14
REKOMENDASI PERHIMPUNAN REUMATOLOGI INDONESIA TENTANG OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID 2014 Hansel Mohamed Asri Bin Mohamed Zaini, S.Ked 112013193

Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

IRA 2014

Citation preview

Page 1: Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia

REKOMENDASI PERHIMPUNAN REUMATOLOGI INDONESIA 

TENTANG OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID 2014

Hansel Mohamed Asri Bin Mohamed Zaini, S.Ked

112013193

Page 2: Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia

LATAR BELAKANG

Di Amerika setiap tahunnya terdapat sekitar 100.000 kasus ulkus peptikum akibat penggunaan OAINS, dimana 10.000 – 15.000 dari kasus tersebut berakhir dengan kematian.

Oleh karena itu perlu dibuatkan rekomendasi penggunaan OAINS sehingga diharapkan para klinisi nantinya dapat menggunakan OAINS secara rasional.

Page 3: Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia

KLASIFIKASI OAINS

Berdasarkan struktur kimia, waktu paruh plasma dan selektifitas terhadap COX-1 dan COX-2

Page 4: Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia

Tabel 1. Klasifikasi OAINS

O bat W aktu konsentrasi W aktu Paruh D osis

Selektiv itas

puncak (jam ) (jam )

Salisilat

A spirin 0,5 - 1 0,3 q 4 - 6 jam C O X 1 = C O X 2

D iflunisal 2 - 3 12 q 8 - 12 jam tad

Asam Asetat

Indom etasin 1,5 2,5 q 12 jam C O X 1 > C O X 2

S ulindac 8 13 q 12 jam tad

Etodolac 1 7 q 6 - 8 jam C O X 2 > C O X 1

Asam anthranilic

A sam m efenam at 2 - 4 3 - 4 q 6 jam tad

Sulfonanilida

N im elsu lide 1 - 3 2 - 5 q 12 jam C OX 2 >> CO X 1

Asam asetat heteroaryl

D iklofenak 2 - 3 1 - 2 q 8 - 12 jam C OX 2 >> CO X 1

K etorolak 0,5 - 1 5 q 4 - 6 jam tad

Asam arylpropionat

Ibuprofen 1 - 2 2 q 6 - 8 jam C O X 1 > C O X 2

N aproxen 2 14 q 12 jam C O X 1 > C O X 2

K etoprofen 1 - 2 2 q 6-8 jam tad

Asam enolat

Piroxicam 3 - 5 45 - 50 qd C O X 1 > C O X 2

M eloxicam 5 - 10 15 - 20 qd C O X 2 >C O X 1

Alkanone

N abum etone 4 - 5 24 q 12 - 24 jam C O X 1 = C O X 2

Coxib

C elecox ib 2 - 3 11 q 12 - 24 jam C OX 2 >> CO X 1

E toricoxib 2 - 3 15 - 22 qd C OX 2 >> CO X 1

tad = tidak ada ada; q = setiap; qd = sekali sehari

Page 5: Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia

MEKANISME KERJA OAINS

Page 6: Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia
Page 7: Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia

STRATEGI PEMILIHAN OAINS

Tabel 2. Rekomendasi untuk pencegahan komplikasi ulkus terkait OAINS

R isiko Kardiovaskular Risiko Gastointestinal (GI)

(CV)

Rendah Sedang Tinggi

O AIN S sa ja Terapi a lternatif

R endah (pa ling tidak O A IN S O A INS +P P I/ jika m ungkin atau

u lse rog en ik de n ga n M iso pros to l pe ng ha m b at C O X -2

dosisefektif terendah) +PPI/M isoprosto l

T inggi H indari O A IN S a tau

N aproxen + PP I/ N aproxen + P P I/ pengha m ba t C O X -2.

(m em erlukan aspirin

M isoprosto l M iso pros to l G un aka n terap i

do sis re nd ah )

alternatif

• Risiko GI dikelompokkan menjadi: rendah (tidak ada faktor risiko), sedang

(terdapat satu atau dua faktor risiko), dan tinggi (faktor risiko multiple, atau ada komplikasi ulkus sebelumnya, atau sedang menggunakan kortikosteroid atau antikoagulan). Risiko tinggi CV adalah penderita yang memerlukan aspirin dosis rendah untuk mencegah kejadian CV yang serius. Semua pasien dengan riwayat ulkus yang membutuhkan OAINS harus diuji terhadap infeksi H. pylori, dan jika infeksi tersebut ada maka harus diberikan terapi eradikasi.

• Omeprazole 20 mg/hari dan misoprostol 200 µg empat kali sehari mempunyai efektifitas yang sama/setara namun dosis sekali sehari omeprazol lebih nyaman untuk pasien.

• Efek samping dari misoprostol seperti diare dan sakit perut, mungkin membatasi penggunaannya.

• PPI = Proton Pump Inhibitor

Page 8: Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia

EFEK SAMPING OAINSTabel 3. Efek samping OAINS non selektif dan selektif COX-2

Sistem O rgan OAINS non selektif Selektif C OX -2

G astrointestinal Dispepsia + ⇓

Ulkus GI + ⇓

Kolitis + ⇓

Perdarahan + ⇓

Renal Hipertensi + +

Retensi ca iran dan garam + +

Nefritis interstisial + +

Nekrosis papilaris + +

Gagal ginjal akut + +

Hepar Peningkatan serum + +

transaminase

Paru Serangan asma + +

Kulit Alergi sulfa - + (ce lecoxib)

Kardiovaskular Trombosis - +

Sistem saraf pusat Vertigo + +

Disfungsi kognitif - +

Page 9: Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia
Page 10: Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia
Page 11: Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia

INTERAKSI OBAT DENGAN OAINS

OAINS mengurangi aliran darah ginjal sehingga mengurangi efektifitas diuretik, dan menghambat eliminasi lithium dan methotrexate.

OAINS menyebabkan gangguan koagulasi, sehingga mungkin akan berdampak serius bila dikombinasikan dengan obat yang menurunkan pembekuan darah, seperti warfarin.

OAINS dapat memperberat hipertensi dan mempunyai efek antagonis terhadap efek antihipertensi, seperti ACE inhibitor.

OAINS dapat mempengaruhi efektifitas dari obat antidepresan SSRI seperti fluoxetine, sertraline dan lain-lain.

Page 12: Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia

DOSIS OAINS

Page 13: Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia

KONTRAINDIKASI OAINS

Secara umum kondisi-kondisi klinis yang merupakan kontraindikasi pemberian OAINS antara lain:

Perdarahan aktif atau riwayat perdarahan saluran cerna

Ulkus gastroduodenal

Perdarahan serebrovaskular

Kecendrungan untuk terjadi perdarahan

Asma bronkial

Riwayat hipersensitifitas terhadap OAINS

Gangguan fungsi hati, ginjal atau jantung yang berat

Kehamilan

Menyusui

Hipertensi berat

Page 14: Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia

REKOMENDASI

Pemberian OAINS harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

Profil OAINS

Indikasi dan kontraindikasi

Risiko gastrointestinal

Risiko kardiovaskular

Interaksi obat

Dosis maksimal

Penderita yang mendapat terapi OAINS perlu pemantauan secara rutin terhadap adanya efek samping obat, baik secara klinis maupun laboratoris.

Pemberian OAINS lepas lambat (misalnya Na-diklofenak SR-75) dapat meningkatkan kenyaman dan kepatuhan pasien tanpa mengurangi efikasi OAINS tersebut.