SIKLUS PENGELUARAN

Embed Size (px)

Citation preview

SIKLUS PENGELUARAN: PENGUJIAN SUBTANTIF TERHADAP AKTIVA TIDAK BERWUJUD

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Auditing II

Disusun Oleh :

Dita wasyimah Fransiska Mutiara Fani

ERC1C009076 ERC1C008013

Muhammad Permata Putra ERC1C009009 Primadi Prasetio Rio Sanjaya ERC1C009028 ERC1C009050

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM EKSTENSI UNIVERSITAS JAMBI 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Era globalisasi memberikan peluang bagi dunia usaha untuk semakin

mengembangkan usaha dengan berbagai alternatif usaha yang diperkirakan dapat mendatangkan keuntungan yang besar. Untuk menunjang peluang tersebut, perusahaan memerlukan aktiva tetap dalam membantu operasi perusahaan contohnya peralatan. Semakin besar operasi perusahaan maka akan memerlukan aktiva tetap yang lebih banyak yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud. Aktiva tetap juga dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu aktiva buatan manusia dan aktiva yang tidak dibuat oleh manusia. Kedua penggolongan tersebut termasuk dalam aktiva tetap berwujud, contohnya tanah dan sumber-sumber alam termasuk dalam aktiva yang tidak dibuat oleh manusia sedangkan gedung, peralatan, kendaraan, cetakan-cetakan, perabot, dan mesin termasuk dalam aktiva buatan manusia. Adapun Aktiva tetap tidak berwujud merupakan hak-hak yang dimiliki yang dapat digunakan lebih dari satu tahun dan tidak mempunyai bentuk fisik seperti yang terdapat pada aktiva tetap berwujud contohnya hak patent, hak cipta, merek dagang, Franchises, leasehold, goodwill, biaya penelitian, biaya pendirian usaha. Pengujian substantif pada siklus pengeluaran dilakukan pada saldo utang, saldo aktiva tetap, dan saldo aktiva tidak berwujud. Dalam melakukan pengujian substantif ini, dimulai dari prosedur audit awal, prosedur analitik, pengujian terhadap transaksi rinci, pengujian terhadap saldo akun rinci dan diakhiri dengan verifikasi penyajian dan pengungkapan.Pengujian substansif atas saldo utang, saldo aktiva tetap, dan saldo aktiva tidak berwujud bertujuan untuk: 1. memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi 2. membuktikan keberadaan dan keterjadian transaksi 3. membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo yang disajikan di neraca

4. membuktikan kewajiban klien atau kewajaran penilaian aktiva yang dicantumkan di neraca 5. membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan saldo di neraca Perusahaan sering sekali mengeluarkan sumberdaya untuk mendapatkan, mengembangkan, memelihara atau memperkuat sumber daya tidak berwujud, seperti ilmu pengetahuan dan teknolog, dsain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kelayakan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (termasuk merek produk/brand names). Contoh aktiva tidak berwujud yang dicakup dalam judul luas tersebut adalah : piranti lunak komputer, hak paten, hak cipta, film gambar hidup, daftar langganan, hak pengusahaan hutan, kuota impor, waralaba, hubungan dengan pemasok atau pelanggan, kesetiaan pelanggan, hak pemasaran, dan pangsa pasar. Tidak semua unsur yang dicantumkan memenuhi definisi aktiva tidak berwujud, yaitu keteridentifikasian, adanya pengendalian sumberdaya dan adanya manfaat ekonomis dimasa mendatang, jika suatu yang dicakup dalam pernyataan ini tidak memenuhi definisi aktiva tidak berwujud, maka pengeluaran yang dilakukan dalam rangka memperolah atau menciptakan sendiri aktiva tersebut diperlakukan sebagai beban pada saat terjadinya. Namun, jika unsut tersebut diperolah dalam suatu penggabungan usaha yang dibentuknya akuisisi, maka unsur tersebut diperlakukan sebagai bagian dari muhibah (goodwill) yang diakui pada tanggal akuisisi. Berdasarkan hal ini maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang audit terhadap siklus pengeluaran : pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud.

1.2. Rumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu: Apa saja yang terkait dalam audit terhadap siklus pengeluaran : pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud.

1.3. Tujuan Penulisan Berdasarkan perumusan masalah, maka penulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai apa saja yang terkait dalam audit terhadap siklus pengeluaran : pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud.

1.4. Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan ini yaitu : Bagi Pihak Penulis Penulisan ini tidak hanya bermanfaat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai dalam mata kuliah auditing II saja, tapi juga akan menambah wawasan dan pengetahuan yang pasti kelak akan berguna di masa yang akan datang.

-

Bagi Pihak Lain dan Penulis Selanjutnya Untuk pembaca ataupun penulisan selanjutnya semoga karya tulis ini dapat menambah pengetahuan saudara serta membantu dalam penyempurnaan penulisan saudara.

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Aktiva tidak berwujud Aktiva tidak berwujud adalah aktiva yang tidak mempunyai bentuk fisik. Aktiva ini dapat berbentuk hak-hak khusus yang diharapkan menyumbang pendapatan yang diperoleh perusahaan. Pada umumnya aktiva tidak berwujud mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun. Dalam akuntansi yang termasuk aktiva tidak berwujud antara lain Hak Paten, Hak cipta, merek dagang, Franchis, kontrak sewa dan goodwill. Dalam definisi aktiva tidak berwujud terdapat kriteria bahwa keteridentifikasian aktiva tidak berwujud harus dapat dibedakan secara jelas dengan muhibah (goodwill). muhibah (goodwill) yang timbul dari penggabungan usaha berbentuk akuisisi mencerminkan pembayaran yang dilakukan oleh pihak yang mengakuisisi dengan harapan akan memperoleh manfaat ekonomi dimasa mendatang. Manfaat ekonomis dimasa mendatang akan timbul dari sinergi antara aktiva yang diperoleh yang dapat diidentifikasian atau daru aktiva yang secara individu tidak memenuhi syarat untuk diakui dalam laporan keuangan walaupun yang mengakuisisi bersedia untuk membayar aktiva tersebut. Suatu aktiva tidak berwujud dapat dibedakan secara jelas dengan muhibah (goodwill) jika aktiva tersebut dapat dipisahkan. Suatu aktiva disebut dapat dipisahkan jika perusahaan dapat menyewakan, menjual, menukarkan atau mendistribusikan manfaat ekonomis dimasa mendatang yang terdapat pada aktiva tersebut tanpa melepas manfaat ekonomi dimasa mendatang yang timbul dari aktiva lain yang digunakan dalam aktivitas yang sama dalam menghasilkan pendapatan.

2.2. PABU Penyajian aktiva tidak berwujud Prinsip akuntansi berterima umum (PABU) adalah suatu istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum di wilayah tertentu pada saat tertentu. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di suatu wilayah tertentu mungkin berbeda dari prinsip akuntansi yang berlaku di wilayah lain. Oleh karena itu, untuk laporan keuangan yang

akan didistribusikan kepada umum di Indonesia, harus disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sesuai standar pelaporan pertama dari standar auditing, auditor dalam laporannya akan mengungkapkan dalam apakah laporan keuangan yang diaudit telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian aktiva tetap di neraca adalah sebagai berikut : 1. Pada neraca, perusahaan harus melaporkan semua aktiva tak berwujudnyaselain goodwill sebagai pos terpisah. 2. Pada laporan Laba-Rugi, perusahaan harus menampilkan baban amortisasi dan kerugian penurunan nilai untuk aktiva tak berwujud selain goodwill sebagai bagian dari operasi berjalan. 3. Kerugian penurunan nilai goodwill harus ditampilkan dalam pos terpisah dalam bagian operasi berjalan, kecuali jika penurunan goodwill tersebut terkait dengan operasi yang sudah tidak lagi berjalan. 4. Jika mungkin aktiva tidak berwujud yang mempunyai umur ekonomis terbatas harus disajikan terpisah dari yang mempunyai umur ekonomis tidak terbatas.

2.3. Tujuan Pengujian substantif aktiva tak berwujud Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran saldo aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca dan mutasinya selama tahun yang diaudit, ia harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi saldo dan mutasi aktiva tidak berwujud tersebut. Seperti dalam audit terhadap aktiva pada umumnya, pengujian substantif ditujukan untuk membuktikan apakah aktiva yang dicantumkan di neraca sesuai dengan aktiva sesungguhnya ada pada tanggal neraca tersebut. Pengujian substantif atas aktiva tidak berwujud ditujukan untuk: 1. memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan aktiva tidak berwujud 2. membuktikan keberadaan aktiva tidak berwujud dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca

3. membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca 4. membuktikan kewajaran penilaian aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca 5. membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tidak berwujud di neraca. Untuk mencapai tujuan audit tersebut auditor menempuh berbagai prosedur audit atas aktiva tidak berwujud melalui berbagai prosedur audit. Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan saldo aktiva tidak berwujud dengan cara membuktikan apakah aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang diselenggarakan dengan mekanisme akuntansi yang dapat dipercaya. Untuk itu auditor mengusut saldo aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca ke di dalam akun aktiva tidak berwujud yang diselenggarakan di dalam buku besar, membuktikan ketelitian penghitungan saldo akun Aktiva Tidak Berwujud di dalam buku besar, mengusut saldo awal akun Aktiva Tidak Berwujud dan Akumulasi Amortisasi ke kertas kerja tahun yang lalu, membuktikan sumber pendebitan dan pengkreditan akun aktiva tidak berwujud di dalam buku besar ke dalam register bukti kas keluar dan jurnal umum. Dalam prosedur analitik, auditor menghitung berbagai ratio, yaitu tingkat perputaran aktiva tidak berwujud, ratio laba bersih dengan aktiva tidak berwujud, ratio aktiva tidak berwujud dengan total aktiva, kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya ratio tahun yang lalu, rerata ratio industri, atau ratio yang dianggarkan. Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan : 1. Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa 2. Perubahan akuntansi 3. Perubahan usaha 4. Fluktuasi acak 5. Salah saji.

2.4. Dokumen terkait dengan aktiva tak berwujud