47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun mahluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, seperti di dalam sel tumbuhan terkandung lebih dari 75% atau di dalam sel hewan terkandung lebih dari 67%. Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan dan di dalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil- kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Karena 97% dari sumber air tersebut terdiri dari air laut, 2,5% berbentuk salju abadi yang baru dalam kedaan mencair dapat digunakan (Widianti dan Ristianti, 2004). Keperluan sehari-hari terhadap air, berbeda untuk tiap tempat dan untuk tiap tingkatan kehidupan. Yang jelas, semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat jumlah keperluan akan air (Widianti dan Ristianti, 2004). Maka dari itu, kualitas air harus benar-benar diperhatikan. Kualitas air dapat dilihat dari indikator mikrobiologi, fisik dan kimia di dalamnya. Pemeriksaan 1

Mpn

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mpn

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun mahluk hidup

di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik

tumbuhan maupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, seperti di dalam sel

tumbuhan terkandung lebih dari 75% atau di dalam sel hewan terkandung lebih dari

67%. Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan dan di dalam

tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung dapat

digunakan untuk kepentingan manusia. Karena 97% dari sumber air tersebut terdiri

dari air laut, 2,5% berbentuk salju abadi yang baru dalam kedaan mencair dapat

digunakan (Widianti dan Ristianti, 2004).

Keperluan sehari-hari terhadap air, berbeda untuk tiap tempat dan untuk tiap

tingkatan kehidupan. Yang jelas, semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat

jumlah keperluan akan air (Widianti dan Ristianti, 2004). Maka dari itu, kualitas air

harus benar-benar diperhatikan.

Kualitas air dapat dilihat dari indikator mikrobiologi, fisik dan kimia di

dalamnya. Pemeriksaan air secara mikrobiologis sangat penting dan dapat dilakukan

terhadap semua jenis air yang ada, terutama dilakukan untuk menentukan standar

kualitas air. Mengingat bahwa air merupakan sumber kehidupan yang utama bagi

semua makhluk hidup.

Air merupakan habitat yang secara alaminya sangat mudah tercemar oleh

faktor biotik dan abiotik. Dalam air, terutama air yang digunakan dalam keperluan

sehari-hari apabila ditemukan adanya mikroorganisme apalagi mikroorganisme

phatogen tentu dapat membahayakan kesehatan penggunannya. Indicator adanya

pencemaran bakteri dalam air adalah bakteri coliform dan fecal coli.

Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indicator

adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu, dan

produk-produk susu. Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri

1

Page 2: Mpn

berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerob dan anaerob fakultatif

yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam

pada suhu 35oC. Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2 grup yaitu: koliform

fekal misalnya Escherichia coli dan koliform non fekal misalnya Enterobacter

aerogenes.

Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau

manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau

tanaman-tanaman yang sudah mati. Jadi, adanya Escherichia coli dalam air minum

menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses manusia dan

mungkin dapat mengandung pathogen usus. Oleh karena itu, standar air minum

mensyaratkan Escherichia coli harus nol dalam 100 ml.

Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam sampel digunakan metode Most

Probable Number (MPN), pemeriksaan kehadiran bakteri coli dari air dilakukan

melalui beberapa uji, antara lain uji presumtif, dan uji konfirmatif. Output dari kedua

uji ini adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth

unit) atau unit pembentuk-koloni (colony-forming unit) dalam sampel. Namun untuk

lebih memastikan jenis bakteri tersebut maka dilanjutkan dengan uji pelengkap.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimanakah teknik pemeriksaan MPN pada sampel air?

1.2.2. Bagaimanakah keadaan higienitas pada sampel air yang diperiksa

berdasarkan pemeriksaan MPN ?

1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan nilai MPN pada sampel air

sehingga dapat ditentukan kualitas air tersebut secara mikrobiologi.

2

Page 3: Mpn

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk dapat mengetahui teknik melakukan pemeriksaan MPN pada

sampel air.

b. Untuk dapat mengetahui keadaan higienitas pada sampel air yang

diperiksa berdasarkan hasil pemeriksaan MPN air.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Praktis

Dari praktikum ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi mahasiswa

sehingga dapat menambah keterampilan mahasiswa dalam pemeriksaan MPN

pada air dan dapat mentukan keadaan hiegenitas sampel air tersebut berdasarkan

hasil pemeriksaan MPN

1.4.2 Manfaat Teoritis

a. Memperluas pengetahuan mahasiswa khususnya mengenai

pemeriksaan MPN pada sampel air.

b. Menjadi referensi di bidang keilmuan khususnya mikrobiologi dalam

hal teknik pemeriksaan nilai MPN pada sampel air.

3

Page 4: Mpn

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Pengertian dan Peranan Air

Air merupakan sesuatu yang esensial bagi berlangsungnya kehidupan. Makhluk

hidup tidak akan bertahan hidup tanpa adanya air. Air merupakan kebutuhan yang

tidak dapat di tinggalkan bagi kehidupan manusia, karena air di gunakan untuk

bermacam-macam kegiatan misalnya minum, makan, mencuci, pertanian industri,

perikanan, rekreasi dan juga pembangkit listrik. Bagi tubuh manusia, air merupakan

materi penting karena jika tubuh kehilangan cairan maka akan berakibat buruk bagi

manusia seperti dehidrasi dan kematian (Prasetyo, 2009).

2.2. Sumber Air Bersih

Berdasarkan asalnya sumber air dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Air Hujan/ Air Angkasa

Air hujan sebagian besar berasal dari penguapan air laut, dan sebagian kecil

berasal dari penguapan air tanah dan pepohonan. Penguapan terjadi karena

adanya panas matahari. Uap air tersebut terkumpul di angkasa sebagai awan

kemudian jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan membawa serta

mikroorganisme debu, gas, serta kotoran yang ada di angkasa. Air hujan akan

lebih tercemar ketika tiba di tanah dan tercampur dengan sampah, kotoran baik

hewan maupun manusia. Air hujan yang jatuh ke tanah biasanya akan meresap

ke dalam tanah, tetapi ada juga yang menggenang di atas tanah tergantung pada

struktur tanah (Prasetyo, 2009). 

b. Air Permukaan

Air permukaan disebut juga air badan air yaitu air yang berasal dari tempat

wadah yang berada di atas permukaan daratan yang terisi dan atau menghasilkan

air, yaitu rawa, danau, sungai, waduk dan saluran air (Permenkes RI

No.173/Men,Kes/Per/VIII/77).

4

Page 5: Mpn

c. Air Tanah

Air tanah merupakan sumber air bersih yang banyak di gunakan. Berbagai

macam cara untuk memperoleh air tanah di antaranya dengan sumur pompa,

sumur bor, mesin diesel, sumur gali. Diantara cara-cara tersebut sumur gali

adalah yang paling banyak di gunakan. Khususnya di daerah pedesaan. Selain

biayanya relatif murah, biasanya masyarakat desa memanfaatkan sumur gali

yang sudah ada yang merupakan peninggalan leluhur mereka. Selain sumur gali

untuk masyarakat di daerah pegunungan memanfaatkan mata air untuk

memenuhi kebutuhannya. Untuk masa sekarang ini air dari mata air di alirkan

melalui pipa dan di distribusikan sampai ke tempat yang jauh. Menurut R.A.

Edward air yang melalui sistem distribusi di bagi menjadi 2 macam :

1. Persediaan air yang telah diberi Chlorine atau yang telah di suci hamakan

dengan cara lain. Penanganan secara efisien secara maksimal, dengan cara

pemberian Chlorine atau cara-cara penyuci hamaan yang lain harus

menghasilkan air yang bebas dari organisme Coliform, bagaimanapun

kotornya air mentah aslinya. Suatu contoh dari air yang memasuki sistem

distribusi dan tidak memenuhi standart tersebut perlu segera di teliti baik

mengenai efisiensi proses, penjernihannya, maupun cara-cara pengambilan

contoh (Prasetyo, 2009).

2. Persediaan air yang tidak di suci hamakan. Dimana terdapat persediaan air

jenis ini, maka air yang memasuki sistem distribusi tidak di anggap

memuaskan kalau mengandung E. coli dalam 100 ml. Kalu E.coli tidak

ada, adanya tidak lebih dari tiga organisme Coliform per 100 ml dapat di

tolerir dalam beberapa contoh persediaan air pipa yang tidak di suci

hamakan, asalkan contoh-contoh itu telah sering di uji secara teratur dan

daerah pengambilan serta kondisi penyimpanan cukup memuaskan.

(Prasetyo, 2009).

5

Page 6: Mpn

2.3. Standar Kualitas Air Bersih

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang ”Syarat-

syarat Dan Pengawasan Kualitas Air “, air bersih adalah air yang digunakan untuk

keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat

diminum apabila telah dimasak. Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah:

1. Persyaratan Biologis

Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme

yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat dibagi

dalam empat group, yakni parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis

mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah

bakteri seperti Eschericia coli. Berdasarkan Permenkes No 416 / Menkes / Per /

IX / 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air menyebutkan bahwa

syarat-syarat mikrobiologis untuk air minum adalah MPN Koliform/100 cc

sampel = 0. Sedangkan untuk air bersih = 10 ( untuk air perpipaan ) dan 50

( untuk air bukan perpipaan ) ( Permenkes No. 416 Tahun 1990 Tentang ”Syarat-

syarat Dan Pengawasan Kualitas Air “, dalam Anoname,Tt).

Air tanah mengandung zat organik dan anorganik merupakan tempat yang

baik bagi kehidupan mikroorganisme. Mikroorganisme yang autotrof merupakan

pertama dalam air yang mengandung zat organik. Sinar matahari terutama sinar

ultraviolet memang dapat melemahkan bakteri tapi daya tembus sinar UV dalam

air tidak seberapa. Air yang mengalir deras dan bergerak menerjang batu-batuan

kurang baik untuk kehidupan bakteri. Air sumur dalam hal ini tergantung

lingkungannya, pada umumnya lebih bersih daripada air permukaan. (Anoname,

Tt)

2. Persyaratan Fisik

Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni

derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini sesungguhnya

selain penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik

seperti suhu dan keasaman tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak

langsung pada persyaratan biologis dan kimiawi, seperti warna air dan bau

6

Page 7: Mpn

(Permenkes No. 416 Tahun 1990 Tentang ”Syarat-syarat Dan Pengawasan

Kualitas Air “, dalam Anoname,Tt).

3. Persyaratan Kimia

Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi

air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses

biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan berbagai macam

logam berat khususnya air raksa, timah hitam, dan cadmium dapat menjadi

gangguan pada faal tubuh dan berubah menjadi racun (Permenkes No. 416 Tahun

1990 Tentang ”Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air “, dalam

Anoname,2009).

4. Persyaratan Radioaktif

Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan

fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan

pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor nuklir

( Permenkes No. 416 Tahun 1990 Tentang ”Syarat-syarat Dan Pengawasan

Kualitas Air “, dalam Anoname,Tt).

2.4. Kelompok Kehidupan dalam Air

Faktor-faktor biotik yang terdapat di dalam air terdiri dari bakteria, fungi,

mikroalgae, protozoa dan virus, serta kumpulan hewan ataupun tumbuhan air lainnya

yang tidak termasuk kelompok mikroba. Kehadiran mikroba di dalam air dapat

menguntungkan tetapi juga dapat merugikan (Widyanti dan Ristianti, 2004).

1. Menguntungkan

Banyak plankton, baik fitoplankton ataupun zooplankton merupakan makanan

utama ikan, sehingga kehadirannya merupakan tanda kesuburan perairan tersebut.

Jenis-jenis mikroalgae misalnya : Chlorella, Hydrodyction, Pinnularia,

Scenedesmus, Tabellaria (Widyanti dan Ristianti, 2004).

a. Banyak jenis bakteri atau fungi di dalam badan air berlaku sebagai jasad

”dekomposer”, artinya jasad tersebut mempunyai kemampuan untuk mengurai

atau merombak senyawa yang berada dalam badan air. Sehingga

7

Page 8: Mpn

kehadirannya dimanfaatkan dalam pengolahan buangan di dalam air secara

biologis (Widyanti dan Ristianti, 2004).

b. Pada umumnya microalgae mempunyai klorofil, sehingga dapat melakukan

fotosintesis dengan menghasilkan oksigen. Di dalam air, kegiatan fotosintesis

akan menambah jumlah oksigen, sehingga nilai kelarutan oksigen akan

naik/ber-tambah, ini yang diperlukan oleh kehidupan di dalam air (Widyanti

dan Ristianti, 2004).

c. Kehadiran senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi dimanfaatkan oleh

jasad pemakai atau konsumen. Tanpa adanya jasad pemakai kemungkinan

besar akumulasi hasil uraian tersebut dapat mengakibatkan keracunan

terhadap jasad lain, khususnnya ikan (Widyanti dan Ristianti, 2004).

2. Merugikan

a. Yang paling dikuatirkan, bila di dalam badan air terdapat mikroba penyebab

penyakit, seperti : Salmonella penyebab penyakit tifus/paratifus, Shigella

penyebab penyakit disentribasiler, Vibrio penyebab penyakit kolera,

Entamoeba penyebab disentriamuba (Widyanti dan Ristianti, 2004).

b. Di dalam air juga ditemukan mikroba penghasil toksin seperti : Clostridium

yang hidup anaerobik, yang hidup aerobik misalnya : Pseudomonas,

Salmonella, Staphyloccus, serta beberapa jenis mikroalgae seperti Anabaena

dan Microcystis (Widyanti dan Ristianti, 2004).

c. Sering didapatkan warna air bila disimpan cepat berubah, padahal air tersebut

berasal dari air pompa, misal di daerah permukiman baru yang tadinya

persawahan. Ini disebabkan oleh adanya bakteri besi missal Crenothrix yang

mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri

(Widyanti dan Ristianti, 2004).

d. Di permukiman baru yang asalnya persawahan, kalau air pompa disimpan

menjadi berbau (bau busuk). Ini disebabkan oleh adanya bakteri belerang

misal Thiobacillus yang mempunyai kemampuan mereduksi senyawa sulfat

menjadi H2S (Widyanti dan Ristianti, 2004).

8

Page 9: Mpn

e. Badan dan warna air dapat berubah menjadi berwarna hijau, biru-hijau atau

warna-warna lain yang sesuai dengan warna yang dimiliki oleh mikroalgae.

Bahkan suatu proses yang sering terjadi pada danau atau kolam yang besar

yang seluruh permukaan airnya ditumbuhi oleh algae yang sangat banyak

dinamakan blooming. Biasanya jenis mikroalgae yang berperan didalamnya

adalah Anabaena flosaquae dan Microcystis aerugynosa. Dalam keadaan

blooming sering terjadi kasus-kasus :

Ikan mati, terutama yang masih kecil yang disebabkan karena jenis-jenis

mikroalgae tersebut dapat menghasilkan toksin yang dapat meracuni ikan.

Korosi atau pengkaratan terhadap logam (yang mengandung senyawa Fe

atau S), karena di dalam massa mikroalgae penyebab blooming didapatkan

pula bakteri Fe atau S penghasil asam yang korosif. Ada pernyataan

bahwa air jernih belum tentu bersih. Ini dihubungkan dengan keadaan

bahwa air, sejak keluar dari mata air, sumur, ternyata sudah mengandung

mikroba, khususnya bakteri atau mikroalgae. Pada air yang kotor atau

sudah tercemar, misal air sungai, air kolam, air danau dan sumber-sumber

lainnya, disamping akan didapati mikroba seperti pada air jernih, juga

kelompok mikroba lainnya yang tergolong penyebab penyakit, penghasil

toksin, penyebab blooming, penyebab korosi, penyebab deteriorasi,

penyebab pencemaran ini adalah bakteri coli (Widyanti dan Ristianti,

2004).

2.5. Bakteri Indikator Keamanan Air

Dalam bidang mikrobiologi pangan dikenal istilah bakteri indikator sanitasi.

Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan

menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh feses manusia.

Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan

hidup pada usus manusia. Jadi, adanya bakteri tersebut pada air atau makanan

menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan pernah

mengalami kontak dengan feses yang berasal dari usus manusia dan oleh karenanya

9

Page 10: Mpn

mungkin mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya (Widyanti dan Ristianti,

2004).

Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indicator

adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan

produkproduk susu. Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri

berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobic

fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam

waktu 48 jam pada suhu 35oC. Adanya bakteri koliform di dalam makanan/minuman

menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau

toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Widyanti dan Ristianti, 2004).

Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2 grup yaitu : (1) koliform fekal

misalnya Escherichia coli dan ( 2 ) koliform nonfekal misalnya Enterobacter

aerogenes. Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau

manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau

tanam-tanaman yang telah mati. Jadi, adanya Escherichia coli dalam air minum

menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses manusia dan

mungkin dapat mengandung patogen usus (Fardiaz, 1993 ).

Jenis mikroorganisme ini sering di jumpai pada alat-alat pencemaran hewan dan

burung, baik yang sudah di ternakkan atau yang masih liar. Tempat di perolehnya

jenis organisme yang terbanyak yang sehubungan dengan suplay bahan pangan

manusia adalah sapi, domba, babi dan ayam (Edwards,1987).

Kuman Coliform merupakan segolongan besar dan heterogen kuman-kuman

batang gram negatif yang dalam batas-batas tertentu mirip Escerechia Coli.

Disamping Escerechia Coli yang berasal dari saluran pencernaan, golongan-golongan

organisme berikut sering di masukkan dalam “Coliform” (Fardiaz,1993).

a. Golongan Klebsiella – Enterobacter – Serratia :

Klebsiella Pneumoniae, yang khas semula di kenal kuman patogen bagi

pernafasan, sekarang sering di temukan pada infeksi-infeksi saluran

pernafasan, dan saluran air kemih di rumah sakit. Kuman ini di tandai

pertumbuhan mukoid, kapsul polisakarida yang besar dan tidak bergerak.

10

Page 11: Mpn

Enterobacter Aerogenes, sering dapat bergerak, pertumbuhan yang kurang

mukoid, mempunyai kapsul kecil, di temukan hidup bebas dalam saluran

pencernaan,saluran air kemih dan pada septis. Serratia Marcoscens, batang

kecil gram negatif, hidupnya bebas, dapat menghasilkan pigmen merah

kuat dalam biakan , Serratia biasanya meragikan laktosa sangat lambat.

(Ryadi,1984)

1. Ciri Organisme

Kuman Coliform adalah kuman batang pendek gram negatif yang dapat

membentuk rantai. Pembiakan yang tidak cocok terjadi dalam bentuk filamen

panjang. Kapsul jarang ada pada E. Coli, lebih sering pada Enterobacter.

Berbentuk besar dan teratur pada Klebsiella Pergerakan terdapat sebagian besar

strain E.Coli dan beberapa strain Enterobacter. Pergerakan tidak ada pada

Klebsiella (Prasetyo, 2009).

2. Biakan

E.Coli membentuk koloni bulat konveks, halus dengan pinggir-pinggir yang

nyata. Koloni Enterobacter sama tetapi sedikit lebih mukoid. Koloni Klebsiella

besar, sangat mukoid dan cenderung bersatu pada pengeraman yang lama

(Prasetyo, 2009).

3. Sifat-sifat pertumbuhan

E.Coli dan Enterobacter memecahkan banyak karbohidrat dengan membentuk

asam dan gas E.Coli menghasilkan CO2 dan H2. Tes-tes khusus (IMVIC) yang di

pergunakan untuk differensiasi E.Coli dan E.Aerogenes :

a Tes indol E.Coli menghasilkan indol pada kaldu yang mengandung triptofan.

b Test Merah Metil. Tes ini menunjukan pH biakan pada kaldu glukosa 0,5%

setelah 4 hari pada 370C. Bila pH di bawah 4,5 merah metil positif.

c Reaksi Voges Proskaver, tergantung pada pembentukan asetil metil karbinal

dari dekstrosa. Dengan adanya Alkali, zat ini di oksidasi menjadi diasetil dan

memberikan warna merah muda (khususnya Enterobacter.

11

Page 12: Mpn

d Tes Sitrat, mempergunakan natriun sitrat sebagian sumber tunggal karbon

(organisme hidup bebas)

(Prasetyo, 2009).

4. Patogenesis dan Patologi

Kuman Coliform merupakan sebagian besar flora erobik usus normal. Di

dalam usus, umumnya kuman ini tidak menyebabkan penyakit dan malahan dapat

membantu fungsi normal dan nutrisi, organisme ini menjadi patogen bila

mencapai jaringan di luar saluran pencernaan. E.Coli dapat menyebabkan

penyakit diare dengan 2 mekanisme yang nyata. Klebsiella Pneumoniae terdapat

dalam saluran pencernaan dan dalan tinja dari kira-kira 5% orang normal dan

adalah penyebab sebagian kecil(kira-kira 0,3%) Pneumonia oleh kuman

(Prasetyo, 2009).

5. Epidemi,Pencegahan dan Pengawasan

Kuman Coliform merupakan normal saluran pencernaan, beberapa hari

setelah lahir dan sejak itu merupakan bagian utama Coliform jasad renik erobik

normal dari tubuh. E.Coli adalah suatu prototipe. Ditemukannya Coliform dalam

air atau susu di terima sebagai bukti adanya kontaminasi tinja. Adanya spesies

Escerechia atau Enterobacter atau “intermediate”nya dalam jumlah besar dalam

air minum menunjukan adanya kontaminasi permukaan (Prasetyo, 2009).

Tindakan pengawasan tidak mudah di lakukan pada flora endogen normal.

Erotipe enteropatogenik E.Coli dan kuman “parakalon” harus di awasi seperti

Salmonella. Coliform merupakan masalah pokok infeksi rumah sakit saat ini.

Yang penting untuk di ketahui adalah bahwa banyak kuman koliform gram

negatif adalah “Kopartunis” yang dapat menimbulkan penyakit bila masuk ke

dalam penderita yang lemah dalam rumah sakit atau lembaga-lembaga lainnya.

Kuman ini sering di tularkan oleh pegawai, alat-alat atau pengobatan perenteral.

Pengawasan kuman tergantung pada cuci tangan, aseptis yang teliti, sterilisasi

alat-alat, desimfeksi dan pengendalian perintah pengobatan intravena dan

tindakan pencegahan yang teliti dalam mempertahankan saluran air kemih agar

tetap steril (Jawest, Ernest dkk,1986). 

12

Page 13: Mpn

2.6. Perhitungan Nilai MPN

Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam contoh digunakan metode Most

Probable Number ( MPN ). Pemeriksaan kehadiran bakteri coli dari air dilakukan

berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang ditempatkan di dalam tabung

reaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya terbalik, digunakan untuk

menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi asam dan gas).

Tergantung kepada kepentingan, ada yang menggunakan sistem 3-3-3 (3 tabung

untuk 10 ml, 3 tabung untuk 1,0 ml, 3 tabung untuk 0,1 ml) atau 5-5-5 (Prasetyo,

2009).

Metode penentuan angka mikroorganisme dengan metode Angka Paling

Mungkin di gunakan luas di lingkungan sanitasi untuk menentukan jumlah kuman

Coliform di dalam air, susu, dan makanan lainnya. Metode ini adalah metode statistik

didasarkan pada teori kemungkinan. Serangkaian sampel diencerkan sampai titik

akhir dimana tidak ada mikroorganisme hidup. Untuk mendapatkan titik akhir,

serangkaian pengenceran di biakkan di dalam media pertumbuhan yang cocok dan

perkembangan atau perubahan sifat-sifat yang mudah di amati seperti pembentukan

asam, atau kekeruhan di pakai untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri.

Pertumbuhan bakteri pada masing-masing tabung di sesuaikan dengan tabel indeks

MPN untuk menentukan konsentrasi mikroorganisme di dalam sampel asli. Dan batas

kepercayaan 95% untuk berbagai kombinasi hasil positif dan negatif pada

penggunaan 3 tabung 10ml, 3 tabung 1ml, dan 3 tabung 0,1ml(Dr.Harmita,Apt.2005).

Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah

unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony-forming unit) dalam

sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah

individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi

misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air

tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 coliform pada setiap gramnya.

Makin kecil nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak

minum. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap

13

Page 14: Mpn

nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi

(FDA,1989).

Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap yaitu (1) Uji

penduga (presumptive test), (2) Uji penguat (confirmed test) dan Uji pelengkap

(completed test). Uji penduga juga merupakan uji kuantitatif koliform menggunakan

metode MPN (Widyanti dan Ristianti, 2004).

a. Uji penduga (presumptive test)

Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform

berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh

bakteri golongan koli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa,

dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara.

Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di

dalam tabung Durham. Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat

dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas

dan dibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung

jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam

hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 350C. Jika

dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung Durham, dihitung sebagai

hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN

penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN (Widyanti dan Ristianti, 2004).

b. Uji penguat (confirmed test)

Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang positif

terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi

ditanamkan pada media Eosin Methylen Biru Agar ( EMBA ) secara aseptik dengan

menggunakan jarum inokulasi. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh ber-warna

merah kehijauan dengan kilat metalik atau koloni berwarna merah muda dengan

lendir untuk kelompok koliform lainnya (Widyanti dan Ristianti, 2004).

c. Uji pelengkap (completed test)

Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk menentukan

bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji ketetapan diinokulasikan

14

Page 15: Mpn

ke dalam medium kaldu laktosa dan medium agar miring Nutrient Agar ( NA ),

dengan jarum inokulasi secara aseptic (Widyanti dan Ristianti, 2004).

Diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk

asam dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel positif mengandung bakteri

Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakter

Escherichia coli menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek. Untuk

membedakan bakteri golongan koli dari bakteri golongan coli fekal (berasal dari tinja

hewan berdarah panas), pekerjaan dibuat Duplo, dimana satu seri diinkubasi pada

suhu 370C (untuk golongan koli ) dan satu seri diinkubasi pada suhu 420C (untuk

golongan koli fekal). Bakteri golongan koli tidak dapat tumbuh dengan baik pada

suhu 420C, sedangkan golongan koli fekal dapat tumbuh dengan baik pada suhu

420C (Widyanti dan Ristianti, 2004).

Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan tidak adanya coliform dalam 100

ml air minum. Akan tetapi United States Enviromental Protection Agency (USEPA)

lebih longgar persyaratan uji coliform-nya mengingat coliform belum tentu

menunjukkan adanya kontaminasi feses manusia, apalagi adanya patogen. Pada air

bukan untuk minum umumnya terdapat perbedaan persyaratan coliform dan

Escherichia coli. Air untuk kolam renang (primary contact water) misalnya

mensyaratkan kandungan coliform <2,4 x 103, tetapi syarat Escherichia coli tentunya

lebih ketat, yaitu < 1 x 103 dalam 100 ml (Widyanti dan Ristianti, 2004).

d. Uji identifikasi

Dengan melakukan reaksi IMVIC (Indole, Methyl red, Voges-Proskauer tes,

penggunaan Citrat)

(Widyanti dan Ristianti, 2004).

15

Page 16: Mpn

BAB III

METODE

3.1 Waktu dan Tempat

3.1.1 Waktu

Praktikum I

Hari/tanggal : Senin, 15 Oktober 2012

Jam : 09.00-12.20 WITA.

Kegiatan : Pembuatan media (LBDS dan LBSS), BGLB , EMB,

TSI, dan SIM

Praktikum II

Hari/tanggal : Senin, 29 Oktober 2012

Jam : 09.00-12.20 WITA.

Kegiatan : Pengambilan sampel air dan penanaman pada media

LBDS dan LBSS untuk uji presumtive

Praktikum III

Hari/tanggal : Selasa, 30 Oktober

Jam : 12.30-13.30 WITA.

Kegiatan : penanaman ke media BGLB untuk uji konfirmative

Pengamatan dan penanaman pada media BGLB

Praktikum IV

Hari/tanggal : Rabu, 31 Oktober 2012

Jam : 14.00-15.00 WITA.

Kegiatan : Pemeriksaan uji konfirmative dan penentuan nilai

MPN pada sampel air serta uji pelengkap I yaitu

penanaman ke media EMB

16

Page 17: Mpn

Praktikum V

Hari/tanggal : Kamis, 1 Nopember 2012

Jam : 13.00-14.00 WITA.

Kegiatan : pemeriksaan uji pelengkap pada media EMB, uji

pelengkap II yaitu penanaman ke media TSI dan SIM,

serta pembuatan dan pewarnaan preparat gram dari

koloni di media EMB

Praktikum VI

Hari/tanggal : Jumat, 2 Nopember 2012

Jam : 14.00-15.00 WITA.

Kegiatan : Praktikum pemeriksaan uji pelengkap pada TSI dan

SIM serta pengamatan mikroskopis preparat gram

3.1.2 Tempat

Praktikum bakteriologi dilaksanankan di laboratorium bakteriologi

Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

a. Pengambilan Sampel Air

Botol Steril

Aluminium Foil

Kapas

Api Bunsen

Label

b. Pemeriksaan Nilai MPN

Tabung reaksi

Rak tabung reaksi

17

Page 18: Mpn

Tabung durham

Incubator

Pipet ukur

Label

Ose Jarum dan Ose Bulat

Plate

Api Bunsen

Mikroskop

3.2.2 Sampel

a. Sampel Air Kran Kos Satya Nugraha

b. Sampel Air Kran Jurusan Kesehatan Lingkungan

3.2.3 Bahan

a. Pengambilan Sampel Air

Alkohol 70%

b. Pemeriksaan Nilai MPN

Lactosa Broth Single Strength

Lactosa Broth Double Strength

Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB)

Eosin Metylene Blue (EMB)

Triple Sugar Iron (TSI)

Sulfate Indol Motility (SIM)

Sampel air

3.3 Cara Kerja

18

Page 19: Mpn

1. Cara Pengambilan Sampel Air Kran

19

Langkah Kerja

Pembuatan

Media

LBLBDS

LBSS

BGLB

Pengambilan

Sampel Air

Pemeriksaan

Metode MPN 5:1:1

Uji Presumtif

Uji Konfirmatif

Uji Pelengkap

LBDS

LBSS

BGLB

TSI

EMB

SIM

Page 20: Mpn

2. Pemeriksaan (Metode MPN 5:1:1)

a. Uji Presumtif

b. Uji Konfirmatif

20

dibersihkan dan difiksasi kran dari setiap benda

yang mengganggu dengan kapas dan alkohol 70%

kran diputar sampai kran terbuka sehingga air

mengalir secara maksimal dan biarkan mengalir selama

1-2 menit

mulut kran disterilkan dengan cara dipanaskan

menggunakan lampu spiritus

tutup botol dibuka dengan tangan kiri,

botol dipegang dengan tangan kanan .

air kran ditampung hingga 3/4 bagian botol dengan maksud air dapat dikocok

sebelum dianalisa.

botol ditutup dengan hati-hati

badan botol didisi label yang berisi tempat,

tanggal, jam pengambilan, dan petugas pengambil.

sampel dibawa ke laboratorium

disiapkan 5 buah tabung yang masing-masing

berisi LBDS sebanyak 10 ml (1a s/d 5a)

disiapkan juga 2 tabung yang masing-masing

berisi 10 ml LBSS (tabung 1b dan 2b)

dengan pipet steril diinokulasi masing-

masing 10 ml asampel air ke dalam tabung 1a s/d 5

ke dalam tabung 1b diinokulasikan 1 ml sampel air

ke dalam tabung 2b diinokulasikan 0,1 ml sampel air

tabung-tabung digoyang perlahan agar sampel air

menyebar merata ke seluruh bagian media

diinkubasi pada suhu 370 Celcius selama 48 jam

setelah diinkubasi, diamati masing-masing tabung untuk

melihat ada tidaknya gas dalam tabung durham. adanya gas

menunjukkan presumtif positif

Page 21: Mpn

c. Uji Pelengkap

BAB IV

21

dari tiap-tiap tabung yang presumtif dipindahkan 1-2

ose ke dalam tabung konfirmatif yang berisi 10

ml BGLB

satu seri tabung BGLB diinkubasi pada suhu 370 C dan satu seri lagi diinkubasi

pada suhu 440 C untuk memastikan adanya coli tinja

pembacaan (dicocokkan dengan tabel MPN5:1:1) dilakukan

setelah 48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB yang menunjukkan positif gas

E. coli

Salah satu hasil

positif uji

konfirmatif

Diinikulasi pada

media EMB

Single Colony

(hijau metalyc)

Preparat gram TSI SIM

Pengamatan

Mikroskopis

Uji biokimia Uji biokimia

Basil + garam -

E. coli

Gas asam

E. coli

Pergerakan ( zona

putih di sekitas bekas

tusukan)

Page 22: Mpn

PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap dua sampel dari dua tempat

yang berbeda didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Uji Presumtif

Tabung Sampel Air Kran I(Asrama)

Sampel Air Kran II(Kantin)

LBDS 1 (1a) - +LBDS 2 (2a) - +LBDS 3 (3a) + -LBDS 4 (4a) - +LBDS 5 (5a) + +LBSS 1 (1b) - -LBSS 2 (2b) - -

Jumlah2 4

2. Uji Konfirmatif

a. Sampel Air Kran 1 (Asrama)

Tabung Interpretasi Hasil370C 440C

BGLB 1 + -BGLB 2 + -Jumlah 2 0

b. Sampel Air Kran 2 (Kantin)

Tabung Interpretasi Hasil370C 440C

BGLB 1 + -BGLB 2 + -BGLB 3 + -BGLB 4 + -Jumlah 4 0

3. Hasil Perhitungan Nilai MPN

No Sampel Uji Presumtif Uji Konfirmatif Nilai MPN

22

Page 23: Mpn

370C 440C1 Air Kran 1

(Asrama)2 0 0 2 0 0 0 0 0 5/100ml

2 Air Kran 2(Kantin)

4 0 0 4 0 0 0 0 0 17/100ml

Dari hasil uji presumtif dan konfirmatif (metode 5:1:1) yang didapatkan

kemudian dilakukan penentuan nilai MPN pada masing masing sampel dengan

cara mencocokkan hasil pada tabel MPN 5:1:1. Dari hasil penentuan tersebut

didapatkan bahwa pada sampel air kran 1 (asrama) didapatkan hasil nilai MPN

adalah 5 bakteri / 100 ml pada uji presumtif dan 5 bakteri/100 ml pada uji

konfirmatif. Bakteri yang ditemukan adalah bakteri yang bersifat non fekal.

Sedangkan pada sampel air kran 2 (kantin) didapatkan hasil nilai MPN adalah 17

bakteri/100ml pada uji presumtif dan 15 bakteri/100 ml pada uji konfirmatif.

Bakteri yang ditemukan adalah bakteri yang bersifat non fekal.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Teknik Pengambilan Sampel Air

Dalam mendapatkan data yang akurat tentang kualitas air maka salah

satu tahap awal dalam pelaksanaan analisa uji sampel air di laboratorium

adalah melakukan pengambilan sampel air. Sebuah kunci untuk praktek di

laboratorium secara sukses ialah pengambilan sampel secara tepat, serta

penanganan dan penyimpanan sampel yang di ambil. Sampel adalah bagian

dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel sendiri secara harfiah

berarti contoh). Pengambilan sampel adalah mengumpulkan volume tertentu

suatu badan air yang akan di teliti, dengan jumlah sekecil mungkin tetapi

masih dapat mewakili (representatif) dan masih mempunyai semua sifat-sifat

yang sama dengan badan air tersebut.

Teknik pengambilan sampel air berbeda tergantung pada lokasi

pengambilannya. Pada praktikum, pengambilan sampel dilakukan pada air

kran.

23

Page 24: Mpn

Teknik pengambilan sampel air kran antara lain sebagai berikut:

langkah pertama adalah kran dibersihkan dengan kapas dan alcohol 70%

untuk menghilangkan benda, kotoran, dan debu yang menempel dan

mungkin dapat mengganggu, kemudian kran dibuka sehingga air mengalir

secara maksimal dan biarkan air mengalir selama 1-2 menit. Hal ini

bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang mungkin ada pada

system perpipaan kran. Setelah itu, mulut kran disterilkan dengan cara

dibakar dengan lampu spiritus agar mulut kran steril dari bakteri yang

mungkin dapat mengkontaminasi. Kemudian air kran ditampung dengan

botol hingga ¾ bagian botol (dengan menyisakan udara di atasnya) dengan

maksud untuk menyediakan oksigen bagi bakteri karena bakteri E.Coli

termasuk dalam jenis bakteri aerob. Setelah penampungan selesai, botol

harus ditutup rapat dan diberi label yang berisi: tempat, tanggal, jam

pengambilan, dan petugas pengambil. Sampel yang sudah terkumpul segera

dibawa ke laboratorium.

4.2.2. Teknik Perhitungan Nilai MPN

Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam contoh digunakan

metode Most Probable Number ( MPN ). Metode MPN adalah metode yang

digunakan dalam pemeriksaan kehadiran bakteri coli dari air yang dilakukan

berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang ditempatkan di dalam

tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya terbalik,

digunakan untuk menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa

menjadi asam dan gas).

Metode perhitungan MPN yang digunakan dalam praktikum adalah

metode 5:1:1 yaitu penggunaan 5 tabung yang berisi 10 ml sampel, 1 tabung

berisi 1 ml sampel, dan 1 tabung berisi 1 ml sampel pada media pembiakan

yang sesuai. Ada 2 tahap untuk melakukan perhitungan nilai MPN, yaitu uji

penduga (presumptive test) dan uji konfirmatif (confirmed test).

1. Uji Penduga (Presumtive Test)

24

Page 25: Mpn

Uji penduga merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran

bakteri koliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena

fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli. Pada uji penduga, media yang

digunakan adalah madia Lactosa Broth Single Strength (LBSS) dan Lactosa

Broth Double Strength (LBDS). Perbedaan dari kedua media ini adalah:

media LBSS memiliki konsentrasi yang lebih kecil daripada media LBDS.

Dan perbedaan yang lainnya adalah volume sampel yang diinokulasikan pada

media LBDS lebih banyak daripada media LBSS.

Pada metode MPN 5:1:1 digunakan 5 tabung yang berisi 10 ml media

LBDS (1a s/d 5a) dan 2 tabung yang masing-masing berisi 10 ml media LBSS

(1b dan 2b). Ke dalam tabung 1 a sampai 5a kemudian diinolulasikan 10 ml

sampel. Pada tabung 1b diinolulasikan 1 ml sampel, dan pada tabung 2b

diinolulasikan 0,1 ml sampel. Saat menginokulasikan sampel harus dilakukan

dengan cara yang aseptis agar biakan yang diperoleh tidak terkontaminasi

oleh bakteri yang bukan berasal dari sampel. Kemudian sampel yang telah

diinokulasi diinkubasi pada suhu 370 C selama 48 jam. Tabung dinyatakan

positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam

tabung Durham.

Pada hasil pengamatan, pada sampel air kran 1 (asrama) didapatkan 2

tabung yang positif antara lain tabung 3a dan 5a. Sedangkan pada sampel air

kran 2 (kantin) didapatkan tabung yang menunjukkan hasil positif antara lain

tabung 1a,2a,4a,dan 5a. Dari sejumlah tabung yang menunjukkan hasil positif,

kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji konfirmatif.

25

Page 26: Mpn

2. Uji Konfirmatif (Confirmed Test)

Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang

positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam,

suspensi ditanamkan pada media Brilliant Green Lactosa Bile Broth (BGLB)

secara aseptik dengan menggunakan ose. Dari tiap-tiap tabung yang

presumptive dipindahkan 1-2 ose ke dalam tabung konfirmatif yang berisi 10

ml BGLB. Pada uji konfirmatif ini dibuat dua seri yaitu satu seri diinkubasi

pada suhu 370C dan satu seri lagi diinkubasi pada suhu 440C selama 48 jam.

Tujuannya adalah untuk memastikan adanya bakteri koliform fekal

(Escherichia coli) atau koliform non fekal (Enterobacter aerogenes) pada

sampel.

Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau

manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan

atau tanam-tanaman yang telah mati. Jadi, adanya Escherichia coli dalam air

minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses

manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Koliform non fekal

ini dapat bertahan hidup pda suhu 440C.

Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari

volume di dalam tabung Durham. Dari hasil pengamatan, pada sampel 1

semua tabung yang diinkubasi pada suhu 370C menunjukkan hasil positif,

sedangkan pada tabung yang diinkubasi pada suhu 440C sumua tabung

menunjukkan hasil negative. Pada sampel 2 semua tabung yang diinkubasi

pada suhu 370C menunjukkan hasil positif, sedangkan pada tabung yang

26

Tabung LBDS10 ml sampel

Tabung LBSS1 ml sampel

Tabung LBSS0,1 ml sampel

Page 27: Mpn

diinkubasi pada suhu 440C sumua tabung menunjukkan hasil negative. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada kontaminasi bakteri E. coli pada sampel.

Pembacaan (dicocokkan dengan table MPN 5:1:1) dilakukan setelah 24

jam masa inkubasi dengan melihat jumlah tabung BGLB yang menunjukkan

hasil positif gas. Dari hasil pengamatan tersebut didapatkan pola MPN pada

sampel 1 adalah 2 0 0 yang menunjukkan nilai MPN sebesar 5/100 ml.

sedangkan pada sampel 2 didapatkan pola MPN pada sampel adalah 4 0 0

yang menunjukkan nilai MPN sebesar 17/100 ml.

Tabel MPN 5 1 1

JUMLAH TABUNG (+)GAS PADA PENANAMAN Index MPN Per 100 ml5x10 ml 1x10 ml 1x0,1 ml

0 0 0 00 0 1 20 1 0 2

27

Tabung BGLBSeri 370C

Tabung BGLBSeri 440C

Page 28: Mpn

0 1 1 41 0 0 21 0 1 41 1 0 41 1 1 72 0 0 52 0 1 82 1 0 82 1 1 103 0 0 93 0 1 123 1 0 123 1 1 164 0 0 174 0 1 214 1 0 224 1 1 275 0 0 675 0 1 845 1 0 2655 1 1 >979

4.2.3. Interpretasi Hasil dan Keadaan Higienitas Air

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah

dimasak. Air bersih harus memenuhi syarat baik dari segi biologis, fisika,

kimia, dan radioaktif.

Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung

mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Pada

umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah bakteri seperti

Eschericia coli. Berdasarkan Permenkes No 416 / Menkes / Per / IX / 1990

tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air menyebutkan bahwa

syarat-syarat mikrobiologis untuk air minum adalah MPN Koliform/100 cc

sampel = 0. Sedangkan untuk air bersih = 10 ( untuk air perpipaan ) dan 50

( untuk air bukan perpipaan ).

28

Page 29: Mpn

Sampel yang diperiksa pada praktikum adalah sampel air kran yang

termasuk dalam sumber air bersih perpipaan. Dari hasil perhitungan nilai

MPN didapatkan nilai MPN pada sampel air kran 1 (asrama) adalah 5/100 ml

dan nilai MPN pada sampel air Kran 2 (kantin) adalah 17/100ml.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel air kran 1 masih memenuhi

standar kualitas air bersih. Sedangkan, pada sampel air kran 2 tidak

memenuhi standar kualitas air bersih. Kedua sampel air tersebut tidak layak

untuk dikonsumsi secara langsung dan harus melalui proses pengolahan

terlebih dahulu.

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

29

Page 30: Mpn

Adapun simpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Teknik pengambilan sampel air kran yang akan digunakan dalam

perhitungan nilai MPN adalah:

a. Kran dibersihkan dengan kapas dan alcohol 70% untuk menghilangkan

benda, kotoran, dan debu yang menempel dan mungkin dapat

mengganggu.

b. Kran dibuka sehingga air mengalir secara maksimal dan biarkan air

mengalir selama 1-2 menit.

c. Mulut kran disterilkan dengan cara dibakar dengan lampu spiritus agar

mulut kran steril dari bakteri yang mungkin dapat mengkontaminasi.

d. Air kran ditampung dengan botol hingga ¾ bagian botol (dengan

menyisakan udara di atasnya).

e. Setelah penampungan selesai, botol harus ditutup rapat dan diberi label

yang berisi: tempat, tanggal, jam pengambilan, dan petugas pengambil.

f. Sampel yang sudah terkumpul segera dibawa ke laboratorium.

2. Metode MPN adalah metode yang digunakan dalam pemeriksaan kehadiran

bakteri coli dari air yang dilakukan berdasarkan penggunaan medium kaldu

laktosa yang ditempatkan di dalam tabung reaksi berisi tabung durham yang

terdiri dari uji presumtif dan uji konfirmatif. Metode perhitungan nilai MPN

yang digunakan dalam praktikum adalah metode 5:1:1

3. Dari hasil perhitungan nilai MPN didapatkan nilai MPN pada sampel air kran

1 (asrama) adalah 5/100 ml dan nilai MPN pada sampel air Kran 2 (kantin)

adalah 15/100ml. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel air kran 1 masih

memenuhi standar kualitas air bersih. Sedangkan, pada sampel air kran 2

tidak memenuhi standar kualitas air bersih berdasarkan Permenkes No 416 /

Menkes / Per / IX / 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.

5.2. Saran

1. Disarankan kepada praktikan agar melakukan sterilisasi media secara

benar sehingga didapatkan media yang sesuai dan memenuhi standar

untuk melakukan perhitungan nilai MPN.

30

Page 31: Mpn

2. Dasarankan kepada praktikan agar memahami teknik pengambilan sampel

yang benar sehingga diperoleh sampel yang representative dan dapat

dihasilkan hasil analisa yang dapat dipertanggungjawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anoname, 2009, Cara Menghitung Nilai MPN, Uji Colifrm, diakses di:

31

Page 32: Mpn

Anoname, 2011, Pengukuran Coliform dengan MPN, Diakses di:

http://analiskesehatan-pontianak.blogspot.com/2011/02/pengukuran-

coliform-dengan-mpn.html, diakses tanggal: 11 April 2012

Anoname, 2011, Pentingnya Melakukan Pengambilan Sampel Air, diakses di: http:

http://dinas-kesehatan-kab-bone-bolango.co.id/2011/02/pentingnya-

melakukan-pengambilan-sampel-air, diakses tanggal: 11 April 2011

Prasetyo, Dwi, 2009, Uji Most Probable Number (Mpn) Coliform

 Pada Pengelolaan Air Mpsdh “Tirto Darmo”  

Di Desa Genilangit Poncol Magetan, Akademi Analis Farmasi Dan

Makanan (Akafarma) Sunan Giri Ponorogo

Widianti dan Ristianti, 2004, Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo Air

Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali, Jurusan Pendidikan Biologi,

Fakultas P-MIPA IKIP Negeri Singaraja

32