23
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi) Psikologi Klinis 2 (Pertemuan 4) Kuliahkita.com Pengajar: Edo Sebastian Jaya, M.Psi Retha Arjadi, M.Psi

Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Psikologi Klinis 2(Pertemuan 4)

Kuliahkita.com

Pengajar:Edo Sebastian Jaya, M.Psi

Retha Arjadi, M.Psi

Page 2: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Agenda Kuliah

• Mengenali skizofrenia

Page 3: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Gejala skizofrenia

• Dalam skizofrenia, ada gejala yang disebut sebagai gejala positif dan gejala negatif– Gejala positif adalah gejala berupa

kemunculan persepsi, pemikiran, dan perilaku yang TIDAK biasa.

– Gejala negatif adalah gejala berupa menghilangnya emosi dan perilaku yang biasanya ADA.

Page 4: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Gejala positif

• Delusi– Keyakinan yang tidak nyata,

contoh: • Seseorang meyakini bahwa dirinya

adalah Tuhan.• Seseorang merasa dirinya dikejar-

kejar oleh orang lain, padahal tidak betul.

• Seseorang merasa bahwa berita yang ada di televisi atau radio membicarakan dirinya.

• Halusinasi– Persepsi atau pengalaman

sensori yang tidak nyata, contoh: • Mendengar atau melihat sesuatu

yang sebetulnya tidak ada.

Page 5: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Gejala positif• Pikiran dan pembicaraan yang

tidak beraturan (disorganized thought and speech)– Pola bicara yang tidak beraturan,

contoh: pembicaraan yang tidak nyambung.

• Perilaku yang tidak beraturan atau katatonik (disorganized or catatonic behavior)– Perilaku yang sangat tidak dapat

diprediksi, aneh, dan / atau menunjukkan bahwa seseorang terputus dari realita, contoh: tidak bergerak/ mematung selama waktu yang panjang; tiba-tiba mengamuk)

Page 6: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Gejala negatif

• Afek datar– Penurunan atau ketiadaan respon emosional

(afek) terhadap lingkungan, contoh: tidak ada perubahan ekspresi emosi saat menghadapi situasi berbeda, bicara dengan emosi datar.

Page 7: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Gejala negatif

• Alogia– Penurunan yang parah atau

sama sekali berhenti bicara, contoh: tidak bicara sama sekali selama satu minggu.

• Avolition– Ketidakmampuan untuk

mengerjakan tugas-tugas sehari-hari, contoh: tidak dapat memakai baju sendiri, tidak mandi dan sikat gigi, tidak makan.

Page 8: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Diagnosis skizofrenia• Kriteria diagnosis untuk skizofrenia (DSM IV-TR):

– Gejala kunci: 2 atau lebih dari gejala berikut selama setidaknya 1 bulan:• Delusi• Halusinasi• Pembicaraan yang tidak beraturan• Perilaku yang tidak beraturan/ katatonik• Gejala negatif

– Fungsi sosial dan pekerjaan terganggu secara signifikan (performa pekerjaan, akademik, hubungan interpersonal, dan kemampuan merawat diri)

– Durasi: tanda-tanda gangguan bertahan setidaknya 6 bulan, setidaknya 1 bulan dari periode tersebut harus mencakup kelompok gejala pertama (delusi, halusinasi, pembicaraan tidak beraturan, perilaku tidak beraturan/ katatonik, gejala negatif)

Page 9: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Diagnosis skizoafektif

• Kriteria diagnosis untuk skizoafektif(Pada dasarnya sama dengan skizofrenia, tetapi disertai dengan kemunculan gejala gangguan mood yang parah)– Adanya periode kemunculan gejala skizofrenia (delusi,

halusinasi, pembicaraan tidak beraturan, perilaku tidak beraturan/ katatonik, gejala negatif) yang disertai oleh episode depresi mayor, episode manik, atau kombinasi keduanya.

– Dalam periode sakit, harus ada delusi atau halusinasi yang muncul selama setidaknya 2 minggu, yaitu saat gejala gangguan mood menghilang.

– Gejala gangguan mood muncul dengan porsi yang signifikan dari total durasi gangguan dari periode aktif dan residual dari masa sakit.

Page 10: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Tipe-tipe skizofrenia

• Skizofrenia paranoid, ciri utamanya:– Adanya delusi atau halusinasi dengan

tema kebesaran atau merasa dikejar-kejar.

Page 11: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Tipe-tipe skizofrenia

• Skizofrenia disorganized, ciri utamanya:– Pikiran, pembicaraan, dan perlaku tidak

koheren, afek/ emosi datar atau tidak sesuai.

Page 12: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Tipe-tipe skizofrenia

• Skizofrenia katatonik, ciri utamanya:– Hampir tidak ada respon apapun

terhadap lingkungan, abnormalitas gerakan motorik dan komunikasi verbal.

Page 13: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Tipe-tipe skizofrenia

• Skizofrenia tak terkategori, ciri utamanya:– Diagnosis ini diberikan ketika seseorang

mengalami gejala skizofrenia tetap tidak memenuhi kriteria skizofrenia paranoid, disorganized, dan katatonik.

Page 14: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Tipe-tipe skizofrenia

• Skizofrenia residual, ciri utamanya:– Riwayat dari setidaknya satu episode

dari gejala positif akut, tetapi saat ini tidak ada gejala positif tersebut.

Page 15: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Prognosis

• Skizofrenia merupakan gangguan yang paling kronis dan sulit ditangani dari antara seluruh gangguan psikologis lain.

• Antara 50-80% orang yang pernah mengalami episode skizofrenia akan mengalami kembali episode tersebut di masa mendatang.

• Skizofrenia lebih banyak ditemukan pada negara berkembang daripada negara maju. Hal ini terkait dengan pemicu gangguan (ketidakstabilan lingkungan) lebih banyak ditemukan di negara berkembang.

Page 16: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Penyebab: Teori biologis skizofrenia

• Teori genetik– Gen yang tidak normal menyebabkan

skizofrenia, atau setidaknya kerentanan seseorang untuk mengalami skizofrenia.

• Teori neurotransmitter– Ketidakseimbangan level reseptor untuk

dopamine dapat menyebabkan gejala skizofrenia; serotonin, GABA, dan glutamate juga dapat berperan dalam hal ini.

Page 17: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Penyebab: Perspektif psikososial untuk skizofrenia

• Pengaruh sosial dan kelahiran di daerah urban– Skizofrenia mengganggu fungsi seseorang, dan dapat

membuatnya kehilangan status sosial; juga, orang yang lahir di lingkungan urban yang miskin memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami masalah pada kelahiran yang berkontribusi pada munculnya skizofrenia.

• Stres dan kekambuhan– Peristiwa pemicu stres yang beragam dapat meningkatkan resiko

kekambuhan skizofrenia.

• Psikodinamika– Skizofrenia disebabkan oleh adanya penolakan yang besar dari ibu

kepada anaknya sejak bayi, sehingga membuat anak tersebut kehilangan kemampuan untuk membedakan realitas dari yang bukan realitas.

Page 18: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Penyebab: Perspektif psikososial untuk skizofrenia

• Pola komunikasi– Komunikasi yang aneh dari pengasuh kepada

anak yang punya potensi mengalami skizofrenia dalpat meningkatkan stres dan mengganggu pertumbuhan anak untuk berkomunikasi dengan orang lain.

• Ekspresi emosi– Keluarga yang terlalu terlibat dan menunjukkan

kebencian pada anggota keluarganya yang mengalami skizofrenia dapat meningkatkan stres, dan memicu kekambuhan

Page 19: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Penyebab: Perspektif psikososial untuk skizofrenia

• Teori kognitif– Gejala skizofrenia muncul dari usaha

seseorang yang tidak adaptif untuk memahami dan mengelola keterbatasan kognitifnya.

• Teori perilaku– Orang dengan skizofrenia cenderung

menanggapi stimulus yang tidak relevan dari lingkungannya serta tidak memahami jenis respon yang sesuai dan dapat diterima oleh lingkungannya.

Page 20: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Terapi untuk skizofrenia

• Terapi biologis– Medikasi atau obat-obatan anti-psikotik (hanya dapat

diperoleh melalui resep dari psikiater)

• Terapi kognitif– Membantu orang dengan skizofrenia untuk mengenali

bahwa gangguan yang mereka alami ini bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, disesali, dan diabaikan. Dengan demikian, mereka akan mau meminta pertolongan pengobatan ketika diperlukan dan mencoba berpartisipasi dalam lingkungan sosial untuk menunjukkan bahwa walau memiliki gangguan ini, mereka tetap bisa berinteraksi dengan orang lain.

Page 21: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Terapi untuk skizofrenia

• Terapi perilaku– Mengajari orang dengan skizofrenia untuk memulai

interaksi dengan orang lain, mengobrol, bertanya kepada orang lain, dan melakukan aktivitas dasar yang sederhana, seperti makan, mencuci piring, menyapu. Ini dilakukan untuk mengembalikan fungsi keseharian mereka.

• Intervensi sosial– Meningkatkan kontak dengan orang lain, misalnya melalui

support group sesama pengidap skizofrenia atau orang yang peduli dengan pengidap skizofrenia. Di sana, mereka dapat mengungkapkan kekuatiran mereka atas kondisi mereka, hingga belajar cara memecahkan masalah sehari-hari.

Page 22: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

Terapi untuk skizofrenia

• Terapi keluarga– Memberi informasi kepada

keluarga mengenai penyebab dan gejala dari skizofrenia agar keluarga memahami, termasuk juga efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi. Selain itu, anggota keluarga diajari cara komunikasi yang sesuai untuk menghadapi orang dengan skizofrenia untuk menghindari terjadinya konflik dan perasaan tertekan baik pada anggota keluarga maupun pada pengidap skizofrenia.

Page 23: Psikologi klinis 2 pertemuan 4

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi)

SELESAI

Psikologi Klinis 2 – Pertemuan 4

Oleh:Edo Sebastian Jaya, M.Psi., Psikolog

Retha Arjadi, M.Psi., Psikolog

Bahan utama: Nolen-Hoeksema, S. (2007). Abnormal Psychology (5th). New York: McGraw-Hill.