Materi Tabuh Eko Sidiq Harmawan Nim 110030027

Embed Size (px)

Citation preview

SLIDE MATERI TABUH

Nama:Eko Sidiq Harmawan nim:110030027

PENGERTIAN KEBUDAYAANMenurut pandangan antropolog : keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1980: 193-239) Tiga wujud kebudayaan :

Pertama ,sebagai suatu kompleks ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan Kedua ,suatu kompleks tindakan berpola oleh manusia dalam masyarakat Ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia.

PENGERTIAN KEBUDAYAANTujuh unsur kebudayaan yaitu: Bahasa, Sistem Pengetahuan, Organisosial, Sistem Peralatan (teknologi), Sistem Mata Pencaharian, Sistem Kepercayaan, dan Kesenian. 239) (Koentjaraningrat, 1980: 193-

PENGERTIAN SENIPengertian Seni menurut pandangan teori seni klasik menyatakan bahwa seni harus indah, baik, dan benar

teori mimesis Plato dan Aristoteles kesenian adalah suatu usaha untuk menyalin alam ke dalam berbagai macam bentuk. Menurut Ki Hajar Dewantara seni adalah segala

perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakan perasaan jiwa

SENI KARAWITANSeni Karawitan adalah musik tradisional Indonesia baik vokal maupun instrumental yang berlaras pelog atau selendro. Dibedakan menjadi dua yaitu seni karawitan vokal dan seni karawitan instrumental. Seni karawitan vokal medianya suara manusia lazim disebut tembang, sedangkan seni karawitan instrumental medianya alat bunyi-bunyian lazim disebut gamelan

Berdasarkan penggolongannya seni karawitan terutama gamelan Bali diklasifikasikan ke dalam tiga klasifikasi yaitu: gamelan tua, gamelan madia dan gamelan baru. (Rembang, 1983). Golongan tua, dalam klasifikasi ini adalah gamelan

Gambang, Caruk, Selonding, Gender Wayang, Gong Bheri, Gong Luang dan Angklung Klentangan. Golongan Gambuh, madia dalam kategori ini adalah Gamelan Gong Bebonangan, Semara Pagulingan,

Pelegongan, Joged Pingitan, Bebarongan, Gong Gede,

Gamelan baru tonggaknya adalah muncul sejak awal abad XX hingga sekarang. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah Gong Kebyar, Gamelan Jegog, Kendang Mabarung, Joged Bumbung, Gamelan Salukat, Gamelan Bumbang (1982), Adi Merdangga (1984), Genta Pinara Pitu (1985), Gamelan Terompong Beruk, Bala Ganjur, Tektekan, Bumbung Gebyog, Grumbyungan, Gamelan Genggong, Gamelan Janger, Angklung Kebyar, Kembang Kirang, Gamelan Tambur, Gong Suling, Gong Samara Dahana

Gamelan-gamelan tersebut memiliki kedudukan yang strategis secara fungsional baik dalam kaitannya dengan fungsi : wali (sakral), bebali (semi sakral) dan balih-balihan (sekuler) juga dimanfaatkan sebagai media, wahana kreativitas bagi anggota masyarakat pendukungnya. Itulah sebabnya seni karawitan Bali dapat menunjang segala aktivitas kehidupan budaya masyarakatnya, seperti kegiatan ritual, adat, sosial, hari-hari besar kenegaraan, pawai, lomba, termasuk dalam menunjang kegiatan bidang pariwisata dan kepentingan politik bagi parpol dan ormas (kampanye, demonstrasi, dan atraksi pilkada lainnya).

gamelan sebagai pengiring juga sangat diperlukan untuk bidang seni tari seperti : tari yang berlakon dan pelakunya berantawacana seperti drama tari Wayang Wong diringi dengan gamelan Batel, Arja diringi dengan gamelan Geguntangan, dramatari Calonarang diringi gamelan Bebarongan, Legong Kraton diringi gamelan Palegongan, dramatari Gambuh diiringi gamelan Pagambuhan, dramatari Topeng diiringi gamelan Gong Gede atau Gong Kebyar, Parwa diiringi gamelan Batel, tari Janger diringi gamelan Batel dipadukan gamelan Gender Wayang, dan Sendratari diiringi dengan gamelan Gong kebyar atau sering pula dipadukan dengan Gong Gede dan

Tari Baris diirngi Gong Gde, Tari Sanghyang diringi tembang atau musik vokal, Sutri diringi Gong Kebyar, Tari Rejang diiringi Gong Gde/Kebyar, Tari Joged diiringi Joged Bumbung, Tari Mageret Pandan dan Tari Mabuang diirngi gamelan Selonding, Tari Makepung diirngi gamelan Jegog, Tari Godogan diiringi dengan gamelan Genggong dan tari-tarian lepas diirngi dengan Gamelan Gong Kebyar.

GONG KEBYARGong Kebyar adalah sebuah ansambel gamelan Bali yang dipekirakan muncul tahun 1915 (Mc Phee, 1966: 328) di daerah Bali Utara (Singaraja) tepatnya di desa Jagaraga (Sawan). Ada pula informasi yang lain bahwa yang memulai tradisi Kebyar Bagus Panji di desa Bungkulan. I Gst

Secara fisik Gamelan Gong Kebyar adalah pengembangan kemudian dari gamelan Gong Gede dengan pengurangan peranan dan peniadaan beberapa buah instrumennya seperti peranan Instrumen Terompong dikurangi bahkan dalam beberapa reportoar tidak digunakan sama sekali. Secara konsep Gong Kebyar adalah perpaduan antara rasa musikal Gender Wayang yang lincah, Gong Gede yang kokoh dan pelegongan yang melodis.

Munculnya tari Kebyar Legong karya Pan Wandres yang dikembangkan menjadi tari Teruna Jaya oleh Gde Manik semakin menunjukkan identitas gamelan ini yang cepat dan dinamis. Kemudian dengan datangnya seorang penari Jauk bernama I Ketut Mario dari Tabanan berhasil menciptakan tari Kebyar Duduk tahun 1925, dan tari Oleg Tamulilingan tahun 1952. Tari Kebyar Duduk disebut juga tari Kebyar Terompong, karena sambil duduk penarinya dengan lincah memainkan instrumen Terompong. Tarian-tarian ini sampai sekarang masih eksis dan menjadi ikon tarian Kebyar.

Gong Kebyar mampu mempopulerkan Sendratari (seni, drama, tari) di Bali. Sendratari yang pertama adalah Jaya Prana digubah oleh Wayan Beratha tahun 1962. Kemudian baru muncul sendratari berikutnya gubahan Wayan Beratha bersama guru Kokar lainnya. Ramayana tahun 1965, Sendratari Mayadenawa 1966, Sendratari Rajapala tahun 1967, dan Sendratari ArjunaWiwaha tahun 1970. Setelah itu muncul sendratari Mahabarata garapan Nyoman Jayus di Tanjung Bungkak, Sendratari Gatut Kaca Sraya oleh Wayan Dibia di Baturiti, dan Sendratari Puputan Margarana oleh 1980-an ASTI Nyoman Sumiasa dari Kedisan Singaraja. Era tahun dan Kokar bergabung menciptakan sendratari

Mahabaratha dan Ramayana 7 kanda.

Gong Kebyar adalah sebuah ansambel yang berlaras pelog lima nada. Laras adalah tangga nada dalam gamelan Bali, yakni urutan nada-nada dalam satu oktaf. Dalam gamelan Bali dikenal dua laras yakni laras pelog (mayor) dan laras selendro (minor). Laras pelog adalah urutan nada-nada dalam satu oktaf yang terdiri dari lima nada pokok dengan interval yang tidak sama, sedangkan laras selendro adalah urutan nada-nada dalam satu oktaf yang intervalnya hampir sama.

Laras pelog lima nada terdapat dalam gamelan Gong Kebyar, Gong Gede, Bebarongan, Adi Merdangga, Pelegongan, Babonangan. Laras pelog tujuh nada seperti terdapat dalam gamelan Gambang, Gong Luang, Semar Pagulingan, Pagambuhan, Semarandana, Gong Gede Saih PItu, Genta Pinara Pitu, Manika Santi, dll. Sementara laras selendro terdapat pada gamelan Angklung, Gender Wayang, Genggong, Joged Bumbung, dll.

Sebagai bentuk ansambel yang lengkap Gong Kebyar terdiri dari 10 buah gangsa berbilah dengan rincian dua ugal, empat pemade, dan empat kantilan; 2 jegogan, 2 jublag, dua penyacah, satu tungguh reyong berpencon 12, satu tungguh terompong berpencon 10, sepasang kendang lanang wadon, satu tungguh

kajar, satu tungguh kempli, satu tungguh kempul, satu tungguh kemong, sepasang Gong lanang-wadon, sepangkon cengceng , 1-3 buah suling, dan satu tungguh rebab.

Jika dilihat dari fungsi instrumennya dapat dibagi tiga kelompok yaitu sebagai pemangku lagu yaitu instrumen-intrumen memagang jalannya lagu seperti kantilan, pemade, yang ugal,

penyacah, jublag, jegogan, terompong, rebab dan suling; sebagai pemangku irama yaitu kemong, kempul, kajar, kempli, gong, dan sebagai pemurba irama adalah kendang bersama-sama dengan cengceng yaitu instrumen yang mengatur cepat lambat, keras lemah, dan memberhentikan lagu. Selain itu instrumen kolotomik yang memegang ruas-ruas dan hukum-hukum lagu adalah

penyacah, jublag, jegogan, kemong, kempli, kempul, dan gong.

Fungsi seniCurt Sachs dalam Word History of the Dance merumuskan ada dua fungsi utama tari yakni untuk tujuan-tujuan magis dan sebagai tontonan. artikelnya Gertrude Prokosch (G.P.) Kurath of Dance Etnology secara dalam rinci

Panorama

mengutarakan ada 14 fungsi tari dalam kehidupan manusia yaitu: 1)untuk inisiasi kedewasaan, 2) percintaan, 3), persahabatan, 4) perkawinan, 5) pekerjaan, 6) pertanian, 7) perbintangan, 8) perburuan, 9) menirukan binatang, 10) menirukan perang, 11)

9 fungsi musik etnis yaitu: 1.Sebagai kenikmatan estetis (pencipta maupun penonton) 2.Hiburan bagi seluruh warga masyarakat 3Komunikasi bagi warga masyarakat yang memahami musik 4Representasi simbolis 5.Respon Fisik 6.Memperkuat komformitas norma-norma sosial 7.Pengsahan isntitusi-institusi sosial dan ritual-ritual keagamaan 8.Sumbangan pada pelestarian dan stabilitas kebudayaan 9.Sebagai pengikat solidaritas sosial