13
Kebangkitan Russia dan Prospek di Masa Depan Penulis: Kresno Aji ([email protected] ) – Senin Pon, 10 November 2014 Semenjak terjadinya krisis Crimea di awal tahun 2014 nama Russia mencuat di mana-mana, baik sebagai “negara tertuduh” maupun menjadi negara yang dianggap sebagai “dewa penolong” dalam mengimbangi dominasi negara-negara Barat. Setelah mengalami keterpurukan yang luar biasa pasca runtuhnya Uni Soviet, kebangkitan Rusia sungguh mencengangkan dunia. Rusia pada era Boris Yeltsin, mengalami kemunduran ekonomi akibat dominasi kaum oligarki yang merampok kekayaan negara. Skandal ini diperparah dengan indikasi keterlibatan AS, IMF, dan World Bank yang tetap memberikan pinjaman meski mengetahui bahwa pinjaman ini jatuh ke tangan kaum oligarki. Tidak hanya itu, orang-orang terdekat dan bahkan Yeltsin sendiri ditenggarai turut terlibat dalam kemunduran Rusia. Kemunduran ini pada akhirnya membawa implikasi yang sangat buruk bagi kehidupan penduduk Rusia. Tentara Rusia bahkan pernah digaji dengan sayur-mayur karena kekosongan kas negara. Kemunculan Vladimir Putin dalam pangggung politik Rusia yang didukung oleh kaum siloviki membawa sebuah ‘gebrakan’ baru. Usai memegang jabatan sebagai presiden Rusia pada tahun 2000, Putin segera mengevaluasi kinerja ekonomi dan kemudian bertindak tegas terhadap kaum oligarki. Di bawah kendali pria kelahiran 7 Oktober 1952 di St Petersburg itu, Rusia tak hanya menjadi kekuatan penyeimbang dalam militer namun juga ekonomi. Sebagai penyeimbang kekuatan militer, Rusia mampu mencegah kesewenang-wenangan Amerika Serikat di Suriah. Dalam bidang ekonomi, Rusia menjadi anggota G-20 juga BRIC. BRIC yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, dan China sebagai kekuatan baru dalam bidang ekonomi dunia. Putin berhasil membawa Rusia keluar dari keterpurukan ekonomi dengan catatan prestasi ekonomi yang sangat gemilang. Kemiskinan berhasil dikurangi karena Halaman 1

Kebangkitan russia-prospek-kedepan

Embed Size (px)

Citation preview

Kebangkitan Russia dan Prospek di Masa DepanPenulis: Kresno Aji ([email protected]) – Senin Pon, 10 November 2014

Semenjak terjadinya krisis Crimea di awal tahun 2014 nama Russia mencuat di mana-mana,baik sebagai “negara tertuduh” maupun menjadi negara yang dianggap sebagai “dewapenolong” dalam mengimbangi dominasi negara-negara Barat.

Setelah mengalami keterpurukan yang luar biasa pasca runtuhnya Uni Soviet,kebangkitan Rusia sungguh mencengangkan dunia. Rusia pada era Boris Yeltsin,mengalami kemunduran ekonomi akibat dominasi kaum oligarki yang merampokkekayaan negara. Skandal ini diperparah dengan indikasi keterlibatan AS, IMF, danWorld Bank yang tetap memberikan pinjaman meski mengetahui bahwa pinjaman inijatuh ke tangan kaum oligarki. Tidak hanya itu, orang-orang terdekat dan bahkan Yeltsinsendiri ditenggarai turut terlibat dalam kemunduran Rusia. Kemunduran ini padaakhirnya membawa implikasi yang sangat buruk bagi kehidupan penduduk Rusia.Tentara Rusia bahkan pernah digaji dengan sayur-mayur karena kekosongan kasnegara.

Kemunculan Vladimir Putin dalam pangggung politik Rusia yang didukung oleh kaumsiloviki membawa sebuah ‘gebrakan’ baru. Usai memegang jabatan sebagai presidenRusia pada tahun 2000, Putin segera mengevaluasi kinerja ekonomi dan kemudianbertindak tegas terhadap kaum oligarki. Di bawah kendali pria kelahiran 7 Oktober 1952di St Petersburg itu, Rusia tak hanya menjadi kekuatan penyeimbang dalam militernamun juga ekonomi. Sebagai penyeimbang kekuatan militer, Rusia mampu mencegahkesewenang-wenangan Amerika Serikat di Suriah. Dalam bidang ekonomi, Rusiamenjadi anggota G-20 juga BRIC. BRIC yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, dan Chinasebagai kekuatan baru dalam bidang ekonomi dunia.

Putin berhasil membawa Rusia keluar dari keterpurukan ekonomi dengan catatanprestasi ekonomi yang sangat gemilang. Kemiskinan berhasil dikurangi karena

Halaman 1

keberhasilannya dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Proyek pengurangankemiskinan ini diikuti dengan baik oleh proyek nasional bidang kesehatan, perumahan,dan perlindungan sosial. Jumlah pengangguran di Rusia turun dari 8,6 juta menjadi 5juta pada 2006. Dengan kekayaan minyaknya, cadangan devisa Rusia melonjak dari 12miliar dollar AS pada tahun 1999 menjadi 447,9 miliar dollar AS pada Oktober 2007.Total utang luar negeri Rusia pun hanya mencapai 47,8 miliar dollar AS atau tinggalsepertiga dari total utang Rusia tahun 1999.

Dengan segudang prestasi gemilang ini, tak heran bila Rusia akhirnya memperolehpujian dari berbagai penjuru dunia. Rusia bahkan menjadi salah satu contoh negarayang sukses tanpa menggantungkan diri pada bantuan IMF. Kesuksesan ini pun diikutioleh pemulihan peran internasional Rusia. Rusia tidak saja sekedar bangkit tetapiberani menantang dominasi AS. Rusia menjadi anggota resmi G-8. Alhasil Rusia dibawah Putin meraih sukses dalam hubungan internasional, peran kuat yang relatifserupa dengan Uni Soviet pada masa lampau. Tak heran bila akhirnya majalah Timemenobatkan Vladimir Putin sebagai Tokoh Dunia tahun 2007.

Namun eforia masyarakat Russia atas keberhasilan pemerintah dalam menanganiketerpurukan ekonomi itu kemudian berubah menjadi mimpi buruk di siang hari.Aneksasi Russia secara tiba-tiba membuat Barat menjadi meriang dan akhirnyamemberikan berbagai macam sanksi dari yang halus sampai pada tahap yang cukupsignificant. Barat berusaha lebih giat lagi untuk menggembosi Russia ke titik awalkehancuran Uni Sovyet.

Illustration 1: USS Donald Cook yang dipermalukan oleh pesawat tempurRussia. Froto: Wikipedia

Namun hal ini sudah diperhitungkan oleh Kremlin, mereka sudah membuatperencanaan yang matang sebelum melakukan aneksasi Crimea. Berbagai macamskenario tentang respon Barat terhadap aneksasi Russia itu sudah termasuk dalamperhitungan mereka. Bahkan Amerika pun sudah dipermalukan Russia, dimanadiberitakan oleh RBTH Indonesia, Departemen Luar Negeri AS mengakui bahwa kru

Halaman 2

kapal perusak Amerika Donald Cook gentar ketika berhadapan dengan pesawatpembom Rusia SU-24, meski pesawat tersebut hanya sebuah kompleks persenjataanradio-elektronik yang tidak membawa bom ataupun misil.

Illustration 2: SU-24 yang berhasil mempecundangi kapal perang Amerika USSDonald Cook. Foto: Wikipedia

Apa yang membuat kru Amerika begitu ketakutan?

Pada Kamis (10/4), kapal perusak Amerika Donald Cook memasuki perairan LautHitam. Dua hari kemudian, pesawat pembom taktis Rusia Su-24 “membekukan” kapalperusak itu. Beberapa media melaporkan bahwa kru Donald Cook gentar saat bertemudengan pesawat tersebut dan 27 pelaut Amerika mengajukan permohonanpengunduran diri dari Angkatan Laut.

Donald Cook adalah kapal perusak armada generasi ke-4 milik Angkatan Laut AS.Senjata kunci Donald Cook berupa rudal jelajah Tomahawk yang memiliki jangkauanterbang hingga 2.500 kilometer dengan membawa bahan ledak nuklir. Kapal inimembawa 56 rudal Tomahawk dalam mode standar, dan 96 rudal untuk modemenyerang.

Kapal perusak ini dilengkapi dengan sistem pertahanan militer rudal balistik Aegisterbaru. Kapal ini dapat memusatkan sistem pertahanan udara dari semua kapal yangterpasang dalam jaringan yang sama dengannya, sehingga kapal dapat melakukanpelacakan dan menembak ratusan target pada saat bersamaan. Empat radar besarudara standar dipasang di sisi-sisi kapal di atas dek menggantikan radar biasa. Sekitar50 rudal pencegat dari berbagai kelas dipasang bersama Tomahawk dalam instalasipeluncuran universal pada bagian haluan dan buritan.

Sementara, pembom taktis Rusia SU-24 yang mendekati Donald Cook tidak membawa

Halaman 3

bom ataupun rudal, hanya sebuah wadah berisi kompleks militer radio-elektronikKhibiny. Setelah mendekati kapal perusak itu, Khibiny mematikan radar, sirkuit kendalitempur, dan sistem pertukaran datanya. Dengan kata lain, Su-24 mematikan seluruhAegis seperti mematikan TV dengan remote control. Setelah itu, SU-24 melakukansimulasi serangan rudal pada kapal yang tidak dapat melihat dan mendengar seranganitu, dan mengulangi manuver tersebut sebanyak 12 kali.

Ketika pesawat tempur pergi, Donald Cook segera bergerak menuju pelabuhanRumania dan tidak pernah mendekati perairan Rusia lagi.

Illustration 3: Ejekan media yang dilakukan terhadap Amerika

Selain itu, Russia juga berhasil mempermalukan Amerika terkait dengan krisis Suriah,dalam forum G20, di St Petersburg, Rusia. Presiden Rusia, Vladimir Putin secaraterbuka mengancam Presiden Amerika Serikat Barack Obama soal Suriah. DilansirRussia Today, Jumat (06/09/2013), usai memastikan Obama membatalkan pertemuanempat mata, Presiden Putin mengatakan Rusia mungkin akan datang untuk membantuSuriah menyerang AS.

“Pesan kami adalah, jika Anda menyerang sekutu kami, maka kami mungkin akandatang,” tegas Putin.

Pernyataan terkeras Putin itu ditanggapi serius oleh Kepala Staf Gabungan AngkatanBersenjata AS, Jenderal Martin Dempsey. Dilansir FoxNews, Pentagon telahmemprediksi bahwa serangan militer AS ke Suriah bisa berubah menjadi perangasimetris antara AS dan Rusia.

Halaman 4

“Kemungkinan terjadi baku tembak dengan tentara Rusia sangat terbuka, karena kitamenyerang sekutu mereka,” jelas Dempsey.

Kongres AS juga terkejut mendengar ancaman Putin. Anggota Kongres dari PartaiRepublik, George Holding, dalam pertemuannya dengan para jenderal Pentagon,mengatakan jika pilihan serangan militer ke Suriah dilakukan, harus dipikirkan apa yangakan dilakukan AS jika Rusia memutuskan untuk ikut menyerang.

Dalam menghadapi sanksi-sanksi dari pihak Barat pun Russia sudah berhitung dengancermat. Sehingga dampak dari sanksi-sanksi tersebut tidak berpengaruh secarasignificant terhadap Russia.

Mengapa Russia tak takut lagi kepada Barat

Barat terkesima, tak percaya Vladimir Putin menginvasi Ukraina. Semua diplomatJerman, birokrat Euro Prancis dan intelektual Amerika tertegun bertanya-tanya,mengapa Russia memilih mempertaruhkan hubungan bernilai triliunan dolarnya denganBarat?

Para pemimpin Barat terpaku tak mengira para penguasa Russia tak lagi menghormatiEropa seperti yang mereka perlihatkan usai Perang Dingin. Russia tidak lagimenganggap Barat aliansi pembebas. Russia kini menganggap semua yang ada dibenak Barat melulu uang.

Para tangan kanan Putin tahu sekali soal ini. Selama bertahun-tahun para penguasaRussia telah membeli Eropa. Orang-orang Russia mempunyai mansion dan flat mewah

Halaman 5

dari West End di London sampai Cote d’Azure di Prancis.

• Anak-anak Russia belajar di sekolah-sekolah khusus nan elite di Inggris danSwiss, sedangkan uang mereka diparkir di bank-bank Austria dan ditampungsistem pajak rendah Inggris.

• Lingkaran terdalam kekuasan Putin tak lagi takut terhadap sikap Eropa. Merekakini tahu betul siapa Eropa. Mereka bisa langsung melihat betapa rendahnyamental para aristokrat dan konglomerat Barat, yang matanya akan berbinar-binarsetiap kali miliaran dollar uang Russia dimainkan.

• Russia sekarang menganggap Barat munafik karena elite-elite Eropalah yangjustru membantu orang-orang Russia menyembunyikan kekayaannya.

Dulu Russia menyimak saat kedubes-kedubes Eropa mengutuk korupsi di BUMN-BUMN Russia. Tapi sekarang tidak lagi. Karena Russia tahu sekali bahwa para bankir,pengusaha dan pengacara Eropa justru melakukan kerja kotor bagi orang-orang Russiauntuk menyembunyikan uang hasil korupsi mereka di Antila Belanda dan KepulauanVirgin, Inggris.

Bank sentral Russia memperkirakan dua pertiga dari 56 miliar dolar AS uang yang adadi Russia pada tahun 2012, ada kaitannya dengan kegiatan-kegiatan tidak syah, hasilberbagai kejahatan seperti pungli, uang narkotika atau penggelapan pajak. Ini adalahuang yang digulungkan para bankir kaya raya Inggris sebagai karpet merah demimasuknya orang Russia ke London.

Illustration 4: Salah satu olok-olokan di masyarakat Russia: "your sanctions make myIskander laugh.."

Di balik korupsi Eropa, Russia melihat kelemahan Amerika. Kremlin tak yakin negara-negara Eropa, kecuali Jerman, benar-benar independen dari Amerika Serikat. Russia

Halaman 6

kini melihat Eropa tak lebih dari negara-negara klien yang bisa dipaksa Washington,untuk tidak berbisnis dengan Kremlin. Namun Moskow tidak gugup, para elite Russiatelah mengekspos Barat dengan cara yang luar biasa dengan menawan properti-properti dan rekening-rekening bank Eropa. Hal ini terbukti, ketika Spanyol, Italia,Yunani dan Portugal saling sikut untuk menjadi mitra bisnis terbaik Russia. Kremlinmelihat kontrol Amerika atas Eropa perlahan memudar.

Secara teoritis, hal ini akan membuat Barat rentan, mengingat penarikan dana secaratiba-tiba oleh adanya investigasi pencucian uang dan larangan visa bisa memangkaskekayaan mereka. Dari masa ke masa Russia menyaksikan betapa pemerintah-pemerintah Eropa menolak meloloskan undang-undang yang mirip dengan UUMagnistky AS yang mencegah para pemimpin kriminal memasuki Amerika Serikat.

Semua ini membuat Putin percaya diri, percaya bahwa elite Eropa lebih tertarik kepadauang ketimbang menghadapinya. secara langsung. Hal ini dibuktikan, ketika pasukanRussia sudah mencapai pinggiran Tbilisi, ibukota Georgia, pada 2008, rangkaianpernyataan dan gertakan keluar dari Barat, namun saat dihadapkan pada miliaran dolardana Russia, mereka menjadi ciut. Lalu, setelah para tokoh oposisi Russia diadili, UniEropa mengirim surat keprihatinan, tapi sekali lagi mereka bungkam saat miliaran dolaruang Russia tersaji di hadapan mereka.

Russia melihat Barat berbicara soal hak-hak asasi manusia tapi mereka sendiri tidaklagi mempercayainya. Eropa sungguh sudah dikendalikan oleh elite bermoralitas hedgefund (pengelola dana atau pialang): Keduk uang dengan cara apa saja, lalu parkir uangitu di luar negeri. Kremlin kini tahu rahasia perang kotor Eropa. Kremlin tahu pasti sikapEropa. Orang-orang bermuka masam yang mengendalikan Russia di saat ini melihatBarat seperti para politisi di akhir masa Soviet.

Di Moskow, Russia menyimak kelemahan Amerika di luar Kedubes Moskow saat ini.Amerika Serikat masih harus berjuang untuk pulih dari krisis dan menyesuaikan diri

Halaman 7

kepada perkembangan dunia yang kini polisentris. Upaya AS mengonsolidasikan duniayang unipolar terbukti gagal. Di sektor militer, AS menarik pasukannya dari Iraq danmeninggalkan Afghanistan yang tidak bisa dipungkiri sebagai dampak darimembesarnya defisit anggaran dalam negerinya. Sementara itu, AS harus meminjamdari China dan negara-negara besar lain sebesar 30 sen dari setiap dolar pengeluaranwarganya di tahun berselang.

Dulu Kremlin khawatir petualangan keluar negeri akan memicu sanksi ekonomi ala“perang dingin” yang merugikannya, seperti larangan ekspor komponen-komponenkunci bagi industri minyaknya atau bahkan diputusnya akses ke sektor perbankanEropa. Kini kekhawatiran seperti ini tidak ada lagi. Aneksasi Crimea merupakan suatutindakan yang sudah direncanakan secara matang dan sudah diperhitungkan untungruginya. Russia pun sudah melihat Amerika bingung karena perjudian Putin di Ukrainamenggoyahkan kebijakan luar negeri AS yang lebih memilih membicarakan China atauberpartisipasi dalam perundingan damai Israel-Palestina.

Keberhasilan Russia dalam meningkatkan peran mata uang rubel Rusia dalampelaksanaan ekspor sekaligus mengurangi pangsa transaksi dalam mata uang dolartelah benar-benar memukul Amerika secara ekonomi. Menurut Deputi Pertama PerdanaMenteri Federasi Rusia Igor Shuvalov, “hal ini membuktikan bahwa Moskow sangatserius dalam tekadnya untuk berhenti menggunakan dollar”. Pertemuan berikutnyadipimpin Wakil Menteri Keuangan Alexey Moiseev yang kemudian mengatakan padasaluran Rossia 24 bahwa "jumlah kontrak rubel akan meningkat". Tentu sajakeberhasilan kampanye Moskow untuk beralih ke perdagangan rubel atau mata uangregional lainnya tergantung pada kemauan mitra dagangnya untuk menyingkirkan dolar(dalam perdagangan bebas-dolar). Sumber yang dikutip politonline.ru, menyebutkanada dua negara yang bersedia mendukung ide Rusia yaitu Iran dan China.

Prospek Kebangkitan Russia di Masa Datang

Kebangkitan Russia saat ini seakan sudah menjadi “takdir” yang harus terjadi, sebagaijawaban atas hegemoni Barat, yang seolah-olah bisa melenggang bebas tanpahambatan. Dengan meningkatkan hubungan dengan China kepada tahap yang lebihtinggi, Russia berharap bisa membendung ambisi dan kepongahan Barat untukmenekan Russia agar bisa dikendalikan semau mereka. Selain itu, Russia melangkahlebih maju lagi dengan secara terang-terangan menentang hegemoni Barat di seluruhdunia.

Dahulu Russia menyikapi hubungan segitiga, antara Russia – China di satu sisi danRussia - Amerika (dan sekutunya) di sisi lain dengan cara berusaha menjaga hubunganyang kuat dengan Beijing dan Washington, tanpa bersekutu dengan Amerika untukmelawan China ataupun bersekutu dengan China untuk melawan Amerika.. Namunkeadaan ternyata berbicara lain, dengan timbulnya krisis Crimea mau tidak mau Russiaharus merangkul China untuk menghadapi Amerika dan sekutunya. Dengan kata lain,saat ini kita tahu bahwa perang dingin jilid kedua sudah berlangsung di depan mata.

Russia juga menggandeng negara-negara yang tidak sealiran dengan pihak Baratnamun mereka memiliki potensi ekonomi yang besar dengan membentuk berbagaimacam institusi tandingan di bidang ekonomi, politik dan militer. Salah satunya adalah

Halaman 8

dengan pembentukan BRICS.

BRICS merupakan tandingan dari Bank Dunia dan IMF yang sudah menolak membantuRussia dan negara-negara berkembang yang dianggap oleh Barat sebagai negara“pelanggar hak-hak azasi manusia”. BRICS beranggotakan Russia, China, Brasil, Indiadan Afrika Selatan, negara-negara dengan pertumbuhan ekonomiyang tinggi. Akronimini pertama dicetuskan oleh Goldman Sachs pada tahun 2001. Menurut GoldmanSachs, pada tahun 2050, gabungan ekonomi keempat negara itu akan mengalahkannegara-negara terkaya di dunia saat ini.

Illustration 5: Keempat pemimpin negara-negara anggota BRICS, fotoWikipedia

KTT pertama berlangsung di Yekaterinburg, Rusia, pada tanggal 16 Juni 2009, dengandihadiri oleh:

• Presiden Brazil Luiz Inácio Lula da Silva, • Presiden Rusia Dmitry Medvedev, • Perdana Menteri IndiaManmohan Singh, dan • Presiden RRT Hu Jintao.

KTT BRIC yang kedua berlangsung pada tanggal 15 April 2010 di ibukota Brazil,Brasilia. Pada kedua KTT tersebut, BRIC menyatakan posisinya pada berbagai isuglobal, antara lain::

• Reformasi institusi keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia agardapat lebih menampung aspirasi negara-negara berkembang

• Perlunya diversifikasi sistem moneter internasional, tidak terfokus lagi pada USDollar sebagai mata uang internasional

• Agar PBB memainkan peran yang lebih penting dalam diplomasi multilateral • Peran yang lebih besar untuk Brazil dan India di PBB (agar kedua negara

tersebut juga bisa menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB)

Halaman 9

Saat ini Russia menyikapi berbagai strategi Amerika dan sekutunya dalam memainkanbidak caturnya di dunia internasional. Russia tahu, Amerika sedang memainkan duakartu utamanya, yaitu perang melawan teroris (Islamic State) untuk mengalihkanperhatian pada kejadian perang Hamas vs Israel yang berakhir dengan sangatmemalukan bagi Israel dan wabah virus Ebola yang diekspos untuk menutupi rasa maluAmerika dalam menyikapi Krisis Crimea.

Illustration 6: Uni Sovyet dan Pakta Warsawa

Keberhasilan Russia dalam menganeksasi Crimea memang sebuah prestasi gemilang,namun untuk melakukan ekspansi langsung ke Ukraina adalah persoalan lain. TentunyaRussia harus berpikir masak-masak bila ingin melakukan ekspansi secara langsung keUkraina, Saat ini pun Putin sedang kerepotan dalam menghadapi sanksi-sanksiekonomi dan politik yang diberikan oleh pihak Barat kepada Russia, apalagi jika Russiabertindak lebih jauh. Untuk melakukan ekspansi langsung Russia tidak akan berani,terkait dengan pemberian sanksi-sanksi Barat kecuali ada suatu “tragedy” yangmengharuskan bertindak dengan segera. Di sisi lain, pihak Barat yang sudah pernahkecolongan dalam krisi Crimea tentu akan melakukan perhitungan ulang dalammenentukan langkah-langkah selanjutnya dalam menghadapi Russia.

Walaupun Amerika sendiri sudah menyatakan untuk mengurangi anggaran militersecara besar-besaran, namun sebenarnya dana ini dialokasikan kedalam pembentukansatuan intelijen secara massive di seluruh dunia. Dalam perang frontal bisa dikatakanAmerika selama ini belum pernah memenangkan pertempuran secara sendirian kecualidi Panama, namun dalam perang intelijen jangan ditanyakan kehebatan Amerika dansekutunya. Intelijen Barat sudah berprestasi dalam menjatuhkan rezim-rezim negaralain, termasuk dua kali di Indonesia, pada jaman Sukarno dan Suharto. Selain itu,mereka sudah berhasil melepaskan Polandia dari Uni Sovyet dulu, meruntuhkan tembkBerlin dan yang paling legendaris adalah menumbangkan negara Uni Sovyet danaliansinya Pakta Warsawa. Selain itu juga sudah berhasil “mengeliminasi” HugoChaves dari pentas politik di Venezuela. Namun mereka pernah tersandung juga tigakali di Iran dalam operasi Blue Light jaman Presiden Jimy Carter, skandal Iran Contrapada jaman Ronald Reagan dan penyusupan unit pasukan khusus di perairan Iran,

Halaman 10

dimana pasukan Amerika berhasil ditangkap oleh Garda Republik Iran.

Selain kartu “virus Ebola” dan “Islamic State”, Amerika dan sekutunya pasti jugamengincar China dengan membujuk Beijing untuk lebih dekat ke Barat daripada keRussia. Sehingga dengan demikian China bisa membatalkan segala bentukkerjasamanya dengan Russia yang akan berakhir dengan kelumpuhan Russia di bidangekonomi. Namun lagi-lagi upaya ini sudah berhasil diendus sejak lama oleh Kremlin dandiantisipasi dengan beberapa perjanjian rahasia tentang alih teknologi militer.

Di pihak lain, diam-diam Russia juga menjalin kerjasama rahasia dengan beberapanegara Eropa Barat dan Israel. Dengan demikian, bisa tetap bertahan dalammenghadapi tekanan dari pihak Barat yang dipimpin oleh Amerika. Dalam kasus kapalMistral buatan Perancis, Presiden Perancis Francois Hollande, bahkan harusberhadapan dengan para pekerja yang melakukan demonstrasi di dekat galangan kapalMistral. Selain itu Hollande sendiri tidak mau membatalkan serah terima kapal tersebutdengan Russia, kecuali resikonya ditanggung bersama oleh pihak Barat.

Satu hal lagi, Russia juga melihat dengan cermat kondisi politik pasca pemilu diIndonesia. Adanya pergantian pemerintahan secara otomatis akan berpengaruh jugaterhadap kebijaksan pemerintahan baru kepada mitra-mitra lamanya. Tentunya Russiatidak ingin kerjasama yang sudah terjalin lama dengan Indonesia dan denganpengorbanan darah dan air mata akan berakhir menjadi sia-sia lagi.

Russia sudah membuat berbagai skenario yang mungkin terjadi pada pemerintahanbaru di Indonesia. Berkaca pada sejarah masa Orde Baru dimana pemerintahIndonesia yang dipimpin oleh Presiden Suharto kala itu secara terang-teranganberpihak ke Barat dan menafikan sahabat lamanya, maka Russia membuat strategibaru yang memungkinkan hal itu tidak terulang lagi paling tidak bisa diminimalisirsemaksimal mungkin.

Namun di balik crita keberhasilan Vladimir Putin dalam memimpin Russia menujunegara Super Power baru, ada juga beberapa cerita miring tentang pemerintahanRussia saat ini. Salah satunya adalah kritikan terhadap Putin terkait pemberangusanmedia dan internet di Russia. Sehingga warga tidak bisa bebas lagi mengungkapkansecara bebas perasaan dan pendapat mereka tentang negara dan pemerintahan

Halaman 11

Russia.

Dengan alasan telah mencampuri proses politik dalam negeri (pemilu), pada Oktober2012, kantor salah satu "badan besar" negara terkemuka didunia yang telah berdiri diMoskow sejak 20 tahun lalu diminta untuk ditutup dan dihentikan kegiatannya.

Pada bulan sama, melalui pengesahan presiden, telah dikeluarkan UU tentangPengkhianatan terhadap negara yang memungkinkan para aparat penegak hukummenyasar seseorang telah bekerja sama dengan organisasi internasional karenamembocorkan rahasia negara.

Sebulan sebelumnya, Presiden berusia 61 tahun pemegang sabuk hitam tae kwon dodan yang selalu tampil fit ini menandatangani peraturan yang mengharuskan setiaporganisasi kemasyarakatan yang memperoleh bantuan dari luar, teregistrasi sebagai"agen asing".

Berbagai kebijakan Pemerintahan Putin ini serta merta menuai protes dan tentangandari berbagai pihak, khususnya organisasi kemasyarakan internasional dan pemerintahnegara-negara Barat yang selama ini memang selalu mengkritisi pemerintahan Putinsebagai rejim yang kurang mempromosikan nilai-nilai demokrasi.

Bagaimana dengan Indonesia? Rasanya masih jauh untuk bisa mengikuti jejak Russiauntuk saat ini. Sementara Russia di bawah kepemimpinan Presiden Vladimir Putinsudah menarik benang merah yang tegas dengan negara-negara Barat, kita masihberada di “Grey Area”. Kita belum berani menentukan sikap yang tegas dengan siapakita berteman dan dengan siapa kita harus bertindak. Ataukah kita menjadi negara nonblok, seperti yang pernah digagas Bung Karno? Sejarah berkata lain, semenjakkejatuhan Presiden Sukarno kita ternyata lebih banyak berkiblat ke barat, statussebagai negara non block hanya sebuah lips service semata. Kenyataan membuktikan,pada saat terakhir menjelang kejatuhan Suharto, beliau mencoba untuk mengakrabkandiri dengan Russia, yang tentu saja memancing emosi dari pihak Barat dan berakhirdengan kejatuhan beliau sendiri. Persis seperti yang dialami oleh Presiden Sukarnodahulu, ditikam dari belakang oleh orang-orang terdekatnya sendiri, tentunya pundengan bantuan blok Barat.

Masihkah kita tidak puas dengan satu contoh, Perancis yang dulu merupakan negaraterbesar di daratan Eropa, pernah keluar dari NATO dan memutuskan untuk berdirisendiri pun ternyata akhirnya bergabung kedalam masyarakat Uni Eropa. Saat Perancismenyatakan sikap yang berbeda dengan Amerika dalam perang Irak, akhirnya mautidak mau harus tunduk dengan kemauan Amerika setelah kota Paris dilanda kerusuhanmassal yang berlanjut dengan pembakaran dan penjarahan massal menjelang naiknyaNikolas Sarkozy ke tampuk kepresidenan. Saat ini pun Perancis masih gamangmenyikapi tekanan Amerika dalam penjualan kapal Mistral ke Russia.

Di manapun di dunia “zero enemy and million friends” hanyalah retorika belaka, Tiadakawan maupun lawan yang abadi, hanya kepentinganlah yang abadi, pada akhirnya hanyaakan ada satu pilihan, “you're with us or against us.....”

Ada sebuah kutipan yang menarik dari Putin, terkait dengan nilai-nilai strategi dan masadepan pembangunan Rusia, yaitu:

Halaman 12

“Yang lebih menentukan keberhasilan pembangunan adalah kualitas warga negara dan kualitasmasyarakat dalam artian ketangguhan intelektual, spiritual dan moralnya, serta sejauh manamereka mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari sejarah, nilai dan tradisi bangsa.”

Referensi:• Antara• Wikipedia• RBTH Indonesia • www2.goldmansachs.com/insight/nb,nnmresearch/reports/report32.html• islamtimes.org• Simon Saragih, “Belajar dari Kebangkitan Russia Kini”, m3opini.wordpress.com.• www.mpr.go.id• Russia Today• Djauhari Oratmangun, Duta Besar Indonesia Berkuasa Penuh untuk Federasi Rusia dan

Republik Belarus, “Kebangkitan Rusia: determinasi dan pragmatisme Putin”, Antara

Halaman 13