Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Citation preview

PENYUSUNAN SOAL SUBJEKTIF

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

yang dibina oleh Bapak Imam Agus Basuki

Oleh Kelompok 14:

Durotul Muallamah (120211413407)Intan Sri Lestary(120211400208)Vindiatul Miftah M(120211413384)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS SASTRA

JURUSAN SASTRA INDONESIA

Oktober 2014

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Evaluasi menjadi hal yang penting dan harus diperhitungkan oleh pendidik dalam menilai kemampuan peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Penilaian adalah kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan pengajaran secara umum. Semua kegiatan pendidikan yang dilakukan harus selalu diikuti atau disertai dengan kegiatan penilaian. Pada hakikatnya penilaian yang dilakukan tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar siswa saja, melainkan juga berbagai faktor lain, antara lain kegiatan pengajaran yang dilakukan itu sendiri.

Tes sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, diharapkan mampu memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Artinya, alat tes dapat memberikan informasi tentang siswa sesuai keadaan yang mendekati sesungguhnya. Hal itu penting karena informasi tersebut akan dipergunakan untuk mempertimbangkan dan kemudian memutuskan berbagai kebijakan baik yang berkenaan dengan siswa maupun kegiatan pengajaran secara umum.Sebuah alat tes yang baik harus memenuhi beberapa kriteria tertentu, antara lain alat tes haruslah tidak terlalu mudah atau terlalu sulit. Alat tes yang baik harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi kelayakan, kesahihan, keterpercayaan,dan kepraktisan (Nurgiyantoro, 2001: 98).

Format soal tes bahasa dapat berbentuk tes objektif dan tes subjektif yang salah satu bentuknya adalah tes bentuk uraian. Jika dalam menyusuntes objektif harus mengikuti berbagai langkah dan prosedur yang ketat, maka sudah barang tentu untuk menyusun tes bentuk uraian pun harus mengikuti prinsip-prinsip pengukuran yang baik dan benar pula. Pada makalah ini penulis akan membahas mengenai pengertian, kekuatan dan kelemahan, penggunaan, klasifikasi, ragam prinsip konstruksi, dan pedoman penskoran tes subjektif. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka penulis mengambil topik pembahasan dengan judul Penyusunan Soal Subjektif.

Tujuan Pembahasan

Untuk mengetahui pengertian tes subjektif atau uraian.Untuk mengetahui kekuatan tes subjektif atau uraian.Untuk mengetahui kelemahan tes subjektif atau uraian.Untuk mengetahui penggunaan tes subjektif atau uraian.Untuk mengetahui klasifikasi tes subjektif atau uraian.Untuk mengetahui ragam tes subjektif atau uraian.Untuk mengetahui prinsip-prinsip konstruksi tes subjektif atau uraian.

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Tes Subjektif atau Uraian

Basuki (2008: 173) menyatakan bahwa tes uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes. Ciri khas tes uraian adalah jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh orang yang mengkonstruksi butir soal, tetapi harus dipasok oleh peserta tes. Jadi yang terutama membedakan tipe soal objektif dan uraian adalah siapa yang menyediakan jawaban atau alternatif jawaban terhadap soal atau tugas yang diberikan. Tes atau soal yang berbentuk uraian disamping untuk mengukur kemampuan siswa dalam hal menyajikan jawaban terurai secara bebas juga menyangkut pengukuran kemampuan siswa dalam hal menguraikan atau memadukan gagasan-gagasan, atau menyelesaikan hitungan-hitungan terhadap materi atau suatu konsep tertentu dalam pelajaran matematika, fisika, kimia dan lain-lain.

Kekuatan Tes Subjektif atau Uraian

Basuki (2008: 174), mengemukakan berbagai kekuatan tes uraian antara lain.

Tes uraian dapat digunakan dengan baik untuk mengukur hasil belajar yang kompleks. Hubungan antara komponen hasil belajar yang satu dengan yang lain sangat erat, misalnya hasil yang bersifat ekspresif atau kreatif. Hasil belajar yang seperti ini sebaiknya atau seharusnya diukur dengan menggunakan tes tipe uraian.Tes uraian dapat digunakan dengan baik untuk mengukur kemampuan dan keterampilan mengintegrasikan berbagai buah pikiran dan sumber informasi ke dalam suatu pola berpikir tertentu, yang disertai dengan keterampilan pemecahan masalah.Bentuk tes uraian lebih meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk tes yang lain. Kelebihan lain tes uraian ialah memudahkan pembuat soal untuk menyusun butir soal.Tes uraian sangat menekankan kemampuan menulis.

Kelemahan Tes Subjektif atau Uraian

Beberapa kelemahan tes uraian menurut Basuki (2008: 175) adalah.

Reabilitas tes rendah. Artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila tes yang sama atau tes yang paralel diuji ulang beberapa kali.Untuk menyelesaikan tes uraian dengan baik, pembuat dan peserta tes harus menyediakan waktu cukup banyak.Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan.Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling membedakan prestasi belajar antar peserta tes.

Penggunaan Tes Subjektif atau Uraian

Beberapa penggunaan tes subjek atau uraian, yaitu:

Bila jumlah peserta tes terbatas maka soal uraian dapat digunakan karena masih mungkin bagi pendidik atau pembuat soal untuk dapat memeriksa atau menskor hasil ujian tersebut secara baik.Bila waktu yang dipunyai pendidik atau pembuat soal untuk mempersiapkan soal sangat terbatas, sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian, maka soal uraian dapat digunakan secara relatif.Bila tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan menulis dengan baik atau kemampuan penggunaan bahasa secara tertib, maka haruslah menggunakan tes uraian.Bila pendidik ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung di dalam soal ujian tetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes, seperti sikap, nilai, atau pendapat.Bila pendidik ingin memperoleh hasil pengalaman belajar mahasiswa, maka tes tipe uraian merupakan salah satu bentuk yang paling cocok untuk mengukur pengalaman belajar tersebut.

Klasifikasi Tes Subjektif atau Uraian

Berdasarkan besarnya kebebasan yang diberikan kepada peserta tes untuk mengorganisasikan, menulis, dan menyatakan pikiran dan gagasannya, tes dibagi menjadi dua, yaitu tes uraian bebas dan tes uraian terbatas.

Tes uraian bebas

Tes uraian bebas atau extended response adalah tes yang hampir tidak memiliki batasan terhadap peserta tes dalam memberikan jawaban. Jawaban peserta tes bersifat terbuka, fleksibel, dan tidak terikat struktur. Peserta tes memilki kebebasan yang luas sekali untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya. Tipe tes ini berkontribusi besar dalam keterampilan mengekspresikan pikiran. Dalam menjawab tes bebas, peserta tes harus mulai dengan pengetahuan yang bersifat faktual, kemudian mengevaluai fakta yang dimiliknya, lalu mengorganisasikan fakta yang dimiliknya ke dalam susunan yang logis, dan akhirnya menyajikan dalam suatu uraian yang dapat dimengerti orang lain. Batasan yang diberikan hanyalah panjangnya uraian yang ditentukan oleh pembuat butir soal. Pembatasan itu diperlukan untuk memperkirakan waktu yang harus disediakan pembuat butir soal untuk memeriksa jawaban peserta tes.

Contoh soal bebas adalah Menurutmu bagaimana perkembangan karya sastra di Indonesia pada zaman Jepang? Uraikan jawabanmu dalam 2 paragraf.

Untuk menjawab soal tersebut, peserta tes harus memiliki kemampuan mengingat fakta historis seputar perkembangan karya sastra pada periodisasi sastra zaman Jepang yang akan mendukung argumentasi jawabannya. Kemudian ia harus mengorganisasikan fakta dalam pikirannya dan menyusunnya dalam uraian logis dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami orang lain.

Tes uraian terbatas

Tes uraian terbatas atau restricted response adalah tes yang dibatasi oleh rambu-rambu yang ditentukan dalam butir soal. Batas tersebut mencakup format, isi, dan ruang lingkup jawaban. Ada batasan jawaban yang dikehendaki, seperti jawaban yang diharapkan, keluasan uraian jawaban, arah dan luas jawaban yang diminta. Dalam menjawab, peserta tes tidak dapat memilih dengan bebas penyajiannya, ia harus mengikuti instruksi dalam butir soal. Akan tetapi, peserta tes tetap memiliki kebebasan dalam memberikan jawaban menurut pola kognitifnya sendiri, dan juga ia mempunyai kebebasan mengekspresikan jawaban dengan gayanya sendiri. Tes ini sebaiknya digunakan untuk mengukur hasil belajar tingkat pemahaman, aplikasi, dan analisis.

Contoh soal: Sebutkan 5 tokoh dalam novel Laskar Pelangi beserta wataknya!

Dalam tes uraian terbatas ini, terdapat dua macam tipe soal, yakni sebagai berikut.

Bentuk jawaban singkat

Tes jawaban singkat merupakan tipe item tes yang bisa dijawab dengan kata, frase, bilangan, atau simbol. Item tes jawaban singkat menggunakan pertanyaan langsung dan siswa diminta untuk memberi jawaban secara singkat, tepat, dan jelas. Item jawaban singkat cocok untuk mengukur berbagai hasil belajar yang relatif sederhana.

Contoh: Siapakah pengarang novel Laskar Pelangi?

Melengkapi (isian)

Item tes melengkapi hampir sama dengan jawaban singkat, yaitu merupakan tipe item tes yang bisa dijawab dengan kata, frase, bilangan, atau simbol. Item melengkapi ini merupakan item yang tidak lengkap dan siswa diminta untuk melengkapi pernyataan tersebut. Item tes melengkapi tersebut juga cocok untuk mengukur berbagai hasil belajar yang relatif sederhana.

Contoh: Pengarang novel Laskar Plangi adalah

Ragam Tes Subjektif atau Uraian

W.S Monroe dan R.E Charter (dalam Basuki, 2008: 177) membedakan tes uraian ke dalam 20 jenis, sebagai berikut.

Bersifat ingatan yang terpilih

Contoh: Sebutkan tiga karya yang terbit pada periode Balai Pustaka!!

Bersifat ingatan evaluatif

Contoh: Siapakah tokoh yang paling sering disebut dalam perkembangan karya sastra periode 45?

Membandingkan dua hal terbatas

Contoh: Berdasarkan teks tersebut, apa perbedaan antara erosi air dengan erosi angin?

Membandingkan dua hal secara umum

Contoh: Apa perbandingan antara tsunami dan banjir?

Mengambil keputusan, baik dalam arti menentang atau mendukung sesuatu

Contoh: Menurutmu, Apakah sebaiknya Ujian Nasional itu ditiadakan? Beri alasanmu!

Menguraikan sebab akibat

Contoh: Apa akibatnya bila sering terjadi penebangan liar?

Menjelaskan penggunaan atau pengertian suatu frasa atau pernyataan dalam suatu karangan

Contoh: Apa maksud dari frasa jago merah pada kalimat Belum diketahui penyebab pasti meluapnya si jago merah.

Meringkas suatu karangan yang telah dibaca

Contoh: Coba uraikan secara singkat teks di atas sesuai dengan pemahamanmu!

Menganalisis

Contoh: Terdapat alur yang tercipta dalam setiap cerita. Coba jelaskan bagaimana alur yang terjadi dalam novel Laskar Pelangi.

Menyatakan hubungan

Contoh: Apakah sebabnya rumah harus mempunyai ventilasi yang cukup?

Memberi ilustrasi atau contoh

Contoh: Berilah dua contoh tindakan manusia yang dapat menyebabkan banjir!

Mengklasifikasi

Contoh: Termasuk golongan apakah binatang berikut ini? Sapi, kerbau, kambing, kijang, rusa, dan jerapah. Beri alasan!

Menerapkan prinsip atau aturan ke dalam situasi baru

Contoh: Andaikan ada sebuah balon diisi dengan gas ringan, kemudian dilepaskan dalam sebuah kamar. Balon tersebut mengambang diantara lantai dan langit-langit. Bila kemudian gas dalam balon tersebut dipanaskan, apa yang akan terjadi?

Membahas sesuatu

Contoh: Dalam sebuah cerita terdapat tema dan alur cerita. Coba sebutkan apa hubungan antara tema dengan alur cerita.

Menyatakan maksud atau tujuan

Contoh: Tulislah intrepetasi Anda secara singkat apa maksud dari pengarang sajak Aku menyatakan bahwa Aku ingin hidup seribu tahun lagi?

Mengkritik secara tepat, tepercaya, dan relevan

Contoh: Coba tuliskan kritikanmu terhadap karya puisi teman sebangkumu yang telah kamu baca!

Membuat garis besar

Contoh: Tuliskan secara garis besar maksud dari teks berita di atas.

Mengorganisasi ulang (reorganisasi) fakta

Contoh: Telusurilah kembali perkembangan bahasa Indonesia dn bahasa Melayu sehingga menjadi bahasa yang negara dan bahasa pengantar di Nusantara.

Merumuskan permasalahan atau pertanyaan dari beberapa kenyataan

Contoh: Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan teks berita tersebut.

Menyatakan metode atau prosedur baru

Contoh: Buatlah cerita pendek berdasarkan pada kutipan dialog di bawah ini.

Beberapa Prinsip Konstruksi Tes Subjektif atau Uraian

Dalam penulisan soal tes uraia atau esai, terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui. Prinsip-prinsip tersebut bersifat umum dan masih harus diuraikan menjadi prinsip yang operasional oleh setiap orang yang sedang belajartes dan evaluasi pembelajaran. Berikut adalah pronsip-prinsip yang dimaksud.

Prinsip 1: Gunakanlah tipe tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang cocok. Hubungkanlah prinsip ini dengan kekuatan tes uraian.Prinsip 2: Beritahulah sebelumnya bahwa tes yang akan datang berupa tes uraian.Prinsip 3: Batasilah ruang lingkup tes secara pasti, dengan demikian peserta tes tahu dengan pasti bahan yang harus dipelajari. Sebaiknya pserta tes juga diberi tahu terlebih dahulu apakah bahan yang digunakan diambil dari buku ajar atau catatan pelajaran, hasil diskusi kelas, bacaan tambahan, atau pengetahuan umum dari sumber yang tidak terbatas.Prinsip 4: Pergunakanlah setiap butir soal secara optimal untuk mengukur hasil belajar yang penting dan tidak mungkin diukur dengan tipe soal lain. Hal itu karena jumlah butir dalam tes uraian sangat terbatas.Prinsip 5: Jangan terlalu banyak menggunakan butir soal tes uraian untuk mengukur kemampuan mengingat. Hal itu karena untuk mengukur kemampuan mengingat fakta jauh lebih efektif dan efesien bila menggunakan tipe tes objektif.Prinsip 6: Kemampuan dan keterampilan menulis peserta tes haruslah menjadi pertimbangan utama dalam konstruksi butir soal uraian.Prinsip 7: Jangan memberikan butir soal yang dapat dipilih atau dapat tidak dikerjakan. Misalnya, janganlah membuat petunjuk soal sebagai berikut: Pilihlah dua dari tiga soal di bawah ini. Hal ini akan sangat menyukarkan pemeriksa dalam memberikan soal yang adil.Prinsip 8: Setiap soal harus jelas apakah jenis terbatas atau bebas. Dengan demikian peserta tes dapat membatasi diri dalam memberikan respon.Prinsip 9: Makin banyak jumlah butir soal untuk setiap perangkat soal, makin baik. Usahakan agar setiap tes menyajikan butir soal tes uraian sebanyak-banyaknya sesuai dengan waktu yang tersedia. Prinsip 10: Tulislah petunjuk awal yang jelas serta petunjuk untuk setiap butir soal harus rinci dan dapat dipahami oleh peserta tes dengan jelas. Dalam menuliskan petunjuk ini harus menggunakan struktur kalimat yang sederhana. Tidak boleh ada dua tafsiran untuk setiap kalimat petunjuk yang digunakan.Prinsip 11: waktu yang tersedia haruslah diperkirakan cukup untuk rata-rata kemampuan peserta tes. Jadi dapat diperkirakan waktu yang tersedia akan berlebihan bagi peserta tes yang kurang pandai.Prinsip 12: Hendaknya pertanyaan menuntut respon atau jawaban yang bersifat baru. Tidak hanya meminta jawaban yang merupakan pengulangan dari hal yang telah diajarkan atau esuatu yag sudah ada dalam buku. Akan tetapi lebih baik bila peserta mengeluarkan pikiran orisinilnya.Prinsip 13: Dalam setiap perangkat tes, hendaknya selalu ada kombinasi jenis tes uraian terbatas dan jenis tes uraian bebas.Prinsip 14: Menggunkanlah kata-kata deskriptif seperti definisikanlah, tulislah garis besar, pilihlah, berilah ilustrasi atau contoh, kelompokkanlah, bedakanlah, bandingkanlah, bandingkanlah, pertentangkanlah, dan beberapa kata perintah deskriptif lainnya.Prinsip 15: Dalam setiap butir soal harus dijelaskan skor maksimal yang dapat diperoleh bila jawaban sesuai dengan yang diminta, dan dijelaskan pula batasan-batasan jawaban yang diminta. Misalnya panjang uraian, arahpemaparan, banyaknya aspek atau butir jawaban yang diminta.Prinsip 16: Jangan memulai kalimat butir soal dengan kata-kata seperti apa dan siapa. Pertanyaan seperti itu hanya akan menghasilkan jawaban singkat yang bersifat ingatan, yang sebaiknya tidak diuji dengan tipe tes uraian.

BAB III

KESIMPULAN

Tes uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes.Beberapa kekuatan tes uraian, yaitu:Tes uraian dapat digunakan dengan baik untuk mengukur hasil belajar yang kompleks.Tes uraian dapat digunakan dengan baik untuk mengukur kemampuan dan keterampilan mengintegrasikanBentuk tes uraian lebih meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk tes yang lain. Kelebihan lain tes uraian ialah memudahkan dosen untuk menyusun butir soal.Tes uraian sangat menekankan kemampuan menulis.Beberapa kelemahan tes uraian, yaitu:Reabilitas tes rendah.Untuk menyelesaikan tes uraian dengan baik, dosen dan mahasiswa harus menyediakan waktu cukup banyak.Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan.Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling membedakan prestasi belajar antar mahasiswa.Beberapa penggunaan tes subjek atau uraian, yaitu:Bila jumlah mahasiswa atau peserta ujian terbatas maka soal uraian dapat digunakan karena masih mungkin bagi dosen untuk dapat memeriksa atau menskor hasil ujian tersebut secara baik.Bila waktu yang dipunyai dosen untuk mempersiapkan soal sangat terbatas.Bila tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran. Bila dosen ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung di dalam soal ujian.Bila dosen ingin memperoleh hasil pengalaman belajar mahasiswa, maka tes tipe uraian merupakan salah satu bentuk yang paling cocok. Beberapa klasifikasi tes subjektif atau uraian, yaitu:Bentuk tes uraian bebas

Bentuk tes uraian terbatas

Bentuk jawaban singkat

Melengkapi (isian)

Beberapa ragam tes subjektif atau uraian, yaitu:Bersifat ingatan yang terpilihBersifat ingatan evaluatifMembandingkan dua hal terbatasMembandingkan dua hal secara umumMengambil keputusan, baik dalam arti menentang atau mendukung sesuatu.Menguraikan sebab akibatMenjelaskan penggunaan atau pengertian suatu frasa atau pernyataan dalam suatu karanganMeringkas suatu karangan yang telah dibacaMenganalisisMenyatakan hubunganMemberi ilustrasi atau contohMengklasifikasiMenerapkan prinsip atau aturan ke dalam situasi baruMembahas sesuatuMenyatakan maksud atau tujuanMengkritik secara tepat, tepercaya, dan relevanMembuat garis besarMengorganisasi ulang (reorganisasi) faktaMerumuskan permasalahan atau pertanyaan dari beberapa kenyataanMenyatakan metode atau prosedur baruPrinsip-prinsip konstruksi tes subjektif atau uraian, yaitu:Prinsip 1: Gunakanlah tipe tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang cocok. Prinsip 2: Beritahulah sebelumnya bahwa tes yang akan datang berupa tes uraian.Prinsip 3: Batasilah ruang lingkup tes secara pasti, dengan demikian peserta tes tahu dengan pasti bahan yang harus dipelajari.Prinsip 4: Pergunakanlah setiap butir soal secara optimal untuk mengukur hasil belajar yang penting dan tidak mungkin diukur dengan tipe soal lain. Prinsip 5: Jangan terlalu banyak menggunakan butir soal tes uraian untuk mengukur kemampuan mengingat.Prinsip 6: Kemampuan dan keterampilan menulis peserta tes haruslah menjadi pertimbangan utama dalam konstruksi butir soal uraian.Prinsip 7: Jangan memberikan butir soal yang dapat dipilih atau dapat tidak dikerjakan. Prinsip 8: Setiap soal harus jelas apakah jenis terbatas atau bebas. Prinsip 9: Makin banyak jumlah butir soal untuk setiap perangkat soal, makin baik. Prinsip 10: Tulislah petunjuk awal yang jelas serta petunjuk untuk setiap butir soal harus rinci dan dapat dipahami oleh peserta tes dengan jelas.Prinsip 11: waktu yang tersedia haruslah diperkirakan cukup untuk rata-rata kemampuan peserta tes. Prinsip 12: Hendaknya pertanyaan menuntut respon atau jawaban yang bersifat baru. Prinsip 13: Dalam setiap perangkat tes, hendaknya selalu ada kombinasi jenis tes uraian terbatas dan jenis tes uraian bebas.Prinsip 14: Menggunkanlah kata-kata deskriptif.Prinsip 15: Dalam setiap butir soal harus dijelaskan skor maksimal yang dapat diperoleh bila jawaban sesuai dengan yang diminta, dan dijelaskan pula batasan-batasan jawaban yang diminta. Prinsip 16: Jangan memulai kalimat butir soal dengan kata-kata seperti apa dan siapa.

DAFTAR RUJUKAN

Basuki, Imam Agus. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPFE.