24
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R. Arjadi) Psikologi Klinis 2 (Pertemuan 3) Kuliahkita.com Pengajar: Edo Sebastian Jaya, M.Psi Retha Arjadi, M.Psi

Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Psikologi Klinis 2

(Pertemuan 3)

Kuliahkita.com

Pengajar:

Edo Sebastian Jaya, M.Psi

Retha Arjadi, M.Psi

Page 2: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Agenda Kuliah

• Mengenali gangguan kecemasan

Page 3: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Gejala-gejala kecemasan

Somatik Emosi Kognitif Perilaku

• Bulu kuduk berdiri

• Otot tegang

• Detak jantung

meningkat

• Nafas menjadi

cepat

• Nafas berat

• Pupil mata

membesar

• Mulut kering

• Merasa takut

• Merasa diteror

• Tidak bisa diam

• Mudah marah

• Mengantisipasi

kemungkinan

buruk yang dapat

terjadi

• Melebih-lebihkan

kemungkinan

bahaya

• Masalah

konsentrasi

• Terlalu waspada

• Cemas, ruminasi

• Takut kehilangan

kontrol

• Takut mati

• Melarikan diri/

kabur

• Menghindar

• Agresi

• Tidak bisa

bergerak

• Penurunan respon

apetitif (perilaku

untuk memuaskan

kebutuhan diri,

seperti makan)

• Peningkatan

repson

menghindar

Page 4: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Gangguan panik

• Ada gejala-gejala yang umum dari serangan panik. Ketika empat darigejala-gejala berikut sering muncul dan mengganggu kehidupan sehari-haridari orang yang mengalaminya, maka orang tersebut dapat didiagnosamengalami gangguan panik:

– Palpitasi jantung

– Jantung berdebar

– Sensasi kesemutan atau mati rasa

– Tubuh terasa dingin atau panas secara tiba-tiba

– Berkeringat

– Gemetaran

– Nafas pendek-pendek

– Merasa tersedak

– Sakit dada

– Sakit perut

– Kepala pusing

– Merasa hilang kesadaran secara tiba-tiba

– Merasa takut kehilangan kontrol atau menjadi gila

– Merasa takut mati

Page 5: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Penyebab gangguan panik

• Pendekatan biologis– Terkait dengan genetik, ada gen tertentu yang berperan.

– Ada gangguan pada neurotransmitter (norepinephrine, GABA, CCK)

• Pendekatan kognitif– Orang dengan gangguan panik sangat sensitif pada gejala yang

dialami oleh tubuh mereka dan cenderung membesar-besarkan gejalatersebut

• Model vulnerability-stress– Orang yang mengembangkan gangguan panik lahir dengan

predisposisi biologis tertentu untuk berespon secara berlebihan(overeactive), tetapi mereka tidak akan mengalami gangguan panikJIKA mereka tidak memiliki kecenderungan untuk membesar-besarkan gejala-gejala panik pada tubuh yang mereka rasakan.

Page 6: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Terapi untuk gangguan panik

• Medikasi (obat-obatan): anti-ansietas

(hanya dapat diberikan oleh psikiater)

• Terapi kognitif-perilaku:– Orang diajarkan untuk menantang situasi

atau pikiran yang membangkitkankecemasan atau gejala panik dalamdirinya dan melakukan tindakan-tindakanyang dapat membantunya mengatasigejala panik.

– Terapi ini terbukti efektif setara denganobat-obatan psikiatri untuk mengurangigejala panik dan lebih bermanfaat dalammencegah kekambuhan di kemudian hari.

Page 7: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

FobiaGangguan fobia Deskripsi Contoh

Agoraphobia Takut berada di tempat-tempat

di mana seseorang akan sulit

meminta bantuan jika hal yang

tidak diinginkan terjadi

Orang tidak mau meninggalkan

rumah karena ia selalu merasa

cemas saat berada di manapun

kecuali di rumahnya sendiri

Fobia spesifik Takut pada objek, tempat, atau

situasi yang spesifik

Tipe binatang Takut pada binatang atau

serangga

Orang yang takut sekali pada

anjing, kucing, atau laba-laba

Tipe lingkungan yang

natural/ alami

Peristiwa atau situasi pada

lingkungan yang natural/ alami

Orang yang takut sekali pada

petir, ketinggian, air

Tipe situasional Transportasi umum,

terowongan, jembatan, lift,

terbang, menyetir

Orang menjadi sangat takut

ketika berada di dalam lift

Tipe darah-suntik-luka Darah, luka, suntik Orang panik ketika melihat luka

pada lutut anak kecil

Fobia sosial Merasa takut dinilai/ dihakimi

atau dipermalukan oleh orang

lain

Orang menghindari situasi

sosial dan menjadi takut untuk

menghadapi penilaian dari

orang lain

Page 8: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Penyebab fobia

• Teori psikodinamika

– Fobia muncul ketika kecemasan yang tidak

disadari dilampiaskan pada objek yang netral

• Contoh: Budi fobia terhadap kuda yang

sebenarnya merepresentasikan ketakutannya

pada ayahnya

Page 9: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Penyebab fobia

• Teori perilaku

– Pengkondisian klasik

menghasilkan rasa takut pada

suatu objek karena dipasangkan

dengan peristiwa yang

menakutkan

• Contoh: Seorang anak jatuh ke

sungai dan tidak dapat berenang,

hingga menjadi fobia terhadap air.

– Menghindari objek tertentu mendatangkan

perasaan nyaman (reinforcement), kemudian

perilaku tersebut bertahan

• Contoh: Seseorang belajar bahwa ketika ia diam di

rumah, ia tidak pernah mengalami gejala panik/

cemas, sehingga ia memilih untuk terus di rumah dan

takut keluar rumah (agoraphobia).

Page 10: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Penyebab fobia

• Teori kognitif (untuk fobia

sosial):

– Fobia sosial berkembang

dalam diri seseorang yang

memiliki standar tinggi

terhadap dirinya sendiri dan

berasumsi bahwa orang lain

menilai mereka dengan keras/

berat, dan sangat peka

terhadap tanda-tanda

penolakan sosial (social

rejection). • Contoh: Seorang laki-laki yang

percaya bahwa ia selalu tegang

saat mengobrol dengan orang lain,

dan ia berpikir orang lain

menganggapnya bodoh, lama-

kelamaan akhirnya ia menjadi fobia

sosial.

Page 11: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Penyebab fobia

• Teori biologis

– Genetik berkontribusi pada perkembangan

fobia sosial, baik secara langsung maupun

dengan membentuk temperamen (ciri

kepribadian) tertentu yang membuat

seseorang rentan untuk mengalami fobia

• Contoh: Anak-anak yang mengalami fobia sosial

seringkali memiliki saudara/ keluarga yang juga

mengalaminya, atau anak-anak tersebut menjadi

cenderung malu dan penakut.

Page 12: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Terapi untuk fobia

• Terapi perilaku

– Berfokus pada upaya menghilangkan rasa takut dengan cara

menghadapkan objek/ situasi yang menakutkan kepada orang

yang mengalami fobia• Terapi desensitisasi sistematis:

– Menghadapkan objek/ situasi yang membuat takut kepada seseorang secara

bertahap dan perlahan-lahan untuk mengurangi respon takut secara

bertahap pula. Contoh: Fobia laba-laba, pertama diberi gambar laba-laba,

lalu lama-lama ditunjukkan laba-laba sungguhan.

• Modeling:

– Terapis melakukan suatu perilaku sebelum kemudian meminta orang dengan

fobia untuk menirunya. Contoh: terapis memegang ulang yang sangat

ditakuti kliennya, dan kemudian meminta klien tersebut ikut memegang ular.

• Flooding:

– Menghadapkan seseorang dengan objek/ situasi yang membuatnya takut

hingga perasaan cemasnya menghilang. Contoh: Orang yang takut

ketinggian dibawa ke gedung berlantai 100, dan diminta melihat ke luar

jendela sampai kecemasannya menghilang

Page 13: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Terapi untuk fobia

• Terapi kognitif-perilaku– Membantu orang untuk

mengenali dan menantangpikiran negatifnya (yang cenderung berlebihan) terkait situasi yang menakutkan. Contoh: Terapis menemai orang yang memiliki agoraphobia untuk pergi ke supermarket, dan membantunyamenantang pikirannyabahwa ia tidak akanmengalami cemas atauserangan panik walauberada di luar rumah.

Page 14: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Terapi untuk fobia

• Terapi biologis

– Menggunakan medikasi (obat-obatan) untuk

menurunkan gejala kecemasan secara umum.

Contoh: obat-obatan anti-ansietas (hanya dapat

diberikan sesuai resep oleh psikiater).

Page 15: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Gangguan Kecemasan Umum

• Gejala gangguan kecemasan umum– Orang yang mengalami gangguan kecemasan umum harus

menunjukkan kecemasan yang besar dan menetap, kesulitan

mengendalikan rasa kuatir, dan mengalami setidaknya 3 dari

gejala lain di bawah ini secara kronis selama setidaknya 6 bulan:

• Kecemasan dan rasa kuatir yang besar dan menetap

• Kesulitan mengendalikan rasa kuatir

• Tidak bisa diam atau merasa terkunci, atau ada di puncak sesuatu

• Mudah lelah

• Sulit berkonsentrasi, pikiran menjadi kosong

• Mudah marah

• Otot tegang

• Masalah tidur

Page 16: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Penyebab gangguan kecemasan umum

• Psikodinamika:– Disebabkan oleh adanya rasa takut yang tidak dapat dieskpresikan.

• Teori humanistik– Muncul pada anak-anak yang memiliki standar-standar tertentu yang mereka rasa

perlu mereka capai untuk dapat diterima oleh lingkungan.

• Teori eksitensial– Muncul karena kecemasan eksistensial, ketakutan yang universal, terhadap batasan

dan tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai makhluk hidup.

• Teori kognitif– Pikiran-pikiran orang dengan gangguan ini selalu terfokus pada ancaman-ancaman

yang mungkin ada di sekitarnya, sehingga menimbulkan kecemasan yang kronis.

• Teori biologis– Disebabkan oleh kekurangan reseptor GABA, sehingga muncul respon kecemasan

terus-menerus di otak.

– Disebabkan oleh genetik tertentu yang dibawa sejak lahir.

Page 17: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Terapi untuk gangguan kecemasan umum

• Terapi kognitif-perilaku:– Membantu orang dengan gangguan ini untuk

menantang isu-isu dan alasan-alasan yang membuatnya kuatir dan cemas; menantangpikiran negatif dan berlebihan (berlarut-larut) yang mereka miliki; serta mengembangkanstrategi coping yang lebih sehat dalammenghadapi masalah atau sumber kecemasanapapun yang mereka hadapi.

• Terapi biologis:– Menggunakan obat-obatan anti-ansietas yang

hanya dapat diberikan melalui resep olehpsikiater.

Page 18: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Gangguan obsesif-kompulsif

• Gangguan obsesif-kompuslif termasuk dalam klasifikasi gangguan

kecemasan, tetapi pada dasarnya cukup berbeda dengan gangguan

kecemasan lain dalam hal-hal tertentu.

• Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif harus menunjukkan adanya

obsesi terhadap pemikiran tertentu dan kompulsi untuk melakukan sesuatu

yang menetap dan tidak masuk akal.

Page 19: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Obsesi dan kompulsi

• Obsesi adalah:

– Pikiran-pikiran yang menetap dan berulang, impuls, atau gambaran yang mereka anggap

mengganggu hingga menyebabkan kecemasan/ distress

– Pikiran-pikiran, impuls, atau gambaran yang bukan sekedar kecemasan mengenai masalah

sehari-hari

– Pikiran-pikiran, impuls, atau gambaran yang berusaha dihindari atau ditekan oleh orang yang

mengalaminya atau dinetralisir dengan melakukan tindakan atau memikirkan hal lain

– Pikiran, impuls, atau gambaran obsesif, yang dikenali orang yang mengalaminya sebagai

produk dari pikirannya sendiri

• Kompulsi adalah:

– Perilaku yang berulang (seperti: cuci tangan, mengecek), atau perlaku mental (seperti:

berdoa, menghitung, diam-diam mengulang kata-kata) yang dilakukan seseorang karena

merasa harus untuk merespon obsesi yang ia miliki atau berdasarkan aturan yang ia yakini

harus ia ikuti dengan taat.

– Perilaku atau perilaku mental yang dialkukan untuk mencegah atau mengurangi perasaan

tertekan (distress) atau mencegaj munculnya situasi yang tidak menyenangkan; namun,

perilaku-perilaku ini tidak realistis/ tidak nyambung untuk dilakukan guna menghadapi kondisi

yang membuat tertekan tersebut.

Page 20: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Penyebab gangguan obsesif-kompulsif

• Teori biologis:– Orang dengan gangguan ini mengalami disfungsi pada sirkuit

otaknya, yang kemungkinan disebabkan oleh kurangnyaserotonin.

• Psikodinamika:– Obsesi dan kompulsi yang terjadi merepresentasikan konflik di

alam tidak sadar pada diri orang yang mengalaminya.

• Teori kognitif-perilaku:– Orang dengan gangguan ini mengalami kesulitan dalam

mengubah pikiran negatif yang mengganggu, karena adanyadistress yang kronis, kecenderungan berpikir kaku, dankeyakinan bahwa mereka harus mampu mengontrol pikiranmereka sendiri.

Page 21: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Terapi untuk gangguan obsesif-kompulsif

• Terapi biologis:– Menggunakan obat-obatan yang dapat meningkatkan

produksi serotonin (hanya dapat diperoleh melalui resepoleh psikiater)

• Terapi kognitif-perilaku:– Menghadapkan orang dengan gangguan ini pada

obsesinya hingga kecemasan terkait obsesi tersebutberkurang; mencegah perilaku kompulsi dan membantumereka mengendalikan kecemasan yang muncul dalamdiri mereka. Contoh: Untuk orang yang sering mencucitangan karena takut kuman, dapat diterapi untuk secarabertahap bisa mentolerir benda-benda kotor tanpa perlumencuci tangan terus-menerus secara berlebihan.

Page 22: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Pendekatan sosial untuk gangguan

kecemasan

• Kecemasan sangat terkait

dengan lingkungan,

kelompok, norma, dan

budaya tempat seseorang

tinggal dan menetap.

• Manifestasi dari

kecemasan dapat

berbeda antar budaya!

Penting untuk melihat

hasil penelitian di masing-

masing budaya.

Page 23: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

Bonus:

Latihan relaksasi untuk menghadapi kecemasan

• Relaksasi merupakan teknik atau cara meredakan ketegangan fisik agar tubuh kita menjadi lebih santai, rileks, dan nyaman. Contoh ketegangan fisikyang dimaksud di sini antara lain otot-otot mengencang, detak jantungterlalu cepat, gemetaran, dan sakit kepala, dan lain-lain. Lalu, mengapaketegangan fisik perlu diredakan? Jawabannya, karena ketegangan fisikdapat berdampak buruk bagi kondisi psikologis (terutama menimbulkankecemasan).

• Relaksasi yang paling sederhana untuk dilakukan adalah relaksasipernapasan, yaitu metode relaksasi yang menggunakan pernapasan dariperut dengan irama yang teratur. Sifat relaksasi pernapasan ini sangatsederhana, sehingga dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Berikutini adalah langkah-langkah melakukan relaksasi pernapasan:

1. Hirup napas dalam-dalam dari hidung dengan menggunakan pernapasan perutselama 4 hitungan (1… 2… 3… 4…). Rasakan perut menggembung/ membesarketika menarik napas.

2. Tahan napas selama 2 hitungan (1… 2…).

3. Hembuskan napas perlahan dalam 6 hitungan (1… 2… 3… 4… 5… 6…). Rasakanperut mengempis/ mengecil ketika membuang napas.

4. Ulangi beberapa kali (8 – 10 kali) hingga merasa rileks. Relaksasi ini dapat pula dilakukan sambil mendengarkan musik yang pelan dan menyejukkan hati.

Page 24: Psikologi klinis 2 pertemuan 3

Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.

Arjadi)

SELESAI

Psikologi Klinis 2 – Pertemuan 3

Oleh:

Edo Sebastian Jaya, M.Psi., Psikolog

Retha Arjadi, M.Psi., Psikolog

Bahan utama:

Nolen-Hoeksema, S. (2007). Abnormal Psychology (5th). New York: McGraw-Hill.