202
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : SPACE OCCUPYING LETION (SOL) DI RUANG KANA BEDAH UMUM Lt. II RUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG KARYA TULIS ILMIAH OLEH : NUR KHALIDA 13. 13. 1115 i

Kti nurkhalida

Embed Size (px)

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : SPACE OCCUPYING LETION (SOL)

DI RUANG KANA BEDAH UMUM Lt. II RUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

NUR KHALIDA13. 13. 1115

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH

KABUPATEN MUNA

RAHA

2016

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : SPACE OCCUPYING LETION (SOL)

DI RUANG KANA BEDAH UMUM Lt. II RUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan

Pemerintah Kabupaten Muna

OLEH :

NUR KHALIDA13. 13. 1115

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

RAHA 2016

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul:

“Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. E dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Letion (SOL) di Ruang Kana Bedah Umum Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji.

Raha, Juni 2016

Pembimbing :

SANTHY, S.Kep. Ns.,M.KepNIP. 19800212 200312 2 006

Mengetahui :

Direktur Akper Pemkab Muna

SANTHY, S.Kep. Ns.,M.KepNIP. 19800212 200312 2 006

iii

PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN

Jl. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-22954

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji

Pada Tanggal 11 Juni 2016

DEWAN PENGUJI

1. SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )

2. ASMALIA, S.Kep., Ns., M.Kes ( )

3. Ns.WAODE FITRI NINGSIH, S.Kep.,M.Kes ( )

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi

Keperawatan Pemkab Muna

Raha, Juni 2016

Direktur Akper Pemkab Muna

SANTHY, S.Kep.,Ns., M.KepNIP. 19800212 200312 2 006

iv

ABSTRAK

Nur Khalida. Asuhan Keperawatan pada klien Ny. E dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Letion (SOL), Dibimbing oleh Santhy

Latar Belakang : Berdasarkan data hasil Rekam Medik menunjukkan persentase Gangguan Sistem Persarafan dari jumlah pasien 181 yang dirawat di Bedah Umum Lantai II, Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung, Tumor Otak (SOL) menduduki posisi ke 5 (lima) sebanyak 19 kasus dengan jumlah persentasinya 10,49%. Tujuan : Untuk menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL) secara langsung pada situasi nyata meliputi bio-psiko-sosial dan spiritual yang didasarkan pada ilmu kiat keperawatan. Metode : Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan dalam proses keperawatan. Adapun tekhnik pengumpulan data yakni melalui wawancara, pemeriksaan fisik, studi observasi, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Hasil : Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Persarafan: Space Occupying Letion (SOL), ditemukan 4 diagnosa keperawatan yaitu Nyeri akut, Gangguan presepsi sensori atau penglihatan, Gangguan Pemenuhan ADL : Personal Hygiene, dan Ansietas. Dari 4 diagnosa keperawatan tersebut hanya 1 diagnosa yang tujuannya sudah tercapai yaitu Ansietas dan 3 diagnosa yang tujuanya belum tercapai yaitu Nyeri akut, Gangguan presepsi sensori, dan Hambatan mobilitas fisik namun sudah ada kemajuan.Kesimpulan : Dalam melakukan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan: Space Occupying Letion (SOL), perlu melakukan pengkajan dengan benar dan sesuai dengan konsep dasar dengan penyakit tumor otak, selalu berdiskusi dengan teman-teman sejawat dan pembimbing bila mengalami kesulitan.

Kata Kunci : Asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Letion (SOL)Tinjauan Literature : 12 Kepustakaan (2000-2016).

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. E

dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Letion (SOL) di

Ruang Kana Bedah Umum, Lantai II Rumah Sakit Umum dr. Hasan Sadikin

Bandung”.

Adapun maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan program Diploma

III Keperawatan pada Akper Pemerintah Kabupaten Muna.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas atas bimbingan,

dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik moral maaupun material, oleh

karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ibu dr. Ayi Djembarsari, MARS Selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum

Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan waktu dan

kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian praktek klinik keperawatan

pada Rumah Sakit yang dipimpinnya.

2. Ibu SANTHY, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku direktur Akper Pemkab Muna dan

pembimbing yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk

mengikuti pendidikan di Akper Pemkab Muna.

3. Bapak Mursalin SKM, M.Kes selaku penguji praktek klinik di Rumah Sakit

Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.

vi

4. Bapak Widaya, Amk. Sebagai Kepala Ruangan dan CI serta semua staf

ruangan Kana Bedah Umum Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan

Sadikin Bandung, yang telah memberikan arahan dan masukan dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Ny. E untuk penyusunan

laporan studi kasus ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf Akper Pemkab Muna yang telah memberikan

petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan penyusunan karya

tulis ilmiah ini.

6. Klien Ny.E yang telah bersedia bekerja sama dengan penulis selama

melaksanakan asuhan keperawatan.

7. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Bapak Nurdin dan Ibu Wa Rami yang

tercinta yang telah mengasuh, memberikan motivasi serta pengorbanan materi

yang tidak terhingga selama penulis mengikuti pendidikan dan semua

keluargaku yang telah memberikan dukungan dan dorongan baik moril

maupun materil selama mengikuti pendidikan.

8. Khususnya para sahabatku : Lisrawati, Irham, Irna dewi, Erwin, Tika

Yuslindah, Lm. Syarifuddin, yang selalu bersama saya dalam suka maupun

duka yang telah banyak membantu dalam Pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Buat Saudara-Saudara Tercinta : Sabirudin, Amd. Kep. Harbin, Nurhaeni,

Nur Asmawati, Risnawati, Andriani Reski, dan Ariyanti Nurdin terima kasih

atas motivasi dan dukungannya selama ini.

10. Rekan-rekan Mahasiswa Akper Pemkab Muna khususnya Angkatan ke XIII

dan berbagai pihak yang penulis tidak bisa penulis sebutkan namanya satu

vii

persatu yang telah mendukung penulis dan memberikan motivasi serta

partisipasinya selama mengikuti pendidikan di Akper Pemkab Muna dan

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Demikian dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan

Karya Tulis Ilmiah ini, kiranya dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

pembaca dalam mengembangkan ilmu keperawatan khususnya asuhan

keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Letion

(SOL) Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas segala

bantuan dan kebaikannya dalam mewujudkan Karya Tulis Ilmiah ini.

Raha, Juni 2016

Penyusun

viii

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .......................................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................................v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiii

DAFTAR BAGAN..............................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Ruang Lingkup Pembahasan ................................................................. 3

C. Tujuan .................................................................................................... 4

D. Manfaat .................................................................................................. 5

E. Metode Telaahan ................................................................................... 6

F. Waktu Pelaksanaan ............................................................................... 8

G. Tempat pelaksanaan................................................................................8

H. Sistematika Telaahan ..............................................................................8

ix

BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN SPACE OCCUPYING

LESSION (SOL)

A. Konsep Dasar ......................................................................................10

1. Defenisi .......................................................................................... 10

2. Klasifikasi ...................................................................................... 11

3. Anatomi Fisiologi .......................................................................... 14

4. Penyebab ........................................................................................ 20

5. Patofisiologi ................................................................................... 22

6. Manifestasi Klinik ......................................................................... 26

7. Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 27

8. Penatalaksanaan Medis .................................................................. 28

9. Komplikasi ..................................................................................... 30

10. Dampak SOL Terhadap Sistem Tubuh ......................................... 30

B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan .......................... 32

1. Pengkajian ..................................................................................... 32

2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 52

3. Intervensi Keperawatan ................................................................. 53

4. Implementasi ................................................................................. 58

5. Evaluasi ......................................................................................... 58

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Kasus .................................................................................. 60

1. Pengkajian .................................................................................... 60

x

2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 76

3. Rencana Asuhan Keperawatan ...................................................... 78

4. Implementasi dan Evaluasi ............................................................ 81

5. Catatan Perkembangan .................................................................. 84

B. Pembahasan ....................................................................................... 87

1. Pengkajian ..................................................................................... 87

2. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 89

3. Perencanaan ................................................................................... 92

4. Implementasi ................................................................................. 93

5. Evaluasi ......................................................................................... 94

BAB IV REKOMENDASI DAN KESIMPULAN

A. Kesimpulan ......................................................................................... 96

B. Rekomendasi ...................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xi

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1: Distribusi Sepuluh Penyakit Terbesar .......................................................3

Tabel 2 : 1ntervensi dan Rasional ........................................................................54

Tabel 3 : 1ntervensi dan Rasional .......................................................................54

Tabel 4 : 1ntervensi dan Rasional .......................................................................55

Tabel 5 : 1ntervensi dan Rasional ........................................................................56

Tabel 6 : 1ntervensi dan Rasional ........................................................................56

Tabel 7 : 1ntervensi dan Rasional.........................................................................57

Tabel 8 : Kegiatan Sehari-Hari ............................................................................72

Tabel 9 : Hasil Pemeriksaan Laboratorium ..........................................................74

Tabel 10 : Klasifikasi Data ...................................................................................74

Tabel 11 : Analisa Data ........................................................................................75

Tabel 12 : Rencana Asuhan Keperawatan ............................................................78

Tabel 13 : Implementasi Dan Evaluasi .................................................................81

Tabel 14 : Catatan Perkembangan ........................................................................84

xii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1: Sel Saraf ...........................................................................................15

Gambar 2.2 : Anatomi Otak..................................................................................16

xiii

DAFTAR BAGAN

Hal

Bagan 1.Genogram 3 Generasi..............................................................................63

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

:

:

:

:

:

Rencana penyuluhan

Satuan acara penyuluhan

Materi penyuluhan

Leaflet

Lembar Bimbingan

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang

dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif

secara sosial dan ekonomis (Kemenkes, 2015).

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional

yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berlandaskan

ilmu dan kiat keperawatan berbentuk layanan bio, psiko, sosial, dan spritual

yang komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga dan masyarakat

baik dalam keadaan sehat ataupun sakit serta mencakup seluruh proses

kehidupan. Layanan keperawatan kepada klien dilakukan dengan

menggunakan metode proses keperawatan (Asmadi, 2008).

Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk

klien merupakan salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat

perawat terhadap klien. Pada akhirnya, penerapan proses keperawatan ini

akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan kepada klien (Asmadi,

2008).

1

Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal

didalam otak yang terdiri atas tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak

benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak

ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker didalam otak yang

berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan disebelahnya atau yang

telah menyebar (Metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran

darah (Smeltzer & Bare, 2002).

Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade kelima

dan keenam, dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa, tumor

otak memiliki banyak klasifikasi. Klasifikasi yang paling mudah dipahami

adalah klasifikasi menurut Karnahan dan Sayre, dimana tumor diberi nama

sesuai dengan nama sel yang terserang, bailsrl pada susunan saraf orang

dewasa, pada pembuluh darah maupun pada gangguan perkembangan

(kongenital). Stadium keganasannya diberi tingkatan dari 1 sampai IV (IV

yang paling ganas). Tumor yang sering terjadi pada orang dewasa yaitu lesi

supratentorial (fosa media atau anterior). Jejas neoplastik di dalam otak

akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti

pernapasan atau adanya peningkatan Tekanan Intra Kranial (Rangki &

Susen, 2015).

Berdasarkan data yang didapatkam dari rekam medik RSUD dr.

Moewardi Surakarta, dari tahun 2013 sampai bulan Maret 2014 terdapat 31

2

kasus pasien dengan tumor otak dari rata-rata hampir semua jenis tumor

ganas (Devi, 2014).

Menurut data diperoleh penulis atas Medical Record di Ruang Bedah

Umum, Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung, penderita

tumor otak atau intrakranial Space Occupying Letion (SOL) pada tahun 2016,

menempati urutan ke 5 (lima) sebanyak 19 kasus (10,49%). Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. Persentase Penyakit terbesar di Ruang Kana, Bedah Umum Lantai II, RSUP dr Hasan Sadikin Bandung Periode Nov 2015 – Jan 2016

No. Jenis Penyakit Jumlah Pasien Masuk Persentase (%)

1. Fraktur Mandibula 33 18, 232. Efusi Pleura 29 16, 023. Infeksi Gigi 23 12, 704. Tumor Intra Abdomen 21 11, 605. SOL 19 10, 496. ALI 18 9, 947. CKD 15 8, 288. Laparatomi Exporasi 10 5, 529. Abses Serebri 8 4, 41

10. Selulitis 5 2, 76Jumlah 181 100%

Sumber : Medical Record Ruang Kana, Bedah Umum Lantai II, RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Nov 2015 - Jan 2016.

Berdasarkan uraian diatas dan mengingat dampak yang ditimbulkan

pada klien, maka penulis sangat tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. E dengan Gangguan

Sistem Persarafan : Space Occupying Letion (SOL) di Ruang Kana Bedah

Umum, Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.

3

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi masalah

yang dibahas yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. E dengan

Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Letion (SOL) di Ruang

Kana Bedah Umum, Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin

Bandung”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus penyakit saraf dan mampu menerapkan asuhan

keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

komprehensif pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space

Occupying Letion (SOL) secara langsung pada situasi nyata meliputi bio-

psiko-sosial dan spiritual yang didasarkan pada ilmu keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian, menganalisa data dan

menentukan prioritas masalah secara komprehensif terutama pada

klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion

(SOL).

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan

gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL).

c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan berdasarkan

permasalahan yang muncul sesuai dengan diagnosa keperawatan pada

4

klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion

(SOL).

d. Penulis mampu melakukan implementasi sesuai dengan intervensi

yang telah ditentukan dan sesuai dengan kebutuhan klien pada

gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL)

e. Penulis mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan pada klien

dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL).

f. Penulis mampu mendokumentasikan hasil-hasil Asuhan Keperawatan

pada klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying

Letion (SOL).

D. Manfaat

1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat yang ada di

Rumah Sakit dalam mengambil langkah-langkah kebijaksanaan dalam

rangka meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan pada klien dengan

gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL).

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil Studi Kasus ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi disiplin

ilmu keperawatan dalam mengembangkan keilmuan khususnya Asuhan

Keperawatan, agar para mahasiswa dapat mengetahui Asuhan

Keperawatan tentang penyakit Tumor Otak pada pasien yang menderita

penyakit serta perannya sebagai perawat yaitu memberikan pelayanan

5

kesehatan (Pendidikan Kesehatan), Promotif, Preventif, Kuratif dan

Rehabilitatif untuk penyakit Tumor Otak.

3. Bagi Profesi

Sebagai bahan masukan bagi rekan–rekan sejawat dalam melakukan

penelitian lebih lanjut dengan permasalahan yang sama yaitu asuhan

keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space

Occupying Letion (SOL).

4. Bagi Penulis

Sebagai acuan berfikir dalam melaksanakan asuhan keperawatan &

Menambah wawasan dan keterampilan dalam penerapan proses asuhan

keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space

Occupying Letion (SOL).

E. Metode Telaahan

Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun karya Tulis

Ilmiah ini adalah metode analisis deskriptif yang berbentuk studi kasus

dengan berdasarkan pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

1. Studi Kepustakaan

Mengumpulkan informasi dan bahan-bahan bacaan dari berbagai

buku-buku literatur dan internet yang relevan yang dapat dipercaya untuk

mendapatkan kejelasan teori yang berhubungan dengan masalah klien,

(Nursalam, 2013)

2. Studi kasus

6

Studi Kasus yaitu menggunakan pendekatan proses keperawatan

pada klien dan keluarga yang meliputi : Pengkajian, Analisa Data,

penerapan Diagnosa Keperawatan, penyusunan Rencana Tindakan dan

Evaluasi Asuhan Keperawatan.

Adapun Tehnik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data

pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah :

a. Observasi

Mengamati keadaan klien secara langsung yang meliputi bio, psiko,

sosial, kultural dan spiritual.

b. Wawancara

Mengadakan tanya jawab langsung dengan klien dan keluarga klien

serta tenaga kesehatan lain untuk memperoleh informasi yang akurat

yang mendukung terhadap adanya masalah pada anak.

c. Pemeriksaan Fisik

Pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik pada klien

secara head to toe dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi yang diaplikasikan secara persistem sehingga

dapat dijadikan data objektif yang mendukung terhadap adanya

masalah pada anak.

d. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data atau informasi yang diperoleh dari buku status

klien yang meliputi catatan atau arsip dari medical record yang

berhubungan dengan perkembangan kesehatan klien pada saat itu

7

untuk dijadikan salah satu dasar dalam melaksanakan asuhan

keperawatan.

e. Metode Diskusi

Diskusi dengan tenaga Kesehatan yang terkait yaitu Perawat yang

bertugas di Ruang Perawatan Kana Bedah Umum, Lantai II RSUP dr.

Hasan Sadikin Bandung.

F. Waktu Pelaksanaan

Studi Kasus dilakukan dilaksanakan pada pada tanggal, 19 – 22

Februari 2016.

G. Tempat pelaksanaan

Studi Kasus ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat dr.

Hasan Sadikin Bandung.

H. Sistematika Telaahan

Untuk memahami apa yang dibahas dalam penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini, maka penulis menguraikan 4 (empat) bab dan beberapa sub bab

sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan, bab ini meliputi : Latar Belakang, Ruang

Lingkup Pembahasan, Tujuan, Manfaat, Metode Telaahan,

Tempat Pelaksanaan, Waktu Pelaksanaan, dan Sistematika

Telaahan.

Bab II : Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan dengan Gangguan

Sistem Persarafan : SOL, yang mencakup Konsep Dasar,

8

terdiri dari : Pengertian, Klasifikasi, Anatomi Fisiologi, Etiologi,

Patofisiologi, Manifestasi Klinik, Pemeriksaan Diagnostik,

Penanganan Medik, dan Komplikasi. Dan tinjauan teoritis

tentang Asuhan Keperawatan terdiri dari : Pengkajian, Diagnosa

Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.

Bab III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, bab ini memuat tentang

pengamatan Kasus yang merupakan laporan Asuhan

Keperawatan Pada Klien Ny. E dengan Gangguan Sistem

Persarafan : Space Occupying Letion (SOL) di Ruang Kana

Bedah Umum, Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan

Sadikin Bandung, dan Pembahasan yang berisikan tentang

ulasan naratif dari setiap tahapan proses keperawatan yang

dilakukan serta perbandingan antara teori dan kasus nyata yang

disusun secara sistematis berdasarkan tahapan proses

keperawatan meliputi Pengkajian, Analisa Data, Diagnosa

Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi dan Catatan

Perkembangan.

Bab IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini berisikan Kesimpulan

dan Rekomendasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan

formulasi saran atau rekomendasi yang operasional terhadap

masalah yang ditemukan.

9

BAB II

TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN

SPACE OCCUPYING LESSION (SOL)

A. Konsep Dasar

1. Defenisi

Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau

proses desak ruang (Space Ocuping Letion atau Space Talking Lesion)

yang timbul didalam rongga tengkorak baik didalam kompartemen

supratentotrial (Nurarif & Kusuma, 2015).

Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakarnial yang

menempati ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu tumbuh

sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh

menyebar, masuk kedalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari

kompresi dan infiltrasi jaringan (Smeltzer & Bare, 2002).

Tumor intrakranial termasuk juga lesi desak ruang jinak

maupun ganas, yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Lesi

desak ruang di dalam tengkorak merupakan lesi-lesi yang meluas atau

yang menempati ruang di dalam rongga tengkorak (Rangki & Susen

2014).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal

didalam otak yang terdiri atas tumor otak benigna dan maligna. Tumor

10

otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak,

tetapi tidak ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker

didalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan

disebelahnya atau yang telah menyebar (Metastase) ke otak dari

bagian tubuh lainnya melalui aliran darah (Smeltzer & Bare, 2002).

2. Klasifikasi Tumor Otak

Menurut (Rangki & Susen, 2014) tumor otak dapat

klasifikasikan beberapa macam yaitu :

a. Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam

system saraf pusat (misalnya euroligis), bertanggung jawab atas

kira-kira 40-50% tumor otak.

b. Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen,

sel-sel mesofel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura

dari paling penting.

c. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofon, eosinofil atau

basofil dari hipofisis anterior.

d. Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 - 10%

tumor intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung

saraf.

e. Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-

10% dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang

tempat primer.

f. Tumor pembuluh darah antara lain :

11

1) Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah

abnormal yang didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor

ini diderita sejak lahir yang lambat laun membesar.

2) Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari

unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai

dalam serebelum.

3) Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara hemagio-

blastoma serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal serta

pankreas.

g. Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital

yang jarang antara lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal

dari sisa-sisa horokoida embrional dan dijumpai pada dasar

tengkorak.

h. Tumor adneksa (pinealoma). Pinealoma menekan akueduktus yang

menyebabkan hidrosefalus obstruktif, dan juga hipoyalamus yang

mengakibatkan pubertas prekoks dan diabetes insipidus.

Menurut (Smeltzer & Bare, 2002) dapat mengklasifikasikan tumor

otak berdasarkan lokasi dan jenis tumor adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan lokasi :

1) Tumor Supratentorial :

a) Hemisfer Otak yaitu :

(1) Glikoma : Gliomablastomamultiforme, Astrosotoma,

Oligodendroglioma.

12

(2) Meningioma : Tumor Metastasis

b) Tumor struktur median yaitu : Adenoma hipofisis, tumor

grandula pinealis, kraniofaringioma.

2) Tumor infratentorial yaitu :

a) Schwannoma akustikus

b) Tumor metastasis

c) Meningioma

d) Hemangioblastoma

3) Tumor medulla spinalis yaitu :

a) Ekstradural : Metastasis, Intradural.

b) Ekstramedular : meningioma, neurofriboma.

c) Intramedural : ependinoma, astrositoma.

b. Berdasarkan jenis tumor yaitu :

1) Jinak : Acoustik neuroma, meningioma

2) Malignant : Astrocytoma (Grade 2, 3, 4), oligondedroglioma.

Tumor-tumor yang berasal dari kelenjar pineal dan hipofisis

serta pembuluh darah serebral juga termasuk dalam tipe tumor

otak. Tumor otak yang tergolong spesifik adalah : Glioma,

Adenoma hipofisis, dan Angioma.

Sedangkan menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) tumor Otak

dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

a. Jinak yaitu : Acoustic neuroma, Meningioma, Pituitary adenoma,

Astrocytoma (grade I).

13

b. Malignant yaitu :

1) Astrocytoma (grade 2, 3, 4),

2) Oligodendroglioma,

3) Apendymoma

c. Berdasarkan lokasi yaitu :

1) Tumor intradural, dibagi menjadi 2 yaitu :

a) Ekstramedular

(1) Cleurofibroma

(2) Meningioma

b) Intramedular

(1) Apendymoma

(2) Astrocytoma

(3) Oligodendroglioma

(4) Hemangioblastoma

2) Tumor ekstradural

Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada

payudara, prostal, tiroid, paru-paru, ginjal dan lambung.

3. Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan

a. Susunan Saraf Pusat (SSP)

Susunan saraf adalah sistem yang mengontrol tubuh kita

yang terus menerus menerima, menghantarkan dan memproses

suatu informasi dan bersama sistem hormon, susunan saraf

14

mengkordinasikan semua proses fungsional dari berbagai jaringan

tubuh, organ dan sistem organ manusia. Susunan saraf dibagi

menjadi dua yaitu susunan saraf pusat dan susunan saraf otonom.

Gambar 2.1. Sel Saraf (Neuron)

Susunan saraf pusat terdiri dari otak besar (Cerebrum), batang

otak, otak kecil (Cerebellum) dan sumsum tulang belakang

(Medulla Spinalis) dan diliputi oleh selaput otak (Meningen) yang

terdiri atas bagian luar parkhimening (durameter) dan bagian dalam

leptomening. Otak dipisahkan oleh fisura media menjadi dua

hemisfer. Permukaan lateral masing-masing hemisfer dibedakan

menjadi lobus frontal, parieatal, temporal, dan oksipital. Otak

mempunyai sistem perhubungan, yaitu ventrikel. Ventrikel lateral

masuk ke dalam lobus frontal, temporal dan oksipital. Cairan

serebrospinal dibentuk setiap hari oleh plexus choroid pada

ventrikel, melalui ventrikel III dan IV terus ke subarachnoid dan

medulla spinalis. Otak diliputi oleh leptomening, membrana

15

arachnoid dan piameter dan bagian paling luar durameter.

Durameter berlapis dua, sebagai lapisan dalam periosteum dari

tulang tengkorak, dan pada garis tengah sebagai falx cerebri, pada

fosa posterior terbentang seperti tenda membentuk tentorium

cerebri, memisahkan lobus oksipital dan serebellum. Aspek ventral

dari otak adalah batang otak dan serebellum, menutupi aspek

posterior (otak tengah) yaitu : pons dan medula oblongata yang

mengelilingi ventrikel IV. Otak mendapat darah dari arteri carotis

interna dan arteri vertebralis.

1) Otak

Gambar 2.2. Anatomi OtakSumber : (Muttaqin, 2008)

Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi tiga

bagian yaitu :

a) Batang Otak

Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis

dengan serebrum terdiri dari medula oblongata, pons varoli

dan diensefalon (otak tengah).

16

(1) Medula oblongata mengandung nucleus atau badan sel

dari berbagai saraf otak yang penting. Selain itu medula

mengandung pusat-pusat vital yang berfungsi

mengendalikan pernafasan dan system kardiovaskuler.

Medulla oblongata terletak dalam fosa krnialis posterior

dan bersatu dengan sumsum tulang belakang tepat

dibawah foramen magnum tulang oksipital.

(2) Pons varoli merupakan bagian tengah batang otak dan

arena itu memiliki jalur lintas naik dan turun seperti pada

otak tengah. Selain itu juga terdapat banyak serabut yang

berjalan menyilang pons untuk menghubungkan kedua

lobus serebelum dan menghubungkan serebelum dengan

korteks serebri.

(3) Diensefalon (Otak tengah) mengandung pusat-pusat yang

mengendalikan keseimbangan dan gerakan-gerakan mata

(Muttaqin, 2008)

b) Otak Kecil (Cerebelum)

Cerebelum menempati fosa kranialis posterior dan

diatapi tentorium-serebeli, yang merupakan lipatan durameter

yang memisahkan lobus oksipitalis serebri. Fungsi

cerebellum adalah mengatur sikap dan aktivitas sikap badan.

Cerebellum berperan penting dalam koordinasi otot dan

menjaga keseimbangan (Muttaqin, 2008).

17

c) Otak Besar (Cerebrum)

Cerebrum mengisi bagian depan dan atas rongga

tengkorak, yang masing-masing disebut fosa kranialis

anterior dan fosa kranialis tengah. Cerebrum terdiri dari dua

hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus yaitu :

(1) Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu,

membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri.

(2) Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi

menginterpretasikan sensasi, berfungsi mengatur

individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian

tubuhnya.

(3) Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi

kecap, bau, pendengaran dan ingatan jangka pendek.

(4) Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan

penglihatan (Muttaqin, 2008).

2) Sumsum Tulang Belakang

Sumsum tulang belakang atau medulla spinalis bermula

pada medulla oblongata menjulur kearah kaudal melalui foramen

magnum, dan berakhir diantara vertebra lumbalis pertama dan

kedua. Fungsi sumsum tulang belakang adalah mengadakan

komunikasi antara otak dan semua bagaian tubuh serta gerak

reflkeks (Mutaqqin, 2008).

18

3) Saraf Cranial

Ada 12 pasang saraf cranial yaitu :

a) Nervus I : Olfaktorius

b) Nervus II : Optikus

c) Nervus III : Okulomotorius

d) Nervus IV : Troklearis

e) Nevus V : Abdusen

f) Nervus VI : Trigeminus

g) Nervus VII : Fasialis

h) Nervus VIII : Vestibulokoklearis

i) Nervus IX : Glosofaringeus

j) Nervus X : Vagus

k) Nervus XI : Asesorius

l) Nervus XII : Hipoglosus

Saraf kranial I, II, VIII merupakan saraf motorik murni,

saraf kranial III, IV, XI, dan XII terutama merupakan saraf

motorik, tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-

otot yang di persarafinya. Saraf kranial V, VII, dan X merupakan

saraf campuran. Saraf kranial III, VII, dan X juga mengandung

beberapa serabut saraf dari cabang parasimpatis sistem saraf

otonom (Muttaqin, 2008 ).

19

b Susunan Saraf Otonom

Sistem saraf otonom merupakan sistem persarafan sempurna.

Serabut-serabut aferenya membawa masukan dari organ-organ

viresal (berkaitan dengan denyut jantung, diameter pembuluh

darah, pernapasan, pencernaan dan sebagainya). Menurut

fungsinya, susunan saraf otonom dibagi dalam dua bagian :

1) Sistem Saraf Simpatis

Terletak didepan kolumna vertebra dan berhubungan serta

bersambungan dengan sumsum tulang belakang melalui serabut

saraf. Fungsinya adalah mensarafi otot jantung, otot-otot tidak

sadar semua pembuluh darah, serta semua alat dalam seperti

lambung, pangkreas dan usus. Melayani serabut motorik

sekretorik pada kelenjar keringat, serabut motorik pada otot tak

sadar dalam kulit-arektores pilorum serta mempertahankan

tonus semua otot, termasuk tonus otot sadar (Muttaqin, 2008).

2) Sistem Saraf Parasimpatis

Dibagi menjadi dua yaitu saraf otonom cranial dan saraf

otonom sacral. Saraf otonom cranial adalah saraf cranial ketiga,

ketujuh, kesembilan, dan kesepuluh. Saraf otonom sacral keluar

dari sumsum tulang belakang melalui daerah sacral membentuk

urat-urat saraf pada alat-alat dalam pelvis, dan bersama saraf

simpatis membentuk pleksus yang melayani kolom, rectum, dan

kandung kemih (Muttaqin, 2008).

20

4. Penyebab

Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015), Penyebab tumor hingga saat

ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak

penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau

yaitu :

a. Herediter

Riwayat tomor otak dalam satu anggota keluarga jarang

ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma, dan neurofibroma

dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose

atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi

pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain

jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk

memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi

bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang

terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan

embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak

bangunan disekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada

kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.

c. Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan

dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti

21

radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan

bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

d. Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil

dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran

infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini

belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan

perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

e. Substansi-substansi Karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas

dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik

seperti Methylcholanthrone, Nitroso-Ethyl-Urea. Ini berdasarkan

percobaan yang dilakukan pada hewan.

5. Patofisiologi

Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagi. Gejala-gejala

terjadi berurutan hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam

pemeriksaan klien. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap

disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan vocal terjadi

apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada

parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah

akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan

nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya

22

bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat

dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang

sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan

kompersi invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak (Rangki &

Susen, 2015).

Peningkatan intrakranial dapat diakibatakan oleh beberapa faktor :

bertambahnya masa dalam tengkorak , terbentuknya oedema sekitar tumor

dan perubahan sirkulasi serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan

menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengambilkan

ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas

menimbulkan odema dalam jaringan otak. Mekanisme belum sepenuhnya

dipahami namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan

pendarahan. Obstruksi vena oedema  yang disebabkan kerusakan sawar

darah otak semuanya menimbulkan kenaikan volume inntrakranial.

Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari vantrikel laseral keruang sub

arakhnoid menimbulkan hidrosephalus. Peningkatan intrakranial akan

membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab

yang telah dibicaraknan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memrlukan

waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena

itu tidak berguna bila apabila tekanan intrakranial timbul cepat.

Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah

intrakranial, volume cairan cerborspinal, kandungan cairan intrasel dan

mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati

23

mengakibatkan herniasi ulkus/serebulum herniasi timbul bila girus medalis

lobus temporalis bergeser keinterior melalui insisura tentorial oleh massa

dalam hemister otak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan

kehilangan kesadaran dan menekan saraf ke tiga (Rangki dan Susen,

2015).

Tumor intrakranial menyebabkan gangguan neurologis progresif.

Gangguan neurologis pada tumor intrakranial biasanya dianggap

disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor

dan kenaikan tekanan intrakranial.

a. Gangguan Fokal

Terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan

infiltrasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan

neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor

yang tumbuh paling cepat (misalnya : gliomablastoma multiforme).

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang

bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai

darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi

secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan

serebrovaskular primer.

Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan

neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan perubahan suplai

darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga

24

menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan

neurologis fokal, seperti bicara terganggu, berdesis, dan afasia.

b. Peningkatan Tekanan Intracranial.

Dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa

dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan

sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan

bertambahnya massa karena tumor akan mengambil tempat dalam

ruang yang relatif tetap dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor

ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya.

Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga

disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan

tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi

vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak,

semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan

meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan

serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid

menimbulkan hidrosefalus. Peningkatan tekanan intrakranial akan

membahayakan jika perkembanganya cepat.

Mekanisme kompensasi bekerja menurunkan volume darah

intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intra sel

dan mengurangi sel-sel parenkim. Peningkatan tekanan intracranial

yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebellum.

Herniasi ulkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke

25

inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.

Herniasin menekan menensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran

dan saraf kranial III.

Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser kebawah

melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi

medulla oblongata dan henti pernafassan terjadi dengan cepat.

Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intracranial

yang cepat adalah brakikardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran

tekanan nadi) dan gangguan pernafasan (Muttaqin, 2008).

6. Manifestasi Klinis

Adapun gejala klinis menurut (Rangki & Susen, 2015), pada

penyakit tumor otak adalah sebagai berikut

a. Nyeri kepala : Merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai

penderita tumor otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-

menerus, tumpul dan kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat

waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya

meningkatkan tekanan intrakranial, seperti membungkuk, batuk, atau

mengejan pada waktu buang air besar. Nyeri kepala berkurang jika

diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat yang sakit.

b. Nausea dan muntah : Nausea dan muntah terjadi sebagai akibat

rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah paling

sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan

26

tekanan intracranial disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat

terjadi tanpa didahului nausea dan dapat proyektil.

c. Papiledema : Papiledema disebabkan oleh statis vena yang

menimbulkan pembengkakan papilla saraf optikus. Bila terlihat pada

pemeriksaaan funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan

tekanan intracranial.

7. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan diagnostik menurut (Rangki & Susen, 2014),

yang bisa dilakukan pada tumor otak antara lain :

a. Arterigrafi atau Ventricolugram : untuk mendeteksi kondisi patologi

pada sistem ventrikel dan cisterna.

b. CT-SCAN : dasar dalam menentukan diagnose.

c. Radiogram : memberikan informasi yang sangat berharga mengenai

struktur, penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pinelal yang

mengapur dan posisi selatursika.

d. Sidik otak radioaktif : memperlihatkan daerah-daerah akumulasi

abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan

sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat

radioaktif.

e. Elektroensefalogram (EEG) : memberi informasi mengenai perubahan

kepekaan neuron.

27

f. Ekoensefalogram : memberi informasi mengenai pergeseran

kandungan intra serebral.

8. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis menurut (Nurarif & Kusuma, 2015)

Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam

penatalaksaannya, yaitu :

a. Surgery

Terapi Pre-Surgery, yaitu :

1) Steroid untuk menghilangkan swelling, contoh Dexamethasone.

2) Anticonvulsant untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti

carbamazepine.

3) Shunt digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal.

Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat

tumor. Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk

melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek massa sebagai

upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi.

Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan

pula jaringan hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh

efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor

akan memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis

patologi anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Namun

pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali menghilangkan

gejala-gelaja yang ada pada penderita.

28

b. Radiotherapy

Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam

penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah

membuktikan bahwa modalitas terapi pembedahan akan

memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi

terapi dengan kemoterapi dan radioterapi.

Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif

(Moderately Sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran

terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat

mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian pemberian dosis

ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin

sedikit jaringan sehat yang terkena maka semakin tinggi dosis yang

diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta

teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.

Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan

pada tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh

otak. Radioterapi juga digunakan dalam tatalaksana beberapa tumor

jinak, misalnya adenoma hipofisis.

c.Chemotherapy

Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa

menggunakan satu atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan

dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada klien. Diberikan

secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan

29

dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu

yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua

sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk

istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang

dilakukan atau tidak.

Faktor-faktor prognostik sebagai bahan pertimbangan untuk

penatalaksanaan adalah : Usia, general health, ukuran tumor, lokasi

tumor, dan jenis tumor.

9. Komplikasi

Komplikasi tumor otak menurut (Devi M, 2014) yaitu :

a. Edema serebral

b. Tekanan intrakranial meningkat

c. Herniasi otak.

d. Hidrosefalus.

e. Kejang.

f. Metastase ke tempat lain

10. Dampak SOL Terhadap Sistem Tubuh

Dampak Space Occupying Letion (SOL) atau Tumor Otak

terhadap berbagai sistem tubuh antara lain :

a. Sistem Pernafasan

Hipertensi terjadi karena pengaruh vasokonstriksi paru. Hal ini

menyebabakan hipercapnea dan bronchokonstriksi. Sensifitas yang

30

meningkat pada mekanisme pernafasan terhadap karbondioksida dan

periode setelah hiperventilasi akan menyebabkan pernafasan

Cheynestoke.

b. Sistem Kardiovaskuler

Tumor otak menyebabkan perubahan fungsi jantung yang

mencakup aktifitas atipycal miokardial, edema paru dan perubahan

tekanan vaskular. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel atau

perubahan gelombang T, gelombang P tinggi dan distrithmia,

vibrilasi atrium dan ventrikel tachicardia. Perubahan aktifitas

miocardial mencakup peningkatan frekuensi jantung dan menurunnya

stroke work, Sentral Venous Pressure (CVP) abnormal. Dengan tidak

adanya endogenous stimulus saraf simpatis, maka akan

mempengaruhi penurunan kontraktilitas ventrikel. Hal ini akan

mengakibatkan terjadinya penurunan Karbondioksida (CO2) dan

peningkatan tekanan atrium kiri sehingga terjadi edema paru.

c. Sistem Gastrointestinal

Pada tumor otak, perdarahan pada lambung jarang ditemukan,

terdapat respon yang besar dan merangsang aktifitas hipothalamus

dan stimulus vagus yang dapat menyebabkan langsung hiperacidium.

Terjadi peningkatan pengeluaran katekolamin dalam menangani stres

yang mempengaruhi produksi asam lambung.

31

B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan

dalam praktek keperawatan. Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan

problem solving yang memerlukan ilmu, tekhnik dan keterampilan

interpersonal yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien atau

keluarga (Nursalam, 2013).

Proses keperawatan adalah tekhnik pemecahan masalah yang

meliputi : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan

dan Evaluasi (Nursalam, 2013).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan status

kesehatan klien. Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan

cara anamnesa yang diperoleh dengan wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, serta mempelajari status

klien (Nursalam, 2013).

Prosedur pemberian asuhan keperawatan terhadap klien dengan

kasus Tumor Otak dilaksanakan melalui proses keperawatan. Teori dan

konsep keperawatan dilakukan secara terpadu dalam tahapan yang

terorganisir melalui :

32

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpulkan

informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk

menentukan masalah serta kebutuhan-kebutuhan klien, biasanya

menggunakan anamnesa atau wawancara, observasi, pemeriksaan

fisik dan studi dokumentasi. Data dapat diperoleh dari klien sendiri,

catatan medik serta tim kesehatan lain (Nursalam, 2013).

1) Biodata

a) Identitas Klien

Data yang terdapat berupa nama, umur, jenis

kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan terakhir,

pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal

pengkajian, nomor registrasi dan diagnosa medik.

b) Identitas Penanggung Jawab

Mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan terakhir, alamat, suku/bangsa, pekerjaan, alamat

dan hubungan dengan klien.

2)Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Sekarang

(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit

33

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan

sebab berupa kronologi terjadinya penyakit sehingga

klien membutuhkan tindakan medis.

(2) Keluhan Utama

Keluhan yang paling dirasakan oleh klien pada saat

dilakukan pengkajian. Biasanya pada klien dengan

Space Occupying Letion (SOL) adalah nyeri didaerah

kepala yang disebabkan oleh tersumbatnya aliran darah

ke otak (Muttaqin, 2008).

(3) Riwayat Keluhan Utama

Menggambarkan keluhan saat dilakukan pengkajian

serta menggambarkan kejadian sampai terjadi penyakit

saat in dengan menggunakan metode P, Q, R, S, T.

(a) Paliative/profokatif (P) : apa yang menyebabkan

bertambahnya atau berkurangnya keluhan.

Biasanya pada klien dengan Space Occupying

Letion (SOL) umumnya disebabkan nyeri kepala

yang disebabkan oleh tersumbatnya aliran darah ke

otak.

(b) Qualitatif/Kuantitatif (Q) : seberapa berat keluhan

terasa, bagaimana rasanya, seberapa sering terjadi

atau bagaimana bentuk serta gambaran keluhan dan

34

sejauh mana tingkat keluhannya. Pada klien

dengan Space Occupying Letion (SOL) nyeri yang

dirasakan seperti ditusuk-tusuk benda tajam.

(c) Region/Radiasi (R) : lokasi keluhan yang

dirasakan. Pada klien degan Space Occupying

Lession (SOL) nyeri dirasakan pada daerah kepala

dan menyebar disekitarnya.

(d) Skala/Severity (S) : intesitas keluhan apakah

sampai mengganggu atau tidak. Pada klien dengan

Space Occupying Letion (SOL) nyeri selalu

mengganggu dengan skala 3 (0 – 5).

(e) Timming (T) : kapan waktu mulai terjadi keluhan

dan berapa lama kejadian ini berlangsung. Pada

klien dengan Space Occupying Letion (SOL) nyeri

dirasakan secara terus menerus (Muttaqin, 2008).

b) Riwayat Kesehatan Dahulu

Pada umumnya klien Space Occupying Letion

(SOL) akan didapatkan adanya riwayat hipertensi,

diabetes melitus, dan atau penyakit jantung dan beberapa

kebiasaan yaitu makan-makanan yang tinggi garam dan

lemak, obesitas kebiasan merokok, minum alkohol,

riwayat penggunaan pil kontrasepsi, sering stres dan

kurang aktifitas (Muttaqin, 2008).

35

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada keluarga akan didapatkan adanya riwayat

penyakit herediter, yaitu : adanya keluarga yang

mempunyai riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit

jantung dan riwayat stroke (Muttaqin, 2008).

Untuk mengetahui riwayat kesehatan keluarga dapat

dilihat dari genogram (3) generasi, dimana genogram

adalah secara istilah berasal dari 2 kata yaitu gen (unsur,

keturunan) dan gram (gambar, grafik). Dalam bahasa

indonesia genogram dapat dipadankan dengan gambar

silsilah keluarga. Secara konseptual genogram berarti

suatu model grafis yang menggambarkan asal-usul konseli

dalam 3 generasi, yakni generasi dirinya, orang tuanya dan

kakek neneknya. Genogram juga merupakan suatu alat

untuk menyimpan informasi yang dicatat selama

wawancara antara konselor konseling mengenai orang-

orang dalam asal-usul keluarga konseling.

3) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dilakukan dengan tekhnik

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Nursalam, 2013)

terhadap beberapa sistem tubuh secara “Head To Toe” dan

didokumentasikan secara persistem meliputi :

a) Keadaan Umum

36

Keadaan umum mulai saat pertama kali bertemu

dengan pasien dilanjutkan dengan sewaktu mengukur

tanda-tanda vital.

b) Kesadaran

Pada umumnya tingkat kesadaran terdiri dari 6 (enam)

tingkatan yaitu :

(1) Composmentis : Sadar sepenuhnya, dapat

menjawab semua pertanyaan tentang keadaan

sekelilingnya, (GCS 15 – 14).

(2)Apatis : Keadaan kesadaran yang segan untuk

berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak

acuh, (GCS 13 – 12).

(3) Somnolen : Keadaan kesadaran yang mau tidur

saja dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri

akan tetapi jatuh tidur lagi, (GCS 11 – 10).

(4)Delirium : Keadaan kacau motorik seperti

memberontak dan tidak sadar terhadap orang lain,

tempat dan waktu, (GCS 9 – 7).

(5)Supor : Keadaan kesadaran yang menyerupai koma,

reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsangan

nyeri, (GCS 6 - 4) (Nurarif & Kusuma, 2015).

c) Tanda-tanda Vital

Tanda-tanda vital terdiri atas 4 pemeriksaan yaitu :

37

(1)Tekanan darah

(2)Pemeriksaan denyut nadi

(3)Pemeriksaan suhu

(4)Pemeriksaan respirasi

d) Pemeriksaan Persistem

(1) Sistem Pernapasan

Perlu dikaji mulai dari hidung, ada tidaknya sekret

pada lubang hidung, pergerakan cuping hidung waktu

bernafas, kesimetrisan gerakan dada saat bernapas,

auskultasi bunyi napas, apakah bersih atau ronchi,

serta frekuensi napas. Pada klien dengan Space

Occupying Letion (SOL) didapatkan pernapasan tidak

teratur, pernapasan sulit dan frekuensi meningkat,

klien akan didapatkan penurunan kesulitan dalam

batuk, bunyi napas ngorok akibat adanya sekret yang

menumpuk, pada auskultasi akan terdengar adanya

ronchi, mungkin terjadi kelemahan otot-otot

pernapasan sehingga pengembangan dada kadang

ditemukan tidak simetris antara kanan dan kiri.

(2) Sistem Kardiovaskular

38

Mulai dikaji dari warna konjungtiva, warna bibir, ada

tidaknya peninggian vena jugularis, auskultasi bunyi

jantung pada daerah dada dan pengukuran tekanan

darah, dengan palpasi dapat dihitung peningkatan

frekuensi nadi, adanya hipotensi orthostatik terutama

sewaktu melakukan perubahan posisi dari tidur ke

posisi duduk atau berdiri, ada tidaknya edema, warna

pucat dan sianosis. Pada klien dengan Space

Occupying Letion (SOL) dalam pemeriksaan

didapatkan perubahan tekanan darah menurun, kecuali

apabila terjadi peningkatan tekanan intra kranial maka

tekanan darah meningkat, denyut nadi tachikardi,

kemudian bradikardi atau irama tidak teratur sebagai

kompresi kerja jantung untuk membantu mengurangi

tekanan intra kranial.

(3) Sistem Pencernaan

Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, palpasi abdomen

untuk mengetahui peristaltik usus, adanya massa atau

nyeri tekan. Pada klien dengan Space Occupying

Letion (SOL) biasanya didapatkan bising usus yang

normal atau bisa juga menurun apabila masih ada

pengaruh anastesi, perut kembung, bibir dan mukosa

mulut kering, klien dapat mual dan muntah, kadang-

39

kadang konstipasi karena klien tidak boleh mengedan

atau inkontinensia karena klien tidak sadar.

(4) Sistem Endokrin

Kaji apakah kelenjar tiroid teraba atau tidak, dan

terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau tidak.

Kemungkinan ditemukan peningkatan kadar glukosa

serta adanya peningkatan hormon tiroid, atau terjadi

penurunan beberapa kadar hormon yang berkaitan

dengan produksi hipothalamus dan hipofise.

(5) Sistem Perkemihan

Kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada

daerah pinggang, observasi dan palpasi pada daerah

abdomen bawah untuk mengetahui adanya retensi

urine dan kaji tentang adanya alat-alat genitourinari

bagian luar mengenai bentuknya, ada tidaknya nyeri

tekan dan benjolan serta bagaimana pengeluaran

urinnya, lancar atau ada nyeri sewaktu miksi serta

bagaimana warna urinnya. Biasanya pada klien

dengan Space Occupying Letion (SOL) terjadi retensi

urin pada klien sadar, sedangkan pada klien tidak

sadar akan didapatkan inkontinensia urine dan fekal,

jumlah urine output biasanya berkurang. Terdapat

40

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dimana

terdapat hiponatremia atau hipokalemia.

(6) Sistem Muskuloskeletal

Kaji derajat Range Of Montion (ROM) dari

pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota

gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang

dilaporkan klien waktu bergerak, toleransi klien

waktu bergerak dan observasi adanya luka pada otot

akibat peradangan, kaji adanya deformitas dan atrofi

otot. Selain ROM, tonus dan kekuatan tonus harus

dikaji, karena klien imobilitas biasanya tonus dan

kekuatan ototnya menurun. Biasanya pada klien

dengan Space Occupying Letion (SOL) ditemukan

gerakan-gerakan involunter, kejang, gelisah, ataksia,

paralisis dan kontraktur, kekuatan otot mungkin

menurun atau normal.

(7) Sistem Integumen

Kaji keadaan kulit, rambut dan kuku. Pemeriksaan

kulit meliputi tekstur, kelembaban, turgor, warna dan

fungsi perabaan. Biasanya pada klien Space

Occupying Letion (SOL) terjadi tampak luka pada

kepala, suhu tubuh mungkin diatas normal, banyak

keringat. Pada hari ke-3 dari operasi biasanya luka

41

belum sembuh karena masih agak basah/belum

kering. Biasanya masih terdapat hematoma pada klien

dengan perdarahan di menigen.

(8) Sistem Pengindraan

Biasanya pada klien dengan Space Occupying Letion

(SOL) ketajaman penglihatan berkurang. Pupil

dilatasi, kehilangan setengah lapang. Pada

pendengaran biasanya disertai tinitus dan ada fungsi

bicara baik.

(9) Sistem Reproduksi

Pada sistem reproduksi cenderung ditemukan adanya

disfungsi seksual berupa penurunan libido dan

impotensi.

(10)Sistem Imun

Kaji adanya pembesaran dan nyeri tekan pada

kelenjar limfe.

(11)Sistem Persarafan

Gangguan pada sistem persarafan tergantung pada

area otak yang terkena lesi (Infark).

(a) Fungsi Serebral

Biasanya pada klien dengan tumor otak status

mental, kemungkinan adanya gangguan pada

orientasi berupa amnesia, perhatian dan

42

penghitungan dapat terganggu dengan adanya

acalculia. Pada fungsi bahasa dapat ditemukan

adanya afasia baik motorik maupun sensorik.

Tingkat kesadaran menurun, nilai GCS biasanya

kurang dari 15.

(b) Fungsi Nervus Kranial

Menurut (Syaifudin, 2009) : pengkajian

dilakukan terhadap 12 fungsi saraf kranial :

i.Nervus I (Nervus Olfaktorius)

Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi

adanya gangguan penghidu serta mengetahui

apakah gangguan tersebut disebabkan oleh

gangguan saraf atau penyakit hidung lokal.

ii.Nervus II (Nervus Optikus)

Pengkajian pada nervus ini untuk mengukur

ketajaman penglihatan (visus) dan lapang

pandang. Sebelum melakukan pengkajian

pada nervus optikus periksa mata klien

apakah mempunyai keluhan atau gangguan

seperti adanya benda asing, katarak, dan

radang pada konjungtiva. Lakukan tes

ketajaman penglihatan, klien disuruh

mengenali benda yang letaknya jauh

43

(misalnya, jam dinding dan diminta

menyatakan pukul berapa) dan membaca

huruf-huruf yang ada dibuku atau koran.

iii.Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, Troklearis,

Abdusen).

Saraf otak ini diperiksa bersama-sama karena

kesatuan fungsinya yaitu mengurus otot-otot

ekstrinsik dan intrinsik bola mata. Nervus

Okulomotorius bertanggung jawab mengurus

kontraksi pupil dan mengatur lena mata.

Nervus Troklearis menyebabkan mata dapat

dilirikan kearah bawah dan nasal saraf

Abdusen memungkinkan terjadinya mata

dapat dilirikan ke arah temporal.

iv.Nervus V (Nervus Trigeminus)

Terdiri dari 2 bagian yaitu bagian sensorik

dan motorik. Bagian motorik mengurus otot-

otot untuk mengunyah dan bagian sensorik

yaitu rasa raba, suhu serta kornea.

v.Nervus VII (Nervus Vasialis)

Pemeriksaan fungsi motorik perhatikan muka

penderita apakah simetris atau tidak, suruh

klien mengangkat alis dan mengerutkan dahi

44

apakah dapat dilakukan serta simetris atau

tidak. Kemudian instruksikan klien

memejamkan mata satu sisi, hal ini dinilai

untuk mengetahui tenaga pejaman dengan

jalan mengangkat kelopak mata dengan

tangan pemeriksa sedang klien tetap

memejamkan mata. Selanjutnya suruh

penderita menyeringai (menunjukan gigi

geligi, mencucurkan bibir serta

mengembangkan pipi).

vi.Nervus VIII (Nervus Akustikus)

Cara pemeriksaannya yaitu minta klien untuk

mendengarkan suara bisikan pada jarak

tertentu dan membandingkannya dengan

orang normal. Untuk mengetes pendengaran

yang lebih akurat dapat dilakukan uji weber,

rinne atau schwabach. Selanjutnya untuk

memeriksa keseimbangan yaitu dengan

melakukan tes romberg yaitu penderita

berdiri dengan kaki yang satu didepan kaki

yang lain, tumit kaki yang satu berada

didepan jari-jari kaki yang lainnya atau

dengan melaksanakan tes telunjuk hidung.

45

vii.Nervus IX, X (Nervus Glosovaringeus, Vagus)

Nervus ini diperiksa bersamaan karena kedua

saraf ini berhubungan erat satu sama lain.

Dalam memeriksa perhatikan kualitas suara

klien, apakah suaranya normal, berkurang,

serak (disfonia) atau tidak bersuara sama

sekali. Kemudian minta klien mengucapkan

kata “aaa” untuk menilai ufula serta

palatumole selanjutnya memeriksa reaksi

menelan dan reaksi muntah dengan

menyentuh pangkal lidah.

viii.Nervus XI (Nervus Asesorius)

Saraf ini mempersarafi muskulus trapezius

dan otot sternokleidomastoideus.

Pemeriksaan otot sternokleidomastoideus

yaitu inspeksi otot dalam keadaan istirahat

dan bergerak, palpasi otot tersebut adanya

nyeri tekan atau tidak, kemudian tentukan

dan ukur kekuatan otot dengan cara klien

disuruh menoleh misalnya kekanan lalu

gerakan ini tahan dengan tangan pemeriksa

ditempatkan didagu, bandingkan kekuatan

otot antara kiri dan kanan.

46

ix.Nervus XII (Nervus Hipoglosus)

Saraf ini mengandung somato-motorik yang

menginervasi otot ekstrinsik dan intrinsik

lidah. Fungsi otot ekstrinsik menggerakan

lidah dan otot intrinsik mengubah-ubah

bentuk lidah.

(c) Fungsi Motorik

Gangguan fungsi motorik biasanya kontra lateral

sehingga menimbulkan fungsi koordinasi dan

pergerakan terbatas, menurunnya tonus otot,

kelemahan tubuh secara umum menyebabkan

koordinasi terganggu terutama berdiri dan

berjalan, adanya rasa sakit dan terbatas range of

montion (ROM).

(d) Uji Refleks

Terdapat refleks patologis berupa refleks babinski

positif, sedangkan pada pemeriksaan refleks

biasanya normal.

(e) Fungsi Sensori

Kemungkinan adanya defisit sensori dapat

ekstremitas yang paralise.

(f) Fungsi Serebrum

47

Kemungkinan adanya gerakan yang tidak

bermakna seperti ataksia.

(g) Iritasi Meningen.

Terdapat kelainan kecuali babinski (Muttaqin,

2008).

4) Pola Aktivitas Sehari-hari

Perlu dikaji pola aktivitas klien selama di rumah sakit dan pola

aktifitas klien selama di rumah, terdiri atas :

a) Nutrisi : Kaji adanya perubahan dan masalah dalam

memenuhi kebutuhan nutrisi karena kurangnya nafsu

makan, kehilangan sensasi kecap, menelan, mual dan

muntah. Pada klien dengan Space Occupying Letion

(SOL) didapatkan data perut kembung, bibir dan mukosa

mulut tampak kering, klien dapat mual dan muntah.

b) Eliminasi (BAB dan BAK) : bagaimana pola eliminasi

BAB dan BAK, apakah ada perubahan selama sakit atau

tidak. Pada klien dengan Space Occupying Letion (SOL)

didapatkan data retensi urine pada klien sadar, sedangkan

pada klien tidak sadar akan didapatkan inkontinensia urine

dan fekal, jumlah urine output biasanya berkurang.

c) Istirahat Tidur : pada klien dengan Space Occupying

Letion (SOL) didapatkan data kesulitan tidur dan istirahat

karena adanya nyeri dan kejang otot, gerakan-gerakan

48

involunter, kejang, gelisah, ataksia, paralisis dan

kontraktur.

d) Personal Hygiene : pada klien dengan Space Occupying

Letion (SOL) ditemukan data tidak dapat melakukan

perawatan diri sehingga memerlukan bantuan orang lain

untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya.

e) Aktifitas Gerak : klien dengan Space Occupying Letion

(SOL) ditemukan gerakan-gerakan involunter, kejang,

gelisah, ataksia, paralisis dan kontraktur, kekuatan otot

mungkin menurun atau normal.

5)Data Psikologi

Data psikologi mencakup :

a) Status Emosi

Klien menjadi iritable atau emosi yang labil terjadi secara

tiba-tiba klien mudah tersinggung.

b) Konsep Diri

(1) Body Image : mengkaji keadaan klien terhadap

fisiknya saat ini, apakah klien merasa terganggu

dengan keadaannya sekarang?

(2) Ideal Diri : kaji keadaan apa yang diinginkan klien

dan sesuatu yang menjadi harapan dari cita-citanya?

49

(3) Harga Diri : kaji apakah klien pada saat ini merasa

malu, minder atau penilaian pribadi klien tentang hasil

yang dicapai dan seberapa jauh prilaku klien dalam

memenuhi ideal dirinya?

(4) Peran : kaji bagaimana dan apa peran klien dalam

keluarganya saat ini, adakah perubahan peran, adakah

klien merasa terganggu dengan keadaannya sekarang?

(5) Identitas Diri : kaji keberadaan klien dalam keluarga.

c) Pola Koping

Klien biasanya tampak menjadi pendiam atau menjadi

tertutup.

6) Data Sosial

Pada data objektif akan didapatkan ketidakmampuan,

kehilangan kemampuan berakomodasi secara verbal,

ketergantungan pada orang lain dan sosialisasi dengan

lingkungan. Pada data subjektif ditemukan sikap klien yang

sering menarik diri dari orang lain dan lingkungan karena

merasa hanya akan membebani orang lain.

7) Data Spiritual

Perlu dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya

dihubungkan dengan agama yang dianut klien, dan bagaimana

persepsi klien tentang penyakitnya. Bagaimana aktivitas

spiritual klien selama menjalani perawatan di rumah sakit, dan

50

siapa yang menjadi pendorong dan motivasi bagi kesembuhan

klien.

b. Pengelompokan Data

Klasifikasi/pengelompokan data adalah mengidentifikasi

masalah kesehatan yang terdiri dari data subjektif dan data objektif.

Pengelompokan data merupakan suatu pengaturan yang sistematis

yang terdiri dari :

1) Data Subjektif : merupakan data yang berdasarkan keluhan-

keluhan pasien yang tidak dirasakan oleh orang lain.

2) Data Objektif : merupakan data yang bisa dilihat dan diukur

oleh seorang perawat (Nursalam, 2013).

c. Analisa Data

Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan

mentabulasi, menyelidiki, mengklasifikasi, dan mengelompokan

data serta mengkaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam

bentuk diagnosa keperawatan, biasa di temukan data subjektif dan

data objektif. Analisa data terdiri dari :

1) Problem yaitu suatu masalah yang muncul dalam keperawatan

2) Etiologi yaitu penyebab dari timbulnya suatu masalah

keperawatan.

51

3) Symptom yaitu gejala yang menyebabkan timbulnya suatu

masalah (Asmadi, 2008).

d. Perioritas Masalah

Setelah masalah di analisa, maka diprioritaskan sesuai

dengan kriteria prioritas masalah untuk menentukan masalah yang

harus segera diatasi yaitu :

1) Masalah yang dapat mengancam jiwa klien

2) Masalah aktual

3) Masalah potensial atau resiko tinggi (Asmadi, 2008).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau risiko perubahan

pola) dari individu atau kelompok dimana perawat sebagai akuntabilitas

dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan

mengubah (Nursalam, 2013).

Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan Space

Occupying Letion (SOL) adalah, (Nurarif & Kusuma, 2015), yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual

dan muntah, penurunan intake makanan.

52

c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan/perubahan

peran.

d. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak berhubugan dengan

penurunan suplai darah ke jaringan otak.

e. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan suplai O2 ke otot

pernapasan.

f. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kesulitan bicara.

3. Perencanaan

Perencanaan adalah salah satu tahap dari proses keperawatan

yang meliputi proses penentuan prioritas dan metode yang akan

digunakan untuk penyelesaian masalah kesehatan klien. Tujuan dari

perencanaan adalah menyusun rencana asuhan keperawatan

berdasarkan respon klien terhadap masalah kesehatan baik yang aktual,

risiko, maupun potensial (Nursalam, 2013).

Tujuan adalah hasil yang diharapkan dari setiap asuhan

keperawatan yang dapat dicapai dalam upaya menanggulangi masalah

kesehatan klien yang telah teridentifikasi dalam mengkaji keperawatan.

Setelah informasi dan data mengenai klien terkumpul, penjabaran

masalah-masalah klien klien tersebut melalui perencanaan dari diagnosa

keperawatan diatas dapat dibuat suatu perencanaan keperawatan dengan

susunan sebagi berikut :

a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial

53

Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan selama beberapa hari,

rasa nyeri teratasi

Kriteria Hasil :

1) Klien nampak tenang

2) Skala nyeri berkurang

Tabel 2. Intervensi dan Rasional : Nyeri

Intervensi Rasional

a) Kaji tingkat nyeri

b) Pantau tanda-tanda vital

c) Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi

d) Penatalaksanaan analgetik

a) Respon nyeri merupakan langkah perawat dalam tindakan keperawatan

b) Kenaikan tanda-tanda vital mengidentifikasikan peningkatan nyeri

c) Untuk memfokuskan kemampuan klien dalam koping terhadap nyeri

d) Untuk menurunkan nyeri Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian

perawatan pasien Edisi 3

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual

dan muntah, penurunan intake makanan

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa

hari, Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

Kriteria hasil :

1) BB normal

2) IMT = BB (Kg) / TB (m)2

3) Nafsu makan klien membaik

4) Porsi makan dapat dihabiskan

Tabel 3. Intervensi dan Rasional : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

54

Intervensi Rasionala) Kaji kemampuan klien untuk

mengunyah, menelan, batuk, dan mengatasi sekresi .

b) Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan/hilangnya atau suara yang hiperaktif.

c) Anjurkan orang terdekat untuk membawa makan yang disukai pasien.

d) Timbang berat badan sesuai indikasi.

e) Konsultasi dengan ahli gizi

a) Faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien harus terlindungi dari aspirasi.

b) Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau berkembangnya komplikasi, seperti paralitik ileus.

c) Sosialisasi waktu makan dan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makan.

d) Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.

e) Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan kalori/nutrisi tergantung pada usia, BB, ukuran tubuh dan keadaan penyakit sekarang.

Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian

perawatan pasien Edisi 3

c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan,

perubahan peran

Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan selama beberapa hari,

gangguan harga diri teratasi

Kriteria hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya

Tabel 4. Intervensi dan Rasional : Gangguan Harga Diri

Intervensi Rasionala) Identifikasi arti dari perubahan pada

pasien

b) Dorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya sendiri.

c) Berikan dukungan terhadap perilaku pasien dalam kegiatan rehabilitasi.

d) Kolaborasi dengan neuropsikologis

a) Kadang-kadang pasien menerima dan mengatasi gangguan fungsi secara efektif dengan sedikit penanganan.

b) Membangun kembali rasa kemandirian dan menerima kebanggan diri dan meningkatkan proses rehabilitasi.

c) Untuk mengubah dan memahami tentang peran diri sendiri dalam kehidupan selanjutnya.

d) Dapat memudahkan adaptasi

55

atau konseling sesuai kebutuhan. terhadap perubahan peran yang perlu untuk menjadi orang yang produktif.

Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian

perawatan pasien. Edisi 3

d. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan

penurunan suplai darah kejaringan otak

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa

hari, penurunan suplai darah kejaringan otak teratasi

Kriteria hasil :

1) Mempertahankan tingkat kesadaran

2) Tanda-tanda vital dalam batas normal

Tabel 5. Intervensi dan Rasional : Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak

Intervensi Rasionala) Tentukan faktor-faktor yang

berhubungan dengan potensial terjadinya peningkatan TIK.

b) Catat status neurologis sesring mungkin dan bandingkan dengan keadaan normalnya/standar.

c) Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan, gangguan lapang pandang/kedalaman persepsi.

d) Berikan obat sesuai indikasi

a) Untuk melakukan pemantauan terhadap peningkatan TIK.

b) Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK.

c) Gangguan penglihatan yang spesifik mencerminkan daerah otak yang terkena.

d) Dapat digunakan untuk meningkatkan/memperbaki aliran darah serebral.

Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian

perawatan pasien. Edisi 3

e. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan suplai O2 ke otot

pernapasan

56

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa

hari, pola pernapasan dalam keadaan normal/efektif

Kriteria hasil : Tidak terjadi seanosis

Tabel 6. Intervensi dan Rasional : Ketidakefektifan Pola Napas

Intervensi Rasionala) Pantau frekuensi, irama, kedalaman

pernapasan.

b) Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miring sesuai indikasi.

c) Auskultasi suara napas tambahan yang tidak normal.

d) Kolaborasi dalam pemberian oksigen

a) Perubahan dapat menandakan awitan komplikasi pulmonal/menandakan lokasi/luasnya keterlibatan otak.

b) Untuk memudahkan ekspansi paru atau ventilasi paru dan menurunkan adanya kemungkinan lidah jatuh yang menyumbat jalan napas.

c) Untuk mengidentifikasi adanya mxdasalah paru seperti atelektasis, kongesti, atau obstruksi jalan napas yang membahayakan oksigenasi serebral

d) Memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu dalam pencegahan hipoksia.

Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian

perawatan pasien. Edisi 3

f. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kesulitan bicara

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa

hari pemahaman tentang masalah komunikasi teratasi

Kriteria hasil : Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan

dapat diekspresikan

Tabel.7 Intervensi dan Rasional : Hambatan Komunikasi Verbal

Intervensi Rasionala) Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti a) Membantu menentukan daerah

57

pasien tidak tampak memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri.

b) Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.

c) Meminta pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti ”sh” atau ”pus”.

d) Bicaralah dengan nada normal dan hindari percakapan yang cepat.

dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi.

b) Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang di ucapkannya tidak nyata.

c) Mengidentifikasi adanya disartria sesuai komponen motorik dari bicara (seperti lidah, gerakakn bibir, kontrol napas) yang dapat mempengaruhi artikulasi dan mungkin juga tidak disertai afisia motorik.

d) Pasien tidak perlu merusak pendengaran, dan meninggikan suara dapat menimbulkan marah pasien/menyebabkan kepedihan.

Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian

perawatan pasien Edisi

4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan darirencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah

rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk

membantu klien mencaoai tujuan yang diharaokan. Oleh karena itu

rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam,

2013).

Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencangkup peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan

memfasilitasi koping. Perencanaan asuhan keperawatan akan dapat

58

dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk

berpartisipasi dalam implementasi asuhan keperawatan. Selama tahap

implementasi, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih

asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. Semua

intervensi keperawatan didokumentasikan dalam format yang telah

ditetapkan oleh instansi (Nursalam, 2013).

5. Evaluasi

Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan

mengukur pencapaian tujuan klien dan menentukan keputusan dengan

cara membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian

tujuan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan

SOAP sebagai pola pikir sebagai berikut:

S : respon subjektif klien tehadap intervensi yang dilaksanakan

O : respon objektif klien tehadap intervensi yang dilaksanakan

A : analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk

menyimpulkan apakah masalah tetap atau ada masalah baru atau

mungkin terdapat data yang kontradiksi dengan masalah yang ada

P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa atau respon

Kriteria evaluasi yang akan dicapai dari perencanaan meliputi :

a. Apakah nyeri hilang

59

b. Apakah kebutuhan nutrisi terpenuhi

c. Apakah resiko infeksi teratasi

d. Apakah ansietas hilang

e. Apakah intoleransi aktivitas teratasi (Nursalam, 2013).

60

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Kasus

1. Pengkajian

a. Pengumpulan Data

1) Biodata

a) Identitas Klien

Nama : Ny. E

Umur : 44 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Kawin

Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Alamat : Bungbulang (Garut)

Tanggal Masuk RS. : 03 Februari 2016

Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2016

No. RM : 1481052

Diagnosa Medis : Space Occupying Letion (SOL)

b) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. A

Umur : 39 Tahun

61

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Kawin

Pendidikan : SMK

Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia

Pekerjaan : Guru

Alamat : Bungbulang (Garut)

Hub. Dengan Klien : Saudara Klien

2) Riwayat Kesehatan

a). Riwayat Kesehatan Sekarang

(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit

Pada saat dilakukan pengkajian klien sejak dua hari

(tanggal 01 februari) sebelum masuk rumah sakit

mengatakan nyeri pada bagian kepala, nyeri dirasakan

terus-menerus seperti tertusuk-tusuk benda tajam dan

makin bertambah sehingga pada tanggal 03 februari pukul

14.30 WIB, keluarga klien mengantar klien kerumah sakit

dr. Hasan Sadikin Bandung.

(2) Keluhan Utama : Nyeri

(3) Riwayat Keluhan Utama

Pada saat dilakukuan pengkajian tanggal 19 Februari

2016, klien mengeluh nyeri kepala pada bagian kanan dan

penglihatan kabur, yang diakibatkan oleh tumor otak.

62

Nyeri seperti ditusuk-tusuk oleh benda tajam yang

dirasakan hilang timbul pada area kepala, dengan skala

nyeri 5 (0-10), nyeri bertambah berat apabila beraktivitas

terlalu banyak seperti ke kamar mandi dan berkurang bila

sedang istirahat.

b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Pada tanggal 19 Februari 2016 dilakukan

pengkajian pada klien, klien mengatakan bahwa ia masuk

rumah sakit pada tanggal 03 Februari 2016, juga klien

mengatakan bahwa dia pernah dirawat di rumah sakit

sekitar 1 bulan yang lalu, dengan penyakit yang sama

dan ini merupakan kedua kalinya dia masuk rumah sakit.

Klien juga mengatakan dia belum pernah operasi.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan bahwa, tidak ada seorangpun dari

keluarganya yang menderita penyakit seperti penyakit

yang dialaminya sekarang ini. Keluarga klien juga

menjelaskan bahwa, tidak ada riwayat penyakit keturunan

dalam keluarganya seperti asma, DM, jantung, Hipertensi,

Hepatitis, dan Kanker.

63

Genogram :

G1

G2

G3

Bagan 1. Genogram 3 generasiKeterangan :

= Laki-laki = Klien

= Perempuan = Garis Keturunan

X = Meninggal Dunia ? = Umur tidak diketahui

= Tinggal serumah

3) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis GCS 15 (E4 V5 M6)

c) Tanda-tanda vital :

TD : 110/70 mmHg

N : 60 x/menit

S : 36,2 0C

P : 24 x/menit

d) Pemeriksaan Fisik Secara Persistem

(1) Sistem Pernapasan

Pengkajian sistem pernapasan selama dan sebelum

masuk di rumah sakit, klien dapat bernapas spontan dan

64

X X

XX

X X XXX X

? ?X

? ? ?

XX

X?

? ??44

2 1

sesak napas tidak ada. Pada hidung tidak ada secret atau

cairan, dan tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk

dada klien simetris antara kiri dan kanan, palpasi dada

tidak ada vokal vremitus dan tidak ada massa, serta tidak

ada suara tambahan. Pada sistem pernapasan ini tidak

didapatkan masalah yang dialami oleh klien.

(2) Sistem Kardiovaskuler

Pengkajian pada sistem cardiovaskular tidak

ditemukan adanya nyeri tekan pada dada, konjungtiva

merah muda, sklera tidak ikterik, reaksi pupil isokor, DVJ

tidak ada, CRT kembali dalam 2 detik, auskultasi bunyi

jantung Lup (S1) terdengar pada ICS 4 & 5 garis

madklavikula kiri dan bunyi jantung Dup (S2) terdengar

pada ICS 2 daerah parasternal kanan dan kiri dan tidak

ada bunyi jantung tambahan/mur-mur.

(3) Sistem Pencernaan

Bentuk bibir simetris, mukosa bibir nampak lembab,

warna bibir merah muda, gigi klien tidak ada yang

tanggal, lidah bergerak dengan bebas, bentuk abdomen

datar. Bising usus ada dengan frekuensi 6 x/menit, bunyi

timpani pada perkusi, tidak ada benjolan maupun nyeri

tekan, tidak ada pembesaran tonsil, tidak teraba

pembesaran hepar dan limfa.

65

(4) Sistem Endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada

nyeri tekan.

(5) Sistem Perkemihan

Tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada nyeri tekan,

tidak ada distensi pada kandung kemih, klien tidak

terpasang kateter.

(6) Sistem Muskuloskeletal

Ekstremitas atas dan bawah : bentuk simetris, tidak

ada edema, tidak ada peradangan, kuku tangan dan kaki

nampak bersih, kekuatan otot :

(7) Sistem Integumen

Rambut berwarna hitam, kulit kepala nampak kotor

dan berkotombe, warna kulit sawo matang, kulit nampak

bersih, turgor kulit baik, akral teraba hangat dengan suhu

36,20c.

(8) Sistem Pengindraan

(a) Mata

Simetris kiri dan kanan, kelopak mata dapat membuka

dan menutup, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik, refleks pupil (+) dan isokor, klien dapat

menggerakan bola mata kesegala arah seperti

kebawah, atas dan dalam, tidak ada nyeri tekan, tidak

66

5 4

5 5

ada pembengkakan dan tidak ada peningkatan TIO,

fungsi penglihatan klien kurang baik dimana klien

tidak dapat membaca papan nama perawat dan

menyebut warnanya dengan jarak 30 cm.

(b) Telinga

Aurikula simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi pada

telinga, tidak ada serumen, perdarahan atau

peradangan pada lubang telinga, tidak ada nyeri tekan

dan pembengkakan pada telinga, fungsi pendengaran

klien baik dimana klien dapat mendengar suara

gesekan rambut.

(c) Hidung

Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak terdapat

sekret, tidak ada epitaksis/perdarahan pada hidung,

tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan, fungsi

penciuman klien baik dimana klien dapat

membedakan antara bau parfum dan minyak gosok.

(d) Mulut

Mukosa bibir lembab, tidak ada lesi atau peradangan,

gigi nampak bersih, tidak ada karies, tidak ada

stomatitis, tidak ada perdarahan gusi, jumlah gigi

belum lengkap, lidah bersih dan berwarna merah,

pergerakan lidah kesegala arah, palatum dan faring

67

merah muda dan lunak, tidak ada sianosis, refleks

menelan baik dimana ketika klien dianjurkan untuk

menelan, klien tidak mengalami kesulitan, fungsi

pengecapan klien baik dimana klien dapat merasakan

rasa manis, asin, dan pahit.

(e) Kulit

Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik dan tidak

lengket, akral teraba hangat dengan suhu 36,20c,

fungsi peraba klien baik dimana klien dapat

membedakan sensasi panas, dingin, tajam, dan kasar.

(9) Sistem Reproduksi

Tidak dilakukan pengkajian karena klien menolak

untuk dilakukan pemeriksaan.

(10) Sistem Imun

Tidak ada pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar

limfe.

(11) Sistem Persarafan

(a) Tes Fungsi Serebral

i. Fungsi Kesadaran

Saat dilakukan pengkajian, kualitas

kesadaran Composmentis, GCS 15 (E= 4, V= 5,

M= 6).

ii. Status Mental

68

(i) Orientasi

Orientasi klien terhadap orang,

tempat dan waktu tidak terganggu

dibuktikan dengan klien mampu mengenal

perawat dan klien mampu menyebutkan

tanggal masuk rumah sakit.

(ii) Daya Ingat

Memori jangka panjang klien baik,

klien dapat menyebutkan tahun

kelahirannya. Recent memori: memori

jangka pendek klien baik, klien dapat

menyebutkan menu makanan yang baru saja

dimakan dengan benar.

iii. Perhatian dan Perhitungan

Kemampuan perhitungan dan perhatian klien

masih baik, klien dapat menjawab dengan benar

hitungan yang diberikan 1 - 10.

iv. Bicara dan Bahasa

Fungsi bicara dan bahasa klien baik, klien

dapat berkomunikasi dengan perawat.

(b) Tes Fungsi Kranial

69

i. Nervus I (Nervus Olfaktorius)

Klien dapat membedakan bau kopi dan minyak

kayu putih

ii. Nervus II (Nervus Optikus)

Fungsi penglihatan klien kurang baik karena klien

tidak dapat membaca papan nama perawat

dengan jarak 30 cm

iii. Nervus III (Nervus Okulomotorius)

Klien dapat menggerakan kedua bola mata keatas

dan kebawah, pupil isokor pada kedua mata.

iv. Nervus IV (Nervus Troklearis)

Kelopak mata kiri dan kanan dapat digerakan

keatas dan kebawah

v. Nervus V (Nervus Trigeminus)

Klien dapat mengangkat dahi dan kelopak

matanya, maksilaris (rahang atas) normal dan

mandibularis (rahang bawah) normal.

vi. Nervus VI (Nervus Abdusen)

Klien dapat menggerakan bola mata ke segalah

arah

vii. Nervus VII (Nervus Vasialis)

Klien dapat membedakan rasa kasar dan halus

pada pipi kanan dan kiri. Klien dapat tersenyum.

70

Klien dapat membedakan rasa manis dan asin.

Klien dapat mengangkat alis dan mengerutkan

alis. Klien dapat mengembungkan pipi.

viii. Nervus VIII (Nervus Akustikus)

Fungsi pendengaran klien baik dibuktikan dengan

klien dapat mendengarkan gesekan kertas pada ke

dua telinga

ix. Nervus IX (Nervus Glosofaringeus)

Klien dapat mengucapkan kata-kata dengan baik

x. Nervus X (Nervus Vagus)

Fungsi menelan baik

xi. Nervus XI (Nervus Asesorius)

Klien dapat menahan tangan perawat yang

diletakan pada kedua pipi dengan kuat. Klien

dapat menahan beban tangan perawat yang

diletaakkan pada kedua bahu.

xii. Nervus XII (Nervus Hipoglosus)

xiii. Klien dapat mengeluarkan lidah. Klien tidak

mengalami kesulitan dalam menggerakan lidah

kekiri dan kekanan.

xiv. Refleks Fisiologis

a) Biseps: +/+

b) Trisep: +/+

71

c) Patella: +/+

d) Achilens: +/+

e) Babinski: -/-

4) Pola Kegiatan Sehari-hari

Tabel 8. Kegiatan Sehari-hari No. Jenis Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit1 Nutrisi

1. Makan a. Frekuensi b. Porsi makan

c. Jenis makanan d. Pantangan

2. Minum a. Frekuensi

3 x/hari1 porsi dihabiskan

Nasi, lauk, sayurTidak ada

6 - 8 gelas/hari

3 x/hari1 porsi makan dihabiskanNasi, lauk, sayur Tidak ada

4 - 5 gelas/hari

72

b. Jenis minuman c. Pantangand. keluhan

Air mineral Minuman beralkohol Tidak ada

Air mineral Minuman beralkohol Tidak ada

2 Eliminasi 1. BAB

a. Frekuensi b. Warna c. Konsistensi d. Keluhan

2. BAK a. Frekuensi b. Jumlah c. Warna d. Bau e. Keluhan

1 - 2 x/hari Kuning kecoklatan Lembek Tidak ada

3 - 4 x/hari 1500 cc/hari Kuning Khas amoniak Tidak ada

1 x/hari Kuning kecoklatan Lembek Tidak ada

1 - 2 x/hari 1500 cc Kuning Khas amoniak Tidak ada

3 Istirahat dan Tidur1. Tidur siang 2. Tidur malam

13.00 - 14.00 20.00 - 05.00

12.00 - 14.00 22.00 - 04.00

4 Personal Hygiene 1. Mandi

2. Sikat gigi 3. Cuci rambut

4. Memotong kuku5. Keluhan

2 x/hari

2 x/hari3 x/minggu

2 x/minggu Tidak ada

1 x/hari dibantu dengan keluarga menggunakan waslap 1 x/hari Pada saat dilakukan pengkajia klien mengatakan belum pernah cuci rambut1 x/minggu

5 Aktivitas

Keluhan

Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan sebagai ibu rumah tangga dan hanya melakukan pekerjaan di rumah saja Tidak ada

Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas sendiri dan pemenuhan ADL klien dibantu oleh keluarga dan perawatKlien merasa lemah dengan keadaannya

5) Data Psikologis

Klien mengatakan cemas dengan keadaanya, tetapi klien

merasa percaya dengan adanya perawatan di rumah sakit bahwa

lama-kelamaan dia dapat sembuh dan klien sangat berharap sekali

dengan kesembuhannya.

6) Data Sosial73

Dukungan dari keluarga sangat aktif, dukungan dari

teman-temannya sangat kurang, dan reaksi klien pada saat

interaksi yaitu kontak mata. Sebelum sakit klien menjelaskan

bahwa, klien selalu berhubungan dengan teman-teman dan

saudara-saudaranya. Setelah sakit/setelah masuk rumah sakit,

klien tidak bisa berinteraksi dengan teman-temannya, klien hanya

dapat berinteraksi dengan keluarganya, serta dengan perawat dan

dokter di ruangan.

7) Data Spiritual

Sebelum sakit atau sebelum masuk rumah sakit, kegiatan

keagamaan klien adalah sholat dan mengaji. Setelah sakit atau

setelah masuk rumah sakit kegiatan keagamaan klien tidak ada

sama sekali, karena keadaanya sedang terganggu.

8) Pengobatan

a) Infus NaCl 0,9% 500 ml/20 tpm

b) Inj. Dexamethasone 4 x 5 mg/6 jam (Anti inflamasi)

c) Inj. Ranitidin 2 x 50 mg/12 jam (Analgetik)

d) Inj. Tramadol 2 x 100 mg/12 jam (Analgetik)

9) Pemeriksaan Penunjang

Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (04 Februari 2016) No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

1 Hemoglobin 13,9 L: 13,5 – 17,5 g/dl

2 Hematokrit 41 L: 40 – 52

3 Leukosit 4,70 4.400 – 11.300 /mm3

4 Eritrosit L 4,48 L: 4,5 – 6,5 Juta/µl

5 Trombosit 186,000 150.000 – 450.000 /mm3

74

6 Kreatinin 0,86 L: 0,7 – 1,2 mg/dl

7 AST (SGOT) 30 < 37 µ/l 37 0C

8 ALT (SGPT) 22 < 41 µ/l 37 0C

9 Ureum 25 15 – 50 mg/dl

10 Glukosa Darah Sewaktu 92 < 140 mg/dl

11 Natrium (Na) 136 135 – 145

12 Kalium (K) L 3,5 3,6 – 5,5

13 Kalsium (Ca: bebas) L 4,47 4,7 – 5,2 mg/dl

b. Pengelompokan Data

Tabel 10.klasifikasi data Data Subjektif Data Objektif

1) Klien mengatakan nyeri kepala pada bagian kanan

2) Klien mengatakan nyerinya hilang timbul seperti tertusuk-tusuk benda tajam

3) Klien mengatakan mata sudah mulai kabur

4) Klien mengatakan aktifitas dibantu oleh keluarga dan perawat

5) Klien mengatakan selama di rumah sakit belum pernah cuci rambut

6) Klien mengatakan cemas dengan keadaannya

1) Wajah klien nampak meringis2) Skala nyeri 5 (sedang)3) Lapang pandang menurun

dibuktikan dengan klien tidak dapat membaca papan nama perawat dengan karak 30 cm

4) Pergerakan bola mata terhadap cahaya kurang baik

5) Kulit kepala nampak kotor dan berketombe

6) Klien nampak dibantu oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktifitas

7) Klien nampak cemas atau gelisah

c. Analisa Data

Tabel 11. Analisa Data

No. Data Kemungkinan Penyebab(Pohon Masalah) Masalah

1 DS : a) Klien mengatakan nyeri

kepela pada bagian kanan

b) Klien mengatakan nyeri

Kelainan sistem endokrin kongenital

Nyeri akut

75

hilang timbul seperti tertusuk-tusuk benda tajam

DO :a) Wajah klien nampak

meringisb) Skala nyeri 5 (sedang)

0-10

Rongga tengkorak terisi oleh massa yang tumbuh

Terjadi peningkatan TIK

Penurunan aliran darah pada otak

Terjadi traksi dan pergerakan struktur pada rongga

intrakranial

Nyeri diekspresikan

Nyeri akut

2 DS : a) Klien mengatakan mata

sudah mulai kabur DO :

a) Lapang pandang menurun dibuktikan dengan klien tidak dapat membaca papan nama perawat dengan karak 30 cm

b) Pergerakan bola mata terhadap respon cahaya kurang baik

Penekanan pada saraf

Kekeruhan bola mata

Penurunan fungsi mata

Lapang pandang menurun

Perubahan presepsi sensori visual

Gangguan Persepsi Sensori Visual atau penglihatan

3 DS : -DO : a) Klien nampak dibantu

oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas

b) Kulit kepala nampak

kotor dan berketombe

Penurunan aliran darah

Kelemahan otot yang progresif

Ketidakmampuan pergerakan sendi

Mobilitas terganggu

Gangguan pemenuhan ADL

Gangguan pemenuhan ADL : Personal Hygiene

76

4 DS : a) Klien mengatakan

cemas dengan keadaannya

DO : a) Klien nampak cemas

atau gelisah

Perubahan status kesehatan

Kurang informasi tentang penyakitnya

Koping individu tidak efektif

Stresor bagi klien

Ansietas

Ansietas

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya peningkatan tekanan

intrakranial, ditandai dengan :

Data Subjektif :

1) Klien mengatakan nyeri kepala pada bagian kanan

2) Klien mengatakan nyeri hilang timbul seperti tertusuk-tusuk

benda tajam

Data Objektif :

1) Wajah klien nampak meringis

2) Skala nyeri 5 (sedang) 0 - 10

b. Gangguan persepsi sensori visual atau penglihatan berhubungan

dengan lapang pandang menurun, ditandai dengan :

Data Subjektif :

1) Klien mengatakan mata sudah mulai kabur

Data Objektif :

77

1) Lapang pandang menurun dibuktikan dengan klien tidak dapat

membaca papan nama perawat dengan jarak 30

2) Pergerakan bola mata terhadap respon cahaya kurang baik

c. Gangguan pemenuhan ADL : pesonal higyene berhubungan dengan

kelemahan, ditandai dengan :

Data Subjektif : -

Data Objektif :

1) Klien nampak dibantu oleh keluarga dan perawat dalam

melakukan aktivitas

2) Kulit kepala nampak kotor dan berketombe

d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

penyakitnya, ditandai dengan :

Data Subjektif :

1) Klien mengatakan cemas dengan keadaannya

Data Objektif :

1) Klien nampak cemas atau gelisah

78

D. Rencana Asuhan Keperawatan

Nama Klien : Ny. E Tanggal Masuk RS : 03 Februari 2016

Umur : 44 Tahun Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2016

Alamat : Bungbulang (Garut) Diagnosa Medik : Tumor Otak (SOL)

Ruang Rawat : Kana No. Rekam Medik : 1481052

Tabel 12. Rencana Asuhan Keperawatan

No DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tujuan & Kriteria Objektif Intervensi Rasional 1. Nyeri akut b.d terjadinya

peningkatan tekanan intrakranial, ditandai dengan:DS : 1) Klien mengatakan nyeri

kepala pada bagian kanan 2) Klien mengatakan nyeri

hilang timbul seperti tertusuk-tusuk benda tajam

DO : 1) Wajah klien nampak meringis2) Skala nyeri 5 (sedang) 0 - 10

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam, rasa nyeri dapat berkurang atau hilangKriteria Hasil : 1) Wajah klien tidak

meringis lagi 2) Skala nyeri berkurang dari

5 menjadi 3 - 0

1) Kaji tingkat keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pasien

2) Observasi tanda-tanda vital (TTV) : TD, N, S, & P

3) Berikan posisi yang nyaman : posisi semi fowler

4) Anjurkan klien untuk mengalihkan perhatiannya saat merasakan nyeri

5) Berikan HE tentang tekhnik relaksasi nafas dalam

1) Mengetahui kekuatan nyeri yang dirasakan pasien dan menentukan tindakan selanjutnya guna mengatasi nyeri

2) Kenaikan tanda-tanda vital mengidentifikasi peningkatan nyeri

3) Posisi yang nyaman dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien

4) Mengalihkan perhatian dapat menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri

5) Tekhnik relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri

79

6) Penatalaksanaan Analgetik

6) Terapi Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri

2. Gangguan persepsi sensori visual atau penglihatan b.d lapang pandang menurun, ditandai dengan : DS : 1) Klien mengatakan mata

sudah mulai kaburDO : 1) Lapang pandang klien

menurun dan pergerakan bola mata terhadap respon cahaya kurang baik

Tujuan : Mempertahankan fungsi penglihatan dan mencegah  kerusakan yang lebih parah Kriteria Hasil : Mempertahankan lapang pandang tanpa kehilangan lebih lanjut

1) Kaji respon pupil : Inspeksi pupil dengan senter kecil untuk mengevaluasi ukuran, konvigurasi, dan reaksi terhadap cahaya.

2) Evaluasi tatapan klien untuk menentukan apakah terdapat konjugasi (berpasangan, saling bekerja sama) atau apakah gerakan mata abnormal.

3) Evaluasi kemampuan bola mata ke segala arah

4) Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan atau kemungkinan kehilangan penglihatan

1) Perubahan pupil menunjukkan tekanan pada syaraf okulomotorius atau optikus

2) Reaksi pupil diatur oleh syaraf okulomotorius (syaraf cranial III) pada batang otak.

3) Gerakan mata konjugasi diatur dari bagian korteks dan batang otak.

4) Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi.

3. Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan dengan kelemahan, ditandai dengan : DS : -DO : 1) Klien nampak dibantu oleh

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri Kriteria Hasil : 1) Keadaan umum baik

1) Pantau kelemahan otot klien

2) Atur posisi klien yang nyaman setiap 2 jam

3) Ajarkan latihan tekhnik ROM pada anggota gerak minimal

1) Pemantauan dapat menentukan aktivitas klien

2) Memberi kenyamanan dan menghindari kontraktur otot

3) Latihan tekhnik ROM pada anggota gerak dapat

80

keluarga da perawat dalam melakukan aktivitas

2) Kulit kepala nampak kotor dan berketombe

2) Klien tidak pusing 3) Klien dapat berpartisipasi

dalam aktivitas yang diperlukan

2 kali sehari

4) Berikan penjelasan tentang manfaat latihan bagi proses penyembuhan

merangsang kekuatan otot sehingga atrofi tidak terjadi pergerakan atau mobilitas dapat maksimal

4) Memberi pemahaman pada keluarga tentang tindakan yang diberikan

4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya, ditandai dengan : DS : 1) Klien mengatakan cemas

dengan keadaannya DO : 1) Klien nampak cemas atau

gelisah

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam ansietas dapat teratasi Kriteria Hasil : Klien dapat memahami tentang penyakitnya

1) Kaji status mental dan tingkat cemas

2) Beri penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala

3) Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian

4) Libatkan keluarga dalam tindakan perawatan

1) Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien

2) Agar klien dapat mengetahui tentang proses penyakit dan gejalanya

3) Untuk menambah semangat klien

4) Agar semua tindakan dapat berjalan dengan lancar

81

E. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 13. Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Keperawatan Hari/Tgl Jam Implementasi Jam Evaluasi (SOAP) Paraf

1. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial

Sabtu , 20 Februari 2016

07.30

07.35

07.45

07.50

08.00

1) Mengkaji tingkat keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pasien Hasil : Skala nyeri 5 (0 - 10).

2) Mengobservasi tanda-tanda vital (TTV) : TD, N, S, & P Hasi l : TD : 110/70 mmHg , N : 60 x/menit S : 36,2 0C, dan P : 24 x/menit

3) Memberikan posisi yang nyaman : posisi semi fowler Hasil : Klien dalam keadaan posisi semi fowler

4) Menganjurkan klien untuk mengalihkan perhatiannya saat merasakan nyeri Hasil : Klien dapat mengalihkan perhatiannya saat merasakan nyeri

5) Memberikan HE tentang tekhnik relaksasi nafas dalam Hasil : Klien dapat mengerti dengan

13.00 S :Klien mengatakan masih nyeri kepala pada bagian kanan

O : 1) Expresi wajah

nampak meringis

2) Skala nyeri 5 (0-10)

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3,dan 4

82

08.10

penjelasan yang diberikan 6) Penatalaksanaan Analgetik

Hasil : Inj. Tramadol 2 x 100 mg/12 jam

2. Gangguan persepsi sensori visual atau penglihatan berhubungan dengan lapang pandang menurun

Sabtu, 20 Februari 2016

08.15

08.20

08.25

08.30

1) Mengkaji respon pupil : Inspeksi pupil dengan senter kecil untuk mengevaluasi ukuran, konvigurasi, dan reaksi terhadap cahaya. Hasil :Bola mata belum mampu menerima cahaya

2) Mengevaluasi tatapan klien untuk menentukan apakah terdapat konjugasi (berpasangan, saling bekerja sama) atau apakah gerakan mata abnormal. Hasil : Pergerakan bola mata klien normal

3) Mengevaluasi kemampuan pergerakan bola mata kesegala arah Hasil :Klien dapat menggerakan bola mata kesegalah arah

4) Mendorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan atau kemungkinan kehilangan penglihatan Hasil : Klien dapat menerima kondisi yang dialaminya

13.00 S : Klien mengatakan penglihatannya masih kabur

O : 1) Lapang pandang

menurun dibuktikan dengan klien tidak dapat membaca papan nama perawat dengan jarak 30 cm

2) Pergerakan bola mata terhadap respon cahaya kurang baik

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, dan 4

83

3. Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan dengan kelemahan

Sabtu, 20 Februari 2016

08.35

08.40

08.45

09.00

1) Memantau kelemahan otot klien Hasil : Klien masih lemah

2) Mengatur posisi klien yang nyaman Hasil : Klien dalam posisi yang nyaman

3) Mengajarkan latihan tekhnik ROM pada anggota gerak minimal 2 kali sehari Hasil : Klien dapat mengikuti latihan ROM

4) Memberikan penjelasan tentang manfaat latihan bagi proses penyembuhanHasil : Klien dapat mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh perawat

13.00 S : -O :

1) Klien nampak dibantu oleh keluargadan perawat dalam melakukan aktivitasnya

2) Kulit kepela nampak kotor dan brketombe

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, dan 4

4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya

Sabtu, 20 Februari 2016

09.20

09.30

09.45

10.00

1) Mengkaji status mental dan cemas Hasil :Klien masih cemas dengan keadaannya

2) Memberi penjelasan antara proses penyakit dan gejala Hasil : Klien bisa mengikuti penjelasan tentang proses penyakitnya

3) Menjawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatianHasil : Klien mengerti dengan penjelasan perawat

4) Melibatkan keluarga dalam perawatan Hasil :Keluarga klien dapat koopertif

13.00 S : Klien mengatakan masih cemas dengan keadaannya

O : Klien nampak cemas atau gelisah

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, dan 4

84

F. Catatan Perkembangan

Tabel 14. Catatan Perkembangan No. Dx.

KepHari/tanggal Jam Catatan Perkembangan

1. I Senin, 22 Februari 2016 07.30

07.55

08.00

08.10

08.15

08.20

08.25

S : Klien mengatakan masih nyeri kepala pada bagian kanan

O : 1) Ekspresi wajah nampak meringis2) Skala nyeri 5 (0-10)

A : Tujuan belum tercapai P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 dan 4 I :

1) Mengkaji tingkat keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pasien Hasil : Skala nyeri 5 (0 - 10).

2) Mengobservasi tanda-tanda vital (TTV) : TD, N, S, & P Hasil : TD : 110/70 mmHg N : 60 x/menit

S : 36,2 0C P : 24 x/menit 3) Memberikan posisi yang nyaman; posisi

semi fowler Hasil :

Klien dalam posisi semi fowler4) Menganjurkan klien untuk mengalihkan

perhatiannya saat merasakan nyeri Hasil : Klien dapat mengalihkan

perhatiannya saat merasakan nyeri5) Memberikan HE tentang tekhnik

relaksasi nafas dalam Hasil :

Klien dapat mengerti denga penjelasan yang diberikan 6) Lanjutkan pemberian obat Analgetik

Hasil : Inj. Tramadol 2 x 100 mg/12 jam

E : Masalah belum teratasi2. II Senin, 22

Februari 2016 08.30 S :

Klien mengatakan penglihatannya masih kabur

O : 1) Lapang pandang menurun dibuktikan

dengan klien tidak dapat membaca papan nama perawat dengan jarak 30 cm

2) Pergerakan bola mata terhadap cahaya kurang baik

A : Tujuan belum tercapai

85

08.40

08.45

08.50

08.55

P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, dan 4 I :

1) Mengkaji respon pupil : Inspeksi pupil dengan senter kecil untuk mengevaluasi ukuran, konvigurasi, dan reaksi terhadap cahaya.

Hasil : Bola mata belum mampu menerima

cahaya 2) Mengevaluasi tatapan klien untuk

menentukan apakah terdapat konjugasi (berpasangan, saling bekerja sama) atau apakah gerakan mata abnormal. Hasil :

Pergerakan bola mata klien normal3) Mengevaluasi kemampuan pergerakan bola

mata kesegala arah Hasil : Klien dapat menggerakan bola mata

kesegala arah4) Mendorong mengekspresikan perasaan

tentang kehilangan atau kemungkinan kehilangan penglihatan Hasil :

Klien dapat menerima kondisi yang dialaminya

E : Masalah belum teratasi

3. III Senin, 22 Februari 2016

09.00

09.10

09.15

09.20

09.25

S : -O :

2) Klien masih dibantu keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas

3) Kulit kepala nampak kotor dan berketombe

A : Tujuan belum tercapai P : Lanjutlan intervensi 1, 2, 3, dan 4 I :

1) Memantau kelemahan otot klien Hasil : Klien masih lemah

2) Mengatur posisi klien yang nyaman Hasil :

Klien dalam posisi yang nyaman 3) Mengajarkan latihan tekhnik ROM pada

anggota gerak minimal 2 kali sehari Hasil :

Klien dapat mengikuti latihan ROM 4) Memberikan penjelasan tentang manfaat

latihan bagi proses penyembuhan Hasil : Klien dapat mengerti dengan penjelasan

86

yang diberikan oleh perawat E : Masalah belum teratasi

4. IV Senin, 22 Februari 2016

09.30

09.35

09.40

09.43

09.50

S : Klien mengatakan sudah tidak cemas dengan keadaannya

O : Klien nampak tidak cemas atau gelisah A : Tujuan tercapai P : Pertahankan intervensi 1, 2, 3, dan 4 I :

1) Mengkaji status mental dan cemas Hasil :

Klien sudah tidak cemas 2) Memberi penjelasan antara proses

penyakit dan gejala Hasi l : Klien bisa mengikuti penjelasan

tentang proses penyakitnya 3) Menjawab setiap pertanyaan dengan

penuh perhatian Hasil : Klien mengerti dengan penjelasan

perawat 4) Melibatkan keluarga dalam perawatan

Hasil : Keluarga klien dapat koopertif

E : Masalah teratasi

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini, penulis akan menguraikan kesenjangan antara

tinjauan teori dan tinjauan kasus yang ditemukan pada klien Ny. E dengan

gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL) dengan tinjauan

teori dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penyakit tersebut.

Dalam praktek klinik keperawatan pada klien Ny. E dengan gangguan

sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL) telah diterapkan

pendekatan proses keperawatan sesuai teori yang ada, yakni pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi untuk lebih

87

memudahkan dalam memahami kesenjangan antara tinjauan teori dan

tinjauan kasus. Penulis menggunakan urutan proses keperawatan.

1. Pengkajian

Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian yang meliputi

pengumpulan data, klasifikasi data dan analisa data yang kemudian

dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Tekhnik pengumpulan data

yang dilakukan adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi

dokumentasi dan studi kepustakaan. Data-data pengkajian pada tinjauan

teoritis dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion

(SOL) antara lain : pernapasan tidak teratur, pernapasan sulit dan

frekuensi meningkat, klien akan didapatkan penurunan kesulitan dalam

batuk, bunyi napas ngorok akibat adanya sekret yang menumpuk, pada

auskultasi akan terdengar adanya ranchi, payah jantung, dispneu, terdapat

bunyi jantung tambahan seperti mur-mur, denyut jantung mungkin

ireguler dan nadi cepat, bising usus normal atau bisa juga menurun, perut

kembung, bibir dan mukosa mulut tampak kering, klien dapat mual dan

muntah, peningkatan kadar glukosa serta adanya peningkatan hormon

tiroid, inkontinesia urine, kelemahan kontra lateral lesi otak pada

ekstremitas baik atas maupun bawah, atrofi otot, kehilangan tonus atau

penurunan tonus otot, terjadi kesulitan dalam aktivitas karena lemah,

kehilangan sensori, ROM terbatas, dekubitus, kulit kotor dan lengket,

ketajaman penglihatan kurang, pergerakan bola mata terganggu,

penurunan lapang pandang, pupil dilatasi, kehilangan setengah lapang.

88

Data-data yang ada pada tinjauan kasus dengan gangguan sistem

persarafan : Space Occupying Letion (SOL) yang merupakan hasil

pengkajian pada tanggal 19 Februari 2016 antara lain, ekspresi wajah

nampak meringis saat nyeri, skala nyeri 5 (0 - 10), lapang pandang

menurun dibuktikan dengan klien tidak dapat membaca papan nama

perawat dengan jarak 30 cm, pergerakan bola mata terhadap respon

cahaya kurang baik, klien nampak dibantu oleh keluarga dan perawat

dalam melakukan aktivitas, kulit kepala nampak kotor dan berketombe,

klien nampak cemas atau gelisah.

Data yang ada pada tinjauan teori tetapi tidak ada pada tinjauan

kasus dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion

(SOL) antara lain : pernapasan tidak teratur, pernapasan sulit dan

frekuensi meningkat, klien akan didapatkan penurunan kesulitan dalam

batuk, bunyi napas ngorok akibat adanya sekret yang menumpuk, pada

auskultasi akan terdengar adanya ronchi, payah jantung, dispneu, terdapat

bunyi jantung tambahan seperti mur-mur, denyut jantung mungkin

ireguler dan nadi cepat, bising usus normal atau bisa juga menurun, perut

kembung, bibir dan mukosa mulut tampak kering, klien dapat mual dan

muntah, peningkatan kadar glukosa serta adanya peningkatan hormon

tiroid, inkontinesia urine, kelemahan kontra lateral lesi otak pada

ekstremitas baik atas maupun bawah, atrofi otot, kehilangan tonus atau

penurunan tonus otot, terjadi kesulitan dalam aktivitas karena lemah,

kehilangan sensori, ROM terbatas, dekubitus, kulit kotor dan lengket,

89

ketajaman penglihatan kurang, pergerakan bola mata terganggu,

penurunan lapang pandang, pupil dilatasi, kehilangan setengah lapang.

Analisa kesenjangan secara teori maka data-data yang ada pada

kasus dan data yang ada pada tinjauan teori yaitu lapang pandang

menurun dibuktikan dengan klien tidak bisa membaca papan nama

perawat dengan jarak 30 cm, pergerakan bola mata terhadap respon

cahaya kurang baik, klien nampak dibantu keluarga dan perawat dalam

melakukan aktivitas, kulit kepala nampak kotor dan berketombe,

kehilangan sensori, ROM terbatas, kehilangan setengah lapang.

2. Diagnosa Keperawatan

Dalam penetapan diagnosa terdapat pula kesenjangan antara

tinjauan teori dengan tinjauan kasus, dimana dalam tinjauan teori

masalah keperawatan yang ditemukan atau mungkin ada pada gangguan

sistem persarafan tumor otak (SOL) adalah (Nurarif & Kusuma, 2015) :

a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual

dan muntah, penurunan intake makanan.

c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan atau

perubahan peran.

d. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan

penurunan suplai darah ke jaringan otak.

e. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan suplai O2 ke otot

pernapasan

90

f. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kesulitan bicara

Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam

studi kasus sebagai hasil analisa dan penetapan masalah keperawatan

ditemukan 4 (empat) diagnosa keperawatan yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya peningkatan tekanan

intrakranial.

b. Gangguan persepsi sensori visual atau penglihatan berhubungan

dengan lapang pandang menurun.

c. Gangguan pemenuhan ADL : Personal Hygiene berhubungan dengan

kelemahan.

d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

penyakitnya.

Kesenjangan yang penulis dapatkan adalah masalah yang ada

dalam tinjauan teori tetapi tidak ada dalam tinjauan kasus yaitu :

a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual

dan muntah, penurunan intake makanan. Hal ini tidak ditemukan

karena nafsu makan klien baik, tidak ada gangguan menelan sehingga

klien masih bisa mengonsumsi makanan dan berat badan masih ideal,

sehingga tidak ada data yang mendukung untuk mengangkat diagnosa

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

b. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan/perubahan

peran. Hal ini tidak ditemukan karena klien dapat percaya diri dengan

91

keadaan penyakitnya sehingga tidak ada data yang mendukung untuk

mengangkat diagnosa gangguan harga diri

c. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan

penurunan suplai darah ke jaringan otak. Hal ini tidak ditemukan

karena klien tidak mengalami sroke sehingga tidak ada data yang

mendukung untuk resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

d. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan suplai O2 ke otot

pernapasan. Hal ini tidak ditemukan karena klien tidak mengalami

sianosis sehingga tidak ada data yang mendukung untuk mengangkat

diagnosa ketidakefektifan pola napas

e. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kesulitan bicara.

Hal ini tidak ditemukan karena klien bisa berkomunikasi dengan

orang lain, sehingga tidak ada data yang mendukung untuk

mengangkat diagnosa hambatan komunikasi verbal.

Selain itu, masalah yang ada dalam tinjauan kasus tetapi tidak ada

dalam tinjauan teori yaitu :

a. Gangguan persepsi sensori visual atau penglihatan berhubungan

dengan penurunan lapang pandang. Hal ini disebabkan karena pada

saat pengkajian penulis mendapatkan data pergerakan bola mata

terhadap respon cahaya kurang baik, ketajaman penglihatan kurang

baik, dan penurunan lapang pandang dibuktikan dengan klien tidak

dapat membaca papan nama perawat dengan jarak 30 cm

92

b. Gangguan pemenuhan ADL : Personal Hygiene berhubungan dengan

kelemahan. Hal ini disebabkan karena pada saat pengkajian penulis

mendapatkan klien nampak dibantu oleh keluarga dan perawat dalam

melakukan aktivitas, kulit kapala nampak kotor dan dan berketombe.

c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

penyakitnya. Hal ini disebabkan karena pada saat pengkajian penulis

mendapatkan klien nampak cemas atau gelisah.

3. Perencanaan

Pada tahap ini, penulis bersama klien dan keluarga klien menyusun

rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan masalah

yang muncul. Perencanaan disesuaikan dengan kemampuan, situasi dan

kondisi serta sarana dan prasarana yang ada diruangan.

Dalam penyusunan perencanaan, hal-hal yang mendukung adalah :

a. Adanya kerja sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga klien

sehingga memudahkan dalam perencanaan tindakan keperawatan.

b. Dukungan dan bimbingan dari perawat ruangan yang dapat

memperlancar penyusunan perencanaan.

Perencanaan yang penulis lakukan pada klien Ny. E pada dasarnya

ada kesenjangan antara teori dengan kasus, hal ini terjadi karena tidak

semua diagnosa keperawatan dan perencanaan yang ada dalam teori ada

dalam kasus, tetapi untuk diagnosa yang ada pada teori dan muncul pada

kasus prinsipnya tidak ada perbedaan karena perencanaan pada kasus

penulis berpatokan atau mengacu pada tinjauan teoritis, sedangkan

93

diangnosa yang muncul pada kasus dan tidak ada pada teori, penulis

bersama klien dan keluarga klien membuat intervensi berdasarkan ilmu

pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

4. Implementasi

Tahap ini merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun

sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu pada perencanaan. Yang

merupakan faktor pendukung berjalannya tahap pelaksanaan adalah kerja

sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga klien sehingga

memudahkan dalam setiap tindakan. Adapun yang menjadi faktor

penghambat dalam proses pelaksanaan adalah kurangnya sarana dan

prasarana yang terdapat diruangan. Meskipun dengan keterbatasan sarana

dan prasarana, namun setiap intervensi yang telah disusun dapat

diimplementasikan kepada klien.

Adapun tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang

ada antara lain :

a. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya peningkatan tekanan

intrakranial yaitu mengacu pada intervensi atau perencanaan yang

telah ditetapkan dari semua intervensi yang ada.

b. Gangguan persepsi sensori visual atau penglihatan berhubungan

dengan lapang pandang menurun yaitu mengacu pada intervensi atau

perencanaan yang telah ditetapkan dari semua intervensi yang ada.

94

c. Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan dengan

kelemahan yaitu mengacu pada intervensi atau perencanaan yang telah

ditetapkan dari semua intervensi yang ada.

d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

penyakitnya yaitu mengacu pada intervensi atau perencanaan yang

telah ditetapkan dari semua intervensi yang ada.

5. Evaluasi

Tahap ini merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan

dimana untuk menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan

dengan mengacu pada tercapainya tujuan yang ditetapkan.

Setelah mengimplementasikan asuhan keperawatan yang

direncanakan selama 4 (empat) hari yang dimulai pada tanggal, 19 s/d 22

Februari 2016, maka tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai

dengan yang diharapkan.

Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan yang ada yaitu terdiri dari

4 (empat) diagnosa dengan hasil evaluasi sebagai berikut :

a. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya peningkatan tekanan

intrakranial, setelah dilakukan evaluasi selama 3 (tiga) hari, masalah

belum teratasi dengan hasil : ekspresi wajah nampak meringis, skala

nyeri 5 (0-10), sehingga tujuan yang diharapkan nyeri belum teratasi.

b. Gangguan persepsi sensori visual atau penglihatan berhubungan

dengan aneurisma, setelah dilakukan evaluasi selama 3 (tiga) hari,

masalah belum teratasi dengan hasil : Pergerakan bola mata klien

95

terhadap respon cahaya kurang baik, sehingga tujuan yang diharapkan

belum teratasi.

c. Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan dengan

kelemahan, setelah dilakukan evaluasi selama 3 (tiga) hari, masalah

belum teratasi dengan hasil : aktivitas klien masih dibantu dengan

keluarga, keadaan umum masih tampak lemah.

d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

penyakitnya, setelah dilakukan evaluasi selama 3 (tiga) hari, masalah

teratasi dengan hasil : klien sudah tidak cemas dengan kondisi yang

dialaminya, sehingga tujuan yang diharapkan ansietas teratasi.

Dari 4 (empat) diagnosa keperawatan yang muncul dalam asuhan

keperawatan pada klien Ny. E dengan gangguan sistem persarafan :

Space Occupying Letion (SOL), Dari 4 diagnosa keperawatan tersebut

hanya 1 diagnosa yang tujuannya sudah tercapai yaitu Ansietas dan 3

diagnosa yang tujuanya belum tercapai yaitu Nyeri akut, Gangguan

presepsi sensori, dan Gangguan pemenuhan ADL namun sudah

menunjukan perubahan, selanjutnya dialihkan pada perawat ruangan

untuk rawat selanjutnya.

96

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari hasil Karya Tulis Ilmiah tentang Asuhan Keperawatan pada

Klien Ny. “E” dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Letion

(SOL) yang dilaksanakan di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung dari tanggal,

19 s/d 22 Februari 2016 dengan mengacu pada tujuan yang ingin dicapai,

maka penulis mengambil kesimpulan yaitu :

Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses

desak ruang (Space Ocuping Letion atau Space Talking Lesion) yang timbul

didalam rongga tengkorak baik didalam kompartemen supratentotrial (Nurarif

& Kusuma, 2015).

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis

progresif yang disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan

fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial (TIK).

Gejala klinis pada tumor otak secara umum dikenal dengan

istilah trias klosis tumor otak, yaitu : Nyeri kepala, Mual dan

muntah, Papil edema.

Untuk penanganan tumor otak dapat dilakukan dengan

pembedahan, radiotherapi, kemotherapi atau dapat pula

dengan cara manipulasi hormonal, biasanya dengan obat

golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.

97

1. Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian, yang meliputi

pengumpulan data, klasifikasi data dan analisa data yang kemudian

dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Tekhnik pengumpulan data

yang dilakukan adalah wawancara, observasi partisipasi, pemeriksaan

fisik, studi dokumentasi, studi literatur dan kepustakaan.

2. Terdapat 4 diagnosa keperawatan pada kasus klien Ny.”E” yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya peningkatan tekanan

intrakranial.

b. Gangguan persepsi sensori visual atau penglihatan berhubungan dengan

lapang pandang menurun.

c. Gangguan pemenuhan ADL : Personal Hygiene berhubungan dengan

kelemahan.

d. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakitnya

3. Tidak semua intervensi yang ada dalam teori terdapat dalam kasus. Tetapi

untuk intervensi yang ada pada teori dan muncul pada kasus, pada

prinsipnya tidak ada perbedaan karena perencanaan pada dasarnya penulis

berpatokan pada tinjauan teoritis, sedangkan intervensi yang muncul pada

kasus tidak ada pada teori, penulis bersama klien dan keluarga klien

membuat intervensi berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki.

4. Implementasi merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun

sehingga dalam implementasi ini mengacu pada perencanaan yang

merupakan pendukung berjalannya tahap pelaksanaan diantaranya kerja

98

sama antara perawat, klien dan keluarga klien sehingga memudahkan

dalam setiap tindakan, selain itu adanya dukungan serta bimbingan dari

perawat pembimbing.

5. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana untuk

menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan mengacu

pada tercapainya tujuan yang ditetapkan. Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 3 (tiga) hari, hanya 1 diagnosa keperawatan yang

teratasi dan 3 diagnosa belum teratasi tetapi sudah menunjukkan

perubahan yang cukup besar pada klien.

6. Dalam proses penyelesaian masalah yang dihadapi oleh klien, perawat

melakukan pendokumentasian dengan beberapa cara yaitu :

a. Pasien merupakan sumber data primer dan perawat dapat menggali

informasi yang sebenarnya dari pasien.

b. Orang terdekat jika pasien mengalami gangguan dalam berkomunikasi

atau kesadaran menurun.

c. Catatan medis atau tim kesehatan lain, anggota tim kesehatan lain

adalah pada personil yang berhubungan dengan pasien, memberikan

tindakan dan mencatat pada rekam medis pasien.

d. Catatan kesehatan dahulu dapat digunakan sebagai informasi yang

dapat mendukung rencana tindakan keperawatan.

e. Hasil pemeriksaan diagnostik, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium dan

tes diagnostik dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat

disesuaikan dengan masalah kesehatan pasien.

99

f. Perawat lain jika pasien rujukan dari pelayanan kesehatan lain, maka

perawat harus meminta informasi pada perawat yang telah merawat

pasien sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk kesinambungan dari

tindakan keperawatan yang telah diberikan.

g. Kepustakaan untuk memperoleh data dasar pasien yang komprehensif

perawat dan membaca literatur yang berhubungan dengan masalah

pasien.

B. Rekomendasi

Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space

Occupying Letion (SOL), maka saran-saran yang dapat penulis sampaikan

adalah sebagai berikut :

1. Untuk Rumah Sakit

Untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam melakukan asuhan

keperawatan kepada penyakit Tumor Otak : SOL agar dapat

meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit terhadap pelayanan klien

yang merawat inap serta mempertahankan atau bahkan meningkatkan

kinerja yang telah berkualitas, dalam memberikan pelayanan asuhan

keperawatan, untuk meningkatkan lagi peralatan yang ada diruangan.

2. Untuk Perawat

Hendaknya mencantumkan atau mencatat apa tindakan-tindakan

yang dilakukan tentunya yang berkaitan dengan teori, sehingga akan

mempermudah perawat lain yang ingin menerapkan sesuai teori tersebut,

100

dan hendaknya penyuluhan kesehatan dijadikan suatu program di

ruangan guna meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya dan

dapat mencegah komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi, juga mampu

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tumor otak secara

holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit

tersebut.

3. Untuk Klien dan Keluarga

Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam

penatalaksaan serta meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang

dideritanya.

4. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan dan dapat

melakukan pengkajian dengan benar sesuai dengan konsep dasar dengan

penyakit tumor otak. Selalu berdiskusi dengan teman-teman sejawat dan

pembimbing bila mengalami kesulitan.

5. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan,

hendaknya menambah literatur yang ada di perpustakaan, dengan

literatur yang masih tergolong terbitan baru, sehingga peserta didik tidak

kesulitan saat mencari literatur.

6. Bagi Penulis Selanjutnya

Diharapkan kepada Karya Tulis Ilmiah (KTI) selanjutnya tentang

Tumor Otak untuk meningkatkan dan mengembangkan karya tulis ini

101

dengan metode yang lebih tinggi agar mengkaji lebih dalam lagi tentang

penyakit Tumor Otak.

7. Bagi Penulis Sendiri

Semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi

bacaan dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam

pemberian Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan : Space Occupying Lettion (SOL). Penulis jangan pernah puas

dengan apa yang telah dicapai dalam pelaksanaan asuhan keperawatan

tetapi perlu belajar lebih giat lagi agar memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang memadai untuk pelaksanaan asuhan keperawatan

dimasa yang akan datang.

102

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan, Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Devi M, 2014. Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem persarafan (post kraniofaringioma). Program Studi D-III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Muhamadiyah Surakarta: Surakarta. P. (2)

Doenges, Marilynn E., Moorhouse., F, M., Geissler, C. A (2000). Rencana asuhan keperawatan, Edisi 3, Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Kementrian Kesehatan RI, 2015. Rencana strategi kementrian kesehatan 2015-2019. Indonesia: Kementrian Kesehatan RI.

Muttaqin A. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan, Salemba Medika: Jakarta

Nursalam, Edisi 2. (2013), Buku ajar proses dan dokumentasi keperawatan, Salemba Medika: Jakarta

Nurarif. H, A. & Kusuma H . (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & nanda Nic-Noc, Edisi II, MediAction Publishing; Jogjakarta

Rangki L & Susen A. (2014), Patofisiologi manusia disertai dengan penyimpanan KDM, Masagane Press: Makassar

Smelltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Brunner dan Suddarth Vol 3. EGC : Jakarta

(2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Brunner dan Suddarth Edisi 8 Vol 1. EGC : Jakarta

Syaifuddin. (2009), Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan, Edisi III, Buku Kedokteran EGC : Jakarta

RSUP, dr. Hasan Sadikin Bandung. (2016). Medical Record Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung Ruang Kana Bedah Umum Lantai II, Bandung

103

SATUAN ACARA PENYULUHANMANAJEMEN NYERI

OLEH :

NUR KHALIDANIM : 13.13.1115

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAHKABUPATEN MUNA

RAHA2016

104

Lampiran 1

RENCANA PENYULUHAN

Mata ajaran : KMB

Pokok bahasan : Nyeri

Sub pokok bahasan : Manajemen Nyeri

Lokasi : Di Ruang Kana Lantai 2 Bedah Umum RSUP

dr. Hasan Sadikin Bandung

Waktu : 15 Menit

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM :

Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit diharapkan klien dan keluarga dapat mengetahui tentang manajemen nyeri.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit klien dan keluarga klien dan klien dapat :1. Mengetahui pengertian nyeri2. Megetahui pengertian manajemen nyeri3. Menjelaskan tujuan manajemen nyeri4. Menyebutkan cara mengatasi nyeri5. Menjelaskan teknik-teknik dalam mengatasi nyeri

III. MATERI :1. Pengertian nyeri 2. Pengertian manajemen nyeri3. Tujuan manajemen nyeri4. Cara mengatasi nyeri5. Teknik-teknik dalam mengatasi nyeri

IV. METODE : Ceramah dan tanya jawab

V. MEDIA :Leaflet

105

VI. KEGIATAN1. Persiapan pembelajaran

- Menyiapkan materi- Kesiapan klien dan keluarga

2. Membuka pelajaran- Menjelaskan cakupan materi yang akan dibahas- Menjelaskan manfaat mempelajari materi manajemen nyeri

3. Kegiatan intiMenjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan manajemen nyeri

4. Menutup pembelajaran- Memberikan/mengajukan pertanyaan kepada keluarga klien- Membuat kesimpulan

VII. PENILAIAN1. Prosedur

- Penialaian akhir2. Jenis

- Lisan- Praktek

VIII. LAMPIRAN Materi tentang manajemen nyeri

Bandung, 20 Februari 2016

Penyuluh,

NUR KHALIDA13.13.1115

106

Lampiran 2

SATUAN PENYULUHAN

Mata ajaran : KMB

Pokok bahasan : Nyeri

Sub pokok bahasan : Manajemen Nyeri

Lokasi : Di Ruang Kana Lantai 2 Bedah Umum RSUP

dr. Hasan Sadikin Bandung

Waktu : 15 Menit

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM :Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit diharapkan klien dan keluarga dapat mengetahui tentang manajemen nyeri.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit keluarga klien dan klien dapat :

1. Mengetahui pengertian nyeri2. Megetahui pengertian manajemen nyeri3. Menjelaskan tujuan manajemen nyeri4. Menyebutkan cara mengatasi nyeri5. Menjelaskan teknik-teknik dalam mengatasi nyeri

III. MATERI :1. Pengertian nyeri 2. Pengertian manajemen nyeri3. Tujuan manajemen nyeri4. Cara mengatasi nyeri5. Teknik-teknik dalam mengatasi nyeri

IV. METODE : Ceramah dan tanya jawab

107

V. KEGIATANNO

.KEGIATAN BELAJAR KEGIATAN KLIEN DAN

KELUARGA

1.

PEMBUKAAN- Mengucapkan salam- Melakukan apersepsi

- Menjawab salam- Menjawab sesuai

kemampuan2.

ISI- Memberi pelajaran terhadap

materi

- Memberikan kesempatan kepada keluarga klien dan klien untuk bertanya

- Menjawab pertanyaan keluarga klien dan klien

- Mendengarkan dengan seksama

- Mengajukan pertanyaan

- Mendengarkan jawaban atas pertanyaan

3.

PENUTUP- Mengucapkan terima kasih atas

kesediaan mengikuti pelajaran- Mengucap salam penutup

- Mendengarkan dengan seksama

- Menjawab salam

VI. MEDIA : Leaflet

VII. EVALUASI : Lisan dan praktek

108

Lampiran 3

LAMPIRAN MATERI1. Pengertian Nyeri

Nyeri adalah suatu perasaan yang menimbulkan ketegangan dan siksaan bagi

yang mengalamin

2. Pengertian Manajemen Nyeri

Suatu hubungan untuk mengurangi rasa tidak nyaman nyeri pada seseorang

3. Tujuan Manajemen Nyeri

a. Mengurangi rasa nyeri

b. Merelaksasikan ketegangan otot

c. Mengalihkan perhatian agar nyeri tidak terasa atau hilang

d. Menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar rangsangan nyeri

tidak dipersepsikan

e. Mengurangi kecemasan

4. Cara Mengatasi Nyeri

a. Teknik Relaksasi

Teknik nafas dalam melalui hidung kemudian mengeluarkannya secara

perlahan melaui mulut dengan gerakan lambat dan teratur

b. Teknik Distraksi

Memfokuskan perhatian diri pada sesuatu selain pada nyeri misalnya :

- Mengobrol dengan orang lain

- Mendengarkan musik

- Melakukan aktivitas atau permainan seperti bermain catur

- Membaca dan menonton

c. Teknik Imajinasi

Membayangkan sesuatu yang menarik dan menyenangkan

d. Teknik rangsangan dan masase (pijatan)

Maksudnya untuk menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar

rangsangan nyeri tidak dipersepsikan.

109

110

MANAJEMEN NYERI

PENGERTIAN NYERI

Nyeri adalah suatu perasaan yang menimbulkan ketegangan dan siksaan bagi yang mengalaminya.

PENGERTIAN

MANAJEMEN NYERI

Suatu hubungan untuk mengurangi rasa tidak nyaman nyeri pada seseorang.

TUJUAN MANAJEMENNYERI

1. Mengurangi rasa nyeri2. Merelaksasikan ketegangan

otot 3. Mengalihkan perhatian agar

nyeri tidak terasa atau hilang

4. Menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar rangsangan nyeri tidak dipersepsikan

5. Mengurangi kecemasan.

CARA MENGATASI NYERI

1. Teknik RelaksasiTeknik nafas dalam melalui hidung kemudian mengeluarkannya secara perlahan melaui mulut dengan gerakan lambat dan teratur.

2. Teknik Distraksi

i

Memfokuskan perhatian diri pada sesuatu selain pada nyeri misalnya: Mengobrol dengan

orang lain

Mendengarkan musik Melakukan aktivitas

atau permainan seperti bermain catur

Membaca dan menonton

3. Teknik ImajinasiMembayangkan sesuatu yang menarik dan menyenangkan

4. Teknik rangsangan dan masase (pijatan)

Maksudnya untuk menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar rangsangan nyeri tidak dipersepsikan, misalnya : Menggosok kulit

atau mengusap-usap kulit

Kompres dengan air panas atau hangat

MANAJEMEN NYERI

Disusun Oleh :

NUR KHALIDA13.13.1115

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMKAB MUNA

2015

ii

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

AKADEMI KEPERAWATANJl. Poros Raha – Tampo Km. 6 Raha. Telp. 0403 – 2522945

LEMBARAN BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : Nur Khalida

Nim : 13. 13. 1115

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. E dengan

Gangguan Sistem Persarafan: SOL (Tumor Otak) di

Ruang Kana Bedah Umum, Lantai II, Rumah Sakit

Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung

Nama Pembimbing : Santhy, S.Kep. Ns.,M.Kep

No Hari/Tanggal Pokok Bahasan Saran pembimbing Paraf1. Jumat

06 Mei 2016

BAB 1

BAB II

Perbaiki judul dan

pengetikan

Perbaiki penulisan

referensi

Perbaiki latar belakang

Perbaiki tulisan dalam

tabel

Lengkapi tujuan khusus

Pisahkan waktu dan

tempat pelaksanaan

studi

Perbaiki sistematika

telaahan

Perbaiki judul dan

pengetikan

Perbaiki penulisan

3

2

3

4

5

6

7

Minggu

8 Mei 2016

Sabtu

28 Mei 2016

Senin

30 Mei 2016

Jumat

03 Juni 2016

Sabtu

04 Juni 2016

Rabu

8 Juni 2016

BAB III

BAB IV

BAB IV

referens

Tambahkan data

subjektif

Hilangkan data objektif

: kekuatam otot, TTV,

(data normal)

Tambahkan intervensi

diagnosa pertama

Tambahkan konsep

dasar SOL pada

kesimpulan

Jelaskan secara singkat

tentang tumor

Masukan diagnosa

kasus nyata pada

kesimpulan

Jelaskan diagnosa yang

sudah teratasi dan

belum teratasi

ACC

Perbaiki penulisan

abstrak

Perbaiki penulisan

daftar pustaka

Tambahkan kata kunci

dan tinjauan literature

dalam abstrak

ACC

4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas

Nama : Nur Khalida

Tempat/Tanggal Lahir : Lagadi, 26 juni 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Muna/Indonesia

Status : Pelajar/Mahasiswi

Alamat : Desa Lagadi, Kec. Lawa, Kab. Muna Barat

II. Riwayat Pendidikan

SD Negeri 16 lawa : 2001-2007

SMP Negeri 1 Lawa : 2007-2010

SMA Negeri 1 Lawa : 2010-2013

D-III Keperawatan Akper Pemkab Muna : 2013 - Sekarang

5

6