8
32 Bab V HUBUNGAN GURU DAN MURID A. Makna Kerja Guru terhadap Murid Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan pengetahuan kepada anak didik. Sementara anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari sese- orang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendi- dikan. Keduanya merupakan unsur paling vital di dalam proses belajar-mengajar. Sebab seluruh proses, aktivitas orientasi serta relasi-relasi lain yang terjalin untuk menyelenggarakan pendi- dikan selalu melibatkan keberadaan pendidik dan peserta didik sebagai aktor pelaksana. Hal itu sudah menjadi syarat mutlak atas terselenggaranya suatu kegiatan pendidikan. Dengan menda- sarkan pada pengertian bahwa pendidikan berarti usaha sadar dari pendidik yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas peserta didik, terkandung suatu makna bahwa proses yang dinamakan pendidikan itu tidak akan pernah berlangsung apabila tidak hadir pendidik dan peserta didik dalam rangkaian kegiatan belajar mengajar. Sehingga bisa dikatakan bahwa pendidik dan peserta didik merupakan pilar utama terselenggaranya aktivitas pendidikan. Pendidik dan peserta didik merupakan dua jenis status yang dimiliki oleh manusia-manusia yang memainkan peran fungsional dalam wilayah aktivitas yang terbingkai sebagai dunia pendi- dikan. Masing-masing posisi yang melekat pada kedua pihak tersebut mewajibkan kepada mereka untuk memainkan seperang- kat peran berbeda sesuai dengan konstruksi struktural lingkungan pendidikan yang menjadi wadah kegiatan mereka. Antara pendi- dik dan peserta didik terikat oleh suatu tata nilai terpola yang menopang terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan posisi yang diperankan. Semenjak penyusunan perencanaan pengajaran sampai kepada evaluasi pengajaran telah melibatkan proses hubungan timbal balik antara guru dan murid baik secara lang- sung maupun tidak langsung demi mencapai tujuan kegiatan. Tentu saja melihat ciri khas tujuan tersebut mengindikasikan bahwa iklim dan orientasi belajar - mengajar selalu mengupaya- kan terjalinnya transformasi nilai substansi pendidikan agar sampai pada level pemahaman para murid dengan indikasi terpenuhinya kriteria peningkatan kemampuan pribadi baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Selain itu proses perembesan nilai dominan tersebut tentu- nya menyebar dan mendapat reaksi aktif dari para peserta didik dengan beragam kemampuan, identitas, karakter individu mau- pun kelompok serta unsur sosial lain yang ikut terlibat dalam atmosfir orientasi edukatif rupanya berhasil menciptakan kera- gaman pola hubungan beserta aneka ragam hasil dari interaksi belajar mengajar antara guru dan murid di dalam lingkungan belajarnya. Semua proses itu merupakan konsekuensi logis atas terbentuknya dunia sekunder aktivitas sekelompok manusia ber- nama lingkungan pendidikan yang di dalamnya mencakup kom- pleksitas aktivitas individu, kelompok dan sub-kultur lain yang ikut terlibat. Sehingga apapun yang terlaksana juga mengikut- sertakan jaring-jaring nilai, peran, status, hak dan kewajiban serta implikasi-implikasi sosial lainnya. Sebagai salah satu sistem organisasi aktivitas manusia, dunia pendidikan memiliki perangkat-perangkat sistemik yang mengi- kutsertakan unsur internal maupun eksternal guna membantu upaya pencapaian tujuan kelembagaannya. Dalam dimensi sosial, lembaga pendidikan merupakan bagian dari pranata sistem sosio- kultural masyarakat luas yang secara spesifik bertugas meme- lihara kelangsungan hasil kerja peradaban masyarakat agar dirangkai menjadi ragam aktivitas belajar-mengajar demi menja- min kelestarian produk masyarakat serta kualitas manusia-manu- sia penerus kebudayaan. Hakikat hubungan pendidikan dengan masyarakat ini mempengaruhi eksistensi serta dinamika antar- komponen dalam wilayah internal lembaga pendidikan. Sehingga untuk hal yang lebih khusus, hubungan guru dan murid tidak lepas dari jaring pengaruh komponen lain di wilayah kelembaga- anya juga kekuatan-kekuatan eksternal yang secara laten ikut ter- libat aktif mewarnai dinamika interaksi guru dan murid. Sedikit ilustrasi tersebut dapat menegaskan bahwa makna kerja guru terhadap murid dalam ruang pendidikannya bukanlah sekadar aktivitas sederhana yang terisolasi dari konteks pemben- tuk serta keanekaragaman implikasi sosialnya. Menyadari hal demikian, kiranya dapat dipahami bahwa aktivitas belajar-menga-

Hubungan Guru Dan Murid

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan Guru Dan Murid

32

Bab VHUBUNGAN GURU DAN MURID

A. Makna Kerja Guru terhadap MuridDalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang

memberikan pengetahuan kepada anak didik. Sementara anakdidik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari sese-orang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendi-dikan. Keduanya merupakan unsur paling vital di dalam prosesbelajar-mengajar. Sebab seluruh proses, aktivitas orientasi sertarelasi-relasi lain yang terjalin untuk menyelenggarakan pendi-dikan selalu melibatkan keberadaan pendidik dan peserta didiksebagai aktor pelaksana. Hal itu sudah menjadi syarat mutlak atasterselenggaranya suatu kegiatan pendidikan. Dengan menda-sarkan pada pengertian bahwa pendidikan berarti usaha sadardari pendidik yang bertujuan untuk mengembangkan kualitaspeserta didik, terkandung suatu makna bahwa proses yangdinamakan pendidikan itu tidak akan pernah berlangsung apabilatidak hadir pendidik dan peserta didik dalam rangkaian kegiatanbelajar mengajar. Sehingga bisa dikatakan bahwa pendidik danpeserta didik merupakan pilar utama terselenggaranya aktivitaspendidikan.

Pendidik dan peserta didik merupakan dua jenis status yangdimiliki oleh manusia-manusia yang memainkan peran fungsionaldalam wilayah aktivitas yang terbingkai sebagai dunia pendi-dikan. Masing-masing posisi yang melekat pada kedua pihaktersebut mewajibkan kepada mereka untuk memainkan seperang-kat peran berbeda sesuai dengan konstruksi struktural lingkunganpendidikan yang menjadi wadah kegiatan mereka. Antara pendi-dik dan peserta didik terikat oleh suatu tata nilai terpola yangmenopang terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan posisiyang diperankan. Semenjak penyusunan perencanaan pengajaransampai kepada evaluasi pengajaran telah melibatkan proseshubungan timbal balik antara guru dan murid baik secara lang-sung maupun tidak langsung demi mencapai tujuan kegiatan.Tentu saja melihat ciri khas tujuan tersebut mengindikasikanbahwa iklim dan orientasi belajar - mengajar selalu mengupaya-

kan terjalinnya transformasi nilai substansi pendidikan agarsampai pada level pemahaman para murid dengan indikasiterpenuhinya kriteria peningkatan kemampuan pribadi baik padaranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Selain itu proses perembesan nilai dominan tersebut tentu-nya menyebar dan mendapat reaksi aktif dari para peserta didikdengan beragam kemampuan, identitas, karakter individu mau-pun kelompok serta unsur sosial lain yang ikut terlibat dalamatmosfir orientasi edukatif rupanya berhasil menciptakan kera-gaman pola hubungan beserta aneka ragam hasil dari interaksibelajar mengajar antara guru dan murid di dalam lingkunganbelajarnya. Semua proses itu merupakan konsekuensi logis atasterbentuknya dunia sekunder aktivitas sekelompok manusia ber-nama lingkungan pendidikan yang di dalamnya mencakup kom-pleksitas aktivitas individu, kelompok dan sub-kultur lain yangikut terlibat. Sehingga apapun yang terlaksana juga mengikut-sertakan jaring-jaring nilai, peran, status, hak dan kewajiban sertaimplikasi-implikasi sosial lainnya.

Sebagai salah satu sistem organisasi aktivitas manusia, duniapendidikan memiliki perangkat-perangkat sistemik yang mengi-kutsertakan unsur internal maupun eksternal guna membantuupaya pencapaian tujuan kelembagaannya. Dalam dimensi sosial,lembaga pendidikan merupakan bagian dari pranata sistem sosio-kultural masyarakat luas yang secara spesifik bertugas meme-lihara kelangsungan hasil kerja peradaban masyarakat agardirangkai menjadi ragam aktivitas belajar-mengajar demi menja-min kelestarian produk masyarakat serta kualitas manusia-manu-sia penerus kebudayaan. Hakikat hubungan pendidikan denganmasyarakat ini mempengaruhi eksistensi serta dinamika antar-komponen dalam wilayah internal lembaga pendidikan. Sehinggauntuk hal yang lebih khusus, hubungan guru dan murid tidaklepas dari jaring pengaruh komponen lain di wilayah kelembaga-anya juga kekuatan-kekuatan eksternal yang secara laten ikut ter-libat aktif mewarnai dinamika interaksi guru dan murid.

Sedikit ilustrasi tersebut dapat menegaskan bahwa maknakerja guru terhadap murid dalam ruang pendidikannya bukanlahsekadar aktivitas sederhana yang terisolasi dari konteks pemben-tuk serta keanekaragaman implikasi sosialnya. Menyadari haldemikian, kiranya dapat dipahami bahwa aktivitas belajar-menga-

Page 2: Hubungan Guru Dan Murid

33

jar antara guru dengan murid merupakan salah satu gejala sosialyang memiliki keterkaitan erat dengan rangkaian latar belakangserta konsekuensi sosialnya. Oleh sebab itu, dalam kerangka ter-sebut segi-segi hubungan guru dan murid menjadi salah satutopik bahasan dalam sosiologi pendidikan. Dalam hal ini, kaca-mata sosiologi pendidikan akan meneropong segala hal yangberkaitan dengan interaksi edukatif antara guru dan murid dalamkonteks sosialnya.

B. Arti Interaksi EdukatifManusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan keha-

diran manusia lain. Keberadaan manusia selain diri kita menye-babkan proses hubungan timbal-balik terjadi secara alamiah. Pro-ses jalinan hubungan antar individu maupun kelompok terjadidalam rangkaian upaya memenuhi kebutuhan. Motif saling mem-butuhkan yang berbeda-beda jenis kebutuhan membuat manusiasaling melayani kebutuhan manusia lain.

Kecenderungan manusia untuk berhubungan melahirkankomunikasi dua arah melalui bahasa yang mengandung tindakandan perbuatan. Oleh karena ada aksi dan reaksi, maka interaksipun terjadi. Oleh karena itu, interaksi akan berlangsung bila adahubungan timbal balik antara dua orang atau lebih.

Ilustrasi tentang interaksi diatas adalah interaksi manusiayang lazim terjadi dalam masyarakat. Hal itu berbeda denganinteraksi edukatif, interaksi tersebut dilakukan secara alamiahtanpa dilandasi pedoman tujuan yang mengikat. Mereka mela-kukan interaksi dengan tujuan masing-masing. Oleh karena itu,interaksi antara manusia selalu mempunyai motif-motif tertentuguna memenuhi tuntutan hidup dan kehidupan mereka masing-masing.

Interaksi yang berlangsung di sekitar kehidupan manusiadapat diubah menjadi “interaksi yang bernilai edukatif”, yakniinteraksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubahtingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi yang bernilaipendidikan ini dalam dunia pendidikan disebut sebagai “interaksiedukatif”.

Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif duaarah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehinggainteraksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif.

Semua unsur interaksi edukatif harus berproses dalam ikatantujuan pendidikan. Oleh karena itu, interaksi edukatif adalahsuatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anakdidik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.

Proses interaksi edukatif adalah suatu proses yang mengan-dung sejumlah norma. Semua norma itulah yang harus gurutransfer kepada anak didik. Oleh karena itu, wajarlah bila interaksiedukatif tidak berproses dalam kehampaan, tetapi dalam penuhmakna. Interaksi edukatif sebagai jembatan yang menghidupkanpersenyawaan antara pengetahuan dan perbuatan, yang mengan-tarkan kepada tingkah laku sesuai dengan pengetahuan yangditerima anak didik. Dengan demikian dapat dipahami bahwainteraksi edukatif adalah hubungan dua arah antara guru dananak didik dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untukmencapai tujuan pendidikan.

C. Beberapa Ciri Interaksi EdukatifProses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses

kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa seba-gai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar,dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksiantara siswa dan guru, dibutuhkan komponen-komponen pendu-kung seperti antara lain telah disebut pada ciri-ciri interaksi edu-katif. Komponen-komponen tersebut dalam berlangsungnya pro-ses belajar-mengajar tidak dapat dipisah-pisahkan. Perlu ditegas-kan bahwa proses belajar-mengajar yang dikatakan sebagai prosesteknis ini, juga tidak dapat dilepaskan dari segi normatifnya. Seginormatif inilah yang mendasari proses belajar mengajar.

Sehubungan dengan uraian di atas, maka interaksi edukatifyang secara spesifik merupakan proses atau interaksi belajar-mengajar itu, memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan denganbentuk interaksi lain. Djamarah (1980) merinci ciri-ciri interaksibelajar mengajar tersebut yaitu:1. Interaksi belajar-mengajar memiliki tujuan, yakni untuk mem-

bantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yangdimaksud interaksi belajar-mengajar itu sadar tujuan, denganmenempatkan siswa sebagai pusat perhatian. Siswa mempu-nyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.

Page 3: Hubungan Guru Dan Murid

34

2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana,didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agardapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melaku-kan interaksi perlu adanya prosedur atau langkah-langkahsistematis dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan pembela-jaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan membu-tuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula. Sebagai con-toh misalnya tujuan pembelajaran agar siswa dapat menun-jukkan letak Kota New York, tentu kegiatannya tidak cocokkalau disuruh membaca dalam hati, dan begitu seterusnya.

3. Interaksi belajar-mengajar ditandai dengan satu penggarapanmateri yang khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sede-mikian rupa sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudahbarang tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi komponen anak didik yangmerupakan sentral. Materi harus sudah didesain dan disiap-kan sebelum berlangsungnya interaksi belajar-mengajar.

4. Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Sebagai konsekuensibahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa meru-pakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar-mengajar. Aktivitas siswa dalam hal ini, baik secara fisik mau-pun secara mental aktif. Inilah yang sesuai dengan konsepCBSA. Jadi tidak ada gunanya guru melakukan kegiatan inte-raksi belajar-mengajar, kalau siswa hanya pasif saja. Sebabpara siswalah yang belajar, maka merekalah yang harusmelakukannya.

5. Dalam interaksi belajar-mengajar, guru berperan sebagai pem-bimbing. Dalam peranannya sebagai pembimbing ini guruharus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agarterjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagaimediator dalam segala situasi proses belajar-mengajar,sehingga guru akan merupakan tokoh yang akan dilihat danakan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (“akanlebih baik bersama siswa”) sebagai designer akan memimpinterjadinya interaksi belajar-mengajar.

6. Di dalam interaksi belajar-mengajar membutuhkan disiplin.Disiplin dalam interaksi belajar-mengajar ini diartikan sebagaisuatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurutketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak dengan secara

sadar, baik pihak guru maupun pihak siswa. Mekanismekonkrit dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib ini akanterlihat dari pelaksanaan prosedur. Jagi langkah-langkah yangdilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan.Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu indikator pelang-garan disiplin.

7. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran ter-tentu dalam sistem berkelas (kelompok siswa), batas waktumenjadi salah-satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan. Setiaptujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harussudah tercapai.

Di samping beberapa ciri seperti telah diuraikan di atas,unsur penilaian adalah unsur yang amat penting. Dalam kaitan-nya dengan tujuan yang telah ditetapkan maka untuk mengetahuiapakah tujuan proses belajar- mengajar (interaksi edukatif) sudahatau belum, perlu diketahui dengan kegiatan penilaian..

D. Berbagai Bentuk Interaksi EdukatifBelajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai nor-

matif. Belajar mengajar adalah suatu proses yang dilakukandengan sadar dan bertujuan. Tujuan adalah sebagai pedoman kearah mana akan dibawa proses belajar mengajar. Proses belajarmengajar akan berhasil bila hasilnya mampu membawa peruba-han dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap-sikap dalam diri anak didik.

Interaksi belajar mengajar dikatakan bernilai normatif karenadi dalamnya ada sejumlah nilai. Jadi, adalah wajar bila interaksiitu dinilai bernilai edukatif? Guru yang dengan sadar berusahauntuk mengubah tingkah laku, sikap, dan perbuatan anak didikmenjadi lebih baik, dewasa, dan bersusila yang cakap adalah sikapdan tingkah laku guru yang bernilai edukatif.

Ada tiga bentuk komunikasi antara guru dan anak didikdalam proses interaksi edukatif, yakni komunikasi sebagai aksi,komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi.

Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah menem-patkan guru sebagai pemberi aksi dan anak didik sebagai pene-rima aksi. Guru aktif, dan anak didik pasif. Mengajar dipandangsebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran.

Page 4: Hubungan Guru Dan Murid

35

Dalam komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi duaarah, guru berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi.Demikian pula halnya anak didik, bisa sebagai penerima aksi, bisapula sebagai pemberi aksi. Antara guru dan anak didik akanterjadi dialog.

Dalam komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyakarah, komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dan anak didik.Anak didik dituntut lebih aktif daripada guru, seperti halnyaguru, dapat berfungsi sebagai sumber balajar bagi anak didik lain.

Usman (2000) berpendapat bahwa kegiatan interaksi belajarmengajar sangat beraneka ragam bentuk coraknya, mulai darikegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiriyang dilakukan oleh anak didik. Hal ini tentu saja sangatbergantung pada keterampilan guru dalam mengelola kegiataninteraksi belajar mengajar. Penggunaan variasi bentuk interaksimutlak harus dilakukan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agartidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan, serta untukmenghidupkan suasana kelas demi keberhasilan anak didik dalammencapai tujuan.

Pola interaksi guru (G) - murid (A) menurut Usman (2000),dapat diklasifikasikan stidaknya atas 5 (lima) jenis, yaitu sebagaiberikut.

a. Pola guru-anak didik

G Komunikasi sebagai aksi (satu arah)

A A A

b. Pola guru-anak didik-guru

G

A A A

c. Pola guru-anak didik-anak didik

G

A A A

d. Pola guru-anak didik, anak didik-guru, anak didik-anak didik

G

A A

A A

e. Pola melingkar

G

A A

A AA

Situasi pengajaran atau proses interaksi belajar mengajar ter-jadi dalam berbagai pola komunikasi di atas, akan tetapi komu-nikasi sebagai transaksi yang dianggap sesuai untuk mengaktifkanpotensi siswa/murid bisa jadi sangat tergantung situasi dan kebu-tuhan yang dikembangkan oleh guru, atau bisa jadi merupakangabungan dari banyak pola interaksi di atas.

Ada balikan (feed back) bagi guru, tidakada interaksi antarsiswa (komunikasisebagai interaksi).

Interaksi optimal antara guru dan anakdidik dan antara anak didik (komu-nikasi sebagai transaksi, multiarah).

Interaksi optimal antara gurudan anak didik dan antara anakdidik dengan anak didik(komunikasi sebagai transaksi,multi arah)

Setiap anak didik mendapat giliranuntuk mengemukakan sambutan ataujawaban, tidak diperkenankan berbi-cara dua kali apabila setiap anak didikbelum mendapat giliran.

Page 5: Hubungan Guru Dan Murid

36

E. Kedudukan Guru1. Tugas Guru

Dalam lingkup profesi guru memiliki beberapa tugas, baikyang terikat oleh profesinya maupun di luar tugas formalnya.Secara garis besar tugas guru dapat dikelompokkan menjadi tigayakni tugas profesi, tugas kemanusiaan dan tugas kemasyara-katan.

Sebagai salah satu profesi resmi kedudukan guru memer-lukan keahlian khusus. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukanoleh sembarang orang di luar bidang pekerjaannya. Terkaitdengan hal tersebut Usman (2000) menegaskan bahwa tugas gurusebagai profesi mencakup beberapa persyaratan:a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan

teori ilmu pengetahuan yang mendalam,b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu

sesuai dengan bidang profesinya,c. Menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai,d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari

pekerjaan yang dilakukannya, dane. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika

kehidupan.

Selain persyaratan tersebut, sebetulnya masih ada persya-ratan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolongke dalam suatu profesi antara lain yaitu,a. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya,b. Memiliki klien atau obyek layanan yang tetap seperti dokter

dengan pasiennya, guru dengan muridnya, danc. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di

masyarakat.Sebagai bahan perbandingan, berikut ini disajikan pula ciri-

ciri keprofesian yang dikemukakan oleh D. Westby Gibson ,1965 (dalam Usman , 2000) secara rinci adalah sebagai berikut,

a. Pengakuan oleh masyarakat terhadap layanan tertentu yanghanya dapat dilakukan oleh kelompok pekerja yang dikate-gorikan sebagai suatu profesi,

b. Dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasansejumlah teknik dan prosedur yang unik,

c. Diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematis sebelumorang mampu melaksanakan suatu pekerjaan professional,dan

d. Dimilikinya organisasi profesional yang di samping melin-dungi kepentingan anggotanya dari saingan kelompok luar,juga berfungsi tidak saja menjaga, akan tetapi sekaligus selaluberusaha meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat,termasuk tindak-tindak etis profesional kepada anggotanya.

Atas dasar persyaratan tersebut, jelaslah jabatan profesionalharus ditempuh melalui jenjang pendidikan khusus yang mem-persiapkan jabatan itu. Demikian pula dengan profesi guru, harusditempuh melalui pendidikan pre service education di lembagapendidikan tenaga kependidikan ( LPTK).

Dua tokoh ilmu sosial yakni Etzioni dan Leggart sebagaimanadijelaskan oleh Robinson (1981) mengemukakan pandangannyaterhadap profesi guru dalam kancah dunia pekerjaan. MenurutEtzioni pada tahun 1969, guru dapat dimasukan dalam kategori“semi profesi” yang di dalamnya juga tercakup profesi pekerjasosial dan juru rawat. Sementara Leggart pada tahun 1970, lebihsuka menggunakan istilah “profesi birokrasi” dengan alasanbahwa ciri-ciri khusus pekerjaan mengajar timbul dari citra kerjadi dalam organisasi-organisasi. Kriteria semiprofesi dimaksudkanbahwa dalam kedudukan tingkat profesi, semiprofesi merupakantingkat profesional kedua, dan menuntut tanggung jawab agakpenuh dibandingkan dengan tingkat profesi penuh. Dalam posisitersebut, guru di satu sisi terikat secara total dan ketat denganaturan serta tata laksana profesinya dari struktur organisasi yangmengelola profesi pekerjaannya, penentuan kurikulum nasional,anggaran dana dari Departemen Pendidikan serta ketentuan-ketentuan luar yang mengikat kerja profesinya. Namun dalammelaksanakan pekerjaannya guru juga memiliki otoritas pribadiuntuk menentukan pendekatan pengajaran, serta serangkaiankegiatan interaksi belajar mengajar di ruang kelas sesuai dengankebutuhan dan situasi yang dihadapi.

Page 6: Hubungan Guru Dan Murid

37

Uraian di atas menjelaskan latar belakang tugas guru sebagaipengajar dan pendidik. Tugas guru sebagai suatu profesi menun-tut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri se-suai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajardan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi.Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengem-bangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagaipengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu penge-tahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagaipelatih berarti mengembangkan keterampilan dan menerap-kannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.

Tugas kemanusiaan juga menjadi salah satu segi dari tugasguru. Sisi ini tidak bisa guru abaikan, karena guru harus terlibatdengan kehidupan di masyarakat dengan interaksi sosial. Guruharus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik.Dengan begitu anak didik dididik agar mempunyai sifat kesetia-kawanan sosial.

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harusdapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harusmampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya.Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi moti-vasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam penam-pilannya tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidakakan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada parasiswanya. Para siswa akan enggan mengahadapi guru yang tidakmenarik. Pelajaran tidak dapat diserap sehingga setiap lapisanmasyarakat (homo ludens, homopuber, dan homosapiens) dapatmengerti bila menghadapi guru.

Di bidang kemasyarakatan merupakan tugas guru yang jugatidak kalah pentingnya. Pada bidang ini guru mempunyai tugasmendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negaraIndonesia yang baik (yaitu yang bermoral Pancasila). Memangtidak dapat dipungkiri bila guru mendidik anak didik sama hal-nya guru juga bertugas mencerdaskan bangsa secara keseluruhan.

Bila dipahami, maka tugas guru tidak hanya sebatas dindingsekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah danmasyarakat. Secara singkat tugas guru dapat digambarkan melaluibagan berikut.

Bagan 1 : Tugas-tugas GuruMenurut Uzer Usman, 2000

Selain itu, T. Raka Joni (dalam Sardiman, 2001) merumuskantiga kemampuan penting yang harus dimiliki oleh seorang guruprofesional. Ketiga kemampuan tersebut dikenal dengan sebutan“tiga kompetensi” yaitu (1) kompetensi profesional, (2) kompe-tensi personal, dan (3) kompetensi sosial. Penjelasan untukmasing-masing adalah sebagai berikut:

TUGAS GURU

PROFESI

MENDIDIK

MENGAJAR

MELATIH

Meneruskan dan me-ngembangkan nilai-nilai hidup.

Meneruskan danmengembangkanilmu pengetahuandan teknologi

Mengembangkanketerampilan danpenerapannya

KEMANUSIAANAuto-pengertian

- homoludens- homopuber- homosapiens

Menjadi orang tua

Autoidentifikasi

Transformasi diri

KEMASYARAKATAN

Mendidik dan mengajarmasyarakat untukmenjadi warga negarayang bermoral Pancasila

Mencerdaskan bangsaIndonesia

Page 7: Hubungan Guru Dan Murid

38

a. Kompetensi profesional, artinya bahwa guru harus memilikipengetahuan yang luas serta mendalam tentang bidang studiyang akan diajarkan, serta penguasaan metodologis dalam artimemiliki pengetahuan konsep teoretis, mampu memilih meto-de yang tepat, serta mampu menggunakannya dalam prosesbelajar mengajar.

b. Kompetensi personal, artinya bahwa guru harus memilikisikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadisumber intensifikasi bagi subjek. Arti lebih terperinci adalahbahwa ia memiliki kepribadian yang patut diteladani sepertiyang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantoro yaitu “Ing ngar-so sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri han-dayani”.

c. Kompetensi sosial, artinya bahwa guru harus memilikikemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama teman guru, dengan kepalasekolah, dengan pegawai tata usaha, dan tidak lupa dengananggota masyarakat di lingkungannya.

2. Peran Guru dalam Proses PembelajaranSejak lahirnya pekerjaan mengajar, orang selalu berusaha

untuk meningkatkan prestasi belajar subjek didik. Di dalam prosespembelajaran, guru memegang peranan yang sangat penting.Untuk dapat diharapkannya hasil maksimal dari perannya, perlumencermati perilaku guru, konteks, siswa, kurikulum, metode,dan sarana. Keenam unsur ini dapat berpengaruh terhadapkualitas pembelajaran. Namun di antara keenam unsur tersebut,guru merupakan satu-satunya unsur yang mampu mengubahunsur-unsur lain menjadi bervariasi. Sebaliknya unsur-unsur yanglain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Dengandemikian dapat disimpulkan bahwa guru merupakan unsur yangmempunyai peran amat penting bagi terwujudnya pembelajaran,menurut kualitas yang dikehendaki.

Dengan cara membandingkan berbagai situasi pembelajaran,yakni melakukan analisis komponen-komponen situasi pembela-jaran itu jika berganti-ganti unsur seperti guru, siswa, kurikulum,metode, sarana dipandang sebagai satu variabel yang diekslusif-kan. Keterangan tersebut dapat dijelaskan dengan uraian fungsi

masing-masing komponen yang berpengaruh dalam interaksibelajar.

Dari segi komponen guru, kualitas pembelajaran akanbervariasi sesuai dengan karakter pribadi gurunya. Guru adalahmanusia. Manusia adalah unik. Setiap manusia memiliki spsifikasisendiri-sendiri. Dengan adanya keunikan itulah terlahir situasipembelajaran yang unik. Selain itu kualitas pembelajaran akanbervariasi sesuai dengan waktu seorang guru bekerja. Situasipembelajaran yang tercipta oleh seorang guru akan berbeda dariwaktu ke waktu. Oleh karena itu unsur “waktu” dalam bagian iniakan lebih tepat jika diperluas menjadi unsur “konteks”.

Kelompok siswa yang menjadi subyek didik juga memberipengaruh optimalnya pembelajaran. Dengan kondisi siswa yangberbeda, akan tercipta suasana kelas yang berbeda pula. Responyang berbeda antarkelompok siswa di kelas tertentu dibandingdengan kelompok siswa di kelas lain akan mempengaruhipendekatan pembelajaran yang berbeda. Pada pertengahan tahun1960-an Robert Rosenthal dan Lenore Jacobson sebagaimanaditerangkan Robinson (1981) mengadakan eksperimen yangtujuannya menguji pernyataan bahwa dalam kelas tertentu anakyang oleh gurunya diharapkan bisa mencapai perkembangankecerdasan yang lebih besar, akan menunjukkan pertumbuhanyang lebih besar pula. Setting penelitian yang dilakukan di SanFransisco ini dengan mengambil sampel murid Sekolah Dasarmenunjukkan hasil yang seperti diduga sebelumnya. Bagi sekolahsecara keseluruhan, anak-anak yang oleh gurunya diharapkan bisamencapai hasil yang lebih besar, memang bisa menunjukkan hasilyang lebih besar. Dengan kata lain, tingginya pengharapan gurutampaknya memungkinkan anak-anak bisa meningkatkankemampuan yang cukup tinggi pula.

Kualitas pembelajaran bervariasi sesuai dengan kurikulumyang disajikan. Sebenarnya yang dimaksud dengan kurikulumbukan sekadar materi pelajaran saja tetapi juga metode, strategi,pengelolaan siswa, dan lain-lain aspek kurikulum. Disisi lain jenisdan variasi metode yang digunakan juga ikut mempengaruhikeberhasilan pengajaran.

Jika deretan contoh di atas disimpulkan maka yang dapat kitaketahui dengan mantap adalah suatu bukti bahwa untukmemperoleh pembelajaran yang berkualitas agar menghasilkan

Page 8: Hubungan Guru Dan Murid

39

prestasi belajar yang berkualitas pula, maka perlu diperhatikanunsur-unsur yang secara langsung berkaitan dengan berlangsung-nya proses pembelajaran tersebut, yang penting adalah guru,siswa, kurikulum dan sarana, serta faktor lain yang sifatnyakontekstual.

Gambar 5Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pembelajaran

3. Kepemimpinan Guru terhadap MuridMengajar didefinisikan sebagai serangkaian interaksi antara

orang-orang yang berperan selaku guru dengan orang yang ber-peran sebagai murid, yang tujuannya untuk mengubah keadaankognitif dan afektif murid, maka pembahasan sosiologi pendidik-an mengenai peran guru terhadap peserta didiknya menitik-beratkan pada makna status guru dalam keterlibatannya denganmurid, yaitu guru memimpin murid dalam proses belajar mereka.

Dalam studi sosiologi pendidikan sendiri selama tahun 1940-an dan 1950-an diselenggarakan penelitian terkenal gunamenelaah “gaya kepemimpinan” guru terhadap murid. Olehkarena penerapannya pada pendidikan, asumsi dasarnya menya-takan bahwa kualitas guru selaku pemimpin, termasuk bagaimanaia mengontrol situasi kelas, menentukan semangat dan penam-pilan murid. Dalam salah satu penelitiannya Lewin dan Lippit,1940 sebagaimana ditulis Faisal dan Yasik (1985) mengadakanserangkaian eksperimen. Dalam eksperimen tersebut dibuatlah

beraneka ragam suasana kepemimpinan guru – murid, yang dapatditerapkan atau dimodifikasi juga oleh guru-guru yang lainnya.Eksperimen itu adalah sebagai berikut:

a) Kepemimpinan OtoriterTujuan umum, kegiatan khusus dan prosedur kerja kelompoksemuanya didikte oleh pemimpin. Di dalam kelas pemimpintetap menjaga jarak dari anggota. Partisipasi aktif hanyadilayani apabila menyangkut masalah tugas-tugas formal.

b) Kepemimpinan DemokratisSemua kebijakan, kegiatan dan prosedur kerjanya ditetapkanoleh kelompok secara keseluruhan pemimpinnya ikut aktifdan berusaha menjadi anggota biasa dengan semangat tanpamelakukan banyak kegiatan.

c) Kepemimpinan Laissez-faireDalam gaya kepemimpinan ini ada kebebasan sepenuhnyabagi kelompok maupun individu untuk menetapkan kepu-tusan, dengan sedikit partisipasi.

Guru

Siswa

Kurikulum

Sarana

KUALITASPEMBELAJARAN

Faktor