3
Pemerintah menggolongkan obat menjadi 5 macam yaitu (Zaman-Joenoes, 2001): 1. Obat Bebas, yaitu obat yang dapat diperoleh secara bebas tanpa resep dokter dan dapat dibeli di apotek, toko obat, atau toko biasa. Obat bebas pada wadahnya atau kemasannya diberi tanda khusus berupa lingkaran dengan diameter tertentu, warna lingkaran hijau dengan garis tepi hitam. Contoh obat bebas yaitu Biogesic®, Promag® dan sebagainya. 2. Obat Bebas Terbatas, yaitu obat yang diperoleh tanpa resep dokter di apotek atau toko obat terdaftar. Obat bebas terbatas diberi tanda khusus berupa lingkaran biru tua dengan garis tepi hitam pada kemasannya. Tetapi karena dalam komposisinya ada zat/bahan yang relatif toksik, pada kemasannya juga perlu dicantumkan Tanda Peringatan (P1-P6) yang berwarna hitam dengan tulisan yang berwarna putih. Sesuai dengan golongan obatnya tanda P atau Peringatan ini berupa: P1: Awas! Obat Keras! Baca aturan pakainya. Contoh: Ultraflu®, Fatigon®. P2: Awas! Obat Keras! Hanya untuk kumur. Jangan ditelan. Contoh: Enkasari®, Listerine®. P3: Awas! Obat Keras! Hanya untuk bagian luar badan. Contoh: Minoscrub®. P4: Awas! Obat Keras! Hanya untuk dibakar. Contoh: Sigaret astma®. P5: Awas! Obat Keras! Tidak boleh ditelan. Contoh: Sulfanilamide steril 5 gram P6: Awas! Obat Keras! Obat wasir, tidak ditelan. Contoh: Anusol® suppositoria Obat-obat yang termasuk dalam Daftar Obat Bebas terbatas adalah juga obat relatif beracun, daftar ini merupakan kelengkapan dari daftar Obat Keras. Pemerintah secara berkala melengkapi atau memperbarui daftar ini. Perbedaan obat bebas terbatas dengan obat keras adalah obat-obatan yang tergolong obat bebas terbatas dapat diperoleh tanpa resepdokter asal memenuhi ketentuan-ketentuan berikut: a. Obat-obat yang termasuk daftar obat bebas terbatas hanya boleh dijual dalam kemasan asli pembuatnya.

Pemerintah Menggolongkan Obat Menjadi 5 Macam Yaitu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pemerintah Menggolongkan Obat Menjadi 5 Macam Yaitu

Pemerintah menggolongkan obat menjadi 5 macam yaitu (Zaman-Joenoes, 2001):1. Obat Bebas, yaitu obat yang dapat diperoleh secara bebas tanpa resep dokter dan dapat dibeli di apotek, toko obat, atau toko biasa. Obat bebas pada wadahnya atau kemasannya diberi tanda khusus berupa lingkaran dengan diameter tertentu, warna lingkaran hijau dengan garis tepi hitam. Contoh obat bebas yaitu Biogesic®, Promag® dan sebagainya.2. Obat Bebas Terbatas, yaitu obat yang diperoleh tanpa resep dokter di apotek atau toko obat terdaftar. Obat bebas terbatas diberi tanda khusus berupa lingkaran biru tua dengan garis tepi hitam pada kemasannya. Tetapi karena dalam komposisinya ada zat/bahan yang relatif toksik, pada kemasannya juga perlu dicantumkan Tanda Peringatan (P1-P6) yang berwarna hitam dengan tulisan yang berwarna putih. Sesuai dengan golongan obatnya tanda P atau Peringatan ini berupa:P1: Awas! Obat Keras! Baca aturan pakainya.Contoh: Ultraflu®, Fatigon®.P2: Awas! Obat Keras! Hanya untuk kumur. Jangan ditelan.Contoh: Enkasari®, Listerine®. P3: Awas! Obat Keras! Hanya untuk bagian luar badan.Contoh: Minoscrub®.P4: Awas! Obat Keras! Hanya untuk dibakar.Contoh: Sigaret astma®.P5: Awas! Obat Keras! Tidak boleh ditelan.Contoh: Sulfanilamide steril 5 gramP6: Awas! Obat Keras! Obat wasir, tidak ditelan.Contoh: Anusol® suppositoriaObat-obat yang termasuk dalam Daftar Obat Bebas terbatas adalah juga obat relatif beracun, daftar ini merupakan kelengkapan dari daftar Obat Keras. Pemerintah secara berkala melengkapi atau memperbarui daftar ini. Perbedaan obat bebas terbatas dengan obat keras adalah obat-obatan yang tergolong obat bebas terbatas dapat diperoleh tanpa resepdokter asal memenuhi ketentuan-ketentuan berikut:a. Obat-obat yang termasuk daftar obat bebas terbatas hanya boleh dijual dalam kemasan asli pembuatnya.b. Waktu penyerahan obat-obat tersebut pada wadahnya harus ada tanda peringatan, berupa etiket khusus yang tercetak sesuai dengan Ketentuan Kementrian Kesehatan (tanda P) seperti yang telah diuraikan di atas. 3. Obat Keras, sesuai dengan Ordonasi Obat Keras St.No.419 tanggal 22 Desember 1949 yaitu obat beracun yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksikan dan lain-lain tubuh manusia. Obat keras diberi tanda khusus berupa lingkaran yang berwarna hitam pada tepinya dan huruf K di dalam lingkaran berwarna merah. Obat golongan ini mempunyai dosis maksimal (DM) yaitu dosis tertinggi yang masih aman bila diberikan kepada penderita. Bila DM dilampaui dapat berbahaya bagi penderita misalnya berupa efek samping yang berlebihan atau efek fatal lainnya. Contoh obat keras yaitu semua obat antibiotika, semua preparat hormon dan beberapa preparat sulfa. Obat keras hanya boleh diberikan dengan resep dokter tetapi ada beberapa obat keras yang boleh diberikan tanpa resep

Page 2: Pemerintah Menggolongkan Obat Menjadi 5 Macam Yaitu

dokter yang disebut yang disebut Obat Wajib Apotek (OWA). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No347/MenKes/SK/VII/1990, apoteker di apotik dalam melayani pasien yang memerlukan Obat Wajib Apotek diwajibkan memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam Obat Wajib Apotek, membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan, dan memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping, dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien. Contoh obat wajib apotek (OWA) antara lain obat kontrasepsi yaitu Linasterol dan Aminofilin suppositoria.4. Obat Golongan Narkotika, yaitu golongan obat yang mempengaruhi susunan saraf pusat (SSP), ada yang memberikan depresi (contohnya opium dan morfin) dan ada pula yang diberikan stimulasi SSP (contohnya coccain).5. Obat Golongan Psikotropika, yaitu zat atau obat alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada Susunan Saraf Pusat (SSP) yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh obat golongan ini yaitu diazepam dan derivat-derivatnya serta barbiturat dan derivat-derivatnya.Yang dapat digunakan sebagai obat dalam swamedikasi di sini yaitu golongan obat bebas, golongan bebas terbatas serta obat wajib apotek (OWA). Sedangkan untuk golongan yang lainnya harus dengan resep dokter dan tidak dijual bebas. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 919/MenKes/PER/X/1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter menyebutkan bahwa obat tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun; pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberi resiko pada kelanjutan penyakit; penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan; penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevelensinya tinggi di Indonesia; obat memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri (MenKes RI, 2004).