24

HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dibahasa mengenai hormon kortikosteroid, jenis-jenisnya, jenis sediaan, indikasi, dan kontraindikasi.

Citation preview

Page 1: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)
Page 2: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

DIAN FITRIANI SANTOSO P. (2012.01.009)

FAUZIYAH SUNDARI (2012.01.011)

JONATHAN CHRISTOFER R.R. (2012.01.013)

V. LOUISA SEANE (2012.01.025)

Page 3: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

KORTIKOSTEROID

Kortikosteroid adalah hormon yang diproduksi dan

disekresikan oleh kelenjar korteks adrenal. Sekresi

hormon kortikosteroid dikontrol oleh pelepasan

kortikotropin hipofisis (ACTH). Hormon

kortikosteroid disintesis dari kolesterol.

Terdapat 2 hormon kortikosteroid yang di

sekresikan:

- Glukokortikoid (kortisol)

- Mineralokortikoid (aldosteron)

Page 4: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

GLUKOKORTIKOIDSintesis dan sekresi kortisol diregulasi secara ketat oleh sistem saraf pusat, dan

sensitif terhadap umpan balik negatif oleh kortisol dan glukokortikoid sintetik

(eksogen) dalam peredaran. Pada orang dewasa normal tanpa stres, disekresikan

10-20 mg kortisol setiap hari. Laju sekresinya berpuncak pada dini hari dan

sesudah makan. Di dalam plasma, kortisol terikat pada protein dalam peredaran.

Kebanyakan kortisol dimetabolisasi di hati.

GLUKOKORTIKOID SINTETIK

Biasanya disintesis dari asam folat yang didapat dari ternak atau steroid

sapogenin yang ditemukan pada tanaman.

Page 5: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

MINERALOKORTIKOID

Aldosteron

Laju sekresinya dipengaruhi oleh berbagai keadaan seperti stimulasi oleh ACTH,

aktivitas angiotengsin, serta variasi independen antar sekresi aldosteron-kortisol.

Deoksikortikosteron (DOC)

Dalam keadaan normal, deoksikortikosteron disekresikan dalam jumlah sekitar 200

mcg/hari. Pengendalian sekresinya dikendalikan oleh ACTH. Sekresi DOC dapat

meningkat pada kondisi abnormal .

Fludrokortison

Merupakan mineralokortikoid yang paling banyak digunakan. Mempunyai aktivitas

retensi garam yang kuat dan efek anti-inflamasi yang berarti walaupun digunakan

dalam dosis yang sedikit.

Page 6: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

KEGUNAAN

GLUKOKORTIROID

mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan protein, Hormon ini

disentesis dalam sel-sel zona fasikulata dan zona retikularis yang mengatur

metabolisme karbohidrat. Sekresi dipengaruhi oleh ACTH (Adreno

Corticotropin Hormon).

MINERALOKORTIKOID

mempunyai aktivitas menahan garam dan disintesis dalam sel-sel zona

glomerulosa yang mengatur keseimbangan elektrolit. Sekresi dipengaruhi

oleh kadar mineral (Na+ dan K+) dan volume plasma.

Page 7: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

SEDIAAN OBAT

Glukokortikoid kerja –singkat

hingga –sedang

Hydrocortisone (Solu Cortef, . . . )

Corisone

Prednisone (Lexacort)

Prednisolone

Methylprednisolone (Phadilone, . . .)

Glukokortikoid kerja –intermedia

Triamcinolone (Flamicort, . . .)

Paramethasone

Fluprednisolone

Glukokortikoid kerja –lama

Betamethasone (Cortamine, . . .)

Dexamethasone (Cortidex, Dextina, . . )

Mineralokortikoid

Fludrocortisone

Desoxycorticosterone acetate

( - - - - - - -) = contoh nama paten

Page 8: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

MEKANISME KERJA

berinteraksi dengan protein reseptor spesifik pada jaringan

yang menjadi target untuk mengatur perilaku gen terhadap

kortikosteroid, dan mengubah kadar susunan protein yang disintesis

oleh jaringan yang menjadi target tersebut.

adanya proses pengubahan yang dilakukan sehingga terjadi

penundaan sebelum khasiat dari kortikosteroid muncul, dan akan

terlihat beberapa jam setelah penggunaan. Cepat lambatnya reaksi

kortikosteroid juga dipengaruhi oleh kemampuan menghantarkan

khasiat oleh reseptor yang terikat pada membran sel yang

menjadi target.

Page 9: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

INDIKASI FARMAKOLOGIS

Reaksi alergikedema angioneurotik, asma, sengatan lebah, dermatitis

kontak, reaksi obat, rintis alergika, penyakit serum, urtikaria.

Kelainan vaskular

kolagen

arteritis sel raksasa, lupus eritermatosus, sindrom jaringan ikat

campuran, polimiositis, polimialgia reumatika, artritis

rematoid, arteritis temporalis.

Penyakit mata uveitis akut, konjungtivitas alergika, koroiditis, neuritis optika.

Penyakit saluran

cerna

penyakit peradangan usus, sprue nontropis, nekrosis hati

subakut.

Kelainan

hematologik

anemia hemolitik akuisita, purpura alergika akut, leukemia,

anemia hemolitik autoimun, purpura trombositopenik

idiopatik, multipel mieloma.

Page 10: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

Inflamasi sistemik

sindrom distres pernapasan akut (terapi

berkesinambungan dengan dosis sedang mempercepat

perbaikan dan menurunkan mortalitas)

Infeksisindrom distres pernapasan akut, sepsis, sindrom

inflamasi sistemik

Gangguan

peradangan tulang

dan sendi

artritis, bursitis, tenosinovitis

Kelainan neurologik

edema serebrum (deksametason dosis besar diberikan

pada penderita pasca operasi otak untuk meminimalkan

edema serebrum pada masa pasca operasi), multipel

sklerosis.

Transplantasi organ pencegahan dan terapi penolakan organ (imunosupresi)

Page 11: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

Penyakit parupneumonia aspirasi, asma bronkiale, pencegahan sindrom

gawat napas janin, sarkoidosis

Kelainan ginjal sindrom nefrotik

Penyakit kulit

dermatitis atopik, dermatosis, liken simpleks kronik

(neurodermatitis terlokalisasi), mikosis fungoides,

pemfigus, dermatitis seboroik, xerosis

Penyakit tiroid eksoftalmus maligna, tiroiditis subakut

Lain-lain hiperkalsemia, mountain sickness

Page 12: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

EFEK SAMPING

EFEK METABOLIK

Kebanyakan pengguna kortikosteroid dengan dosis 100 mg/hari atau lebih tiap harinya selama lebih

dari 2 minggu, mengalami perubahan yang disebut sindrom cruhing iatrogenik. Wajah

biasanya berubah menjadi bulat/muka bulan (pletorik) dan bengkak karena terjadi penumpukan

lemak pada daerah wajah, daerah ekstremitas ke batang tubuh (daerah badan), tengkuk, dan fossa

supraclavicular. Kecepatan perkembangannya bergantung pada dosis dan latar belakang genetik

penguna. Terdapat peningkatan pertumbuhan rambut halus pada wajah, paha, dan batang tubuh.

Dijumpai pula adanya insomnia dan peningkatan nafsu makan.

Page 13: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

Pemecahan protein dan pengalihan asam amino menjadi glukosa secara

berkelanjutan, dapat menimbulkan peningkatan kebutuhan akan insulin, dan

kemudian mengakibatkan miopati, dan penghabisan massa otot; penipisan kulit,

disertai striae dan memar; hiperglikemia; dan akhirnya menimbulkan osteoporosis,

diabetes, dan nekrosis aseptik pada pinggang. Penyembuhan luka juga mengalami

gangguan.

Page 14: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

KOMPLIKASI LAIN

Komplikasi ulkus peptikum adalah efek samping lain yang berat dari penggunaan

kortikosteroid. Timbul rasa mual, pusing, dan penurunan berat badan pada beberapa

penderita. Hipomania atau psikosis akut dapat terjadi, terutama pada penderita

yang mendapat kortikosteroid dosis besar. Pengunaan kortikosteroid kerja-

intermediet dan kerja-lama dapat menimbulkan depresi dan katarak subkapsular

posterior. Peningkatan tekanan intraokular, hipertensi intrakranial jinak, dan juga

sering terjadi induksi glaukoma. Pada pemberian hidrokortison dosis 45 mg/m2/hari,

terjadi retardasi pertumbuhan pada anak. Ini disebabkan karena glukokortikoid

kerja-intermediet dan kerja-lama memiliki potensi untuk menekan pertumbuhan

yang lebih besar daripada kortikosteroid alamiah dengan dosis yang sama.

Page 15: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

Jika diberikan dengan dosis/jumlah yang lebih besar daripada jumlah

fisiologis, steroid seperti kortison dan hidrokortison, yang mempunyai efek

mineralokortikoid, dapat menyebabkan retensi berlebih pada natrium

dan hilangnya kalium pada cairan dalam tubuh. Dapat menimbulkan

alkalosis hipokloremik hipokalemik pada penderita dengan fungsi

kardiovaskular dan ginjal yang normal, yang berujung pada peningkatan

tekanan darah. Terjadi edema pada pengguna dengan hiponatremia,

penyakit ginjal, atau penyakit hati. Pada penderita penyakit jantung,

sedikit retensi natrium dapat menyebabkan gagal jantung.

Retensi = penahanan/penyimpanan

Retardasi = perlambatan (retard)

Page 16: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

SUPRESI ADRENAL

Penggunaan kortikosteroid lebih dari 2 minggu atau peningkatan dosis

penggunaan kortikosteroid pada seseorang dengan trauma kecelakaan

atau bedah mayor dapat menyebabkan stres ringan sampai berat.

Pengurangan dosis maupun pemakaian harus dilakukan secara bertahap. Jika

dosis dikurangi terlalu cepat pada penderita yang mendapat glukokortikoid

untuk kelainan tersebut dapat menimbulkan kembali bahkan meningkatkan

intensitas gejala supresi adrenal seperti anoreksia, mual/muntah,

penurunan berat badan, letargi, sakit kepala, demam, nyeri sendi/otot, dan

hipotensi postural dan menunjukkan adanya ketergantungan terhadap

glukokortikoid.

Page 17: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

KONTRA INDIKASI

Agen kortikosteroid harus digunakan sangat hati-hati pada penderita ulkus

peptikum, penyakit jantung, atau hipertensi dengan gagal jantung,

penyakit infeksi tertentu seperti varisela dan tuberkulosis, psikosis,

diabetes, osteoporosis, atau glaukoma. Terjadi pula gangguan terhadap

fungsi ginjal, prematur pada neonatus (penggunaan oleh ibu hamil),

hipersensitif terhadap komponen obat, dan gangguan psikologis.

Page 18: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)
Page 19: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)
Page 20: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

SHELLA APRILIA

(Q) : “Maksud dari sediaan obat Kortikosteroid jangka

(-singkat/-intermedia/-lama)?”

(A) : “Merupakan lama efek/khasiat timbul dalam

pengkonsumsian obat kortikosteroid”.

Page 21: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

Ninda

(Q) : “Retardasi pertumbuhan pada Anak?”

(A): “ES dari penggunaan obat Kortikosteroid berlebih/

jangka wkt lama pada anak2, itu salah satunya adalah

menghambat kerja/sekresi GH (growth hormon), jadi

secara ‘ostosmastis’

terhambatnya GH=pertumbuhan terhambat/retardasi.

Page 22: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

Ajeng

(Q) : “ES Mineralokortikoid menyebabkan retensi berlebih?”

(A): “ES dari penggunaan obat Kortikosteroid berlebih/

jangka wkt lama, dalam hal ini Mineralokortikoid, dapat

berdampak pada kekurangan garam dalam tubuh, karena

sudah diretensi berlebih oleh mineralokortikoid. Itu

mengapa bisa terjadi hipokloremik, hiponatremik,

hipokalemik.”

Page 23: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

Shandy

(Q) : “Strie sbg ES?”

(A): “Strie, tanda2 fisik biasa terlihat pada ibu2 yg sudah

pernah melahirkan. Namun, pada pengguna

Kortikosteroid, hal ini terjadi akibat penurunan masa otot

karena miopati penyusutan otot, karena efek dari

glukokortikoid, menyebabkan jaringan ikat antara

kulit(integumen) dg otot (myo) menjadi terlepas/putus,

sehingga menyebabkan strie tadi sbg wujud yg tampak

dari luar”

Page 24: HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)

Bu Ma ia

(Q) : “Kortikosteroid disalahgunakan oleh Atlit + dalam

campuran Jamu?”

(A): “Kortikosteroid, terutama Glukokortikoid memiliki cara kerja untuk

memodifikasi sintesis energi lewat peningkatan metabolisme dlm

tubuh. Inilah yg dimanfaatkan oleh atlit agar dapat lebih berstamina

dan kuat dalam menjalani latihan fisik/perlombaan”

“Sedangkan sebagai campuran jamu untuk menimbulkan efek segar

kembali, menghilangkan capek”

“Namun, pemanfaatan seperti diatas sangat tidak baik, karena

dapat menimbulkan ketagihan yg menuju pada ES”