18

Click here to load reader

Contoh Proposal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Contoh Proposal

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Itik adalah ternak unggas penghasil daging dan telur yang cukup potensial

disamping ternak ayam. Peternakan itik telah dibudidayakan dan dikembangkan

secara meluas dengan jenis yang beragam, hal ini dikarenakan itik merupakan

salah satu sektor yang berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan

pangan khususnya kebutuhan protein hewani. Kebutuhan protein hewani terus

meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan meningkatnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya zat gizi.

Upaya pemenuhan kebutuhan akan gizi dari ternak itik cukup baik hal ini

dapat dilihat dengan upaya masyarakat meningkatkan populasi ternak itik dari

tahun 2009 berjumlah 15.401ekor dan di tahun 2010 meningkat menjadi

16.211ekor (BPS, 2010).

Melihat data-data tersebut di atas jika dibandingkan dengan jumlah

penduduk Kabupaten Tolitoli yang berjumlah 211.296 Jiwa (BPS 2010), maka

pasokan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani pada ternak itik perlu

peningkatan. Penyediaan kebutuhan protein hewani dari ternak itik lebih mudah

dilakukan karena ternak itik tingkat kematiannya (mortalitas) lebih rendah

dibandingkan dengan ayam ras, selain itu itik lebih tahan dari penyakit.(Ranto &

Maloedyn S, 2005).

Cahyono (2011) menyatakan itik telah dibudidayakan dan dikembangkan

masyarakat secara luas dengan bangsa serta jenis yang beragam. Setiap bangsa

Page 2: Contoh Proposal

2

dan jenis itik memiliki bentuk, ukuran tubuh, warna bulu dan sifat-sifat khas yang

berbeda satu sama lain. Namun, pada hakekatnya bangsa itik digolongkan menjadi

empat, yaitu itik petelur, pedaging, Pedaging dan petelur (dwiguna), serta itik

hias.

Melihat dari bangsa-bangsa itik dan kegunaannya usaha peternakan itik

cukup menjanjikan karena selain telurnya sebagai hasil produksi unggulan dari

ternak itik yang dapat di olah menjadi berbagai makanan , daging itik juga cukup

digemari dimasyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat semakin

banyaknya warung makan pinggir jalan ataupun restoran yang menyajikan menu

daging itik. Melihat tingginya minat masyarakat akan ternak itik maka diperlukan

usaha untuk menggantikan populasi ternak yang dikonsumsi baik telur maupun

dagingnya, salah satu jalan yang dapat di tempuh adalah dengan usaha pembibitan

itik melalui penetasan telur itik.

Penetasan telur Itik dalam jumlah yang kecil biasanya dilakukan

masyarakat dengan penetasan alami menggunakan indukan ayam atau entok.

Kapasitas yang terbatas merupakan kelemahan mencolok dari pengeraman alami

sehingga diperlukan alternatif lain meningkatkan ketersediaan anak unggas

dengan melakukan penetasan telur secara buatan yaitu dengan menggunakan

mesin tetas (Paimin, 2011).

Daya tetas merupakan aspek yang sangat penting dalam penetasan. Daya

tetas yang tinggi akan menghasilkan keuntungan yang tinggi. Untuk menghasilkan

daya tetas yang tinggi dalam proses penetasan ada beberapa syarat yang perlu

Page 3: Contoh Proposal

3

diperhatikan antara lain ialah pemilihan telur tetas yang meliputi berat telur

warna telur, masih terdapat rongga udara pada telur (Cahyono, 2011).

Menurut Supriadi (2009). berat telur tetas yang baik adalah 60-65, pendapat

lain dikemukakan oleh Paimin (2011) berat telur yang tetaskan 65-70 g. Lebih

lanjut di jelaskan oleh Paimin bahwa syarat-syarat yang mempengaruhi daya tetas

adalah suhu dan perkembangan embrio kelembapan dalam mesin tetas, ventilasi

udara mesin tetas pembalikan telur sebanyak 3 kali sehari, daya tetas mencapai

70%. Adapun pendapat lain pembalikan dilakukan selama 6 kali sehari.

(http;//galerium.web.id)

Dari uraian diatas maka diadakan penelitian dengan judul Pengaruh

frekuensi pembalikan telur dan berat telur terhadap daya tetas telur itik pada

mesin penetasan.

1.2 Rumusan Identifikasi Masalah

1. Apakah daya tetas telur itik pada mesin penetas akan meningkat seiring

dengan meningkatnya frekuensi pembalikan dan berat telur

2. Berapa frekuensi pembalikan dan berapa berat telur menghasilkan daya tetas

terbaik pada mesin tetas.

1.3 Tujuan dan kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji berapa berat telur terbaik untuk

menghasilkan daya tetas terbaik dan berapa frekuensi pembalikan untuk

menghasilakan daya tetas terbaik. Adapun kegunaan yang diharapkan dari

penelitian ini adalah sebagai ilmu pengetahuan bagi mahasiswa, peternak dan

semua kalangan pengusaha yang bergerak di bidang penetasan telur itik.

Page 4: Contoh Proposal

4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ternak itik

Menurut Supriadi (2009) Itik yang dimasyarakat lebih dikenal dengan nama

bebek ini, nenek moyangnya merupakan itik liar (Anas moscha) yang berasal dari

Amerika Utara. Namun seiring dengan perkembangan waktu, itik liar terus

dijinakkan oleh manusia hingga terbentuklah beragam jenis itik seperti yang

banyak dipelihara saat ini dan selanjutnya lebih dikenal sebagai itik ternak (anas

domesticus) dan itik manila /etntok (anas Muscovy).

Cahyono (2011) menyatakan itik telah dibudidayakan dan dikembangkan

masyarakat secara luas dengan bangsa serta jenis yang beragam. Setiap bangsa

dan jenis itik memliki bentuk, ukuran tubuh, warna bulu dan sifat-sifat khas lain

yang berbeda satu sama lain. Namun, pada hakekatnya bangsa itik digolongkan

menjadi empat, yaitu itik petelur, pedaging, pedaging dan petelur (diwiguna),

serta itik Hias.

Itik lokal biasa juga disebut itik jawa. Disebut demikian karena itik ini

tersebar dan berkembang di daerah-daerah dipulau jawa. Lebih lanjut dinyatakan

bahwa itik lokal memiliki ciri-ciri lebih menyenangi air, bentuk tubuhnya

membuat garis segitiga dengan kepala yang kecil, itik lokal betina mempunyai

bulu berwarna coklat abu-abu dengan bulu sayap dan leher kehitam-hitaman,

paruh dan kaki kekuning-kuningan, serta warna telur kebiru-biruan. (Windhyarti

2003 dalam Santi 2011)

Page 5: Contoh Proposal

5

Muhammad (2008) Menyatakan ada beberapa manfaat beternak itik untuk

usaha ekonomi kerakyatan mandiri, untuk mendapatkan daging dan telur itik

konsumsi, sebagai pemenuhan gizi bagi masyarakat, pembibitan ternak itik serta

kotorannya bisa dijadikan pupuk. Namun dari sekian banyak kelebihannya ternak

itik mempunyai kelemahan yaitu tidak mempunyai sifat mengeram maka

digunakan Mesin penetas sebagai alternatif untuk menetaskan telur itik.

2.2 Mesin tetas

Pada hakekatnya, mesin tetas merupakan sebuah peti atau lemari dengan

konstruksi yang dibuat sedemikian rupa sehingga panas di dalamnya tidak

terbuang. Suhu dan kelembaban di dalam ruangan mesin tetas dapat di atur sesuai

dengan ukuran yang dibutuhkan selama periode penetasan. Tipe mesin tetas yang

banyak digunakan saat ini merupakan mesin tetas basah dengan pemanas listrik,

minyak tanah atau kombinasi yang didalam ruangannya terdapat udara panas.

Paimin (2011).

2.3 Persiapan penetasan

2.3.1 Membersihkan mesin tetas

Menurut Paimin (2011). sebelum digunakan mesin tetas harus dibersihkan

terlebih dahulu, setelah dibersihkan sebaiknya mesin tetas di semprot dengan

menggunakan desinfektan. Kegiatan ini sangat diperlukan karena kemungkinan di

dalam mesin tetas terdapat banyak bakteri.

2.3.2 Tempat mesin tetas

Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan usaha penetasan telur itik

menggunakan mesin penetasan adalah faktor tempat. Penempatan mesin tetas

Page 6: Contoh Proposal

6

diusahakan tidak terkena matahari secara langsung dan tidak terkena angin secara

langsung. Hal ini untuk menghindari perubahan suhu yang cukup ekstrim, yang

berakibat kurang baiknya daya tetas telur. tempat mesin tetas dalam kondisi yang

steril dari kuman dan bakteri, sehingga aman bagi kelangsungan hidup embrio itik

dalam telur. (http: galeriukm.web.id)

2.3.3 Air pelembab

Air pelembab di taruh di dalam bak air dan diletakkan dibawa rak telur

dalam mesin penetas. Berikan sehelai kain atau kapas ditata merata dibagian dasar

nampan agar kelembapan udara tersebar merata. Ranto dan Sitanggang (2005)

2.4 Seleksi telur

Menurut Cahyono (2011) telur tetas juga menentukan keberhasilan

penetasan berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan telur.

Telur tidak berasal dari induk yang baru mengalami gugur bulu sebab banyak

mengandung air dan kuning telur (yolk) berukuran kecil sehingga tidak baik untuk

di tetaskan, Telur bersih dan tidak cacat seperti retak, masih terdapat ruang udara

pada bagian ujung telur yang tumpul, umur penyimpanan telur tidak lebih dari

satu minggu, daya tetas telur yang sudah berumur lebih dari satu minggu akan

semakin menurun.

Adapun syarat telur tetas lainnya menurut Wakhid (2010) adalah warna kulit

telur berwarna biru laut muda. Berasal dari perkawinan jantan dan betina dengan

imbangan 1:6.(http://supriyadi-teknologi.blogspot.com)

Page 7: Contoh Proposal

7

2.5 Berat telur

(Amrullah dan Sumiati dalam Gunawan 2001) berpendapat bobot telur itik

akan lebih berat apabila itik mengkonsumsi protein lebih banyak telur tetas yang

berukuran besar akan menghasilkan DOD yang lebih besar pertumbuhan bulu

lebih cepat. Lebih lanjut di jelaskan bahwa ada pengaruh berat telur terhadap

persentase daya tetas intinya pemilihan telur tetas sangat diperlukan sebelum

penetasan berlangsung http://ideamunirhusbandry.blogspot.com. Telur tetas yang

baik untuk di tetas menurut Supriadi (2009) berat telur tetas adalah 60-65, adapun

pendapat lain dikemukakan oleh Cahyono B.(2001) Berat telur sekitar 65-75

gram/butir,Bentuk telur normal tidak terlalu bulat dan tidak terlalu lonjong (oval).

berat telur harus berada pada kisaran normal berkisar 50-70 gram.

(http://mitraunggas.com)

2.6 Syarat-syarat penetasan

Menurut Paimin. (2011) ada beberapa syarat dalam penetasan yaitu:

2.6.1 Suhu

Suhu penetasan harus dipertahankan selama proses penetasan berlangsung

mulai hari pertama hingga terakhir, sesuai dengan suhu yang di tentukan, adapun

suhu yang dibutuhkan untuk perkembangan embrio telur itik adalah 370-39

0C.

2.6.2 Kelembaban

Selama penetasan berlangsung diperlukan kelembaban udara yang sesuai

dengan perkembangan dan pertumbuhan embrio. Munculnya kelembaban di

dalam ruang penetasan di akibatkan oleh suhu yang meningkat. Adapun

Page 8: Contoh Proposal

8

kelembaban yang dibutuhkan oleh telur itik dalam penetasan adalah 60% hingga

70%.

2.6.3 Ventilasi

Lubang ventilasi digunakan untuk mengatur suhu dan pertukaran udara

dalam mesin.

2.6.4 Pembalikan telur

Pembalikan telur dilakukan pada saat telur berumur empat hari dalam mesin

tetas setiap proses penetasan telur. Adapun Fungsi Pembalikan telur adalah untuk

menyeragamkan suhu permukaan telur dan mencegah melekatnya embrio pada

kulit embrio atau kerabang telur.

Paimin (1992) dalam Efendy (2012) berpendapat untuk suksesnya penetasan

telur dalam mesin penetas harus dilakukan dengan baik. Penyusunan telur

dilakukan diluas mesin tetas dengan posisi bagian yang membesar di atas dan

bagian yang mengecil di bawah, dengan kemiringan 400. Telur yang akan disusun

terlebih dahulu diberi tanda “A” dan “B”. Untuk mendapatkan pembalikan atau

pemutaran telur, penyusunan telur dalam rak penetas harus seragam, bagian yang

bertanda “A” di atas dan yang bertanda “B” di bawah atau sebaliknya. Lebih

lanjut di jelaskan, pada proses pembalikan telur, pada sisi rak telur diberi tempat

lowong sekitar 2-3 cm untuk memudahkankan pembalikan telur. Jadi pembalikan

telur cukup dilakukan sekali saja, dengan cara meletakkan tangan diatas telur dan

menggeserkannya kearah yang lowong.

Page 9: Contoh Proposal

9

Soedjarwo (2 010) berpendapat Telur tetas dibolak-balik tiap hari selama

proses penetasan. Supriadi (2002) juga berpendapat bahwa pembalikan telur

dilakukan setiap 4 sampai dengan 6 jam dalam sehari.

2.6.5 Peneropongan telur

Peneropongan telur merupakan bagian terpenting dalam penetasan telur.

Fungsi peneropongan adalah untuk mengetahui ada atau tidak embrio dalam telur,

Fertilitas telur pada saat penetasan. Telur yang tidak mengalami fertilitas

dikeluarkan karena daya tetasnya di ragukan.

2.7 Hipotesis

Daya tetas telur itik pada mesin tetas akan meningkat seiring dengan

meningkatnya frekuensi pembalikan dan berat telur.

Page 10: Contoh Proposal

10

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Jln. Muh. Said Kelurahan Baru

Kabupaten Tolitoli propinsi Sulawesi Tengah dari bulan agustus sampai dengan

hari yang dimulai pada bulan Agustus sampai dengan September 2012.

3.2 Materi dan y penelitian

3.2.1 Telur Percobaan

Telur percobaan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 320 butir

telur itik yang diperoleh dari peternakan di Desa sibea

3.2.2 Timbangan

Timbangan yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik

elektrik bermerek helei, dengan skala ketelitian 0,01

3.2.3 Mesin tetas percobaan

Mesin tetas yang digunakan adalah mesin tetas semi otomatis, sebanyak

empat unit mesin.

3.2.4 Pemanas mesin tetas.

Pemanas yang di gunakan dalam mesin penetas sebanyak 6 buah lampu

pijar 10 wat di setiap satu mesin penetas dan satu buah lampu minyak cadangan

3.2.5 Alat Pengatur panas

Pengaturan panas dilakukan dengan menggunakan alat pengatur panas

thermostat.

Page 11: Contoh Proposal

11

3.2.6 Alat pengukur Kelembaban dan suhu.

Alat pengukur kelembaban dan suhu yang digunakan adalah

thermohigrometer.

3.2.7 Bak air

Bak air yang digunakan berukuran 30x40 cm dan tinggi 5cm.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) Pola factorial dengan 4x4 perlakuan dan mendapat 4 kali ulangan

Factor pertama adalah frekuensi pembalikan dengan frekuensi pembalikan

yaitu 1 kali, 2 kali, 3 kali dan 4 kali

Faktor kedua adalah berat telur dengan berat telur 60-65,66-70,71-75,76-80

gr dengan demikian terdapat 64 unit percobaan adapun kombinasi perlakuannya

adalah sebagai berikut.

3.3.2 Perlakuan

Perlakuan yang diberikan sebagai berikut:

Frekuensi

Pembalikan B

Berat telur A

A1 A2 A3 A4

B1 A1B1 A2B1 A3B1 A4B1

B2 A1B2 A2B2 A3B2 A4B2

B3 A3B3 A2B3 A3B3 A4B3

B4 A1B4 A2B4 A3B4 A4B4

Keterangan : A1 = 60-65gr A2=66-70gr A3=71-75gr A4=76-80gr

B1 = Pembalikan 1 kali B3 = Pembalikan 3 kali

B2 = Pembalikan 2 kali B4 = Pembalikan 4 kali

Page 12: Contoh Proposal

12

3.4 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari semua peubah yang diamati dianalisis menggunakan

percobaan factorial dengan rancangan dasar RAL (Kemas Ali, Hanafiah 2004)

Dengan rancangan matematiknya adalah :

Adapun model matematik yang digunakan adalah :

Faktor Berat telur (A)

Faktor Pembalikan (B)

Yijl = µ + Ai + Bj+AB+ABij+∑l (Ij)

Keterangan : Yijl = Respon Pengamatan dari hasil penelitian

µ = Rata-rata umum pengamatan

Ai = Banyaknya perlakuan Berat telur

Bj = Banyak Perlakuan Pembalikan telur

l = Banyaknya ulangan

∑ij = Galat acak percobaan

Jika hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh perlakuan, maka dilanjutkan

dengan uji Duncan pada taraf 0.05%.

3.5 Pelaksanaan Penelitian

3.5.1 Persiapan

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan persiapan terhadap mesin tetas

sebelum digunakan mesin tetas dibersihkan terlebih dahulu dengan cara

desinfeksi menggunakan desinfektan. Kegiatan ini sangat diperlukan karena

kemungkinan di dalam mesin tetas terdapat banyak bakteri. Setelah mesin di

bersihkan lampu dinyalakan terlebih dahulu selama 4 jam untuk menjaga ke

stabilan suhu.

Page 13: Contoh Proposal

13

3.5.2 Penempatan Mesin Tetas

Mesin tetas di taruh di tempat yang rata dan terhindar dari matahari

langsung.

3.5.3 Penyeleksian telur dan penandaan telur

Pada tahapan ini di seleksi telur-telur yang baik untuk di tetaskan mulai

dari bentuknya, asal telur berasal dari indukan yang tidak mengalami gugur bulu,

berat telur diseleksi menurut perlakuan, di pilih berat telur 60-65gr, 66-70gr,71-

75gr, 76-80gr, masih terdapatnya kantong udara pada ujung telur, diusahakan

cangkang telur tidak retak dan keadaan cangkang bersih dari kotoran, dan umur

penyimpanan telur tidak lebih dari satu minggu, warna telur berwarna biru laut

muda. Setelah diseleksi telur di beri tanda dengan menggunakan pensil atau arang.

dengan tanda A dan B pada bagian depan dan belakang telur agar memudahkan

pembalikan telur nantinya.

3.5.4 Pengaturan suhu

Lampu dinyalakan dan panasnya di atur dengan alat pengatur panas

penetasan Thermostat, dan diukur dengan thermohigrometer pada suhu 37OC hari

pertama hingga hari ke 26, hari ke 27 hingga hari 30 digunakan suhu 39OC.

3.5.5 Pengaturan kelembaban.

Kelembaban di atur pada kelembaban 60 % pada hari pertama sampai hari

ke 26. dengan pemberian air pada bak air dibawah rak telur, kemudian di ukur

Page 14: Contoh Proposal

14

dengan alat thermohigrometer pada hari ke 27 sampai hari ke 30 diatur pada

kelembaban 70%

3.5.6 Pembalikan telur

Pembalikan dilakukan pada hari ke 4, sampai hari ke 25 pembalikan telur

dilakukan Berdasarkan perlakuan yang dicobakan yaitu:

A1B1,A2B1,A3B1,A4B1 dilakukan pembalikan sebanyak 1 kali perhari

dilakuka pada pagi hari jam 06.00 pagi

A1B2,A2B2,A3B2,A4B2 dilakukan pembalikan sebanyak 2 kali perhari

dilakukan pada pagi hari jam 06.00 dan siang hari jam 12.00

A1B3,A2B3,A3B3,A4B3 dilakukan pembalikan sebanyak 3 kali perhari

dilakukan pada pagi jam 06.00, siang jam 12.00, sore hari jam 18 .00

A1B4,A2B4,A3B4,A4B4 dilakukan pembalikan sebanyak 4 kali perhari

dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 siang hari jam 12.00 sore hari jam 18.00

dan malam hari 24.00

3.5.7 Peneropongan telur

Peneropongan telur dilakukan pada hari ke empat untuk mengetahui fertile

atau tidaknya embrio, dan pada hari ke tujuh melihat perkembangan embriao,hari

ke empat belas melihat pertumbuhsan embrio hidup atau mati dan juga hari

kedua puluh satu.

Page 15: Contoh Proposal

15

3.6 Peubah yang diamati.

3.6.1 Fertilitas

Fertilitas adalah persentase telur yang memperlihatkan adanya perkembangan

embrio dari sejumlah telur yang ditetaskan tanpa memperlihatkan apakah embrio

tersebut dapat atau tidak menetas (Indrawati, 1986 dalam Efendy 2012).

3.6.2 Daya tetas

Daya tetas adalah persentase telur yang menetas dari seluruh telur fertile

pengamatan daya tetas telur diamati pada hari ke 26 sampai hari ke 30 setelah

penetasan.

3.6.3 Angka kematian Embrio

Angka kematian embrio adalah angka yang menunjukkan kematian embrio

selama masa pengeraman. Dilakukan pada hari Ke 14 dan 31 setelah masa

penetasan.

Page 16: Contoh Proposal

16

DAFTAR PUSTAKA

Bps 2010. Data kependudukan Kabupaten Tolitoli. Badan pusat statistic

Bps 2010. Data Populasi ternak. di Melalui www.bps.go.id Di akses Tanggal

02 april 2012 Jam 01.00

Cahyono B 2011 Pembibitan itik Swadaya Jakarta

Efendy 2012. Pengaruh frekuensi pembalikan telur terhadap daya tetas telur Itik .

Proposal Penelitian Sekolah tinggi Ilmu Pertanian Buol

Gunawan H. 2001. Pengaruh bobot telur terhadap daya tetas serta hubungan

antara bobot telur dan bobot tetas itik mojosari skripsi Institut

Pertanian Bogor. Melalui Reposhory.ipb.ac.id/handle/123456789/13131

Kemas Ali Hanafiah 2004. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT.

Raja Grafindo Persada

2010 Analisis usaha penetasan telur itik. Melalui http;//galerium.web.id

[30/03/2012].

Prospek Penetasan telur itik dan cara penetasan telur itik. Melalui

http://supriyadi-teknologi.blogspot.com [02/04/2012].

Muhammad. JK dkk. 2008 Panduan teknik budidaya peternakan unggulan

PT. Ciptawidya Swara.

Paimin, F.B 2011 Ragam jenis Cara membuat dan mengelola mesin tetas

Swadaya Jakarta

Ranto & Sitanggang M. 2005 Panduan lengkap beternak Itik PT. Agromedia

Pustaka

Supriadi. 2009 Panduan lengkap ternak itik Swadaya Jakarta

Santi M. 2011 Penggunaan Ampas Sagu Fermentasi Dalam Ransum

Terhadap Kualitas Telur Itik Lokal Selama 6 (Enam) Minggu

Pemeliharaan. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian.

Soedjarwo E. 2010 Membuat Mesin tetas Sederhana. Swadaya

Wakhid A. 2010 Beternak Dan bisnis Itik. PT. Agro Media Pustaka

Page 17: Contoh Proposal

17

LAMPIRAN

Mesin Tetas yang digunakan kapasitas

tampung 150 butir telur

Thermosthat Penetasan alat

pengatur suhu

Timbangan analitik Elektrik skala Ketelitian

0,01

Alat Peneropong Telur

Page 18: Contoh Proposal

18

Bak Air

Alat Pengkur Suhu Dan

kelembapan thermohigrometer