Upload
vanny-wayongkere
View
194
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
transportasi, bis air, teknik sipil
Citation preview
Jurnal Sabua Vol.4, No.3: 1-12, November 2012 ISSN 2085-7020
HASIL PENELITIAN
@Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik – Universitas Sam Ratulangi Manado
November 2012
TRANSPORTASI ANGKUTAN BIS AIR DI PESISIR PANTAI KOTA MANADO
Rico R.J. Ferdinandus1)
, James A. Timboeleng2)
dan Lucia I.R. Lefrandt3)
1)
Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado 2,3)
Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi
Abstrak. Dalam lingkungan strategis Provinsi Sulawesi Utara, pantai Kota Manado
memegang peranan yang sangat penting dan merupakan media transportasi yang
belum digarap. Kondisi saat ini telah terdapat jaringan jalan di pantai Manado.
Metode yang digunakan yakni metode survey. Data yang digunakan berupa data
sekunder, primer dan penyebaran kuisioner dengan pengambilan sampel secara acak
dari populasi di Kota Manado. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian
kuisioner sesuai jumlah sampel masing-masing kecamatan. Berdasarkan hasil
wawancara langsung didapatkan 95,32% responden yang setuju dengan adanya
transportasi Bis Air sedangkan 4,68% responden tidak. Survey menunjukan bahwa
71,96% responden yang akan menggunakan Transportasi Air sebagai Moda
Pergerakan, 9,55% responden yang tidak, dan yang tidak tahu sebanyak 18,49%
responden. Lokasi halte berdasarkan data visual lapangan direncanakan pada
Seputaran Terminal Malalayang, Seputaran RSUP Manado, Kawasan Bahu Mall /
Kantor Pariwisata Kota Manado, Kawasan Manado Town Square, Kawasan Mega
Mas, Kawasan Marina Plaza, Seputaran Kali Mas / Pelabuhan Manado, Seputaran
Gereja Torsina Kecamatan Tuminting, Seputaran Nusantara Diving Center (NDC),
Seputaran Batu Meja Kelurahan Tongkainan Kecamatan Bunaken. Tarif yang
digunakan untuk Angkutan Bis Air di Kota Manado adalah sebesar Rp. 2.800,-.
Kata Kunci : Moda Transportasi Air, Tarif Angkutan, Rute Perjalanan
PENDAHULUAN
Proses pemenuhan kebutuhan
manjadi salah satu faktor utama masyarakat
untuk melakukan suatu pola pergerakan,
baik di dalam wilayah studi (pergerakan
R. FERDINANDUS, J. TIMBOELENG & L. LEFRANDT
2
internal) maupun keluar dari wilayah studi
(pergerakan eksternal).
Kepadatan penduduk Kota Manado
mencapai + 3.145 jiwa/km2, sehingga Manado
bergelut dengan masalah kemacetan, serta
kekurangan alat atau fasilitas transportasi umum
yang memadai. Masalah yang paling klasik
adalah kemacetan lalu lintas akibat tingginya
pergerakan penduduk, serta peningkatan jumlah
kendaraan dari waktu ke waktu sehingga
memicu meningkatnya penggunaan berbagai
moda transportasi.
Dalam lingkungan strategis Provinsi
Sulawesi Utara, pantai Kota Manado
memegang peranan yang sangat penting dan
merupakan media transportasi yang belum
digarap. Kondisi saat ini telah terdapat
jaringan jalan di pantai Manado. Mobilitas
masyarakat Kota Manado dilayani angkutan
umum yang ada.
Fungsi dan peranan jalan
berhubungan erat dengan hirarki sistem
jaringan jalan dimana harus diselaraskan dan
dipadukan dengan hirarki aktivitas-aktivitas
dan pergerakan kota baik sistem primer
maupun sekunder. Pertumbuhan aktifitas
ekonomi sekitar Kota Manado yang semakin
pesat memicu perkembangan kuantitas
transportasi terutama angkutan darat (pribadi
dan umum), untuk itu diperlukan upaya
perencanaan transportasi di pantai secara
komprehensif mampu mengurangi bahkan
mengatasi masalah kebutuhan pergerakan
penduduk dengan menciptakan angkutan
berbasis air di pesisir pantai Kota Manado.
LANDASAN TEORI
A. Angkutan Umum Penumpang
Angkutan umum penumpang adalah
angkutan penumpang yang dilakukan
dengan system sewa dan bayar. Termasuk
dalam pengertian angkutan umum
penumpang adalah angkutan kota, bus,
kereta api, kapal dan pesawat terbang.
Tujuan utama keberadaan angkutan
umum penumpang adalah
menyelenggarakan pelayanan angkutan yang
baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran
pelayanan yang baik adalah pelayanan yang
aman, nyaman, murah, dan cepat. Selain itu
keberadaan angkutan umum penumpang
juga membuka lapangan kerja.
Dalam kinerja angkutan umum,
selalu ada hubungan yang saling
mempengaruhi antara permintaan dan
penawaran. Agar terjadi keseimbangan,
kepentingan minimum masing-masing harus
dipenuhi, yaitu pemakai sampai ditempat
tertentu dengan tarif tertentu dan penyedia
jasa tidak merugi antara permintaan dari
penumpang dan biaya yang dikeluarkan.
Ditinjau dari kacamata lalu lintas,
keberadaan angkutan umum penumpang
berarti pengurangan volume lalu lintas
kendaraan pribadi. Hal ini dimungkinkan
karena angkutan umum penumpang bersifat
masal sehingga biaya angkut dapat
dibebankan pada lebih banyak orang atau
penumpang yang menyebabkan biaya
penumpang dapat ditekan serendah
mungkin.
Dari segi operasinya, angkutan
umum di Negara-negara berkembang dapat
dikelompokkan pada dua macam pola yaitu :
1. Pola bus (bus-like service) : tarif tetap,
rute tetap, asal-tujuan tetap, jadwal
perjalanan tetap, dan tempat
perberhentian tetap.
2. Pola taksi (taxi-like service) : salah satu,
beberapa, atau semua elemen yang
tersebut diatas tidak tetap.
TRANSPORTASI ANGKUTAN BIS AIR …………………………….
3
B. Biaya
Biaya adalah faktor yang
menentukan dalam transportasi untuk
penetapan tarif, alat kontrol agar dalam
pengoperasian mencapai tingkat efektifitas
dan efisien.
Terdapat berbagai jenis biaya yang
cukup banyak, harus dikeluarkan pengusaha
untuk mengelola dan menjalankan
perusahaannya dalam kegiatan produksi dan
jasa angkutan. Untuk memudahkan
perhitungan biaya perlu dilakukan
pengelompokan biaya. Pengelompokan
biaya menurut hubungannya dengan
produksi jasa yang dihasilkan terdiri dari
biaya langsung dan biaya tak langsung.
Sedangkan dalam kaitannya dengan
perubahan volume produksi jasa angkutan
terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel.
1. Biaya tetap dan biaya variabel
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya
yang besarnya tidak tergantung dari
penggunaan kendaraan, misalnya biaya
kepemilikan kendaraan. Biaya ini hanya
dapat dihindari dengan menjual kendaraan
tersebut.
Biaya variabel (variabel cost) adalah
biaya yang besarnya akan berubah-ubah
sesuai dengan penggunaan kendaraan,
misalnya biaya pemakaian bahan bakar.
Biaya variabel hanya dapat dihindari jika
kendaraan tersebut tidak digunakan.
Yang menjadi dasar uraian biaya adalah
kurva keluaran biaya. Kurva ini
menghubungkan biaya total untuk
menyediakan suatu pelayanan transportasi.
Biasanya merupakan jumlah biaya moneter
yang ditanggung dan dikeluarkan
perusahaan pelayanan transportasi. Kurva
keluaran biaya ini terdiri dari satu ukuran
biaya keluaran yaitu kuantitas, sehingga
fungsi keluaran ini hanya merupakan ukuran
kuantitas keluaran, sedangkan karakteristik-
karakteristik lainnya tetap. Biaya-biaya
tersebut dapat diperlihatkan pada gambar
berikut ini.
Sumber : Morlok, 1998
Gambar 1 : Hubungan Biaya Hasil
Keluaran Secara Umum
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa
biaya total terdiri dua komponen yaitu biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap akan
sama sedangkan biaya variabel besarnya
tergantung pada variabel keluaran (x). dalam
bentuk persamaan biaya total sesuai dengan
definisinya yaitu sebagai berikut.
TC(x) = FC + VC(x) ……………………… (1)
Biaya total rata-rata adalah sebagai
berikut
………..(2)
Dimana :
TC(x) = Total Cost (Biaya Total)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC(x) = Variabel Cost (Biaya Variabel)
ACx = Average Cost (Biaya Rata-rata)
x = Output Variabel (Variabel
Keluaran)
2. Biaya Langsung dan Biaya Tidak
Langsung
Menurut konsep dasar perhitungan biaya
pokok angkutan penumpang, biaya langsung
R. FERDINANDUS, J. TIMBOELENG & L. LEFRANDT
4
(direct cost) adalah biaya yang berkaitan
langsung dengan kegiatan operasi
kendaraan, misalnya pemakaian bahan
bakar, perawatan kendaraan dan upah
pengemudi.
Biaya tidak langsung (indirect cost)
adalah biaya yang tidak berkaitan langsung
dengan kegiatan operasi kendaraan,
misalnya biaya administrasi kantor dan
pegawai.
C. Biaya Operasi Kendaraan
Biaya operasi kendaraan dipengaruhi
oleh parameter fisik dari prasarana serta tipe
dan keadaan operasi kendaraan.
Biaya operasi kendaraan dari suatu
kendaraan tergantung dari spesifikasi
kendaraan tersebut. Biaya tersebut juga
dipengaruhi oleh cara mengemudikan
kendaraan dan umur serta kondisi kendaraan
itu sendiri. Kondisi kendaraan tersebut
merupakan fungsi dari pemeliharaan yang
telah dilakukan.
Biaya operasi kendaraan dari sarana
angkutan umum adalah berbeda-beda untuk
masing-masing kendaraan, dan tidak mudah
untuk memperbandingkan antara satu
kendaraan dengan yang lainnya.
Beberapa variabel yang dianggap
penting dalam menghitung biaya operasi
kendaraan (Tamin, 1998) yaitu sebagai
berikut.
1. Biaya Tetap
a. Upah Pengemudi (UP)
Upah pengemudi didapat dari sisa
pendapatannya setiap hari setelah
dikurangi setoran dan biaya
pemakaian bahan bakar.
b. Biaya Administrasi (ADM)
Biaya administrasi adalah biaya-
biaya yang diperlukan dalam
mengoperasikan satu kendaraan,
misalnya pajak kendaraan, izin
usaha, izin pengoperasian kendaraan
dan biaya organda.
c. Keuntungan (Bt) bagi Pemilik
Yang dimaksudkan dengan
keuntungan disini adalah keuntungan
bagi pemilik kendaraan. Biaya ini
ditetapkan sebesar 10% per tahun
dari harga kendaraan baru.
d. Biaya Tak Terduga (BTT)
Biaya ini mencakup biaya-biaya
tambahan yang harus dikeluarkan
oleh pemilik kendaraan untuk hal-hal
yang tidak terduga, misalnya
pungutan-pungutan tambahan diluar
ketentuan yang berlaku.
2. Biaya Variabel
a. Biaya bahan bakar
Pemakaian bahan bakar umumnya
dinyatakan dalam kilometer/liter.
Peningkatan dalam kilometer/liter
menyatakan penurunan biaya. Faktor
yang mempengaruhi pemakaian
bahan bakar antara lain Jenis
kendaraan, Iklim, Kondisi
kendaraan, Faktor muatan, dan
kecepatan kendaraan.
b. Biaya minyak pelumas
Pemakaian minyak pelumas pada
umumnya dipengaruhi oleh kondisi
kendaraan. Yang termasuk minyak
pelumas antara lain, Oli mesin,
Gemuk/vet, Oli garden dan lainnya.
c. Biaya penggantian suku cadang
Biaya ini dikeluarkan jika suku
cadang tersebut telah mencapai masa
TRANSPORTASI ANGKUTAN BIS AIR …………………………….
5
layanannya atau jika terjadi
kerusakan. Yang termasuk suku
cadang antara lain, Busi, Saringan
udara, Aki dan lainnya.
d. Biaya pemeliharaan
Biaya ini merupakan biaya
perawatan kendaraan.
e. Retribusi
Retribusi adalah biaya yang dipungut
oleh dinas pendapatan daerah setiap
kali kendaraan memasuki tempat
perhentian ataupun terminal.
3. Biaya Kepemilikan Aset
Biaya kepemilikan aset adalah biaya
yang dikeluarkan untuk memiliki
kendaraan. Biaya ini memiliki sifat
khusus yakni beberapa komponennya
ada yang mempengaruhi komponen-
komponen lainnya, biaya ini meliputi.
a. Cicilan Bank (C), adalah biaya yang
dikeluarkan per tahunnya untuk
membayar pinjaman bank. Pinjaman
dari bank digunakan sebagai modal
untuk membayar uang muka (Down
Payment) kendaraan yang telah
ditentukan oleh dealer. Besar cicilan
tiap tahunnya adalah sama. Untuk
menentukan besarnya cicilan bank
digunakan rumus :
C = Pj / n …………………..… (3)
Dimana :
C = besar cicilan per tahun
Pj = besar uang yang dipinjam
di bank
n = masa pembayaran cicilan
(tahun)
b. Bunga bank, adalah biaya yang
dikenanakan terhadap pinjaman
bank. Bunga ini berkurang setiap
tahunnya karena berkurangnya
pinjaman seiring pembayaran cicilan.
Untuk menetukan besarnya bunga
bank pada tahun ke-t digunakan
rumus berikut :
But = [Pj – C x (t – 1)] x I ……..(4)
Dimana :
But = bunga bank pada tahun ke-
t
Pj = besar uang yang dipinjam
dari bank
C = besar cicilan per tahun
t = tahun yang ditinjau
I = bunga pinjaman yang
berlaku per tahun
c. Angsuran, adalah biaya yang
dibayarkan kepada dealer secara
bertahap agar kendaraan tersebut
lunas. Besarnya angsuran ditetapkan
oleh dealer. Pada prakteknya
angsuran dibayarkan dalam jumlah
yang tetap setiap bulannya.
d. Depresiasi atau biaya penyusutan
nilai kendaraan adalah biaya yang
dikeluarkan atas penyusutan nilai
kendaraan karena berkurangnya nilai
ekonomis kendaraan yang bersamaan
dengan bertambahnya waktu.
e. Asuransi (A), dengan membayar
asuransi maka kendaraan terlepas
dari resiko membayar akibat
kecelakaan atau kehilangan
kendaraan, dan untuk awak
kendaraan akan mendapat ganti rugi
pengobatan jika terjadi kecelakaan
dan santunan bagi keluarga apabila
awak kendaraan meninggal dunia.
R. FERDINANDUS, J. TIMBOELENG & L. LEFRANDT
6
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
untuk memenuhi maksud dan tujuan diatas
adalah sebagai berikut :
a) Survey Pendahuluan
b) Pengumpulan Data Sekunder
c) Pengumpulan Data Primer berupa
Survey lapangan : Wawancara Rumah
Tangga, Survey Sosial Ekonomi,
Survey Data Penunjang Lainnya.
d) Usulan Lokasi Halte Bis Air
e) Analisa Data : Analisa Pola Distribusi
perjalanan, Kebutuhan angkutan air
masa sekarang dan mendatang,
Rute/Trayek, Biaya/Tarif, Jenis
Kapal/Boat, Analisa data Sosial
Ekonomi dan manfaat proyek, Evaluasi
ekonomi, Analisa data Penunjang
lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Transportasi Air Kota Manado
Dinas Perhubungan Kota Manado
mempunyai komitmen sesuai misi yaitu
mewujudkan Sistem Perhubungan yang
handal, terintegrasi, efisien dan efektif serta
meningkatkan dan memperkuat ketahanan
ekonomi masyarakat dengan
mengedepankan peran serta masyarakat
menuju Manado Kota Model Ekowisata.
Karena itu dalam rangka mewujudkannya
maka akan diupayakan pemanfaatan potensi
pantai Manado untuk digunakan sebagai
prasarana angkutan pengumpang (orang dan
barang) sebagai alternatif pemanfaatan
prasarana angkutan darat kemudian salah
satu wujud kegiatannya adalah
pengoperasian Bus Air sebagai angkutan
alternatif untuk melayani penumpang di
sepanjang pantai Manado.
1. Usulan Lokasi Halte Angkutan Alternatif
Bis Air
Berdasarkan pengamatan (data
visual) direncanakan rute dan koridor halte
bis air di sepanjang pantai kota Manado
melihat kriteria sebagai berikut :
a) Sistem Jaringan Trayek bis air yang
disusulkan
b) Kondisi alur pelayaran
c) Kondisi topografi dan bathimetri
bakal lokasi halte bis air (Visual
Lapangan)
Kondisi topografi dan bathimetri
dasar permukaan pantai akan
menentukan biaya konstruksi
Dermaga / Halte Bis Air. Apabila
jarak kedalaman yang cukup untuk
boat merapat yang lebih pendek
terhadap bibir pantai maka akan
didapat harga konstruksi dermaga
yang lebih murah. Aspek lain yang
membutuhkan biaya adalah
timbunan akan ikut menambah biaya
konstruksi.
d) Kondisi Tata Guna Lahan
Kondisi tata guna lahan merupakan
hal yang paling penting dalam
penentuan halte bis air, dikarenakan
tata guna lahan memiliki pengaruh
yang besar terhadap bangkitan dan
tarikan pergerakan.
e) Kondisi Fisik Tanah.
Kondisi fisik tanah yang dimaksud
adalah kondisi tanah dimana akan
dibuat halte bis, dimana jika kondisi
tanah tidak bagus maka akan
menambah biaya untuk pelaksanaan
TRANSPORTASI ANGKUTAN BIS AIR …………………………….
7
konstruksi yaitu perbaikan kondisi
tanah.
f) Aspek Pelaksanaan Konstruksi
Dalam usulan lokasi halte bis air
perlu dipertimbangkan sistem jaringan
taryek bis air yang diusulkan, agar adanya
angkutan alternatif bis air di sepanjang
pantai kota Manado ini di harapkan dapat
memeperlancar arus lalu lintas di Kota
Manado.
Gambar 2 : Rute Perjalanan dan Lokasi Penempatan Halte Air
Berdasarkan hasil survey lapangan
didapatkan waktu perjalanan dengan
menggunakan transportasi air (boat
passangger) dan menggunakan transportasi
darat (mikrolet). Waktu disini sudah
termasuk waktu untuk menaikan dan
menurunkan penumpang.
R. FERDINANDUS, J. TIMBOELENG & L. LEFRANDT
8
Tabel 1 : Waktu Tempuh Perjalanan
HALTE
ANGKUTAN KOTA
MIKROLET ANGKUTAN BIS AIR
Waktu Waktu antara Waktu Waktu antara
Menit Menit
Terminal Malalayang 0
0
6
7
Seputaran RSUP (belakang Akper) 6
7
8
7
Bahumall 14
14
6
6
Manado Town Square 20
20
6
6
Megamas 26
26
6
6
Marina Plaza 32
32
8
6
Kalimas 40
38
18
10
Tuminting (Gereja Torsina) 58
48
10
6
Molas (seputaran NDC) 68
54
17
17
Tongkaina 85
71
Sumber : Hasil Survey Lapangan
Dari hasil diatas didapatkan bahwa
dengan menggunakan bis air waktu tempuh
perjalanan lebih sedikit dibandingkan
menggunakan mikrolet.
Dalam perencanaan rute transportasi
air dibagi menjadi 2 (dua) trayek yaitu :
1. Rute Malalayang – Tongkaina
2. Rute Tongkaina – Malalayang
Masing-masing trayek beroperasi
bersama-sama dengan total armada untuk
tiap trayek adalah 4 buah Bis Air, dengan
interval waktu 10 menit.
2. Penentuan Tarif Bis Air
Dalam menentukan tarif digunakan
tarif flat fare (jauh dekat sama). Berikut ini
merupakan Spesifikasi Bis Air Manado
yang direncanakan.
1. Jenis Kendaraan : Boat Passangger
2. Bahan Bakar : Bensin
3. Jumlah Mesin Penggerak : 2 Buah
4. Merk Mesin Penggerak : Suzuki 40 PK
5. Kapasitas : 20 Pnp
6. Hari Operasi Per Bulan : 26 hari
Dari hasil perhitungan didapatkan biaya
operasi kendaraan (BOK) selama tahun
analisis seperti pada tabel 2 Seperti
dibawah ini.
TRANSPORTASI ANGKUTAN BIS AIR …………………………….
9
Tabel 2 : Biaya Operasi Kendaraan
Thn
Cicilan
Uang
Muka
Bunga
cicilan
uang
muka
Angsuran
Boat/thn
Depresiasi
/ Tahun
Asuransi
/ Tahun
Biaya
Tetap
/ Tahun
Biaya
Variabel
/ Tahun
BOK Total
/ tahun
I 19,500,000 3,120,000 56,420,000 65,000,000 3,900,000 73,260,000 205,289,867 426,489,867
II 19,500,000 3,120,000 56,420,000 43,333,333 2,600,000 73,260,000 205,289,867 403,523,200
III 19,500,000 3,120,000 56,420,000 28,888,889 1,733,333 73,260,000 205,289,867 388,212,089
IV
18,777,778 1,200,000 73,260,000 205,289,867 298,527,645
V
1,200,000 73,260,000 205,289,867 279,749,867
VI
1,200,000 73,260,000 205,289,867 279,749,867
Sumber : Hasil Olahan Data
Berikut ini adalah perhitungan tarif
bedasarkan Biaya Operasi Kendaraan pada
tahun pertama
BOK (Rp/hari)
= BOK (Rp/tahun) / jumlah hari operasi
= Rp. 426.489.867 / 312
= Rp. 1.366.954,702 / hari
Tarif (Rp) = BOK Total / jlh Penumpang
per hari
= Rp. 1.366.954,702 / 402
= Rp. 3.400,4
Tabel 3 : Perhitungan Tarif Penumpang
BOK Total BOK/Hari
TARIF
(Rp) / tahun
426,489,867 1366954.702 3400.385
403,523,200 1293343.591 3217.273
388,212,089 1244269.517 3095.198
298,527,645 956819.3743 2380.148
279,749,867 896634.1891 2230.433
279,749,867 896634.1891 2230.433
Tarif rata-rata 2759 ≈ 2.800
Sumber : Hasil Olahan Data
Jadi Tarif yang digunakan untuk
Angkutan Bis Air di Kota Manado adalah
sebesar Rp. 2.800,-. Dilihat segi ekonomis
penggunaan Angkutan Bis Air lebih murah
R. FERDINANDUS, J. TIMBOELENG & L. LEFRANDT
10
dibandingkan dengan menggunakan
Angkutan Kota (Armada Darat) khususnya
perjalanan yang jauh dikarenakan untuk
perjalan yang jauh Armada Darat
menggunakan Pergantian Angkutan Kota
Sehingga Biaya yang dikeluarkan lebih
besar dibandingkan dengan menggunakan
Angkutan Bis Air.
3. Pendapat Masyarakat Manado Terhadap
Bis Air Sebagai Sarana Alat
Transportasi
Berdasarkan hasil wawancara
langsung didapatkan dari 3634 responden
didapatkan 3464 responden (95,32%) yang
setuju dengan adanya transportasi Bis Air di
kota manado sedangkan 170 responden
(4,68%) yang tidak setuju dengan adanya
transportasi Bis air. Berikut dapat dilihat
persentase setuju dan tidak setuju dengan
adanya transportasi Bis Air di kota Manado.
Gambar 3 : Pendapat Masyarakat Tentang Pengadaan Transportasi Air
Berdasarkan hasil wawancara
langsung didapatkan dari 3634 responden
didapatkan 2615 responden (71,96%) yang
akan menggunakan Transportasi Air sebagai
Moda Pergerakan, 347 responden (9,55%)
yang tidak akan menggunakan, dan yang
tidak tahu sebanyak 672 responden
(18,49%). Berikut dapat dilihat persentase
tentang penggunaan transportasi Bis Air
sebagai Moda pergerakan.
TRANSPORTASI ANGKUTAN BIS AIR …………………………….
11
Gambar 4 : Penggunaan Transportasi Bis Air sebagai Moda pergerakan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah
dibahas sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Lokasi halte berdasarkan data visual
lapangan direncanakan pada :
- Seputaran Terminal Malalayang
- Seputaran RSUP Manado
- Kawasan Bahu Mall / Kantor
Pariwisata Kota Manado
- Kawasan Manado Town Square
- Kawasan Mega Mas
- Kawasan Marina Plaza
- Seputaran Kali Mas / Pelabuhan
Manado
- Seputaran Gereja Torsina Kecamatan
Tuminting
- Seputaran Nusantara Diving Center
(NDC)
- Seputaran Batu Meja Kelurahan
Tongkainan Kecamatan Bunaken.
2. Tarif yang digunakan untuk Angkutan
Bis Air di Kota Manado adalah sebesar
Rp. 2.800,-. Dilihat segi ekonomis
penggunaan Angkutan Bis Air lebih
murah dibandingkan dengan
menggunakan Angkutan Kota (Armada
Darat) khususnya perjalanan yang jauh
dikarenakan untuk perjalan yang jauh
Armada Darat menggunakan Pergantian
Angkutan Kota Sehingga Biaya yang
dikeluarkan lebih besar dibandingkan
dengan menggunakan Angkutan Bis Air.
3. Berdasarkan hasil wawancara langsung
didapatkan dari 3634 responden
didapatkan 3464 responden (95,32%)
yang setuju dengan adanya transportasi
Bis Air di kota manado sedangkan 170
responden (4,68%) yang tidak setuju
dengan adanya transportasi Bis air. Dari
hasil wawancara juga didapatkan 2615
responden (71,96%) yang akan
menggunakan Transportasi Air sebagai
Moda Pergerakan, 347 responden
(9,55%) yang tidak akan menggunakan,
dan yang tidak tahu sebanyak 672
responden (18,49%).
B. Saran
Berdasarkan data yang diperoleh,
maka perlu bagi pemerintah, khususnya
R. FERDINANDUS, J. TIMBOELENG & L. LEFRANDT
12
dinas yang terkait untuk menyediakan
sarana dan prasarana transportasi air bagi
masyarakat Kota Manado, sehingga
pergerakan masyarakat dan barang menjadi
lancar, terlebih di kawasan BoB.
DAFTAR PUSTAKA
Alferdo H. S. Ang, 1987. Konsep-Konsep
Probabilitas dalam Perencanaan
dan Perancangan Rekayasa, Prinsip-
Prinsi Dasar. Penerbit Erlangga
Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara, 2010.
Kota Manado dalam Angka 2010.
Manado
Black, J.A. 1981. Urban Transport
Planning: Theory and Practice,
London, Croom Helm.
Black, John. 1981. Urban Transport
Planning. Croom Helm London.
Bruton, M.J. 1985. Instruction to
Transformation Planning,
Hutchinson and Co Ltd, London.
Evans, A.W. 1970. Some Properties of Trip
Distribution Methods, Transportation
Research.
Kamaludin K.R. 1986. Ekonomi
Transportasi. Ghalia. Padang
Morlock E. K. 1998. Pengantar Teknik dan
Perencanaan Transportasi.
Erlangga. Jakarta
Nasution M.N. 2003. Manajemen
Transportasi. Ghalia. Jakarta
Ofyar Z. T. 1998. Pemodelan Optimasi
Jumlah Armada dan Tarif Angkutan
Kota, Penerbit ITB Bandung.
Ofyar Z. T. 1999. Evaluasi Tarif Angkutan
umum dan Analisis “Ability to Pay”
(ATP) dan “Willingness to Pay”
(WTP) di DKI Jakarta, Jurnal
Manajemen Transportasi UI. Jakarta.
Ofyar Z. T. 2000. Perencanaan dan
Pemodelan Transportasi, Edisi
Kedua, Penerbit ITB Bandung.
Riduwan dan H. Sunarto. 2009. Pengantar
Statistika untuk Penelitian. Cetakan
kedua. Penerbit Alfabeta.
Sujana, 1988. Metoda Statistika, Penerbit
Tarsto, Bandung.
ISSN 2085-7020