14
LEMBARAN KERJA MAHASISWA MATA KULIAH FARMASI INDUSTRI PROGRAM PENDIDIKAN APOTEKER FAKULTAS FARMASI UIVERSITAS ANDALAS Dosen : Syofyan, S.S.i, M.Farm, Apt Pokok Bahasan: R & D IDENTITAS MAHASISWA DAN TUGAS Nama ERSA YULIZA, S.Farm No Urut Absen 11 Kelompok A Pertemuan ke 2 Hari/Tanggal 28 Oktober 2014 Topik Formulasi sediaan dan evaluasi A KASUS Senyawa A memiliki data fisikokimia sebagai berikut: Struktur kimia: BM : 862,06 g/mol. BM Bentuk Base : 733,94 g/mol

kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat

LEMBARAN KERJA MAHASISWA

MATA KULIAH FARMASI INDUSTRI

PROGRAM PENDIDIKAN APOTEKERFAKULTAS FARMASI

UIVERSITAS ANDALAS

Dosen : Syofyan, S.S.i, M.Farm, AptPokok Bahasan: R & D

IDENTITAS MAHASISWA DAN TUGASNama ERSA YULIZA, S.FarmNo Urut Absen 11Kelompok APertemuan ke 2Hari/Tanggal 28 Oktober 2014Topik Formulasi sediaan dan evaluasi

A KASUS

Senyawa A memiliki data fisikokimia sebagai berikut: Struktur kimia:

BM : 862,06 g/mol. BM Bentuk Base : 733,94 g/mol Pemeriaan: serbuk hablur putih atau sedikit kuning, tidak berbau atau praktis tidak berbau, praktis tidak berasa.

Page 2: kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat

Kelarutan: sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam PEG 400. Stabilitas: mudah terurai dalam asam lambung, tidal stabil dalam larutan yang mengandung air. Ph stabilitas optimal 7-8 Penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya Dosis obat bentuk base 200 mg/5 ml. Rancanglah bentuk sediaan obat yang tepat (formula) untuk zat aktif A tersebut berdasarkan data di atas dan jelaskan pembuatan dan evaluasi terhadap formula tersebut!

B KEY WORDS/TERMINOLOGI FARMASI

1. EritromisinMerupakan golongan antibiotik makrolid dimana memiliki persamaan yaitu terdapatnya cincin lakton yang besar dalam rumus molekulnya. Eritromisin dianggap paling penting dalam golongan makrolid tersebut. Efek terbesar eritromisin terhadap kokus gram positif.

2. Suspensi keringSuspensi kering atau suspensi rekonstitusi adalah sejumlah sediaan resmi dan diperdagangkan yang terdiri dari campuran kering atau serbuk granula, dimaksudkan untuk disuspensikan dalam air atau pembawa lainnya sebelum pemberian. Stabilitas suspensi ini dapat dipertahankan ± 7 hari.

3. Pensuspensi (suspending agent)Zat yang digunakan untuk menurunkan sedimentasi partikel suspensi. Zat ini tidak larut yang terdispersi dalam cairan pembawa. zat ini bekerja dengan cara meningkatkan viskositas cairan pembawa.

4. Wetting agentAtau juga disebut surfaktan, merupakan zat yang digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan antar dua cairan atau antara cairan dan serbuk.

C RUMUSAN KASUS

1) Alasan Pemilihan bentuk sediaan:Bentuk sediaan yang tepat (formula) untuk zat aktif berupa Eritromisin yaitu suspensi kering karena kebanyakan antibiotik akan terurai atau tidak stabil jika kontak lama dalam pembawa air.Obat tidak diformulasi dalam bentuk base nya, tapi dalam bentuk garam nya yaitu eritromisin etil suksinat karena kelarutan dalam air yang rendah jika obat dalam bentuk base.Zat tambahan yang biasa digunakan dalam sediaan suspensi kering ialah pensuspensi, pengawet, pemanis, pewarna, dan wetting agent.

2) Alasan pemilihan metode pembuatanAdapun metode yang bisa digunakan yaitu metode produk campuran serbuk dan granulasi kering namun kali ini digunakan metode campuran serbuk. Hal ini dilakukan

Page 3: kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat

karena zat aktif tidak tahan terhadap pemanasan sehingga dihindari dari proses pembuatan yang melibatkan pemanasan. Dengan menggunakan metode ini diharapkan sediaan terhindar dari ketidakstabilan zat aktif d ibandingkan dengan metode granulas i . Sedangkan untuk metode campuran serbuk dan granul t idak d igunakan karena dapat memisah antara bahan granul dan non granul ket ika d i rekost i tus i . Metode in i d ianggap pal ing baik untuk sediaan er i t romis in dan juga pembuatannya yang lebih mudah.

3) Preformulasi

Formularium Officinale: (Formularium Nasional, Hal: 126)ERYTRHOMYCINI AETHYLSUCCINAS PRO SUSPENSIONE

Eritromisin etilsuksinat untuk suspense

Komposisi : untuk tiap 5 mL suspense jadi mengandung Eritromisin etilsuksinat setara dengan eritromisin

200 mgZat tambahan yang cocok secukupnya

4) Data Preformulasi Zat Aktif

1. Eritromisin Etil Suksinat ( Farmakope Indonesia edisi IV hal 359, Martindale edisi 36 hal 269 Drug Infomations 88 hal 197,, Drug Information hal 240-241)Rumus Molekul : C43H75NO16

Berat Molekul : 862,06

Rumus Bangun :

Pemerian :Serbuk hablur putih atau sedikit kuning, tidak berbau atau praktis tidak berbau; praktis tidak berasa

Page 4: kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat

Kelarutan :Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol dan dalam polietilena glikol 400

Dosis : 1. Dewasa : 200 - 400 mg tiap 6 jam sekali pakai

2.Anak : 30-50mg/kg sehari dalam 4 dosis tiap 6 jam

pH : antara 6,0 dan 8,5

Inkompatibilitas : dengan natrium ampisilin dan natrium kloklasilin

Stabilitas :

Eritromisin etil suksinat setelah direkonstitusi dapat bertahan kurang dari 10 hari dan harus dimpan di lemari es.

Suspensi rekonstitusi dapat disimpan pada suhu dibawah 300C atau dapat disimpan pada lemari es selama 10 hari-35 hari.

Khasiat : Antibiotik, obat malaria

Wadah :Dalam wadah tertutup rapat.

Zat Tambahan

1. CMC Na(Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Ed hal. 134)

Rumus bangun : Pemerian : serbuk atau granul, warna putih sampai krem,

tidak berasa.Kelarutan : praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter,

dan toluene. Mudah terdispersi dalam air, pada semua temperatur menghasilkan larutan koloidal

Page 5: kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat

Bobot jenis: 0,52Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapatKonsentrasi : 0,1,-1,0%pH : 6,5-8,5Kegunaan : Pengental (thickening agent) dan suspending

agent.OTT : Tidak bercampur dengan larutan asam kuat dan

larutan asam yang mengandung logam seperti aluminium, merkuri, dan zink

Stabilitas : CMC stabil, meskipun bahan tersebut bersifat higroskopik.

2. Sorbitol (Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Ed. Hal. 679, Farmakope Indonesia IV hal.756)

Rumus bangun :

Pemerian :Serbuk, butiran atau kepingan putih, rasa manis, higroskopis, berbau lemah.

Kelarutan :Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol 95%, dalam methanol dan dalam asam asetat.

Kegunaan :Wetting agent

Konsentrasi :3 – 15 %

OTT :Ion logam trivalent dalam asam kuat dan dalam suasana alkali

Stabilitas :Stabil terhadap bahan pengkatalis, larutan asam dan alkali.

3. PVP (Poly vinyl pyrrolidone)(Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Ed hal. 581)

Page 6: kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat

Rumus bangun:

Pemerian :Serbuk putih, agak putih atau tidak berbau, serbuk higroskopis.

Kelarutan :Mudah larut dalam suasana asam, sukar larut dalam etanol 95%, methanol dan asam asetat.

Kegunaan :Bahan pengikat

Konsentrasi :0,5 – 5 %

OTT :Bercampur dengan garam anorganik, bahan alam dan bahan kimia lain.

Stabilitas :Stabil dalam lingkaran kecil pemansan antara 110 - 130°C.

4. Nipagin (Methylis Parabenum)(Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Ed. Hal. 441, Farmakope Indonesia IV hal.551)

Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih; tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter.

Konsentrasi : 0,015% - 0,2%Kegunaan : pengawet antimikrobaOTT : kemampuan atau aktivitas

antibiotikal/antimikroba akan berkurang jika terdapat sufaktan non ionic. Inkompabilitas terhadap bentonite, magnesium trisilikat, talk, tragakan, sodium alginate, minyak esensial, atropine.

5. Etanol(Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Ed. Hal. 17, Farmakope Indonesia IV hal.63)

Rumus bangun :

Page 7: kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat

Pemerian :Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.

Kelarutan :Bercampur dengan air dan praktus tidak campur dengan semua pelarut organik

Stabilitas :Mudah menguap di udara terbuka

OTT :Dengan yang mengandung Alumunium dan berinteraksi dengan beberapa obat tertentu

Kegunaan :Antimikroba, Pengawet, Desinfektan, Solven

Wadah :Dalam wadah tertutup rapat

6. Strawberry essence(Handbook of Pharmaceutical Excipents 6th hal.421)

Rumus Molekul : C16H19N3O4S

BM : 349,40

BJ : 1,49 g/cm3

pH : 5,3

Pemerian : Cairan jernih berwarna merah

Kelarutan : Larut dalam air dan alcohol 90%

Kegunaan : Pewarna dan pewangi

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik sejuk dan kering, terhindar dari cahaya matahari

7. Eritrosin( Martindale edisi 36 hal 427 )

Rumus bangun :

Rumus molekul : C20H614Na2O5

BM : 897,9

Pemerian : Serbuk halus berwarna merah

Page 8: kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat

Kelarutan : Larut dalam air

Stabilitas : Tidak stabil terhadap udara

Kegunaan : Bahan Pewarna

Penyimpanan : Wadah kedap udara, tidak tembus cahaya.

8. Aerosil(Martindale 28 p.958, Handbook of pharmaceutical Excipients 6th p.185)Rumus bangun : Pemerian : serbuk, ringan, putih, tidak berbau, tidak berasaKelarutan : praktis tidak larut dalam air, pelarut organicpH : 3.8-4.2Titik leleh : 1600oCKonsentrasi : glidant 0,1-0,5% Stabilitas : bersifat higroskopis tetapu mengadsorbsi

besar air tanpa mencairkan. Ketika digunakan dalam sistem berair pada pH 0 – 0,75, efektif dalam meningkatkan viskositas dari suatu sistem.

Kegunaan : PelincirInkompatibilitas : tidak tercampur dengan dietilstylbestrolWadah & Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik

5) FORMULABahan (Formula Granulasi)(%)

Eritromisin etilsuksinat 4

CMC 1

Sorbitol 5

PVP 1

Nipagin 0,05

Strawberry essence 0,2

Eritrosin 0.05

Aerosil 0,1

6) PEMBUATANFormula (Granulasi kering)

Page 9: kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat

1. Alat dan bahan disiapkan.2. Bahan-bahan ditimbang. Botol dikalibrasi 60 mL.3. Eritromisin etilsuksinat dimasukkan ke dalam lumpang,

kemudian ditambahkan Sorbitol di gerus sampai halus homogen.

4. Campuran tersebut ditambahkan CMC, nipagin, eritrosin, dan strawberry essence, kemudian digerus sampai homogen tambah aerosol, gerus homogen lagi.

5. Campuran homogen ditimbang sebanyak … gram, dimasukkan ke dalam wadah, dan

6. Sisa campuran homogen digunakan untuk evaluasi.7) EVALUASI UNTUK SEDIAAN SUSPENSI KERING

a) Organoleptis

Warna

Rasa

Bau

b) Uji Stabilitas

1. Fisika

Profil Sedimentasi

Organoleptis

Moisture Content

Distribusi Ukuran Partikel

Sifat Alir Granul & Sudut Istirahat

Berat Jenis (Densitas)

2. Kimia

Penetapan Ph

c) Uji Viskositas dengan alat viskometer Brookfield dan viskometer stormer

d) Waktu rekonstitusi

Page 10: kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat

D PETA KONSEP/MIND MAP

Alur pembuatan sediaan suspensi kering eritromisin etil suksinat

3. pemilihan metode pembuatan

2. pemilihan bentuk sediaan

1.Preformulasi

Studi kelayakan : dilihat kebutuhan pasar, daya saing pasar, harga produk yang beredar.

Studi pustaka

Page 11: kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat

4. penentuan formula sediaan

5. Skrining bahan

10. Evaluasi sediaan

9. simpan di botol kaca pada suhu kamar

8. campuran granul eritromisin etil suksinat

7. Granulasi bahan

6. proses pembuatan

Page 12: kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat

E RESUME/LO

Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran yang diperoleh dari narasi/topik ini adalah sebagai berikut:

1. Memilih bentuk sediaan yang paling tepat berdasarkan sifat dari zat aktif sehingga dapat diperoleh stablitas sediaan yang baik.

2. Memilih metode pembuatan yang paling sesuai sehingga terhindar dari kerusakan zat aktif

3. Memformulasi suatu sediaan berupa suspense kering eritromisin etilsuksinat

4. Mengetahui alur pembuatan sediaan suspensi kering dari proses awal hingga evaluasi yang harus dilakukan.

REFERENSI1. Lachman, L. Lieberman, H. A dan Kanig., 1994, Teori dan

Praktek Farmasi Indudtri, edisi ketiga, alih bahasa : Siti Suyatmi, penerbit Universitas Indonesia, Jakarta

2. Ansel,CH., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi 4, Universitas Indonesia, Jakarta

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV.

4. Departemen kesehatan Republik Indonesia, 1978, Formularium Nasional edisi II, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

5. Wade A, Welle Pj., 1982, Handbook of Pharmaceutical Excipents, 6th edition, London : The Pharmaceutical press.

6. Martindale, 1982, The Extra Pharmacopoeia, 28th edition. London : The Pharmaceutical press.

7. Kathy Litvak, et al., Drug Information Analysis 88, AHFS.8. Aulton M., 1990, Pharmaceutical Dosage Form tablet , 2 nd.9. Voight R, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V,

Diterjemahkan oleh Soewandi, SIV. Cetakan ke-2. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.