69
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu bagian dari tatanan pelayanan kesehatan di Indonesia, rumah sakit merupakan institusi yang kompleks, dinamis, kompetitif, padat modal dan padat karya yang multi disiplin, serta dipengaruhi oleh lingkungan yang selalu berubah. Rumah sakit menjadi tempat dan tumpuan masyarakat untuk memperoleh pelayanan, pertolongan, dan perawatan kesehatan. Kegiatan utama sebuah rumah sakit adalah menjual jasa perawatan, namun perawatan terhadap pasien tidak akan maksimal jika persediaan obat yang dimiliki rumah sakit tersebut tidak lengkap. Persediaan obat dalam suatu rumah sakit memiliki arti yang sangat penting karena persediaan obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan suatu rumah sakit. Oleh karena itu, sistem persediaan obat yang baik harus diterapkan oleh pihak rumah sakit untuk membantu kelancaran dalam kegiatan operasionalnya. Tanpa adanya persediaan, rumah sakit akan dihadapkan pada risiko tidak dapat memenuhi kebutuhan para pengguna jasa rumah sakit atau pasien. Persediaan meliputi semua barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali atau dikonsumsi dalam operasi normal perusahaan (Harnanto, 2002:222). Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang adalah rumah sakit tipe C milik pemerintah daerah yang tingkat hunian dan angka kunjungan pasiennya cukup tinggi jika dibandingkan dengan rumah sakit daerah tipe C lainnya di Sumatera Barat, yang sudah dilengkapi dengan peralatan medis yang canggih dan moderen. Dan dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Keuangan Badan Layanan Umum, dan PERMENDAGRI No. 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, dan berdasarkan Keputusan Walikota Padang Panjang Nomor :

Skripsi kak mila new

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Skripsi kak mila new

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai salah satu bagian dari tatanan pelayanan kesehatan di Indonesia,

rumah sakit merupakan institusi yang kompleks, dinamis, kompetitif, padat modal dan

padat karya yang multi disiplin, serta dipengaruhi oleh lingkungan yang selalu berubah.

Rumah sakit menjadi tempat dan tumpuan masyarakat untuk memperoleh pelayanan,

pertolongan, dan perawatan kesehatan. Kegiatan utama sebuah rumah sakit adalah

menjual jasa perawatan, namun perawatan terhadap pasien tidak akan maksimal jika

persediaan obat yang dimiliki rumah sakit tersebut tidak lengkap.

Persediaan obat dalam suatu rumah sakit memiliki arti yang sangat penting

karena persediaan obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas

pelayanan suatu rumah sakit. Oleh karena itu, sistem persediaan obat yang baik harus

diterapkan oleh pihak rumah sakit untuk membantu kelancaran dalam kegiatan

operasionalnya. Tanpa adanya persediaan, rumah sakit akan dihadapkan pada risiko

tidak dapat memenuhi kebutuhan para pengguna jasa rumah sakit atau pasien.

Persediaan meliputi semua barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali

atau dikonsumsi dalam operasi normal perusahaan (Harnanto, 2002:222).

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang adalah rumah sakit tipe C

milik pemerintah daerah yang tingkat hunian dan angka kunjungan pasiennya cukup

tinggi jika dibandingkan dengan rumah sakit daerah tipe C lainnya di Sumatera Barat,

yang sudah dilengkapi dengan peralatan medis yang canggih dan moderen. Dan

dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang

Penyelenggaraan Keuangan Badan Layanan Umum, dan PERMENDAGRI No. 61

tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Daerah, dan berdasarkan Keputusan Walikota Padang Panjang Nomor :

Page 2: Skripsi kak mila new

900/434/Wako-PP/2012 tanggal 28 Desember 2012, RSUD Kota Padang Panjang

ditetapkan sebagai PPK - Badan Layanan Umum Daerah dan diberi fleksibilitas dalam

Tata Kelola Keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan fleksibilitas itu

RSUD Kota Padang Panjang sangat tergantung pada pengelolaan persediaan obat-

obatan yang memiliki tingkat perputaran obat-obatan yang cukup tinggi.

Tingkat perputaran obat-obatan yang tinggi pada RSUD Kota Padang Panjang

menyebabkan diperlukannya pengelolaan, pengawasan dan pengendalian yang baik

terhadap persediaan obat-obatan. Tujuanya adalah untuk menjaga persediaan obat-

obatan dari resiko kehilangan dan kerusakan, memeriksa ketelitian dan kebenaran

data akuntansinya, meningkatkan efisiensi, menghindari terjadinya kesalahan-

kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi yang dapat

merugikan rumah sakit, serta membantu menjaga dipenuhinya kebijakan manajemen

yang telah ditetapkan. Karena itu, untuk mewujudkan diperlukan adanya sistem dan

prosedur akuntansi yang baik dan memadai.

Sistem dan prosedur akuntansi ini tidak dapat lepas dari adanya pengendalian

intern yang baik pula. Pengelolaan dan pengendalian obat-obatan pada RSUD Kota

Padang Panjang pada saat ini masih mempunyai beberapa kekurangan yang dapat

merugikan RSUD Kota Padang Panjang. Beberapa diantaranya adalah adanya

perangkapan tugas pegawai meskipun pelaksanaan stock opname yang sudah

tergolong baik.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi RSUD Kota

Padang Panjang, proses stock opname obat-obatan yang dilakukan di RSUD Kota

Padang Panjang sudah tergolong baik dimana semua proses stock opname dilakukan

secara manual dan telah adanya program komputer (software) yang mendukung

pencatatan persediaan obat-obatan.

Pengelolaan persediaan obat dimulai dari pembeliaan, penyimpanan

(gudang), prosedur permintaan dan pengeluaran barang, sampai ke sistem

perhitungan fisik dan prosedur pemusnahan persediaan obat. Pengendalian

Page 3: Skripsi kak mila new

persediaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin tersedianya barang dalam

jenis dan jumlah sesuai kebutuhan pada waktu dan tempat yang tepat serta bertujuan

untuk menjaga keseimbangan antara besarnya manfaat yang diperoleh dari

persediaan dengan biaya yang dikeluarkan. Terdapat banyak metode pengendalian

persediaan, diantaranya adalah metode pencatatan dengan kartu persediaan, metode

pencatatan persediaan secara komputerisasi, metode persediaan minimum-

maksimum, analisis ABC dan lain-lain.

Saat ini Instalasi Farmasi RSUD Kota Padang Panjang telah melakukan

pengendalian persediaan dengan beberapa metode, seperti pencatatan dengan kartu

persediaan, pencatatan secara komputerisasi dengan program SIMRS (Sistem

Informasi Manajemen Rumah Sakit ) dan metode persediaan minimum-maksimum.

Instalasi Farmasi RSUD Kota Padang Panjang merupakan salah satu fasilitas

pelayanan yang ada di RSUD Kota Padang Panjang. Jumlah item obat yang ada di

Instalasi Farmasi pada tahun 2011 berjumlah sekitar 509 item yang digunakan untuk

memenuhi pelayanan pasien, baik pasien rawat inap, rawat jalan serta Instalasi Gawat

Darurat di RSUD Kota Padang Panjang. Instalasi Farmasi terdiri dari 2 bagian yaitu

Gudang penerimaan dan penyimpanan obat juga alat kesehatan habis pakai/BHP yang

didistribusikan langsung ke Apotik dan depo, dan Gudang penyimpanan untuk Bahan

Kimia Labor dan BHP paket tindakan untuk kebutuhan penunjang medis ( Labor,

radiologi, UTDRS, Fisioterapi, CSSD/Loundry, kesling dan IPRS ), poliklinik rawat

jalan, IGD, ruang inap, kebutuhan operasi dan kebutuhan obat/BHP aenastesi.

Perencanaan obat di RSUD Kota Padang Panjang direncanakan berdasarkan

kunjungan resep/pola peresepan tahun sebelumnya dan usulan Komite Medik dan

Komite Farmasi Terapi ( Pola kombinasi komsumsi dan epidemiologi (pola penyakit))

yang mengacu ke Formularium RS terbaru, DPHO terbaru, Formularium obat

jamkesmas dan DOEN terakhir yang kemudian dimasukan kedalam Rencana Bisnis

Anggaran (RBA) BLUD Rumah Sakit. Untuk alat kedokteran atas usulan user (dokter

Page 4: Skripsi kak mila new

atau keperawatan ke bidang pelayanan yang dilengkapi dengan referensi alat

kemudian diteruskan kebagian perencanaan Rumah Sakit.

Penyimpanan obat di gudang farmasi diawali dari penerimaan barang dan

dokumen pendukung (faktur atau tanda terima), memeriksa barang, pengarsipan

sesuai arsip masing-masing distributor yang dipisahkan antara obat, obat narkotika,

BHP dan BKL, memasukan data ke komputer dan proses penyimpanan. Standar

penyimpanan menggunakan metode FEFO dan FIFO dan dicatat ke kartu stok.

Penyimpanan berdasarkan jenis dan bentuk sediaan, abjad dan berdasarkan kelas

terapi untuk obat jantung dan mata.

Pendistribusian harus sesuai dengan permintaan pada lembaran permintaan,

dimana pada lembaran permintaan harus diisi berapa stok awal, pemasukan,

persediaan, sisa stok dan permintaan. Kemudian bagian gudang menyiapkan

kebutuhan tersebut. Dan mengurangi pada kartu stok dan SIM-RS. Mekanisme

pengeluaran barang sesuai dengan prinsip FIFO dan FEFO tetapi diutamakan FEFO

barang datang terakhir tetapi kadarluasanya dekat dikeluarkan lebih dahulu.

Berdasarkan uraian diatas, jika Pengelolaan persediaan obat yang tidak

benar atau lalai dalam pencatatan, dan semua kemungkinan lainnya dapat

menyebabkan catatan persediaan berbeda dengan persediaan sebenarnya yang ada

di gudang. Dan karena aktivitas keluar masuk obat yang cukup tinggi frekuensinya,

maka diperlukan pemeriksaan persediaan secara periodik atas catatan persediaan

dengan perhitungan yang sebenarnya, dengan ini peneliti bermaksud mengadakan

penelitian pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota padang panjang dengan judul

“Analisis Pengaruh Penerapan Prosedur Akuntansi Persediaan Obat-obatan

Terhadap Sistem Pengendalian Intern pada Instalasi Farmasi RSUD Kota

Padang Panjang”.

Page 5: Skripsi kak mila new

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas pokok permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah penerapan sistem dan prosedur akuntansi persediaan

obat-obatan pada Instalasi Farmasi RSUD Kota Padang Panjang ?

2. Apakah penerapan pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi

persediaan obat-obatan pada Instalasi Farmasi RSUD Kota Padang

Panjang sudah sesuai dengan tujuan SPI (Sistem Pengendalian

Intern)?

3. Apakah sistem dan prosedur akuntansi persediaan obat-obatan pada

Instalasi Farmasi RSUD Kota Padang Panjang berpengaruh terhadap

SPI (Sistem Pengendalian Intern)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan sistem dan prosedur akuntansi

persediaan obat-obatan pada Instalasi Farmasi RSUD Kota Padang

Panjang.

2. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sudah sesuai atau tidaknya

pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi pada Instalasi Farmasi

RSUD Kota Padang Panjang dengan tujuan pengendalian intern,

menganalisis masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan sistem

dan prosedur akuntansi persediaan obat-obatan pada Instalasi Farmasi

RSUD Kota Padang Panjang.

3. Untuk mengetahui sistem dan prosedur akuntansi persediaan obat-

obatan pada Instalasi Farmasi RSUD Kota Padang Panjang

berpengaruh terhadap SPI (Sistem Pengendalian Intern).

Page 6: Skripsi kak mila new

1.4 Batasan Penelitian

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga penelitian dapat

terarah dengan baik sesuai tujuan penelitian serta dengan adanya keterbatasan waktu

pengerjaan maka perlu adanya batasan penelitian. Batasan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang akan dilakukan hanya terbatas pada kegiatan yang

berkaitan dengan persediaan obat-obatan pada Instalasi Farmasi RSUD

Kota Padang Panjang.

2. Penelitian hanya dilakukan pada sistem persediaan obat-obatan yang

ada Penelitian yang akan dilakukan hanya terbatas pada kegiatan yang

berkaitan dengan persediaan obat-obatan pada Instalasi Farmasi RSUD

Kota Padang Panjang.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat praktis : Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah

masukan atau sebagai bahan pertimbangan bagi pihak Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Padang Panjang dalam penerapan sistem dan

prosedur akuntansi persediaan obat-obatan yang lebih efektif dan

efisien pada Instalasi Farmasi RSUD Kota Padang Panjang.

2. Manfaat teoritis :

a. Bagi Penulis : diharapkan dapat menambah wawasan tentang

Sistem dan prosedur akuntansi persediaan obat-obatan pada

Instalasi Farmasi Rumah Sakit sehingga dapat memantapkan

penerapan teori dengan praktik yang terjadi di lapangan.

Page 7: Skripsi kak mila new

b. Bagi Pembaca : diharapkan dapat menambah wawasan mengenai

Sistem dan prosedur akuntansi persediaan obat-obatan pada

Instalasi Farmasi RSUD Kota Padang Panjang, serta diharapkan

hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam

penelitian masa yang akan datang.

c. Bagi Akademis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

konstribusi yang positif serta gambaran yang jelas mengenai

sistem dan prosedur akuntansi persediaan obat-obatan pada

Instalasi Farmasi RSUD Kota Padang Panjang. Penelitian ini juga

diharapkan dapat mengembangkan wawasan mahasiswa serta

sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti dalam rangka pengembangan ilmu

pengetahuan.

1.6 Sistematika Penelitian

Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, batasan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi landasan teori yang digunakan untuk membahas masalah yang

diangkat dalam penelitian. Mencakup teori-teori dan konsep-konsep yang relevan,

serta penelitian terdahulu yang mendukung analisis pemecahan masalah dalam

penelitian ini.

Page 8: Skripsi kak mila new

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai lokasi penelitian, jenis penelitian, jenis data dan

sumber data, teknik pengumpulan data, metode analisis data serta responden. Bab ini

merupakan landasan dalam menganalisis data.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang deskripsi penelitian berdasarkan data-data yang

telah dikumpulkan dan pembahasan hasil penelitian, serta saran yang diajukan untuk

pertimbangan selanjutnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan dan

saran-saran yang mungkin dapat diajukan dan dilaksanakan untuk penelitian

berikutnya.

Page 9: Skripsi kak mila new

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem dan Prosedur Akuntansi

2.1.1 Pengertian Sistem dan Prosedur Akuntansi

Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai sistem akuntansi, perlu

dipahami terlebih dahulu mengenai pengertian sistem dan prosedur. Sistem secara

umum merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari unit-unit yang berkaitan secara

fungsional dan mempunyai tujuan bersama yang sama. Dalam suatu organisasi, unit-

unit atau bagian-bagian yang berkaitan secara fungsional adalah suatu kelompok

kegiatan administrasi yang berhubungan erat yang merupakan suatu fungsi dari suatu

sistem.

Ada beberapa devinisi mengenai sistem dan prosedur. Berikut ini disajikan

mengenai sistem dan prosedur. Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang

erat berhubungan satu dengan yang lainya, yang berfungsi bersama-sama untuk

mencapai tujuan tertentu. Sistem juga dapat dikatakan sebagai suatu jaringan

prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok

perusahaan (Mulyadi, 2001:2,5).

Sistem akuntansi merupakan organisasi formulir, catatan dan laporan yang

dikoordinasikan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan

manajemen perusahaan (Mulyadi, 2001:3).

Pendapat lain yang menyatakan bahwa sistem akuntansi adalah formulir-

formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur, dan alat-alat yang digunakan untuk

mengelola data mengenai suatu usaha suatu kesatuan ekonomis dengan tujuan untuk

menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan-laporan yang diperlukan oleh

manajemen untuk mengawasi usahanya, dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan

Page 10: Skripsi kak mila new

seperti pemegang saham, kreditur dan lembaga-lembaga pemerintah untuk menilai

hasil operasi (Stettler dalam Baridwan, 1998:4) .

Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan

beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin

penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang

(Mulyadi, 2001:5). Sedangkan pernyataan lain menyebutkan bahwa prosedur adalah

suatu urutan-urutan pekerjaan kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang

dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang

seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi (Cole dalam

Baridwan, 1998:3).

Berdasarkan definisi-definisi mengenai sistem dan prosedur diatas, maka

dapat diambil kesimpulan suatu sistem terdiri dari jaringan prosedur yang dibuat

menurut pola yang terpadu untuk melaksankan kegiatan pokok perusahaan dimana

prosedur itu sendiri merupakan suatu urutan-urutan pekerjaan kerani (clerical) yang

terdiri dari kegiatan menulis, menggandakan, menghitung, memberi kode, mendaftar,

memilih, memindah serta membandingkan yang dilakukan untuk mencatat informasi

dalam formulir, buku jurnal dan buku besar.

2.1.2 Sistem dan Prosedur Akuntansi Persediaan Obat-obatan

2.1.2.1 Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan

Obat merupakan sarana penunjuang medis yang paling penting dan

kebutuhan obat-obatan yang diperlukan harus di perhatikan dengan baik. Hal ini

dikarenakan perputaran obat-obatan yang terjadi dengan cepat dan kebutuhan obat

sulit ditentukan secara pasti. Karna itu diperlukan adanya perencanaan dan penentuan

kebutuhan obat-obatan yang baik dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang

ada. Tujuan dari pelaksanaan perencanaan dan penentuan kebutuhan obat-obatan ini

adalah terlaksananya kejelasan dan kelancaran sistem perencanaan dan perbekalan

farmasi, terlaksananya monotoring serta pengendalian obat-obatan. Selain itu juga

Page 11: Skripsi kak mila new

untuk menghindari terjadinya kekosongan stok obat di gudang farmasi, sehingga

kebutuhan akan obat dapat di penuhi dengan baik.

Perencanaan dan penentuan kebutuhan obat-obatan di RSUD Kota Padang

Panjang merupakan tanggung jawab dari bagian farmasi yang juga didukung oleh

bagian gudang.

Adapun perencanaan yang telah dilakukan meliputi pengumpulan laporan dari

gudang mengenai jumlah dan jenis persediaan obat-obatan yang diperlukan, serta

mempertimbangkan anggaran yang tersedia, situasi dan kondisi yang ada dengan

menggunakan metode yang dapat di pertanggungjawabkan dan dasar-dasar

perencanaan yang telah ditentukan. Hasil rekapitulasi yang masuk ini digunakan

sebagai pedoman perencanaan dan penentuan kebutuhan yang akan dilakukan.

2.1.2.2 Pengadaan

Pengadaan obat-obatan merupakan kegiatan pembelian yang meliputi

pemesanan, penerimaan dan pembayaran obat-obatan. Tujuan dari pengadaan obat-

obatan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan perbekalan agar tidak kosong.

Pembelian obat-obatan dilakukan secara tunai maupun kredit. Pengadaaan obat-

obatan ini dilakukan oleh bagian farmasi yang melibatkan bagian gudang serta bagian

keuangan.

Pembayaran obat-obatan dilakukan oleh urusan keuangan dengan

persetujuan dari pimpinan, hal ini di karenakan keuangan untuk pengadaan obat-

obatan dipegang dan dikelola oleh bagian farmasi, penunjang medis, dan bagian

keuangan dan disetujui oleh pimpinan.

Penerimaan

Kegiatan penerimaan merupakan kegiatan yang sangat penting. Jenis dan

jumlah, kualifikasi, spesifikasi obat-obatan dan persyaratan lainnya dari barang yang

diterima harus sesuai dengan persyaratan pembelakan farmasi. Proses penerimaan

Page 12: Skripsi kak mila new

sangat penting karena pada proses ini kita dapat menyaring barang-barang yang tidak

bermutu dan tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.

2.1.2.3 Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut

persyaratan yang ditetapkan disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin

ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan obat-obatan

bertujuan untuk menjamin mutu dan keamanan obat-obatan dan juga mempercepat

layanan. Selain itu penyimpanan juga bertujuan untuk menghindari penggunaan obat-

obatan yang tidak diinginkan, memudahkan pencarian obat-obatan, serta digunakan

untuk pengawasan obat.

Penyimpanan obat-obatan yang ada di bagian gudang perbekalan farmasi ini

pada umumnya dilakukan dengan menggunakan sistem FIFO (First In First Out, yaitu

dengan mengeluarkan obat-obatan yang datang terlebih dahulu dan FEFO (First

Expired First Out), yaitu dengan mengeluarkan obat-obat yang masa kadarluasanya

dekat dikeluarkan terlebih dahulu. Penyimpanan obat-obatan yang dilakukan di gudang

perbekalan farmasi menggunakan kartu persediaan atau biasa disebut kartu stelling.

Kartu ini dicantumkan atau ditaruh pada masing-masing obat. Penggolangan obat

berdasarkan jenis dan bentuk sediaan, abjad, dan berdasarkan kelas terapi. Dari kartu

ini dapat di pantau jumlah persediaan obat-obatan yang keluar masuk gudang

perbekalan farmasi.

2.1.2.4 Pendistribusian

Pendistribusian obat-obatan di rumah sakit meliputi pendistribusian dari

gudang farmasi langsung ke apotek, depo, dan gudang penyimpanan bahan

kimia/BHP untuk kebutuhan penunjang medis (seperti : Labor, UTDRS, Fisioterapi,

CSSD/Laundry, Kesling dan IPRS ), ke poliklinik rawat jalan, IGD, ruang inap,

Page 13: Skripsi kak mila new

kebutuhan operasi dan kebutuhan obat BHP aenestesi.. Tujuan dari pendistribusian

adalah untuk memenuhi permintaan obat sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Prosedur pendistribusian dilaksanakan oleh bagian gudang. Pendistribusian

harus sesuai dengan permintaan, tepat waktu, tepat jumlah, serta sesuai dengan

spesifikasinya, dimana pada lembar permintaan harus diisi berapa stok awal,

pemasukan, persediaan, sisa stok dan permintaan. Kemudian bagian gudang

menyiapkan kebutuhan tersebut dan mengurangi pada kartu stok dan program SIM.

Pengeluaran barang dalam pendistribusian harus dengan persetujuan pihak

yang berwenang sesuai dengan perencanaan yang diterima oleh si pengguna.

Mekanisme pengeluaran barang sesuai dengan prinsip FIFO dan FEFO, tetapi

diutamakan prinsip FEFO walaupun barang datang terakhir tetapi kadarluasanya dekat

dikeluarkan terlebih dahulu.

2.1.2.5 Penghapusan

Penghapusan merupakan kegiatan dan usaha pembebasan barang dari

pertanggung jawaban yang berlaku. Penghapusan obat-obatan dilakukan apabila obat-

obatan tersebut sudah melampaui masa berlaku (tanggal kadarluwarsa) atau obat-

obatan tersebut rusak.

Instalasi Farmasi RSUD Kota Padang Panjang sampai saat ini belum pernah

melakukan penghapusan obat-obatan, akan tetapi bagian farmasi yang berwenang

melakukan penghapusan obat-obatan mempunyai prosedur penghapusan yang

berlaku. Jika ditemukan adanya obat-obatan yang melampaui masa berlaku atau

rusak, maka obat-obatan tersebut akan dimusnakan.

Pemusnahan obat-obatan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara,

ada yang dilarutkan, dibakar, ditanam, dan lain-lain sesuai dengan jenis obat yang

bersangkutan. Pemusnahan obat-obatan dilakukan oleh tim penghapusan yang terdiri

dari apoteker dan asisten apoteker yang disaksikan oleh pimpinan. Selain itu dibuatkan

berita acara pemusnahan obat-obatan. Sebelumnya apoteker dalam hal ini bagian

Page 14: Skripsi kak mila new

farmasi membuat terlebih dahulu usulan obat-obatan yang akan dimusnahkan dengan

informasi dari bagian gudang yang kemudian diinformasikan kepada pimpinan rumah

sakit.

2.1.2.6 Perhitungan Fisik Persediaaan

Instalasi Farmasi RSUD Kota Padang Panjang mempunyai prosedur

perhitungan fisik persediaan obat-obat telah cukup baik karena telah menggunakan

program SIM-RS untuk persediaan obat-obatan . Namun secara manual penghitungan

fisik persediaan ini dilakukan secara rutin satu kali dalam sebulan, yaitu setiap tgl 30

bulan atau akhir bulan tersebut. Penghitungan fisik dilakukan oleh staf farmasi dengan

menghitung nilai persediaan obat yang ada di gudang dan tiap tiap raung rawat. Pada

saat penghitungan fisik dilaksanakan, pergerakan obat dari gudang ke masing-masing

rang rawat diminimalisir (Mulyadi, 2001:526).

Prosedur penghitungan fisik persediaan adalah sebagai berikut :

1. Penghitungan mencocokan jumlah fisik persediaan dengan kartu

persediaan. Apabila tidak cocok maka akan dihitung ulang, tetapi

apabila cocok maka penghitung akan membarikan tanda check list pada

kartu persediaan yang bersangkutan.

2. Kartu persediaan yang sudah dihitung, dicatat hasil penghitungannya

pada laporan stock opname.

2.2 Persediaan

2.2.1 Definisi Persediaan

Persediaan merupakan satu pos yang sangat penting bagi banyak

perusahaan karena pos tersebut secara material dapat mempengaruhi perhitungan

laba rugi dan neraca. Penjualan persediaan pada harga yang lebih tinggi dari total

harga pokok merupakan sumber utama bagi perusahaan.

Page 15: Skripsi kak mila new

Komponen persediaan didalam struktur neraca termasuk dalam kategori

aktiva lancar. Dari sudut pandang ilmu pembelajaran (finance) persediaan disebut

sebagai unsur modal kerja (Samsul dan Mustofa, 1992:388).

Istilah persediaan digunakan untuk menyatakan barang berwujud yang :

a. Tesedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal

b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan

c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan

dalam proses produksi atau pembelian jasa.

Persediaan meliputi barang-barng diatas, baik yang ada dalam perusahaan,

yang dititipkan pada pihak lain (SAK, 2007:14.1).

Rumah sakit sebagai satu maupun unit usaha juga memiliki pesediaan, yakni

persediaan obat-obatan yang dikelola oleh unit penunjang medis. Semua ini membantu

rumah sakit dalam penyelengaraaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Uraian tersebut menyatakan bahwa persedian merupakan salah satu pos

yang sangat penting bagi banyak perusahaan karena pos tersebut secara material

dapat mempengaruhi perhitungan laba rugi dan neraca serta termasuk dalam kategori

aktiva lancar pada struktur neraca.

2.2.2 Metode Pencatatan Persediaan

Ada dua macam pencatatan persediaan yaitu metode mutasi persediaan

(perpetual inventory method) dan metode persediaan fisik (physical inventory method)

(Mulyadi, 2001:556).

Berdasarkan metode mutasi persediaan, setiap mutasi persediaan dicatat

dalam kartu persediaan. Dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan

dari pembelian saja yang dicatat sedangkan mutasi berkurangnya persediaan karena

pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan. Untuk mengetahui harga pokok

persediaan yang dipakai atau dijual, harus dilakukan dengan perhitungan fisik sisa

persediaan yang masih ada digudang pada akhir periode akuntansi.

Page 16: Skripsi kak mila new

2.2.3 Perhitungan Fisik Persediaan (stock opname)

Sistem perhitungan fisik persediaan umumnya digunakan oleh perusahaan

untuk menghitung secara fisik persediaan yang disimpan di gudang, yang hasilnya

digunakan untuk meminta pertanggungjawaban bagian gudang mengenai pelaksanaan

fungsi penyimpanan dan pertanggungjawaban Bagian Kartu Persediaan mengenai

keandalan catatan persediaan yang diselenggarakannya, serta untuk melakukan

penyesuaian (adjusment) terhadap catatan persediaan di Bagian Kartu Persediaan

(Mulyadi, 2001:575).

Teknik dari stock opname menurut Sambul dan Mustofa (1992:399) dibagi

menjadi dua, yaitu insidentil dan rutin. Insidentil berarti dilakukan secara mendadak,

secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dulu kepada gudang sedangkan rutin

berarti dilakukan secara periodik tertentu, misalnya pertiga bulan, pertahun.

Catatan Akuntansi Menurut Mulyadi (2001:577) catatan akuntansi yang

digunakan dalam sistem perhitungan fisik persediaan adalah :

1. Kartu Persediaan. Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat

adjusment terhadap data persediaan (kuantitas dan harga pokok total)

yang tercantum dalam kartu persediaan oleh bagian kartu persediaan,

berdasarkan hasil perhitungan fisik persediaan.

2. Kartu Gudang. Catatan ini digunakan untuk mencatat adjusment

terhadap data persediaan (kuantitas) yang tercantum dalam kartu

gudang yang diselengarakan oleh bagian gudang, berdasarkan hasil

perhitungan fisik persediaan.

Fungsi yang Terkait adalah Fungsi yang dibentuk untuk melakukan

perhitungan fisik persediaan umumnya bersifat sementara, yang biasanya berbentuk

panitia atau komite, yang anggotanya dipilihkan dari karyawan yang tidak

menyelengarakan catatan akuntansi persediaan dan tidak melaksanakan fungsi

gudang. Panitia perhitungan fisik persediaan terdiri dari (Mulyadi, 2001:558) :

Page 17: Skripsi kak mila new

1. Pemegang kartu perhitungan fisik

2. Penghitung

3. Pengecek

Dengan demikian fungsi yang terkait dalam sistem perhitungan fisik

persediaan (Mulyadi, 2001:579) adalah :

1. Panitia Perhitungan Fisik Persediaan. Panitia ini berfungsi untuk

melaksanakan perhitungan fisik persediaan dan menyerahkan hasil

perhitungan tersebut kepada bagian kartu persediaan untuk digunakan

sebagai dasar adjusment tehadap catatan persediaan dalam kartu

persediaan.

2. Fungsi Akuntansi. Dalam sistem perhitungan fisik persediaan, fungsi ini

bertanggung jawab untuk : (a) mencantumkan harga pokok suatu

persediaan yang dihitung kedalam daftar hasil perhitungan fisik, (b)

mengalikan kualitas dan harga pokok persatuan yang tercantum dalam

daftar hasil perhitungan fisik, (c) mencantumkan harga pokok total

dalam daftar hasil perhitungan fisik, (d) melakukan adjusment terhadap

kartu persediaan berdasar daftar hasil perhitungan fisik persediaan, (e)

membuat bukti memorial untuk mancatat adjusment data persediaan

dalam jurnal umum berdasar hasil perhitungan fisik persediaan.

3. Fungsi Gudang. Dalam perhitungan fisik persediaan, fungsi gudang

bertanggung jawab untuk melakukan adjusment data kuantitas

persediaan yang dicatat dalam kartu gudang berdasarkan hasil

perhitungan fisik persediaan.

Jadi fungsi yang terkait dalam sistem perhitungan fisik persediaan adalah :

panitia perhitungan fisik persediaan yang terdiri dari pemegang kartu perhitungan fisik,

penghitung dan pengecek, fungsi akuntansi yang mencantumkan harga pokok

persatuan, mencantumkan harga pokok total dalam daftar hasil perhitungan fisik,

Page 18: Skripsi kak mila new

melakukan adjusment tehadap kartu persediaan dan membuat bukti memorial, fungsi

gudang yang bertanggung jawab melakukan adjusment data kuantitas persediaan

dalam kartu gudang.

2.3 Manajemen logistik Rumah Sakit

2.3.1 Pengertian Logistik

Pengertian logistik adalah merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni

serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan barang,

penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-

alat (Subagaya, 1995:6).

Logistik merupakan bagian dari instansi yang tugasnya adalah menyediakan

bahan atau barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasionalnya instansi tersebut

dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga

serendah mungkin (Aditama, 2007:110). Definisi mengatakan bahwa logistik modern

adalah proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan

barang, suku cadang dan barang-barang jadi dari para supplier, di antara fasilitas-

fasilitas perusahaan dan kepada para langganan (Bowersox, 2002:13).

Kegiatan logistik secara umum mempunyai tiga tujuan. Tujuan operasional

adalah agar tersedia barang, serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang

memadai. Tujuan keuangan meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional dapat

terlaksana dengan biaya yang serendah-rendahnya. Sementara itu, tujuan

pengamanan bermaksud agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan,

pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar

lainya, serta nilai persediaan yang sesunguhnya dapat tercemin di dalam sistem

akuntansi (Aditama, 2007:111).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa logistik

merupakan suatu bagian dari instansi yang tugasnya menyediakan, menyimpan,

memelihara, dan mendistribusikan bahan atau barang yang dibutuhkan untuk kegiatan

Page 19: Skripsi kak mila new

operasional instansi tersebut dalam jumlah yang tepat pada waktu yang dibutuhkan

dalam keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi dimana ia dibutuhkan dan dengan total

biaya terendah.

Dalam lingkup rumah sakit istilah logistik merupakan sub sistem dan menjadi

lebih sempit pengertiannya yaitu suatu proses pengelolaan terhadap pengadaan,

penyimpanan, pendistribusian serta pemantauan persediaan bahan serta barang yang

diperlukan untuk pelayanan jasa di rumah sakit.

2.3.2 Fungsi Manajemen Logistik

Untuk melaksanakan kegiatan penyediaan, penyimpanan, pemeliharaan dan

penyaluran bahan-bahan untuk kebutuhan operasional, maka kegiatan logistik tidak

dapat mengabaikan fungsi-fungsi dari manajemen logistik. Menurut Aditama

(2001:115-116) fungsi-fungsi manajemen logistik merupakan suatu proses yang terdiri

dari :

a. Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan. Fungsi perencanaan

merupakan aktivitas dalam menetapkan sasaran-sasaran, pedoman,

pengukuran penyelengaraan bidang logistik. Penentuan kebutuhan

merupakan perincian (detailering) dari fungsi perencanaan bilamana

perlu semua faktor yang mempengaruhi penentuan kebutuhan harus

diperhitungkan.

b. Fungsi penganggaran. Fungsi ini merupakan usaha-usaha untuk

merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala

standar, yakni skala mata uang dan jumlah biaya dengan

memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku

terhadapnya.

c. Fungsi pengadaan. Fungsi ini merupakan usaha dan kegiatan untuk

memenuhi kebutuhan operasional yang telah digariskan dalam fungsi

perencanaan dan penentuan kepada instansi-instansi pelaksana.

Page 20: Skripsi kak mila new

d. Fungsi penyimpanan dan penyaluran. Fungsi ini merupakan

penerimaan, penyimpanan dan penyaluran perlengkapan yang telah

diadakan melalui fungsi-fungsi terdahulu untuk kemudian disalurkan

kepada instansi-instansi pelaksana.

e. Fungsi pemeliharaan. Adalah usaha atau proses kegiatan untuk

mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang

inventaris.

f. Fungsi penghapusan. Adalah berupa kegiatan dan usaha pembebasan

barang dari pertanggungjawaban dari yang berlaku. Dengan pekataan

lain fungsi penghapusan adalah usaha untuk menghapus kekayaan

karena kerusakan yang tidak dapat di perbaiki lagi, dinyatakan sudah

tua dari segi ekonomis maupun teknis, kelebihan, hilang, susut dan

karna hal-hal lain menerut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

g. Fungsi pengendalian. Fungsi ini merupakan fungsi inti dari pengelolaan

perlengkapan yang meliputi usaha untuk memonitor dan mengamankan

keseluruhan pengelola logistik. Dalam fungsi ini diantaranya terdapat

kegiatan pengendalian inventarisasi. (inventory control) dan expediting

yang merupakan unsur-unsur utamanya.

Jadi manajemen logistik mempunyai beberapa fungsi yang terdiri dari fungsi

perencanaan dan penentuan kebutuhan kebutuhan, fungsi penganggaran, fungsi

pengadaan yang merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional, fungsi

penyimpanan dan penyaluran untuk menyimpan perlengkapan dan menyalurkanya

pada instansi-instansi pelaksana. Fungsi yang lain adalah fungsi pemeliharaan untuk

mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang inventaris dan

fungsi penghapusan yang berupa kegiatan dan usaha pembebasan barang dari

pertanggungjawaban yang berlaku. Yang terakhir adalah fungsi pengendalian yang

meliputi usaha untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelola logistik.

Page 21: Skripsi kak mila new

2.3.3 Penilaian Mutu Logistik Rumah Sakit

Mutu pelayanan logistik diukur dari total biaya yang dikeluarkan dengan

prestasi biaya yang dicapai. Pengukuran prestasi adalah menyangkut tersedianya

barang, kemampuan dilihat dari waktu pengantaran dan konsistensi, dan mutu dari

usaha (Aditama, 2007:119) jadi kunci bagi prestasi logistik yang efektif adalah

mengembangkan usaha yang seimbang antara prestasi pelayanan yang diberikan

dengan biaya yang dikeluarkan.

Kunci keberhasilan pelayanan logistik dengan kualitas yang baik adalah

dengan melakukanya secara terus menerus dalam berbagai keadaan dan sepadat

mungkin mencapai hasil yang diharapkan. Untuk itu diperlukan tenaga yang terampil,

sarana dan prasarana yang baik serta sistim monitoring berkala yang memadai.

Koordinasi dan pengaturan waktu juga merupakan tugas penting yang harus dilakukan

dalam pelayanan logistik. Selain itu ketersediaan bahan logistik selama 24 jam penuh

sesuai kebutuhan pelayanan merupakan kebutuhan bagi rumah sakit.

Uraian tersebut menyatakan bahwa mutu logistik dapat dinilai dari usaha yang

seimbang antar prestasi yang didapat dengan biaya yang dikeluarkan. Sedangkan

untuk mencapai prestasi yang baik adalah melalui pelayanan yang baik yang dapat

diperoleh dari tenaga yang terampil, sarana dan prasaran yang baik, memonitoring

berkala yang memadai, serta koordinasi dan pengaturan waktu yang baik.

2.3.4 Peran Logistik di Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan kegiatan suatu satuan usaha yang melakukan

kegiatan produksi. Kegiatan produksi rumah sakit adalah produksi jasa tersebut,

sehingga yang dimaksudkan kegiatan logistik disini menyangkut hanya persediaan

barang serta peralatan yang dibutuhkan dalam rangka produksi jas tersebut.

Pada definisi lama dinyatakan bahwa bagian logistik adalah bagian yang

menyediakan barang dan jasa dalam jumlah, mutu dan waktu yang tepat dengan harga

Page 22: Skripsi kak mila new

yang sesuai. Dari segi manajemen modern (Aditama, 2007:116), maka tanggungjawab

manajemen logistik lebih diperluas, yaitu :

a. Menjaga kegiatan yang dapat memasok material dan jasa secara tidak

terputus (uninterupted).

b. Menggadakan pembelian inventaris secara bersaing (kompetitif).

c. Menjadwal investasi barang pada tingkat serendah mungkin.

d. Mengembangkan sumber pasokan yang dapat dipercaya dan alternatif

pasokan lain.

e. Mengembangkan dan menjaga hubungan baik dengan bagian-bagian

lain.

f. Memantapkan integrasi yang maksimal dengan bagian-bagian lain.

g. Melatih dan membina pegawai yang kompeten dan termotifasi dengan

baik.

Tentu perlu dilakukan inventory control dalam logistik rumah sakit yang

bertujuan menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Karena itu

hasil stock opname harus yang seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas

suatu kesatuan waktu tertentu misalnya, satu bulan atau dua bulan atau kurang dari

satu tahun.

Secara tegas dapat disampaikan bahwa semua bentuk kegiatan dirumah sakit

memerlukan pelayanan logistik. Keberhasilan dan mutu pelayanan dirumah sakit

memang bergantung dari banyak faktor, tetapi tidak pelak lagi bahwa peran logistik

merupakan salah satu kunci utama didalamnya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa logistik berperan dalam

penyediaan barang dan jasa dalam jumlah, mutu dan waktu yang tepat dengan harga

yang sesuai. Selain itu logistik juga bertanggungjawab untuk menjaga kegiatan yang

dapat memasok material dan jasa secara tidak terputus, mengadakan pembelian

inventaris secara bersaing, menjadwal investasi barang pada tingkat serendah

mungkin, mengembangkan sumber pasokan dan alternatif pasokan lain,

Page 23: Skripsi kak mila new

mengembangkan dan menjaga hubungan baik dengan bagian lain, memantapkan

integrasi yang maksimal dengan bagian lain serta melatih dan membina pegawai yang

kompeten dan termotivasi dengan baik.

2.4 Pengendalian Intern

2.4.1 Sistem Pengendalian Intern Persediaan

Pengendalian intern terhadap perusahaan dapat mencapai efektifitas yang

maksimal dalam sistem apabila diterapkan pencatatan yang cermat dan lengkap serta

pengkoordinasian kegiatan pada berbagai tingkat operasi. Menurut Wilson dan

Cambell (1996:449) untuk menghindarkan kekurangan dan koreksi persediaan karena

kelemahan pengendalian intern, maka dapat diterapkan cara-cara sebagai berikut :

a. Memelihara tempat yang aman bagi bahan, semua bahan yang tinggi

nilainya harus mendapat perhatian yang khusus.

b. Pemindahan bahan dari suatu lokasi ke lokasi yang lainya harus

dilakukan sesuai surat permintaan yang disetujui oleh yang

berwewenang.

c. Pemisahan tugas sehingga mereka yang menyelenggarakan catatan

pembukuan tidak menangani penerimaan ataupun pengeluaran bahan.

d. Mengadakan inventarisasi persediaan secara rotasi dan hasilnya

direkonsiliasikan dengan catatan persediaan.

e. Mengharuskan auditor intern untuk melakukan penilaian secara

mandalam mengenai sistem pengendalian persediaan.

f. Menganalisa catatan persediaan untuk menetapkan setiap kelemahan

yang mungkin terjadi.

g. Mengevaluasi tenaga kerja yang menangani persediaan dan mengecek

latar belakang mereka.

h. Melakukan survey periodik mengenai keamanan persediaan dan

mengeliminasi kesempatan berbuat curang.

Page 24: Skripsi kak mila new

Jadi pengendalian intern persediaan dapat mencapai efektifitas bila

diterapkan pencatatan yang cermat dan lengkap serta pengkoordinasian kegiatan pada

berbagai tingkat operasi.

2.4.2 Pengendalian Intern Sistem penghitungan Fisik Persediaan

Menurut Mulyadi (2001:581) unsur pengendalian intern dalam sistem

penghitungan fisik persediaan digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu :

a. Organisasi

1. Penghitungan fisik persediaan harus dilakukan oleh suatu panitia yang

terdiri dari fungsi pemegang kartu penghitungan fisik, fungsi penghitung,

dan fungsi pengecek.

2. Panitia yang dibentuk harus terdiri dari karyawan selai karyawan fungsi

gudang dan fungsi akuntansi persediaan karena karyawan di kedua

fungsi inilah yang justru dievaluasi tanggungjawabnya atas persediaan.

b. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

1. Daftar hasil perhitungan fisik persediaan ditangani oleh ketua panitia

penghitungan fisik persediaan.

2. Pemindahan barang dari satu lokasi ke lokasi lainya harus dilakukan

sesuai surat permintaan yang telah disetujui oleh yang berwewenang.

3. Harga satuan yang tercantum dalam daftar hasil perhitungan fisik

berasal dari kartu persediaan yang bersangkutan.

4. Adjusment terhadap kartu persediaan didasarkan pada informasi

(kuantitas maupun harga pokok total) tiap jenis persediaan yang

tercantum dalam daftar penghitungan fisik.

c. Praktek yang Sehat

1. Kartu penghitungan fisik bernomer urut tercetak dan penggunaanya

dipertanggungjawabkan oleh fungsi pemegang kartu penghitungan fisik.

Page 25: Skripsi kak mila new

2. Penghitungan fisik setiap jenis persediaan dilakukan dua kali secara

independen, pertama kali oleh penghitung dan kedua kali oleh

pengecek.

3. Kuantitas dan data persediaan yang lain yang tercantum dalam bagian

ke tiga dan bagian ke dua kartu perhitungan fisik dicocokan oleh fungsi

pemegang kartu penghitugan fisik sebelum data yang tercantum dalam

bagian ke dua kartu penghitungan fisik dicatat dalam daftar hasil

penghitungan fisik.

4. Peralatan dan metode yang digunakan untuk mengukur dan menghitung

kuantitas persediaan harus dijamin ketelitiannya.

Jadi uraian tersebut menyatakan bahwa unsur pokok pengendalian intern

yang ada pada penghitungan fisik persediaan adalah adanya panitia penghitungan fisik

persediaan yang dibentuk dari karyawan selain dari karyawan fungsi akuntansi dan

fungsi gudang, sistem otorisasi yang jelas dan prosedur pencatatan yang benar, serta

praktek yang sehat melalui penggunaan dokumen dan catatan yang dapat

dipertanggungjawabkan dan pelaksanaan penghitungan fisik yang teliti.

2.5 Kerangka Konseptual

Berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, RSUD Kota

Padang Panjang khususnya Instalasi Farmasi RSUD Kota Padang Panjang menjadi

fokus lokasi dalam penelitian ini. Penelitian ini di mulai dengan meneliti struktur

organisasi, sistem akuntansi pesediaan obat-obatan, serta formulir dan dokumen yang

digunakan.

Dengan meneliti struktur organisasi yang ada diharapkan peneliti dapat

mengetahui wewenang dan tanggung jawab serta rincian pekerjaan pada setiap

bagian serta adanya pemisahan fungsi yang jelas supaya tidak terjadi perangkapan

tugas.

Page 26: Skripsi kak mila new

Prosedur perencanaan dan penentuan kebutuhan obat-obatan, prosedur

pengadaan obat-obatan, prosedur penyimpanan obat-obatan, prosedur pendistribusian

obat-obatan, prosedur penghapusan obat-obatan, dan prosedur penghitungan fisik

persediaan merupakan isi dari sistem akuntansi persediaan obat-obatan. Serta formulir

dan dokumen yang dalam fungsinya menghasilkan informasi tentang otorisasi

wewenang serta apakah pemakain formulir dan dokumen tersebut sudah memenuhi

syarat pelaksanaan sistem pengendalian intern.

Data-data di peroleh melalui sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber data primer merupakan sumber data penelitian yang di peroleh secara

langsung dari sumber data asli dengan melalui observasi dan wawancara secara

langsung. Sedangkan sumber data sekunder merupakan data penelitian yang

diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara seperti data

dokumentasi.

Melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, dihasilkan data-data yang

berhubungan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Setelah itu di lakukan

analisis dan triangulasi data sehingga dapat di simpulkan hasil analisis dan triangulasi

data.

Berdasarkan uraian tersebut, akan terlihat bagaimana sistem dan prosedur

akuntansi persediaan obat-obatan di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padang Panjang.

Dan apakah sistem dan prosedur akuntansi persediaan obat-obatan tersebut sudah

sesuai dengan sistem pengendalian intern yang ada di Instalasi Farmasi RSUD Kota

Padang Panjang.

Skema kerangka konseptual evaluasi pelaksanaan sistem dan prosedur

akuntansi obat-obatan disajikan dalam gambar 2.1.

Page 27: Skripsi kak mila new

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pelaksanaan Sistem dan Prosedur

Akuntansi Obat-obatan

RSUD Kota Padang Panjang

Instalasi Farmasi

Sistem Akuntansi Persediaan Obat-obatan

Sumber Data

Formulir dan

dokumen

Struktur

Organisasi

Sumber Data Primer Sumber Data Sekunder

Wawancara

Kuisioner Dokumentasi

Data-data

Analisis Data

Triangulasi Data

Kesimpulan Hasil Analisis

Sistem dan Prosedur Akuntansi Persediaan Obat-obatan

Page 28: Skripsi kak mila new

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Sistem Pengendalian Intern (SPI)

Perencanaan (X1)

Pengadaan (X2)

Penyimpanan (X3)

Pendistribusian (X4)

Penghapuan (X5)

Perhitungan Fisik (X6)

Page 29: Skripsi kak mila new

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Objek Penelitian

Memilih metode yang tepat dalam penelitian, ditentukan oleh maksud dan

tujuan penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian, metode penelitian yang digunakan

adalah penelitan kualitatif dengan objek penelitian pada Instalasi Farmasi RSUD Kota

Padang Panjang. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan

sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam

kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya

dan dalam peristilahannya (Kirk dan Miller dalam Moleong, 2002:3). Metode kualitatif

ini digunakan karena beberapa pertimbangan, yaitu : (i) menyesuaikan metode

kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, (ii) metode ini

menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden, (iii)

metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman

pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2002:5).

Sedangkan objek penelitian merupakan penelitian dengan karateristik

masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang di

teliti, serta interaksinya dengan lingkungan. Tujuan studi kasus adalah melakukan

penyelidikan secara mendalam mengenai subjek tertentu untuk memberikan gambaran

yang lengkap mengenai subjek tertentu (Indriantoro dan Supomo, 1999:26). Dalam

penelitian ini, objek yang akan diteliti adalah perusahaan milik pemerintah yang

bergerak di bidang kesehatan yaitu RSUD Kalisari yang berada di Kabupaten Batang

Jawa Tengah.Pada penelitian ini, penulis mengambil salah satu objek pada RSUD

tersebut, yaitu analisis perlakuan akuntansi persediaan obat-obatan yang di

bandingkan dengan Pernyataan Standart Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.05.

Karena penulis ingin mengetahui cara pencataan persediaan obat apakah sesuai

Page 30: Skripsi kak mila new

dengan PSAP atau malahan belum sesuai karena persediaan obat-obatan berperan

sangat vital bagi masyarakat juga obat merupakan komponen pembiayaan yang

termasuk besar dalam satu kali rawat inap pasien,dengan stretegi empaet tepat(tepat

menenutukan penyakit pasien,tepat menutukan dosis, tepat menentukan obat,tepat

menutukan pemberian) sehingga pelayanan pada pasien terjamin dan nama RSUDpun

menjadi lebih baik lagi.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,

tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada

pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang

dimiliki oleh obyek atau subyek itu (Sugiyono, 2007: 55). Populasi yang akan di teliti

adalah seluruh karyawan/pegawai pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Padang Panjang yang berjumlah 26 (dua puluh enam) orang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua

yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari

dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi, untuk itu sampel

yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif atau mewakili (Sugiyono,

2007: 56). Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, penelitian menggunakan

nonprobability sampling, dengan teknik convenience sampling, Metode ini memilih

sampel dari elemen populasi (orang/kejadian) yang datanya mudah di peroleh peneliti

Page 31: Skripsi kak mila new

(Indriantoro dan Supomo, 1999: 130). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan

adalah kesemua pegawai yang bekerja pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Padang Panjang yang berjumlah 26 (dua puluh enam) orang.

3.3 Sumber Data dan Jenis Data

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan

dalam penentuan metode pengumpulan data, yang terdiri atas sumber data primer dan

sumber data sekunder (Indriantoro dan Supomo, 1999:146). Adapun penjelasan dari

kedua sumber data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sumber Data Primer : merupakan sumber data penelitian yang di

peroleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara)

dengan mengunakan metode Metode Kuisioner, yaitu pengambilan data

dengan cara menyebarkan kuisioner kepada responden untuk diisi

sesuai dengan peryataan-pernyataan yang termuat didalamnya.

2. Sumber Data Sekunder : merupakan data yang diperoleh dari sumber-

sumber lain yang terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi

kepustakaan, dengan mengunakan dokumentasi dan literatur-literatur

yang berkaitan dengan permasalahan.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel mencakup pengertian yang

digunakan untuk memperoleh data yang dianalisa yang sesuai dengan tujuan

penelitian. Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel yang dapat membantu

perhitungan dalam memecahkan suatu masalah. Definisi operasional dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

a. Sistem dan Prosedur Akuntasi sebagai variabel bebas (Independent

Variabel), yaitu variabel X yang terdiri dari prosedur perencanaan dan

penentuan kebutuhan obat-obatan (X1), Prosedur pengadaan obat-obatan

Page 32: Skripsi kak mila new

(X2), Prosedur penyimpanan obat-obatan (X3), Prosedur pendistribusian

obat-obatan (X4), Prosedur penghapusan obat-obatan (X5) dan Prosedur

pertihungan fisik obat-obatan (X6). Dimana sistem dan Prosedur Akuntasi

adalah skor yang diperoleh dari penelitian melalui kuisioner terhadap

Sistem dan Prosedur Akuntasi yang dilihat dari : Prosedur perencanaan

dan penentuan kebutuhan obat-obatan, Prosedur pengadaan obat-

obatan, Prosedur penyimpanan obat-obatan, Prosedur pendistribusian

obat-obatan, Prosedur penghapusan obat-obatan, serta Prosedur

perhitungan fisik persediaan obat-obatan.

b. Sistem Pengendalian Intern ditentukan sebagai variabel tidak bebas

(dependent variabel), yaitu variabel Y. Sistem Pengendalian Intern

adalah skor yang diperoleh dari penelitian melalui kuisioner terhadap

Sistem Pengendalian Intern pada Rumah sakit Umum Daerah Kota

Padang Panjang dilihat dari kesesuaian tingkat kepentingan dan kinerja.

3.5 Teknik Pengujian kualitas Data

Sebelum disebarkan kepada responden kuisioner terlebih dahulu diuji

validitas, realibititas dan normalitas data, dari masing-masing variabel yang diteliti :

1. Uji Validitas Data

Validitas menunjukkan seberapa jauh suatu tes dari operasi-operasi

mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebuah pengukuran dikatakan valid jika dapat

mengukur tujuannya dengan nyata atau benar (Jogiyanto, 2004: 120). Validitas

berhubungan dengan ketepatan alat ukur valid untuk melakukan tugasnya mencapai

sasaran. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuisioner, sehingga

pengujian validitas yang digunakan berupa validitas isi (content validity). Pengujian

validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara sistem dan operasional

akuntansi dengan sistem pengendalian intern. Nilai koefisien korelasi antara skor

Page 33: Skripsi kak mila new

setiap item dengan skor total dihitung dengan korelasi product moment (Product

Moment pearson correlation).

2. Uji Reliabilitas Data

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran

tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap pernyataan

yang sama menggunakan alat ukur yang sama pula. Reliabilitas menunjukkan akurasi

dan ketepatan dari pengukurannya. Besarnya tingkat reliabilitas ditunjukkan oleh nilai

koefisiennya, yaitu koefisien reliabilias (Jogiyanto, 2004: 132). Uji reliabilitas dalam

penelitian ini menggunakan teknik Cronbach Alpha (α), di mana suatu instrumen dapat

dikatakan handal (reliable), bila memiliki cronbach Alpha ≥ 0,6

3. Uji Normalitas

Sebelum menentukan teknik analisis statistik yang digunakan dalam suatu

penelitian perlu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas ditujukan untuk memeriksa

keabsahan sampel yang diterapkan dalam teknik statistik tertentu (Arikonto, 1997). Uji

normalitas dilakukan untuk meyakinkan bahwa variabel yang dibandingkan rata-

ratanya mengikuti sebaran atau distribusi normal. Tujuan uji normalitas adalah untuk

membuktikan bahwa (1) sampel telah diambil secara proporsional dari populasinya;

dan (2) variabel yang diteliti memenuhi kriteria distibusi normal. Salah satu pengujian

normalitas adalah dengan menggunakan teknik Kolmogorov Smirnov. Uji Kolmogorov

Smirnov merupakan pengujian normalitas yang banyak dipakai. Kelebihan dari uji ini

adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu

pengamat dengan pengamat yang lain. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov

Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji

normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Perhitungan uji normalitas dalam

penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS untuk pengujian terhadap data sampel tiap

variabel.

Page 34: Skripsi kak mila new

3.5 Teknik Pengujian Hipotesis

1. Untuk mengetahui pengaruh sistem dan prosedur akuntansi dalam

sistem pengendalian intern digunakan analisis regresi berganda, model

regresi tersebut adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e

Di mana:

Y = Nilai yang diprediksi untuk sistem pengendalian intern

a = Konstanta (harga Y bila X = 0)

b = Koefisien regresi masing-masing variabel independen

X1 = Prosedur perencanaan dan penentuan kebutuhan obat-obatan

X2 = Prosedur pengadaan obat-obatan

X3 = Prosedur penyimpanan obat-obatan

X4 = Prosedur pendistribusian obat-obatan

X5 = Prosedur penghapusan obat-obatan

X6 = Prosedur perhitungan fisik obat-obatatan

2. Uji keberartian koefisien regresi atau disebut uji T (uji parsial/koefisien

regresi), digunakan untuk memperkuat keyakinan penulis tentang

kesimpulan hasil yang diperoleh setelah dilakukan perhitungan analisis

korelasi linear. Di samping itu, analisis juga dapat digunakan untuk

mengetahui apakah bukti yang ada memadai atau tidak dengan

signifikan sebesar 5 %, sehingga kesimpulan yang diambil jika pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen secara individual pada

taraf 5 % berarti hipotesis diterima. Jika lebih besar dari 5 %, berarti

hipotesis ditolak. Penentuan penerimaan hipotesis dengan uji t dapat

dilakukan berdasarkan tabel t. Nilai t hitung hasil regresi dibandingkan

dengan nilai t pada tabel. Jika t hitung > t tabel maka berarti terdapat

pengaruh yang signifikan secara parsial, dan sebaliknya jika t hitung < t

tabel maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial.

Page 35: Skripsi kak mila new

3. Uji keberartian model regresi atau disebut uji F (uji Anova), digunakan

untuk melihat apakah model persamaan regresi yang digunakan dapat

menjelaskan pengaruh variabel independen secara bersama-sama

terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi yang ditetapkan dalam

uji F yaitu sebesar 5%. Untuk uji F, maka df dihitung dengan N – k – 1

dengan k adalah jumlah variabel bebas. Logika uji dua arah, adalah

terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, dan

uji satu arah adalah terdapat pengaruh negatif/positif antara variabel

bebas antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

4. Koefisien Determinasi (R2) adalah perbandingan antara variasi Y yang

dijelaskan oleh x1 dan x2 secara bersama-sama dibanding dengan

variasi total Y. Jika selain x1 dan x2 semua variabel di luar model yang

diwadahi dalam e dimasukkan ke dalam model, maka nilai R2 akan

bernilai 1. Ini berarti seluruh variasi Y dapat dijelaskan oleh variabel

penjelas yang dimasukkan ke dalam model. Contoh Jika variabel dalam

model hanya menjelaskan 0,4 maka berarti sebesar 0,6 ditentukan oleh

variabel di luar model, nilai diperoleh sebesar R2 = 0,4. Jika R2 semakin

besar atau mendekati 1, maka model makin tepat. Untuk data survei

yang berarti bersifat cross section data yang diperoleh dari banyak

responden pada waktu yang sama, maka nilai R2 = 0,2 atau 0,3 sudah

cukup baik. Semakin besar n (ukuran sampel) maka nilai R2 cenderung

makin kecil. Sebaliknya dalam data runtun waktu (time series) dimana

peneliti mengamati hubungan dari beberapa variabel pada satu unit

analisis (perusahaan atau negara) pada beberapa tahun maka R2 akan

cenderunng besar. Hal ini disebabkan variasi data yang relatif kecil pada

data runtun waktu yang terdiri dari satu unit analisis saja. Contoh jika

nilai R2 = 0,4 menunjukkan pemilihan variabel x1 dan x2 dalam (cross

section data) menjelaskan variasi kinerja sebesar 40 persen, sisanya 60

Page 36: Skripsi kak mila new

persen ditentukan oleh variabel-variabel lain di luar model. Dua variabel

penjelas yang dipilih oleh peneliti sudah dapat menjelaskan variasi

variabel Y pada sampel yang besar.

5. Uji Multikolinearitas untuk mengetahui adanya hubungan antara

beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dalam model regresi.

Jika dalam model terdapat multikolinearitas maka model tersebut

memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat

ditaksir dengan ketepatan yang tinggi. Salah satu cara mendeteksi ada

tidaknya multikolinearitas adalah dengan uji Farrar-Glauber (perhitungan

ratio-F untuk menguji lokasi multikolinearitas). Hasil dari Fstatistik (Fi)

dibandingkan dengan F tabel. Kriteria pengujiannya adalah apabila F

tabel > Fi maka variabel bebas tersebut kolinear terhadap variabel

lainnya. Sebaliknya, jika F tabel < Fi, maka variabel bebas tersebut tidak

kolinear terhadap variabel bebas yang lain.

6. Uji Heteroskedastisitas untuk terjadinya gangguan yang muncul dalam

fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama sehingga

penaksir OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel

besar (tapi masih tetap tidak bias dan konsisten). Salah satu cara untuk

mendeteksi masalah heteroskedastisitas adalah dengan uji Park. Hasil

perhitungan dilakukan uji t. Kriteria pengujiannya adalah apabila t hitung

< t tabel, maka antara variabel bebas tidak terkena heteroskedastisitas

terhadap nilai residual lain, atau varians residual model regresi ini

adalah homogen. Demikian sebaliknya.

Page 37: Skripsi kak mila new

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Kota Padang Panjang berada pada ketinggian 650 sampai 850 meter di atas

permukaan laut dengan luas wilayah 23 Km2, yang membantang antara 100020’

sampai 100030’ Bujur Timur dan 0027’ sampai 0032’ Lintang Selatan, berbatasan dan

dikelilingi oleh Kabupaten Tanah Datar, dan berada pada posisi silang lalu lintas antara

Padang-Bukittinggi. Daerah ini dikelilingi Gunung Merapi, Gunung Singgalang dan

Gunung Tandikat, beriklim sejuk dengan suhu udara maksimal 26,10C dan suhu

minimum 21,80C serta dengan curah hujan cukup tinggi yaitu rata-rata 3.295

mm/tahun.

Kota Padang Panjang untuk pertama kali dibentuk berdasarkan Undang-

Undang No. 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kota Kecil Dalam

Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah. Kemudian dengan lahirnya Undang-

Undang No. 1 Tahun 1957 maka Kota Kecil Padang Panjang memiliki status yang

sejajar dengan daerah Kabupaten/Kota lainnya. Menindak lanjuti dari Undang-Undang

No. 1 Tahun 1957 tersebut maka DPRD Kota Padang Panjang menetapkan keputusan

No. 12/K/DPRD-PP/57 tanggal 25 September 1957 tentang Peralihan Kota Praja

Padang Panjang yang isinya membagi Padang Panjang atas 4 wilayah administratif

yang disebut dengan Resort, yaitu Resort Gunung, Resort Lareh Nan Panjang, Resort

Pasar dan Resort Bukit Surungan.

Pada tahun 1982 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1982 Kota

Padang Panjang dibagi atas 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Padang Panjang

Barat dan Kecamatan Padang Panjang Timur dengan 16 kelurahan, dimana masing-

masing kecamatan terdiri dari 8 kelurahan. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32

Page 38: Skripsi kak mila new

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa Kepada Daerah Kabupaten/Kota

telah diserahkan kewenangan agar daerah tersebut mampu melaksanakan otonomi.

Untuk melaksanakan bidang kewenangan tersebut diperlukan organisasi pemerintah

daerah yang dikenal dengan nama perangkat daerah. Pembentukan susunan

organisasi dan tata kerja perangkat daerah tersebut ditetapkan dengan Peraturan

Daerah (Perda) mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007.

Untuk melayani kebutuhan kesehatan masyarakatnya, saat ini Kota Padang

Panjang memiliki sebuah BLUD yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang

Panjang, dimana RSUD Kota Padang Panjang memiliki 13 (tiga belas) instalasi dan

salah satunya adalah instalasi farmasi yang menjadi objek pada penelitian ini. Pada

sub bab berikut akan dijelaskan mengenai profil instalasi farmasi pada RSUD Kota

Padang Panjang.

4.2 Tugas Pokok Dan Fungsi Instalasi Farmasi Pada RSUD Kota Padang

Panjang

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dapat didefinisikan sebagai suatu

departemen atau unit di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan

dibantu oleh asisten apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan kompeten secara professional, tempat atau fasilitas

penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan

kefarmasian, yang terdiri dari pelayanan paripurna, mencakup perencanaan,

mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan

atau sediaan farmasi; dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat inap

dan rawat jalan; pengendalian mutu; dan pengendalian distribusi dan penggunaan

seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit; pelayanan farmasi klinik umum dan

spesialis, mencakup pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang

merupakan program rumah sakit secara keseluruhan (Siregar, 2004:25).

Page 39: Skripsi kak mila new

Visi, Misi dan Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah

a. Visi

“Pelayanan Farmasi profesional dari aspek manajemen maupun klinik dengan orientasi

kepada kepentingan sebagai individu, berwawasan lingkungan dan keselamatan kerja

berdasarkan kode etik”.

b. Misi

1. Bertanggung jawab atas pengelolaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit

yang berdaya guna dan berhasil guna.

2. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada

tercapainya hasil pengobatan yang optimal bagi pasien.

3. Berperan serta dalam program-program pelayanan kesehatan di rumah

sakit untuk meningkatkan kesehatan seluruh lapisan masyarakat, baik

pasien maupun tenaga kerja rumah sakit.

IFRS dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan Standar Pelayanan

Farmasi di Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan

Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2004 dan eveluasinya mengacu pada

Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit yang digunakan secara rasional, di samping

ketentuan maasing-masing rumah sakit. Tugas IFRS antara lain :

1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.

2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional

berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi.

3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).

4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi.

5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

Page 40: Skripsi kak mila new

6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.

7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit.

Fungsi IFRS antara lain :

1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah

sakit yang merupakan proses kegiatan sejak meninjau masalah

kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi,

bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan

memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan

memparbaharui standar obat.

b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal yang

merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan

harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan

menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan

dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain

konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan

epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan

yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit yang merupakan kegiatan

membuat, mengubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan

farmasi steril dan nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit.

Page 41: Skripsi kak mila new

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

ketentuan yang berlaku.

f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian.

g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di

rumah sakit.

2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien yang meliputi kajian

persyaratan administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratan

klinis.

b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan

obat dan alat kesehatan.

c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat

dan alat kesehatan.

d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan.

e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau

keluarga pasien.

f. Memberi konseling kepada pasien atau keluarga pasien.

g. Melakukan pencampuran obat suntik

h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral

i. Melakukan penanganan obat kanker

j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah

k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan

l. Melaporkan setiap kegiatan

Page 42: Skripsi kak mila new

Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok farmasi Rumah Sakit adalah sebagai

berikut:

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi

c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi

e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku

f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi

g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi

h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit.

Fungsi farmasi rumah sakit yang tertera pada Kepmenkes No.

1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit adalah

sebagai berikut :

a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

Menurut Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, fungsi pelayanan

farmasi Rumah Sakit sebagai pengelola perbekalan farmasi dimulai dari pemilihan,

perencanaan, pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian,

pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang

diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

Page 43: Skripsi kak mila new

1. Pemilihan

Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan

yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,

menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,

standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.

2. Perencanaan

Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga

perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk

menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan

antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan

epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman

perencanaan berdasarkan DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi

rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medik, anggaran

yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan,data

pemakaian periode yang lalu, dan rencana pengembangan.

3. Pengadaan

Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan dan disetujui, melalui pembelian secara tender (oleh panitia

pembelian barang farmasi) dan secara langsung dari

pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan, melalui

produksi/pembuatan sediaan farmasi (produksi steril dan produksi non steril),

dan melalui sumbangan/droping/hibah.

4. Produksi

Merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan pengemasan

kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah

sediaan farmasi dengan formula khusus, sediaan farmasi dengan harga

Page 44: Skripsi kak mila new

murah, sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil, sedian farmasi

yang tidak tersedia dipasaran, sediaan farmasi untuk penelitian, sediaan

nutrisi parenteral, rekonstruksi sediaan obat kanker.

5. Penerimaan

Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah

diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,

tender, konsinasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan

farmasi yaitu pabrik harus mempunyai sertifikat analisa, barang harus

bersumber dari distributor utama, harus mempunyai material safety data sheet

(MSDS), khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai

certificate of origin, dan expire date minimal 2 tahun.

6. Penyimpanan

Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut

persyaratan yang ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan

kestabilannya, mudah tidaknya meledak/terbakar, dan tahan/tidaknya

terhadap cahaya, disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin

ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

7. Pendistribusian

Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit

untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan

rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi

dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan

mempertimbangkan :

a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada

b. Metode sentralisasi atau desentralisasi

c. Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi

Page 45: Skripsi kak mila new

4.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.3.1 Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas berhubungan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang di ukur,

sehingga alat tersebut benar-benar dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak

diukur dalam penelitian ini. Untuk validitas kuesioner, dapat diperoleh dengan cara

mencari korelasi setiap pertanyaan dengan jumlah totalnya. Hal ini bisa diperoleh

dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product moment seperti yang

dijelaskan pada BAB III.

Menurut Djamaludin Ancok (2009 : 137) bahwa : “untuk keperluan uji validitas

maka instrumen dicobakan kepada 30 orang responden”. Selanjutnya menurut

Masrun dalam Sugiono (2001 : 106) menyatakan bahwa :”biasanya syarat minimum

untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r 0,3”.

Dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap alat ukur

yang digunakan yaitu kuesioner, dengan analisis validitas dan reliabilitas agar data

yang diperoleh dapat dipercaya atau diakui kebenarannya. Dengan menggunakan

software SPSS 11.5 diperoleh nilai-nilai reliabilitas dan validitas yang ditunjukkan oleh

nilai alpha cronbach’s dan corrected item total correlation. Hasil uji validitas dan

reliabilitas untuk tiap-tiap variabel disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.3 Uji Validitas dan Reliabiltas Variabel Penerapan Prosedur Akuntansi Persediaan

Obat-Obatan (X)

Butir Dimensi r-hitung r-tabel Status Butir

Keterangan Reliabilitas

1.

Lingkungan Pengendalian

dan Kompetensi

.471 0,361 Valid Digunakan

0.9328

2. .398 0,361 Valid Digunakan

3. .511 0,361 Valid Digunakan

4. .578 0,361 Valid Digunakan

5. .439 0,361 Valid Digunakan

6. .452 0,361 Valid Digunakan

7. .513 0,361 Valid Digunakan

8. .394 0,361 Valid Digunakan

9. .375 0,361 Valid Digunakan

11. .390 0,361 Valid Digunakan

Page 46: Skripsi kak mila new

Butir Dimensi r-hitung r-tabel Status Butir

Keterangan Reliabilitas

12.

Sistem dan Prosedur Akuntansi persediaan obat-obatan

.505 0,361 Valid Digunakan

0.7671

13. .703 0,361 Valid Digunakan

14. .587 0,361 Valid Digunakan

15. .489 0,361 Valid Digunakan

16. .754 0,361 Valid Digunakan

17. .525 0,361 Valid Digunakan

18. .734 0,361 Valid Digunakan

19. .669 0,361 Valid Digunakan

20. .461 0,361 Valid Digunakan

21. .468 0,361 Valid Digunakan

22.. .640 0,361 Valid Digunakan

23. .552 0,361 Valid Digunakan

24. .580 0,361 Valid Digunakan

25. .632 0,361 Valid Digunakan

26. .667 0,361 Valid Digunakan

27. .558 0,361 Valid Digunakan

28. .588 0,361 Valid Digunakan

29. .465 0,361 Valid Digunakan

30.. .375 0,361 Valid Digunakan

31. .596 0,361 Valid Digunakan

32. .770 0,361 Valid Digunakan

33. .470 0,361 Valid Digunakan

34. .561 0,361 Valid Digunakan

Sumber : Pengolahan data Penelitian, 2014

Pada tabel diatas, terlihat bahwa semua item pertanyaan mempunyai nilai

koefisien validitas >0.300. Ini berarti kesebelas item tersebut valid dan dapat

digunakan dalam analisis selanjutnya. Dari kolom koefisien reliabilitas diperoleh hasil

bahwa semua nilai koefisien reliabilitas untuk tiap sub-variabel X (penerapan prosedur

akuntansi) lebih besar dari 0.700, sehingga dapat disimpulkan semua sub-variabel X

yang terdapat dalam kuesioner yang dibuat reliabel dan cukup baik dijadikan sebagai

alat penelitian untuk mengukur variabel penerapan prosedur akuntansi.

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk variabel Y (sistem pengendalian

intern) disajikan dalam tabel berikut :

Page 47: Skripsi kak mila new

Tabel 4.5 Uji Validitas Dan Reliabilitas Sistem Pengendalian Intern (Y)

Butir r-hitung r-tabel Status Butir

Keterangan Reliabilitas

35. .404 0,361 Valid Digunakan

0.8202

36. .507 0,361 Valid Digunakan

37. .413 0,361 Valid Digunakan

38. .471 0,361 Valid Digunakan

39. .391 0,361 Valid Digunakan

40. .407 0,361 Valid Digunakan

41. .488 0,361 Valid Digunakan

42. .405 0,361 Valid Digunakan

43. .819 0,361 Valid Digunakan

Sumber : Pengolahan data Penelitian, 2014

Pada tabel diatas, terlihat bahwa semua item pertanyaan mempunyai nilai

koefisien validitas >0.300. Ini berarti kesembilan item tersebut valid dan dapat

digunakan dalam analisis selanjutnya.

Dari kolom koefisien reliabilitas diperoleh hasil bahwa semua nilai koefisien

reliabilitas untuk tiap butir variabel Y (sistem pengendalian intern) lebih besar dari

0.700, sehingga dapat disimpulkan semua butir variabel Y yang terdapat dalam

kuesioner yang dibuat reliabel dan cukup baik dijadikan sebagai alat penelitian untuk

mengukur pengaruh variabel X terhadap Y sesuai dengan tujuan penelitian.

Berdasarkan hasil keseluruhan dari uji validitas dan relibilitas yang dilakukan

terhadap semua item pertanyaan dalam variabel penelitian diatas, diperoleh hasil

bahwa dari 43 (empat puluh tiga) item yang digunakan dalam kuesioner, tidak satupun

yang menunjukkan hasil tidak valid dan reliabel. Dengan demikian data yang diperoleh

dari item-item pertanyan tersebut merupakan hasil pengukuran dari alat ukur yang baik

sehingga mengakibatkan informasi yang didapat merupakan informasi baik pula. Untuk

analisis selanjutnya, sebelum menghitung nilai koefisien korelasi multipel dan korelasi

parsial, data yang ada mengalami proses transformasi menjadi data berskala interval

dengan menggunakan Metode Succesive Interval.

Page 48: Skripsi kak mila new

4.3.2 Analisis Deskripsi Jawaban Responden

Untuk mengetahui kecenderungan tanggapan responden pada tiap variabel

dan Dimensi digunakan analisis dekriptif yang dilakukan dengan menghitung terlebih

dahulu skor uji dan skor maksimum setiap sub variabel, kemudian diperoleh rasio

antara kedua skor tersebut dalam bentuk prosentase. Dari ukuran rasio tersebut dapat

diketahui sikap dan tanggapan responden secara umum yang dibagi ke dalam 5 (lima)

kategori, yaitu : sangat negatif (SN), negatif (N), sedang (S), positif (P), dan sangat

positif (SP). Pengelompokkan tersebut dilakukan berdasarkan interval batasan dengan

cara sebagai berikut :

Rasio Minimum = 1 / 5 x 100 %= 20 %

Rasio Maksimum = 5 / 5 x 100 %= 100 %

Interval = Rasio Maksimum – Rasio Minimum

= 100 % - 20 %

= 80 %

Jarak interval = Interval : Jenjang

= 80 % : 5

= 16 %

Dari perhitungan di atas, diperoleh batasan interval kategori tanggapan

responden berdasarkan rasio skor uji dengan skor maksimum pada tiap sub-variabel

yang disajikan dalam prosentase.

20.0 % - 36.0 % : Kategori tanggapan sangat negatif

36.1 % - 52.0 % : Kategori tanggapan negatif

52.1 % - 68.0 % : Kategori tanggapan sedang

68.1 % - 84.0 % : Kategori tanggapan positif

84.1 % - 100 % : Kategori tanggapan sangat positif

Hasil perhitungan rasio skor uji dengan skor maksimum sebagai berikut :

Page 49: Skripsi kak mila new

4.3.2.1 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Penerapan Prosedur

Akuntansi Persediaan Obat

Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Penerapan Prosedur Akuntansi

Persediaan Obat-Obatan (X)

No Indikator No. Item Skor Uji Skor

Maksimum Rasio (%) Klasifikasi

1

Lingkungan Pengendalian

dan Kompetensi

1 117 130 90 Sangat Positif

2 106 130 81,53 Positif

3 121 130 93,07 Sangat Positif

4 113 130 86,92 Sangat Positif

5 113 130 86,92 Sangat Positif

6 108 130 83,07 Positif

7 103 130 79,23 Positif

8 102 130 78,46 Positif

9 93 130 71,53 Positif

10 97 130 74,61 Positif

11 118 130 90,76 Sangat Positif

Total 1191 1430 83,28 Positif

Sistem dan Prosedur Akuntansi persediaan obat-obatan

12 110 130 84,61 Sangat Positif

13 113 130 86,92 Sangat Positif

14 114 130 87,69 Sangat Positif

15 101 130 77,69 Positif

16 110 130 84,61 Sangat Positif

17 108 130 83,07 Positif

18 107 130 82,30 Positif

19 108 130 83,07 Positif

20 104 130 80 Positif

21 107 130 82,30 Positif

22 114 130 87,69 Sangat Positif

23 115 130 88,46 Sangat Positif

24 113 130 86,92 Sangat Positif

25 119 130 91,53 Sangat Positif

26 118 130 90,76 Sangat Positif

27 104 130 80 Positif

28 108 130 83,07 Positif

29 112 130 86,15 Sangat Positif

30 111 130 85,38 Sangat Positif

31 114 130 87,69 Sangat Positif

32 92 130 70,76 Positif

33 102 130 78,46 Positif

Page 50: Skripsi kak mila new

34 106 130 81,53 Positif

Total 2510 2990 83,94 Positif

TOTAL SKOR X 3701 4420 83,73 Positif

Sumber : Pengolahan data Penelitian, 2014

Dari tabel diatas, diperoleh kecenderungan tanggapan responden terhadap

Variabel Penerapan Prosedur Akuntansi Persediaan Obat-Obatan (X) berdasarkan 2

(dua) dimensi, yaitu Lingkungan Pengendalian dan Kompetensi (1) dan Sistem dan

Prosedur Akuntansi persediaan obat-obatan (2). Akan diketahui tanggapan responden

terhadap variabel Penerapan Prosedur Akuntansi Persediaan Obat-Obatan (X) secara

umum.

Diperoleh skor uji Pengakuan Atas Lingkungan Pengendalian dan Kompetensi

(1) sebesar 1191 dengan rasio 83,28% dari skor maximum. Nilai tersebut berada pada

interval berkategori positif (68.1% - 84.0%).

Ini menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap pengakuan atas

Lingkungan Pengendalian dan Kompetensi yang dirasakan dan dimiliki olehstaf pada

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang baik. Artinya,

sekaitan dengan pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi persediaan obat-obatan

pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang khususnya

untuk indikator lingkungan pengendalian dan kompetensi yang memuat item-item

seperti : peraturan lisan dan tulisan, sanksi pelanggaran, pendidikan dan keahlian

pegawai, pelatihan, audit, koordinasi, pengurangan resiko dan lain sebagainya dapat

dikatakan berada pada kategori baik. Hal ini tentunya harus dipertahankan dalam

bekerlanjutan pelaksanaansistem dan prosedur akuntansi persediaan obat-obatan

pada IFRSUD Kota Padang Panjang dikemudian hari.

Skor uji untuk dimensi sistem dan prosedur akuntansi persediaan obat-obatan

(2) adalah sebesar 2510 dengan rasio 83,94% dari skor maximum. Nilai tersebut

berada pada interval yang berkategori positif (68.1% - 84.0%).. Ini menunjukkan bahwa

Page 51: Skripsi kak mila new

tanggapan responden pada hal-hal yang berhubungan dengan sistem dan prosedur

akuntansi persediaan obat-obatan, juga bagus.

Dari hasil diatas, dapat diperoleh gambaran/kecenderungan tanggapan

responden terhadap penerapan prosedur akuntansi persediaan obat-obatan(X).

Didapat skor uji total sebesar 3701 dengan rasio 83,73% dari skor maximum. Nilai

tersebut berada pada interval yang berkategori positif (68.1% - 84%) Ini menunjukkan

bahwa pelaksanaan/penerapan prosedur akuntansi persediaan obat-obatan pada

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang ternyata sudah

baik/positif, dimana sudah dilaksanakan pemeriksaan fisik atas persediaan obat-

obatan secara berkala, perputaran persediaan obat sudah dapat dilihat dari laporan

persediaan obat-obatan secara berkala, perencanaan pengadaan obat-obatan

mempertimbangkan anggaran yang tersedia, pengadaan obat-obatan melibatkan

bagian gudang dan bagian keuangan, kemudian adanya proses pengembalian

pesanan obat yang tidak sesuai dengan pembekalan farmasi, cara penyimpanan obat-

obatan yang memudahkan pencarian obat serta perhitungan fisik obat-obatan pun

sudah dengan program/komputerisasi.

4.3.2.2 Tanggapan Responden Terhadap Sistem Pengendalian Intern

Tabel 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Sistem Pengendalian Intern (Y)

No Indikator No. Item

Skor Uji Skor

Maksimum Rasio

(%) Klasifikasi

1. Sistem Pengendalian

Intern

35 111 130 85,38 Sangat Positif

36 104 130 80 Positif

37 106 130 81,53 Positif

38 103 130 79,23 Positif

39 111 130 85,38 Sangat Positif

40 105 130 80,76 Positif

41 103 130 79,23 Positif

42 105 130 80,76 Positif

43 112 130 86,15 Sangat Positif

TOTAL SKOR Y Total 960 1170 82,05 Positif

Sumber : Pengolahan data Penelitian, 2014

Page 52: Skripsi kak mila new

Dari tabel diatas, diperoleh gambaran kecenderungan jawaban responden

terhadap sistem pengendalian intern (Y) diketahui tanggapan responden terhadap

dimensi-dimensi dari sistem pengendalian intern secara umum.

Diperoleh skor uji sebesar 960 dengan rasio 82.05% dari skor maksimum.

Nilai tersebut berada pada interval yang berkategori positif (68.1%-84%). Ini

menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap perilaku kerja yang mengacu

pada ketaatan berkaitan dengan pengendalian intern pada instalasi farmasi Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang juga berada pada tingkat yang baik/positif.

Artinya, sebagian besar pegawai/staf pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Padang Panjang sudah baik dalam pelaksanaan pekerjaan dimana

diketahui bahwa hal ini tentu saja sangat erat kaitannnya dengan adanya sistem

pengendalian intern yang juga baik pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Padang Panjang.

4.3.3 Uji Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas

Dari hasil pengolahan data melalui uji normalitas Kolmogorov- Smirnov

diperoleh angka normalitas distribusi data seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data

Variabel Kolmogorov-Smirnov

Df Sig.

Sistem Pengendalian Intern 26 0,369

Perencanaan 26 0,445

Pengadaan 26 0,576

Penyimpanan 26 0,347

Pendistribusian 26 0,476

Penghapusan 26 0,569

Perhitungan Fisik 26 0,345

Sumber : Hasil olah data dengan SPSS, 2014

Page 53: Skripsi kak mila new

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikansi untuk variabel

sistem pengendalian intern sebesar 0,369>0,05 yang berarti bahwa distribusi frekuensi

data variabel sistem pengendalian intern adalah normal. Untuk variabel perencanaan

diperoleh angka signifikansi sebesar 0,445>0,05 yang berarti bahwa data variabel

perencanaan berdistribusi normal. Uji normalitas variabel pengadaan diperoleh

signifikansi sebesar 0,576>0,05 yang berarti data variabel pengadaan berdistribusi

normal. Selanjutnya hasil uji normalitas variabel penyimpanan menunjukkan angka

signifikansi sebesar 0,347>0,05, hal ini berarti distribusi data variabel penyimpanan

adalah normal. Untuk variabel pendistribusian diperoleh angka signifikansi sebesar

0,476>0,05 yang berarti bahwa data variabel pendistribusian berdistribusi normal. Uji

normalitas variabel penghapusan diperoleh signifikansi sebesar 0,569>0,05 yang

berarti data variabel penghapusan berdistribusi normal. Serta hasil uji normalitas

variabel penghitungan fisik menunjukkan angka signifikansi sebesar 0,345>0,05, hal ini

berarti distribusi data variabel penyimpanan adalah normal.

Berdasarkan uraian di atas, maka seluruh data yang dianalisis untuk setiap

variabel penelitian memiliki distribusi normal. Hal ini berarti bahwa distribusi jawaban

responden telah memenuhi asumsi normalitas sehingga dapat digunakan dalam

pengujian selanjutnya.

4.4 Pengujian Hipotesis

Korelasi adalah hubungan yang sifatnya kuantitatif yang menggambarkan

kuat lemahnya hubungan antara dua atau lebih variabel yang diukur. Analisis Korelasi

merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan apakah terdapat

hubungan yang signifikan antara suatu variabel dengan variabel lainnya. Dengan

analisis korelasi, dapat diketahui derajat hubungan antara variabel-variabel tersebut

yang dijelaskan oleh suatu nilai yang disebut koefisien korelasi. Dari koefisien korelasi,

dapat dihitung besarnya nilai koefisien determinasi, yaitu nilai yang menjelaskan

pengaruh dari variabel terhadap variabel lainnya dalam bentuk prosentase.

Page 54: Skripsi kak mila new

Dalam penelitian ini, variabel tak bebas (Y) adalah sistem pengendalian

intern, sedangkan variabel bebas (X) adalah Penerapan Prosedur Akuntansi

Persediaan Obat-obatan. Data yang diperoleh dari kuesioner telah melalui proses

transformasi dengan metode succesive interval sehingga data sudah dalam skala

pengukuran interval dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

Dalam penelitian ini, ingin diketahui apakah terdapat hubungan antara

Penerapan Prosedur Akuntansi Persediaan Obat-obatan dengan sistem pengendalian

intern pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang, jika

terdapat hubungan maka dicari seberapa kuat hubungan tersebut berdasarkan nilai

koefisien korelasi yang didapat. Sehingga dari koefisien korelasi dapat dicari koefisien

determinasi yang akan menunjukan besarnya pengaruh. Untuk menguji signifikansi

korelasi tersebut dilakukan pengujian secara simultan dengan uji statistik F dengan

langkah-langkah yang sudah ditentukan sebelumnya.

Selain itu, selanjutnya ingin diketahui derajat hubungan secara parsial dari

variabel Faktor yang mempengaruhi dengan Sistem Pengendalian Intern (Y). Korelasi

yang dicari adalah korelasi parsial yang menghubungkan satu variabel X dengan Y

dengan menganggap bahwa variabel lainnya tetap/konstan. Untuk menguji signifikansi

dari korelasi parsial tersebut dilakukan pengujian secara parsial dengan uji statistik t.

Dengan demikian akan dilakukan metode pengujian, berupa pengujian secara

simultan untuk meneliti hubungan sistem pengendalian intern dengan faktor yang

mempengaruhi yaitu Penerapan Prosedur Akuntansi Persediaan Obat-obatan (X).

4.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Pada analisis regresi linier berganda terdapat 6 (enam) variabel independen

yaitu perencanaan dan penentuan kebutuhan obat-obatan (X1), Prosedur pengadaan

obat-obatan (X2), Prosedur penyimpanan obat-obatan (X3), Prosedur pendistribusian

obat-obatan (X4), Prosedur penghapusan obat-obatan (X5), Prosedur perhitungan fisik

Page 55: Skripsi kak mila new

obat-obatatan (X6), serta bahwa semua variabel independen yang diajukan dapat

dimasukkan dalam penelitian ini atau tidak ada yang dihilangkan salah satunya.

Tabel 4.6 Coefficients

Model

Unstandardized Coefficients

Standar

dized Coefficeints

T Sig

B Std. Error Beta

1 (Constans) 2416.009 1208.583 1.999 .051 Perencanaan (X1) .003 .962 14.338 .000

Pengadaan (X2), .281 .150 .376 2.333 .024 Penyimpanan (X3) .390 .115 .232 2.435 .019 Pendistribusian (X4), .211 .118 .272 1.937 .020

Penghapusan (X5), .215 .092 .326 2.322 .025 Perhitungan Fisik (X6) .336 .113 .397 3.309 .002

a Dependent Variabel : Sistem Pengendalian Intern (Y)

Prosedur Pada tabel coefficients akan didapat nilai konstanta persamaan linier

yang akan dipergunakan di dalam penelitian ini. Setelah angka yang terdapat di tabel

coefficient dimasukkan kedalam persamaan regresi linear berganda, maka di dapat

rumus persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

Y = 2416,099 + 0,003 X1 + 0,281 X2 + 0,390 X3 + 0,211 X4 + 0,215 X5 + 0,336 X6 + e

Berdasarkan rumus persamaan regresi linear berganda diatas, maka dapat

dtunjukkan koefisien regresi, sebagai berikut :

a. Koefisien regresi X1 (perencanaan dan penentuan kebutuhan obat-

obatan). Besarnya koefisien regresi adalah sebesar 0.003 ini

menunjukkan bahwa setiap kegiatan perencanaan dan penentuan

kebutuhan obat-obatan akan mempengaruhi terjadinya peningkatan

pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern pada Instalasi Farmasi Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang.

b. Koefisien regresi X2 (Prosedur pengadaan obat-obatan). Besarnya

koefisien regresi adalah sebesar 0.281 ini menunjukkan bahwa

peningkatan ketepatan pelaksanaan prosedur pengadaan obat akan

mempengaruhi peningkatan pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern

Page 56: Skripsi kak mila new

pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang

Panjang.

c. Koefisien regresi X3 (Penyimpanan obat-obatan). Besarnya koefisien

regresi adalah sebesar 0.390 ini menunjukkan bahwa peningkatan

keteraturan penyimpanan obat akan mempengaruhi peningkatan

pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern pada Instalasi Farmasi Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang.

d. Koefisien regresi X4 (Pendistribusian obat-obatan). Besarnya koefisien

regresi adalah sebesar 0.211 ini menunjukkan bahwa peningkatan

ketepatan pelaksanaan prosedur pendistribusiam obat akan

mempengaruhi peningkatan pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern

pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang

Panjang.

e. Koefisien regresi X5 (Penghapusan). Besarnya koefisien regresi adalah

sebesar 0.215 ini menunjukkan bahwa peningkatan ketepatan

pelaksanaan prosedur penghapusan obat akan mempengaruhi

peningkatan pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern pada Instalasi

Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang.

f. Koefisien regresi X6 (Penghitungan Fisik obat-obatan). Besarnya

koefisien regresi adalah sebesar 0.336 ini menunjukkan bahwa

peningkatan ketepatan pelaksanaan penghitungan fisik obat-obatan

pada instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang

Panjang akan mempengaruhi peningkatan pelaksanaan Sistem

Pengendalian Intern.

Page 57: Skripsi kak mila new

Tabel 4. 7 Model Summary

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of the

Estimate

1 .914 (a) .835 .829 136.52991

a Predictors : (Constant), Perencanaan (X1), Pengadaan (X2), Penyimpanan (X3),

Pendistribusian (X4), Penghapusan (X5), Perhitungan fisik (X6),

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui besarnya kontribusi variabel yang

didapat dari koefisien determinasi. Maka nilai R Square atau R2 (Koefisien

Determinasi) hasil regresi adalah R Square sebesar 0,835, hasil tersebut menunjukkan

bahwa pengaruh perencanaan dan penentuan kebutuhan obat-obatan, Prosedur

pengadaan obat-obatan, Prosedur penyimpanan obat-obatan, Prosedur

pendistribusian obat-obatan, Prosedur penghapusan obat-obatan, serta Prosedur

perhitungan fisik obat-obatan, hanya sebesar R Square yaitu sebesar 83,5%,

sedangkan sisanya sebesar 16,5% (100%-83,5%) merupakan nilai yang dapat

dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya.

4.4.2 Uji F, pengujian Pengaruh Secara Simultan (Bersama–Sama) Antara

semua dimensi pada variabel Penerapan Prosedur Akuntansi Persediaan

Obat-obatan (X) dengan Sistem Pengendalian Intern (Y) secara Simultan.

Untuk melakukan pengujian secara simultan antara perencanaan dan

penentuan kebutuhan obat-obatan, Prosedur pengadaan obat-obatan, Prosedur

penyimpanan obat-obatan, Prosedur pendistribusian obat-obatan, Prosedur

penghapusan obat-obatan, dan Prosedur perhitungan fisik obat-obatatan dengan

Sistem Pengendalian Intern, digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : = 0 (Tidak tedapat pengaruh yang signifikan antara Penerapan

Prosedur Akuntansi Persediaan Obat-obatan dengan Sistem Pengendalian

Intern)

Page 58: Skripsi kak mila new

H1 : ≠ 0 (Tedapat pengaruh yang signifikan antara Penerapan Prosedur

Akuntansi Persediaan Obat-obatan dengan Sistem Pengendalian Intern).

Kriteria uji : Dengan α = 5 %, Tolak Ho jika Fhitung > Ftabel. Ftabel = F0.05;2;71 = 3.125.

Hasil analisis data diperoleh nilai F hitung dan signifikansi probability

sebagaimana terlihat pada tabel 4.10 berikut :

Sumber JK Dk RJK F

Regr. Linear 1574,456 3 524,819 39,006 0,000

Kekeliruan 537,558 47 11,437

Total 2112,015 50

Sumber : Hasil olah data dengan SPSS.

Berdasarkan uji F, diperoleh nilai Fhitung sebesar 39,006 pada signifikansi

probability = 0,000<0,01 yang berarti secara bersama-sama semua variabel X

berpengaruh signifikan terhadap variabel Y. Dalam penelitian ini berarti variabel

perencanaan (X1), Pengadaan, Penyimpanan (X3), Pendistribusian (X4), Penghapusan

(X5), Perhitungan fisik (X6), secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap Sistem Pengendalian Intern pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Padang Panjang.

Diperoleh nilai statistik uji Fhitung sebesar 39,006 Sedangkan dengan taraf

signifikansi 5 % didapat Ftabel = 3.125. Karena Fhitung lebih besar daripada Ftabel maka

Ho ditolak. Ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara sosialisasi dengan

kebijakan pemotongan pajak yang dilakukan oleh bendaharawan SKPD. Tingkat

keeratan hubungan tersebut digambarkan dengan nilai koefisien korelasi multipel

sebesar 0.871. Nilai tersebut termasuk ke dalam interval korelasi yang sangat kuat

(0,80-1,000) bedasarkan pedoman interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono

(2002 : 149).

Page 59: Skripsi kak mila new

Koefisien korelasi yang didapat di atas hanya menggambarkan seberapa kuat

hubungan dari antara Penerapan Prosedur Akuntansi Persediaan Obat-obatan (X)

dengan Sistem Pengendalian Intern (Y). Sedangkan, untuk mengetahui besar

pengaruh dalam persen dari Penerapan Prosedur Akuntansi Persediaan Obat-Obatan

(X) terhadap Sistem Pengendalian Intern (Y), digunakan nilai koefisien determinasi

(KD), yaitu kuadrat dari koefisien korelasi yang didapat

KD = r2 x 100% (Al Rasyid,2004 : 47).

= 0.8712 x 100%

= 75,8%

Dengan menggunakan hasil perhitungan koefisien determinasi tersebut, dapat

disimpulkan bahwa Sistem Pengendalian Intern pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Padang Panjang dipengaruhi oleh faktro penerapan prosedur

akuntansi persediaan obat-obatan sebesar 75,8%, sedangkan sisanya (24,2%)

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Nilai

pengaruh yang cukup tinggi (75,8%) menunjukkan bahwa Penerapan Prosedur

Akuntansi Persediaan Obat-obatan cukup berpengaruh besar terhadap terlaksananya

dengan baik Sistem Pengendalian Intern pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Padang Panjang. Karena itu, makin baik Penerapan Prosedur Akuntansi

Persediaan Obat-obatan, maka makin berjalan dengan baik pula Sistem Pengendalian

Intern dan begitu sebaliknya.

Page 60: Skripsi kak mila new

4.4.3 Uji t, pengujian Pengaruh Parsial (Secara Sendiri-Sendiri) Antara

Perencanaan (X1), Pengadaan (X2), Penyimpanan (X3), Pendistribusian

(X4), Penghapusan (X5), Perhitungan fisik (X6), dengan Sistem

Pengendalian Intern(Y)

4.4.3.1 Pengujian Parsial Perencanaan(X1) dengan Sistem Pengendalian

Intern(Y).

Koefisien korelasi parsial adalah suatu nilai yang menggambarkan hubungan

parsial antara satu variabel dengan varibel lainnya dengan menganggap variabel lain

di luar kedua variabel tersebut tetap/konstan. Untuk melakukan pengujian secara

parsial antara motivasi intrinsik dengan kinerja yang berorientasi pada kompetensi,

digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : = 0 (Tidak tedapat pengaruh yang signifikan antara perencanaan

dengan Sistem Pengendalian Intern)

H1 : ≠ 0 (Terdapat pengaruh yang signifikan antara perencanaan dengan

Sistem Pengendalian Intern)

Dengan kriteria uji :

Dengan α = 5 %, Tolak Ho jika thitung > ttabel atau thitung < - ttabel.

ttabel = t0.025;71 = 1.994.

Dengan bantuan software SPSS diperoleh nilai koefisien korelasi parsial

antara X1 dengan Y yaitu sebesar 0.552. Nilai koefisien korelasi parsial tersebut belum

dapat digunakan sebagai dasar kesimpulan, karena itu dilakukan pengujian signifikansi

koefisien korelasi parsial dengan menggunakan statistik uji t. Diperoleh nilai thitung

sebesar 5.578 Sedangkan dengan taraf signifikansi 5 % didapat ttabel = 1.994. Karena

thitung lebih besar daripada ttabel maka Ho ditolak. Ini berarti terdapat hubungan yang

signifikan antara Perencanaan (X1) dengan Sistem Pengendalian Intern (Y) yang

digambarkan oleh nilai koefisien korelasi parsial sebesar 0.552. Nilai tersebut termasuk

Page 61: Skripsi kak mila new

ke dalam interval korelasi yang sedang (0,40-0,599) bedasarkan pedoman interpretasi

koefisien korelasi menurut Sugiyono (2002 : 149).

Dari nilai koefisien korelasi parsial tersebut, dapat diperoleh nilai koefisien

determinasi sebesar 0.3047. Ini berarti Sistem Pengendalian Intern dipengaruhi oleh

Perencanaan sebesar 30.5%, sedangkan sisanya (69.5%) dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain.

4.4.2.2 Pengujian Parsial Pengadaan (X2) Dengan Sistem Pengendalian

Intern(Y).

Langkah yang sama juga dilakukan untuk menguji korelasi parsial antara

Pengadaan dengan Sistem Pengendalian Intern, dengan bantuan software SPSS versi

11.5 diperoleh nilai koefisien korelasi parsial antara X2 dengan Y yaitu sebesar 0.467.

Nilai koefisien korelasi parsial tersebut belum dapat digunakan sebagai dasar

kesimpulan, karena itu dilakukan pengujian signifikansi koefisien korelasi parsial

dengan menggunakan statistik uji t.

Diperoleh nilai thitung sebesar 4.458. Sedangkan dengan taraf signifikansi 5 %

didapat ttabel = 1.994. Karena thitung lebih besar daripada ttabel maka Ho ditolak. Ini berarti

terdapat hubungan yang signifikan antara Pengadaan (X2) dengan Sistem

Pengendalian Intern (Y). Keeratan hubungan antara keduanya secara parsial

digambarkan oleh nilai koefisien korelasi parsial sebesar 0.4676. Nilai tersebut

termasuk ke dalam interval korelasi yang sedang (0,40-0,599) bedasarkan pedoman

interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono (2002:149).

Dari nilai koefisien korelasi parsial tersebut, dapat diperoleh nilai koefisien

determinasi sebesar 0.2186. Ini berarti Sistem Pengendalian Intern dipengaruhi oleh

Penyimpanan sebesar 21.86 %, sedangkan sisanya (78.14 %) dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain.

Page 62: Skripsi kak mila new

4.4.2.3 Pengujian Parsial Penyimpanan (X3) Dengan Sistem Pengendalian

Intern(Y).

Selanjutnya juga dilakukan pengujian korelasi parsial antara Penyimpanan

dengan Sistem Pengendalian Intern, diperoleh nilai koefisien korelasi parsial antara X3

dengan Y yaitu sebesar 0.566. Nilai koefisien korelasi parsial tersebut belum dapat

digunakan sebagai dasar kesimpulan, karena itu dilakukan pengujian signifikansi

koefisien korelasi parsial dengan menggunakan statistik uji t.

Diperoleh nilai thitung sebesar 3.428. Sedangkan dengan taraf signifikansi 5 %

didapat ttabel = 1.994. Karena thitung lebih besar daripada ttabel maka Ho ditolak. Ini berarti

terdapat hubungan yang signifikan antara Penyimpanan (X3) dengan Sistem

Pengendalian Intern (Y). Keeratan hubungan antara keduanya secara parsial

digambarkan oleh nilai koefisien korelasi parsial sebesar 0.566. Nilai tersebut termasuk

ke dalam interval korelasi yang sedang (0,40-0,599) bedasarkan pedoman interpretasi

koefisien korelasi menurut Sugiyono (2002:149).

Dari nilai koefisien korelasi parsial tersebut, dapat diperoleh nilai koefisien

determinasi sebesar 0.3203. Ini berarti Sistem Pengendalian Intern dipengaruhi oleh

Penyimpanan sebesar 32,03 %, sedangkan sisanya (67,97%) dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain.

4.4.2.4 Pengujian Parsial Pendistribusian (X4) Dengan Sistem Pengendalian

Intern(Y).

Pengujian korelasi parsial juga dilakukan antara Pendistribusian dengan

Sistem Pengendalian Intern, diperoleh nilai koefisien korelasi parsial antara X4 dengan

Y yaitu sebesar 0.489. Nilai koefisien korelasi parsial tersebut belum dapat digunakan

sebagai dasar kesimpulan, karena itu dilakukan pengujian signifikansi koefisien

korelasi parsial dengan menggunakan statistik uji t.

Diperoleh nilai thitung sebesar 2.425. Sedangkan dengan taraf signifikansi 5 %

didapat ttabel = 1.994. Karena thitung lebih besar daripada ttabel maka Ho ditolak. Ini berarti

Page 63: Skripsi kak mila new

terdapat hubungan yang signifikan antara Pendistribusian (X4) dengan Sistem

Pengendalian Intern (Y). Keeratan hubungan antara keduanya secara parsial

digambarkan oleh nilai koefisien korelasi parsial sebesar 0.489. Nilai tersebut termasuk

ke dalam interval korelasi yang sedang (0,40-0,599) bedasarkan pedoman interpretasi

koefisien korelasi menurut Sugiyono (2002:149).

Dari nilai koefisien korelasi parsial tersebut, dapat diperoleh nilai koefisien

determinasi sebesar 0.2391. Ini berarti Sistem Pengendalian Intern dipengaruhi oleh

Penyimpanan sebesar 23,91 %, sedangkan sisanya (76,09%) dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain.

4.4.2.5 Pengujian Parsial Penghapusan (X5) Dengan Sistem Pengendalian

Intern(Y).

Pengujian korelasi parsial juga dilakukan antara Pendistribusian dengan

Sistem Pengendalian Intern, diperoleh nilai koefisien korelasi parsial antara X5 dengan

Y yaitu sebesar 0.514. Nilai koefisien korelasi parsial tersebut belum dapat digunakan

sebagai dasar kesimpulan, karena itu dilakukan pengujian signifikansi koefisien

korelasi parsial dengan menggunakan statistik uji t.

Diperoleh nilai thitung sebesar 4.250. Sedangkan dengan taraf signifikansi 5 %

didapat ttabel = 1.994. Karena thitung lebih besar daripada ttabel maka Ho ditolak. Ini berarti

terdapat hubungan yang signifikan antara Penghapusan (X5) dengan Sistem

Pengendalian Intern (Y). Keeratan hubungan antara keduanya secara parsial

digambarkan oleh nilai koefisien korelasi parsial sebesar 0.514. Nilai tersebut termasuk

ke dalam interval korelasi yang sedang (0,40-0,599) bedasarkan pedoman interpretasi

koefisien korelasi menurut Sugiyono (2002:149).

Dari nilai koefisien korelasi parsial tersebut, dapat diperoleh nilai koefisien

determinasi sebesar 0.2642. Ini berarti Sistem Pengendalian Intern dipengaruhi oleh

Penyimpanan sebesar 26,42%, sedangkan sisanya (73,58%) dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain.

Page 64: Skripsi kak mila new

4.4.2.6 Pengujian Parsial Penghitungan fisik (X6) Dengan Sistem Pengendalian

Intern(Y).

Pengujian korelasi parsial juga dilakukan antara Penghitungan fisik dengan

Sistem Pengendalian Intern, diperoleh nilai koefisien korelasi parsial antara X6 dengan

Y yaitu sebesar 0.582. Nilai koefisien korelasi parsial tersebut belum dapat digunakan

sebagai dasar kesimpulan, karena itu dilakukan pengujian signifikansi koefisien

korelasi parsial dengan menggunakan statistik uji t.

Diperoleh nilai thitung sebesar 3.205. Sedangkan dengan taraf signifikansi 5 %

didapat ttabel = 1.994. Karena thitung lebih besar daripada ttabel maka Ho ditolak. Ini berarti

terdapat hubungan yang signifikan antara Penghitungan Fisik (X6) dengan Sistem

Pengendalian Intern (Y). Keeratan hubungan antara keduanya secara parsial

digambarkan oleh nilai koefisien korelasi parsial sebesar 0.582. Nilai tersebut termasuk

ke dalam interval korelasi yang sedang (0,40-0,599) bedasarkan pedoman interpretasi

koefisien korelasi menurut Sugiyono (2002:149).

Dari nilai koefisien korelasi parsial tersebut, dapat diperoleh nilai koefisien

determinasi sebesar 0.3387. Ini berarti Sistem Pengendalian Intern dipengaruhi oleh

Penyimpanan sebesar 33,87%, sedangkan sisanya (66,13%) dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain.

Dari keenam pengujian secara parsial tersebut terlihat bahwa nilai koefisien

korelasi parsial antara X1denganY, X2denganY, X3denganY, X4denganY, X5denganY

dan X6denganY kesemuanya termasuk pada kategori hubungan yang sedang. Ini

menunjukkan bahwa masing-masing item pada variabel X dari X1 sampai dengan X6

memiliki angka yang rata-rata hanya memiliki perbedaan pengaruh yang cukup sedikit.

Dimana keenam faktor yang mempengaruhi tersebut sama-sama sangat berpengaruh

terhadap Sistem Pengendalian Intern pada Instalasi Farmasi Rumah secara

keseluruhan. Ini dijelaskan oleh nilai koefisien korelasi multipel yang berada pada

interval hubungan sangat kuat (0,80-1,000). Sehingga keenam faktor yang

Page 65: Skripsi kak mila new

mempengaruhi tersebut tetap perlu diperhatikan dan terus dilakukan upaya-upaya

peningkatan dalam pelaksanaannya, yang tentunya akan berpengaruh pada Sistem

Pengendalian Intern, sehingga dapat menjadi lebih baik.

Sementara itu, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anindita Wijaya

Kusuma (2014) tentang Analisis Pengendalian Internal Persediaan Obat Pada Apotek

Kencana Semarang menyimpulkan bahwa Struktur organisasi sudah cukup bagus

karena adanya pemisahan tugas yang jelas antar bagiannya. Tetapi ada juga

kelemahan yang terjadi, karena tidak adanya petugas gudang membuat para karyawan

yang tidak bertugas di gudang dapat merangkap pekerjaannya sebagai petugas

gudang. Apotek masih mengunakan sistem pencatatan manual atau belum

terkomputerisasi, sehingga resiko kesalahan pencatatan persediaan sangat besar.

Prosedur pengendalian atas penerimaan dan penyimpanan barang pada Apotek

Kencana masih memiliki kelemahan dan belum efektif, karena tidak ada bagian yang

secara khusus mengurus penerimaan dan penyimpanan barang, sedangkan otorisasi

dilakukan oleh fungsi yang sama. Apotek Kencana melakukan stock opname dalam

waktu satu tahun sekali dirasa kurang efektif, karena dikhawatirkan dalam satu tahun

terjadinya resiko persediaan yang hilang atau rusak. Hal ini dapat mengakibatkan

salah pencatatan fisik persediaan dengan laporan keuangannya. Penilaian risiko yang

dilakukan oleh apotek atas persediaan barang sudah cukup efektif. Hal ini terlihat

dengan adanya penilaiaan risiko atas faktor kadaluarsa dari setiap produk farmasi

yang dimiliki. Aktivitas pengendalian yang dilakukan terhadap pelaksanaan transaksi

penerimaan dan pengeluaran persediaan belum cukup memadai. Apotek telah

melaksanakan pemisahaan tugas pada fungsi-fungsi terkait, tetapi masih ada juga

perangkapan tugas pada penerimaan dan pengeluaran persediaannya. Hal ini dilihat

dari tidak adanya petugas yang ditugaskan khusus untuk penerimaan dan pengeluaran

barang persediaan dari gudang. Dokumen-dokumen yang digunakan dalam setiap

transaksi tersebut juga tidak mempunyai nomor urut tercetak sehingga belum memadai

dalam menciptakan aktivitas pengendalian terhadap persediaan.

Page 66: Skripsi kak mila new

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sistem Pengendalian Intern pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Padang Panjang termasuk dalam kategori baik, dimana (6) enam dari (9)

sembilan item pertanyaan yang dimuat pada indikator Sistem Pengendalian Intern

menunjukkan skor rata-rata yang termasuk dalam kategori baik, sedangkan tiga

indikator pada variable Sistem Pengendalian Intern lainnya termasuk dalam kategori

sangat baik. Sistem pengendalian intern pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Padang Panjang dipengaruhi langsung secara signifikan oleh penerapan

Prosedur Akuntansi Persediaan Obat-obatan.

Variabel Penerapan Prosedur Akuntansi Persediaan Obat-obatan pada

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang termasuk dalam

kategori baik, dimana 17 (tujuh belas) dari 34 (tiga puluh empat) indikator penerapan

prosedur akuntansi persediaan obat-obatan pada instalasi farmasi Rumah Sakit umum

daerah Kota Padang Panjang menunjukkan skor rata-rata yang termasuk dalam

kategori baik, sedangkan variable lainnya termasuk dalam kategori sangat baik, yang

jika dirata-ratakan berada pada kategori baik. Dimana variabel X yang terdiri dari

perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan dan

penghitungan fisik obat-obatan berpengaruh langsung secara signifikan terhadap

Sistem Pengendalian Intern pada Instalasi farmasi Rumah Sakit umum Daerah Kota

Padang Panjang.

Page 67: Skripsi kak mila new

B. Saran-saran

Berdasarkan temuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Perlunya mempertahankan kondisi pelaksanaan penerapan prosedur

akuntansi persediaan obat-obatan yang selama ini telah diterapkan dengan

cukup baik pada instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang

Panjang sehingga peningakatan pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern pun

tetap terlaksana.

2. Pihak Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang

sebaiknya untuk lebih memperhatikan akan pentingnya reward dan

punishment untuk para pegawai (khususnya pada instalasi farmasi RSUD

Kota Padang Panjang) yang dinilai berhak untuk menerimanya, dimana hal ini

dinilai akan mampu meningkatkan kepatuhan pegawai dalam hal penerapan

prosedur akuntansi persediaan obat-obatan, serta untuk mematuhi peraturan

lain dan sebagai motivasi dalam bekerja dan kinerja yang lebih efektif.

3. Untuk menciptakan sistem pengendalian intern yang lebih memadai terhadap

penerapan prosedur akuntasi persediaan obat-obatan pada instalasi farmasi

RSUD Kota Padang Panjang ada baiknya untuk membentuk suatu bagian

audit internal agar dapat menilai efektivitas pelaksanaan unsur-unsur

pengendalian intern persediaan obat-obatan yang telah ditetapkan

manajemen.

4. Kebijakan Rumah Sakit dalam menentukan resiko persediaan obat-obatan

yang telah memadai hendaknya terus ditingkatkan dengan lebih tanggap

terhadap perubahan teknologi informasi, perubahan peraturan pemerintah.

5. Aktivitas pengendalian terhadap persediaan obat-obatan yang meliputi

pemisahan tugas yang jelas pada setiap fungsi terkait, sehingga mendukung

terciptanya pengendalian intern yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Page 68: Skripsi kak mila new

6. Aktivitas pemantauan terhadap pengendalian persediaan obat-obatan melalui

pengecekan fisik secara periodik telah cukup memadai, namun sebaiknya

ditingkatkan lagi sehingga pelaksanaan pengendalian intern pun menjadi lebih

efektif

Page 69: Skripsi kak mila new

SURAT PERMOHONAN PENGISIAN KUISONER

Kepada Yth.

Bapak/Ibu/Saudara/i

Di

Tempat

Dengan Hormat,

Sehubungan untuk memenuhi kelengkapan penyusunan Skripsi, Saya

bermaksud mengadakan penelitian pada Instalasi Farmasi RSUD Kota Padang

Panjang dengan judul Analisis Pengaruh Penerapan Prosedur Akuntansi Persediaan

Obat-obatan terhadap Sistem Pengendalian Intern pada Istalasi Farmasi RSUD Kota

Padang Panjang sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Sarjana pada

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbankan Indonesia, maka dengan segala kerendahan

hati Penulis memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk sedikit meluangkan waktu

dalam mengikuti kuisioner yang telah dilampirkan.

Penelitian ini semata-mata bersifat ilmiah, dan hanya di pergunakan untuk

keperluan penyusunan Skripsi. Disamping itu juga, diharapkan hasil penelitian ini dapat

memberikan masukan bagi penulis.

Saya mohon kesediaan bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjawab semua pernyataan

yang ada secara jujur dan terbuka, mengingat data yang Saya perlukan sangat besar

sekali artinya. Peneliti menjamin kerahasiaan indetitas dan setiap jawaban responden.

Atas segala bantuan dan partisipasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan, Saya

ucapkan terima kasih.

Hormat Saya, Mila Marta