13
BAB I PENDAHULUAN Setelah mempelajari beberapa konsep dasar evaluasi pendidikan. evaluasi yang baik itu dapat dilakukan dalam beberapa tahap yakni pengukuran, penilaian dan evaluasi. Dalam makalah ini kita akan membahas masalah ciri-ciri tes yang baik, dan tes ini termasuk kedalam kategori pengukuran karena bersifat kuantitatif. Sebelum melakukan tes, kita seharusnya mengetahui terlebih dahulu ciri-ciri tes yang baik, karena sempurnanya suatu evaluasi pendidikan tidak lain juga karena di ukur dengan tes yang baik. Sebelum membahas mengenai ciri-ciri tes yang baik, kita harus terlebih dahulu mengetahui Pengertian tes, fungsi tes, dan terakhir baru membahas mengenai ciri-ciri tes yang baik. Dan semua ini kita paparkan dalam pembahasan makalah ini. 1

Ciri Ciri Tes Yang Baik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ciri Ciri Tes Yang Baik

BAB I

PENDAHULUAN

Setelah mempelajari beberapa konsep dasar evaluasi pendidikan. evaluasi yang baik

itu dapat dilakukan dalam beberapa tahap yakni pengukuran, penilaian dan evaluasi. Dalam

makalah ini kita akan membahas masalah ciri-ciri tes yang baik, dan tes ini termasuk kedalam

kategori pengukuran karena bersifat kuantitatif.

Sebelum melakukan tes, kita seharusnya mengetahui terlebih dahulu ciri-ciri tes yang

baik, karena sempurnanya suatu evaluasi pendidikan tidak lain juga karena di ukur dengan tes

yang baik.

Sebelum membahas mengenai ciri-ciri tes yang baik, kita harus terlebih dahulu

mengetahui Pengertian tes, fungsi tes, dan terakhir baru membahas mengenai ciri-ciri tes

yang baik. Dan semua ini kita paparkan dalam pembahasan makalah ini.

1

Page 2: Ciri Ciri Tes Yang Baik

BAB II

PEMBAHASAN

CIRI-CIRI TES YANG BAIK

A. Pengertian Tes

Istilah tes diambil dari kata “testum” suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno

yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang mengartikan

sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah. Dalam perkembangannya, istilah tes diadopsi

dalam psikologi dan pendidikan.

Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan

kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyatan atau

serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur

aspek perilaku peserta didik.1

Seorang ahli bernama James Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah memperkenalkan

pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunya yang berjudul “mental test and

measurement”. Selanjutnya di Amerika Serikat tes ini berkembang dengan cepat sehingga

dalam tempo yang tidak begitu lama masyarakat mulai menggunakannya.

Banyak ahli yang mulai mengembangkan tes ini untuk berbagai bidang, namun yang

terkenal adalah sebuah tes intelegensi yang disusun oleh orang Prancis bernama Binet, yang

kemudian di bantu penyempurnaannya oleh Simon, sehingga tes tersebut dikenal sebagai tes

binet-simon (tahun 1904).

Sebelum sampai kepada uraian yang lebih jauh, maka akan diterangkan dahulu arti

dari beberapa istilah-istilah yang berhubungan dengan tes ini :

- Tes : (sebelum adanya ejaan uang disempurnakan dalam bahasa indonesia ditulis dengan

tes), adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya :

melingkari salah satu huruf didepan pilihan jawaban, menerangkan, mencoret jawaban

yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan dan sebagainya.

- Testing.

Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan testing

adalah saat pengambilan tes.

1 Zaenal arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2009), cet 1, h.117-11.8

2

Page 3: Ciri Ciri Tes Yang Baik

- Testee :

(dalam istilah indonesia tercoba), adalah responden yang sedang mengerjakan.

Orang-orang inilah yang akan dinilai atau diukur, baik mengenai kemampuan, minat,

bakat, pencapaian dan sebagainya.

- Tester : (dalam istilah indonesia : percoba), adalah orang yang diserahi untuk

melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan lain perkataan, tester

adalah subyek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang ditunjuk oleh subyek

evaluasi untuk melaksanakan tugasnya).

Tugas tester antara lain :

a. Mempersiapakan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan .

b. Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan.

c. Menerangkan cara mengerajakan tes

d. Memberikan tanda-tanda waktu.

e. Mengumpulkan pekerjaan responden

f. Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan (jika ada).

B. Fungsi Tes

Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:

1) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi

mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik

setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

2) Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan

dapat diketahui seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat

dicapai.

C. Ciri-ciri tes yang baik

Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi

persyaratan tes, yaitu memiliki: (1) Validitas, (2) Reliabilitas, (3) Obyektivitas, (4)

Peraktikabilitas, dan (6) Ekonomis2.

Keterangan dari masing-masing ciri akan diberikan dengan lebih terperinci sebagai

berikut :

2 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 1996). cet ke-12

3

Page 4: Ciri Ciri Tes Yang Baik

1. Validitas

Sebelum mulai dengan penjelasan perlu kiranya dipahami terlebih dahulu perbedaan

arti istilah “validitas” dengan “valid”. “validitas” merupakan sebuah kata benda, sedangkan

“valid” merupakan kata sifat. Dari pengalaman sehari-hari tidak sedikit mahasiswa atau guru

mengatakan : “tes ini baik karena sudah validitas”. Jelas kalimat tersebut tidak tepat yang

benar adalah : “tes ini sudah baik karena sudah Valid” atau “tes ini baik karena memilki

validitas yang tinggi”.

Untuk menetapkan apakah sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang

telah memiliki validitas atau daya ketepatan mengukur ataukah belum, dapat dilakukan

penganalisaan secara rasional atau secara logika (logical analysis) dan dapat pula dilakukan

penganalisaan secara empiric (empiric analysis)3.

Ada dua unsur penting dalam validitas ini. Pertama, validitas menunjukan suatu

derajat, ada yang sempurna, ada yang sedang dan ada pula yang rendah. Kedua, validitas

selalu dihubungkan dengan suatu putusan atau tujuan yang spesifik. Sementara itu, Gronlund

mengemukakan ada tiga faktor yang memengaruhi validitas hasil tes, yaitu faktor instrument

evaluasi, faktor administrasi evaluasi dan penskoran, dan faktor dari jawaban peserta didik.

a. Faktor instrument evaluasi

Seorang evaluator harus memperhatikan hal-hal yang memengaruhi validitas

instrument dan berkaitan dengan prosedur penyusunan instrument, seperti silabus, kisi-kisi

soal, petunjuk mengerjakan soal dan pengisian lembar jawaban, kunci jawaban, penggunaan

kalimat efektif, bentuk alternative jawaban, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan

sebagainya.

b. Faktor administrasi evaluasi dan penskoran

Dalam administrasi evaluasi dan penskoran banyak sekali terjadi penyimpangan atau

kekeliruan, seperti alokasi waktu untuk pengerjaan soal yang tidak proposional, memberikan

bantuan kepada peserta didik dengan berbagai cara, peserta didik saling menyontek ketika

ujian, kesalahan penskoran, termasuk kondisi fisik dan psikis peserta didik yang kurang

menguntungkan.

c. Faktor jawaban peserta didik

Dalam praktiknya, fackor jawaban peserta didik justru lebih banyak berpengaruh

daripada dua factor sebelumnya. Factor ini meliputi kecendrungan peserta didik untuk

3 Ana Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2009). h. 93-97.

4

Page 5: Ciri Ciri Tes Yang Baik

menjawab secara tepat, tetapi tidak tepat, keinginan melakukan coba-coba, dan penggunaan

gaya bahasa tertentu dalam menjawab bentuk uraian. 4

Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak di ukur.

Istilah “valid”, sangat sukar dicari gantinya. Ada istilah baru yang mulai diperkenalkan, yaitu

sahih. Sehingga validitas diganti menjadi kesahihan. Walaupun istilah “tepat” belum dapat

mencakup semua ati yang tersirat dalam kata “valid”, dan kata “tepat” kadang-kadang

digunakan dalam konteks yang lain, akan tetapi tambahan kata “tepat” dalam menerangkan

kata “valid” dapat memperjelas apa yang dimaksud.

Contoh :

Untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, bukan

diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui:

- kehadiran

Terpusatnya perhatian pada pelajaran

Ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada

permasalahannya.

Nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, bukan menggambarkan partisipasi, tetapi

menggambarkan prestasi belajar. Ada beberapa macam validitas, yaitu validitas logis (logicak

validity), validitas ramalan (predictive validity), dan validitas kesejajaran (concurrent

validity).

2. Realibilitas

Kata realibilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa

inggris, berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Seperti halnya istilah validitas

dan valid dikacaukan dengan istilah “reilabel” merupakan kata sifat atau kata keadaan.

Contoh :

Nama Siswa / Waktu Tes Pengetesan Pertama Pengetesan Kedua

4 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2009), cet 1, h. 247-248.

5

Page 6: Ciri Ciri Tes Yang Baik

Amin 6 7

Badu 5,5 6,6

Cahyani 8 9

Didit 5 6

Elvi 6 7

Parida 7 8

Demikan pula halnya sebuah tes. Tes tersebut dikatakan dipercaya jika memberikan

hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan raliabel apabila hasil-hasil

tes tersebut menunjukan ketetapan. Dengan kata lain, jika kepada para siswa diberikan tes

yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan

(ranking) yang sama dalam kelompoknya.

Walaupun tampaknya hasil tes pada pengetesan kedua lebih baiik, akan tetapi karena

kenaikannnya dalami oleh semua siswa, maka tes yang digunakan dapat dikatakan memiliki

reablitas yang tinggi yang digunakan dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi .

kenaikan hasil tes kedua barangkali disebabkan oleh adanya “pengalaman” yang diperoleh

pada waktu mengerjakan tes pertama. Dalam keadaan seperti ini dikatakan bahwa karena

siswa atau practice-effect, yaitu adanya akbat yang dibawa karena siswa telah mengalami

suatu kegiatan. Penjelasan tentang reliilitas secara lebih terperinci, dapat dibaca di bab lain.

Jika dihubungkan dengan validitas maka :

- Validitas adalah ketepatan

- Reliabilitas dalah ketetapan.

Seorang dikatakan dapat dipercaya jika orang tersebut selalu diberi ajeg, tidak

berubah-ubah pembicaraannya dari waktu ke waktu. Demikian pula halnya sebuah tes. Tes

tersebut dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-

kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.

Dengan perkataan lain, jika kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang

6

Page 7: Ciri Ciri Tes Yang Baik

berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam

kelompoknya.

Kerlinger mengemukakan, reliabilitas dapat diukur dari tiga criteria, yaitu, stability,

dependability, dan predictability. Stability menunjukan keajegan suatu tes dalam mengukur

gejala yang sama pada waktu yang berbeda. Dependability menunjukan kemantapan suatu tes

atau seberapa jauh tes dapat diadalkan. Predictability menunjukan kemampuan tes untuk

meramalkan hasil pada pengukuran gejala selanjutnya. Untuk meningkatkan realibilitas suatu

tes, antara lain dapat dilakukan dengan memperbanyak butir soal. 5

3. Obyektivitas

Dalam pengertian sehari-hari telah dengan cepat diketahui bahawa obyektif berarti

tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan dari obyektif adalah subyektif,

artinya terdapat unsur pribadi yang masuk memperngaruhi. Sebuah tes memiliki obyektivitas

apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subyektif yang mempengaruhi. Hal ini

terutama terjadi pada sistem skoringnya.

Tes hasil belajar dapat dikatakan sebagai tes hasil belajar yang obyektif apabila tes

tersebut disusun dan dilaksanakan : menurut apa adanya “. Ditinjau dari segi isi atau materi

tesnya, maka istilah : apa adanya “ itu mengandung pengertian bahwa materi tes tersebut

adalah diambilkan atau bersumber dari materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan

sesuai atau sejalan dengan tujuan instruksional khusu yang telah ditentukan. Bahan pelajaran

yang telah diberikan atau diperintahkan untuk dipelajari oleh peserta didik itulah yang

dijadikan acuan dalam pembuatan atau penyusunan tes hasil belajar tersebut.6

4. Praktikabilitas (practicability)

Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut itu

bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya.

Tes yang praktis adalah tes yang :

1. Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menurut peralatan yang banyak dan memberi

kebebasan dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa.

2. Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun

pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk obyektif, pemeriksaan akan lebih mudah

dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.

3. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/diawali oleh

orang lain.

5 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosda karya, 2009), cet 1, h.2586 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), h.93-97

7

Page 8: Ciri Ciri Tes Yang Baik

5. Ekonomis

Yang dimaksud dengan ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak

membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.7

KESIMPULAN

1. Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan

kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyatan atau

serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur

aspek perilaku peserta didik. Lanjutkan di buku evaluasi pembelajaran dr zaenal arifin.

2. Fungsi Tes

Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:

a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik.

b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut

akan dapat diketahui seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah

dapat dicapai.

3. Ciri-ciri tes yang baik

Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi

persyaratan tes, yaitu memiliki:

- Validitas

- Reliabilitas

- Obyektivitas

- Peraktikabilitas

- Ekonomis

7 Suharsimi arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,( Jakarta:bumi aksara, 1996), cet ke-12, h. 63

8

Page 9: Ciri Ciri Tes Yang Baik

9