22
STEP 1 1. Antidotum : substansi yang dapat melawan reaksi racun STEP 2 1. Mengapa pada pasiem ditemukan keluhan mual, muntah, nyeri ulu hati dan sesak nafas ? 2. Apa intepretasi vital sign pasien ? 3. Mengapa didapatkan pupil miosis dan bardikardi ? 4. Apa hubunganya disuntikannya 10 ampul morfin terhadap gejala pada pasien ? 5. Mengapa pasien mengalami kesadaran somnolen, lemah dan tampak sakit sedang ? 6. Mengapa pada pemeriksaan analisi gas darah didaptkan metabolic morfin ? 7. Apa saja macam-macam dari anti dotum ? 8. Apa yang diberikan antidotum untuk meghilangkan efek pada pasien ? 9. Apa komplikasi yang dapat muncul pada kasus tersebut ? 10. Bagaimana tatalaksana pada scenario ? STEP 3

modul kegawatdaruratan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: modul kegawatdaruratan

STEP 1

1. Antidotum : substansi yang dapat melawan reaksi racun

STEP 2

1. Mengapa pada pasiem ditemukan keluhan mual, muntah, nyeri ulu hati dan sesak nafas ?2. Apa intepretasi vital sign pasien ?3. Mengapa didapatkan pupil miosis dan bardikardi ?4. Apa hubunganya disuntikannya 10 ampul morfin terhadap gejala pada pasien ?5. Mengapa pasien mengalami kesadaran somnolen, lemah dan tampak sakit sedang ?6. Mengapa pada pemeriksaan analisi gas darah didaptkan metabolic morfin ?7. Apa saja macam-macam dari anti dotum ?8. Apa yang diberikan antidotum untuk meghilangkan efek pada pasien ?9. Apa komplikasi yang dapat muncul pada kasus tersebut ?10. Bagaimana tatalaksana pada scenario ?

STEP 3

1. Mengapa pada pasien ditemukan keluhan mual, muntah, nyeri ulu hati dan sesak nafas ? mekanisme kerja farmako dinamik opioid sampai reseptor Suntikan morfin 10 ampul à toksik à dosis mental Morfin golongan opioid à bekerja di 3 reseptor mu, delta, kapa Mu : didaerah abdomen , otak , pleksus sub mukosa Delta : sama dengan Mu namun tanpa pleksus sub mukosaKappa : otak dan medulla spinal

Page 2: modul kegawatdaruratan

Sesak à bekerja secara langsung kebatang otak (medulla oblongata dan pons ) à mengatur kedalaman nafas à mempengaruhi depresi nafas(menghambat mengkenaisme respirasi)à asidosis respiratorik , kemoreseptor karotis aorta Mual muntah à motfin berkerja di ctzNyeri ulu hati à efek saluran cerna à duc. Coleodoktus tekanan tinggi à menimbulkan perasaan tidak nyaman di epigastius à kolik Morfin menghambat sekresi HCL à pergerakan lambung berkurang à sebagian tonus antrum meninggi dan mortilitas berkurang sedangkan spinter pylorus berkontraksi sehingga pergerakan isi lambung di duodenum di diperlambat Usus besar : morfin mengurangi gerakan proposi usus besar dan meninggikan spasme dari usus besar

FD DAN FK OPIOID

Page 3: modul kegawatdaruratan
Page 4: modul kegawatdaruratan
Page 5: modul kegawatdaruratan
Page 6: modul kegawatdaruratan
Page 7: modul kegawatdaruratan

FARMAKODINAMIK

Page 8: modul kegawatdaruratan
Page 9: modul kegawatdaruratan
Page 10: modul kegawatdaruratan
Page 11: modul kegawatdaruratan
Page 12: modul kegawatdaruratan

2. Apa intepretasi vital sign pasien ?TD : 95/63 à morfin dapat merangsang n.vagus dan akan memepengaruhi hipontensi, morfin meyebakan penekanan pusat sypra medular menyebabkan reflex otonom. Melepas non adrenalin dengan mengaktivasi reseptor MU untuk meingkatakan kerja jantung dan tek darah, Morfin hipotensi yang disebkan oleh dilatasi arteri dan vena akibat mekanisme depresi central dan pelepasan histamine ssp Nadi : 55 à bardikardi , simpatis dihambat parasimpatis dirangsangRR : 29 à depresi pernapasan Suhu : 39,5 à injeksi(morfin) merangsang PAG/ periacuteductal gray letak di otak pag akan melakukan gungsi biomekanik dimana akan menyebabkan mengeluarkan tnf alfa diaman akan mempengarugi peningkatan suhu dan sebgai tanda putus obat. Morfin menghambat hipotalamus akan memepengarugi dari suhu.

3. Mengapa didapatkan pupil miosis dan bardikardi ?Simpasi dihambat parasimpatis dirangsang à serabut otot meridonial à dilatasi Kontraksi otot akan sirkuler à miosis Bardikardi à simpatis dihambat parasimpatis dirangsangMorfin menstimulasi pada nervus 3 à miosis

4. Mengapa pasien mengalami kesadaran somnolen, lemah dan tampak sakit sedang ?Kesadaran somnolen : ssp efek analgetik (akibat reseptor MU berikatan dgn SSP berkurang rasa nyeri. Menurunkan neuratransmiter eksitotorik sifat opioid G.couple memberikan efek sebagai ion canel getik memodulasi intraseluler ca2+ dan meningkatkan fosfolasi protein berikatan dengan G. couple efek menutup aliran CA pada saraf terminal presinaps terjadi penurunan transmitter . Menyebabkan efek hiperpolarisasi dan emncegah neuron transmitter terbuka K+ hiposinaps ) dan narkotik (rasa tenang dan mengantuk )

5. Bagaimana farmakokinetik morfin ?Morfin à obat masuk dalam tubuh abrobsi à pada pemberian sub kutan atau intramuscular à equivalen pada pemberina mukosa hidung dan mulut Distribusi diikat oleh pretein dan dibawa ke jaringan , morfin memiliki afinitas yang tinggi (paru , ginjal dan limpa ) Kadar morfin dalam otak dari pada jaringan, namun berbahaya saat kadar morfin lebih banyak didalam otak Metabolism fase 1 dan 2 , mengolah obat dari non aktif menjadi aktif , obat akan mengalami kadar penurunan Opioid akan menjadi metabolic polar à mudah disekresi diginjal Ekskresi obat dalam bentuk polar akan di eksreksikan oleh ginjal dan keempeduAnalisa gas darah adanya morfin dalam darah sehingga ada metabolic morfin oleh hati

6. Mengapa pada pemeriksaan analisi gas darah didaptkan metabolic morfin ?Analisa gas darah adanya morfin dalam darah sehingga ada metabolic morfin oleh hati

Page 13: modul kegawatdaruratan

7. Apa saja macam-macam dari anti dotum ?Keracunan morfin jenis opioid (naloxson) diberikan 0,01 mg / bb intravena dan dilang selama 2 mnt Keracunan oeganofosfat (atrofin) Keracunan parasetamol ( nacetil- sistein ) Lefalorpan antagonis opioid tetapi memiliki agonis parsial , kelemahan ( pasien koma dan depresi ssp dapat meyebabkan depresan adictiv

8. Apa antidotum untuk meghilangkan efek pada pasien ?

Page 14: modul kegawatdaruratan

Buprenorpin dosis 2-4 mg awal dilihat berat gejala assessment setiap 45 mntà Gejala masih ada ditingkatkan dosis sekitar 1-2 mg Naloxson diberina intramuscular, intravena, subcutan dosis awal 0,4 mg diobservasi setiap 3-5 mnt à masih ada gejala ditambah dosis 1 ampul sampai depresi pernapasan dan miosis hilang paru waktunya 60-90 mnt . adanya keracunan opioid parah diberikan dosis 20-24 mg Algoritmas : diventilasi, naloxson 0,4 mg/BB ditambah aloxon, 0,5 mg , 2 mg, 4 mg , 10 mg ,15 mg, 24 mg Efek pendek diberi infuse 0,4 -0,8 mmg 500 dexton

Page 15: modul kegawatdaruratan

Apa komplikasi yang dapat muncul pada kasus tersebut ? komplikasi pada SSP

9. Bagaimana tatalaksana pada scenario ? tatalaksana awal dan lanjutan

Page 16: modul kegawatdaruratan
Page 17: modul kegawatdaruratan

10. Perbedaan intoksitasi dengan putus obat ?

11. Pemeriksaan penunjang dari intoksitasi

Page 18: modul kegawatdaruratan
Page 19: modul kegawatdaruratan
Page 20: modul kegawatdaruratan

STEP 4