Upload
ramdinaeka
View
127
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat terdiri atas orang yang saling berinteraksi dan berbagi budaya
bersama. Masyarakat mutlak harus ada bagi tiap individu oleh sebab ia merupakan
“pusaran” tempat nilai-nilai, barang-barang, ataupun peralatan untuk hidup diperoleh.
Juga, individu mutlak harus ada bagi tiap masyarakat oleh sebab lewat aktivitas dan
kreasi individu-lah seluruh nilai material suatu peradaban diperoleh. Setiap masyarakat
senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat
yang bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan
menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainya. Apabila
suatu masyarakat lebih menghargai kekayaan materil dari pada kehormatan. Gejala
tersebut menimbulkan lapisan masyarakat, yang merupakan perbedaan posisi seseorang
atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda.
Bentuk-bentuk lapisan masyarakat berbeda-beda dan banyak sekali. Lapisan-
lapisan tersebut tetap ada, sekalipun dalam masyarakat kapitalis, demokratis, komunistis
Dan lain sebagainya. Lapisan masyarakat mulai ada sejak manusia mulai mengenal
adanya kehidupan bersama didalam organsisasi sosial. Lapisan masyarakat memiliki
banyak bentuk-bentuk kongkrit. Akan tetapi, secara prinsipil bentuk-bentuk tersebut
dapat di klasifikasikan ke dalam tiga macam kelas yaitu yang ekonomis, politis, dan yang
didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Umumnya, ketiga bentuk
kelompok tadi mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainya, di mana terjadi
saling mempengaruhi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
a) Pengertian lapisan masyarakat (stratifikasi sosial)?
b) Bagaimana proses terjadinya lapisan masyarakat?
c) Kelas-kelas dalam Mayarakat?
d) Dasar-dasar Lapisan Mayarakat?
e) Unsur-unsur Lapisan Masyarakat?
f) Mobilitas Sosial?
1
g) Perlunya Sistem Lapisan Masyarakat
C. Tujuan Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penyusun memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1. Secara Umum
Agar mahasiswa dan pembaca mampu mengetahui perlunya Sistem Lapisan Sosial
di Masyrakat
2. Secara Khusus
a) Mahasiswa bisa mendeskripsikan makna stratifikasi sosial dengan mendalam.
b) Kita bisa mengetahui asal usul terjadinya stratifikasi sosial dalam kelompok
masyarakat.
c) dapat meneliti sifat-sifat stratifikasi sosial masyarakat antara yang baik untuk
ditiru dan yang tidak pantas untuk ditiru
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Lapisan Masyarakat (stratifikasi sosial)
Stratifikasi berasal dari bahasa latin “stratus” yang artinya lapisan/tingkatan. Di
dalam masyarakat terdapat sejumlah lapisan dengan jumlah yang berbedabeda. Hal itu
tidak lain karena di masyarakat terjadi perbedaan sosial.
Sedangkan secara terminologi, stratifikasi sosial artinya pembedaan penduduk
atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar kekuasaan, hak-hak
istimewa dan prestise.
Menurut Pitirim A. Sorokin, stratifikasi social adalah perbedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat. Pitirim A. Sorokin juga
mengatakan bahwa lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum
dalam masyarakat yang hidup teratur. Lapisan-lapisan kelas secara bertingkat dapat
dibedakan menjadi tiga unsur, yaitu kelas atas, menengah, dan kelas bawah. Golongan
yang berada dalam kelas atas adalah golongan yang memiliki banyak uang, kekuasaan,
dan mungkin juga kehormatan.
Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-
orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis
menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Stratifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai
penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam
lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
B. Terjadinya Lapisan Lasyarakat
Sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Akan tetapi, ada pula yang dengan sengaja di susun untuk
mengejar suatu tujuan bersama. Alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi
dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan, kerabat
seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu.
Secara teoritis, semua manusia di anggap sederajat. Akan tetap, sesuai dengan
kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah dimikian. Perbedaan atas
3
lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap
masyarakat.
Pedoman untuk meneliti pokok-pokok terjadinya proses lapisan dalam
masyarakat.
1. pada sistem pertentangan yang ada dalam masyarakat, sistem dimikian hanya
mempunyai arti khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu.
2. Sistem lapisan dapat di analisis dalam arti-arti sebagai berikut.
a. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti penghasilan, kekayaan, dan
keselamataan.
b. Sistem pertanggaan yang di ciptakan oleh para warga masyarakat.
c. Kriteria sistem pertentengan dapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan
kelompok kerabat tertentu, milik, dan wewenang atau kekuasaan.
d. Lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian,
perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi.
e. Mudah sukarnya bertukar kedudukan.
f. Solidaritas di antara individu atau kelompok-kelompok sosial yang menduduki
kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat seperti:
1) Pola-pola interaksi (struktur klik,keanggotaan organisasi, perkawinan dan
sebagainya).
2) Kesamaan atau ketidaksamaan sistem percayaan, sikap dan nilai-nilai.
3) Kesadaran akan kedudukan masing-masing.
4) Aktifitas sebagai organ kolektif.
Sistem lapisan masyarakat yang dengan sengaja di susun untuk mengajar suatu
tujuan bersama. Hal itu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang
resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti pemerintah, prusahaan, partai politik,
angkatan bersenjata atau perkumpulan.kekuasaan dan wewenang merupakan unsur
khusus dalam sistem lapisan. Unsur tersebut memepunyai sifat yng lain dari uang, tanah,
benda-benda ekonomis, ilmu pengetahuan, atau kehormatan.
Akan tetapi, apabila suatu masyarakat hendak hidup dengan teratur, kekuasaan
dan wewenang yang ada harus di bagi dengan teratur pula sehingga jelas bagi setiap
orang di tempat mana letaknya kekuasaan dan wewenang dalam organisasi, secara
vertikal dan horizontal. Apabila kekuasaan dan wewenang tidak di bagi secara teratur,
kemingkinan besar sekali akan terjadi pertentangan-pertentangan yang dapat
membahayakan keutuhan masyarakat.
4
C. Sifat Sistem Lapisan Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya, pelapisan sosial dibedakan
menjadi sistem pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem
pelapisan sosial campuran.
1. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan
mobilitas (perpindahan) dari satu lapisan ke lapisan sosial yang lain. Dalam sistem
ini, satu-satunya kemungkinan untuk masuk pada status tinggi dan terhormat dalam
masyarakat adalah karena kelahiran atau keturunan.
2. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota
strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertical maupun horizontal.
Setiap orang memiliki kesempatan berusaha untuk menaikkan, menurunkan,
maupun menstabilkan statusnya. Contoh: Seorang miskin karena usahanya bias
menjadi kaya, atau sebaliknya.Seorang yang rendah tingkat pendidikannya dapat
memperoleh pendidikan yang lebih tinggi dengan usaha yang gigih.
3. Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan
terbuka. Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan
terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh
kedudukan rendah. Maka ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok
masyarakat di Jakarta.
D. Kelas-Kelas Dalam Masyarakat (social classes)
Kelas sosial adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukannya di
dalam suatu lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu di ketahui serta di akui oleh
masyarakat umum.
Ada beberapa pendapat tentang kelas sosial, yaitu:
Kurt.B.Mayer, istilah kelas sosial hanya di pergunakan untuk lapisan yang
bersandarkan atas unsur-unsur ekonomis, sedangkan lapisan yang berdasarkan atas
kehormatan kemasyarakatan di namakan kelompok kedudukan (status group).
Max Weber, membuat perbedaan antara dasar-dasar ekonomis dan dasar-dasar
kedudukan sosial, dan tetap menggunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas
yang bersifat ekonomis di baginya lagi dalam kelas yang bersandarkan atas pemilikan
5
tanah dan benda-benda, sarta kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dan
menggunakan kecakapanya. Adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus dari
masyarakat dan di namakan stand.
Joseoh Schumpeter, terbentuknya kelas dalam masyarakat di perlukan untuk
menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata, akan tetapi makna
kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainya hanya dapat di mengerti dengan benar
apabila di ketahui riwayat terjadinya. Definisi lain dari kelas adalah berdasarkan
beberapa kriteria tradisional, yaitu:
1. Besar jumlah anggotanya,
2. Kebudayaan yang sama, yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
warganya,
3. Kelanggengan,
4. Tanda/lambang-lambang yang merupakan ciri khas,
5. Batas-batas yang tegas (bagi kelompok itu terhadap kelompok lain),
6. Antagonisme tertentu.
Sehubungan dengan kriteria tersebut di atas, kelas menyediakan kesempatan atau
fasilitas-fasilitas hidup tertentu. ( life chances ) bagi anggotanya.
E. Dasar Lapisan Masyarakat
Di antara lapisan teratas dengan lapisan terendah, terdapat lapisan yang
jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan teratas tidak hanya memiliki satu macam saja
dari apa yang di hargai oleh masyarakat. Akan tetapi, kedudukan yang tinggi itu bersifat
komulatif. Artinya mereka yang mempunyai banyak uang akan mudah sekali dalam
mendapatkan apa yang mereka inginkan, kekuasaan, dan mungkin juga kehormatan.
Kriteria-kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan adalah:
1. Ukuran kekayaan,
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki
kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem
pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan
digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara
lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara
6
berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja,serta kemampuannya dalam
berbagi kepada sesama
2. Ukuran kekuasaan,
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya
dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau
sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
3. Ukuran kehormatan,dan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan.
Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem
pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada
masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang
banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang
berprilaku dan berbudi luhur.
4. Ukuran ilmu pengetahuan.
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan
akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang
bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar
akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya
dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor.
Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang
disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga
banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh
gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan
seterusnya.
F. Unsur-unsur Lapisan Masyarakat
Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan
masyarakat adalah kedudukan ( status ) dan peranan ( role ). Kedudukan dan peranan
merupakan unsur-unsur dalam sistem lapisan, dan mempunyai arti yang penting bagi
sistem sosial. Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik antar
individu-individu tersebut. Dalam hubungan timbal balik tersebut, kedudukan dan
7
peranan individu mempunyai arti yang penting karena langgengnya masyarakat
tergantung pada keseimbangan kepentingan-kepentingan individu termaksut.
1. Kedudukan ( status )
Kedudukan di artikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial. Kedudukan sosial diartikan adalah tempat seseorang secara umum
dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Secara abstrak,
kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu.
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan yaitu
sebagai berikut:
a. Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa
memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan
tersebut memperoleh karena kelahiran. Pada umumnya ascribed status di jumpai
pada masyarakat-masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup, misalnya
masyarakat fiodal, atau masyarakat di mana sistem lapisan tergantung pada
perbedaan rasial. Namun demikian, ascribed status tak hanya dijumpai pada
masyarakat-masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup. Pada sistem lapisan
terbuka juga ada.
b. Achieved status adalah kedudukan yang di capai oleh seseorang dengan usaha-
usaha yang di sengaja. Kedudukan ini tidak diproleh atas dasar kelahiran. Akan
tetapi, bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung pada kemampuan masing-
masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang
dapat menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu.
c. Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu assigned status,
yang merupakan kedudukan yang di berikan. Assigne-status tersebut sering
mempunyai hubungan yang erat dengan achieved status, dalam arti bahwa suatu
kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada
seseorang yang berjasa, yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
8
2. Peranan ( role )
Peranan ( role ) merupakan aspek dinamis kedudukan ( status). Apabila
seseorang meleksanakan hak dan kewajibanya sesuai dengan kedudukanya, dia
menjankan suatu peranan. Pembeda antara kedudukan dengan peranan adalah untuk
kepentingan ilmu pengetahuan.keduanya tidak dapat di pisah-pisahkan karena yyang
satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan
atau kedudukan tanpa peranan.
Sabagai mana halnya dalam kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti.
Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola
pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang
perbuatanya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang di berikan oleh
masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena bisa mengatur prilaku
seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat
meramalkan perbuatan-perbutan orang lain hubungan-hubungan sosial yang ada
dalam masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam
masyarakat. Peranan juga di atur oleh norma-norma yang berlaku.
Peranan yang melekat pada seseorang harus di bedakan dengan posisi dalam
pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat yaitu social position
merupakan unsur statis yang menunjukan tepat individu pada organisasi masyarakat.
Peranan mencakup tiga hal, yaitu nsebagai berikut;
a. Peranan meliputi norma-norma yang di hubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.
b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat di lakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat di katakan sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur
sosial masyarakat.
G. Lapisan yang Sengaja Disusun
Di mana telah diterangkan bahwa ada lapisan yang sengaja disusun, dalam suatu
organisasi formal oleh mereka yang berwenang untuk itu. Secara panjang lebar hal itu
disusun oleh Chester F. Barnard dalam karangannya yang berjudul The Function of
9
Status Sistem. Menurut Barnard, sistem pembagian kedudukan pada pokoknya
diperlukan secara mutlak agar organisasi dapat bergerak secara teratur untuk mencapai
tujuan yang di niatkan oleh para penciptanya.
Sistem kedudukan dalam organisasi formal timbul karena perbedaan-perbedaan
kebutuhan, kepentingan, dan kemampuan individual yang mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1. Perbedaan kemampuan individu. Kemampuan khusus yang di miliki seseorang dan di
akui oleh masyarakat menyebabkan yang bersangkutan memiliki kedudukan tertentu.
2. Perbedaan-perbedaan yang menyangkut kesukaran-kesukaran untuk melakukan
bermacam-macam jenis pekerjaan.
3. Perbedaan kepentingan masing-masing jenis pekerjaan.
4. Keinginan pada kedudukan yang formal sebagai alat sosial atau alat organisasi.
5. Kebutuhan akan perlindungan bagi seseorang.
H. Mobilitas Sosial ( Social Mobility )
Mobilitas adalah pergerakan atau perpindahan, sedangkan sosial adalah
masyarakat. Jadi mobilitas sosial adalah suatu proses pergerakan naik(social climbing)
atau turunnya(social sinking) status seseorang atau kelompok masyarakat.
menurut HORTON, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari suatu kelas
sosial ke kelas sosial lainnya. Dengan demikian MOBILITAS SOSIAL hanya terjadi
pada kelas sistem stratifikasi sosial yg terbuka tidak menganut sistem stratifikasi tertutup
atau kasta.
1. Pengertian Umum dan jenis-jenis Gerak Sosial
Gerak sosial atau social mobility adalah suatu gerak dalam struktur sosial
( social strukture ) yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok
sosial. Struktur sosial mencangkup sifat-sifat hubungan antara individu dalam
kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada dua yaitu, gerak sosial horizontal dan
gerak sosial vertikal. Gerak sosial harizontal merupakan peraliahan individu atau
objek-objek sosial lainnya yang sederajat. Contohnya adalah seseorang yang beralih
kewarganegaraan beralih pekerjaan yang sederajat atau mungkin juga peralihan, atau
gerak objek-objek sosial. Gerak sosial vertikal adalah sebagai perpidahan individu
atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan yang lainnya, yang tidak
10
sederajat. Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal,
yaitu yang naik ( social climbing ) dan yang turun ( social sinking ).
Gerak sosial vertikal naik mempunyai dua bentuk utama yaitu:
a. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam
kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan tersebut telah ada.
b. Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian di tempatkan pada
derajat yang lebih tinggi, dari kedudukan individu-individu pembentuk
kelompok tersebut.
Gerak sosial vertikal yang menurun mempunyai dua bentuk utama yaitu:
a. Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya.
b. Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi
kelompok sebagai kesatuan.
2. Tujuan Penelitian Gerak Sosial
Para sosiologi meneliti gerak sosial untuk mendapatkan keterangan-
keterangan perihal keteraturan dan kekuasaan struktur sosial. Para sosiologi
mempunyai perhatian yang khusus terhadap kesulitan-kesulitan yang secara relatif di
dalami oleh individu-individu dan kelompok-kelompok sosial dalam mendapatkan
kedudukan yang terpandang oleh masyarakat dan yang merupakan objek dari suatu
persaingan.
Dalam sistem lapisan terbuka, kedudukan yang hendak di capai, tergantung
pada usaha dan kemampuan si individu. Memang benar bahwa anak seorang
pengusaha misalnya mempunyai peluang yang lebih baik dan lebih besar dari pada
anak seorang tukang sapu jalan. Akan tetapi, kedudukan dalam masyarakat tidak
menutup kemungkinan bagi anak tukang sapu untuk memperoleh kedudukan yang
lebih tinggi dari kedudukan yang semula di punyainya. Bahkan sebaliknya, sifat
terbuka dalam sistem lapisan dapat mendorong dirinya untuk mencapai kedudukan
yang lebih tinggi dan lebih terpandang dalam masyarakat,. Namun, kenyataanya
tidak seideal itu. Dalam masyarakat selalu ada hambatan dan kesulitan-kesulitan,
misalnya birokrasi, biaya, kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat,dan
lain sebagainya.
3. Beberapa Prinsip Umum Gerak Sosial yang Vertikal
Gerak sosial horizontal seperti pindah pekerjaan yang sederajat, perpindahan
penduduk ( urbanisasi, transmigrasi, dan lain sebagainya ), bukan di bicarakan
dengan panjang lebar. Bukan karena sengaja terebut tidak penting, tetapi karena
11
gerak sosial vertikal lebih penting untuk dijadikan landasan bagi pembangunan.
Prinsip-prinsip umum yang sangat penting bagi gerak sosial vertikal adalah sebagai
berikut:
a. Hampir tak ada masyarakat yang sifat sistem lapisan mutlak tertutup, dimana
sama sekali tak ada gerak sosial yang vertikal.
b. Berapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tak mungkin gerak
sosial yang vertikal dilakukan dengan yang sebebas-bebasnya. Paling tidak
banyak akan ada hambatan-hambatan. Apabila proses gerak sosial termasuk dapat
dilakukan dengan sebebas-bebasnya, tak mungkin ada stratifikasi sosial yang
menjadi ciri tetap dan umum dari setiap masyarakat.
c. Gerak sosial vertikal yang umum berlaku bagi semua masyarakat tak ada. Setiap
masyarakat mempunyai ciri-ciri sendiri bagi gerak sosialnya yang vertikal.
d. Laju gerak sosial vertikal yang di sebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik,
serta pekerjaan berbeda.
e. Berdasarkan bahan-bahan sejarah, khususnya dalam gerak sosial vertikal yang di
bedakan faktor-faktor ekonomis, politik dan pekerjaan, tak ada kecendrungan
yang kontinu perihal bertambah atau berkurangnya laju gerak sosial.
4. Saluran Gerak Sosial Vertikal
Menurut Paritim A. Sorokin, gerak sosial vertikal mempunyai saluran-saluran
dalam masyarakat. Proses gerak sosial vertikal melalui saluran tadi disebut social
circulation. Saluran yang terpenting adalah angkatan bersenjata, lembaga
keagamaan, pendidikan, organisasi politik, ekonomi dan keahlian.
Angkatan bersenjata memainkan peranan penting dalam masyarakat dengan
sistem militerisme, atau yang berada dalam keadaan perang, baik melawan musuh
dari luar maupun perang saudara.
Lembaga keagamaan merupakan salah satu saluran penting dalam gerak sosial
vertikal. Setiap ajaran agama menganggap manusia mempunyai keadaan sederajat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pemuka-pemuka agama bekerja keras untuk
menaikan kedudukan orang-orang dari lapisan rendah dalam masyarakat.
Lembaga pendidikan seperti sekolah, pada umumnya merupakan saluran
kongkrit gerak sosial yang vertikal. Bahkan sekolah-sekolah dapat di anggap sebagai
social elevator yang bergerak dari kedudukan-kedudukan yang paling rendah ke
kedudukan yang paling tinggi. Kadang-kadang di jumpai dimana sekolah-sekolah
tertentu hanya dapat di masuki oleh golongan-golongan masyarakat yang tertentu,
12
misalnya dari lapisan atas, atau dari suatu ras tertentu. Sekolah-sekolah yang
demikian bila dapat di masuki oleh lapisan yang rendah akan menjadi saluran gerak
sosial yang vertikal.
Organisasi politik seperti partai politik dapat memberi peluang besar bagi para
anggotanya untuk naik dalam pertanggaan kedudukan. Apabila ia mempunyai
kemampuan beragitasi, berorganisasi, dan sebagainya. Pada masyarakat yang
demokratis dimana lembaga pemilihan umum memegang peranan penting dalam
pembentukan kepemimpinan, organisasi-organisasi politik mempunyai peranan yang
sama, walaupun dalam bentuk yang lain.
Bagaimana juga dengan wujudnya suatu organisasi ekonomi umpamanya
perusahaan mobil, perusahaan impor ekspor, dan lain-lainnya. Organisasi-organisasi
tersebut memegang peranan sebagai saluran gerak sosial yang vertikal. Betapapun
ukuran-ukuran yang menjadi dasar sistem lapisan dalam masyarakat biasanya orang-
orang kayalah yang menduduki lapisan tinggi. Gejala ini juga di jumpai pada
masyarakat tradisional, yang sering di hubungkan dengan upacara-upacara adat yang
harus di lakukan.
I. Perlunya Sistem Lapisan Masyarakat
Manusia pada umumnya bercita-cita agar ada perbedaan kedudukan dan peranan
dalam masyarakat itu tidak ada. Akan tetapi, cita- cita tersebut selalu akan tertumbuk
pada kenyataan yang berlainan. Setiap masyarakat harus menempatkan individu-individu
pada tempat-tempat tertentu dalam struktur sosial dan mendorong mereka untuk
melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai akibat penempatan tersebut. Dengan
demikian, masyarakat menghadapi dua persoalan. yaitu, menempatkan individu-indiiduu
tersebut, dan mendorong agar mereka melaksanakan kewajibannya.
Apabila semua kewajiban selalu sesuai dengan keinginan si individu, dan sesuai
pula dengan kemampuan-kemampuannya dan seterusnya, persoalannya tak akan selalu
sulit untuk di laksanakan. Akan tetapi kenyataan bukanlah demikian. Kedudukan dan
peranan tertentu sering memerlukan kemampuan dan latihan-latihan tertentu. Pentingnya
kedudukann dan peranan tersebut juga tidak selalu sama. Maka, tak akan dihindarkan
bahwa masyarakat harus menyediakan beberapa macam sistem pembalasan jasa sebagai
pendorong agar individu mau melaksanakan kewajiban-kewajjibannya yang sesuai
dengan posisinya dalam masyarakat.
13
Dengan demikian, mau tidak mau ada sistem lapisan masyarakat karena gejala
tersebut sekaligus memecahkan persoalan yang di hadapi masyarakat yaitu penempatan
individu dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya
agar melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan kedudukan serta dengan peranannya.
Pengisian tempat-tempat tersebut merupakan daya pendorong agar masyarakat bergerak
sesuai dengan fungsinya. Akan tetapi, wujudnya dalam setiap masyarakat juga berlainan
karena tergantung pada bentuk dan kebutuhan masing-masing masyarakat. Jelas bahwa
kedudukan dan peranan yang di anggap tertinggi oleh setiap masyarakat adalah
kedudukan dan peranan yang di anggap terpenting secara memerlukan kemampuan dan
latihan-latihan yang maksimal.
14
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Lapisan masyarakat ( stratifikasi sosial ) adalah perbedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat ( secara hierarkis ).
2. Sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Akan tetapi, ada pula yang dengan sengaja di susun
untuk mengejar suatu tujuan bersama.
3. Kelas-kelas dalam lapisan masyarakat ada tiga yaitu: kelas atas, kelas menengah dan
kelas bawah.
4. Hal yang mewujudkan unsur dalam sistem lapisan masyarakat adalah kedudukan
( status ) dan peranan ( role )
5. Gerak sosial atau social mobility adalah suatu gerak dalam struktur sosial
( social strukture ) yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok
sosial.
B. Saran
Bagi penulis dan pembaca dalam menghadapi perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan terlebih harus memfilter jika pengaruhnya dari luar, karena perubahan ini
datang nya dari budaya luar atau karena pengaruh teknologi yang nantinya bisa
menghilangkan kebudayaan kita sendiri. Dan memang perubahan sosial terjadi dengan
cepat jika kita tinggalnya di perkotaan dan lambat terjadinya yang tinggal dipedesaan.
15