31
PERTUMBUHAN EKONOMI, PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KRISIS EKONOMI Tujuan utama pembanguan nasional adalah untuk meningkakkan kesejahteraan masyarakat. Tingkat kesejahteraan masyarakat dilihat dari aspek ekonominya, dapat diukur dengan pendapatan nasional (PN) per kapita. Untuk dapat meningkatkan PN, pertumbuhan ekonomi, diukur dengan pertumbuhan PDB, menjdai salah satu target penting yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, tidak heran jika pada awal pembangunan ekonomi, umumnya di banyak Negara perencanaan pembangunan ekonomi lebih berorientasi pada pertumbuhan, bukan distribusi pendapatan. Tingkat pertumbuhan ekonomi harus lebih besar daripada pertumbuhan penduduk, agar peningkatan pendapatan per kapita dapat tercapai. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang berkesinambungan membawa perubahan struktur ekonomi lewat efek dari sisi permintaan (peningkatan pendapatan masyarakat) dan pada gilirannya perubahan tersebut menjadi factor pemicu pertumbuhan ekonomi. PERTUMBUHAN EKONOMI Arti pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembanguan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Karena penduduk bertambah setiap tahun yang dengan sendirinya kebutuhan konsumsi sehari-hari juga bertambah setiap tahun, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun.

Bab 3 pertumbuhan ekonomi

  • Upload
    school

  • View
    4.565

  • Download
    7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

PERTUMBUHAN EKONOMI, PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KRISIS EKONOMI

Tujuan utama pembanguan nasional adalah untuk meningkakkan kesejahteraan masyarakat.

Tingkat kesejahteraan masyarakat dilihat dari aspek ekonominya, dapat diukur dengan pendapatan nasional (PN) per kapita.

Untuk dapat meningkatkan PN, pertumbuhan ekonomi, diukur dengan pertumbuhan PDB, menjdai salah satu target penting yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, tidak heran jika pada awal pembangunan ekonomi, umumnya di banyak Negara perencanaan pembangunan ekonomi lebih berorientasi pada pertumbuhan, bukan distribusi pendapatan.

Tingkat pertumbuhan ekonomi harus lebih besar daripada pertumbuhan penduduk, agar peningkatan pendapatan per kapita dapat tercapai.

Dalam jangka panjang pertumbuhan yang berkesinambungan membawa perubahan struktur ekonomi lewat efek dari sisi permintaan (peningkatan pendapatan masyarakat) dan pada gilirannya perubahan tersebut menjadi factor pemicu pertumbuhan ekonomi.

PERTUMBUHAN EKONOMI

Arti pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembanguan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Karena penduduk bertambah setiap tahun yang dengan sendirinya kebutuhan konsumsi sehari-hari juga bertambah setiap tahun, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun.

Selain dari sisi permintaan (konsumsi), dari sisi penawaran, pertumbuhan penduduk juga membutuhkan pertumbuhan kesempatan kerja (sumber pendapatan). Pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari pendapatan tersebut (ceteris paribus), yang selanjutnya akan menciptkan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan. Pemenuhan kebutuhan konsumsi dan kesempatan kerja itu sendiri hanya bias dicapai dengan penigkatan output agregat (barang dan jasa) atau PDB yang terus-menerus.

KONSEP PENDAPATAN NASIONAL:Ada dua arti dari PN:

1. Arti sempit: Pendapatan Nasional (PN) adalah Pendapatan Nasional

Page 2: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

2. Arti luas: PN dapat merujuk ke PDB, atau merujuk ke produk nasional bruto (PNB)

Sesuai metode yang standar, penghitungan PN diawali dengan penghitungan PDB. Hubungan antara PDB dan PN dapat dijelaskan melalui beberapa persamaan sederhana sebagai berikut:

PNB = PDB + FPNN = PNB – DPN = PNN – Ttl

Dimana: F pendapatan neto atas factor luar negeri (yaitu pendapatan yang diterima dari pendapatan yang dibayarkan ke luar negeri) atas factor produksi. Misalnya gaji tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri dan ddividen dari investasi asing atau gaji konsultan asing di Indonesia.

D = penyusutanTtl = pajak tak langsung neto

Jika tiga persamaan di atas digabungkan, akan didapat persamaan berikut:

PDB = PN + Trl + D – F

Atau

PN = PDB + F – D – Ttl

PDB dapat diukur dengan tiga macam pendekatan:1 Pendekatan produksi2 Pendekatan pendapatan3 Pendekatan pengeluaran

Pendekanta pertama dan kedua adalah pendekatan dari sisi penawaran agregat, sedangkan pendekatan ketiga (pengeluaran) adalah penghitungan PDB dari sisi permintaan agregat.

Menurut pendekatan produksi, PDB adalah jumlah nilai output dari semua sektor ekonomi atau lapangan usaha. Berdasarkan satu digit, Biro Pusat Statistik (BPS) membagi ekonomi nasional ke dalam 9 sektor:

1. Pertanian, pertambangan dan penggalian2. Industri manufaktur3. Listrik, gas dan air bersih4. Bangunan5. Perdaganan6. Hotel, Restoran7. Pengangkutan dan komunikasi8. Keuangan, sewa dan jasa perusahaan9. jasa-jasa

Jadi PDB adalah jumlah NO dari dari ke sembilan sector tersebut

Page 3: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

PDB = ∑ NOi i = 1,2, …9

Sedangakan melalui pendekatan Pendapatan, PDB adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh factor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi di masing-masing sektor, seperti:

1. Tenaga kerja (gaji/upah)2. Pemilik modal (bunga/hasil investasi)3. Pemilik tanah (hasil jual/sewa tanah)4. Pengusaha (keuntungan bisnis/perusahaan)

Semua pendapatan ini dihitung sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak-pajak langsung lainnya. Dalam pendekatan ini, penghitungan PDB juga mencakup penyusutan dan pajak-pajak tidak langsung neto. Oleh sebab itu, dalam pendekatan pendapatan, PDB adalah jumlah dari nilai tambah bruto (NTB) dari ke sembilan sector tersebut.

PDB = NTB1 + NTB2 + ………. NTB9

Adapun menurut pendekatan pengeluaran, PDB adalah jumlah dari semua komponen dari permintaan akhir, yakni pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta non-profit oriented (C), pembentukan modal tetap domestic bruto, termasuk perubahan stok (I), pengeluaran konsumsi pemerintah (G), ekspor (X), dan impor (M):

PDB = C + I + G + X – M

SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN

Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan permintaan agregat (AD) atau/dan pertumbuhan penawaran agregrat (AS).

Dari sisi AD, peningkatan AD di dalam ekonomi bisa terjadi karena PN, yang terdiri atas permintaan masyarakat (konsumen), perusahaan, dan pemerintah, meningkat. Sisi AD (penggunaan PDB) terdiri atas empat komponen: konsumsi rumah tangga, investasi (termasuk perubahan stok), konsumsi/pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto (ekspor barang dan jasa minus impor barang dan jasa)

Sisi AD di dalam suatu ekonomi bisa digambarkan dalam suatu model ekonomi makro sebagai berikut:

Y = C + I + G + X – M (3.1)C = cY+Ca (3.2)I = -ir + Ia (3.3)G = Ga (3.4)X = Xa (3.5)M = mY + Ma (3.6)

Persamaan (3.1) menggambarkan keseimbangan antara AS (total output/PDB) dan AD yang terdiri atas empat komonen tersebut.

Page 4: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

Persamaan (3.2) adalah besarnya konsumsi rumah tangga yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan factor otonom (tidak tergantung pada tingkat/perubahan pendapatan: “c” adalah koefisien konsumsi (marginal propensity to comsume; MPC) dengan nilai positif 0 dan 1, yang artinya sekamin tinggi pendapatan semakin besar pengeluaran konsumsi rumah tangga.

Persamaan (3.3) menunjukkan nilai atau jumlah invenstasi (misalnya dalam jumlah proyek) sangat ditentukan oleh tingkat suku bunga (i) di dalam negeri, selain juga oleh sejumlah faktor-faktor lain yang bersifat otonom (I). Semakin tinggi i, dengan asumsi faktor-faktor lain tetap (tidak berubah), semakin mahal biaya alternative dari investasi, semakin kecil jumlah investasi di dalam ekonomi yang dicerminkan oleh tanda negative di depan koefisien ‘r’.

Persamaan (3.4) adalah pengeluaran pemerintah yang sifatnya otomon: besar-kecilnya pengeluaran pemerintah ditentukan oleh faktor-faktor lain (di antaranya factor politik) di luar model tersebut.

Persamaan (3.5) karena Indonesia adalah Negara kecil dilihat dari pangsa perdagangan luar negerinya di dalam jumlah volume perdaganan dunia, maka pertumbuhan ekspor Indonesia lebih ditentukan oleh factor-faktor eksternal di luar pengaruh Indonesia seperti permintaan di negara-negara tujuan ekspor.

Persamaan (3.6) menggambarkan bahwa impor ditentukan oleh tingkat pendapatan di dalam negeri, selain juga oleh factor otonom. Semakin tinggi pendapatan masayrakat di Indonesia, semakin besar permintaan pasar dalam negeri terhadap impor, yang terdiri atas barang dan jasa untuk keperluan konsumsi dan kegiatan proses produksi di dalam negeri. Dari sisi AS, pertumbuhan output bisa disebabkan oleh peningkatan volume dari faktor-faktor produksi yang digunakan, seperti tenaga kerja, modal (capital), tanah, faktor produksi terakhir ini khususnya penting bagi skctor pertanian dan energi. Pertumbuhan output juga bisa didorong oleh peningkatan produktivitas dari factor-faktor tersebut. Jadi relasi antara output dengan factor-faktor produksi dapat ditulis dalam suatu fungsi sederhana sebagai berikut:

Q = f(X1, X2, X3,………. Xn,)

Di mana Q mewakili volume output dan X1, X2,………. Xn adalah volume dari faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Tanda-tanda positif di bawah setiap X menandakan hubungan antara setiap factor produksi tersebut dengan output adalah positif: jika jumlah X1, meningkat, output juga meningkat.

TEORI-TEORI DAN MODEL-MODEL PERTUMBUHANA. TEORI Klasik

1. Teori Pertumbuhan Adam Smith2. Teori Pertumbuhan David Ricardo3. Teori Pertumbuhan dari Thomas Robert Malthus

Page 5: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

4. Teori MarxB. TEORI Neo-KeynesC. TEORI Neo-Klasik

1. Model Pertumbuhan A. Lewis2. Model Pertumbuhan Paul A.Baran3. Teori Ketergantungan Neokolonial4. Model Pertumbuhan WW. Rostow5. Model Pertumbuhan Solow

D. TEORI Modern

A. Teori KLASIKAda dua aliran utama pemikiran mengenai pertumbuhan ekonomi (dilihat dari sisi AS/produksi), yakni teori klasik dan teori modern dan di antara kedua ini, teroi klasik neo-Keynes dan teori neo-Klasik

Dasar pemikiran dari teori kasik adalah pembangunan ekonomi dilandasi oleh system liberal, yang mana pertumbuhan ekonomi dipacu oleh semangat untuk mendapatkan keuntungan maksinal. Jika keuntungan meningkat, tabungan akan meningkat, dan investasi juga akan bertambah. Hal ini akan meningkatkan stok modal yang ada. Skala produksi meningkat dan meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja sehingga tingkat upah juga meningkat. Yang terakhir ini selanjutnya mengakibatkan jumlah suplai tenaga kerja meningkat yang akhirnya akan menurunkan tingkat produktivitas dan keuntungan karena berlakunya hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (diminishing return) karena terbatasnya jumlah sumber daya alam (SDA), seperti luan tanah. Proses ini selanjutnya mengakibatkan produksi, permintaan tenaga kerja, dan juga tingkat upah menurun. Menurut pemikiran klasik, pada kondisi seperti ini perekonomian mengalami tingkat kejenuhan atau keadaan stasioner. Ini adalah sebuah keadaan di mana perekonomian telah dewasa, mapan, dan masyarakat telah sejahtera, tetapi tanpa perkembangan lebih lanjut.

Beberapa teori klasik antara lain:1) Teori Pertumbuhan Adam Smith

Di dalam teori ini, ada tiga factor penentu proses produksi/pertumbuhan, yakni: SDA, SDM dan BARANG MODAL

2) Teori Pertumbuhan David RicardoMenurut teori ini, pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh SDA (dalam arti tanah) yang terbatas jumlahnya, dan jumlah penduduk yang menghasilkan jumlah tenaga kerja yang menyesuaikan diri dengan tingkat upah, di atas atau di bawah tingkat upah alamiah (atau minimal). David Ricardo juga melihat adanya perubahan teknologi yang selalu terjadi, yang membuat meningkatnya produktivitas tenaga krja dan memperlambat proses diminishing return kemerosotan tingkat upah dan keuntungan kearah tingkat minimumnya. David Ricardo juga melihat pertaian sebagai sector utama sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi.

3) Teori Pertumbuhan dari Thomas Robert Malthus

Page 6: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

Menurut teori Thomas Robert Malthus, ukuran keberhasilan suatu perekonomian adalah kesejahteraan Negara, yakni jika PNB potensialnya meningkat. Sektor yang dominant adalah pertanian dan industri. Jika di kedua sector tersebut ditingkatkan, maka PNB potensialnya akan bias ditingkatkan. Ada dua kelompok factor yang sangat menentukan pertumbuhan, yakni factor-faktor ekonomi, seperti tanah, tenaga kerja, modal, dan organisasi; dan factor-faktor nonekonomi, seperti keamanan atas kekakyan, konstitusi dan hokum yang pasti, etos kerja dan disiplin pekerja tinggi. Diantara factor-faktor ekonomi tersebut, yang paling berbengaruh adalah factor akumulasi modal. Tanpa penambahan modal (peningkatan investasi), proses produksi akan berhenti dan berarti PNB potensial akan berkurang atau hilang. Sumber utama akumulasi modal adalah keuntungan dari pengusaha, bukan penghematan konsumsi atau tabungan masyarakat.

4) Teori MarxAda lima tahapan perkembangan sebuah perekonomian, menurut Marx yakni:

i) Perekonomian komunal primitiveii) Perekonomian perbudakaniii) Perekonomian feudaliv) Perekonomian kapitalisv) Perekonomian sosialis

Jika dirangkum teori-teori klasik ini, maka ada dua hal penting yang membedakannya dengan teroi-teori lainnya yang muncul setelah itu, yakni:1. Faktor-faktor produksi utama adalah tenaga kerja, tanah, dan modal2. Peran teknologi dan ilmu pengetahuan serta peningkatan kualitas dari tenaga

kerja dan dari input-input produksi lainnya terhadap pertumbuhan output tidak mendapat perhatian secara eksplisit atau dianggap konstan (teknologi dianggap suatu koefisien yang tetap, tedak berubah)

B. Teori NEO-KEYNESModel pertumbuhan yang masuk di dalam kelompok teori neo-Kaynes adalah modal dari Harrod dan Domar yang memcoba memperluas teori Keynes mengenai keseimbangan pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang dengan melihat pengaruh dari investasi, baik pada AD maupun pada perluasan kapasitas produksi AS, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan Ekonomi.

Dapat dikatakan bahwa model pertumbuhan dari Harrod-Domar (dikenal dengan sebutan H-O) adalah suatu gabungan dengan modifikasi dari model pertumbuhan dari Domar dan model pertubuhan dari Harrod.

Model dari Domar lebih memfokuskan pada laju pertumbuhan investasi (DI/I). Di dalam modelnya, investasi (I) ditetapkan harus tumbuh dalam satu persentase yang konstan, sejak s (marginal property to save, yakni rasio tambahan stok capital terhadap tambahan output (∆K/∆Y) = k, kedua-duanya konstan. Jadi formulasinya adalah sebagai berikut:

(DI/I = (1/ICOR)s (3.7)

Page 7: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

Sedangkan penekanan dari model Harrod pada pertumbuhan Y jangka panjang. Di dalam modelnya, laju pertubumbuhan keseimbangan (disebut: warranted growth) yang membuat besarnya S yang direncanakan ditetapkan selalu sama dengan besarnya I yang direncanakan. Asumsi-asumsinya adalah sebagai berikut:

-hasrat menabung adalah bagian proporsional dari pendapatan nasional: s = S/Y (3.8)

-Tambahan capital untuk satu periode tertentu besarnya sama dengan investasi yang ada: ∆K = I (3.9)

-Seluruh tabungan tersalur dalam investasi netro: S = I = ∆K (3.10)

Sehingga: s= S/Y = I/Y (3.11)

- Maka pertumbuhan dirumuskan sebagai berikut: g = ∆Y/Y = (∆Y/I) = (I/Y)(I/∆Y) = (S/Y)/( ∆K/∆Y) = s/k (3.12)

Persamaan (3.12) merupakan persamaan dasar model Harrod. Rumus dasar ini mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam satu kurun waktu akan tergantung pada tabungan (s) dan efisiensi capital (k). Dengan demikian, jika laju pertumbuhan ekonomi ingin ditingkatkan, maka bisa dengan dua cara, yakni meningkatkan tabungan (memperbesar s) dan/ atau meningkatkan efisiensi/produktitivitas capital (memperkecil k)

C. Teori NEO-KLASIKTeori ini muncul karena kelemahan-kelemahan yang terdapat pada teori klasik yang dibahas di atas. Beberapa model neo-kalisk adalah antara lain sebagai berikut:

1) Model Pertumbuhan Paul A. Lewis.Model ini menjelaskan bagaimana pertubuhan ekonomi dimulai di sebuah Negara Sedang Berkembang (NSB) yang mempunyai dua sector dan dengan sifat yang berbeda, yakni pertanian tradisional yang subsistem di pedesaan dan industri yang modern di perkotaan.

Dalam model ini, pertumbuhan ekonomi terjadi karena pertumbuhan industri dengan proses akumulasi modal yang pesat, sedangkan di pertanian pertumbuhannya relative rendah dengan akumulasi capital yang rendah sekali. Keunggulan komparatif di sector industri adalah upah buruh yang murah dikarenakan suplai tenaga kerja yang berlimpah dari pertanian. Akibat terlalu banyaknya tenaga kerja di pertanian (sehingga upah murah sekali) membuat rendahnya marjinal produktivitas tenaga kerja di sector tersebut, sehingga

Page 8: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

perpindahan tenaga kerja dari pertanian ke industri tidak sampai mengakibatkan turunnya produksi di pertanian.

2) Model Pertumbuhan Paul A. BaranModel ini dikenal sebagai teroi pertumbuhan dan stagnasi ekonomi.Baran berpendapat bahwa akibat pengaruh dari NM, ekonomi NSB akan menajdi Buruk. Menurut Baran, proses kapitalisme di NSB berbeda dengan yang terjadi di NM. Di NM, proses kapitalisme yang memakan waktu cukup panjang mempunyai cirri-ciri sebagai berikut;a) Pertumbuhan ekonomi (atau produksi) meningkat bersamaan dengan

perpindahan masyarakat petani dari pedesaan ke industri di perkotaan;b) Peningkatan produksi barang dan jasa berbarengan dengan terjadinya

pembagian dan spesialisasi kerja. Sebagian menjadi buruh dan sulit berkembang dan sebagian lainnya menjadi kaya dan terus menumpuk capital.

Sedangkan, di NSB proses akumulasi modal tidak terjadi. Yang terjadi justru sebaliknya, yaitu modal asing yang dating ke NSB justru mengambil surplus ekonomi yang terjadi, sehingga capital yang ada justru berkurang, dan masyarakat menjadi miskin karena tidak menikmati surplus tersebut.

3) Teori ketergantungan NeokolonialDasar pemikiran dari teori ini adalah pembangunan ekonomi di NSB sangat tergantung pada NM, terutama dalam investasi langsung (PMA) di sektor pertambangan dan impor barang-barang industri. Pekerja-pekerja di NSB (disebut Negara-negara periferi/pinggiran) dipekerjakan sebagai buruh di perusahaan-perusahaan asing yang berlokasi di NSB di sector pertanian dan pertambangan, sementara semua kebutuhan produk-produk manufaktur, mulai dari barang-barang konsumsi hingga peralatan dan mesin-mesin di impor dari NM (disebut Negara-negara inti/pusat). Ini membuat NSB hanya bisa berspesialisasi di produk-produk primer yang nilai tambahnya rendah, sementara NM bersprsialisasi dalam produk-produk industri yang menghasilkan nilai tambah besar. Walupun sekarang ini, sudah banyak NSB yang bersipesalisasi dalam industri manufaktur, tetapi ketergantungannya terhadap NM tetap tinggi, bahkan menjadi lebih tergantung, terutama dalam pinjaman (ULN) dan teknologi

4) Model Pertumbuhan WW RostowMenurut Rostow, pembangunan di manapun juga merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat terbelakan ke masyarakat maju. Proses ini, dengan pelbagai variasinya, pada dasarnya berlangsung sama di manapun dan kapanpun juga. Vaiasi yang ada bukan merupakan perubahan yang mendasar dari proses tersebut. Dalam modelnya, proses pembangunan terdiri atas lima tahapan yaitu;1. Masyarakat tradisional2. Prakondisi untuk lepas landas3. Lepas landas4. Menuju kedewasaan5. Era konsumsi missal tinggi

Page 9: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

Kriteria yang digunakan untuk membedakan tahap satu dengan tahap berikutnya adalah perubahan yang terjadi dalam kondisi ekonomi, social, politik, serta budaya dalam sebuah perekonomian.

5) Model Pertumbuhan SolowModel ini merupakan penyempurnaan model pertumbuhan Harrod-Domar. Dalam model ini, proposisi factor produksi diasumsikan dapat berubah (jumlah capital dan tenaga kerja atau rasio dari kedua factor ini dalam sebuah proses produksi/produk tidak harus konstan, atau bisa saling mensubsitusi) dan tingkat upah tenaga kerja dan suku bunga juga bisa berubah. Jika jumlah tenaga kerja tumbuh melebihi jumlah stok capital, upah akan turun relative terhadap suku bunga. Atau sebaliknya, jika pertumbuhan capital melebihi pertumbuhan tenaga kerja, suku bunga akan turun relative terhadap upah. Fleksibilitas harga factor produksi ini yang memungkinkan jalur pertumbuhan dalam model in bisa menjdai stabil; berbeda dengan model H-O yang bisa mengalami ketidakstabilan yang berkepanjangan jika syarat-syarat untuk mencapai pertumbuhan warranted tidak terpenuhi. Model ini menganalisis pertumbuhan ekonomi (Y) dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan dua factor produksi, yakni capital (K) dan tenaga kerja (L), dapat tumbuh pada tumbuh pada tingkat yang berdeba:

Y = Kα(AL)β (3.13)

Dimana A = Konstanta yang nilainya berbeda-beda untuk perekonomian yang berbeda, dan α dan β adalah elastisitas output terhadap capital dan tenaga kerja. Dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, α + β = 1 – α (atau β = 1 – α), yang artinya bahwa penginkatan output sama persis dengan produktivitas fisik marginal dari kedua factor produksi tersebut dikalikan dengan kenaikannya. Hal ini mengimplikasikan skala hasil yang konstan.

D) Teori MODERNAkibat kelemahan dari teori-teroi di atas muncul paradigma baru yang memberi penekanan pada pengtingnya pengaruh dari progress teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi. Model-model berdasarkan paradigma baru ini disebut model-model pertubuhan baru/modern.

Dalam teori modern ini, factor-faktor produksi yang krusial tidak hanya banyaknya tenaga kerja dan modal, tetapi juga kualitas SDM dan kemajuan teknologi (yang terkandung di dalam barang modal atau mesin), enerji (khususnya enerji alternative), kewirausahaan, bahan baku, dan material. Bahkan dalam era globalisasi dan perdaganan bebas dunia saat ini, kualitas SDM dan teknologi merupakan dua factor dalam satu paket yang menjadi penentu utama keberhasilan suatu bangsa/Negara.

Selain yang disebutkan di atas, factor-faktor lain yang penting menurut teori modern juga dianggap sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

Page 10: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

adalah ketersediaan dan kondisi infrastruktur, hukum serta peraturan-peraturan, stabilitas politik, kebijakan pemerintah (yang antara lain dicerminkan oleh besarnya pengeluaran pemerintah), birokrasi, dan dasar tukar internasional (terms of trade; ToT). Pentingnya factor-faktor ini terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari kasus Negara-negara di Afrika, terutama Sub-Sahara Afrika. Menurut studi yang ada, terhentinya pembangunan ekonomi di Negara-negara tersebut disebabkan antara lain oleh kualitas tenaga kerjanya yang sangat rendah, politik yang tidak stabil, peperangan, deficit keuangan pemerintah, dan keterbatasan infrastruktur.

Jadi model-model pertumbuhan baru memasuki aspek-aspek endogenitis dan eksternalitas di dalam proses pembangunan ekonomi. Salah satu asumsi penting dari teori moderen ini adalah sifat keberadaan teknologi yang tidak lagi eksogen (given), tetapi merupakan salah satu factor produksi yang dinamis. Demikian juga factor manusia; tenaga kerja di dalam fungsi produksi tidak lagi merupakan suatu factor yang eksogen, tetapi bisa ‘berkembang’ mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan (iptek). Kemajuan iptek serta SDM mendaji sumber-sumber penting pertumbuhan, yang efeknya lewat peningkatan produktivitas dari input-input yang digunakan dalam proses produksi.

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA SEJAK ORDE BARU HINGGA SEKARANG

Pada tahun 1968 PN per kapita masih sangat rendah hanya sekitar US$60.Sejak Repelita I dimulai PN Indonesia per kapita mengalami peningkatan yang relative tinggi setiap tahun dan pada akhir decade 1980-an telah mendekati US$500. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan PDB rata-rata per tahun juga tinggi 7% - 8% selama 1970-an dan turun ke 3% - 4% per tahun selama 1980-an.

Selama pertengahan pertama 1990-an, rata-rata pertumbuhan per tahun antara 7,3% hingga 8,2%, membuat Indonesia termasuk Negara ASEAN dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pada tahun 1993 rata-rata pendapatan per kapita di Indonesia naik pesat yaitu melewati angka 800 US$

Pada saat krisis ekonomi mencapai klimaksnya, yakni tahun 1998, laju pertumbuhan PDB jatuh drastic hingga 13.1%. Namun pada tahun 1999 kembali positif walaupun sangat kecil sekitar 0,8% dan tahun 2000 ekonomi Indonesia sempat mengalami laju pertumbuhan yang tinggi hamper mencapai 5%. Tahun 2001 laju pertumbuhan ekonomi kembali merosot hingga 3.8% akibat gejolak politik yang sempat memanas kembali dan sejak tahun 2002 pertumbuhan mulai membaik kembali dan pada tahun 2007 laju pertumbuhan tercatat di atas 6% (lihat gambar pertumbuhan PDB Indonesia: 1998 – 2007

Pertumbuhan PDB Indonesia: 1998 – 2007:1998 = -13,1

Page 11: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

1999 = 0,82000 = 4,92001 = 3,82002 = 4,42003 = 4,92004 = 5,12005 = 5,62006 = 5,52007 = 6,3

Laju Pertumbuhan PDB Riil di ASEAN, China, dan India (%)

Negara

1990

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

China (tanpa HK)

3,8 10,9 10,0 9,3 7,8 7,6 8,4 8,3 9,1 10,0 10,1 10,4 11,1 11,9

India 5,3 7,3 8,0 4,3 6,7 6,4 4,4 5,8 3,8 8,5 7,5 9,4 9,6 8,7ASEANBrunei Darussalam

1,1 4,5 2,9 -1,5 -0,6 3,1 2,8 2,7 3,9 2,9 0,5 0,4 4,4 0,6

Kamboja 1,2 6,5 5,3 5,7 5,0 12,6 8,4 7,7 7,0 8,5 10,3 13,3 10,8 10,2Indonesia 9,0 8,2 7,8 4,7 -13,1 0,8 4,9 3,8 4,3 4,8 5,0 5,7 5,5 6,3Laos PDR 6,7 7,1 6,9 6,9 4,0 7,3 5,8 5,8 5,9 5,8 6,9 7,3 8,3 7,5Malasyia 9,0 9,8 10,0 7,3 -7,4 6,1 8,9 0,5 5,4 5,8 6,8 5,0 5,9 6,3Myanmar 2,8 7,0 6,4 5,7 5,8 11,0 13,8 11,3 12,0 13,8 13,6 13,6 12,7 -Filipina 3,0 4,7 5,9 5,2 -0,6 3,4 4,4 1,8 4,4 4,9 6,4 5,0 5,4 7,2Singapura 9,2 8,2 7,8 8,3 -1,4 7,2 10,1 -2,3 4,0 3,5 9,0 7,3 8,2 7,7Thailand 11,2 9,2 5,9 -1,4 -10,5 4,4 4,8 2,2 5,3 7.1 6,3 4,5 5,1 4,8Vietnam 5,1 9,5 9,3 8,2 5,8 4,8 6,8 6,9 7,1 7,3 7,8 8,4 8,2 8,5Sumber ADB database

Pendapatan per kapita di ASEAN

Negara1990

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

Brunei Darussalam

12540 15800 16320 16310 14480 14060 14670 16010 17000 17590 19650 22540 26930

Kamboja - 280 290 300 280 280 280 300 300 340 380 440 490

Indonesia 620 1010 1120 1120 670 590 590 740 810 920 1110 1260 1420

Laos PDR 200 360 390 380 310 290 290 310 330 350 420 460 500

Malasyia 2390 4030 4480 4600 3630 3370 3390 3410 3550 3900 4560 5070 5620

Myanmar 129 180 193 206 132 145 159 165 222 212 216 248 281

Filipina 740 1040 1190 1230 1080 1050 1050 1050 1020 1070 1180 1270 1390

Singapura 11860 23260 25130 27160 23490 22880 22970 21250 21030 21750 25040 26620 28730

Thailand 1550 2820 3050 2800 2120 2010 2010 1980 1980 2000 2190 2770 3050

Vietnam 130 250 300 340 350 360 390 410 430 470 540 620 700

Sumber ADB database

Page 12: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

Ada kesenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat perkapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi factor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti manusia (tenaga kerja), bahan baku, dan teknologi, tersedia.

Meminjam istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi, umum disebut transformasi structural, dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi AD, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), AS (produksi dan penggunaan factor-faktor produksi yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan).

1. Teori dan Bukti EmprisAda dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan struktur

ekonomi, yakni dari Arthur Lewis (teroi migrasi) dan Holis Chenery (teori transformasi stuktural)

Teori Arthur Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di pedesaan dan perkotaan. Menurut Lewis perekonomian suatu Negara terbagi dua, yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi sector pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sector utama. Di pedesaan, karena pertumbuhan penduduknya tinggi maka terjadi kelebihan suplai tenaga kerja, dan tingkat hidup masyarakatnya berada pada kondisi subsistens akibat perekonomian yang sifatnya juga subsistens. Kelebihan tenaga kerja ini ditandai dengan produk marjinalnya yang nilainya nol dan tingkat upah riil (w) yang rendah. Relasi antara upah riil dan jumlah tenaga kerja di dalam perekonomian perdesaan (sector pertanian) dapat dijelaskan dengan menggunakan sebuah model ekonometris sedrhana mengenai dinamika pasar tenaga kerja yang terdiri dari tiga persamaan:

LPD = Fd(wp,Yp) (3.14)

LPS = Fs(wp) (3.15)

LPS = Fs(wp) (3.16)

Persamaan (3.14) adalah permintaan tenaga kerja LPD yang merupakan suatu fungsi

negative dari tingkat upah (wp) (Fd’ wp>0),* dan positif dari volume produksi pertanian

(Yp) (Fd’Yp>0)**

(*Berdasarkan prinsip profit maximalization (teori produser), titik keseimbangan dicapai pada saat produk marjinal (MP) = biaya marjinal (MC) = w. Maka, semakin tinggi upah nominal (W) atau w dengan harga tetap tidak berubah, semakin sedikit permintaan perusahaan terhadap L, karena W membentuk MC>MP(** semakin banyak produksi yang (akan) dibuat semakin banyak dibutuhkan tenaga kerja (L) dari perusahaan yang bersangkutan.

Persamaan (3.15) adalah penawaran tenaga kerja (LPS) yang merupakan suatu fungsi

positip dari tingkat upah (Fw’wp)***

Page 13: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

(***Di dalam teori utilitas dinyatakan bahwa, dengan waktu 24 jam sehari, seserong akan mencari suatu titik kombinasi antara lamanya jam bekerja (work) dan lamanya jam tidak bekerja (leisure) yang memberikan kepuasan paling tinggi baginya. Berdasarkan prinsip utility maximalization ini, ia akan lebih menggunakan waktunya untuk bekerja apabila opportunity cost atau kerugian akibat pendapatan yang hilang karena tidak bekerja lebih besar daripada keungungan (dihitung dalam uang) dari tidak bekerja. Besarnya biaya altlernatif ini ditentukan oleh tingkat upah per jam dikali berapa jam bekerja. Maka, pada tingkat makro, semakin tinggi upah yang ditawarkan oleh sebuah perusahaan, semakin banyak orang yang ingin bekerja di perusahaan tersebut.

Persamaan (3.16), mencerminkan keseimbangan di pasar tenaga kerja, yang menghasilkan tingkat w (W setelah dikoreksi dengan inflasi) dan jumlah tenaga kerja tertentu. Model ini juga bisa diterapkan untuk sector industri di perkotaan.

Nilai MP nol, artinya fungsi produksi di sector pertanian (disebut juga sector perdesaan), seperti yang digambarkan di persamaan (3.17) telah sampai pada tingkat optimal, dan jika jumlah tenaga kerja lebih besar daripada di titik optimal tersebut maka berlaku hukum penghasilan menurun: semakin banyak orang bekerja di sector pertanian, semakin rendah tingkat produktivitas tenaga kerja (Yp/Lp), atau total produksi yang dihasilkan di sector tersebut (Fy

’’<0)

Yp = Fyp(Lp)

Dalam kondisi seperti ini, pengurangan jumlah tenaga kerja tidak akan mengurangi jumlah output di sector tersebut, karena proporsi tenaga kerja terlalu banyak dibangingkan proporsi input, seperti tanah dan capital. Akibat kelebihan pekerja ini, upah atau tingkat pendapatan di pertanian/perdesaan menjadi sangat rendah. Sebaliknya, di perkotaan, sector industri mengalami kekurangan pekerja (Li

S<LiD. Dalam kondisi

pasar tenaga kerja seperti ini, produktivitas tenaga kerja sangat tinggi dan nilai MP dari tenaga kerja positif, yang menunjukkan bahwa fungsi produksinya belum berada pada tingkat optimal yang dapat dicapai. Sesuai hukum pasar, tingginya produktivitas membuat tingkat w/L di sector perkotaan juga tinggi. Perbedaan upah di pertanian/perdesaan dengan di industri/perkotaan (Wp<Wi), menarik banyak tenaga kerja pindah dari sector pertama ke sector ke dua; maka terjadilah suatu proses migrasi dan urbanisasi. Tenaga kerja yang pindah ke industri memdapat penghasilan yang lebih tinggi daripada sewaktu masih bekerja di pertanian (Y i>Yp). Secara agregat, berpindahnya sebagian tenaga kerja dari sector dengan upah rendah ke sector dengan upah tinggi membuat pendapatan di Negara bersangkutan meningkat. Bersamaan dengan peningkatan pendapatan tersebut, permintaan terhadap makanan (D) meningkat, dan ini menjadi factor pendorong utama pertumbuhan output di sector tersebut dari sisi AD; dan dalam jangka panjang perekonomian perdesaan mengalami pertumbuhan. Di pihak lain, terjadi pola perubahan permintaan konsumen: masyarakat atau pekerja yang mengalami peningkatan pendapatan mengkonsumsikan sebagian besar pendapatannya untuk berbagai macam produk-produk industri dan jasa (D). Perubahan pola konsumsi ini menjadi motor utama pertumbuhan output dan diversifikasi produksi di sector-ektor nonpertanian tersebut.

Kerangka pemikiran teori Chenery pada dasarnya sama seperti di modal Lewis. Teori Chenery, dikenal dengan teori pattern of development, memfokuskan pada perubahan

Page 14: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di NSB, yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional (subsistens) ke sector industri sebagai mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi.

Di dalam kelompok Negara-negara sedang berkembang (NSB), banyak Negara yang juga mengalami transisi ekonomi yang pesat dalam tiga decade terakhir ini, walaupun pola dan prosesnya berbeda antarnegara. Variasi ini disebabkan oleh perbedaan antarnegara dalam sejumlah factor internal seperti berikut: a) Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi)

Semua negara yang pada awal pembangunan ekonomi/industrialisasinya sudah memiliki industri-industri dasar, seperti mesin, besi dan baja yang relative kuat akan mengalami proses industrialisasi lebih pesat/cepat dibandingkan Negara yang hanya memiliki industri-industri ringan, seperti tekstil, pakaian jadi, alas kaki, makanan, dan minuman.

b) Besarnya pasar dalam negeriBesarnya pasar domestic ditntukan oleh kombinasi antara jumlah populasi dan tingkat pendapatan riil per kapita. Pasar dalam negeri yang besar, seperti Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang (walapun tingkat pedapatan per kapita rendah), merupakan salah satu factor insentif bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi, termasuk industri, karena menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi dalam proses produksi (dengan asumsi bahwa factor-faktor penentu lainnya mendukung)

c) Pola distribusi pendapatanFaktor ini sangat mendukung factor pasar di atas. Walaupun tingkat pendapatan rata-rata per kapita naik pesat, tetapi kalau distribusinya sangat pincang, kenaikan pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi pertumbuhan industri-industri selain industri-industri yang membaut barang-barang sederhana makanan dan minuman, sepatu dan pakaian jadi (tekstil). Misalnya, kalau 20% dari PDB atau PN dinikmati oleh 80% dari jumlah penduduk (berarti kelompok kaya 20% dari jumlah populasi), maka sesuai teori Engel mengenai perbedaan elastisitas pendapatan terhadap permintaan antara barang-barang dari kategori ferior dan inferior, maka permintaan efektif terhadap barang-barang dari kategori pertama tersebut kecil, dan ini tidak terlalu merangsang pertumbuhan industri-industri yang membuat barang-barang tersebut.

d) Karakteristik dari industrialisasiMisalnya, cara pelaksanaan atau strategi pengembangan industri yang diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri, dan insentif yang diberikan. Aspek-aspek ini biasanya berbeda antarnegara yang menghasilkan pola industrialisasi yang juga berbeda antarnegara.

e) Keberadaan SDAAda kecenderungan bahwa Negara yang kaya SDA mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah atau terlambat melakukan industrialisasi atau tidak berhasil melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan struktur) daripada Negara yang miskin SDA. Contoh Indonesia yang awalnya sangat mengandalkan kekayaan SDA-nya terutama migas, dapat dikatakan relative terlambat melakukan industrialisasi dibandingkan Negara-negara kecil dan miskin SDA di Asia Tenggara dan Timur, seperti Jepang, Singapura, Korea Selatan dan Taiwan.

Page 15: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

f. Kebijakan perdagangan luar negeriFakta menunjukkan bahwa di Negara yang menerapkan kebijakan ekonomi tertutup (inward looking), pola dan hasil industrialisasi berbeda dibandingkan di Negara-negara yang menerapkan kebijakan ekonomi terbuka (outward looking). Banyak NSB, termasuk Indonesia, pada awal pembangunan menerapkan kebijakan protektif terhadap sector industrinya, kebijakan yang umum disebut kebijakan subsitusi impor. Hasilnya, sector industri mereka berkembang tidak efisien, sangat tergantung pada, dan tingkat diversifiksi rendah, khususnya lemah di kelompok industri-industri tengah, seperti industri barang modal, input perantara, dan komponen-komponen untuk kelompok industri-industri hilir, pada umumnya menerapkan system produksi assembling. Sedangkan Negara-negara berpendapatan di Asia Tenggara dan Timur, seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan Hong Kong, yang menerapkan kebijakan ekonomi terbuka atau kebijakan promosi ekspor sangat berhasil dalam struktur ekonomi mereka dengan tingkat efisiensi dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam periode yang relative tidak terlalu lama.

2. Kasus IndonesiaKalau dilihat sejak awal era pemerintahan orde baru hingga sekarang, dapat dikatakan bahwa proses perubahan struktur ekonomi Indonesia cukup pesat. Pada tahun 1970, nilai tambah bruto (NTB) dari sector pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan menyumbang sekitar 45% terhadap pembentukan PDB, dan pada decade 1990-an hanya tinggal sekitar 16% hingga 20%, dan tahun 2006 tinggal 12,9% (Lihat Tabel di bawah). Sedangkan sumbangan output dari industri manufaktur terhadap PDB pada tahun 2006 tercatat sekitar 28%; jadi sudah lebih besar daripada pertanian, dan ini jelas merupakan bahwa ekonomi nasional telah mengalami suatu perubahan secara structural dalam 3 dekade belakangan ini. Namun demikian, penurunan rasio output pertanian terhadap PDB tersebut tidak berarti bahwa volume produksi di sector terebut berkurang selama periode tersebut (atau pertumbuhan rata-rata per tahun negative)

Persentase Distribusi dari PDB atas Harga-harga Pasar yang Berlaku menurut Sektor, 2003 – 2006

Sektor 2003 2004 2005 2006Pertanian, peternakan, kehutanan & Perikantgan 15,2 14,3 13,1 12,9Pertambangan dan penggalian 8,3 8,9 11,1 10,6Industri manufaktur 28,3 28,1 27,7 28,0Listrik, gas & Air 1,0 1,0 1,0 0,9Bangunan 6,2 6,6 7,0 7,5Perdagangan, hotel & restoran 16,6 16,1 15,4 14,9Transportasi & Komunikasi 5,9 6,2 6,5 6,9Keuangan, penyewaan, & jasa-jasa bisnis 8,6 8,5 8,3 8,1Jasa lainnya 9,9 10,3 9,9 10,1PDB 100,0 100,0 100,0 100,0PDB nonmigas 91,4 90,7 88,6 89,2

Sumber BPS

KRISIS EKONOMI 1997/1998

Page 16: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

Pata tahun 1998 PDB merosot tajam hingga 13 % yang membuat pendapatan perkapita juga menurun drastis. Sektor keuangan/perbankan yang pada masa orde baru berkembang sangat pesat, terutama sejak deregulasi pertama di sector tersebut pada awal decade 1980-an (geberakan Sumarlin I) hancur sama sekali, terutama karena kredit macet antar bank. Dari sisi suplai, sector industri manufaktur dan sector konstruksi (bangunan), yang pada era orde baru bukan saja berkembang sangat pesat, tetapi juga sebagai motor utama peertumbuhan ekonomi juga mengalami penurunan produksi signifikan. Praktis hampir semua sector ekonomi mengalami pertumbuhan negate.

Sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan positif selama 1998 hanya pertanian dengan 1,3%, listirk, gas, dan air bersih 3,11%

Krisis ekonomi diawali oleh krisis keuangan terumata kurs rupiah. Kenapa rupiah tiba-tiba mengalami depresiasi pada pertengahan tahun 1997 dan terus berlangsung hingga tahun 1998, jawabnya ialah terjadi pelarian modal (dalam dolar AS) secara mendadak dan dalam jumlah yang sangat besar, yang membuat permintaaan dolar AS di pasar domestic meningkat tajam yang akhirnya, sesuai mekanisme pasar, mendorong ke atas kurs rupiah terhadap dolar AS.

Kenapa tiba-tiba dolar AS dalam jumlah yang sangat besar meninggalkan Indonesia, dan siapa pemilik dolar tersebut? Kebanyakan modal asing yang masuk dalam bentuk jangka pendek (umumnya disebut investasi portofolio), bukan jangka panjang, yang sebenarnya sangat berbahaya, apalagi jika motivasi di belakang masuknya modal asing tersebut adalah spekulatif, yang artinya setiap saat bisa kabur lagi.

Netto tabungan investasi negative menandakan bahwa dinegara-negara (Indonesia, Thiland, Malaysia, dan Korea Selatan) tersebut, menjelang krisis telah terjadi kelebihan investasi di sector-sektor yang tidak diperdagangkan secara internasional, seperti: apartemen, pertokoan, dan konstruksi lainnya.

Neraca fiscal yang menjelang 1998 semaking deficit dan ini biasanya menimbulkan kenaikan utang, khususnya dari luar negeri. Defisit kekuangan pemerintah yang berkelanjutan atau cenderung membesar terus bisa memberi suatu indikasi bahwa suatu saat pemerintah tidaksanggup lagi berperan di dalam ekonomi lewat pengeluarannya secara optimal, dan suatu hal yang negative bagi kelangsungan ekonomi, khususnya ekonomi yang masih sangat tergantung pada pengeluaran pemerintah.

Kecenderungan ekonomi dari Negara-negara tersebut mamanas, yang akhirnya bisa meledak, membuat para investor asing yang memegang saham-saham dari perusahaan-perusahaan besar di Negara-negara itu mulai khawatir. Mereka meyakini bahwa tidak lama lagi ekonomi dari Negara-negara tersebut, terutama Indonesia dan Thailand, yang pada waktu itu disebut-sebut sebagai calon-calon macan baru Asia mengikuti macan-macan yang sudah ada, seperti: Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Hongkong, akan meledak. Akhirnya para investor asing tersebut menjual semua saham-saham yang mereka pegang.

Page 17: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

Tanggal 14 Agustus 1997 BI terpaksa menghapus rentang intervensinya (11 Juli 1997 BI memperlebar rentang intervensi rupiah sebesar 50% dari 8% menjadi 12%) yang berarti melepas system penentuan kurs bebas terkendali yang telah diterapkan sejak orde baru. Perkembangan kurs rupiah terhadap USD setelah kurs rupiah ditentukan oleh pasar adalah sebagai berikut:

1990 = Rp. 1.842,81 per 1 Dolar AS1995 = Rp. 2.248,61 per 1 Dolar AS1996 = Rp. 2.342,30 per 1 Dolar AS1997 = Rp. 2.909,38 per 1 Dolar AS1998 = Rp.10.013,6 per 1 Dolar AS1999 = Rp. 7.855,15 per 1 Dolar AS2000 = Rp. 8.421,78 per 1 Dolar AS2001 = Rp.10.260,90 per 1 Dolar AS2002 = Rp. 9.311,19 per 1 Dolar AS2003 = Rp. 8.577,13 per 1 Dolar AS2004 = Rp. 8.939,95 per 1 Dolar AS2005 = Rp. 9.704,74 per 1 Dolar AS2006 = Rp. 9.159,32 per 1 Dolar AS2007 = Rp. 9.143,36 per 1 Dolar ASSumber ADB database

Kenapa depresiasi rupiah sampai mengakibatkan krisis keuangan? Jawabnya, selama orde baru banyak perusahaan, khususnya konglomerat, di dalam negeri yang membuat utang luar negeri. Lihat Tabel di bawah menunjukkan bahwa di Indonesia, Thailand, dan Malasyia, sector swasta nonblank adalah pihak terbesar yang menerima pinjaman luar negeri pada akhir tahun 1997, dan jumlah tersebut di atas rata-rata pinjaman luar negeri oleh NSB yang sedikit di bawah 50%. Berbeda sekali dengan di tiga Negara tersebut, di Korea Selatan, sekitar 65% dari jumlah pinjaman luar negeri adalah oleh bank-bank komersial, dibandingkan dengan hanya 31% oleh perusahaan-perusahaan nonblank. Sedangkan pinjaman pemerintah di keempat Negara tersebut waktu itu relative rendah, dan paling rendah adalah di Korea Selatan dan Malaysia, walaupun data yang ada tidak membedakan antara pinjaman oleh BUMN dan pinjaman oleh perusahaan-perusahaan swasta.

Kebanyakan pinjaman internasional oleh swasta tersebut adalah pinjaman jangka pendek yang dipakai untuk membiayai pembangunan proyek-proyek jangka panjang. Ini satu kesalahan besar. Kesalahan besar lainnya, perusahaan-perusahaan yang banyak meminjam uang dari luar negeri tidak melindungi pinjamannya dalam bentuk melakukan hedging, karena para pemilik perusahaan tersebut sangat percaya bahwa Soeharto akan terus bertahan sebagai peresiden dan dia akan tetap konsisten dengan system penentuan kurs “setengah tetap” (atau managed floating), yang artinya kurs rupiah tidak akan mengalami perubahan besar selama Soeharto berkuasa.

TabelPinjaman yang Disalurkan oleh Bank-Bank Internasional (yang Melapor ke BIS) ke

Indonesia, Malaysia, Thailand dan Korea Selatan, dan NSB,

Page 18: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

akhir Juni 1997 (miliar dolar ASSektor Indonesia Korea Selatan Malaysia Thailand NSB

Total pinjaman: 58,6 103,4 28,9 79,4 743,8Yang mana:Bank 12,4 (21,1)* 67,3 (65,1) 10,5 (36,3) 26,1 (32,9) 275,3 (37,0)Swasta nonbank 39,7 (67,7) 31,7 (30,6) 16,5 (57,1) 41,3 (52,0) 352,9 (47,4)Pemerintah 6,5 (11,1) 4,4 (4,3) 1,9 (6,6) 12,0 (15,1) 115,6 (15,5)Keterangan: *Persentase Sumber Tabel 2 di Sundaram (2008) (data BIS)

Bank-bank nasional yang pinjam uang dari luar negeri juga tidak melakukan hedging. Bank-bank nasional yang goncang akibat depresiasi rupiah menjadi tambah parah lagi akibat banyaknya perusahaan sebagai debiturnya yang tidak bisa memenuhi kewajiban mereka, yang dimaksud dengan kredit macet (non-performing loan atauNPL)

Tabel Non-performing loan dari Perbankan di ASEAN (% dari jumlah pinjaman kotor)

Negara 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007Brunei Darussalam - - - - - - - -Kamboja - - - - - - - -Indonesia 34,4 31,9 24,0 19,4 14,2 14,8 13,1 13,5Lao PDR - - - - - - - -Malaysia 15,4 17,8 15,9 13,9 11,7 9,5 8,5 8,2Myanmar - - - - - - - -Filipina 24,0 27,7 26,5 26,1 24,7 19,7 18,6 -Singapura 3,4 8,0 7,7 6,7 5,0 3,8 2,8 2,5Thailand 17,7 11,5 15,7 12,9 10,9 8,3 7,5 -Vietnam - - - - - - - -

Perusahaan-perusahaan di Indonesia yang sangat tergantung pada impor untuk berproduksi juga tidak melakukan hedging. Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dengan sendirinya membuat biaya impor yang berarti juga biaya produksi meningkat tajam. Banyak perusahaan yang tidak sanggup menanggung ekstra beban biaya tersebut terpaksa mengurangi impor yang berarti mengurangi volume produksinya. Bahkan banyak juga perusahaan yang terpaksa tutup, yang selanjutnya mengakibatkan jumlah pengangguran dan tinkat kemiskinan meningkat meningkat. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang mau tetap impor juga mengalami kesulitan karena letter of credit (L/C) yang dikeluarkan oleh bank-bank nasional titolak oleh bank-bank di luar negeri, setelah mereka mengetahui bahwa bank-bank di Indonesia sedang mengalami kebangkrutan.

Dari pengalaman krisis yang pernah terjadi, maka langkah-langkah yang harus diambil agar krisis serupa tidak terulang lagi adalah sebagai berikut:a) Ekspor diperkuatb) Ketergantungan pada ULN, impor, dan investasi jangka pendek atau bermotivasi

spekulasi dihilangkan.c) Sektor perbankan diperkuat

Page 19: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

d) Menerapkan kembali mekanisme penentuan kurs berdasarkan system bebas terkendali, dan

e) Menyiapkan cara/kebijakan penanggulangan krisis yang bagus dengan memerhatikan semua factor yang secara teori sangat memungkinkan munculnya suatu krisis serupa.

Gambar terjadinya Krisis Ekonomi di Indonesia

Suatu system atau mekanisme penanggulangan krisis yang baik, banyak sekali prasyaratnya, yang salah satunya adalah adanya harmonisasi antarlembaga pemerintah terkait, khususnya Bank Indonesia, Departemen Keuangan, Departemen Perdagangan Luar Negeri.Metode Penghitungan Pertumbuhan

Modal (dolar AS) lari dari Thailang

Bath depresiasi

Modal (dolar AS) lari dari Indonesia

Rupiah depresiasi Harga impor (dolar AS

Krisis keuangan perusahaan Krisis keuangan perbankan

Impor berkurang Perusahaan Bangkrkut Perbankan hancur

Output menurun Pengangguran meningkat

PDB menurun Kemiskinan meningkat

Permintaan menurunInflasi meningkat

Page 20: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam nilai absolute dan nilai relative (persentase). Pertumbuhan dalam nilai absolute dinyatakan dalam rupiah, misalnya PDB tahun 2000 tumbuh 2 triliun rupiah dibandingkan PDB tahun 1999. Sedangkan, pertumbuhan dalam persentase, dapat dihitung dengan cara sederhana sebagai berikut:

DPDB (t) = [PDB(t) – PDB(t-1)/PDB(t-1)] x 100%

dimana DPDB (t) = pertumbuhan ekonomi tahun (t) tertentu dalam nilai absolute; t-1 = tahun sebelumnya.

Sedangkan untuk mendapatkan laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun selama, misalnya decade 1990-an, menggunakan rumus sebagai berikut:

r = [(n-1ם tn/t0)-1] x 100%

atau dengan faktor penggabungan:

tn = t0(1+r) n-1

dimana r = laju pertumbuhan PDB rata-rata per tahunn = jumlah tahun (misalnya untuk periode 1990-an, n = 10)tn = tahun terakhir periodet0 = tahun awal periode(1+r) n-1 = menggambarkan factor penggabungan.

Pertumbuhan ekonomi dalam nilai absolute selanjutnya dapat dinyatakan dalam nilai nominal berdasarkan harga berlaku dan nilai riil (nyata) berdasarkan harga konstan. Menurut harga berlaku artinya nilai barang dan jasa yang dihasilkan (yang totalnya membentuk PDB) dihitung berdasarkan harga pasar pada tahun bersangkjutan, yang berarti kenaikan harga-harga (efek inflasi) turut dihitung.

Sedangkan menurut harga konstan nilai barang dan jasa dihitung berdasarkan harga pada ‘tahun dasar’ (indeks harga konsumen atau IHK = 100). Jadi, pertumbuhan PDB dalam nilai riil tidak dipengaruhi oleh perubahan harga yang melekat pada angka-angka agregat ekonomi (PDB).

Ada tiga metode untuk mengubah angka menurut harga berlaku menjadi angka menurut harga konstan, yakni:1 Metode revaluasi2 Metode ekstrapolasi dan3 Metode Deflasi.

METODE REVALUASI, dilakukan dengan cara menilai produksi masing-masing tahun dengan memakai harga tahun tertentu yang dijadikan tahun dasar.

METODE EKSTRAPOLASI, dilakukan dengan cara memperbaharui nilai tahun dasar dengan indeks produksi atau tingkat pertumbuhan riil dari tahun sebelumnya.

Page 21: Bab 3 pertumbuhan ekonomi

METODE DEFLASI, dilakukan dengan cara membagi nilai produksi masing-masing tahun dengan harga relative yang sesuai (indeks harga x 1/100) (Dumairy, 1996.

Jadi secara sederhana, Cara menghitung PDB menurut harga konstan dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

PDBHK(t) = [100/IHKt] x PDBHB(t)

Cara menghitung PDB menurut harga berlaku:

PDBHB(t) = [PDBHK(t) x IHKt]/100

dimana: HKt = harga konstanHBt = harga berlakuIHKt = indeks harga konsumen100 = IHK tahun dasart = tahun tertentu

Dalam menganalisa kinerja ekonomi suatu Negara, sebaiknya yang dilihat adalah pertumbuhan PDB atau PNB dalam nilai riil, bukan nilai nominal. Karena, bisa saja misalnya pertumbuhan PDB dalam nilai nominal sekitar 4%, tetapi sepenuhnya disebabkan oleh laju infalsi yang tinggi, sedangkan volume out-put-nya relative sama atau tidak ada peningkatan yang berarti. Sedangkan pertumbuhan PDB dalam nilai riil menunjukkan pertumbuhan output yang sebenarnya.