Upload
risa-bisyaroh
View
231
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
F I L A R I A S I S
1. Definisi
Filariasis adalah suatu penyakit yang sering pada daerah subtropik dan tropik,
disebabkan oleh parasit nematoda pada pembuluh limfe. (Witagama,dedi.2009)
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular kronik yang disebabkan
sumbatan cacing filaria di kelenjar / saluran getah bening, menimbulkan gejala
klinis akut berupa demam berulang, radang kelenjar / saluran getah bening,
edema dan gejala kronik berupa elefantiasis.
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing
filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening,
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan
dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat
kelamin baik perempuan maupun laki-laki. (Witagama,dedi.2009)
2. Klasifikasi
Limfedema pada filariasis bancrofti biasanya mengenai seluruh tungkai.
Limfedema tungkai ini dapat dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu:
a. Tingkat 1. Edema pitting pada tungkai yang dapat kembali normal (reversibel)
bila tungkai diangkat.
b. Tingkat 2. Pitting/ non pitting edema yang tidak dapat kembali normal
(irreversibel) bila tungkai diangkat.
c. Tingkat 3. Edema non pitting, tidak dapat kembali normal (irreversibel) bila
tungkai diangkat, kulit menjadi tebal.
d. Tingkat 4. Edema non pitting dengan jaringan fibrosis dan verukosa pada kulit
(elephantiasis). (T.Pohan,Herdiman,2009)
3. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti,
Brugia Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam
tubuh manusia terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing
ini menyerang jaringan viscera, parasit ini termasuk kedalam superfamili
Filaroidea, family onchorcercidae. Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah
bening manusia selama 4 - 6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa
betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah
terutama malam hari.
4. Faktor yang mempengaruhi :
- Lingkungan fisik :Iklim, Geografis, Air dan lainnnya,
- Lingkungan biologik: lingkungan Hayati yang mempengaruhi penularan; hutan,
reservoir, vector
- lingkungan social – ekonomi budaya : Pengetahuan, sikap dan perilaku, adat
Istiadat, Kebiasaan dsb,
Ekonomi: Cara Bertani, Mencari Rotan, Getah Dsb (Witagama,dedi.2009)
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem
limfatik dengan konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh
reaksi hipersensitivitas dengan gejala klinis yang disebut occult filariasis. Dalam
proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis dan
limfadenitis akut berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun
dari sistem limfatik. Perjalanan penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium
ke stadium berikutnya, tetapi bila diurutkan dari masa inkubasi dapat dibagi
menjadi:
1. Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya
mikrofilaremia yang memerlukan waktu kira-kira 3¬7 bulan. Hanya
sebagian tdari penduduk di daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik,
dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian
menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok
yang asimtomatik baik mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
2. Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala
klinis yang biasanya berkisar antara 8-16 bulan.
3. Gejala klinik akut
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai
panas dan malaise. Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita
dengan gejala klinis akut dapat mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
4. Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama.
Mikrofilaria jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan limfadenitis
masih dapat terjadi. Gejala kronis ini menyebabkan terjadinya cacat yang
mengganggu aktivitas penderita serta membebani keluarganya.
(Witagama,dedi.2009
Menurut jenis tipe cacingnya:
1. Filariasis bancrofti
Pada filariasis yang disebabkan Wuchereria bancrofti pembuluh limfe alat
kelamin laki-laki sering terkena disusul funikulitis, epididimitis dan orchitis.
Limfadenitis inguinal atau aksila, sering bersama dengan limfangitis
retrograd yang umumnya sembuh sendiri dalam 3-15 hari. Serangan
biasanya terjadi beberapa kali dalam setahun.
2. Filariasis brugia
Pada filariasis yang disebabkan Brugia malayi dan Brugia timori limfadenitis
paling sering mengenai kelenjar inguinal, sering terjadi setelah bekerja keras.
Kadang-kadang disertai limfangitis retrograd. Pembuluh limfe menjadi keras
dan nyeri, dan sering terjadi limfedema pada pergelangan kaki dan kaki.
Penderita tidak mampu bekerja selama beberapa hari. Serangan dapat terjadi
12 kali dalam satu tahun sampai beberapa kali perbulan. Kelenjar limfe yang
terkena dapat menjadi abses, memecah, membentuk ulkus dan meninggalkan
parut yang khas, setelah 3 minggu hingga 3 bulan.
3. Filariasis bancrofti
Keadaan yang sering dijumpai adalah hidrokel. Di dalam cairan hidrokel
dapat ditemukan mikrofilaria. Limfedema dan elefantiasis terjadi di seluruh
tungkai atas, tungkai bawah, skrotum, vulva atau buah dada, dengan ukuran
pembesaran di tungkai dapat 3 kali dari ukuran asalnya. Chyluria dapat
terjadi tanpa keluhan, tetapi pada beberapa penderita menyebabkan
penurunan berat badan dan kelelahan. Elefantiasis terjadi di tungkai bawah
di bawah lutut dan lengan bawah. Ukuran pembesaran ektremitas umumnya
tidak melebihi 2 kali ukuran asalnya. (Witagama,dedi.2009)
6. Komplikasi
a. cacat menetap pada bagian tubuh yang terkena
b. Elephantiasis tungkai
c. Limfedema : Infeksi Wuchereria mengenai kaki dan lengan, skrotum,
penis,vulva vagina dan payudara,
d. Hidrokel (40-50% kasus), adenolimfangitis pda saluran limfe testis
berulang:
pecahnya tunika vaginalisHidrokel adalah penumpukan cairan yang
berlebihan di antaralapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam
keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang adadan
berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem
limfatik di sekitarnya.
e. Kiluria : kencing seperti susu karena bocornya atau pecahnya saluran limfe
oleh cacing dewasa yang menyebabkan masuknya cairan limfe ke dalam
saluran kemih. (T.Pohan,Herdiman.2009)
7. Penatalaksanaan
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik untuk
filariasis bancrofti maupun brugia
8. Asuhan Keperawatan Filariasis
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun.
Cacing filariasis menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk infektif yang
mengandung larva stadium III. Gejala yang timbul berupa demam berulang-
ulang 3-5 hari, demam ini dapat hilang pada saat istirahat dan muncul lagi
setelah bekerja berat.
b. Aktifitas / Istirahat Gejala : Mudah lelah, intoleransi aktivitas, perubahan
pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktivitas
( Perubahan TD, frekuensi jantung)
c. Sirkulasi
Tanda : Perubahan TD, menurunnya volume nadi perifer, perpanjangan
pengisian kapiler.
d. Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan perubahan fisik, mengkuatirkan
penampilan, putus asa, dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah.
e. Integumen
Tanda : Kering, gatal, lesi, bernanah, bengkak, turgor jelek.
f. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, permeabilitas cairan
Tanda : Turgor kulit buruk, edema.
g. Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
h. Neurosensoris
Gejala : Pusing, perubahan status mental, kerusakan status indera peraba,
kelemahan otot.
Tanda : Ansietas, refleks tidak normal.
i. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala.
Tanda : Bengkak, penurunan rentang gerak.
j. Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, panas dan perih, luka, penyakit defisiensi imun,
demam berulang, berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit, pelebaran kelenjar limfe.
k. Seksualitas
Gejala : Menurunnya libido
Tanda : Pembengkakan daerah skrotalis
l. Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian.
Tanda : Perubahan interaksi, harga diri rendah, menarik diri.
m. Pemeriksaan diagnostik
Menggunakan sediaan darah malam, diagnosis praktis juga dapat
menggunakan ELISA dan rapid test dengan teknik imunokromatografik assay.
Jika pasien sudah terdeteksi kuat telah mengalami filariasis limfatik,
penggunaan USG Doppler diperlukan untuk mendeteksi pengerakan cacing
dewasa di tali sperma pria atau kelenjer mammae wanita.
2. Diagnosa keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar
getah bening
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada
anggota tubuh
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi
pada kulit
9. Intervensi
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah
bening Suhu tubuh pasien dalam batas normal.
1. Berikan kompres pada daerah frontalis dan axial
2. Monitor vital sign, terutama suhu tubuh
3. Pantau suhu lingkungan dan modifikasi lingkungan sesuai kebutuhan,
misalnya sediakan selimut yang tipis
4. Anjurkan kien untuk banyak minum air putih
5. Anjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat jika
panas tinggi
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan
(anti piretik).
Rasional:
1. Mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus, mengurangi
panas tubuh yang mengakibatkan darah vasokonstriksi sehingga
pengeluaran panas secara konduksi
2. Untuk mengetahui kemungkinan perubahan tanda-tanda vital
3. Dapat membantu dalam mempertahankan / menstabilkan suhu tubuh
pasien
4. Diharapkan keseimbangan cairan tubuh dapat terpenuhi
5. Dengan pakaian tipis dan menyerap keringat maka akan mengurangi
penguapan
6. Diharapkan dapat menurunkan panas dan mengurangi infeksi
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe Nyeri hilang
1. Berikan tindakan kenyamanan (pijatan / atur posisi), ajarkan teknik
relaksasi.
2. Observasi nyeri (kualitas, intensitas, durasi dan frekuensi nyeri).
3. Anjurkan pasien untuk melaporkan dengan segera apabila ada nyeri.
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (obat
anelgetik).
Rasional:
1. Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dapat
meningkatkan koping.
2. Menentukan intervensi selanjutnya dalam mengatasi nyeri
3. Nyeri berat dapat menyebabkan syok dengan merangsang sistem syaraf
simpatis, mengakibatkan kerusakan lanjutan
4. Diberikan untuk menghilangkan nyeri.
3. Harga Diri Rendah berhubungan dengan perubahan fisik
1. Akui kenormalan perasaan
2. Dengarkan keluhan pasien dan tanggapan – tanggapannya mengenai
keadaan yang dialami
3. Perhatikan perilaku menarik diri, menganggap diri negatif, penggunaan
penolakan atau tudak terlalu menpermasalahkan perubahan actual
4. Anjurkan kepada orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara
normal (bercerita tentang keluarga)
5. Terima keadaan pasien, perlihatkan perhatian kepada pasien sebagai
individu
6. Berikan informasi yang akurat. Diskusikan pengobatan dan prognosa
dengan jujur jika pasien sudah berada pada fase menerima
7. Kolaborasi : Rujuk untuk berkonsultasi atau psikoterapi sesuai dengan
indikasi Pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu pasien untuk
menerima dan mengatasinya secara efektif.
Rasional:
1. Memberi petunjuk bagi pasien dalam memandang dirinya, adanya
perubahan peran dan kebutuhan, dan berguna untuk memberikan informasi
pada saat tahap penerimaan
2. Mengidentifikasi tahap kehilangan / kebutuhan intervensi.
3. Melihat pasien dalam kluarga, mengurangi perasaan tidak berguna, tidak
berdaya, dan persaan terisolasi dari lingkungan dan dapat pula memberikan
kesempatan pada orang terdekat untuk meningkatkan kesejahteraan.
4. Membina suasana teraupetik pada pasien untuk memulai penerimaan diri
5. Fokus informasi harus diberikan pada kebutuhan – kebutuhan sekarang dan
segera lebih dulu, dan dimasukkan dalam tujuan rehabilitasi jangka panjang
6. Mungkin diperlukan sebagai tambahan untuk menyesuaikan pada
perubahan gambaran diri.
4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota
tubuh
1. Lakukan Retang Pergerakan Sendi (RPS)
2. Tingkatkan tirah baring / duduk
3. Berikan lingkungan yang tenang
4. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
5. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional
1. Meningkatkan kekuatan otot dan mencegah kekakuan sendi
2. Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan enegi untuk
penyembuhan
3. tirah baring lama dapat meningkatkan kemampuan
4. Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi
5. kelelahan dan membantu keseimbangan.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada
kulit Mempertahankan keutuhan kulit, lesi pada kulit dapat hilang.
1. Ubah posisi di tempat tidur dan kursi sesering mungkin (tiap 2 jam
sekali).
2. Gunakan pelindung kaki, bantalan busa/air pada waktu berada di tempat
tidur dan pada waktu duduk di kursi.
3. Periksa permukaan kulit kaki yang bengkak secara rutin.
4. Anjurkan pasien untuk melakukan rentang gerak.
5. Kolaborasi : Rujuk pada ahli kulit. Meningkatkan sirkulasi, dan
mencegah terjadinya dekubitus.
Rasional
1. Mengurangi resiko abrasi kulit dan penurunan tekanan yang dapat
menyebabkan kerusakan aliran darah seluler.
2. Tingkatkan sirkulasi udara pada permukaan kulit untuk mengurangi
panas/ kelembaban.
3. Kerusakan kulit dapat terjadi dengan cepat pada daerah – daerah yang
beresiko terinfeksi dan nekrotik.
4. Meningkatkan sirkulasi, dan meningkatkan partisipasi pasien.
5. Mungkin membutuhkan perawatan profesional untuk masalah kulit yang
dialami.