Upload
yogi-ardiani
View
3.197
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
KESEHATAN GIGI DAN LINGKUNGAN SERTA
PENDEKATAN KESEHATAN PADA ANAK USIA DINI
Guna memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan AUD
Dengan Dosen pengampu J.S. Sukarjo, M.Si
Disusun oleh kelompok 10:
1. Nurifah Mei Aryani K8110041
2. Yogi Ardiani K8110061
VI B
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
1. Halaman Judul ………………………………………… i
2. Daftar Isi ………………………………………… ii
3. Bab I Pendahuluan ………………………………………… 1
a) Latar Belakang ………………………………………… 1
b) Rumusan Masalah ………………………………………… 2
4. Bab II Pembahasan ………………………………………… 3
a) Kesehatan Lingkungan dan Gigi ………………………… 3
b) Pendekatan kesehatan pada …………..…………….. 9
Anak Usia Dini
c) Gejala Penyakit yang Sering ………………………… 13
Dialami Anak
5. Bab III Penutup …………………………………………. 17
a) Kesimpulan …………………………………………. 17
b) Saran …………………………..……………… 17
Daftar Pustaka ………………………………………… 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua orang tua mendambakan anak-anaknya untuk sehat dan cerdas. Anak
yang sehat dapat dilihat secara langsung. Mereka tumbuh dengan tinggi badan,
berat badan yang sesuai usianya, dan daya tahan tubuh yang baik sehingga jarang
sakit. Begitu pula dengan cerdas, banyak orang tua dengan bangga bercerita
anaknya usia lima tahun sudah kelas 1 SD, dan tiga tahun sudah bisa membaca.
Usaha orang tua untuk menstimulasi kecerdasan intelektual anak demikian luar
biasa.
Penelitian yang dilakukan oleh James R. Flynn dari Universitas Otago, New
Zealand yang hasil penelitiannya dikenal dengan nama Flynn effect, membuktikan
bahwa telah terjadi peningkatan IQ di hampir seluruh negara di dunia sebesar 20
poin sejak alat ukur ini ditemukan lebih dari 100 tahun lalu. Hal ini disebabkan
adanya perubahan pola asuh dan meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Namun,
di Indonesia sendiri masih terdapat beberapa masalah terkait kesehatan anak seperti
kekurangan gizi dan pola hidup sehat yang masih kurang. Undang-undang nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa “Pemerintah wajib
memenuhi hak-hak anak, yaitu tentang kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
perkembangannya serta perlindungan demi kepentingan terbaik anak”. Untuk itu
perlu upaya pendidikan yang berbasis kesehatan pada tingkatan Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) sebagai upaya intervensi Tumbuh Kembang Anak yang optimal,
sehingga upaya tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip dasar konvensi hak-hak
anak, yaitu non diskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup,
kelangsungan hidup, dan perkembangan, dan penghargaan terhadap pendapat anak.
Pendidikan berbasis kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sekaligus investasi untuk
mendukung pembangunan ekonomi dan pendidikan, serta berperan penting dalam
upaya penanggulangan kemiskinan. Oleh karenanya pelaksanan pendidikan
berbasis kesehatan bukanlah tanggung-jawab pemerintah saja namun merupakan
tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka rumusan
masalahnya adalah
1. Bagaimanakah memelihara kesehatan lingkungan, diri sendiri, dan keluarga
khususnya terkait kesehatan gigi?
2. Bagaimanakah cara melakukan pendekatan kesehatan terhadap anak usia dini?
3. Penyakit apa sajakah yang sering dialami oleh anak?
BAB II
PEMBAHASAN
I. KESEHATAN LINGKUNGAN DAN GIGI
A. Pengertian Kesehatan Gigi
Kesehatan gigi menurut Mass Prerevention adalah kesehatan gigi dan mulut
yang bersifat peningkatan pencegahan umum Suwelo (1992) juga mengemukakan
bahwa “kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan manusia
seutuhnya, dengan demikian upaya-upaya dalam bidang kesehatan gigi pada
akhirnya akan turut berperan dalam peningkatan kualitas dan produktivitas sumber
daya manusia”. Supriyatno (2004) menguatkan dalam penelitian lebih lanjut
dengan menemukan banyak penyakit yang berkaitan dengan kondisi gigi yang
bermasalah.
B. Pentingnya Kesehatan Gigi Anak
Struktur gigi terbentuk saat janin di dalam kandungan berusia 6-8 minggu.
Kemudian pada sekitar umur 6 bulan setelah lahir gigi susu akan muncul. Gigi yang
muncul diawali dengan gigi susu seri bagian bawah kemudian disusul gigi seri
bagian atas. Fungsi gigi susu tidak hanya fungsi pengunyahan sebagai proses awal
pencernaan, melainkan juga sebagai petunjuk jalan bagi gigi tetap yang ada di
bawahnya. Setiap gigi sudah ada pola tempat tinggal masing-masing.
Pencabutan gigi susu sebelum waktunya akan mengacaukan sistem
keseimbangan di dalam susunan gigi di dalam mulut. Pencabutan yang terlalu awal
akan menyebabkan terjadinya pergeseran gigi di sebelahnya, sehingga terjadi
penyempitan ruang pada lengkung gigi. Akibatnya gigi tetp tidak memperoleh
ruang cukup dan akan tumbuh gigi tetap dengan susunan gigi yang berjejal. Alasan
itulah kesehatan gigi susu sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
gigi tetap dan perlu adanya perawatan.
C. Cara Mengurangi Rasa Sakit Ketika Gigi Tumbuh
Usia munculnya gigi susu yang normal adalah antara usia 4-6 bulan dan paling
lambat adalah usia antara 20-26 bulan.gigi susu yang muncul terlambat (retardasi)
dapat terjadi pada anak yang ibuny mengalami kekurangan gizi pada saat hamil.
Gejala-gejala yang timbul saat gigi muncul adalah gusi terasa gatal, keluar
banyak air liur dan demam. Cara-cara agar rasa sakit pada bayi ketika giginya
tumbuh yakni:
1. Memberikan biskuit bayi dengan tekstur keras tetapi dapat hancur saat terkena
air liur.
2. Menyediakan mainan karet yang bisa dia gigit.
3. Memberi pijatan ringan pada gusi bayi dengan telunjuk yang telah dibersihkan
atau bisa Anda gunakan kain lembut yang telah dibasahi air hangat.
4. Biarkan dia menikmati dot bayi untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada gusi,
terutama pada malam hari saat dia tertidur.
Apabila bayi mogok makan karena giginya membuat tidak nyaman, maka
harus mengonsultasikan hal tersebut pada ahli kesehatan. Sekalipun tidak nyaman
dengan gigi barunya, bayi tetap harus mendapat nutrisi.
D. Faktor Pengaruh dalam Kesehatan Gigi
Kesehatan pada gigi memang harus dijaga agar tidak menimbulkan berbagai
kelainan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan pada gigi antara
lain:
1. Gizi makanan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa benih gigi
seudah terbentuk waktu janin (embrio) berusia 6-8 minggu dalam kandungan.
Kandungan kalsium dalam makanan atau minuman akan membantu
pembentukan tulang dan gigi.
2. Jenis makanan, jenis makanan yang mudah lengket dan menempel digigit
seperti permen dan coklat, makanan ini sangat disukai oleh anak-anak. Namun
hal ini akan mengakibatkan gangguan. Makanan tadi mudah tertinggal dan
melekat pada gigi dan bila terlalu sering dan lama akan berakibat tidak baik.
Makanan yang manis dan lengket tersebut akan bereaksi di mulut dan asam
yang merusak email gigi.
3. Kebersihan gigi, dengan membiasakan pada anak-anak untuk selalu menyikat
giginya atau berkumur-kumur setiap selesai makan atau sebelum tidur.
4. Kepekatan air ludah, pada orang-orang yang mempunyai air ludah yang sangat
pekat dan sedikit akan lebih mudah giginya menjadi berlubang dibandingkan
dengan air ludah yang encer dan banyak, sebab pada anak yang berair ludah
pekat dan sedikit maka sisa makanan akan mudah menempel pada permukaan
gigi (Moestopo, 1982).
E. Cara Merawat Gigi Anak
Perawatan gigi adalah upaya yang dilakukan agar gigi tetap sehat dan dapat
menjalankan fungsinya. Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih tanpa adanya
lubang. Namun tidak hanya itu, gigi yang sehat juga akan memancarkan energi
positif sehingga si Pemiliknya menjadi sangat menarik. Anak-anak pun harus sejak
dini dibiasakan untuk merawat giginya. Langkah-langkah dalam merawat gigi anak
adalah sebagai berikut:
1. Menggosok gigi minimal 2 kali sehari. Waktu terbaik untuk menggosok gigi
adalah setelah makan dan sebelum tidur. Menggosok gigi setelah makan
bertujuan mengangkat sisa-sisa makanan yang menempel di permukaan ataupun
di sela-sela gigi dan gusi. Sedangkan menggosok gigi sebelum tidur berguna
untuk menahan perkembangbiakan bakteri dalam mulut karena dalam keadaan
tidur tidak diproduksi ludah yang berfungsi membersihkan gigi dan mulut
secara alami.
2. Mengganti sikat gigi 3-4 bulan sekali. Sikat gigi yang dipilih adalah sikat
berbulu lembut dengan kepala sikat yang dapat menjangkau semua bagian gigi.
Sikat gigi untuk anak berukuran kecil dengan tangkai yang mudah di genggam
dengan bulu halus tetapi kuat. Bagian ujung kepala sikat menyempit agar
mudah menjangkau bagian dalam. Anak 1-5 tahun bisa memakai sikat dengan 3
deret bulu. Di usia 6 tahun ke atas (periode gigi geligi bercampur), selain sikat
dengan 3 deret bulu dapat pula dipakai sikat dengan 4 deret bulu.
3. Memakai sikat lidah, lidah bisa menjadi tempat berkumpulnya bakteri yang
dapat menyebabkan bau mulut.
4. Pemberian pasta gigi untuk balita tidak dianjurkan. Menggosok gigi balita
sebaiknya tidak menggunakan pasta gigi namun cukup digosok dan diberi
minum air (air matang) karena balita belum bisa berkumur sehingga kurang
tepat kalau diberikan pasta gigi. Untuk anak usia 3 tahun keatas sebaiknya
dianjurkan berkumur pada saat menggosok gigi, diberikan pasta gigi kira-kira
0,5 cm atau sebesar biji kacang polong, usahakan berkumur menggunakan air
yang sudah masak karena anakbelum begitu mahir berkumur yang
dikhawatirkan anak menelan air dan pasta gigi.
5. Menghindari makanan yang banyak mengandung gula dan manis, seperti sirup,
permen, dan cokelat.
6. Membiasakan untuk makan buah-buahan segar. Selain baik untuk kesehatan,
seratnya dapat membantu menghilangkan kotoran yang ada di gigi.
7. Mengkonsumsi makanan yang seimbang dan kaya kalsium, seperti susu, keju,
telur, teri, bayam, katuk, sawi, dan agar-agar.
8. Berkonsultasi ke dokter gigi. Pada kenyataannya, perawatan gigi yang
dilakukan secara personal tidaklah cukup. Gigi juga memerlukan perawatan
secara profesional, terlebih pada gigi sensitif atau gigi yang telah terlanjur
mengalami kerusakan, misalnya, gigi berlubang.
9. Memperkenalkan anak dengan gelas setelah ASI, bukan botol susu. Minuman
yang mengandung gula jika diberikan melalui botol, akan menetes pada gigi
secara konstan dan dalam waktu yang panjang. Berbeda dengan jika diminum
menggunakan sendok atau gelas yang akan terteguk dan tertelan langsung. Juga
jangan berikan susu dari botol sambil ia beranjak tidur karena di malam hari,
produksi saliva berkurang sehingga tidak bisa melindungi gigi dari produksi
asam.
Selain cara-cara umum yang dilakukan untuk merawat gigi anak, adapula cara
merawat mulut dan gigi berdasarkan usia anak. Cara merawat mulut anak atau bayi
pada saat usia 0 – 6 bulan, antara lain:
1. Membersihkan gusi bayi dengan kain lembab, setidaknya dua kali sehari
2. Jangan biarkan bayi anda tidur sambil minum susu dengan menggunakan botol
susunya.
3. Membersihkan mulut bayi dengan kain lembab setelah menyusui
4. Jangan menambah rasa manis pada botol susu dengan madu atau sesuatu yang
manis.
Cara merawat mulut dan gigi bayi pada usia 7-12 bulan, yaitu:
1. Bertanya pada dokter terkait kandungan fluor dalam gigi anak
2. Membersihkan mulut bayi dengan kain lembab setelah menyusui
3. Jangan membiarkan bayi tidur dengan botol susunya (sambil minum susu dari
botol) kecuali air putih.
4. Memberikan air putih bila bayi anda ingin minum diluar jadwal minum susu
5. Saat gigi mulai tumbuh, mulai membersihkannya dengan menggunakan kain
lembab. Setiap permukaan gigi dan batas antara gigi dengan gusi harus
dibersihkan, karena makanan seringkali tertinggal di permukaan itu.
6. Saat gigi geraham bayi mulai tumbuh, mulai gunakan sikat gigi yang kecil
dengan permukaan lembut dan dari bahan nilon.
7. Jangan gunakan pasta gigi dan ingat untuk selalu membasahi sikat gigi dengan
air.
8. Memeriksakan gigi anak anda ke dokter gigi, setelah 6 bulan sejak gigi pertama
tumbuh, atau saat usia anak setahun.
Cara merawat mulut dan gigi bayi pada usia 13-24 bulan adalah
1. Mulailah perkenalkan pasta gigi berfluoride
2. Jangan biarkan anak tidur dengan botol susu (sambil minum susu dari botol),
kecuali air putih.
3. Menggunakan pasta gigi seukuran sebutir kacang hijau.
4. Menyikat gigi anak setidaknya dua kali sehari (sehabis sarapan dan sebelum
tidur di malam hari.
Agar gigi tetap sehat, ada pula kebiasaan-kebiasaan yang harus dihindari.
Kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah menggosok gigi terlalu keras, menggunakan
asta gigi yang salah, tidak menggunakan dental floss, sering minum minuman
bersoda, makanan yang meninggalkan noda, mengkonsumsi camilan yang tidak
sehat, menggunakan gigi sebagai alat bantu membuka bungkus makanan,
mengabaikan masalah gigi, menghindari dokter gigi, mengabaikan masalah pada
bibir
F. Konsep Menggosok Gigi pada Anak
Kegiatan menggosok gigi memang perlu dibiasakan sejak usia dini, namun
terkadang orang tua ataupun guru kurang memperhatikan konsep menggosok gigi
yang baik bagi anak. Menurut Endah Kusumawardani (2011) langkah-langkah
menggosok gigi yang baik bagi anak sebagi berikut:
1. Gosok gigi searah, dari atas ke bawah untuk gigi atas; dan sebaliknya dari
bawah ke atas untuk gigi bawah. Inilah prinsip menyikat “dari merah ke putih”
atau dari gusi ke ujung gigi agar kotoran yang tersapu tidak balik lagi. Gerakan
searah juga menjaga kesehatan gusi.
2. Buatlah gerakan mengeluarkan kotoran dari sela-sela gigi.
3. Gosoklah perlahan semua permukaan gigi mulai dari bagian dalam, tengah, dan
luar.
4. Bersihkan juga langit-langit, dinding mulut, dan permukaan. Usahakan air yang
digunakan untuk menggosok gigi bersih dan jernih. Untuk anak yang baru
belajar berkumur sediakan air matang.
5. Jangan berkumur terlalu banyak supaya masih tersisa fluoride untuk menjaga
kekuatan gigi.
Agar kegiatan menggosok gigi menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi
anak, cara-cara yang dapat dilakukan oleh orang tua maupun guru, misalnya
dengan:
1. Suasana selalu yang menarik.
Anak perlu didampingi menggosok gigi sambil mengajak mereka bermain “kuis
gigi” atau menuturkan cerita mengenai bahayanya kuman bagi kesehatan gigi
mereka. Selain memberikan informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut, cara
ini akan kegiatan menyikat gigi sebagai hal yang selalu dinantikan oleh si kecil.
Maka orang tua harus kreatif menciptakan lingkungan, keadaan, dan kegiataan
menyikat gigi sebagai sesuatu yang menyenangkan bagi si kecil.
2. Berikan point reward.
Hargailah semua usaha yang si kecil lakukan. Buatlah tabel “Si Jagoan Gigi”
yang berisikan kotak-kotak stiker yang siap ditempelkan setiap kali mereka
berhasil menggosok gigi secara benar setiap hari. Berikan “penghargaan” pada
setiap pencapaian yang mereka lakukan. Cara ini akan makin memotivasi si
kecil makin giat menyikat gigi.
G. Masalah Kesehatan Gigi yang Sering Mucul
Hal yang perlu diperhatikan bagi orang tua maupun guru adalah masalah-
masalah kesehatan pada gigi yang sering muncul pada anak, agar penanganan yang
dilakukan dapat secepat mungkin sehingga masalah tersebut tidak mengganggu
kesehatan anggota tubuh yang lain.
Masalah-masalah kesehatan gigi yang dimaksud, yaitu:
1. Caries Gigi
Caries gigi (gigi berlubang) merupakan kerusakan enamel, dentil dan semen
yang berlangsung secara progresif. Insiden pembentukan caries gigi yang paling
tinggi terdapat pada usia kanak-kanak. Setelah usia 25 tahun jarak terbentuk
caries yang baru sekalipun lubang-lubang lama akan melebar. Timbulnya caries
dapat dicegah antara lain dengan pemberian fluorisasi untuk menguatkan gigi,
sikat gigi yang efisien untuk melepaskan dental plaugue/plag gigi, perubahan
diet (mengurangi jumlah maupun frekuensi gula pasir) dan perawatan gigi yang
terakhir (Marry E. Beck, 1995).
2. Gingivitis
Gingivitis adalah suatu inflamasi pada jaringan gusi, merupakan penyakit
penyangga gigi yang paling ringan. Faktor-faktor penyebabnya yaitu adanya
plag, impaksi makanan, karies dan adanya penurunan daya tahan tubuh
seseorang (Mansjoer, Arief, dkk, 2001).
II. PENDEKATAN KESEHATAN PADA ANAK USIA DINI
A. Pemahaman Kesehatan pada Anak Usia Dini
1. Pengertian kesehatan
Menurut WHO yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan yang meliputi
kesehatan fisik, mental dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit
cacat dan kelemahan.
2. Kesehatan pada Anak Usia Dini
Anak sehat dapat langsung dilihat. Mereka tumbuh dengan tinggi badan, berat
badan yang sesuai usianya, dan daya tahan tubuh yang baik sehingga jarang
sakit. Begitu pula dengan kecerdasannya.
B. Pemeliharaan Kesehatan pada Anak Usia Dini
1. Ruang Lingkup
Pendidikan berbasis kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu
hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
dengan UUD 1945 pasal 28 H ayat (1) dan Undang-undang nomor 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan.
Dibidang kesehatan, pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang optimal sejak dalam kandungan. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan
berkembang, yaitu :
a. Kasih sayang dan perlindungan
b. Makanan bergizi seimbang (sejak lahir sampai 6 bulan hanya ASI saja,
sesudah 6 bulan sampai 2 tahun ASI ditambah makanan pendamping ASI).
c. Imunisasi dasar dan suplementasi vitamin A
d. Pendidikan dan pengasuhan dini
e. Perawatan kesehatan dan pencegahan kecacatan, cedera dan lingkungan
yang sehat dan aman
f. Orang tua berkeluarga berencana
2. Faktor Penyebab Terjadinya Masalah-Masalah Kesehatan Anak
a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi sebagai salah satu penyebab, masih terdapatnya kantong-
kantong kemiskinan dan jika pihak-pihak terkait tidak ikut berpartisipasi
dalam pemberdayaan keluarga, penuntasan kemiskinan ini akan
mengakibatkan timbulnya peristiwa gizi buruk dan masalah kesehatan
lainya yang berkepanjangan pada anak-anak usia dini.
b. Faktor Pendidikan
Pendidikan yang berbasis kesehatan selalu mengingatkan kita semua bahwa
usia anak balita merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam
tahapan kehidupan manusia yang akan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Upaya pengembangan seluruh potensi anak balita dimulai agar
pertumbuhan dan perkembangannya tercapai secara optimal. Hal ini sesuai
dengan hak anak, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang no. 23 tahun
2002 tentang perlindungana anak yang menyatakan bahwa: “setiap anak
berhak untuk hidup, tumbuh berkembang dan berpartisipasi secara wajar
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Sehubungan dengan itu
setiap anak berhak memperoleh pendidikan dalam rangka mengembangkan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
c. Faktor Lingkungan
Pendekatan kesehatan kepada anak usia dini memang harus dikenalkan oleh
lingkungan sekitar anak, terdapat tiga lingkungan pendidikan dalam rangka
mewujudkan hal tersebut. Tiga lingkungan pendidikan yang dimaksud
adalah:
1) Lingkungan Pendidikan Keluarga
Pengasuhan Anak Usia Dini dalam keluarga yang dipraktekkan oleh ibu,
ayah, nenek, bibi dan lain-lain dalam memberikan makanan/minuman,
pemeliharaan kesehatan dan pemberian stimulan itu dibutuhkan kasih
sayang, ketulusan dan kesabaran. Sehingga memberikan kemungkinan
secara optimal tumbuh-kembang anak menjadi sehat jasmani rohani dan
anak menikmati dunia bermain dengan penuh keceriaan.
2) Lingkungan Masyarakat
Dalam masyarakat anak bergaul dengan orang lain sehingga secara
langsung maupun tidak langsung akan saling mempengaruhi pada
pembentukan kepribadian anak. Lingkungan masyarakat secara kultural
memberikan rangsangan yang memungkinkan terjadinya perubahan
yang memerlukan adanya penyesuaian-penyesuaian agar terjadi
keseimbangan antara aspek kehidupan yang berlangsung secara alami
dan berkesinambungan. Untuk itu perlu adanya layanan pendidikan
yang mempersiapkan anak balita sehingga mereka hidup yang lebih
berkualitas.
3) Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan formal yang dilaksanakan
pada suatu lembaga tertentu yang telah terstruktur dan mempunyai
program yang baku. Berbagai bentuk layanan pendidikan bagi anak
balita termasuk pembiasaan secara dini terhadap kesehatan anak sendiri
dan membiasakan anak menjadi lebih mandiri serta belajar menjaga
kesehatan diri.
C. Program Pendidikan Anak Usia Dini yang Berbasiskan Kesehatan
Ada beberapa kegiatan pendidikan yang berbasiskan kesehatan, antara lain:
1. Motivasi Hidup Sehat
Motivasi dengan penyuluhan dengan melibatkan orang tua secara individual
dan massal bagi kelangsungan hidup secara sehat, dilakukan dengan pelatihan
oleh mitra lembaga. Selama ini sudah terbiasa masyarakat mengabaikan
makanan bergizi, orang tua membiarkan anak untuk membeli jajanan yang
mengandung zat berbahaya. Hidup sehat ini perlu dirasakan sebagai kebutuhan
oleh orang tua balita. Kebutuhan dipandang sebagai pembangkit, penguatan
atau pengegrak perilaku (Tampubolon: 2004) jadi dengan kegiatan motivasi,
berpola hidup sehat kemudian merubah pandangan masyarakat, dan
menyadarkan mereka terhadap makna kesehatan, serta mengaplikasikannya
dalam perbuatan sehari-hari sehingga tercipta lingkungan keluarga sehat.
2. Peningkatan Kualitas Gizi Anak
Peningkatan status gizi anak boleh dianggap sebagai salah satu cara dalam
menanggulangi masalah gizi di masyarakat.. Kusum P.Shah (1988)
menekankan bahwa kesehatan manusia pada masa yang akan datang bergantung
pada status gizi ibunya. Peran ibu dalam menentukan status gizi anak jelas
sudah dimulai dari sejak anak di dalam kandungan, saat menyusui dan balita
bahkan sampai si anak itu mulai mandiri, hal ini bukan saja dari malnutrisi yang
didapat anak dari sang ibu, tetapi juga sejak awal kelahiran sampai enam bulan
pertama di saat mana anak sesungguhnya tercukupi kebutuhannya total dari ASI
(ASI ekskiusif) jika ibu tersebut cukup sehat. Seorang ibu yang sehat dan tidak
pernah mempunyai sejarah kurang gizi maka sampai enam bulan pertama cukup
memberikan proteksi bagi anaknya terhadap kekurangan gizi. Bahkan setelah
lewat enam bulan dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASl) yang
benar akan tetap memberikan perlindungan yang baik bagi si anak.
III. GEJALA PENYAKIT YANG SERING DIALAMI ANAK
Setiap anak pasti memiliki masanya untuk sehat dan masanya untuk sakit.
Penyakit-penyakit yang menyerang anak tidak dapat disepelekan begitu saja. Karena
penyakit juga merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Sehingga sangat perlu bagi pendidik untuk mengetahui gejala suatu penyakit dan
langkah pertolongan pertamanya.
A. Demam
Demam atau kenaikan suhu tubuh bukanlah suatu penyakit, melainkan tanda-tanda
bahwa kesehatan anak menurun. Demam sering terjadi saat tumbuh gigi pertama.
Suhu tubuh juga akan meninggi sehabis memperoleh imunisasi DPT (difteria,
pertusis, dan tetanus), namun hanya berlangsung kira-kira 24 jam. Anak dikatakan
demam, bila suhu tubuhnya di atas 〖37,5〗^o C. Hal yang perlu dilakukan, yaitu
menidurkan anak dalam ruang ber-AC atau berkipas angin, memakaikan pakaian
yang tipis, jangan diselimuti dengan selimut tebal (kecuali si anak menggigil)
karena justru akan meningkatkan suhu tubuh, kemudian anak diberi banyak minum.
Air yang diberikan kepada anak misalnya air putih, susu, air jeruk, sari buah, atau
kaldu hangat yang membuat anak akan mudah berkeringat sehingga suhu tubuh
menurun.Untuk menurunkan suhu tubuh bisa dibantu dengan mengompres kening
dengan lap atau handuk basah. Selama suhu tubuhnya masih tinggi, kompres tetap
perlu. Upaya menurunkan suhu tubuh ini perlu untuk mencegah terjadinya kejang-
kejang atau setip.
B. Diare
Penyebab diare umumnya makanan. Bisa karena keracunan makanan atau karena
kuman dalam makanan. Kalau makanannya beracun, gejala utamanya muntah, baru
diikuti diare. Sedangkan karena kuman pada makanan, biasanya diare dulu baru
kemudian muntah. Ketika anak terkena diare, anak segera diberikan banyak air.
Pemberian susu formula dan jus buah dihentikan sementara. Namun, ASI tetap
dilanjutkan. Bila diare berkelanjutan, bisa terjadi ketidakseimbangan cairan tubuh
sehingga timbul dehidrasi. Kondisi dehidarasi inilah yang paling dikhawatirkan
meski diare pada dasarnya akan sembuh sendiri.
Tanda-tanda dehidrasi antara lain anak menangis tanpa air mata, mulut dan bibir
kering, selalu merasa haus. Air seni keluar sedikit dan berwarna gelap, ada kalanya
tidak keluar sama sekali, mata cekung atau terbenam. Pada bayi tanda dehidrasi
bisa dilihat dari ubun-ubun yang menjadi cekung, anak mengantuk, kulit pucat atau
kekenyalan tubuh berkurang, dan bekas cubitan tidak cepat kembali normal. Untuk
mengatasinya, anak perlu diberi cairan sebanyak mungkin
C. Alergi
Gelaja umum dari alergi, yakni bersin-bersin, mata berair, hidung tersumbat,
ingusan, dan gatal. Anak biasanya menggaruk-garuk hidungnya dengan punggung
tangannya. Bila sedang terserang, disarankan anak dihindarkan dari penyebab alergi
tersebut. Kalau penyebabnya debu, seisi kamarnya harus bebas debu dan
diusahakan tidak lembap. Tirai, karpet, dan sejenisnya disingkirkan.
D. Influenza
Influenza sebenarnya bukan penyakit berbahaya yang disebabkan sejenis virus.
Penyakit ini umumnya menyerang sebagai wabah dan akan berlangsung selama 3 –
4 hari. Jarang menimbulkan komplikasi, sekalipun disertai demam tinggi. Namun,
kalau daya tahan tubuh penderita menurun, maka infeksi sekunder, seperti
pneumonia, bronkitis, infeksi telinga atau sinusitis, dapat muncul. Untuk
mengatasinya, anak perlu cukup istirahat dan diberi cukup cairan. Sari buah atau air
bisa untuk mengganti cairan yang hilang karena berkeringat. Kopi, teh, dan susu
tidak dianjurkan untuk diberikan.
E. Gondong
Gondong juga kerap diderita anak-anak. Penyebabnya sejenis virus yang
menyerang kelenjar ludah, yaitu paratiroid kelenjar ludah besar di depan telinga.
Sering pula terjadi pada kelenjar di bawah rahang dan biasanya kedua sisi yang
terkena. Beristirahat di tempat tidur dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Tidak berlaku pantangan makanan dan
minuman, tapi makanan yang lunak dan mudah dicerna sangat dianjurkan.
Makanan seperti agar-agar, serikaya, sup kaldu, dan sayuran yang dihaluskan. Perlu
cukup minum untuk menggantikan cairan yang keluar melalui keringat.
F. Radang Amandel
Amandel adalah suatu bagian dari jaringan limfa yang terletak di kedua sisi bagian
belakang tenggorokan. Amandel ini akan mengalami pembesaran atau radang jika
terjadi infeksi baik oleh bakteri atau virus. Tapi biasanya amandel tersebut akan
kembali ke bentuk semula setelah infeksi berakhir. Radang amandel pada anak-
anak memiliki ciri-ciri:
1. Sakit tenggorokan lebih dari 48 jam dan biasanya disertai dengan kesulitan
menelan.
2. Tenggorokan berwarna merah disertai dengan amandel yang membesar atau
bisa juga terlihat titik-titik putih pada daerah amandel.
3. Badan demam yang disertai dengan suhu tinggi.
4. Terlihat adanya pembengkakan pada kelenjar getah bening di bawah rahang dan
di leher.
5. Anak merasakan sakit kepala.
6. Suara anak berubah menjadi serak atau kehilangan suara.
Jika gejala-gejala tersebut tidak hilang atau berkurang selama 3 hari, maka
sebaiknya orang tua membawa anaknya ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut seperti usap tenggorokan untuk mengetahui penyebabnya. Radang
amandel disebabkan infeksi oleh virus (coxsackie virus, adenovirus atau Epstein-
Barr virus). Jika radang amandel disebabkan oleh bakteri, biasanya dokter akan
memberikan obat antibiotik untuk menghilangkan infeksi tersebut. Tapi jika
disebabkan oleh virus, maka anak diusahakan untuk banyak minum air putih,
mengonsumsi makanan yang lunak serta diberikan obat untuk mengurangi gejala
yang ada. Anak yang mengalami radang amandel diserta dengan hidung meler dan
diare lebih banyak disebabkan oleh virus. Pengaturan makanan pada anak penderita
radang amandel adalah :
1. Usahakan anak untuk minum banyak air atau cairan seperti sari buah, susu,
terutama selama demam.
2. Berikan makanan dalam bentuk lunak sehingga mempermudah anak
mengunyah makanan.
3. Sebaiknya hindari minum es, sirup, es krim, gorengan, makanan yang
diawetkan, makanan dan snack yang menggunakan penyedap rasa.
4. Berikan makanan sumber antiooksidan (beta karoten, vitamin C, vitamin E)
untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak, seperti sayuran hijau, labu kuning,
tomat, wortel, jeruk, stroberi, kiwi, jambu biji,melon, kacang-kacangan, hati,
telur, dan susu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bertolak dari pembahasan yang telah disampaikan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa cara untuk memelihara kesehatan gigi terutama pada anak-anak
yaitu dengan menggosok gigi minimal 2 kali sehari, mengganti sikat gigi 3-4 bulan
sekali, memakai sikat lidah, menghindari makanan yang banyak mengandung gula
dan manis, membiasakan untuk makan buah-buahan segar, mengkonsumsi
makanan yang seimbang dan kaya kalsium, berkonsultasi ke dokter gigi, dan
emperkenalkan anak dengan gelas setelah ASI, bukan botol susu. Cara pendekatan
kesehatan untuk anak usia dini dilakukan melalui berbagai lingkungan pendidikan
yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Penyakit yang sering dialami
oleh anak-anak adalah demam, diare, alergi, influenza, gondong, dan radang
amandel.
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah untuk menjaga kesehatan gigi anak,
orang tua ataupun orang dewasa harus menjadi teladan terhadap anaknya, dan
mempelajari perkembangan gigi setiap tahapnya, agar kesehatan gigi anak
terpantau dengan baik. Pendekatan kesehatan yang dilakukan kepada anaka tentu
dengan metode atau teknik yang menarik agar anak dapat belajar mandiri tanpa ada
paksaan, hal ini merupakan tugas oranng tua dan pendidik. Pendidik dan orang tua
juga harus mengenali beberapa gejala penyakit dan mempelajari pemberian
pertolongan pertamanya sebelum dibawa ke rumah sakit atau dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati. (2010). Pahami Pertumbuhan Hari demi Hari Bayi Anda!. Yogyakarta:
garailmu.
http://amandel.org
http://bidanku.com/index.php?/pentingnya-menjaga-kesehatan-gigi-anak-sejak-dini
http://budakulin.wordpress.com/2012/10/31/pendekatan-pembelajaran-paud-
berbasiskan-kesehatan/
http://health.kompas.com/read/2013/03/20/10034963/
Perawatan.Gigi.Susu.Pengaruhi.Gigi.Permanen
http://macammacampenyakit.com/penyebab-penyakit-amandel/
http://ravictory.blogspot.com/2013/03/5-penyakit-sering-dialami-anak-anak.html
http://www.buahuntukdiet.com/cara-menjaga-kesehatan-gigi-dan-mulut-pada-anak.html
http://www.parenting.co.id/article/bayi/3.penyakit.sering.dialami.bayi/
001/002/229
http://www.specialistdentalgroup.com/id/pelayanan/kedokteran_gigi_anak.php
Malik, Abdul. (2009). Tata Cara Merawat Balita. Yogyakarta: Garailmu.
Maulani, Chaerita dan Jubilele E. (2005). Kiat Merawat Gigi Anak. Jakarta: Gramedia.
Undang-Undang 1945 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.