20
2A Keperawatan Kelompok 7 1. Nyi Imas Masitoh 2. Raka Marfian Maulana 3. Ramita Anugrah. P 4. Rima Ayu Lestari TUMOR ORBITA

Tumor Orbita

Embed Size (px)

Citation preview

2A KeperawatanKelompok 71. Nyi Imas Masitoh2. Raka Marfian Maulana3. Ramita Anugrah. P4. Rima Ayu Lestari

TUMOR ORBITA

A. Definisi

Tumor adalah pertumbuhan jaringan tubuh yang abnormal dimana proses apoptosis terganggu,

sehingga proliferasi menjadi tidak terkontrol. Tumor mata dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Tumor Eksternal : Tumor palpebral (tumor yang tumbuh pada kelopak mata), tumor konjungtiva

(tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva yang melapisi mata bagian depan)

2. Tumor Intraokuler : Tumor yang tumbuh di dalam bola mata

3. Tumor Retrobubulber/Orbita : Tumor yang tumbuh dibelakang bola mata

Tumor orbita mata adalah tumor yang menyerang rongga orbita (tempat bola mata) sehingga

merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, syaraf mata dan kelenjar air mata. Rongga orbital dibatasi

sebelah medial oleh tulang yang membentuk dinding luar sinus ethmoid dan sfenoid. Sebelah superior oleh

lantai fossa anterior, dan sebelah lateral oleh zigoma, tulang frontal dan sayap sfenoid besar. Sebelah

inferior oleh atap sinus maksilaris. (Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon).

Tumor palpebral

Tumor IntraokulerTumor Retrobubulber/Orbita

B. Anatomi Fisiologi Mata

Mata memiliki reseptor penglihatan dan sistem pembiasan yang memfokuskan sinar pada reseptor yang terdapat di retina.

Kelopak Mata Dan Aparatus Lakrimalis

Kelopak mata memiliki otot rangka yang memungkinkan kelopak mata menutup dan melindungi bagian depan bola mata. Bulu mata disepanjang tepi setiap kelopak mata membantu mencegah debu masuk ke mata. Kelopak mata dilapisi oleh membrane tipis yang disebut konjungtiva,yang juga melipat ke bagian putih mata. Inflamasi pada membrane ini disebut konjungtivitis dan sering disebabkan oleh alergi sehingga membuat mata merah, gatal, dan berair.

Bola Mata

Sebagian besar bola mata terdapat didalam dan dilindungi oleh orbit, yang disusun oleh osmaksila, zigomatikum, frontale, sfeinodale, dan etmoidale. Keenam oto intrinsik mata melekat pada saat tulang ini dan pada permukaan bola mata. Ada empat otot rektrus yang menggerakkan bola mata keatas dan kebawah atau kesamping kiri dan kanan, dan dua otot oblik yang memutar bola mata. Saraf kranial yang mempersarafi otot-otot ini adalah nervus okulomotoris, troklearis, dan abdusen (saraf kranial ke 3, 4, dan 6). Koordinasi kompleks otot-otot ini pada kedua mata, untungnya tidak perlu kita pikirkan dan ini sangat penting untuk mencegah penglihatan ganda.

Lapisan Bola Mata

Pada didindingnya, bola mata memiliki 3 lapisan : yaitu yang paling luar sklera, yang tengah koroid, dan yang paling dalam retina.

Sklrea adalah lapisan yang tersusun atas jaringan ikat fibrosa yang tampak sebagai bagian putih pada mata. Bagian yang paling depan adalah kornea, yang berbeda dari sklera karena bagian ini tembus pandang dan tidak memiliki pembuluh darah. Kornea adalah bagian pertama mata yang membiaskan atau membelokkan cahaya.

Lapisan koroid mengandung pembuluh darah dan pigmen biru tua yang mengabsorbsi cahaya yang memasuki mata sehingga mencegah silau. Bagian depan koroid dimodifikasi menjadi struktur yang lebih spesifik yaitu korpus silialis dan iris.

Rongga pada bola mata

Ada 2 rongga pada bola mata yaitu kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior yang memiliki ukuran terbesar adalah kamera okuli posterior. Ia terletak di antara lensa dan retina dan berisi humor vitreus. Jika bola mata ditusuk dan kehilangan humor vitreus, retina akan menjauh dari koroid ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab ablasi retina.

Kamera okuli anterior terletak di antara bagian depan lensa dan kornea, ruang ini diisi oleh humor aquosus yaitru cairan jaringan bola mata.

C. Etiologi Tumor Mata

1. Mutasi gen pengendali pertumbuhan (kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14).

2. Malformasi congenital

3. Kelainan metabolism

4. Penyakit vaskuler

5. Inflamasi intraokuler

6. Neoplasma. dapat bersifat ganas atau jinak Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi menekan jaringan disekitarnya dan biasanya tidak mengalami metastasis

7. Trauma

C. Patofisiologi

Tumor Orbita meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi masa. Meskipun masa secara histologis

jinak, itu dapat mengganggu pada struktur orbital atau yang berdekatan dengan mata. Dan bisa juga

dianggap ganas apabila mengenai struktur anatomis. Ketajaman visual atau kompromi lapangan, diplopia,

gangguan motilitas luar mata, atau kelainan pupil dapat terjadi dari invasi atau kompresi isi intraorbital

sekunder untuk tumor padat atau perdarahan. Tidak berfungsinya katup mata atau disfungsi kelenjar

lakrimal dapat menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan kornea. Pertumbuhan tumor ini

dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke

jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada

fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam badan kaca. Di permukaan terdapat

neovaskularisasi dan pendarahan. Warna iris tidak normal.

Penurunan ketajaman penglihatan

Tindakan OP pada mata

Nyeri

Resiko cedera kornea Resiko infeksi

D. MANIFESTASI KLINIS

a)     Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan gambaran khas 'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa

b)    Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai, berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak) atau cepat (lesi ganas).

c)     Pembengkakan kelopak: mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula karotid-kavernosa

d)    Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel.

e)     Gerak mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin akibat oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus

f)     Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat terkenanya saraf optik atau retina, atau tak langsung akibat kerusakan vaskuler.

E. KOMPLIKASI

a.       Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada

normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan.

b.      Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan)

pada bagian epitel kornea.

c.       Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan

mengakibatkan kornea menjadi keruh.

– E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

– 1. pemeriksaan radiologic (melihat ukuran rongga orbita, kerusakan tulang)

– 2. pemeriksan ultrasonografi (mengetahui bentuk tumor, konsistensi)

– 3. CT-Scan (menentukan ganas atau jinaknya tumor)

– 4. arteriografi (melihat besarnya tumor)

– Pemeriksaan diagnostic pada mata secara umum sebagai berikut :

– a. Kartu mata Snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) ; mungkin terganggu dengan kerusaakan kornea, lensa, aqueus atau vitreus Humour, kesalahan refraksi atau penyakit system saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optic.

– b. Lapang penglihatan ; penurunanan yang disebabkan oleh CSV, massa tumor pada hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri serebral atau Glaukoma.

– c. Tonografi ; mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)

– d. Gonioskopi ; membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup pada glaukoma.

– e. Oftalmoskopi ; mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina dan mikroanurisme.

– f. Pemeriksaan darah lengkah, laju sedimentasi (LED) ; menunjukkan anemia sistemik / infeksi.

G. PENATALAKSANAAN

a. Medis

1. Tumor jinak memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservatif

2. Tumor ganas: memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi baik dengan kemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal) memerlukan reseksi radikal.

b. Keperawatan

3. Tirah baring dan aktivitas dibatasi agar pasien tidak mengalami komplikasi pada bagian tubuh lain. tirah baring dilaksanakan kurang lebih 5 hari setelah operasi atau tergantung pada kebutuhan klien.

4. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya untuk mencegah cidera.

5. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina.

6. Pasien tidak boleh terbaring telungkup.

7. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi

Diagnosa Intervensi Rasionala. Gangguan persepsi penglihatan

Catat reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan (misal, depresi, menarik diri, dan menolak kenyataan)

Gambarkan lingkungan kepada pasien Jangan memindahkan benda-benda di kamar pasien

tanpa memberitahu pasien

Ciptakan lingkungan yang aman untuk klien Tempatkan benda-benda yang sering digunakan dekat

dengan jangkauan Ijinkan keluarga/orang tertentu lainnya untuk tetap

bersama klien Didik k;lien dan pengunjung mengenai

perubahan/tindakan pencegahan, sehingga mereka tidak akan dengan segaja mengganggu lingkungan yang direncanakan

Beri keluarga/orang penting lainnya informasi tentang menciptakan lingkungan rumah yang aman bagi pasien

Mengetahui reaksi psikologis klien Agar klien mengenal lingkunganya Agar tidak menyusahkan klien jika

membutuhkan sesuatu

Menghindari KTD Memudahkan klien jika menginginkanya

Memberikan kenyamanan dan keamanan bagi

klien

Agar pasien dan pengunjung tidak mengganggu lingkungan yang telah direncanakan untuk klien

Memberikan keamanan bagi klien

Pre op

Pre op

a. Ganggguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya massa dalam mata

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi

Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

Gunakan teknik komunikasi terapeutik

Berikan analgetik Tingkatkan istirahat

Mengetahui skala nyeri klien Mengetahui tingkat ketidaknyamanan

untuk mengetahui pengalaman nyeri klien

untuk mengurangi nyeri mengurangi rasa nyeri

Post op

Diagnosa Intervensi Rasional

a. Resiko infeksi

Bersihkan area sekitar yang dioperasi

Beritahu pasien agar tidak membuka perban

Anjurkan pasien makan makanan penuh dengan nutrisi

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS)

Menjaga kebersihan luka Mengurangi resiko infeksi Mempercepat penyembuhan luka

Mengurangi resiko infeksi dan mempercepat penyembuhan luka

Pre op

a. Ganggguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya massa dalam mata

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi

Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Tingkatkan istirahat

Mengetahui skala nyeri klien Mengetahui tingkat ketidaknyamanan

untuk mengetahui pengalaman nyeri klien

untuk mengurangi nyeri mengurangi rasa nyeri

THANKYOUFOR

YOURATTENTION

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed 10.Jakarta:EGC

2. sidarta,Ilyas.2002.ilmu penyakit mata edisi ke 2 hal.88-89. jakarta:EGC