Click here to load reader
Upload
hendrikaprawi
View
1.314
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Itik adalah ternak unggas penghasil daging dan telur yang cukup potensial
disamping ternak ayam. Peternakan itik telah dibudidayakan dan dikembangkan
secara meluas dengan jenis yang beragam, hal ini dikarenakan itik merupakan
salah satu sektor yang berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan
pangan khususnya kebutuhan protein hewani. Kebutuhan protein hewani terus
meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya zat gizi.
Upaya pemenuhan kebutuhan akan gizi dari ternak itik cukup baik hal ini
dapat dilihat dengan upaya masyarakat meningkatkan populasi ternak itik dari
tahun 2009 berjumlah 15.401ekor dan di tahun 2010 meningkat menjadi
16.211ekor (BPS, 2010).
Melihat data-data tersebut di atas jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk Kabupaten Tolitoli yang berjumlah 211.296 Jiwa (BPS 2010), maka
pasokan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani pada ternak itik perlu
peningkatan. Penyediaan kebutuhan protein hewani dari ternak itik lebih mudah
dilakukan karena ternak itik tingkat kematiannya (mortalitas) lebih rendah
dibandingkan dengan ayam ras, selain itu itik lebih tahan dari penyakit.(Ranto &
Maloedyn S, 2005).
Cahyono (2011) menyatakan itik telah dibudidayakan dan dikembangkan
masyarakat secara luas dengan bangsa serta jenis yang beragam. Setiap bangsa
2
dan jenis itik memiliki bentuk, ukuran tubuh, warna bulu dan sifat-sifat khas yang
berbeda satu sama lain. Namun, pada hakekatnya bangsa itik digolongkan menjadi
empat, yaitu itik petelur, pedaging, Pedaging dan petelur (dwiguna), serta itik
hias.
Melihat dari bangsa-bangsa itik dan kegunaannya usaha peternakan itik
cukup menjanjikan karena selain telurnya sebagai hasil produksi unggulan dari
ternak itik yang dapat di olah menjadi berbagai makanan , daging itik juga cukup
digemari dimasyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat semakin
banyaknya warung makan pinggir jalan ataupun restoran yang menyajikan menu
daging itik. Melihat tingginya minat masyarakat akan ternak itik maka diperlukan
usaha untuk menggantikan populasi ternak yang dikonsumsi baik telur maupun
dagingnya, salah satu jalan yang dapat di tempuh adalah dengan usaha pembibitan
itik melalui penetasan telur itik.
Penetasan telur Itik dalam jumlah yang kecil biasanya dilakukan
masyarakat dengan penetasan alami menggunakan indukan ayam atau entok.
Kapasitas yang terbatas merupakan kelemahan mencolok dari pengeraman alami
sehingga diperlukan alternatif lain meningkatkan ketersediaan anak unggas
dengan melakukan penetasan telur secara buatan yaitu dengan menggunakan
mesin tetas (Paimin, 2011).
Daya tetas merupakan aspek yang sangat penting dalam penetasan. Daya
tetas yang tinggi akan menghasilkan keuntungan yang tinggi. Untuk menghasilkan
daya tetas yang tinggi dalam proses penetasan ada beberapa syarat yang perlu
3
diperhatikan antara lain ialah pemilihan telur tetas yang meliputi berat telur
warna telur, masih terdapat rongga udara pada telur (Cahyono, 2011).
Menurut Supriadi (2009). berat telur tetas yang baik adalah 60-65, pendapat
lain dikemukakan oleh Paimin (2011) berat telur yang tetaskan 65-70 g. Lebih
lanjut di jelaskan oleh Paimin bahwa syarat-syarat yang mempengaruhi daya tetas
adalah suhu dan perkembangan embrio kelembapan dalam mesin tetas, ventilasi
udara mesin tetas pembalikan telur sebanyak 3 kali sehari, daya tetas mencapai
70%. Adapun pendapat lain pembalikan dilakukan selama 6 kali sehari.
(http;//galerium.web.id)
Dari uraian diatas maka diadakan penelitian dengan judul Pengaruh
frekuensi pembalikan telur dan berat telur terhadap daya tetas telur itik pada
mesin penetasan.
1.2 Rumusan Identifikasi Masalah
1. Apakah daya tetas telur itik pada mesin penetas akan meningkat seiring
dengan meningkatnya frekuensi pembalikan dan berat telur
2. Berapa frekuensi pembalikan dan berapa berat telur menghasilkan daya tetas
terbaik pada mesin tetas.
1.3 Tujuan dan kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji berapa berat telur terbaik untuk
menghasilkan daya tetas terbaik dan berapa frekuensi pembalikan untuk
menghasilakan daya tetas terbaik. Adapun kegunaan yang diharapkan dari
penelitian ini adalah sebagai ilmu pengetahuan bagi mahasiswa, peternak dan
semua kalangan pengusaha yang bergerak di bidang penetasan telur itik.
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ternak itik
Menurut Supriadi (2009) Itik yang dimasyarakat lebih dikenal dengan nama
bebek ini, nenek moyangnya merupakan itik liar (Anas moscha) yang berasal dari
Amerika Utara. Namun seiring dengan perkembangan waktu, itik liar terus
dijinakkan oleh manusia hingga terbentuklah beragam jenis itik seperti yang
banyak dipelihara saat ini dan selanjutnya lebih dikenal sebagai itik ternak (anas
domesticus) dan itik manila /etntok (anas Muscovy).
Cahyono (2011) menyatakan itik telah dibudidayakan dan dikembangkan
masyarakat secara luas dengan bangsa serta jenis yang beragam. Setiap bangsa
dan jenis itik memliki bentuk, ukuran tubuh, warna bulu dan sifat-sifat khas lain
yang berbeda satu sama lain. Namun, pada hakekatnya bangsa itik digolongkan
menjadi empat, yaitu itik petelur, pedaging, pedaging dan petelur (diwiguna),
serta itik Hias.
Itik lokal biasa juga disebut itik jawa. Disebut demikian karena itik ini
tersebar dan berkembang di daerah-daerah dipulau jawa. Lebih lanjut dinyatakan
bahwa itik lokal memiliki ciri-ciri lebih menyenangi air, bentuk tubuhnya
membuat garis segitiga dengan kepala yang kecil, itik lokal betina mempunyai
bulu berwarna coklat abu-abu dengan bulu sayap dan leher kehitam-hitaman,
paruh dan kaki kekuning-kuningan, serta warna telur kebiru-biruan. (Windhyarti
2003 dalam Santi 2011)
5
Muhammad (2008) Menyatakan ada beberapa manfaat beternak itik untuk
usaha ekonomi kerakyatan mandiri, untuk mendapatkan daging dan telur itik
konsumsi, sebagai pemenuhan gizi bagi masyarakat, pembibitan ternak itik serta
kotorannya bisa dijadikan pupuk. Namun dari sekian banyak kelebihannya ternak
itik mempunyai kelemahan yaitu tidak mempunyai sifat mengeram maka
digunakan Mesin penetas sebagai alternatif untuk menetaskan telur itik.
2.2 Mesin tetas
Pada hakekatnya, mesin tetas merupakan sebuah peti atau lemari dengan
konstruksi yang dibuat sedemikian rupa sehingga panas di dalamnya tidak
terbuang. Suhu dan kelembaban di dalam ruangan mesin tetas dapat di atur sesuai
dengan ukuran yang dibutuhkan selama periode penetasan. Tipe mesin tetas yang
banyak digunakan saat ini merupakan mesin tetas basah dengan pemanas listrik,
minyak tanah atau kombinasi yang didalam ruangannya terdapat udara panas.
Paimin (2011).
2.3 Persiapan penetasan
2.3.1 Membersihkan mesin tetas
Menurut Paimin (2011). sebelum digunakan mesin tetas harus dibersihkan
terlebih dahulu, setelah dibersihkan sebaiknya mesin tetas di semprot dengan
menggunakan desinfektan. Kegiatan ini sangat diperlukan karena kemungkinan di
dalam mesin tetas terdapat banyak bakteri.
2.3.2 Tempat mesin tetas
Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan usaha penetasan telur itik
menggunakan mesin penetasan adalah faktor tempat. Penempatan mesin tetas
6
diusahakan tidak terkena matahari secara langsung dan tidak terkena angin secara
langsung. Hal ini untuk menghindari perubahan suhu yang cukup ekstrim, yang
berakibat kurang baiknya daya tetas telur. tempat mesin tetas dalam kondisi yang
steril dari kuman dan bakteri, sehingga aman bagi kelangsungan hidup embrio itik
dalam telur. (http: galeriukm.web.id)
2.3.3 Air pelembab
Air pelembab di taruh di dalam bak air dan diletakkan dibawa rak telur
dalam mesin penetas. Berikan sehelai kain atau kapas ditata merata dibagian dasar
nampan agar kelembapan udara tersebar merata. Ranto dan Sitanggang (2005)
2.4 Seleksi telur
Menurut Cahyono (2011) telur tetas juga menentukan keberhasilan
penetasan berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan telur.
Telur tidak berasal dari induk yang baru mengalami gugur bulu sebab banyak
mengandung air dan kuning telur (yolk) berukuran kecil sehingga tidak baik untuk
di tetaskan, Telur bersih dan tidak cacat seperti retak, masih terdapat ruang udara
pada bagian ujung telur yang tumpul, umur penyimpanan telur tidak lebih dari
satu minggu, daya tetas telur yang sudah berumur lebih dari satu minggu akan
semakin menurun.
Adapun syarat telur tetas lainnya menurut Wakhid (2010) adalah warna kulit
telur berwarna biru laut muda. Berasal dari perkawinan jantan dan betina dengan
imbangan 1:6.(http://supriyadi-teknologi.blogspot.com)
7
2.5 Berat telur
(Amrullah dan Sumiati dalam Gunawan 2001) berpendapat bobot telur itik
akan lebih berat apabila itik mengkonsumsi protein lebih banyak telur tetas yang
berukuran besar akan menghasilkan DOD yang lebih besar pertumbuhan bulu
lebih cepat. Lebih lanjut di jelaskan bahwa ada pengaruh berat telur terhadap
persentase daya tetas intinya pemilihan telur tetas sangat diperlukan sebelum
penetasan berlangsung http://ideamunirhusbandry.blogspot.com. Telur tetas yang
baik untuk di tetas menurut Supriadi (2009) berat telur tetas adalah 60-65, adapun
pendapat lain dikemukakan oleh Cahyono B.(2001) Berat telur sekitar 65-75
gram/butir,Bentuk telur normal tidak terlalu bulat dan tidak terlalu lonjong (oval).
berat telur harus berada pada kisaran normal berkisar 50-70 gram.
(http://mitraunggas.com)
2.6 Syarat-syarat penetasan
Menurut Paimin. (2011) ada beberapa syarat dalam penetasan yaitu:
2.6.1 Suhu
Suhu penetasan harus dipertahankan selama proses penetasan berlangsung
mulai hari pertama hingga terakhir, sesuai dengan suhu yang di tentukan, adapun
suhu yang dibutuhkan untuk perkembangan embrio telur itik adalah 370-39
0C.
2.6.2 Kelembaban
Selama penetasan berlangsung diperlukan kelembaban udara yang sesuai
dengan perkembangan dan pertumbuhan embrio. Munculnya kelembaban di
dalam ruang penetasan di akibatkan oleh suhu yang meningkat. Adapun
8
kelembaban yang dibutuhkan oleh telur itik dalam penetasan adalah 60% hingga
70%.
2.6.3 Ventilasi
Lubang ventilasi digunakan untuk mengatur suhu dan pertukaran udara
dalam mesin.
2.6.4 Pembalikan telur
Pembalikan telur dilakukan pada saat telur berumur empat hari dalam mesin
tetas setiap proses penetasan telur. Adapun Fungsi Pembalikan telur adalah untuk
menyeragamkan suhu permukaan telur dan mencegah melekatnya embrio pada
kulit embrio atau kerabang telur.
Paimin (1992) dalam Efendy (2012) berpendapat untuk suksesnya penetasan
telur dalam mesin penetas harus dilakukan dengan baik. Penyusunan telur
dilakukan diluas mesin tetas dengan posisi bagian yang membesar di atas dan
bagian yang mengecil di bawah, dengan kemiringan 400. Telur yang akan disusun
terlebih dahulu diberi tanda “A” dan “B”. Untuk mendapatkan pembalikan atau
pemutaran telur, penyusunan telur dalam rak penetas harus seragam, bagian yang
bertanda “A” di atas dan yang bertanda “B” di bawah atau sebaliknya. Lebih
lanjut di jelaskan, pada proses pembalikan telur, pada sisi rak telur diberi tempat
lowong sekitar 2-3 cm untuk memudahkankan pembalikan telur. Jadi pembalikan
telur cukup dilakukan sekali saja, dengan cara meletakkan tangan diatas telur dan
menggeserkannya kearah yang lowong.
9
Soedjarwo (2 010) berpendapat Telur tetas dibolak-balik tiap hari selama
proses penetasan. Supriadi (2002) juga berpendapat bahwa pembalikan telur
dilakukan setiap 4 sampai dengan 6 jam dalam sehari.
2.6.5 Peneropongan telur
Peneropongan telur merupakan bagian terpenting dalam penetasan telur.
Fungsi peneropongan adalah untuk mengetahui ada atau tidak embrio dalam telur,
Fertilitas telur pada saat penetasan. Telur yang tidak mengalami fertilitas
dikeluarkan karena daya tetasnya di ragukan.
2.7 Hipotesis
Daya tetas telur itik pada mesin tetas akan meningkat seiring dengan
meningkatnya frekuensi pembalikan dan berat telur.
10
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Jln. Muh. Said Kelurahan Baru
Kabupaten Tolitoli propinsi Sulawesi Tengah dari bulan agustus sampai dengan
hari yang dimulai pada bulan Agustus sampai dengan September 2012.
3.2 Materi dan y penelitian
3.2.1 Telur Percobaan
Telur percobaan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 320 butir
telur itik yang diperoleh dari peternakan di Desa sibea
3.2.2 Timbangan
Timbangan yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik
elektrik bermerek helei, dengan skala ketelitian 0,01
3.2.3 Mesin tetas percobaan
Mesin tetas yang digunakan adalah mesin tetas semi otomatis, sebanyak
empat unit mesin.
3.2.4 Pemanas mesin tetas.
Pemanas yang di gunakan dalam mesin penetas sebanyak 6 buah lampu
pijar 10 wat di setiap satu mesin penetas dan satu buah lampu minyak cadangan
3.2.5 Alat Pengatur panas
Pengaturan panas dilakukan dengan menggunakan alat pengatur panas
thermostat.
11
3.2.6 Alat pengukur Kelembaban dan suhu.
Alat pengukur kelembaban dan suhu yang digunakan adalah
thermohigrometer.
3.2.7 Bak air
Bak air yang digunakan berukuran 30x40 cm dan tinggi 5cm.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) Pola factorial dengan 4x4 perlakuan dan mendapat 4 kali ulangan
Factor pertama adalah frekuensi pembalikan dengan frekuensi pembalikan
yaitu 1 kali, 2 kali, 3 kali dan 4 kali
Faktor kedua adalah berat telur dengan berat telur 60-65,66-70,71-75,76-80
gr dengan demikian terdapat 64 unit percobaan adapun kombinasi perlakuannya
adalah sebagai berikut.
3.3.2 Perlakuan
Perlakuan yang diberikan sebagai berikut:
Frekuensi
Pembalikan B
Berat telur A
A1 A2 A3 A4
B1 A1B1 A2B1 A3B1 A4B1
B2 A1B2 A2B2 A3B2 A4B2
B3 A3B3 A2B3 A3B3 A4B3
B4 A1B4 A2B4 A3B4 A4B4
Keterangan : A1 = 60-65gr A2=66-70gr A3=71-75gr A4=76-80gr
B1 = Pembalikan 1 kali B3 = Pembalikan 3 kali
B2 = Pembalikan 2 kali B4 = Pembalikan 4 kali
12
3.4 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari semua peubah yang diamati dianalisis menggunakan
percobaan factorial dengan rancangan dasar RAL (Kemas Ali, Hanafiah 2004)
Dengan rancangan matematiknya adalah :
Adapun model matematik yang digunakan adalah :
Faktor Berat telur (A)
Faktor Pembalikan (B)
Yijl = µ + Ai + Bj+AB+ABij+∑l (Ij)
Keterangan : Yijl = Respon Pengamatan dari hasil penelitian
µ = Rata-rata umum pengamatan
Ai = Banyaknya perlakuan Berat telur
Bj = Banyak Perlakuan Pembalikan telur
l = Banyaknya ulangan
∑ij = Galat acak percobaan
Jika hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh perlakuan, maka dilanjutkan
dengan uji Duncan pada taraf 0.05%.
3.5 Pelaksanaan Penelitian
3.5.1 Persiapan
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan persiapan terhadap mesin tetas
sebelum digunakan mesin tetas dibersihkan terlebih dahulu dengan cara
desinfeksi menggunakan desinfektan. Kegiatan ini sangat diperlukan karena
kemungkinan di dalam mesin tetas terdapat banyak bakteri. Setelah mesin di
bersihkan lampu dinyalakan terlebih dahulu selama 4 jam untuk menjaga ke
stabilan suhu.
13
3.5.2 Penempatan Mesin Tetas
Mesin tetas di taruh di tempat yang rata dan terhindar dari matahari
langsung.
3.5.3 Penyeleksian telur dan penandaan telur
Pada tahapan ini di seleksi telur-telur yang baik untuk di tetaskan mulai
dari bentuknya, asal telur berasal dari indukan yang tidak mengalami gugur bulu,
berat telur diseleksi menurut perlakuan, di pilih berat telur 60-65gr, 66-70gr,71-
75gr, 76-80gr, masih terdapatnya kantong udara pada ujung telur, diusahakan
cangkang telur tidak retak dan keadaan cangkang bersih dari kotoran, dan umur
penyimpanan telur tidak lebih dari satu minggu, warna telur berwarna biru laut
muda. Setelah diseleksi telur di beri tanda dengan menggunakan pensil atau arang.
dengan tanda A dan B pada bagian depan dan belakang telur agar memudahkan
pembalikan telur nantinya.
3.5.4 Pengaturan suhu
Lampu dinyalakan dan panasnya di atur dengan alat pengatur panas
penetasan Thermostat, dan diukur dengan thermohigrometer pada suhu 37OC hari
pertama hingga hari ke 26, hari ke 27 hingga hari 30 digunakan suhu 39OC.
3.5.5 Pengaturan kelembaban.
Kelembaban di atur pada kelembaban 60 % pada hari pertama sampai hari
ke 26. dengan pemberian air pada bak air dibawah rak telur, kemudian di ukur
14
dengan alat thermohigrometer pada hari ke 27 sampai hari ke 30 diatur pada
kelembaban 70%
3.5.6 Pembalikan telur
Pembalikan dilakukan pada hari ke 4, sampai hari ke 25 pembalikan telur
dilakukan Berdasarkan perlakuan yang dicobakan yaitu:
A1B1,A2B1,A3B1,A4B1 dilakukan pembalikan sebanyak 1 kali perhari
dilakuka pada pagi hari jam 06.00 pagi
A1B2,A2B2,A3B2,A4B2 dilakukan pembalikan sebanyak 2 kali perhari
dilakukan pada pagi hari jam 06.00 dan siang hari jam 12.00
A1B3,A2B3,A3B3,A4B3 dilakukan pembalikan sebanyak 3 kali perhari
dilakukan pada pagi jam 06.00, siang jam 12.00, sore hari jam 18 .00
A1B4,A2B4,A3B4,A4B4 dilakukan pembalikan sebanyak 4 kali perhari
dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 siang hari jam 12.00 sore hari jam 18.00
dan malam hari 24.00
3.5.7 Peneropongan telur
Peneropongan telur dilakukan pada hari ke empat untuk mengetahui fertile
atau tidaknya embrio, dan pada hari ke tujuh melihat perkembangan embriao,hari
ke empat belas melihat pertumbuhsan embrio hidup atau mati dan juga hari
kedua puluh satu.
15
3.6 Peubah yang diamati.
3.6.1 Fertilitas
Fertilitas adalah persentase telur yang memperlihatkan adanya perkembangan
embrio dari sejumlah telur yang ditetaskan tanpa memperlihatkan apakah embrio
tersebut dapat atau tidak menetas (Indrawati, 1986 dalam Efendy 2012).
3.6.2 Daya tetas
Daya tetas adalah persentase telur yang menetas dari seluruh telur fertile
pengamatan daya tetas telur diamati pada hari ke 26 sampai hari ke 30 setelah
penetasan.
3.6.3 Angka kematian Embrio
Angka kematian embrio adalah angka yang menunjukkan kematian embrio
selama masa pengeraman. Dilakukan pada hari Ke 14 dan 31 setelah masa
penetasan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bps 2010. Data kependudukan Kabupaten Tolitoli. Badan pusat statistic
Bps 2010. Data Populasi ternak. di Melalui www.bps.go.id Di akses Tanggal
02 april 2012 Jam 01.00
Cahyono B 2011 Pembibitan itik Swadaya Jakarta
Efendy 2012. Pengaruh frekuensi pembalikan telur terhadap daya tetas telur Itik .
Proposal Penelitian Sekolah tinggi Ilmu Pertanian Buol
Gunawan H. 2001. Pengaruh bobot telur terhadap daya tetas serta hubungan
antara bobot telur dan bobot tetas itik mojosari skripsi Institut
Pertanian Bogor. Melalui Reposhory.ipb.ac.id/handle/123456789/13131
Kemas Ali Hanafiah 2004. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT.
Raja Grafindo Persada
2010 Analisis usaha penetasan telur itik. Melalui http;//galerium.web.id
[30/03/2012].
Prospek Penetasan telur itik dan cara penetasan telur itik. Melalui
http://supriyadi-teknologi.blogspot.com [02/04/2012].
Muhammad. JK dkk. 2008 Panduan teknik budidaya peternakan unggulan
PT. Ciptawidya Swara.
Paimin, F.B 2011 Ragam jenis Cara membuat dan mengelola mesin tetas
Swadaya Jakarta
Ranto & Sitanggang M. 2005 Panduan lengkap beternak Itik PT. Agromedia
Pustaka
Supriadi. 2009 Panduan lengkap ternak itik Swadaya Jakarta
Santi M. 2011 Penggunaan Ampas Sagu Fermentasi Dalam Ransum
Terhadap Kualitas Telur Itik Lokal Selama 6 (Enam) Minggu
Pemeliharaan. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian.
Soedjarwo E. 2010 Membuat Mesin tetas Sederhana. Swadaya
Wakhid A. 2010 Beternak Dan bisnis Itik. PT. Agro Media Pustaka
17
LAMPIRAN
Mesin Tetas yang digunakan kapasitas
tampung 150 butir telur
Thermosthat Penetasan alat
pengatur suhu
Timbangan analitik Elektrik skala Ketelitian
0,01
Alat Peneropong Telur
18
Bak Air
Alat Pengkur Suhu Dan
kelembapan thermohigrometer