7
I. Judul Percobaan : Inversi Gula II. Waktu Percobaan : Rabu, 23 April 2014 III. Tujuan Percobaan : Menentukan orde reaksi dari reaksi inversi gula menggunakan polarimeter. IV. Dasar Teori Laju reaksi adalah kecepatan perubahan konsentrasi reaktan terhadap waktu yang dinyatakan dalam –dC A /dt. Tanda minus menunjukkan berkurangnya konsentrasi reaktan seiring dengan bertambahnya waktu reaksi. Menurut hukum aksi massa, laju reaksi pada laju reaksi pada suatu sistem pada temperatur tertentu berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang bereaksi setelah tiap – tiap konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien dalam persamaan yang bersangkutan. Laju reaksi akan menurun dengan bertambahnya waktu. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara konsentrasi zat yang tersisa saat itu dengan laju reaksi sehingga dapat dikatakan umumnya laju reaksi tergantung pada konsentrasi awal dari zat – zat pereaksi, pernyataan ini dikenal sebagai Hukum Laju Reaksi atau Persamaan Laju Reaksi mA + nB pC + qD Secara teoritis hukum laju reaksi dirumuskan dengan persamaan berikut: v = k [A] m [B] n

DASAR TEORI INVERSI GULA

  • Upload
    b15b1

  • View
    153

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DASAR TEORI INVERSI GULA

I. Judul Percobaan : Inversi Gula

II. Waktu Percobaan : Rabu, 23 April 2014

III. Tujuan Percobaan : Menentukan orde reaksi dari reaksi inversi gula

menggunakan polarimeter.

IV. Dasar Teori

Laju reaksi adalah kecepatan perubahan konsentrasi reaktan terhadap

waktu yang dinyatakan dalam –dCA/dt. Tanda minus menunjukkan berkurangnya

konsentrasi reaktan seiring dengan bertambahnya waktu reaksi. Menurut hukum

aksi massa, laju reaksi pada laju reaksi pada suatu sistem pada temperatur

tertentu berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang bereaksi setelah tiap – tiap

konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien dalam persamaan yang

bersangkutan. Laju reaksi akan menurun dengan bertambahnya waktu. Hal ini

menunjukkan adanya hubungan antara konsentrasi zat yang tersisa saat itu

dengan laju reaksi sehingga dapat dikatakan umumnya laju reaksi tergantung

pada konsentrasi awal dari zat – zat pereaksi, pernyataan ini dikenal sebagai

Hukum Laju Reaksi atau Persamaan Laju Reaksi

mA + nB pC + qD

Secara teoritis hukum laju reaksi dirumuskan dengan persamaan berikut:

v = k [A]m [B]n

Keterangan:

v = laju reaksi (m/detik)

k = konstanta atau tetapan konsentrasi laju reaksi (L/mol.detik)

[A] = konsentrasi zat A (mol/L)

[B] = konsentrasi zat B (mol/L)

m = orde reaksi terhadap A

n = orde reaksi terhadap B

Page 2: DASAR TEORI INVERSI GULA

Untuk mengetahui hubungan pereaksi dengan reaktan, digunakan orde

reaksi yang diperoleh dari perhitungan konsentrasi sehingga grafik yang

diperoleh berbentuk grafik perpangkatan. Harga k bergantung pada tingkat

(orde) reaksi totalnya. Apabila ditunjukkan dengan grafik antara laju reaksi

terhadap konsentrasi, maka diperoleh grafik sebagai berikut :

Orde reasi nol

Reaksi yang memiliki kecepatan reaksi tetap dan tidak dipengaruhi

konsentrasi reaktan. Kecepatan reaksi dipengaruhi / ditentukan oleh intensitas

katalis. Persamaannya

v = k [x]0 = k

Grafik orde reaksi nol

Orde reaksi satu

Persamaannya

v = k [x]1 = k [x]

Orde reaksi dua

Persamaannya

v = k [x]2

Page 3: DASAR TEORI INVERSI GULA

Gula tebu atau sukrosa (C12H22O11) merupakan suatu disakarida yang

tersusun atas dua monosakarida, yaitu glukosa dan fruktosa. Dalam air, sukrosa

mengalami reaksi hidrolisis yang dapat dituliskan sebagai berikut:

C12H22O11 + H2O C6H12O6 + C6H12O6

Hasil hidrolisis sukrosa tersebut adalah campuran antara sukrosa (C6H12O6)

dan fruktosa (C6H12O6) disebut gula invert. Sukrosa adalah dextrorotatory, yaitu

bersifat memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan, sedangkan campuran hasil

reaksinya (glukosa+fruktosa) adalah akan sedikit levorotatory, yaitu memutar

bidang polarisasi cahaya ke kiri, karena fruktosa yang levorotatory memiliki

molar rotasi yang lebih besar daripada glukosa yang dextrorotatory. Dengan

makin habisnya sukrosa dan terbentuknya campuran glukosa-fruktosa, maka

sudut putar/ rotasi yang ke kanan (bila diamati melalui tabung polarimeter) akan

semakin berkurang dan akhirnya cahaya diputar ke arah kiri. Peristiwa

berbaliknya arah sudut putar bidang polarisasi cahaya dalam reaksi hidrolisis

sukrosa inilah yang disebut inversi. Oleh karena itu hidrolisis sukrosa disebut

juga inversi sukrosa.

Sukrosa mempunyai putaran optik [α] = +66o (positif). Jika sukrosa

dihidrolisis terdapat campuran D-Glukosa dan D-Fruktosa yang mempunyai

rotasi netto negatif dalam jumlah yang sama, dan rotasi optiknya berubah

tanda menjadi [α] = -20o. Hal ini disebabkan oleh campuran kesetimbangan

anomer D-glukosa (α dan β ) mempunyai rotasi +52,7 o, tetapi anomer fruktosa

mempunyai rotasi negatif yang kuat yaitu [α] = -92,4o. Dengan mengetahui

pembelokan cahaya yang dihasilkan oleh larutan gula, dapat di

analisa jenis/komposisi gula yang ada dalam larutan tersebut.

Sudut putar jenis jenis dapat dihitung :

Page 4: DASAR TEORI INVERSI GULA

[∝ ]= putaran yangdiamati

panjang tabung (dm ) X kadar (grammL

)

Kinetika reaksi inversi gula merupakan reaksi orde satu

terhadap sukrosa. Dalam larutan gula yang netral (pH=5) reaksi

hidrolisa gula mempunyai waktu paruh10 minggu. Sedangkan

didalam larutan asam, dengan adanya katalis ion H+,

waktuparuh tersebut lebih pendek. Hukum laju reaksi inversi

gula tersebut dapat diungkapkan sebagai berikut:

R = - d (gula) / dt = k (H+)(H2O)(gula)

Enantiomer yang memutar cahaya terpolarisasi tekanan diberi tanda (+)

atau d (dextro), sedangkan yang memutar ke kiri diberi tanda (-) atau l (levo).

Besarnya sudut putar/sudut rotasi (θ) tergantung pada jenis senyawa, suhu,

cahaya terpolarisasi dan banyaknya molekul pada jalan yang dilalui cahaya

rotasi spesifik ialah putaran/rotasi yang dihasilkan oleh 1 gram senyawa dalam

mol larutan dalam 1 sel sepanjang 1 dm.

α= Ae .c

Dimana,

A = sudut rotasi yang diamati

e = panjang (dm)

Alat yang digunakan untuk mengukur perputaran bidang polarisasi cahaya

oleh suatu larutan disebut polarimeter. Besarnya sudut putar optis dipengaruhi

oleh konsentrasi larutan,, jarak yang ditentukan cahaya dalam larutan (panjang

tabung polarimeter), panjang gelombang cahaya yang digunakan, suhu, dan jenis

pelarutnya. Prinsip dasar polarimetris ini adalah pengukuran daya putar optis

suatu zat yangmenimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir.

Pemutaran bidang getar sinar terpolarisir oleh senyawa optis aktif ada 2 macam :

1. Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum

jam.

Page 5: DASAR TEORI INVERSI GULA

2. Levo rotary(-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan putaran

jarum jam.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins. P. W. 1990. Kimia Fisika jilid 2 edisi ke empat. Jakarta. : Erlangga

Fessenden, Fessenden.1982. Kimia Organik edisi ketiga jilid 2. Jakarta :

Erlangga.

Tim Dosen Kimia Fisika III. 2014. Panduan Praktikum Kimia Fisika III. Surabaya:

Laboratorium Kimia Fisika, Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, UNESA

Fieser and Fieser. 1956. Organic Chemistry. New York: reinhold Publishing

Corporation

Luyingga. 2013. Inversi Gula. http://id.scribd.com/doc/170524306/makalah-

inversi-gula-docx. Diakses pada tanggal 28 April 2014

Maron and Jerome. 1974. Fundamental of Physical Chemistry 5th edition. New

York: McMillan Publishing Co.Inc

Tansil, Yumarta. 2014. Inversi Sukrosa.

http://id.scribd.com/doc/213830515/Inversi-Sukrosa. Diakses pada tanggal

28 April 2014