6
“Pacaran” dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai beberapa arti (Purwodarminto, 1976) : 1. Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan, bersuka- sukaan mencapai apa yang disenangi mereka. 2. Pacaran berarti “bergendak” yang sama artinya dengan berkencan atau berpasangan untuk berzina. 3. Pacaran berarti berteman dan saling menjajaki kemungkinan untuk mencari jodoh berupa suami atau istri. Pacaran menurut arti pertama dan kedua jelas dilarang oleh agama Islam, berdasarkan nash: a. Allah berfirman: َ لاَ و واُ بَ رْ قَ ت اَ نِ ّ ز ل اُ هَ ّ نِ اَ انَ كً هَ ! شِ ح اَ فَ اءَ سَ وً لا( يِ * بَ س راء: س لا ا( 32 ) “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” b. Hadits: ِ نَ عِ نْ ب اٍ اس8 َ ّ يَ ع( يِ 8 ضَ رُ ه8 ل ل اُ ه8 ْ نَ عُ ه8 َ ّ نَ @ اَ عِ مَ 8 سَ ّ ( يِ بَ ّ ب ل ا يَ ّ لَ 8 صُ ه8 ل ل اِ ه8 ْ ( نَ لَ عَ مَ ّ لَ 8 سَ وُ ول8 ُ قَ ( تَ لاَ ّ نَ وُ لْ خَ ( يٌ لُ جَ رٍ ةَ @ اَ رْ م ا8 ِ نَ لاَ وَ ّ نَ زِ ف اَ 8 سُ تٌ ةَ @ اَ ر8 ْ م اَ ّ لاِ ا اَ هَ عَ مَ وٌ مَ ر حَ م رواة( : ( اري 8 خ ب ل ا2784 م: ل8 س م, 2391 ) “Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw berkhutbah, ia berkata: Jangan sekali-kali seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang perempuan kecuali beserta ada mahramnya, dan janganlah seorang perempuan melakukan musafir kecuali beserta ada mahramnya” (muttafaq alaihi)

Fatwa Tarjih Muhammadiyah Pacaran Islami

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Fatwa Tarjih Muhammadiyah Pacaran Islami

“Pacaran” dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai beberapa arti (Purwodarminto,

1976) :

1. Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan, bersuka-sukaan mencapai apa yang

disenangi mereka.

2. Pacaran berarti “bergendak” yang sama artinya dengan berkencan atau berpasangan untuk

berzina.

3. Pacaran berarti berteman dan saling menjajaki kemungkinan untuk mencari jodoh berupa

suami atau istri.

Pacaran menurut arti pertama dan kedua jelas dilarang oleh agama Islam, berdasarkan

nash:

a. Allah berfirman:

� �وا و�ال ب �قر� �ا ت ن �ه� الز� �ن �ان� إ ة� ك اء� ف�اح�ش� � و�س� �يال ب (32) اإلسراء: س�“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan

yang keji dan suatu jalan yang buruk”

b. Hadits:

ن� ع�ن� �اس* اب ض�ي ع�ب ه� الله� ر� �ه� ع�ن ن� م�ع� أ �ي� س�44 �ب ل�ى الن ه� الل44ه� ص�44 �ي44 ع�ل

�م� ل �ق�ول� و�س� � ي �و�ن� ال ل �خ ج�ل; ي �ة* ر� أ �امر� � ب ن� و�ال اف�ر� �س� �ة; ت أ ر� � ام4 �ال ا إ و�م�ع�ه�4

م; (2391, مسلم: 2784البخاري: ) رواه م�حر�

“Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw berkhutbah, ia berkata:

Jangan sekali-kali seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang perempuan kecuali

beserta ada mahramnya, dan janganlah seorang perempuan melakukan musafir kecuali

beserta ada mahramnya” (muttafaq alaihi)

Perkawinan merupakan sunnah Rasulullah dengan arti bahwa suatu perbuatan yang

sangat dianjurkan oleh Rasulullah agar kaum muslimin melakukannya. Orang yang anti

perkawinan dicela oleh Rasulullah, berdasarkan hadits:

�س� عن �ن ن� أ �ك* ب ول� أن� م�ال س� ه� الله� ص�ل�ى الله� ر� �ي44 �م� ع�ل ل ال: و�س�44 ق�44

�ي… �ك�ن ص�وم� ل� �فط�ر� أ ص�ل�ي و�أ

� ق�د� و�أ ر� و�ج� و�أ �ز� �ت اء� و�أ �س�44 غ�ب� ف�م�ن الن ر�

�ت�ي ع�ن ن س� س� �ي (2487 , مسلم:4675البخاري: * )رواه م�ن�ي ف�ل

Page 2: Fatwa Tarjih Muhammadiyah Pacaran Islami

“Dari Anas ra. Bahwasanya Nabi saw berkata: …tetapi aku, sesungguhnya aku salat,

tidur, berbuka dan mengawini perempuan, maka barangsiapa yang benci sunnahku

maka ia bukanlah dari golonganku”

Pada umumnya suatu perkawinan terjadi setelah melalui beberapa proses, yaitu proses

sebelum terjadi akad nikah, proses akad nikah dan proses setelah terjadi akad nikah. Proses

sebelum terjadi akad nikah melalui beberapa tahap, yaitu tahap penjajakan, tahap peminangan

dan tahap pertunangan. Tahap penjajakan mungkin dilakukan oleh pihak laki-laki kepada

pihak perempuan atau sebaliknya, atau pihak keluarga masing-masing. Rasulullah

memerintahkan agar pihak-pihak yang melakukan perkawinan melihat atau mengetahui calon

jodoh yang akan dinikahinya, berdasarkan hadits:

�ي ع�ن ب� ة� أ ر� ي اء� ق�ال� ه�ر� ج�ل; ج� ص�ار� م�ن� ر� �ن أل �ل�ى ا ول� إ س� ص�ل�ى الله� ر�

ه� الله� �ي �م� ع�ل ل �ي ف�ق�ال� و�س� �ن و�جت� إ �ز� �ة� ت أ �ي_ ف�ق�ال� امر� �ب الل44ه� ص�ل�ى الن

ه� �ي �م� ع�ل ل � و�س� �ال ت� أ ر �ظ�44 ا ن ه�44 �ي �ل �ن� إ إ �ن� ف�ي ف�44 �عي ار� أ ص�44 �ن أل �ا ا ئ ي ) رواه ش�44

الترمذي( و ماجه , إبن3194النسائ:

“Dari Abu Hurairah ra ia berkata: berkata seorang laki-laki sesungguhnya ia telah

meminang seorang permpuan Anshar, maka berkata Rasulullah kepadanya: “Apakah

engkau telah melihatnya? Laki-laki itu menjawab: “Belum”. Berkata Rasulullah:

“Pergilah dan perhatikan ia, maka sesungguhnya pada mata perempuan Anshor ada

sesuatu” (HR. an-Nasa’i, Ibnu Majah, at-Tirmizi, dan dinyatakannya sebagai hadits

hasan)

Rasulullah saw memerintahkan agar kaum muslimin laki-laki dan perempuan sebelum

memutuskan untuk meminang calon jodohnya agar berusaha memilih jodoh yang mungkin

berketurunan, sebagaimana dinyatakan pada hadits:

�س� ع�ن �ن ن� أ �ك* ب �ان� ق�ال� م�ال ول� ك س� ه� الله� ص�ل�ى الله� ر� �ي44 �م� ع�ل ل و�س�44

م�ر� �أ �اء�ة� ي ب �ال ه�ى ب �ن _ل� ع�ن� و�ي �ت �ب �ا الت �هي د�يد�ا ن �ق�ول� ش� و�ج�وا و�ي �ز� و�د�ود� ت ال44

�ود� و�ل �ي ال �ن �ر; إ �اث �اء� م�ك �ي ب �ن أل �وم� ا �ام�ة� ي ق�ي , وصححه12152: أحمد *) رواه ال

حبان( إبن

“Dari Anas ra. Rasulullah saw memerintahkan (kaum muslimin) agar melakukan

perkawinan dan sangat melarang hidup sendirian (membujang). Dan berkata:

Page 3: Fatwa Tarjih Muhammadiyah Pacaran Islami

Kawinilah olehmu wanita yang pencinta dan peranak, maka sesungguhnya aku

bermegah-megah dengan banyaknya kamu di hari kiamat”

Dari kedua hadits diatas dipahami bahwa ada masa penjajakan untuk memilih calon

suami atau isteri sebelum menetapkan keputusan untuk malakukan peminangan. Penjajakan

ini mungkin dilakukan oleh pihak laki-laki atau pihak perempuan atau keluarga mereka. Jika

dalam penjajakan ini ada pihak yang diabaikan terutama calon isteri atau calon suami maka

yang bersangkutan boleh membatalkan pinangan akan perkawinan tersebut, berdasarkan

hadits:

ن� ع�ن� �اس* اب �ن� ع�ب �ي� أ �ب ه� الله� ص�ل�ى الن �ي �م� ع�ل ل ال� و�س�44 �م� ق�44 �ي أل ق_ ا �ح�44 أ

ه�ا �فس� �ن �ه�ا م�ن ب �ي ر� و�ل �ك ب ذ�ن� و�ال �أ ت �س ه�ا ف�ي ت �فس� �ه�ا ن �ذن �ه�ا و�إ ال� ص�م�ات ق�44

�ع�م (4741, البخاري: 2545مسلم: ) رواه* ن

“Dari Ibnu Abbas, ra, bahwasanya Rasululah saw bersabda: Orang yang tidak

mempunyai jodoh lebih berhak terhadap (perkawinan) dirinya dibanding walinya, dan

gadis dimintakan perintah untuk perkawinannya dan (tanda) persetujuannya ialah

diamnya” (muttafaq alaih)

Dan hadits:

ن� ن�ع� �اس* اب �ن� ع�ب �ة� أ ار�ي ا ج� ر� �ك �ت� ب �ت �ي� أ �ب ه� الله� ص�ل�ى الن �ي �م� ع�ل ل و�س�44

ت �ر� �ن� ف�ذ�ك �اه�ا أ �ب ا أ و�ج�ه�44 ة; و�ه�ي� ز� �ار�ه�44 ا ك ه�44 �ر� ي �ي_ ف�خ� �ب ل�ى الن الل44ه� ص�44

ه� �ي �م� ع�ل ل (1865ماجه: , إبن2340, أحمد: 1794أبوداود: ) رواه و�س�

“Dari Ibnu Abbas ra, sesungguhnya jariah seorang gadis datang menghadap

rasulullah saw dan menyampaikan bahwa bapaknya telah mengawinkannya dengan

seorang laki-laki, sedang ia tidak menyukainya. Maka Rsulullah saw menyuruhnya

untuk memilih (apakah menerima atau tidak)”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah

dan ad-Daraquthni)

Masa penjajakan ini dapat disamakan dengan masa pacaran menurut pengertian ketiga

di atas. Setelah masa pacaran dilanjutkan dengan masa meminang, jika peminangan diterima

maka jarak antara masa peminangan dan masa pelaksanaan akad nikah disebut masa

pertunangan. Pada masa pertunangan ini masing-masing pihak harus menjaga diri mereka

masing-masing karena hukum hubungan mereka sama dengan hubungan orang-orang yang

belum terikat dengan akad nikah.

Page 4: Fatwa Tarjih Muhammadiyah Pacaran Islami

Rasulullah saw memberi tuntunan bagi orang yang dalam masa pacaran atau dalam

masa petunangan sebagi berikut:

1. Pada masa pacaran atau masa pertunangan antara mereka yang bertunangan dan pacaran

adalah seperti hubungan orang-orang yang tidak ada hubungan mahram atau belum

melaksanakan akad nikah, karena itu mereka harus:

a. Memelihara matanya agar tidak melihat aurat pacar atau tunangannya, begitu pula

wanita atau laki-laki yang lain. Melihat saja dilarang tentu lebih dilarang lagi

merabanya.

b. Memelihara kehormatannya atau kemaluannya agar tidak mendekati perbuatan

zina.

2. Untuk menjaga ‘a’ dan ‘b’ dianjurkan sering melakukan puasa-puasa sunat, karena

melakukan puasa itu merupakan perisai baginya. Hal diatas dipahami dari hadits:

د� ع�ن �ا ق�ال� ق�ال� الله� ع�ب �ن ول� ل س� ه� الله� ص�ل�ى الله� ر� �ي44 �م� ع�ل ل ا و�س�44 ي�44

ر� �اب� م�عش� ب �ط�اع� م�ن� الش�44 ت �م� اس44 ك اء�ة� م�ن ب�44 و�ج ال ز� �ت�44 ي ه� ف�ل �ن�44 �غ�ض_ ف�إ أ

�ص�ر� ب �ل �حص�ن� ل ج� و�أ ف�ر �ل �م و�م�ن ل �ط�ع ل ت �س ه� ي �ي44 � ف�ع�ل وم �الص�44 ه� ب �ن�44 ه� ف�إ ل�44

(1772, البخاري: 2486مسلم: )رواه* و�ج�اء;

“Dari Ibnu Mas’ud ra berkata, Rasulullah saw mengatakan kepada kami: Hai sekalian

pemuda, barang siapa diantara kamu yang telah sanggup melaksanakan akad nikah,

hendaklah melaksanakannya. Maka sesungguhnya melakukan akad nikah itu (dapat)

menjaga pandangan dan memlihar farj (kemaluan), dan barangsiapa yang belum

sanggup hendaklah ia berpuasa (sunat), maka sesunguhnya puasa itu perisai baginya”

(muttafaq alaih)

=========

Sumber: Suara Muhammadiyah, tahun 2003