. Ketika kinerja biasanya dapat diukur secara spesifik dalam
bentuk kuantitatif, karakteristik kinerja produk seringkali dirangking
dan dibandingkan dengan mereka yang bersaing.
Ciri-ciri
Ciri-ciri merupakan pilihan yang ditawarkan oleh produk. Sementara
ciri-ciri tidak menjadi karakteristik operasi utama dari sebuah produk,
tetapi mereka dapat menjadi sangat penting bagi konsumen.
Reliabilitas
Reliabilitas sebuah produk berhubungan dengan probabilitas bahwa
produk tersebut tidak akan gagal dalam periode waktu tertentu.
Reliabilitas seringkali diukur didasarkan pada mean time diantara
kegagalan (MTBF) atau tingkat kegagalan per unit waktu atau ukuran
kegunaan yang lainnya. Nilai reliabilitas dari suatu produk yang tinggi
adalah penting dalam produk seperti pesawat, komputer, dan mesin
fotokopi.
Daya tahan
Dimensi daya tahan berhubungan dengan seberapa besar kehidupan
operasional yang diharapkan dari sebuah produk dan dapat diukur
sebagai rata-rata waktu untuk mengganti barang.
Kesesuaian
Kesesuaian sebuah produk didesain secara spesifik dimana diutamakan
berorientasi proses, yaitu mencerminkan seberapa baik produk dan
komponen individual memenuhi standar yang ada.
Kemampuan dalam hal layanan
Kemampuan dalam hal layanan berhubungan dengan seberapa siap
produk dapat diperbaiki dimana kecepatan, kompetensi dan
kemudahannya dihubungkan dengan perbaikan produk tersebut.
Estetika
Estetika benar-benar merupakan dimensi kualitas yang sangat
mempengaruhi tingkat keputusan individual dan juga sangat subyektif.
Sesungguhnya, dalam pengertian estetika, kualitas barang yang
dianggap baik oleh satu kelompok konsumen mungkin bahkan
dianggap sebagai kualitas yang buruk bagi kelompok lainnya.
Kualitas yang dirasakan
Menurut David Garvin, kualitas yang dirasakan secara langsung
berhubungan dengan reputasi perusahaan pembuat produk. Informasi
yang sempurna tentang kualitas sebuah produk tidak selalu tersedia,
khususnya ketika produk baru diperkenalkan untuk pertama kalinya.
Sebagai konsekuensinya, konsumen sangat mengandalkan kinerja dan
reputasi masa lalu dari perusahaan yang membuat produk tersebut
dimana mereka mengkaitkan nilai yang dirasakan berdasarkan kinerja
produk lain yang dibuat oleh perusahaan yang bersangkutan. Oleh
karena itu, kualitas yang dirasakan sangat identik dengan citra merek
(brand image).
Parasuraman, Berry, dan Zeithaml melakukan penelitian yang paling
mendalam dan sistematis tentang kualitas jasa. Mereka mengkategorikan
kualitas jasa kedalam 5 dimensi utama, yaitu :
Reliabilitas
Reliabilitas dalam sektor jasa didefinisikan secara berbeda daripada
reliabilitas pada barang. Dalam jasa, reliabilitas berhubungan dengan
kemampuan untuk melakukan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.
Penampilan
Penampilan adalah aspek fisik dari jasa dan meliputi penampilan fasilitas
fisik, perlengkapan, personil, dan material komunikasi. Karena jasa itu
sendiri tidak nampak, maka konsumen seringkali menilai kualitas jasa
dengan penampilan yang berhubungan.
Responsif
Responsif berkaitan dengan kerelaan penyedia jasa untuk membantu
konsumen dan memberikan pelayanan yang tepat waktu.
Ketenangan dan kenyamanan
Ketenangan dan kenyamanan berkaitan erat terhadap pengetahuan serta
kesopanan dari para karyawan dan kemampuan mereka untuk
memmberikan kepercayaan dan rasa percaya diri.
Empati
Empati adalah kemampuan untuk menunjukkan kepedulian dan perhatian
secara individual kepada konsumen.
Dari kelima dimensi tersebut, reliabilitas lebih dikonsentrasikan terutama pada
hasil, sedangkan empat dimensi yang lainnya lebih dikonsentrasikan terutama
pada proses pelayanannya. Namun demikian, kelima dimensi tersebut
menekankan persepsi konsumen terhadap jasa dan bukannya pandangan
penyedia jasa tentang bagaimana jasa harus disampaikan.
2. Pandangan Lain Berkaitan dengan Kualitas
Kualitas teknis dibandingkan dengan kualitatif fungsional
Dalam operasi jasa, sebagaimana halnya operasi manufaktur, penting
untuk mencatat perbedaan antara kualitas teknis, yaitu yang
berhubungan dengan elemen inti barang atau jasa, dengan kualitas
fungsional, yaitu di mana berhubungan dengan persepsi konsumen
tentang bagaimana suatu pelayanan disampaikan.
Pengharapan dan persepsi
Ukuran kualitas jasa lainnya adalah seberapa puas konsumen dengan
pelayanan yang mereka terima. Kepuasan konsumen terhadap jasa
berhubungan dengan pengharapan mereka terhadap jasa dan persepsi
mereka tentang seberapa baik jasa disediakan. Konsumen
mengembangkan sekumpulan pengharapan didasarkan pada bermacam-
macam masukan (input). Konsumen akan puas hanya jika jasa
memenuhi atau melebihi pengharapan mereka dan kinerja jasa diwarnai
oleh persepsi konsumen tentang kualitas jasa, sehingga hubungan antara
pengharapan, kinerja jasa, dan persepsi terhadap kinerja akan dapat
dijelaskan dalam persamaan sebagai berikut:
Kepuasan = (persepsi terhadap kinerja) – (harapan)
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa terdapat dua cara untuk
meningkatkan kepuasan, yaitu dengan memperbaiki persepsi kinerja
konsumen atau mengurangi pengharapan mereka. Persamaan kepuasan jasa
dengan demikian bersifat dinamis, artinya masing-masing pertemuan
mempengaruhi pengharapan konsumen terhadap pertemuan selanjutnya,
sehingga mengelola suatu kinerja dan pengharapan adalah penting untuk
mencapai level kepuasan konsumen yang tinggi.
C. Biaya Kualitas
Total biaya dari kualitas buruk dapat berkisar 15% sampai dengan 25% dari
total biaya produk. Biaya dari kualitas buruk ini memasukkan hal yang lebih
tradisional, seperti pemborosan, rework, inspeksi, dan penarikan kembali.
Begitu juga untuk kategori “tidak nampak” yang seringkali dilupakan, seperti
kelonggaran konsumen, penanganan keluhan, kapasitas pemborosan atau
kerugian, dan lembur yang berlebihan.
Juran membagi biaya kualitas ke dalam tiga kategori utama, yaitu :
Biaya pencegahan
Secara definisi, biaya pencegahan oleh sebuah organisasi adalah usaha
pencegahan untuk memproduksi pelayanan dan barang yang tidak sesuai
harapan (cacat). Kategori ini meliputi investasi dalam teknologi dan mesin,
sebagaimana halnya program pendidikan dan pelatihan yang dirancang
untuk mengurangi jumlah produk cacat yang dihasilkan. Selain itu, kategori
ini juga mencakup biaya pelaksanaan program kualitas perusahaan,
pengumpulan data dan analisis, dan sertifikasi vendor. Seluruh kualitas
tersebut sangat mendukung investasi dalam kategori ini karena return yang
diperoleh tinggi, termasuk keuntungan yang diperoleh dari peningkatan
kepuasan konsumen dan pengurangan kerugian kelebihan produk barang
(barang sisa) dan biaya rework.
Biaya penilaian atau deteksi
Biaya penilaian atau deteksi adalah biaya yang berhubungan dengan
evaluasi kualitas dari suatu produk. Biaya yang dimasukkan ke dalam
kategori ini adalah inspeksi material yang masuk, pengujian dan spesifikasi
melalui proses transformasi, pengujian dan pemeliharaan perlengkapan, dan
produk yang dirusak selama pengujian destruktif.
Biaya kegagalan
Biaya kegagalan berhubungan dengan ketidaksesuaian dan kemacetan
produk. Kategori ini juga meliputi biaya yang berhubungan dengan evaluasi
dan penyelesaian keluhan konsumen. Biaya kegagalan selanjutnya dibagi
lagi menjadi 2 kategori, yaitu :
a. Biaya kegagalan internal
Biaya kegagalan internal terjadi ketika kerusakan diproduksi di dalam
sistem. Kategori ini meliputi biaya yang dapat diatributkan dengan
kerusakan yang ditemukan sebelum produk dikirim kepada konsumen.
Contoh dari kategori ini meliputi barang sisa, rework, pengujian kembali
dari produk rework, kerugian hasil berkaitan dengan variabilitas proses,
dan disposisi item yang rusak.
b. Biaya kegagalan eksternal
Biaya kegagalan eksternal terjadi setelah produk dikirim kepada
konsumen. Kategori ini meliputi biaya material yang dikembalikan,
ongkos garansi, biaya survey lapangan, biaya legal karena tuntutan
hukum, ketidakpuasan konsumen, hilangnya pendapatan (revenue)
berkaitan dengan menurunnya penilaian kualitas sebagai produk kelas
kedua, dan biaya cadangan atau konsesi yang disampaikan kepada
konsumen.
Deming menyatakan bahwa biaya kualitas secara total dapat dikurangi dengan
memperbaiki proses itu sendiri. Perbaikan proses dapat mengurangi jumlah
kerusakan produk dan biaya pencegahan dan penilaian.
D. Memastikan Kepuasan Konsumen
Sebagian besar manajer organisasi jasa percaya bahwa mencapai kepuasan
konsumen secara total adalah misi yang tidak mungkin. Dengan mengabaikan
apakah mereka mencapainya atau tidak, perusahaan jasa terkemuka
mengidentifikasi kepuasan konsumen secara total bukan sebagai sebuah tujuan
tetapi sebagai sebuah hal yang penting sekali. Dalam hal ini, ada 2 pendekatan
untuk mencapai kepuasan konsumen secara total, yaitu :
Pemulihan jasa
Dalam jasa kesalahan dapat terjadi, khususnya dalam jasa yang
membutuhkan tingkat interaksi tinggi antara penyedia jasa dengan
konsumen. Walaupun perusahaan mungkin tidak mampu mencegah seluruh
kegagalan jasa, tetapi mereka belajar untuk memulihkannya. Pemulihan
yang sukses dapat mengubah keluhan atau bahkan kemarahan konsumen
menjadi sebuah kesetiaan.
Jaminan jasa
Garansi merupakan hal yang umum untuk otomotif, mesin cuci, televise,
dan lain sebagainya. Garansi menjamin bahwa produk tersebut akan bekerja
untuk suatu periode waktu tertentu yang telah dinyatakan atau produk
tersebut akan diperbaiki atau bahkan akan diganti secara gratis. Christopher
Hart menyampaikan jaminan serupa untuk jasa dimana dapat menjadi suatu
alat yang kuat dalam memperoleh umpan balik dari konsumen tentang
bagaimana operasi jasa mereka bekerja. Agar jaminan jasa dapat menjadi
efektif, maka harus :
a. Tidak kondisional
b. Mudah dipahami dan dikomunikasikan
c. Bermakna
d. Mudah dilakukan
e. Mudah dan cepat dikumpulkan
E. Pemikiran Kualitas Organisasi
Ketika pergerakan kualitas memperoleh suatu momentum, manajer melihat
pada pemikiran pada pengembangan yang akan memungkinkan mereka untuk
dapat mengintegrasikan kualitas pada organisasi secara menyeluruh. Tujuan
dari pemikiran tersebut adalah memberikan sebuah kerangka kerja umum
dalam mengidentifikasikan isu-isu kualitas dimana bertujuan untuk
memperbaiki kualitas barang dan jasa perusahaan. Ada dua pemikiran tentang
kualitas yang telah diadopsi oleh banyak perusahaan, yaitu :
Total Quality Management
Total Quality Management (TQM) dapat dipandang sebagai suatu
pendekatan secara organisasional yang lebih luas dan berfokus pada
memproduksi barang dan jasa dengan kualitas yang tinggi. TQM
merupakan sebuah bagian integral dari suatu organisasi, bukan terpisah,
programnya berdiri sendiri, dan meliputi seluruh area fungsional dan level
di dalam organisasi, termasuk supplier.
Ada 4 elemen utama bagi keberhasilan program TQM, yaitu :
a. Kepemimpinan
b. Keterlibatan pegawai
c. Keunggulan produk dan proses
d. Fokus pada konsumen
Implementasi program kualitas yang sukses pada suatu organisasi secara
keseluruhan bukanlah pekerjaan yang sederhana. Edward Fuchs
mengidentifikasikan ada 2 penyebab utama ketidakmampuan perusahaan
untuk mengadopsi program kualitas dengan sukses, yaitu kurangnya fokus
terhadap perencanaan strategi dan kompetensi inti serta budaya yang sudah
usang (kadaluwarsa).
Sebagai tambahan terhadap 2 penyebab dasar tersebut, perusahaan
mengidentifikasikan rintangan yang perlu diatasi jika program kualitas
ingin benar-benar sukses di dalam suatu organisasi, yaitu :
a. Kurangnya definisi kualitas perusahaan secara lebih luas
b. Kurangnya perencanaan strategi formal terhadap perubahan
c. Kurangnya fokus terhadap konsumen
d. Komunikasi intra-organisasional yang rendah
e. Kurangnya pemberdayaan pegawai secara riil
f. Kurangnya kepercayaan pegawai terhadap manajemen senior
g. Pandangan terhadap program kualitas sebagai sesuatu yang cepat
h. Dikendalikan untuk hasil keuangan jangka pendek
i. Isu-isu turf dan politik
Six Sigma Quality
Motorola memperkenalkan program perbaikan kualitas pada era tahun
1980-an yang dikenal dengan Six Sigma. Tujuan dari Six Sigma adalah
mengurangi variasi proses pada titik dimana hanya terdapat 3,4 kerusakan
per sejuta. Secara khusus, Six Sigma penting bagi bisnis seperti jasa atau
perusahaan manufaktur dengan volume tinggi yang melibatkan jumlah
transaksi atau produksi yang sangat besar secara kontinyu. Untuk
memastikan kebutuhan konsumen terpenuhi secara konsisten, sebuah
organisasi membutuhkan pengembangan proses yang mampu memenuhi
kebutuhan ini. Kepercayaan manajerial terhadap program Six Sigma secara
empiris memberikan kerangka kerja dan metodologi yang berhubungan
untuk menganalisis dan mengevaluasi proses bisnis dengan tujuan
mengurangi pemborosan secara menyeluruh. Secara khusus, proses
perbaikan Six Sigma dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang akan
dipecahkan dan kemudian mendefinisikan proyek untuk memecahkan
masalah tersebut. Proses yang digunakan oleh tim proyek seringkali
disebut sebagai DMAIC dimana didasarkan pada definisi, ukuran, analisis,
perbaikan dan kontrol. Six Sigma, sama seperti inisiatif kualitas
organisasional lain, membutuhkan komitmen manajemen puncak dan
penyesuaian insentif agar berhasil. Sebuah elemen kunci dalam
keberhasilan implementasi program Six Sigma melibatkan seleksi dan
pelatihan angkatan kerja di seluruh organisasi sehingga filosofi
pengurangan variasi dan pemborosan untuk memperbaiki output adalah
bagian dari pekerjaan orang-orang setiap hari. Untuk mencapai ini,
pegawai kunci dipilih untuk memimpin proyek perbaikan utama. Pimpinan
proyek Six Sigma ini menerima pelatihan intensif tentang alat-alat
perbaikan kuantitatif dengan menggunakan software statistik dan juga
dilatih tentang komunikasi dan kerja tim. Elemen kunci lainnya dalam
program Six Sigma adalah pencapaian penghematan biaya yang
mengesankan.
F. Pengakuan dan Penghargaan Kualitas
Untuk memastikan dan mendorong agar barang dan jasa memiliki kualitas
yang tinggi, pemerintah dan organisasi semi pemerintah telah mulai mengakui
perusahaan-perusahaan yang menyediakan level kualitas dalam barang dan jasa
yang mereka sediakan. Sebagian besar negara sesungguhnya mempunyai
beberapa penghargaan kualitas untuk perusahaan, misalnya di Jepang terdapat
Deming Prize dan di Uni Eropa ada European Quality Award. Beberapa dari
penghargaan nasional, seperti Malcolm Baldrige National Award (MBNQA) di
Amerika Serikat, mengakui perusahaan dalam beberapa kategori. Beberapa
bentuk pengakuan lain secara internasional, seperti ISO 9000, berbentuk
sertifikasi.
III. Alat-alat Kualitas Untuk Meningkatkan Proses
Mengapa Alat-alat Kualitas Penting Bagi Para Manajer?
Variasi terjadi dimana saja dan variasi membuat manajemen penting,
menantang dan sering membuat frustasi. Banyak kasus, baik di sektor
manufaktur maupun jasa yang memberikan gambaran tentang adanya variasi.
Dibidang manufaktur, misal pabrik bolam, ukuran watt sama akan tetapi
memiliki kinerja yang berbeda. Begitu pula di sektor jasa, misal pegawai
salon, pegawai memiliki kecepatan yang berbeda untuk memberikan
pelayanan yang sama.
Semua proses memiliki dua macam variasi: a) Variasi acak, yaitu variasi
yang melekat di dalam proses yang sedang berjalan, dan b) variasi non acak,
yaitu variasi yang disebabkan oleh beberapa faktor atau faktor yang dapat
diidentifikasi. Alat-alat kualitas (Quality tools) membantu manajer menyusun
suatu pendekatan untuk memahami variasi dalam proses, memungkinkan para
manajer mengidentifikasi penyebab dan menghilangkan penyebab tersebut.
A. The Basic Quality Tools
Terdapat sejumlah alat yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan, menyajikan, dan menganalisa data tentang berbagai
macam proses, termasuk di dalam proses jasa. Tujuan pemakaian alat ini
adalah untuk memberikan manajemen informasi agar dapat membuat
keputusan lebih baik tentang bagaimana membuat desain dan
mengembangkan kinerja proses.
Terdapat tujuh alat-alat dasar yang dapat membantu para manajer
untuk mengembangkan kualitas proses (a) process flowcharts (diagrams),
(b) checksheets, (c) bar charts dan histograms, (d) Pareto Charts, (e)
scatterplots, (f) run (trend) charts, (g) cause-and-effect (fishbone) charts.
Selain itu masih terdapat beberapa peralatan yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kualitas.
a. Process Flowcharts (Diagrams)
Diagram proses dirancang untuk membantu memahami serangkaian
kejadian (yaitu membuat diagram alir atau prosesnya) yang dilalui
produk. Diagram proses membuat grafik atas tahap-tahap proses dan
memperlihatkan hubungan antara tahap-tahap tersebut.
b. Checksheets
Checksheets merupakan alat pengumpul dan analisis data. Tujuan
digunakan alat ini adalah untuk mempermudah proses pengumpulan data
untuk tujuan-tujuan tertentu dan menyajikan dalam bentuk yang
komunikatif sehingga dapat dikonversi menjadi informasi
c. Bar Charts and Histogram
Histogram merupakan suatu diagram yang dapat menggambarkan
penyebaran atau standar deviasi suatu proses. Data frekuensi yang
diperoleh dari pengukuran menunjukkan suatu puncak pada suatu nilai
tertentu. Variasi ciri khas kualitas yang dihasilkan disebut distribusi. Alat
ini terutama digunakan untuk menentukan masalah dengan memeriksa
bentuk disperse, nilai rata-rata, dan sifat dispersi.
d. Pareto Charts
Diagram ini digunakan untuk mengklasifikasikan masalah menurut
sebab dan gejalanya. Masalah didiagramkan menurut prioritas atau
tingkat kepentingannya, dengan menggunakan formal grafik batang,
dalam grafik tersebut 100% menunjukkan kerugian total. Prinsip yang
mendasari diagram ini adalah aturan ’80-20’ yang menyatakan bahwa ‘
80 %masalah-masalah yang dihadapi perusahaan merupakan akibat
dari 20% dari penyebabnya’
e. Scatterplots (Diagrams)
Dua buah variable yang sesuai dipetakan dalam sebuah digram sebar
(scatter). Hubungan antara titik-titik yang dipetakan menggambarkan
hubungan antara kedua variable tersebut. Alat ini berguna dalam
mempelajari dan mencari faktor-faktor yang berpengaruh.
f. Run (trend) Charts
Digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) yang terjadi
dengan jalan menggambarkan atau memetakan data selama periode
waktu tertentu. kecenderungan (trend) tersebut sangat berguna dalam
memisahkan sebab dari gejala
g. Cause-and-Effect (Fishbone) Diagrams
Digunakan untuk menganalisis suatu proses atau situasi dan
menemukan kemungkinan penyebab suatu masalah terjadi. Manfaat
diagram ini adalah dapat memisahkan penyebab dari gejala,
memfokuskan perhatian pada hal-hal yang relevan, serta dapat
diterapkan pada setiap masalah.
B. Advanced Quality Tools
Pengembangan alat ini dilakukan oleh Shigeru Mizuno meliputi (a)
affinity diagram (b) interrelationship diagraph (c) tree diagram (d) Matrix
diagram. Fokus dari pengembangan alat ini adalah untuk memecahkan
masalah menjadi lebih mudah.
a. Affinity Diagram
Alat ini merupakan suatu metode sumbang saran (brainstorming). Alat
in didasarkan atas kerja kelompok, dimana setiap anggota menuliskan
pemikirannya, kemudian semua pemikiran tersebut dikumpulkan dan
diluruskan kembali menurut subyeknya,
b. Interrelationship Diagraph
Diagram ini menerangkan hubungan (interrelasi) dalam situasi kompleks,
melibatkan berbagai faktor interrelasi dan membantu dalam menjelaskan
hubungan sebab akibat.
c. Tree Diagram
Diagram pohon ini membantu pemakai secara sistematis untuk
menentukan cara secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan.
Diagram pohon membagi tujuan utama ke dalam sub tujuan dan
tindakan dan mengembangkan kesepakatan antara anggota kelompok
dengan identifikasi yang jelas memperlihatkan strategi yang diperlukan.
d. Matrix Diagram
Alat ini digunakan untuk menjelaskan hubungan / relasi antara dua
faktor yang berbeda. Diagram ini sering digunakan untuk
menyebarluaskan persyaratan kualitas ke dalam perekayasaann,
kemudian ke dalam persyaratan produksi.
C. Statistical Analysis of Processes
Proses pengendalian secara statistik merupakan teknik yang secara luas
digunakan untuk memastikan bahwa proses yang sedang berjalan telah
memenuhi standar.
Ada dua katagori alat statistik yang digunakan (a) acceptance sampling,
dan (b) statistical process control.
a. Acceptance Sampling
Sampling penerimaan adalah bentuk pengujian yang mencakup kegiatan
mengambil sampel secara acak dari kumpulan atau “lot” pada saat bahan
mentah tiba di pabrik, selama proses produksi, atau inspeksi akhir.
Kumpulan barang yang ditolak, berdasarkan tingkatan temuan produk
yang rusak pada sampel yang dapat diterima bisa (1) dikembalikan
kepada pemasok atau (2) diinspeksi lagi sepenuhnya 100% untuk
menghilangkan seluruh produk yang rusak, dengan biaya penyortiran
dibebankan kepada pemasok.
b. Statistical Process Control
Proses pengendalian secara statistik merupakan teknik statistik yang
digunakan untuk memastikan bahwa proses yang sedang berjalan telah
memenuhi standar. Semua proses biasanya tidak luput dari adanya
variasi. Pada tahun 1920 Walter Shewhart, telah mempelajari data hasil
berbagai proses dan membedakan mana penyebab terjadinya variasi
yang khusus dan yang umum.
D. Six Sigma
Six-sigma merupakan program pengembangan organisasi yang
memberikan seperangkat tujuan, bahasa, dan metodologi untuk
mengembangkan kualitas proses secara keseluruhan di dalam organisasi.
Six Sigma juga menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menentukan
tingkat kualitas dari suatuproses transformasi. Ukuran six sigma adalah
memperhatikan sebarapa baik organisasi dapat memenuhi persyaratan
yang diinginkan oleh pelanggan.
E. Taguchi Methods
Metode Taguchi merupakan suatu teknik peningkatan mutu yang khusus
ditujukan untuk peningkatan rancangan produk dan proses. Terdapat tiga
konsep yang penting untuk memahami pendekatan dan metode Taguchi,
yaitu ketegaran mutu produk (quality robustness), fungsi kehilangan mutu
(quality loss function), dan spesifikasi target (target spesification).
Ketegaran mutu produk maksudnya produk dibuat seragam dan konsisten
dalam kondisi manufaktur dan lingkungan yang tidak terlalu ideal
kondisinya. Fungsi kehilangan mutu mengidentifikasi semua biaya yang
berhubungan dengan rendahnya mutu dan menunjukkan bagaimana biaya
tersebut meningkat seiring dengan semakin jauhnya produk dari apa yang
diinginkan konsumen. Spesifikasi target merupakan filsafat mengenai
peningkatan mutu yang berkelanjutan untuk memproduksi produk yang
benar-benar sesuai target.
IV. Kesimpulan
Produksi dan penyampaian barang dan jasa yang berkualitas tinggi adalah
elemen penting dalam menentukan keberhasilan jangka panjang sebuah
organisasi. Tetapi organisasi sekarang mengakui bahwa kualitas mempunyai
banyak dimensi dan manajer mereka perlu mengidentifikasi dimensi yang
paling penting untuk segmen pasar khusus yang mereka layani. Kualitas
barang dan jasa yang sekarang disediakan naik secara signifikan dibandingkan
beberapa dekade lalu, sehubungan dengan peningkatan persaingan global.
Dengan persaingan yang diharapkan terus berlanjut di masa depan, kita dapat
berharap kualitas barang dan jasa juga akan meningkat. Dengan demikian,
manajemen kualitas sebagai suatu isu strategis tidak dilakukan pendekatan
dengan off- the-shelf program yang digunakan oleh yang lainnya. Kualitas
harus diintegrasikan secara internal dan eksternal. Para manajer berkewajiban
untuk menggunakan konsep kualitas yang baru, tetapi yang lebih penting
adalah melakukan customization dan integration dari konsep tersebut di dalam
organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan alat-alat kualitas untuk
meningkatkan proses operasional di dalam organisasi
Tujuan Pembahasan Supplemen:
Mengenalkan beberapa macam alat yang digunakan untuk menganalisis dan mengembangkan kualitas proses.
Menjelaskan 2 pendekatan utama (sampling penerimaan dan pengendalian proses secarastatistik).
Mendefinisikan dua jenis kesalahan yang dapat terjadi jika menggunakan sampling secarastatistik.
Membedakan analisis proses secara statistik menggunakan atribut dan variabel.
Mendiskusikan metode Taguchi dan menjelaskan bagaimana metode tersebut berbeda denganmetode tradisional pengendalian kualitas secara statistik.
Menjelaskan metodologi kuantitatif dibalik Six Sigma.
Attributes and Variables
Metode pengendalian kualitas secara statistik dapat dibagi ke dalam dua
katagori. Pertama, menggunakan pendekatan data atribut (data yang dapat
dihitung, seperti jumlah produk yang rusak atau jumlah konsumen yang tidak
puas); kedua, menggunakan data variable (data yang diukur, berat sebungkus
sereal, panjang sebuah tali). Kedua jenis data dapat menggunakan baik acceptance
sampling atau statistical process control.
Sampling Errors
Masalah ini muncul jika populasi diambil sampelnya untuk keperluan
penelitian. Ada dua jenis sampling errors yang dapat terjadi; Jenis kesalahan 1
disebut dengan ∂ (producer’s risk ), dan jenis kesalahan2 disebut dengan β
(Consumer’s risk).