Upload
dewiie-prayitna
View
154
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun mahluk hidup
di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik
tumbuhan maupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, seperti di dalam sel
tumbuhan terkandung lebih dari 75% atau di dalam sel hewan terkandung lebih dari
67%. Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan dan di dalam
tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung dapat
digunakan untuk kepentingan manusia. Karena 97% dari sumber air tersebut terdiri
dari air laut, 2,5% berbentuk salju abadi yang baru dalam kedaan mencair dapat
digunakan (Widianti dan Ristianti, 2004).
Keperluan sehari-hari terhadap air, berbeda untuk tiap tempat dan untuk tiap
tingkatan kehidupan. Yang jelas, semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat
jumlah keperluan akan air (Widianti dan Ristianti, 2004). Maka dari itu, kualitas air
harus benar-benar diperhatikan.
Kualitas air dapat dilihat dari indikator mikrobiologi, fisik dan kimia di
dalamnya. Pemeriksaan air secara mikrobiologis sangat penting dan dapat dilakukan
terhadap semua jenis air yang ada, terutama dilakukan untuk menentukan standar
kualitas air. Mengingat bahwa air merupakan sumber kehidupan yang utama bagi
semua makhluk hidup.
Air merupakan habitat yang secara alaminya sangat mudah tercemar oleh
faktor biotik dan abiotik. Dalam air, terutama air yang digunakan dalam keperluan
sehari-hari apabila ditemukan adanya mikroorganisme apalagi mikroorganisme
phatogen tentu dapat membahayakan kesehatan penggunannya. Indicator adanya
pencemaran bakteri dalam air adalah bakteri coliform dan fecal coli.
Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indicator
adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu, dan
produk-produk susu. Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri
1
berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerob dan anaerob fakultatif
yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam
pada suhu 35oC. Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2 grup yaitu: koliform
fekal misalnya Escherichia coli dan koliform non fekal misalnya Enterobacter
aerogenes.
Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau
manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau
tanaman-tanaman yang sudah mati. Jadi, adanya Escherichia coli dalam air minum
menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses manusia dan
mungkin dapat mengandung pathogen usus. Oleh karena itu, standar air minum
mensyaratkan Escherichia coli harus nol dalam 100 ml.
Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam sampel digunakan metode Most
Probable Number (MPN), pemeriksaan kehadiran bakteri coli dari air dilakukan
melalui beberapa uji, antara lain uji presumtif, dan uji konfirmatif. Output dari kedua
uji ini adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth
unit) atau unit pembentuk-koloni (colony-forming unit) dalam sampel. Namun untuk
lebih memastikan jenis bakteri tersebut maka dilanjutkan dengan uji pelengkap.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimanakah teknik pemeriksaan MPN pada sampel air?
1.2.2. Bagaimanakah keadaan higienitas pada sampel air yang diperiksa
berdasarkan pemeriksaan MPN ?
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan nilai MPN pada sampel air
sehingga dapat ditentukan kualitas air tersebut secara mikrobiologi.
2
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk dapat mengetahui teknik melakukan pemeriksaan MPN pada
sampel air.
b. Untuk dapat mengetahui keadaan higienitas pada sampel air yang
diperiksa berdasarkan hasil pemeriksaan MPN air.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Praktis
Dari praktikum ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi mahasiswa
sehingga dapat menambah keterampilan mahasiswa dalam pemeriksaan MPN
pada air dan dapat mentukan keadaan hiegenitas sampel air tersebut berdasarkan
hasil pemeriksaan MPN
1.4.2 Manfaat Teoritis
a. Memperluas pengetahuan mahasiswa khususnya mengenai
pemeriksaan MPN pada sampel air.
b. Menjadi referensi di bidang keilmuan khususnya mikrobiologi dalam
hal teknik pemeriksaan nilai MPN pada sampel air.
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Pengertian dan Peranan Air
Air merupakan sesuatu yang esensial bagi berlangsungnya kehidupan. Makhluk
hidup tidak akan bertahan hidup tanpa adanya air. Air merupakan kebutuhan yang
tidak dapat di tinggalkan bagi kehidupan manusia, karena air di gunakan untuk
bermacam-macam kegiatan misalnya minum, makan, mencuci, pertanian industri,
perikanan, rekreasi dan juga pembangkit listrik. Bagi tubuh manusia, air merupakan
materi penting karena jika tubuh kehilangan cairan maka akan berakibat buruk bagi
manusia seperti dehidrasi dan kematian (Prasetyo, 2009).
2.2. Sumber Air Bersih
Berdasarkan asalnya sumber air dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Air Hujan/ Air Angkasa
Air hujan sebagian besar berasal dari penguapan air laut, dan sebagian kecil
berasal dari penguapan air tanah dan pepohonan. Penguapan terjadi karena
adanya panas matahari. Uap air tersebut terkumpul di angkasa sebagai awan
kemudian jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan membawa serta
mikroorganisme debu, gas, serta kotoran yang ada di angkasa. Air hujan akan
lebih tercemar ketika tiba di tanah dan tercampur dengan sampah, kotoran baik
hewan maupun manusia. Air hujan yang jatuh ke tanah biasanya akan meresap
ke dalam tanah, tetapi ada juga yang menggenang di atas tanah tergantung pada
struktur tanah (Prasetyo, 2009).
b. Air Permukaan
Air permukaan disebut juga air badan air yaitu air yang berasal dari tempat
wadah yang berada di atas permukaan daratan yang terisi dan atau menghasilkan
air, yaitu rawa, danau, sungai, waduk dan saluran air (Permenkes RI
No.173/Men,Kes/Per/VIII/77).
4
c. Air Tanah
Air tanah merupakan sumber air bersih yang banyak di gunakan. Berbagai
macam cara untuk memperoleh air tanah di antaranya dengan sumur pompa,
sumur bor, mesin diesel, sumur gali. Diantara cara-cara tersebut sumur gali
adalah yang paling banyak di gunakan. Khususnya di daerah pedesaan. Selain
biayanya relatif murah, biasanya masyarakat desa memanfaatkan sumur gali
yang sudah ada yang merupakan peninggalan leluhur mereka. Selain sumur gali
untuk masyarakat di daerah pegunungan memanfaatkan mata air untuk
memenuhi kebutuhannya. Untuk masa sekarang ini air dari mata air di alirkan
melalui pipa dan di distribusikan sampai ke tempat yang jauh. Menurut R.A.
Edward air yang melalui sistem distribusi di bagi menjadi 2 macam :
1. Persediaan air yang telah diberi Chlorine atau yang telah di suci hamakan
dengan cara lain. Penanganan secara efisien secara maksimal, dengan cara
pemberian Chlorine atau cara-cara penyuci hamaan yang lain harus
menghasilkan air yang bebas dari organisme Coliform, bagaimanapun
kotornya air mentah aslinya. Suatu contoh dari air yang memasuki sistem
distribusi dan tidak memenuhi standart tersebut perlu segera di teliti baik
mengenai efisiensi proses, penjernihannya, maupun cara-cara pengambilan
contoh (Prasetyo, 2009).
2. Persediaan air yang tidak di suci hamakan. Dimana terdapat persediaan air
jenis ini, maka air yang memasuki sistem distribusi tidak di anggap
memuaskan kalau mengandung E. coli dalam 100 ml. Kalu E.coli tidak
ada, adanya tidak lebih dari tiga organisme Coliform per 100 ml dapat di
tolerir dalam beberapa contoh persediaan air pipa yang tidak di suci
hamakan, asalkan contoh-contoh itu telah sering di uji secara teratur dan
daerah pengambilan serta kondisi penyimpanan cukup memuaskan.
(Prasetyo, 2009).
5
2.3. Standar Kualitas Air Bersih
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang ”Syarat-
syarat Dan Pengawasan Kualitas Air “, air bersih adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah:
1. Persyaratan Biologis
Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme
yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat dibagi
dalam empat group, yakni parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis
mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah
bakteri seperti Eschericia coli. Berdasarkan Permenkes No 416 / Menkes / Per /
IX / 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air menyebutkan bahwa
syarat-syarat mikrobiologis untuk air minum adalah MPN Koliform/100 cc
sampel = 0. Sedangkan untuk air bersih = 10 ( untuk air perpipaan ) dan 50
( untuk air bukan perpipaan ) ( Permenkes No. 416 Tahun 1990 Tentang ”Syarat-
syarat Dan Pengawasan Kualitas Air “, dalam Anoname,Tt).
Air tanah mengandung zat organik dan anorganik merupakan tempat yang
baik bagi kehidupan mikroorganisme. Mikroorganisme yang autotrof merupakan
pertama dalam air yang mengandung zat organik. Sinar matahari terutama sinar
ultraviolet memang dapat melemahkan bakteri tapi daya tembus sinar UV dalam
air tidak seberapa. Air yang mengalir deras dan bergerak menerjang batu-batuan
kurang baik untuk kehidupan bakteri. Air sumur dalam hal ini tergantung
lingkungannya, pada umumnya lebih bersih daripada air permukaan. (Anoname,
Tt)
2. Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni
derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini sesungguhnya
selain penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik
seperti suhu dan keasaman tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak
langsung pada persyaratan biologis dan kimiawi, seperti warna air dan bau
6
(Permenkes No. 416 Tahun 1990 Tentang ”Syarat-syarat Dan Pengawasan
Kualitas Air “, dalam Anoname,Tt).
3. Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi
air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses
biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan berbagai macam
logam berat khususnya air raksa, timah hitam, dan cadmium dapat menjadi
gangguan pada faal tubuh dan berubah menjadi racun (Permenkes No. 416 Tahun
1990 Tentang ”Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air “, dalam
Anoname,2009).
4. Persyaratan Radioaktif
Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan
fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan
pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor nuklir
( Permenkes No. 416 Tahun 1990 Tentang ”Syarat-syarat Dan Pengawasan
Kualitas Air “, dalam Anoname,Tt).
2.4. Kelompok Kehidupan dalam Air
Faktor-faktor biotik yang terdapat di dalam air terdiri dari bakteria, fungi,
mikroalgae, protozoa dan virus, serta kumpulan hewan ataupun tumbuhan air lainnya
yang tidak termasuk kelompok mikroba. Kehadiran mikroba di dalam air dapat
menguntungkan tetapi juga dapat merugikan (Widyanti dan Ristianti, 2004).
1. Menguntungkan
Banyak plankton, baik fitoplankton ataupun zooplankton merupakan makanan
utama ikan, sehingga kehadirannya merupakan tanda kesuburan perairan tersebut.
Jenis-jenis mikroalgae misalnya : Chlorella, Hydrodyction, Pinnularia,
Scenedesmus, Tabellaria (Widyanti dan Ristianti, 2004).
a. Banyak jenis bakteri atau fungi di dalam badan air berlaku sebagai jasad
”dekomposer”, artinya jasad tersebut mempunyai kemampuan untuk mengurai
atau merombak senyawa yang berada dalam badan air. Sehingga
7
kehadirannya dimanfaatkan dalam pengolahan buangan di dalam air secara
biologis (Widyanti dan Ristianti, 2004).
b. Pada umumnya microalgae mempunyai klorofil, sehingga dapat melakukan
fotosintesis dengan menghasilkan oksigen. Di dalam air, kegiatan fotosintesis
akan menambah jumlah oksigen, sehingga nilai kelarutan oksigen akan
naik/ber-tambah, ini yang diperlukan oleh kehidupan di dalam air (Widyanti
dan Ristianti, 2004).
c. Kehadiran senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi dimanfaatkan oleh
jasad pemakai atau konsumen. Tanpa adanya jasad pemakai kemungkinan
besar akumulasi hasil uraian tersebut dapat mengakibatkan keracunan
terhadap jasad lain, khususnnya ikan (Widyanti dan Ristianti, 2004).
2. Merugikan
a. Yang paling dikuatirkan, bila di dalam badan air terdapat mikroba penyebab
penyakit, seperti : Salmonella penyebab penyakit tifus/paratifus, Shigella
penyebab penyakit disentribasiler, Vibrio penyebab penyakit kolera,
Entamoeba penyebab disentriamuba (Widyanti dan Ristianti, 2004).
b. Di dalam air juga ditemukan mikroba penghasil toksin seperti : Clostridium
yang hidup anaerobik, yang hidup aerobik misalnya : Pseudomonas,
Salmonella, Staphyloccus, serta beberapa jenis mikroalgae seperti Anabaena
dan Microcystis (Widyanti dan Ristianti, 2004).
c. Sering didapatkan warna air bila disimpan cepat berubah, padahal air tersebut
berasal dari air pompa, misal di daerah permukiman baru yang tadinya
persawahan. Ini disebabkan oleh adanya bakteri besi missal Crenothrix yang
mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri
(Widyanti dan Ristianti, 2004).
d. Di permukiman baru yang asalnya persawahan, kalau air pompa disimpan
menjadi berbau (bau busuk). Ini disebabkan oleh adanya bakteri belerang
misal Thiobacillus yang mempunyai kemampuan mereduksi senyawa sulfat
menjadi H2S (Widyanti dan Ristianti, 2004).
8
e. Badan dan warna air dapat berubah menjadi berwarna hijau, biru-hijau atau
warna-warna lain yang sesuai dengan warna yang dimiliki oleh mikroalgae.
Bahkan suatu proses yang sering terjadi pada danau atau kolam yang besar
yang seluruh permukaan airnya ditumbuhi oleh algae yang sangat banyak
dinamakan blooming. Biasanya jenis mikroalgae yang berperan didalamnya
adalah Anabaena flosaquae dan Microcystis aerugynosa. Dalam keadaan
blooming sering terjadi kasus-kasus :
Ikan mati, terutama yang masih kecil yang disebabkan karena jenis-jenis
mikroalgae tersebut dapat menghasilkan toksin yang dapat meracuni ikan.
Korosi atau pengkaratan terhadap logam (yang mengandung senyawa Fe
atau S), karena di dalam massa mikroalgae penyebab blooming didapatkan
pula bakteri Fe atau S penghasil asam yang korosif. Ada pernyataan
bahwa air jernih belum tentu bersih. Ini dihubungkan dengan keadaan
bahwa air, sejak keluar dari mata air, sumur, ternyata sudah mengandung
mikroba, khususnya bakteri atau mikroalgae. Pada air yang kotor atau
sudah tercemar, misal air sungai, air kolam, air danau dan sumber-sumber
lainnya, disamping akan didapati mikroba seperti pada air jernih, juga
kelompok mikroba lainnya yang tergolong penyebab penyakit, penghasil
toksin, penyebab blooming, penyebab korosi, penyebab deteriorasi,
penyebab pencemaran ini adalah bakteri coli (Widyanti dan Ristianti,
2004).
2.5. Bakteri Indikator Keamanan Air
Dalam bidang mikrobiologi pangan dikenal istilah bakteri indikator sanitasi.
Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan
menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh feses manusia.
Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan
hidup pada usus manusia. Jadi, adanya bakteri tersebut pada air atau makanan
menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan pernah
mengalami kontak dengan feses yang berasal dari usus manusia dan oleh karenanya
9
mungkin mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya (Widyanti dan Ristianti,
2004).
Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indicator
adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan
produkproduk susu. Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri
berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobic
fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam
waktu 48 jam pada suhu 35oC. Adanya bakteri koliform di dalam makanan/minuman
menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau
toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Widyanti dan Ristianti, 2004).
Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2 grup yaitu : (1) koliform fekal
misalnya Escherichia coli dan ( 2 ) koliform nonfekal misalnya Enterobacter
aerogenes. Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau
manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau
tanam-tanaman yang telah mati. Jadi, adanya Escherichia coli dalam air minum
menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses manusia dan
mungkin dapat mengandung patogen usus (Fardiaz, 1993 ).
Jenis mikroorganisme ini sering di jumpai pada alat-alat pencemaran hewan dan
burung, baik yang sudah di ternakkan atau yang masih liar. Tempat di perolehnya
jenis organisme yang terbanyak yang sehubungan dengan suplay bahan pangan
manusia adalah sapi, domba, babi dan ayam (Edwards,1987).
Kuman Coliform merupakan segolongan besar dan heterogen kuman-kuman
batang gram negatif yang dalam batas-batas tertentu mirip Escerechia Coli.
Disamping Escerechia Coli yang berasal dari saluran pencernaan, golongan-golongan
organisme berikut sering di masukkan dalam “Coliform” (Fardiaz,1993).
a. Golongan Klebsiella – Enterobacter – Serratia :
Klebsiella Pneumoniae, yang khas semula di kenal kuman patogen bagi
pernafasan, sekarang sering di temukan pada infeksi-infeksi saluran
pernafasan, dan saluran air kemih di rumah sakit. Kuman ini di tandai
pertumbuhan mukoid, kapsul polisakarida yang besar dan tidak bergerak.
10
Enterobacter Aerogenes, sering dapat bergerak, pertumbuhan yang kurang
mukoid, mempunyai kapsul kecil, di temukan hidup bebas dalam saluran
pencernaan,saluran air kemih dan pada septis. Serratia Marcoscens, batang
kecil gram negatif, hidupnya bebas, dapat menghasilkan pigmen merah
kuat dalam biakan , Serratia biasanya meragikan laktosa sangat lambat.
(Ryadi,1984)
1. Ciri Organisme
Kuman Coliform adalah kuman batang pendek gram negatif yang dapat
membentuk rantai. Pembiakan yang tidak cocok terjadi dalam bentuk filamen
panjang. Kapsul jarang ada pada E. Coli, lebih sering pada Enterobacter.
Berbentuk besar dan teratur pada Klebsiella Pergerakan terdapat sebagian besar
strain E.Coli dan beberapa strain Enterobacter. Pergerakan tidak ada pada
Klebsiella (Prasetyo, 2009).
2. Biakan
E.Coli membentuk koloni bulat konveks, halus dengan pinggir-pinggir yang
nyata. Koloni Enterobacter sama tetapi sedikit lebih mukoid. Koloni Klebsiella
besar, sangat mukoid dan cenderung bersatu pada pengeraman yang lama
(Prasetyo, 2009).
3. Sifat-sifat pertumbuhan
E.Coli dan Enterobacter memecahkan banyak karbohidrat dengan membentuk
asam dan gas E.Coli menghasilkan CO2 dan H2. Tes-tes khusus (IMVIC) yang di
pergunakan untuk differensiasi E.Coli dan E.Aerogenes :
a Tes indol E.Coli menghasilkan indol pada kaldu yang mengandung triptofan.
b Test Merah Metil. Tes ini menunjukan pH biakan pada kaldu glukosa 0,5%
setelah 4 hari pada 370C. Bila pH di bawah 4,5 merah metil positif.
c Reaksi Voges Proskaver, tergantung pada pembentukan asetil metil karbinal
dari dekstrosa. Dengan adanya Alkali, zat ini di oksidasi menjadi diasetil dan
memberikan warna merah muda (khususnya Enterobacter.
11
d Tes Sitrat, mempergunakan natriun sitrat sebagian sumber tunggal karbon
(organisme hidup bebas)
(Prasetyo, 2009).
4. Patogenesis dan Patologi
Kuman Coliform merupakan sebagian besar flora erobik usus normal. Di
dalam usus, umumnya kuman ini tidak menyebabkan penyakit dan malahan dapat
membantu fungsi normal dan nutrisi, organisme ini menjadi patogen bila
mencapai jaringan di luar saluran pencernaan. E.Coli dapat menyebabkan
penyakit diare dengan 2 mekanisme yang nyata. Klebsiella Pneumoniae terdapat
dalam saluran pencernaan dan dalan tinja dari kira-kira 5% orang normal dan
adalah penyebab sebagian kecil(kira-kira 0,3%) Pneumonia oleh kuman
(Prasetyo, 2009).
5. Epidemi,Pencegahan dan Pengawasan
Kuman Coliform merupakan normal saluran pencernaan, beberapa hari
setelah lahir dan sejak itu merupakan bagian utama Coliform jasad renik erobik
normal dari tubuh. E.Coli adalah suatu prototipe. Ditemukannya Coliform dalam
air atau susu di terima sebagai bukti adanya kontaminasi tinja. Adanya spesies
Escerechia atau Enterobacter atau “intermediate”nya dalam jumlah besar dalam
air minum menunjukan adanya kontaminasi permukaan (Prasetyo, 2009).
Tindakan pengawasan tidak mudah di lakukan pada flora endogen normal.
Erotipe enteropatogenik E.Coli dan kuman “parakalon” harus di awasi seperti
Salmonella. Coliform merupakan masalah pokok infeksi rumah sakit saat ini.
Yang penting untuk di ketahui adalah bahwa banyak kuman koliform gram
negatif adalah “Kopartunis” yang dapat menimbulkan penyakit bila masuk ke
dalam penderita yang lemah dalam rumah sakit atau lembaga-lembaga lainnya.
Kuman ini sering di tularkan oleh pegawai, alat-alat atau pengobatan perenteral.
Pengawasan kuman tergantung pada cuci tangan, aseptis yang teliti, sterilisasi
alat-alat, desimfeksi dan pengendalian perintah pengobatan intravena dan
tindakan pencegahan yang teliti dalam mempertahankan saluran air kemih agar
tetap steril (Jawest, Ernest dkk,1986).
12
2.6. Perhitungan Nilai MPN
Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam contoh digunakan metode Most
Probable Number ( MPN ). Pemeriksaan kehadiran bakteri coli dari air dilakukan
berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang ditempatkan di dalam tabung
reaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya terbalik, digunakan untuk
menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi asam dan gas).
Tergantung kepada kepentingan, ada yang menggunakan sistem 3-3-3 (3 tabung
untuk 10 ml, 3 tabung untuk 1,0 ml, 3 tabung untuk 0,1 ml) atau 5-5-5 (Prasetyo,
2009).
Metode penentuan angka mikroorganisme dengan metode Angka Paling
Mungkin di gunakan luas di lingkungan sanitasi untuk menentukan jumlah kuman
Coliform di dalam air, susu, dan makanan lainnya. Metode ini adalah metode statistik
didasarkan pada teori kemungkinan. Serangkaian sampel diencerkan sampai titik
akhir dimana tidak ada mikroorganisme hidup. Untuk mendapatkan titik akhir,
serangkaian pengenceran di biakkan di dalam media pertumbuhan yang cocok dan
perkembangan atau perubahan sifat-sifat yang mudah di amati seperti pembentukan
asam, atau kekeruhan di pakai untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri.
Pertumbuhan bakteri pada masing-masing tabung di sesuaikan dengan tabel indeks
MPN untuk menentukan konsentrasi mikroorganisme di dalam sampel asli. Dan batas
kepercayaan 95% untuk berbagai kombinasi hasil positif dan negatif pada
penggunaan 3 tabung 10ml, 3 tabung 1ml, dan 3 tabung 0,1ml(Dr.Harmita,Apt.2005).
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah
unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony-forming unit) dalam
sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah
individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi
misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air
tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 coliform pada setiap gramnya.
Makin kecil nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak
minum. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap
13
nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi
(FDA,1989).
Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap yaitu (1) Uji
penduga (presumptive test), (2) Uji penguat (confirmed test) dan Uji pelengkap
(completed test). Uji penduga juga merupakan uji kuantitatif koliform menggunakan
metode MPN (Widyanti dan Ristianti, 2004).
a. Uji penduga (presumptive test)
Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform
berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh
bakteri golongan koli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa,
dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara.
Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di
dalam tabung Durham. Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat
dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas
dan dibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung
jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam
hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 350C. Jika
dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung Durham, dihitung sebagai
hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN
penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN (Widyanti dan Ristianti, 2004).
b. Uji penguat (confirmed test)
Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang positif
terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi
ditanamkan pada media Eosin Methylen Biru Agar ( EMBA ) secara aseptik dengan
menggunakan jarum inokulasi. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh ber-warna
merah kehijauan dengan kilat metalik atau koloni berwarna merah muda dengan
lendir untuk kelompok koliform lainnya (Widyanti dan Ristianti, 2004).
c. Uji pelengkap (completed test)
Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk menentukan
bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji ketetapan diinokulasikan
14
ke dalam medium kaldu laktosa dan medium agar miring Nutrient Agar ( NA ),
dengan jarum inokulasi secara aseptic (Widyanti dan Ristianti, 2004).
Diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk
asam dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel positif mengandung bakteri
Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakter
Escherichia coli menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek. Untuk
membedakan bakteri golongan koli dari bakteri golongan coli fekal (berasal dari tinja
hewan berdarah panas), pekerjaan dibuat Duplo, dimana satu seri diinkubasi pada
suhu 370C (untuk golongan koli ) dan satu seri diinkubasi pada suhu 420C (untuk
golongan koli fekal). Bakteri golongan koli tidak dapat tumbuh dengan baik pada
suhu 420C, sedangkan golongan koli fekal dapat tumbuh dengan baik pada suhu
420C (Widyanti dan Ristianti, 2004).
Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan tidak adanya coliform dalam 100
ml air minum. Akan tetapi United States Enviromental Protection Agency (USEPA)
lebih longgar persyaratan uji coliform-nya mengingat coliform belum tentu
menunjukkan adanya kontaminasi feses manusia, apalagi adanya patogen. Pada air
bukan untuk minum umumnya terdapat perbedaan persyaratan coliform dan
Escherichia coli. Air untuk kolam renang (primary contact water) misalnya
mensyaratkan kandungan coliform <2,4 x 103, tetapi syarat Escherichia coli tentunya
lebih ketat, yaitu < 1 x 103 dalam 100 ml (Widyanti dan Ristianti, 2004).
d. Uji identifikasi
Dengan melakukan reaksi IMVIC (Indole, Methyl red, Voges-Proskauer tes,
penggunaan Citrat)
(Widyanti dan Ristianti, 2004).
15
BAB III
METODE
3.1 Waktu dan Tempat
3.1.1 Waktu
Praktikum I
Hari/tanggal : Senin, 15 Oktober 2012
Jam : 09.00-12.20 WITA.
Kegiatan : Pembuatan media (LBDS dan LBSS), BGLB , EMB,
TSI, dan SIM
Praktikum II
Hari/tanggal : Senin, 29 Oktober 2012
Jam : 09.00-12.20 WITA.
Kegiatan : Pengambilan sampel air dan penanaman pada media
LBDS dan LBSS untuk uji presumtive
Praktikum III
Hari/tanggal : Selasa, 30 Oktober
Jam : 12.30-13.30 WITA.
Kegiatan : penanaman ke media BGLB untuk uji konfirmative
Pengamatan dan penanaman pada media BGLB
Praktikum IV
Hari/tanggal : Rabu, 31 Oktober 2012
Jam : 14.00-15.00 WITA.
Kegiatan : Pemeriksaan uji konfirmative dan penentuan nilai
MPN pada sampel air serta uji pelengkap I yaitu
penanaman ke media EMB
16
Praktikum V
Hari/tanggal : Kamis, 1 Nopember 2012
Jam : 13.00-14.00 WITA.
Kegiatan : pemeriksaan uji pelengkap pada media EMB, uji
pelengkap II yaitu penanaman ke media TSI dan SIM,
serta pembuatan dan pewarnaan preparat gram dari
koloni di media EMB
Praktikum VI
Hari/tanggal : Jumat, 2 Nopember 2012
Jam : 14.00-15.00 WITA.
Kegiatan : Praktikum pemeriksaan uji pelengkap pada TSI dan
SIM serta pengamatan mikroskopis preparat gram
3.1.2 Tempat
Praktikum bakteriologi dilaksanankan di laboratorium bakteriologi
Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
a. Pengambilan Sampel Air
Botol Steril
Aluminium Foil
Kapas
Api Bunsen
Label
b. Pemeriksaan Nilai MPN
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
17
Tabung durham
Incubator
Pipet ukur
Label
Ose Jarum dan Ose Bulat
Plate
Api Bunsen
Mikroskop
3.2.2 Sampel
a. Sampel Air Kran Kos Satya Nugraha
b. Sampel Air Kran Jurusan Kesehatan Lingkungan
3.2.3 Bahan
a. Pengambilan Sampel Air
Alkohol 70%
b. Pemeriksaan Nilai MPN
Lactosa Broth Single Strength
Lactosa Broth Double Strength
Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB)
Eosin Metylene Blue (EMB)
Triple Sugar Iron (TSI)
Sulfate Indol Motility (SIM)
Sampel air
3.3 Cara Kerja
18
1. Cara Pengambilan Sampel Air Kran
19
Langkah Kerja
Pembuatan
Media
LBLBDS
LBSS
BGLB
Pengambilan
Sampel Air
Pemeriksaan
Metode MPN 5:1:1
Uji Presumtif
Uji Konfirmatif
Uji Pelengkap
LBDS
LBSS
BGLB
TSI
EMB
SIM
2. Pemeriksaan (Metode MPN 5:1:1)
a. Uji Presumtif
b. Uji Konfirmatif
20
dibersihkan dan difiksasi kran dari setiap benda
yang mengganggu dengan kapas dan alkohol 70%
kran diputar sampai kran terbuka sehingga air
mengalir secara maksimal dan biarkan mengalir selama
1-2 menit
mulut kran disterilkan dengan cara dipanaskan
menggunakan lampu spiritus
tutup botol dibuka dengan tangan kiri,
botol dipegang dengan tangan kanan .
air kran ditampung hingga 3/4 bagian botol dengan maksud air dapat dikocok
sebelum dianalisa.
botol ditutup dengan hati-hati
badan botol didisi label yang berisi tempat,
tanggal, jam pengambilan, dan petugas pengambil.
sampel dibawa ke laboratorium
disiapkan 5 buah tabung yang masing-masing
berisi LBDS sebanyak 10 ml (1a s/d 5a)
disiapkan juga 2 tabung yang masing-masing
berisi 10 ml LBSS (tabung 1b dan 2b)
dengan pipet steril diinokulasi masing-
masing 10 ml asampel air ke dalam tabung 1a s/d 5
ke dalam tabung 1b diinokulasikan 1 ml sampel air
ke dalam tabung 2b diinokulasikan 0,1 ml sampel air
tabung-tabung digoyang perlahan agar sampel air
menyebar merata ke seluruh bagian media
diinkubasi pada suhu 370 Celcius selama 48 jam
setelah diinkubasi, diamati masing-masing tabung untuk
melihat ada tidaknya gas dalam tabung durham. adanya gas
menunjukkan presumtif positif
c. Uji Pelengkap
BAB IV
21
dari tiap-tiap tabung yang presumtif dipindahkan 1-2
ose ke dalam tabung konfirmatif yang berisi 10
ml BGLB
satu seri tabung BGLB diinkubasi pada suhu 370 C dan satu seri lagi diinkubasi
pada suhu 440 C untuk memastikan adanya coli tinja
pembacaan (dicocokkan dengan tabel MPN5:1:1) dilakukan
setelah 48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB yang menunjukkan positif gas
E. coli
Salah satu hasil
positif uji
konfirmatif
Diinikulasi pada
media EMB
Single Colony
(hijau metalyc)
Preparat gram TSI SIM
Pengamatan
Mikroskopis
Uji biokimia Uji biokimia
Basil + garam -
E. coli
Gas asam
E. coli
Pergerakan ( zona
putih di sekitas bekas
tusukan)
PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap dua sampel dari dua tempat
yang berbeda didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Uji Presumtif
Tabung Sampel Air Kran I(Asrama)
Sampel Air Kran II(Kantin)
LBDS 1 (1a) - +LBDS 2 (2a) - +LBDS 3 (3a) + -LBDS 4 (4a) - +LBDS 5 (5a) + +LBSS 1 (1b) - -LBSS 2 (2b) - -
Jumlah2 4
2. Uji Konfirmatif
a. Sampel Air Kran 1 (Asrama)
Tabung Interpretasi Hasil370C 440C
BGLB 1 + -BGLB 2 + -Jumlah 2 0
b. Sampel Air Kran 2 (Kantin)
Tabung Interpretasi Hasil370C 440C
BGLB 1 + -BGLB 2 + -BGLB 3 + -BGLB 4 + -Jumlah 4 0
3. Hasil Perhitungan Nilai MPN
No Sampel Uji Presumtif Uji Konfirmatif Nilai MPN
22
370C 440C1 Air Kran 1
(Asrama)2 0 0 2 0 0 0 0 0 5/100ml
2 Air Kran 2(Kantin)
4 0 0 4 0 0 0 0 0 17/100ml
Dari hasil uji presumtif dan konfirmatif (metode 5:1:1) yang didapatkan
kemudian dilakukan penentuan nilai MPN pada masing masing sampel dengan
cara mencocokkan hasil pada tabel MPN 5:1:1. Dari hasil penentuan tersebut
didapatkan bahwa pada sampel air kran 1 (asrama) didapatkan hasil nilai MPN
adalah 5 bakteri / 100 ml pada uji presumtif dan 5 bakteri/100 ml pada uji
konfirmatif. Bakteri yang ditemukan adalah bakteri yang bersifat non fekal.
Sedangkan pada sampel air kran 2 (kantin) didapatkan hasil nilai MPN adalah 17
bakteri/100ml pada uji presumtif dan 15 bakteri/100 ml pada uji konfirmatif.
Bakteri yang ditemukan adalah bakteri yang bersifat non fekal.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Teknik Pengambilan Sampel Air
Dalam mendapatkan data yang akurat tentang kualitas air maka salah
satu tahap awal dalam pelaksanaan analisa uji sampel air di laboratorium
adalah melakukan pengambilan sampel air. Sebuah kunci untuk praktek di
laboratorium secara sukses ialah pengambilan sampel secara tepat, serta
penanganan dan penyimpanan sampel yang di ambil. Sampel adalah bagian
dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel sendiri secara harfiah
berarti contoh). Pengambilan sampel adalah mengumpulkan volume tertentu
suatu badan air yang akan di teliti, dengan jumlah sekecil mungkin tetapi
masih dapat mewakili (representatif) dan masih mempunyai semua sifat-sifat
yang sama dengan badan air tersebut.
Teknik pengambilan sampel air berbeda tergantung pada lokasi
pengambilannya. Pada praktikum, pengambilan sampel dilakukan pada air
kran.
23
Teknik pengambilan sampel air kran antara lain sebagai berikut:
langkah pertama adalah kran dibersihkan dengan kapas dan alcohol 70%
untuk menghilangkan benda, kotoran, dan debu yang menempel dan
mungkin dapat mengganggu, kemudian kran dibuka sehingga air mengalir
secara maksimal dan biarkan air mengalir selama 1-2 menit. Hal ini
bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang mungkin ada pada
system perpipaan kran. Setelah itu, mulut kran disterilkan dengan cara
dibakar dengan lampu spiritus agar mulut kran steril dari bakteri yang
mungkin dapat mengkontaminasi. Kemudian air kran ditampung dengan
botol hingga ¾ bagian botol (dengan menyisakan udara di atasnya) dengan
maksud untuk menyediakan oksigen bagi bakteri karena bakteri E.Coli
termasuk dalam jenis bakteri aerob. Setelah penampungan selesai, botol
harus ditutup rapat dan diberi label yang berisi: tempat, tanggal, jam
pengambilan, dan petugas pengambil. Sampel yang sudah terkumpul segera
dibawa ke laboratorium.
4.2.2. Teknik Perhitungan Nilai MPN
Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam contoh digunakan
metode Most Probable Number ( MPN ). Metode MPN adalah metode yang
digunakan dalam pemeriksaan kehadiran bakteri coli dari air yang dilakukan
berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang ditempatkan di dalam
tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya terbalik,
digunakan untuk menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa
menjadi asam dan gas).
Metode perhitungan MPN yang digunakan dalam praktikum adalah
metode 5:1:1 yaitu penggunaan 5 tabung yang berisi 10 ml sampel, 1 tabung
berisi 1 ml sampel, dan 1 tabung berisi 1 ml sampel pada media pembiakan
yang sesuai. Ada 2 tahap untuk melakukan perhitungan nilai MPN, yaitu uji
penduga (presumptive test) dan uji konfirmatif (confirmed test).
1. Uji Penduga (Presumtive Test)
24
Uji penduga merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran
bakteri koliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena
fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli. Pada uji penduga, media yang
digunakan adalah madia Lactosa Broth Single Strength (LBSS) dan Lactosa
Broth Double Strength (LBDS). Perbedaan dari kedua media ini adalah:
media LBSS memiliki konsentrasi yang lebih kecil daripada media LBDS.
Dan perbedaan yang lainnya adalah volume sampel yang diinokulasikan pada
media LBDS lebih banyak daripada media LBSS.
Pada metode MPN 5:1:1 digunakan 5 tabung yang berisi 10 ml media
LBDS (1a s/d 5a) dan 2 tabung yang masing-masing berisi 10 ml media LBSS
(1b dan 2b). Ke dalam tabung 1 a sampai 5a kemudian diinolulasikan 10 ml
sampel. Pada tabung 1b diinolulasikan 1 ml sampel, dan pada tabung 2b
diinolulasikan 0,1 ml sampel. Saat menginokulasikan sampel harus dilakukan
dengan cara yang aseptis agar biakan yang diperoleh tidak terkontaminasi
oleh bakteri yang bukan berasal dari sampel. Kemudian sampel yang telah
diinokulasi diinkubasi pada suhu 370 C selama 48 jam. Tabung dinyatakan
positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam
tabung Durham.
Pada hasil pengamatan, pada sampel air kran 1 (asrama) didapatkan 2
tabung yang positif antara lain tabung 3a dan 5a. Sedangkan pada sampel air
kran 2 (kantin) didapatkan tabung yang menunjukkan hasil positif antara lain
tabung 1a,2a,4a,dan 5a. Dari sejumlah tabung yang menunjukkan hasil positif,
kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji konfirmatif.
25
2. Uji Konfirmatif (Confirmed Test)
Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang
positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam,
suspensi ditanamkan pada media Brilliant Green Lactosa Bile Broth (BGLB)
secara aseptik dengan menggunakan ose. Dari tiap-tiap tabung yang
presumptive dipindahkan 1-2 ose ke dalam tabung konfirmatif yang berisi 10
ml BGLB. Pada uji konfirmatif ini dibuat dua seri yaitu satu seri diinkubasi
pada suhu 370C dan satu seri lagi diinkubasi pada suhu 440C selama 48 jam.
Tujuannya adalah untuk memastikan adanya bakteri koliform fekal
(Escherichia coli) atau koliform non fekal (Enterobacter aerogenes) pada
sampel.
Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau
manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan
atau tanam-tanaman yang telah mati. Jadi, adanya Escherichia coli dalam air
minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses
manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Koliform non fekal
ini dapat bertahan hidup pda suhu 440C.
Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari
volume di dalam tabung Durham. Dari hasil pengamatan, pada sampel 1
semua tabung yang diinkubasi pada suhu 370C menunjukkan hasil positif,
sedangkan pada tabung yang diinkubasi pada suhu 440C sumua tabung
menunjukkan hasil negative. Pada sampel 2 semua tabung yang diinkubasi
pada suhu 370C menunjukkan hasil positif, sedangkan pada tabung yang
26
Tabung LBDS10 ml sampel
Tabung LBSS1 ml sampel
Tabung LBSS0,1 ml sampel
diinkubasi pada suhu 440C sumua tabung menunjukkan hasil negative. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada kontaminasi bakteri E. coli pada sampel.
Pembacaan (dicocokkan dengan table MPN 5:1:1) dilakukan setelah 24
jam masa inkubasi dengan melihat jumlah tabung BGLB yang menunjukkan
hasil positif gas. Dari hasil pengamatan tersebut didapatkan pola MPN pada
sampel 1 adalah 2 0 0 yang menunjukkan nilai MPN sebesar 5/100 ml.
sedangkan pada sampel 2 didapatkan pola MPN pada sampel adalah 4 0 0
yang menunjukkan nilai MPN sebesar 17/100 ml.
Tabel MPN 5 1 1
JUMLAH TABUNG (+)GAS PADA PENANAMAN Index MPN Per 100 ml5x10 ml 1x10 ml 1x0,1 ml
0 0 0 00 0 1 20 1 0 2
27
Tabung BGLBSeri 370C
Tabung BGLBSeri 440C
0 1 1 41 0 0 21 0 1 41 1 0 41 1 1 72 0 0 52 0 1 82 1 0 82 1 1 103 0 0 93 0 1 123 1 0 123 1 1 164 0 0 174 0 1 214 1 0 224 1 1 275 0 0 675 0 1 845 1 0 2655 1 1 >979
4.2.3. Interpretasi Hasil dan Keadaan Higienitas Air
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Air bersih harus memenuhi syarat baik dari segi biologis, fisika,
kimia, dan radioaktif.
Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung
mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Pada
umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah bakteri seperti
Eschericia coli. Berdasarkan Permenkes No 416 / Menkes / Per / IX / 1990
tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air menyebutkan bahwa
syarat-syarat mikrobiologis untuk air minum adalah MPN Koliform/100 cc
sampel = 0. Sedangkan untuk air bersih = 10 ( untuk air perpipaan ) dan 50
( untuk air bukan perpipaan ).
28
Sampel yang diperiksa pada praktikum adalah sampel air kran yang
termasuk dalam sumber air bersih perpipaan. Dari hasil perhitungan nilai
MPN didapatkan nilai MPN pada sampel air kran 1 (asrama) adalah 5/100 ml
dan nilai MPN pada sampel air Kran 2 (kantin) adalah 17/100ml.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel air kran 1 masih memenuhi
standar kualitas air bersih. Sedangkan, pada sampel air kran 2 tidak
memenuhi standar kualitas air bersih. Kedua sampel air tersebut tidak layak
untuk dikonsumsi secara langsung dan harus melalui proses pengolahan
terlebih dahulu.
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
29
Adapun simpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Teknik pengambilan sampel air kran yang akan digunakan dalam
perhitungan nilai MPN adalah:
a. Kran dibersihkan dengan kapas dan alcohol 70% untuk menghilangkan
benda, kotoran, dan debu yang menempel dan mungkin dapat
mengganggu.
b. Kran dibuka sehingga air mengalir secara maksimal dan biarkan air
mengalir selama 1-2 menit.
c. Mulut kran disterilkan dengan cara dibakar dengan lampu spiritus agar
mulut kran steril dari bakteri yang mungkin dapat mengkontaminasi.
d. Air kran ditampung dengan botol hingga ¾ bagian botol (dengan
menyisakan udara di atasnya).
e. Setelah penampungan selesai, botol harus ditutup rapat dan diberi label
yang berisi: tempat, tanggal, jam pengambilan, dan petugas pengambil.
f. Sampel yang sudah terkumpul segera dibawa ke laboratorium.
2. Metode MPN adalah metode yang digunakan dalam pemeriksaan kehadiran
bakteri coli dari air yang dilakukan berdasarkan penggunaan medium kaldu
laktosa yang ditempatkan di dalam tabung reaksi berisi tabung durham yang
terdiri dari uji presumtif dan uji konfirmatif. Metode perhitungan nilai MPN
yang digunakan dalam praktikum adalah metode 5:1:1
3. Dari hasil perhitungan nilai MPN didapatkan nilai MPN pada sampel air kran
1 (asrama) adalah 5/100 ml dan nilai MPN pada sampel air Kran 2 (kantin)
adalah 15/100ml. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel air kran 1 masih
memenuhi standar kualitas air bersih. Sedangkan, pada sampel air kran 2
tidak memenuhi standar kualitas air bersih berdasarkan Permenkes No 416 /
Menkes / Per / IX / 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.
5.2. Saran
1. Disarankan kepada praktikan agar melakukan sterilisasi media secara
benar sehingga didapatkan media yang sesuai dan memenuhi standar
untuk melakukan perhitungan nilai MPN.
30
2. Dasarankan kepada praktikan agar memahami teknik pengambilan sampel
yang benar sehingga diperoleh sampel yang representative dan dapat
dihasilkan hasil analisa yang dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anoname, 2009, Cara Menghitung Nilai MPN, Uji Colifrm, diakses di:
31
Anoname, 2011, Pengukuran Coliform dengan MPN, Diakses di:
http://analiskesehatan-pontianak.blogspot.com/2011/02/pengukuran-
coliform-dengan-mpn.html, diakses tanggal: 11 April 2012
Anoname, 2011, Pentingnya Melakukan Pengambilan Sampel Air, diakses di: http:
http://dinas-kesehatan-kab-bone-bolango.co.id/2011/02/pentingnya-
melakukan-pengambilan-sampel-air, diakses tanggal: 11 April 2011
Prasetyo, Dwi, 2009, Uji Most Probable Number (Mpn) Coliform
Pada Pengelolaan Air Mpsdh “Tirto Darmo”
Di Desa Genilangit Poncol Magetan, Akademi Analis Farmasi Dan
Makanan (Akafarma) Sunan Giri Ponorogo
Widianti dan Ristianti, 2004, Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo Air
Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali, Jurusan Pendidikan Biologi,
Fakultas P-MIPA IKIP Negeri Singaraja
32