4
P R A S A S T I PENINGGALAN KERAJAAN BERCORAK AGAMA BUDHA DI INDONESIA (TUGAS SEJARAH) DISUSUN OLEH 1. NURIKA P. (23) 2. EKO SYAPUTRA (12)

p r a s a s t i

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: p r a s a s t i

P R A S A S T IPENINGGALAN KERAJAANBERCORAK AGAMA BUDHA

DI INDONESIA

(TUGAS SEJARAH)

DISUSUN OLEH

1. NURIKA P. (23)

2. EKO SYAPUTRA (12)

SMAN 1 BANGKALANTAHUN PELAJARAN 2010/2011

Page 2: p r a s a s t i

1. Prasasti Nalanda (Kerajaan Sriwijaya)

Prasasti Nalanda menceritakan tentang kisah Raja Balaputradewa. Disebutkan bahwa

Raja Balaputradewa adalah cucu seorang raja Jawa yang dijuluki Wirawairimathana

(penumpas musuh perwira). Julukan kakeknya ini mirip dengan Wairiwarawimardana alias

Dharanindra dalam prasasti Kelurak. Dengan kata lain, Balaputradewa merupakan cucu

Dharanindra.

Ayah Balaputradewa bernama Samaragrawira, sedangkan ibunya bernama Dewi Tara

putri Sri Dharmasetu dari Wangsa Soma. Prasasti Nalanda sendiri menunjukkan adanya

persahabatan antara Balaputradewa dengan Dewapaladewa raja dari India, yaitu dengan

ditandai pembangunan sebuah wihara yang diprakarsai oleh Balaputradewa di wilayah

Benggala.

Prasasti Nalanda juga menyebut Balaputradewa sebagai raja Suwarnadwipa, yaitu

nama kuno untuk pulau Sumatra. Karena pada zaman itu pulau Sumatra identik dengan

Kerajaan Sriwijaya, maka para sejarawan sepakat bahwa Balaputradewa adalah raja

Sriwijaya.

2. Prasasti Tukmas (Kerajaan Holing)

Prasasti Tukmas (harafiah berarti "mata air emas") adalah sebuah prasasti batu yang

ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak,

Kecamatan Grabag, Magelang. Prasasti Tukmas dipahat dengan aksara Pallawa dalam bahasa

Sansekerta. Bentuk aksaranya lebih muda daripada aksara masa Purnawarman dan

diperkirakan berasal dari tahun 500 M. Aksaranya sudah banyak yang rusak. Bagian yang

masih dapat dibaca antara lain menyebutkan sebuah sungai yang mengalir seperti Sungai

Gangga di India. Pada prasasti itu terdapat pula lukisan alat-alat seperti trisula, kendi, kapak,

sangkha, cakra, dan bunga tunjung.

Page 3: p r a s a s t i

3. Prasasti Kalasan (Dinasti Syailendra)

Prasasti Kalasan adalah prasasti peninggalan Wangsa Sanjaya dari Kerajaan Mataram

Kuno yang berangka tahun 778 M. Prasasti yang ditemukan di kecamatan Kalasan, Sleman,

Yogyakarta, ini ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Prasasti ini

menceritakan tentang pendirian bangunan suci (Candi Kalasan) untuk Dewi Tara dan biara

untuk pendeta oleh Raja Panangkaran atas permintaan keluarga Syailendra serta

penghadiahan desa Kalasan untuk para sanggha (umat Buddha).

4. Prasasti Padang Roco (Kerajaan Melayu)

Prasasti Padang Roco adalah sebuah prasasti yang ditemukan di kompleks percandian

Padangroco, Nagari Siguntur, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.

Pada tahun 1911 dari Padangroco ditemukan sebuah alas arca Amoghapāśa yang pada empat

sisinya terdapat prasasti (NBG 1911: 129, 20e). Prasasti ini dipahatkan 4 baris tulisan dengan

aksara Jawa Kuna, dan memakai dua bahasa (Melayu Kuna dan Sansekerta) (Krom 1912,

1916; Moens 1924; dan Pitono 1966). Isi dari prasasti tersebut adalah sebagaimana yang

diterjemahkan oleh Prof. Slamet Muljana.

1. Bahagia ! Pada tahun Śaka 1208, bulan Bādrawāda, hari pertama bulan naik, hari

Māwulu wāge, hari Kamis, Wuku Madaņkungan, letak raja bintang di baratdaya ...

2. .... tatkalai itulah arca paduka Amoghapāśa lokeśwara dengan empat belas pengikut

serta tujuh ratna permata dibawa dari bhūmi jāwa ke swarnnabhūmi, supaya

ditegakkan di dharmmāśraya,

3. sebagai hadiah śrī wiśwarūpa kumāra. Untuk tujuan tersebut pāduka śrī

mahārājādhirāja kŗtanagara wikrama dharmmottunggadewa memerintahkan rakryān

mahā-mantri dyah adwayabrahma, rakryān śirīkan dyah sugatabrahma dan

4. samagat payānan hań dīpankaradāsa, rakryān damun pu wīra untuk menghantarkan

pāduka Amoghapāśa. Semoga hadiah itu membuat gembira segenap rakyat di bhūmi

mālayu, termasuk brāhmaņa, ksatrya, waiśa, sūdra dan terutama pusat segenap para

āryya, śrī mahārāja śrīmat tribhuwanarāja mauliwarmmadewa.