21
` MAKALAH Kelalaian dan MalpraktekDISUSUN OLEH: SIRIL WAFA

dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan

`

MAKALAH

“Kelalaian dan Malpraktek”

DISUSUN OLEH:

SIRIL WAFA

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SERANG

TAHUN AKADEMIK 2015Jl. Letnan Jidun No.2 Serang

Page 2: dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan perlindungan dan kesehatan

sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Dimana makalah ini sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi tugas mata kuliah.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini kami

banyak  menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan  referensi dan keterbatasan kami

sendiri. Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang dimiliki kami, maka kami berusaha

semaksimal mungkin untuk menyusun makalah dengan sebaik-baiknya.

Sebagai manusia, kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya, terima kasih.

Serang, 20 Juni 2015

Penyusun

Page 3: dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan

BAB 1PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan masyarakat. Sebagai salah

satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek

keperawatan dengan mengunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat

dipertanggung jawabkan. Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of knowledge

yang dapat diuji kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat.

Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk implementasi praktek

keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik kepada individu, keluarga dan

masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan guna

mempertahankan dan memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain

upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.

Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung berhubungan dan

berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan, dan pada saat interaksi inilah sering timbul

beberapa hal yang tidak diinginkan baik disengaja maupun tidak disengaja, kondisi demikian

inilah sering menimbulkan konflik baik pada diri pelaku dan penerima praktek keperawatan.

Oleh karena itu profesi keperawatan harus mempunyai standar profesi dan aturan lainnya

yang didasari oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi perlindungan kepada

masyarakat. Dengan adanya standar praktek profesi keperawatan inilah dapat dilihat apakah

seorang perawat melakukan malpraktek, kelalaian ataupun bentuk pelanggaran praktek

keperawatan lainnya. Kelalaian (Negligence) adalah salah satu bentuk pelanggaran praktek

keperawatan, dimana perawat melakukan kegiatan prakteknya yang seharusnya mereka

lakukan pada tingkatannya, lalai atau tidak mereka lakukan. Kelalaian ini berbeda dengan

malpraktek, malpraktek merupakan pelanggaran dari perawat yang melakukan kegiatan yang

tidak seharusnya mereka lakukan pada tingkatanya tetapi mereka lakukan.

Kelalaian dapat disebut sebagai bentuk pelanggaran etik ataupun bentuk pelanggaran hukum,

tergantung bagaimana masalah kelalaian itu dapat timbul, maka yang penting adalah

bagaimana menyelesaikan masalah kelalaian ini dengan memperhatikan dari berbagai sudut

pandang, baik etik, hukum, manusianya baik yang memberikan layanan maupun penerima

layanan.

Page 4: dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan

BAB 2PEMBAHASAN

Definisi

A.Kelalaian(Negligence)

Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti malpraktik,

artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian. Kelalaian adalah segala

tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar sehingga mengakibatkan

cidera/kerugian orang lain (Sampurno, 2005).

Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang seharusnya

dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati). (Tonia, 1994).Dapat

disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan pada

tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan dibawah standar yang

telah ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak

mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim

dipergunakan dalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan

yang sama.

Jenis-jenis,kelalaian

Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005), sebagai berikut:

a.    Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum atau tidak tepat/layak,

misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang memadai/tepat

b.    Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi

dilaksanakan dengan tidak tepat, misal: melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi

prosedur

c.     Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan

kewajibannya, misal: pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak

dilakukan.

Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga kesehatan

dianggap lalai, bila memenuhi 4 unsur, yaitu:

1.    Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk tidak

melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.

2.    Dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban

Page 5: dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan

3.    Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian

akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.

4.    Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal ini harus

terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang

setidaknya menurunkan “Proximate cause”

Liabilitas dalam praktek keperawatan

Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki oleh seseorang terhadap setiap tindakan atau

kegagalan melakukan tindakan. Perawat profesional, seperti halnya tenaga kesehatan lain

mempunyai tanggung jawab terhadap setiap bahaya yang ditimbulkan dari kesalahan

tindakannya. Tanggungan yang dibebankan perawat dapat berasal dari kesalahan yang

dilakukan oleh perawat baik berupa tindakan kriminal  kecerobohan dan kelalaian.

Seperti telah didefinisikan diatas bahwa kelalaian merupakan kegagalan melakukan sesuatu

yang oleh orang lain dengan klasifikasi yang sama, seharusnya dapat dilakukan dalam situasi

yang sama, hal ini merupakan masalah hukum yang paling lazim terjadi dalam keperawatan.

Terjadi akibat kegagalan menerapkan pengetahuan dalam praktek antara lain disebabkan

kurang pengetahuan. Dan dampak kelalaian ini dapat merugikan pasien.

Sedangkan akuntabilitas adalah konsep yang sangat penting dalam praktik keperawatan.

Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertanggung jawabkan suatu tindakan yang

dilakukan dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan tersebut (Kozier, 1991).

Dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan.

Beberapa perundang-undangan yang melindungi  bagi pelaku dan penerima praktek

keperawatan yang ada di Indonesia, adalah sebagai berikut:

1.    Undang – undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian kesembilan pasal 32

(penyembuhan penyakit dan pemulihan)

2.    Undang – undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

3.    Peraturan menteri kesehatan No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang Rumah Sakit

4.    Peraturan Menkes No.660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi surat ederan Direktur

Jendral Pelayanan Medik No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang penerapan standard

praktek keperawatan bagi perawat kesehatan di Rumah Sakit.

5.    Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik perawat dan direvisi

dengan SK Kepmenkes No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik perawat.

Perlindungan hukum baik bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan memiliki

akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakannya. Dalam menjalankan tugas sehari-hari tidak

Page 6: dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan

menutup kemungkinan perawat berbuat kesalahan baik sengaja maupun tidak sengaja. Oleh

karena itu dalam menjalankan prakteknya secara hukum perawat harus memperhatikan baik

aspek moral atau etik keperawatan dan juga aspek hukum yang berlaku di Indonesia. Fry

(1990) menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung dua komponen utama, yakni tanggung

jawab dan tanggung gugat. Hal ini berarti tindakan yang dilakukan perawat dilihat dari

praktik keperawatan, kode etik dan undang-undang dapat dibenarkan atau absah (Priharjo,

1995).

Beberapa bentuk Kelalaian dalam Keperawatan.

Pelayanan kesehatan saat ini menunjukkan kemajuan yang cepat, baik dari segi pengetahuan

maupun teknologi, termasuk bagaimana penatalaksanaan medis dan tindakan keperawatan

yang bervariasi. Sejalan dengan kemajuan tersebut kejadian malpraktik dan juga adanya

kelalaian juga terus meningkat sebagai akibat kompleksitas dari bentuk pelayanan kesehatan

khususnya keperawatan yang diberikan dengan standar keperawatan (Craven & Hirnle,

2000).

Beberapa situasi yang berpotensial menimbulkan tindakan kelalaian dalam keperawatan

diantaranya yaitu : a. Kesalahan pemberian obat, b. Mengabaikan keluhan pasien, c.

Kesalahan mengidentifikasi masalah klien, d. Kelalaian di ruang operasi, e. Timbulnya kasus

decubitus selama dalam perawatan, f. Kelalaian terhadap keamanan dan keselamatan pasien:

contoh yang sering ditemukan adalah  kejadian pasien jatuh yang sesungguhnya dapat

dicegah jika perawat memperhatikan keamanan tempat tidur pasien. Beberapa rumah sakit

memiliki aturan tertentu mengenai penggunaan alat-alat untuk mencegah hal ini.

Dampak Kelalaian

Kelalaian yang dilakukan oleh perawat akan memberikan dampak yang luas, tidak saja

kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit, individu perawat pelaku

kelalaian dan terhadap profesi. Selain gugatan pidana, juga dapat berupa gugatan perdata

dalam bentuk ganti rugi. (Sampurna, 2005). Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan,

bahwa kelalaian merupakan bentuk dari pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik

bersifat pelanggaran autonomy, justice, nonmalefence, dan lainnya (Kozier, 1991) dan

penyelesainnya dengan menggunakan dilema etik. Sedangkan dari segi hukum pelanggaran

ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara individu dan profesi dan juga institusi

penyelenggara pelayanan praktek keperawatan,  dan bila ini terjadi kelalaian dapat

digolongan perbuatan pidana dan perdata (pasal 339, 360 dan 361KUHP).

B.Malpraktek

Page 7: dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan

Pengertian Malpraktek

Bila dilihat dari definisi diatas maka malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang disengaja

(intentional) seperti pada misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu

kekurang-mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan (Sampurno, 2005). Malpraktek

dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya dokter, perawat. Profesional perbankan dan

akutansi adalah beberapa profesi yang dapat melakukan malpraktek.

Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi

yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti salah sedangkan “praktek” mempunyai arti

pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau tindakan yang

salah. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan

untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.

Sedangkan definisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari seorang dokter atau

perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati

dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka

menurut ukuran dilingkungan yang sama. Malpraktek juga dapat diartikan sebagai tidak

terpenuhinya perwujudan hak-hak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang baik, yang

biasa terjadi dan dilakukan oleh oknum yang tidak mau mematuhi aturan yang ada karena

tidak memberlakukan prinsip-prinsip transparansi atau keterbukaan,dalam arti harus

menceritakan secara jelas tentang pelayanan yang diberikan kepada konsumen, baik

pelayanan kesehatan maupun pelayanan jasa lainnya yang diberikan.

Malpraktik sangat spesifik dan terkait dengan status profesional dan pemberi pelayanan dan

standar pelayanan profesional. Malpraktik adalah kegagalan seorang profesional (misalnya,

dokter dan perawat) untuk melakukan praktik sesuai dengan standar profesi yang berlaku

bagi seseorang yang karena memiliki keterampilan dan pendidikan (Vestal, K.W, 1995).

Malpraktik lebih luas daripada negligence karena selain mencakup arti kelalaian, istilah

malpraktik pun mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan dengan sengaja (criminal

malpractice) dan melanggar undang-undang. Di dalam arti kesengajaan tersirat adanya motif

(guilty mind) sehingga tuntutannya dapat bersifat perdata atau pidana.

a.    Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan malpraktik adalah:

Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan

b.    Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajibannya.

(negligence)

c.     Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Page 8: dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan

Malpraktek dalam keperawatan

Banyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan malpraktik. Malpraktik lebih

spesifik dan terkait dengan status profesional seseorang, misalnya perawat, dokter, atau

penasihat hukum. Vestal, K.W. (l995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara pasti

malpraktik, apabila penggugat dapat menunujukkan hal-hal dibawah ini :

a.    Duty – Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibannya yaitu, kewajiban

mempergunakan segala ilmu fan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau setidak-tidaknya

meringankan beban penderitaan pasiennya berdasarkan standar profesi. Hubungan perawat-

klien menunjukkan, bahwa melakukan kewajiban berdasarkan standar keperawatan.

b.    Breach of the duty – Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya, artinya

menyimpang dari apa yang seharusnya dilalaikan menurut standar profesinya. Contoh

pelanggaran yang terjadi terhadap pasien antara lain, kegagalan dalam memenuhi standar

keperawatan yang ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.

c.     Injury – Seseorang mengalami cedera (injury) atau kemsakan (damage) yang dapat

dituntut secara hukum, misalnya pasien mengalami cedera sebagai akibat pelanggaran.

Kelalalian nyeri, adanya penderitaan atau stres emosi dapat dipertimbangkan sebagai, akibat

cedera jika terkait dengan cedera fisik.

d.    Proximate caused – Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terk dengan

cedera yang dialami pasien. Misalnya, cedera yang terjadi secara langsung berhubungan.

dengan pelanggaran kewajiban perawat terhadap pasien).

Sebagai penggugat, seseorang harus mampu menunjukkan bukti pada setiap elemen dari

keempat elemen di atas. Jika semua elemen itu dapat dibuktikan, hal ini menunjukkan bahwa

telah terjadi malpraktik dan perawat berada pada tuntutan malpraktik.

Bidang Pekerjaan Perawat Yang Berisiko Melakakan Kesalahan: Caffee (1991) dalam Vestal,

K.W. (1995) mengidentifikasi 3 area yang memungkinkan perawat berisiko melakukan

kesalahan, yaitu:

a.    Assessment errors (pengkajian keperawatan), termasuk kegagalan mengumpulkan data

atau informasi tentang pasien secara adekuat atau kegagalan mengidentifikasi informasi yang

diperlukan, seperti data hasil pemeriksaan laboratorium, tanda-tanda vital, atau keluhan

pasien yang membutuhkan tindakan segera. Kegagalan dalam pengumpulan data akan

berdampak pada ketidaktepatan diagnosis keperawatan dan lebih lanjut akan mengakibatkan

kesalahan atau ketidaktepatan dalam tindakan. Untuk menghindari kesalahan ini, perawat

seharusnya dapat mengumpulkan data dasar secara komprehensif dan mendasar.

b.    Planning errors (perencanaan keperawatan), termasuk hal-hal berikut :

Page 9: dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan

1.   Kegagalan mencatat masalah pasien dan kelalaian menuliskannya dalam rencana

keperawatan.

2.   Kegagalan mengkomunikaskan secara efektif rencana keperawatan yang telah dibuat.

3.   Kegagalan memberikan asuhan keperawatan secara berkelanjutan yang disebabkan

kurangnya informasi yang diperoleh dari rencana keperawatan.

4.   Kegagalan memberikan instruksi yang dapat dimengerti oleh pasien.

c.     Intervention errors (tindakan intervensi keperawatan)

 Untuk menghindari kesalahan ini, sebaiknya rumah sakit tetap melaksanakan program

pendidikan berkelanjutan (Continuing Nursing Education).

Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang

hukum yang dilanggar, yaitu :

a.    Criminal malpractice

Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala

perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana,yaitu :

1.   Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan tercela.

2.   Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan

(intensional) misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan

(pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi

tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP). Kecerobohan (reklessness) misalnya melakukan

tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent. Atau kealpaan (negligence)

misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan

klem dalam perut pasien saat melakukan operasi. Pertanggungjawaban didepan hukum pada

criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat

dialihkan kepada orang lain atau kepada badan yang memberikan sarana pelayanan jasa

tempatnya bernaung.

b.    Civil malpractice

Seorang tenaga jasa akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan

kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar

janji). Tindakan tenaga jasa yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain :

1. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.

2. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat

melakukannya.

3. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.

Page 10: dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan

4. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.

Pertanggungjawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula

dialihkan pihak lain berdasarkan principle ofvicarius liability. Dengan prinsip ini maka badan

yang menyediakan sarana jasa dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan

karyawannya selama orang tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.

c.     Administrative malpractice

Tenaga jasa dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala orang tersebut

telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power,

pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan,

misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin

Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila

aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan

melanggar hukum administrasi.

3.       Contoh Malpraktek Keperawatan Dan Kajian Etika Hukum

Pasien usia lanjut mengalami disorientasi pada saat berada di ruang perawatan. Perawat tidak

membuat rencana keperawatan guna memantau dan mempertahankan keamanan pasien

dengan memasang penghalang tempat tidur. Sebagai akibat disorientasi, pasien kemudian

terjatuh dari tempat tidur pada waktu malam hari dan pasien mengalami patah tulang tungkai.

Dari kasus diatas, perawat telah melanggar etika keperawatan yang telah dituangkan dalam

kode etik keperawatan yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia dalam

Musyawarah Nasionalnya di Jakarta pada tanggal 29 Nopember 1989 khususnya pada Bab I, 

pasal 1, yang menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap klien (individu, keluarga dan

masyarakat).dimana perawat tersebut tidak melaksanakan tanggung jawabnya terhadap klien

dengan tidak membuat rencana keperawatan guna memantau dan mempertahankan kemanan

pasien dengan tidak memasang penghalang tempat tidur.

Selain itu perawat tersebut juga melanggar bab II pasal V,yang bunyinya Mengutamakan

perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan tugas, serta matang dalam

mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab

yang ada hubungan dengan keperawatan dimana ia tidak mengutamakan keselamatan

kliennya sehingga mengakibatkan kliennya terjatuh dari tempat tidur dan mengalami patah

tungkai.

Disamping itu perawat juga tidak melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam hal

memberikan pelayanan/asuhan sesuai standar profesi/batas kewenangan.

Page 11: dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan

Dari kasus tersebut perawat telah melakukan kelalaian yang mengakibatkan kerugian seperti

patah tulang tungkai sehingga bisa dikategorikan sebagai malpraktek yang termasuk ke dalam

criminal malpractice bersifat neglegence yang dapat dijerat hukum antara lain :

1.    Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai menyebabkan mati

atau luka-luka berat. Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati:

Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan mati-nya orang lain, diancam dengan pidana

penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.

2.    Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebakan luka berat: Ayat (1) Barang siapa karena

kealpaannya menyebakan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana

penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun. Ayat (2) Barang siapa

karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehinga

menimbulkan penyakit atau alangan menjalankan pekerjaan, jabatan atau pencaharian selama

waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling

tinggi tiga ratus rupiah.

3.    Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau pekerjaan (misalnya:

dokter, bidan, apoteker, sopir, masinis dan Iain-lain) apabila melalaikan peraturan-peraturan

pekerjaannya hingga mengakibatkan mati atau luka berat, maka mendapat hukuman yang

lebih berat pula. Pasal 361 KUHP menyatakan: Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab

ini dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau pencaharian, maka pidana ditambah

dengan pertiga, dan yang bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian

dalam mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusnya

diumumkan. Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat

individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada

rumah sakit/sarana kesehatan.

Selain pasal tersebut diatas, perawat tersebut juga telah melanggar Pasal 54 :

(1). Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melak-

sanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.

(2).  Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana yang dimaksud dalam

ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.

Page 12: dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan

BAB 3PENUTUP

Kesimpulan

Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti malpraktik,

artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian. Dapat dikatakan bahwa

kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan pada tingkatan keilmuannya

tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan dibawah standar yang telah ditentukan.

Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak mempergunakan tingkat

ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat

pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.

Kelalaian merupakan bentuk pelanggaran yang dapat dikategorikan dalam pelanggaran etik

dan juga dapat digolongan dalam pelanggaran hukum, yang jelas harus dilihat dahulu proses

terjadinya kelalaian tersebut bukan pada hasil akhir kenapa timbulnya kelalaian. Harus

dilakukan penilaian terlebih dahulu atas sikap dan tindakan yang dilakukan atau yang tidak

dilakukan oleh tenaga keperawatan dengan standar yang berlaku.

Sebagai bentuk tanggung jawab dalam praktek keperawatan maka perawat sebelum

melakukan praktek keperawatan harus mempunyai kompetensi baik keilmuan dan

ketrampilan yang telah diatur dalam profesi keperawatan, dan legalitas perawat Indonesia

dalam melakukan praktek keperawatan telah diatur oleh perundang-undangan tentang

registrasi dan praktek keperawatan disamping mengikuti beberapa peraturan perundangan

yang berlaku.

Penyelesaian kasus kelalaian harus dilihat sebagai suatu kasus profesional bukan sebagai

kasus kriminal, berbeda dengan perbuatan/kegiatan yang sengaja melakukan kelalaian

sehingga menyebabkan orang lain menjadi cedera dll. Disini perawat dituntut untuk lebih

hati-hati, cermat dan tidak cerobah dalam melakukan praktek keperawatannya. Sehingga

pasien terhindar dari kelalaian.

Page 13: dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi ketiga: Jakarta: EGC.Craven & Hirnle. (2000). Fundamentals of nursing. Philadelphia. LippincottHuston, C.J, (2000). Leadership Roles and Management Functions in Nursing; Theory and Aplication; third edition: Philadelphia: Lippincott.Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices.  Philadelphia. Addison Wesley.Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001, Tetang Resgistrasi Praktik Perawat.Leah curtin & M. Josephine Flaherty (1992). Nursing Ethics; Theories and Pragmatics: Maryland: Robert J.Brady CO.Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.Redjeki, S. (2005). Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi seminar tidak diterbitkan.Supriadi, (2001). Hukum Kedokteran : Bandung: CV Mandar Maju.Staunton, P and Whyburn, B. (1997). Nursing and the law. 4th ed.Sydney: Harcourt.Sampurno, B. (2005). Malpraktek dalam pelayanan kedokteran. Materi seminar tidak diterbitkan.Soenarto Soerodibroto, (2001). KUHP & KUHAP dilengkapi yurisprodensi Mahkamah Agung dan Hoge Road: Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.Tonia, Aiken. (1994). Legal, Ethical & Political Issues in Nursing. 2ndEd. Philadelphia. FA Davis.Undang-undang Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun  1999. Jakarta: Sinar Grafika.