Upload
odewayanti
View
259
Download
18
Embed Size (px)
Citation preview
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
1. PENDAHULUAN
1.1 Pentingnya Kontrol Terhadap Lendutan
Falsafah desain yang disebut “pendekatan keadaan batas” (limit state approach) yang
dipakai oleh peraturan-peraturan Rusia pada tahun 1954 dan Amerika serta Inggris
pada tahun 1971, memerlukan pengetahuan yang tepat mengenai perilaku batang
beton struktural pada keadaan batas berganda dimana lendutan merupakan suatu
kriteria penting untuk keamanan struktur.
Menurut berbagai peraturan nasional, umumnya batang beton struktural harus
didesain agar mempunyai kekakuan yang cukup untuk membatasi lendutan yang dapat
berpengaruh merugikan terhadap kekuatan atau kemampuan fungsi struktur pada
beban kerja.
Kontrol terhadap lendutan yang sesuai sangatlah penting karena alasan-alasan berikut
ini :
Pelendutan yang berlebihan pada batang struktural utama tidak mudah terlihat
dan pada waktunya akan mengakibatkan lantai menjadi tidak sesuai untuk
pemakaian yang direncanakan.
Lendutan yang besar akibat pengaruh dinamis dan akibat pengaruh beban yang
berubah-ubah dapat mengurangi kenyamanan pemakainya.
Lendutan yang berlebihan cenderung menyebabkan kerusakan pada permukaan,
sekat, dan struktur-struktur yang berkaitan.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, kerusakan pada sekat serta permukaan pekerjaan
akhir merupakan akibat yang penting dari lendutan yang berlebihan. Suatu penelitian
lapangan yang dilakukan oleh Mayer di Jerman, menampakkan lebih dari 80 contoh
kerusakan sekat dimana 21 di antaranya mempunyai perhitungan lendutan di dalam
batas-batas yang ditetapkan oleh peraturan. Penelitian tersebut juga menunjukkan
bahwa suatu batas maksimum terhadap lendutan harus ditentukan sebagai tambahan
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
terhadap batas perbandingan lendutan bentangan, karena telah didapati bahwa kalau
bentangan bertambah, batasan yang di muka agaknya yang menentukan. Untuk suatu
perkiraan lendutan yang cukup akurat, berbagai faktor yang mempengaruhi lendutan
harus dipertimbangkan.
1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lendutan
Lendutan batang beton prategang dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :
Beban terpasang dan berat sendiri
Besarnya gaya prategang
Profil kabel
Momen inersia potongan melintang
Modulus elastisitas beton
Susut, rangkak, dan relaksasi tegangan baja
Bentangan batang yang bersangkutan
Kondisi penjepitan
Di dalam tahap pra-retakan, selutuh potongan melintang adalah efektif dan lendutan
dalam tahap ini dihitung dengan memakai momen inersia dari penampang beton
seluruhnya. Perhitungan lendutan jangka pendek atau lendutan seketika yang terjadi
segera setelah transfer prategang dan pada pemberian beban mudah dilakukan
dengan menggunakan teori Mohr.
Di dalam tahap setelah retakan, sebuah balok beton prategang berperilaku sama
dengan sebuah balok beton bertulang dan perhitungan lendutan dalam tahap ini
dilakukan dengan meninjau hubungan momen kelengkungan yang menyangkut sifat-
sifat penampang balok yang retak.
Di dalam kedua kasus, di atas pengaruh pengaruh rangkak dan susut beton adalah
untuk memperbesar lendutan jangka panjang akibat beban yang terus-menerus, yang
diperhitungkan dengan menggunakan metode-metode empiris yang mencakup
pemakaian modulus elastisitas efektif (jangka panjang) atau dengan mengalikan
lendutan jangka pendek dengan faktor yang sesuai.
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2. LENDUTAN JANGKA PENDEK PADA BATANG TAK RETAK
2.1 Teori Mohr
Lendutan jangka pendek atau seketika pada batang prategang ditentukan oleh
distribusi momen lentur sepanjang bentangannya dan ketegaran lentur batang yang
bersangkutan. Teori luas bidang momen dari Mohr dapat secara langsung dipakai
untuk perhitungan lendutan akibat gaya prategang, berat sendiri, serta beban yang
diberikan.
Gambar 1.1 dimana balok A B menerima suatu distribusi momen lentur akibat gaya
prategang atau berat sendiri atau beban terpasang. A C B merupakan garis pusat dari
struktur yang mengalami deformasi akibat sistem beban yang diberikan.
Gambar 1.1 Kemiringan dan Lendutan Balok
Jika θ : kemiringan kurva elastis di A
AD : pemotong antara garis singgung di C dan garis vertikal di A
a : lendutan di tengah untuk balok di atas tumpuan sederhana dan dibebani
secara simetris (karena untuk kasus semacam itu garis singgungnya
horizontal)
A : luas diagram momen lenturan (DML) antara titik-titik A dan C
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
x : jarak titik berat diagram momen lentur antara A dan C dari tumpuan
sebelah kiri
EI : ketegaran lentur (flexural rigidity) balok.
Sesuai dengan teori pertama dari Mohr :
Kemiringan=luas diagram momen lentur ( DML )
ketegaranlentur
θ= AEI
Teori kedua Mohr menyatakan bahwa :
Pemotong a=momen daribidang DMLketegangan lentur
a= A xEI
Lendutan balok di atas tumpuan sederhana yang dibebani secara simetris di tengah-
tengah bentang diperoleh secara langsung dari teori momen inersia karena garis
singgung di titik ini horizontal.
2.2 Pengaruh profil tendon terhadap lendutan
Di dalam hampir semua kasus balok prategang, tendon ditempatkan dengan
eksentrisitas mengarah ke tepi bawah balok untuk melawan momen lentur yang
melengkungkan balok akibat beban transversal. Sebagai akibatnya, balok beton akan
melengkung ke atas (“camber”) pada waktu pemberian atau transfer prategang. Oleh
karena momen lentur pada setiap penampang merupakan hasil perkalian gaya
prategang dan eksentrisitas, maka profil tendon itu sendiri akan menunjukkan bentuk
DML. Metode perhitungan lendutan balok dengan profil kabel yang berbeda-beda
dilukiskan di bawah ini.
Tendon Lurus
Gambar 1.2 menunjukkan sebuah balok dengan suatu tendon lurus dengan
eksentrisitas yang sama di bawah sumbu garis berat.
Lendutan ke atas dianggap negatif dan
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
P = gaya prategang efektif
e = eksentrisitas
L = panjang balok
a=−( PeL2 L4 )1/ EI=−Pe L2
8 EI
Gambar 1.2 Balok Yang Melengkung Ke Atas Dengan Tendon Lurus
Tendon Trapesoidal
Suatu tendon yang menggantung dengan profil trapesoidal ditunjukkan dalam
gambar 1.3. Dengan memperhatikan DML, maka lendutan di tengah-tengah
bentang balok diperoleh dengan mengambil momen dari bidang DML sepanjang
setengah bentangan.
a=−PeEI
L2(L1+L22 )+( L1
2 )( 23 L1 )a=−Pe
6 EI2 L1
2+6 L1 L2+3 L22
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
Gambar 1.3 Tendon Trapesoidal atau Menggantung
Tendon Parabolis (Angkur di Pusat)
Lendutan sebuah balok dengan tendon parabolis (gambar 1.4) yang mempunyai
eksentrisitas e di tangan dan nol pada tumpuan-tumpuannya ditentukan dengan :
a=−PeEI
23
L258
L2=−5 Pe L2
48EI
Gambar 1.4 Tendon Parabolis (Angkur di Pusat)
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
Tendon Parabolis (Angkur Eksentris)
Gambar 1.5 menunjukkan sebuah balok dengan tendon parabolis yang
mempunyai eksentrisitas e1 di tengah bentang serta e2 pada penampang di atas
tumpuan. Lendutan resultan di tengah diperoleh sebagai jumlah lendutan ke atas
sebuah balok dengan tendon parabolis yang mempunyai eksentrisitas (e1+e2 ¿ di
tengah dan nol pada tumpuan-tumpuan dan lendutan ke bawah sebuah balok
yang mengalami suatu momen lentur yang memberikan kelengkungan merata
dengan intensitas Pe2 pada seluruh penampangnya. Sebagai akibatnya, lendutan
resultan menjadi :
a=[−548 P L2
EI( e1+e2 )]+[ P e2 L2
8 EI ]a= P L2
48 EI(−e1+e2 )
Gambar 1.5 Tendon Parabolis (Angkur Eksentris)
Tendon Miring (Angkur Eksentris)
Dari gambar 1.6, lendutan dihitung dengan cara yang sama dengan metode
tendon parabolis (angkur eksentris).
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
a=[ P L2
12EI( e1+e2 )]+[ Pe L2
8 EI ]a= P L2
24 EI(−2e1+e2)
Gambar 1.6 Tendon Miring
Tendon Parabolis dan Lurus
Dengan memperhatikan 1.7, lendutan di tengah balok diperoleh sebagai berikut :
a=−PeEI [ 2L1
35 L18
+L2(L1+L22 )]
a= −Pe12EI [(5L1
2+12L2+6 L22 )]
Gambar 1.7 Tendon Parabolis dan Lurus
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
Tendon Parabolis dan Lurus (Angkur Eksentris)
Lendutan di tengah yang maksimum diperoleh dengan superposisi seperti dalam 4
di atas. Dari gambar 1.8 terlihat bahwa :
a=−P ( e1+e2)12 EI
[5 L1+12 L1L2+6 L22 ]+[ P e2 L2
8 EI ]
Gambar 1.8 Tendon Parabolis dan Lurus (Angkur Eksentris)
2.3 Lendutan akibat berat sendiri dan beban terpasang
Pada waktu transfer prategang balok akan mencembung ke atas akibat pengaruh
prategang dan pada tahap ini, berat sendiri balok menimbulkan lendutan ke bawah.
Lendutan ke bawah tersebut bertambah lagi akibat pengaruh beban-beban yang
dipasang di atas balok.
Jika :
g = berat sendiri balok per meter
q = beban terpasang per meter (terbagi rata)
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
Lendutan ke bawah dihitung sebagai :
a=5(g+q) L4
384 EI
Lendutan yang disebabkan oleh beban hidup terpusat dapat dihitung langsung dengan
menggunakan teori Mohr.
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
3. MERAMALKAN LENDUTAN JANGKA PANJANG
Deformasi batang prategang berubah menurut waktu sebagai akibat dari rangkak dan susut
beton serta relaksasi tegangan pada baja. Lendutan batang prategang dapat dihitung relatif
terhadap suatu datum yang ditentukan, kalau besar dan distribusi longitudinal
kelengkungan untuk bentangan balok tersebut diketahui untuk saat yang berdasarkan atas
riwayat pembebanan, yang meliputi gaya prategang dan beban hidup.
Batang beton prategang menimbulkan deformasi di bawah dua pengaruh yang biasanya
bertentangan, yaitu prategang dan beton transversal. Kelengkungan netto ∅ t pada suatu
penampang pada setiap tahap tertentu dapat diperoleh dari :
∅ t=∅mt+∅ pt
Dimana :
∅mt = perubahan kelengkungan disebabkan oleh beban transversal
∅ pt = perubahan kelengkungan disebabkan oleh prategang
Di bawah aksi beban transversal yang terus menerus, distribusi tegangan tekan pada beton
berubah menurut waktu.
Namun, dalam hal-hal yang praktis, perubahan tegangan adalah kecil, sehingga dapat
dianggap bahwa rangkak beton berlangsung dalam tegangan konstan. Regangan rangkak
akibat beban transversal dihitung secara langsung sebagai fungsi dari koefisien rangkak
sedemikian rupa sehingga perubahan kelengkungan dapat diperhitungkan dengan
persamaan :
∅mt= (1+∅ )∅ i
Dimana :
∅ = koefisien rangkak
∅ i = kelengkungan awal segera setelah pemasangan beban transversal
Perubahan kelengkungan akibat prategang yang terus menerus (∅ pt) tergantung pada
pengaruh-pengaruh kumulatif dari rangkak dan susut beton serta relaksasi tegangan pada
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
baja. Beberapa metode telah diusulkan untuk mengevaluasi kelengkungan dengan
anggapan-anggapan yang disederhanakan.
Menurut Neville dan laporan komite ACI, kelengkungan rangkak akibat prategang dapat
diperoleh dengan anggapan yang disederhanakan bahwa rangkak ditimbulkan oleh
prategang rata-rata yang bekerja selama waktu tertentu. Dengan memakai pendekatan ini,
jika:
Pi = prategang awal, dan
Pt = prategang setelah suatu waktu t.
Maka kehilangan gaya prategang akibat relaksasi, susut, dan rangkak
Lp=( P i−Pt )
Dan jika :
e = eksentrisitas gaya prategang pada penampang yang bersangkutan
EI = ketegaran lentur
∅ pt=−Pi e
EI [1− Lp
Pi
+(1− Lp
2P i)∅ ]
Kalau :
a il = lendutan awal akibat beban transversal
a il = lendutan awal akibat prategang
Maka lendutan jangka panjang total setelah waktu t diperoleh dari persamaan :
a t=ail (1+∅ )−aip [(1− Lp
Pi)+(1− Lp
2Pi)∅ ]
Dalam persamaan ini, tanda negatif menunjukkan lendutan dalam arah ke atas (camber).
Suatu prosedur yang lebih sederhana tetapi berdasarkan perkiraan telah dianjurkan oleh
Lin untuk menghitung lendutan jangka panjang. Dalam metode ini, lendutan awal akibat
prategang dan beban transversal telah dimodifikasi untuk memperhitungkan kehilangan
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
prategang yang cenderung mengurangi lendutan, dan pengaruh rangkak yang cenderung
menambah lendutan. Prinsip modulus tereduksi yang menyangkut koefisien rangkak
dipakai untuk memperkuat lendutan awal. Sesuai dengan metode ini, lendutan jangka
panjang dinyatakan sebagai berikut :
a f=[ail−aip ×Pt
Pi] (1+∅ )
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
4. LENDUTAN PADA BATANG RETAK
4.1 Lendutan Jangka Pendek Pada Batang Retak
Di dalam desain struktur prategang terbatas atau sebagian (tipe Kelas 3), retak dengan
lebar terbatas dapat diterima pembebanan berlebih sewaktu-waktu atau bahkan pada
beban kerja yang sesuai dengan rekomendasi CEB-FIP. Maka pengetahuan mengenai
karakteristik deformasi beban dari batang retak adalah penting untuk menyesuaikan
dengan keadaan batas lendutan.
Gambar 1.9 Karakteristik Beban Lendutan pada Batang Prategang
Karakteristik beban lendutan suatu elemen struktur beton prategang yang khas pada
pelenturan ditunjukkan dalam gambar 1.9. Kalau balok tersebut dibebani secukupnya,
maka tegangan tarik akan timbul di sofit dan apabila tegangan tarik ini melampaui
kekuatan tarik beton, akan timbul retak pada batang.
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
Penelitian-penelitian eksperimental telah menunjukkan bahwa retak mikro timbul
pada tegangan tarik sekitar 3 N/mm2 yang tidak tampak dengan mata telanjang. Pada
pembebanan selanjutnya, retak pertama kali tampak pada tegangan tarik lentur antara
3.5 dan 7 N/mm2 dimana nilai yang tinggi umumnya menyangkut balok dengan baja
yang terekat baik yang didistribusikan pada bidang tarik, seperti dalam hal batang
pratarik.
Kurva beban lendutan kurang lebih linear sampai dengan tahap retakan yang tampak
dan melewati tahap ini lendutan bertambah dengn lebih cepat akibat berkurangnya
kekakuan balok. Dalam tahap setelah retakan, perilaku balok sama dengan perilaku
batang beton bertulang.
Lendutan batang beton struktural yang retak dapat dihitung dengan metode unilinear
atau bilinear yang dianjurkan oleh komite beton Eropa. Di dalam metode unilinear,
lendutan dihitung dengan suatu persamaan sederhana berbentuk :
a= β L2MEc I x
Dimana :
a = lendutan maksimum
L = bentang efektif
M = momen pada penampang yang ditentukan
Ec = modulus elastisitas beton
I x = momen inersia penampang retak ekivalen atau ditransformasi
β = suatu konstanta yang tergantung pada kondisi akhir, kedudukan penampang
yang ditentukan, dan distribusi beban.
Nilai-nilai β ditunjukkan dalam gambar 1.10 untuk berbagai tipe pembebanan dan
kondisi tumpuan. Namun metode unilinear menghasilkan perkiraan bruto yang
berlebihan akan lendutan, khususnya dalam batas-batas beban kerja, dan perkiraan
yang terlalu rendah untuk batas-batas beban yang lebih tinggi.
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
Di dalam metode bilinear yang dianjurkan oleh CEB dan peraturan Inggris, kurva beban
lendutan kelengkungan momen kurang lebih terdiri dari dua garis lurus, seperti
ditunjukkan dalam gamabr 1.11. Penelitian-penelitian eksperimental telah
menunjukkan bahwa suatu perkiraan yang lebih mendekati perilaku hubungan beban
lendutan yang sesungguhnya dimungkinkan dengan menganggap hubungan momen-
lengkungan bilinear : kemiringan garis pertama yang bersesuaian dengan kekakuan
penampang yang tidak retak dan kemiringan garis kedua yang bersesuaian dengan
kekakuan penampang yang retak. Lendutan seketika dalam tahap setelah retakan
diperoleh sebagai jumlah lendutan sampai dengan beban yang meretakkan
berdasarkan penampang bruto serta melewati beban retakan dengan
mempertimbangkan penampang yang retak. Maka lendutan dapat dihitung dengan
suatu persamaan bertipe berikut :
a=β L2( M cr
Ec Ic
+( M −M cr )0.85Ec I r
)Dimana :
M cr = momen retakan
M = momen dimana lendutan diperlukan
I c = momen inersia penampang beton ekivalen yang tak retak
I r = momen inersia penampang beton ekivalen yang retak
β = konstanta seperti yang didefinisikan sebelumnya (dapat dilihat pada gambar
1.10)
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
Gambar 1.10 Nilai-nilai Konstanta β untuk Berbagai Tipe Pembebanan dan Tumpuan
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
Gambar 1.11 Hubungan Momen-Kelengkungan Bilinear
Dalam menghitung I c sudah cukup memuaskan apabila mengabaikan pengaruh
tulangan pada penampang yang bersangkutan. Namun mungkin diperoleh beberapa
keuntungan dengan memperhitungkannya, khusunya pada penampang dengan
presentase baja yang besar.
Peraturan Amerika (ACI : 318-71) memepertimbangkan karakter bulinear dari
karakteristik beban lendutan dengan memasukkan suatu ketegaran lentur linear efektif
yang sesuai ke dalam rumus unilinear. Modulus elastisitas dinyatakan sebagai suatu
fungsi dari kekuatan tekan silinder dengan bentuk :
Ec=4800√ f 'c
Dimana :
f ' c = kekuatan tekan silinder dalam N/mm2
Momen inersia ekivalen dinyatakan sebagai berikut :
I c=( M cr
M )3
I r+[1−( M cr
M )3]I r
Dimana :
M cr = momen retak
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
M = momen dimana lendutan diperlukan
I c = momen inersia penampang beton bruto (dengan mengabaikan tulangan)
I r = momen inersia penampang retak yang ditransformasi ke beton
4.2 Lendutan Jangka Panjang Pada Batang Retak
Meramalkan lendutan yang tergantung pada waktu adalah sulit dalam hal batang retak
akibat distribusi kembali tegangan lentur yang menghasilkan penambahan kedalaman
garis netral. Kalau ini terjadi, tegangan tekan pada beton akan berkurang dan tegangan
baja akan bertambah karena bertambah pendeknya lengan (jarak). Menurut Neville,
suatu penyelesaian yang eksak menghasilkan persamaan-persamaan integral tak linear
yang tidak memiliki penyelesaian akhir. Penyelesaian-penyelesaian numerik yang
timbul mengabaikan pengaruh yang penting terhadap lendutan.
Di dalam praktek, suatu pendekatan yang lebih sederhana dipakai dimana lendutan
tambahan yang tergantung pada waktu dihitung dengan menerapkan suatu faktor
penggandaan yang ditentukan pada lendutan jangka pendek yang disebabkan oleh
beban yang terus menerus. Nilai yang umum dari faktor tersebut adalah 2 dalam hal
peraturan Komite Beton Eropa dan [2−1.2 ( A ' s/ A s ) ] dalam peraturan Amerika yang
memperhitungkan pengaruh pengakuan tulangan tekan A ' s. Metode modulus efektif
atau terus menerus dapat pula dipakai untuk menghitung lendutan jangka panjang
pada batang prategang yang retak.
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
5. SYARAT-SYARAT DARI BERBAGAI PERATURAN PRAKTIS
Sudah merupakan kebiasaan umum dalam hampir semua peraturan untuk memberikan
keamanan terhadap lendutan yang berlebihan dalam keadaan-keadaan batas pelayanan
baik secara tak langsung, dengan menetapkan suatu rasio minimum bentangan terhadap
tinggi batang yang bersangkutan, ataupun secara langsung, dengan menentukan suatu
lendutan maksimum yang diperkenankan yang dinyatakan sebagai suatu fraksi dari
bentangan.
Rekomendasi dari peraturan-peraturan India (IS : 1343-1980) dan Inggris (CP 110 : 1971)
dalam kaitannya dengan keadaan batas lendutan adalah sebagai berikut :
Lendutan akhir yang meliputi pengaruh-pengaruh rangkak, susut, dan temperatur tidak
boleh melebihi bentang/250.
Lendutan akhir di dalam hal penerapan lapisan penutup permukaan akhir dan
pemasangan dinding penyekat, tidak boleh lebih dari bentang/350 atau 20 mm,
tergantung mana yang lebih kecil.
Lendutan ke atas (Camber) maksimum batang beton prategang pada saat transfer
tidak boleh melebihi bentang/300, kalau harus dipasang lapisan penutup akhir.
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
Menurut peraturan Amerika (ACI : 318-71), lendutan yang diperbolehkan tergantung dari
tipe batang seperti diuraikan dalam tabel 1.1.
Tabel 1.1 Lendutan Maksimum yang Diperkenankan
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038
STRUKTUR BETON PRATEGANGTEKNIK SIPIL 2012
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
Peraturan Perancis membatasi lendutan batang yang memikul dinding pasangan batu dan
penyekat sampai bentang/500 yang merupakan pertambahan lendutan total (akibat beban
jangka pandang dan terus menerus) terhadap lendutan seketikanakibat berat sendiri.
Sedangkan peraturan Jerman menetapkan batas-batas perbandingan tinggi/bentang,
tergantung pada kondisi tumpuannya.
REFERENSI :
“Beton Prategang”, edisi kedua, 1989, N. Krishna Raju
“Beton Prategang, Sebuah Pendekatan Fundamental”, edisi kelima, Nawy.
www.google.com
www.wikipedia.com
ORYZA DEWAYANTI ӏ 080211038